72
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Kasus ini bermula pada keluhan seorang ibu ke Rumah Sakit Gigi Mulut FKG Universitas Padadjaran tentang keadaan gigi-gigi anaknya yang masih berusa 6 tahun. Anaknya memiliki masalah gigi berlubang serta bau mulut ketika bangun tidur di pagi hari.Saat sedang menjalani rawat jalan di Klinik Kedokteran Gigi Anak RSGM FKG Universitas Padjajaran,ibu pasien memberikan keluhan baru, yaitu anak berkurang nafsu makannya karena gusi bagian belakang kanan bawah bengkak dan sering tergigit. Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan muncul hipotesis bahwa keluhan sang ibu tersebut diakibatkan oleh adanya gingivitis pada gigi belakang kanan bawah sang anak. Gingivitis tidak hanya dapat terjadi pada orang dewasa yang gigi geliginya sudah tergolong permanen. Gingivitis dengan tingkatan lebih lanjutnya seringkali ditemukan pada anak-anak pada masa pra-sekolah bahkan sering pula ditemukan sesaat setelah gigi pertama anak-anak tersebut 1

Gingivitis Eruptiva ECC

Embed Size (px)

DESCRIPTION

gingivitis eruptivaeccberbagai gingivitis

Citation preview

Page 1: Gingivitis Eruptiva ECC

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Kasus ini bermula pada keluhan seorang ibu ke Rumah Sakit Gigi

Mulut FKG Universitas Padadjaran tentang keadaan gigi-gigi anaknya yang

masih berusa 6 tahun. Anaknya memiliki masalah gigi berlubang serta bau

mulut ketika bangun tidur di pagi hari.Saat sedang menjalani rawat jalan di

Klinik Kedokteran Gigi Anak RSGM FKG Universitas Padjajaran,ibu

pasien memberikan keluhan baru, yaitu anak berkurang nafsu makannya

karena gusi bagian belakang kanan bawah bengkak dan sering tergigit. Dari

hasil pemeriksaan yang dilakukan muncul hipotesis bahwa keluhan sang ibu

tersebut diakibatkan oleh adanya gingivitis pada gigi belakang kanan bawah

sang anak.

Gingivitis tidak hanya dapat terjadi pada orang dewasa yang gigi

geliginya sudah tergolong permanen. Gingivitis dengan tingkatan lebih

lanjutnya seringkali ditemukan pada anak-anak pada masa pra-sekolah

bahkan sering pula ditemukan sesaat setelah gigi pertama anak-anak

tersebut erupsi. Pada kasus ini, gingivitis (penyakit periodontal) pada anak

dapat dijelaskan lebih lanjut sehingga akan didapatkan kesimpulan yang

tepat,terhadap jenis gingivitis apa yang dideritanya(berdasarkan hasil

pemeriksaan) dan penanganan yang sesuai untuk menyelesaikan masalah

gingivitis yang diderita oleh anak tersebut.

Dugaan sementara berdasarkan diskusi kelompok maka kami

mendiagnosa sebagai Gingivitis Eruptiva.

1

Page 2: Gingivitis Eruptiva ECC

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa itu Gingivitis Eruptiva?

2. Apa sajakah klasifikasi,faktor etiologi, pathogenesis, pengobatan,

pemeriksaan klinis serta tanda dan gejala klinisnya?

3. Bagaimanakah mekanisme, pencegahan serta pengobatan dari

kasus ini?

4. Apakah ada kemungkinan penyakit lain pada kondisi anak ini?

1.3 TUJUAN

Makalah ini bertujuan untuk memberikan informasi serta penjelasan

mengenai kasus yang telah diberikan yaitu informasi mengenai gingivitis

yang sering ditemukan pada anak-anak yang berusia pra-sekolah serta

penanganan yang tepat pada kasus tersebut, terutama Gingivitis Eruptiva.

2

Page 3: Gingivitis Eruptiva ECC

BAB II

STUDI PUSTAKA

2.1 Definisi Gingivitis Pada Anak dan Teorinya

Gingiva merupakan bagian dari membran mukosa oral yang menyelimuti

prosesus alveolaris dan bagian servikal gigi. Secara umum, gingiva dapat

dibagi menjadi Free Gingiva (di bagian korona dari sulkus gingival) dan

Attached Gingiva (dimulai dari free gingival groove dan memanjang hingga

mucogingival junction).

