26
LAPORAN KELOMPOK DISKUSI TUTORIAL BLOK PSIKIATRI SKENARIO 3 GANGGUAN SUASANA PERASAAN OLEH: KELOMPOK 14 TUTOR: ANDRI IRYAWAN,dr,M.S,Sp.And PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET 2011 1 G0009030 ASRI SUKAWATI P. G0009032 ATIKA ZAHRO N. G0009066 DWI TIARA S. G0009120 LOUIS HADIYANTO G0009144 MUVIDA G0009156 NUR JIWO W. G0009164 OGI KURNIAWAN G0009194 RUBEN STEVANUS G0009198 SAYEKTI ASIH N G0009202 SOFI ARIANI

Ggn Suasana Perasaan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Psikiatri

Citation preview

1

LAPORAN KELOMPOK

DISKUSI TUTORIAL

BLOK PSIKIATRI SKENARIO 3

GANGGUAN SUASANA PERASAAN

Stresor

HipotalamusCRH

Hipofisisposterior

Sistemsarafsimpatis

Hipofisisanterior

Vasopresin

Medulaadrenal

Epinefrin

PankreasendokrinOtotpolosateriol

GlukagonInsulinVasokonstriksi

alirandarah

melaluiginjal

ReninAngiotensinAldosteron

ACTH

Korteksadrenal

Kortisol

+

+

++

+

+

+

OLEH:

KELOMPOK 14

G0009030

ASRI SUKAWATI P.

G0009032

ATIKA ZAHRO N.

G0009066

DWI TIARA S.

G0009120

LOUIS HADIYANTO

G0009144

MUVIDA

G0009156

NUR JIWO W.

G0009164

OGI KURNIAWAN

G0009194

RUBEN STEVANUS

G0009198

SAYEKTI ASIH N

G0009202

SOFI ARIANI

TUTOR: ANDRI IRYAWAN,dr,M.S,Sp.And

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

2011

BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG MASALAH

Gangguan somatoform adalah suatu kelompok gangguan yang memiliki gejala fisik (sebagai contohnya, nyeri, mual, dan pusing) di mana tidak dapat ditemukan penjelasan medis yang adekuat. Gejala dan keluhan somatik adalah cukup serius untuk menyebabkan penderitaan emosional yang bermakna pada pasien atau gangguan pada kemampuan pasien untuk berfungsi di dalam peranan sosial atau pekerjaan. Suatu diagnosis gangguan somatoform mencerminkan penilaian klinisi bahwa faktor psikologis adalah suatu penyumbang besar untuk onset, keparahan, dan durasi gejala. Gangguan somatoform adalah tidak disebabkan oleh pura-pura yang disadari atau gangguan buatan.

Skenario :

Seorang laki-laki usia 21 tahun menderita sakit kepala yang tidak kunjung sembuh selama 2 tahun terakhir. Pasien merasa khawatir menderita penyakit mematikan seperti stroke atau tumor otak. Pasien sudah sering berobat ke dokter umum atau spesialis tetapi tetap tidak sembuh. CT scan kepala tidak didapatkan kelainan, namun kekhawatiran pasien belum hilang. Pasien beberapa kali opname karena sakit kepala yang berat dan tiba-tiba tekanan darahnya mencapai 150/90 mmHg. Hal ini semakin menambah kekhawatiran pasien akan mengalami stroke seperti tetangganya yang kemudian meninggal. Pasien menyangkal sedang menghadapi masalah berat. Tetapi menurut alloanamnesis keluarga, usaha dagangnya sedang lesu karena ada pesaing baru.

RUMUSAN MASALAH

Bagaimana psikopatologi dari gejala-gejala pada pasien ?

Bagaimana hubungan usia dan jenis kelamin pasien dengan kondisi pasien ?

Mengapa pasien sudah sering berobat tapi tidak sembuh ?

Bagaimanakah hubungan kekhawatiran pasien terhadap timbulnya keluhan?

Apa saja diagnosis bandingnya ?

Bagaimanakah penatalaksanaannya ?

Apa yang dimaksud dengan CLP ?

Bagaimanakah reaksi tubuh terhadap kecemasan ?

