Upload
ikhza-pandawa
View
24
Download
5
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Gastroenterologi
Citation preview
KULIAHGASTROENTEROLOGI
SUKENDRO SENDJAJA
Kuliah Mahasiswa S1 FK UWK
10 April 2012
NYERI ABDOMEN
• Nyeri visceral
NYERI ABDOMEN• Nyeri tekan pada abdomen
KULIAH GASTROENTEROLOGI
Penyakit Saluran Cerna Atas• Disfagia• Dispepsia• Helicobacter pylori• Tukak peptik• Penyakit refluks gastroesofageal (GERD)
Penyakit saluran Cerna Bawah
GANGGUAN ESOFAGUS DAN GASTER
•DISFAGIA
•dispepsia
•PENYAKIT REFLUKS GASTROESOFAGUS (GERD)
•PENYAKIT ULKUS PEPTIKUM
•PERDARAHAN GASTROINTESTINAL
DISFAGIA
Definisi
• Sensasi gangguan pasase makanan dari mulut ke lambung.
Harus dibedakan dengan odinofagia (rasa sakit waktu
menelan).
Diagnostik
• Barium meal (esofagografi).
• Esofagogastroduodenoskopi (EGD).
• Pemantauan pH esofagus atau manometri esofagus.
DISFAGIA• Etiologi
DISPEPSIA
• Dispepsia adalah keluhan nyeri (“abdominal pain”) atau perasaan tak enak (“abdominal discomfort”) yang bersifat menetap atau berulang, di daerah epigastrium.
• Keluhan ini dapat disertai rasa pedih, panas, kembung, mual, muntah, cepat kenyang, tak suka makan dan pengeluaran gas yang berlebihan (bersendawa) (Roma II)
• Dispepsia bukanlah suatu penyakit tetapi suatu sindrom yang harus dicari penyebabnya.
PEMBAGIAN
1. Kelainan patologi
1.1. Dispepsia fungsional
1.2. Dispepsia organik
2. Keluhan pasien(Roma II)
2.1. Tipe tukak (“ulcer-like”)
2.2. Tipe dismotilitas
(“dysmotility-like”)
2.3. Tipe nonspesifik
(“unspecified”)
DISPEPSIA FUNGSIONAL(ROMA III – 2006)
B1. Dispepsia Fungsional
•B1a: Sindroma Distres Pasca-makan
(Postprandial Distress Syndrome = PDS).
•B1b: Sindroma Nyeri Epigastrium
(Epigastric Pain Syndrome = EPS).
DISPEPSIA NON-TUKAK
• Dyspepsia non tukak (“non-ulcer dyspepsia”) atau dispepsia fungsional : bila pada pemeriksaan tidak ditemukan kelainan organik, baik : klinik, endoskopik, biokimia, maupun ultrasonografi (mis : tukak peptik, refluks gastro-esofageal, pankreatitis, dsb), minimal selama 3 bulan dalam 6 bulan terakhir (Kriteria Roma III – 2006).
• Gastritis dengan/tanpa infeksi kuman Helicobacter pylori termasuk dispepsia non tukak.
Activity of secretory cells of the gastric mucosa
PATOGENESIS DISPEPSIAMekanisme yang menimbulkan keluhan dispepsia masih
belum jelas.
Beberapa teori :
1. Asam lambung
2. Motilitas
3. Gangguan fungsi sensoris
4. Kejiwaan
5. Post-infeksi kuman H. pylori
6. Duodenitis
7. Diit dan lingkungan
PATOGENESIS
1. Asam lambung• Peka terhadap asam lambung.• Gastric Releasing Peptide (GRP) pada NUD dg HP (+) > orang
sehat dg HP (+).• Tipe tukak (ulcer-like dyspepsia).
2. Motilitas• 40% NUD terdapat keterlambatan pengosongan lambung untuk
makanan padat.• 25-50% hipomotilitas antrum post prandial.• Tipe dismotilitas (dysmotility-like dyspepsia).• Penyebab : kuman H.pylory, refluks gastroduodenal, hormonal
(DM), stress.
