Upload
nadia-elsinta
View
229
Download
8
Embed Size (px)
DESCRIPTION
radiology departement, gastrointestinal dev.
Citation preview
GASTRITIS
IDENTITAS
Nama : Nur Rahmatullah
Jenis kelamin : Perempuan
Tanggal lahir : 12 maret 1992
Umur : 23 tahun
Nomor RM : 318360
Alamat : Jln. Mapaodang
STATUS MEDIS PASIEN
ANAMNESIS:
Keluhan utama : Nyeri ulu hati
Anamnesis terpimpin : Nyeri ulu hati dirasakan sejak 4 hari yang lalu. Nyeri
dirasakan seperti tertusuk-tusuk, menjalar ke belakang. Disertai perut kembung
dan mual muntah yang dialami sejak 4 hari yang lalu. Muntah berisi sisa makanan
dan minum, frekuensi 5 kali. Pasien mengaku muntah terjadi sesaat setelah
makan. Demam tidak ada, sakit kepala tidak ada, batuk berlendir berwarna putih
ada sejak 1 bulan yang lalu. Buang air besar baik, Buang air kecil kuning, lancar.
riwayat pengoabatan tidak ada. Riwayat menderita keluhan yang sama ada sejak 2
tahun yang lalu hilang timbul, kambuh terutama saat terlambat makan. Pasien
memiliki kebiasaan mengkonsumsi makanan pedas. Riwayat keluarga memiliki
keluhan yang sama tidak ada.
PEMERIKSAAN FISIS
1. Inspeksi : Anemia (-)
Ikterus (-)
Lemas (+)
2. Palpasi : Paru, jantung dan abdomen dalam batas normal
1
3. Perkusi : Paru pekak
Abdomen timpani
4. Auskultasi: peristaltik usus 10x dalam 1 menit
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium
Glukosa puasa : 91 mg/dl
Ureum : 32 mg/dl
Kreatinin : 1.2 mg/dl
2. Radiologi
Xray thoraks : Dalam batas normal
MD : Gastritis
Hasil baca foto MD:
kontras lancar masuk ke oesophagus dan gaster
Permukaan oesophagus dan gaster normal tidak ada filling defect
dan additional shadow
Tampak gambran tiga densitas di gaster
2
Gambaran gastritis pada pemeriksaan MD
PENATALAKSANAAN
OBH 3X2 C
Santagesik iv/ 8 jam
Dexanta 3x2 C
Omeprazol 1-0-1
Ciprofloksaxin 500 mg
Cefadroxil 3x500 mg
Ondansetron iv/ 8 jam
DEFINISI
Gastritis adalah suatu peradangan mukosa lambung paling sering
diakibatkan oleh ketidakteraturan diet, misalnya makan terlalu banyak dan cepat
atau makan makanan yang terlalu berbumbu atau terinfeksi oleh penyebab lain
seperti alkohol, aspirin, refluks empedu atau terapi radiasi. Sedangkan menurut
pendapat lain Gastritis adalah suatu keadaan peradangan mukosa lambung yang
3
bersifat akut, kronis, difus dan local. Ada dua jenis gastritis yang terjadi yaitu
gastritis akut dan kronik.
ANATOMI LAMBUNG
Lambung adalah perluasan organ berongga besar menyerupai kantung
dalam rongga peritoneum yang terletak diantara esofagus dan usus halus. Dalam
keadaan kosong, lambung menyerupai tabung bentuk J, dan bila penuh, berbentuk
seperti buah pir raksasa. Lambung terdiri dari antrum kardia (yang menerima
esofagus), fundus besar seperti kubah, badan utama atau korpus dan pylorus.
Perdarahan lambung berasal dari arteri gastrica sinistra yang berasal dari
truncus coeliacus, arteri gastric dekstra yang dilepaskan dari arteri hepatica, arteri
gastroepiploica cabang dari arteri gastricaduodenalis arteri gastroepiploica cabang
dari arteri gastricaduodenalis, arteri gastro-omentalis yang berasal dari arteri
splenica, dan arteri gastrica breves berasal dari distal arteri splenica.
