181
Dasar-Dasar Petrologi & Petrografi (Analisis Maseral) Batubara

geologi batubara

Embed Size (px)

DESCRIPTION

abcsudhsaidad

Citation preview

Dasar-Dasar Petrologi &Petrografi (Analisis Maseral)

Batubara

Petrologi batubara

• Berdasarkan konsep litotipe• Litotipe dibedakan berdasarkan kilap, warna, tekstur

dan tipe stratifikasinya.• Sistem ICCP:

– Vitrain– Fusain– Clarain– Durain– Clarodurain

Litotipe• Litotipe

– pita-pita lapisan (bands) yang bisa dikenali secara makroskopis pada seam batubara.

Bituminous Coal :

Coal Type Lithotype Macroscopically recognizable feature

Humic Coal

Vitrain bright, black, usually, brittle, frequently with fissures

Clarain semi-bright, black, very finely stratified

Durain dull, black/grey-black, hard, rough surface

Fusain (mineral charcoal)

silky lustre, black, fibrous, soft, quite friable

Sapropelic Coal

Cannel Coal dull/slight greasy lustre, black, homogenous, unstratified, very hard, conchoidal fracture, black streak

Boghead Coal like cannel coal but brownish, brown streak

Litotipe Batubara (Bituminus) - Versi ICCP• Vitrain (Bright coal): lapisan/lensa yang sangat terang, hitam,

kilap vitreous-subvitreous, umumnya memiliki pecahan-pecahan konkoidal, halus, tebal berkisar 3-10 mm

• Durain (Dull coal): abu-abu atau hitam, kilap lemak (greasy), kusam, memiliki pecahan yang tidak rata, tebal berkisar 5 mm

• Fusain (Fibrous coal): coklat-hitam atau abu-abu, kilap sutera (silky), umumnya lebih tebal dari vitrain (sampai beberapa cm)

• Clarain (Banded bright coal): batubara dengan stratifikasi, tersusun terutama oleh perselingan lapisan bright coal dan 5-40% dull coal, tebal harus beberapa cm untuk bisa dideskripsi sebagai clarain, kilap antara vitrain dan durain.

• Clarodurain (Banded dull coal): batubara dengan stratifikasi, tersusun terutama oleh perselingan lapisan dull coal dan 5-40% bright coal, tebal harus beberapa cm untuk bisa dideskripsi sebagai clarodurain, kilap antara vitrain dan durain, pecahan tidak rata.

V: vitrain, C: clarain, D: durain

Litotipe Batubara Versi Australia (Diessel)

Pembagian menurut Stopes (ICCP)

Pembagian menurut Austalia

Deskripsi

Vitrain Bright coal Kilap vitreous-subvitreous, pecahan konkoidal, <10% lapisan tipis kusam

Banded bright coal Batubara terang, beberapa lapisan tipis kusam (10-40%)

Clarain Banded coal

Banded dull coal

Lapisan terang dan kusam kurang lebih sama (40-60% lapisan kusam)Batubara kusam, beberapa lapisan tipis terang (10-40%)

Durain Dull coal Batubara kusam, kilap tanah, pecahan tidak teratur, <10% lapisan tipis terang

Fusain Fibrous coal Kilap sutera

LitotipeUntuk batubara „lunak“ (peringkat sangat rendah)

Lithotype Group(Constituent elements)

Lithoype(Structure)

Lithoype Variety(Colour: Gelification)

Matrix coal Stratified coal Brown (weakly gelified) coalBlack (gelified) coal

Unstratified coal Yellow (ungelified) coalBrown (weakly gelified) coalBlack (gelified) coal

Xylite-rich coal

Charcoal-rich coal

Mineral-rich coal

Contoh: Tanjung Enim (PTBA)

Man

gus

(A1)

Man

gus

(A2)

Sub

an (B

1) S

uban

(B2)

Seam

16.0

24.3

65.6

71.9

24.8

35.955.0

68.8

Depth under topographicsurface (m)

Lithotype

Top A1

Base A1

0

2

4

6

8

(met

er)

Top A2

Base A2

(met

er)

2

4

6

8

10

0

Top B1

Base B1

(met

er)

2

4

6

8

10

0

Top B2

Base B2

(met

er)

2

0

Carbonaceous claystone

Tuffaceous claystone

LegendBright coalBanded bright coal

Banded dull coalDull coal

Banded coal

Konsep Maseral

• individu material organik yang bisa dikenali dengan pengamatan mikroskopis

• berupa sisa-sisa tumbuhan yang terawetkan bentuk dan strukturnya atau hasil degradasinya

Grup Maseral

• Vitrinit: berasal dari material humik tumbuhan (lignin dan selulosa)

• Liptinit: berasal dari sisa tumbuhan yang kaya H (sporopollenin, resin, dll)

• Inertinit: berasal dari sisa tumbuhan yang kaya C

Kenampakan mikroskopis maseral (1)

Maceralgroup

Brown Coal HV Bituminous Coal LV Bituminous Coal

Trans. Refl. Trans. Refl. Trans. Refl.

Vitrinite Yellow-red Medium-grey

Red Medium grey

Deep red Pale grey

Liptinite Light-yellow

Dark grey-black

Yellow Dark grey Red Pale grey

Inertinite Brown-opaque

Pale grey-white

Brown-opaque

Pale grey-white

Opaque White

Trans.: transmitted light (thin section)Refl.: reflected light (polished section)

Note: under blue irradiation (fluorescence microscopy), vitrinite & inertinite: dark, liptinite: yellow

Relation of some

petrographic maturity

parameter

Maseral Grup Vitrinit

Maseral Asal

Telinit Jaringan kayu pada batang, cabang, akar dandaun.