Pada anak-anak, warna gingiva normal terlihat lebih merah daripada milik

orang dewasa karena pada anak vaskularisasi banyak sedangkan epiteliumnya

lebih tipis. Permukaan nya tampak lebih halus dan jumlah stipling tidak

sebanyak milik orang dewasa. Berbeda dengan gusi orang dewasa yang

memiliki gingival marginal dengan ujung yang runcing, pada periode erupsi

gigi anak, gingival lebih tebal dan memiliki margin membulat dikarenakan

adanya migrasi dan konstriksi servikal gigi-gigi sulung. Menurut penelitian

Delaney, kedalaman probing pada gigi sulung sekitar 2 mm (dengan sisi fasial

dan lingual lebih dangkal daripada sisi proksimal). Selain itu, anak-anak juga

memiliki ligament periodontal yang lebih tebal daripada orang dewasa.

Para peneliti telah mengkonfirmasi bahwa inflamasi gingiva pada anak-

anak memiliki prevalensi yang tinggi, sehingga dokter gigi menjadi lebih

agresif untuk member perawatan agar penyakit periodontal pada anak tidak

berkembang dengan cepat sehingga bisa menyebabkan tanggalnya gigi sulung

maupun gigi permanen nantinya. Karena adanya kondisi seperti inilah,

Pediatric Dentistry’s Dental Health Objectives for Children pada tahun 2000

menekankan tindakan pencegahan, diagnosis seawal mungkin, dan perawatan

penyakit gingiva dan periodontal pada anak, salah satunya dengan

menanamkan kebiasaan menjaga oral hygiene yang baik pada anak.

Gingivitis merupakan peradangan gusi yang paling sering terjadi dan

merupakan respon inflamasi tanpa merusak jaringan pendukung (Riyanti,

Eriska dalam Carranza & Newman 1996; Jenkins & Allan, 1999)3

Page 4: Gingivitis Eruptiva ECC

Gingivitis adalah suatu peradangan / inflamasi yang hanya melibatkan

jaringan gingiva di sekitar gigi yang disebabkan oleh akumulasi plak karena

kebersihan mulut yang buruk, adanya kalkulus, iritasi mekanis, dan posisi gigi

yang tidak teratur (Riyanti, Eriska dalam McDonald R.E., dkk. Dentistry for

the Child and Adolescent 9th Edition) Secara mikroskopis, dapat diamati

karakteristik gingivitis berupa adanya cairan inflamasi (eksudat) dan edema,

kerusakan pada serat kolagen gingiva, dan ulser serta proliferasi dari

epithelium yang seharusnya mengaitkan gingiva ke gigi. Telah dibuktikan dari

berbagai penelitian bahwa gingivitis marginalis merupakan bentuk penyakit

periodontal yang paling umum terjadi di awal masa kanak-kanak (early

childhood). Gingivitis yang sering menyerang anak-anak ini umumnya masih

tergolong ringan dan masih bisa disembuhkan atau dengan kata lain gingivitis

pada anak preschool maupun anak SD jarang bertambah parah menjadi

periodontitis.

2.2 Klasifikasi

Gingivitis berdasarkan durasi berlangsungnya dapat dikelompokkan

menjadi dua kelompok besar yaitu Gingivitis Akut dan Gingivitis Kronis.

Gingivitis akut terdiri dari tiga penyakit yaitu Primary Herpetic

Gingivostomatitis, Gingivitis Nekrotik Akut, serta Acute Necrotizing

Ulcerative Gingivitis. Gingivitis kronis terdiri dari enam penyakit yaitu

Gingivitis Pada Maloklusi dan Malposisi Gigi, Gingivitis pada Mucogingival

Problems, Gingivitis pada Gigi Karies dan Loose Teeth (Eksfoliasi Parsial),

Gingivitis pada Gigi Karies dan Loose Teeth (Eksfoliasi Parsial), Gingivitis

Marginalis Kronis, serta Eruption Gingivitis atau Gingivitis Eruptiva.