PATOGENESIS
3. Gangguan fungsi sensoris
• Pada NUD : “decreased sensory threshold”.
• Lesi organik sistem syaraf afferent visceral.
4. Kejiwaan
• Tak ada hubungan dengan kepribadian.
• Stress yang berlangsung lama.
PATOGENESIS
5. Post infeksi kuman Helicobacter pylori• 40-80% pasien dispepsia : kuman H. pylori (+).• Tidak semua Hp (+), dispepsia (+).• Chronic inflammation visceral hyperalgesia.
6. Duodenitis• 14-83% pasien dispepsia : PA (+) duodenitis.• Tidak semua End (+), PA (+) gastro-duodenitis.• Kelainan PA tidak selalu = keluhan.
PATOGENESIS
7. Diet dan lingkungan
• Dispepsia akut : pemakai aspirin, NSAID.
• Dispepsia juga (+) : rokok, kopi.
• 50% berhubungan dengan makanan : fatty, kopi,
merokok, alkohol, pedas, asam, panas, soda, dll.
KLASIFIKASI DISPEPSIA(ROMA II – 1999)
1. Tipe ulkus (“ulcer like”)2. Tipe dismotilitas (“dysmotility like”)3. Tipe tidak spesifik (“unspecified”)
Klasifikasi dispepsia berdasarkan keluhan yang dominan ini sebenarnya kurang berarti dalam klinik, karena masing-masing saling tumpang tindih. Namun mungkin berguna untuk pilihan pengobatan bagi pasien.
Kriteria Diagnostik Roma IIIDISPEPSIA FUNGSIONAL
• Paling sedikit 3 bulan, dengan serangan minimal selama 6 bulan sebelumnya, salah satu atau lebih keluhan berikut ini :
- Rasa penuh yang mengganggu sehabis makan.
- Cepat kenyang.
- Nyeri epigastrium.
- Rasa terbakar di epigastrium dan• Tidak ada bukti adanya kelainan struktur atau anatomi
(termasuk pemeriksaan gastroskopi) yang dapat menjelaskan keluhan tersebut.
DIAGNOSIS
1. Anamnesis : sangat penting.
2. Pemeriksaan fisik : tak banyak membantu.
3. Laboratorium : kuman Helicobacter pylori.
4. Foto Barium Saluran Cerna Atas (UGI).
5. Endoskopi : menyingkirkan kelainan organik.
ALARMS ATAU ‘RED FLAGS’ DIMANA ENDOSKOPI SEBAIKNYA SEGERA DIKERJAKAN PADA DISPEPSIA
1. Anemia
2. Perdarahan gastrointestinal
3. Sering muntah
4. Anoreksia dengan BB menurun
5. Teraba masa atau benjolan
6. Upper GI photo menunjukkan kelainan yg mencurigakan.
DIAGNOSIS BANDING
1. Penyakit refluks gastro-esofageal (GERD).
2. Irritable bowel syndrome (IBS).
3. Penyakit saluran empedu (batu).
4. Pankreatitis kronik.
5. Dispepsia karena obat
6. Kelainan jiwa.
7. Lain-lain.
PENGOBATAN DISPEPSIA
70% pasien membaik dengan plasebo, mudah kambuh, kadang-kadang membangkang.
1. Penghambat asam : - Penyekat reseptor H-2 (PRH-2). - Penyekat pompa proton (PPP).2. Antibiotika/anti H. pylori.3. Prokinetik : metoklopramide, domperidon, cisapride.4. Antimuntah : antihistamin, fenotiasin, ondansetron.5. Sitoprotektor : bismuth, sukralfat, setraksat.6. Anti-depresan ringan : tricyclic.7. Antasida.8. Antispasmodik/antikolinergik.
HELICOBACTER PYLORI
• Bizzozero, 1893 : kuman spiral dalam lambung mamalia.
• Waren & Marshal, 1983 : Campylobacter-like organism dalam
lambung penderita gastritis kronik & tukak peptik.
• Goddwin dkk., 1989 : Helicobacter pylori.
