29
Geologi kelautan mencakup penelitian geofisika , geokimia , sedimentologi , dan paleontologi di dasar samudera dan daerah pesisir. Geologi kelautan berkaitan erat dengan oseanografi fisik dan tektonik lempeng . Penelitian geologi kelautan menjadi sangat penting untuk memberikan bukti mengenai pemekaran lantai samudera dan tektonik lempeng pada tahun-tahun setelah Perang Dunia ke-2. Dasar samudera secara esensial merupakan daerah terakhir yang belum dieksplorasi dan dipetakan secara detail dengan dukungan tujuan militer (kapal selam) dan tujuan ekonomi (penambangan logam dan minyak bumi ) sebagai alasan penelitian. Cincin Api di sekitar Samudera Pasifik yang kehadirannya mengintensifkan aktivitas vulkanisme dan seismik memberikan ancaman utama untuk bencana gempa bumi , tsunami , dan letusan gunung api. Semua sistemperingatan dini untuk peristiwa bencana ini membutuhkan pemahaman yang lebih detail mengenai geologi kelautan di lingkungan pesisir dan busur kepulauan

Geologi kelautantugas

Embed Size (px)

DESCRIPTION

berli

Citation preview

Page 1: Geologi kelautantugas

Geologi kelautan mencakup penelitian geofisika, geokimia, sedimentologi, dan paleontologi di dasar samudera dan daerah pesisir. Geologi kelautan berkaitan erat dengan oseanografi fisik dan tektonik lempeng.

Penelitian geologi kelautan menjadi sangat penting untuk memberikan bukti mengenai pemekaran lantai samudera dan tektonik lempeng pada tahun-tahun setelah Perang Dunia ke-2. Dasar samudera secara esensial merupakan daerah terakhir yang belum dieksplorasi dan dipetakan secara detail dengan dukungan tujuan militer (kapal selam) dan tujuan ekonomi (penambangan logam dan minyak bumi) sebagai alasan penelitian.

Cincin Api di sekitar Samudera Pasifik yang kehadirannya mengintensifkan aktivitas vulkanisme dan seismik memberikan ancaman utama untuk bencana gempa bumi, tsunami, dan letusan gunung api. Semua sistemperingatan dini untuk peristiwa bencana ini membutuhkan pemahaman yang lebih detail mengenai geologi kelautan di lingkungan pesisir dan busur kepulauan

Sebuah palung terbentuk dibatas pertemuan dua lempeng tektonik.

Referensi[sunting]

Erickson, John, 1996, Marine Geology: Undersea Landforms and Life Forms, Facts on File ISBN 0-8160-3354-4

Seibold, E. and W.H. Berger, 1994, The Sea Floor: An Introduction to Marine Geology, Springer-Verlag ISBN 0-387-56884-0

Page 2: Geologi kelautantugas

Peneliti Temukan Pelumas Lempeng Tektonik

Peta lempeng tektonik bumi. wikimedia.org

Berita Terkait Benarkah Ekowisata Merugikan Satwa Liar? Mengapa Mikroba Bunuh Diri? Gadis 9 Tahun Temukan Fosil Dinosaurus Langka Cumi Raksasa dari Spesies Tunggal   Siklus Kehidupan Kupu-kupu dengan Sinar X  

Grafis Terkait

Partikel Tuhan Ditemukan

Topik #Ilmu Pengetahuan dan Teknologi | Iptek

Besar Kecil Normal

TEMPO.CO, San Diego - Peneliti geologi kelautan dari University of California

menemukan pelumas yang melicinkan pergerakan lempeng bumi. Fenomena

ledakan gunung api dan gempa bumi dibantu material ini.

Pelumas tersebut adalah batuan leleh yang terletak di lapisan mantel. Material cair

ini menjadi landasan lempeng tektoniksehingga mempermudah pergeseran

mendatar.

"Letaknya di pertemuan lempeng membuat material ini penting dalam memahami

aktivitas geologi," ujar Kerry Key, peneliti dari Scripps Institution of Oceanography,

University of California.

Bencana gunung api atau gempa bumi seperti yang sering melanda Indonesia dipicu

oleh pergerakan lempeng.

Penemuan terjadi ketika tim ahli mengikuti ekspedisi kelautan melintasi Palung

Amerika Tengah di lepas pantai Nikaragua pada 2010. Mereka memetakan dasar

laut dan lapisan-lapisan di bawahnya menggunakan teknik baru yang ditemukan

peneliti Scripps.

Alat terdiri dari penangkap gelombang elektromagnetik yang digelar di dasar laut.

Sensor pada alat ini sangat peka mendeteksi getaran alami yang dihasilkan gerakan

Page 3: Geologi kelautantugas

kerak dan mantel bumi. Data yang mereka kumpulkan dikirim kembali ke kapal riset

Melville.

Sekali menangkap gelombang, peneliti melihat "tembus pandang" hingga kedalaman

25 kilometer di bawah dasar laut. Pada kedalaman ini, peneliti menyaksikan lapisan

batuan leleh yang tebal yang menopang lempeng Cocos, tempat berdirinya daratan

Amerika Tengah. "Lokasinya batuan leleh ini sangat mengejutkan," ujar dia.

Sebelum penemuan ini, peneliti berdebat panjang soal penyebab pergerakan

lempeng di atas mantel bumi. Salah satu teori yang diajukan menyebutkan rembesan

air ke dalam mineral bisa mengubah mantel menjadi liat. Lapisan inilah yang

melicinkan pergerakan lempeng. Bertahun-tahun, peneliti tak kunjung menemukan

bukti yang meneguhkan atau meruntuhkan teori ini.

Menurut Key, peneliti tidak menemukan keberadaan air yang melunakkan mantel.

Pelumas lempeng, kata dia, dihasilkan pelelehan mantel sehingga bersifat liat

sehingga cukup licin sebagai penyebab pergeseran mendatar.

http://www.tempo.co/read/news/2013/03/21/095468505/Peneliti-Temukan-Pelumas-Lempeng-Tektonik

Geologi Kelautan

Page 4: Geologi kelautantugas

Seperti kita ketahui bahwa Indonesia adalah negara kepulauan, yang sebagian besar wilayahnya adalah

berupa lautan. Sejumlah 17.508 pulau, baik pulau besar dan kecil terdapat di Indonesia, dengan panjang

garis pantai 81.000 km, yang merupakan terpanjang ke 2 di dunia, dan luas wilayah 21 juta km2,

Indonesia merupakan negara yang luas dan kaya. Luas dalam arti sangat besar wilayahnya dan

keanekaragaman wilayahnya mulai dari daratan, kepulauan, sampai lautannya. Serta kaya dalam artian

sangat berpotensi mempunyai kekayaan alam di wilayah yang sangat luas yang dimilikinya, baik di

daratan maupun di lautan, karena seperti kita ketahui sebagai seorang ahli geologi, yang telah

memahami proses-proses geologi, seperti tektonik lempeng dan lain sebagainya, bahwa Indonesia

berada di zona yang sangat berpotensi terdapatnya sumberdaya alam yang berlimpah.

Geologi kelautan sendiri secara prinsip hampir sama dengan geologi dipermukaan atau didaratan, baik

itu proses-proses geologinya dan lain sebagainya, hanya saja permukaannya tertutupi suatu massa air.

Dalam Geologi kelautan seperti juga kita mempelajari geologi di daratan, akan menampakkan juga

suatu kenampakkan geomorfologi, hanya saja sekali lagi kenampakkan itu tertutup oleh massa air.

