8
GEOLOGI REGIONAL KOTA SEMARANG Keadaan Umum Wilayah Semarang Secara geografis, wilayah Kotamadya Semarang, Propinsi Jawa Tengah terletak pada koordinat 110º16’20’’ - 110 º 30’29’’ Bujur Timur dan 6 º 55’34’’ - 7º 07’04’’ Lintang Selatan dengan luas daerah sekitar 391,2 Km 2 . Wilayah Kotamadya Semarang sebagaimana daerah lainnya di Indonesia beriklim tropis, terdiri dari musim kemarau dan musim hujan yang silih berganti sepanjang tahun. Besar rata-rata jumlah curah hujan tahunan wilayah Semarang utara adalah 2000 - 2500 mm/tahun dan Semarang bagian selatan antara 2500 - 3000 mm/tahun. Sedangkan curah hujan rata- rata per bulan berdasarkan data dari tahun 1994 - 1998 berkisar antara 58 - 338 mm/bulan, curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Oktober sampai bulan April dengan curah hujan antara 176-338 mm/bulan, sedangkan curah hujan terendah terjadi pada bulan Mei sampai bulan September dengan curah hujan antara 58 - 131 mm/bulan. Temperatur udara berkisar antara 24 o C sampai dengan 33 o C dengan kelembaban udara rata – rata bervariasi antara 62% sampai dengan 84%. Sedangkan kecepatan angin rata – rata adalah 5,9 Km/jam. Batas batas Kota Semarang meliputi: 1. Sebelah Utara berbatasan Laut Jawa, dengan panjang garis pantai ± 13,6 km 2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Semarang 3. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Demak 4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Kendal Secara administrasi, Kota Semarang terdiri dari 16 Kecamatan dan 177 Kelurahan. Letak kota Semarang hampir berada di tengah – tengah bentangan panjang kepulauan Indonesia dari arah Barat ke Timur. Topografi Daerah Semarang Kota Semarang memiliki ketinggian beragam, yaitu antara 0,75 – 348 m di atas permukaan laut, dengan topografi terdiri atas daerah pantai/pesisir, dataran dan perbukitan dengan kemiringan lahan berkisar antara 0% – 45%.

Geologi Regional Kota Semarang

  • Upload
    rizkypf

  • View
    222

  • Download
    6

Embed Size (px)

Citation preview

  • GEOLOGI REGIONAL KOTA SEMARANG

    Keadaan Umum Wilayah Semarang

    Secara geografis, wilayah Kotamadya Semarang, Propinsi Jawa Tengah

    terletak pada koordinat 1101620 - 110 3029 Bujur Timur dan 6 5534 - 7

    0704 Lintang Selatan dengan luas daerah sekitar 391,2 Km2. Wilayah Kotamadya

    Semarang sebagaimana daerah lainnya di Indonesia beriklim tropis, terdiri dari musim

    kemarau dan musim hujan yang silih berganti sepanjang tahun. Besar rata-rata jumlah

    curah hujan tahunan wilayah Semarang utara adalah 2000 - 2500 mm/tahun dan

    Semarang bagian selatan antara 2500 - 3000 mm/tahun. Sedangkan curah hujan rata-

    rata per bulan berdasarkan data dari tahun 1994 - 1998 berkisar antara 58 - 338

    mm/bulan, curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Oktober sampai bulan April dengan

    curah hujan antara 176-338 mm/bulan, sedangkan curah hujan terendah terjadi pada

    bulan Mei sampai bulan September dengan curah hujan antara 58 - 131 mm/bulan.

    Temperatur udara berkisar antara 24oC sampai dengan 33oC dengan kelembaban udara

    rata rata bervariasi antara 62% sampai dengan 84%. Sedangkan kecepatan angin rata

    rata adalah 5,9 Km/jam. Batas batas Kota Semarang meliputi:

    1. Sebelah Utara berbatasan Laut Jawa, dengan panjang garis pantai 13,6 km

    2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Semarang

    3. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Demak

    4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Kendal

    Secara administrasi, Kota Semarang terdiri dari 16 Kecamatan dan 177

    Kelurahan. Letak kota Semarang hampir berada di tengah tengah bentangan panjang

    kepulauan Indonesia dari arah Barat ke Timur.

