36
Kelas lereng Sifat-sifat proses dan kondisi alamiah warna 0º-2º (0-2 %) Datar hingga hamper datar, tidak ada proses denudasi yang berarti Hijau 2º-4º (2-7 %) Agak miring, gerakan tanah kecepatan rendah, erosi lembar dan erosi alur. Rawan erosi Hijau muda 4º-8º (7-15 %) Miring, sama dengan di atas, tetapi dengan besaran yang lebih tinggi. Sangat rawan erosi tanah Kuning 8º-16º (15-30 %) Agak curam, banyak terjadi gerakan tanah, dan erosi, terutama longsoran yang bersifat mendatar Jingga 16º-35º (30-70 ) % Curam , proses denudasional intensif, erosi dan gerakan tanah sering terjadi Merah muda 35º-55º (70-140 %) Sangat curam, batuan umumnya mulai tersingkap. Proses denudasional sangat intensif, sudah mulai menghasilkan endapan rombakan (koluvial) Merah > 55º ( > 140 %) Curam sekali, batuan tersingkap, proses denudasional sangat kuat, awan jatuhan batu, tanaman jarang tumbuh (terbatas) Ungu

Geo

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Geo

Kelas lereng Sifat-sifat proses dan kondisi alamiah warna

0º-2º

(0-2 %)

Datar hingga hamper datar, tidak ada proses denudasi

yang berarti

Hijau

2º-4º

(2-7 %)

Agak miring, gerakan tanah kecepatan rendah, erosi

lembar dan erosi alur. Rawan erosi

Hijau

muda

4º-8º

(7-15 %)

Miring, sama dengan di atas, tetapi dengan besaran yang

lebih tinggi. Sangat rawan erosi tanah

Kuning

8º-16º

(15-30 %)

Agak curam, banyak terjadi gerakan tanah, dan erosi,

terutama longsoran yang bersifat mendatar

Jingga

16º-35º

(30-70 )%

Curam , proses denudasional intensif, erosi dan gerakan

tanah sering terjadi

Merah

muda

35º-55º

(70-140 %)

Sangat curam, batuan umumnya mulai tersingkap. Proses

denudasional sangat intensif, sudah mulai menghasilkan

endapan rombakan (koluvial)

Merah

> 55º

( > 140 %)

Curam sekali, batuan tersingkap, proses denudasional

sangat kuat, awan jatuhan batu, tanaman jarang tumbuh

(terbatas)

Ungu

1.6.1        Bentukan Asal Denudasi (D)

No Unit Krekteristik UmumD1 Denudational Slopes and

HillsLereng landai –curam menengah (topografi bergelombang-bergelombang kuat), peajangan lemah-menengah

D2 Denudational Slopes and Hills

Lereng curam mengeah-curam (topografi bergelombang kuat berbukit), perajangan menengah-tajam.

D3 Denudational Hills and

Mountains

Lereng berbukit curam sangat curam

sampai topografi pegunungan,

perajangan menengah tajam.

Page 2: Geo

D4 Residual Hills/Inselberges

Lereng berbukit curam-santa curam,

perajangan menengah, (Bornhardt:

membulat, curam, halus:

Monadnocks : memanjang, curam,

bentukan yang tidak teratur dengan atau

tanpa blok penutup.

Lors : timbunan batuan induk/asal

D5 Paneplains Hampir datar, topografi bergelombang-

bergelombang kuat, terajang lemah.

D6 Upverped

Paneplains/Pleteau

Hampir datar, topografi bergelombang-

bergelombang kuat, terajang lemah-

menengah.

D7 Feetslopes

Lereng relative pendek, mendekati

horizontal sampai landai. Hampir datar,

topografi bergelombang. Normal-curam

lemah.

D8 Piedmonts

Lereng landai-menengah, topografi

bergelombang-bergelombang kuat pada

kaki atau perbukitan dan zona

pegunungan yang terangkat, terajam

menengah.

D9 Scarps Lereng curam sangat curam, terajam

menengah-tajam.

D10 Scree Slopes and Fans Landai-curam, terjam lemah-menengah.

D11 Area with several Mass

Movements

Tidak teratur, lereng menengah curam,

topografi bergelombang, berbukit,

terajam menengah (slides, slumps, and

flows)

1.6.2.      Bentukan Asal Struktural Terdenudasi (S)

Page 3: Geo

Kode Unit Krekteristik Umum

S1

Topografi bergelombang bergelombang kuat dengan system pengaliran yang berhubungan kuat dengan kekar, sesar, dan pola schistose.

