Upload
anshar-muhammad
View
62
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami hanturkan kehadirat Allah SWT karena dengan izinnya lah kali ini penulis
bisa menyelesaikan makalah yang membahas tentang “GIGI INFEKSI”. Makalah ini dibuat
sebagai bahan pembelajaran dalam bidang kedokteran gigi yang berasal dari proses pembelajaran
secara tutorial.
Penulisan makalah ini bersumber dari berbagai macam buku-buku dan jurnal-jurnal yang
berkaitan dengan penyakit pulpa jaringan perapikal dan serta penanganannya. Semoga dengan
adanya makalah ini dapat memberikan wawasan dan pengetahuan kepada semua pembaca .
Namun, Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu
Kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca
sekalian. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca sekalian.
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANGMenurut Kamus Istilah Kedokteran,infeksi adalah invasi dan pembiakan mikroorganis pada jaringan tubuh,yang terutama menyebabkan cedera selular akibat kompetisi metabolisme,toksin,replikasi intra seluler atau respon antigen antibody,Gigi infeksi adalah keadaan dimana gigi telah mengalami kontaminasi dengan mikroorganisme.
PENYEBAB GIGI INFEKSI Karies gigi
Proses terjadinya karies: Keberadaan bakteri dalam mulut merupakan suatu hal yang normal. Bakteri dapat mengubah semua makanan, terutama gula, menjadi asam. Bakteri, asam, sisa makanan, dan ludah akan membentuk lapisan lengket yang melekat pada permukaan gigi. Lapisan lengket inilah yang disebut plak. Plak akan terbentuk 20 menit setelah makan. Zat asam dalam plak akan menyebabkan jaringan keras gigi larut (demineralisasi email) dan terjadilah karies pada gigi,dimana dalam hal ini gigi telah mengalami infeksi. Bakteri yang paling berperan dalam menyebabkan karies adalah Streptococcusmutans.
Trauma Adanya trauma,terjadi obstruksi pembuluh darah pembuluh darah rusak dilatasi pembuluh darah kapiler degenerasi kapiler edema pulpa menurunnya sirkulasi kolateral-ischemia infark menurunnya respon pulpa. Dengan adanya trauma fraktur ½ incisal sudah sampai dentin tubulus dentin plak dan Mikroorganisme(MO) masuk hingga ke dalam terbuka dentin karena respon pertahanan pulpa yang menuruntubulus sehingga tidak kuat melawan plak dan MO terjadi infeksi nekrosis
Prosedur Operatif
Nekrose pulpa
Kebocoran tepi pada restorasi
PERANAN OBAT ANTI SAKIT
Analgesik adalah obat yang mengurangi/bahkan mungkin menghilangkanrasa sakit tanpa diikuti hilangnya kesadaran.Obat analgesik antipiretik serta obat antiinflamasi non steroid (AINS) merupakan suatu kelompok obat yang heterogen, bahkan beberapa obat sangat berbeda secara kimia.
Mekanisme kerja obat analgesik adalah menghambat ensim siklooksigenase sehingga konversi asam arakhidonat menjadi PGG2 terganggu dan reaksi inflamasi akan
tertekan.Obat-obat analgesik ini juga mempunyai sifat antipiretik dan antiinflamasi, tetapi ada perbedaan dari masing-masing obat, contohnya parasetamol bersifat antipiretik dan analgesik tetapi sifat antiinflamasinya lemah sekali.
Efek samping obat-obat analgesik yang paling sering adalah iritasi pada lambung hingga tukak lambung, gangguan fungsi trombosit akibat penghambatan biosintesa tromboksan A2 (TXA2) dengan akibat perpanjangan waktu perdarahan, gangguan fungsi ginjal dan fungsi hati pada pemamakaian lama dan reaksi alergi.
Obat-obat yang tergolong analgesik adalah salisilat, paraaminofenol (fenasetin dan asetaminofen atau parasetamol), pirazolon (antipirin, aminopirin, dipiron), fenilbutazon dan oksifenbutazon. Obat AINS yang lainnya adalah asam mefenamat dan meklofenamat, diklofenak, fenbufen, ibuprofen, ketoprofen, nafroksen, indometasin, piroksikam.
