GBPP Pelatihan Dasar Mediasi dan Resolusi Konflik untuk Pendamping PNPM Mandiri

Embed Size (px)

Citation preview

0

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PELATIHAN (GBPP)

MEDIASI DAN RESOLUSI KONFLIK1MODUL PELATIHAN BAGI FASILITATOR PNPM MANDIRIFORUM LEMBAGA SWADAYA MASYARAKAT ACEH BUKU 1: Pelatihan Dasar

Nama Pelatihan Pelaksana Peserta Durasi

: : : :

Pelatihan Dasar (Core Training) Mediasi dan Resolusi Konflik Forum Lembaga Swadaya Masyarakat Aceh Fasilitator PNPMMPd dan PNPM DTK 6 (Enam) hari

Latar BelakangPelatihan mediasi dan resolusi konflik merupakan serangkaian kegiatan pembelajaran bagi tenaga pendamping khususnya fasilitator PNPM-MPd dan PNPM-DTK dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dipenyelesaian masalah atau konflik yang dihadapi dalam pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat. Pelaksanaan program pelatihan mediasi dan resolusi konflik ini sangat relevan dengan upaya penyelesaian kasus-kasus (konflik) yang mungkin timbul sebagai dampak dari pelaksanaan program PNPM Mandiri (PNPM-MP dan PNPM-DTK). Kedua program ini memiliki karakteristik dan mekanisme khusus dalam perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan penilaian kegiatannya, termasuk dalam mendorong percepatan pembangunan di daerah tertinggal, khususyang dan terkena dampak konflik. Kedua program ini menggunakan proses perencanaan partisipatif sehingga keputusan atas alokasi sumber dana dan sumber daya yang tersedia dibuat berdasarkan konsensus pada pertemuan di tingkat desa, kecamatan (subdistrict), dan tingkat kabupaten/kota. Dengan demikian, program tersebut secara bertahap akan1

Program pelatihan mediasi dan resolusi konflik untuk para fasilitator PNPM dilaksanakan dalam dua putaran dan akan melatih sekitar 405 (dari total 570) fasilitator PNPM di 22 kabupaten dan 90 kecamatan di Aceh dan Nias. Ini termasuk penyediaan pelatihan keterampilan inti (Core Training) untuk semua fasilitator PNPM-DTK di Aceh dan Nias (63 orang), semua fasilitator provinsi dan kabupaten PNPM di Aceh (72 orang) dan sekitar setengah dari fasilitator kecamatan PNPM Pedesaan di Aceh (270 orang dari jumlah total dari 369). Semua fasilitator PNPM-DTK, semua fasilitator PNPM-MP tingkat kabupaten, dan sekitar 100 fasilitator kecamatan PNPM-MP mengikuti program pelatihan keterampilan lanjutan (Advance Training) pascapelatihan core.

1

meningkatkan keterampilan teknis dan kemampuan kognitif orang-orang yang berpartisipasi dalam proses perencanaan pembangunan, termasuk penduduk desa yang dipilih untuk mewakili kelompok masyarakatnya sehingga dana yang digulirkan ke desa dapat digunakan secara efektif. Secara umum, penyajian modul pelatihan dibagi dalam dua bagian penting, yaitu modul pelatihan dasar (core training) dan modul pelatihan lanjutan (advanced training). Keduanya menyajikan pengalaman belajar yang disesuaikan dengan kondisi masingmasing fasilitator dalam pelaksanaan tugasnya. Khusus untuk modul pelatihan dasar (core training) memberikan pengalaman belajar terkait pemahaman dasar tentang konsep konflik, prinsip-prinsip membangunan perdamaian, analisis konflik, konsep perencanaan berbasis perdamaian, visioning, keterampilan dasar negosiasi dan mediasi. Keterampilan ini sangat dibutuhkan bagi fasilitator pada saat menjalankan tugas pendampingan masyarakat menyangkut Disamping itu, membekali fasilitatir PNPM Mandiri dalam mengembangkan keterampilan mediasi penyelesaian kasus-kasus sengketa (non-hukum) atau konflik para pihak terkait pelaksanaan program PNPM Mandiri baik perdesaan maupun daerah tertinggal dan khusus. Penggalian gagasan dan pengalaman langsung di lapangan menjadi salah satu faktor penting dalam mengisi kesenjangan antara apa yang seharusnya dilakukan sesuai dengan regulasi dan kenyataan di temukan, melalui pendekatan pembelajaran berbasis kinerja dan pengalaman diharapkan dapat memberikan ruang belajar yang optimal dan sesuai dengan tuntutan tugas.