Lereng landai menengah, terajam menegah

S2

Topografi pegunungan dan cekungan yang bergelombang-bergelombang kuat dengan system pengaliran yangberhubungan kuat dengan singkapan batuan yang berlapis

Topografi dengan lereng landai-menengah dengan pola linear, terajam menengah

S3

Topografi bergelombang kuat-berbukit dengan system pengaliran berhubungan kuat dengan kekar, sesar, dan schistose.

Lereng menengah curam, terajam menengah tajam.

S4

Topografi pegunungan dan cekungan yang berbukit pegunungan dengan system pengaliran yang berhubungan kuat dengan singkapan batuan yang berlapis

Topografi dengan lereng curam menengah-sangat curam dengan pola linear, terajam mengengah tajam.

S5 Messa atau struktur pengintrol

Plateau

Topografi datar bergelombang,

lereng mendekati horizontal-landai

pada pletaeau dan lereng yang

hamper tegak pada zona gawir.

S6 Cuesta

Lereng landai pada back slope dan

curam pada front slope, terajam

lemah menengah.

S7 Hogbacks dan flatforms Punggungan dengan lereng

menengah curam, terajam

menengah.

S8 Struktur teras denudasi Lereng landai menengah, terajam

lemah-menengah.

S9 Punggungan sinklin dan

Antiklin zona lipatan

Punggungan dengan lereng

menengah-curam, terajam

menengah.

S10 Domes/ Residual Hills Perbukitan dengan lereng

Page 4: Geo

menengah-curam, terajam

menengah.

S11 Dike Punggungan dengan lereng

menengah-sangat curam, terajam

menengah.

S12 Fault Scarps and Fault Line

Scarp/Escarpments

Lereng mengeah sangat curam,

terajam menengah-tajam

S13 Graben Depression

Lereng landai-menengah/topografi

bergelombang-bergelombang kuat,

terajam lemah.

S14 Horst Uplands

Lereng curam menengah/topografi bergelombang-berbukit, terajam lemah-menengah

1.6.3.      Bentukan Asal Vulkanik Terdenudasi (V)

Kode Unit Karekteristik Umum

V1 Explotion Craters/Maars/Volkanik Craters

Dasar depresi cekung dengan lereng landai-agak curam, dengan dinding curam-sangat curam, terajam menengah

V2

Volkanik Cones (ash, ander and/or spatter cones)

Perbukitan dengan lereng curam-sangat curam, lereng atas gunung bapi sangat curam, lereng tengah dan bawah curam, terajam lemah-menengah.

V3 Volkanik Cones (ash, cinder and/or spatter cones)

Perbukitan dengan lereng curam-sangat curam, lereng atas gunung sangat curam, lereng tengah dan bawah curam, terajam kuat.

V4

Cones of Strato Volcanoes/Upper and Middle Volcano Slope

Perbukitan dengan lereng curam-sangat curam, terajam lemah-sampai menengah.

V5 Cones of Strato Volcanoes/Upper and Middle Volcano Slope

Perbukitan dengan lereng curam-sangat curam, terajam kuat.

V6

Volkanik Footslopes/Lower Volcano slopes

Lereng landai-curam menengah, terjam lemah-menengah (bagian teras dan non teras(

Page 5: Geo

V7 Volcanic Footslopes/Lower

Volcano Slopes

Lereng landai-menengah, terajam

kuat/tajam (bagian teras dan non

teras)

V8 Sofatar/Fumarol Fields Lereng landai-menengah, terajam

lemah.

V9 Lava Fields/Flows/Plains/Pleteau

Lereng landai-menengah,

Topografi bergelombang-

bergelombang kuat, terajam

menengah.

V10 Ash/Lapili Fields/Plains

Lereng landai-menengah,

topografi bergelombang-

bergelombang kuat, terajam

menengah.

V11 Lahar Fields/Flows/Plains

Lereng landai-menengah,

topografi bergelombang-

bergelombang kuat, terajam

lemah-menegah.

V12 Inter Volcanic Plains/Major

Flivual Volcanic Plains

Lereng landai, topografi

bergelombang, terajam lemah-

menengah. Sangat berhubungan

dengan banjir.

