20
gerbatama 77 // 77 edisi Mei 2015 ini UI ! 07 Sistem Biaya Kuliah Baru UI 12 Lebih dari Sekadar Berkilau DILEMA FRANCHISE DI UI Unduh Gerbatama Digital di www.suaramahasiswa.com // Twitter & Instagram @sumaUI // Gratis

Gerbatama 77 mei 2015

Embed Size (px)

DESCRIPTION

 

Citation preview

Page 1: Gerbatama 77 mei 2015

g e r b ata m a 7 7 / / 0 5 - 2 0 1 5

77edisi

Mei2015

ini UI !

07Sistem Biaya Kuliah Baru UI 12 Lebih dari Sekadar

Berkilau

DILEMA FRANCHISE DI UIUnduh Gerbatama Digital di www.suaramahasiswa.com // Twitter & Instagram @sumaUI // Gratis

Page 2: Gerbatama 77 mei 2015

g e r b ata m a 7 7 / / 0 5 - 2 0 1 5

GOLD WINNER

The Best Java Non Magazine

Indonesia Print Student Media Awards 2015

Gerbatama Edisi 69 (Mei 2014) &Gerbatama Edisi 70 (Juni 2014)

Page 3: Gerbatama 77 mei 2015

g e r b ata m a 7 7 / / 0 5 - 2 0 1 5

Sebagai kampus yang memiliki nama besar, UI jelas diminati oleh berbagai kalangan, tak terkecuali para pebisnis. Mereka melihat peluang di UI, kampus yang dianggap memiliki prestise

tersendiri bagi mereka.

UI sendiri tidak menutup diri terhadap peminat tersebut. Malah, UI berusaha menggalang kerjasama dengannya. Tak heran, praktik franchise muncul di UI. Hal itu membuat UI tidak asing lagi dengan yang namanya kafe, restoran, ataupun mini market. Tentu masih banyak franchise dari berbagai merek yang bersebaran di kampus

perjuangan.

Lantas, ke manakah seharusnya keuntungan bisnis tersebut mengarah? Jika melihat fungsi utama universitas sebagai sarana menempuh pendidikan tingkat tinggi, seharusnya keuntungan bisnis ditujukan kembali pada fungsi

tersebut.

Pembenahan fasilitas pendidikan, baik akademik maupun non akademik, serta pendanaan riset-riset unggulan menjadi contohnya. Tentu masih banyak contoh lainnya dari implementasi

keuntungan bisnis yang dilakukan oleh UI.

Pada akhirnya, sekecil apapun keuntungan bisnis di UI, asal mampu diarahkan ke jalan yang benar,

dampak yang dirasakan tetaplah terasa.

Pemimpin Redaksi Dimas Andi Shadewo Redaktur Pelaksana Yogi Febri Setiawan Redaktur Foto Muhammad Fahrizal Helmi Redaktur Artistik Achmad Maulana Ibrahim Redaktur Riset Savran Billahi Redaktur Kompartemen Roni Resky Pauji, Vita Muflihah Fitriyani, Kianti Azizah, Altifani Rizky, Nurul Kurniasari Reporter Trisno Juliantoro, Frista Nanda Pratiwi, Nurhikmah Octaviani Peneliti dan Pengembang Rizka Fitriana, Lilik Mudloyati Choiriyah, Neng Engdah Fatmawati, Tonggo Bornab Nababan Fotografer Mohammad Toha Santoso, Diah Desita, Gerard Kawun, Hafidz Fadli, Cindy Andika Fiona Desain Tata Letak dan Pracetak Nadya Zahwa Noor, Prita Permata Pradian, Ayang Amelia Sabrina, Kezia A. Calista Sirkulasi

dan Promosi Kemal Andraza

e d i s i M E I 2 0 1 5

e d i t o r i a l

KONTEN

Laporan Utama:Dilema Franchise di UI4

7

12

16

19

Laporan Khusus:Sistem Biaya Kuliah Baru UI

Infografis:Makara UI: Satu Logo , Satu Makna

18

Opini:Kepemimpinan Indonesia: Sebuah

Catatan Filosofis-Historis

Ragam:Lebih dari Sekadar Berkilau

IPTEK: Plaza Quantum Demi Kemajuan Riset

10

14

Opini Foto:Seberapa efektifkah Kawasan Tanpa Rokok

20

‘‘Negeri kita memang suka heboh ten-

tang soal sebentar, kemudian soalnya lalu menghilang dan orang tak ingat

lagi . Akan tetapi persoalan tetap tak terpecahkan

SUara NYATA

Alamat Redaksi:Gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa Lantai 2

Kampus Baru UI Depok 16436Kontak 082122099805

Resensi:Zona Nyaman Vs Tantangan

Opini Sketsa

Page 4: Gerbatama 77 mei 2015

g e r b ata m a 7 7 / / 0 5 - 2 0 1 5

l a p o r a n U TA M A04

gian dari kerjasama bidang ventura. Kerjasama ini menghasilkan kesepa-katan bahwa perusahaan tersebut diperbolehkan menyewa tempat di wilayah FIB. “Awalnya, mereka menye-wa tempat untuk berbisnis, kemudi-an mereka juga menanyakan perihal izin mengganti payung yang ada di gedung I,” ujar Prapto. Pada akh-

Ada yang berbeda di Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya (FIB) UI ketika memasuki se-

mester genap. Sebuah kafe yang menjual aneka macam kopi diban-gun. Kehadirannya menjadi pe-mandangan baru di fakultas terse-but. Konsep modern dibawa oleh kafe tersebut. Tempatnya pun

dibuat senyaman mungkin. Itu terli-hat dari Payung Gedung I yang turut dipoles agar tampak lebih menarik. Semua ini dilakukan oleh mereka guna menarik perhatian seluruh kalangan, terutama yang berasal dari FIB UI. Prapto Yuwono, Manajer Umum FIB UI, menyatakan bahwa kehadiran kafe tersebut adalah ba-

OLEH: DIMAS ANDI SHADEWO, FRISTA NANDA PRATIWI, YOGI FEBRIAN SETIAWANFOTO: HAFIDZ FADLI

DILEMA FRANCHISE DI UI

Belakangan ini, kerap ditemukan perusahaan swasta yang membuka lahan bisnis franchise atau waralaba di wilayah UI. Berbagai alasan turut menyertai asal muasal kehadirannya.

Page 5: Gerbatama 77 mei 2015

g e r b ata m a 7 7 / / 0 5 - 2 0 1 5

l a p o r a n U TA M A 05irnya, izin tersebut diberikan dengan catatan seluruh biaya ditanggung oleh pihak penyewa tempat. Kehadiran kafe di FIB UI sempat menimbulkan polemik terkait teguran kepada mahasiswa ketika nongkrong di sekitar selasar Gedung I, tidak jauh dari letak kafe tersebut. Mengenai hal itu, Prapto mengatakan bahwa teguran terse-but lebih mengarah pada soal keny-amanan saja. “Itu untuk kenyamanan saja. Mungkin secara etis dekan juga tidak mau lah, makanya kami buatkan bangku dalam jumlah yang lebih ban-yak, bahkan di lobi Gedung IV juga lebih nyaman,” jelas Prapto. Kehadiran franchise tidak hanya terjadi di FIB UI, di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) UI juga demikian. Manajer Keuangan FMIPA UI, Supriyanto Ardjo Prawiro, men-gatakan, belum lama ini fakultasnya menjalin kerjasama dengan perusa-haan yang bergerak di bidang mini market. “Letaknya berada di samping restoran makanan laut di FMIPA UI,” kata Supriyanto. Dirinya menambahkan, ke-hadiran mini market tersebut untuk memenuhi kebutuhan mahasiswa seperti makanan, minuman, ataupun tiket perjalanan.