Dalam mempelajari Geologi kelautan, ada beberapa  istilah kenampakkan geomorfologi seperti halnya

kenampakkan geomorfologi didarat, beberapa diantaranya yaitu :

Coastal Plain             : Suatu perbatasan antara daratan dan lautan yang masih dipengaruhi oleh proses-

proses di daratan dan lautan

Continental shelf      : Terbentuk ke arah lautan, kemiringan bertambah ke arah lautan, kedalaman rata-

rata 3000 -6000 m, lebar 200 – 300 km

Continental Slope    : Pada tepian paparan kedalaman bertambah secara tiba-tiba, 100, 200 m , 1500 m,

3500 m, kemiringan terjal, terdapat gawir sesar

Continental Rise       : Terletak antara slope (lereng) dan Ocean basin, kemiringan tidak terjal, relief

rendah, terbentuk akibat akumulasi sedimen, berasosiasi dengan lantai samudra dalam

Abysal plain             : Diketemukan oleh ekspedisi MAR (1947), berbentuk dataran bawah laut

Oceanic ridge           : Terdiri dari pematang, dan rekahan, menyebar hampir di seluruh samudra, total

panjang 80.000km, kedalaman rata-rata 2500m, terbentuk di bagian tengah lautan, topografi kasar,

lembah sejajar dengan sumbu kadang-kadang terpotong oleh zona rekahan, tinggi 1000-3000km, lebar

1000m, sedimentasi berkembang  jauh di bawah puncak

Ocean basin floor     : Terdiri dari abyssal floor (lantai tubir), oceanic rise (tonjolan dasar laut dan sea

mount (gunung api dasar laut)

Rekahan                     : Berbentuk linier, berbentuk gawir, seamount, melebar dan memotong ridge

Abyssal hill               : Berbentuk relatif sempit dan tajam, tingginya tidak lebih 1000m. Dimensi

bervariasi antara 1-15km, kemiringan 1-15 derajat, terbentuk secara mengelompok , bentuk tergantung

batuan dasar

Page 5: Geologi kelautantugas

Sea mount                 : Tingginya mencapai lebih kurang 1000m, tersebar pada dasar laut dalam secara

terpencar, kemiringan berkisar antara 5 sampai 15 derajat dan berbentuk kerucut

Marginal trench        : Berbentuk sempit dan sejajar dengan tepian benua, pada umumnya tersebar di

samudra pasifik, kerak dibawahnya bersifat continental, kedalaman rumpang paparan rata-rata 130 m,

lebar 400 km(rata-rata 78km), kadang-kadang berbentuk teras, dipengaruhi oleh proses erosi dan

sedimentasi.

Istilah-istilah diatas menjelaskan kepada kita tentang kenampakan morfologi dasar laut yang tidak

selalu akan kita lihat seperti halnya kita melihat kenampakkan morfologi didarat, tentu saja karena

morfologi dasar laut ditutupi oleh massa air diatasnya.

Selain daripada aspek geomorfologi, dalam kerangka geologi kelautan seperti halnya proses geologi

yang terjadi di darat, juga terdapat pengaruh sedimentasi, baik itu sedimen di daerah dekat pantai

(Nearshore) ataupun di perairan laut dalam (Deepsea).  Sedimentasi di laut sangat penting artinya dalam

kerangka geologi kelautan, diantaranya adalah karena morfologi permukaan dasar laut juga ikut

dikontrol oleh pengaruh supply sedimen, juga batas-batas antar bagian-bagian morfologi dasar laut juga

ikut dikontrol oleh sedimentasi.  Disamping itu proses sedimentasi di laut juga akan mempengaruhi

proses-proses di bagian lainnya, sebagai contoh sedimen di daerah dekat pantai dan paparan merupakan

kunci bagi sedimen di laut dalam dan dipengaruhi oleh:

•         perubahan muka air laut

•         proses penurunan dasar laut

•         proses dinamika (oseanografi)

Pada sedimentasi dilaut tentunya juga terdapat material yang tersedimentasi, beberapa sumber-sumber

material yang mempengaruhi sedimentasi di laut diantaranya adalah :

Material yang berasal dari sungai, meliputi sekitar  85% – 90%

Material hasil glasiasi, meliputi sekitar 7%

Material air tanah, meliputi sekitar 1,2%

dan material yang terangkut oleh angin sekitar 1%

Dimana sekitar 80 % dari produk yang dihasilkan sumber material tersebut merupakan bentuk larutan.

Selain daripada aspek morfologi dan sedimentologi di laut, juga perlu ditinjau aspek tektoniknya.

Tektonik sangat berpengaruh bukan saja di laut, didaratpun sangat berpengaruh. Implikasi dari proses

tektonik baik didarat ataupun dilaut diantaranya adalah dapat merubah tatanan yang sudah terbentuk,

diantaranya akibat proses sedimentasi. Faktor utama penyebab tektonik jika dipandang dari sudut

pandang ilmu geologi tentu saja dapat dijelaskan dengan baik oleh teori tektonik lempeng. Teori

tektonik lempeng sangat familiar dikalangan komunitas geologi, karena sampai saat ini semua peristiwa

yang menyangkut segala proses geologi yang berasal dari dalam bumi, terutama tektonisme sangat baik

dijelaskan dalam teori ini. Dapat dipastikan bahwa semua komunitas geologi mengerti dan paham akan

Page 6: Geologi kelautantugas

teori ini, oleh karena itu detailnya tidak akan dibahas dalam tulisan ini. Tetapi yang perlu dijadikan

perhatin khusus adalah implikasinya.

Beberapa penjelasan tentang geologi kelautan diatas, yang meliputi aspek morfologi, sedimentologi,

dan tektonik dilaut, kiranya dapat memberikan sedikit pengetahuan geologi kelautan yang selanjutnya

akan dimanfaatkan untuk menerapkan implikasinya untuk Indonesia yang notabene merupakan negara

yang memiliki laut, yang dimanfaatkan untuk berbagai macam keperluan.

Diantaranya, implikasi aspek geologi kelautan yang saat ini banyak diperbincangkan adalah mengenai

penerapannya dalam batas wilayah. Dalam penentuan batas wilayah sendiri seperti kita ketahui regulasi

nya yang dikeluarkan oleh pemerintah. Penentuan batas wilayah ini sangat penting artinya bagi

Indonesia. Dan aspek geologi kelautan disini memegang peranan penting dalam penentuannya.

Hubungannya dengan geologi kelautan tentu saja, disamping menyamngkut morfologi dasar laut yang

dijadikan pertimbangan penentuan batas wilayah, disamping itu dari sudut pandang geologinya, sangat

memegang peranan penting, yang menyangkut tentang sumberdaya alam.

Sumberdaya alam sangat penting artinya bagi semua negara, karena menyangkut kelangsungan dan

kemakmuran suatu negara, atau bisa dikatakan sangat vital. Sumberdaya alam itu sendiri tentu saja

dapat dikuasai oleh suatu negara asalkan dalam wilayah kekuasaannya. Seorang ahli geologi disini

sangat memegang peranan penting, karena pendapatnya akan sangat diperhatikan.

Seperti kita ketahui bahwa penentuan batas wilayah sendiri sangat didorong oleh keterdapatan

sumberaya mineral, hal ini sangat membuat setiap negara ingin menguasai kekayaan alam tersebut,

caranya secara tidak langsung adalah melebarkan batas wilayahnya, agar dapat diakui bahwa kekayaan

alam tersebut adalah milik negara tersebut.

Mengingat begitu pentingnya tinjauan geologi kelautan dalam penentuan batas wilayah yang

selanjutnya berimplikasi terhadap penguasaan sumberdaya mineral. Maka, kita sebagai seorang ahli

geologi tentunya berusaha untuk mempelajari sebaik-baiknya, dan menerapkannya untuk kemakmuran

bangsa Indonesia.