TUJUAN

Menjelaskan psikopatologi dari gejala-gejala pada pasien

Menjelaskan hubungan usia dan jenis kelamin pasien dengan kondisi pasien

Menjelaskan pasien sudah sering berobat tapi tidak sembuh

Menjelaskan hubungan kekhawatiran pasien terhadap timbulnya keluhan

Menjelaskan diagnosis banding penyakit yang diderita pasien

Menjelaskan penatalaksanaannya

Menjelaskan apa yang dimaksud dengan CLP

Menjelaskan reaksi tubuh terhadap kecemasan

MANFAAT

Memahami psikopatologi dari gejala-gejala pada pasien

Mengetahui hubungan usia dan jenis kelamin pasien dengan kondisi pasien

Mengetahui pasien sudah sering berobat tapi tidak sembuh

Mengetahui hubungan kekhawatiran pasien terhadap timbulnya keluhan

Memahami diagnosis banding penyakit yang diderita pasien

Memahami penatalaksanaannya

Mengetahui apa yang dimaksud dengan CLP

Memahami reaksi tubuh terhadap kecemasan

BAB II

DISKUSI

JUMP 1 Klarifikasi Istilah

Doctors Shoping: mengunjungi berbagai dokter praktek untuk mengatasi keluhan yang dialami oleh pasien.

JUMP 2 Rumusan Masalah

Apakah pasien mengalami gangguan psikosomatis?

Apakah ada hubungan antara kecemasan pasien dengan perdagangan pasien yang sepi?

Apa saja macam-macam gangguan cemas?

Bagaimana reaksi tubuh terhadap kecemasan?

Bagaimana hubungan usia dan jenis kelamin dengan keluhan pasien?

Mengapa pasien sudah sering berobat ke dokter umum maupun dokter spesialis tetapi tidak sembuh ?

Apa yang menyebabkan tekanan darah pasien mencapai 150/90 mmHg?

Apakah ada hubungan kekhawatiran pasien dengan timbulnya keluhan?

Apa sajakah diagnosis banding dari kasus skenario ini?

Apakah itu CLP?

Bagaimana penatalaksanaan yang tepat untuk pasien tersebut?

JUMP 3 Analisis Permasalahan dan Membuat Pernyataan Sementara dari Permasalahan

Apakah pasien mengalami gangguan psikosomatis?

Gangguan psikosomatik dapat diartikan sebagai reaksi jiwa pada fisik (soma). Menurut American Psychosomatic Society (2005), gangguan psikosomatik berasal dari bahasa Yunani (Psyche= jiwa dan Soma= fisik), sehingga psikosomatik dapat diartikan sebagai hubungan fisik dan jiwa. Ada hubungan yang sangat erat antara faktor fisik, faktor psikologis, dan sosial terhadap perjalanan suatu penyakit (BKKBN NAD, 2010).

Gangguan ini mencakup pasien-pasien yang terutama emnunjukkan keluhan somatis yang tidak dapat dijelaskan dengan adanya gangguan depresif, ansietas, atau penyakit medis. Ada dua gangguan yang termasuk dalam kelompok gangguan somatoform: Pertama, yang gambaran utamanya adalah kekhawatiran bahwa gejala yang ada merupakan bukti adanya penyakit (hipokondriasis) atau deformitas (dismorfofobia), dan kedua, yang gambaran utamanya adalah kekhawatiran tentang gejala somatik itu sendiri (antara lain gangguan somatisasi, disfungsi autonomik persisten, dan gangguan nyeri somatoform persisten) (Maramis, 2009).

Apakah ada hubungan antara kecemasan pasien dengan perdagangan pasien yang sepi?

Istilah kecemasan dalam psikiatri muncul untuk merujuk suatu respons mental dan fisik terhadap situasi yang menakutkan dan mengancam. Secara mendasar lebih merupakan respons fisiologis ketimbang respons patologis terhadap ancaman. Sehingga orang cemas tidaklah harus abnormal dalam perilaku mereka, bahkan kecemasan merupakan respons yang sangat diperlukan. Ia berperan untuk meyiapkan orang untuk menghadapi ancaman (baik fisik maupun psikologik) (Deva, 2001).

Perasaan cemas atau sedih yang berlangsung sesaat adalah normal dan hampir semua orang pernah mengalaminya. Cemas pada umumnya terjadi sebagai reaksi sementara terhadap stress kehidupan sehari-hari (Wasyanto, 2000).