    Topografi Daerah Semarang

    Kota Semarang memiliki ketinggian beragam, yaitu antara 0,75 348 m di atas

    permukaan laut, dengan topografi terdiri atas daerah pantai/pesisir, dataran dan

    perbukitan dengan kemiringan lahan berkisar antara 0% 45%.

  • Morfologi Daerah Semarang

    Morfologi daerah Semarang berdasarkan pada bentuk topografi dan kemiringan

    lerengnya dapat dibagi menjadi 9 satuan morfologi yaitu:

    a. Dataran rendah

    Merupakan daerah dataran aluvial pantai dan sungai. daerah bagian

    barat daya merupakan punggungan lereng perbukitan, bentuk lereng umumnya

    datar hingga sangat landai dengan kemiringan lereng medan antara 0 - 5% (0-

    3%), ketinggian tempat di bagian utara antara 0 - 25 mdpl dan di bagian barat

    daya ketinggiannya antara 225 - 275 mdpl. Luas penyebaran sekitar 164,9 km2

    (42,36%) dari seluruh daerah Semarang. Dataran rendah membentang sejajar

    garis pantai Laut Jawa, dengan lebar 2,5 km 10 km, dengan 10 m di atas

    permukaan air laut. Daerah ini ketinggian tempat membentuk kawasan luapan

    banjir pada sisi sungai dengan aluvial hidromorf yang berupa kerikil, pasir,

    lanau dan lempung. Pertemuan dengan garis pantai, endapan aluvial

    membentuk delta berupa pasir, lanau dan lempung. Akibat gelombang dan

    pasang surut air laut, maka endapan tersebut menyebar ke arah Timur Laut dan

    Barat Daya, dan membuat garis pantai semakin maju.

    b. Daerah Bergelombang

    Satuan morfologi ini umumnya merupakan punggungan, kaki bukit dan

    lembah sungai, mempunyai bentuk permukaan bergelombang halus dengan

    kemiringan lereng medan 5 - 10% (3-9%), ketinggian tempat antara 25 - 200

    mdpl. Luas penyebarannya sekitar 68,09 km2. (17,36%) dari seluruh daerah

    Semarang.

    c. Daerah Dataran Tinggi

    Merupakan bagian Satuan Wilayah Sungai Kali Garang yang berhulu di

    Kaki Gunung Ungaran. Anak sungai berpola meranting, dan masih terus

    mengikis tegak lurus kebawah kearah hulu dengan kuat, membentuk daerah

    yang mempunyai derajat erosi yang tinggi dan luas.

  • d. Daerah Antara

    Terletak diantara Daerah rendah dan Daerah Tinggi. Morfologi daerah

    antara ini, umumnya berupa daerah perbukitan dengan kelerengan yang sedang

    hingga terjal.

    e. Perbukitan Berlereng Landai

    Satuan morfologi ini merupakan kaki dan punggungan perbukitan,

    mempunyai bentuk permukaan bergelombang landai dengan kemiringan lereng

    10 - 15 % dengan ketinggian wilayah 25 - 435 mdpl. Luas penyebaran sekitar

    73,31 km2 (18,84%) dari seluruh daerah Semarang.

    f. Perbukitan Berlereng Agak Terjal

    Satuan morfologi ini merupakan lereng dan puncak perbukitan dengan

    lereng yang agak terjal, mempunyai kemiringan lereng antara 15 - 30%,

    ketinggian tempat antara 25 - 445 mdpl. Luas penyebarannya sekitar 57,91Km2

    (14,8%) dari seluruh daerah Semarang.

    g. Perbukitan Berlereng Terjal

    Satuan morfologi ini merupakan lereng dan puncak perbukitan dengan

    lereng yang terjal, mempunyai kemiringan lereng antara 30 - 50%, ketinggian

    tempat antara 40 - 325 mdpl. Luas penyebarannya sekitar 17,47 Km2 (4,47%)

    dari seluruh daerah Semarang.

    h. Perbukitan Berlereng Sangat Terjal

    Satuan morfologi ini merupakan lereng bukit dan tebing sungai dengan

    lereng yang sangat terjal, mempunyai kemiringan lereng antara 50 - 70%,

    ketinggian tempat antara 45 - 165 mdpl. Luas penyebarannya sekitar 2,26 Km2

    (0,58%) dari seluruh daerah Semarang.

    i. Perbukitan Berlereng Curam

    Satuan morfologi ini umumnya merupakan tebing sungai dengan lereng

    yang curam, mempunyai kemiringan >70%, ketinggian tempat antara 100 - 300

    mdpl. Luas penyebarannya sekitar 6,45 Km2 (1,65%) dari seluruh daerah

    Semarang.

