Upload
happy-arsyad
View
52
Download
13
Embed Size (px)
Citation preview
Kelas lereng Sifat-sifat proses dan kondisi alamiah warna
0º-2º
(0-2 %)
Datar hingga hamper datar, tidak ada proses denudasi
yang berarti
Hijau
2º-4º
(2-7 %)
Agak miring, gerakan tanah kecepatan rendah, erosi
lembar dan erosi alur. Rawan erosi
Hijau
muda
4º-8º
(7-15 %)
Miring, sama dengan di atas, tetapi dengan besaran yang
lebih tinggi. Sangat rawan erosi tanah
Kuning
8º-16º
(15-30 %)
Agak curam, banyak terjadi gerakan tanah, dan erosi,
terutama longsoran yang bersifat mendatar
Jingga
16º-35º
(30-70 )%
Curam , proses denudasional intensif, erosi dan gerakan
tanah sering terjadi
Merah
muda
35º-55º
(70-140 %)
Sangat curam, batuan umumnya mulai tersingkap. Proses
denudasional sangat intensif, sudah mulai menghasilkan
endapan rombakan (koluvial)
Merah
> 55º
( > 140 %)
Curam sekali, batuan tersingkap, proses denudasional
sangat kuat, awan jatuhan batu, tanaman jarang tumbuh
(terbatas)
Ungu
1.6.1 Bentukan Asal Denudasi (D)
No Unit Krekteristik UmumD1 Denudational Slopes and
HillsLereng landai –curam menengah (topografi bergelombang-bergelombang kuat), peajangan lemah-menengah
D2 Denudational Slopes and Hills
Lereng curam mengeah-curam (topografi bergelombang kuat berbukit), perajangan menengah-tajam.
D3 Denudational Hills and
Mountains
Lereng berbukit curam sangat curam
sampai topografi pegunungan,
perajangan menengah tajam.
D4 Residual Hills/Inselberges
Lereng berbukit curam-santa curam,
perajangan menengah, (Bornhardt:
membulat, curam, halus:
Monadnocks : memanjang, curam,
bentukan yang tidak teratur dengan atau
tanpa blok penutup.
Lors : timbunan batuan induk/asal
D5 Paneplains Hampir datar, topografi bergelombang-
bergelombang kuat, terajang lemah.
D6 Upverped
Paneplains/Pleteau
Hampir datar, topografi bergelombang-
bergelombang kuat, terajang lemah-
menengah.
D7 Feetslopes
Lereng relative pendek, mendekati
horizontal sampai landai. Hampir datar,
topografi bergelombang. Normal-curam
lemah.
D8 Piedmonts
Lereng landai-menengah, topografi
bergelombang-bergelombang kuat pada
kaki atau perbukitan dan zona
pegunungan yang terangkat, terajam
menengah.
D9 Scarps Lereng curam sangat curam, terajam
menengah-tajam.
D10 Scree Slopes and Fans Landai-curam, terjam lemah-menengah.
D11 Area with several Mass
Movements
Tidak teratur, lereng menengah curam,
topografi bergelombang, berbukit,
terajam menengah (slides, slumps, and
flows)
1.6.2. Bentukan Asal Struktural Terdenudasi (S)
Kode Unit Krekteristik Umum
S1
Topografi bergelombang bergelombang kuat dengan system pengaliran yang berhubungan kuat dengan kekar, sesar, dan pola schistose.
Lereng landai menengah, terajam menegah
S2
Topografi pegunungan dan cekungan yang bergelombang-bergelombang kuat dengan system pengaliran yangberhubungan kuat dengan singkapan batuan yang berlapis
Topografi dengan lereng landai-menengah dengan pola linear, terajam menengah
S3
Topografi bergelombang kuat-berbukit dengan system pengaliran berhubungan kuat dengan kekar, sesar, dan schistose.
Lereng menengah curam, terajam menengah tajam.
S4
Topografi pegunungan dan cekungan yang berbukit pegunungan dengan system pengaliran yang berhubungan kuat dengan singkapan batuan yang berlapis
Topografi dengan lereng curam menengah-sangat curam dengan pola linear, terajam mengengah tajam.