Kolinit Gel humik yang terpresipitasi

Vitrodetrinit Fragmen dari vitrinit lainnya

Maseral Grup Huminit (Low Rank Vitrinit)

Sub grup Maseral Asal

Humotelinit

TekstinitJaringan kayu pada batang, cabang, akar dan daun (struktur dinding sel masih bisa dibedakan)

UlminitJaringan kayu pada batang, cabang, akardan daun (sudah mengalami tingkathumifikasi lanjut)

Humodetrinit

Attrinit Hasil degradasi maseral huminit lainnya(<10 micron)

Densinit Hasil degradasi maseral huminit lainnya(<10 micron), lebih kompak

HumokolinitGelinit

Gel humik yang terpresipitasi, terdapat di dalam lubang pori-pori sel atau yang lainnya

Corpohuminit Hasil kondensasi material kimiawi sepertitanin

Maseral Grup LiptinitMaseral Asal

Sporinit Polen, sporaKutinit Kutikel (lapisan lilin pada daun, batang, dll)

Resinit Resin, lilin, minyak, lemak yang ditemukan di batang kayu, daun, dll

Suberinit Suberin pada dinding selAlginit Alga (air tawar atau laut)Liptodetrinit Fragmen liptinit yang lain

Eksudatinit Maseral sekunder dari komponen lipid yang dihasilkan oleh maseral liptinit lain atau huminit

Fluorinit Maseral sekunder berasal dari liptinit lainnya terutama resinit

Bituminit Kemungkinan besar hasil degradasi alga atau maseral liptinit yang lain

Maseral Grup InertinitMaseral Asal

Fusinit Jaringan kayu yang mengalami aromatisasi pada saat awalpembatubaraan

Semifusinit Jaringan kayu yang sebagian teraromatisasi pada saat awalpembatubaraan

Makrinit Hasil oksidasi gel

Mikrinit Produk disproporsi maseral liptinit

Sklerotinit Spora jamur atau jamur mycelia

Inertodetrinit Fragmen maseral liptinit yang lain

Kenampakan mikroskopis maseral

Vitrinite - Tg: telogelinite, Ul: ulminite, Gl: gelinite, Ch: corpohuminite, Tx: textiniteInertinit - Sc: sclerotiniteMineral - Py: pirite

Kenampakan mikroskopis maseral

Vitrinite - Ch: corpohuminiteLiptinite - Su: suberinite, Cu: cutinite, Rs: resiniteInertinite - Fs: fusinite, Ma: macrinite

Kenampakan mikroskopis maseral

Vitrinite - Gl: gelinite, Ch: corpohuminiteLiptinite - Rs: resinite, Sp: sporiniteInertinite - Sc: sclerotinite, Fs: fusinite, Id: inertodetriniteMineral - Py: pirite

Aplikasi analisis maseral

• Diagenesis• Identifikasi dan korelasi• Stratigrafi• Paleogeografi• Tektonik• Eksplorasi hidrokarbon• dll

TPI vs GI (Diessel, 1986)

Gelification Index

Tissue Preservation Index

GWI vs VI (Calder et al., 1991)

Groundwater Influence Index

Vegetation Index

Amijaya & Littke (2004)

Mineral dalam batubara dibedakan menjadi 2, yaitu:

1. Mineral discrete dapat dibedakan berdasarkan butir/kristal/massa (dengan menggunakan

mikroskop).

2. Mineral inherent (inorganic matter)material inorganic yang terikat pada stuktur molekul batubara sebagai komponen metal organik, atau teradsorb oleh material organic pada saat penggambutan. Mineral ini tidak terdeteksi secara mikroskopis.

Mineral discrete; dapat dibedakan berdasarkan butir/kristal/massa (dengan menggunakan mikroskop).

Terdapat 3 tipe mineral, yaitu:a. Mineral detrital : hasil rombakan yang terbawa pada saat

banjir/badai.

Misal : lempung, kuarsa.

b. Mineral singenetik : mineral hasil presipitasi larutan atau koloid pada saat fase penggambutan.

Misal : kuarsa, mineral lempung, kalsedon, siderite, apatit, pirit

c. Mineral epigenetik : mineral hasil presipitasi larutan atau koloid setelah fase penggambutan, (mengisi rekahan atau bidang perlapisan).

Misalnya : pirit, kalsit, siderite.

Mineral-mineral dalam batubara Taylor et al, 1998

Mineral-mineral dalam batubara Taylor et al, 1998

MINERAL LEMPUNG Mineral yang paling sering dijumpai bersasosiasi dalam batubara

Biasanya sebagai inklusi

Mengalami swelling jika terkena air, terutama dari montmorillonite-illonite group.

KUARSA Oksida mineral yang paling banyak ditemukan di batubara

Terbentuk pada saat proses penggambutan

Batubara yang mengandung kuarsa yang tinggi akan lebih abrassif terhadap permukaan logam.

Dibedakan menjadi 2, yaitu :

a. Butiran kuarsa klastik, yang terbawa oleh air/air pada saat proses penggambutan. Terbawa oleh air lebih rounded dan lebih angular jika terbawa oleh angin.

b. Kristal kuarsa berukuran lebih halus, terbentuk dari presipitasi larutan setelah batubara terendapkan. Hasil dari pelapukan feldspar dan mika.

MINERAL KARBONAT Dapat terbentuk selama proses pengendapan maupun pada proses pembatubaraan (coalification)

Mineral yang umum terbentuk pada fase penggambutan (syngenetic mineral) adalah siderite dan dolomit

1. Siderit, dijumpai sebagai kumpulan kristal dengan struktur radial/konsentris.

2. Dolomit,

Penciri lapisan batubara yang dipengaruhi oleh invasi air laut

Dijumpai dalam bentuk idhiomorphic crystals maupun impregnating plant material

Membentuk coal ball yang biasanya digunakan sebagai marker layer dalam korelasi

3. Kalsit dan ankerit, diendapkan selama proses pembatubaraan di celah-celah rekahan.

MINERAL SULFIDA

Keterdapatannya dalam batubara dapat sebagai organik maupun inorganik material.

Penanda lingkungan pengendapan batubaranya di pengaruhi oleh transgresi air laut.

Pyrite dan marcasite paling umum dijumpai.

Terbentuk pada saat proses penggambutan (syngenetik mineral)

Batubara yang diendapkan di Paralic Basin lebih banyak mengandung pyrite daripada yang diendapkan di Limnic Basin.

MINERAL – MINERAL LAIN :

Mineral – mineral lain yang kadang dijumpai dalam batubara tapi dengan kelimpahan relatif sedikit :

Fosfat

Mineral Berat

Zirkon paling banyak dijumpai.

Rutile, Tourmaline, Garnet dan Biotit jarang dijumpai

Salt (Garam)

Sifat & Kualitas (Analisa) Batubara

Pengertian• Kualitas batubara: sifat kimia & fisika batubara yang

dapat mempengaruhi potensi penggunaannya.• Ditentukan oleh kandungan maseral dan mineral serta

peringkat• Diketahui dengan analisa kimia & fisika batubara• Secara sederhana batubara terdiri dari “batubara”

(material organik), air lengas (moisture) dan mineral• Lengas (moisture) terdiri dari lengas

eksternal/permukaan (surface moisture) dan lengas kimiawi/internal/senyawa (chemically bounded moisture).