V13 Planezes

Lereng curam-sangat curam

(flatirons), sering terajam

menengah-kuat/tajam oleh

“revines” atau “barancos”.

V14 Volcanic Denudational Hills

(Eroded Volcanoes and Caldera

Renats)

Lereng perbukitan curam-

menengah-curam, terajam

menengah kuat/tajam.

V15 Volcanic Skeletons/Necks/Plugs

Lereng curam- menenganh- sangat

curam, perbukitan terisolir,

terajam menemgah-tajam.

Page 6: Geo

1.6.4.      Bentukan Asal Fluvial (F)

Kode Unit Karekteristik Umum

F1 River Beds

Hampir datar, topografi tidak teratur dengan garis batas permukaan air yang bervariasi mengalami erosi, dan bagian yang terakumulasi.

F2 Lakes and Abonded River Channels with Standing water

Tubuh air (Water Bodies)

F3

Flood plants and Dormant Abonded River Channels without Water

Hampir datar, topografi tak teratur lemah, banjir musiman, berhubungan erat dengan peninggian dasar oleh akumulasi fluvial

F4 Fluvial levees, Alluvial ridges and Point bar Zones

Topografi dengan lereng landai, jarang banjir, berhubungan erat dengan peninggian dasar oleh akumulasi fluvial

F5

Back swamps, Fluvial basin and

Former lake bottoms

Topografi landai hampir landai,

jarang banjir, berhubungan erat

dengan peninggian dasar oleh

akumulasi fluvial lacostrine.

(swamp : tree vegetation ; marsh :

shrub vegetation; low lying lands;

cultived swamps and marshes)

F6 Fluvial terraces

Topografi dengan lereng hampir

datar landai, terajam lemah-

menengah

F7 Active Alluvial Fans

Lereng landai curam-menengah,

biasanya banjir dan berhubungan

erat dengan peninggian dasar oleh

akumulasi fluvial.

Page 7: Geo

F8 Active Alluvial Fans

Lereng landai curam-menengah,

jarang banjir dan pada umumnya,

terajam lemah-menengah.

1.6.5.      Bentukan Asal Karst (K)

Kode Unit Karekteristik Umum

K4 Labryint or Starkarst zones

Topografi dengan lereng curam-

sangat curam, permukaan sangat

kasar dan tajam, dan depresi hasikl

pelarutan yang tak teratur.

K5 Conical Karst Zones

Topografi dengan lereng menengah-

sangat curam, bergelombang kuat

sampai berbukit, perbukitan

membundar (bentuk conic dan

pepino) dan depresi polygonal

(cockpits and glades).

K6

Tower Karst Hills or Hills

zones/Isolated Limestone

Remmants.

Perbukitan terisolir dengan lereng

sangat curam-amat sangat curam

(towers, hums, mogetes, atau

haystacks).

K7 Karst Alluvial Plains

Topografi datar-hampir datar

mengelilingi sisa batugamping

terisolasi/zona perbukitan menara

Karst atau zona perbukitan. Normal

atau terajam lemah.

K8 Karst Border/Marginal Plains. Lereng hampir datar landai, terajam

dan jarang atau sangat jarang banjir.

Sering ditemukan depresi polygonal

Page 8: Geo

K9 Major Uvalas/Glades. hasil pelarutan dengan tepi lereng

curam-menengah curam, jarang

banjir.

K10 Poljes

Bentuk depresi +

Memanjang dan luas, sering

berkembang pada sesar dan kontak

litologi, sering banjir oleh air sungai,

air hujan dan mata air Karst.

K11 Dry Valleys (major).

Lembah dengan lereng landai

curam-menengah, sering dijumpai

sisi lembah yang sangat curam-

curam, depresi hasil pelarutan

(ponors) dapat muncul.

K12 Karst Canyons/Collapsed Valleys.

Lembah berlereng landai-curam

menengah dengan sisi lembah sangat

curam-teramat curam, dasar lembah

tak teratur dan jembatan dapat

terbentuk.

1.6.6.      Bentukan Asal Aeolian (A)

Kode Unit Karekteristik Umum

A1 Saturated Dune Fields

Topografi beegelombang-

bergelombang kuat dengan variasi

gemuk pasir rendah, berkembang

pada lapisan pasir yang menerus.

Topografi bergelombang-

bergelombang kuat dengan variasi

Page 9: Geo

A2 Non Saturated Dune Fields. gumuk pasir rendah sampai berbukit

rendah, berkembang pada lapisan

pasir yang tidak menenrus.