S5 Messa atau struktur pengintrol
Plateau
Topografi datar bergelombang,
lereng mendekati horizontal-landai
pada pletaeau dan lereng yang
hamper tegak pada zona gawir.
S6 Cuesta
Lereng landai pada back slope dan
curam pada front slope, terajam
lemah menengah.
S7 Hogbacks dan flatforms Punggungan dengan lereng
menengah curam, terajam
menengah.
S8 Struktur teras denudasi Lereng landai menengah, terajam
lemah-menengah.
S9 Punggungan sinklin dan
Antiklin zona lipatan
Punggungan dengan lereng
menengah-curam, terajam
menengah.
S10 Domes/ Residual Hills Perbukitan dengan lereng
menengah-curam, terajam
menengah.
S11 Dike Punggungan dengan lereng
menengah-sangat curam, terajam
menengah.
S12 Fault Scarps and Fault Line
Scarp/Escarpments
Lereng mengeah sangat curam,
terajam menengah-tajam
S13 Graben Depression
Lereng landai-menengah/topografi
bergelombang-bergelombang kuat,
terajam lemah.
S14 Horst Uplands
Lereng curam menengah/topografi bergelombang-berbukit, terajam lemah-menengah
1.6.3. Bentukan Asal Vulkanik Terdenudasi (V)
Kode Unit Karekteristik Umum
V1 Explotion Craters/Maars/Volkanik Craters
Dasar depresi cekung dengan lereng landai-agak curam, dengan dinding curam-sangat curam, terajam menengah
V2
Volkanik Cones (ash, ander and/or spatter cones)
Perbukitan dengan lereng curam-sangat curam, lereng atas gunung bapi sangat curam, lereng tengah dan bawah curam, terajam lemah-menengah.
V3 Volkanik Cones (ash, cinder and/or spatter cones)
Perbukitan dengan lereng curam-sangat curam, lereng atas gunung sangat curam, lereng tengah dan bawah curam, terajam kuat.
V4
Cones of Strato Volcanoes/Upper and Middle Volcano Slope
Perbukitan dengan lereng curam-sangat curam, terajam lemah-sampai menengah.
V5 Cones of Strato Volcanoes/Upper and Middle Volcano Slope
Perbukitan dengan lereng curam-sangat curam, terajam kuat.
V6
Volkanik Footslopes/Lower Volcano slopes
Lereng landai-curam menengah, terjam lemah-menengah (bagian teras dan non teras(
V7 Volcanic Footslopes/Lower
Volcano Slopes
Lereng landai-menengah, terajam
kuat/tajam (bagian teras dan non
teras)
V8 Sofatar/Fumarol Fields Lereng landai-menengah, terajam
lemah.
V9 Lava Fields/Flows/Plains/Pleteau
Lereng landai-menengah,
Topografi bergelombang-
bergelombang kuat, terajam
menengah.
V10 Ash/Lapili Fields/Plains
Lereng landai-menengah,
topografi bergelombang-
bergelombang kuat, terajam
menengah.
V11 Lahar Fields/Flows/Plains
Lereng landai-menengah,
topografi bergelombang-
bergelombang kuat, terajam
lemah-menegah.
V12 Inter Volcanic Plains/Major
Flivual Volcanic Plains
Lereng landai, topografi
bergelombang, terajam lemah-
menengah. Sangat berhubungan
dengan banjir.
V13 Planezes
Lereng curam-sangat curam
(flatirons), sering terajam
menengah-kuat/tajam oleh
“revines” atau “barancos”.
V14 Volcanic Denudational Hills
(Eroded Volcanoes and Caldera
Renats)
Lereng perbukitan curam-
menengah-curam, terajam
menengah kuat/tajam.
V15 Volcanic Skeletons/Necks/Plugs
Lereng curam- menenganh- sangat
curam, perbukitan terisolir,
terajam menemgah-tajam.
1.6.4. Bentukan Asal Fluvial (F)
Kode Unit Karekteristik Umum
F1 River Beds
Hampir datar, topografi tidak teratur dengan garis batas permukaan air yang bervariasi mengalami erosi, dan bagian yang terakumulasi.