3

SUBSTANSI BATUBARA

Batubara

Moisture

Mineral Matter

Organic Matter

4

• MOISTURE– Equilibrium Moisture– Total Moisture– Air dried Moisture– Transportable Moisture– Dll

Mineral Matter Ash Analysis Trace elements Ash Fusion Temperature Ash Content Ash Resistivity Dll

ORGANIC MATTER Ultimate Volatile Matter Fixed Carbon Calorific Value Maceral Dll

5

Moisture

Mineral Matter

Volatile Matter

Fixed Carbon

Proximate

Moisture

Mineral Matter

Carbon

Hydrogen

Nitrogen

Sulfur

Oxygen

Ultimate

Moisture

Mineral Matter

Vitrinite

Liptinite

Inertinite

Maceral

GRUP SUBSTANSI BATUBARA

Analisis kimia kualitas batubara

Analisis proksimatuntuk menentukan jumlah air (moisture), zat terbang (volatile matter), karbon padat (fixed carbon) dan kadar abu (ash).

Analisis ultimatuntuk menentukan kandungan unsur kimia pada batubara (karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen, sulfur, unsur tambahan dan juga unsur jarang)

ISTILAH-ISTILAH “BASIS”• As received disingkat: ar• Air dried disingkat ad atau adb• Dry disingkat db• Dry ash free disingkat daf• Dry mineral matter free disingkat dmmf

• HARUS DICANTUMKAN SETIAP KITA MENULISKAN NILAI PARAMETER KUALITAS.

Basis Perhitungan/Pelaporan

(Ward, 1984)

Basis Perhitungan/Pelaporan

(Thomas, 2002)

Sifat kimia batubara

ANALISA PROKSIMAT

• PARAMETER KUALITAS YANG DIPEROLEH:

– LENGAS (MOISTURE)– ZAT TERBANG (VOLATILE MATTER)– ABU (ASH)– KARBON PADAT (FIXED CARBON)

Tinggi Rendahnya Total Moisture akantergantung pada :

► Peringkat Batubara► Size Distribusi► Kondisi Pada saat Sampling

TOTAL MOISTURE

Kadar Lengas (Moisture)• As received

– Total moisture pada saat sampel diterima di laboratorium• Surface moisture

– Lengas ‘bukan asli’ pada batubara– Dapat dihilangkan dengan pengeringan temperatur rendah

(~40oC)• Air dried moisture

– Moisture yang tersisa setelah dikeringkan pada temperatur rendah (air dried) namun dapat dihilangkan dengan pengeringan agresif

• Total moisture– Kadar lengas total pada batubara.– Dapat dihilangkan dengan pengeringan agresif(~150oC selama 30

menit pada kondisi vakum/atmosfer nitrogen)

Kandungan Abu (Ash Content)

• Residu inorganik setelah batubara dibakar (ashing)

• Dipanaskan secara bertahap 30 menit pada maks. 500oC kemudian 30-60 menit pada maks. 815oC (DIN)

• Dipanaskan 1 jam pada 500 oC dan 2 jam pada 750oC (ASTM)

Kandungan Zat Terbang (Volatile Matter)

• Komponen batubara (kecuali air lengas) yang terlepas pada temperatur tinggi pada kondisi tanpa udara.

• Berasal dari fraksi organik dan juga sedikit dari mineral.

• Batubara ditempatkan pada wadah tertutup, dipanaskan pada 950oC selama 7 menit.

Kandungan karbon tertambat (Fixed carbon)

• Kandungan (karbon) pada material residu yang tertinggal setelah pelepasan zat terbang. FC ad = 100% - moisture – ash – volatile matterFC dmmf = 100% - volatile matter

Analisa Ultimat• Penentuan kandungan C, H,N, S, O.• C & H

– Melalui proses combustion (batubara dibakar pada pada 850 -900oC bersama oksigen) terjadi gasifikasi

– Gas dilewatkan katalis CuO yang dipanaskan untuk mengabsorpsi CO2 dan H2O, C & H dihitung berdasarkan perbedaan berat absorbent

• N– Batubara dicampur asam sulfur dan potassium sulfat untuk

mendapatkan garam amonium, kemudian didistilasi– Bisa juga dengan cara combustion untuk mendapatkan N2

Analisa Ultimat• S

– Dalam bentuk S organik, S inorganik (piritik), inorganik sulfat– Melalui proses combustion untuk mendapatkan sulfat yang

kemudian dihitung dengan cara gravimetrik atau volumetrik

• O– %O = 100 – (%C + %H + %N + %Sorg)

Sifat Bakar (Thermal/Combustion)

• Nilai kalor (calorific value/heating value/heat content)– Jumlah panas per unit massa batubara saat dibakar– Gross CV: pengukuran dengan kandungan air tetap dalam

bentuk cair– Net CV: pengukuran saat kandungan air telah menguap

• MJ/kg Net CV = Gross CV – 0.212H – 0.024M• Kcal/kg Net CV = Gross CV – 50.7H – 5.83M• Btu/lb Net CV = Gross CV – 91.2H – 10.5MH = Hydrogen %, M = Moisture %

– Diukur dengan kalorimeter

Calorific Value

►Nilai Kalori dapat dinyatakan dalam satuan yang berbeda : Calorific Value (CV)……(kcal/kg) Specific Energy (SE) ….(Mj/kg) Higher Heating Value (HHV) = Gross CV Lower Heating Value (LHV)= Net CV British Thermal Unit = Btu/lb

Konversi Nilai Kalori

Btu/Lb Kcal/kg MJ/kg

Btu/Lb 1 0.5555 0.002326

Kcal/kg 1.8 1 0.004187

MJ/kg 429.923 238.846 1

( Btu/Lb / 1.8) ( Btu/Lb / 429.923)

( Kcal/kg / 238.85)

Desired

Given

LATIHAN

Kcal / kg ---------- Btu/lb5,600 kcal/kg X 1.8 = 10,080 Btu/lbMJ / kg ---------- Kcal/kg25.6 MJ/kg X 238.85 = 6,115 kcal/kgMJ / kg ---------- Btu/lb25.6 MJ/kg X 429.923 = 11,006 Btu/lb

Konversi Nilai Kalori

►International Standard : (MJ/kg) Net CV = Gross CV – 0.212(H) - 0.008(O) - 0.0245(M)

►British Standard : (MJ/kg) Net CV = Gross CV – 0.212(H) - 0.007(O) - 0.0244(M)

►ASTM Standard : (J/g) Net CV = Gross CV – 215.5J/g X (H)

►ASTM Standard : (Btu/lb) Net CV = Gross CV – 92.67Btu/lb X (H)

Semua Nilai dinyatakan dalam basis yang sama

Sifat Bakar (Thermal/Combustion)• Kapasitas panas (Heat capacity)

– Panas yang dibutuhkan untuk menaikkan temperatur sebesar 1o

untuk 1 unit massa (cal/gr. oC)– Dapat ditulis berupa rasionya dengan kapasitas panas air pada 15oC

(Speight, 2005)

• Ash fusibility (Ash fusion temperature)– Reaksi abu terhadap panas tinggi– Abu yang dicetak dipanaskan 1000-1600oC, ditentukan berapa

temperatur untuk terjadi perubahan bentuk

Sifat Bakar (Thermal/Combustion)

IT = Initial deformation temp.ST = Softening (sphere) temp.HT = Hemisphere temp.FT = Fluid temp.