4

Page 5: Gingivitis Eruptiva ECC

2.2.1 Primary Herpetic Gingivostomatitis

Definisi

Primary Herpetic Gingivostomatitis adalah infeksi pada mulut,

gusi, dan tenggorokan yang umumnya terjadi pada anak-anak, remaja,

dan orang dewasa. Penyakit ini merupakan tanda awal dari adanya

infeksi virus Herpes Simplex tipe 1. Virus tersebut dapat tertular

melalui kontak langsung dengan lesi atau melalu saliva.

Etiologi

Primary Herpatic Gingivostomatitis disebabkan oleh adanya

virus yang disebut Herpes Simplex Virus type 1 (HSV). Umumnya,

orang-orang mendapatkan infeksi ini saat masih berusia anak-anak.

Infeksi pertama dari virus ini biasanya belum disadari oleh penderita.

Ketika infeksi virus tersebut menyebabkan gejala klinis seperti sariawan

pada rongga mulut dan gusi, maka penyakitnya dikenal sebagai

gingivostomatitis.

Tanda Klinis

Terdapat vesikula berisi cairan putih kekuningan

Vesikula pecah membentuk ulcer yang terasa sakit berdiameter 1-3

mm yang dilapisi membran putih keabuan dan inflamasi

Ulser dengan pseudomembran yang berwarna kekuningan serta

dikelilingi oleh eythematous halo.

Ulcers dapat ditemukan pada membran mukosa; mukosa buccal,

lidah, bibir, palatum durum dan palatum mole, dan area tonsil

Lesi besar yang menjadi ulcer kadang ditemukan pada palatum atau

jaringan gingiva atau regio mucobuccal fold

5

Page 6: Gingivitis Eruptiva ECC

Gambar 2.1 Tanda klinis Primary Herpetic Gingivostomatitis

Symptoms

Symptoms dari penyakit ini dapat berupa tipe yang ringan serta

parah. Gejalanya biasanya dirasakan selama 1 hingga 2 minggu. Gejala

prodromal dari penyakit ini sama seperti gejala pada Herpes Simplex

Virus Infection. Gejala-gejala Herpetic Gingivostomatitis antara lain:

Lesi yang berukuran kecil serta adanya blister pada mukosa mulut,

lidah, tenggorokan, dan bibir.

Pembengkakan pada gusi.

Nyeri mulut yang parah.

Gusi berdarah.

Iritabilitas yang diakibatkan oleh nyeri.

Kurangnya nafsu makan dan kecenderungan untuk menolak

makanan dan minuman.

Produksi air liur yang berlebihan (droling).

Bau mulut.

Nodus limfatikus di bagian leher membengkak.

Sakit kepala.

6

Page 7: Gingivitis Eruptiva ECC

Gambar 2.2 Tanda klinis Primary Herpetic Gingivostomatitis

Gambar 2.3 Tanda klinis Primary Herpetic Gingivostomatitis

7

Page 8: Gingivitis Eruptiva ECC

Gambar 2.4 Tanda klinis Primary Herpetic Gingivostomatitis

Pemeriksaan Klinis

Untuk mendiagnosa penyakit Primary Herpetic

Gingivostomatitis dapat dilakukan beberapa macam pemeriksaan untuk

membuktikan apakah lesi yang muncul pada rongg mulut tersebut benar

disebabkan oleh adanya virus HSV. Pemeriksaan awal dilakukan oleh

dokter gigi dengan cara menanyakan gejala klinis yang dirasakan oleh

pasien dan memeriksanya lebih lanjut yaitu dengan pemeriksaan

intraoral serta ekstraoral.

Lesi pada penyakit ini biasanya mirip dengan lesi-lesi yang

sering muncul pada penyakit lain. Untuk memastikan ada tidaknya

penyakit ini, pemeriksaan yang selanjutkan dilakukan ialah dengan

melakukan “cotton swab” pada lesi-lesi yang baru untuk mengambil sel

sebagai sampel yang akan diuji. Sel tersebut nantinya akan diuji untuk

melihat ada tidaknya virus HSV.

