123

GDI+ using ASP

  • Upload
    others

  • View
    2

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: GDI+ using ASP
Page 2: GDI+ using ASP

MORATORIUM DAN

INDUSTRI PERIKANAN KOTA

BITUNG

Dr. Ficke H. Rawung, MS

Dr. Stanny S. Rawung, MM

Page 3: GDI+ using ASP

MORATORIUM DAN

INDUSTRI PERIKANAN KOTA

BITUNG

Penulis :

Dr. Ficke H. Rawung, MS

Dr. Stanny S. Rawung, MM

Editor / Tata Letak:

Soetam Rizky Wicaksono

Page 4: GDI+ using ASP

i

Penerbit Yayasan Makaria Waya

Jl. A. Mononutu – Minahasa Utara

Kode Pos 95372

email : [email protected]

website : makarialearningcenter.com

bekerjasama dengan

CV. Seribu Bintang

Malang – Jawa Timur - Indonesia

website: www.SeribuBintang.co.id

email : [email protected]

FB : www.fb.com/cv.seribu.bintang

ISBN :

Edisi Pertama, Desember 2018

Hak penulisan pada pengarang

Hak distribusi dan pencetakan pada penerbit

Hak Cipta dilindungi oleh Undang-undang

Page 5: GDI+ using ASP

ii

Daftar Isi

Pendahuluan ...................................................... 1

1. Nilai ekspor hasil perikanan Sulawesi Utara

yang menurun .................................................... 3

2. Naiknya NPL/ Nomor Performing Loan

(Tingkat Kredit Bermasalah)................................ 5

3. Raw materials menurun (data pendukung

dari pelaku usaha), Produksi hasil perikanan

menurun (data pendukung dari pelaku usaha) ... 6

4. Tingginya jumlah karyawan (pekerja) yang

dirumahkan dan di PHK ...................................... 7

5. Dampak Sosial dan Ekonomi Rakyat .............. 8

Kesejahteraan Nelayan Masih Tersendat 15

Kehilangan pekerjaan 19

Ikan Dibiarkan membusuk 21

6. Dampak Sosial Lainnya ................................. 23

7. Kondisi Pelaku Usaha Ikan dan Dampak

Langsungnya .................................................... 26

8. Kerugian Produksi .................................... 30

Tantangan Dan Peluang Indonesia Dalam

Masyarakat Ekonomi ASEAN .............................. 33

Tantangan Masyarakat Ekonomi ASEAN Bagi

Indonesia.......................................................... 40

Karakter Mahasiswa Dalam Menghadapi MEA

51

Page 6: GDI+ using ASP

iii

Peluang Masyarakat Ekonomi ASEAN Bagi

Indonesia ......................................................... 74

Posisi Indonesia 74

Kesimpulan 81

Memenangkan Peluang..................................... 82

Competitive and Representative Government ... 85

Peluang Tenaga Kerja Indonesia Dalam MEA .... 92

Daftar Pustaka ................................................ 103

Page 7: GDI+ using ASP
Page 8: GDI+ using ASP

Pendahuluan

1

Pendahuluan Dampak Penerapan Peraturan Menteri

Kelautan dan Perikanan No. 56 dan No.57 Tahun

2014 terhadap Supply Chain Manajemen

Industri Perikanan di Kota Bitung

Page 9: GDI+ using ASP

Pendahuluan

2

Industri perikanan Sulawesi Utara merupakan

salah satu industri penggerak perekonomian di daerah

Nyiur Melambai. Dengan adanya pemberlakuan

Moratorium sesuai dengan Peraturan Menteri

Kelautan dan Perikanan Nomor. 56 Tahun 2014

tentang Penghentian Sementara (Moratorium)

Perizinan Usaha Perikanan Tangkap di Wilayah

Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia

dan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan

Nomor. 57 Tahun 2014 tentang Perubahan Kedua

Atas Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan

Nomor Per.30/Men/2012 Tentang Usaha Perikanan

Tangkap di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara

Republik Indonesia, ternyata memberikan efek

domino negatif terhadap industri perikanan dan

kinerja ekonomi pada umumnya di Sulawesi Utara.

Hal tersebut dapat terilihat dalam beberapa

hal diantaranya :

Page 10: GDI+ using ASP

Pendahuluan

3

1. Nilai ekspor hasil perikanan

Sulawesi Utara yang menurun

Tabel 1. Perkembangan Ekspor Sulawesi Utara (Juta

USD)

Uraian 2014 2015 Growth (yoy)

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

Total

Ekspor (Juta USD)

285.

53

351.

43

296.

02

242.

70

274.

10

291.

04

242.

92 -17.94%

Sumber : Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Utara

Triwulan III 2015

Berdasarkan Kajian Ekonomi Regional

Sulawesi Utara Triwulan III tahun 2015. Kinerja

ekspor komoditas Sulawesi Utara mencatatkan

pertumbuhan negatif 17.94% (yoy) dengan nilai

ekspor sebesar 242,92 juta USD. Sampai dengan

triwulan III 2015, dilihat berdasarkan pangsa

komoditi utama ekspor Sulawesi Utara, komoditi

yang menjadi unggulan ekspor masih berasal dari

produk olahan lemak dan minyak nabati dengan

komposisi sebesar 64%, diikuti oleh produk

Page 11: GDI+ using ASP

Pendahuluan

4

perhiasan/permata (15%), sementara ikan dan ikan

olahan tecatat hanya memiliki pangsa 4% dan 5%

seiring masih terbatasnya peningkatan volume

ekspor. Sementara itu, berdasarkan negara tujuan,

ekspor Sulawesi Utara sampai dengan triwulan II

2015 didominasi oleh Belanda (25%), Amerika

Serikat (21%) dan Singapura (16%).

Pangsa pasar ikan dan ikan olahan yang hanya

4% dan 5% dari total ekspor, hal tersebut terdorong

juga dengan kebijakan moratorium yang

menyebabkan kurangnya raw material, sehingga

volume ekspor tidak dapat di tingkatkan.

Page 12: GDI+ using ASP

Pendahuluan

5

2. Naiknya NPL/ Nomor Performing

Loan (Tingkat Kredit Bermasalah)

Tabel 2. Nomor Performing Loan di Sulawesi Utara

2014 2015

Q

1

Q

2

Q

3

Q

4

Q

1

Q

2

Q

3 N

Nominal (Rp. Milliar)

676

809

897

788

894

988

996

RRasio (%)

2

.94

3

.37

3

.65

3

.03

3

.39

3

.60

3

.45

Pelaku Industri perikanan di Sulawesi Utara,

juga merupakan nasabah dalam industri perbankan di

Sulawesi Utara. Dengan adanya penerapan

moratorium menyebabkan para nasabah kredit

mengalami kesulitan dalam memenuhi kewajiban

pembayaran kredit usaha mereka.

Page 13: GDI+ using ASP

Pendahuluan

6

3. Raw materials menurun (data

pendukung dari pelaku usaha),

Produksi hasil perikanan menurun

(data pendukung dari pelaku

usaha)

AUPI Bitung terdiri dari 7 unit Pengalengan

Ikan dengan kebutuhan ikan per hari sekitar 620 ton,

5 unit Pengolahan Ikan Kayu (Katsubushi) dengan

kebutuhan ikan perhari sekitar 270 ton, 12 Unit Fresh

tuna processing dengan kebutuhan ikan per hari

sekitar 175 ton, dan 29 Unit pengolahan pembekuan

ikan dengan kebutuhan ikan perhari sekitar 338 ton.

Yang kesemuanya adalah perusahaan pengolahan

Padat Karya yang menggunakan Tenaga Kerja

Langsung berjumlah sekitar 18.000an orang (12.800

orang UPI + ABK yang berjumlah sekitar 5000an

orang)

Page 14: GDI+ using ASP

Pendahuluan

7

4. Tingginya jumlah karyawan

(pekerja) yang dirumahkan dan di

PHK

Perusahaan yang merumahkan karyawannya

sampai bln Desember 2014 antara lain ;

1. Etmieco Sarana Laut (400 orang)

2. Carvinna Trijaya Makmur (950 orang)

3. Deho Canning Co (350 orang)

4. Int’l Alliance Foods (850 orang)

5. Manadomina Citrapratama (250 orang)

6. RD Pacific (400 orang)

Page 15: GDI+ using ASP

Pendahuluan

8

5. Dampak Sosial dan Ekonomi

Rakyat

Pasca-diberlakukannya Peraturan Menteri

Kelautan dan Perikanan Nomor 56 Tahun 2014 dan

Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 57,

terjadi perubahan yang sangat signifikan di Kota

Bitung. Ini berdampak pada penurunan produksi hasil

perikanan, yang diperkirakan mencapai 80 persen

dari kapasitas produksi tahun 2013-2014. Dampak

berkurangnya serta kerugian yang dialami sesudah

pemberlakuan moratorium. Bitung tidak hanya

mengalami penurunan jumlah produksi perikanan,

tapi juga sejumlah kerugian signifikan lainnya,

terdampak dari lahirnya dua Permen tersebut.

Moratorium izin kapal ikan buatan luar negeri

diatur dalam Peraturan Menteri Kelautan dan

Perikanan Nomor 56 Tahun 2014 tentang

Penghentian Sementara (Moratorium) Perizinan

Usaha Perikanan Tangkap di Wilayah Pengelolaan

Perikanan Negara Republik Indonesia. Hal paling

Page 16: GDI+ using ASP

Pendahuluan

9

mendasar dari berbagai kompleksitas persoalan di

dalam usaha perikanan adalah sifat usahanya yang

penuh ketidakpastian. Moratorium seharusnya

mampu memberikan kepastian iklim usaha

perikanan, antara lain memastikan pelaku usaha yang

boleh menangkap dan tidak boleh, jenis, dan jumlah

ikan. Persoalannya, moratorium izin kapal ikan eks

asing tersebut masih belum menjawab ketidakpastian

usaha perikanan. Moratorium yang diperpanjang

tanpa hasil yang transparan menunjukkan terlalu lama

waktu yang dibutuhkan pemerintah hanya untuk

mengetahui modus kejahatan kapal eks asing.

Sementara pelaku usaha mulai terimbas

dampak kebijakan itu. Moratorium kapal ikan sejak

November 2014 itu telah berimbas pada tutupnya

sejumlah usaha penangkapan ikan dalam negeri.

Selama ini, banyak usaha penangkapan ikan skala

besar membeli kapal-kapal ikan dari luar negeri

karena produksi kapal ikan di dalam negeri belum

memadai. Terhentinya sejumlah usaha penangkapan

ikan dalam negeri mengakibatkan merosotnya

pasokan bahan baku untuk unit pengolahan ikan. Di

Page 17: GDI+ using ASP

Pendahuluan

10

Manado, Sulawesi Utara, tercatat delapan pabrik

pengolahan ikan tutup dan sebanyak 26.000 buruh

pabrik dan usaha terkait perikanan dirumahkan.

Kebijakan pemerintah tentang penghentian

sementara atau moratorium Perizinan Usaha

Perikanan Tangkap di wilayah pengelolaan perikanan

Indonesia malah menimbulkan masalah baru.

Pengusaha perikanan terpaksa mem-PHK pekerjanya

akibat tidak bisa mengurus perizinan untuk

menangkap ikan. Akibat moratorium itu banyak

pengusaha nasional terpaksa melakukan Pemutusan

Hubungan Kerja (PHK), sehingga kian menambah

angka pengangguran dan kemiskinan.

Pasokan ikan ke unit pengolahan otomatis

berhenti. Para pengusaha mempertanyakan siapa

yang akan menanggung beban kerugian karena kapal

mereka tidak diperbolehkan beroperasi selama

moratorium ini sementara gaji pekerja diatas kapal

harus tetap dibayar, demikian pula gaji karyawan di

unit pengolahan ikan. Pada moratorium itu tidak

diperbolehkan lagi untuk mempekerjakan tenaga

kerja asing diatas kapal penangkap ikan. Selama ini

Page 18: GDI+ using ASP

Pendahuluan

11

memang kapal-kapal penangkap ikan itu masih

menggunakan ABK asing karena sangat sulit

mendapatkan para pekerja lokal yang dikarenakan

ethos kerja yang rendah untuk bekerja diatas kapal

ikan.

Saat ini seluruh kapal penangkap ikan

khususnya eks kapal asing harus berhenti melaut baik

yang di Bitung, Beo dan Ambon. Untuk hal lain yang

dilarang adalah tidak boleh melakukan transhipment

(bongkar muat dilaut) tanpa kecuali. Padahal

sebenarnya dapat dikecualikan untuk kapal

penangkap ikan Tuna yang harus segera diekspor

supaya kualitasnya tetap terjaga.Fungsi pengawasan

yang harus diperketat bukan dilarang.

Dampak lainnya adalah SIPI (Surat Izin

Penangkapan Ikan) yang telah dibayarkan ke

Pemerintah sebagai PNBP (Pendapatan Negara

Bukan Pajak) untuk setahun dinyatakan berhenti

selama 6 bulan sampai dengan berakhirnya

moratorium itu hingga bulan April 2015.

Ini sama saja pemerintah mengambil hak para

pelaku usaha perikanan yang seharusnya bisa melaut

Page 19: GDI+ using ASP

Pendahuluan

12

mencari ikan. Pemerintah harus segera berdialog

dengan para stakeholder mengenai kebijakan

moratorium ini dan apa langkah bersama untuk

membuat negeri kita jaya di laut termasuk

mensejahterakan para nelayan dan masyarakat

pesisir. Apabila hendak mendata ulang kembali,

lakukanlah tanpa harus memberhentikan

pengoperasian kapal penangkap ikan tersebut bagi

yang masih berlaku izinnya. Pemeriksaan dapat

dimulai pada kapal yang sudah mati izinnya dan

menunda perpanjangannya selama moratorium

demikian halnya pula pada perusahaan yang meminta

izin baru. Pada akhirnya semua perusahaan akan

mendapatkan gilirannya untuk diperiksa, bukan

dihentikan semua kegiatannya. Ini sama saja

mematikan usaha mereka. Di negeri ini bila

menyangkut urusan perut, rawan terjadi konflik.

Kebijakan seperti ini tentunya akan menurunkan citra

Indonesia dimata negara lain dalam berinvestasi di

Indonesia

Kota Bitung telah sejak lama diakui sebagai

kota industri perikanan terbesar di Provinsi Sulawesi

Page 20: GDI+ using ASP

Pendahuluan

13

Utara. Ini berarti bahwa sumber daya alam kelautan

cukup tersedia untuk mendukung kegiatan ekonomi

pada industri perikanan. Pada akhir tahun 2014,

Kementerian Kelautan dan Perikanan

memberlakukan beberapa peraturan yang disebut

Kebijakan Moratorium. Secara umum isi dari

kebijakan tersebut adalah memberhentikan beberapa

kegiatan industri perikanan seperti melarang kapal –

kapal asing di atas 30 GT, pelarangan alih muatan

dari kapal penangkap ke kapal pengangkut.

Diberlakukannya kebijakan ini menyebabkan

masalah sosial di beberapa wilayah Indonesia

termasuk Provinsi Sulawesi Utara. Sekitar 9.000

pekerja baik di kapal maupun pegawai pabrik

perikanan dirumahkan.

Salah satu dampak yang terlihat cukup jelas

adalah perkembangan kapasitas produksi terpakai

sektor perikanan. Seperti dirilis oleh Bank Indonesia

pada akhir 2014, pada triwulan IV 2014 atau setelah

aturan moratorium resmi diberlakukan, kapasitas

produksi meningkat tajam hingga mencapai diatas 81

persen. Fakta tersebut cukup mengagetkan karena

Page 21: GDI+ using ASP

Pendahuluan

14

tahun sebelumnya kapasitas produksi paling tinggi di

triwulan empat itu maksimal 73,63 persen. Itu

menunjukkan bahwa ada peningkatan produksi di

sektor perikanan nasional karena kapal asing tidak

berlayar lagi.