Sifat Bakar – Caking Test

• Free swelling Index– Pengukuran penambahan volume batubara saat

dipanaskan pada kondisi tanpa udara– Dipanaskan pada 800oC (1 menit)

Sifat Fisik

• Density

(Speight, 2005)

• Porosity

Sifat Fisik (Mekanik)

• Strength • Grindability (HardgroveGrindability Index)

Karakteristik Batubara Berbagai Peringkat

(Speight, 2005)

Kandungan MineralAmerika:• Rumus Parr

MM = 1.08A + 0.55S• Rumus Parr (modifikasi)

MM = 1.13A + 0.47Spyr+ClInggris:• Rumus BCURA

MM = 1.10A + 0.53S + 0.74CO2 – 0.36• Rumus KMC

MM = 1.13A + 0.5Spyr + 0.8CO2 – 2.8Ash + 2.8SSulph + 0.3ClAustralia:• Rumus SSA

MM = 1.10A

ASTM Classification

Sistem klasifikasi ini mempergunakan volatile matter , fixed carbon dan calorific value sebagaipatokan.

Untuk anthracite, fixed carbon merupakanpatokan utama, dan volatile matter sebagaipatokan kedua.

Bituminous mempergunakan volatile matter sebagai patokan.

Lignite mempergunakan calorific value sebagaipatokan.

Klasifikasi Batubara ASTM

Klasifikasi Batubara Internasional

Klasifikasi Batubara Seyler

Klasifikasi Batubara Seyler

(Thomas, 2002)

Klasifikasi British Coal

(Thomas, 2002)

Klasifikasi Batubara UNECE

(Thomas, 2002)

Klasifikasi Batubara Australia

Perbandingan Klasifikasi

Geofisika Batubara

Exploration methods

• Evaluation of existing data • Geological mapping (direct/surface & remote

sensing) • Geophysics (well logging, seismic)• Drilling• Coal sampling

TIPE LOG

Mechanical : Caliper

Electric : SP Log, Resistivity Log

Radioactive : GR Log, Density Log, Neutron Log

Acoustic Log : Sonic Log

Image Log : FMI, STAR, EMI, etc

Gamma Ray Density

(Thomas, 2002)

Resistivity Neutron

(Thomas, 2002)

Sonic

(Thomas, 2002)

(BPB)CALIPER

IdentifikasiBatubara

Tebal Batubara

(BPB)

Korelasi Stratigrafi

Korelasi Struktur

FB 05A

DH 81

FB 05A

LAMPIR

AN TER

IKAT D1

UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS TEKNIKJURUSAN TEKNIK GEOLOGI

NAMA : WIDIYANTARA MULYANIM : 02/157564/TK/27430

DIPERIKSA OLEH : DR. DONATUS HENDRA AMIJAYA, ST.,MT.

SKALA : 1: 6000SV = 10 SH

SAYATAN KORELASI I

KETERANGAN :

= LOG GAMMA RAY = LOG DENSITAS

DH 55 = TITIK BOR= SESAR TURUN

= SOIL

= BATUPASIR

= BATUBARA

= SHALLY COAL

= BATULEMPUNG

DH 81U

101

Interpretasi Log: Peringkat

(Thomas, 2002)

Interpretasi Log: Kandungan Abu

(BPB)

- Asumsi 100% kandungan abu adalah 2,5 gr/cc-Asumsi 0% kandungan abu untuk lignit adalah 1,1 gr/cc, bituminus rendah adalah 1,25 gr/cc, bituminus tinggi adalah 1,35 gr/cc-Hubungan linier antara kandungan abu dan densitas

Data Seismik

(Thomas, 2002)

EROSIONAL TRUNCATION

OUTCROP

Eksplorasi Batubara:Tahapan Eksplorasi

Tujuan Eksplorasi Batubara

Menentukan1. lokasi2. penyebaran 3. kualitasbatubara di daerah tertentu dan mengidentifikasi faktor-faktor geologi yang dapat mendukung ataupunmenghambat penambangan.

Tahapan Eksplorasi (Standar Nasional Indonesia)

Survei Tinjau (Reconnaissance) Prospeksi (Prospecting) Eksplorasi Pendahuluan (Preliminary Exploration) Eksplorasi Rinci (Detailed Exploration)

Survey Tinjau Mengidentifikasi daerah-daerah yang secara geologis

mengandung batubara yang berpotensi untuk diselidiki lebih lanjut

Mengumpulkan informasi mengenai geografi, tata guna lahan dan kesampaian daerah

Kegiatan: studi geologi regional, penafsiran penginderaan jauh, inspeksi lapangan pendahuluan (peta dasar skala min. 1:100.000)

Prospeksi Membatasi daerah sebaran batubara yang akan dieksplorasi

selanjutnya Kegiatan: pemetaan geologi (skala min 1:50.000),

pembuatan penampang stratigrafi, pembuatan paritan/sumuran uji, pemboran uji (scout drilling), percontohan dan analisis, bila perlu penyelidikan geofisika.

Eksplorasi Pendahuluan

Mengetahui kuantitas dan kualitas serta gambaran awal bentuk 3 dimensi endapan batubara

Kegiatan: pemetaan geologi (skala min 1:10.000), pemetaan topografi, pemboran, logging geofisika, pembuatan paritan/sumuran uji, percontohan & analisa, pengkajian awal geoteknik dan geohidrologi.