A3

Isolated Minor Dune Compleks or

Isolated Major Dune

Relatif kecil, topografi

bergelombang-bergelombang kuat

pada daerah yang terisolasi dengan

variasi gumuk pasir rendah-berbukit

rendah, gumuk pasir terisolasi.

A4 Sand Sheets.

Topografi hampir datar-

bergelombang dengan depresi

dangkal dan hum yang berbentuk

rendah.

A5 Reg/Serir.

Topografi hampir datar-

bergelombang ditutup oleh

hamparan padang pasir.

1.6.7.      Bentukan Asal Marine (M)

Kode Unit Karekteristik Umum

M1 Marine Wave Cut Platforms

Lereng hampir datar landai, biasanya banjir pada saat pasang naik, sering menunjukkan topografi mikro yang tak teratur.

M2 Marine Clifs and Notch Zones. Lereng curam-teramat curam, topografi tidak teratur.

M3 Beaches.

Lereng hampir datar-landai, biasanya banjir pada saat pasang naik, sering dijumpai topografi tak teratur disebabkan oleh garis pantai, bar, swale, endapan pasir yabng dibawa oleh angina. Pasir, kerikil, kerakal, bongkah, dan batuan pantai.

M4

Beach, Ridges, Spits, and Tombolo Bars, Possibly slighty reworked by wind.

Topografi berlereng landai curam-menengah, kemungkinan bentuk yang memanjnag dengan deflasi

Page 10: Geo

rongga dan gumuk pasir.

M5 Swales.

Depresi memanjang hampir datar diantara punggungan pantai, sekarang sering banjir, tetapi dulu tidak.

M6 Active Costal Dunes

Topografi berlereng landai-curam yang memanjang (fore dunes), cresentric (gunmuk pasir barchan dan parabolic), bentukan seperti dome atau lembaran yang biasanya mengalami depresi, non vegetasi.

M7 Inactive or Dormant Costal Dunes

Topografi berlereng landai-curam yang memanjang (fore dune), cresendic (gumuk pasir parabolic), bentukan seperti dome atu lembaran yang biasanya mengalami depresi, banyak dijumpai vegetasi.

M8 Non-vegetated Tidal Flats/Mud Flats.

Topografi relative datar terajam oleh air pasang teluk, yang berbatasan dengan tanggul minor dan cekungan dangkal, biasanya banjir.

M9 Vegetates Tidal Flats

Topografi hampir datar, terajam

oleh air pasang teluk, yang

berbatasan dengan perkembangan

tanggul dan basin dangkal,

biasanya banjir (swampy tidal flats

: mangrove; marshy tidal flat :

grasses and ahrubs).

M10 Marine Flood Plains.

Topografi berlereng hampir datar-

landai, terajam lemah oleh fluvial

dan marine channed. Jarang banjir.

M11 Marine Terraces.

Topografi berlereng hampir datar-

landai, terjam lemah-menengah

oleh fluvial dan marine channel,

umumnya tidak tergenang oleh air

laut.

Page 11: Geo

M12 Lithothamnium Ridges/Reef

Rings/Atolia.

Topografi tidak teratur pada

kehidupan korak di sekitar zona

pantai, merupakan pelindung tetap

dari air laut.

M13 Corals Reef. Topografi dari kehidupan coral

pada zona pasang naik.

M14 Reel Flats.

Datar, topografi yang tak teratur

disusun oleh coral yang mati,

biasanya diatas daerah pasang

naik.

M15 Reef Caps/Uphton Reefs.

Datar, berteras, topografi sinklin

landai-bergelombvang, yang

tersusun oleh coral yang telah

mati, biasanya tidak banjir.

M16 Ramparts and Cays.

Hampir datar, topografi

bergelombang, serine terdapat

endapan sediment linear.

M17 Lagoons. Depresi terisi oleh air.

Defenisi Lereng

Lereng adalah beda tinggi antara dua tempat dibanding jarak horizontalnya. Sedangkan

sudut lereng adalah sudut yang dibentuk oleh garis perpotongan bidang profil (permukaan tanah)

dengan bidang horizontal yang diukur pada bidang vertikal (tegak).