• Kuman gram negatif, bulat lonjong, spiral, flagela.
• Hidup antara lapisan mukus dan epitel lambung.
• Hanya berkoloni di sel epitel lambung, terutama korpus dan
antrum.
Helicobacter pylori
HELICOBACTER PYLORI
EpidemiologiPrevalensi lebih tinggi di :• Negara berkembang.• Sosio-ekonomi rendah.• Lingkungan berjubel semasa anak.• Ras/etnik dan genetik tertentu.
Pada penyakit saluran makan :• Tukak duodenum : 95 – 100%• Gastritis kronik : 90 – 95%• Tukak lambung : 85 – 90%• Dispepsia non tukak : 7 – 72%
HELICOBACTER PYLORI(HP)
1. Efek sitotoksik : merusak mukosa lambung.
2. Respons imunologik, menekan resistensi mukosa.
3. Reaksi inflamasi kronik.
Suerbaum & Micheti, NEJM 2002;347:1175-1186
HELICOBACTER PYLORI
Memegang peranan penting dalam patogenesis beberapa penyakit:
• Gastritis akut,
• Gastritis kronik atrofikans,
• Penyakit tukak peptik,
• Metaplasia intestinal,
• Kanker lambung, dan
• “Mucosal associated lymphoid tissue (MALT) lymphoma”.
HELICOBACTER PYLORI(HP)
In 1994 “IARC (the International Agency for Research
on Cancer)” – a working party of the WHO –
designated H. pylori as class 1 (“definitive”) carcinogen.
Tes H.pylori
Urea breath testPasien diberi pil berisi urea dengan atom karbon yang diberi label 14C& 13C
Bila ada H.pylori, maka akan ditemukan CO2 dengan label 13 atau 14 pada saat pasien bernafas
• Uji imunologi / serologi
Digunakan secara luas, uji non-invasif yang tidak mahal
Akurasi diagnostik rendah (80-84%)
Disarankan untuk evaluasi ke arah infeksi H.pylori pada pasien dengan ulkus yang berdarah dan keadaan yang berkaitan dengan densitas bakteri yang rendah
Invasif• Endoskopi dengan biopsi lambung untuk uji urease cepat
(rapid urease test)
Malfertheiner P et al. Gut 2007;56:772-781
Maastricht 3–2006
Pemeriksaan H.pylori
Colony of H pylori in anthral gland
PENGOBATAN
Anti Helicobacter pylori :
1. Monotherapy : ARH-2 atau PPP.
2. Dual therapy : ARH-2/PPP+ampicillin/
clarithromycin.
3. Triple therapy : PPP+ampicillin+clarithromycin/
metronidazole.
4. Quadruple therapy : PPP+clarithromycin+metronidazol
+bismuth
PENGOBATANPengobatan sangat dianjurkan pada :• Tukak duodenum/tukak lambung (baik aktif atau tidak,
termasuk tukak peptik dengan komplikasi).• MALT Lymphoma (Limfoma “Mucosal Associated
Lymphoid Tissues”)• Gastritis atrofikans.• Pasca reseksi kanker lambung.• Pasien yang mempunyai saudara kandung atau orang tua
kandung dengan kanker lambung.• Keinginan pasien sendiri (setelah diberi penjelasan
selengkapnya oleh dokter).
TUKAK PEPTIK
BATASAN
• Tukak peptik adalah kerusakan jaringan mulai
dari mukosa, submukosa, sampai dengan
muskularis mukosa dari saluran makan bagian
atas, dengan batas yang jelas, akibat pengaruh
asam lambung dan pepsin.
TUKAK PEPTIK
PATOFISIOLOGI
• Patofisiologi terjadinya tukak peptik sangat kompleks.
• Asam bukan satu-satunya faktor penyebab, masih
banyak faktor lain.
• Penting adanya keseimbangan antara :
Faktor agresif asam-pepsin dengan
Faktor defensif mukosa lambung dan usus.
Figure . Mucosal defence mechanisms* Tarnawski A, Eerickson R: Eur J Gastroenterol Hepatol, 1991.