Eksplorasi Rinci

Mengetahui kuantitas dan kualitas serta bentuk 3 dimensi endapan batubara

Kegiatan: pemetaan geologi & topografi (skala min 1:2.000), pemboran, logging geofisika, pembuatan paritan/sumuran uji, percontohan & analisa, pengkajian geoteknik dan geohidrologi, pengkajian lingkungan & perencanaan tambang)

Tahapan Eksplorasi (Australia)

Pra-eksplorasi Pengkajian regional (Tahap I) Evaluasi komersial (Tahap II)

Perencanaan Tambang (Tahap III) Uji coba penambangan (Tahap IV)

Cara Eksplorasi Batubara

Evaluasi data yang sudah ada Pemetaan geologi (langsung & penginderaan jauh) Survey geofisika (well logging, seismik) Pemboran (drilling) Pengambilan & analisa conto (sampel) batubara

Diagram Alir Kegiatan Eksplorasi(Thomas, 2002)

Survei geologi (permukaan) Pertanyaan dasar: Bagaimana lapisan batubara yang ada (jumlah,

ketebalan, kualitas) ?? Bagaimana kondisinya (kemiringan, jarak antar

lapisan, struktur geologi dan daerah larangan penambangan) ?? Berapa kuantitas batubara ??

Prosedur kerja

Persiapan Peralatan & peta Survei geologi regional

Pekerjaan lapangan Pemetaan geologi Identifikasi singkapan - deskripsi batuan & batubara, arah, kemiringan,

ketebalan Stripping (penggalian singkapan) & trenching (pembuatan paritan) –

pengukuran, observasi, sampling, korelasi Pembuatan peta geologi/geologi batubara isopach, isochore, dll Analisa batubara (juga sesudah ada sampel dari pemboran) peta isokalori,

isoabu, isosulfur, dll

Isopach Map

Roof Structure Map

Isocal Map

Survei Pengeboran

Tujuan: Memastikan letak dan kedalaman lapisan batubara Mengetahui kondisi stratigrafi/geologi Memperoleh sampel Melaksanakan logging

Prosedur Pemboran

(Thomas, 2002)

Informasi Geologi dari Pemboran Inti(Sujitno, 1986)

Mata Bor (Sujitno, 1986)

Perbandingan Ukuran Core Tipe Q & Diamond (Thomas, 2000)

Penentuan Lokasi Titik Bor

Sesuai tahapan eksplorasi yang dilakukan (kerapatan lokasi) Sesuai kondisi geologi setempat Topografi, keterjangkauan dari jalan utama, kepemilikan lahan

Eksplorasi Batubara:Deskripsi dan Percontohan (Sampling)

Batubara

Deskripsi seam batubara• Deskripsi batubara (litotipe)• Jenis batuan roof/floor (batulempung, batupasir, dll)• Struktur geologi (jurus, kemiringan, sesar, kekar, dll)• Struktur sedimen• Cleat batubara• Mineralisasi• Tingkat Pelapukan

Batubara kaya mineral

• shaly coal (batubara serpihan/lempungan) jika mengandung 20-60% mineral

• coaly shale (serpih/batulempung batubaraan) jika didominasi oleh serpih dan hanya terdapat <40% lapisan batubara

• carbonaceous shale (serpih karbonan) jika berupa serpih dengan <40% material karbonan

Contoh: Tanjung Enim (PTBA)

Man

gus

(A1)

Man

gus

(A2)

Sub

an (B

1) S

uban

(B2)

Seam

16.0

24.3

65.6

71.9

24.8

35.955.0

68.8

Depth under topographicsurface (m)

Lithotype

Top A1

Base A1

0

2

4

6

8

(met

er)

Top A2

Base A2

(met

er)

2

4

6

8

10

0

Top B1

Base B1

(met

er)

2

4

6

8

10

0

Top B2

Base B2

(met

er)

2

0

Carbonaceous claystone

Tuffaceous claystone

LegendBright coalBanded bright coal

Banded dull coalDull coal

Banded coal

Percontohan (Sampling) Batubara

• Conto/Sampel: bagian dari tubuh material (batubara) yang representatif untuk tes/analisis yang dipakai untuk mengetahui karakteristik material asalnya

• Diambil dengan metode yang benar/sesuai dan terlindung dari kontaminasi/perubahan

• Pengambilan sesuai dengan tujuannya• In situ sampel: diambil dari singkapan, core atau

cutting• Non in situ sampel: diambil dari kontainer

transport, stockpile, dll

Penyimpanan sampel dari lapangan

• Ply sampel dapat disimpan segera dalam kantung plastik tebal untuk menghindari kehilangan kadar air dan oksidasi.

• Data no sampel dapat ditulis di kantung plastik & sebaiknya ada 1 tambahan kertas data no sampel yang dimasukkan kantung plastik kecil kemudian dimasukkan kantung sampel.

• Langsung dibawa untuk analisis

Grab Sampel• Pengambilan langsung, • Bebas, tidak ada orientasi• Dalam pemanfaatannya harus hati-hati

Specimen Sampel Pengambilan dengan orientasi tertentu yang sangat tepat Ditandai jurus dan kemiringan batuan pada batubara

sebelum diambil Untuk keperluan khusus seperti sifat optis atau struktur

geologi

Channel Sampel

Whole seam Ply by ply

Channel Sampel

Core Sampel

Cutting Sampel

• Pengambilan pada saat drilling• Relatif kurang akurat • Dalam pemanfaatannya harus hati-hati

Bulk Sampel

• Pengambilan dalam jumlah yang sangat banyak (ton) dari singkapan

• Untuk uji coba skala besar

Pillar sampel

• Untuk tambang bawah tanah• Mengambil sampel tak terganggu berupa blok

besar• Terutama untuk analisa kekuatan (selain

analisa kualitas lain) batubara

Penyimpanan sampel untuk waktu lama

• Untuk menghindari oksidasi, sampel dapat disimpan dalam nitrogen atau air.

• Sampel dimasukkan kantung kemudian kantung diisi nitrogen dan disegel.

• Sampel dapat juga disimpan dalam air dalam bentuk lump coal.

Catatan pada data sampel

• No dokumen• No peta lokasi• Lokasi pengambilan sampel• Deskripsi lokasi sampel• Keterangan mengenai pelapukan, retakan,

mineralisasi, dll• Deskripsi masing-masing ply• Ketebalan masing-masing ply• No sampel untuk tiap ply

PT.BERAU COALGeology & Development Dept.