Bila cemas menjadi begitu besar atau sering seperti yang disebabkan oleh tekanan ekonomi yang berkepanjangan, penyakit kronik dan serius atau permasalahan keluarga maka akan berlangsung lama; kecemasan yang berkepanjangan sering menjadi patologis (Sudiyanto, 2000). Ia menghasilkan serombongan gejala-gejala hiperaktivitas otonom yang mengenai sistem muskuloskeletal, kardiovaskuler, gastrointestinal dan bahkan genitourinarius. Respons kecemasan yang berkepanjangan ini sering diberi istilah gangguan kecemasan, dan ini merupakan penyakit (Deva, 2001; Wasyanto, 2000).

Apa saja macam-macam gangguan cemas?

a. gangguan panik, dengan ciri munculnya mendadak tanpa faktor pencetus

b. gangguan cemas umum, yaitu kecemasan yang diderita bersifat mengambang bebas dan berlangsung menahun (kronik)

c. gangguan fobik yaitu kecemasan atau ketakutan terhadap situasi atau obyek tertentu (spesifik)

d. gangguan obsesif kompulsif, yaitu kecemasan yang mendorong penderita secara menetap untuk mengulangi pikiran atau perilaku tertentu dan

e. gangguan stress pasca trauma yaitu kecemasan yang timbul setelah penderita mengalami peristiwa yang sangat menegangkan (Sudiyanto, 2000).

Bagaimana reaksi tubuh terhadap kecemasan?

Bagaimana hubungan usia dan jenis kelamin dengan keluhan pasien?

Perempuan (prevalensi seumur hidup 30,5%) lebih cenderung mengalami gangguan ansietas daripada laki-laki (prevalensi seumur hidup 19,2%). Prevalensi gangguan ansietas menurun dengan meningkatnya status sosio-ekonomik. Gangguan panik perempuan lebih mudah terkena dua hingga tiga kali daripada laki-laki. Gangguan panik paling lazim timbul pada dewasa muda (sekitar 25 tahun) tetapi gangguan panik dan agorafobia dapat timbul pada usia berapapun (Kaplan & Sadock, 2010).

Perempuan dengan gangguan somatisasi jumlahnya melebihi laki-laki 5 hingga 20 kali tetapi perkiraan tertinggi dapat disebabkan adanya tendensi dini tidak mendiagnosis gangguan somatisasi pada pasien laki-laki. Gangguan ini berbanding terbalik dengan posisi sosial dan terjadi paling sering pada pasien yang memiliki sedikit edukasi dan tingkat pendapatan yang rendah. Gangguan somatisasi didefinisikan dimulai sebelum usia 30 tahun; dan paling sering dimulai selama masa remaja seseorang (Kaplan & Sadock, 2010). Prevalensi gangguan somatisasi biasanya dua kali lebih tinggi pada perempuan dibanding pada laki-laki (Kroenke & Spitzer, 1998).

Mengapa pasien sudah sering berobat ke dokter umum maupun dokter spesialis tetapi tidak sembuh?

Seorang petugas kesehatan harus melihat pasien atau klien sebagai makhluk fisik, psikis, sosial, dan spiritual yang utuh. Keluhan seorang pasien harus ditanggapi dengan serius (betapa pun anehnya keluhan tersebut). Penelitian menunjukkan bahwa pasien psikosomatis seringkali tidak puas dengan pelayanan medis yang didapatnya akibat tanggapan dokter yang tidak serius tentang penyakitnya. Pasien ini akan cenderung berpindah-pindah dokter atau rumah sakit tanpa hasil (Nieuwenhuijsen et al, 2010).

Apakah yang menyebabkan tekanan darah pasien mencapai 150/90 mmHg?

Selama stres, selai terjadi perubahan-perubahan hormon yang memobilisasi simpanan energi, hormon-hormon lain secara bersamaan juga diaktifkan untuk mempertahankan volume dan tekanan darah selama keadaan darurat. Sistem simpatis dan epinefrin berperan penting dengan langsung bekerja pada jantung dan pembuluh darah untuk meningkatkan fungsi sirkulasi. Selain itu, sistem renin-angiotensin-aldosteron juga diaktifkan sebagai akibat dari penurunan aliran darah ke ginjal yang dipicu oleh sistem simpatis. Sekresi vasopresin juga meningkat selama keadaan stres. Secara kolektif, hormon-hormon ini meningkatkan volume plasma dengan mendorong retensi garam dan H2O (Sherwood, 2001).