Tujuan KurikulerMelalui pelatihan dasar (core training) diharapkan fasilitator PNPM Mandiri memiliki pemahaman dan keterampilan dasar (basic skills) dalam mediasi dan resolusi konflik terkait penyelesaian masalah yang dihadapi masyarakat dan pemangku kepentingan lain yang terlibat dalam pelaksanaan program PNPM Mandiri.

Tujuan Instruksional Umum:1. Meningkatkan pemahaman dasar Fasilitator PNPM Mandiri tentang mediasi dan resolusi konflik untuk menyelesaikan masalah yang muncul dalam pemberdayaan masyarakat dan pelaksanaan program pembangunan. 2. Meningkatkan keterampilan dasar Fasilitator PNPM Mandiri dalam praktek mediasi dan resolusi konflik dalam pelaksanaan program pembangunan. 3. Meningkatkan kapasitas fasilitator PNPM Mandiri dalam merancang dan menangani dampak program, khususnya yang berkaitan dengan program pembangunan dan reintegrasi di masyarakat;2

4. Mendorong efektifitas penyelesaian sengketa atau konflik melalui berbagai kerangka tindakan dan mekanisme dalam pelaksanaan program pembangunan.

3

Struktur MateriTabel. Kisi-Kisi Materi PelatihanModul (1) Modul 1 Modul 2 Modul 3 Modul 4 Modul 5 Modul 6 Modul 7 Modul 8 Modul 9 Modul 10 Modul 11 Modul 12 Modul 13 Modul 14 Modul 15 Modul 16 Modul 17 Modul 18 Pokok Bahasan (2) Durasi (3) 40 80 80 80 120 120 80 80 80 80 120 120 120 120 160 160 120 40 Kompetensi DasarPengetahuan Keterampilan Tindakan

(4) x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x X

Pembentukan Susasana dan Kontrak Belajar Persepsi: Cara Memahami Orang Lain Memahami Konflik Identifikasi dan Analisis Konflik Analisis Konflik: Siapa, Apa dan Bagaimana Pemetaan Konflik Pentahapan Konflik (conflict cycle) Urutan Kejadian Segitiga SPK (Sikap-Perilaku-Konteks) Analisis Kekuatan Konflik Visioning Perencanaan dan Strategi Mengelola Konflik Mengelola Konflik secara Langsung Komunikasi Non-Verbal Negosiasi Mediasi Fasilitator sebagai Agen Perdamaian Rencana Kerja Tindak Lanjut (RKTL) Jumlah Jam Pelatihan

Tingkat Kedalaman*) (5) 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 2 2

1600

*) 1 = Rendah; 2 = Sedang; 3 = Tinggi

4

Alur Proses PembelajaranPanduan pelatihan dasar (core training) dirancang bagi fasilitator atau penyelenggara pelatihan dalam mengelola kegiatan pembelajaran tentang pemahaman dan keterampilan dasar di bidang mediasi dan resolusi konflik dalam pelaksanaan program pembangunan khusunya PNPM Mandiri. Alur proses pembelajaran akan mempermudah fasilitator atau pemangku kepentingan lain dalam penerapan dan penyesuaian sesuai dengan kondisi masyarakat yang didampinginya. Modul ini terdiri dari 17 (tujuh belas) bab yang membahas latar belakang, kerangka isi, metode dan aplikasi praktis dasar-dasar mediasi dan resolusi konflik yang diberikan dalam kegiatan core training.

5

Kerangka Umum Materi PelatihanNo(1)

Tujuan Instruksional Khusus(2)

Pokok Bahasan(3)

Uraian(4)

Metode(5)

Waktu40 menit

Catatan

1.

Peserta memahami latar belakang, tujuan, pokok bahasan, proses dan target pelatihan dikaitkan kemampuan awal dalam mengikuti proses pelatihan

Pembentukan Suasana dan Kontrak Belajar Pembukaan Pemetaan Harapan dan gambaran diri Menetapkan Aturan Main (groundrules) Mengidentifikasi kemampuan awal peserta Persepsi: Cara Memahami Orang lain Dasar-dasar persepsi dan kerja otak Mengenal Atribut Diri Model Hubungan Interpersonal