Deskripsi Cutting untuk Open HoleA.SOIL

1. Warna : brown, redish, yellowish brown, dll2. Features : sandy, muddy, carbonaceous.

B. SANDSTONE

1. Warna: grey, dark grey, light grey, yellowish grey, dll

2. Besar butir : fine grained ( 1/8 – ¼ mm )medium grained ( ¼ - ½ mm )coarse grained ( ½ - 1.0 mm )very coarse grained ( 1.0 – 2.0 mm )granule ( 2.0 – 4.0 mm )

3. Kekerasan : hard, soft, (mohon ditanyakan pada Driller )

4. Mineral : quartz, calcite, jasper, mafic minerals5. Sifat : carbonaceous

C. MUDSTONE

1. Warna : grey, dark grey, light grey, yellowish grey, dll

2. Kekerasan : hard, soft, (mohon ditanyakan pada Driller )

Metode Sampling Site Binungan, PT. Berau Coal

Klasifikasi Sumberdaya dan Cadangan Batubara Indonesia

Geologi Batubara - Hendra Amijaya -UGM

Pengertian

• Klasifikasi sumberdaya dan cadangan batubara adalah upaya pengelompokan sumberdaya dan cadangan batubara berdasarkan keyakinan geologi dan kelayakan ekonomi

Geologi Batubara - Hendra Amijaya -UGM

• Keyakinan/ketelitian geologi ditentukan oleh:– Kerapatan titik informasi– Kualitas titik informasi– Kompleksitas geologi

• Kelayakan ekonomi a.l. Secara kualitatif ditentukan oleh:– Tebal minimal batubara yang bisa

ditambang– Tebal maksimal lapisan pengotor yang

tidak bisa dipisahkan

Geologi Batubara - Hendra Amijaya -UGM

Sumberdaya (Resources) & Cadangan (Reserves) Batubara

• Sumberdaya batubara: endapan batubara yang diharapkan dapat dimanfaatkan.

• Sumberdaya dapat meningkat menjadi cadangan apabila memenuhi kriteria layak ekonomi.

• Cadangan batubara: bagian dari sumberdaya batubara yang telah diketahui dimensi, sebaran kuantitas dan kualitasnya yang pada saat kajian kelayakan dinyatakan ekonomis untuk ditambang.

Geologi Batubara - Hendra Amijaya -UGM

Pengaruh kondisi geologi (tektonik & sedimentasi)

• Kelompok geologi sederhana:– Tidak dipengaruhi sesar, lipatan, intrusi– Lapisan landai, s.d. ribuan meter, hampir tidak ada

percabangan, ketebalan dan kualitas tidak ada variasi yang berarti

Geologi Batubara - Hendra Amijaya -UGM

• Kelompok geologi moderat:– Ada pengaruhi deformasi tektonik: sesar, lipatan

tidak banyak, bisa dipengaruhi oleh intrusi– Lapisan miring, s.d. ratusan meter, ada

percabangan, ketebalan dan kualitas ada variasi• Kelompok geologi kompleks:

– Pengaruhi deformasi tektonik cukup intensif: sesar, lipatan banyak, bisa dipengaruhi oleh intrusi, sukar dikorelasikan

– Lapisan miring, hanya s.d. puluhan meter, ada percabangan, ketebalan dan kualitas bervariasi

Geologi Batubara - Hendra Amijaya -UGM

Jarak Titik Informasi/Pengamatan

Kondisi Geologi

Sumberdaya

Terukur(Measured)

Tertunjuk(Indicated)

Terreka(Inferred)

Hipotetik(Hypothetical)

Sederhana x ≤ 300 m 300 < x ≤ 500 m

500 < x ≤ 1000 m

Tak terbatas

Moderat x ≤ 200 m 200 < x ≤ 300 m

300 < x ≤ 800 m

Tak terbatas

Kompleks x ≤ 100 m 100 < x ≤ 200 m

200 < x ≤ 400 m

Tak terbatas

Geologi Batubara - Hendra Amijaya -UGM

Syarat kualitatif berkenaan dengan aspek ekonomi

Parameter Peringkat batubara

Brown Coal Hard Coal

Ketebalan minimal lapisan batubara yang dapat ditambang (m)

≥ 1,0 ≥ 0,4

Tebal lapisan pengotor yang tidak bisa dipisahkan pada saat ditambang (m)

≤ 0,3 ≤ 0,3

Geologi Batubara - Hendra Amijaya -UGM

Klasifikasi Sumberdaya & Cadangan Batubara vs Tahap Eksplorasi

Tahap Eksplorasi

Kajian

Eksplorasi Rinci

Eksplorasi Pendahuluan

Prospeksi Survei Tinjau

Kelayakan(Feasibility Study)

Cadangan Terbukti(Proved Coal Reserve)

Pra Kelayakan(Pre Feasibility Study)

Cadangan Terkira(Probable Coal Reserve)

Geologi Sumberdaya Terukur(Measured Coal Resource)

Sumberdaya Tertunjuk(Indicated Coal Resource)

Sumberdaya Terreka(Inferred Coal Resource)

Sumberdaya Hipotetik(Hypothetical Coal Resource)

Geologi Batubara - Hendra Amijaya -UGM

Geologi Batubara - Hendra Amijaya -UGM

Amerika (USGS)

Geologi Batubara - Hendra Amijaya -UGM

Inggris

Untuk sistem Inggris, lebih berbasis pada tambang bawah permukaan, tidak ada istilah resource, tetapi langsung reserve.Kelas 1: data cukup baik, hazard dapat diperkirakan baik (= recoverable reserves)Kelas 2: hazard agak sulit diperkirakan (= mineable in situ reserves)Kelas 3: informasi kurang untuk memperkirakan hazard (= measured reserves)

Untuk tambang terbuka:Proved reserves: titik pengamatan ≤ 50 mUnproved reserves: titik pengamatan ≥ 50 m

Geologi Batubara - Hendra Amijaya -UGM

Australia

Jarak titik pengamatan:Terreka : jauh (≤ 4 km), Tertunjuk: ≤ 2 km, Terukur: ≤ 1 kmTerreka Kelas 1: data cukup untuk membuat perkiraan secara umumTerreka Kelas 2: data terbatas

Geologi Batubara - Hendra Amijaya -UGM

Metode Perhitungan Sumberdaya/Cadangan Batubara

(SNI, 1998)

Kajian Kelayakan (Feasibility Study) - 1Kajian rinci terhadap semua aspek yang bersifat tek-nis dan ekonomis dari suatu rencana proyek penam-bangan, yaitu aspek: 1. ekonomi, 2. penambangan, 3. pengolahan, 4. pemasaran, 5. kebijakan pemerintah, 6. peraturan/perundang- undangan, 7. lingkungan, 8. sosial.

Hasilnya dapat digunakan sebagai dasar menentukankeputusan investasi dan dokumen bernilaikomersial (bankable document).

Kajian Kelayakan (Feasibility Study) - 2

Proyeksi anggaran biaya harus akurat dan berdasarserta tidak perlu penyelidikan lanjutan untukmembuat keputusan investasi.

