4
6 MPA 324 / September 2013 Gerakan komunisme tidak per- nah mati. Terbukti, hingga kini kajian sosialisme – yang tak lain adalah ko- munisme – tak pernah surut. Bahkan cenderung kian gencar. Tapi sayang- nya, gerakan anti komunis sendiri kian hari kian melemah. “Gerakan anti ko- munis laksana anjing menggong- gong tapi kafilah tetap berlalu,” tan- das Prof. Dr. H. Aminuddin Kasdi, MS. “Artinya, gerakan ini dianggap sebagai bualan kosong semata,” ucapnya bernada sesal. Menurut lelaki kelahiran Nga- njuk 9 Januari 1948 ini, hal tersebut lantaran ada anggapan bahwa komu- nisme telah mati seiring dikeluarkan- nya TAP MPRS No. 25 tahun 1966. Padahal pada masa awal orde baru, meski secara organisa- toris Partai Komunis Indonesia (PKI) telah dibekukan, ternyata kajian tentang komunisme tetap tumbuh. Fakta sejarah menunjuk- kan, pada awal pemerintahan orba muncul gerakan PKI ma- lam dan gerakan Mbah Suro di Blora pada tahun 1967. Lalu setahun berikutnya yakni ta- hun 1968, muncul gerakan PKI Blitar Selatan. “Di tahun-tahun selanjutnya, gerakan orang-or- ang PKI justru kian intensif dan massif,” kata Guru Besar Seja- rah Unesa ini memaparkan. Apalagi pasca peristiwa G30S/ PKI, banyak Comite Central (CC – Pimpinan Pusat) PKI yang melarikan diri ke luar negeri. Mereka lalu membentuk CC PKI di Luar negeri. Mereka berkonsentrasi untuk mela- kukan gerakan self correction (korek- si diri) terhadap kegagalan kudeta pa- da akhir September 1965. “Dari sini tampak jelas, bahwa upaya mem- bangkitkan kembali PKI itu terus ada,” tukasnya. Di dalam negeri sendiri, pada ta- hun 1979 – selang sepuluh tahun pas- ca para narapidana politik (napol) dan tahanan politik (tapol) dibebaskan, mereka lalu menyebar ke berbagai daerah untuk mengkonsolidasi diri. Disinyalir diantara mereka adalah Pramoedya Ananta Toer, Rewang (Solo), Sulami (Sekjen PP Gerwani), dan Mutmainnah (mantan Pimpinan Gerwani Blitar yang saat ini menjadi anggota DPRD Blitar). Mereka ini lalu menyusun setrategi dan berusaha bergerak kembali untuk kebangkitan PKI. Selanjutnya pada tahun 1980-an para intelektual PKI lain yang selamat mendirikan grup-grup diskusi; di- antaranya adalah Kelompok Studi Sosial Palagan (KSSP) Yogyakarta. Kegiatan kelompok diskusi ini cukup intens mengkaji sosialisme dan ko- munisme. Bahkan banyak dari alumni KKSP ini yang kini menduduki posisi penting di pemerintahan baik legis- latif maupun eksekutif. “Ini adalah buah dari kaderisasi era tahun 80-an itu,” ungkap penulis banyak buku sejarah ini menyimpulkan. Maka tak heran jika dengan me- numpang nama demokrasi dan HAM, para anak ideologis maupun anak biologis PKI menuntut pencabutan TAP MPRS No. XXV/MPRS/ 1966. Itu pun setali tiga uang dengan reko- mendasi dari Komnas HAM; bahwa telah terjadi pelanggaran HAM berat pada peristiwa tahun 1965. Tidak itu saja, pada tahun 2005 silam para eks tapol/napol PKI pun dengan percaya diri mengajukan gugatan ganti rugi kepada lima Presiden RI melalui PN Jakarta Pusat. Bahkan pada pertengahan 2012 lalu juga muncul wacana permintaan maaf dari Presiden yang disampaikan anggota Wantimpres Albert Hasibu- an. Tapi ternyata hal itu diurungkan Presiden, yang rencananya dilaku- kan pada peringatan Hari Kemerde- kaan RI 17 Agustus 2012. “Itu tak le- pas dari protes dari pegiat anti ko- munis selama ini,” tegasnya. Dari sini bisa dipahami, bahwa upaya membangkitkan kembali PKI itu sudah di depan mata. Jadi upaya untuk membendung bangkitnya neo PKI pun harus terus dikonsolidasi- kan. Sebenarnya, pada masa orde lama pasca peristiwa Madiun tahun 1948, telah muncul gerakan anti komunisme. Diantaranya ada- lah Front Anti Komunisme (FAK). Bahkan Muktamar Alim Ulama’ Indonesia pada tahun 1957 pun telah mengeluarkan fatwa, bahwa komunisme me- rupakan atheis. “Dan atheis ti- dak ada tempatnya di bumi In- donesia,” tandasnya. Lalu pada masa orde baru, gerakan anti komunisme relatif dikendalikan oleh negara. Nah, pasca reformasi, kendali negara terhadap gerakan perlawanan terhadap bahaya komunisme tersebut kian kedodoran. Apa- lagi negara dihadapkan per- soalan untuk memerangi terorisme. Sementara itu, di tingkat masyarakat sendiri, mereka relatif tidak begitu menghiraukan bahaya laten komunis- me. “Jadi situasi saat ini jauh lebih sulit ketimbang upaya perlawana PKI pada tahun 1965 silam,” ungkap Prof. Aminuddin sambil menghela nafas berat. Partai Komunis Indonesia (PKI) memang telah dibubarkan. Tapi se- bagai ideologi, tutur Drs. H. Endro Siswantoro, M.Si, komunisme diya- kini tak pernah mati. PKI adalah anak zaman. Komunisme adalah sebuah aliran berfikir berlandaskan kepada atheisme yang tak percaya kepada Tuhan. “Karenanya, komunisme Gaya Baru Komunisme Anjing Menggonggong Komunisme Tetap Berlalu Prof. Dr. H. Aminuddin Kasdi, MS

