7
GERHANA BULAN TOTAL ( TOTAL LUNAR ECLIPSE ) HARI SABTU 10 DESEMBER 2011 DI SURAKARTA *) Dipersiapkan oleh: Cecep Nurwendaya, M.Si Planetarium & Observatorium Jakarta Gerhana merupakan gejala saling menutupi antar benda langit. Bulan bergerak di antara kedua belahan langit, utara dan selatan di sepanjang daerah zodiak. Pada suatu waktu Bulan lewat di depan Matahari dan menghalanginya, sehingga terjadi gerhana matahari. Ini berarti bahwa gerhana matahari terjadi pada saat konjungsi (fase bulan mati). Gerhana itu dapat berupa gerhana matahari total, gerhana matahari cincin atau gerhana matahari sebagian. Pada saat lain, yaitu ketika Bulan sedang beroposisi (fase bulan purnama), Bulan dapat melewati bayangan bumi, sehingga terjadi gerhana bulan. Gerhana ini dapat berupa gerhana bulan total, gerhana bulan sebagian atau gerhana bulan penumbra (samar). Tidak setiap bulan mati atau Bulan berkonjungsi dengan Matahari berlangsung gerhana matahari. Demikian pula tidak setiap bulan purnama, saat Bulan beroposisi dengan Matahari atau istiqbal akan terjadi gerhana bulan. Penyebabnya karena bidang orbit bulan tidak berimpit dengan bidang orbit bumi atau ekliptika, melainkan miring sekitar 5,2 derajat. Bulan dan Bumi membentuk bayangan akibat disinari oleh Matahari. Pada bayangan itu terdapat bagian gelap (umbra) dan bagian samar (penumbra). Ketika terjadi gerhana bulan, Bulan masuk ke bayangan bumi. Jika Bulan hanya masuk ke bagian penumbra bumi maka berlangsung gerhana bulan penumbra (gerhana samar), jika Bulan seluruhnya masuk ke bagian umbra bumi berlangsung gerhana bulan total, seperti yang akan terjadi pada hari Sabtu malam hari tanggal 10 Desember 2011 yang dapat teramati dari hampir setengah muka bumi, termasuk dari seluruh wilayah Indonesia. Pada gambar di bawah ini ditunjukkan daerah di muka bumi yang dapat dan tidak dapat mengamati gerhana bulan 10 Desember 2011. 1

GERHANA BULAN TOTAL, SABTU 10 DES 2011 … · Web viewFase Bulan mati dan bulan purnama berulang rata-rata dalam 29,5 hari (1 bulan sinodis). Dari hal tersebut seolah-oleh bisa setiap

Embed Size (px)

Citation preview

GERHANA BULAN TOTAL ( TOTAL LUNAR ECLIPSE ) HARI SABTU 10 DESEMBER 2011 DI SURAKARTA*)

Dipersiapkan oleh: Cecep Nurwendaya, M.SiPlanetarium & Observatorium Jakarta

Gerhana merupakan gejala saling menutupi antar benda langit. Bulan bergerak di antara kedua belahan langit, utara dan selatan di sepanjang daerah zodiak. Pada suatu waktu Bulan lewat di depan Matahari dan menghalanginya, sehingga terjadi gerhana matahari. Ini berarti bahwa gerhana matahari terjadi pada saat konjungsi (fase bulan mati). Gerhana itu dapat berupa gerhana matahari total, gerhana matahari cincin atau gerhana matahari sebagian.

Pada saat lain, yaitu ketika Bulan sedang beroposisi (fase bulan purnama), Bulan dapat melewati bayangan bumi, sehingga terjadi gerhana bulan. Gerhana ini dapat berupa gerhana bulan total, gerhana bulan sebagian atau gerhana bulan penumbra (samar).

Tidak setiap bulan mati atau Bulan berkonjungsi dengan Matahari berlangsung gerhana matahari. Demikian pula tidak setiap bulan purnama, saat Bulan beroposisi dengan Matahari atau istiqbal akan terjadi gerhana bulan. Penyebabnya karena bidang orbit bulan tidak berimpit dengan bidang orbit bumi atau ekliptika, melainkan miring sekitar 5,2 derajat.

