If you can't read please download the document
Upload
truongkhanh
View
218
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
PERTANIAN KOTA BERBASIS SIKLUS ORGANIK PERKOTAAN
Yohanes Bayu Suharto, Ahmad Bastari, Erik Herpada Tarigan*
I. PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Salah satu masalah perkotaan yang sangat krusial adalah sampah. Saat ini warga
kota Jambi membuang sampah sampai 1.400 m3 setiap harinya.1 Menurut Emha
Training Center2 , jenis dan komposisi sampah di perkotaan terdiri dari sampah organik
sebanyak 65%, sampah kertas dan plastik masing-masing 10%, kaca dan logam masing-
masing 2% .
Sebagian besar sampah-sampah tersebut berasal dari rumah tangga dan pasar
dan dengan bertambahnya jumlah penduduk juga akan semakin memperbesar volume
sampah yang diproduksi. Oleh sebab itu perlu dilakukan pengelolaan terhadap sampah
sehingga tidak lagi mencemari lingkungan dan bahkan dapat dijadikan suatu produk
yang bermanfaat seperti pupuk organik.
Mendorong masyarakat untuk mengolah sampah organik menjadi pupuk organik
masih separuh jalan dari upaya membangun pertanian kota yang berbasis siklus organik.
Hal ini disebabkan kesadaran masyarakat kota untuk mengkonsumsi sayuran organik
masih rendah karena harga yang relatif lebih mahal. Padahal sayuran non-organik
mengandung residu pestisida dan pupuk kimia yang berbahaya bagi kesehatan manusia
dan dapat memicu kanker.
Membudidayakan sayur secara organik dapat dilakukan sendiri dengan
memanfaatkan pekarangan rumah. Mengingat lahan untuk pertanian di perkotaan sudah
semakin sempit, maka penanaman sayur dapat dilakukan secara hidroponik
Dari beberapa permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka penulis tertarik
untuk membuat karya tulis ilmiah ini dengan harapan siklus organik perkotaan akan
* Penulis adalah mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Jambi
Generated by Foxit PDF Creator Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
tersambung dengan utuh dan baik dan memberikan kontribusi pada pengurangan jumlah
sampah sekaligus meningkatkan katahanan pangan di Kota Jambi.
I.2. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan karya tulis ilmiah ini adalah untuk meningkatkan
kesadaran mayarakat Kota Jambi terhadap kebersihan lingkungan dan kesehatan
masyarakat serta meningkatkan ketahanan pangan Kota Jambi.
1.3. Metode Penulisan
Penulisan karya ilmiah ini merupakan hasil telaah pustaka yang bersumber dari
publikasi instansi pemerintah, hasil-hasil penelitian yang berkaitan dengan
kependudukan kota Jambi, sampah kota dan pengelolaannya, serta aplikasi budidaya
sayuran secara hidroponik.
Analisis dilakukan secara deskriptif dan persuasif. Analisis deskriptif dilakukan
untuk melihat potensi dari sampah kota yang selama ini terabaikan. Analisis persuasif
dilakukan dengan mengajak masyarakat untuk hidup sehat dengan memanfaatkan siklus
organik perkotaan.
II. TELAAH PUSTAKA
2.1. Sampah Kota dan Pengelolaannya
Pada tahun 2009 tercatat penduduk Kota Jambi berjumlah 532.743 jiwa dengan
luas wilayah 205,38 m2 dan kepadatan penduduk 2.594 jiwa/Km2. Tercatat sebanyak
131.648 rumah tangga yang tinggal di Kota Jambi dengan rata-rata anggota rumah
tangganya 4 orang. 3
Menurut UU No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, sampah adalah
sisa kegiatan sehari-hari manusia atau proses alam yang berbentuk padat atau semi
padat berupa zat organik atau anorganik bersifat dapat terurai atau tidak dapat terurai
yang dianggap sudah tidak berguna lagi dan dibuang ke lingkungan. 4
Jenis-jenis sampah dapat dibedakan berdasarkan sumber, sifat dan bentuknya.
Berdasarkan sumbernya, sampah dibedakan menjadi sampah alam, sampah manusia,
Generated by Foxit PDF Creator Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
sampah konsumsi, sampah nuklir, sampah industri, dan sampah pertambangan.
Berdasarkan sifatnya, sampah dibedakan menjadi sampah organik yang dapat terurai
(degradable) dan sampah anorganik yang tidak dapat terurai (undegradable) sedangkan
menurut bentuknya, sampah dibedakan menjadi sampah padat dan sampah cair. 5
Berdasarkan kemampuan diurai oleh alam (biodegradability), maka dapat dibagi
lagi menjadi Biodegradable, yaitu sampah yang dapat diuraikan secara sempurna oleh
proses biologi baik aerob ataupun anaerob dan Non-biodegradable, yaitu sampah yang
tidak bisa diuraikan oleh proses biologi.
Sedangkan sampah cair adalah bahan cairan yang telah digunakan dan tidak
diperlukan kembali dan dibuang ke tempat pembuangan sampah seperti limbah hitam
atau sampah cair dari toilet, rumah tangga atau sampah cair yang dihasilkan dari dapur,
kamar mandi, dan tempat cucian.