Mucus Bicarbonat
Surface epithelial cells
Mucosal cell renewal
Prostaglandin E2& prostacyclin
“Alkaline tide”
Microvessels
Sensory nerve
2
3
4
5
7
1
6
Submucosal Vein
Submucosal Artery
Nerve
Mucus HCO3
Muscularis Mucosa
Mucus
HCL Pepsin pH 2.0
pH 7.0 pH 7.0
H +
HCO3HCO3
M
M
M
H +
TUKAK PEPTIKPATOFISIOLOGI
Pertahanan mukosa menurun bila timbul :• Kerusakan mukosa• Penurunan sekresi mukus• Penurunan sekresi bikarbonat• Penurunan aliran darah mukosa (mikrosirkulasi)
Agresivitas asam lambung ditentukan oleh :• Sekresi asam malam hari (nocturnal secretion)• pH intraluminer yang tetap rendah• Pembersihan asam dalam lambung
Pathogenesis of gastric mucosal injuri
DEFENSIVE FACTORS:Mucous membrane barrier
MucusBicarbonante ion
Blood flow in gastric mucosaProliferating factors
Prostaglandin in gastric mucosa
Inflammation
(Response to cell injury)
NSAID
NSAID
NSAI
D
H pylori
H pylori
H pylori
stressstressGastric
acidGastric acid
Gastric
acid
Free radicalFree radical
NO ULCER ULCER
(Terano A , 2001)
TUKAK PEPTIK
PATOFISIOLOGI
• Tukak lambung faktor defensif
• Tukak duodenum faktor agresif
TUKAK PEPTIKDIAGNOSIS
1. Anamnesis : sangat penting untuk diagnosis, tak selalu spesifik, datang dengan komplikasi dispepsia kronik, nyeri epigastrium (“Rhythmicity” : hunger pain food relieve, “Chronicity” : sudah lama, “Periodicity” : malam hari)
2. Pemeriksaan fisik : tak banyak membantu.
3. Laboratorium : kuman H. pylori.
4. Foto barium SCBA (saluran cerna bagian atas).
5. Endoskopi + biopsi.
TUKAK PEPTIK
KOMPLIKASI
1. Perdarahan : hematemesis – melena
2. Perforasi lambung
3. Striktur pilorus
TUKAK PEPTIK
PENGOBATAN
Tujuan pengobatan :
1. Menghilangkan keluhan.
2. Menyembuhkan tukak.
3. Mencegah kekambuhan & komplikasi.
TUKAK PEPTIKPENGOBATAN
1. Diet (diet ketat tak dianjurkan lagi, hindari makanan yg memperberat keluhan asam, pedas, panas, banyak lemak, khususnya makan teratur dan hindarkan makan sebelum tidur).
2. Stop merokok.
3. Hindari alkohol terutama dalam lambung kosong.
4. Hindari ASA/NSAID/Steroid.
5. Banyak istirahat, hindari stress.
6. Obat anti tukak.
TUKAK PEPTIK
PENGOBATAN
Obat anti tukak :
1. Penghambat sekresi asam lambung.
2. Sitoprotektif.
3. Prokinetik.
4. Anti H. Pylori.
TUKAK PEPTIK
Pengobatan :
1. Penghambat sekresi asam :
1.1. Antagonist reseptor H-2 (ARH-2) :
-Cimetidine -Famotidine -Nizatidine
-Ranitidine -Roxatidine
1.2. Antikholinergik :
-Atropine -Propantheline bromide
-Gastrozepine
1.3. Penyekat pompa proton (PPP)
-Omeprazole -Pantoprazole -Esomeprazole
-Lansoprozole -Rabeprazole
TUKAK PEPTIK
Pengobatan :
2. Obat sitoprotektif :
2.1. Prostaglandin sintetik
-Misoprostol -Enprostil
2.2. Koloidal bismuth
2.3. Sucralphate
2.4. Cetraxate
2.5. Treprenone
2.6. Rebamipide
TUKAK PEPTIK
Pengobatan :
3. Obat prokinetik :
1. Domperidon
2. Metoclopramide
3. Clebopride
4. Cisapride.
TUKAK PEPTIK
Pengobatan :
4. Anti Helicobacter pylori :
1. Monotherapy : ARH-2 atau PPP.
2. Dual therapy : ARH-2/PPP+ampicillin/ clarithromycin.
3. Triple therapy : PPP+ampicillin+clarithromycin/
metronidazole.