8

Page 9: Gingivitis Eruptiva ECC

Patogenesis

Berdasarkan Keels et al (2014) manifestasi klinik dari Herpes

Simplex Virus tipe satu berhubungan dengan kerusakan jaringan yang

diakibatkan oleh replikasi virus dan hancurnya sel (sel lysis). Inokulasi

dari Herpes Simplex Virus tipe satu pada mukosa atau kulit

menyebabkan dapat masuknya virus ke dalam ujung saraf sensoris dan

saraf otonom yang menjalar hingga nukleus sel yang kemudian akan

menjadi laten. Aktivasi kembali (replikasi) dan migrasi ke mukosa atau

kulit akan menyebabkan penyakit herpes simplex virus berulang seperti

Primary Herpetic Gingivostomatitis.

Diagnosis

Penegakan diagnosis dari penyakit ini biasanya dilakukan

melalui pemeriksaan fisik serta pengujian lesi pada mulut untuk

menunjukkan ada tidaknya virus HSV.

Komplikasi

Penyakit Primary Herpatic Gingivostomatitis ini dipicu oleh

adanya Herpes Simplex Virus tipe satu yang sebenarnya tidak terlalu

sering berakibat serius namun dapat mengakibatkan komplikasi pada

bayi dan penderita lain yang mengalami penurunan sistem imunit.

Herpes Simplex Virus tipe satu dapat menyebar pada daerah mata

terutama pada kornea. Kondisi ini disebut sebagai Herpes Simplex

Keratitis (HSK). Herpes Simplex Keratitis selain menyebabkan rasa

nyeri dan tidak nyaman dapat juga mengakibatkan kerusakan permanen

hingga kebutaan. Tanda-tanda dari Herpes Simplex Keratitis yaitu mata

berair, mata merah, dan sensitif terhadap cahaya.Herpes Simplex Virus

9

Page 10: Gingivitis Eruptiva ECC

tipe satu juga dapat menjalar pada area genital lewat hubungan oral seks

yang dapat mengakibatkan Herpes Simplex Virus tipe dua yang

dicirikan oleh rasa sakit pada genital serta sangat mudah menular.

Anak-anak dengan Primary Herpetic Gingivostomatitis biasanya

mengalami sulit makan dan minum yang dapat berakibat dehidrasi.

Tanda-tandanya yaitu mulut kering, kulit kering, sakit kepala, rasa

lelah, serta konstipasi.

Perawatan

Rasa nyeri pada Primary Herpetic Gingivostomatitis biasanya

dapat hilang dalam waktu dua hingga tiga minggu. Penggunakan obat

Orabase dapat diterapkan pada pasien seperti Teejel Gel, Solcoseryl,

atau Acyclovir.

Selain menggunakan obat, ada beberapa hal yang dapat dilakukan

unuk mengurangi rasa tidak nyaman akibat PHG seperti:

1. Meningkatkan daya tahan tubuh pasien.

2. Istirahat yang cukup dan mengkonsumsi makanan bergizi tinggi

agar kebutuhan nutrisi tubuh lebih dapat tercapai dengan

mengkonsumsi makanan sehat serta menghindari makanan pedas,

asin, atau asam yang dapat merangsang rasa nyeri.

3. Mengurangi rasa sakit yang timbul dengan cara berkumur dengan

menggunakan obat kumur yang mengandung hydrogen peroxide

atau xylocaine.

10

Page 11: Gingivitis Eruptiva ECC

4. Menggunakan sikat gigi lembut dan menyikat gigi secara perlahan.

Hal ini bertujuan agar oral hygiene tetap terjaga dan tidak semakin

buruk yang akan berdampak pada durasi berlangsungnya penyakit

dan tingkat keparahan penyakit.