Pembentukan suasana dan kontrak belajar merupakan langkah awal dalam memulai aktivitas pelatihan. Peserta diajak untuk menyepati hal-hal berkaitan dengan keseluruhan program pelatihan mencakup acara pembukaan, perkenalan, pemetaan harapan, agenda pelatihan, Aturan main, dan pengorganisasian peserta. Fasilitator menjelaskan latar belakang, tujuan, ruang lingkup dan urutan penyajian materi, serta target pelatihan. Disamping itu, peserta perlu merumuskan dan menyepakati harapan, aturan main, dan gambaran diri (self motivation). Memahami cara pandang orang lain merupakan proses komunikasi yang menjadi landasan dalam menentukan corak intervensi dalam penanganan konflik yang dihadapi. Setiap individu memiliki cara yang khas dan berbeda dalam merespon lingkungan. Perbedaan ini kerapkali menjadi penyebab terhambatnya proses komunikasi karena masing-masing memiliki sudut pandang yang berbeda tentang suatu masalah. Dalam konsep komunikasi perlu dipahami tentang bagaimana proses informasi itu terjadi sehingga dapat diterima dan ditanggapi. Dalam rangkaian penelitian tentang otak fungsi pengamatan dan memori dalam memproses suatu hubungan antara objek yang teramati. Hal ini yang kemudian berkembang menjadi konsep persepsi yang menjadi salah satu dasar dalam teori komunikasi. Pemahaman tentang proses persepsi dan pemoresan informasi dalam sistem komunikasi praktis bermanfaat untuk mengkaji perilaku dan memahami respon yang ditunjukkan. Sebagai pendamping yang banyak berhubungan dengan orang, kelompok atau tim dan masyarakat yang lebih luas membutuhkan keterampilan

Perkenalan; Pencairan Suasana; Self-Reflection

2.

Peserta mampu memahami karakter dan sifat orang lain dari respon yang ditunjukkan oleh para pemangku kepentingan yang berkonflik serta menemukan cara untuk menanggapinya sesuai dengan situasi dan kebutuhan.

Permainan Kacamata Ilusi; Curah pendapat; dan Presentasi

80 menit

6

No(1)

Tujuan Instruksional Khusus(2)

Pokok Bahasan(3)

Uraian(4)

Metode(5)

Waktu

Catatan

khusus untuk memahami dengan cepat sifat, karakter, kepribadian, dan pola komunikasi yang berbeda-beda. 3. Peserta memahami kerangka teori yang mendasari konflik dan kekerasan yang terjadi dalam masyarakat. Memahami Konflik Apa itu Konflik? Konflik dan Kekerasan Prinsip-Prinsip dan Kerangka Kerja perdamaian.

Pembelajaran dimulai dengan kegiatan orientasi pemahaman konsep konflik dan perdamaian, kekerasan, serta kerangka kerja perdamaian. Konsep ini memberikan gambaran tentang bagimana bentuk dan pola konflik yang terjadi dalam masyarakat. Hal ini dapat membantu fasilitator dan masyarakat dalam menentukan visi, misi, tujuan dan strategi membangun perdamaian secara berkelanjutan. Pemahaman yang utuh tentang apa, mengapa dan bagaimana konflik itu terjadi serta bagaimana menanganinya akan membantu semua pihak atau kelompok yang bertikai dan terlibat dalam tindak kekerasan untuk berdialog, membuka diri, dan membangun kesadaran akan akibat negatif dari konflik yang terjadi. Identifikasi dan analisis konflik merupakan kegiatan yang harus dilakukan oleh fasilitator untuk menelusuri dan menemukan permasalahan, nilai-nilai, faktor-faktor yang mendorong terjadinya konflik dan hal-hal yang mendorong terciptanya perdamaian. Proses penelusuranpenggalian informasi dan data yang akurat tentang suatu fenomena (konflik) yang terjadi dalam masyarakat akan membantu fasilitator dalam membuat rencana, menetapkan langkah-langkah atau tindakan dan evaluasi yang diperlukan. Melakukan identifikasi dan analisis konflik akan menghindari kesalahan fatal dalam menetapkan tujuan, sasaran, strategi dan kegiatan, sehingga dapat menyebabkan konflik semakin meningkat. Oleh karena itu, fasilitator harus memiliki pemahaman dan keterampilan dalam membantu atau mendampingi masyarakat agar mampu melakukan identifikasi dan analisis konflik secara tepat dan benar. Terdapat sejumlah alat yang dapat digunakan untuk mengumpulkan fakta, data dan informasi berkaitan

Curah Pendapat; Berbagi Pengalaman; Simulasi; dan Diskusi

80 menit

4.

Peserta meiliki keterampil an menggunakan alat bantu atau teknik dalam identifikasi dan analisis konflik.