B. TUJUANUntuk mengetahui hal hal yang berkaitan dengan penyakit pulpa dan jaringan periapikal serta penanganannya.
C. RUMUSAN MASALAHDari hasil diskusi kelompok kami mengambil beberapa pertanyaan yang juga akan di bahas pada tugas laporan ini.1. Jelaskan mekanisme gigi sakit atau nyeri pada skenario2. Jelaskan macam macam penyakit pulpa dan jaringan periradikuler3. Diagnosa pada skenario4. Macam macam alat dan cara menggunakan instrument endodontic5. Jelaskan prinsip prinsip yang dilakukan sebelum preparasi6. Rencana perawatan pada skenario7. Restorasi pada skenario
BAB IIPEMBAHASAN
Pada skenario “ seorang mahasiswa berusia 21 tahun dating ke RSGMP dengan keluhan gigi belakang kiri bawah berlubang sejak beberapa tahun lalu. Gigi tersebut sering terasa sakit secara tiba tiba ± 5 hari terakhir. Untuk mengatasi rasa sakit, pasien mengkonsumsi obat anti sakit. Gigi tersebut tidak pernah bengkak. Pada pemeriksan klinis tampak gigi 36 karies dalam. Pada pemeriksaan radiografik tampak karies sudah mencapai pulpa”.
A. Mekanisme gigi sakitNyeri gigi dapat disebabkan oleh aktivasi reseptor nyeri pada pulpa gigi oleh rangsangan termal, mekanik ataupun elektrik. Selain itu, pengeluaran mediator inflamasi juga dapat merangsang reseptor nyeri pada serabut yang menghantarkan rasa nyeri (serabut aferen nosiseptif). Serabut ini tersebar diseluruh tubuh dan ditemukan paling banyak pada nervus trigeminalis yang menginervasi pulpa dan jaringan periapikal gigi. Pada pulpa ditemukan sua serabut aferen nonsiseptif, yaitu serabut C dan serabut A-delta. Bila kedua serabut tersebut dirangsang, maka sinyal nyeri akan di hantarkan melalui ganglion trigeminalis ke subnukleus kaudalis yang terletak di medulla pada susunan saraf pusat melalui pelepasan subtansi P dan asam amino glutamate. Lalu subnukleus kaudalis atau tanduk dorsal medulla akan menyampaikan sinya nyeri ke thalamus melalui jalur trigeminotalamik. Selanjutnya, sinyal di teruskan ke korteks serebral melalui jalur talamokortikal. Sinyal yang disampaikan di korteks inilah yang akan di persersepsikan oleh otak sebagai rasa nyeri ( Hargreaves Dkk, 2006).
Sebagai reaksi otak, locus ceruleus akan mengeluarkan norepinefrin dan nucleus raphemagnus akan mengeluarkan serotonin untuk menghambat sinyal nyeri. Mekanisme ini disebut system penghambat nyeri desenden. Pada perjalanan desenden ini ditemukan pula peptide opoid endogen sperti enkefalin dan dinorfin yang juga menghambat sinyal nyeri (Hargreaves dan Hutter, 2002)
B. MACAM MACAM PENYAKIT PULPA
Pulpitis Reversible
Inflamasi pulpa yang tidak parah. Jika penyebabnya di hilangkan inflamasi akan menghilang dan pulpa akan kembali normal. Stimulus ringan atau sebentar seperti karies insipen, erosi, servikal atau atrisi oklusal, sebagian besar prosedur operatif, kuratase periodentium yang dalam, dan fraktur email yang menyebabkan tubulus dentin terbuka adalah factor factor yang menyebabkan pulpitis reversible
GejalanyaBiasanya asimtomatik (tanpa gejala). Akan tetapi, jika muncul gejala biasanya terbentuk pola khusus. Aplikasi stimulus seperti cairan dingin atau panas atau bahkan udara, dapat menyebabkan sakit sementara yang tajam.
Pulpitis IrreversibleSeringkali merupakan akibat atau perkembangan dari pulpitis reversible. Kerusakan pulpa yang parah akibat pengambilan dentin yang luas selama prosedur operative atau terganggunya aliran darah pulpa akibat trauma atau pengerakan gigi dalam perawatan ortodonsia dapat pula menyebabkan pulpitis irreversible. Pulpitis irreversible merupakan inflamasi parah yang tidak akan bias dipulihkan walaupun penyebabnya dihilangkan lambat atau cepat pulpa akan menjadi neukrosis.