Page 22: GDI+ using ASP

Pendahuluan

15

Kesejahteraan Nelayan Masih Tersendat

Walau dampak moratorium sudah terasa dari

kapasitas jumlah produksi perikanan, namun dari sisi

kesejahteraan nelayan hingga saat ini kondisinya

masih sama saja. Nelayan sekarang banyak yang

tidak bekerja pada kapal-kapal asing, maka sudah

semestinya mereka saat ini kehilangan mata

pencaharian. Ini bisa menyebabkan munculnya

pengangguran. Jika hal itu terjadi, gejolak sosial akan

semakin tinggi di tingkat nelayan.

Sejak dulu, Bitung terkenal sebagai kota

bahari, pusatnya industri perikanan. Jika Anda

berjalan ke sejumlah pojok kota, akan tercium aroma

ikan yang menyengat. Berderet-deret pabrik

pengolahan ikan, di antaranya PT Deho, PT Estada

Pesca, PT Sinar Purefood, dan banyak lagi pabrik

pengalengan ikan yang disebut Unit Pengolahan Ikan

atau UPI. Di waktu pagi, ribuan karyawan akan

berbondong-bondong memasuki kawasan pabrik.

Mereka terdiri dari para lelaki, perempuan,

tua muda. Ada yang berseragam pabrik, ada pula

Page 23: GDI+ using ASP

Pendahuluan

16

menggunakan kaos dan 't-shirt' bebas. Canda tawa

terdengar dari ribuan tenaga kerja yang

menyandarkan hidupnya di industri perikanan di kota

Bitung. Lalu pada petang hari, tatkala matahari mulai

terbenam, kembali ribuan karyawan industri bahari

akan terlihat di jalan-jalan utama kota Bitung. Ada

yang berjalan kaki, bergerombol, berkelompok-

kelompok. Dan ada pula yang menggunakan

kendaraan bermotor dan angkutan kota. Terjadi

kemacetan beberapa saat di jalan-jalan utama kota

Bitung.

Kini pemandangan seperti itu tidak lagi

nampak. Bitung yang dikenal sebagai Kota Bahari

terlihat sepi jika dibandingkan dengan keadaaan

sebelumnya. Moratorium di sektor perikanan “telah

membunuh” denyut nadi industri perikanan (dan

industri maritim umumnya, Red), baik di Kota

Bitung, juga Provinsi Sulawesi Utara (Sulawesi

Utara), bahkan Indonesia.

Terdapat 51 unit usaha perikanan, termasuk

tujuh pabrik pengalengan ikan. Sedangkan, serapan

tenaga kerjanya berkisar 30 ribu, hingga 35 ribu

Page 24: GDI+ using ASP

Pendahuluan

17

pekerja perikanan, lalu 20 ribu hingga 25 ribu nelayan

yang bekerja di atas kurang lebih 1600 kapal ikan.

Kapasitas produksi terpasang pada ke-44 UPI dan

tujuh Pabrik Pengalengan Ikan tersebut mencapai 14

ribu ton per hari.

Walau memang diakui, pada tahun 2013-

2014, produksi hasil perikanan pada Kota Bitung

hanya mencapai 52 persen dari kapasitas terpasang,

yakni sekitar 700 ton per hari hari akibat berbagai

masalah. Dari sisi perputaran uang dari sektor ini,

khususnya perikanan, mencapai kurang lebih 700.000

kg x Rp10.000, atau sama dengan Rp7 milyar rupiah

per hari. Artinya, satu bulan akan mencapai Rp210

miliar atau Rp2,5 triliun per tahun.

Betapa besarnya potensi ekonominya

sebagian besar merembes ke sektor ekonomi rakyat,

dinikmati oleh puluhan ribu buruh, nelayan serta

mereka yang terlibat di sektor industri maritim, bukan

cuma dikapitalisasi semata oleh tujuh pabrik

pengalengan ikan. Itu sebabnya, gelegar

pembangunan masyarakat di desa-desa, kelurahan-

kelurahan dan kampung-kampung, berkembang

Page 25: GDI+ using ASP

Pendahuluan

18

hebat. Karena rakyat bisa berkontribusi, yang berasal

dari hasil keringatnya dari industri perikanan itu.

Seterusnya, dampak negatif berikut sebagai

akibat efek beruntun terhadap perdagangan sembilan

bahan pokok sebagai kebutuhan operasional menjadi

lesu. Tengok saja hasil-hasil ektor pertanian, seperti

sayur mayur dan bumbu masak hasil olahan para

petani menjadi kurang laku. Karena semakin kurang

saja lauk yang membutuhkan bumbu-bumbu tersebut.

Artinya, nelayan dan pengusaha mengalami

penderitaan di tengah-tengah gencarnya imbauan

peningkatan kesejahteraan nelayan dan masyarakat

nelayan, juga kaum tani.

Page 26: GDI+ using ASP

Pendahuluan

19

Kehilangan pekerjaan

Dampak lain dari moratorium, yakni

dirumahkannya tenaga kerja pabrik, tenaga kerja

Kota Bitung dalam pertemuan terakhir (Juni 2015 )

terdapat kurang lebih 20.000 tenaga kerja pabrik yang

dirumahkan, karena tidak adanya bahan baku.

Sehingga tidak ada yang dapat dikerjakan. "No work,

No pay". Hal yang sama juga terjadi pada sektor

penangkapan ikan. Sebelum moratorium, tercatat

sekitar 1.600 armada penangkap dan penampung ikan

di Kota Bitung, dengan 20.000 hingga 25.000 tenaga

anak buah kapal (ABK). Sesusah moratorium, terjadi

'perumahan' sekitar 14.000 hingga 16.000 ABK,

karena keterkaitan dengan Permen 57

('Transhipment'). Padahal sejak tahun 1990-an,

Kementerian Kelautan dan Perikanan telah

mengetahui dan mengijinkan penggunaan 'purse

saine group' dalam usaha penngkapan ikan di

kawasan ZEE Pasifik.

Pada sistem 'purse saine group', kapal

penangkap tidak menyediakan ruang penampung,

Page 27: GDI+ using ASP

Pendahuluan

20

karena fungsi tersebut dialihkan pada fungsi kapal

penampung. "Dengan demikian, maka ABK kapal

penangkap tidak dapat melakukan operasional,

karena hasilnya tidak dapat lagi dibawa ke oleh kapal

penampung ke pelabuhan pendaratan. Dampak

moratorim makin bertambah ketika hasil nelayan di

daerah pedalaman tidak dapat lagi dipasarkan ke Kota

Bitung akibat pelarangan muatan hasil perikanan oleh

kapal 'transipment' dari satu pulau ke pulau lainnya.

Page 28: GDI+ using ASP

Pendahuluan

21

Ikan Dibiarkan membusuk

Sementara itu, Iten Imanuel memberikan

contoh lainnya, ikan hasil tangkapan nelayan di

Kabupaten Talaud, Tahuna, Ternate, Ambon, Papua

tidak bisa dibawa ke sentral perikanan lagi. Aartinya

terjadi kecemasan nelayan tentang masa depannya

yang makin suram. "Mereka hanya mengandalkan

pasar lokal yakni untuk menyuplai kebutuhan

konsumsi masyarakat di sekitar mereka. Dan kalau

hasil tangkapan mereka melebihi kebutuhan

masyarakat lokal, maka sisanya akan dibiarkan

membusuk di pantai seperti jaman tahun 1980-an,"

ungkapnya

Dampak moratoriumpun berlanjut lagi pada

mitra nelayan dan pengusaha perikanan. Yakni

adanya kewajiban dari pengusaha penangkap untuk

membawa hasil tangkapan ke tempat pembongkaran

ikan di pelabuhan perikanan samudera. Karenanya

dibutuhkan sarana pengangkut ikan dari pelabuhan

perikanan ke pabrik pengalengan.

Page 29: GDI+ using ASP

Pendahuluan

22

Peluang ini dilirik oleh sekitar 150 pengusaha

pengantar ikan (perorangan) yang mengandalkan

fasilitas mereka dengan cara kredit kendaraan (lakbak

terbuka) dengan menyetor uang muka yang umumnya

diperoleh dari hasil penjualan lahan atau

menggadaikan sertifikat rumah serta gaji mereka.

Kini usaha mereka terhenti akibat tidak adanya

muatan dari kapal-kapal 'transhipment'. Fatalnya

mereka dinyatakan sebagai orang-orang yang

melanggar perjanjian dari pihak bank atau badan

keuangan lainnya, dan resikonya kendaraan yang

selama ini digunakan untuk menambah 'income'

keluarga justru ditarik dan jaminan yang dijaminkan

tersita pula.

Page 30: GDI+ using ASP

Pendahuluan

23

6. Dampak Sosial Lainnya

Dampak lainnya adalah meningkatnya angka

Kriminalitas di Kota Bitung dan sekitarnya, dimana

hari-hari ini terjadi beberapa fenomena tindakan

kriminal dalam bentuk pencurian, pembunuhan,

penikaman, pengrusakan, pemerkosaan, narkoba.

Kemudian meningkatnya prostitusi di Kota Bitung

dan sekitarnya.

Page 31: GDI+ using ASP

Pendahuluan

24

Page 32: GDI+ using ASP

Pendahuluan

25

Page 33: GDI+ using ASP

Pendahuluan

26

7. Kondisi Pelaku Usaha Ikan dan

Dampak Langsungnya

Unit Pengolahan Ikan atau UPI Bitung

membawahi 53 unit pengolahan ikan yang aktif saat

ini dengan mempekerjakan karyawan berjumlah

sekitar 12.800 ribu orang. Mereka sudah setahun

tidak bekerja dengan maksimal atau sekitar 83% telah

dirumahkan/ pemutusan hubungan kerja pasca

dikeluarkan regulasi permen 56 (moratorium) dan

permen 57 (transhipmen) Menteri Perikanan dan

Kelautan bulan November 2014. Dari 53 Unit

Pengolahan Ikan yang ada di kota Bitung mempunyai

kapasitas terpasang untuk 1.403 ton ikan olahan per

hari (dengan rincian kebutuhan 1.100 ton

Cakalang/tuna, 300 ton pelagis kecil).

UPI Bitung terdiri dari 7 unit Pengalengan

Ikan dengan kebutuhan ikan per hari sekitar 620 ton,

5 unit Pengolahan Ikan Kayu (Katsubushi) dengan

kebutuhan ikan perhari sekitar 270 ton, 12 Unit Fresh

tuna processing dengan kebutuhan ikan per hari

Page 34: GDI+ using ASP

Pendahuluan

27

sekitar 175 ton, dan 29 Unit pengolahan pembekuan

ikan dengan kebutuhan ikan perhari sekitar 338 ton.

Yang kesemuanya adalah perusahaan pengolahan

Padat Karya yang menggunakan Tenaga Kerja

Langsung berjumlah sekitar 18.000an orang (12.800

orang UPI + ABK yang berjumlah sekitar 5000an

orang).atau Multi player efek yang terdampak dari

permen tersebut sekitar 54.000 orang yang

menggantungkan hidupnya di sektor perikanan atau

30% dari total penduduk kota Bitung.

Data hasil pertemuan terakhir asosiasi pada

awal bulan Nopember utk data bulan Oktober dimana

UPI yang masih bisa beroperasi (senin kamis) dalam

rangka untuk menjaga kelangsungan kerja tenaga

kerjanya hanya berkisar 2.500an orang atau rata2

produksi per hari sekitar 220 ton atau 15.7% dari

kapasitas terpasang dibanding dengan tahun

sebelumnya 2014 sekitar 53.7% dari kapasitas

terpasang atau 753 ton rata2 produksi per hari.

Data UPI Bitung thn 2014. Jumlah UPI

Bitung yang aktif saat ini 53 unit, terdiri dari ;

Pengalengan ikan 7 Unit, Katsubushi (ikan kayu) 5

Page 35: GDI+ using ASP

Pendahuluan

28

Unit, Fresh Tuna Processing 12 Unit, Frozen fish 29

Unit. Total Kapasitas terpasang UPI Bitung = 1.403

ton/hari. Realisasi Produksi rata-rata per hari selama

thn 2014 = 753 ton. (53.7 % dari kapasitas terpasang)

atau telah terjadi transaksi/ Export dengan Nilai

sekitar 3,5 Triliyun Rupiah. Serapan Tenaga Kerja/

Karyawan sebanyak 12.849 orang.

Pengalengan ikan (7 unit), kapasitas terpasang

= 620 ton/hari. Realisasi Produksi rata-rata per hari =

260 ton, atau 42 % dari kapasitas terpasang atau telah

terjadi Export ikan kaleng dan Loin ke berbagai

mancanegara (USA, EUR, Middle East, dll) dengan

Nilai transaksi sekitar 1,7 Triliyun Rupiah. Jumlah

Tenaga Kerja/ Karyawan 6.467 orang. Katsubushi

(ikan kayu 5 unit). Kapasitas terpasang = 270

ton/hari, Realisasi Produksi rata-rata per hari = 135

ton, atau 50 % dari kapasitas terpasang atau telah

terjadi Export ikan kayu ke Jepang, Korea dan

Taiwan dengan nilai transaksi sekitar 500 Milyar

Rupiah Jumlah Tenaga Kerja 1.802 orang.

Fresh Tuna Processing (12 unit) dengan

kapasitas terpasang = 175 ton/hari. Realisasi Produksi

Page 36: GDI+ using ASP

Pendahuluan

29

rata-rata per hari = 102 ton ikan Tuna, atau 58 % dari

kapasitas terpasang atau telah terjadi Export Fresh

Tuna Saku ke Jepang, Korea dan Asia dengan nilai

transaksi sekitar 1,3 Triliyun Rupiah. Jumlah Tenaga

Kerja = 2.333 orang.

Frozen/Unit Pembekuan (29 unit) dengan

kapasitas terpasang = 338 ton/hari. Realisasi Produksi

rata-rata per hari = 219 ton ikan Cakalang, Tuna,

Layang, Tongkol. Atau 64 % dari kapasitas terpasang

atau telah terjadi transaksi lokal sekitar 650 Milyar

Rupiah. Jumlah Tenaga Kerja 2.247 orang.

Page 37: GDI+ using ASP

Pendahuluan

30

8. Kerugian Produksi

Kapasitas terpasang 1403 ton/hari, dengan

Harga ikan Rp. 14.000 per kg atau Rp. 14.000.000 per

ton. Dan kerugian yang terjadi seperti tabel di bawah

ini :

Tabel Kerugian Produksi Produksi

dalam

rupiah

Per hari

Per bulan

(24 hari

Kerja)

Per tahun (12

bulan)

Sebelum

Moratori

um

(53,7%

dari

kapasitas terpasang

)

10.542.000.

000

253.008.000.

000

3.036.096.000.

000

Sesudah

moratori

um

(15,7%

dari

kapasitas

terpasang

)

3.080.000.0

00

73.920.000.0

00

888.040.000.0

00

Total

Kerugian

produksi

7.462.000.0

00

179.008.000.

000

2.148.056.000.

000

Page 38: GDI+ using ASP

Pendahuluan

31

Kerugian uang beredar pada Buruh kasar Rp.

12.800 /orang, ABK Rp. 5.000/orang Total pekerja

17.800 orang.

Perkiraan upah Rp. 2.000.000 per orang, per

bulan tercantum di bawah ini :

Uraian Per bulan Per tahun

Sebelum

Moratorium

35.600.000.000 427.200.000.000

Sesudah

Moratorium

6.000.000.000 72.000.000.000

Total

kerugian

uang yang

beredar

29.600.000.000 355.200.000.000

Page 39: GDI+ using ASP

Pendahuluan

32

Saat cobaan terlalu sulit untuk

ditangani, hitunglah berkah yang

diberikan padamu.