Identifikasid dan Analisis Konflik Konsep dasar analisis konflik Kerangka Kerja Perdamaian Alat Bantu dalam identifikasi dan analisis konflik

Curah pendapat Studi Kasus Simulasi Conflict analysis

120 menit

7

No(1)

Tujuan Instruksional Khusus(2)

Pokok Bahasan(3)

Uraian(4)

Metode(5)

Waktu

Catatan

dengan konflik yang terjadi dalam masyarakat. Alat identifikasi dan analisis ini telah dikembangkan dan digunakan di beberapa negara berkembang yang mengalami konflik. Menurut pengalaman, dengan memanfaatkan alat bantu ini, masyarakat lebih memahami tentang konflik yang peserta hadapi. 5. Peserta memiliki keterampilan dalam menggunakan alat bantu dan teknik analisis mengenal konflik untuk memetakan kebutuhan pembangunan dan perdamaian. Analisis Konflik: Siapa, Apa, dan Bagaimana? Analisis Siapa? Analaisis Apa? Analisis Bagaimana?

Teknik penelusuran informasi terkait dengan pengenalan terhadap situasi konflik yaitu analisis Siapa, Apa dan Bagaimana (Caritas, 2002). Cara ini dilakukan untuk mengenal secara dini situasi konflik yang terjadi dalam masyarakat terutama menyangkut para pihak atau pemangku kepentingan inti yang terlibat dalam konflik, akar permasalahan konflik dan faktor-faktor pendorong pemecah perdamaian. Teknik ini dilakukan melalui pendekatan partisipatoris dengan melibatkan secara langsung masyarakat untuk memahami konflik yang mereka hadapi. Teknik analisis ini cukup sederhana dan dapat membantu fasilitator atau pendamping dalam memfasilitasi pembuatan perencanaan pembangunan, karena mudah diterapkan dan disesuaikan dengan situasi serta kondisi masyarakat Aceh. Dalam pokok bahasan ini, peserta melakukan simulasi bagaimana menggunakan teknik analisis siapa, apa dan bagaimana dalam menganalisis realitas konflik yang terjadi.

Class Action Research; Diskusi Kelompok; Studi Kasus; dan Simulasi

120 menit

6.

Peserta mampu menggunakan alat bantu dan teknik Pemetaan konflik untuk memvisualisasikan secara sederhana berbagai fenomena mencakup hubungan, sumber daya, kekuasaan, dan pemangku kepentingan yang terlibat dalam konflik

Pemetaan Konflik Konsep dasar Pemetaan konflik Peta Wilayah Konflik Pemetaan Peran Kelembagaan Pemetaan Hubungan antarkelompok

Kegiatan pemetaan konflik dilakukan untuk memfasilitasi masyarakat dalam menggali informasi dan data geografis, peristiwa dan hubungan pemangku kepentingan sebagai bahan dalam merumuskan profil konflik yang terjadi dalam masyarakat. Dengan peta konflik akan terlihat dengan jelas rentetan peristiwa atau sejarah terjadinya konflik, konteks, wilayah geografis, sumber daya alam, isu-isu internal dan eksternal serta dinamika konflik dalam suatu wilayah tertentu.

Pemetaan Partisipatif; Diskusi Kelompok; Studi Kasus; dan Simulasi

120 menit

8

No(1)

Tujuan Instruksional Khusus(2)

Pokok Bahasan(3)

Uraian(4)

Metode(5)

Waktu

Catatan

Teknik yang digunakan untuk pemetaan konflik melalui peta mental dengan visualisasi grafis baik dengan sketsa, gambar, foto atau simbol-simbol lain yang menjelaskan hubungan antara isu, masalah, kelembagaan, situasi konflik yang terjadi dengan sudut pandang yang berbedabeda. Peta konflik biasanya digunakan untuk berbagai situasi baik pada saat sebelum konflik, intensitas laten, konflik terbuka atau situasi pasca konflik. Pokok Bahasan ini menguraikan bagaimana melakukan pemetaan konflik dengan informasi dan variasi kasuskasus yang muncul di lapangan. 7. Peserta memiliki keterampilan menggunakan alat bantu dan teknik Penahapan Konflik melalui visualisasi grafis untuk menunjukkan peningkatan dan penurunan intensitas konflik dalam skala atau rentang waktu tertentu Pentahapan Konflik Konsep dasar Pentahapan konflik Tahapan Analisis Pentahapan Konflik.