Apakah ada hubungan kekhawatiran pasien dengan timbulnya keluhan?

Ada hubungan antara kekhawatiran pasien dengan timbulnya keluhan, sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya.

Apa sajakah diagnosis banding dari kasus skenario ini?

Gangguan Somatisasi

Kriteria diagnostik untuk Gangguan Somatisasi (Kaplan & Sadock, 2010).

Riwayat banyak keluhan fisik yang dimulai sebelum usia 30 tahun yang terjadi selama periode beberapa tahun dan membutuhkan terapi, yang menyebabkan gangguan bermakna dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain.

Tiap kriteria berikut ini harus ditemukan, dengan gejala individual yang terjadi pada sembarang waktu selama perjalanan gangguan:

Empat gejala nyeri: riwayat nyeri yang berhubungan dengan sekurangnya empat tempat atau fungsi yang berlainan (misalnya kepala, perut, punggung, sendi, anggota gerak, dada, rektum, selama menstruasi, selama hubungan seksual, atau selama miksi)

Dua gejala gastrointestinal: riwayat sekurangnya dua gejala gastrointestinal selain nyeri (misalnya mual, kembung, muntah selain dari selama kehamilan, diare, atau intoleransi terhadap beberapa jenis makanan)

Satu gejala seksual: riwayat sekurangnya satu gejala seksual atau reproduktif selain dari nyeri (misalnya indiferensi seksual, disfungsi erektil atau ejakulasi, menstruasi tidak teratur, perdarahan menstruasi berlebihan, muntah sepanjang kehamilan).

Satu gejala pseudoneurologis: riwayat sekurangnya satu gejala atau defisit yang mengarahkan pada kondisi neurologis yang tidak terbatas pada nyeri (gejala konversi seperti gangguan koordinasi atau keseimbangan, paralisis atau kelemahan setempat, sulit menelan atau benjolan di tenggorokan, afonia, retensi urin, halusinasi, hilangnya sensasi atau nyeri, pandangan ganda, kebutaan, ketulian, kejang; gejala disosiatif seperti amnesia; atau hilangnya kesadaran selain pingsan).

Salah satu (1)atau (2):

Setelah penelitian yang diperlukan, tiap gejala dalam kriteria B tidak dapat dijelaskan sepenuhnya oleh sebuah kondisi medis umum yang dikenal atau efek langsung dan suatu zat (misalnya efek cedera, medikasi, obat, atau alkohol)

Jika terdapat kondisi medis umum, keluhan fisik atau gangguan sosial atau pekerjaan yang ditimbulkannya adalah melebihi apa yang diperkirakan dan riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, atau temuan laboratorium.

Gejala tidak ditimbulkan secara sengaja atau dibuat-buat (seperti gangguan buatan atau pura-pura).

Hipokondriasis

Kriteria Diagnostik untuk Hipokondriasis (Kaplan & Sadock, 2010)

Preokupasi dengan ketakutan menderita, atau ide bahwa ia menderita, suatu penyakit serius didasarkan pada interpretasi keliru orang tersebut terhadap gejalagejala tubuh.

Perokupasi menetap walaupun telah dilakukan pemeriksaan medis yang tepat dan penentraman.

Keyakinan dalam kriteria A tidak memiliki intensitas waham (seperti gangguan delusional, tipe somatik) dan tidakterbatas pada kekhawatiran tentang penampilan (seperti pada gangguan dismorfik tubuh).

Preokupasi menyebabkan penderitaan yang bermakna secara kilnis atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain.

Lama gangguan sekurangnya 6 bulan.

Preokupasi tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan kecemasan umum, gangguan obsesif-kompulsif, gangguan panik, gangguan depresif berat, cemas perpisahan, atau gangguan somatoform lain.

Gangguan Nyeri

Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Nyeri

Nyeri pada satu atau lebih tempat anatomis merupakan pusat gambaran klinis dan cukup parah untuk memerlukan perhatian klinis.

Nyeri menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain.