Page 40: GDI+ using ASP

Tantangan Dan Peluang Indonesia Dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN

33

Tantangan Dan Peluang

Indonesia Dalam

Masyarakat Ekonomi

ASEAN

Page 41: GDI+ using ASP

Tantangan Dan Peluang Indonesia Dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN

34

Perdagangan internasional pada level

nasional, dilakukan oleh sektor industri telah

memberikan dampak terhadap pembentukan ekspor

dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya (Firdaus,

2007). Dengan demikian diperlukan peran aktif

pemerintah. Bentuk komitmen pemerintah untuk

meningkatkan ekspor secara makro adalah dengan

melakukan kerjasama ekonomi baik internasional

maupun regional. Salah satu perjanjian kerjasama

yang belum lama ini di tanda tangani adalah

komitmen untuk mencapai Masyarakat Ekonomi

ASEAN 2015. Komitmen tersebut telah

ditandatangani oleh pemimpin Negara ASEAN pada

Asean Summit ke-13, 20 November 2007 di

Singapura, Dengan penandatanganan tersebut

Indonesia bersama-sama sembilan Negara lainnya

telah menyetujui untuk mencapai integrasi ekonomi

regional sehingga ASEAN menjadi pasar tunggal dan

kawasan produksi. Lima pilar penguatan yang

dilakukan dari sisi ekonomi, yaitu aliran bebas

barang, jasa, investasi, tenaga kerja terampil, dan

Page 42: GDI+ using ASP

Tantangan Dan Peluang Indonesia Dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN

35

lebih bebasnya aliran modal diimplemantasikan

secara bertahap (Winantyo et al, 2010).

Berdasarkan data BPS, total ekspor Indonesia

pada Januari 2011 tumbuh 24,56 persen dan impor

pada bulan yang sama tumbuh 32,22 persen. Hal

tersebut memberikan tanda awas bagi neraca

perdagangan Indonesia, walaupun dalam total ekspor

masih bisa menutupi total impor sehingga masih

menyebabkan surplus pada neraca perdagangan,

namun pertumbuhan impor yang lebih tinggi dari

import dapat menjadi bom waktu bagi neraca

perdagangan Indonesia apabila tidak diatasi mulai

saat ini.

Pada saat pelaksanaan MEA pada 2015,

Indonesia akan menjadi pasar empuk bagi para

eksportir di ASEAN hal tersebut di tunjang melalui

beberapa hal salah satu nya adalah besarnya jumlah

penduduk Indonesia menjadi pasar yang sangat

menarik untuk produk-produk dari Negara ASEAN

lainnya (R. Winantyo et al, 2010). Dalam hal tenaga

kerja, banyak tenaga kerja Indonesia yang belum

terampil, hal tersebut akan memudahkan tenaga kerja

Page 43: GDI+ using ASP

Tantangan Dan Peluang Indonesia Dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN

36

dari negara ASEAN lainnya untuk menguasai

lapangan kerja di Indonesia.

Peringkat Indonesia dalam Global

Competitiveness Report 2012-2013 mengalami

penurunan, dari peringkat 46 di tahun 2011/2012

turun ke peringkat 50 di tahun 2012/2013. Turunnya

peringkat Indonesia dipengaruhi oleh kinerja

beberapa indikator yang melemah, yang terkait

dengan variabel “institusi”, yakni suap, korupsi, etika

perilaku perusahaan, kejahatan, dan terorisme. Selain

itu, infrastruktur juga masih belum menunjukkan

perbaikan yang berarti. Akan tetapi, seperti tahun-

tahun sebelumnya, variabel makroekonomi tetap

menjadi indikator yang paling stabil dalam menopang

daya saing Indonesia. Isu suap dan korupsi masih

dipandang sebagai permasalahan utama dalam iklim

bisnis (Husnirohman,2012).

Pada tahun 2012, birokrasi dipandang sebagai

the most problematic factor yang menggeser

kedudukan korupsi yang pada tahun 2011 berada di

peringkat pertama. Konsep inefisiensi birokrasi

dikaitkan dengan relasinya dengan dunia usaha.

Page 44: GDI+ using ASP

Tantangan Dan Peluang Indonesia Dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN

37

Dalam konteks dunia usaha, perilaku pemerintah

dianggap sangat penting karena berpengaruh terhadap

keputusan berinvestasi. Birokrasi yang tidak efisien

ditandai dengan panjangnya rantai birokrasi,

peraturan yang tumpang tindih, korupsi, pungutan

liar, dan tidak transparannya pengadaan. Kesemuanya

telah berandil dalam “ekonomi biaya tinggi” yang

pada akhirnya akan menghambat laju investasi.

Tabel 1.1 The Global Competitiveness Index 2012-2013

Description

Rank

(out of

144)

Score (1-

7)

GCI 2012-2013 50 4.4

• GCI 2011-2012( out of

142)

46 4.4

• GCI 2010-2011 (out of

139)

44 4.4

Basic Requirements (40.0%) 58 4.7

• Institutions 72 3.9

• Infrastructure 78 3.7

• Macroeconomic

environment

25 5.7

• Health and primary

education

70 5.7

Efficiency Enhancers (50.0%) 58 4.2

Page 45: GDI+ using ASP

Tantangan Dan Peluang Indonesia Dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN

38

Description

Rank

(out of

144)

Score (1-

7)

• Higher education and training

73 4.2

• Goods market efficiency 63 4.3

• Labor market efficiency 120 3.9

• Financial market

development

70 4.1

• Technological readiness 85 3.6

• Market size 16 5.3

Innovation and Sophiscation

factors (10.0%)

40 4.0

• Business sophistication 42 4.3

• Innovation 39 3.6

Sumber : The Global Competitiveness Report 2012–

2013, World Economic Forum, 2013

Dalam perspektif mikro, perkembangan

liberalisasi ekonomi menyebabkan keterikatan yang

erat antara perusahaan dan aktivitas eksport. Pada

faktanya, kegiatan ekspor merupakan salah satu

kegiatan bisnis yang krusial untuk negara-negara

dalam menjaga kesehatan ekonominya yang secara

signifikan akan memberikan kontribusi pada

ketenagakerjaan, neraca prdagangan, pertumbuhan

Page 46: GDI+ using ASP

Tantangan Dan Peluang Indonesia Dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN

39

ekonomi, dan standar kehidupan yang lebih baik

(Czinkota & Ronkainen, 1998).

Page 47: GDI+ using ASP

Tantangan Dan Peluang Indonesia Dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN

40

Tantangan Masyarakat Ekonomi

ASEAN Bagi Indonesia

Menurut Arya Baskoro dalam tulisannya

tentang peluang, tantangan dan resiko bagi Indonesia

dengan adanya masyarakat ekonomi ASEAN,

terdapat empat hal yang akan menjadi fokus MEA

pada tahun 2015 yang dapat dijadikan suatu

momentum yang baik untuk Indonesia. Pertama,

negara-negara di kawasan Asia Tenggara ini akan

dijadikan sebuah wilayah kesatuan pasar dan basis

produksi. Dengan terciptanya kesatuan pasar dan

basis produksi maka akan membuat arus barang, jasa,

investasi, modal dalam jumlah yang besar, dan skilled

labour menjadi tidak ada hambatan dari satu negara

ke negara lainnya di kawasan Asia Tenggara.

Kedua, MEA akan dibentuk sebagai kawasan

ekonomi dengan tingkat kompetisi yang tinggi, yang

memerlukan suatu kebijakan yang

meliputi competition policy, consumer protection,

Intellectual Property Rights (IPR),taxation, dan E-

Page 48: GDI+ using ASP

Tantangan Dan Peluang Indonesia Dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN

41

Commerce. Dengan demikian, dapat tercipta iklim

persaingan yang adil; terdapat perlindungan berupa

sistem jaringan dari agen-agen perlindungan

konsumen; mencegah terjadinya pelanggaran hak

cipta; menciptakan jaringan transportasi yang efisien,

aman, dan terintegrasi; menghilangkan

sistem Double Taxation, dan; meningkatkan

perdagangan dengan media elektronik

berbasis online.

Ketiga, MEA pun akan dijadikan sebagai

kawasan yang memiliki perkembangan ekonomi

yang merata, dengan memprioritaskan pada Usaha

Kecil Menengah (UKM). Kemampuan daya saing

dan dinamisme UKM akan ditingkatkan dengan

memfasilitasi akses mereka terhadap informasi

terkini, kondisi pasar, pengembangan sumber daya

manusia dalam hal peningkatan kemampuan,

keuangan, serta teknologi.

Keempat, MEA akan diintegrasikan secara

penuh terhadap perekonomian global. Dengan

dengan membangun sebuah sistem untuk

meningkatkan koordinasi terhadap negara-negara

Page 49: GDI+ using ASP

Tantangan Dan Peluang Indonesia Dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN

42

anggota. Selain itu, akan ditingkatkan partisipasi

negara-negara di kawasan Asia Tenggara pada

jaringan pasokan global melalui pengembangkan

paket bantuan teknis kepada negara-negara Anggota

ASEAN yang kurang berkembang. Hal tersebut

dilakukan untuk meningkatkan kemampuan industri

dan produktivitas sehingga tidak hanya terjadi

peningkatkan partisipasi mereka pada skala regional

namun juga memunculkan inisiatif untuk terintegrasi

secara global.

Berdasarkan ASEAN Economic Blueprint,

MEA menjadi sangat dibutuhkan untuk memperkecil

kesenjangan antara negara-negara ASEAN dalam hal

pertumbuhan perekonomian dengan meningkatkan

ketergantungan anggota-anggota didalamnya. MEA

dapat mengembangkan konsep meta-nasional dalam

rantai suplai makanan, dan menghasilkan blok

perdagangan tunggal yang dapat menangani dan

bernegosiasi dengan eksportir dan importir non-

ASEAN.

Page 50: GDI+ using ASP

Tantangan Dan Peluang Indonesia Dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN

43

Dengan adanya perdagangan bebas, kita

mampu meningkatkan ekspor akan tetapi kita juga

harus waspada akan resiko kompetisi (competition

risk) yang muncul dengan banyaknya barang impor

yang akan mengalir dalam jumlah banyak ke

Indonesia yang akan mengancam industri lokal dalam

bersaing dengan produk-produk luar negri yang jauh

lebih berkualitas. Hal ini pada akhirnya akan

meningkatkan defisit neraca perdagangan bagi

Indonesia sendiri.

Dari sisi investasi, Indonesia masih memiliki

tingkat regulasi yang kurang mengikat sehingga dapat

menimbulkan tindakan eksploitasi dalam skala besar

terhadap ketersediaan sumber daya alam oleh

perusahaan asing yang masuk ke Indonesia sebagai

negara yang memiliki jumlah sumber daya alam

melimpah dibandingkan negara-negara lainnya.

Tidak tertutup kemungkinan juga eksploitasi yang

dilakukan perusahaan asing dapat merusak ekosistem

di Indonesia, sedangkan regulasi investasi yang ada

di Indonesia belum cukup kuat untuk menjaga kondisi

Page 51: GDI+ using ASP

Tantangan Dan Peluang Indonesia Dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN

44

alam termasuk ketersediaan sumber daya alam yang

terkandung

Dari aspek ketenagakerjaan, terdapat

kesempatan yang sangat besar bagi para pencari kerja

karena dapat banyak tersedia lapangan kerja dengan

berbagai kebutuhan akan keahlian yang beraneka

ragam. Selain itu, akses untuk pergi keluar negeri

dalam rangka mencari pekerjaan menjadi lebih

mudah bahkan bisa jadi tanpa ada hambatan tertentu.

MEA juga menjadi kesempatan yang bagus bagi para

wirausahawan untuk mencari pekerja terbaik sesuai

dengan kriteria yang diinginkan.

Tapi perlu diingat bahwa hal ini dapat

memunculkan risiko ketenagakarejaan bagi

Indonesia. Dilihat dari sisi pendidikan dan

produktivitas, Indonesia masih kalah bersaing dengan

tenaga kerja yang berasal dari Malaysia, Singapura,

dan Thailand serta fondasi industri yang bagi

Indonesia sendiri membuat Indonesia masih berada

pada peringkat keempat di ASEAN.

Permasalahan yang ada dari sisi tenaga kerja

tidak terlepas dari kualitas yang rendah, seperti

Page 52: GDI+ using ASP

Tantangan Dan Peluang Indonesia Dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN

45

tingkat pendidikan dan keahlian yang belum

memadai. Dari data yang dilansir Tempo, jumalah

tenaga kerja Indonesia pada Februari 2014 sebesar

125,3 juta orang dengan jumlah pekerja 11,2 orang.

Namun, ini tidak dapat diimbangi dengan kualitas

pendidikan yang dimiliki oleh pekerjanya. Mayoritas

tenaga kerja Indonesia masih berpendidikan sekolah

dasar dan lebih banyak bekerja di sektor informal.

Indonesia harus melihat MEA sebagai

peluang yang terbuka untuk memperbaiki kualitas

SDM yang ada dengan meningkatkan daya saing,

menyediakan pendidikan dan kesehatan yang

memadai, dan memberikan edukasi terhadap

pentingnya MEA 2016.

Pemerintah Indonesia harus mampu

mendorong diadakan pelatihan keterampilan karena

mayoritas tenaga kerja Indonesia kurang dalam

kecerdasan sikap, kemampuan berbahasa Inggris dan

pengoperasian komputer.

Meskipun peran dominan dalam

meningkatkan kualitas menjadi milik pemerintah,

bukan berarti seluruh tanggung jawab berada di

Page 53: GDI+ using ASP

Tantangan Dan Peluang Indonesia Dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN

46

tangan pemerintah. Justru sebaliknya, perlu

kesadaran bahwa efek dari MEA akan dirasakan

langsung oleh masyarakat dan tanggung jawab untuk

berpartisipasi dan mempersiapkan diri menjelang

2016 menjadi milik bersama.

Dunia perbankan merupakan salah satu sektor

yang turut serta merasakan dampak positif dan negatif

atas rencana akan diberlakukannya Masyarakat

Ekonomi ASEAN. Dimana terdapat beberapa

peluang yang dapat dimanfaatkan, dan tantangan

yang harus dihadapi. Akan tetapi justru fakta

dilapangan menyatakan bahwa kemampuan teknis,

manajerial, teknologi dan sumber daya manusia

(SDM) perbankan di Indonesia masih tertinggal

apabila dibandingkan dengan negara-negara tetangga

seperti Malaysia dan Singapura. Ditambah lagi

dengan masalah permodalan yang terbatas dan

akuisisi bank-bank lokal oleh bank asing yang marak

terjadi menjadi tantangan tersendiri bagi sektor

perbankan di dalam negeri yang harus segera

dibenahi.

Page 54: GDI+ using ASP

Tantangan Dan Peluang Indonesia Dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN

47

Sektor perbankan Indonesia harus segera

memperbaiki diri, mulai dari melakukan sertifikasi

bankir professional, pengembangan produk atau jasa

perbankan, pengembangan platform teknologi,

penguatan modal IPO, strategic sale atau merger,

pengembangan aliansi strategis dengan bank-bank

asing serta perluasan outlet network dalam dan luar

negeri. Jika ingin terlibat aktif dan tidak terlindas

dalam era bebas pasar ASEAN, peran institusi seperti

Badan Pemerika Keuangan (BPK) juga dianggap

penting guna meningkatkan Good Corporate

Government (GCG) pada industri perbankan di

Indonesia. Selain itu perbankan nasional juga perlu

mengajak stake holder, seperti Permimpunan Bank-

Bank Nasional (PERBANAS) dan Institusi Bankir

Indonesia (IBI) untuk menstimulasi semakin baiknya

GCG bank dalam menghadapi pasar bebas ekonomi

ASEAN.

Pada dasarnya permasalahan paling penting

saat ini yang harus dihadapi oleh sektor industri

perbankan di Indonesia dalam rangka

mempersiapkan diri guna menghadapi Masyarakat

Page 55: GDI+ using ASP

Tantangan Dan Peluang Indonesia Dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN

48

Ekonomi ASEAN adalah bagaimana caranya untuk

mencapai tingkatan tertinggi dari kepuasan nasabah.

Akan tetapi realita yang terjadi saat ini adalah industri

perbankan di Indonesia masih lebih berfokus pada

keuntungan dengan mengesampingkan faktor

kepuasan nasabahnya, yang berakibat pada tingginya

prosentase nasabah yang merasa belum puas ataupun

justru kecewa terhadap bank karena minimnya

perhatian bank terhadap nasabah serta belum

mampunya pihak bank dalam merealasisasikan

harapan-harapan para nasabah.