Pentahapan konflik merupakan gambaran alur atau dinamika perubahan yang terjadi akibat intensitas dan karakteristik dalam rentang waktu dan konteks yang berbeda. Pentahapan konflik merupakan cara sederhana yang dapat dilakukan oleh fasilitator bersama masyarakat untuk mengenal pola-pola tertentu yang dapat diklasifikasikan dalam beberapa fase yaitu sebelum, proses dan setelah konflik. Alat bantu ini bermanfaat bagi masyarakat untuk mengenal secara tepat fase-fase konflik (Pra-konflik Konfrontasi, Krisis, Akibat dan pascakonflik. Fasilitator dapat memanfaatkan alat ini sebagai pintu masuk untuk membuka dialog dan membangun kepercayaan kedua pihak yang berkonflik. Disamping itu memudahkan untuk menggunakan alat-alat kaji berikutnya. Topik ini akan membantu fasilitator dalam memfasilitasi masyarakat dalam mengidentifikasi situasi konflik berdasarkan penahapan tertentu.

Conflict Stages; Diskusi Kelompok; Studi Kasus; dan Simulasi

80 menit

8.

Peserta memiliki keterampilan dalam menggunakan alat bantu dan teknik Analisis Urutan Kejadian untuk memvisualisasikan peristiwa atau sejarah terjadinya konflik

Urutan Kejadian Konsep dasar Urutan Sejarah Tahapan Analisis Ururan Sejarah

Rangkaian peristiwa atau kejadian yang berlangsung dalam suatu wilayah konflik merupakan isu penting yang perlu mendapatkan perhatian dari pihak-pihak yang terlibat dalam konflik. Bagi fasilitator, hal ini dapat dijadikan dasar untuk memahami latar belakang, dinamika

Historical Analysis; Diskusi Kelompok; Studi Kasus; dan Simulasi

80 menit

9

No(1)

Tujuan Instruksional Khusus(2)

Pokok Bahasan(3)

Uraian(4)

Metode(5)

Waktu

Catatan

dalam masyarakat.

dan pola hubungan yang terjadi dalam masyarakat dampingannya. Pokok bahasan ini akan memberikan panduan kepada fasilitator dalam memfasilitasi masyarakat menyusun rangkaian peristiwa atau kejadian penting yang dirasakan dan dapat direkam oleh masyarakat dalam rentang atau skala waktu tertentu. Hasil dari analisis urutan kejadian dapat dijadikan pertimbangan dalam mengenal karakteritik masyarakat atau kelompok yang berkonflik, best practices, dan faktor-faktor pemicu yang muncul selama konflik itu berlangsung. Disamping itu, alat bantu ini merupakan panduan praktis bagi masyarakat untuk saling mempelajari sejarah dan pandangan yang berbeda tentang suatu fenomena konflik yang terjadi.

9.

Peserta memiliki kemampuan menggunakan alat bantu dan teknik Analisis Segitiga SPK untuk memvisualisasikan sikap, perilaku dan konteks konflik yang terjadi dalam masyarakat.

Segitiga SPK (SikapPerilkau dan Konteks) Konsep dasar Segitiga SPK Tahapan Analisis SPK

Sikap-perilaku-konteks (atau segitiga SPK) merupakan tiga prinsip umum yang ditunjukkan oleh setiap kelompok atau pihak-pihak yang terlibat dalam konflik; Sikap (attitude) merupakan konsep paling penting dalam psikologi sosial yang membahas unsur sikap baik sebagai individu maupun kelompok. Perilaku (Behavior) adalah respon individu atau kelompok terhadap lingkungan. Perilaku atau perbuatan manusia merupakan manifestasi terhadap pola-pola hubungan, dinamika, perubahan dan interaksi yang menitikberatkan pada masyarakat dan kelompok sosial sebagai satu kesatuan, serta melihat individu sebagai bagian dari kelompok masyarakat (keluarga, kelompok sosial, kerabat, klien, suku, ras, bangsa). Konteks (context) dapat dipahami seperti sebuah gambaran mental terhadap realitas dan lingkungan dimana individu atau kelompok itu berinteraksi satu dengan yang lainnya sebagai sebuah kesatuan. Pokok bahasan ini akan membantu fasilitator dalam mengidentifikasi sikap dan tindakan yang dipilih oleh

ABC Analysis; Diskusi Kelompok; Studi Kasus; dan Simulasi

80 menit

10

No(1)

Tujuan Instruksional Khusus(2)

Pokok Bahasan(3)

Uraian(4)

Metode(5)

Waktu

Catatan

masing-masing pihak sekaligus mendorong upaya penyadaran dan instropeksi diri terhadap gambaran diri dan melihat tindakan orang lain secara objektif serta membuka rasa simpati dan empati. 10. Peserta memiliki keterampilan dalam menggunakan alat bantu atau teknik analisis kekuatan konflik dalam program pembangunan Analisis Kekuatan Konflik Konsep dasar Analisis Kekuatan Konflik. Tahapan Analisis Kekuatan Konflik