Menurut Sudradjat6, sampah kota secara sederhana diartikan sebagai sampah
organik maupun anorganik yang dibuang oleh masyarakat dari berbagai lokasi di kota
tersebut. Sedangkan menurut Ni Komang Ayu7, sumber-sumber timbulan sampah
adalah sampah dari pemukiman penduduk, tempat-tempat umum dan perdagangan,
sarana pelayanan masyarakat, industri, dan pertanian.
Pada Tabel 1 terlihat bahwa kertas koran, hemiselulosa, dan karbohidrat mudah
terdegradasi. Kertas bungkus, bambu, lemak, dan protein agak sulit terdegradasi,
sedangkan kayu, lignin, dan plastik hampir sama sekali tidak terdegradasi.
Tabel 1. Degradibilitas komponen sampah kota
No. Komponen Sampah Kota Degradibilitas (%)
1. Selulosa dari kertas koran 90
2. Selulosa dari kertas bungkus 50
3. Kayu/ranting berkulit 5
4. Bambu 50
5. Hemiselusosa 70
Generated by Foxit PDF Creator Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
6. Karbohidrat 70
7. Lignin 0
8. Lemak 50
9. Protein 50
10. Plastik 0
Sumber : Sudradjat, 2009
Praktek pengelolaan sampah berbeda-beda antara negara maju dan negara
berkembang, antara daerah perkotaan dengan daerah pedesaan, antara daerah
perumahan dengan daerah industri. Pengelolaan sampah yang tidak berbahaya dari
pemukiman dan institusi di area metropolitan biasanya menjadi tanggung jawab
pemerintah daerah, sedangkan untuk sampah dari area komersial dan industri biasanya
ditangani oleh perusahaan pengolah sampah.
Ada beberapa metode yang dapat dilakukan dalam pengelolaan sampah yang
baik, yaitu dengan metode pembuangan, daur ulang, metode penghindaran dan
pengurangan.5
Bioreaktor Pembangkit Pupuk Cair (BPPC) adalah mesin pengolah sampah
organik padat menjadi cairan organik tanpa sisa, hasilnya berupa cairan organik yang
mengandung 16 unsur hara baik makro maupun mikro, senyawa organik,
mikroorganisme pengurai, pestisida organik, dan hormon tumbuh. Kandungan masing-
masing bahan sangat tergantung pada macam sampah organik yang dimasukkan.
Peralatan ini higienis karena pengomposan dilakukan secara tertutup, hemat
karena kerja pompa udaranya dan sistem pemisahan koloidnya digerakkan oleh sinar
matahari, mudah penggunaannya karena tidak membutuhkan pengadukkan atau
pencincangan, masa pakai kurang lebih 10 tahun, menggunakan teknologi pencincang
biomesin dan penghancuran bioteknologi.
Cairan organiknya bersifat koloid tidak ada padatan sehingga dapat langsung
dipergunakan menggunakan alat semprot tanpa tersumbat. Dan alat ini tidak
mempergunakan listrik. Setiap mesin BPPC hanya membutuhkan tambahan 1-3 kg
sampah organik setiap hari sesudah awalnya diisi penuh, dan mesin akan menghasilkan
Generated by Foxit PDF Creator Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
1 liter cairan organik setiap harinya, pupuk cair biasanya dipanen sekali dalam 4 hari.
Bioreaktor Pembangkit Pupuk Cair (BPPC) merupakan produk inovatif yang diriset
oleh Ir. Dede Martino, MP sejak 1996.
Gambar 1. Mesin Bioreaktor Pembangkit Pupuk Cair (BPPC) dan Jus Bumi
2.2. Menanam Sayur secara Hidroponik
Hidroponik secara harafiah berarti hydro = air, dan phonic = pengerjaan.
Hidroponik adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan cara bercocok tanam
tanpa tanah tetapi menggunakan air atau bahan porous lainnya dengan pemberian unsur
hara terkendali yang berisi unsur-unsur esensial yang dibutuhkan tanaman. Istilah ini
dilontarkan pertama kali oleh W.A. Setchell dari University of California. 8
Budidaya hidroponik biasanya dilaksanakan di dalam rumah kaca (greenhouse)
untuk menjaga supaya pertumbuhan tanaman secara optimal dan benar-benar terlindung
dari pengaruh unsur luar seperti hujan, hama penyakit, iklim, dan lain-lain. Menurut
Lingga9, jenis hidroponik dapat dibedakan dari media yang digunakan untuk tempat
berdiri tegaknya tanaman. Media tersebut biasanya bebas dari unsur hara (steril),
sementara itu pasokan unsur hara yang dibutuhkan tanaman dialirkan ke dalam media
tersebut melalui pipa atau disiramkan secara manual.
Beberapa kelebihan bertanam secara hidroponik adalah produksi tanaman
persatuan luas lebih banyak, tanaman tumbuh lebih cepat, pemakaian pupuk lebih
hemat, pemakaian air lebih efisien, tenaga kerja yang diperlukan lebih sedikit,
Generated by Foxit PDF Creator Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
lingkungan kerja lebih bersih, kontrol air, hara dan pH lebih teliti, masalah hama dan
penyakit tanaman dapat dikurangi, dan dapat menanam tanaman di lokasi yang tidak
mungkin/sulit ditanami seperti di lingkung