Vena-vena lambung mengikuti arteri-arteri yang sesuai dalam hal letak
dan lintasan. Vena gastrica dekstra dan vena-vena gastrica sinistra mencurahkan
isinya ke dalam vena porta hepatis, dan vena gastrica breves dan vena gastro-
omentalis membawa isinya ke vena splenica yang bersatu dengan vena mesentrika
superior untuk membentuk vena porta hepatis. Vena gastro-omentalis dekstra
bermuara dalam vena mesentrica superior.
4
FISIOLOGI LAMBUNG
Lambung adalah organ endokrin-eksokrin campuran yang mencerna
makanan dan mensekresi hormon. Lambung adalah bagian saluran cerna yang
melebar dengan fungsi utama menambahkan cairan asam pada makanan yang
masuk, mengubahnya melalui aktifitas otot menjadi massa kental (khimus) dan
melanjutkan proses pencernaan yang telah dimulai dalam rongga mulut dengan
menghasilkan enzim proteolitik pepsin. Lambung juga membentuk lipase
lambung yang menguraikan trigliserida dengan bantuan lipase lingual.
KETAHANAN MUKOSA LAMBUNG
Ketahanan mukosa lambung (sering disebut sitoproteksi) memegang peranan
untuk mempertahankan integritas mukosa lambung dari bahan berbahaya (faktor
agresif) secara endogen yaitu asam klorida, pepsin dan garam empedu, maupun
secara eksogen seperti obat, alkohol dan bakteri. Sistem pertahanan tersebut
terdiri atas :
a. Mukus dan Bikarbonat (mucous barrier)
Pada mukosa lambung dan duodenum diproduksi mukus (glikoprotein)
dan bikarbonat. Lapisan mukus ini melapisi permukaan mukosa dengan tebal
2-3 kali tinggi sel epitel permukaan. Mukus dan bikarbonat berfungsi
melindungi mukosa terhadap pengaruh asam dan pepsin, empedu dan zat
perusak luar. Salisilat dan analgetik non steroid lain dapat merusak lapisan
mukus ini.
b. Resistensi Mukosa (mucosal resistance, barrier)
Faktor yang berperan disini adalah daya regenerasi sel (cell turn over),
potensial listrik membran mukosa dan kemampuan penyembuhan luka. Cairan
empedu dan salisilat dapat menurunkan potensial listrik membran mukosa.
Kerusakan atau kehilangan sel akan segera dikompensasi dengan mitosis sel,
sehingga keutuhan permukaan mukosa dipertahankan.
Kemampuan proliferasi sel mukosa sangat penting untuk
mempertahankan keutuhan mukosa dan penyembuhan lesi mukosa. Pada
5
penderita dengan lesi mukosa akut dalam waktu singkat akan terjadi
proliferasi sel untuk menutupi lesi.
c. Aliran Darah Mukosa (mikrosirkulasi)
Aliran darah mukosa yang menjamin suplai oksigen dan nutrisi yang
adekuat adalah penting untuk ketahanan mukosa. Setiap penurunan aliran
darah baik lokal maupun sistemik akan menyebabkan anoksia sel, penurunan
ketahanan mukosa dan memudahkan terjadinya ulserasi.
Penurunan perfusi darah pada mukosa lambung memegang peranan
penting dalam patofisiologi ulkus akibat stress (stress ulser) pada syok, sepsis,
trauma berat dan sebagainya. Pada orang tua dengan ulkus lambung ternyata
disertai arteriosklerosis dan atrofi mukosa, keadaan ini yang mempermudah
kerusakan mukosa lambung.
d. Prostaglandin dan Beberapa Faktor Pertumbuhan
Disamping ketiga faktor tersebut diatas, ternyata Prostaglandin (PG)
yang dihasilkan mukosa lambung dan duodenum mempunyai peranan penting
dalam ketahanan mukosa (efek sitoprotektif). Peranan PG tersebut antara lain
meningkatkan sekresi mukus dan bikarbonat, mempertahankan pompa
sodium, stabilisasi membran sel dan meningkatkan aliran darah mukosa.