Gaya Baru Komunisme - Kemenag Jatimjatim.kemenag.go.id/file/file/mimbar324/lcux1378290675.pdf · kan materi bahaya komunisme dalam khotbah tiap kali memasuki bulan September. “Saat

Embed Size (px)

Citation preview

6 MPA 324 / September 2013

Gerakan komunisme tidak per-nah mati. Terbukti, hingga kini kajiansosialisme – yang tak lain adalah ko-munisme – tak pernah surut. Bahkancenderung kian gencar. Tapi sayang-nya, gerakan anti komunis sendiri kianhari kian melemah. “Gerakan anti ko-munis laksana anjing menggong-gong tapi kafilah tetap berlalu,” tan-das Prof. Dr. H. Aminuddin Kasdi,MS. “Artinya, gerakan ini dianggapsebagai bualan kosong semata,”ucapnya bernada sesal.

Menurut lelaki kelahiran Nga-njuk 9 Januari 1948 ini, hal tersebutlantaran ada anggapan bahwa komu-nisme telah mati seiring dikeluarkan-nya TAP MPRS No. 25 tahun 1966.Padahal pada masa awal ordebaru, meski secara organisa-toris Partai Komunis Indonesia(PKI) telah dibekukan, ternyatakajian tentang komunisme tetaptumbuh.

Fakta sejarah menunjuk-kan, pada awal pemerintahanorba muncul gerakan PKI ma-lam dan gerakan Mbah Suro diBlora pada tahun 1967. Lalusetahun berikutnya yakni ta-hun 1968, muncul gerakan PKIBlitar Selatan. “Di tahun-tahunselanjutnya, gerakan orang-or-ang PKI justru kian intensif danmassif,” kata Guru Besar Seja-rah Unesa ini memaparkan.

Apalagi pasca peristiwa G30S/PKI, banyak Comite Central (CC –Pimpinan Pusat) PKI yang melarikandiri ke luar negeri. Mereka lalumembentuk CC PKI di Luar negeri.Mereka berkonsentrasi untuk mela-kukan gerakan self correction (korek-si diri) terhadap kegagalan kudeta pa-da akhir September 1965. “Dari sinitampak jelas, bahwa upaya mem-bangkitkan kembali PKI itu terusada,” tukasnya.

Di dalam negeri sendiri, pada ta-hun 1979 – selang sepuluh tahun pas-ca para narapidana politik (napol) dantahanan politik (tapol) dibebaskan,mereka lalu menyebar ke berbagaidaerah untuk mengkonsolidasi diri.

