26
GASTRITIS IDENTITAS Nama : Nur Rahmatullah Jenis kelamin : Perempuan Tanggal lahir : 12 maret 1992 Umur : 23 tahun Nomor RM : 318360 Alamat : Jln. Mapaodang STATUS MEDIS PASIEN ANAMNESIS: Keluhan utama : Nyeri ulu hati Anamnesis terpimpin : Nyeri ulu hati dirasakan sejak 4 hari yang lalu. Nyeri dirasakan seperti tertusuk-tusuk, menjalar ke belakang. Disertai perut kembung dan mual muntah yang dialami sejak 4 hari yang lalu. Muntah berisi sisa makanan dan minum, frekuensi 5 kali. Pasien mengaku muntah terjadi sesaat setelah makan. Demam tidak ada, sakit kepala tidak ada, batuk berlendir berwarna putih ada sejak 1 bulan yang lalu. Buang air besar baik, Buang air kecil kuning, lancar. riwayat pengoabatan tidak ada. Riwayat menderita keluhan yang sama ada sejak 2 tahun yang lalu hilang timbul, kambuh terutama saat terlambat makan. Pasien memiliki 1

Gastritis

Embed Size (px)

DESCRIPTION

radiology departement, gastrointestinal dev.

Citation preview

Page 1: Gastritis

GASTRITIS

IDENTITAS

Nama : Nur Rahmatullah

Jenis kelamin : Perempuan

Tanggal lahir : 12 maret 1992

Umur : 23 tahun

Nomor RM : 318360

Alamat : Jln. Mapaodang

STATUS MEDIS PASIEN

ANAMNESIS:

Keluhan utama : Nyeri ulu hati

Anamnesis terpimpin : Nyeri ulu hati dirasakan sejak 4 hari yang lalu. Nyeri

dirasakan seperti tertusuk-tusuk, menjalar ke belakang. Disertai perut kembung

dan mual muntah yang dialami sejak 4 hari yang lalu. Muntah berisi sisa makanan

dan minum, frekuensi 5 kali. Pasien mengaku muntah terjadi sesaat setelah

makan. Demam tidak ada, sakit kepala tidak ada, batuk berlendir berwarna putih

ada sejak 1 bulan yang lalu. Buang air besar baik, Buang air kecil kuning, lancar.

riwayat pengoabatan tidak ada. Riwayat menderita keluhan yang sama ada sejak 2

tahun yang lalu hilang timbul, kambuh terutama saat terlambat makan. Pasien

memiliki kebiasaan mengkonsumsi makanan pedas. Riwayat keluarga memiliki

keluhan yang sama tidak ada.

PEMERIKSAAN FISIS

1. Inspeksi : Anemia (-)

Ikterus (-)

Lemas (+)

2. Palpasi : Paru, jantung dan abdomen dalam batas normal

1

Page 2: Gastritis

3. Perkusi : Paru pekak

Abdomen timpani

4. Auskultasi: peristaltik usus 10x dalam 1 menit

PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Laboratorium

Glukosa puasa : 91 mg/dl

Ureum : 32 mg/dl

Kreatinin : 1.2 mg/dl

2. Radiologi

Xray thoraks : Dalam batas normal

MD : Gastritis

Hasil baca foto MD:

kontras lancar masuk ke oesophagus dan gaster

Permukaan oesophagus dan gaster normal tidak ada filling defect

dan additional shadow

Tampak gambran tiga densitas di gaster

2

Page 3: Gastritis

Gambaran gastritis pada pemeriksaan MD

PENATALAKSANAAN

OBH 3X2 C

Santagesik iv/ 8 jam

Dexanta 3x2 C

Omeprazol 1-0-1

Ciprofloksaxin 500 mg

Cefadroxil 3x500 mg

Ondansetron iv/ 8 jam

DEFINISI

Gastritis adalah suatu peradangan mukosa lambung paling sering

diakibatkan oleh ketidakteraturan diet, misalnya makan terlalu banyak dan cepat

atau makan makanan yang terlalu berbumbu atau terinfeksi oleh penyebab lain

seperti alkohol, aspirin, refluks empedu atau terapi radiasi. Sedangkan menurut

pendapat lain Gastritis adalah suatu keadaan peradangan mukosa lambung yang

3

Page 4: Gastritis

bersifat akut, kronis, difus dan local. Ada dua jenis gastritis yang terjadi yaitu

gastritis akut dan kronik.