Informasi kajian ini meliputi:1. angka cadangan berdasarkan hasil eksplorasi rinci, 2. pengujian model teknis,3. perhitungan biaya operasional.

KEGUNAAN ESTIMASI SUMBERDAYA DAN CADANGAN

Rencana penambangan dan keputusan investasi/pengembangan.

Penilaian terhadap hak milik/asset dan nilai perusahaan.

Akuisisi dan pelepasan/penjualan hak milik/asset.Pengadaan pendanaan baik berupa ekuiti/pinjaman.Finansial misal depresiasi, ganti rugi dll

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ESTIMASI SUMBERDAYA DAN CADANGAN

1. Keandalan interpretasi geologi2. Jumlah, distribusi, dan kualitas sumberdaya3. Asumsi yang dipakai untuk metode

penambangan4. Asusmsi yang terkait dengan harga komoditi dan

nilai tukar5. Pengalaman dan penilaian competent person

General relationship between Exploration Results, Mineral Resources and Ore Reserves(JORC Code, 2004)

Mengacu kepada klasifikasi:1. The Australian Guideline for Estimating and

Reporting of Inventory Coal, Coal Resources, and Coal Reserves

2. Australasian Code for Reporting of Exploration Results, Mineral Resources and Ore Reserves

Prepared by:1. The Coal Fields Geology Council of The New South Wales

and The Queensland Mining Council (2003)2. The Joint Ore Reserves Committee of The Australasian

Institute of Mining and Metallurgy, Australian Institute of Geoscientists and Minerals Council of Australia (JORC), December 2004

KARAKTERISTIK LAPORAN JORC

Transparasi: laporan publik harus menyajikan infor-masi cukup dan lengkap, jelas mudah dimengerti dan tidak menyesatkan pembacanya.

Materiality (isi/material laporan): laporan publik ha-rus memuat dengan jelas semua informasi yang relevan, dan masuk akal bagi investor/konsultan investasi, se-hingga investor yang berkepentingan dapat melakukan pertimbangan secara seimbang dan layak terhadap hasil laporan eksplorasi deposit batubara/mineral/bijih tambang yang terkait

Kompetensi : laporan publik harus dibuat oleh seseo-rang dengan kualifikasi dan pengalaman yang layak dan dapat dipertanggung jawabkan, serta mematuhi kode etik profesionalisme.

(SNI, 1998)

Sumberdaya batubara

Sumberdaya batubara hipotetik (hypotheticalcoal resource):Jumlah batubara di daerah penyelidikan atau bagiandari daerah penyelidikan yang dihitung berdasarkandata yang memenuhi syarat-syarat yang ditetapkanuntuk tahap penyelidikan survei tinjau.

Sumberdaya batubara tereka (inferred coal resource):Jumlah batubara di daerah penyelidikan atau bagian dari daerah penyelidikan yang dihitung berdasarkan data tahap penyelidikan prospeksi.

Sumberdaya batubara

Sumberdaya batubara tertunjuk (indicated coal resource):Jumlah batubara di daerah penyelidikan atau bagiandari daerah penyelidikan yang dihitung berdasarkandata tahap eksplorasi pendahuluan.

Sumberdaya batubara terukur (measured coal resourced): Jumlah batubara di daerah penyelidikan atau bagiandari daerah penyelidikan yang dihitung berdasarkandata yang memenuhi syarat-syarat yang ditetapkanuntuk tahap eksplorasi rinci.

Cadangan batubara

Cadangan batubara terkira (probable coalreserve):Sumberdaya batubara tertunjuk dan sebagian sumber -daya batubara terukur, tetapi berdasarkan kajiankelayakan semua faktor yang terkait telah terpenuhisehingga hasil kajiannya dinyatakan layak.

Cadangan batubara terbukti (proved coal reserve ):Sumberdaya batubara terukur yang berdasarkan kajiankelayakan semua faktor yang terkait telah terpenuhi,sehingga hasil kajiannya dinyatakan layak.

Dasar Klasifikasi:Aspek Geologi Tingkat keyakinan geologi tersebut secara kuantitatif dicerminkan oleh

• Jarak antar titik informasi,• Konsep dalam pengkorelasian batubara,• Tingkat ketelitian (detil) dalam mengidentifikasikan struktur geologi.

Aspek Ekonomi• ketebalan lapisan batubara & overburden, • rank dan kualitas batubara, • biaya (cost) penambangan, • perkiraan harga jual batubara, • serta perkiraan (target) keuntungan

Suatu penentuan ketebalan batubara belum dapat dikatakan komplit(valid) jika :

• Pengukuran tebal dilakukan pada singkapan dimana batuandisekitarnya memperlihatkan gejala slumping,

• Pengukuran tebal dilakukan pada suatu singkapan batubara yanglapuk (tidak segar),

• Pengukuran tebal dilakukan pada titik bor yang tidak menembusdengan baik roof & floor lapisan batubara,

• Pengukuran tebal dilakukan pada daerah yang diketahui mengalamierosi bidang pada roof/floor lapisan batubara,

• Pengukuran tebal dilakukan dengan cara membuat channel padasuatu lapisan batubara, namun diketahui lapisan tersebut telahmengalami perubahan letak (perpindahan) atau pada bongkah.

Data-data awal yang diperlukan pada saat melakukan model sumberdaya, yaitu :• Peta topografi : untuk mengetahui (melihat) variasi topografi

(terutama daerah tinggian – lembah).• Peta geologi lokal : untuk mengetahui variasi litologi, pola sebaran

& kemenerusan lapisan batubara, serta pola struktur geologi. • Peta iso-ketebalan : untuk mengetahui variasi ketebalan dari

batubara, sehingga jika disyaratkan ketebalan minimum yang akandihitung, maka peta ini dapat digunakan sebagai faktor pembatas.

• Peta elevasi top (atap ≈ roof) batubara ; untuk mengetahui polakemenerusan lapisan batubara.

CADANGAN DAPAT DIJUAL (SALEABLE RESERVES), YANG MENYATAKANNILAI EKONOMIS SEBENARNYA DARI ENDAPAN BATUBARA (SNI, 1999)

Investasi Biaya eksplorasi, bangunan, pembuatan jalan, peralatan tambang utama, peralatan penunjang, peralatan stockpile, kendaraan.

Upah tenaga kerja

Biaya produksi batubara

Penambangan batubara, pengupasan tanah penutup, pengangkutan batubara, pengolahan, lingkungan, gantirugi lahan, royalti.

