5
Polifarmasi pada lansia 1. Perubahan pada lansia dalam hubungannya dengan obat Pada golongan lansia berbagai perubahan fisiologik pada organ & sistema tubuh akan mempengaruhi tanggapan tubuh terhadap obat. Terjadi perubahan dalam hal farmakokinetik, farmakodinamik, dan hal khusus lain yang merubah perilaku obat dalam tubuh. 2. Farmakokinetik Tabel 1. Perubahan farmakokinetik obat akibat proses menua Parameter Perubahan akibat proses menua Absorbsi - Penurunan: permukaan absorbsi, sirkulasi darah splanchnic, motilitas gastrointestinal. - Peningkatan pH lambung. Distribusi - Penurunan: curah jantung, cairan badan total, massa otot badan, serum albumin. - Peningkatan lemak badan. - Peningkatan alfa-1 asam glikoprotein. - Perubahan pengikatan terhadap protein. Metabolisme Penurunan: aliran darah hepar, massa hepar, aktivitas enzim, penginduksian enzim. Ekskresi Penurunan: aliran darah ginjal, filtrasi glomerulus, sekresi tubuler. Sensitifitas jaringan Perubahan pada jumlah reseptor, afinitas reseptor, fungsi pembawa kedua, respon

geriatri - 1 - polifarmasi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

polifarmasi

Citation preview

Page 1: geriatri - 1 - polifarmasi

Polifarmasi pada lansia

1. Perubahan pada lansia dalam hubungannya dengan obat

Pada golongan lansia berbagai perubahan fisiologik pada organ & sistema tubuh akan

mempengaruhi tanggapan tubuh terhadap obat. Terjadi perubahan dalam hal farmakokinetik,

farmakodinamik, dan hal khusus lain yang merubah perilaku obat dalam tubuh.

2. Farmakokinetik

Tabel 1. Perubahan farmakokinetik obat akibat proses menua

Parameter Perubahan akibat proses menua

Absorbsi Penurunan: permukaan absorbsi, sirkulasi darah splanchnic,

motilitas gastrointestinal.

Peningkatan pH lambung.

Distribusi Penurunan: curah jantung, cairan badan total, massa otot

badan, serum albumin.

Peningkatan lemak badan.

Peningkatan alfa-1 asam glikoprotein.

Perubahan pengikatan terhadap protein.

Metabolisme Penurunan: aliran darah hepar, massa hepar, aktivitas enzim,

penginduksian enzim.

Ekskresi Penurunan: aliran darah ginjal, filtrasi glomerulus, sekresi

tubuler.

Sensitifitas jaringan Perubahan pada jumlah reseptor, afinitas reseptor, fungsi

pembawa kedua, respon seluler dan nuklear.

Poin-poin yang harus diingat:

a. Dengan pemberian dosis yang lazim Kadar Obat Plasma (KOP) akan lebih tinggi karena

sistem eliminasi obat dalam hepar dan ginjal akan menurun.

b. Dengan KOP yang sama dapat terjadi Fraksi Obat Bebas (FOB) lebih tinggi dari yang

lazim karena kadar albumin pada lansia telah menurun terlebih-lebih waktu sakit atau

karena pengangsuran tempat (silent reseptor) dari ikatan albumin oleh obat lain

(polifarmasi).

Page 2: geriatri - 1 - polifarmasi

3. Farmakodinamik

Adalah pengaruh obat terhadap tubuh. Obat menimbulkan rentetan reaksi biokimiawi dalam

sel mulai dari reseptor sampai dengan efektor. Di dalam sel terjadi proses biokimiawi yang

menghasilkan respon seluler. Respon seluler pada lansia secara keseluruhan menurun. Penurunan

ini sangat menonjol pada mekanisme respon homeostatik yang berlangsung secara fisiologis dan

penurunan tidak dapat diprediksi dengan ukuran-ukuran matematis seperti pada farmakokinetik.

4. Efek Samping Obat (ESO)

Kejadian pada lansia meningkat 2-3 kali lipat. Problem ini paling banyak menimpa sistem

gastrointestinal dan sistem haemopoetik. Penelitian atau pengukuran fungsi hepar, ginjal, kadar

obat dalam plasma darah terlebih-lebih dalam terapi polifarmasi sangat membantu dalam

mengendalikan atau menurunkan angka kejadian ESO.

5. Perubahan fisiologik dalam komposisi tubuh

a. Berat badan total: akan menurun pada usia lanjut akibat penurunan jumlah cairan

intraseluler sesuai dengan meningkatnya usia. Keadaaan ini akan berakibat

menurunnya distribusi obat yang sebagian terikat air (misalnya litium).

b. Penurunan massa otot: yang secara umum terdapat pada usia lanjut akan menyebabkan

distribusi obat yang sebagian besar terikat otot akan menurun, misalnya digoksin

(konsentrasi obat bebas meningkat).

c. Peningkatan kadar lemak tubuh: akan mengakibatkan peningkatan kadar obat yang

larut lemak (misalnya diazepam), terutama pada wanita lansia.

d. Penurunan kadar albumin: terutama pada penderita lansia yang sakit, menyebabkan

penurunan ikatan obat dengan protein, dan meningkatnya proporsi obat bebas di

sirkulasi (antara lain salisilat, tiroksin, warfarin dan obat AINS)

e. Kekambuhan penyakit yang sebelumnya laten: beberapa obat dapat membuat kambuh

berbagai penyakit yang sebelumnya tidak terlihat misalnya:

1) Menurunnya stabilitas postural yang meningkatkan kemungkinan jatuh, antara lain

akibat obat hipertensi, diuretika, hipnotika, sedativa dan vasodilator.

2) Konstipasi: antidepresan, antikolinergik, garam besi.

3) Hipotermia: fenotiasin, hipnotika, sedativa, dan antidepresan.

Page 3: geriatri - 1 - polifarmasi

6. Rasionalisasi obat pada usia lanjut

a. Rejimen pengobatan: 1) periode pengobatan jangan dibuat terlalu lama; 2)

jumlah/jenis obat harus dibuat seminimal mungkin; 3) obat harus diberikan atas

diagnosis pasti; 4) harus diketahui dengan jelas efek obat, mekanisme kerja, dosis

dan efek samping yang mungkin timbul; 5) apabila diperlukan pemberian

polifarmasi, prioritaskan pemberian obat yang ditujukan untuk mengurangi gangguan

fungsional; 6) pemberian obat harus dimulai dari dosis kecil, kemudian dititrasi

setelah berapa hari (kecuali anti-infeksi harus dosis optimal; 7) frekuensi pemberian

obat diupayakan sesedikit mungkin, kalau mungkin sekali sehari.

b. Pengurangan dosis: dosis awal obat adalah kira-kira lebih sedikit dari separuh dosis

yang diberikan pada usia muda.

c. Peninjauan ulang: perlu dilaksanakan pada setiap kunjungan ulang atau bila terjadi

episode penyakit akut.

d. Kepatuhan penderita: harus diupayakan penjelasan pada penderita, pemilihan

preparat dan wadah obat yang tepat, diberi label, bantuan mengingat, dan

pengawasan minum obat oleh keluarga dan lain-lain. Setiap efek samping hendaknya

harus diminta untuk dilaporkan (Martono, 2010).

Martono H, Nasution I (2010). Penggunaan obat secara rasional pada usia lanjut. Dalam:

Martono H, Pranarka K (eds). Buku ajar boedhi-darmojo: Geriatri edisi ke-4. Jakarta: Badan

Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, pp: 779-789.