Disinyalir diantara mereka adalahPramoedya Ananta Toer, Rewang(Solo), Sulami (Sekjen PP Gerwani),dan Mutmainnah (mantan PimpinanGerwani Blitar yang saat ini menjadianggota DPRD Blitar). Mereka ini lalumenyusun setrategi dan berusahabergerak kembali untuk kebangkitanPKI.

Selanjutnya pada tahun 1980-anpara intelektual PKI lain yang selamatmendirikan grup-grup diskusi; di-antaranya adalah Kelompok StudiSosial Palagan (KSSP) Yogyakarta.Kegiatan kelompok diskusi ini cukupintens mengkaji sosialisme dan ko-munisme. Bahkan banyak dari alumniKKSP ini yang kini menduduki posisi

penting di pemerintahan baik legis-latif maupun eksekutif. “Ini adalahbuah dari kaderisasi era tahun 80-anitu,” ungkap penulis banyak bukusejarah ini menyimpulkan.

Maka tak heran jika dengan me-numpang nama demokrasi dan HAM,para anak ideologis maupun anakbiologis PKI menuntut pencabutanTAP MPRS No. XXV/MPRS/ 1966.Itu pun setali tiga uang dengan reko-mendasi dari Komnas HAM; bahwatelah terjadi pelanggaran HAM beratpada peristiwa tahun 1965. Tidak itusaja, pada tahun 2005 silam para ekstapol/napol PKI pun dengan percayadiri mengajukan gugatan ganti rugikepada lima Presiden RI melalui PN

Jakarta Pusat.Bahkan pada pertengahan 2012

lalu juga muncul wacana permintaanmaaf dari Presiden yang disampaikananggota Wantimpres Albert Hasibu-an. Tapi ternyata hal itu diurungkanPresiden, yang rencananya dilaku-kan pada peringatan Hari Kemerde-kaan RI 17 Agustus 2012. “Itu tak le-pas dari protes dari pegiat anti ko-munis selama ini,” tegasnya.

Dari sini bisa dipahami, bahwaupaya membangkitkan kembali PKIitu sudah di depan mata. Jadi upayauntuk membendung bangkitnya neoPKI pun harus terus dikonsolidasi-kan. Sebenarnya, pada masa ordelama pasca peristiwa Madiun tahun

1948, telah muncul gerakan antikomunisme. Diantaranya ada-lah Front Anti Komunisme(FAK). Bahkan Muktamar AlimUlama’ Indonesia pada tahun1957 pun telah mengeluarkanfatwa, bahwa komunisme me-rupakan atheis. “Dan atheis ti-dak ada tempatnya di bumi In-donesia,” tandasnya.

Lalu pada masa orde baru,gerakan anti komunisme relatifdikendalikan oleh negara. Nah,pasca reformasi, kendali negaraterhadap gerakan perlawananterhadap bahaya komunismetersebut kian kedodoran. Apa-lagi negara dihadapkan per-

soalan untuk memerangi terorisme.Sementara itu, di tingkat masyarakatsendiri, mereka relatif tidak begitumenghiraukan bahaya laten komunis-me. “Jadi situasi saat ini jauh lebihsulit ketimbang upaya perlawana PKIpada tahun 1965 silam,” ungkap Prof.Aminuddin sambil menghela nafasberat.

Partai Komunis Indonesia (PKI)memang telah dibubarkan. Tapi se-bagai ideologi, tutur Drs. H. EndroSiswantoro, M.Si, komunisme diya-kini tak pernah mati. PKI adalah anakzaman. Komunisme adalah sebuahaliran berfikir berlandaskan kepadaatheisme yang tak percaya kepadaTuhan. “Karenanya, komunisme

Gaya Baru KomunismeAnjing Menggonggong Komunisme Tetap Berlalu

Prof. Dr. H. Aminuddin Kasdi, MS

01 LAYOUT A - HAL 1 - 19 - SEPT 2013.pmd 8/29/2013, 9:59 PM6

7MPA 324 / September 2013

akan selalu meracuni agama,” te-gasnya.

Itulah pasalnya, perjuangan ka-um komunis selalu menghalalkan se-gala cara. Ajaran komunisme menja-dikan materi sebagai asas segala-ga-lanya – yang sering disebut sebagaimaterialisme. Ditafsirkannya sejarahberdasarkan pertarungan kelas danfaktor ekonomi. Maka orang komunisakan selalu mempertentangkan ke-lompok atas dan bawah, mampu-tidakmampu, kaya-miskin. “Komunismemengajarkan teori pertentangan kelas.Misalnya proletariat melawan tuantanah dan kapitalis,” paparnya.