Penyebab Maraknya Unit Usaha Komersial

Apa yang terjadi di FIB UI dan FMIPA UI adalah contoh menjamurnya usa-ha franchise yang beredar pada ran-ah fakultas. Hal tersebut telah terjadi pada semua fakultas di UI selama be-berapa tahun terakhir. Soal keuntungan, fakultas akan mendapatkannya sebesar 95% dari hasil kerjasamanya di bidang ventura seperti franchise. Sementara itu, sisa 5% keuntungan kerjasama akan masuk ke kas universitas. De-mikian yang disampaikan oleh Dodi Sudiana, Direktur Kerjasama UI. Dodi menjelaskan bahwa bentuk kerjasama yang dilakukan UI dimensinya luas. Kerjasama di UI menurutnya mencakup tridharma pendidikan. Salah satu poin trid-harma tersebut adalah pengabdian masyarakat yang kemudian menjadi

latar belakang kerjasama yang di-lakukan oleh UI. “Kerjasama di bidang pengabdian masyarakat memiliki dua dimensi, yakni pelayanan masyarakat dan bisnis,” ujar Dodi. Menurutnya, kerjasama bisnis di UI pada akhirnya adalah salah satu bentuk pengabdian kepada masyarakat, sebab mereka yang akan merasakan manfaatnya. Bisnis franchise atau waral-aba yang ada di UI sendiri termasuk bagian dari unit usaha komersial. Fenomena kemarakannya terjadi seiring dengan terbukanya peluang usaha di UI. Dodi pun menjelaskan bahwa kerjasama di bidang unit usa-ha komersial bersifat pilihan. Artinya, unit usaha komersial yang berdiri menjadi alternatif universitas dan fakultas dalam meraup dana. Hal demikian diamini oleh Prapto. Dirinya mengakui, pemasu-kan dari unit usaha komersial tidak-lah sebesar dibandingkan sektor lain-nya. Setali tiga uang, Supriyanto juga mengakui mini market yang ada di fakultasnya hanya untuk memenuhi kebutuhan sivitas sekaligus sebagai tambahan pemasukan dari ranah ventura. Selain itu, Dodi juga men-gatakan bahwa menjamurnya unit usaha komersial di UI merupakan suatu kewajaran. Ini disebabkan, ker-jasama di bidang unit usaha komer-sial adalah salah satu upaya UI untuk meningkatkan pemasukan keuangan dari biaya non pendidikan. Pemasukan keuangan UI sendiri terbagi menjadi dua sektor, yakni pemasukan dari biaya pendidi-kan dan biaya non pendidikan. Dilihat dari komposisinya, pemasukan dari biaya pendidikan saat ini lebih besar

ketimbang dari biaya non pendidi-kan. Karena UI merupakan Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum (PTN BH), maka dana dari pemerintah semakin mengecil. “Hal ini yang membuat UI harus bergerak secara mandiri dalam mencari dan mengelola keuangannya,” ucap Dodi. Abdel Setya, Ketua Maje-lis Wali Amanat UI Unsur Mahasiswa (MWA UI UM), mengatakan, pada tahun 2019 UI berencana untuk me-nyeimbangkan pemasukan dari biaya pendidikan dan biaya non pendidikan menjadi sama-sama 50%. Abdel menuturkan, saat ini komposisi pemasukan UI adalah 50% dari biaya pendidikan, 30% dari pemerintah, dan 20% dari biaya non pendidikan. “Tidak mungkin lagi me-naikan pemasukan dari biaya pendid-ikan. Kalau begitu, sama saja menai-kan biaya kuliah. Yang bisa dilakukan adalah menaikan pemasukan dari biaya non pendidikan,” terangnya. Dodi memiliki pendapat yang serupa dengan Abdel. Menu-rutnya, pemasukan ideal bagi UI adalah 60% dari biaya non pen-didikan berbanding 40% dari biaya pendidikan. Hal ini diharapkan akan membuat UI menjadi lebih mandiri, dalam artian tidak harus bergantung kepada hibah dari pemerintah. Pria bergelar Master of En-gineering tersebut menambahkan, tuntutan untuk memenuhi pemasu-kan dari sektor biaya non pendidi-kan membuat kerjasama di bidang unit usaha komersial tidak dapat dihindari. “Kehadirannya tetap dibu-tuhkan selain sebagai bentuk pelay-anan publik, juga sebagai penambah pemasukan bagi kampus,” jelas Dodi.

Fakultas sendiri memperoleh keuntungan sebesar 95% dari kerjasamanya di bidang

ventura, khususnya usaha franchise yang sarat akan nuansa bisnis. Sementara itu, sisa 5% keuntungan akan masuk ke kas universitas.

Page 6: Gerbatama 77 mei 2015

g e r b ata m a 7 7 / / 0 5 - 2 0 1 5

L A P O R A N U TA M A06Peraturan Kerjasama Bidang Unit Usaha Komersial

Sempat diakui oleh Dodi, dengan nama besarnya, UI memiliki daya tarik tersendiri. Hal ini yang mem-buat banyak perusahaan komersial dari berbagai jenis tertarik membuka cabangnya di UI. Alhasil, dijalinlah kerjasama antara UI dengan perusa-haan tersebut. Meski begitu, kerjasama di bidang unit usaha komersial tidak dapat dilakukan sewenang-wenang. Tetap ada aturan terkait prosedur kerjasama, termasuk soal lahan tem-pat unit usaha tersebut berdiri. Sejauh ini, UI memiliki tiga peraturan kebijakan terkait kegiatan unit usaha. Peraturan tersebut meli-puti, SK MWA UI No. 005/SK/MWA-UI/2009 tentang Norma Unit Usaha UI, SK Rektor UI No. 1406/SK/R/UI/2009 tentang Pedoman Pelaksan-aan Kegiatan Unit Usaha di Lingkun-gan UI, dan SK Rektor UI No. 1288/SK/R/UI/2010 tentang Petunjuk Teknis dari SK Rektor UI No. 1406/SK/R/UI/2009. Terkait kerjasama di bi-dang unit usaha komersial, hal terse-but telah diatur pada pasal 12 dari SK Rektor UI No. 1406/SK/R/UI/2009. Dalam pasal tersebut dijelaskan, pembentukan unit usaha komersial harus melalui usulan dari rektor, de-kan, dan/atau ketua program pas-casarjana. Setelah unit usaha komer-sial tersebut diusulkan, barulah MWA UI dari seluruh unsur menyetujuinya. Selanjutnya, kerjasama lebih lanjut dilimpahkan kepada Wakil Rektor IV bidang Sumber Daya Manusia (SDM), pengembangan, dan kerjasama. Se-mentara itu, terkait tempat, diarah-kan kepada Wakil Rektor II bidang keuangan, logistik, dan fasilitas. Dalam peraturan ini, tu-rut dijelaskan bahwa perusahaan yang dapat membuka usahanya di UI harus berbentuk perseroan terbatas. Selain itu, pihak UI harus menjadi pemegang saham terbesar dalam setiap pembentukan unit usaha kom-ersial. Sementara itu, Gandjar Kiswanto, Direktur Pengelolaan dan Pemeliharaan Fasilitas UI, mengata-kan, baik UI maupun pihak perusa-

haan yang akan menjadi mitra bisnis saling berinisiatif dalam menjalin ker-jasama. Lebih lanjut, sosok yang akrab disapa Gandjar tersebut men-jelaskan, beberapa tempat ditawar-kan kepada perusahaan yang ingin membuka lahan bisnisnya di UI. Na-mun, ada juga perusahaan yang da-tang dengan sendirinya ke UI untuk berbisnis. “Apapun itu, mereka bi-asanya tetap berkoordinasi dengan Pusat Administrasi Umum (PAU) UI,” ucap Gandjar.