F2 Lakes and Abonded River Channels with Standing water
Tubuh air (Water Bodies)
F3
Flood plants and Dormant Abonded River Channels without Water
Hampir datar, topografi tak teratur lemah, banjir musiman, berhubungan erat dengan peninggian dasar oleh akumulasi fluvial
F4 Fluvial levees, Alluvial ridges and Point bar Zones
Topografi dengan lereng landai, jarang banjir, berhubungan erat dengan peninggian dasar oleh akumulasi fluvial
F5
Back swamps, Fluvial basin and
Former lake bottoms
Topografi landai hampir landai,
jarang banjir, berhubungan erat
dengan peninggian dasar oleh
akumulasi fluvial lacostrine.
(swamp : tree vegetation ; marsh :
shrub vegetation; low lying lands;
cultived swamps and marshes)
F6 Fluvial terraces
Topografi dengan lereng hampir
datar landai, terajam lemah-
menengah
F7 Active Alluvial Fans
Lereng landai curam-menengah,
biasanya banjir dan berhubungan
erat dengan peninggian dasar oleh
akumulasi fluvial.
F8 Active Alluvial Fans
Lereng landai curam-menengah,
jarang banjir dan pada umumnya,
terajam lemah-menengah.
1.6.5. Bentukan Asal Karst (K)
Kode Unit Karekteristik Umum
K4 Labryint or Starkarst zones
Topografi dengan lereng curam-
sangat curam, permukaan sangat
kasar dan tajam, dan depresi hasikl
pelarutan yang tak teratur.
K5 Conical Karst Zones
Topografi dengan lereng menengah-
sangat curam, bergelombang kuat
sampai berbukit, perbukitan
membundar (bentuk conic dan
pepino) dan depresi polygonal
(cockpits and glades).
K6
Tower Karst Hills or Hills
zones/Isolated Limestone
Remmants.
Perbukitan terisolir dengan lereng
sangat curam-amat sangat curam
(towers, hums, mogetes, atau
haystacks).
K7 Karst Alluvial Plains
Topografi datar-hampir datar
mengelilingi sisa batugamping
terisolasi/zona perbukitan menara
Karst atau zona perbukitan. Normal
atau terajam lemah.
K8 Karst Border/Marginal Plains. Lereng hampir datar landai, terajam
dan jarang atau sangat jarang banjir.
Sering ditemukan depresi polygonal
K9 Major Uvalas/Glades. hasil pelarutan dengan tepi lereng
curam-menengah curam, jarang
banjir.
K10 Poljes
Bentuk depresi +
Memanjang dan luas, sering
berkembang pada sesar dan kontak
litologi, sering banjir oleh air sungai,
air hujan dan mata air Karst.
K11 Dry Valleys (major).
Lembah dengan lereng landai
curam-menengah, sering dijumpai
sisi lembah yang sangat curam-
curam, depresi hasil pelarutan
(ponors) dapat muncul.
K12 Karst Canyons/Collapsed Valleys.
Lembah berlereng landai-curam
menengah dengan sisi lembah sangat
curam-teramat curam, dasar lembah
tak teratur dan jembatan dapat
terbentuk.
1.6.6. Bentukan Asal Aeolian (A)
Kode Unit Karekteristik Umum
A1 Saturated Dune Fields
Topografi beegelombang-
bergelombang kuat dengan variasi
gemuk pasir rendah, berkembang
pada lapisan pasir yang menerus.
Topografi bergelombang-
bergelombang kuat dengan variasi
A2 Non Saturated Dune Fields. gumuk pasir rendah sampai berbukit
rendah, berkembang pada lapisan
pasir yang tidak menenrus.
A3
Isolated Minor Dune Compleks or
Isolated Major Dune
Relatif kecil, topografi
bergelombang-bergelombang kuat
pada daerah yang terisolasi dengan
variasi gumuk pasir rendah-berbukit
rendah, gumuk pasir terisolasi.
A4 Sand Sheets.
Topografi hampir datar-
bergelombang dengan depresi
dangkal dan hum yang berbentuk
rendah.
A5 Reg/Serir.