Komunisme memang menca-nangkan program tercapainya ma-syarakat yang makmur, masyarakatkomunis tanpa kelas, semua orangsama, sama rata sama rasa. Namununtuk menuju ke sana, harus melaluifase diktator proletariat yang ber-tentangan dengan demokrasi. Salahsatu pekerjaan diktator proletariat,adalah membersihkan kelas-kelaslawan komunisme. Khususnya tuan-tuan tanah dan kapitalis. “Komunis-me menghilangkan hak individual.Jadi bohong jika komunisme itu men-junjung tinggi HAM,” ujarnya.

Memasuki era reformasi seiringruntuhnya rezim orde baru, sambungKetua FKUB Prov. Jawa Timur ini,tanda kebangkitan komunisme di In-donesia kian tampak. Hal itu ditandaimunculnya beragam perkumpulananak-anak PKI; antara lain PAKOR-BA (Paguyuban Korban Orde Baru),LPKP ’65 (Lembaga Penelitian Kor-ban Peristiwa 1965), juga LPR KROB(Lembaga Perjuangan RehabilitasiKorban Orde Baru).

Terbitnya Buku “Aku BanggaJadi Anak PKI”, disebutnya sebagaiindikator akan bangkitnya kem-bali PKI di Indonesia. Hal itudiperkuat dengan munculnyakelompok yang berusaha kuatuntuk mencabut TAP MPRSNo. 25 Tahun 1966. “Jargon me-reka selalu sama: pembela kaumtertindas, demokrasi, ambil alihsemua perusahaan asing, ataubebas hutang luar negeri,” katapria kelahiran Lamongan 4 April1947 ini menerangkan.

Misi untuk menghidupkankembali PKI di panggung poli-tik mulai terbuka, setelah mun-cul berbagai kelompok organi-sasi dan LSM yang secara eks-plisit memperjuangkan come-

backnya partai tersebut dengan dalihpelurusan sejarah, diskriminasi,HAM, dan lain-lain. “Krisis multi di-mensi yang berkepanjangan terutamakrisis ekonomi, politik sosial danpertahanan serta tidak terwujudnyaClean Goverment and Good Gover-ment, merupakan lahan subur bagitumbuh dan berkembangnya neo-PKI,” katanya mengingatkan.

Tuntutan global penegakkanHAM dan demokratisasi, lanjut su-ami Hj. Artini yang dikaruniai 5 anakini, juga memberikan pintu terbukabagi semua orang untuk bisa menda-patkan hak-haknya secara demokratisberdasarkan ketentuan hukum yangberlaku. Eks tapol/napol PKI dan ke-luarganya memanfaatkan tuntutanglobal tersebut, sehingga mereka be-rani secara terbuka memperjuangkannasibnya. “Karenanya, kita harusmewaspadai tujuh radikalisasi yangbisa ditumpangi oleh kaum komunis;yakni radikalisasi kebebasan, radi-kalisasi HAM, radikalisasi ekonomi,radikalisasi politik, radikalisasi ideo-logi, radikalisasi demokrasi dan ra-dikalisasi agama,” ujarnya. “Saat ini,kebebasan untuk tidak beragama dantidak bertuhan telah dilindungi olehHAM,” tambahnya prihatin.

Direktur Utama Masjid NasionalAl-Akbar Surabaya inipun menghim-bau kepada Majelis Agama yang ter-diri dari MUI (Majelis Ulama Indone-sia), PGI (Persekutuan Gereja-Gerejadi Indonesia) Organisasi Gereja Kris-ten Protestan, KWI (Konferensi Wali-gereja Indonesia), Organisasi GerejaKatholik, PHDI (Parisada Hindu Dhar-ma Indonesia), WALUBI (PerwakilanUmat Budha Indonesia), MATAKIN(Konghucu) untuk melakukan pe-nguatan ajaran agama mempertebal

keimanan umat. “Majelis Agama di-harapkan tidak tergiur dengan kebe-basan yang dikehendaki oleh HAM.Aliran kepercayaan jangan sampaikehilangan agama induknya,” tegas-nya.