Perlu Revisi Peraturan Kegiatan Unit Usaha

Walau telah terdapat peraturan ke-bijakan terkait kegiatan unit usaha, Dodi menyatakan bahwa revisi akan dilakukan dalam waktu dekat, na-mun ia belum dapat memastikan ka-pan pelaksanaannya. Revisi perlu dilakukan mengingat adanya perubahan jenis-jenis usaha yang ada di UI, termasuk masalah definisi. “Selain itu, Ang-garan Rumah Tangga (ART) UI juga berubah,” kata Dodi. Senada dengan Dodi, Gan-djar juga turut setuju apabila aturan tersebut direvisi. Dirinya berpen-dapat masalah detail perlu menjadi perhatian dalam penerapan aturan terkait kegiatan unit usaha komer-sial. Hal itu dapat meliputi jenis us-aha apa yang diperbolehkan berdiri di wilayah UI, baik ranah universitas maupun fakultas. Salah satu tujuan rencana revisi peraturan kebijakan kegiatan unit usaha dilakukan untuk memper-jelas manfaat keberadaan unit usaha komersial di UI. Hal tersebut diamini oleh Dodi. Dodi juga menjelaskan bahwa setiap kegiatan usaha komer-sial di UI harus memenuhi dua kon-sep keuntungan, yakni keuntungan tidak terlihat dan keuntungan terli-hat. Untuk keuntungan tidak terlihat, ia menjelaskan contohnya adalah UI akan mendapat citra yang baik ketika melakukan kerjasama di bidang usaha komersial. Sementara di sisi lain, UI harus merasakan keun-tungan terlihat pula.

“Contohnya adalah UI harus memiliki saham mayoritas dalam setiap kerjasama dengan pe-rusahaan dari luar. Selain itu, keun-tungannya juga harus dirasakan oleh mahasiswa,” kata Dodi. Gandjar pun menyatakan hal yang serupa, bahwa keuntun-gan dari setiap unit usaha komersial yang berdiri harus kembali kepada universitas atau fakultas. “Nantinya, keuntungan itu bisa digunakan un-tuk peningkatan fasilitas yang ada di kampus,” tuturnya.

Mahasiswa Tanggapi Kehadiran Unit Usaha Komersial

Di sisi lain, kalangan mahasiswa me-miliki tanggapan tersendiri dalam menyikapi kehadiran unit usaha kom-ersial. Karena tujuannya ada-lah untuk menambah pemasukan dari sektor biaya non pendidikan, keberadaan unit usaha komersial sah-sah saja menurut Abdel. Ia pun menyampaikan sikapnya sebagai perwakilan dari MWA UI UM, “Kalau MWA sendiri, semakin banyak pe-masukan dari biaya non pendidikan, semakin baik.” Sementara itu, menurut Nurul Qomariyah, mahasiswa Fakul-tas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UI, maraknya unit-unit usaha komersial yang berdiri di fakultas maupun uni-versitas secara keseluruhan menjadi pertanda bahwa perusahaan terse-but mampu menangkap peluang bis-nis di UI. Pendapat juga disampai-kan oleh Sellina Tiara Nirwana. Ia menyatakan bahwa kehadiran unit usaha komersial di UI dapat menda-tangkan keuntungan dan kerugian, namun itu semua tergantung pada diri mahasiswa sendiri dalam menyi-kapinya. “Ada yang merasa kehad-irannya adalah untuk memenuhi kebutuhan mahasiswa. Namun, ada juga yang berpendapat bahwa pengaruh perilaku konsumtif akan meningkat. Entah mana yang benar, itu kembali pada diri sendiri,” tu-tup mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) UI tersebut. (DAS)

Page 7: Gerbatama 77 mei 2015

g e r b ata m a 7 7 / / 0 5 - 2 0 1 5

L A P O R A N K H U S U S 0707

UKT memiliki dasar hu-kum berupa UU No. 12 tahun 2012 ten-

tang Pendidikan Tinggi. UKT sebagai sistem pembayaran sebenarnya telah diterapkan sejak tahun 2013 di be-berapa Perguruan Tinggi Negeri (PTN), di antaranya Univesitas Gajah Mada (UGM) dan Institut Teknologi Bandung (ITB). UI baru akan menerapkannya pada tahun ini.

SISTEM BIAYA KULIAH BARU UIKebijakan Uang Kuliah Tunggal (UKT) akan

diberlakukan di Universitas Indonesia (UI) untuk mahasiswa baru S1 reguler angkatan 2015. Adanya UKT membuat besaran biaya yang dibayar oleh mahasiswa menjadi sama pada tiap semester dan disesuaikan dengan

kondisi ekonominya.

OLEH: FRISTA NANDA PRATIWI DAN RONI REZKY PAUJIFOTO: DIAH DESITA DAMAYANTI

Ilustrasi Uang Kuliah Tunggal

Page 8: Gerbatama 77 mei 2015

g e r b ata m a 7 7 / / 0 5 - 2 0 1 5

l a p o r a n K H U S U S08 Pada dasarnya, UKT tidak berbeda dengan Biaya Operasional Pendidikan Berkeadilan (BOPB). Ar-man Nefi, Direktur Kemahasiswaan UI, menyebut bahwa UKT adalah bentuk evaluasi terhadap BOPB. “UKT adalah wajah baru BOPB dan tidak akan mengubah nama BOPB itu sendiri,” ucap Arman Nefi.

Kronologis Terbentuknya Tim 5 Demi merealisasikan kebi-jakan UKT, pada Kamis (26/2), Rek-tor UI mengeluarkan surat tugas No. 173/UN2.R/SDM.02.04.10/2015 ten-tang Pembentukan Panitia Kelom-pok Kerja (Pokja) UKT Program Sarjana Reguler UI Tahun Akademik 2015/2016. Pokja ini yang nantinya akan merumuskan UKT. Panitia Pokja UKT ini ser-ing disebut sebagai Tim 17. Hal ini karena tim tersebut terdiri dari 17 orang yang berasal dari berbagai ele-men, yaitu Direktur Kemahasiswaan, Subdit Kemahasiswaan, Subdit Keuangan, Mahasiswa dan Alumni (Mahalum), serta mahasiswa. Terdapat 5 orang perwaki-lan dari mahasiswa yang ikut meru-muskan sistem pembayaran UKT. Mereka adalah Geri Putra, Hari Pur-nama, Sandi Aria, Cymilia Gityawati, dan Muhammad Delly Permana. Ke-lima mahasiswa tersebut tergabung dalam tim yang dipilih melalui Forum CEM-Kesmalink. Dari situlah sebutan Tim 5 berasal. Keterlibatan mahasiswa dalam perumusan UKT di UI berawal dari Badan Kelengkapan Majelis Wali Amanat UI Unsur Mahasiswa (BK MWA IU UM) yang mengajak para Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) untuk menemui Arman Nefi selaku Direktur Kemahasiswaan. Alhasil, pada Jumat (13/2) Arman Nefi mengirimkan sebuah pesan singkat kepada Andi Aulia Rahman selaku Ketua BEM UI. Isi pesan singkat tersebut adalah per-mintaan keterlibatan Ketua BEM UI, Ketua MWA UI UM, dan Ketua De-wan Perwakilan Mahasiswa (DPM) UI dalam pembuatan konsep sistem pembayaran UKT. Namun, mereka yang ditunjuk merasa tidak berhak untuk menjadi bagian dari tim peru-mus UKT. Menurut Hari Purnama,