GejalanyaBiasanya asimtomatik atau pasien hanya mengeluhkan gejala yang ringan akan tetapi, pulpitis irreversible dapat juga diasosiasikan dengan nyeri spontan (tanpa stimulus eksternal) yang intermiten atau terus terusan, nyerinya dapat tajam, tumpul, setempat atau difus ( menyebar ) bias berlangsung hanya beberapa menit atau berjam-jam.
Pulpitis HiperplastikPulpitis hiperplastik atau polip pulpa adalah bentuk pulpitis irreversible akibat berumbuhnya pulpa muda yang terinflamasi secara kronik hingga ke permukaan oklusal. Biasanya di temukan pada mahkota karies pada pasien muda. Polip pulpa biasanya asimtomatik dan terlihat sebagai benjolan jaringan ikat seperti kol yang berwarna merah merahan kavitas karies di permukaan oklusal yang besar
Nekrosis pulpaSeperti telah di uraikan sebelumnya,pulpa terkurung oleh dinding yang kaku, tidak mempunyai sirkulasi darah kelateral, dan venul serta limfositnya kolaps akibat menibgkatnya tekanan jaringan sehingga pulpitis irreversible akan menjadi nekrosis likuifaksi.
Gejalanya Nekrosis pulpa biasanya asimtomatik tetapi dapat jjuga dikaitkan dengan episode nyeri spontan dan ketidaknyamanan atau nteri tekar ( dari periapeks). Tidak seperti pulpa vital, nyeri akibat panas pada pulpanekrotik tidak di sebabkan oleh menigkatnya tekanan intra pulpa sesungguhnya stimulus dingin, panas, atau elektrik yang diaplikasikan pada gigi dengan nekrotik pulpa, biasanya tidak menimbulkan respon.
PENYAKIT JARINGAN PERIRADIKULAR AKUT
o Abses Alveolar AkutSuatu kumpulan nanah yang terbatas pada tulang alveolar pada apeks akar gigi setelah kematian pulpa, dengan perluasan infeksi kedalam jaringan periradikular melalui foramen apikal.
GejalanyaSuatu sentivasi pada gigi yang dapat berkurang dengan tekanan ringan terus menerus pada gigi yang ekstruksi untuk menekannya kedalam alveolus. Selanjutnya pasien menderita rasa sakit berdenyut yang parah, dengan diserta pembekakan jaringan lunak untuk melapisinya.
o Periodontitis Apikal AkutSuatu inflamasi periodonsium dengan rasa sakit akibat trauma, iritasi, atau infeksi melalui saluran akar tanpa memperhatikan apakah pulpa vital atau non vital.
GejalanyaRasa sakit dan gigi sangat sensitive. Dapat juga disebabkan merasa agak skait, kadang kadang hanya bila diperkusi pada daerah atau arah tertentu, atau rasa sakitnya dapat sangat.
o Eksaserbasi Akut. Suatu lesi kronis (abses phoenix)
Kondisi ini adalah suatu reaksi inflamateri akut yang melapisi suatu lesi kronis yang ada seperti kista atau granulama.
GejalanyaPada mulanya, gigi sensitive terhadap rabaan. Bila inflamasi berkembang, gigi dapat bengkak dalam sekatnya dan dapat menjadi sensitive. Mukosa yang melapisi daerah radikuler dapat sensitive terhadap palpasi dan terlihat merah dan bengkak.
PENYAKIT PERIRADIKULER KRONIS DENGAN DAERAH RAREFEKSI
Abses Alveolar KronisSuatu infeksi tulang alveolar periradikuler yang berjalan lama dan bertingkat rendah sumber infeksi terdapat didalam saluran akar.
GejalanyaGigi dengan abses alveolar kronis umunya adalah asimtomatik, kadang kadang abses semacam ini hanya dapat dideteksi pada waktu pemeriksaan radiografik rutin atau karena adanya fistula. Fistula biasanya mencegah eksaserbasi atau pembengkakan dengan menggandakan derairae lesi periradikuler yang terus menerus.
GranulomaSuatu pertumbuhan granulomatus, yang bersambung dengan ligament periodontal desebabkan oleh matinya pulpa dan difusi bakteri dan toksin bakteri dari saluranakar kedalam jaringan periradikuler disekitarnya melalui foramen apical dan lateral.
GejalanyaSuatu granuloma tidak menghasilkan reaksi subjektif, kecuali kasus langkah bila runtuh dan subperforasi. Biasanya granuloma adalah asimtomatik.