Bulan dan Bumi membentuk bayangan akibat disinari oleh Matahari. Pada bayangan itu terdapat bagian gelap (umbra) dan bagian samar (penumbra). Ketika terjadi gerhana bulan, Bulan masuk ke bayangan bumi. Jika Bulan hanya masuk ke bagian penumbra bumi maka berlangsung gerhana bulan penumbra (gerhana samar), jika Bulan seluruhnya masuk ke bagian umbra bumi berlangsung gerhana bulan total, seperti yang akan terjadi pada hari Sabtu malam hari tanggal 10 Desember 2011 yang dapat teramati dari hampir setengah muka bumi, termasuk dari seluruh wilayah Indonesia.

Pada gambar di bawah ini ditunjukkan daerah di muka bumi yang dapat dan tidak dapat mengamati gerhana bulan 10 Desember 2011.

Sumber: F. Espenak, NASA’s GSFC*) Disampaikan pada acara Diklat Astronomi Islam dan Observasi Gerhana Bulan Total di PPMI Assalaam Sukoharjo, Surakarta,10 Desember 2011.

1

Jika Bulan bergerak di dalam bayangan penumbra Bumi, tanda-tanda

gerhana tak tampak oleh mata, kecuali lewat teleskop atau piranti elektronik. Oleh karena itu yang bisa kita amati ialah pada saat bulan memasuki daerah bayangan umbra bumi. Pada saat seluruh piringan Bulan memasuki daerah umbra bumi, maka berlangsung gerhana bulan total. Pada saat ini Bulan tampak bercahaya redup berwarna kemerah-merahan, akibat refraksi atau pembiasan cahaya matahari oleh atmosfer bumi. Warna merah pada saat gerhana bulan total tampak semakin jelas pada saat keberadaan debu sisa letusan gunung api atau tingkat polusi udara yang tinggi di atas atmosfer pengamat. Gerhana bulan dapat terlihat oleh hampir setengah muka Bumi dan bisa berlangsung sampai lebih dari 3 jam. Jika hanya sebagian Bulan masuk ke daerah umbra bumi maka berlangsung gerhana bulan parsial atau gerhana bulan sebagian.

Gerhana bulan menarik untuk diamati dan dipelajari, misalnya untuk mengecek ketepatan perhitungan ephemeris (koordinat benda langit). Pada saat itu posisi Bulan, Bumi, dan Matahari tepat satu garis sehingga pengaruh gaya gravitasi Matahari dan Bulan terhadap Bumi menimbulkan pasang laut maksimum.

Fase Bulan mati dan bulan purnama berulang rata-rata dalam 29,5 hari (1 bulan sinodis). Dari hal tersebut seolah-oleh bisa setiap bulan terjadi 1 kali gerhana matahari dan gerhana bulan. Tetapi pada kenyataannya tidak, karena tidak setiap bulan mati, bayangan bulan mengenai Bumi dan tidak setiap bulan purnama, bayangan bumi mengenai Bulan. Hal itu disebabkan orbit Bulan membentuk bidang miring sebesar 5,2o terhadap bidang ekliptika. Perpotongan dua bidang tersebut membentuk garis yang berputar di dalam periode 18,6 tahun. Periode tersebut menyebabkan terjadinya perulangan gerhana yang dinamakan periode saros yang berperiode 18 tahun 11 hari.

2

Setiap periode saros terjadi tahun musim gerhana.Dalam satu tahun bisa terjadi 5 sampai 7 kali gerhana matahari dan gerhana bulan.

Saat-saat terjadinya gerhana bulan maupun gerhana matahari dapat diperhitungkan jauh-jauh sebelumnya, karena sistem pergerakan Bumi mengitari Matahari dan Bulan mengelilingi Bumi telah diketahui dengan sangat teliti.