“Mereka tidak sepakat apabila dili-batkan, karena yang dilibatkan itu harus mempunyai standar.” Standar yang dimaksud adalah orang yang terpilih harus tahu masalah tentang mekanisme Biaya Operasional Pen-didikan Berkeadilan (BOPB) tahun-tahun sebelumnya. Oleh karena itu, pada Se-lasa (17/2) Forum CEM-Kesmalink diadakan. Forum diawali dengan pemaparan UKT dari Kajian BK MWA UI UM, kemudian dilanjutkan dengan pemilihan mahasiswa yang akan tu-rut serta dalam perumusan sistem UKT. Geri Putra yang merupa-kan Kepala Departemen (Kadept) Adkesma BEM UI sekaligus koordina-tor dari Tim 5 menyatakan bahwa di dalam forum tersebut muncul tiga kriteria yang menjadi dasar pemili-han anggota Tim 5, yaitu kompeten-si, kepahaman medan, dan mewakili mahasiswa berdasarkan rumpun ilmu. “Awalnya ada 10 maha-siswa yang diusulkan dalam forum, kemudian diseleksi menjadi 6, dan akhirnya ditentukan 5 mahasiswa yang akan bergabung ke dalam Tim 5,” terang Geri yang berasal dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UI. Hasil Forum CEM-Kesma-link juga melahirkan delapan poin tujuan yang akan diperjuangkan oleh Tim 5 sebagai perwakilan dari maha-siswa. Delapan poin tujuan tersebut meliputi penyederhanaan berkas persyaratan UKT, efisiensi mekanisme UKT, keterlibatan Adkes-ma se-UI yang berkelanjutan dalam penetapan BOPB, mendorong kes-eragaman mekanisme pembaharuan BOPB tiap fakultas, strategi sosial-isasi UKT, transparansi UKT di akhir tahun, mendorong penerima UKT golongan 1 dan 2 di luar penerima bidik misi, serta BOPB berlaku hing-ga Profesi dan Program Vokasi. Geri menilai pelaksanaan sistem UKT kali ini merupakan mo-mentum untuk mengevaluasi sistem BOPB, apalagi persoalan BOPB men-jadi bagian dari delapan poin tujuan Tim 5. ”Kalau BOPB bisa kita (maha-siswa—red) perbaiki pada momen-tum ini, kita bisa lebih untung, lebih efektif dan efisien, serta lebih berpi-

hak pada mahasiswa,” ujarnya.

Proses Perumusan UKT Rapat Tim 17 untuk meru-muskan sistem UKT dilaksanakan seminggu sekali, yakni setiap hari Rabu. Pada rapat pertama, Tim 17 mengadakan dengar pendapat terkait evaluasi sistem UKT. Rapat selanjutnya, Tim 5 mempresentasi-kan hasil kajiannya di depan seluruh Panitia Pokja UKT. Cymilia Gityawati, anggota Tim 5 asal Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) UI menuturkan, pada rapat kedua tersebut, Tim 5 mengusulkan penerapan UKT pada profesi dan program vokasi. Akan tetapi, usulan tersebut disanggah forum. Tim 5 sendiri dibatasi usulannya, yaitu han-ya untuk membahas UKT program sarjana reguler saja. Geri menjelaskan alasan usulan dari Tim 5 yang tidak terako-modasi. Menurutnya, tidak bijaksana apabila mahasiswa mengusulkan sistem pembayaran UKT untuk pro-gram Vokasi atau Profesi. Karena selain menyangkut pemasukan dari fakultasnya, hal itu memang di luar konteks Tim 5. Meski begitu, maha-siswa masih dapat mengusulkan hal tersebut ke pihak rektorat, asalkan dilakukan di luar forum. Pada rapat ketiga, Tim 5 memperjuangkan poin tujuan ked-ua. Poin tuntutan tersebut adalah efisiensi mekanisme sistem pemba-yaran UKT dengan satu pintu, yaitu melalui BOPB. Geri menuturkan, pada awalnya mahasiswa memang men-gusulkan satu pintu. Ia pun menje-laskan keinginan mahasiswa agar pembayaran biaya pendidikan bagi seluruh mahasiswa S1 Reguler harus sama. Demikian pula dengan berkas yang dikumpulkan oleh mahasiswa, harus sama. Usulan satu pintu kemu-dian ditolak oleh forum karena tidak mengakomodasi seluruh mahasiswa baru. “Kalau golongan mahasiswa yang 25 persen di atas itu orang kaya, pasti mereka sudah tidak me-mikirkan (tentang pembayaran—red). Malah mereka akan marah kalau diminta (berkas—red) macam-macam. Kita mau bayar penuh, kok disuruh mengumpulkan ini dan itu,

Page 9: Gerbatama 77 mei 2015

g e r b ata m a 7 7 / / 0 5 - 2 0 1 5

L A P O R A N K H U S U S 09misalnya,” tandas Arman Nefi. Pada rapat keempat, ma-hasiswa terus mengusulkan satu pintu untuk UKT. Akhirnya, solusi dari negosiasi tersebut adalah 6 poin tu-juan mahasiswa yang lain akan diako-modasi oleh forum. Forum CEM-Kesmalink diperluas dengan melibatkan Sospol-net untuk memperkuat posisi dari Tim 5. Tim 5 bersama Adkesma BEM UI melakukan lobi agar Direktur Ke-mahasiswaan benar-benar mengako-modasi 6 poin tujuan tersebut. Pada tanggal 25 Maret, draf akhir mengenai sistem pemba-yaran UKT dibahas dalam forum se-cara internal. Hasil forum pada saat itu berupa rekomendasi draf akhir sistem pembayaran UKT kepada rek-tor. Draf akhir sistem pemba-yaran UKT sendiri akhirnya disetujui oleh Rektor UI pada tanggal 2 April. Selanjutnya, Humas UI mulai men-sosialisasikan UKT sejak tanggal 15 April lalu. Rifelly Dewi Astuti, Kepala Kantor Humas UI, menuturkan, dip-ilihnya tanggal tersebut disebabkan pihak UI ingin mengejar targetnya, yaitu calon mahasiswa baru. Hal ini mengingat waktu dimulainya pen-erimaan mahasiswa baru semakin dekat.

Mekanisme Pembayaran UKT Menurut Cymilia, Rektor UI sudah menyatakan bahwa batas atas UKT tidak naik, yaitu tetap Rp5.000.000,00 untuk program so-sial humaniora dan Rp7.500.000,00 untuk program sains dan teknologi. Cymilia juga menjelas-kan bahwa pada UKT kali ini, infor-masi mengenai konten BOPB akan ditampilkan pada halaman muka si-tus penerimaan.ui.ac.id tanpa harus log in, sehingga memudahkan calon mahasiswa baru untuk mengakses in-formasi tentang sistem pembayaran di UI. Geri mendukung ditampil-kannya konten BOPB ini. Ia berala-san, “Ini (BOPB—red) dijadikan seba-gai produk unggulan UI yang harus dipublikasikan pada calon mahasiswa bahwa kalau kuliah di UI itu tidak harus kaya, karena ada BOPB.” Selain itu, menurutnya, semua mahasiswa

baru akan memilih sistem pemba-yaran yang sama, yaitu BOPB. Pada mekanisme pemba-yaran UKT nanti, mahasiswa baru akan melakukan registrasi online, ke-mudian akan muncul penjelasan ten-tang biaya pendidikan UI. Mahasiswa diharuskan memilih klaster pemba-

makin ke bawah, jumlah berkas yang dikumpulkan semakin banyak. Pada tiap-tiap klaster, mahasiswa juga da-pat memilih cara pembayaran dicicil atau lunas. Namun menurut Geri, pen-etapan besaran BOPB yang dibeban-kan kepada masing-masing maha-siswa ditentukan oleh matriks yang disusun oleh panitia. “Misalnya, bisa saja mahasiswa yang memilih klaster B, namun berdasarkan matriks, ia be-rada di klaster C,” jelas Geri. Saat ditanya tentang matriks lebih jauh, Geri mengung-kapkan bahwa mahasiswa tidak ber-wenang untuk mengetahui hal terse-but. Ini disebabkan matriks sendiri berkaitan dengan independensi dan kemurnian data. Menanggapi hal tersebut, Arman Nefi menegaskan, “Kalau ada anggapan sebagian mahasiswa yang merasa bahwa matriks atau perhi-tungan dari pembayaran itu disem-bunyikan oleh pihak UI, ya kita kan juga ada kontrak dengan orang tua.” Kontrak yang dimaksud adalah bah-wa data matriks tersebut tidak boleh disebarluaskan.