Tan α = Δ t (jarak vertikal 2 tempat yg berdekatan)

L (Jarak Horizontal)

Page 12: Geo

Defenisi lain lereng adalah kenampakan permukaan alam pada suatu beda tinggi, apabila

beda tinggi dua tempat tersebut dibandingkan dengan jarak lurus mendatar akan diperoleh

besarnya sudut lereng (slope).

Sedangkan bentuk lereng tergantung pada proses erosi, gerakan tanah, dan pelapukan.

Profil Lereng

Profil Lereng adalah profil yang berkembang di atas permukaan daripada lereng alamiah

dapat dianggap sebagai refleksi faktor-faktor geomorfik yang besar;

–        Iklim

–        Struktur batuan

–        Waktu, dan

–        Proses

Faktor-faktor Pembentuk Lereng

Berikut ini adalah Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya lereng adalah

sebagai berikut :

1.                  Faktor yang bersifat aktif , antara lain :

a.       Berkurangnya daya tahan suatu lereng terhadap adanya suatu erosi.

b.      Adanya pembebanan, misalnya oleh air hujan, bangunan, sehingga bobot dari massa batuan atau

tanah menjadi lebih besar.

c.       Aktifitas manusia dan hewan.

2.                  Faktor-faktor yang bersifat pasif, antara lain :

a.       Pengaruh iklim (tropis, subtropis, sedang dan dingin).

b.      Keadaan litologi (batuan beku, batuan sedimen dan batuan metamorf).

Page 13: Geo

c.       Keadaan stratigrafi (urut-urutan lapisan batuan).

d.      Keadaan struktur geologi (daerah sesar dan lipatan).

e.       Keadaan vegetasi.

Pembuatan Peta Lereng

Pembuatan peta lereng dari peta topografi dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu :

a.      Metode Wentworth

Pada peta topografi yang menjadi dasar dalam pembuatan peta lereng dibuat grid atau jarring-

jaring yang berukuran 1 cm2, kemudian masing-masing bujursangkar dibuat garis horizontal.

Dengan mengetahui jumlah konturnya dan perbedaan tinggi kontur yang memotong garis

horizontal tersebut, maka kemiringan atau sudut lereng dapat ditentukan dengan rumus :

( n – 1 ) x IK Tan α = JH x SP

Inv Tan α% = x 100 %

450

dimana :

n = Jumlah kontur yang memotong horizontal

IK = Interval kontur (m)

JH = Jarak Horizontal

SP = Skala Peta

α = Kelerengan

b. Metode lingkaran

Page 14: Geo

Cara ini biasanya digunakan pada peta dengan skala 1 : 25.000 atau 1 : 50.000 karena akan lebih

mewakili semua klas dalam lereng. Dari harga P (diameter) semua klas lereng kemudian akan

dibuat lingkaran dan selanjutnya dihimpitkan pada peta topografi yang akan dibuat petanya.

Metode ini didasarkan pada interval kontur, jarak horizontal dan skala peta dengan menggunakan

rumus :

IK L IKBA = X 100 % , P = X

L IK Skala peta

Dimana :

BA = Batas atas kelas lereng

IK = Interval kontur

L = Jarak antar kontur yang berurutan

P = Diameter lingkaran (mm)

Pola Aliran Sungai

Sungai merupakan salah satu komponen yang kecil dari suatu sistem. Tiap sistem terdiri

dari suatu cekungan drainase yang disebut drainase basin, yaitu daerah yang mensuplai air ke

sungai. Daerah ini sering disebut juga daerah tangkapan air atau catchment area. Cekungan

drainase dari suatu sungai dipisahkan dengan lainnya oleh suatu garis khayalyang disebut garis

pemisahan air (water devide). Semua sistem drainase dibentuk oleh jaringan sungai yang saling

berhubungan dan bersama-sama membentuk suatu pola tertentu yang disebut pola pengaliran

(drainage pattern). Pola pengaliran sistem drainase mempunyai tipe atau bentuk yang sangat

bervariasi, tergantung pada jenis batuan atau struktur geologi daerah dimana sungai tersebut

berkembang.

Page 15: Geo

Daerah aliran sungai (DAS) atau pola pengaliran yaitu merupakkan daerah yang berada

disekitar sungai (kanan atau kiri ) yang masih terkena pengaruh dari aktivitas sungai tersebut.

Dimana ada dua model pola aliran sungai yaitu :

a. Pola dasar (Basic Pattern) adalah pola aliran yang khas yang dapat dibedakkan dengan

pola dasar lainya.

b. Pola ubahan (modified basic pattern) adalah pola aliran yang berbeda dari pola basic dan

merupakkan gabungan dari beberapa pola dasar membentuk pola yang berbeda.