Data terbaru dari Lembaga Penjamin

Simpanan (LPS) menyatakan bahwa semenjak LPS

berdiri Tahun 2005 hingga sekarang sudah terdapat

58 bank yang sudah dilikuidasi atau sedang menjalani

proses likuidasi (www.lps.go.id). Hal itu terjadi

karena buruknya kinerja dari perusahaan perbankan

yang berakibat fatal, dimana masalah kepuasan

nasabah yang meliputi banyak faktor didalamnya

turut serta menjadi salah satu penyebab awal dari

gagalnya bank tersebut dalam menghadapi

persaingan di dunia perbankan.

Page 56: GDI+ using ASP

Tantangan Dan Peluang Indonesia Dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN

49

Program peningkatan kepuasan nasabah

sangat dibutuhkan dalam menghadapi persaingan di

industri perbankan yang semakin tajam. Kepuasan

nasabah akan tercipta apabila harapan-harapan dari

para nasabah bisa diwujudkan secara nyata oleh bank.

Banyak manfaat yang bisa didapatkan oleh

perusahaan perbankan dengan tercapainya tingkat

kepuasan nasabah yang tinggi, dimana mampu

meningkatkan loyalitas nasabah, meningkatkan

reputasi perusahaan, mengurangi elastisitas harga,

mengurangi biaya transaksi masa depan, serta

meningkatkan efisiensi operasional perusahaan.

Nasabah yang sangat puas akan menyebarkan cerita

positif dari mulut ke mulut atau dengan kata lain akan

menjadi iklan berjalan bagi suatu perusahaan, dan

tentunya akan menurunkan biaya atau

memaksimalkan upaya dalam rangka menarik

nasabah baru.

Kepuasan nasabah juga merupakan suatu

indikator yang penting untuk mengukur kinerja

pengoperasian perusahaan. Hal ini dikarenakan

kepuasan nasabah dapat digunakan sebagai kekuatan

Page 57: GDI+ using ASP

Tantangan Dan Peluang Indonesia Dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN

50

pendorong bagi masa depan pangsa pasar dan

kemampuan perusahaan dalam menghasilkan profit

atau keuntungan. Pada analisis tingkat industri, telah

terbukti bahwa perusahaan yang berhasil

memberikan tingkat kepuasan nasabah yang lebih

tinggi akan memperoleh profit yang lebih tinggi pula.

Kepuasan nasabah akan membuat para

nasabah tidak mudah tergoda dan beralih pada

tawaran-tawaran dari pihak bank pesaing, karena

nasabah menganggap bank yang telah digunakan

sudah terbukti serta mampu mewujudkan harapan

dari para nasabah itu sendiri. Sehingga dapat

dikatakan bahwa kepuasan nasabah akan berdampak

baik dan positif terhadap keberlangsungan usaha

bank tersebut, karena kunci untuk memenangkan

persaingan adalah dengan memberikan kepuasan

tertinggi kepada para nasabah.

Page 58: GDI+ using ASP

Tantangan Dan Peluang Indonesia Dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN

51

Karakter Mahasiswa Dalam Menghadapi

MEA

Seperti yang di tulis oleh Setuju dalam

tulisannya tentang pengutan karakter mahasiswa

dalam menghadapi MEA. Masyarakat Ekonomi

ASEAN (MEA) 2015 menuntut masyarakat

Indonesia mempunyai mental luar biasa, karena

berhadapan dengan masyarakat dari luar Indonesia.

Salah satu upaya pembentukan masyarakat Indonesia

yang bermental luar biasa melalui jalur pendidikan.

Pendidikan merupakan usaha mewariskan nilai-nilai

luhur bangsa untuk menciptakan generasi bangsa

yang unggul intelektual, berkepribadian, dan

memiliki identitas kebangsaan. Pendidikan dan

pembentukan karakter sesuai dengan yang tercantum

dalam fungsi dan tujuan pendidikan nasional. Oleh

karena itu, dunia pendidikan harus merespon dengan

tepat agar dapat menyiapkan SDM yang berkualitas.

Dengan penguatan karakter pada mahasiswa

diharapkan mampu menciptakan generasi-generasi

Page 59: GDI+ using ASP

Tantangan Dan Peluang Indonesia Dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN

52

bangsa yang siap bersaing pada era Masyarakat

Ekonomi ASEAN (MEA) 2015.

Karakter merupakan aktualisasi dari soft skill

seseorang, yang mana karakter merupkan cara

berpikir dan perilaku yang menunjukkan cirri khas

dari seseorang dan bekerjasama dengan orang lain

dan mampu bertanggungjawab dengan apa yang

menjadi keputusannya. Maka soft skill pada individu

(mahasiswa) bisa dibangun dan dikembangkan, oleh

karena itu pengembangan soft skill melalui berbagai

pelatihan tidak jauh berbeda dengan apa yang

sekarang dikenal dengan pengembangan karakter

bangsa. Jadi, konsep soft skill maksudnya tidak lain

adalah karakter.(Marzuki, 2012)

Mahasiswa yang memiliki soft skill akan

lebih siap dalam menghadapi persaingan dalam era

MEA. Terdapat perbedaan kebutuhan dan

pengembangannya serta sudut pandang terhadap hard

skills dan soft skills antara dunia kerja/usaha dan

perguruan tinggi pada saat ini. Rasio kebutuhan soft

skills dan hard skills di dunia kerja/usaha berbanding

terbalik dengan pengembangannya di perguruan

Page 60: GDI+ using ASP

Tantangan Dan Peluang Indonesia Dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN

53

tinggi. Kesuksesan di dunia kerja/usaha 80%

ditentukan oleh mind set (soft skills) yang dimilikinya

dan 20% ditentukan oleh technical skills (hard skills).

Menurut Illah Sailah (2007), bahwa pendidikan di

Indonesia muatan soft skills hanya 10 % sedangkan

hard skills 90 %, begitu juga Menurut penelitian di

Harvard University Amerika Serikat ternyata

kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata-mata

oleh pengetahuan dan kemampuan teknis (hard skills)

saja, tetapi lebih oleh kemampuan mengelola diri dan

orang lain (soft skills), Penelitian ini

mengungkapkan, kesusksesan hanya ditentukan

sekitar 20 % oleh hard skills dan sisanya 80 % oleh

soft skills.

Menurut Elfindri, dkk. (2011:68) menyatakan

hasil penelitian psikologi sosial menunjukkan bahwa

orang yang sukses di dunia ditentukan oleh peranan

ilmu sebesar 18%, sisanya 82% dijelaskan oleh

ketrampilan emosional soft skills dan jenisnya. Dunia

kerja menyatakan bahwa yang dimaksud dengan

lulusan yang “high competence” yaitu mereka yang

memiliki kemampuan dalam aspek teknis dan sikap

Page 61: GDI+ using ASP

Tantangan Dan Peluang Indonesia Dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN

54

yang baik. Suatu program studi dinyatakan baik oleh

perguruan tinggi, jika lulusannya memiliki waktu

tunggu yang singkat untuk mendapatkan pekerjaan

pertama, namun dunia kerja mengatakan bukan itu,

melainkan seberapa tangguh seorang lulusan untuk

memiliki komitmen atas perjanjian yang telah

dibuatnya pada pekerjaan pertama. Oleh karena itu,

setiap kelulusan Perguruan Tinggi harus dibekali

dengan pembangunan karakter yang terintegrasi pada

proses kegiatan perkuliahan.

Sesuai dengan Fungsi Pendidikan Nasional

yang tertuang dalam UU No 20 Tahun 2003 tentang

Sisdiknas menyatakan bahwa Pendidikan nasional

berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang

bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan

bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi

peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan

bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak

mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan

menjadi warga negara yang demokratis serta

bertanggung jawab. Hal tersebut menegaskan bahwa

Page 62: GDI+ using ASP

Tantangan Dan Peluang Indonesia Dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN

55

tujuan pendidikan bukan hanya sekedar pengajaran

ilmu, tetapi juga bertujuan membina dan

mengembangkan potensi subjek didik menjadi

manusia yang berbudaya, sehingga diharapkan

mampu memenuhi tugasnya sebagai manusia yang

diciptakan Allah Tuhan Semesta Alam dan sekaligus

menjadi warga negara yang berarti dan bermanfaat

bagi suatu Negara.

Susilo Bambang Yudhoyo (Masaong, 2012)

mengemukakan bahwa pada waktu menjadi Presiden

Republik Indonesia mengatakan bahwa ada lima

agenda utama pendidikan nasional, yaitu (1)

pendidikan dan pembentukan watak (character

building), (2) pendidikan dan kesiapan menjalani

kehidupan, (3) pendidikan dan lapangan kerja, (4)

membangun masyarakat berpengetahuan, (5)

membangun budaya inovasi.

Thomas lictona dalam Lukiyati (2014)

mengatakan bahwa pendidikan karakter adalah upaya

mengembangkan kebajikan sebagai fondasi dari

kehidupan yang berguna, bermakna, produktif dan

fondasi untuk masyarakat yang adil, penuh belas

Page 63: GDI+ using ASP

Tantangan Dan Peluang Indonesia Dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN

56

kasih dan maju. Karakter yang baik meliputi tiga

komponen utama, yaitu: moral knowing, moral

feeling, moral action. Moral knowing meliputi: sadar

moral, mengenal nilai-nilai moral, perspektif,

penalaran moral, pembuatan keputusan dan

pengetahuan tentang diri. Moral feeling meliputi:

kesadaran hati nurani, harga diri, empati, mencintai

kebaikan, kontrol diri dan rendah hati. Moral action

meliputi kompetensi, kehendak baik dan kebiasaan

Pendidikan karakter penting diajarkan untuk

menjadi manusia yang cerdas, jujur, tangguh, dan

peduli. Keempat hal tersebut beralasan untuk menjadi

kunci sukses. Apabila mempunyai kecerdasan maka

akan bisa memilah mana yang baik dan salah.

Kecerdasan, harus diimbangi dengan kejujuran untuk

mendapatkan kepercayaan orang lain. Sedangkan

tangguh diperlukan karena yang bermain dalam MEA

2015 bukan hanya masyarakat Indonesia tapi juga

negara lain di ASEAN. Sikap peduli tidak kalah

pentingnya dengan ketiga hal tadi, karena dengan

sikap peduli dengan orang lain, maka akan mudah

untuk menjaga hubungan baik dengan yang lain.

Page 64: GDI+ using ASP

Tantangan Dan Peluang Indonesia Dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN

57

Menurut Ki Hajar Dewantoro dalam buku

panduan Kurikulum Perguruan Tinggi (2014) bahwa

Karakter adalah nilai-nilai yang khas-baik (tahu nilai

kebaikan, mau berbuat baik, nyata berkehidupan baik,

dan berdampak baik terhadap lingkungan) yang

terpateri dalam diri dan terejawantahkan dalam

perilaku. Karakter merupakan ciri khas seseorang

atau sekelompok orang yang mengandung nilai,

kemampuan, kapasitas moral, dan ketegaran dalam

menghadapi kesulitan dan tantangan.

Menurut Zamroni (2010), pendidikan

karakter adalah berkaitan dengan pengembangan

nilai-nilai, kebiasaan-kebiasaan yang baik, dan sikap

yang positif guna mewujudkan individu yang dewasa

dan bertanggung jawab. Lebih lanjut pendidikan

karakter berkaitan dengan pengembangan pada diri

peserta didik, kemampuan untuk merumuskan ke

mana hidupnya menuju, dan sesuatu yang baik dan

sesuatu yang jelek dalam mewujudkan tujuan hidup

itu. Karena itulah pendidikan karakter merupakan

proses yang berlangsung terus menerus tanpa henti.

Page 65: GDI+ using ASP

Tantangan Dan Peluang Indonesia Dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN

58

Suwarsih Madya (2011: 88) dalam Buku

Pendidikan Karakter dalam Perspektif Teori dan

Praktik mengemukakan bahwa dalam

pengimplementasiannya di perguruan tinggi perlu

dirancang secara komprehensif dengan mencakup

penciptaan budaya dan lingkungan kerja. Dalam hal

ini, diperlukan peran serta aktif dari seluruh

pengampu kepentingan internal (pimpinan, dosen,

karyawan, mahasiswa) dan pengampu kepentingan

eksternal, khususnya pengguna lulusan dan alumni.

Sasaran pendidikan karakter di perguruan

tinggi adalah mahasiswa selaku generasi muda yang

berperan sebagai agen of change. Mahasiswa sebagai

intelektual muda calon pemimpin masa depan

merupakan asset bangsa yang berharga.

Pengembangan intelektual, keseimbangan emosi, dan

penghayatan spiritual mahasiswa merupakan prioritas

pembimbingan mahasiswa agar menjadi warga

Negara yang bertanggung jawab serta berkontribusi

pada daya saing bangsa. Undang- undang nomor 12

tahun 2012 menyatakan bahwa untuk meningkatkan

daya saing bangsa dalam menghadapi globalisasi di

Page 66: GDI+ using ASP

Tantangan Dan Peluang Indonesia Dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN

59

segala bidang, diperlukan pendidikan tinggi yang

mampu mengembangkan ilmu pengetahuan dan

teknologi serta menghasilkan intelektual, ilmuwan,

dan/atau profesional yang berbudaya dan kreatif,

toleran, demokratis, berkarakter tangguh, serta berani

membela kebenaran untuk kepentingan bangsa. Hal

tersebutlah yang menunjukkan tuntutan pembinaan

soft skill (karakter) mahasiswa.

Elfindri, dkk (2011: 10) mendefinisikan soft

skills sebagai keterampilan hidup yang sangat

menentukan keberhasilan seseorang, yang wujudnya

antara lain berupa kerja keras, eksekutor, jujur,

visioner, dan disiplin. Soft skills merupakan

ketrampilan dan kecakapan hidup yang harus dimiliki

baik untuk diri sendiri, kelompok, atau

bermasyarakat, serta berhubungan dengan sang

Pencipta. Menurut Kaipa & Milus (2005; 3-6) bahwa

soft skills adalah kunci untuk meraih kesuksesan,

termasuk di dalamnya kepemimipinan, pengambilan

keputusan, penyelesaian komplik, komunikasi,

kreativitas, kemampuan presentasi, kerendahan hati

Page 67: GDI+ using ASP

Tantangan Dan Peluang Indonesia Dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN

60

dan kepercayaan diri, kecerdasan emosional,

interitas, komitmen dan kerja keras.

Berthal ( Illah Sailah, 2008) soft skills adalah

”Personal and interpersonal behaviors that develop

and maximize human performance (e.g. coaching,

team building, initiative, decision making etc.). Soft

skills does not include technical skills such as

financial, computing and assembly skills “.