Komponen lain yang akan memelihara ketahanan mukosa adalah epidermal
growth factor (EGF) dan transforming growth factor alpha (TGF-α). Kedua
peptida ini pada lambung akan meningkatkan produksi mukus dan
menghambat produksi asam.
ETIOLOGI
1) Infeksi bakteri; seperti H. pylori (paling sering), H. heilmanii, Streptococci,
Staphylococci, Protecus species, Clostridium species, E.coli, Tuberculosis,
dan secondary syphilis
2) Infeksi virus oleh Sitomegalovirus.
3) Infeksi jamur; seperti Candidiasis, Histoplasmosis, dan Phycomycosis.
4) Iskemia, akibat penurunan aliran darah ke lambung, trauma langsung
lambung, berhubungan dengan keseimbangan antara agresi dan mekanisme
6
pertahanan untuk menjaga integritas mukosa, yang dapat menimbulkan
respons peradangan pada mukosa lambung.
5) Makanan dan minuman yang bersifat iritan. Makanan berbumbu dan
minuman dengan kandungan kafein dan alcohol merupakan agen-agen
penyebab iritasi mukosa lambung.
6) Kondisi imunologi (autoimun) didasarkan pada kenyataan, terdapat kira-
kira 60% serum pasien gastritis kronik mempunyai antibodi terhadap sel
parietalnya.
7) Gastropati akibat kimia, dihubungkan dengan kondisi refluk garam empedu
kronis dan kontak dengan OAINS (Indomestasin, Ibuprofen, dan Asam
Salisilat), Sulfonamide, Steroid, Kokain, agen kemoterapi (Mitomisin, 5-
fluoro-2-deoxyuridine), Salisilat, dan Digitalis bersifat mengiritasi mukosa
lambung atau Aspirin
8) Gastritis granuloma non-infeksi kronis yang berhubungan dengan berbagai
penyakit, meliputi penyakit Crohn, Sarkoidosis, Wegener granulomatus,
penggunaan kokain, Isolated granulomatous gastritis, penyakit
granulomatus kronik pada masa anak-anak, Eosinophilic granuloma,
Allergic granulomatosis dan vasculitis, Plasma cell granulomas,
Rheumatoid nodules, Tumor amyloidosis, dan granulomas yang
berhubungan dengan kanker lambung.
PATOFISIOLOGI
Patofisiologi gastritis yaitu mukosa barier lambung umumnya melindungi
lambung dari pencernaan terhadap lambung itu sendiri, yang disebut proses
autodigesti acid, prostaglandin yang memberikan perlindungan ini. Ketika
mukosa barier ini rusak maka timbul gastritis. Setelah barier ini rusak terjadilah
perlukaan mukosa dan diperburuk oleh histamin dan stimulasi saraf colinergic.
Kemudian HCL dapat berdifusi balik kedalam mucus dan menyebabkan luka pada
pembuluh yang kecil, yang mengakibatkan terjadinya bengkak, perdarahan, dan
erosi pada lambung. Alkohol, aspirin dan refluk isi duodenal diketahui sebagai
penghambat difusi barier.
7
Pada keadaan normal, asam lambung dan pepsin tidak akan menyebabkan
kerusakan mukosa lambung dan duodenum. Bila oleh karena sesuatu sebab
ketahanan mukosa rusak (misalnya karena salisilat, empedu, iskemia mukosa)
maka akan terjadi difusi balik H+ dari lumen masuk ke dalam mukosa. Difusi
balik H+ akan menyebabkan reaksi berantai yang dapat merusak mukosa lambung
dan menyebabkan pepsin dilepas dalam jumlah besar.