ANATOMI LAMBUNG

Lambung adalah perluasan organ berongga besar menyerupai kantung

dalam rongga peritoneum yang terletak diantara esofagus dan usus halus. Dalam

keadaan kosong, lambung menyerupai tabung bentuk J, dan bila penuh, berbentuk

seperti buah pir raksasa. Lambung terdiri dari antrum kardia (yang menerima

esofagus), fundus besar seperti kubah, badan utama atau korpus dan pylorus.

Perdarahan lambung berasal dari arteri gastrica sinistra yang berasal dari

truncus coeliacus, arteri gastric dekstra yang dilepaskan dari arteri hepatica, arteri

gastroepiploica cabang dari arteri gastricaduodenalis arteri gastroepiploica cabang

dari arteri gastricaduodenalis, arteri gastro-omentalis yang berasal dari arteri

splenica, dan arteri gastrica breves berasal dari distal arteri splenica.

Vena-vena lambung mengikuti arteri-arteri yang sesuai dalam hal letak

dan lintasan. Vena gastrica dekstra dan vena-vena gastrica sinistra mencurahkan

isinya ke dalam vena porta hepatis, dan vena gastrica breves dan vena gastro-

omentalis membawa isinya ke vena splenica yang bersatu dengan vena mesentrika

superior untuk membentuk vena porta hepatis. Vena gastro-omentalis dekstra

bermuara dalam vena mesentrica superior.

4

Page 5: Gastritis

FISIOLOGI LAMBUNG

Lambung adalah organ endokrin-eksokrin campuran yang mencerna

makanan dan mensekresi hormon. Lambung adalah bagian saluran cerna yang

melebar dengan fungsi utama menambahkan cairan asam pada makanan yang

masuk, mengubahnya melalui aktifitas otot menjadi massa kental (khimus) dan

melanjutkan proses pencernaan yang telah dimulai dalam rongga mulut dengan

menghasilkan enzim proteolitik pepsin. Lambung juga membentuk lipase

lambung yang menguraikan trigliserida dengan bantuan lipase lingual.

KETAHANAN MUKOSA LAMBUNG

Ketahanan mukosa lambung (sering disebut sitoproteksi) memegang peranan

untuk mempertahankan integritas mukosa lambung dari bahan berbahaya (faktor

agresif) secara endogen yaitu asam klorida, pepsin dan garam empedu, maupun

secara eksogen seperti obat, alkohol dan bakteri. Sistem pertahanan tersebut

terdiri atas :

a. Mukus dan Bikarbonat (mucous barrier)

Pada mukosa lambung dan duodenum diproduksi mukus (glikoprotein)

dan bikarbonat. Lapisan mukus ini melapisi permukaan mukosa dengan tebal

2-3 kali tinggi sel epitel permukaan. Mukus dan bikarbonat berfungsi

melindungi mukosa terhadap pengaruh asam dan pepsin, empedu dan zat

perusak luar. Salisilat dan analgetik non steroid lain dapat merusak lapisan

mukus ini.

b. Resistensi Mukosa (mucosal resistance, barrier)

Faktor yang berperan disini adalah daya regenerasi sel (cell turn over),

potensial listrik membran mukosa dan kemampuan penyembuhan luka. Cairan

empedu dan salisilat dapat menurunkan potensial listrik membran mukosa.

Kerusakan atau kehilangan sel akan segera dikompensasi dengan mitosis sel,

sehingga keutuhan permukaan mukosa dipertahankan.

Kemampuan proliferasi sel mukosa sangat penting untuk

mempertahankan keutuhan mukosa dan penyembuhan lesi mukosa. Pada

5

Page 6: Gastritis

penderita dengan lesi mukosa akut dalam waktu singkat akan terjadi

proliferasi sel untuk menutupi lesi.

c. Aliran Darah Mukosa (mikrosirkulasi)

Aliran darah mukosa yang menjamin suplai oksigen dan nutrisi yang

adekuat adalah penting untuk ketahanan mukosa. Setiap penurunan aliran

darah baik lokal maupun sistemik akan menyebabkan anoksia sel, penurunan

ketahanan mukosa dan memudahkan terjadinya ulserasi.