Berharap Lebih Transparan Rencana penerapan UKT mendapat tanggapan dari pihak ma-hasiswa, salah satunya Titis Wasila. Mahasiswi jurusan Ilmu Komunikasi 2014 berpendapat, “Kalau sistem UKT yang seperti ini jadi diterapkan dan disahkan oleh rektor, ya sudah baik.” Dirinya menambahkan, ma-hasiswa harus mengawal kebijakan UKT agar pelaksanaanya kelak lebih transparan dan adil. Pendapat juga diutarakan oleh Novi Kavita, mahasiswi juru-san Administrasi Negara 2014. Ia menyarankan agar pihak UI tidak mempersulit mahasiswa. Novi men-contohkan, apabila mahasiswa baru layak mendapat klaster D, maka ia harus diakomodasi dan tidak boleh dipindah ke klaster lain. Selain itu, menurut Novi, pihak UI juga harus memerhatikan proses banding terkait kesepakatan biaya kuliah yang akan dibayarkan oleh mahasiswa, “Proses bandingnya jangan sampai terlalu lama seperti tahun kemarin,” tutupnya. (RRP/DAS)

yaran yang berfungsi untuk peng-klasifikasian berkas dan kemampuan orang tua mahasiswa. Terdapat empat klaster, yakni klaster A, B, C, dan D. Klaster A, berarti mahasiswa baru langsung membayar tanpa mengumpulkan berkas apa pun. Untuk kelas B, C, dan D, mahasiswa harus mengum-pulkan berkas yang jumlahnya sesuai dengan klaster yang ia pilih, yakni se-

OLEH: LILIK MUDLOYATI CHOIRIYAHINFOGRAFIS: LILIK MUDLOYATI CHOIRIYAH

UANG KULIAH TuNGGAL (UKT)

g e r b ata m a 7 7 / / 0 5 - 2 0 1 5

Page 10: Gerbatama 77 mei 2015

g e r b ata m a 7 7 / / 0 5 - 2 0 1 5 10 I N F O G R A F I Sg e r b ata m a 74 / / 1 1 - 2 0 1 4

OLEH : NENG ENGDAH FATMAWATIINFOGRAFIS : PRITA PERMATA PRADIAN

Page 11: Gerbatama 77 mei 2015

g e r b ata m a 7 7 / / 0 5 - 2 0 1 5

I N F O G R A F I S 11g e r b ata m a 7 7 / / 0 5 - 2 0 1 5

OLEH : NENG ENGDAH FATMAWATIINFOGRAFIS : PRITA PERMATA PRADIAN

SUMBER: HUMAS UNIVERSITAS INDONESIA

Page 12: Gerbatama 77 mei 2015

g e r b ata m a 7 7 / / 0 5 - 2 0 1 5 12 R A G A M

las mahasiswa asal Vokasi UI terse-but.

Arti Kebanggaan Batu Akik Antropolog UI, Ruddy Agusyanto, mengatakan bahwa batu akik dapat melambangkan kebang-gaan bagi pemakainya. Hal ini dis-ebabkan batu akik kini merupakan simbol dari kekayaan karena bernilai jual tinggi. Ruddy menerangkan batu akik memiliki dua fungsi, satu seba-gai permata, satu lagi sebagai pu-saka. Dalam sejarahnya, batu di Indo-nesia lebih condong sebagai pusaka,

Batu permata atau yang biasa disebut batu akik menjadi benda yang banyak diburu oleh kalangan masyarakat akhir-akhir ini

Batu akik sendiri merupakan batu mineral yang terbentuk sebagai hasil proses geologi.

Batu tersebut kemudian dipoles un-tuk dijadikan perhiasan yang memi-liki nilai jual tinggi. Karena memiliki nilai jual tinggi, benda tersebut banyak di-jadikan koleksi bagi pemiliknya. Batu akik dikoleksi oleh masyarakat kelas atas seperti mantan Presiden Re-publik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono, sampai masyarakat ke-las bawah. Tidak ketinggalan, maha-siswa juga kerap mengoleksinya. Menurut Yoga Prawira,

mahasiswa Fakultas Ilmu Pengeta-huan Budaya (FIB) UI, laki-laki yang memakai cincin batu akik dapat ter-lihat lebih berwibawa. Hal ini terlihat dari pancaran cincin batu akik yang ia pakai. “Saya punya dua batu akik dan saya pakai buat aksesoris pelengkap untuk jari saya,” ungkapnya. Sementara itu, Muham-mad Toha Santoso, mengungkapkan ketertarikannya terhadap batu akik. “Saya tertarik dengan batu akik bu-kan karena hal-hal mistisnya, namun karena batu akik tersebut berasal dari alam dan memiliki keindahan yang diproses sedemikian rupa,” je-

LEBIH DARI SEKADAR BERKILAU

OLEH: TRISNO JULIANTOROFOTO: MOHAMMAD TOHA SANTOSO

g e r b ata m a 7 7 / / 0 5 - 2 0 1 5

Berbagai macam batu akik yang dijual oleh para pedagang di Jl. Bango Raya Kel.Pondok Labu, Kec. Cilandak Jakarta Selatan

Page 13: Gerbatama 77 mei 2015

g e r b ata m a 7 7 / / 0 5 - 2 0 1 5 13R A G A M

pat terlihat dari kekerasan, kejerni-han, serta kilauan batunya. Sementara itu, batu seba-gai pusaka adalah batu yang natural atau tetap terjaga keasliannya. Jadi, hanya dibentuk saja tanpa melalui proses teknologi. ”Batu kita dari dulu kebanyakan natural, sehingga kom-posisi mineral dalam batu merupa-kan satu kesatuan yang bisa menge-luarkan energi,” jelas Ruddy. Ruddy juga menuturkan energi yang dikeluarkan oleh batu akik membuat penggunanya merasa lebih tenang. “Percaya diri ketika me-makai batu tersebut,” imbuhnya. Energi dalam batu terse-but menurut Ruddy sering dipakai untuk pengobatan-pengobatan alternatif, contohnya pengobatan dengan batu giok. “Orang sering salah beranggapan bahwa batu akik itu memiliki kekuatan mistis. Sebe-narnya batu akik memiliki energi yang salah satu kegunaannya ada-lah sebagai pengobatan alternatif,” terangnya. Batu akik menjadi salah satu contoh keberagaman batuan di Indonesia. Seperti yang dijelas-kan oleh Ruddy, jenis batuan akan semakin beragam ketika mendekati kawasan khatulistiwa. Ini disebabkan terdapat variasi biotik maupun abio-tik dari daerah yang dingin menuju daerah yang hangat. Supriyatna, Ahli Geologi UI, mengatakan bahwa beragamnya jenis batuan di Indonesia disebab-kan oleh tenaga endogen berupa pergeseran lempeng tektonik. Per-geseran ini menyebabkan kontak dengan magma sehingga memun-culkan jenis batuan yang beragam. Selain itu, Persebaran gunung berapi di Indonesia juga mempengaruhi be-ragamnya jenis batuan yang terdapat di Indonesia. Mengenai jenis batuan yang dapat dijadikan sebagai batu akik, pria yang akrab disapa Supri tersebut menerangkan, “Jadi, kalau saya lihat di semua jenis batu yaitu batuan beku, batuan metamorf, ser-ta batuan sedimen, semuanya bisa dijadikan sebagai batu akik.” Dalam skala mohs, yaitu skala pengukur kekerasan batu, dalam skala 1-10, batu yang semakin keras semakin bagus. Batu yang ser-

ing dijadikan sebagai permata me-miliki skala standar minimal 6 mohs. Angka tersebut menandakan batu tersebut mengandung banyak Kalsit karena memiliki keunikan, yakni da-pat tembus pandang. Sementara itu, jenis bat-uan yang memiliki skala 10 mohs, yaitu intan, sering digunakan untuk memoles jenis batuan lainnya.