Na+ dan protein plasma banyak yang masuk kedalam lumen dan terjadi
pelepasan histamin. Selanjutnya terjadi peningkatan sekresi asam lambung oleh
sel parietal, peningkatan permeabilitas kapiler, oedema dan perdarahan. Di
samping itu akan merangsang parasimpatik lokal akibat sekresi asam lambung
makin meningkat dan tonus muskularis mukosa meninggi, sehingga kongesti vena
makin hebat dan menyebabkan perdarahan. Keadaan ini merupakan lingkaran
setan yang menyebabkan kerusakan mukosa makin berlanjut, dapat terjadi erosi
superfisial atau ulserasi.
Iritasi pada mukosa yang berlangsung lama menyebabkan kerusakan
mukosa yang berulang-ulang sehingga dapat terjadi radang lambung kronis dan
tukak lambung. Hal ini terjadi misalnya pada pecandu alkohol, perokok, pengguna
analgetik non steroid jangka panjang dan refluks empedu. Keadaan serupa terjadi
juga pada fungsi pengosongan lambung yang lambat, sehingga mukosa lambung
kontak lama dengan isi lambung.
MANIFESTASI KLINIK
Manifestasi klinik gastritis terbagi menjadi yaitu gastritis akut dan gastritis.
a. Manifestasi klinik gastritis akut
Sindrom dispepsia berupa nyeri epigastrium, mual, kembung, muntah,
merupakan salah satu keluhan yang sering muncul. Ditemukan pula
perdarahan saluran cerna berupa hematemesis dan melena, kemudian disusul
dengan tanda-tanda anemia pasca perdarahan. Biasanya, jika dilakukan
anamnesis lebih dalam, terdapat riwayat penggunaan obat-obatan atau bahan
kimia tertentu.
8
b. Manifestasi klinik gastritis kronik
Kebanyakan pasien tidak mempunyai keluhan. Hanya sebagian kecil
mengeluh nyeri ulu hati, anoreksia, nausea, dan pada pemeriksaan fisik tidak
dijumpai kelainan.
DIAGNOSIS
Kebanyakan gastritis tanpa gejala. Mereka yang mempunyai keluhan biasanya
berupa keluhan yang tidak khas. Keluhan yang sering diohubung-hubungkan
dengan gastritis adalah nyeri panas dan pedih diulu hati disertai mual kadang-
kadang sampai muntah. Keluhan-keluhan tersebut juga tidak dapat digunakan
sebagai alat evaluasi keberhasilan pengobatan. Pemeriksaan fisis juga tidak dapat
memberikan informasi yang dibutuhkan untuk menegakkan diagnosis.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan endoskopi dan histopatologi.
Sebaiknya biopsi dilakukan dengan sistematis sesuai dengan update sydney
system yang mengharuskan mencantumkan topografi. Gambaran endoskopi yang
dapat dijumpai adalah eritema, eksudatif, flat erosion, raised erosion, perdarahan,
edematous rugae. Perubahan-perubahan histopatologi selain menggambarkan
perubahan morfologi sering juga menggambarkan proses yang mendasari,
misalnya otoimun atau respon adaptif mukosa lambung. Peubahan-perubahan
yang terjadi berupa degradasi epitel, hyperplasia foveolar, infiltrasi netrofil,
inflamasi sel mononuklear, folikel limpoid, atropi, intestinal metaplasia,
hyperplasia sel endokrin, kerusakan sel parietal.
9
10
11
Pemeriksaan foto rongen saluran cerna bagian atas. Tes ini akan melihat
adanya tanda-tanda gastritis atau penyakit pencernaan lainnya. Biasanya akan
diminta menelan cairan barium terlebih dahulu sebelum dilakukan rongen, cairan
ini akan melapisi saluran cerna dan akan terlihat lebih jelas ketika di rongen.