  • Tata Guna Lahan

    Penggunaan lahan di wilayah Kotamadya Semarang terdiri dari wilayah

    terbangun (Build Up Area) yang terdiri dari pemukiman, perkantoran perdagangan dan

    jasa, kawasan industri, transportasi. Sedangkan wilayah tak terbangun terdiri dari

    tambak, pertanian, dan kawasan perkebunan serta konservasi.

    Susunan Stratigrafi

    Geologi Kota Semarang berdasarkan Peta Geologi Lembar Magelang -

    Semarang (RE. Thaden, dkk; 1996), susunan stratigrafinya adalah sebagai berikut :

    1. Aluvium

    Merupakan endapan aluvium pantai, sungai dan danau. Endapan pantai

    litologinya terdiri dari lempung, lanau dan pasir dan campuran diantaranya

    mencapai ketebalan 50 m atau lebih. Endapan sungai dan danau terdiri dari

    kerikil, kerakal, pasir dan lanau dengan tebal 1 - 3 m. Bongkah tersusun andesit,

    batulempung dan sedikit batupasir.

    2. Batuan Gunung api Gajah Mungkur

    Batuannya berupa lava andesit, berwarna abu-abu kehitaman, berbutir

    halus, holokristalin, komposisi terdiri dari felspar, hornblende dan augit,

    bersifat keras dan kompak. Setempat memperlihatkan struktur kekar berlembar

    (sheeting joint).

    3. Batuan Gunungapi Kaligesik (Qpk)

    Batuan Gunungapi Kaligesik berupa lava basalt, berwarna abu-abu

    kehitaman, halus, komposisi mineral terdiri dari felspar, olivin dan augit, sangat

    keras.

    4. Formasi Jongkong

    Breksi andesit hornblende augit dan aliran lava, sebelumnya disebut

    batuan gunungapi Ungaran Lama. Breksi andesit berwarna coklat kehitaman,

    komponen berukuran 1 - 50 cm, menyudut - membundar tanggung dengan masa

    dasar tufaan, posositas sedang, kompak dan keras. Aliran lava berwarna abu-

    abu tua, berbutir halus, setempat memperlihatkan struktur vesikuler (berongga).

  • 5. Formasi Damar

    Batuannya terdiri dari batupasir tufaan, konglomerat, dan breksi

    vulkanik. Batupasir tufaan berwarna kuning kecoklatan berbutir halus - kasar,

    komposisi terdiri dari mineral mafik, felspar, dan kuarsa dengan massa dasar

    tufaan, porositas sedang, keras. Konglomerat berwarna kuning kecoklatan

    hingga kehitaman, komponen terdiri dari andesit, basalt, batuapung, berukuran

    0,5 - 5 cm, membundar tanggung hingga membundar baik, agak rapuh. Breksi

    vulkanik mungkin diendapkan sebagai lahar, berwarna abu-abu kehitaman,

    komponen terdiri dari andesit dan basalt, berukuran 1 - 20 cm, menyudut -

    membundar tanggung, agak keras.

    6. Formasi Kaligetas

    Batuannya terdiri dari breksi dan lahar dengan sisipan lava dan tuf halus

    sampai kasar, setempat di bagian bawahnya ditemukan batulempung

    mengandung moluska dan batupasir tufaan. Breksi dan lahar berwarna coklat

    kehitaman, dengan komponen berupa andesit, basalt, batuapung dengan masa

    dasar tufa, komponen umumnya menyudut - menyudut tanggung, porositas

    sedang hingga tinggi, breksi bersifat keras dan kompak, sedangkan lahar agak

    rapuh. Lava berwarna hitam kelabu, keras dan kompak. Tufa berwarna kuning

    keputihan, halus - kasar, porositas tinggi, getas. Batulempung, berwarna hijau,

    porositas rendah, agak keras dalam keadaan kering dan mudah hancur dalam

    keadaan basah. Batupasir tufaan, coklat kekuningan, halus - sedang, porositas

    sedang, agak keras.