FAUZAN MAULANA

ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

http://ojanmaul.wordpress.com/categor

Page 7: Geologi kelautantugas

y/geologi-laut/

Search this site:   

Login Register BERANDA PROFIL » PUBLIKASI LITBANG » SISTEM INFORMASI » PENGUMUMAN WEBMAIL

Home

MORFOLOGI DASAR LAUT INDONESIA

Penulis Artikel Puslitbang Geologi Kelautan : Mulyana W. dan M.Salahuddin

Indonesia adalah negara kepulauan yang dipersatukan oleh wilayah lautan dengan luas

seluruh wilayah teritorial adalah 8 juta km2, mempunyai panjang garis pantai mencapai

81.000 km, hampir 40 juta orang penduduk tinggal di kawasan pesisir. Luas wilayah

perairan mencapai 5,8 juta km2 atau sama dengan 2/3 dari luas wilayah Indonesia,

terdiri dari Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) 2,7 juta km2 dan wilayah laut territorial 3,1 juta

km2. Luas wilayah perairan Indonesia tersebut telah diakui sebagai Wawasan

Nusantara oleh United Nation Convention of The Sea (UNCLOS, 1982).

Search

Page 8: Geologi kelautantugas

Gambaran Umum

Indonesia adalah negara kepulauan yang dipersatukan oleh wilayah lautan dengan luas

seluruh wilayah teritorial adalah 8 juta km2, mempunyai panjang garis pantai mencapai

81.000 km, hampir 40 juta orang penduduk tinggal di kawasan pesisir. Luas wilayah

perairan mencapai 5,8 juta km2 atau sama dengan 2/3 dari luas wilayah Indonesia,

terdiri dari Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) 2,7 juta km2 dan wilayah laut territorial 3,1 juta

km2. Luas wilayah perairan Indonesia tersebut telah diakui sebagai Wawasan

Nusantara oleh United Nation Convention of The Sea (UNCLOS, 1982). 

Wilayah pantai dan laut Indonesia yang selain luas merupakan peluang dan sekaligus

tantangan karena dengan semakin terbatasnya sumberdaya mineral dan energi di darat

dan faktor resiko kerusakan lingkungan di darat jauh lebih besar maka perhatian

kegiatan riset geologi dan geofisika ditujukan ke laut sebagai harapan dimasa datang

yang dapat mengungkapkan berbagai kekayaan sumberdaya mineral dan energi. 

Fisiografi Dasar Laut

Secara fisiografi wilayah laut Indonesia dapat dibagi menjadi tiga wilayah , yaitu:

[1]daerah Paparan Sunda terletak di bagian barat Indonesia; [2] Paparan Sahul di

bagian timur Indonesia dan; [3] zona transisi. Paparan Sunda meliputi daerah-daerah

perairan Selat Malaka, Laut Cina Selatan dan Laut Jawa dengan kedalaman rata-rata

mencapai 120 meter membentuk paparan sedimen yang tebal dengan penyebaran

yang cukup luas. Paparan Sahul meliputi daerah-daerah di selatan Laut Banda dan Laut

Aru. Daerah ini sangat dipengaruhi oleh sistem benua Australia, sehingga sedimen di

daerah ini ditafsirkan sebagai sedimen asal kontinen Australia. Sedangkan daerah

transisi meliputi daerah-daerah perairan Laut Sulawesi, Laut Maluku, Laut Banda dan

Laut Flores.

Page 9: Geologi kelautantugas

Perbedaan yang menyolok antara Indonesia bagian barat dan Indonesia bagian timur

adalah batas antara kaduanya barimpit dangan apa yang semula disebut sebagai garis

wallace (wallace line). Garis ini, yang membujur dengan arah utara-selatan melalui

Selat Makasar dan Selat Lombok (antara P. Bali dan P. Lombok), semula adalah suatu

garis yang mumbatasi fauna dan flora yang berbeda antara bagian timur dan barat,

tetapi garis ini ternyata juga mamperlihatkan bentuk fisiografi yang barbeda. 

Dari kenampakkan fisiografi wilayah laut Indonesia maka dapat ditafsirkan secara

geologi bahwa perkembangan tektonik antara Indonesia bagian barat dan bagian timur

mempunyai perbedaan. Indonesia bagian barat  terdiri dari beberapa pulau-pulau besar

di mana antara pulau satu dengan lainnya dipisahkan oleh laut dangkal  serta

mempunyai tatanan tektonik yang lebih saderhana apabila dibandingkan dengan

Indonesia bagian timur yang terdiri dari sederetan pulau pulau berbentuk busur

lengkung dengan  perbedaan bentuk relief yang sangat menonjol dan dipisahkan oleh

laut dalam,  yang mempunyai palung-palung dalam dan pegunungan yang tinggi

sehingga mempunyai tatanan tektonik lebih rumit.

Morfologi Dasar Laut

Panorama permukaan dasar laut atau morfologi merupakan gambaran dasar laut

sebagaimana yang ada di daratan, seperti kenampakkan dari : pegunungan, gunung

api, lereng, dataran, lembah, parit dan channel. Bentuk morfologi tersebut, umumnya

berkaitan dengan proses-proses geologi dari pembentukan dan perkembangannya baik

secara sendiri-sendiri maupun secara kelompok.

Berdasarkan peta batimetri Indonesia, pola batimetri yang berkembang memperlihatkan

morfologi dasar lautnya mengikuti garis pantai dan pola hasil tektonik (Gambar 1: Peta

Batimetri Indonesia). Di sekitar Paparan sunda (Selat Malaka, Laut Cina Selatan dan

Laut Jawa) berkembang morfologi paparan yang mengikuti garis pantai. Sedangkan di

Kawasan Timur Indonesia (KTI) memperlihatkan kedalaman yang besar, mulai 2000

meter (Timor Trough) hingga lebih 7000 meter (Cekungan Weber). Pada umumnya

cekungan di KTI yang terbentuk sangat bervariasi dan terisi oleh sedimen laut dalam

yang sangat tipis. Daerah tinggian memperlihatkan bentuk tojolan-tojolan dan lembah

sempit yang tajam sebagai penciri utama batuan dasar (Basement Rock). Bentuk-

bentuk tersebut tidak terlepas dari pengaruh tumbukan intra mikrokontinen Australia

dengan busur Kepuluan Banda. Proses tersebut masih berlangsung hingga saat ini

sehingga sedimen-sedimen yang ada selain terdorong ikut penyusupan juga terakresi

bahkan membentuk gunung api bawah laut (Sub-marine volcano). 

Posisi kawasan Indonesia yang terletak pada jalur tektonik tersebut telah memberi

pengaruh yang besar terhadap bentukan roman dan morfologi dasar laut Indonesia.

Pengaruh langsung tersebut adalah terbentuknya wilayah paparan, tepi margin dan

busur kepulauan.

Kondisi morfologi dasar laut Indonesia mempunyai perbedaan mencolok antara

kawasan barat  dan kawasan timur. Laut Jawa yang merupakan sistem Paparan Sunda

(Sunda Shelf) mempunyai kedalaman dasar laut rata-rata 130 meter, sedangkan Laut

Page 10: Geologi kelautantugas

Flores dan Laut Banda yang merupakan laut tepi mempunyai kedalaman lebih 5000

meter. Karakteristik laut dan samudra secara umum didasarkan pada kedalaman dasar

laut yang dengan mudah dapat diamati dari nilai garis kontur peta batimetri. Untuk

sistem samudra terdapat hubungan empiris yang memperlihatkan hubungan antara

kedalaman dan umur pembentukannya. Makin tua umur samudra serta proses-proses

geologi yang berjalan, akan makin dalam dasar laut tersebut.

Daftar Pustaka

British Petroleum Exploration Operating Co.Ltd, 1991, Peta Fisiografi Dasar Laut

Indonesia dan Sekitarnya Gabungan Data Satelit SEASAT dan GEOSAT.