Analisis kekuatan konflik dilakukan untuk mengidentifikasi kekuatan konflik yang terjadi dalam masyarakat. Alat bantu ini digunakan bersama dengan perangkat lain oleh kedua belah pihak untuk merumuskan tujuan, kekuatan positif untuk dimanfaatkan dalam membangun perdamaian dan merumuskan kekuatan negatif untuk memperkecil dampak dari konflik yang terjadi. Pokok bahasan ini akan membahas kerangka kerja dan langkah-langkah dalam melakukan identifikasi terhadap kekuatan konflik yang terjadi dalam masyarakat. Alat ini diharapkan memberikan gambaran yang utuh dalam menentukan bentuk kegiatan yang sesuai dalam upaya mendorong perdamaian dan meningkatkan berdasarkan uji kekuatan terhadap pihak-pihak yang mempertahankan kemapanan (status quo) dan pihak-pihak yang berada dalam posisi lemah.

Analisis Bawang Bombay; Diskusi Kelompok; Studi Kasus; dan Simulasi

80 menit

11.

Peserta memiliki keterampilan dalam memfasilitasi proses menggagas masa depan masyarakat (visi) dalam program pembangunan.

Visioning: Konsep dasar Visioning dalam membangun masa depan masyarakat. Tahapan visioning.

Visi merupakan panduan bagi fasilitator dan pemangku kepentingan dalam melihat harapan dan tindakan yang akan dirumuskan bersama dengan berbagai pertimbangan (integrated dan menyeluruh) dari sudut pandang yang berbeda. Namun pada tahap selanjutnya diformulasikan dalam kesepahaman bersama tentang tujuan dan hasil akhir yang ingin dicapai dalam rangka membangun situasi yang lebih baik dan kondusif. Pokok bahasan ini akan memberikan pengalaman kepada fasilitator pendamping khususnya dalam meningkatkan kapasitas dan partisipasi masyarakat dalam merumuskan visi dengan menunjukkan pentingnya suatu rencana masa depan dan bagaimana membangun kebersamaan serta pemahaman tentang masa depan itu dengan cara yang

Visioning; Diskusi Kelompok; Studi Kasus; dan Simulasi

120 menit

11

No(1)

Tujuan Instruksional Khusus(2)

Pokok Bahasan(3)

Uraian(4)

Metode(5)

Waktu

Catatan

lebih baik. Perumusan visi mempertimbangkan berbagai situasi dan hasil analisis yang telah dilakukan sebelumnya. 12. Peserta mampu memfasilitasi kegiatan perencanaan dan strategi mengelola konflik berbasis masyarakat. Perencanaan dan Strategi Mengelola Konflik; Prinsip-prinsip dan Kerangka kerja Program Perdamaian. Proses penyusunan rencana, strategi pelaksanaan dan evaluasi program perdamaian

Perencanaan dan evaluasi program mengacu pada kerangka kerja membangun perdamaian (peace building framework) mencakup: hubungan, infrastuktur, keberlanjutan, strategi dan komprehensif. Beberapa cara telah dikembangkan untuk membantu fasiltator dalam merancang program pasca konflik. Namun dalam sessi ini, alat bantu yang digunakan lebih sederhana dengan menggunakan kerangka kerja yang memungkinkan penyesuaian dengan situasi dan kebutuhan di lapangan. Pokok bahasan ini secara khusus menguraikan prinsipprinsip dasar dalam merumuskan program pembangunan masyarakat sebagai tindaklanjut hasil identifikasi dan analisis konflik yang telah dilakukan bersama dengan pemangku kepentingan. Dalam penyusunan program fasilitator harus tetap mempertimbangkan tujuan dan sasaran yang jelas serta kapasitas kelembagaan yang akan terlibat dalam pelaksanaan kegiatan tersebut.

Peace Building Farmework Diskusi Kelompok; Studi Kasus; dan presentasi

120 menit

13.

Peserta memiliki pemahaman dan keterampilan dalam mengelola konflik secara langsung terkait pelaksanaan program pembangunan.