Faktor psikologis dianggap memiliki peranan penting dalam onset, kemarahan, eksaserbasi atau bertahannnya nyeri.

Gejala atau defisit tidak ditimbulkan secara sengaja atau dibuat-buat (seperti pada gangguan buatan atau berpura-pura).

Nyeri tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan mood, kecemasan, atau gangguan psikotik dan tidak memenuhi kriteria dispareunia.

Gangguan Ansietas Menyeluruh

Apakah itu CLP?

Consultation-Liaison Psychiatryadalah suatu cabang bidang ilmu kedokteran jiwa (psikiatri) yang bekerja dengan memberikan pelayanan psikiatri pada pasien dengan kondisi medis umum yang mengalami gangguan kesehatan jiwa akibat kondisi medisnya.Pada perkembangannya bukan hanya mencakup pelayanan medis, tetapi juga pendidikan dan penelitian.

Beberapa contoh kerja sama adalah

Seorang psikiater yang bersama-sama dengan dokter saraf menangani pasien stroke yang juga mengalami depresi pasca stroke.

Psikiater bekerja sama dengan dokter obstetri ginekologi menangani kasus-kasus depresi pasca melahirkan, baby blues, infertilitas (kemandulan) dan depresi pada menopause.

Psikiater bekerja sama dengan dokter penyakit dalam menangani kasus-kasus kencing manis (diabetes) yang erat kaitannya dengan depresi

Psikiater bekerja sama dengan dokter bedah pada kasus-kasus operasi estetika yang berlebihan, kondisi luka bakar dan amputasi.

Intinya dalam praktek sebagai seorang psikiater CLP, psikiater selain bekerja mandiri sebagai pelayanan kesehatan jiwa di RSU juga bekerja sebagai seorang konsultan yang bekerja sama dengan teman sejawat lainnya. Salah satu nilai yang penting adalah semangat kolaborasi untuk menciptakan layanan yang menyeluruh dan tepat. (Leigh, 2008)

Bagaimana penatalaksanaan yang tepat untuk pasien tersebut?

Gangguan kecemasan

Untuk penyembuhan dengan baik pasien dengan gangguan kecemasan adalah kombinasi farmakoterapi (psikofarmaka) dengan psikoterapi. Pertimbangannya adalah bahwa psikoterapi mempunyai keunggulan tidak adiktif tetapi kerugiannya lambat dalam efek terapetiknya. Sebaliknya anxiolitik mempunyai keunggulan efek terapetik cepat dalam menurunkan tanda dan gejala kecemasan tetapi mempunyai kerugian resiko adiksi. Dalam terapi kombinasi diberikan obat anxiolitik terlebih dahulu sampai 2 minggu, kemudian dilakukan psikoterapi yang dimulai pada awal minggu kedua di samping obat anxiolitik masih tetap diberikan tetapi secara bertahap diturunkan dosisnya (tapering off sampai minggu ke empat pengobatan) (Sudiyanto, 2000). Ada juga yang membedakan kasus baru dan lama. Kasus baru diberikan sampai 2 bulan bebas gejala kemudian dilakukan tapering off untuk penghentian pengobatan; kasus lama diberikan sampai 6 bulan bebas gejala kemudian dilakukan tapering off untuk penghentian pengobatan (Depkes RI, 1995). Psikoterapi yang sering digunakan untuk gangguan kecemasan adalah psikoterapi berorientasi insight, terapi perilaku, terapi kognitif atau psikoterapi provokasi kecemasan jangka pendek (Sudiyanto, 2000).

Obat-obatan yang sering digunakan untuk anxiolitik (mengurangi atau menghilangkan gejala gangguan kecemasan) adalah golongan benzodiazepin, non-benzodiazepin, antidepresan: trisiklik, monoamin inhibitor [MAOI], serotonin reuptake inhibitor [SRI], specific serotonin reuptake inhibitor [SSRI] (Romadhon, 2002).

Hipnoterapi

Apabila masalahnya adalah program pikiran yang salah, berkaitan dengan sistem kepercayaan, salah paham dan sebagainya, maka dilakukan re-edukasi atau pembelajaran ulang agar klien mempunyai pikiran yang benar dan keyakinan baru yang positif. Sedangkan bila sebabnya adalah emosi negatif, seperti depresi, kecewa dan rasa bersalah, maka pikiran bawah sadar dipersilakan menyadari masa lalu sebagai sebuah pelajaran, menerima dirinya sepenuhnya, dan berbahagia dengan kondisi saat ini.