Bakosurtanal dan Departemen Kelautan dan Perikanan, 2003, Peta Batas Negara

Kesatuan Republik Indonesia.

Chase,T.E, Seekins,B.A., Youngs, J.D., Prasetyo, H.,1994, Peta Batimetri Indonesia

dan Perairan Sekitarnya. 

Hardjawidjaksana, K. dan Kristanto, N.A., 1999, Offshore Mineral Resources Map of

Indonesia. Pusat Pengembangan Geologi Kelautan, Bandung.

NOAA, 2003, Citra Indonesia.

Prasetyo, H., 1996, Profil Kelautan Nasional : Menuju Kemandirian, Edisi kedua. Panitia

Pengembangan Riset dan Teknologi Kelautan serta Industri Maritim.

Salahuddin, M., Lubis, S., Makmur, A., Astjario, P., 2001, Pangkalan data Geologi dan

Geofisika Kelautan di Wilayah Perairan Indonesia. Pusat Pengembangan Geologi

Kelautan, Bandung (Tidak dipublikasikan).

T.E, H., 1996, Profil Kelautan Nasional : Menuju Kemandirian, Edisi kedua. Panitia

Pengembangan Riset dan Teknologi Kelautan serta Industri Maritim.

Wilayah pantai dan laut Indonesia yang selain luas merupakan peluang dan sekaligus

tantangan karena dengan semakin terbatasnya sumberdaya mineral dan energi di darat

dan faktor resiko kerusakan lingkungan di darat jauh lebih besar maka perhatian

kegiatan riset geologi dan geofisika ditujukan ke laut sebagai harapan dimasa datang

yang dapat mengungkapkan berbagai kekayaan sumberdaya mineral dan energi.

Search this site:   

Login Register BERANDA PROFIL » PUBLIKASI LITBANG » SISTEM INFORMASI »

Search

Page 11: Geologi kelautantugas

PENGUMUMAN WEBMAIL

Home

TEKNOLOGI PENEMPATAN TAILING KE DASAR LAUT: KONSEKUENSINYATERHADAP PERUBAHAN BENTUK DASAR PERAIRAN *)

Penulis Artikel Puslitbang Geologi Kelautan : Ir. Subaktian Lubis, M. Sc

Teknologi penempatan tailing ke dasar laut (submarine tailing placement technique)

merupakan salah satu hasil penerapan teknik penempatan tailing unggulan yang

dianggap lebih kecil dampak dan resikonya terhadap lingkungan, dibandingkan dengan

penempatan tailing di darat (Ellis, 1987). Penempatan tailing di darat, berpeluang

menimbulkan kontaminasi tanah dan air bawah tanah oleh unsur-unsur logam. Selain

itu, pelarutan logam berat oleh air hujan dan oksidasi oleh udara akan menyebar di

permukaan tanah sehingga akan meningkatkan luasan lahan cemaran.  Kondisi tempat

pembuangan tailing di darat umumnya sangat rentan terhadap kestabilan lereng,

terutama yang dipicu oleh fenomena alam seperti gempabumi, banjir, longsoran,

ataupun amblesan tanah. Oleh sebab itulah, penempatan tailing di dasar laut

merupakan pilihan yang dianggap lebih aman, karena diupayakan berada pada kondisi

dasar laut yang stabil dimana fenomena alam lebih kecil pengaruhnya.

1. Teknologi  Penempatan Tailing ke Dasar Laut

Teknologi penempatan tailing ke dasar laut (submarine tailing placement technique)

merupakan salah satu hasil penerapan teknik penempatan tailing unggulan yang

dianggap lebih kecil dampak dan resikonya terhadap lingkungan, dibandingkan dengan

penempatan tailing di darat (Ellis, 1987). Penempatan tailing di darat, berpeluang

menimbulkan kontaminasi tanah dan air bawah tanah oleh unsur-unsur logam. Selain

itu, pelarutan logam berat oleh air hujan dan oksidasi oleh udara akan menyebar di

permukaan tanah sehingga akan meningkatkan luasan lahan cemaran.  Kondisi tempat

pembuangan tailing di darat umumnya sangat rentan terhadap kestabilan lereng,

Page 12: Geologi kelautantugas

terutama yang dipicu oleh fenomena alam seperti gempabumi, banjir, longsoran,

ataupun amblesan tanah. Oleh sebab itulah, penempatan tailing di dasar laut

merupakan pilihan yang dianggap lebih aman, karena diupayakan berada pada kondisi

dasar laut yang stabil dimana fenomena alam lebih kecil pengaruhnya. 

Penambangan tembaga dan emas PT Newmont Nusa Tenggara (NNT) Batuhijau,

Sumbawa Barat, mengolah bijih dari batuan induk yang termasuk berkadar rendah (low

grade). Dari setiap ton batuan yang diolah hanya menghasilkan 5 kg tembaga dan

sekitar 0,5 gram emas. Oleh sebab itulah, PT NTT menerapkan teknologi tinggi dan

peralatan pengolah yang canggih untuk mengolah batuan induk berkadar rendah ini.

Agar usaha penambangan ini dapat memberikan keuntungan maka diupayakan untuk

mengolah batuan induk dalam jumlah besar, sebagai konsekuensinya maka tailing yang

dihasilkan akan berjumlah besar pula. Seandainya tailing ini ditempatkan di darat, maka

paling sedikit diperlukan area bendungan seluas 2310 ha lahan termasuk kawasan

penyangga. Namun demikian, tingginya curah hujan dan kegempaan di kawasan ini,

akan membawa konsekuensi ancaman terjadinya longsoran atau jebolnya dinding

penyangga yang akan mengakibatkan resiko kerusakan lingkungan yang jauh lebih

parah.  

Penempatan tailing penambangan emas PT NNT ke parit dasar laut Senunu, sejak

tahun 1999, dengan kapasitas buang sekitar 170.000 ton/hari telah membentuk aliran

tailing yang bergerak terus oleh efek gayaberatnya sendiri (movement of tailing

deposition mound).

2. Bentuk TimbunanTailing

Tailing penambangan emas PT NNT merupakan limbah material padat berupa butiran 

halus setelah tembaga dan emas diekstraksi dan dipisahkan dari bijih. Sebelum

dibuang, biasanya tailing ini dicampur air laut dan diencerkan dalam bentuk lumpur

(slurry) dengan ukuran butir sangat halus yaitu lebih kecil dari 0,02 mm.  

Tailing yang  dialirkan ke dasar laut tidak mengalami pengolahan (treatment) lebih

dahulu karena kadar seluruh unsur berbahaya termasuk logam berada di bawah baku

mutu nasional (baku mutu lingkungan taman laut). Proses pemisahan mineral emas dan

tembaga pada unit konsentrator tidak menggunakan sianida, arsen ataupun merkuri

sebagaimana yang lazim digunakan pada pemurnian logam emas secara kimia,

melainkan dengan cara fisika yaitu proses konsentrasi dan flotasi sehingga sama sekali

tidak menggunakan aditif bahan kimia yang beracun dan berbahaya. Penambahan

cairan kapur (Ca(OH)2) pada unit konsentrator hanya untuk mengendalikan derajat

keasaman (pH) dan kekentalan lumpur saja.