    7. Formasi Kalibeng

    Batuannya terdiri dari napal, batupasir tufaan dan batugamping. Napal

    berwarna abu-abu kehijauan hingga kehitaman, komposisi terdiri dari mineral

    lempung dan semen karbonat, porositas rendah hingga kedap air, agak keras

    dalam keadaan kering dan mudah hancur dalam keadaan basah. Pada napal ini

    setempat mengandung karbon (bahan organik). Batupasir tufaan kuning

  • kehitaman, halus - kasar, porositas sedang, agak keras, Batugamping

    merupakan lensa dalam napal, berwarna putih kelabu, keras dan kompak.

    8. Formasi Kerek

    Perselingan batulempung, napal, batu pasir tufaan, konglomerat, breksi

    volkanik dan batu gamping. Batulempung kelabu muda - tua, gampingan,

    sebagian bersisipan dengan batulanau atau batupasir, mengandung fosil foram,

    moluska dan koral-koral koloni. Lapisan tipis konglomerat terdapat dalam batu

    lempung di K. Kripik dan di dalam batupasir. Batugamping umumnya berlapis,

    kristallin dan pasiran, mempunyai ketebalan total lebih dari 400 m.

    Struktur Geologi

    Struktur geologi yang terdapat di daerah Semarang umumnya berupa sesar yang

    terdiri dari sesar normal, sesar geser dan sesar naik. Sesar normal relatif berarah barat

    - timur sebagian agak cembung ke arah utara, sesar geser berarah utara selatan hingga

    barat laut - tenggara, sedangkan sesar normal relatif berarah barat - timur. Sesar-sesar

    tersebut umumnya terjadi pada batuan Formasi Kerek, Formasi Kalibening dan

    Formasi Damar yang berumur kuarter dan tersier. Geseran-geseran intensif sering

    terlihat pada batuan napal dan batu lempung, yang terlihat jelas pada Formasi Kalibiuk

    di daerah Manyaran dan Tinjomoyo. Struktur sesar ini merupakan salah satu penyebab

    daerah tersebut mempunyai jalur lemah, sehingga daerahnya mudah tererosi dan

    terjadi gerakan tanah.

    Gerakan Tanah

    Dari hasil analisis kemantapan lereng diketahui bahwa tanah pelapukan batu

    lempung mempunyai sudut lereng kritis paling kecil yaitu 14,85%. pelapukan napal

    sudut lereng kritisnya adalah 19,5% , Pelapukan batu pasir tufaan mempunyai sudut

    lereng kritis 20,8% dan pelapukan breksi sudut lereng kritisnya 23,5%. Berdasarkan

    analisis di atas maka daerah Kotamadya Semarang dapat dibagi menjadi empat zona

    kerentanan gerakan tanah, yaitu Zona Kerentanan Gerakan Tanah sangat Rendah,

    Rendah, Menengah dan Tinggi.

    1. Zona Kerentanan Gerakan Tanah Sangat Rendah

  • Daerah ini mempunyai tingkat kerentanan sangat rendah untuk terjadi

    gerakan tanah. Pada zona ini sangat jarang atau tidak pernah terjadi gerakan

    tanah, baik gerakan tanah lama maupun gerakan tanah baru, terkecuali pada

    daerah tidak luas di sekitar tebing sungai. Merupakan daerah datar sampai

    landai dengan kemiringan lereng alam kurang dari 15 % dan lereng tidak

    dibentuk oleh endapan gerakan tanah, bahan timbunan atau lempung yang

    bersifat mengembang. Lereng umumnya dibentuk oleh endapan aluvium (Qa),

    batu pasir tufaan (QTd), breksi volkanik (Qpkg), dan lava andesit (Qhg).

    Daerah yang termasuk zona kerentanan gerakan tanah sangat rendah sebagian

    besar meliputi bagian utara Kodya Semarang, mulai dari Mangkang, kota

    semarang, Gayamsari, Pedurungan, Plamongan, Gendang, Kedungwinong,

    Pengkol, Kaligetas, Banyumanik, Tembalang, Kondri dan Pesantren, dengan

    luas sekitar 222,8 Km2 (57,15%) dari seluruh daerah Semarang.