Potensi Menguntungkan Batu Akik Dilihat dari perkemban-gannya, batu akik dapat menjadi potensi ekonomi bagi Indonesia. Hal ini disebabkan jenis batu permata di Indonesia yang beragam. Namun, untuk pengelolaan dan perdagan-gannya, Indonesia belum mampu memaksimalkannya. Salah satu jenis batuan di Indonesia, yakni batu opal yang be-rada di Kalimaya, Banten, merupakan jenis batu opal terbaik di dunia. Na-mun, pertambangan batu permata jenis opal sendiri dikuasai oleh pen-gusaha Jepang. “Padahal yang saya tahu harganya Rp3.500,00/kg. Na-mun, di Jepang dapat menjadi mas kawin dengan harga mahal,” tandas Ruddy. Selain itu, Ruddy menam-bahkan, momentum maraknya peng-gunaan batu akik sangat penting un-tuk dimanfaatkan. Jika momentum ini berjalan stabil, akan banyak orang yang berinvestasi pada batu akik se-hingga makin banyak ekploitasi ter-hadapnya. Meski begitu, eksploitasi besar-besaran terhadap batu akik dapat membuat keberadaan batu tersebut menjadi langka. Kelangkaan ini dapat membuat harga batu akik melambung sewaktu-waktu. Supri turut berpendapat soal eksploitasi batu akik. Menu-rutnya, jika dikelola dengan baik, potensi batu akik akan sangat men-guntungkan Indonesia. Namun, jika sebaliknya, hal ini akan mengakibat-kan kerusakan alam.

“Eksploitasi dan konversi lahan be-sar-besaran untuk pertambangan batu permata dapat merusak ekosis-tem alam sekitarnya,” pungkas Supri. (DAS)

sedangkan masyarakat luar negeri lebih condong menganggap batu se-bagai permata atau perhiasan. Batu sebagai permata adalah batu yang telah diproses se-demikian rupa. Proses ini berupa penjernihan dan pemberian warna. Melalui proses tersebut, sebuah batu akan memiliki nilai jual yang tinggi. Sebagai contoh, batu per-mata seperti berlian, zamrud, ruby, dan safir memiliki nilai jual yang tinggi. Hal ini karena batu tersebut memiliki keindahan dari bentuk dan warnanya. Selain itu, keindahan da-

Page 14: Gerbatama 77 mei 2015

g e r b ata m a 7 7 / / 0 5 - 2 0 1 5 14 I P T E K

Plaza Quantum atau biasa dis-ebut Mochtar Riyadi Plaza Quantum (MRPQ), didirikan

oleh pendiri Grup Lippo, Mochtar Riady. Dekan Fakultas Teknik UI, Dedi Priadi, berasumsi bahwa nama Quantum sangat erat kaitannya den-gan ilmu fisika, yakni partikel-partikel halus. Dengan adanya nama terse-but, diharapkan dapat menemukan teknologi-teknologi baru. Pembangunan Plaza Quan-tum ini berawal dari keinginan Kepala Departemen Teknik Elektro, Eko Cip-to Raharjo. Kemudian, Asvial, Ketua Departemen Teknik Elektro periode 2009, turut mempersiapkan konsep desain bangunan gedung bersama beberapa alumni dari Teknik Elektro dengan melakukan sayembara.

Djoko Hartanto yang saat itu menjabat sebagai ketua Senat UI, bersama timnya menawarkan ke-pada Mochtar Riady untuk berpartisi-pasi membangun gedung riset yang telah direncanakan oleh Asvial. Rencana tersebut disam-but baik oleh Mochtar Riady yang saat itu menjabat sebagai ketua MWA UI sekaligus orang yang memi-liki nano center, untuk bersama-sama merealisasikan gedung tersebut. “Dengan adanya kontribusi dari Pendiri Grup Lippo, diharapkan terciptanya riset unggulan UI teruta-ma di bidang Genom, teknologi ko-munikasi dan informasi, dan nanote-knologi pada waktu itu,” jelas Djoko. “Plaza Quantum benar-benar murni hibah dari Dr. Mochtar. Pihak kami hanya memberikan tanah

sebagai landasan pembangunan ge-dung tersebut,” tambah Dedi ketika ditanya mengenai anggaran Plaza Quantum. Peletakan batu pertama sudah dilakukan sejak Desember 2011 lalu. Kemudian, peresmian atau serah terima gedung Plaza Quantum tersebut dilakukan pada Maret 2015 yang diterima oleh Gunawan Wibiso-no selaku Ketua Departemen Teknik Elektro periode sekarang. Kini, UI resmi memiliki se-buah aset unggulan dalam bidang riset. Gedung yang dihias batu bata berwarna oranye tersebut terdiri dari empat lantai dan memiliki luas kurang lebih 2500 m2 di setiap lan-tainya. Gunawan memaparkan,

Berawal dari rencana pembangunan gedung riset, Plaza Quantum yang diresmikan sejak bulan Maret 2015, hadir sebagai sarana bagi para peneliti yang hendak menciptakan temuan-temuan baru yang mendunia.

PLAZA QUANTUMDEMI KEMAJUAN RISET

OLEH: NURHIKMAH OCTAVIANIFOTO: GERARD KAWUN

Meja Resepsionis Plaza Quantum

Page 15: Gerbatama 77 mei 2015

g e r b ata m a 7 7 / / 0 5 - 2 0 1 5 15I P T E K

meski fasilitas di Plaza Quantum masih dapat dibilang terbatas, na-mun sejauh ini telah berfungsi secara optimal. Sampai saat ini, pihak Teknik Elektro pun terus berusaha agar mendapatkan fasilitas yang lebih lengkap. Salah satu fasilitas yang tengah mengalami proses pengem-bangan adalah ruang kebersihan. “Tiap ruangan di laboratorium itu memang harus bersih karena perala-tan di sana sangat sensitif terhadap debu dan partikel kecil lainnya. Kita harus melewati ruang kebersihan tersebut agar badan bersih,” papar Dedi saat ditanya mengenai ruang kebersihan.

Kegiatan Riset di Plaza Quantum Terkait keunggulan peneli-tian di bidang nanoteknologi, ada empat bidang lain yang juga menjadi fokus Departemen Teknik Elektro UI untuk dikembangkan. Bidang terse-but meliputi energi terbarukan dan sistem integrasi, telekomunikasi dan radar, teknologi kontrol, dan jaringan komputer. “Yang dikembangkan di quantum (Plaza Quantum/MPRQ–red) adalah kegiatan riset oleh masing-masing tim dari setiap bidang. Masing-mas-ing bidang memiliki riset tersendiri dan dibimbing oleh senior yang mempunyai rekam jejak baik serta dosen yang ahli di bidangnya. Di gedung itulah diharapkan terjadin-ya suasana riset kelas dunia,” jelas Djoko. Terkait penggunaannya, Mahasiswa jenjang S3 yang lebih diu-tamakan, namun tidak menutup ke-mungkinan adanya kesempatan bagi mahasiswa jenjang lainnya untuk turut berpartisipasi dalam riset yang tengah dikembangkan. Saat ini, Gunawan bersama timnya tengah mengerjakan proyek menggunakan radio frekuensi seba-gai alat komunikasi bagi para nelayan ketika berada di tengah laut. Jika berbicara dalam dunia kesehatan, teknologi dari frekuensi radio tersebut juga bisa digunakan dalam proses penyembuhan pen-yakit jantung. “Nanoteknologi dalam bidang kesehatan yang sedang kami teliti saat ini adalah Cure health sys-tem. Itu merupakan sistem penyem-

buhan penyakit jantung dengan me-manfaatkan teknologi komunikasi,” terang Gunawan. Cara kerja dari sistem tersebut yakni dengan memasang alat tersebut pada tubuh pasien dan harus rutin memberikan obat. Ke-mudian, reaksinya akan terlihat oleh orang-orang terdekat apabila telah dihubungkan dengan monitor. “Pasien cukup diberi obat, lalu sis-tem tersebut bisa memonitor apakah pasien tersebut rajin mengonsumsi obat atau tidak. Jika rajin, maka akan terlihat kemajuannya,” ungkap Gunawan menjelaskan cara kerja sis-tem yang sedang dikembangkannya.