Penurunan perfusi darah pada mukosa lambung memegang peranan

penting dalam patofisiologi ulkus akibat stress (stress ulser) pada syok, sepsis,

trauma berat dan sebagainya. Pada orang tua dengan ulkus lambung ternyata

disertai arteriosklerosis dan atrofi mukosa, keadaan ini yang mempermudah

kerusakan mukosa lambung.

d. Prostaglandin dan Beberapa Faktor Pertumbuhan

Disamping ketiga faktor tersebut diatas, ternyata Prostaglandin (PG)

yang dihasilkan mukosa lambung dan duodenum mempunyai peranan penting

dalam ketahanan mukosa (efek sitoprotektif). Peranan PG tersebut antara lain

meningkatkan sekresi mukus dan bikarbonat, mempertahankan pompa

sodium, stabilisasi membran sel dan meningkatkan aliran darah mukosa.

Komponen lain yang akan memelihara ketahanan mukosa adalah epidermal

growth factor (EGF) dan transforming growth factor alpha (TGF-α). Kedua

peptida ini pada lambung akan meningkatkan produksi mukus dan

menghambat produksi asam.

ETIOLOGI

1) Infeksi bakteri; seperti H. pylori (paling sering), H. heilmanii, Streptococci,

Staphylococci, Protecus species, Clostridium species, E.coli, Tuberculosis,

dan secondary syphilis

2) Infeksi virus oleh Sitomegalovirus.

3) Infeksi jamur; seperti Candidiasis, Histoplasmosis, dan Phycomycosis.

4) Iskemia, akibat penurunan aliran darah ke lambung, trauma langsung

lambung, berhubungan dengan keseimbangan antara agresi dan mekanisme

6

Page 7: Gastritis

pertahanan untuk menjaga integritas mukosa, yang dapat menimbulkan

respons peradangan pada mukosa lambung.

5) Makanan dan minuman yang bersifat iritan. Makanan berbumbu dan

minuman dengan kandungan kafein dan alcohol merupakan agen-agen

penyebab iritasi mukosa lambung.

6) Kondisi imunologi (autoimun) didasarkan pada kenyataan, terdapat kira-

kira 60% serum pasien gastritis kronik mempunyai antibodi terhadap sel

parietalnya.

7) Gastropati akibat kimia, dihubungkan dengan kondisi refluk garam empedu

kronis dan kontak dengan OAINS (Indomestasin, Ibuprofen, dan Asam

Salisilat), Sulfonamide, Steroid, Kokain, agen kemoterapi (Mitomisin, 5-

fluoro-2-deoxyuridine), Salisilat, dan Digitalis bersifat mengiritasi mukosa

lambung atau Aspirin

8) Gastritis granuloma non-infeksi kronis yang berhubungan dengan berbagai

penyakit, meliputi penyakit Crohn, Sarkoidosis, Wegener granulomatus,

penggunaan kokain, Isolated granulomatous gastritis, penyakit

granulomatus kronik pada masa anak-anak, Eosinophilic granuloma,

Allergic granulomatosis dan vasculitis, Plasma cell granulomas,

Rheumatoid nodules, Tumor amyloidosis, dan granulomas yang

berhubungan dengan kanker lambung.

PATOFISIOLOGI

Patofisiologi gastritis yaitu mukosa barier lambung umumnya melindungi

lambung dari pencernaan terhadap lambung itu sendiri, yang disebut proses

autodigesti acid, prostaglandin yang memberikan perlindungan ini. Ketika

mukosa barier ini rusak maka timbul gastritis. Setelah barier ini rusak terjadilah

perlukaan mukosa dan diperburuk oleh histamin dan stimulasi saraf colinergic.

Kemudian HCL dapat berdifusi balik kedalam mucus dan menyebabkan luka pada

pembuluh yang kecil, yang mengakibatkan terjadinya bengkak, perdarahan, dan

erosi pada lambung. Alkohol, aspirin dan refluk isi duodenal diketahui sebagai

penghambat difusi barier.