Dari unit konsentrator, tailing ini disalurkan melalui pipa berdiameter 102 cm sepanjang

lebih kurang 6,1 km sampai ke pantai, kemudian akan mengalir sebagai aliran gaya

berat melalui pipa bawah laut sepanjang 3,2 km sampai mencapai kedalaman 112

meter. Berdasarkan data distribusi vertical temperatur air laut setempat, kedalaman 100

m ini merupakan lapisan termoklin (temperatur air laut turun secara mencolok terhadap

kedalaman). Dengan demikian, lumpur tailing ini akan menyebar di dasar laut dan tidak

Page 13: Geologi kelautantugas

mungkin naik lagi ke permukaan karena lumpur tailing ini mempunyai densitas lebih

besar dari densitas air laut yaitu antara 1,3 –2,6 gr/cc (Lubis, dkk, 2001).  

Di dasar laut, bentuk timbunan tailing ini mengalami pemampatan oleh tekanan

hidrostatis dari kolom air laut itu sendiri sehingga membentuk aliran lumpur liat yang

bergerak merayap (creeping) sepanjang parit dasar laut Senunu. Parit Senunu menurut

fisiografi-geologi termasuk submarine canyon of magmatic arc yang ditutupi sedimen

tipis pasir lanauan yang berasal dari abu batuan gunung api Bali dan Lombok dan

Sumbawa, terutama volcanic ash letusan gunung Tambora. Kecepatan aliran lumpur

tailing ini sekitar 1,6 km/tahun. Dengan demikian, diperkirakan bahwa tailing ini akan

mencapai tepian Cekungan Lombok sekitar 25 tahun. Tailing ini akan menyatu dengan

sedimen dasar laut yang berupa lumpur lanau lempungan. Cekungan Lombok

berdasarkan data seismik mempunyai ketebalan sedimen antara 3 - 4 km. (van

Weering, 1989). 

Kestabilan (kemantapan) lereng timbunan tailing dapat dihitung berdasarkan sudut kritis

lereng, nilai berat isi, kohesi dan sudut geser dalam dari sedimen yang diuji. Faktor

keamanan lereng (safety factor) dihitung dengan membuat model kemiringan lereng asli

dari 2o sampai 20o . Nilai tekanan air pori diberikan dengan anggapan bahwa sedimen

dalam keadaan jenuh air dengan koefisien sebesar 0,90.  Hasil hitungan menyatakan

bahwa lereng kritis terjadi pada ketinggian timbunan H = 4 m dan sudut lereng = 8o,

artinya kelongsoran lereng akan terjadi pada saat timbunan mencapai kemiringan

lereng diatas 8 derajat.

3. Sebaran Tailing di Dasar Laut 

Untuk mengetahui jarak jangkau aliran lumpur tailing ini, digunakan hukum Stoke dan

konservasi kuantitas sedimen (US EPA, 1988). Andaian porositas yang diterapkan

dalam perhitungan jarak jangkau maksimum endapan dasar laut untuk jenis pasir

lanauan (densitas 1,43-2,30 gr/cm3) adalah 92%, sedangkan untuk jenis lanau dan

lempung (densitas 1.15 – 1,20 gr/cm3) adalah 95% (Lubis dan Silalahi, 1999). Hasil

perhitungan jarak jangkau maksimum sebaran masing-masing jenis endapan dengan

menggunakan kecepatan arus maksimum saat pasang purnama (kecepatan arus 0,2

m/detik) adalah 1,6 km/tahun untuk pasiran, dan 4,1 km/tahun untuk lanau dan

lempung. 

Diperkirakan, aliran lumpur tailing ini akan bergerak terus membentuk timbunan tailing

yang meluas sepanjang parit dasar laut Senunu dan mencapai jarak jangkau maksimum

7,9 km pada akhir tahun 2002. Jika diproyeksikan dalam jangka panjang, maka rayapan

aliran lumpur ini akan mencapai jarak 73 km pada tahun 2018 (akhir kontrak/operasi PT

NNT). Dengan demikian, tailing yang dialirkan melalui parit laut Senunu ini diperkirakan

tidak akan mencapai Cekungan Lombok yang berjarak 100 km dari garis pantai P.

Sumbawa Barat bagian selatan.

4. Simpulan dan Saran

Simpulan

Page 14: Geologi kelautantugas

Ujung aliran tailing sampai tahun 2001 telah mencapai 3,2 km dari ujung pipa, namun

pada lokasi yang sama pengaruh aliran tailing ini tidak sampai ke lapisan air laut

diatasnya. Analisa kualitas air laut pada kedalaman 350 m menunjukkan bahwa seluruh

kandungan logam dan unsur lainnya berada dibawah baku mutu taman laut nasional.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa aliran lumpur tailing ini hanya mengalami

gerakan gravitasional secara horizontal ke arah selatan dan tidak menyebar vertical ke

atas.   Secara fisik perubahan morfologi dasar laut akibat aliran lumpur tailing ini tidak

akan mengakibatkan perubahan fisik dasar laut yang signifikan, karena hanya

menempati sebagian parit dasar laut Senunu saja. Fenomena alam seperti kecepatan

arus dasar laut ataupun upwelling (naiknya masa air laut lapisan bawah ke atas dengan

kecepatan hanya 25 cm/hari), tidak cukup kuat untuk mengangkut endapan tailing ini

secara vertikal ke atas ataupun horizontal keluar dari parit Senunu.

Saran-Saran

Upaya tambahan yang perlu dilakukan adalah pemantauan kondisi pipa secara berkala

sehingga pengaliran lumpur tailing ini bekerja normal dan terkendali. Untuk menghindari

resiko jika terjadi kebocoran pipa di dasar laut maka sebaiknya pipa pengalir di dasar

laut dibuat ganda sehingga dapat digunakan pada keadaan darurat sebagai pipa

alternatif. Dengan demikian, tidak perlu menghentikan operasi saat terjadi kebocoran

pipa.

Untuk meyakinkan arah dan bentuk penyebaran lumpur tailing ini maka perlu dilakukan

pemetaan tailing menggunakan seismik resolusi tinggi (high resolution seismic) paling

sedikit 3 tahun sekali. Hal ini dimaksudkan agar perubahan geomorfologi dasar laut

akan senantiasa terpantau sehingga arah, ketebalan, bentuk serta jarak jangkaunya

dapat dipetakan dari waktu ke waktu.

Daftar Pustaka

Ellis, D. V., 1987. A Decade of Environmental Impact Assessment at Marine and coastal

Mines, Marine Mining, vol. 6 pp 385-417.

Lubis, S. dan Silalahi, I.R., 1999. Pola Sebaran Partikel Suspensi: Implikasinya

Terhadap Dampak Penambangan Pasir Laut Di Perairan Lombok Barat. Prosiding

Kolokium Pertambangan 1999, Puslitbang Teknologi Mineral, pp 231-240.

Lubis, S., B. Rachmat, dan A. Ibrahim, 2001. Penempatan Tailing ke Dasar Laut:

Dampaknya Terhadap Perubahan Geomorfologi Dasar Perairan. Proceeding Kolokium

Pertambangan 2001, Puslitbang Teknologi Mineral, pp 222-230. 

US EPA, 1988. Screening Procedure for Estimating Water Quality Impact of Stationary

Sources, EPA-450/4.BB-010, US Environmental Protection Agency, North Carolina,

131p.

van Weering.Tjeerd. C.E, D. Kusnida, S. Tjokrosapoetro, S. Lubis, and S. Munadi. 1989.

The Seismic Structure of the Lombok and Savu Forearc Basins, Indonesia (Snellius II

Expedition). Netherlands Journal of Sea Research. 24 (2/3): pp 251-262. 