Sedangkan Peggy dalam bukunya yang berjudul The

Hard Truth about Soft Skills yang terbit tahun 2007,

menyatakan bahwa “soft skills encompass personal,

social, communication, and self management

behaviours, they cover a wide spectrum: self

awareness, trustworthiness, conscientiousness,

adaptability, critical thinking, organizational

awareness, attitude, innitiative, emphathy,

confidence, integrity, self-control, leadership,

problem solving, risk taking and time management”.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh

negara-negara Inggris, Amerika dan Kanada, ada 23

atribut soft skills yang dominan di lapangan kerja. Ke

Page 68: GDI+ using ASP

Tantangan Dan Peluang Indonesia Dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN

61

23 atribut tersebut diurut berdasarkan prioritas

kepentingan di dunia kerja, yaitu:

1. Inisiatif

2. Manajemen diri

3. Etika/integritas

4. Menyelesaikan persoalan

5. Berfikir kritis

6. Dapat meringkas

7. Kemauan belajar

8. Berkoperasi

9. Komitmen

10. Fleksibel

11. Motivasi

12. Kerja dalam tim

13. Bersemangat

14. Mandiri

15. Dapat diandalkan

16. Mendengarkan

17. Komunikasi lisan

18. Tangguh

19. Kreatif

Page 69: GDI+ using ASP

Tantangan Dan Peluang Indonesia Dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN

62

20. Berargumentasi logis

21. Kemampuan analitis

22. Manajemen waktu

23. Dapat mengatasi stres

Aribowo (Illah Sailah, 2008) membagi soft

skills menjadi dua bagian, yaitu intrapersonal skills

dan interpersonal skills. Intrapersonal skills adalah

keterampilan seseorang dalam ”mengatur” diri

sendiri. Intrapersonal skills sebaiknya dibenahi

terlebih dahulu sebelum seseorang mulai

berhubungan dengan orang lain. Adapun

Interpersonal skills adalah keterampilan seseorang

yang diperlukan dalam berhubungan dengan orang

lain. Dua jenis keterampilan tersebut dirinci sebagai

berikut:

1. Intrapersonal Skill

a. Transforming Character

b. Transforming Beliefs

c. Change management

d. Stress management

e. Time management

Page 70: GDI+ using ASP

Tantangan Dan Peluang Indonesia Dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN

63

f. Creative thinking processes

g. Goal setting & life purpose

h. Accelerated learning techniques

2. Interpersonal Skill

a. Communication skills

b. Relationship building

c. Motivation skills

d. Leadership skills

e. Self-marketing skills

f. Negotiation skills

g. Presentation skills

h. Public speaking skills

Belakangan yaitu kira-kira tahun 2006-an

sedang dikembangkan atribut lain yang tergolong

pada extra personal concern, yang mengandung

makna kearifan/welas asih atau wisdom.

Atribut ini penting karena kalaulah dia

menjadi seorang pengusaha maka tidak menjadi

pengusaha yang bengis, memiliki kebijakan yang

berorientasi pada win-win solution. Profil tenaga

kerja yang dibutuhkan pasar adalah bahwa aspek soft

Page 71: GDI+ using ASP

Tantangan Dan Peluang Indonesia Dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN

64

skills (kepemimpinan, personalitas, dan motivasi)

tenaga kerja dominan sebagai persyaratan yang

diperlukan dunia kerja. Hampir semua aspek soft

skills dan motivasi menjadikan syarat pokok bagi

tenaga kerja di dunia industri.

Implementasi penguatan karakter mahasiswa

di perguruan tinggi dapat dilaksanakan dengan

berbagai sistem sesuai dengan kultur atau iklim

perguruan tinggi itu sendiri. Contohnya trilogi

pendidikan taman siswa yang dikemukakan Ki

Hadjar Dewantara sebagai salah satu dari sistem

pendidikan karakter dengan sistem among. Ajaran

tesebut meliputi:

a. Ing Ngarso Sung Tulodho : bila telah menjadi

pejabat/pimpinan wajib menjadi suri tauladan

bagi sesama dan yuniornya. Pengabdian kepada

masyarakat dengan semboyan ilmu amaliah dan

amal ilmiah, demi kemaslahatan masyarakat luas

bukan sekedar untuk golongan atau pribadinya.

b. Ing Madya Mangun Karso : mendorong

mahasiswa agar dapat proaktif berbaur dan

Page 72: GDI+ using ASP

Tantangan Dan Peluang Indonesia Dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN

65

memotivasi lingkungan KBM guna

meningkatkan kualitas pendidikan (setiakawan,

kompetisi, kreatif, inovasi, analisis). Pada tingkat

Sekolah Menengah hingga Perguruan Tinggi.

c. Tut wuri handayani : memerdekakan

mahasiswa untuk mengembangkan kreatifitasnya,

mendorong mahasiswa atau pamong membina

dari belakang tidak boleh sekedar mendikte.

Ajaran tersebut dapat diimplementasikan

dalam pelaksanaan pendidikan karakter bagi

mahasiswa dengan tiga jalur, yaitu: (1) kurikuler

yang mana pendidikan karakter terintegrasi dalam

perkuliahan; (2) kokurikuler dengan kegiatan-

kegiatan terprogram dan terstruktur sebagai contoh

kegiatan pelatihan Emotional Spiritual Quotient

(ESQ), tutorial Pendidikan Agama, pelatihan

kreativitas Creativity training, pelatihan

kepemimpinan (leardership training), pelatihan

kewirausahaan (entrepreneurship training); (3)

Ekstrakulikuler yang mana kegitan ini bertujuan

untuk mengembangkan bakat, minat dan kegemaran

Page 73: GDI+ using ASP

Tantangan Dan Peluang Indonesia Dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN

66

mahasiswa, kegiatan dari ekstrakulikuler beragam

sebagai contoh dari aspek penalaran, olahraga, seni

dan minat khusus. Hal tersebut sebagaimana

diungkap Herminarto Sofyan (2011). Hasanah

(2013:188) juga mengemukakan:

Implementasi pendidikan karakter juga harus

disesuaikan dengan visi dan misi perguruan tinggi

dengan berbasis jurusan dan atau program studi.

Penyelenggaraan pendidikan karakter di perguruan

tinggi dilakukan secara terpadu melalui tiga jalur,

yaitu pembelajaran, managemen perguruan tinggi dan

kegiatan kemahasiswaan. Nilainilai karakter yang

diterapkan adalah dengan memilih nilai-nilai inti

(core value) yang akan dikembangkan dan

diimplementasikan pada masing-masing jurusan dan

atau program studi.”

Pendidikan di Indonesia menghadapi

tantangan yang berat dalam era Masyarakat Ekonomi

ASEAN (MEA) 2015, saat ini ketentuan pasar bebas

berlaku termasuk terhadap usaha yang berkaitan

dengan dunia pendidikan. Kita dapat melihat

kenyataannya nanti, apakah Indonesia hanya menjadi

Page 74: GDI+ using ASP

Tantangan Dan Peluang Indonesia Dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN

67

pasar dengan pelakunya dari negara lain, atau tetap

bisa bersaing dan menjadi tuan di rumah sendiri.

Kurikulum merupakan alat untuk mencapai

tujuan pendidikan, sekaligus sebagai pedoman dalam

pelaksanaan pendidikan. Kurikulum dapat (paling

tidak sedikit) meramalkan hasil

pendidikan/pengajaran yang diharapkan karena ia

menunjukkan apa yang harus dipelajari dan kegiatan

apa yang harus dialami oleh peserta didik.

Kurikulum memegang peranan yang sangat

penting dalam pendidikan, karena kurikulum

merupakan penentu arah, isi, dan proses pendidikan

serta penentu macam dan kualifikasi lulusan dari

suatu lembaga tertentu. Menurut Sukmadinata

(1997:4), kurikulum mempunyai kedudukan sentral

dalam seluruh proses pendidikan. Kurikulum

mengarahkan segala bentuk aktivitas pendidikan

demi tercapainya tujuan-tujuan pendidikan. Menurut

Johnson (1967:130 dalam Sukmadinata, 1997: 4),

kurikulum ―prescribes (or at least anticipates) the

result of instructions)”. Kurikulum juga merupakan

suatu rencana pendidikan, memberikan pedoman dan

Page 75: GDI+ using ASP

Tantangan Dan Peluang Indonesia Dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN

68

pegangan tentang jenis, lingkup, dan urutan isi, serta

proses pendidikan.

Kurikulum di Indonesia kerap kali mengalami

perubahan. Perubahan itu selalu dilatarbelakangi oleh

kebutuhan masyarakat, perkembangan ilmu

pengetahuan, teknologi serta perubahan zaman.

Pembaharuan kurikulum perlu dilakukan sebab tidak

ada satu kurikulum yang sesuai dengan sepanjang

masa, kurikulum harus dapat menyesuaikan dengan

perkembangan zaman yang senantiasa cenderung

berubah.

Dalam perkembangannya sejak tahun 1945,

kurikulum pendidikan nasional telah mengalami

beberapa kali perubahan, yaitu pada tahun 1947,

1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004, dan 2006,

2013 dan yang sekarang 2006 lagi. Perubahan

tersebut merupakan konsekuensi logis dari terjadinya

perubahan sistem politik, sosial budaya, ekonomi,

dan iptek dalam masyarakat berbangsa dan

bernegara. Sebab, kurikulum sebagai seperangkat

rencana pendidikan perlu dikembangkan secara

dinamis sesuai dengan tuntutan dan perubahan yang

Page 76: GDI+ using ASP

Tantangan Dan Peluang Indonesia Dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN

69

terjadi di masyarakat. Semua kurikulum nasional

dirancang berdasarkan landasan yang sama, yaitu

Pancasila dan UUD 1945. Perbedaanya pada

penekanan pokok dari tujuan pendidikan serta

pendekatan dalam merealisasikannya.

Pendidikan di Indonesia tergolong rendah.

Dilihat dari kacamata pendidikan di dunia, Indonesia

masih berada di posisi 121 dari 185 negara, itu artinya

pendidikan di Indonesia sangat memerlukan

pembenahan dari berbagai segi guna

memaksimalkan daya saing SDM di Indonesia

melalui kesempatan pendidikan dan kesehatan. Di

Indonesia, masalah kualitas SDM merupakan salah

satu masalah mendasar. Tanpa SDM yang berkualitas

rakyat di daerah tidak mampu mengolah kekayaan

alam yang berlimpah menjadi produk yang bernilai

ekspor. Ironisnya, masalah SDM Indonesia

merupakan masalah abadi yang tak kunjung usai.

Hadirnya era Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015

hendaknya menyadarkan kita untuk meningkatkan

kualitas SDM. Jika tidak, maka era Masyarakat

Ekonomi ASEAN 2015 justru akan menimbulkan

Page 77: GDI+ using ASP

Tantangan Dan Peluang Indonesia Dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN

70

masalah yang sama tapi lebih besar. Tantangan yang

sangat besar adalah lulusan pendidikan dasar dan

menengah yang tidak dapat melanjutkan

pendidikannya ke Perguruan Tinggi mampukah

mereka menjadi tenaga kerja yang siap bersaing

secara global? Jangankan berbicara penyiapan

sumber daya menghadapi pasar bebas, dunia

pendidikan kini lebih disibukan dengan bongkar

pasang kurikulum.

Jika melihat landasan filosopis penerapan

kurikulum 2013, kurikulum tersebut— diantaranya–

disiapkan untuk menghadapi MEA 2015. Namun,

apakah buah dari keberhasilan kurikulum tersebut

akan dinikmati dalam jangka pendek. Jangankan

berbicara hasil, implementasi dilapangan saja masih

carut marut karena ketidaksiapan semua pihak.

Idealnya sebelum perjanjian ini dimulai pemerintah

dan bangsa Indonesia terlebih dahulu menyiapkan

startegi penyiapan sumber daya dan infra struktur

pendukung yang optimal.

Mengingat penyiapan sumber daya manusia

tak semudah membalikkan telapak tangan bagaikan

Page 78: GDI+ using ASP

Tantangan Dan Peluang Indonesia Dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN

71

seorang pemain sulap, maka tanggung jawab para

guru dan kepala sekolah untuk membekali siswanya

dengan kedua keterampilan di atas. Sekaligus dengan

meningkatkan kepercayaan diri dan motivasi kepada

siswa agar terus mengembangkan potensi yang ada

pada dirinya masingmasing. Hal tertebutlah yang

menjadi upaya minimal yang dapat dilakukan oleh

guru dan kepala sekolah guna meningkatkan

mentalits lulusan dasar dan menengah dalam

menghadapi era persaingan global Karena hal itu

merupakan upaya minimal yang bisa dilakukan tetapi

sangat fundamental untuk meningkatkan mentalitas

dalam menghadapi persaingan global.

Salah satu upaya dapat dilakukan oleh

pemerintah dalam bidang pendidikan saat ini adalah

dengan melaksanakan pendidikan berbasis ITI

sembari membenahi sektor-sektor penting dan

mendasar dalam pendidikan yang salah satunya

adalah kurikulum karena kurikulum merupakan

gambaran dari rencana pelaksaan, proses, isi

sekaligus lulusan dalam suatu jenjang pendidikan

tertentu.

Page 79: GDI+ using ASP

Tantangan Dan Peluang Indonesia Dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN

72

Kebijakan lainnya adalah dengan

memantapkan perencanaan kurikulum dan

pelaksanaanya guna menghasilkan lulusan yang siap

untuk bersaing baik secara regional maupun

internasional sehingga masyarakat Indonesia siap

secara fisik dan mental untuk menghadapi era MEA

yang sudah berada di depan mata kita.

Dari segi ekonomi, pemerintah harus

membenahi sektor-sektor riil yang dapat dapat

mengganggu stabilitas peningkatan dalam bidang

ekonomi.

Dengan SDM yang berdaya saing tinggi dan

ekonomi yang tertata rapi maka Indonesia akan siap

bersaing baik secara regional maupun global.

Page 80: GDI+ using ASP

Tantangan Dan Peluang Indonesia Dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN

73

Page 81: GDI+ using ASP

Tantangan Dan Peluang Indonesia Dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN

74

Peluang Masyarakat Ekonomi ASEAN

Bagi Indonesia

Posisi Indonesia

Guna menyambut era perdagangan bebas

ASEAN di ke-12 sektor yang telah disepakati,

Indonesia telah melahirkan regulasi penting yaitu UU

No 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan yang telah

diperkenalkan ke masyarakat sebagai salah satu

strategi Indonesia membendung membanjirnya

produk impor masuk ke Indonesia. UU ini antara lain

mengatur ketentuan umum tentang perijinan bagi

pelaku usaha yang terlibat dalam kegiatan

perdagangan agar menggunakan bahasa Indonesia

didalam pelabelan, dan peningkatan penggunaan

produk dalam negeri. Melalui UU ini pula pemerintah

diwajibkan mengendalikan ketersediaan bahan

kebutuhan pokok bagi seluruh wilayah Indonesia.

Kemudian menentukan larangan atau pembatasan

barang dan jasa untuk kepentingan nasional misalnya

Page 82: GDI+ using ASP

Tantangan Dan Peluang Indonesia Dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN

75

untuk melindungi keamanan nasional. Regulasi

tersebut terasa penting bila mempertimbangkan

kondisi perdagangan Indonesia selama ini belum

optimal memanfaatkan potensi pasar ASEAN. Pada

periode Januari-Agustus 2013 misalnya, ekspor

Indonesia ke pasar ASEAN baru mencapai 23% dari

nilai total ekspor Hal ini antara lain karena tujuan

ekspor Indonesia masih terfokus pada pasar

tradisional seperti Amerika Serikat, Tiongkok dan

Jepang. Tingkat utilitisasi preferensi tarif ASEAN

yang digunakan eksportir Indonesia untuk penetrasi

ke pasar ASEAN baru mencapai 34,4%. Peringkat

Indonesia menurut global competitivenes index

masih berada pada posisi ke-38 dari 148 negara.

Sementara Singapura menempati posisi ke 2,

Malaysia di posisi ke 24, Thailand di posisi 37,

Vietnam ke 70 dan Filipina di posisi 59.

Ketatnya persaingan di pasar ASEAN lebih

jauh dapat disimak dari kinerja perdagangan

Indonesia di tahun 2014. Sampai bulan Maret 2014,

transaksi perdagangan Indonesia surplus hingga

673,2 juta dolar AS. Surplus didapat dari selisih

Page 83: GDI+ using ASP

Tantangan Dan Peluang Indonesia Dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN

76

antara nilai ekspor yang mencapai 15,21 miliar

dengan impor 14,54 miliar dolar AS. Surplus Maret

ini adalah yang kedua setelah bulan Februari sebesar

843,4 juta dolar AS. Namun demikian, Indonesia

perlu memberi perhatian khusus terhadap transaksi

dagang dengan Thailand yang akan bersama-sama

terlibat dalam MEA 2015. Pada Maret 2014

Indonesia mengalami defisit dagang dengan Thailand

sampai 1,048 miliar dolar AS. Lebih jauh lagi, surplus

perdagangan Indonesia pada bulan 2014 ini belum

mencerminkan kekuatan struktur ekspor Indonesia.