Pola pengaliran sungai dipengaruhi beberapa factor antara lain :

      Kemiringan lereng.

      Perbedaan resistensi batuan

      Kontor struktur geologi

      Pembentukkan penggunungan

      Proses geologi kwarter

      Sejarah dan stadia geomorfologi dari suatu cekungan pengaliran

Menurut Howard ( 1966), pola aliran sungai dikelomp[okkan dalam dua pola aliran ,

yaitu Pola dasar (Basic Pattern) dan pola ubahan (Modified Pattern).

a.      Pola dasar ( Basic Pattern )

      Dendritik

-         Bentuk menyerupai cabang-cabang pohon.

-         Mencerminkan kekerasan batuan yang sama atau soil seragam.

-         Lapisan sedimen horizontal atau miring laindai.

      Paralel

Page 16: Geo

-         Bentuk menyerupai dari cabang-cabang ank sungai yang sejajar atu pararel pada bentang alam

memanjang .

-         Mencerminkan kemiringan lereng yang cukup besar.

      Trellis

-         Bentuk dari cabang-cabang sungai yang kecil yang relatif berukuran sama.

-         Terdapat pada daerah patahan atau lipatan yang pararel.

      Rektangular

-         Aliran cabang sungai tegak lurus terhadap sungai induk.

-         Aliran memotong suaut daerah secara kontinu.

-         Mencerminkan sesar atau kekar yang tegak lurus.

      Radial

-         Bentuk aliran memancar dari suatu titik.

-         Dalam konsep davas, pola ini menyebardari satu titik pusat (Sentrafugal).

      Anular

-         Cabang sungai mengalir tegak lurus sungai induk subsekuen yang melingkar.

-         Sunagi dikontrol oleh pola dasar sesar atau kekar pada bedrock.

      Multibasinal

-         Dijumpai pada daerah endapan sungai, antara lain bukit batuan dasar yang tererosi.

-         Ditandai oleh cekungan yang kurang atau terisi oleh air, yang saling terpisah.

-         Belum diketahui bentuk polanya.

      Concorted

-         Dibentuk dari cabang-cabang sungai yang saling tegak lurus, terhadap sungai induk subsekuen

yang saling melengkung.

Page 17: Geo

-         Dikontrol oleh struktur lipatan yang memanjang.

b.      Pola Ubahan (Modified Dendritik)

- Pola ubahan Dendritik

      Subdendritik

-         Ubahan dari pola aliran dendritik yang dipengaruhi oleh topografi dan struktur.

      Pinate

-         Tekstur rapat pada daerah yang sudah tererosi lanjut

-         Tidak ada kontrol struktur

-         Terdapat pada daerah landai dengan litologi bertekstur halus( lanau, lempung, tufa dll).

      Anastomatic

-         Jaring saluran saling mengikat. Terdapat pada daerah flood plain (dataran banjir) delta,rawa-

rawa dan pasang surut.

- Pola Ubahan Pararel

      Subpararel

-         Kemiringan lereng sedang atau dikontol oleh bentuk lahan subpararel

-         Dikontrol oleh lereng, litologi dan struktur.

-         Resistensi lapisan batuan relatif seragam.

      Columnar

-         Dicirikan oleh kelurusan sungai dan aliran yang selang seling antara muncul dan tidak,

memanjang diantara perbukitan relatif seragam.

-Pola Ubahan Trellis

      Directional Trellis

-         Anak sungai lebih panjang dari sungai utama.

Page 18: Geo

-         Dijumpai pada daerah dengan kemiringan landai.

      Fault Trellis

-         Kelurusan sungai-sungai besar adalah kelurusan sesar.

-         Menunjukkan kenampakkan grabben dan horst secara bergantian.

      Joint Trells

-         Dikontrol oleh struktur kekar.

-         Ditandai oleh aliran sungai yang pendek-pendek, lurus dan sejajar.

- Pola Ubahan Rektangular

      Angulate

-         Kelokan tajam dari sungai kemungkinan disebabkan oleh sesar.

-         Kelurusan sungai kemungkinan disebabkan oleh kekar.

-         Dijumpai pada litologi yang berbutir kasar dengan kedudukan horizontal.