4. Quadruple therapy : PPP+clarithromycin+metronidazol
+bismuth
PENYAKIT REFLUKS GASTROESOFAGEAL (GERD)
Kelainan patologi yang disebabkan oleh usaha
untuk mengeluarkan isi lambung ke dalam
esofagus, yang dapat menyangkut kelainan
(keluhan maupun gejala) dari esofagus, farings,
larings, maupun saluran nafas.
Gastroesophageal Reflux Disease (GERD)
Impaired
mucosal defence
de Caestecker, BMJ 2001; 323:736–9.Johanson, Am J Med 2000; 108(Suppl 4A): S99–
103.
peristaltic
Hiatus hernia
Impaired LES
– transient LES relaxations
(TLESR) – hypotensive LES H+
PepsinBile and
pancreatic enzymes
esophageal clearance of acid (lying flat, alcohol, coffee)
acid output (smoking, coffee) H. pylori intragastric pressure (obesity, lying flat)
bile reflux
gastric emptying (fat)
Pathophysiology of GERDPathophysiology of GERD
salivary HCO3
PENYAKIT REFLUKS GASTROESOFAGEAL (GERD)
KLINIK :
1. Keluhan khas (“typical”) :
Nyeri epigastrium (perih atau rasa panas), menjalar ke atas, ke arah retrosternal dan leher (“heartburn”), regurgitasi asam (rasa asam di mulut), sekresi ludah berlebihan, hematemesis.
2. Tidak khas (“atypical”) : disfagia, nyeri dada (“chestpain”), nyeri telan.
3. Ekstra-esofagus :
Batuk-batuk lama, suara parau, sesak nafas.
PENYAKIT REFLUKS GASTROESOFAGEAL (GERD)
TIGA SPEKTRUM PENYAKIT :
1. NERD (Non Erosive Reflux Disease) :
“Heartburn”, regurgitasi asam, tak ada kelainan esofagus pada
pemeriksaan endoskopi.
2. GERD (Gastro Esophageal Reflux Disease) :
Keluhan “heartburn”, regurgitasi asam, esofagitis derajat ringan
sampai berat pada endoskopi.
3. Esofagus BARET :
Kelainan khas pada pemeriksaan endoskopi.
PENYAKIT REFLUKS GASTROESOFAGEAL (GERD)
DIAGNOSIS :
1. Gambaran klinik
2. Acid suppresion test (PPP test)
3. Tes perfusi Bernstein
4. Endoskopi : esofagitis
5. Monitoring pH esofagus selama 24 jam
6. Manometri
PENYAKIT REFLUKS GASTROESOFAGEAL (GERD)
Tergantung spektrum penyakit
A. NERD : berjalan jinak, tak memberi komplikasi serius.
B. ESOFAGUS “BARET” : adeno-carcinoma esofagus.
C. GERD :
1. Tukak esofagus
2. Striktur esofagus
3. Perdarahan SMBA
PENYAKIT REFLUKS GASTROESOFAGEAL (GERD)
PENGOBATAN :
A. Umum
Turunkan BB, tidur ½ duduk, tunggu perut kosong.
Hindari rokok, kopi, coklat, alkohol, pedas, lemak.
Pakaian longgar.
Hindari obat tertentu : theofilin, caffein, dst.
B. Khusus
PPP, prokinetik, sitoprotektif, antasida.
Bedah bila obat gagal.