Page 15: Geologi kelautantugas

-------------------------------

*) Judul naskah Saksi Ahli bidang teknik yang dibacakan p

PERKEMBANGAN KOTA MUKA LAUT SEMARANG DAN BUKTI PENURUNAN (LAND SUBSIDENCE) , (Kasus : Pelabuhan Tanjung Emas)

Penulis Artikel Puslitbang Geologi Kelautan : Purnomo Raharjo, Andy H Sianipar, Mira

Yosi

Abstract/Sari

Semarang merupakan ibukota propinsi Jawa Tengah berada pada kawasan pesisir

pantai utara Jawa dengan jumlah penduduk pada tahun 2002 sebesar 1.353.047 jiwa

dengan kepadatan penduduk sebesar 3.348 jiwa per Km2. Berdasarkan data statistic

jumlah kenaikan penduduk sebesar 0.99% pertahun, sehingga diperkirakan pada tahun

2004 penduduk kota Semarang telah mencapai sekitar 1.379.969 Jiwa. Dengan

bertambahnya jumlah penduduk tentunya membutuhkan sarana dan prasarana kota yang

memadai.

Riwayat dan perkembangan kota Semarang dimulai pada Periode pra 900 M,  900 –

1500 M, 1500 – 1700 M, 1700 – 1906, 1906 – 1942 dan 1942 – 1976. Dengan

berkembangnya kota Semarang tentunya membawa konsekuensi akan kebutuhan lahan

kearah dataran pesisir pantai, hal yang menjadi penting adalah daya dukung kawasan

bertumpu pada dataran alluvial hasil perkembangan garis pantai atau hasil proses

sedimentasi.

Isue yang berkembang adalah terjadinya penurunan pada kawasan kota sehingga

terjadinya banjir tahunan (ROB) yang tentunya dapat dibuktikan dari pengukuran

geodetik terhadap rata-rata muka laut. Pada tahun 2004 Tim PPPGL telah melakukan

pengukuran penurunan yang terjadi pada infrastruktur  Pelabuhan Tanjung Emas

Semarang dalam kaitan rencana pengembangan pelabuhan.

Page 16: Geologi kelautantugas

Pendahuluan

Dalam beberapa tahun terakhir Pelabuhan Tanjung Emas telah berkembang begitu pesat

antara lain ditandai dengan meningkatnya jumlah penumpang setiap tahunnya dan

kegiatan bongkar muat peti kemas untuk kegiatan eksport-import yang meningkat. Untuk

mencukupi kebutuhan air bersih di Pelabuhan Tanjung Emas sebagian diantaranya

menggunakan air tanah melalui sumur dalam. Pengambilan air tanah secara berlebihan

menimbulkan dampak lingkungan yang serius, salah satu diantaranya adalah adanya

penurunan permukaan air tanah yang dapat mengakibatkan penurunan permukaan tanah

(land subsidence) pada daerah yang cukup luas.  Untuk membuktikan bahwa telah terjadi

penurunan maka diperlukan cataan Sejarah perkembangan kota dan data pengukuran

geodetik berdasarkan titik referensi yang telah ada. Studi kasus yang dilakukan untuk

membuktikan terjadinya penurunan dilakukan pada Pelabuhan Tanjung Emas dalam

kaitan rencana pengembangannya.

Metodologi

Saat ini kondisi Pelabuhan Tanjung Emas mengalami penurunan terbukti pada saat

pasang laut maksimum beberapa infrastruktur bagunan telah terendam oleh air laut.

Metoda pengukuran untuk membuktikan hal tersebut pertama-tama dilakukan dengan

pengikatan titik-titik referensi (geodesi) sebagai titik ikat dilakukan sebelum pelaksanaan

pekerjaan untuk levelling survey. Pengukuran titik ikat dengan metoda poligon

menggunakan ”Total Station Sokkia” antara titik BM Bakosurtanal didepan terminal

penumpang dengan  BM 1 SPP II-1, BM 6, TB 1, TB 2 dan TB3.  Koordinat Azimuth awal

sebagai titik referensi yaitu TB 1 di diukur dengan menggunakan DGPS Trimble DSM 212

H.

Titik referensi geodesi dan area survey menggunakan koordinat lokal, yang nantinya

Page 17: Geologi kelautantugas

ditransfer ke koordinat UTM dan datum WGS84, sebelum digunakan sebagai titik

referensi survey (BM), transformasi koordinat menggunakan prosedur shift datum

Bakosurtanal.

Pengukuran geodetik berdasarkan metoda sipat datar (levelling) pada titik bantu

menggunakan “waterpass” yang diikat pada titik referensi dengan peralatan “total station”

telah dilakukan di Pelabuhan Tanjung Emas mencakup ruas jalan Coaster, breakwater

north, breakwater west, east groin, container yard, dan container wharf.  Elevasi muka

laut actual untuk keperluan desing rencana pengembangan pelabuhan dilakukan

pengamatan pasang surut selama 15 piantan dengan datum muka laut terendah (LWS).

Hasil dan Pembahasan 

Dengan bertambahnya jumlah penduduk maka kebutuhan akan ketersediaan lahan

semakin luas sehingga kota Semarang berkembang kearah pesisir dan menjadikan kota

Semarang sebagai Kota Muka Laut (Water Front City). Riwayat perkembangan kota

Semarang dimulai dari: 

•Periode Pra 900 M, masa sebelum terbentuk dataran aluvial. 

Semarang berada di kaki G. Ungaran berbatas dengan pantai utara (termasuk Rican,

Mugas, G. Sawo, Gajahmungkur barat, Karang Kumpul atas, Sampangan, Wotgaleh,

Simongan, Krapyak dan Jerakah). Terdapat 2 kerajaan Hindia yaitu Bhumi Mataram dan

Cailendra, memiliki pelabuhan : Ujung Negara (Batang), Semarang, Keling, Jepara dan

Juwono).

•Periode 900 – 1500 M

Awal terbentuknya dataran aluvial/sedimen kuarter yang berasal dari Kali Kreo, Kali

Kripik dan Kali Garang dahulu merupakan sarana transportasi utama di zaman Kerajaan

Medang Kawulan (924). Semarang tidak dikenal. Namun pada Kerajaan Demak –

Pajang, kembali dikenal. P. Made Pandan dan R. Pandan Arang (anak) membuka daerah

P. Tirang (barat Demak), nama Semarang diambil dari pohon asam yang arang (Asem

Arang)

•Lanjutan periode 900 - 1500

P. Made Pandan (Kyai Ageng Pandan Arang I) sebagai bupati I (1418). Fungsi kawasan:

Perniagaan kerajaan Demak dan pusat penyiaran agama Islam.

•Periode 1500 - 1700

Awal pembentukan kota Semarang, dikenal sebagai pelabuhan yang penting. Garis

pantai berada di Sleko (sekarang). Bangsa asing datang: Cina (abad 15), Portugis (abad

16), Melayu (1450), Hindia, Arab/persia dan Belanda (awal abad 17). Semarang

digadaikan oleh Susuhunan Surakarta kepada Belanda (15 Januari 1678) Fungsi :

Daerah pertahanan militer dan perniagaan (VOC).

•Periode 1700 - 1906

Mulai menampakan kota yang sebenarnya. Perpindahan kegiatan militer Belanda ke

Semarang yang semula di Jepara (perjanjian Sunan Paku Buwono I tgl 1 Oktober 1705).

Perubahan status, fungsi, fisik dan kehidupan social : pusat kegiatan politik kolonial, kota

kedua setelah Batavia, berdiri benteng dan kantor-kantor dagang, pemerintahan pribumi.

Page 18: Geologi kelautantugas

•Lanjutan periode 1700 - 1906

Fungsi : Kota Administrasi Pemerintahan (Gubernur Jenderal Jawa Utara), Kota

perniagaan dan Kota pertahanan/militer. Pembangunan : Villa-villa di Bojong dan

Randusari, Pelabuhan Semarang berperan dalam perdagangan dunia, Pembuatan jalan

kereta api Semarang – Yogya (1864), Hubungan telepon dengan Jakarta dan  Surabaya

(1884), Pembukaan kantor pos (1862).