JUMP 4 Inventarisasi Permasalahan

SHAPE \* MERGEFORMAT

JUMP 5 Menentukan Tujuan Pembelajaran

Mengetahui tentang gangguan psikosomatis.

Mengetahui hubungan antara kecemasan pasien dengan perdagangan pasien yang sepi.

Mengetahui hubungan usia dan jenis kelamin dengan keluhan pasien.

Mengetahui sebab pasien sudah sering berobat ke dokter umum maupun dokter dokter spesialis tetapi tidak sembuh .

Mengetahui penyebab tekanan darah pasien mencapai 150/90 mmHg.

Mengetahui diagnosis banding dari kasus skenario ini.

Mengetahui hubungan kekhawatiran pasien dengan timbulnya keluhan .

Mengetahui penatalaksanaan yang tepat untuk pasien tersebut.

Mengetahui macam-macam gangguan cemas .

Mengetahui CLP .

Mengetahui reaksi tubuh terhadap kecemasan .

JUMP 6 Mengumpulkan Informasi Mandiri

7.JUMP 7 (Melaporkan, Membahas, dan Menata Kembali Informasi yang Diperoleh)

Taufik, 21 tahun, dokter muda (coass) yang sedang bertugas di puskesmas merasa bingung dengan kasus yang sedang dihadapinya. Salah satu pasiennya, seorang laki-laki, usia 35 tahun mengeluh sakit kepala yang tidak sembuh-sembuh selama 2 tahun terakhir. Pasien sering merasa khawatir menderita penyakit yang mematikan seperti stroke atau tumor otak. Pasien sudah sering berobat ke beberapa dokter umum dan spesialis, tetapi belum juga sembuh.

Hal ini dapat diakibatkan beberapa faktor seperti pemeriksaan penunjang yang tidak tepat atau diagnosis yang kurang tepat. Tetapi bila hasil pemeriksaan fisik dan penunjang sudah dirasa tepat dan tetap menunjukkan tidak adanya kelainan fisik yang mendasari keluhan, perlu dipikirkan bahwa pasien mungkin menderita gangguan kejiwaan berupa gangguan psikosomatik. Pada kasus ini, pasien mengeluhkan keluhan somatis tetapi tidak dapat dijelaskan adanya gangguan depresi, ansietas atau penyakit medis yang mendasari timbulnya keluhan. Onset pasien yang telah berlangsung selama 2 tahun juga memperkuat dugaan mengarah pada gangguan psikosomatik.

Hasil pemeriksaan laboratorium dan CT Scan kepala pasien tidak didapatkan kelainan menunjukkan tidak adanya kelainan organik pada pasien. Namun hasil pemeriksaan tersebut tidak mampu meyakinkan pasien bahwa sebenarnya memang tidak menderita suatu penyakit Keadaan tidak mau menerima nasehat atau dukungan dari beberapa dokter bahwa tidak ditemukan penyakit yang juga telah dibuktikan dengan pemeriksaan fisik dan penunjang pada pasien ini merupakan salah satu pedoman diagnosis Gangguan Hipokondrik dan Disfungsi Otonomik somatoform.

Keyakinan yang menetap adanya penyakit fisik yang serius yang melandasi keluhan-keluhannya atau bisa dibilang distress kemungkinan adanya gangguan yang serius pada pasien ini mengarahkan diganosis pada gangguan Hipokondrik atau Disfungsi Otonomik Somatoform.

Namun pada Disfungsi Otonomik Somatoform juga harus ada hal lain yaitu : adanya gejala-gejala bangkitan otonomik yang menetap dan mengganggu. Sedangkan untuk pedoman diagnosis Hipokondrik hanya perlu dua hal yang keduanya sudah ada pada pasien.

Pasien dalam skenario diketahui bahwa usaha perdagangannya sedang lesu karena ada pesaing baru. Hal tersebut dapat mengakibatkan kecemasan pada pasien yang memicu gejala-gejala yang keluar pada pasien. Pasien sudah dijelaskan bahwa tidak terdapat kelainan fisik yang membahayakan pada dirinya, tetapi kekhawatirannya belum bekurang. Hal ini bila tidak ada pengertian antara dokter dan pasien mengenai kemungkinan keluhan-keluhan pasien menyebabkan frustrasi dan kekecewaan pada kedua belah pihak.