Topografi hampir datar-
bergelombang ditutup oleh
hamparan padang pasir.
1.6.7. Bentukan Asal Marine (M)
Kode Unit Karekteristik Umum
M1 Marine Wave Cut Platforms
Lereng hampir datar landai, biasanya banjir pada saat pasang naik, sering menunjukkan topografi mikro yang tak teratur.
M2 Marine Clifs and Notch Zones. Lereng curam-teramat curam, topografi tidak teratur.
M3 Beaches.
Lereng hampir datar-landai, biasanya banjir pada saat pasang naik, sering dijumpai topografi tak teratur disebabkan oleh garis pantai, bar, swale, endapan pasir yabng dibawa oleh angina. Pasir, kerikil, kerakal, bongkah, dan batuan pantai.
M4
Beach, Ridges, Spits, and Tombolo Bars, Possibly slighty reworked by wind.
Topografi berlereng landai curam-menengah, kemungkinan bentuk yang memanjnag dengan deflasi
rongga dan gumuk pasir.
M5 Swales.
Depresi memanjang hampir datar diantara punggungan pantai, sekarang sering banjir, tetapi dulu tidak.
M6 Active Costal Dunes
Topografi berlereng landai-curam yang memanjang (fore dunes), cresentric (gunmuk pasir barchan dan parabolic), bentukan seperti dome atau lembaran yang biasanya mengalami depresi, non vegetasi.
M7 Inactive or Dormant Costal Dunes
Topografi berlereng landai-curam yang memanjang (fore dune), cresendic (gumuk pasir parabolic), bentukan seperti dome atu lembaran yang biasanya mengalami depresi, banyak dijumpai vegetasi.
M8 Non-vegetated Tidal Flats/Mud Flats.
Topografi relative datar terajam oleh air pasang teluk, yang berbatasan dengan tanggul minor dan cekungan dangkal, biasanya banjir.
M9 Vegetates Tidal Flats
Topografi hampir datar, terajam
oleh air pasang teluk, yang
berbatasan dengan perkembangan
tanggul dan basin dangkal,
biasanya banjir (swampy tidal flats
: mangrove; marshy tidal flat :
grasses and ahrubs).
M10 Marine Flood Plains.
Topografi berlereng hampir datar-
landai, terajam lemah oleh fluvial
dan marine channed. Jarang banjir.
M11 Marine Terraces.
Topografi berlereng hampir datar-
landai, terjam lemah-menengah
oleh fluvial dan marine channel,
umumnya tidak tergenang oleh air
laut.
M12 Lithothamnium Ridges/Reef
Rings/Atolia.
Topografi tidak teratur pada
kehidupan korak di sekitar zona
pantai, merupakan pelindung tetap
dari air laut.
M13 Corals Reef. Topografi dari kehidupan coral
pada zona pasang naik.
M14 Reel Flats.
Datar, topografi yang tak teratur
disusun oleh coral yang mati,
biasanya diatas daerah pasang
naik.
M15 Reef Caps/Uphton Reefs.
Datar, berteras, topografi sinklin
landai-bergelombvang, yang
tersusun oleh coral yang telah
mati, biasanya tidak banjir.
M16 Ramparts and Cays.
Hampir datar, topografi
bergelombang, serine terdapat
endapan sediment linear.
M17 Lagoons. Depresi terisi oleh air.
Defenisi Lereng
Lereng adalah beda tinggi antara dua tempat dibanding jarak horizontalnya. Sedangkan
sudut lereng adalah sudut yang dibentuk oleh garis perpotongan bidang profil (permukaan tanah)
dengan bidang horizontal yang diukur pada bidang vertikal (tegak).
Tan α = Δ t (jarak vertikal 2 tempat yg berdekatan)
L (Jarak Horizontal)
Defenisi lain lereng adalah kenampakan permukaan alam pada suatu beda tinggi, apabila
beda tinggi dua tempat tersebut dibandingkan dengan jarak lurus mendatar akan diperoleh
besarnya sudut lereng (slope).
Sedangkan bentuk lereng tergantung pada proses erosi, gerakan tanah, dan pelapukan.