Industri pengolahan produk ekspor masih bergantung

pada bahan baku impor. Kondisi ini sangat rentan

karena berarti Indonesia sangat bergantung pada

ketersediaan baku dunia. Karena itu arah kebijakan

ekonomi Indonesia mulai tahun 2015 harus lebih jelas

seiring dengan berlakunya pasar bebas ASEAN.

Karenanya, menghadapi MEA 2015,

Indonesia masih mempunyai berbagai pekerjaan

rumah yang harus ditingkatkan agar tetap mempunyai

daya saing. Untuk pilar sosial budaya, Indonesia

masih perlu kerja keras mengingat masih banyak

Page 84: GDI+ using ASP

Tantangan Dan Peluang Indonesia Dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN

77

warga Indonesia yang belum mengetahui tentang

ASEAN. Padahal salah satu kunci keberhasilan MEA

adalah konektivitas atau kontak antara satu warga

negara dengan warga negara ASEAN lainnya.

Pemahaman warga negara di Asia Tenggara terhadap

MEA belum sampai 80 persen.

Karena itu, sosialisasi MEA menjadi sangat

penting terhadap seluruh warga negara Indonesia

yang memiliki jumlah penduduk terbesar di ASEAN.

Kekuatiran yang muncul adalah, Indonesia hanya

akan menjadi pasar bagi produk sejenis dari negara

ASEAN lainnya. Untuk pilar ekonomi, Indonesia

juga masih harus meningkatkan daya produk

Indonesia. Indonesia masih harus mengembangkan

industri yang berbasis nilai tambah. Oleh karena itu

Indonesia perlu kerja keras melakukan hilirisasi

produk. Dari sisi hulu, Indonesia sudah menjadi

produsen yang dapat diandalkan mulai dari pertanian,

kelautan dan perkebunan. Tetapi semua produk

tersebut belum sampai ke hilir untuk mengurangi

inpor barang jadi, sebab Indonesia telah memiliki

bahan baku yang cukup.

Page 85: GDI+ using ASP

Tantangan Dan Peluang Indonesia Dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN

78

Dari sisi liberalisasi perdagangan, produk

Indonesia praktis tidak terlalu menghadapi masalah

sebab hampir 80 persen perdagangan Indonesia sudah

bebas hambatan. Bahkan ekonomi yang berbasis

kerakyatan (UMKM) berpeluang menembus pasar

negara ASEAN. Pemerintah telah melakukan upaya

percepatan pemerataan pembangunan sebagai bagian

dari penguatan ekonomi kerakyatan. Antara tahun

2011- 2013, investasi Indonesia banyak diarahkan

pada wilayah-wilayah di luar pulau Jawa dengan

memberikan rangsangan tax holiday. Dengan

demikian, pusat pertumbuhan ekonomi di masa depan

bukan hanya terpusat di Jawa saja tetapi juga di luar

Jawa. Usaha lain yang dilakukan pemerintah adalah

dengan membentuk kluster untuk pembinaan UMKM

agar memiliki daya saing.

Bukan hanya tantangan yang akan dihadapi

tetapi juga peluang. Sektor-sektor yang akan menjadi

unggulan Indonesia dalam MEA 2015 adalah Sumber

Daya Alam (SDA), Informasi Teknologi, dan

Ekonomi Kreatif. Ketiga sektor ini merupakan sektor

terkuat Indonesia jika dibandingkan dengan negara-

Page 86: GDI+ using ASP

Tantangan Dan Peluang Indonesia Dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN

79

negara ASEAN yang lain. Selain itu, dampak

masuknya Tenaga Kerja Asing (TKA) ke Indonesia

harus dipastikan bisa berbahasa Indonesia yang baik

dan benar.

Menurut Direktur Eksekutif Center of Reform

on Economics (CORE) Hendri Saparini, kesiapan

Indonesia dalam menghadapi MEA 2015 baru

mencapai 82 persen. Hal itu ditengarai dari empat (4)

isu penting yang perlu segera diantisipasi pemerintah

dalam menghadapi MEA 2015, yaitu:

1. Indonesia berpotensi sekedar pemasok energi dan

bahan baku bagi industrilasasi di kawasan

ASEAN, sehingga manfaat yang diperoleh dari

kekayaan sumber daya alam minimal, tetapi

defisit neraca perdagangan barang Indonesia

yang saat ini paling besar di antara negara-negara

ASEAN semakin bertambah.

2. Melebarkan defisit perdagangan jasa seiring

peningkatan perdagangan barang.

3. Membebaskan aliran tenaga kerja sehingga

Indonesia harus mengantisipasi dengan

Page 87: GDI+ using ASP

Tantangan Dan Peluang Indonesia Dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN

80

menyiapkan strategi karena potensi

membanjirnya Tenaga Kerja Asing (TKA), dan

4. Masuknya investasi ke Indonesia dari dalam dan

luar ASEAN. Dengan demikian didalam

perdagangan bebas akan ada hal positif dan

negatif yang akan dialami setiap negara yang

terlibat didalamnya. Tantangan bagi Indonesia

kedepan adalah memwujudkan perubahan bagi

masyarakatnya agar siap menghadapi

perdagangan bebas dimaksud.

Page 88: GDI+ using ASP

Tantangan Dan Peluang Indonesia Dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN

81

Kesimpulan

Menghadapi perdagangan bebas ASEAN,

langkah pertama yang harus dilakukan pemerintah

adalah meningkatkan daya saing produk Indonesia

mengingat jumlah penduduk Indoonesia yang sangat

besar berpotensi menjadi pasar bagi produk sejenis

dari negara tetangga. Peningkatan daya saing ini

mencakup baik produk unggulan maupun yang bukan

unggulan.

Di samping itu, parlemen Indonesia dapat

membantu tugas pemerintah dimaksud dengan

mempersiapkan berbagai regulasi yang bertujuan

melindungi pasar Indonesia dari serbuan barang

produk negara-negara ASEAN. Langkah semacam

ini bukan dimaksudkan sebagai langkah proteksi

terhadap pasar Indonesia tetapi semata mata untuk

mencari keseimbangan antara ekspor dan impor.

Page 89: GDI+ using ASP

Tantangan Dan Peluang Indonesia Dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN

82

Memenangkan Peluang

Memenangkan peluang MEA membutuhkan

adaptasi dan ketangkasan (operational agility).

Ketangkasan yang dimaksud adalah bagaimana

merespon perubahan lansekap ekonomi maupun

ketidakpastian dengan pergerakan cepat (Kasali,

2013). Berbeda dengan sebelumnya, birokrasi publik

di era baru MEA dihadapkan pada situasi yang

bersifat VOCA ( Volatility ( bergejolak

), Uncertainty ( memiliki tingkat ketidakpastian yang

tinggi ), Complexity ( saling berhubungan, saling

tergantung dan rumit ) dan Ambiguity ( menimbulkan

keragu-raguan ). Oleh karena itu capaian kinerja

birokrasi tidak lagi harus bersifat rule based namun

harus bergerak maju ke arah yang lebih dinamis.

Situasi dalam VOCA membutuhkan

setidaknya pendekatan berpikir ke depan (thinking

ahead) yakni kapabilitas untuk mengidentifikasi

perkembangan, memahami implikasi perubahan

sosial ekonomi dan menentukan investasi kebijakan

strategis maupun menciptakan lingkungan yang

Page 90: GDI+ using ASP

Tantangan Dan Peluang Indonesia Dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN

83

memungkinkan bagi masyarakat untuk

memanfaatkan peluang dan meminimalisasi ancaman

(Neo & Chen, 2007).

Secara fundamental, arah pengembangan

birokrasi pasca-2015 perlu untuk memahami

dinamika relasi antara birokrasi dan pasar misalnya.

Paradigma lama yang menekankan pada minimalisasi

peran birokrasi untuk merespon globalisasi telah

usang. Shin (2005) menjelaskan fenomena integrasi

ekonomi, seperti MEA, memiliki 2 dimensi utama

yakni mobile factors dan non-mobile factors.

Dimensi pertama terfokus pada pilar

investasi. Kemudahan teknologi dan integrasi

perbankan membuat modal dengan cepat berpindah.

Sementara itu, pada dimensi kedua, kualitas non-

mobile factors seperti respon sektor publik terhadap

tantangan perbaikan pelayanan, percepatan

infrastruktur dan harmonisasi regulasi menjadi hal

krusial yang menentukan kemana mobile factors tadi

berpindah.

Dalam kasus ini, Indonesia merupakan negara

dengan proses pengurusan investasi terburuk di

Page 91: GDI+ using ASP

Tantangan Dan Peluang Indonesia Dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN

84

ASEAN. Indonesia juga tercatat sangat restriktif

dalam memfasilitasi mobilitas investor dalam

wilayah domestiknya (Soesastro & Atje dalam Basu

Das, 2012). Kondisi ini, disadari atau tidak, kan

menurunkan daya tarik Indonesia dalam sektor

investasi.

Page 92: GDI+ using ASP

Tantangan Dan Peluang Indonesia Dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN

85

Competitive and Representative

Government

Bagaimana menyikapi beberapa

tantangan tersebut? Selama ini, reformasi birokrasi

cenderung hanya dipahami dalam tataran teknis.

Meskipun penting, kitat patut mempersoalkan

bagaimana arah dan cara kerja reformasi birokrasi

yang berjalan selama ini terkait dengan tantangan

eksternal yang muncul. Artinya, dalam menghadapi

MEA, perlu adanya pembenahan paradigma aparatur

birokrasi agar mampu bersiap menghadapi dan

merespons transformasi ekonomi kawasan.

Pembenahan paradigma tersebut dapat

dilakukan dengan memperkenalkan cara

pandang competitive and representative

government sebagai bagian dari Reformasi Birokrasi

di Indonesia. Cara pandang tersebut menghadirkan

kembali negara pada pemerintahan yang kompetitif,

namun tetap memiliki kapasitas untuik

merepresentasi kepentingan publik. Pemerintahan

Page 93: GDI+ using ASP

Tantangan Dan Peluang Indonesia Dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN

86

yang kompetitif berarti pemerintaan yang mampu

beradaptasi dengan konstelasi global maupun

regiona. Sementara itu, pemerintahan yang

representatif berarti pemerintahan yang yang

konsisten mengutamakan kepentingan masyarakat

dan mendorong partisipasi publik di dalam

penyelenggaraan pemerintahan (lihat Hameiri, 2010).

Tantangan bagi birokrasi Indonesia, dalam

konteks ini, tidak hanya bekerja untuk merespon

tuntutan regionalisasi ekonomi ASEAN. Pada

dasarnya, birokrasi juga dituntut untuk hadir

meminimalisasi ekses pasar. Dengan kata lain,

birokrasi perlu menyeimbangkan antara

tuntutan scorecard liberalisasi di tingkat regional

dengan implementasi paket-paket kebijakan untuk

mencegah eksternalitas pasar.

Berkaca pada pendekatan yang dianut

pemerintah saat ini, perlu adanya evaluasi

menyeluruh terhadap kecenderungan pendekatan

mekanis yang berujung pada birokratisasi reformasi

birokrasi perlu. Reformasi birokrasi harus mampu

lepas dari kekangan tumpukan dokumen bukti

Page 94: GDI+ using ASP

Tantangan Dan Peluang Indonesia Dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN

87

kinerja. Lebih dari itu, birokrasi perlu baham betul

apa sebenarnya titik peluang, tantangan dan

kerawanan MEA bagi unit kerjanya masing-masing.

Masyarakat Ekonomi ASEAN merupakan

titik tolak bagi birokrasi untuk berani keluar dari

pakemnya. Inovasi, dengan demikian, menjadi sangat

penting. Sudah saatnya standar pelayanan birokrasi

mengakomodasi input dan ekspektasi sektor privat.

Bagi Indonesia sendiri, MEA akan menjadi

kesempatan yang baik karena hambatan perdagangan

akan cenderung berkurang bahkan menjadi tidak ada.

Hal tersebut akan berdampak pada peningkatan

eskpor yang pada akhirnya akan meningkatkan GDP

Indonesia. Di sisi lain, muncul tantangan baru bagi

Indonesia berupa permasalahan homogenitas

komoditas yang diperjualbelikan, contohnya untuk

komoditas pertanian, karet, produk kayu, tekstil, dan

barang elektronik (Santoso, 2008). Dalam hal

ini competition risk akan muncul dengan banyaknya

barang impor yang akan mengalir dalam jumlah

banyak ke Indonesia yang akan mengancam industri

lokal dalam bersaing dengan produk-produk luar

Page 95: GDI+ using ASP

Tantangan Dan Peluang Indonesia Dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN

88

negri yang jauh lebih berkualitas. Hal ini pada

akhirnya akan meningkatkan defisit neraca

perdagangan bagi Negara Indonesia sendiri.

Pada sisi investasi, kondisi ini dapat

menciptakan iklim yang mendukung

masuknya Foreign Direct Investment(FDI) yang

dapat menstimulus pertumbuhan ekonomi melalui

perkembangan teknologi, penciptaan lapangan kerja,

pengembangan sumber daya manusia (human

capital) dan akses yang lebih mudah kepada pasar

dunia.

Meskipun begitu, kondisi tersebut dapat

memunculkan exploitation risk. Indonesia masih

memiliki tingkat regulasi yang kurang mengikat

sehingga dapat menimbulkan tindakan eksploitasi

dalam skala besar terhadap ketersediaan sumber daya

alam oleh perusahaan asing yang masuk ke Indonesia

sebagai negara yang memiliki jumlah sumber daya

alam melimpah dibandingkan negara-negara lainnya.

Tidak tertutup kemungkinan juga eksploitasi yang

dilakukan perusahaan asing dapat merusak ekosistem

di Indonesia, sedangkan regulasi investasi yang ada

Page 96: GDI+ using ASP

Tantangan Dan Peluang Indonesia Dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN

89

di Indonesia belum cukup kuat untuk menjaga kondisi

alam termasuk ketersediaan sumber daya alam yang

terkandung.

Dari aspek ketenagakerjaan, terdapat

kesempatan yang sangat besar bagi para pencari kerja

karena dapat banyak tersedia lapangan kerja dengan

berbagai kebutuhan akan keahlian yang beraneka

ragam. Selain itu, akses untuk pergi keluar negeri

dalam rangka mencari pekerjaan menjadi lebih

mudah bahkan bisa jadi tanpa ada hambatan tertentu.

MEA juga menjadi kesempatan yang bagus bagi para

wirausahawan untuk mencari pekerja terbaik sesuai

dengan kriteria yang diinginkan. Dalam hal ini dapat

memunculkan risiko ketenagakarejaan bagi

Indonesia. Dilihat dari sisi pendidikan dan

produktivitas Indonesia masih kalah bersaing dengan

tenaga kerja yang berasal dari Malaysia, Singapura,

dan Thailand serta fondasi industri yang bagi

Indonesia sendiri membuat Indonesia berada pada

peringkat keempat di ASEAN (Republika Online,

2013).

Page 97: GDI+ using ASP

Tantangan Dan Peluang Indonesia Dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN

90

Dengan hadirnya ajang MEA ini, Indonesia

memiliki peluang untuk memanfaatkan keunggulan

skala ekonomi dalam negeri sebagai basis

memperoleh keuntungan. Namun demikian,

Indonesia masih memiliki banyak tantangan dan

risiko-risiko yang akan muncul bila MEA telah

diimplementasikan. Oleh karena itu, para risk

professional diharapkan dapat lebih peka terhadap

fluktuasi yang akan terjadi agar dapat mengantisipasi

risiko-risiko yang muncul dengan tepat. Selain itu,

kolaborasi yang apik antara otoritas negara dan para

pelaku usaha diperlukan, infrastrukur baik secara

fisik dan sosial(hukum dan kebijakan) perlu dibenahi,

serta perlu adanya peningkatan kemampuan serta

daya saing tenaga kerja dan perusahaan di Indonesia.

Jangan sampai Indonesia hanya menjadi penonton di

negara sendiri di tahun 2015 mendatang.