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Pasien laki-laki, 31 tahun dari keluhan-keluhan yang dialami, didiagnosis mengalami gangguan kecemasan dan mengalami gangguan somatoform lebih khususnya gangguan hipokondrik. Hal ini tampak dari kekhawatiran pasien terhadap adanya tumor otak atau stroke yang membahayakan dirinya padahal sebenarnya pemeriksaan laboratorium dan CT Scan tidak didapatkan kelainan. Kecemasan pasien dapat timbul karena usaha perdagangannya yang lesu karena adanya pesaing baru.

B. Saran

1. Untuk KBK

Dalam skenario 3 ini tutor membantu jalannya diskusi agar berjalan dengan lancar. Mahasiswa mendapatkan ilmu yang berguna pada skenario kali ini walaupun ada beberapa hal yang belum dimengerti. Untuk diskusi selanjutnya sebaiknya mahasiswa lebih aktif dalam belajar sendiri di rumah agar diskusi berjalan lebih baik.

2. Untuk kasus pada skenario

Pasien diberi terapi dan edukasi yang meliputi terapi yaitu:

terapi biologis(psikofarmaka) :

psikoterapi

intervensi psikososial : meliputi berbagai pendekatan misalnya cognitive behavioral therapy (CBT), terapi interpersonal, psikoedukasi, dll.

DAFTAR PUSTAKA

BKKBN NAD. 2010. Gangguan Psikosomatis. http://nad.bkkbn.go.id/rubrik/200/ (diunduh pada 11 Desember 2011).

Deva, M. P. 2001. Presentation and Management of Anxiety Disorder in Family Practice. Medical Progress January, pp. 16-20.

Dirjen Yanmed, Depkes RI. 1995. Pedoman Pelayanan Kesehatan Jiwa di Fasilitas Umum. hal. 2-3; 29; 65-6.

Kaplan, V. A.; Sadock, B. J. 2010. Gangguan Ansietas, dalam Buku Ajar Psikiatri Klinis Edisi 2. Jakarta:EGC.

Kroenke, K.; Spitzer, R. 1998. Gender differences in the reporting of physical and somatoform symptoms. Psychosomatic Medicine,60, 1505.

Maramis, W. F.; Maramis, A. A. 2009. Gangguan Neurotik, Gangguan Somatoform, dan Gangguan Terkait Stres, dalam Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa Edisi 2. Surabaya, Pusat Penerbitan dan Percetakan (AUP).

Nieuwenhuijsen, K.; Verbeek, J. H. A. M.; De Boer, A. G. E. M.; Blonk, R. W. B.; Van Dijk, F. J. H. 2010. Irrational Beliefs in Employees with an Adjustment, a Depressive, or an Anxiety Disorder: a Prospective Cohort Study. Journal of rationalemotive and cognitivebehavior therapy RET (2010) Volume: 28, Issue: 2, Publisher: Springer US, Pages: 57-72.

Romadhon, Y. A. 2002. Gambaran Klinik dan Psikofarmaka pada Penderita Gangguan Kecemasan. Cermin Dunia Kedokteran No. 135, 2002.

Sherwood, L. 2001. Organ Endokrin Perifer, dalam Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem Edisi 2. Jakarta:EGC.

Sudiyanto, A. Aspek Klinik Gangguan Kecemasan. Simposium Nasional Awareness Anxiety Programe. 5 Agustus 2000.

Wasyanto, T. Gangguan Cemas pada Penyakit Jantung. Simposium Nasional Awareness Anxiety Program. 5 Agustus 2000.

Leigh H. Evolution of consultation-liaison psychiatry and psychosomatic medicine. In: Handbook of Consultation-Liaison Psychiatry. Leigh H., Streltzer J. Springer New York. 2008

(Sherwood, 2001)

Somatoform/ Gangguan Psikosomatik

Gangguan / kelainan

Faktor risiko

Patofisiologi

Diagnosis banding

Pemeriksaan penunjang

Diagnosiss

Prognosis

Komplikasi

Terapi

17