Kista RadikulerSuatu kavitas tertutup atau kadang yang bagian dalam dilapisi oleh epithelium dan pusatnya berisi cairan atau bahan sernisolid. Kista rahang dibagi dalam odontogenik, non odontogenik, dan non epithelial. Suatu kista radikuler atau alveolar adalah suatu kantong epithelial yang pertumbuhannya lambat pada apeks gigi yang melapisi suatu kavitas patologik.
GejalanyaTidak ada gejala yang dihubungkan dengan perkembangan suatu kista, kesuali yang kebetulan diikuti nekrosis pulpa. Suatu kista dapat menjadi cukup besar untuk secara nyata menjadi pembengakakan
PENYAKIT PERIRADIKULER KRONIS DAERAH KONDENSASI Osteitis memadat
Reaksi terhadap suatu inflamasi kronis tingkat rendah daerah periradikuler yang disebabkan oleh suatu ransangan melalui saluran akar
GejalanyaGangguan ini biasanya tanpa gejala dan di temukan pada pemeriksaan radiografik rutin.
C. DIAGNOSA KASUS PADA SKENARIO
Pemeriksaan subyektif keluhan berlubang sejak beberapa tahun lalu terasa sakit secara tiba2 5 hari terakhir.
o Gigi tidak bengkak
o Pasien berusia 21 tahun
Pemeriksaan objektifo Gigi 36 karies dalam
Pemeriksaan radiografi, o karies mencapai pulpa
Pada skenario dan dari hasil pemeriksaan klinis kita dapat menyimpulkan diagnosanya adalah PULPITIS IRREVERSIBLE, karena pada skenario terdapat penjelasan bahwa “Gigi tersebut sering terasa sakit secara tiba tiba ± 5 hari terakhir”. Kesimpulannya adalah sakit spontan.
Pulpitis Irreversible
Pulpitis irreversible merupakan inflamasi parah yang tidak akan bisa pulih walaupun penyebabnya dihilangkan dan lambat atau cepat pulpa akan menjadi nekrosis. Pulpa irreversible ini seringkali merupakan akibat atau perkembangan dari pulpa reversible.
Dapat pula disebabkan oleh kerusakan pulpa yang parah akibat pengambilan dentin yang luas selama prosedur operatif, trauma atau pergerakan gigi dalam perawatan ortodontic yang menyebabkan terganggunya aliran darah pulpa.
Gejalanya :
Pada awal pemeriksaan klinik pulpitis irreversibel ditandai dengan suatu paroksisme (serangan hebat), rasa sakit dapat disebabkan oleh hal berikut: perubahan temperatur yang tiba-tiba, terutama dingin; bahan makanan manis ke dalam kavitas atau pengisapan yang dilakukan oleh lidah atau pipi; dan sikap berbaring yang menyebabkan bendungan pada pembuluh darah pulpa. Rasa sakit biasanya berlanjut jika penyebab telah dihilangkan, dan dapat datang dan pergi secara spontan, tanpa penyebab yang jelas. Rasa sakit seringkali dilukiskan oleh pasien sebagai menusuk, tajam atau menyentak-nyentak, dan umumnya adalah parah. Rasa sakit bisa sebentar-sebentar atau terus-menerus tergantung pada tingkat keterlibatan pulpa dan tergantung pada hubungannya dengan ada tidaknya suatu stimulus eksternal. Terkadang pasien juga merasakan rasa sakit yang menyebar ke gigi di dekatnya, ke pelipis atau ke telinga bila bawah belakang yang terkena. Menentukan lokasi nyeri pulpa lebih sulit dibandingkan nyeri pada periapikal/periradikuler dan menjadi lebih sulit jika nyerinya semakin intens.Stimulus eksternal, seperti dingin atau panas dapat menyebabkan nyeri berkepanjangan.
Nyeri pada pulpitis irreversible berbeda dengan pulpa yang normal atau sehat. Sebagai contoh, aplikasi panas pada inflamasi ini dapat menghasilkan respon yang cepat dan aplikasi dingin, responnya tidak hilang dan berkepanjangan. Walaupun telah diklaim bahwa gigi dengan pulpitis irreversible mempunyai ambang rangsang yang rendah terhadap stimulasi elektrik, menurut Mumford ambang rangsang persepsi nyeri pada pulpa yang terinflamasi dan tidak terinflamasi adalah sama.