Mantan Asisten Sekdaprov Ja-tim Bidang Kesejahteraan Masyara-kat ini mengingatkan, agar kita me-waspadai beberapa permasalahanyang berpotensi menimbulkan adudomba yang bisa ditumpangi oleh ke-pentingan Komunis. Seperti penyi-aran agama, bantuan keagamaan luarnegeri, perkawinan antar pemelukagama yang berbeda, pengangkatananak, pendidikan agama, perayaanhari besar keagamaan, perawatan danpemakaman jenazah, penodaan aga-ma, kegiatan kelompok sempalan,transparansi informasi keagamaan,dan pendirian rumah ibadat. “Karenaitulah, FKUB setuju adanya PP yangmengatur kerukunan umat beragama,yang kemudian ditingkatkan menjadiUU tentang kehidupan antar umatberagama. Sebab saat ini KUB hanyadiatur lewat PBM (Peraturan BersamaMenteri),” jelasnya.

Untuk menghindari konflik ter-sebut, ujar Wakil Ketua DewanMusytasar DMI Jatim ini, kita jugaperlu mendorong birokrasi pemerin-tah untuk bersifat adil, bersih dan ju-jur. Pemerintah diharapkan memper-cepat hasil-hasil pembangunan se-hingga tidak ada lagi kesenjangan.“Yang tak kalah penting, adalah pe-ningkatan kesejahteraan umat lewatlembaga keagamaan. Mari jadikanmasjid sebagai pusat peradaban,fungsi kesejahteraan umat, pendi-dikan, ekonomi dan kebudayaan,”tambahnya.

Yang perlu diwaspadai, tuturDrs. H. A. Rachman Aziz, MSi,adalah bangkitnya komunisgaya baru. Sebab meski secaraorganisatoris PKI telah dibe-kukan dengan lahirnya TAPMPRS No. 25 tahun 1966, tetapikomunisme akan selalu me-manfaatkan celah sekecil apa-pun untuk bisa bangkit kem-bali. Peluang itu bisa saja de-ngan cara menumpang euforiareformasi, isu HAM dan demo-krasi, serta juga menunggangiisu kemiskinan, buruh dan ke-bodohan. “Selama rasa keadil-an tak ditegakkan dan kesenja-ngan sosial masih terjadi, se-lama itu pula komunis akanDrs. H. Endro Siswantoro, M.Si

01 LAYOUT A - HAL 1 - 19 - SEPT 2013.pmd 8/29/2013, 9:59 PM7

8 MPA 324 / September 2013

berpeluang bangkit kembali,” ujarnyamengingatkan.

Maka tak heran, jika hampir se-luruh bidang disusupi penganut fa-ham komunisme. Menurut KetuaBidang Infokom MUI Jatim ini, me-reka tidak hanya merambah kaumburuh dan petani, tapi mereka jugatelah masuk ke ruang publik sepertilegislatif, eksekutif dan yudikatif.“Bahkan disinyalir anak PKI baikideologis maupun biologis yangtelah berhasil menduduki parlemensaat ini sudah lebih dari 86 orang,”beber dosen Universitas Muhamm-adiyah Surabaya ini.

Selain itu, banyak pula lembagayang disinyalir merupakan kepanja-ngan tangan komunis. Diantaranyaadalah Lembaga Penelitian KorbanPeristiwa (LPKP) ‘65, Pakorba (Pagu-yupan Korban Orde Baru) dan Fo-rum Silaturahmi Anak Bangsa. Di ka-langan mahasiswa dan pemuda punmuncul organisasi berhaluan kiri. Se-perti Partai Rakyat Demokratik (PRD),Partai Persatuan Pembebasan rakyaknasional (Papernas) dan LembagaMahasiswa Nasional Demokrasi(LMND).

Selain itu, di bidang kesenian

rakyat, mereka juga telah berevolusi.Jika dulu bernama Lekra (LembagaKesenian Rakyat), kini lahir denganberawajahkan Angklung Soren danLayang Kumendung yang merebakdi Banyuwangi dan Jember. “Dengankian gencarnya gerakan mereka, tentukewaspadaan bangkitnya komunisberwajah baru harus kian ditingkat-kan,” tukas lelaki kelahiran Mojokerto8 Maret 1939 ini.