Pada hari Sabtu malam hari tanggal 10 Desember 2011, jika Bulan tidak tertutup oleh awan mendung, seluruh wilayah Indonesia dapat menyaksikan peristiwa gerhana bulan total. Gerhana dapat teramati langsung dengan mata mulai pada awal fase gerhana parsial pada pukul 19:45:43 WIB., dan berakhir pada akhir fase gerhana parsial pada pukul 23:17:58 WIB. Rentang waktu penampakan visual gerhana ini sangat panjang mencapai 3 jam 32 menit 15 detik. Tengah gerhana (Mid) di Surakarta akan berlangsung pada pukul 21.31.49 WIB. Pada saat fase gerhana total permukaan bulan bercahaya redup berwarna merah tembaga, berlangsung selama 51 menit 8 detik, mulai pukul 21:06:16 sd. 21:57:24 WIB.

3

FASE- FASE GERHANA BULAN DI SURAKARTA SABTU, TANGGAL 10 DESEMBER 2011

1. Bulan mulai masuk bayangan penumbra Bumi (P1) atau awal gerhana samar terjadi pada pukul : 18:33:36 WIB. Fase ini Bulan tidak teramati jelas mengalami gerhana seolah seperti bulan purnama biasa, karena bayangan penumbra bumi sangat lemah. Sekalipun demikian masih dapat dilihat lewat teleskop maupun piranti elektronik. Gerhana samar ini mulai berlangsung 59 menit 26 detik setelah Bulan terbit pada pukul: 17:34:10 WIB., atau 47 menit 49 detik setelah Matahari terbenam di Surakarta pada pukul:17:45:47 WIB.

2. Bulan mulai masuk bayangan umbra bumi (U1) atau awal gerhana parsial atau gerhana sebagian pada pukul:19:45:43 WIB. Bentuk Bulan perlahan-lahan berubah dari bulat menjadi sabit karena gerhana atau terhalang oleh umbra bumi.

3. Awal Gerhana Bulan Total (U2) berlangsung pada pukul 21:06:16 WIB. Bulan tampak bercahaya redup berwarna merah tembaga, akibat refraksi atau pembiasan cahaya matahari oleh atmosfer bumi.

4. Tengah gerhana (Mid) atau maksimum gerhana berlangsung pada pukul 21:31:49 WIB.

5. Akhir Gerhana Bulan Total (U3) berlangsung pada pukul: 21:57:24 WIB, memasuki fase gerhana bulan parsial.

6. Bulan mulai meninggalkan bayangan umbra bumi (U4) pada pukul 23:17:58 WIB., memasuki gerhana samar.

7. Bulan mulai meninggalkan bayangan penumbra bumi (P4) pada pukul 00:29:57 WIB. hari Minggu tanggal 11 Desember 2011, mengakhiri fase gerhana samar, yang mengakhiri seluruh fase gerhana.

4

PEMOTRETAN BULANUkuran diameter bayangan bulan atau matahari pada film ditentukan dari persamaan:

d = Diameter bayangan bulanF = Panjang fokus lensa. Pada umumnya d dan F dalam mm.

Tabel Ukuran citra bulan dan Jupiter pada film 35 mm untuk berbagai panjang fokusPanjang Fokus Medan Pandang Citra bulan Citra Jupiter Citra Jupiter (mm )

( mm ) (Field of view) ( mm ) ( mm ) pada 15 x perbesaran400 3,40 x 5,20 3,6 - -500 2,70 x 4,10 4,5 - -600 2,30 x 3,40 5,4 - -700 2,00 x 2,90 6,4 - -800 1,70 x 2,60 7,3 - -1000 1,40 x 2,10 9,1 0,2 3,01250 1,10 x 1,70 11 0,25 3,81500 0,90 x 1,40 14 0,3 4,52000 41’ x 62’ 18 0,4 6,02500 33’ x 50’ 23 0,5 7,53000 28’ x 41’ 27 0,6 9,0 4000 21’ x 31’ 36 0,8 125000 17’ x 25’ 45 1,0 156000 14’ x 21’ 55 1,2 188000 10’ x 15’ 73 1,6 2410.000 8,3’ x 12’ 91 2,0 3012.000 6,9’ x 10’ 109 2,4 3614.000 5,9’ x 8,8’ 127 2,8 4216.000 5,2’ x 7,7’ 145 3,2 4818.000 4,6’ x 6,9’ 164 3,6 5420.000 4,1’ x 6,2’ 182 4,0 60

d = F / 110

Pedoman Pemotretan Bulan pada saat gerhana diberikan di bawah ini.

5