•Periode 1906 - 1942

Staatblad No 120 tahun 1906: Pemerintahan Kota Praja Semarang. Arah pembangunan:

membangun pemukiman dengan fasilitas dan utilitas kota seperti: stadion, taman kota,

jaringan jalan, drainage, dll. Fungsi: Perdagangan, militer, pemerintahan, pendidikan dan

parawisata. Fokus: Penertiban sistem administrasi pemerintahan, bukan sektor sosial

ekonomi, budaya dan perencanaan fisik menyeluruh. Akibat: Pusat pergerakan politik

melawan Belanda.f

•Periode 1942 - 1976

Semarang dikuasai Jepang. Tidak ada pembangunan. Fungsi diarahkan untuk kebutuhan

militer (perang) Jepang. Tahun 1946: Inggris (sekutu) menyerahkan Semarang ke

Belanda.

Tahun 1950: Semarang mulai bebenah, ditandai dengan penyerahan pemerintahan dari

militer kepada pejabat tinggi kementerian dalam negeri (pamong praja)

•Lanjutan Periode 1942 - 1976

 

Pembangunan pesat: Pertumbuhan pemukiman (Grobokan, Seroja, Pelabuhan, Jangli

dan Mrican). Perdagangan (Pasar Johar, pasar Bulu, pasar Karangayu, pasar Dargo dan

pasar Langgar). Transportasi: terminal bus dan mini bus. Industri: Srondol dan sekitar

Page 19: Geologi kelautantugas

kota Semarang. Tahun 1976: Kota Semarang dimekarkan kearah wilayah Mijen,

Gunungpati, Tuga dan Genuk. Disusun rencana jangka panjang kota Semarang.

Optimalisasi peruntukan tanah di kota Semarang.

Secara Fisiogarafi (van Bemmelen, 1949) kota Semarang terletak pada dataran alluvial

merupakan 

hasil endapan yang berasal dari daratan ditransport melalui sungai-sungai besar dan

hasil proses sedimentasi di wilayah pantai. Dataran aluvial ini dilatar belakangi oleh

jajaran pegunungan Serayu Utara di bagian selatan, dan sebelah timur dibatasi oleh

perbukitan Kendeng dan diutara berhadapan dengan Laut Jawa.

Secara geologi litologi penyusun terdiri dari endapan kuarter berupa Alluvial, Formasi

Damar, Breksi, Breksi Volkanik, Lava dan Formasi Penyayatan sedangkan endapan

Tersier merupakan endapan marin. Struktur yang berkembang adalah antiklin di bagian

selatan merupakan daerah tinggian dan sesar normal.

Kemiringan lereng yang tergambar dimulai dari kemiringan landai 0-5%,  bergelombang

5%-15%, curam 15%-30% dan terjal 30 - > 70 %.

Pengukuran pasang surut adalah penting di dalam perencanaan bangunan pantai dan

pelabuhan. Elevasi muka air tertinggi (pasang) dan terendah (surut) sangat penting untuk

merencanakan bangunan-bangunan tersebut. Sebagai contoh, elevasi puncak bangunan

dermaga, breakwater, pemecah gelombang, dan sebagainya ditentukan oleh elevasi

muka air pasang, sementara kedalaman alur pelayaran/pelabuhan ditentukan oleh muka

air surut.

Dari hasil perhitungan koreksi pasang surut tahun 2004 didapat High Water Lavel (HWS)

= 2.475 m; Mean Sea Level (MSL) = 1.784 m; Low Water Sea (LWS) = 1,095 m.

Hasil pengukuran titik-titik poligon dengan menggunakan Total Station dan Waterpass

berdasarkan data pengukuran Low Water Sea (LWS) pasang surut pada saat survey

tahun 2004 didapat koordinat dan elevasi titik-titik referensi seperti pada table 1

dibawah : 

Hasil kegiatan pengukuran levelling yang dilakukan di Pelabuhan Tanjung Emas

mencakup ruas jalan Coaster, breakwater north, breakwater west, east groin, container

yard, dan container wharf.

1.Hasil pengukuran levelling pada Jalan Coaster tahun 2004, elevasi desing tahun 1995: 

-Elevasi desing pada T4 : +1.426  

-Elevasi Aktual  pada T4 : +1.016

-Penurunan T4 :+ 0.410 = 41 cm

-Elevasi desing pada T7 : +1.501 

-Elevasi Aktual  pada T7 : +1.284

-Penurunan T7 : + 0.217 = 21 cm

-Elevasi desing pada T8 : +1.646 

-Elevasi Aktual  pada T8 : +1.242

-Penurunan T8 :+ 0.404 = 40 cm

Page 20: Geologi kelautantugas

2.Hasil Pengukuran levelling pada North Breakwater tahun 2004, elevasi desing tahun

1995:

-Elevasi desing : + 2.400

-Elevasi Aktual : = + 1.607 hingga + 1.753

-Penurunan yang terjadi antara +0.647 hingga +0.793 = 64 cm hingga 79 cm

3. Hasil Pengukuran levelling pada West Breakwater tahun 2004, elevasi desing tahun

1995:

-Elevasi desing : + 2.400

-Elevasi Aktual : = + 0.999 hingga + 1.659

-Penurunan yang terjadi antara +0.741 hingga +1.401 = 74 cm hingga 140 cm

4. Hasil Pengukuran levelling pada East Groin tahun 2004, elevasi desing tahun 1995:

-Elevasi desing : + 1.800

-Elevasi Aktual :  + 0.907 hingga + 1.038

-Penurunan yang terjadi antara +0.762 hingga +0.893 = 76 cm hingga 89 cm

5. Hasil Pengukuran levelling pada Container Yard tahun 2004, elevasi desing tahun

1995:

-Elevasi desing : (+ 3.200) ; (+ 3.400)

-Elevasi Aktual : = (+ 2.106 - +2.341) ; (+ 2.406 - + 2.629)

-Penurunan yang terjadi pada desing (+ 3.200) : + 0.859 hingga  + 1.094 = 85 cm hingga

109 cm.

-Penurunan yang terjadi pada desing (+ 3.400) : + 0.771 hingga  + 0.994 = 77 cm hingga

99 cm.

6. Hasil Pengukuran levelling pada Container Wharf tahun 2004, elevasi desing tahun

1995:

-Elevasi desing : (+ 2.354) 

-Elevasi Aktual : Atas (+ 1.666 – 1.731) ; Bawah (+ 1.407- +1.478) 

-Penurunan yang terjadi pada desing Atas (+ 0.623 - + 0.688) = 62 cm–68 cm ; Bawah (+

0.876 - + 0.947) = 87 cm – 94 cm

Kesimpulan

•Pada perioda Pra 900 M kota Semarang berada di kaki G. Ungaran, Periode 900 – 1500

M. Awal terbentuknya dataran aluvial/sedimen kuarter yang berasal dari sungai-sungai

besar, Periode 1500 – 1700 Awal pembentukan kota Semarang, dikenal sebagai

pelabuhan yang penting garis pantai berada di Sleko (sekarang). Periode 1942 - 1976

mulai disusun rencana jangka panjang kota Semarang dan optimalisasi peruntukan tanah

di kota Semarang. Dari catatan sejarah ini diketahui bahwa kota Semarang berkembang

kearah utara yaitu dataran pantai.

•Fisiografi memperlihatkan kota Semarang terletak pada dataran alluvial merupakan hasil

Page 21: Geologi kelautantugas

endapan yang berasal dari daratan ditransport melalui sungai-sungai besar dan hasil

proses sedimentasi di wilayah pantai.