Mengelola Konflik secara Langsung; Konsep dasar mengelola konflik secara langsung Pendekatan mengelola konflik secara langsung dalam pembangunan

Mengelola konflik secara langsung merupakan cara atau pendekatan atau gaya dalam penyelesaian masalah yang dilakukan dalam menentukan sejumlah akternatif pemecahan masalah atau konflik yang dihadapi pada saat terlibat dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat. Penguasaan terhadap persoalan utama dan kemampuan melakukan pendekatan terhadap para pemangku kepentingan yang terlibat dalam konflik akan memberikan kontribusi positif terhadap perubahan dan kondisi yang lebih baik. Panduan dalam mengelola konflik secara langsung mencakup: penolakan, konfrontasi, akomodasi, dan pemecahan masalah. Pokok Bahasan ini memberikan pengalaman belajar tentang kemampuan praktis dalam mengelola konflik secara langsung sesuai dengan kondisi nyata di lapangan.

Permainan; Geradi penyelesaian konflik; Diskusi Kelompok; Studi Kasus; scenario, dan presentasi

120 menit

12

No(1)

Tujuan Instruksional Khusus(2)

Pokok Bahasan(3)

Uraian(4)

Metode(5)

Waktu

Catatan

Beberapa pendekatan dalam mengelola konflik akan diuraikan melalui beberapa kasus dan skenario yang diharapkan dapat membantu menetapkan alternatif tindakan yang tepat dalam menyelesaikan konflik. 14. Peserta memiliki kemampuan mengenal pola dasar komunikasi nonverbal dan menerapkannya dalam situasi praktis untuk berkomunikasi dengan para pemangku kepentingan yang terlibat dalam konflik untuk menemukan solusi. Komunikasi Non-Verbal Prinsip-prinsip dalam komunikasi non-verbal. Komunikasi non-verbal dalam membangun perdamaian

Komunikasi non-verbal merupakan pola dasar dalam interaksi insani dengan menggunakan perilaku non verbal dalam rangka memahami tujuan komunikasi.Dalam pendekatan modern komunikasi non-verbal dikaji dan dikembangkan sebagai bagian dari profesionalisme, gaya hidup dan model komunikasi yang dapat dipelajari terutama untuk pengembangan diri (self empowering) menghadapi pelanggan, memahami perilaku konsumen (consumen behaviour), penjualan dan menganalisis perilaku yang ditunjukkan sebagai respon emosi dan perasaan personal. Berbagai teori dan hasil penelitian banyak disandarkan pada model dan praktek komunikasi nonverbal yang kemudian diterapkan untuk kepentingan yang lebih luas untuk kepentingan healing, resolusi konflik dan manajemen perubahan. Keterampilan komunikasi non-verbal menjadi bagian penting dari kemampuan pendamping untuk mengenal sikap, perilaku, tindakan, dan harapan yang ditunjukkan melalui gerak tubuh yang terkadang sulit untuk dipahami. Melalui topik ini, peserta akan belajar bagaimana mengembangkan kemampuan komunikasi non-verbal melalui permainan interaktif yang diharapkan dapat mengenal pola-pola nilai-nilai, simbol, gaya atau penampilan dan gerakan tubuh.

Permainan; Simulasi; dan presentasi

120 menit

15.

Peserta memiliki keterampilan negosiasi dalam penyelesaian masalah yang dihadapi oleh para pemangku kepentingan yang terlibat dalam program pembangunan

Negosiasi; Konsep dasar negosiasi. Tahapan negosiasi Keterampilan negosiasi dalam penyelesaian masalah pembangunan

Negosiasi merupakan istilah yang populer digunakan dalam dunia kepemimpinan, manajemen dan bisnis untuk menjelaskan kekuatan dan tantangan yang akan dihadapi dalam memenangkan suatu persaingan. Dalam perkembangannya negosiasi menjadi salah satu cara yang ditempuh oleh para pemnagku kepentingan yang terlibat dalam konflik untuk mencapai tujuannya dengan cara

Permainan; Simulasi; dan presentasi.

160 menit

13

No(1)

Tujuan Instruksional Khusus(2)

Pokok Bahasan(3)

Uraian(4)

Metode(5)

Waktu

Catatan

mengidentifikasi apa yang akan ditawarkan oleh salah satu pihak kepada pihak lain dan resiko yang akan diambil dari keputusan itu untuk mencapai kesepahaman dan titik temu diantara kepentingan yang berbeda. Seorang fasilitator diharapkan memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan yang cukup dalam melakukan tugas pendampingan terutama dalam menghadapi situasi yang sangat kompleks tanpa mengurangi posisi masing-masing pihak terhadap keputusan yang diambil. Masing-masing pihak mampu memberikan alternatif penyelesaian yang dapat diterima untuk menghindari situasi yang tidak seimbang atau deadlock. Pokok bahasan ini akan melatih kemampuan praktis dalam mengenal kebutuhan dan proses negosiasi para pemangku kepentingan dalam menyelesaikan konflik yang dihadapi terutama berkaitan dengan alur-mekanisme dan proses pelaksanaan program pembangunan. 16. Peserta memiliki keterampilan mediasi dalam memfasilitasi penyelesaian masalah yang dihadapi oleh para pemangku kepentingan yang terlibat dalam program pembangunan Mediasi; Konsep dasar mediasi. Tahapan mediasi Keterampilan mediasi dalam penyelesaian masalah pembangunan