D. RENCANA PERAWATAN
Rencana perawatan pada skenario yaitu PULPEKTOMI VITAL,
INDIKASI
Adanya rasa sakit Tedapat abses atau fistula Mobilitas minimal Lesi karies yang meluas dengan jaringan nekrosis Gambaran radiografik menunjukkan
1. Terbukanya kamar pulpa2. Tidak ada resorbsi internal dan eksternal
KONTRAINDIKASI
Gigi tidak dapat di restorasi
Panjang Akar kuran 2/3 disertai resorbsi internal atau eksternal Infeksi perapikal yan melibatkan benih gigi pengganti Pasien dengan penyakit kronis seperti leukemia, penyakit jantung, nomatik, dan
corgenital dan penyakit kronis.
Pulpektomi VitalPulpektomi vital sering dilakukan pada gigi anterior dengan karies yang sudah meluas kearah pulpa, atau gigi yang mengalami fraktur.Langkah-langkah perawatan pulpektomi vital satu kali kunjungan :
1. Pembuatan foto Rontgen.Untuk mengetahui panjang dan jumlah saluran akar serta keadaan jaringan sekitar gigi yang akan dirawat.
2. Pemberian anestesi lokal untuk menghilangkan rasa sakit pada saat perawatan.3. Daerah operasi diisolasi dengan rubber dam untuk menghindari kontaminasi bakteri dan
saliva.4. Jaringan karies dibuang dengan bor fisur steril. Atap kamar pulpa dibuang dengan
menggunakan bor bundar steril kemudian diperluas dengan bor fisur steril.5. Jaringan pulpa di kamar pulpa dibuang dengan menggunakan ekskavatar atau bor bundar
kecepatan rendah.6. Perdarahan yang terjadi setelah pembuangan jaringan pulpa dikendalikan dengan
menekankan cotton pellet steril yang telah dibasahi larutan saline atau akuades selama 3 sampai dengan 5 menit.
7. Kamar pulpa dibersihkan dari sisa-sisa jaringan pulpa yang telah terlepas kemudian diirigasi dan dikeringkan dengan cotton pellet steril. Jaringan pulpa di saluran akar dikeluarkan dengan menggunakan jarum ekstirpasi dan headstrom file.
8. Saluran akar diirigasi dengan akuades steril untuk menghilangkan kotoran dan darah kemudian dikeringkan dengan menggunakan paper point steril yang telah dibasahi dengan formokresol kemudian diaplikasikan ke dalam saluran akar selama 5 menit.
9. Saluran akar diisi dengan pasta mulai dari apeks hingga batas koronal dengan , menggunakan jarum lentulo.
10. Lakukan lagi foto rontgen untuk melihat ketepatan pengisian .11. kamar pulpa ditutup dengan semen, misalnya dengan semen seng oksida eugenol atau
seng fosfat.12. Selanjutnya gigi di restorasi dengan restorasi permanen.
E. RESTORASI PERAWATAN YANG SESUAI DENGAN SKENARIO
Inlay dan onlay
Dalam kedokteran gigi, inlay merupakan restorasi indirect yang terbuat dari bahankaku seperti emas, logam atau porcelain dimasukkan ke dalam kavitas dan disimentasi. Onlay juga hampir sama dengan inlay cuma restorasi ini dilakukan dengan melibatkan bagian cusp.Crown merupakan onlay yang menggantikan keseluruhan permukaan gigi.indikasi darirestorasi ini tergantung dari luasnya karies, struktur jaringan gigi yang tinggal, kebersihan rongga mulut.
Onlay
Onlay merupakan rekonstruksi gigi yang lebih luas meliputi satu atau lebih tonjol gigi/ cusp.
Apabila morfologi oklusal telah mengalami perubahan karena restorasi sebelumnya, karies,
atau penggunaan fisik, maka inlay dengan dua permukaan tidak akan adekuat lagi. Hal ini
memerlukan suatu restorasi yang meliputi seluruh daerah oklusal. Dan dalam keadaan ini, onlay
MOD merupakan jenis restorasi yang tepat. ( Baum, Lloyd dkk. 1997 : 544)
Indikasi :