•Perkembangan kota Semarang kedepan bertumpu pada endapan berusia Kuarter

didominasi oleh endapan volkanik dan memiliki daya dukung rendah, umumnya fasilitas

kota dibangun pada daerah dengan kemiringan lereng landai 0-5% merupakan daerah

pesisir yang berhadapan langsung dengan laut.

•Untuk mencukupi kebutuhan air bersih di Pelabuhan Tanjung Emas sebagian

diantaranya menggunakan air tanah melalui sumur dalam. Pengambilan air tanah secara

berlebihan menimbulkan dampak lingkungan yang serius, salah satu diantaranya adalah

adanya penurunan permukaan air tanah yang dapat mengakibatkan penurunan

permukaan tanah (land subsidence) pada daerah yang cukup luas.

•Kasus penurunan infrastruktur Pelabuhan Tanjung Emas diketahui dengan pengukuran

geodetik berdasarkan metoda sipat datar (levelling) mencakup ruas jalan Coaster,

breakwater north, breakwater west, east groin, container yard, dan container wharf. 

Elevasi muka laut actual untuk keperluan desing rencana pengembangan pelabuhan

dilakukan pengamatan pasang surut selama 15 piantan dengan datum muka laut

terendah (LWS). 

•Desing Pelabuhan Tanjung Emas dibuat pada tahun 1995, hingga tahun 2004 hasil

pengukuran elevasi diketahui penurunan yang terjadi selama 9 tahun pada ruas jalan

Coaster sebesar 21-41 cm,  breakwater north sebesar 64-79 cm , breakwater west

sebesar 74-140 cm, east groin sebesar 76-89 cm, container yard sebesar 77-109 cm,

dan container wharf sebesar 62-94 cm.

Pembangkit Listrik Tenaga Arus Laut di Dunia

Perkembangan teknologi pemanfaatan energi samudera khususnya arus laut sebagai

energi baru terbarukan di dunia saat ini berkembang dengan pesat, seiring dengan

meningkatnya tuntutan akan kebutuhan energi listrik masyarakat kawasan pesisir serta

semakin maraknya issu pemanasan global yang mendorong untuk membatasi

penggunaan bahan bakar hidrokarbon.

Page 22: Geologi kelautantugas

Prinsip yang dikembangkan pada aplikasi teknologi pemanfaatan energi dari laut adalah

melalui konversi tenaga kinetik masa air laut menjadi tenaga listrik. Tercatat beberapa

negara telah berhasil melakukan instalasi pembangkit energi listrik dengan

memanfaatkan energi arus dan pasang surut, mulai dari prototype turbin hingga

mencapai turbin skala komersial dengan kapasitas 1,2 MW/turbin, seperti di Skotlandia,

Swedia,  Perancis, Norwegia, Inggris, Irlandia Utara, Australia, Italia, Korea Selatan dan

Amerika Serikat.

 

Potensi Energi Arus Laut di Perairan Indonesia

Kecepatan arus pasang-surut di pantai-pantai perairan Indonesia umumnya kurang dari

1,5 m/detik, kecuali di selat-selat diantara pulau-pulau Bali, Lombok, dan Nusa Tenggara

Timur, kecepatannya bisa mencapai 2,5 - 3,4 m/detik.

Arus pasang-surut terkuat yang tercatat di Indonesia adalah di Selat antara Pulau Taliabu

dan Pulau Mangole di Kepulauan Sula, Propinsi Maluku Utara, dengan  kecepatan 5,0

m/detik. Berbeda dengan energi gelombang laut yang hanya terjadi pada kolom air di

lapisan permukaan saja, arus laut bisa terjadi pada lapisan yang lebih dalam. Kelebihan

karakter fisik ini memberikan peluang yang lebih optimal dalam pemanfaatan konversi

energi listrik.

                     

Konversi Energi Arus Laut Menjadi Listrik

 

Pada dasarnya, arus laut merupakan gerakan horizontal massa air laut, sehingga arus

laut memiliki energi kinetik yang dapat digunakan sebagai tenaga penggerak rotor atau

turbin pembangkit listrik. Secara global laut mempunyai sumber energi yang sangat besar

yaitu mencapai 2,8 x 1014 (280 Triliun) Watt-jam. Selain itu, arus laut ini juga menarik

untuk dikembangkan sebagai pembangkit listrik karena sifatnya yang relatif stabil dan

dapat diprediksi karakteristiknya.

Page 23: Geologi kelautantugas

Pengembangan teknologi ekstraksi energi arus laut ini dilakukan dengan mengadopsi

prinsip teknologi energi angin yang telah lebih dulu berkembang, yaitu dengan mengubah

energi kinetik arus laut menjadi energi rotasi dan energi listrik. Daya yang dihasilkan oleh

turbin arus laut jauh lebih besar dari pada daya yang dihasilkan oleh turbin angin, karena

rapat massa air laut hampir 800 kali rapat massa udara. Kapasitas daya yang dihasilkan

dihitung dengan pendekatan matematis yang memformulasikan daya yang dihasilkan dari

suatu aliran fluida yang menembus suatu permukaan A dalam arah yang tegak lurus

permukaan. Rumus umum yang digunakan adalah formulasi Fraenkel (1999): 12P= 12 Ï � A V3 '>, dimana  P= daya (watt);  ρ= rapat massa air (kg/m³);  A= luas penampang (m²);

dan V= kecepatan arus (m/s).

 

            Road Map Penelitian dan Pengembangan Energi Arus Laut di Indonesia

                Penelitian karakteristik arus laut yang telah dilakukan oleh Puslitbang Geologi

Kelautan (PPPGL) diawali pada tahun 2005 berkolaborasi dengan Program Studi

Oceanografi ITB. Pengukuran arus laut dilakukan menggunakan ADCP (Accoustic

Doppler Current Profiler) di Selat Lombok dan Selat Alas dalam kaitan dengan rencana

penyiapan lokasi dan instalasi untuk Turbin Kobold buatan Italia yang berkapasitas 300

kW di bawah koordinasi Kementerian Riset dan Teknologi.

Tahun  2006 - 2010 telah dilaksanakan penelitian karakteristik arus laut di berbagai selat

di Nusa Tenggara yaitu Selat Lombok , Selat Alas, Selat Nusa Penida, Selat Flores, dan

Selat Pantar.

Prototipe turbin pertama telah dibangun secara kemitraan bersama Kelompok Teknik T-

Files ITB dan PT Dirgantara Indonesia, dengan mengadopsi dan memodifikasi model

turbin Gorlov skala kecil (0,8 kW/cel). Perangkat pembangkit listrik ini selanjutnya telah

Page 24: Geologi kelautantugas

diuji-coba di kolam uji PPPGL Cirebon dan tahun 2008, dilanjutkan dengan uji lapangan

tahun 2009 di Selat Nusa Penida sehingga telah berhasil memperoleh "proven design".  

Prototype dalam skala besar (> 80 kW) direncanakan akan dilaksanakan pada tahun

2012-2014 oleh institusi terkait lainnya yang berkewenangan (Ditjen Energi Baru

Terbarukan, Puslitbangtek Ketenagalistrikan dan Energi Baru Terbarukan, dsb.) untuk

mengembangkan dan meningkatkan status skala prototipe menjadi skala pilot dan skala

komersial.

Diharapkan pada tahun 2025 energi listrik tenaga arus laut yang dihasilkan dari berbagai

pembangkit (PLTAL) akan mencapai 5% dari sasaran kebijakan energi 25% bauran

energi Indonesia, sesuai visi bauran energi 25-25.

Road map lengkap tentang capaian pemanfaatan prospek energi arus laut di Indonesia

yang terdiri dari fase penelitian dan pengembangan, fase prototipe, sampai fase

pembangunan turbin pembangkit  skala komersial diperlihatkan seperti pada road map di

bawah ini.

Page 25: Geologi kelautantugas