12
Pada pemeriksaan dengan menggunakan barium meal diperoleh gambaran:
1) Mukosa irreguler
2) Terdapat gambaran 3 lapisan pada lambung yang terdiri dari udara, cairan
dan kontras
Gastritis kronik
PROSEDUR PEMERIKSAAN OMD
Prosedur pemeriksaan Oesofagus Maag Duodenum (OMD) menurut beberapa
sumber, sebagai berikut :
1. Definisi
Pemeriksaan OMD adalah pemeriksaan dari saluran pencernaan bagian
atas yang meliputi esophagus, lambung, dan duodenum dengan menggunakan
bahan kontras yang dimasukkan melalui mulut atau disebut juga dengan
barium meal. Pemeriksaan ini dapat dibagi menjadi 2 metode yaitu : metode
single contrast dan metode double contrast.
2. Persiapan Pasien
Pasien diberi penjelasan tentang jalannya pemeriksaan dan persyaratan yang
akan dilakukan. Persyaratan tersebut antara lain :
Dua hari sebelum pemeriksaan pasien melakukan diet rendah serat.
Selama diet, pasien tidak diperbolehkan merokok dan mengunyah permen
karet karena dapat merangsang sekresi lambung dan air liur.
13
Sehari sebelum pemeriksaan, pasien meminum non gas forming laxative.
Pasien diinstruksikan untuk puasa kira-kira 8-9 jam sebelum pemeriksaan.
3. Teknik pemeriksaan
Metode Single Contrast
Pemeriksaan Oesophagus Maag Duodenum (OMD) didahului dengan
pemeriksaan esophagus dengan menggunakan metode single contrast.
Pada metode ini, pasien diinstruksikan untuk meminum suspense barium
sulfat sebanyak 60 ml dengan perbandingan kekentalan 1:1, pemberian
suspensi barium sulfat ini dilakukan untuk melihat kelainan yang terjadi
pada oesofagus dan mukosa lambung dengan menggunakan teknik
flourscopy.
Setelah oesofagus dan mukosa lambung terisi suspensi barium sulfat
lagi dengan kekentalan yang lebih encer dibandingkan dengan kekentalan
pada pemeriksaan esophagus yaitu dengan perbandingan 1:4 sebanyak
220-240 ml. fungsi dari peminuman sespensi barium sulfat yang kedua ini
adalah agar semua lambung terisi barium sulfat.
Metode Double Contrast
Bahan-bahan yang digunakan pada metode double contrast yaitu :
o Suspensi barium sulfat sebanyak 220-240 ml.
o Ez-gas yang dapat menghasilkan gas sebanyak +- 200-300 ml di
dalam lambung.
o 1 ampul buscopan atau glucagon.
Pemeriksaan dimulai dengan peminuman suspense barium sulfat
yang telah dicampur dengan ez-gas. Pasien akan merasa lambungnya terisi
oleh gas, pasien diinstruksikan untuk tidak bersendawa selama
pemeriksaan.
Kemudian pasien disuntikkan busopan atau glucagon sebanyak 1
ampul secara intra vena yang bertujuan untuk mengurangi gerak peristaltic
lambung. Langkah berikutnya, pasien dipersilahkan untuk tiduran diatas
meja pemeriksaan dan diinstruksikan untuk merubah posisi dari supine –
14
oblique – prone. Tujuan dari gerakan ini agar suspense barium sulfat
melapisi seluruh mukosa lambung.
4. Prosedur Pengambilan Gambar
Pengambilan gambar radiografi menggunakan teknik fluoroscopy.
Dengan pemanfaatan system spot film device yang ada pada teknik ini,
dapat dibuat film radiografi dengan beberapa seri. Untuk gambaran
oesofagus menggunakan film seri 3. Dimulai dari gambaran bagian
proximal, sampai bagian distal pada proyeksi AP dan Lateral. Sedangakan
untuk gambaran lambung dibuat film seri 2, dimulai dari gambaran fundus
sampai pylorus pada proyeksi AP dan Oblique.
PENGOBATAN
Gastritis kronik
1) Eradikasi Helicobacter pylori
2) Eradikasi dikombinasikan dengan penghambat pompa proton dan antibiotik.