1. Pengganti restorasi amalgam yang rusak.
2. Kalau restorasi dibutuhkan sebagai penghubung tonjol bukal dan lingual.
3. Restorasi karies interproksimal gigi posterior.
4. Restorasi gigi posterior yang menerima tekanan oklusal yang kuat.
Adalah mungkin bagi amalgam atau inlay untuk mengurangi kerentanan gigi terhadap fraktur
tonjol. Aset utama dari restorasi yang meliputi permukaan oklusal adalah merestorasi kekuatan
gigi dengan menghubungkan tonjol-tonjol sebagai unit tunggal. (Baum, Lloyd dkk. 1997 : 544)
Indikasi yang populer bagi onlay adalah menggantikan restorasi amalgam yang rusak. Juga
berguna untuk merestorasi lesi karies yang mengenai kedua permukaan proksimal. Ciri-ciri
utama dari restorasi ini adalah mempertahankan sebagian besar jaringan gigi yang berhubungan
dengan gingival dan hal ini merupakan suatu pertimbangan periodontal yang sangat membantu.
(Baum, Lloyd dkk. 1997 : 544)
Keterangan :
Desain kavitas (outline form) ditentukan oleh ukuran lesi karies oklusal.
A dan B, lesi yang besarnya kecil atau sedang dapat ditambal dengan hanya melakukan akses.
C, lokasi yang tepat untuk mengakhiri tepi pada permukaan lingual.
D, tepi berakhir pada permukaan oklusal. Ini tidak sesuai karena email akan mudah pecah.
E, pandangan lingual dari molar kanan atas.
F, penampang karies distal yang mengenai ujung tonjol disto-lingual.
G, pandangan oklusal dari desain restorasi yang tepat untuk gigi ini.
H, penampang potong yang menunjukkan lokasi yang tepat dari dinding mesial.
I, tepi berakhir pada tonjol disto-lingual. Ini tidak sesuai karena tepi emailcenderung hancur dan
fraktur.
( Baum, Lloyd dkk. 1997 : 374)
Tahapan Preparasi Onlay:
Langkah-langkah preparasi onlay adalah:
Pemasangan isolator karet.
Akses ke karies
Tahap ini dilakukan untuk memperoleh akses ke dentin karies. Alat yang digunakan adalah bur
fisur tungsten carbide pendek-kuncup dengan kekuatan tinggi.
Menentukan luas karies
Setelah akses diperoleh, kavitas bisa dilebarkan sampai dicapai pertautan email-dentin yang
sehat.
Keyway
Keyway dapat mempengaruhi retensi onlay dan ketahanan terhadap kemungkinan bergesernya
restorasi. Keyway dibuat dengan kemiringan minimal sekitar 6-10o terhadap sumbu gigi dengan
menggunakan bur fisur kuncup dan dijaga agar sumbu bur sejajar dengan sumbu gigi. Setelah
membuat keyway, kavitas dikeringkan untuk memeriksa ada tidaknya sisa karies dan bahwa
kavitasnya sedikit membuka dengan sumbu yang benar.
Pembuatan boks aproksimal
Di bagian ini kavitas harus didalamkan memakai bur bulat kecepatan rendah dan dengan cara
yang sama dengan preparasi untuk amalgam dengan jalan membuang dentin karies pada
pertautan email-dentin. Ketika dentin karies pada pertautan email-dentin telah dibuang, dinding
email dapat dipecahkan dengan pahat dan tepi kavitasnya dihaluskan dengan pahat pemotong
tepi gingiva. Preparasi dibuat miring 10oterhadap sumbu gigi dengan bur fisur tunsten carbide
kecepatan tinggi.
Pembuangan karies dalam
Karies mungkin tertinggal di dinding aksial dan paling baik dibuang dengan bur ukuran medium
(ISO 012) dalam kecepatan rendah. Jika dentin karies telah dibuang, periksa kembali untuk
memastikan tidak adanya undercut. Jika masih ada undercut, maka undercut tersebut ditutup
dengan semen pelapik pada tahap preparasi berikutnya sehingga preparasi mempunyai
kemiringan yang dikehendaki.
Pembuatan bevel
Garis sudut aksio-pulpa hendaknya dibevel, baik dengan memakai bur pengakhir kecepatan
rendah maupun dengan bur pengakhir kecepatan tinggi yang sesuai. Bevel hendaknya diletakkan
di tepi email, agar tepi tipis hasil tuangan dapat dipaskan seandainya kerapatan hasil tuangan
dengan gigi tidak baik. Hendaknya bevel tidak diluaskan lebih ke dalam karena akan mengurangi
retensi dari suatu restorasi. Bur lain yang dapat digunakan adalah bur fisur kuncup untuk
preparasi kavitas. Tepi luar bevel harus halus dan kontinyu untuk mempermudah penyelesaian
restorasi dan supaya tepi tumpatannya beradaptasi dengan baik dengan gigi.