Profil Lereng
Profil Lereng adalah profil yang berkembang di atas permukaan daripada lereng alamiah
dapat dianggap sebagai refleksi faktor-faktor geomorfik yang besar;
– Iklim
– Struktur batuan
– Waktu, dan
– Proses
Faktor-faktor Pembentuk Lereng
Berikut ini adalah Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya lereng adalah
sebagai berikut :
1. Faktor yang bersifat aktif , antara lain :
a. Berkurangnya daya tahan suatu lereng terhadap adanya suatu erosi.
b. Adanya pembebanan, misalnya oleh air hujan, bangunan, sehingga bobot dari massa batuan atau
tanah menjadi lebih besar.
c. Aktifitas manusia dan hewan.
2. Faktor-faktor yang bersifat pasif, antara lain :
a. Pengaruh iklim (tropis, subtropis, sedang dan dingin).
b. Keadaan litologi (batuan beku, batuan sedimen dan batuan metamorf).
c. Keadaan stratigrafi (urut-urutan lapisan batuan).
d. Keadaan struktur geologi (daerah sesar dan lipatan).
e. Keadaan vegetasi.
Pembuatan Peta Lereng
Pembuatan peta lereng dari peta topografi dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu :
a. Metode Wentworth
Pada peta topografi yang menjadi dasar dalam pembuatan peta lereng dibuat grid atau jarring-
jaring yang berukuran 1 cm2, kemudian masing-masing bujursangkar dibuat garis horizontal.
Dengan mengetahui jumlah konturnya dan perbedaan tinggi kontur yang memotong garis
horizontal tersebut, maka kemiringan atau sudut lereng dapat ditentukan dengan rumus :
( n – 1 ) x IK Tan α = JH x SP
Inv Tan α% = x 100 %
450
dimana :
n = Jumlah kontur yang memotong horizontal
IK = Interval kontur (m)
JH = Jarak Horizontal
SP = Skala Peta
α = Kelerengan
b. Metode lingkaran
Cara ini biasanya digunakan pada peta dengan skala 1 : 25.000 atau 1 : 50.000 karena akan lebih
mewakili semua klas dalam lereng. Dari harga P (diameter) semua klas lereng kemudian akan
dibuat lingkaran dan selanjutnya dihimpitkan pada peta topografi yang akan dibuat petanya.
Metode ini didasarkan pada interval kontur, jarak horizontal dan skala peta dengan menggunakan
rumus :
IK L IKBA = X 100 % , P = X
L IK Skala peta
Dimana :
BA = Batas atas kelas lereng
IK = Interval kontur
L = Jarak antar kontur yang berurutan
P = Diameter lingkaran (mm)
Pola Aliran Sungai
Sungai merupakan salah satu komponen yang kecil dari suatu sistem. Tiap sistem terdiri
dari suatu cekungan drainase yang disebut drainase basin, yaitu daerah yang mensuplai air ke
sungai. Daerah ini sering disebut juga daerah tangkapan air atau catchment area. Cekungan
drainase dari suatu sungai dipisahkan dengan lainnya oleh suatu garis khayalyang disebut garis
pemisahan air (water devide). Semua sistem drainase dibentuk oleh jaringan sungai yang saling
berhubungan dan bersama-sama membentuk suatu pola tertentu yang disebut pola pengaliran
(drainage pattern). Pola pengaliran sistem drainase mempunyai tipe atau bentuk yang sangat
bervariasi, tergantung pada jenis batuan atau struktur geologi daerah dimana sungai tersebut
berkembang.
Daerah aliran sungai (DAS) atau pola pengaliran yaitu merupakkan daerah yang berada
disekitar sungai (kanan atau kiri ) yang masih terkena pengaruh dari aktivitas sungai tersebut.
Dimana ada dua model pola aliran sungai yaitu :
a. Pola dasar (Basic Pattern) adalah pola aliran yang khas yang dapat dibedakkan dengan
pola dasar lainya.
b. Pola ubahan (modified basic pattern) adalah pola aliran yang berbeda dari pola basic dan
merupakkan gabungan dari beberapa pola dasar membentuk pola yang berbeda.