Bagi Indonesia, keberadaan MEA menjadi

babak awal untuk mengembangkan berbagai kualitas

perekonomian di kawasan Asia Tenggara dalam

perkembangan pasar bebas di akhir 2016. MEA

menjadi dua sisi mata uang bagi Indonesia : satu sisi

Page 98: GDI+ using ASP

Tantangan Dan Peluang Indonesia Dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN

91

menjadi kesempatan yang baik untuk menunjukkan

kualitas dan kuantitas produk dan sumber daya

manusia (SDM) Indonesia kepada negara-negara lain

dengan terbuka, tetapi pada sisi yang lain dapat

menjadi boomerang untuk Indonesia apabila

Indonesia tidak dapat memanfaatkannya dengan baik.

MEA akan menjadi kesempatan yang baik

karena hambatan perdagangan akan cenderung

berkurang bahkan menjadi tidak ada. Hal tersebut

akan berdampak pada peningkatan eskpor yang pada

akhirnya akan meningkatkan GDP Indonesia.

Pada sisi investasi, kondisi ini dapat

menciptakan iklim yang mendukung masuknya

Foreign Direct Investment (FDI) yang dapat

menstimulus pertumbuhan ekonomi melalui

perkembangan teknologi, penciptaan lapangan kerja,

pengembangan sumber daya manusia (human capital)

dan akses yang lebih mudah kepada pasar dunia.

Page 99: GDI+ using ASP

Tantangan Dan Peluang Indonesia Dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN

92

Peluang Tenaga Kerja Indonesia

Dalam MEA

Seperti yang ditulis oleh Tiesnawati

Wahyuningsih, SH., MH dalam artikelnya tentang

peluang tenaga kerja Indonesia dalam menghadapi

MEA 2015. Indonesia pada tahun 2014 telah

mengundangkan UU No. 7 Tahun 2014 sebagai

upaya harmonisasi ketentuan di bidang perdagangan

dalam kerangka kesatuan ekonomi nasional guna

menyikapi perkembangan situasi perdagangan era

globalisasi pada masa kini dan masa depan, deikian

yang tercantum dalam pertimbangan penerbitan UU

No. 7 tahun 2014. UU Perdagangan 2014 juga

mengenal perdagangan barang dan perdagangan jasa.

Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag) Bayu

Krishnamurti menjelaskan UU Perdagangan

mencakup bukan hanya barang tetapi juga jasa yang

bisa diperdagangkan (trade on services). Sektor jasa

ini sengaja dimasukkan ke dalam UU Perdagangan

guna menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN atau

Page 100: GDI+ using ASP

Tantangan Dan Peluang Indonesia Dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN

93

MEA 2015 mendatang. Setidaknya ada tiga pasal

yang mengatur tentang bidang jasa dalam UU

Perdagangan dan menjadi bagian penting dalam

pelaksanaan MEA 2015, yakni pasal 4 ayat (2), pasal

20 dan pasal 21. Lingkup pengaturan bidang jasa,

sebagaimana diatur dalam Pasal 2 ayat

(2) meliputi 12 sektor yakni, jasa bisnis, jasa

distribusi, jasa komunikasi, jasa pendidikan, jasa

lingkungan hidup, jasa keuangan, jasa konstruksi dan

teknik terkait, jasa kesehatan sosial, jasa rekreasi,

kebudayaan dan olahraga, jasa pariwisata, jasa

transportasi dan jasa lainnya.

Dalam pasal 20 UU No. 7 tahun 2014

menyebutkan Penyedia Jasa yang bergerak di bidang

Perdagangan Jasa wajib didukung tenaga teknis yang

kompeten sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang‐undangan. Penyedia Jasa yang tidak

memiliki tenaga teknis yang kompeten dikenai sanksi

administratif berupa peringatan tertulis, penghentian

sementara kegiatan usaha, atau atau Pencabutan izin

usaha. Dalam Pasal 21 UU Perdagangan, dijelaskan

bahwa pemerintah dapat memberi pengakuan

Page 101: GDI+ using ASP

Tantangan Dan Peluang Indonesia Dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN

94

terhadap kompentensi tenaga teknis dari negara lain

berdasarkan perjanjian saling pengakuan secara

bilateral atau regional. Menurut Wamendag Bayu,

pasal ini menjadi strategis bagi Kemendag karena

selama ini belum memiliki dasar hukum yang jelas

dalam hal melakukan negosiasi dengan negara‐negara

lain.1

Bila dikaitkan dengan permasalahan tenaga

kerja di Indonesia telah banyak kajian yang

membahasnya, terutama dari ratio antara tenaga kerja

dengan jumlah total penduduk Indonesia. Selain itu

juga terdapat beberapa hal yang perlu menjadi

perhatian atau catatan bagi dunia ketenagakerjaan

sebelum saatnya negara kita benar‐benar akan

memasuki MEA.

1. Dari sisi peraturan. perundang‐undangan di

bidang ketenagakerjaan. Meskipun sumber

hukum ketenagakerjaan di Indonesia terdapat

ketentuan hukum yang tersebar di berbagai

peraturan perundang‐undangan, Undang‐Undang

Page 102: GDI+ using ASP

Tantangan Dan Peluang Indonesia Dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN

95

Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan

merupakan peraturan pokok yang berisi

pengaturan secara menyeluruh dan komprehensif

di bidang ketenagakerjaan. Hal inilah yang

menjadi pegangan sebagai aturan main dunia

ketenagakerjaan di Indonesia saat memasuki

MEA.2

2. Dari sisi Sumber Daya Manusia (SDM) pekerja

Indonesia. Kompetisi SDM antarnegara ASEAN

merupakan hal yang pasti terjadi saat terbukanya

gerbang MEA nanti. Bila pekerja Indonesia tidak

siap menghadapi persaingan terbuka ini, MEA

akan menjadi momok bagi pekerja Indonesia

karena akan kalah bersaing dengan pekerja dari

negara ASEAN lainnya.3 Rendahnya kualitas

pendidikan formal tenaga kerja Indonesia ini jelas

sangat mengkhawatirkan. Dengan sisa waktu

yang sangat sempit ini, Pemerintah perlu mencari

terobosan dan cara singkat untuk meningkatkan

2 adapi MEA.Jurnal Online Rechts Vinding ISBN 2089‐9009 3 Ibid

Page 103: GDI+ using ASP

Tantangan Dan Peluang Indonesia Dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN

96

keterampilan dan kompetensi kerja bagi SDM

kita yang sesuai dengan kebutuhan pasar MEA

nantinya dan bukan hanya terobosan yang

sifatnya normatif melalui Peraturan perundang‐

undangan. Bila rendahnya kualitas tenaga kerja

(unskilled labor) Indonesia akan mendorong arus

tenaga kerja antarnegara akan menguasai jagat

Indonesia.

3. Daya saing kemampuan tenaga kerja Indonesia

harus ditingkatkan baik secara formal maupun

informal. Kemampuan harus memenuhi standar

minimal yang telah ditetapkan oleh MRA.

Sebenarnya penerapan Mode 3 mengenai

pendirian perusahaan (commercial presence) dan

Mode 4 berupa mobilitas tenaga kerja (Movement

of natural persons) intra Asean akan diberlakukan

untuk sektor prioritas integrasi. Untuk itu

Indonesia harus dapat meningkatkan kualitas

tenaga kerjanya sehingga bisa digunakan baik di

Page 104: GDI+ using ASP

Tantangan Dan Peluang Indonesia Dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN

97

dalam negeri atau antarAsean. Untuk mencegah

banjirnya tenaga terampil dari luar.4

4. Pengawas Ketenagakerjaan. Jumlah pengawas

ketenagakerjaan sangat tidak seimbang dengan

jumlah perusahaan, sehingga perlu dicari

terobosan oleh pemerintah untuk menambah

jumlah penegak hukum. Seharusnya pengawasan

dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dalam

Pasal 134 Undang‐Undang Nomor 13 Tahun

2003 tentang Ketenagakerjaan yang menyebutkan

bahwa “Dalam mewujudkan pelaksanaan hak dan

kewajiban pekerja/buruh dan pengusaha,

pemerintah wajib melaksanakan pengawasan dan

penegakan peraturan perundang‐undangan

ketenagakerjaan”. Dalam menghadapi MEA,

posisi pengawas ketenagakerjaan menjadi hal

yang sangat penting dalam hubungan industrial

agar semakin kondusif dan sebagai pelindung

bagi pekerja dalam menghadapi persaingan

global ini. Upaya persiapan yang harus segera

Page 105: GDI+ using ASP

Tantangan Dan Peluang Indonesia Dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN

98

dibenahi adalah kualitas dan kuantitas tenaga

pengawas ketenagakerjaan untuk melakukan

pengawasan terhadap penerapan Undang‐Undang

Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

tersebut. Dari sisi kualitas, dengan

adanyaperubahan sistem pemerintahan yang

awalnya sentaralistik menjadi desentralistik

mengakibatkan kewenangan pemerintahan saat

ini lebih banyak bertumpu pada pemerintahan

kabupaten/kota. 5

Di lain pihak tenaga kerja tidak saja bagi

yang bekerja di sektor industri, tetapi ada pula yang

bekerja dalam sektor perikanan dan pertanian, MEA

akan mendorong liberalisasi pangan melalui integrasi

kedua sektor tersebut. Indonesia for Global Justice

(IGJ) menilai strategi dan persiapan Indonesia

menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)

2015 berpeluang gagal. Ini ditandai dengan tidak

adanya perubahan kebijakan guna memaksimalkan

5 Ibid

Page 106: GDI+ using ASP

Tantangan Dan Peluang Indonesia Dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN

99

perlindungan bagi nelayan dan petani Indonesia.6

pertumbuhan penduduk Indonesia masih tinggi,

konsumsi pangan dan perikanan terus meningkat,

serta 80%‐90% kebutuhan konsumsi pangan

domestik Indonesia bersumber dari produksi petani

dan nelayan kecil. “Maka, kegagalan melindungi

petani dan nelayan akan menggeser MEA 2015 dari

peluang menjadi ancaman serius bangsa,” kata Riza

dalam keterangan tertulis di Jakarta.7

Dengan berlakunya MEA diakhir tahun 2015,

maka selain arus bebas bebas barang dan arus bebas

jasa, arus bebas investasi, arus modal yang lebih

bebas, juga termasuk arus bebas tenaga terampil

dimana warga negara dapat keluar dan masuk dari

satu negara ke negara lain mendapatkan pekerjaan

tanpa adanya hambatan di negara yang dituju. Dalam

berbagai diskusi dan pengalaman pengusaha akan

lebih cenderung menggunakan tenaga lokal dari

dalam negeri, karena akan beban produksi dari sisi

Page 107: GDI+ using ASP

Tantangan Dan Peluang Indonesia Dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN

100

tenaga kerja. Bila menggunakan tenaga kerja asing,

pengusaha umumnya harus memberi upah lebih

tinggi. Sebagai contoh, Ketua PHRI DKI, Krisnadi

menyebutkan pajak pembinaan karena menggunakan

tenaga asing pun harus ditanggung.

Selain itu, akomodasi tak luput dari tanggung

jawab pengguna jasa. Oleh karena itu, penggunaan

jasa tenaga kerja dalam negeri dengan proporsi lebih

banyak karena akan berpengaruh pada besarnya biaya

yang harus dikeluarkan. Umumnya pengguna jasa

tenaga kerja asing harus menanggung juga pajak

pembinaan di luar gaji dan akomodasi.

Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) akan

membentuk ASEAN sebagai pasar dan basis produksi

tunggal membuat ASEAN lebih dinamis dan

kompetitif dengan mekanisme dan langkah‐langkah

untuk memperkuat pelaksanaan baru yang ada

inisiatif ekonomi; mempercepat integrasi regional di

sektor‐sektor prioritas; memfasilitasi pergerakan

bisnis, tenaga kerja terampil dan bakat; dan

memperkuat kelembagaan mekanisme ASEAN.

Page 108: GDI+ using ASP

Tantangan Dan Peluang Indonesia Dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN

101

Sebagai langkah awal untuk mewujudkan

Masyarakat Ekonomi ASEAN.

Waktu pelaksanaan MEA sesuai dengan

blueprint AEC 2015 sudah semakin dekat dan

kurangnya kerja keras pemerintah menghadapinya

dengan perlunya mempersiapkan berbagai perangkat

yang akan menghambat derasnya arus tenaga kerja

asing masuk ke Indonesia, yaitu dengan sertifikasi

dan pengenaan pajak pembinaan. Sehingga peluang

tenaga kerja Indonesiayang terampil masih lebih

besar dibandingkan dengan tenaga kerja asing.

Page 109: GDI+ using ASP

Tantangan Dan Peluang Indonesia Dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN

102

Pengetahuan sejati ada dalam

mengetahui kalau kau tak

mengetahui apa-apa.

Page 110: GDI+ using ASP

Daftar Pustaka

103

Daftar Pustaka

Alpay Savas et al, Export Performance Of Firms in Developing and Food Quality and Safety Standards in Developed Countries, Research of Turkish Agricultural Research Institute, Turkey,2000

Anonim. 2014. Pahami Masyarakat Ekonomi

ASEAN (MEA) 2015 .Kompas (versi elektronik). Diunduh dari http://nationalgeographic.co.id/berita/2014/12/pahamimasyarakat-ekonomi-asean-mea-2015, pada tanggal 7 Agustus 2015.

Artopoulos Alejandro et al, Lifting The Domestic Veil: The Challenges Of Exporting Differentaion Across The Development Devide, Working Paper National Bureau Of Economic Research, Cambridge, April 2011.

Arya Baskoro. Peluang, Tantangan dan Risiko bagi Indonesia dengan Adanya Masyarakat Ekonomi Asean. http://www. crmsindonesia.org/node/624, di akses

tanggal 9 September 2015. Association of Southeast ASIAN Nations (2008).

ASEAN ECONOMIC COMMUNITY BLUEPRINT. Jakarta: Asean Secretariat.

Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006.

Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta:BSNP.

Bagus Prasetyo.2023. Menilik Kesiapan Dunia Ketenagakerjaan Menghadapi MEA.Jurnal

Online Rechtsvinding ISBN 2089‐9009

Page 111: GDI+ using ASP

Daftar Pustaka

104

Balakrishnan,S., & Fox, I. (1993). Asset Specificity, Firm Heterogeneity and Capital Structure.

Strategic Management Journal, 14, 3-16. Beard, D. W., & Dess, G. G. (1981). Corporate level

Strategy, Business level strategy, and Firm performance. Academy of Management Journal, 24(4): 663-638.

Bernard J. Jaworski and Ajay K. Kohli.(1993) Market Orientation : Antecedents and Consequences. Journal of Marketing, Vol. 57, July 1993

Berrin G,Jooh L, Harold W. L, (2010) : THE IMPACT OF INDUSTRY CHARACTERISITCS ON EXPORT PERFORMANCE: A THREE COUNTRY STUDY . International Journal of Business and Economics Perspectives

Volume 5, Number 2,Fall 2010 Brigham, E. F. (1982). Financial Management:

Theory and Practice. The Dryden Press(2nd Edition).

Buzell, R. D., & Gale, B. T. (1987). The PIMS

Principles. New York,NY: Free Press. Cadogan, John W. Diamantopoulos. Adamantios,

de Mortages. Charles Pahud. (1999). A Measure of Export Market Oreintation: Scale Development and Cross-cultural Validation. Journal of International Business Studies, 4th Quarter, Vo.3, Issue 4

Calantone, R. J., et al., (2006). The Influence of Internal and External Firm Factors on

International Product Adaptation Strategy and Export Performance: A Three Country Comparison. Journal of Business Research, 59(2): 176-185.

Carneiro Jorge et al (2011). Determinants of

Export Performance: a Study of Large

Page 112: GDI+ using ASP

Daftar Pustaka

105

Brazilian Manufacturing firms. Brazilian Administration Review, April/June 2011

Cavusgil, T., & Zou, Z. (January 1994). Marketing Strategy-Performance Relationship: An Investigation of the Empirical Link in Export Market Ventures. Journal of Marketing, 58, 1-21.