Bevel biasanya tidak dibuat di dinding aproksimal karena akan menciptakan undercut, mengingat
sebagian besar tepi kavitas terletak di bawah bagian gigi yang paling cembung. Akan tetapi
dinding gingiva dapat dan harus dibevel. Bur yang paling cocok adalah bur Baker Curson halus
dan kuncup dalam kecepatan tinggi. Bevel gingiva sangat penting karena akan mneingkatkan
kecekatan tuangan yang biasanya merupakan hal yang paling kritis.
( Baum, Lloyd dkk. 1997 : 374)
3. Mahkota (pasak)
Mahkota adalah restorasi rigid sebagian/ seluruh mahkota yang disemenkan. Rekonstruksi
kembali gigi yang kerusakannya lebih besar daripada gigi yang sehat.
Indikasi:
1. Gigi vital/ non vital
2. Sudah tidak bisa ditambal lagi
3. Karies yang meluas sampai menghilangkan cusp gigi
4. Jaringan periodontal sehat
5. Tidak ada riwayat alergi pada bahan mahkota pasak
6. Gigi antagonisnya masih bagus sehingga tidak menjadi iritasi pada bagian mukosa palatal.
7. Retensi pada gigi yang akan diberi mahkota masih baik dalam artian masih mampu menerima
beban mahkota pasak itu sendiri
8. Akar gigi masih bagus.
Kontraindikasi:
1. Karies pada gigi masih belum meluas masih tergolong pit dan fissure
2. Jaringan pendukung tidak memungkinkan adanya mahkota karena adanya periodontitis kronis
3. Tidak adanya gigi antagonis sehingga menyebabkan mukosa palatal iritasi
4. Gigi yang akan dibuatkan mahkota masih vital artinya tidak sampai perforasi.
5. Kondisi gigi pada lengkung rahang tidak crowded.
Metode untuk membentuk inti pada gigi insisiv atas sebelum membuat mahkota pasak
a. Inti komposit yang ditahan dengan pasak dentin pada gigi masih vital
b. Pasak cor dan inti
c. Pasak kawat wiptam dan inti cor
d. Pasak dan inti siap pakai tipe Charlton
e. Pasak ulir dan inti siap pakai tipe kurer
Catatan : pada b,c,d dan e pengisian akar sudah dilakukan sebelum pemasangan mahkota.
Gambar 1.2 (a dan b permukaan mesio distal, c permukaan buko lingual)
Preparasi gigi untuk pasak cord mahkota jaket porselen dengan inti pada gigi yang sudah dirawat
saluran akar:
A preparasi saluran akar
B preparasi permukaan akar
C mahkota jaket porselen yang sudah selesai dengan pasak cor dan inti
Tahapan Preparasi Pasak :
- Pemilihan desain pasak
Sistem pasak yang digunakan harus sesuai dengan saluran akar maupun restorasinya. Dokter gigi
harus mempunyai keterampilan untuk menentukan indikasi dan penggunakan pasak pada gigi
yang dirawat.
- Preparasi pasak
Kamar pulpa maupun saluran akar memberi retensi pada restorasinya. Pasak yang disemen pada
saluran akar akan memneri retensi pada restorasi (inti) namun tidak memperkuat akar gigi,
bahkan sering kali memeperlemah akar gigi bila bentuk pasak tidak sesuai dengan bentuk saluran
akarnya (lebih besar). Karena itu buatlah preparasi pasak yang minimal sesuai dengan kebutuhan
retensi inti.
Preparasi pasak dimulai dari pengambilan gutta percha dari saluran akar sesuai dengan panjang
yang diperlukan dilanjutkan dengan memperbesar dan membentuk saluran akar untuk ditempati
pasak. Pengambilan gutta percha harus hati-hati. Pengambilan yang terlalu banyak akan
mengakibatkan tendensi fraktur akar. Perforasi akar juga bias terjadi apabila preparasi saluran
akar menyimpang dari saluran akarnya. Radiograf tidak dapat menentukan secara pasti mengenai
lengkung dan diameter saluran akar. Radiograf mungkin tidak bisa menunjukkan konkavitas dan
lengkung labio-lingual. Sebagai patokan umum, diameter pasak tidak boleh lebih dari sepertiga
diameter akar. Preparasi pasak yang menyempit ke arah apikal mencegah terjadinya step di
daerah apeks; tidak adanya step merupakan predisposisi terjadinya wedging (peregangan) dan
fraktur akar.