7

Page 8: Gastritis

Pada keadaan normal, asam lambung dan pepsin tidak akan menyebabkan

kerusakan mukosa lambung dan duodenum. Bila oleh karena sesuatu sebab

ketahanan mukosa rusak (misalnya karena salisilat, empedu, iskemia mukosa)

maka akan terjadi difusi balik H+ dari lumen masuk ke dalam mukosa. Difusi

balik H+ akan menyebabkan reaksi berantai yang dapat merusak mukosa lambung

dan menyebabkan pepsin dilepas dalam jumlah besar.

Na+ dan protein plasma banyak yang masuk kedalam lumen dan terjadi

pelepasan histamin. Selanjutnya terjadi peningkatan sekresi asam lambung oleh

sel parietal, peningkatan permeabilitas kapiler, oedema dan perdarahan. Di

samping itu akan merangsang parasimpatik lokal akibat sekresi asam lambung

makin meningkat dan tonus muskularis mukosa meninggi, sehingga kongesti vena

makin hebat dan menyebabkan perdarahan. Keadaan ini merupakan lingkaran

setan yang menyebabkan kerusakan mukosa makin berlanjut, dapat terjadi erosi

superfisial atau ulserasi.

Iritasi pada mukosa yang berlangsung lama menyebabkan kerusakan

mukosa yang berulang-ulang sehingga dapat terjadi radang lambung kronis dan

tukak lambung. Hal ini terjadi misalnya pada pecandu alkohol, perokok, pengguna

analgetik non steroid jangka panjang dan refluks empedu. Keadaan serupa terjadi

juga pada fungsi pengosongan lambung yang lambat, sehingga mukosa lambung

kontak lama dengan isi lambung.

MANIFESTASI KLINIK

Manifestasi klinik gastritis terbagi menjadi yaitu gastritis akut dan gastritis.

a. Manifestasi klinik gastritis akut

Sindrom dispepsia berupa nyeri epigastrium, mual, kembung, muntah,

merupakan salah satu keluhan yang sering muncul. Ditemukan pula

perdarahan saluran cerna berupa hematemesis dan melena, kemudian disusul

dengan tanda-tanda anemia pasca perdarahan. Biasanya, jika dilakukan

anamnesis lebih dalam, terdapat riwayat penggunaan obat-obatan atau bahan

kimia tertentu.

8

Page 9: Gastritis

b. Manifestasi klinik gastritis kronik

Kebanyakan pasien tidak mempunyai keluhan. Hanya sebagian kecil

mengeluh nyeri ulu hati, anoreksia, nausea, dan pada pemeriksaan fisik tidak

dijumpai kelainan.

DIAGNOSIS

Kebanyakan gastritis tanpa gejala. Mereka yang mempunyai keluhan biasanya

berupa keluhan yang tidak khas. Keluhan yang sering diohubung-hubungkan

dengan gastritis adalah nyeri panas dan pedih diulu hati disertai mual kadang-

kadang sampai muntah. Keluhan-keluhan tersebut juga tidak dapat digunakan

sebagai alat evaluasi keberhasilan pengobatan. Pemeriksaan fisis juga tidak dapat

memberikan informasi yang dibutuhkan untuk menegakkan diagnosis.

Diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan endoskopi dan histopatologi.

Sebaiknya biopsi dilakukan dengan sistematis sesuai dengan update sydney

system yang mengharuskan mencantumkan topografi. Gambaran endoskopi yang

dapat dijumpai adalah eritema, eksudatif, flat erosion, raised erosion, perdarahan,

edematous rugae. Perubahan-perubahan histopatologi selain menggambarkan

perubahan morfologi sering juga menggambarkan proses yang mendasari,

misalnya otoimun atau respon adaptif mukosa lambung. Peubahan-perubahan

yang terjadi berupa degradasi epitel, hyperplasia foveolar, infiltrasi netrofil,

inflamasi sel mononuklear, folikel limpoid, atropi, intestinal metaplasia,

hyperplasia sel endokrin, kerusakan sel parietal.

9

Page 10: Gastritis

10

Page 11: Gastritis

11

Page 12: Gastritis

Pemeriksaan foto rongen saluran cerna bagian atas. Tes ini akan melihat

adanya tanda-tanda gastritis atau penyakit pencernaan lainnya. Biasanya akan

diminta menelan cairan barium terlebih dahulu sebelum dilakukan rongen, cairan

ini akan melapisi saluran cerna dan akan terlihat lebih jelas ketika di rongen.