Pola pengaliran sungai dipengaruhi beberapa factor antara lain :
Kemiringan lereng.
Perbedaan resistensi batuan
Kontor struktur geologi
Pembentukkan penggunungan
Proses geologi kwarter
Sejarah dan stadia geomorfologi dari suatu cekungan pengaliran
Menurut Howard ( 1966), pola aliran sungai dikelomp[okkan dalam dua pola aliran ,
yaitu Pola dasar (Basic Pattern) dan pola ubahan (Modified Pattern).
a. Pola dasar ( Basic Pattern )
Dendritik
- Bentuk menyerupai cabang-cabang pohon.
- Mencerminkan kekerasan batuan yang sama atau soil seragam.
- Lapisan sedimen horizontal atau miring laindai.
Paralel
- Bentuk menyerupai dari cabang-cabang ank sungai yang sejajar atu pararel pada bentang alam
memanjang .
- Mencerminkan kemiringan lereng yang cukup besar.
Trellis
- Bentuk dari cabang-cabang sungai yang kecil yang relatif berukuran sama.
- Terdapat pada daerah patahan atau lipatan yang pararel.
Rektangular
- Aliran cabang sungai tegak lurus terhadap sungai induk.
- Aliran memotong suaut daerah secara kontinu.
- Mencerminkan sesar atau kekar yang tegak lurus.
Radial
- Bentuk aliran memancar dari suatu titik.
- Dalam konsep davas, pola ini menyebardari satu titik pusat (Sentrafugal).
Anular
- Cabang sungai mengalir tegak lurus sungai induk subsekuen yang melingkar.
- Sunagi dikontrol oleh pola dasar sesar atau kekar pada bedrock.
Multibasinal
- Dijumpai pada daerah endapan sungai, antara lain bukit batuan dasar yang tererosi.
- Ditandai oleh cekungan yang kurang atau terisi oleh air, yang saling terpisah.
- Belum diketahui bentuk polanya.
Concorted
- Dibentuk dari cabang-cabang sungai yang saling tegak lurus, terhadap sungai induk subsekuen
yang saling melengkung.
- Dikontrol oleh struktur lipatan yang memanjang.
b. Pola Ubahan (Modified Dendritik)
- Pola ubahan Dendritik
Subdendritik
- Ubahan dari pola aliran dendritik yang dipengaruhi oleh topografi dan struktur.
Pinate
- Tekstur rapat pada daerah yang sudah tererosi lanjut
- Tidak ada kontrol struktur
- Terdapat pada daerah landai dengan litologi bertekstur halus( lanau, lempung, tufa dll).
Anastomatic
- Jaring saluran saling mengikat. Terdapat pada daerah flood plain (dataran banjir) delta,rawa-
rawa dan pasang surut.
- Pola Ubahan Pararel
Subpararel
- Kemiringan lereng sedang atau dikontol oleh bentuk lahan subpararel
- Dikontrol oleh lereng, litologi dan struktur.
- Resistensi lapisan batuan relatif seragam.
Columnar
- Dicirikan oleh kelurusan sungai dan aliran yang selang seling antara muncul dan tidak,
memanjang diantara perbukitan relatif seragam.
-Pola Ubahan Trellis
Directional Trellis
- Anak sungai lebih panjang dari sungai utama.
- Dijumpai pada daerah dengan kemiringan landai.
Fault Trellis
- Kelurusan sungai-sungai besar adalah kelurusan sesar.
- Menunjukkan kenampakkan grabben dan horst secara bergantian.
Joint Trells
- Dikontrol oleh struktur kekar.
- Ditandai oleh aliran sungai yang pendek-pendek, lurus dan sejajar.
- Pola Ubahan Rektangular
Angulate
- Kelokan tajam dari sungai kemungkinan disebabkan oleh sesar.
- Kelurusan sungai kemungkinan disebabkan oleh kekar.
- Dijumpai pada litologi yang berbutir kasar dengan kedudukan horizontal.
- Pola Ubahan Radial
Centripetal
- Pola ini berhubungan denga arah kawah kaldera, dolina besar atau uvala
- Beberapa pola centripental dapat bergabung menjadi multicentripetal.