Kewaspadaan ini tentu saja ti-dak hanya ditujukan bagi gerakaneks-PKI dan keturunannya, tapi jugaideologi yang dibawahnya. Apalagibanyak fakta yang menunjukkan ge-muruh bangkitnya PKI. Bahkan me-nurut pengamatannya, maraknya alir-an sesat dan kepercayaan serta ba-nyaknya aksi anarkhisme tak bisa di-lepaskan dari ulah komunis. “Merekasejatinya tidak akan pernah rela jikamelihat negara ini aman dan tente-ram,” tukas lelaki ramah ini. “Sebabjika stabilitas negara kacau akanmenjadi jalan mulus bagi lahirnyaneo-PKI,” imbuhnya mewanti-wanti.

Tak hanya itu saja. Maraknyakonten porno di dalam buku pelajarandan LKS bisa jadi ulah para komunispula. Apalagi kasus tersebut terjadi

beruntun dan terjadi hampir bersa-maan di Jawa Barat, Jawa Tengah danJawa Timur. “Ini adalah salah satuupaya mereka untuk merusak moralgenerasi muda kita,” tandasnya.

Melihat ini, tentu MUI Jatim ti-dak tinggal diam. Pada tiap pertemuanMUI selalu mensosialisasikan akanbahaya komunisme. Penyebaran bu-ku maupun tulisan tentang bahayakomunisme genjar pula dilakukan.Bahkan lembaga ulama’ ini jugamenghimbau kepada seluruh KhotibJum’at, untuk senantiasa memasuk-kan materi bahaya komunisme dalamkhotbah tiap kali memasuki bulanSeptember. “Saat ini MUI juga telahmembuat program Pendidikan KaderUlama (PKU). Di dalamnya para pe-serta juga digembleng untuk mewas-padai bahaya laten komunisme,”ujarnya.

Setiarsa, SH membenarkan jikapenganut faham komunisme telah me-nyusup ke berbagai bidang kehidup-an. Era reformasi pun mereka terje-mahkan sebagai suatu perubahanmenuju kebebasan, sehingga setiaporang berhak berpendapat dan ber-karya, serta berbuat apa saja di ne-gara yang demokratis ini. Kesem-

01 LAYOUT A - HAL 1 - 19 - SEPT 2013.pmd 8/29/2013, 10:00 PM8

9MPA 324 / September 2013

patan ini pun telah mereka manfaat-kan untuk membersihkan diri, de-ngan memutarbalikkan fakta sejarah;bahwa yang bersalah adalah yanganti komunis waktu itu.

Oleh karenanya, Ketua GNPIKabupaten Kediri ini mengajak un-tuk menengok kembali fakta sejarahyang sesungguhnya. Sebab PKI telahbenar-benar mencipta sejarah kelambangsa Indonesia. Mereka melakukanserangkaian pengkhianatan denganmembunuh para jenderal TNI putraterbaik bangsa dalam peristiwa G30SPKI.

Untuk mencegah terjadinyakembali peristiwa kelam tersebut,tutur Ketua FKDM (Forum Kewas-padaan Dini Masyarakat) KabupatenKediri ini, kita harus senantiasa me-ngingatkan masyarakat di berbagaikesempatan bahwa faham komunistak pernah mati. “Ideologi komunisperlu diwaspadai, karena bisa sajafaham tersebut berubah bentuk dantindakannya,” tegasnya.

Staf Bakesbangpolinmas Pem-kab Kediri ini menengarai,jika belakangan ini orang-orang komunis atau sim-patisannya telah menggu-nakan media massa untukmembentuk opini masya-rakat – dan khususnyabagi generasi muda, bah-wa aksi penumpasan PKIdan antek-anteknya yangdilakukan rakyat bersamaTNI sesuatu yang salahdan melanggar HAM.“Opini semacam itu harusdilawan dengan melaku-kan kanter opini dan ber-bagai kegiatan, yang da-pat menangkal upayamembangkitkan komu-nis,” tegasnya. “Sepertimencermati betul kegiat-an-kegiatan mantan tahanan politikyang sudah bebas di dalam masya-rakat,” katanya mencontohkan.

Pria kelahiran Trenggalek 10 No-vember 1963 ini mengingatkan, bagikomunis tidak ada kawan dan lawanabadi. Yang ada hanya kepentinganabadi. Untuk meraih dan mencapaikepentingan tersebut, mereka mela-kukan segala cara. Dari yang halussampai dengan cara-cara biadab.“Oleh karenanya, seluruh komponenmasyarakat perlu menyadari dan me-waspadai berbagai perangkap yangdipasang komunis,” ujarnya.

