Upload
jakop-hutapea
View
79
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Perbedaan dalam gaya berpikir siswa
Citation preview
2.3. Perbedaan Gaya Pikir
Berpikir pada dasarnya adalah suatu proses mental. Berpikir adalah kegiatan mental
yang melibatkan kinerja otak. Ketika berpikir setiap individu menggunakan pola-pola pikir
tertentu. Pola pikir adalah pola-pola dominan yang menjadi acuan utama seseorang untuk
bertindak. Selanjutnya dikatakan bahwa pola pikir adalah pola yang menetap dalam pikiran
bawah sadar seseorang. Keyakinan merupakan salah satu bagian dari pola pikir. Met Sandy
buku The Piece of Mind menyatakan bahwa pikiran bawah sadar adalah gudang dimana
seluruh informasi disimpan. Pengamatan-pengamatan sejak masa kecil direkam secara
permanen. Pengamatan yang direkam dalam pikiran bawah sadar inilah yang membentuk pola
pikir seseorang. Rekaman bawah sadar ini berasal dari lingkungan dimana dia berada.
Beberapa pengaruh lingkungan yang terekam dalam pikiran bawah sadar seseorang bisa
positif dan juga negatif. Pengaruh lingkungan tersebut diantaranya adalah lingkungan
keluarga, lingkungan sosial, adat istiadat, dan lingkungan pergaulan seseorang. Semuanya
direkam secara permanen dalam pikiran bawah sadar seseorang.
Bila ada rangsangan yang membangkitkan alam bawah sadar seseorang, maka
rekaman pikiran tersebut akan terputar kembali secara utuh. Pikiran apa yang terekam dalam
alam bawah sadar seseorang sangat tergantung pada input yang masuk ke dalam otak
seseorang. Pola pikir yang sudah mengakar dalam diri seseorang akan terlihat dalam pola
perilakunya sehari-hari yang selanjutnya akan mempengaruhi bagaimana dia bersikap,
berinisiasi, dan bertindak. Pola pikir ini akan sangat mempengaruhi kualitas kerja dan kinerja
seseorang terkait dengan relasinya dalam lingkungan sosial. Dengan kata lain, pola pikir dapat
memicu pelaksanaan pekerjaan sekaligus juga dapat menghambat pelaksanaan pekerjaan bila
input negatifnya lebih dominan. Misalnya perilaku malas dalam bekerja dapat bersumber dari
pola pikir yang dibentuk oleh lingkungan keluarga yang memanjakan seseorang pada waktu
dia masih kecil sampai dewasa, dan lain sebagainya.
Menurut psikolog Howard Gardner dalam buku Five Mind for The Future, setidaknya
ada 5 (lima) pola pikir yang akan menentukan masa depan manusia, di antaranya adalah:
1. Pikiran yang disiplin. Artinya adalah berangkat dari suatu perilaku yang mencirikan
disiplin ilmu, keterampilan, dan tentu soal profesi. Sebut saja ketika seorang praktisi
terlibat dalam dunia bisnis dan manajemen, maka menguasai ilmu dalam bidang
tersebut merupakan hal yang sangat penting dalam rangka menjadi karyawan yang
profesional.
2. Pikiran yang dapat menyerap berbagai informasi dari beragam sumber. Kemudian
memahami dan meraciknya menjadi suatu pengetahuan yang baru. Inilah sintesa
penting ketika banjir informasi mengalir. Tanpa bisa melihat prioritas informasi yang
menjadi kebutuhan, maka akan tenggelam dan tergelincir dalam lautan informasi.
3. Pikiran yang mencoba membentangkan pertanyaan tak terduga, termasuk
menampilkan cara berpikir baru. Pola pikir inilah yang akan membuat kita mampu
berpikir secara lateral dan bukan sekedar berpikir linear mengikuti jalur konvensional
yang seringkali hanya akan membuat kita stagnan.
4. Pola pikir menyambut perbedaan pandangan dengan sukacita, dan bukan dengan sikap
saling curiga. Sebuah pola pikir yang akan membuat kita terhindar dari anarki akibat
pemaksaan kepentingan. Sebuah pola pikir yang senantiasa mengajak kita untuk
merayakan keragaman pandangan dan sekaligus menghadirkan empati.
5. Pola pikir etis. Pola pikir yang membujuk membangun kemuliaan dan keluhuran
dalam kehidupan personal dan profesional kita. Intinya adalah bagaimana mungkin
menjadi terbaik jika pola pikir masih berselimut dengki, cemburu, sok tahu dan
merasa dirinya hebat.
Perbedaan individu dalam beljar dapat juga dikenali dari gaya berpikir peserta didik
yang imfulsif/reflektif, mendalam/dangkal. Gaya yang imfulsif/reflektif disebut sebagi tempo
konseptual yakni kecendrungan peserta didik untuk bereaksi cepat dan imfulsif atau
menggunakan banyak waktu untuk merespon dan merenungkan akurasi jawaban. Gaya yang
imfulsif cenderung cepat dan menggunakan lebih banyak waktu untuk merespon dan
mengakurasi suatu jawaban. Sedangkan peserta didik yang reflektif memungkinkan
mengingat informasi yang terstruktur, membaca dengan memahami dan menginterprestasi
teks dan memecahkan problema dan membuat keputusan.