- Penggabungan Dari Beberapa Pola Dasar
Complex
- Ada lebih dari satu pola dasar yang bergabung dalam satu daerah.
- Kontrol struktur, topografi dan litologi sangat dominan terdapat pada daerah melange.
Compound
- Terdiri dari dua pola kontenpoler.
- Kombinasi pola radial dan anular yang merupakan sifat kubah.
A. Tipe Genetik Sungai
a. Sungai konsekuen
Alirannya mengikuti atau searah dengan arah kemiringan perlapisan batuan .
b. Sungai Obsekuen
Aliran berlawanan arah dengan kemiringan perlapisan batuan ( berlawanan dengan sungai
konsekuen ).
c. Sungai subsekuen
Alirannya mengalir sepanjang jurus perlapisan batuan
d. Sungai Resekuen
Aliran mengalir serah dengan sungai konsekuen (searah kemiringan perlapisan batauan) dan
mencurahkan airnya kesungai subsekuen
e. Sungai Insekuen
aliran sungai tidak jelas, dimana tidak mengikuti struktur batuan dan juga tidak mengikuti
kemiringan perlapisan batuan
IV Problem Set
Problem Set I
Menghitung persentase kelerengan
Membuat peta kelerengan
Membuat peta pola pengaliran sungai
Membuat peta tipe genetik sungai
Membuat peta geomorfologi dan pembagian bentang alam berdasarkan klasifikasi ITC.
Problem Set II
Dari pemetaan yang dilakukan pada suatu daerah penelitian di daerah Pasangkayu Kec.
Pasangkayu Kab. Mamuju Utara Propinsi Sulawesi Selatan diperoleh data geomorfologi sebagai
berikut :
– St.1 Dijumpai Gulley erotion selebar 1 m dengan kedalaman 40 cm
– St.2 Dijumpai Gulley erotion selebar 90 cm dengan kedalaman 50 cm
– St.3 Dijumpai Landslide
– St.4 Dijumpai Rockslide
– St.5 Dijumpai Rockfall
– St.6 Dijumpai Rockslide
– St.7 Dijumpai Landslide
– St.8 Dijumpai Landslide sejauh 1 m
– St.9 Dijumpai Rockslide
– St.10 Dijumpai Pointbar dengan material berupa ukuran pasir kerikil
– St.11 Dijumpai Pointbar dengan material berupa ukuran pasir kerikil
– St.12 Dijumpai Channelbar
– St.13 Dijumpai Channelbar
– St.14 Dijumpai Pantai yang tersusun dari pasir
– St.15 Dijumpai Lagoon
– St.16 Dijumpai Pantai yang tersusun dari material pasir
– St.17 Dijumpai Rawa
– St.18 Dijumpai Pantai yang tersusun dari material pasir
– St.19 Dijumpai Rawa yang ditumbuhi pohon bakau
– St.20 Dijumpai Rawa yang ditumbuhi pohon bakau
V Geomorfologi Daerah Penelitian
Daerah penelitian di daerah Pasangkayu Kec. Pasangkayu Kab. Mamuju Utara Propinsi
Sulawesi Selatan memiliki tiga jenis bentang alam berupa bentang alam marine, bentang alam
denudational dan bentang alam fluviátil.
Satuan morfologi pedataran Fluvial
Satuan morfologi ini terletak pada daerah bagian Selatan Daerah Pasangkayu yang
memanjang sampai pada bagian Utara daerah Pasangkayu.menempati sekitar 20 % daerah yang
dianalisa. Satuan morfologi ini dicirikan oleh kenampakan berupa pedataran yang relatif landai
dan terdapat aliran sungai besar. Persentase lereng 0%, pada daerah ini mengalir sungai besar
dengan beberapa anak sungai.
Proses geologi yang dominan bekerja pada daerah penelitian adalah proses pelapukan dan
erosi. Selain itu proses transportasi yang diakhiri dengan pengendapan material-material sedimen
yang terendapakan di tepi sungai yaitu point bar dan material sedimen yang terendapkan pada
tengah sungai sebagai Chanel bar. Satuan morfologi ini secara keseluruhan disusun oleh material
fluvial mulai dari bongkah sampain pasir.