12

Page 13: Gastritis

Pada pemeriksaan dengan menggunakan barium meal diperoleh gambaran:

1) Mukosa irreguler

2) Terdapat gambaran 3 lapisan pada lambung yang terdiri dari udara, cairan

dan kontras

Gastritis kronik

PROSEDUR PEMERIKSAAN OMD

Prosedur pemeriksaan Oesofagus Maag Duodenum (OMD) menurut beberapa

sumber, sebagai berikut :

1.   Definisi

Pemeriksaan OMD adalah pemeriksaan dari saluran pencernaan bagian

atas yang meliputi esophagus, lambung, dan duodenum dengan menggunakan

bahan kontras yang dimasukkan melalui mulut atau disebut juga dengan

barium meal. Pemeriksaan ini dapat dibagi menjadi 2 metode yaitu : metode

single contrast dan metode double contrast.

2.   Persiapan Pasien

Pasien diberi penjelasan tentang jalannya pemeriksaan dan persyaratan yang

akan dilakukan. Persyaratan tersebut antara lain :

Dua hari sebelum pemeriksaan pasien melakukan diet rendah serat.

Selama diet, pasien tidak diperbolehkan merokok dan mengunyah permen

karet karena dapat merangsang sekresi lambung dan air liur.

13

Page 14: Gastritis

Sehari sebelum pemeriksaan, pasien meminum non gas forming laxative.

Pasien diinstruksikan untuk puasa kira-kira 8-9 jam sebelum pemeriksaan.

3.   Teknik pemeriksaan

Metode Single Contrast

Pemeriksaan Oesophagus Maag Duodenum (OMD) didahului dengan

pemeriksaan esophagus dengan menggunakan metode single contrast.

Pada metode ini, pasien diinstruksikan untuk meminum suspense barium

sulfat sebanyak 60 ml dengan perbandingan kekentalan 1:1, pemberian

suspensi barium sulfat ini dilakukan untuk melihat kelainan yang terjadi

pada oesofagus dan mukosa lambung dengan menggunakan teknik

flourscopy.

Setelah oesofagus dan mukosa lambung terisi suspensi barium sulfat

lagi dengan kekentalan yang lebih encer dibandingkan dengan kekentalan

pada pemeriksaan esophagus yaitu dengan perbandingan 1:4 sebanyak

220-240 ml. fungsi dari peminuman sespensi barium sulfat yang kedua ini

adalah agar semua lambung terisi barium sulfat.

 Metode Double Contrast

Bahan-bahan yang digunakan pada metode double contrast yaitu :

o Suspensi barium sulfat sebanyak 220-240 ml.

o Ez-gas yang dapat menghasilkan gas sebanyak  +- 200-300 ml di

dalam lambung.

o 1 ampul buscopan atau glucagon.

Pemeriksaan dimulai dengan peminuman suspense barium sulfat

yang telah dicampur dengan ez-gas. Pasien akan merasa lambungnya terisi

oleh gas, pasien diinstruksikan untuk tidak bersendawa selama

pemeriksaan.

Kemudian pasien disuntikkan busopan atau glucagon sebanyak 1

ampul secara intra vena yang bertujuan untuk mengurangi gerak peristaltic

lambung. Langkah berikutnya, pasien dipersilahkan untuk tiduran diatas

meja pemeriksaan dan diinstruksikan untuk merubah posisi dari supine –

14

Page 15: Gastritis

oblique – prone. Tujuan dari gerakan ini agar suspense barium sulfat

melapisi seluruh mukosa lambung.

4.         Prosedur Pengambilan Gambar

Pengambilan gambar radiografi menggunakan teknik fluoroscopy.

Dengan pemanfaatan system spot film device yang ada pada teknik ini,

dapat dibuat film radiografi dengan beberapa seri. Untuk gambaran

oesofagus menggunakan film seri 3. Dimulai dari gambaran bagian

proximal, sampai bagian distal pada proyeksi AP dan Lateral. Sedangakan

untuk gambaran lambung dibuat film seri 2, dimulai dari gambaran fundus

sampai pylorus pada proyeksi AP dan Oblique.