Mediasi adalah upaya sistematis untuk merancang kesepakatan bersama dan menemukan solusi atas kepentingan yang berbeda dengan melibatkan pihak ketiga yang netral dan dipercaya oleh kedua pihak untuk mendorong upaya penyelesaian yang lebih baik. Mediasi merupakan upaya terukur untuk membantu mengembangkan hubungan yang harmonis dalam membangun perdamaian. Mediasi bisanya melibatkan sesorang atau kelompok tertentu yang dianggap mampu memfasilitasi penyelesaian konflik. Artinya peran pihak ketiga bersifat sementara dan berfungsi sebagai agen perdamaian. Jika Anda sebagai fasilitator dipercaya untuk menjadi penengah atau mediator untuk membantu pihak-pihak yang bertikai perlu dipahami hal-hal berikut; Peran mediator dalam menangani para pihak yang terlibat dalam situasi konflik yang semakin memanas berupaya menempatkan posisi netral dan mengarahkan proses dan

Permainan; Simulasi; dan presentasi.

160 menit

14

No(1)

Tujuan Instruksional Khusus(2)

Pokok Bahasan(3)

Uraian(4)

Metode(5)

Waktu

Catatan

memandu kedua belah pihak untuk melalui tahap-tahap penyelesaian atau proses yang telah Anda susun dan disepakati. Mediasi biasanya dilakukan oleh beberapa orang atau tim mediator, dan mereka menggabungkan pengalaman dan keterampilan masing-masing dari latar belakang yang berbeda-beda. Dengan demikian, tim mediator dibangun dari berbagai keahlian yang beragam untuk memformulasikan bentuk penyelesaian konflik secara komprehensif. Pokok bahasan ini akan melatih kemampuan praktis dalam mengenal kebutuhan dan proses mediasi bagi pendamping dan para pemangku kepetingan dalam menyelesaikan konflik yang dihadapi terutama berkaitan dengan mekanisme dan proses pelaksanaan program PNPM MPd dan PNPM DTK. 17. Peserta memiliki pemahaman tentang fungsi dan kedudukan pendamping sebagai agen perdamaian. Fasilitator sebagai Agen Perdamaian; Peran dan kedudukan fasilitator. Karakteristik fasilitator sebagai agen perdamaian

Failitator program pemberdayaan adalah seseorang yang ditunjuk atau atas inisiatifnya sendiri melakukan fungsifungsi pembimbingan, motivasi, pengarahan, bantuan, dan pembelajaran bagi kelompok atau para pihak dalam meningkatkan kemandirian dan keswadayaan. Fasilitator memiliki fungsi yang strategis sebagai agen pembaharu-perubahan sekaligus agen perdamaian. Artinya setiap tugas yang dijalankan tidak terlepas dari upaya untuk membantu dan mendorong para pemangku kepentingan untuk dapat memelihara proses pembangunan secara damai dan berkelanjutan. Pokok bahasan ini akan memberikan pemahaman dan pengalaman praktis terkait peran fasilitator sebagai agen perdamaian dalam konteks pembangunan dan penyelesaian konflik yang terjadi dalam masyarakat yang didampingi.

Permainan; NLP, Curah pendapat..

120 menit

18

Peserta mampu merumuskan rencana aksi dalam mendorong upaya penyelesaian dan

Rencana Kerja Tindak Lanjut

Penyusunan RKTL merupakan topik atau kegiatan belajar terakhir dari keseluruhan proses pelatihan yang ditempuh peserta. Kegiatan ini untuk menentukan kesepakatan dan

RKTL

40 menit

15

No(1)

Tujuan Instruksional Khusus(2)

Pokok Bahasan(3)

Uraian(4)

Metode(5)

Waktu

Catatan

perdamaian

kerangka kerja tindaklanjut hasil pelatihan setelah kembali ke komunitas masing-masing. Setiap peserta akan menentukan prioritas penyelesaian konflik sesuai tahapan program dan kebutuhan pengembangan diri (profesionalitas). RKTL akan menjadi panduan untuk menyusun rencana dalam upaya meningkatkan kapasitas menyelesaikan konflik dalam masyarakat berdasarkan pembelajaran yang telah dilaluinya.

16