Selain itu pada daerah ini terdapat rawa-rawa yang merupakan sisa dari peristiwa banjir
pada daerah sekitar pemukiman penduduk pada bagian Selatan baratdaya daerah Pasangkayu.
Disekitar daerah ini terdapat pemukiman penduduk.
Satuan morfologi denudasional.
Satuan morfologi ini menempati sekitar 50 % daerah yang dianalisa pada peta. Satuan ini terletak pada bagian sebelah Timurlaut daerah Pasangkayu, dan melebar kearah Timur. Satuan morfologi ini dicirikan dengan puncak yang berbentuk ‘U’ dengan kemiringan lereng sedang hingga terjal. Persentase kemiringan lereng satuan ini berkisar 16% - 27
Proses geomorfologi pada daerah ini adalah berupa pelapukan, gulley erosion serta
gerakan tanah berupa Rock fall, Rockslide, Landslide.
Satuan Morfologi Marine
Satuan morfologi ini terletak pada daerah bagian Utara Daerah Pasangkayu yang melebar
sampai pada bagian Utara Baratlaut hingga memanjang ke arah Selatandaya daerah Pasangkayu,
menempati sekitar 30 % daerah yang dianalisa. Satuan morfologi ini dicirikan oleh kenampakan
berupa selat dan pantai. Persentase lereng 0%, pada daerah ini terdapat muara sungai besar
membentuk delta.
Selain itu pada daerah ini terdapat tanjung, pantai dan lagoon yang merupakan hasil dari
proses asal laut.
Pola aliran dan tipe genetik sungai
Sungai yang mengalir pada daerah ini berdasarkan penunjukan pada peta terdapat satu sungai utama yang mengalir dengan arah aliran sepanjang Selatan-Utara, dengan beberapa anak sungai. Dari anak sungai tersebut terbentuk lagi beberapa anak sungai.
Sungai yang mengalir pada daerah ini memiliki pola aliran berbentuk Rektangular, Trellis
dan Radial. Sedang Tipe genetiknya berbeda-beda tergantung pada kedudukan litologi disekitar
sungai. Tipe genetik yang terdapat pada daerah ini adalah Subsekuen dengan arah alirah searah
dengan jurus perlapisan batuan, Obsekuen dengan arah aliran air sungai melawan arah
kemiringan batuan dan konsekuen arah aliran searah dengan kemiringan batuan.
VI Penutup
VI.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembuatan peta geomorfologi dapat disimpulkan bahwa Daerah
Pasangkayu memiliki beberapa macam bentang alam menurut beberapa klasifikasi yaitu :
Berdasarkan Klasifikasi Van Zuidam dibagi menjadi :
- Daerah Datar atau Hampir Datar
- Daerah Bergelombang Miring
- Daerah Berbukit Bergelombang Miring
Sedangkan berdasarkan klasifikasi ITC (berdasarkan genesanya) dibagi menjadi :
- Bentang alam Fluviatil
- Bentang alam Denudational
- Bentang alam Marine .
VI.2 Saran
Saya mengharapkan agar dalam pelaksanaan praktikum, para asisten dapat lebih sabar
dalam membimbing dan memberi penjelasan kepada praktikan, sehingga kami sebagai praktikan
dapat mengerti dengan baik dan dapat kami aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
VII Daftar Pustaka
Rochmanto, Budi, 2005, Diktat Mata Kuliah Geologi Fisik, Teknik Geologi Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin.
Sap Praktikum Geomorfologi dan Geologi Foto Teknik Geologi Universitas Hasanuddin Oleh Tim Asisten
Sastroprawiro, Suroso, 1996, Penuntun Praktikum Geomorfologi, Laboratorium Geomorfologi Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran”, Yogyakarta.
http://www.uwsp.edu/geo/faculty/lemke/geomorphology/index.html
http://www.uwsp.edu/geo/faculty/lemke/geomorphology/lecture_notes.html
LAMPIRAN
Perhitungan kelerengan
Perhitungan pola pengaliran sungai
Peta tipe genetik dan pola aliran sungai
Peta geomorfologi
Peta kelerengan