Gunawan menjelaskan bahwa teknologi di bidang kesehatan sejauh ini baru sebatas pada penyembuhan penyakit jantung.

Pengembangan nanote-knologi untuk penyembuhan kanker serta HIV sebenarnya juga dapat di-lakukan. Namun, sejauh ini tim mere-ka belum mampu untuk menciptakan aplikasi tersendiri bagi kedua pen-yakit tersebut. “Tugas saya kedepan ada-lah menciptakan Plaza Quantum se-bagai pusat riset terutama pada lima jenis riset yang menjadi unggulan bagi kami. Jika riset tersebut belum menunjukan hasil, ada kemungkinan untuk mengganti dengan riset lain-nya,” ungkap Gunawan. Berkaitan dengan nasib riset kedepannya, Gunawan juga mengundang alumni serta beberapa industri secara perlahan untuk ikut bergabung dalam riset yang sedang dikembangkan dengan cara mem-buktikan terlebih dahulu hasil dari riset-riset yang ada. Untuk penelitian Energi terbarukan (renewable energy), turut melibatkan Mahasiswa Pascasarjana Teknik Elektro, Adrian Danar Wibiso-no, yang melakukan sebuah peneli-tian terkait tersisnya, yatu Tropical renewable energy center. “Saya mencoba untuk menggabungkan beberapa energi terbarukan, yaitu solar panel yang memanfaatkan radiasi matahari den-gan cara ikut membantu memasang panel pada sistem,” papar Danar. Dirinya berharap nantinya akan ter-cipta solar panel yang standar dan karakteristiknya sesuai dengan nega-ra Indonesia yang berada di wilayah tropis. Hirzi Hasan, Mahasiswa Teknik Elektro 2012 yang juga seba-gai Ketua Institut Teknik Elektro tu-rut menyampaikan harapannya atas kehadiran Plaza Quantum. Menu-rutnya, Plaza Quantum merupakan salah satu hal yang dapat memajukan riset di Fakultas Teknik. “Fasilitas memang belum lengkap. Oleh karena itu saya ber-harap agar lebih banyak diberikan hibah dari pemerintah soalnya satu alat aja bisa sampai miliaran kisaran-nya” Tutup Hasan. (AF/YFS/DAS)

“Yang dikembangkan di quantum (Plaza

Quantum/MPRQ–red) adalah kegiatan riset oleh masing-masing

tim dari setiap bi-dang. Masing-masing bidang memiliki riset tersendiri dan dibimb-ing oleh senior yang mempunyai rekam

jejak baik serta dosen yang ahli di bidan-

gnya. Di gedung itulah diharapkan terjadinya

suasana riset kelas dunia,” jelas Djoko.

Gunawan menambahkan, sistem penyembuhan penyakit jantung ini akan mempermudah dokter dalam memantau perkembangan pasien-nya. Dokter juga akan lebih men-gontrol dan mengurangi tingkat kelalaian apabila pasien lupa mem-inum obat. Untuk klarifikasi lebih lanjut,

Page 16: Gerbatama 77 mei 2015

g e r b ata m a 7 7 / / 0 5 - 2 0 1 5 16 O P I N I

Jelas, Pancasila menjadi fondasi bangunan tersebut. Masyarakat pun perlu bahu membahu menjaga kekuatan bangunan dengan silih ber-ganti memperbaiki fondasinya yang terkadang rapuh. Syukurlah, karena ternyata masih banyak komponen bangsa yang peduli dengan kelangsungan hidup komponen bangsa lainnya. Mengkaji pengalaman se-lepas 69 tahun kemerdekaan, Indo-nesia sebagai sebuah identitas tentu telah mengalami berbagai macam dekonstruksi konseptual. Ini diperi-hatkan adanya transisi demokrasi menuju otoritarianisme (baca: semi-otoritarianisme) yang dipera-gakan dalam demokrasi terpimpin, demokrasi menuju negara kekeluar-gaan (semi-fasisme) yang dipraktik-kan oleh Orde Baru dan kemudian mengantar bangsa ini pada Refor-masi sebagai wajah baru demokrasi. Terlepas dari hal itu, de-konstruksi tersebut dapat dibaca sebagai rekonstruksi apabila peru-bahan termaksud memberikan pen-garuh positif bagi masyarakat. Perubahan-perubahan itu tak lepas dari campur tangan pem-impin yang secara langsung men-jadi Role-Model dari setiap periode pemerintahan. Sukarno, yang dapat dika-takan sukses di era demokrasi ter-

pimpin menjadi model pelaksanaan demokrasi yang terkontrol. Baginya, negara yang terlalu demokratis da-pat berakibat buruk bagi kekuasaan eksekutif, sehingga harus ada kelom-pok-kelompok yang mengawasi jalannya demokrasi itu. Pada periode berikutnya, Soeharto, juga berhasil menerapkan kaidah-kaidah patron-client relation-ship dalam pemerintahannya. Pres-iden dianggap raja dan masyarakat adalah rakyatnya. Karakteristik hubungan semacam ini adalah rakyat tidak akan dibiarkan menjadi sosok yang mandiri. Hal ini dilakukan un-tuk menjaga ketergantungan rakyat terhadap penguasanya. Relasi kuasa yang terbangun adalah depend-ensi kronis rakyat terhadap pem-impin.

Nah, bagaimana Indonesia hari ini?

Sukarno dan Suharto adalah pem-impin-pemimpin yang walaupun berbeda prinsip dalam pelaksanaan pemerintahnnya, tetap mengindah-kan aspek-aspek yang dibutuhkan oleh setiap kepala negara, yaitu visi yang berangkat dari refleksi. Setiap kebijakan mesti be-rangkat dari refleksi mendalam ter-hadap tujuan yang ingin dicapai dan cara yang harus ditempuh untuk tiba pada tujuan itu. Pemimpin adalah mereka

yang mau terjun dalam permenun-gan tentang hakikat suatu bangsa yang sarat kepentingan. Tentu saja untuk dapat memuaskan semua pihak, kebijakan yang dikeluar-kan mesti mengakomodasi semua kepentingan termaksud. Seorang pemimpin yang sudah paham betul kondisi masyarakat secara konkret akan jernih melihat problem-problem ak-tual dan tidak tunduk pada elite-elite oligarkis yang mengantarnya menuju puncak pemerintahan. Membaca wajah kepem-impinan Indonesia saat ini, kita di-pusingkan oleh sederet permasala-han sistemik yang secara langsung disebabkan oleh rapuhnya kualitas kepemimpinan bangsa sehingga mendorong segelintir masyarakat untuk bertindak “nakal.” Permasalahan-permasala-han yang lahir akhir-akhir ini sep-erti kisruh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)-Kepolisian Republik Indonesia (Polri), anjloknya nilai tu-kar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat, dan fenomena begal menjadi beberapa eksponen Indonesia yang mendesak diselesaikan. Penyelesaian masalah yang sudah se-demikian kusut ini akan berhasil apa-bila bangsa ini memiliki pemimpin yang lepas dari pusaran kepentingan politis dan ekonomis dan tentu saja

KEPEMIMPINAN INDONESIA: SEBUAH CATATAN FILOSOFIS-HISTORIS

Imaji keindonesiaan sebagai mata rantai yang menyatukan kemajemukan di Nusantara, secara umum telah memperlihatkan hasil konkret. Hal ini ditandai dengan insafnya segenap komponen bangsa untuk menjaga dan merawat bangunan kebangsaan.

