8

Click here to load reader

Gen Dang

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Gen Dang

Gendang

Gendang biasanya dipakai untuk mengiringi permainan gitar dambus, campak, atau bedaek. Gendang juga dipakai untuk mengiringi arak-arakan penganten, upacara menyambut tamu, dan lain-lain. Keberadaan gendang dalam sejarah musik Melayu sudah lama ada seiring dengan perkembangan musik Melayu.

Cara Pembuatan

Pada zaman dahulu, sewaktu menebang hutan/ membuka Ume, masyarakat memilih kayu untuk dibuat gendang. Adapun kayu yang dipakai biasanya adalah kayu kenanga hutan. Namun pada masa sekarang kayu kenanga hutan sudah sulit ditemukan, maka masyarakat banyak menggunakan kayu Cempedak ataupun kayu lain yang dianggap kuat dan dapat mengeluarkan suara yang bagus.

Adapun untuk membuat gendang, dipilih pohon dengan lingkaran kayu yang besar, kemudian dipotong + 30/35-45 cm. Kayu tersebut dilubangi dengan pahat sehingga tipis, pada bagian muka tempat menempel kulit, dibuat agak tipis + setebal ibu jari. Pada bagian belakang dibuat tebal dan diberi lingkaran setebal + 1½ jari atau 2 jari. Gunanya untuk menahan suara agar bergema di dalam lalu keluar suara yang bulat. Sehingga gemanya kedengaran dari kejauhan.

Jenis-Jenis Gendang

Jenis- jenis gendang antara lain :

1. Gendang Biasa Ada yang menyebutnya gendang tiong atau gendang campak. Gendang ini memiliki Tawangan (Silinder tabung) yang panjang, bervariasi antara 20 40 cm. Sementara garis tengah dalamnya disesuaikan dengan panjang tawangan. Bentuk tawangan lurus, yaitu bagian ujung sama besarnya dengan pangkalnya. Disalah satu ujung tawangan dipasang membran dari kulit kambing.

Untuk mendapatkan suara bass biasanya orang menggunakan kulit sapi dan dipasang pada tawangan yang lebih besar. Membran gendang ini tidak dipasang permanen, melainkan diikat dengan rotan sedemikian rupa sehingga dapat dikencangkan atau dikendorkan sesuai dengan keinginan. Gendang ini dipakai dalam musik campuran, misalnya : Betiong, musik campak, bekubang atau bepesen dengan jumlah gendang disesuaikan dengan keperluannya. Dipukul dengan tangan kosong atau memakai pemukul dari rotan/kayu.

Page 2: Gen Dang

2. Gendang Hadrah Gendang ini mempunyai tawangan berukuran antara 15-30 cm. Membrannya memakai kulit kambing yang dipaku secara permanen pada tawangan. Disekeliling lingkaran tawangan terdapat tiga lubang untuk memasang giring-giring dari logam. Seperangkat gendang ini dapat dimainkan apabila ada minimal 3 buah gendang dengan nada suara yang berbeda, dimainkan dengan memukul membran menggunakan tangan kosong. Dipakai pada acara arak-arakan penganten, upacara menyambut tamu, dan lain-lain.

Gambar Penampang Gendang :

Page 3: Gen Dang

Foto Gendang Dambus

Foto Gendang Hadrah

Page 4: Gen Dang

Kendang Jawa

Kendang, kendhang, atau gendang adalah salah satu alat musik dalam gamelan jawa yang berfungsi mengatur irama dan termasuk dalam kelompok “membranofon” yaitu alat musik yang sumber bunyinya berasal dari selaput kulit atau bahan lainnya.

Menurut bukti sejarah, kelompok  membranofon telah populer di Jawa sejak pertengahan abad ke-9 Masehi dengan nama: padahi, pataha (padaha), murawa atau muraba, mrdangga, mrdala, muraja, panawa, kahala, damaru, kendang. Istilah ‘padahi’ tertua dapat dijumpai pada prasasti Kuburan Candi yang berangka tahun 821 Masehi (Goris, 1930). Seperti yang tertulis pada kitab Nagarakrtagama gubahan Mpu Prapanca tahun 1365 Masehi (Pigeaud, 1960), istilah tersebut terus digunakan sampai dengan jaman Majapahit.