PENGOBATAN

Gastritis kronik

1) Eradikasi Helicobacter pylori

2) Eradikasi dikombinasikan dengan penghambat pompa proton dan antibiotik.

Antibiotik dapat berupa tetrasiklin, metronidasol, klaritromisin dan

amoksisilin. Untuk hasil pengobatan yang lebih baik dapat digunakan lebih

dari satu macam antibiotik.

3) Antagonis H2 (seperti ranitidin) dikombinasikan dengan penghambat pompa

proton dapat menurunkan sekresi asam lambung

4) Pemberian vitamin B12 melalui parenteral untuk memperbaiki keadaan

anemianya.

Gastritis Akut

1) Pemberian antasida

Mengatasi perasaan begah (penuh) dan tidak enak di abdomen dan

menetralisir asam lambung dengan meningkatan pH lambung sekitar 4-6.

2) Gastrektomi adalah pembedahan gaster dengan indikasi absolut.

15

Page 16: Gastritis

DIFERENSIAL DIAGNOSIS

1. ULKUS PEPTIKUM

Prinsip pemeriksaan ulkus peptik adalah suspensi yang diminum pasien

memasuki ulkus didalam dinding lambung. Dengan demikian ulkus

menampakkan diri di dalam gambar lambung yang berkontras ini.

Kemampuan mengenal tanda ulkus itu pada foto memerlukan latihan.

Perhatikan sketsa. Harus diingat bahwa pada foto, suspensi sebenarnya hanya

memperlihatkan dinding bagian dalam, sedang dinding bagian luar tidak

tampak. Bila ulkus yang berda di dalam dinding itu terisi suspensi barium

sulfat, maka seolah-olah terlihat sebuah bayangan diluar gambar normal.

Sehingga biasa di sebut bayangan tambahan atau dalam bahasa asing

additional shadow. Ulkusnya sendiri yang bergambar oleh additional

shadowtersebut disebut Nis atau nisse atau niche. Dalam bahasa indonesia

dipakai istilah junud.

16

Page 17: Gastritis

Ulkus peptikum

2. TUMOR GASTER

Tumor secara radiologik adalah sebuah lesi yang menyita ruangan. Bila

ada tumor lambung maka dengan sendirinya kontras tidak dapat mengisinya,

sehingga pada pengisian lambung olehnya, tempat tersebut merupakan tempat

yang luput dari pengisian kontras (luput kontras atau filling defect). Untuk

dapat mengenal adanya filling defect dalam bayang rongen perlu sekedar

pengalaman

Ulkus dan karsinoma lambung dapat ditemukan dimana saja dalam

lambung. Antrum prepilorik dikenal sebagai tempat predileksi baik untuk

ulkus maupun karsinoma. Bulbus duodeni adalah tempat predileksi pula,

tetapi untuk ulkus sedangkan karsinoma jarang ditemukan.

17

Page 18: Gastritis

tumor lambung

18

Page 19: Gastritis

DAFTAR PUSTAKA

Sudoyo, Aru, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1 Edisi V. Jakarta:

Interna Publishing.2009.

Tanto, Chris, dkk. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ke-4. Jakarta: Media

Aesculapius. 2014.

Price, Sylvia, Anderson dan Wilson. Loraine M. C. Patofisiologi: Konsep Klinis

Prises-Proses Penyakit Edisi 6 Vol 2. Jakarta: EGC. 2006.

Smeltzer, Suzanne C dan Bare, Brenda G. Buku Ajar Keperawatan Medikal

Bedah Brunner Dan Suddarth Edisi 8 Vol 1,2. Jakarta: EGC. 2002.

Urban, Fischer. Sobotta Anatomie des menschen. Munchen: Elsevier GmbH.

2007.

Rasad, Sjahriar. Radiologi Diagnostik Edisi Kedua.Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

2010.

Soetikno, Ristaniah D. Radiologi Emergensi. Bandung: PT Rafika Aditama. 2013

Kuliah Radiologi Lengkap alvailable from www. Scribd. Com. Diakses tanggal 2

Agustus 2015

Sutadi, Sri Maryuni. Gastritis. Divisi Gastroenterologi dan Hepatologi FK

USU/RSUP Adam Malik

Gastritits Alvailable from http://www.medscape.com/viewarticle/410726_2.

Diakses tanggan 10 Agustus 2015

19