Harga jual batubaraAnalisis aliran kas : IRR, NPV, dan PBP

Beberapa parameter ekonomi yang diperlukan untuk penentuan stripping ratio yang masih ekonomis (Welmer, 1986)

METODE SAYATAN/CROSS SECTION

A B C D E F G H I J K L M N

O

P

Q

R

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

1819 20 21 22

AW 1

AW 2

AW 3

AW 4

AW 5AW 6

AW 7AW 8

AW 9AW 10

AW 11

AW 12

AW 13

AW 14

AW 15

AW 16 AK 1

AK 2

AK 3

AK 5

AK 6

AK 12

AK 15

AK 16

AK 17

AK 19

AK 20

AK 21

AK 22

AK 23

AK 24

AK 25

AK 28

AK 29

AK 30

AK 31

AK 32

AK 33

AK 34

AK 35

AK 36

AK 37 AK 38AK 39

AK 40AK 41

AK 42

AK 44

AK 45

AK 46

AK 47

AK 48

AK 49

AK 50

AK 51

AK 52

BA 1

BA 2 BA 3

BA 4

BA 5

BA 6

BA 7

BA 8

BA 9BA 10

BA 11

BA 13

BA 14 BA 18

BA 19

BA 20

BA 21

BA 22

BA 23

BA 24

BA 25

BA 26

BA 27

BA 28

BA 29

BA 33AH 01

AH 02

AH 03

AH 04

AH 05AH 06

AH 07

AH 08

AH 09

AH 10

AH 11

AH 12

AH 13

AH 14

AH 15

AH 16

AH 18

AH 19

AH 20

AH 21

AH 22

AH 23

AH 24

AH 25

AH 26

AH 27

AH 28 AH 29

AH 30

AH 31

AH 32

AH 33

AH 36

AH 38

AH 39

AH 40

AH 41

AH 42

AH 43

AH 44

AH 45

AH 46

AH 47AH 48

AH 51

AH 52

AH 53

AH 54

AH 55

AH 56

233600 233700 233800 233900 234000 234100 234200 234300 234400 234500 234600 234700 234800 234900 235000

9904

600

9904

700

9904

800

9904

900

9905

000

9905

100

9905

200

9905

300

9905

400

9905

500

9905

600

9905

700

9905

800

9905

900

9906

000

9906

100

9906

200

9906

300

9906

400

0.4

1.8

0.7

0.2 0.6

0.150.7

0.1

0.3

0.1

0.150.5

0.7

0.35

0.1

0.1

1.2

1.2

1.2

0.9 1.31.2

1.20.3

0.35

0.3

1.2

0.65

0.7

0.65 1.35

0.7

1.1

0.35

0.4

0.7

0.8

1.25

0.65

1.1

1.1

0.7 0.21.15

1.151.35

1.15

1.2

0.4

1.1

1.3

0.4

1

0.12

1.1

1.17

0.40.6

1.3

0.5

1.4 1.27

1.3

1.25

0.3

0.3

0.4

0.6

0.7

0.1

0.1

1.4

1.25

1.2

1.25

1.42

1.25

1.08

0.88

0.95

0.95

1.12

1.15

1.25

1.05

0.9

0.8

1.2 0.8

1.2

1.3

0.65

1.4

0.15

0.1

0.35

1.25

1.15

1.15

1.150.3

0.25

0.25

0.2

1

0.4

AH 02AH 8

AH 03AH 01

AH 07 AK 17

20

40

60

80

-40

-20

0

AH 06

H I J K L M N O P

20

40

60

80

-40

-20

0

AH 14

AW 16

AK 1BA 13

H I J K L ME F G

20

40

60

80

-40

-20

0

BA 13BA 14

AH 14

AW 1

AW 14AW 13 AK 2

H I J K L ME F G

20

40

60

80

-40

-20

0

BA 13AW 2

AW 1

BA 18 AW 12 AH 12BA 19

H I J K L ME F GD

20

40

60

80

-40

-20

0

BA 19AW 4

AW 7AW 9 AW 10

H I J K L ME F G

20

40

60

80

-40

-20

0

AH 07AW 5

AW 8AH 8 AH 10

H I J K L MG

2

3

4

5

6

7

METODE SAYATAN/CROSS SECTION

Cross Section

V = ½ L (a1 + a2)

V = Volume (m3)

L = Jarak antara 2 penampang (m)a1,a2 = Luas penampang 1 & 2 (m2)

Tonase Batubara Volume x Densitas

METODE PLAN

- Mengkalikan luas permukaan dengan tebal untuk memperoleh volume batubara

- Luas permukaan dihitung dari luas daerah pengaruh (area of influence) suatu titik data (lubang bor/singkapan)

- Umumnya digunakan untuk tubuh batubara berbentuk tabular dengan dip <20º

- Metode yang termasuk dalam jenis ini:- Metode Blok Reguler- Metode Poligon- Metode Triangular- Metode Kontur

Daerah Pengaruh (Area of Influence)

Cara Perhitungan Metode Blok Reguler/ Poligon/Triangular

Volume =luas daerah pengaruh (m2) x tebal batubara (m)

Tonase Batubara Volume x Densitas

METODE KONTUR (ISOPACH)

2141 SPR/ 2260 C2106 R 2105 R

2142 SPR

2143 SPR/ 2244 C/ 2245 C

2035 R

2256 R

2257 R

2258 R 2259 R

2237 R

2238 R

2239 R

2240 R

2241 R

2242 R

2243 R

2252 R/ 2261 C

2253 R2254 R

2255 R

2102 R

2103 R

2034 R

2029 R

2030 C2019 R/ 2023 C

2020 R/ 2098 C 2028 R/ 2100 C

2101 R2022 R

2249 R

2032 R 2031 R2018 R

2144 R

2145 R

2246 R2247 R

2248 R/ 2250 C/ 2251 C

2021 R/ 2099 C

2147 R

2146 R

2104 R

2033 R

METODE KONTUR (ISOPACH)

Cara Perhitungan Metode Kontur

V = x LS1 + S2 + S2 + S3 + ... + Sn + Sn+12 2 2

kontur tertinggi T = St/3 x L x D

V = Volume batubaraS1 = Luas kontur 1 (m2)S2 = Luas kontur 2 (m2)S3 = Luas kontur 3 (m2)

Sn = Luas kontur n (m2)L = Nilai interval kontur (m)Tonase = V x DD = Densitas batubara (ton/m3)

St = luas kontur tertinggi (m2)

Metode Sirkuler USGS

Metode Sirkuler USGS