Penyebutan kendang  dengan berbagai nama menunjukkan adanya berbagai macam bentuk, ukuran serta bahan yang digunakan, antara lain : kendang berukuran kecil, yang pada arca dilukiskan sedang  dipegang oleh dewa , kendang ini disebut “damaru“. Bukti keberadaaan dan keanekaragaman kendang, dapat dilihat pada relief candi-candi sebagai berikut :

Candi Borobudur (awal abad ke-9 Masehi), dilukiskan bermacam- macam bentuk kendang seperti bentuk : silindris langsing, bentuk tong asimetris, bentuk kerucut (Haryono, 1985; 1986).

Candi Siwa di Prambanan (pertengahan abad ke-9 Masehi), pada pagar langkan candi, kendang ditempatkan di bawah perut dengan menggunakan semacam tali.

Candi Tegawangi, candi masa klasik muda (periode Jawa Timur), sekitar abad 14), dijumpai relief seseorang membawa kendang bentuk silindris dengan tali yang dikalungkan pada kedua bahu.

Page 5: Gen Dang

Candi Panataran, candi masa klasik muda (periode Jawa Timur), sekitar abad 14, relief kendang digambarkan hanya menggunakan selaput satu sisi dan ditabuh dengan menggunakan pemukul berujung bulat. Jaap Kunst (1968:35-36) menyebut instrumen musik ini ‘dogdog‘

Ada hal yang menarik mengenai asal muasal kendang ini, yaitu adanya kesamaan penyebutan dari sumber tertulis Jawa Kuna dengan sumber tertulis di India. Hal ini membuktikan bahwa telah terjadi   kontak budaya antara keduanya, termasuk dalam dalam bidang seni pertunjukan.

Namun, tidak dapat ditarik kesimpulan bahwa  kendang Jawa adalah pengaruh kendang India. Karena instrumen musik jenis membranofon ini diperkirakan   telah ada sebelum adanya kontak budaya dengan India, yang digunakan pada acara-acara ritual. Pada jaman kebudayaan logam prasejarah di Indonesia (kebudayaan perunggu) telah dikenal adanya  “moko” dan  “nekara”. Nekara pada zamannya berfungsi sebagai semacam genderang.

Jenis instrumen membranofon lainnya adalah ‘bedug‘ dan ‘trebang‘. Istilah ‘bedug‘ dijumpai pada kitab yang lebih muda yakni Kidung Malat. Dalam Kakawin Hariwangsa, Ghatotkacasraya, dan Kidung Harsawijaya instrumen sejenis disebut dengan istilah “tipakan”. Selain itu ada istilah ‘tabang-tabang‘ dalam kitab Ghatotkacasraya dan kitab Sumanasantaka yang kemungkinan  berkembang menjadi istilah ‘tribang‘.

Page 6: Gen Dang

Jika data ini benar,   berarti yang sebut   “ trebang ”   maupun “bedhug” bukanlah   instrumen musik yang muncul   setelah masuknya kebudayaan Islam,   melainkan   telah ada sejak abad ke-12 M (Zoetmulder, 1983:317-395).

Jika dilihat dari ukurannya, kendang di bagi menjadi beberapa jenis yaitu :

Kendang berukuran kecil, jenis ini disebut sebagai  “ketipung”.

Kendang berukuran sedang, disebut sebagai kendang “ciblon” atau “kebar”.

Kendang berukuran besar, kendang jenis ini merupakan pasangan ketipung, yang dinamakan kendang gedhe, atau  biasa disebut sebagai “kendang kalih”. Kendang ini biasanya dimainkan pada lagu atau gendhing yang berkarakter halus seperti :  ketawang, gendhing kethuk kalih, dan ladrang irama dadi. Bisa juga dimainkan cepat pada pembukaan lagu jenis lancaran, ladrang irama tanggung.

Khusus untuk wayangan ada satu lagi kendhang yang khas yaitu kendhang kosek.

Kendang, dimainkan hanya dengan menggunakan tangan, tanpa alat bantu lainnya. Ditangan para pemain gamelan professional yang sudah cukup lama menyelami budaya jawa,  kendang adalah alat musik yang dimainkan dengan menggunakan naluri. Oleh sebab itu, selalu  ada perbedaan nuansa, bunyi,  tergantung kepada orang yang memainkannya.