- Pola Ubahan Radial

      Centripetal

-         Pola ini berhubungan denga arah kawah kaldera, dolina besar atau uvala

-         Beberapa pola centripental dapat bergabung menjadi multicentripetal.

- Penggabungan Dari Beberapa Pola Dasar

      Complex

-         Ada lebih dari satu pola dasar yang bergabung dalam satu daerah.

-         Kontrol struktur, topografi dan litologi sangat dominan terdapat pada daerah melange.

      Compound

-         Terdiri dari dua pola kontenpoler.

-         Kombinasi pola radial dan anular yang merupakan sifat kubah.

Page 19: Geo

A.     Tipe Genetik Sungai

a. Sungai konsekuen

Alirannya mengikuti atau searah dengan arah kemiringan perlapisan batuan .

b. Sungai Obsekuen

Aliran berlawanan arah dengan kemiringan perlapisan batuan ( berlawanan dengan sungai

konsekuen ).

c. Sungai subsekuen

Alirannya mengalir sepanjang jurus perlapisan batuan

d. Sungai Resekuen

Aliran mengalir serah dengan sungai konsekuen (searah kemiringan perlapisan batauan) dan

mencurahkan airnya kesungai subsekuen

e. Sungai Insekuen

aliran sungai tidak jelas, dimana tidak mengikuti struktur batuan dan juga tidak mengikuti

kemiringan perlapisan batuan

IV Problem Set

Problem Set I

            Menghitung persentase kelerengan

            Membuat peta kelerengan

Page 20: Geo

            Membuat peta pola pengaliran sungai

            Membuat peta tipe genetik sungai

            Membuat peta geomorfologi dan pembagian bentang alam berdasarkan klasifikasi ITC.

Problem Set II

            Dari pemetaan yang dilakukan pada suatu daerah penelitian di daerah Pasangkayu Kec.

Pasangkayu Kab. Mamuju Utara Propinsi Sulawesi Selatan diperoleh data geomorfologi sebagai

berikut :

–        St.1 Dijumpai Gulley erotion selebar 1 m dengan kedalaman 40 cm

–        St.2 Dijumpai Gulley erotion selebar 90 cm dengan kedalaman 50 cm

–        St.3 Dijumpai Landslide

–        St.4 Dijumpai Rockslide

–        St.5 Dijumpai Rockfall

–        St.6 Dijumpai Rockslide

–        St.7 Dijumpai Landslide

–        St.8 Dijumpai Landslide sejauh 1 m

–        St.9 Dijumpai Rockslide

–        St.10 Dijumpai Pointbar dengan material berupa ukuran pasir kerikil

–        St.11 Dijumpai Pointbar dengan material berupa ukuran pasir kerikil

–        St.12 Dijumpai Channelbar

–        St.13 Dijumpai Channelbar

–        St.14 Dijumpai Pantai yang tersusun dari pasir

–        St.15 Dijumpai Lagoon

–        St.16 Dijumpai Pantai yang tersusun dari material pasir

Page 21: Geo

–        St.17 Dijumpai Rawa

–        St.18 Dijumpai Pantai yang tersusun dari material pasir

–        St.19 Dijumpai Rawa yang ditumbuhi pohon bakau

–        St.20 Dijumpai Rawa yang ditumbuhi pohon bakau

V Geomorfologi Daerah Penelitian

Daerah penelitian di daerah Pasangkayu Kec. Pasangkayu Kab. Mamuju Utara Propinsi

Sulawesi Selatan memiliki tiga jenis bentang alam berupa bentang alam marine, bentang alam

denudational dan bentang alam fluviátil.

Satuan morfologi pedataran Fluvial

Satuan morfologi ini terletak pada daerah bagian Selatan Daerah Pasangkayu yang

memanjang sampai pada bagian Utara daerah Pasangkayu.menempati sekitar 20 % daerah yang

dianalisa. Satuan morfologi ini dicirikan oleh kenampakan berupa pedataran yang relatif landai

dan terdapat aliran sungai besar. Persentase lereng 0%, pada daerah ini mengalir sungai besar

dengan beberapa anak sungai.

Proses geologi yang dominan bekerja pada daerah penelitian adalah proses pelapukan dan

erosi. Selain itu proses transportasi yang diakhiri dengan pengendapan material-material sedimen

yang terendapakan di tepi sungai yaitu point bar dan material sedimen yang terendapkan pada

tengah sungai sebagai Chanel bar. Satuan morfologi ini secara keseluruhan disusun oleh material

fluvial mulai dari bongkah sampain pasir.