    2. Zona Kerentanan Gerakan Tanah Rendah

    Daerah yang mempunyai tingkat kerentanan rendah untuk terjadi

    gerakan tanah. Umumnya pada zona ini jarang terjadi gerakan tanah jika tidak

    mengalami gangguan pada lereng dan jika terdapat gerakan tanah lama, lereng

    telah mantap kembali. Gerakan tanah berdimensi kecil mungkin dapat terjadi,

    terutama pada tebing lembah (alur) sungai. Kisaran kemiringan lereng mulai

    dari landai (5 - 5%) sampai sangat terjal (50 - 70%). Tergantung pada kondisi

    sifat fisik dan keteknikan batuan dan tanah pembentuk lereng. Pada lereng terjal

    umumnya dibentuk oleh tanah pelapukan yang cukup tipis dan vegetasi penutup

    baik cukup tipis dan vegetasi penutup baik, umumnya berupa hutan atau

    perkebunan. Lereng pada umumnya dibentuk oleh breksi volkanik (Qpkg), batu

    pasir tufaan (QTd), breksi andesit (Qpj) dan lava (Qhg). Daerah yang termasuk

    zona ini antara lain Jludang, Salamkerep, Wonosari, Ngaliyan,

    Karangjangkang, Candisari, Ketileng, Dadapan, G. Gajahmungkur,

    Mangunsari, Prebalan, Ngrambe, dan Mijen dengan luas penyebaran 77,00 km2

    (19,88%) dari luas daerah Semarang.

  • 3. Zona Kerentanan Gerakan Tanah Menengah

    Daerah yang mempunyai tingkat kerentanan menengah untuk terjadi

    gerakan tanah. Pada zona ini dapat terjadi gerakan tanah terutama pada daerah

    yang berbatasan dengan lembah sungai, gawir tebing jalan atau jika lereng

    mengalami gangguan. Gerakan tanah lama dapat aktif kembali akibat curah

    hujan yang tinggi. Kisaran kemiringan lereng mulai dari landai (5 - 15%)

    sampai sangat terjal (50 - 70%). Tergantung pada kondisi sifat fisik dan

    keteknikan batuan dan tanah sebagai material pembentuk lereng. Umumnya

    lereng mempunyai vegetasi penutup kurang. Lereng pada umumnya dibentuk

    oleh batuan napal (Tmk), perselingan batu lempung dan napal (Tmkl), batu

    pasir tufaan (QTd), breksi volkanik (Qpkg), lava (Qhg) dan lahar (Qpk).

    Penyebaran zona ini meliputi daerah sekitar Tambakaji, Bringin, Duwet,

    Kedungbatu, G. Makandowo, Banteng, Sambiroto, G. Tugel, Deli, Damplak,

    Kemalon, Sadeng, Kalialang, Ngemplak dan Srindingan dengan luas sekitar

    64,8 Km2 (16,76%) dari seluruh daerah Semarang.

    4. Zona Kerentanan Gerakan Tanah Tinggi

    Daerah yang mempunyai tingkat kerentanan tinggi untuk terjadi

    gerakan tanah. Pada zona ini sering terjadi gerakan tanah, sedangkan gerakan

    tanah lama dan gerakan tanah baru masih aktif bergerak akibat curah hujan

    tinggi dan erosi yang kuat. Kisaran kemiringan lereng mulai landai (5 - 15%)

    sampai curam (>70%). Tergantung pada kondisi sifat fisik dan keteknikan

    batuan dan tanah. Vegetasi penutup lereng umumnya sangat kurang. Lereng

    pada umumnya dibentuk oleh batuan napal (Tmkl), perselingan batu lempung

    dan napal (Tmk), batu pasir tufaan (QTd) dan breksi volkanik (Qpkg). Daerah

    yang termasuk zona ini antara lain: Pucung, Jokoprono, Talunkacang,

    Mambankerep, G. Krincing, Kuwasen, G. Bubak, Banaran, Asinan, Tebing

    Kali Garang dan Kali Kripik bagian tengah dan selatan, Tegalklampis, G.

    Gombel, Metaseh, Salakan dan Sidoro dengan luas penyebaran sekitar 23,6 km2

    (6,21%) dari seluruh daerah Semarang.