Peserta didik yang reflektif lebih mungkin menentukan sendiri tujuan belajar dan
berkonsentrasi pada informasi yang relevan. Standar kerja tinggi dari peserta didik yang
reflektif cenderung lebih berhasil daripada peserta didik yang impulsif. Oleh karena itu
peserta didik yang impulsif perlu dibantu dari masalahnya dengan beberapa tindakan sebagai
berikut :
1. Membantu peserta didik dikelas mengenal yang imfulsif
2. Berbicara dengan mereka agar mau meluangkan waktu untuk berpikir sebelum
memberi jawaban
3. Mendorong mereka untuk menandai informasi baru saat mereka membahasnya
4. Menjadi guru yang bergaya reflektif
5. Menghargai peserta didik yang imfulsif yang mau meluangkan wkatu untuk berpikir
atau menghargai kinerja mereka.
6. Membimbing peserta didik untuk menyusun sendiri rencana guna mengurangi
imfulsivitas
Gaya mendalam/mendangkal adalah sejauh mana pesera didik mempelajari materi
pelajaran dengan suatu cara yang membantu mereka memahami materi (gaya mendalam)
sekedar mencari apa-apa yang perlu dipelajari. Peserta didik yang belajar dengan
menggunakan gaya dangkal dan tidak mengaitkan apa-apa yang telah mereka pelajari
dengan kerangka konseptual yang lebih luas. Cenderung belajar pasif atau hanya
mengingat informasi. Berbeda dengan gaya berpikir yang mendalam, peserta didik ini
lebih memungkinkan secara aktif memahami apa-apa yang mereka pelajari dan
memberimakan pada apa yang perlu untuk diingat. Dari kedua gaya mendalam dan
mendangkal, tampaknya gaya mendangkal yang mempunyai hambatan dalam belajar.
Beberapa upaya yang dapat dilakukan guru untuk membantu mereka antara lain adalah :
1. Pantau peserta didik untuk mengetahui peserta didik yang berpikir dangkal
2. Diskusikan dengan peserta didik bahwa ada yang lebih penting dari sekedar mengingat
materi. Dorongan mereka untuk menghubungkan apa yang mereka pelajari sekarang
dengan apa yang telah mereka pelajari
3. Ajukan pertanyaan dan beri tugas yang mensyaratkan peserta didik untuk
menyampaikan informasi yang lebih luas
4. Jadilah seorang model yang memperoleh informasi secara mendalam, bukan sekedar
memberi informasi dipermukaan saja. Bahaslah topik secara mendalam dan bicaralah
tentang bagaimana informasi yang sedang didiskusikan itu bisa dikaitkan dengan ide
yang lebih luas
5. Jangan menggunakan pertanyaan yang membutuhkan jawaban ya atau tidak.
Sebaiknya ajukan pertanyaa yang dapat membuat peserta didik harus memperoleh
informasi secara mendalam. Hubungkan pelajaran secara efektif dengan minat peserta
didik
Selain gaya berpikir ini tempramen peserta didik juga berpengaruh kepada proses
belajarnya. Tempramen adalah gaya perilaku seseorang dan cara khasnya dalam memberi
tanggapan. Berdasarkan temperamen inilah peserta didik disekolah dapat dikategorikan
atas :
a. Mudah yaitu yang pada umumnya memiliki mood positif, cepat membangun rutinitas
dan mudah beradaptasi dengan pengalaman yang baru
b. Sulit yaitu yang cenderung bereaksi negatif, cenderung agresif, kurang kontrol diri dan
lamban dalam menerima pengalaman baru
c. Lamban tapi cenderung hangat yaitu yang biasanya beraktivitas lamban, agak negairf
menunjukkan kelambanan dalam beradaptasi dan intensitas mood yang rendah
Beberapa strategi yang dapat difunakan dalam pembelajaran sehubungan dengan
tempramen peserta didik yaitu:
a. Memberi perhatian dan penghargaan pada individualitas sesuae dengan tempramen
tersebut
b. Perhatikan struktur lingkungan peserta didik. Jika lingkungannya smungki akan
mengalami masalah dalam belajar didalam kelas daripada yang mudah
Beberapa siswa mengalami hambatan belajar akibat gangguan dalam perkembangan
seperti terganggunya indra, gangguan ketidakmampuan fisik, retardasi mental, gangguan
bicara dan bahasa, gangguan belajar, gangguan emosional dan perilaku. Pada siswa seperti
ini dilakukan pendekatan yang berbeda dalam pembelajaranya. Sebaiknya pendidikan
mereka dilakukan dengan bekerja sama dengan orang tua sebagai mitra pendidikan.