INFLAMMATORY BOWEL DISEASE(IBD)
Sukendro Sendjaja
IBD umumnya dibedakan menjadi 2 :
1. Kolitis Ulserativa :Suatu gangguan peradangan mukosa kolon yang ditandaidengan relaps dan remisi. Mukosa rektal selalu terlibat, meskipun kadang-kadang hanya inflamasi mikroskopik; penyakit dapat menyebar bervariasi ke arah proksimal. (Tersering Rectosigmoid
44%;Rectum hingga fleksura hepatika 36%)
2. Penyakit Crohn :Peradangan khronik traktus gastrointestinalis dengan penyebabyang tidak diketahui. Dapat menyerang dari mulut sampai anustetapi lokasi tersering ileum terminalis (35%) atau daerah ileosekal(40%), jarang menyerang daerah rektum.
Manifestasi ekstraintestinal IBD :
• Aphtous ulcers,• Erythema nodosum• Arthritis• Sacroiliitis• Ankylosing Spondylitis (CD)• Episcleritis (UC)• Gallstone (CD)• Pyoderma gangrenosum (CD)• Primary sclerosing cholangitis (CD)• Fatty Change(CD)• Amyloidosis(CD)
UC=hanya pada kolitis ulserativaCD=hanya pada Crohn DoseaseTanpa kode= pada kolitis ulserativa dan Crohn Disease
Penilaian derajat klinik Kolitis Ulserativa
Gamb.Klinik Ringan Sedang Berat
BAB/hari < 4x 4-6x >6x
Rectal bleeding Sedikit Sedang dlm jumlah besar
Suhu apireksia intemediate 37,8o C pada 2 dari 4 hari
Nadi normal intermediate >90x/mnt
Hemoglobin normal intermediate < 10,5 g/dl
KED normal intermediate > 30 mm/jam
Definisi kerja Penyakit Crohn :
Ringan- Sedang :rawat jalan; alimentasi oral tanpa dehidrasi ataupun toksisitas (demam tinggi,menggigil), Nyeri perut,massa yang nyeri atau obstruksi.
Sedang- Berat : gagal dengan pengobatan untuk ringan-sedang/ mereka dg gejala menonjol demam,penurunan BB lebih dari 10%, nyeri perut,mual,muntah intermitten (tanpa tanda obstruksi)
Berat- Fulminan: pasien dengan gejala persisten meski sudah dengan steroid sebagai rawat jalan atau demam tinggi,muntah persisten, tanda obstruksi intestinal,kakheksia,atau ada abses.
Remisi : pasien asimtomatik atau tanpa sequele peradangan, termasuk pasien yang berespon dengan intervensi medik
akut atau reseksi operatif tanpa residu penyakit yang nyata. Pasien dengan steroid sistemik biasanya tidak dikatakan “dalam remisi”
5-aminosalicylate(5-ASA) = sulfasalazine atau mesalazine,dosis 3 x 500 mg/hariCoricosteroid : oral : prednisone/prednisolone/budesonide
iv(pada kasus berat) ; hydrocortisone 400 mg/hari Untuk tx pemeliharaan : menggunakan 5-ASA; corticosteroid tidak efektif
untuk tx. pemeliharaan.
Probiotik hanya bermanfaat pada pemeliharaan remisi kolitis ulserativa
Kolitis Ulserativa
Crohn’s Disease
Kolitis Mikroskopik
Penyakit yang secara visual kolonoskopik tidak dijumpai adanya kolitis , namun secara mikroskopik diketemukan adanya proses inflamasi yang khas, umumnya dibagi dua, yaitu kolitis limfositik dan kolitis kolagenosa.
Epidemiologi
Kolitis kolagenosa, rasio wanita:pria = 9:1Kolitis limfositik, rasio wanita:pria = 2:1
Etiologi
Tidak diketahui, obat-obatan, peminum berat kopiReaksi imunologik
Manifestasi klinik
• Watery diarrhea, seringkali disertai diare malam hari,tak dijumpai mukus dan darah pada feses. Penurunan berat badan• Abdominal pain/dyscomfort• Konstipasi
Diagnosis
Biopsi kolon melalui kolonoskopi--------- pemeriksaan PA
Terapi :
Prednisolon, Budesonide (Corticosteroid)
Relaps-Remission