Chakbarti, A. K. (1991). Industry Characteristics Influencing the Technical Output: A Case of Small and Medium Size Firms in the US. Strategic Management Journal, 21(2): 139-152.

Coskun Rekai, Export Performance of Foreign and Local Manufacturing Firms in Turkey, University of Sakarya, Turkey,2000

Czinkota, M. R., &Ronkainen, I. A. (1998).

International Marketing. Fort Worth, TX: Dryden Press.

David J. Teece, Gary Pisano and Amy Shuen (1997). Dynamic Capabilities And Strategic Management. Strategic Management

Journal Vol. 17:7, pp 509-533 (1997). Departemen Pendidikan Nasional Republik

Indonesia. 2003. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.Jakarta: Depdiknas.

Departemen Perdaganga RI. 2013. Menuju Asean Economic Community 2015

Dholakia Ravindra H and Kapur Deepak,

Determinants of Export Performance of Indian Firms – A Strategic Perspective, Research Paper, 2005

Douglas, S., & Craig, S. (1999). International Marketing Research: Concepts and

Methods, 2nd ed. John Wiley and Sons.

Page 113: GDI+ using ASP

Daftar Pustaka

106

Elfindri, dkk. 2011. Soft Skills untuk Pendidik. Praninta Offset

Fernandez, R. A. (2014, Januari). YEARENDER: Asean Economic Community to play major role in SEA food security.

Fisher, N., & Hall, G. R. (1969). Risk and Corporate Rate of Return. Quarterly Journal of Economics , 83(1):79-92

General Agreements on Trade in Services Geringer, J. M., Tallman, S., & Olsen, D.M. (2000).

Product and International Diversification Among Japanese Multinational Firms. Strategic Management Journal, 21, 51-80.

Gertner Rosane and Guthery Dennis, Brazilian Exporters: Non-Financial Export Performance Measurements and Their

Determinants, Journal of International Business and Cultural Studies, Volume 2, 2004.

Gilpin and Gilpin, 2000 dalam Peningkatan Daya Saing Industri Indonesia Guna menhadapi

Asean – China Free Trade Area Agreement(ACFTA) dalam rangka memperkokoh ketahanan Nasional. Jurnal Kajian Lemhanas RI Edisi 14 Desember 2012.

Goswami Arti G, Mattoo Aaditya and Saez Sebastian, Exporting Service: A Developing Country Perspective. 2011

Grant, R. M., & Jammine, A. P. (1988).

Performance Differences Between the Wrigley/Rumelt Strategic Categories. Strategic Management Journal, 9: 333-346.

Hair, J., Anderson, A.,Tatham, A. & Black, W. (1998). Multivariate Data Analysis, 5th ed.

Prentice Hall.

Page 114: GDI+ using ASP

Daftar Pustaka

107

Hall, M., & Weiss, L. (1967). Firm Size and Profitability. The Review of Economics and

Statistics 69(3),319-331. Hamalik, Oemar. 1990.

Pengembangan Kurikulum, Dasar-dasar dan Pengembangannya. Bandung: Mandar Maju

Hannay, N. B., & Lowell, S. (1986). Technology and Trade: A Study of US Competitiveness in Seven Industries. Research Management, 29(1): 14-22.

Hasanah. 2013. Implementasi Nilai-nilai Karakter Inti di Perguruan Tinggi. Jurnal Pendidikan Karakter. Yogyakarta: LPPMP UNY.

Herminarto Sofyan. 2011. Implementasi Pendidikan Karakter melalui Kegiatan

Kemahasiswaan. Artikel dalam Buku Pendidikan Karakter dalam Perspektif Teori dan Praktik. Yogyakarta: UNY Press.

Holak, S. L., Parry,V. E., & Song, X. M. (1991). The Relationship of R&D/Sales to Firm

Performance: An Investigation of Marketing Constituencies. Journal of Product Innovation Management, 6(4): 267-282.

http://id.voi.co.id/voi‐komentar/4889‐kesiapan‐indonesia‐menghadapi‐masyarakat‐ekonomiasean‐2015 http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt52fc80c5beb6f/sektor‐jasa‐juga‐diatur‐dalam‐uuperdagangan

http://www.wartaharian.co/berita/nasional/ekonomi/9222‐igj‐indonesia‐belum‐siap‐hadapimea‐2015.html

http://www.wto.org/english/docs_e/legal_e/26‐gats_01_e.htm

Iizuka Michiko, Organizational Capability and Export Performance: the salmon industry in

Page 115: GDI+ using ASP

Daftar Pustaka

108

Chile. The DRUID Winter Conference, 22-23 January 2004.

Illah Sailah, 2007. Pengembangan Soft Skills di Perguruan Tinggi, Sosialisasi Pengembangan Soft Skills di Kopertis VII Surabaya

Imed Zaiem, Afef Ben Yousef Zghidi. (2011) Product Adaptation Strategy and export performance : The impacts of the internal firm characteristics and business. Contemporary Management Research, Pages 291-312, Vol.7, No.4, Desember 2011

Ito, K., & Pucik, V. (1993). R&D Spending, Domestic Competition and Export Performance of Japanese Manufacturing

Firms. Strategic Management Journal, 14, 61-75.

Jain, S. (1993). International Marketing Management. CA: Wadsworth Publishing Company.

Janet Y. Murray, Gerald Yong Gao, Masaki Kotabe.(2011). Market oreintation and performance of export ventures : the process through marketing capabilities and competitive advantage. Journal of The Academic Marketing Science. 2011

John W. Cadogan, Adamantios Diamantopoulos, Judy A. Siguaw (2002). Export Market Oriented Activities : Their antecedents and

performance consequences. Journal of International Business Studies, 33,3 Third quarter 2002; p.615-626

Kaipa P & Milus T. 2005. Soft Skills are Smart Skills.

Diunduh dari http://www.kaipagroup.com

Page 116: GDI+ using ASP

Daftar Pustaka

109

Kamien, M., & Schwartz, N. (1982). Market Structure and Innovation. Cambridge:

Cambridge University Press. Karaoz Murat et al, Innovative Abilities Of

Developing Countries On Their Export Performance: Evidence From Turkey, Suleyman Demirel University, Turkey.2005

Kathleen M. Eisenhardt and Jeffrey A. Martin (2000). Dynamic Capabilities: What Are They?. Strategic Manajement Journal , Strat Mgmt J. 21.: 1105-1121 (2000).

Katsikeas, C., Leonidas C. L., & Morgan, N. A. (2000). Firm-level Export Performance Assessment: Review, Evaluation and Development. Journal of the Academy of Marketing Science, 28(4): 493-511.

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2012. Dokumen Kurikulum 2013. Jakarta: Depdiknas

Kevin B. Grier and Aaron D. Smallwood, Uncertainty and Export Performance:

Evidence from 18 Countries, Journal of Money, Credit and Banking, Vol. 39, No. 4 June 2007, The Ohio State University, 2007.

Kiyohiko Ito (1997). Domestic Competitive Position and Export Strategy of Japanese Manufacturing Firms: 1971-1985. Management Science, Vol.43, No.5, May 1997.

Koh, A. (1990). Relationships among Organizational Characteristic, marketing Strategy and Export Performance. International Marketing Review, 8 (3): 46-60

Lee, J., & Blevis, D. E. (1990). Profitability and Sales Growth in Industrialized Versus Newly

Page 117: GDI+ using ASP

Daftar Pustaka

110

Industrializing Countries. Management International Review, 30(1): 87-100.

Lee, J., Zahra, S. A., & Wongtada, N. (1995). A Comparative Study of Leading American, Japanese, and Korean Corporate Strategy and Financial Performance. Journal of Asia-Pacific Business, 1(1): 65-95.

Leonidou, L., & Katsikeas, C. S. (1996). The Export Development Process: An Integrative Review of Empirical Models. Journal of International Business Studies, 27(3): 517-551

Link, A., & Tassey, G. (1987). Strategies for Technology Based Competition. Lexington, MA: Lexington Books.

Lubis A. Analisis Faktor yang Mempengaruhi

Kinerja Ekspor Indonesia, Pusat Penelitian dan Pengembangan Perdagangan Luar Negeri, Kementrian Perdagangan.__________

Ma. Teresa S. Duenas-Caparas, Firm-Level

Determinants of Exports Performance: Evidence from the Philippine, Philippine Journal of Development, Number 62, First Semester 2007, Volume XXXIV, Number 1, 2007

Makmur Keliat, dkk. 2013. Laporan Penelitian “Pemetaan Pekerja Terampil Indonesia dan Liberalisasi Jasa Asean : Laporan Penelitian Asean Study Center UI bekerja sama

dengan Kementrian Luar Negeri Republik Indonesia. Jakarta

Markides, C. C. (1995). A Diversification, Restructuring and Economic Performance. Strategic Management Journal, 16, 101-

118

Page 118: GDI+ using ASP

Daftar Pustaka

111

Marzuki, 2012. Pengembangan Soft Skill Berbasis Karakter Melalui Pembelajaran IPS Sekolah

Dasar. Makalah seminar Nasional di IKIP PGRI Madiun.

Masaong, A.K.2012. Pendidikan Karakter Berbasis Multiple Intelligence. Jurnal Konaspi VII Universitas Negeri Yogyakarta, 2012

McKie, J. (1970). Market Structure and Function: Performance versus Behavior. In J. W. Markham and G. F. Papanek (Ed), Industrial Organization and Economic Development (pp. 3-25). Boston, MA: Houghton Mifflin Co.

Michiel van Dijk, The Determinats of Export Performance in Developing Countries : The Case of Indonesian Manufacturing, Working

Paper, Eindhoven Centre fo Innovation Studies,The Netherlands, Februari 2002.

Morbey, G., & Reithner, R. (May-June, 1990). How R&D Affects Sales Growth, Productivity, and Profitability. Journal of Engineering and

Technology Management, 11-14. Muhammad Tariq and Eatzaz Ahmad,

Determinants of Exports in Developing Countries, The Pakistan Development Review, Winter 2006, pp 1265-1276

Mulyasa.2010. Implementasi Kurikulum Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Munemo Jonathan et al,Foreign Aid and Export Performance: A Panel Data Analysis of

Developing Countries, Working Paper, Research Division Federal Reserve Bank of St. Louis, May 2007

N. Prasanna, Impact of Foreign Direct Investment on Export Performance In India, Journal

Social Science, 2010

Page 119: GDI+ using ASP

Daftar Pustaka

112

N.n. (2013). Indonesia Hanya Menduduki Peringkat Empat di ASEAN.

Nolle, D.E. (1991). An Empirical Analysis of Market Structure and Import and Export Performance for US Manufacturing Industries. Quarterly Review of Economics & Finance, 31 (4): 59-78.

Ohmae, K. (1990). Becoming a Triad Power: The New Global Corporation. In InternatioMarketing Strategy, Hans Thorelli and Tamer Cavusgil, eds. Oxford: Pergamon Press.

Oliver Morrisey and Andrew Mold, Explaining Africa’s Export Performance-Taking a New Look, 2004

Perez A. and Wilson J. Export Performance and

Trade Facilitation Reform, Policy Research Working Paper, The World Bank Development Research Group Trade and Integration Team, April 2010

Phattarawan Tantong et al (2010). The effect of

product adaptation and market orientation on export perfromance : A survey of Thai Managers. Journal of Marketing Theory and Practice Vol.18, No.2 Spring 2010

Plummer, M, G., &Yue, C, S. (2009). Realizing the ASEAN Economic Community: A Comprehensive Assessment. Singapore: Institute of Southeast Asian Studies.

Porter, M. (1990). Competitive Advantages of

Nations. New York: Free Press. Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya Ratnaningsih et al (2010). Analysis of Internal and

External factor for competitive advantage of Indonesian contractors. Journal of

Economic and engineering, ISSN: 2078-0346 (2010)

Page 120: GDI+ using ASP

Daftar Pustaka

113

Ravenscraft, D. J. (1983). Structure-ProfitRelationships Between Business and

Industry Le The Review of Economics and Statistics, 65(1): 214-224.

Rukiyati, Y. Ch dkk. (2014). Penanaman Nilai Karakter Tanggung Jawab dan Kerja Sama Terintegrasi dalam Perkuliahan Ilmu Pendidikan.Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun IV, Nomor 2, Juni 2014.

S. Tamer Cavusgil & Shaoming Zou, (1994). Marketing Strategy- Performance Relationship : An Investigation of the Empirical Link in Export Market Ventures. Journal of Marketing. Vol.58 (January 1994).

Samtim Eko Putranto, (2003) Studi mengenai

orientasi strategi dan kinerja pemasaran, Jurnal Sains Pemasaran Indonesia, Vol.II, No.1, Mei 2003, halaman 93-110

Santoso, W. et.al (2008). Outlook Ekonomi Indonesia 2008-2012: Integrasi ekonomi

ASEAN dan prospek perekonomian nasional. Jakarta: Biro Riset Ekonomi Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter.

Sektor Jasa Berpotensi Naikkan Daya Saing Indonesia,” Republika, Jumat, 19 April 2013, diakses dari http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/makro/13/04/19/mlhx7a‐sektor‐jasaberpotensi‐naikkan‐daya‐saing‐indonesia

Sektor Jasa Pegang Peranan Penting dalam Perekonomian Indonesia,” diakses dari http://satuharapan.com/index.php?id=109

&tx_ttnews[tt_news]=4222&cHash=1

Page 121: GDI+ using ASP

Daftar Pustaka

114

Sharmistha Baychi-Sen (1999), The Smaal and Medium Sized Exporter’s Problems : An

Emperical Analysis of Canadian Manufactures. Regional Studies Vol.33.3,pp 231-245. 1999

Sosin, K., & Fairchild, L. (1987). Capital Intensity and Export Propensity in Some LAmerican Countries. Oxford Bulletin of Economics and Statistics, 49(2): 191-208.

Sukmadinata, Nana Syaodih.1997. Pengembanhgan Kurikulum Teori dan

Suryosubroto, B. 2005. Tata Laksana Kurikulum. Jakarta: Rineka Cipta.

Suwarsih Madya. 2011. Pengintegrasian Pendidkan Karakter di Perguruan Tinggi. Artikel dalam Buku Pendidikan Karakter dalam Perspektif

Teori dan Praktik. Yogyakarta: UNY Press. Tuan P. Nham dan Yoshi Takahashi. (2010)

Organizational capabilities, competitive advantage and performance in supporting industries in Vietnam. Asian academy of

management journal.Vol. 15, No.1 pp1-21 (2010)

Tuba Yakici Ayan and Selcuk Percin, A Structural Analysisof the Determinants of Export Performance: Evidence from Turkey, Innovative Marketing, Volume1 Issue 2, 2005

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2013 tentang Sistem Pendidikan

Nasional. UNESCO. 1996. Learning: Treasure Within. New

York: UNESCO Publishing Usman Muhammad et al (2012). The impact of

marketing mix and market orientation on

export performance. Journal of Economics

Page 122: GDI+ using ASP

Daftar Pustaka

115

and Behavioral Studies, Vol.4 No.1. Jan 2012

Ward P. T, Durray R. (2000) Manufacturing strategy in context: environment, competitive strategy and manufacturing strategy, Journal of Operation Management, Vol.18, pp 123-13, 2000

World development indicators, The World Bank. 2012

Yamawasaki, H. (1989). A Comparative Analysis of Inter-temporal Behavior of Profits: Ja and the United States. Journal of Industrial Economics, 37(4): 389-409.

Zamroni,2010, Strategi dan Model Implementasi Pendidikan Karakter dalam Pendidikan dan Pembelajaran, Yogyakarta: PHK-I UNY

Zhao, H., & Zou, S.(2002). The Impact of Industry Concentration and Firm Location on ExpoPropensity and Intensity: An Empirical Analysis of Chinese Manufacturing Firms. Journal of International Marketing, 10(1):

52-71. Zou, S., & Stan, S. (1998). The Determinants of

Export Performance: A Review of the EmpirLiterature Between 1987 and 1997. Proceedings, American Marketing AssociatWinter Educators’ Conference.

Page 123: GDI+ using ASP