- Pengambilan gutta percha
Pengambilan gutta percha sebaiknya dilakukan pada saat obturasi karena dokter gigi masih ingat
betul bentuk, diameter, panjang dan lengkung saluran akar.
Pengambilan gutta percha juga bisa dilakukan pada kunjungan berikutnya. Pengambilan gutta
percha lebih baik menggunakan alat yang panas sedikit demi sedikit sampai panjang yang
ditentukan. Gutta percha diambil sampai tersisa sedikitnya 4 mm dari apeks. Semua alat bisa
digunakan asal bisa dipanaskan. Gunakan instrumen yang rotatif seperti pisau reamer. Namun
penggunaannya harus hati-hati karena kecenderungannya untuk menyimpang dan menimbulakan
perforasi atau paling sedikit mengakibatkan kerusakan yang berat pada saluran akar. Alternatif
lain yaitu menggunakan pelarut seperti kloroform, xylene atau eucaliptol adalah kotor dan sulit
mengambil gutta percha sampai panjang yang dikehendaki.
- Penyelesaian ruang pasak
Setelah gutta percha diambil, dilakukan pembentukan saluran akar sesuai dengan tipe pasak yang
akan digunakan. Dapat menggunakan instrumen putar dalam pembentukannya.
Yang penting adalah bahwa pasak yang disemenkan, apapun desain dan bentuk preparasinya,
tidak mungkin rapat dengan saluran akar. Pasak tidak akan rapat benar-benar dan semen juga
tidak dapat mengisi seluruh interfase. Saliva dan bakteri juga dapat mencapai daerah apeks bila
sudah berkontak dengan pasak.
Pertimbangan Untuk Membuat Restorasi
1. Gigi yang telah dirawat PSA mungkin lebih getas dan mudah patah. Hal ini dikarenakan
kandungan air pada jarinagn keras lebih sedikit disbanding dengan gigi dengan pulpa vital.
2. Sesudah jaringan keras diangkat dan perawatan endodontik, dindind email tidak mendapat
dukungan yang baik dank arena preparasi ruang pulpa.
3. Sedikit tidaknya jarinagan gigi pada mahkota sehingga dipilihlah perencanaan restorasi dengan
retensi intraradikuler (pasak).
Beberapa Pertimbangan Untuk Rancangan Pasak Dan Preparasinya
Tujuan pasak intraradikuler adalah menyediakan retensi dan kekuatan bagi restorasi mahkota.
1. Jika preparasi pasak terlalu pendek maka akan meyebabkan kemungkinan patah akar. Tekanan
yang ada akan diterima mahkota dan pasak didesak ke akar.
2. Jika preparasi pasak cukup panjang (idealnya 1-1,5 kali panjang mahkota) tekanan yang
diterima akan tersebar ke seluruh akar yang berkontak dengan pasak.
3. Jika preparasi pasak terlalu lebar, kar akan menjadi lemah dan fraktur. Preparasi yang terlalu
lebar mungkin akan menyebabkan perforasi akar. Pasak yang pendek dan lebar sering
mengakibatkan fraktur akar.
4. Jika preparasi dan pasak sempit, kesukaran mungkin akan dijumpai untuk mencetaknya dank
arena fleksibilitas pasaknya, gigi tidak akan menjadi lebih kuat.
Bahan-Bahan Yang Dapat Digunakan Untuk Membuat Pasak
Pencetakan saluran akar yang telah dipreparasi sangat sulit dilakukan karena ukurannnya yang
panjang dan sempit. Untunglah sekarang didapat 2 macam bahan yang memungkinkan
dilakukannya pencetakan saluran akar dengan panjang yang maksimum dan tepat.
1. Endopost
Campuran logam yang bertitik lebur tinggi dan dibuat dengan standar endodontik dari ukuran
70-140; dapat dituang dengan emas atau logam tuang lainnya.
2. Endowel
Pin plastic berukuran standar 80-140. jika telah pas dengan preparasi pasak dan dibuat pada
malam atau pola resin, akan menguap keluar dari investment dan meninggalkan cetakan yang
dapat dituang dengan logam.