OLEH: SERVULUS ERLAN DE ROBERT

Page 17: Gerbatama 77 mei 2015

g e r b ata m a 7 7 / / 0 5 - 2 0 1 5 17O P I N I

kemerdekaannya atas intervensi pihak manapun akan menjernihkan visinya yang ideal, menyejahterakan masyarakat. Sebuah refleksi yang be-rangkat dari basis kebudayaan akan ampuh menyelesaikan perkara-perkara sistemik yang kian meng-gerogoti bangunan kebangsaan kita. Setiap refleksi kultural seyogianya selalu melihat realitas masyarakat dan menghayatinya dari sudut mentalitas (Sutrisno, 2013:52), sehingga pemimpin pun paham bahwa mentalitas merupakan kunci kemajuan bangsa. Melihat kebudayaan be-rarti melihat mentalitas yang perlu diperbaiki. Hal ini hanya dapat terwu-jud dalam kemerdekaan berpikir dan berrrefleksi. Seorang pemimpin tidak akan mampu berpikir dan berrefleksi selama masih risau akan jabatan-nya, posisinya dan milik asasinya. Pemimpin mesti melihat masalah sebagai kesempatan baginya mem-prediksi masa depan dan tentu saja langkah-langkah solutif. Bernard Delfgaauw, se-orang filsuf yang mentikberatkan perhatiannya pada filsafat agama,

menjelaskan bahwa kemajuan yang terjadi di masa depan akan tam-pak dalam kebebasan (Snijders,

Soekarno dan Soeharto adalah

pemimpin-pemimpin yang walaupun

berbeda prinsip dalam pelaksanaan

pemerintahannya, tetap mengindahkan

aspek-aspek yang dibutuhkan oleh

setiap kepala negara, yaitu visi yang berangkat dari

refleksi mendalam.

sedia dalam jumlah yang banyak. Pilihan-pilihan itu di antaranya ada-lah kesempatan mengaktualisasikan diri dengan maksimal. Itu berarti, hambatan-hambatan yang potensial terjadi mesti diminimalisasi. Pemimpin yang tangguh mesti melihat pilihan ini sebagai katalisator diakhirinya permasala-han-permasalahan kronis bangsa ini. Secara historis, Indonesia adalah bangsa yang tangguh men-garungi luas dan ganasnya gelom-bang zaman. Adalah hal yang konyol dan mencengangkan apabila dalam fase ini ia harus tenggelam. Menilik kondisi yang telah terjadi di masa lalu, kita pun berani merumuskan banyak posdiksi. Na-mun, semuanya akan berawal dan berakhir pada sosok yang mampu mengonsolidasikan semua kekuatan-nya untuk terjun dalam sebuah alam refleksi yang panjang. Ini berguna untuk menjawab selaksa pertanyaan zaman yang kian dinamis. Kita membutuhkan pem-impin yang berani keluar dari dirinya untuk berefleksi dan mereformulasi visi dan misinya.

2004:193). Kebebasan yang dimak-sud olehnya adalah sebuah kondisi di saat pilihan bagi masyarakat ter-

PROFIL PENULISServulus Erlan de RobertAlumnus Program Studi Ilmu Sejarah Universitas Indonesia & Ketua Komunitas Lesehan Buku

Page 18: Gerbatama 77 mei 2015

g e r b ata m a 7 7 / / 0 5 - 2 0 1 5 18 r e s e n s i

Ketika seseorang telah merasa betah dengan cara berpikir, sikap tindak, dan tutur kata,

mampukah seseorang tersebut ke-luar dari perangkap zona nyaman-nya? Setiap orang mempunyai po-tensi yang dapat dikembangkan dan mencapai sesuatu yang tak pernah terbayangkan. Keberanian untuk menghadapi tantangan dan meneri-ma risiko sebagai ganjarannya adalah salah satu cara untuk melepaskan diri dari keterbelengguan. Rhenald Kasali menyadari, banyak jiwa-jiwa yang belum siap menerima tantangan karena teriso-lasi zona nyaman. Hal tersebut men-dorong Rhenald untuk menuliskan pemikiran- pemikirannya dalam buku ini. Buku yang berjudul Self Driv-ing : Menjadi Driver Atau Passenger? akan memperbaharui cara berpikir, melatih kembali kemampuan sum-ber daya manusia, dan melepaskan setiap orang dari belenggu yang menghambat perkembangan diri. Sang Pencipta menjadi-kan setiap insan sebagai mandata-ris dirinya sendiri. Sejak dilahirkan, manusia diberikan kendaraan yang disebut self. Ia telah menjelma men-

jadi kekuatan mencipta, berkarya, berprestasi, atau berkreasi. Kita me-nyebutnya sebagai gabungan antara kompetensi (what you can do), ke-cekatan (how agile you are), dan per-ilaku (your attitude, your gesture).

Driver adalah sebuah sikap hidup yang

membedakan dirinya dengan passenger.

Driver adalah sebuah sikap hidup yang membedakan dirinya dengan passenger. Anda tinggal me-milih, menjadi seorang passenger yang sudah puas dengan keadaan sekarang, tidak menyukai tantangan baru, atau menjadi seorang driver yang berani bertindak keluar dari zona nyaman. Tentu dengan risiko sebagai ganjarannya di depan. Kemampuan untuk men-gendarai diri sendiri berarti mem-perbaiki diri sendiri, memperbaiki kehidupan dan memegang prinsip

inisiatif, melayani, navigasi, dan ber-tanggung jawab. Ada tiga hal yang harus dilakukan, yaitu bagaimana mengendarai diri sendiri, mengen-darai orang lain, dan mengendarai bangsa. Ini bukan buku motivasi pertama Rhenald. Sebelumnya, dia juga sudah membuat buku-buku mo-tivasi dan pengembangan diri, yaitu Recode Your Change DNA, Mutasi DNA Power House, Myelin, Cracking Zone, Cracking Entrepreneurs, Crack-ing Values, Camera Branding, dan Let’s Change. Halaman demi halaman buku ini mudah untuk dicerna dan dipahami. Pembaca tidak akan ter-paku pada rangkaian kata-kata yang monoton. Rhenald menyisipkan foto dan pengalaman hidup beberapa to-koh yang berpengaruh. Ketika membaca buku ini, pembaca akan diajak untuk men-goreksi sikap tindak, pola berpikir, dan perilaku diri sendiri. Buku ini mengajak pembaca berani meng-hadapi tantangan, mengambil risiko dan mengubah pola pikir yang ter-belenggu oleh zona nyaman. (RF/DAS)

ZONA NYAMAN VS TANTANGAN

OLEH: RIZKA FITRIANA & TONGGO BORNAB NABABAN

Judul Buku : Self Driving: Menjadi Driver atau PassengerPengarang : Rhenald KasaliPenerbit : MizanTahun Terbit : Cetakan ke-5, Januari 2015

Page 19: Gerbatama 77 mei 2015

g e r b ata m a 7 7 / / 0 5 - 2 0 1 5 19O P I N I S K E T S A

NADYA ZAHWA NOOR // SUMA UI

Page 20: Gerbatama 77 mei 2015

g e r b ata m a 7 7 / / 0 5 - 2 0 1 5 20 o p i n i f o t o

SEBERAPA EFEKTIFKAH KAWASAN TANPA ROKOK?HAFIDZ FADLI

Dapatkan kesempatan tulisan anda dipublikasikan di Web suaramahasiswa.com dan Buletin Gerbatama:

Ini UI!.

Kirimkan tulisan [email protected]

dengan mencantumkan nama lengkap,fakultas, jurusan, nomor pokok mahasiswa dan angkatan.