Selain itu pada daerah ini terdapat rawa-rawa yang merupakan sisa dari peristiwa banjir

pada daerah sekitar pemukiman penduduk pada bagian Selatan baratdaya daerah Pasangkayu.

Disekitar daerah ini terdapat pemukiman penduduk.

Page 22: Geo

Satuan morfologi denudasional.

Satuan morfologi ini menempati sekitar 50 % daerah yang dianalisa pada peta. Satuan ini terletak pada bagian sebelah Timurlaut daerah Pasangkayu, dan melebar kearah Timur. Satuan morfologi ini dicirikan dengan puncak yang berbentuk ‘U’ dengan kemiringan lereng sedang hingga terjal. Persentase kemiringan lereng satuan ini berkisar 16% - 27

Proses geomorfologi pada daerah ini adalah berupa pelapukan, gulley erosion serta

gerakan tanah berupa Rock fall, Rockslide, Landslide.

Satuan Morfologi Marine

Satuan morfologi ini terletak pada daerah bagian Utara Daerah Pasangkayu yang melebar

sampai pada bagian Utara Baratlaut hingga memanjang ke arah Selatandaya daerah Pasangkayu,

menempati sekitar 30 % daerah yang dianalisa. Satuan morfologi ini dicirikan oleh kenampakan

berupa selat dan pantai. Persentase lereng 0%, pada daerah ini terdapat muara sungai besar

membentuk delta.

Selain itu pada daerah ini terdapat tanjung, pantai dan lagoon yang merupakan hasil dari

proses asal laut.

Pola aliran dan tipe genetik sungai

Sungai yang mengalir pada daerah ini berdasarkan penunjukan pada peta terdapat satu sungai utama yang mengalir dengan arah aliran sepanjang Selatan-Utara, dengan beberapa anak sungai. Dari anak sungai tersebut terbentuk lagi beberapa anak sungai.

Sungai yang mengalir pada daerah ini memiliki pola aliran berbentuk Rektangular, Trellis

dan Radial. Sedang Tipe genetiknya berbeda-beda tergantung pada kedudukan litologi disekitar

sungai. Tipe genetik yang terdapat pada daerah ini adalah Subsekuen dengan arah alirah searah

dengan jurus perlapisan batuan, Obsekuen dengan arah aliran air sungai melawan arah

kemiringan batuan dan konsekuen arah aliran searah dengan kemiringan batuan.

VI Penutup

VI.1 Kesimpulan

Page 23: Geo

Berdasarkan hasil pembuatan peta geomorfologi dapat disimpulkan bahwa Daerah

Pasangkayu memiliki beberapa macam bentang alam menurut beberapa klasifikasi yaitu :

Berdasarkan Klasifikasi Van Zuidam dibagi menjadi :

-         Daerah Datar atau Hampir Datar

-         Daerah Bergelombang Miring

-         Daerah Berbukit Bergelombang Miring

Sedangkan berdasarkan klasifikasi ITC (berdasarkan genesanya) dibagi menjadi :

-         Bentang alam Fluviatil

-         Bentang alam Denudational

-         Bentang alam Marine .

VI.2 Saran

Saya mengharapkan agar dalam pelaksanaan praktikum, para asisten dapat lebih sabar

dalam membimbing dan memberi penjelasan kepada praktikan, sehingga kami sebagai praktikan

dapat mengerti dengan baik dan dapat kami aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

VII Daftar Pustaka

Rochmanto, Budi, 2005, Diktat Mata Kuliah Geologi Fisik, Teknik Geologi Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin.

Sap Praktikum Geomorfologi dan Geologi Foto Teknik Geologi Universitas Hasanuddin Oleh Tim Asisten

Sastroprawiro, Suroso, 1996, Penuntun Praktikum Geomorfologi, Laboratorium Geomorfologi Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran”, Yogyakarta.

http://www.uwsp.edu/geo/faculty/lemke/geomorphology/index.html

http://www.uwsp.edu/geo/faculty/lemke/geomorphology/lecture_notes.html

Page 24: Geo

 

 

LAMPIRAN

      Perhitungan kelerengan

      Perhitungan pola pengaliran sungai

      Peta tipe genetik dan pola aliran sungai

      Peta geomorfologi

      Peta kelerengan