Menurut suami Endang Supri-hatin yang dikaruniai 2 anak ini, bu-daya tawuran, perilaku-perilaku me-nyimpang dari organisasi negara, bu-daya korupsi, tindakan-tindakan anar-kis dan pemikiran radikal tokoh-tokohpolitik, adalah kondisi riil yang sadaratau tidak sudah mengarah pada peri-laku komunis.

Dia lantas memaparkan bebera-pa fenomena yang mengancam kese-lamatan ideologi Pancasila dan NKRI.Seperti rencana shooting film Lastridi Jawa Tengah pada November 2008oleh Keana Production, yang manafilm tersebut alur ceritanya memutar-balikkan sejarah G30S/PKI 1965.

Juga terbitnya buku “akubangga jadi anak PKI” yang ditulisdr. Ripka Ciptaning Proletariati. Padabulan November 2008, di Pare telahditemukan logo/tanda palu dan aritpada teleskop/teropong mainan. Ditahun itu pula dilakukan penelitian,yang hasilnya bahwa pada semesterII generasi muda banyak yang tidakpaham tentang peristiwa Kanigoro

yang terjadi pada tanggal 13 Januari1965. Padahal peristiwa Kanigoro ter-masuk Tragedi Nasional.

Hal tersebut diperparah lagioleh pola pikir dan pola sikap masya-rakat secara umum yang makin me-nyimpang dari ideologi Pancasila.Mereka bahkan lebih condong kepola pikir dan pola tingkah komunis.korupsi, tawuran, anarkis dan seba-gainya.

Atas telaah beberapa hal di atas,GNPI Kabupaten Kediri melakukanlangkah-langkah sebagai berikut.GNPI mengusulkan kepada Panglima

TNI, yang disampaikan pula kepadaKabais TNI di Jakarta, Dirjen Kes-bangpol, Pangdam V Brawijaya diSurabaya, Dandim 0809 di Kediri danBupati Kediri, pada tanggal 16 No-vember 2010, tentang pendirian Mo-numen Peristiwa Kanigoro/KanigoroAffair/Perpustakaan Kanigoro didesa Kanigoro.

Hal itu dimaksudkan untuk me-ngenang peristiwa Kanigoro. Disam-ping itu juga untuk melawan bang-kitnya kembali komunis di KabupatenKediri khususnya dan Indonesia pa-da umumnya. Ini sekaligus untukmemberikan pemahaman yang sebe-narnya, bahwa komunisme adalahideologi yang salah. “Bagi mahasis-wa yang hendak melakukan peneli-tian di Kanigoro, maka perpustakaanKanigoro akan memberikan datayang akurat,” ujarnya.

Monumen tersebut sekaligusuntuk mengingatkan masyarakat,bahwa peristiwa Kanigoro merupa-kan pengkhianatan kepada Pancasilayang dilakukan orang-orang Komu-

nis – yang membahayakankeselamatan Pancasila &NKRI. Di sisi lain, gunamembantu dunia pendidik-an menanamkan faham antikomunis kepada siswanya.“Ini akan jadi solusi,mengingat belum adanyalembaga pendidikan formalyang punya tugas khususuntuk mempertahankanideologi Pancasila,” te-rangnya.

Ketua Majlis Pendi-dikan Kader PimpinanDaerah MuhammadiyahKediri ini juga berharap,agar diselenggarakan ke-waspadaan dini tentangbahaya bangkitnya kem-bali ideologi komunis dan

cara menyikapinya. Juga memohonperistiwa Kanigoro diabadikan dalamfilm. Dengan begitu diharapkan, agarmemperoleh sambutan berbagai la-pisan masyarakat dan utamanya lem-baga pendidikan. “Dengan demikianakan lebih efektif misi kita dalammenanamkan faham anti komuniskepada masyarakat dan khususnyakepada generasi muda,” pungkasnyapenuh harap.

Laporan:Dedy Kurniawan, Suprianto,

Feri Aria Santi (Surabaya),Alfiatu Solika (Kediri).

Drs. H. A. Rachman Aziz, MSi

01 LAYOUT A - HAL 1 - 19 - SEPT 2013.pmd 8/29/2013, 10:00 PM9