Antibiotik dapat berupa tetrasiklin, metronidasol, klaritromisin dan
amoksisilin. Untuk hasil pengobatan yang lebih baik dapat digunakan lebih
dari satu macam antibiotik.
3) Antagonis H2 (seperti ranitidin) dikombinasikan dengan penghambat pompa
proton dapat menurunkan sekresi asam lambung
4) Pemberian vitamin B12 melalui parenteral untuk memperbaiki keadaan
anemianya.
Gastritis Akut
1) Pemberian antasida
Mengatasi perasaan begah (penuh) dan tidak enak di abdomen dan
menetralisir asam lambung dengan meningkatan pH lambung sekitar 4-6.
2) Gastrektomi adalah pembedahan gaster dengan indikasi absolut.
15
DIFERENSIAL DIAGNOSIS
1. ULKUS PEPTIKUM
Prinsip pemeriksaan ulkus peptik adalah suspensi yang diminum pasien
memasuki ulkus didalam dinding lambung. Dengan demikian ulkus
menampakkan diri di dalam gambar lambung yang berkontras ini.
Kemampuan mengenal tanda ulkus itu pada foto memerlukan latihan.
Perhatikan sketsa. Harus diingat bahwa pada foto, suspensi sebenarnya hanya
memperlihatkan dinding bagian dalam, sedang dinding bagian luar tidak
tampak. Bila ulkus yang berda di dalam dinding itu terisi suspensi barium
sulfat, maka seolah-olah terlihat sebuah bayangan diluar gambar normal.
Sehingga biasa di sebut bayangan tambahan atau dalam bahasa asing
additional shadow. Ulkusnya sendiri yang bergambar oleh additional
shadowtersebut disebut Nis atau nisse atau niche. Dalam bahasa indonesia
dipakai istilah junud.
16
Ulkus peptikum
2. TUMOR GASTER
Tumor secara radiologik adalah sebuah lesi yang menyita ruangan. Bila
ada tumor lambung maka dengan sendirinya kontras tidak dapat mengisinya,
sehingga pada pengisian lambung olehnya, tempat tersebut merupakan tempat
yang luput dari pengisian kontras (luput kontras atau filling defect). Untuk
dapat mengenal adanya filling defect dalam bayang rongen perlu sekedar
pengalaman
Ulkus dan karsinoma lambung dapat ditemukan dimana saja dalam
lambung. Antrum prepilorik dikenal sebagai tempat predileksi baik untuk
ulkus maupun karsinoma. Bulbus duodeni adalah tempat predileksi pula,
tetapi untuk ulkus sedangkan karsinoma jarang ditemukan.
17
tumor lambung
18
DAFTAR PUSTAKA
Sudoyo, Aru, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1 Edisi V. Jakarta:
Interna Publishing.2009.
Tanto, Chris, dkk. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ke-4. Jakarta: Media
Aesculapius. 2014.
Price, Sylvia, Anderson dan Wilson. Loraine M. C. Patofisiologi: Konsep Klinis
Prises-Proses Penyakit Edisi 6 Vol 2. Jakarta: EGC. 2006.
Smeltzer, Suzanne C dan Bare, Brenda G. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Brunner Dan Suddarth Edisi 8 Vol 1,2. Jakarta: EGC. 2002.
Urban, Fischer. Sobotta Anatomie des menschen. Munchen: Elsevier GmbH.
2007.
Rasad, Sjahriar. Radiologi Diagnostik Edisi Kedua.Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
2010.
Soetikno, Ristaniah D. Radiologi Emergensi. Bandung: PT Rafika Aditama. 2013
Kuliah Radiologi Lengkap alvailable from www. Scribd. Com. Diakses tanggal 2
Agustus 2015
Sutadi, Sri Maryuni. Gastritis. Divisi Gastroenterologi dan Hepatologi FK
USU/RSUP Adam Malik
Gastritits Alvailable from http://www.medscape.com/viewarticle/410726_2.
Diakses tanggan 10 Agustus 2015
19