Pencegahan

Primary Herpetic Gingivitis dalam dicegah dengan beberapa hal,

menurut Natalie dan George (2012) , upaya pencegahan Primary

Herpatic Gingivostomatitis dapat dilakukan dengan menjaga kesehatan

gigi dan gusi. Selain itu perawatan oral hygiene yang baik dapat

dilakukan seperti:

- Menggosok gigi minimal dua kali sehari terutama setelah makan

dan sebelum tidur

- Menggunakan dental floss secara rutin setiap hari

- Pemeriksaan rutin pada dokter gigi setiap enam bulan sekali

- Menggunakan peralatan yang masuk ke dalam mulut yang sudah

dipastikan bersih untuk mencegah pertumbuhan bakteri

Gusi yang sehat akan berwarna pink dan tidak tampak lesi ataupun

terasa nyeri. Untuk menghindarkan diri terhadap virus Herpes Simplex

Virus tipe satu (HSV-1) dapat dilakukan upaya pencegahan dengan

tidak berciuman atau menyentuh penderita, juga tidak menggunakan

peralatan pribadi seperti make-up, alat cukur, atau alat makan secara

bersama-sama dengan penderita.

11

Page 12: Gingivitis Eruptiva ECC

2.2.2 Gingivitis Nekrotik Akut

Definisi

Gingivitis Nekrotik akut merupakan penyakit inflamatoris

destruktif pada gingiv dengan tanda dan simtom yang khas. Gingivitis

nekrotik akut mempunyai nama lain Vincent’s infection, fusospirally,

fectid, trench mouth, dan plaut-vincent stomatitis. Penyakit ini biasanya

muncul tiba-tiba, kadang-kadang diawali dengan penyakit sistemik

seperti ISPA, sering didahului oleh faktor-faktor endogen seperti stress,

dan kurang istirahat. (Welbury richard dalam paediatric dentistry 2005)

Epidemiologi dan Prevalensi

Prevalensi ANUG muncul lebih rendah di United state dan Eropa

sebelum 1914. Pada sebuah studi di sebuah klinik dental di Prague,

Republik Ceko, insidensi ANUG dilaporkan 0,08 % pada pasien usia

15-19 tahun; 0,05 % pada usia 20-24 tahun, dan 0,02 % pada usia 25-29

tahun.

ANUG terjadi pada semua usia, dimana insedensi yang banyak

dilaporkan pada usia 20-30 tahun dan 15-20 tahun. Tidak ditemukan

pada anak-anak di United State, Kanada, dan Eropa, tapi ditemukan

pada kelompok anak dengan sosial-ekonomi yang lemah di Negara

yang masih terbelakang. Di India, dari hasil studi di dapat bahwa 54-58

% pasien adalah anak usia kurang dari 10 tahun. Di sekolah yang dipilih

secara acak di Nigeria, ANUG terjadi 11,3 % pada anak-anak usia 2-6

tahun, dan di rumah sakit di Nigeria mencapai 23 % pasien usia kurang

dari 10 tahun. Dilaporkan umumnya terjadi pada kelompok keluarga

yang memiliki sosial-ekonomi lemah. ANUG lebih banyak terjadi pada

anak-anak dengan Down Syndrome.

Etiologi

12

Page 13: Gingivitis Eruptiva ECC

Gingivitis nekrotik akut disebabkan oleh bakteri yang didukung

dengan faktor-faktor lain seperti faktor infeksi lokal,sistemik, dan

psikosomatis. Aktivitas patogenik bakteri penyebab baru timbul bila

pada gingiva telah terjadi radang, cedera iritasi, dan kondisi sistemik.

Bakteri yang umumnya menyebabkan gingivitis nekrotik akut adalah

fusospirachetal sp (Irmansyah, 2010)

Penyebab pasti ANUG belum diketahui tetapi organisme anaerob

terutama spirochaeta dan spesise Fusobacterium umumnya terlibat.

Pericoronitis, margin restorasi berlebih, merokok, malnutrisi, kelelahan

dan stress dianggap sebagai faktor predisposisi (Lynch et al., 1994;

Lewis & Lamey , 1998).

Faktor pendorong lokal terjadinya ANUG yaitu terjadinya Radang

kronis pada gingiva seperti Gingivitis kronis, Saku periodontal,

Perikoronitis. Selain itu dapat juga disebabkan oleh cedera pada gingiva

pada kondisi deep overbite. ANUG dapat juga terjadi bila pasien

memiliki kebiasaan merokok yang pada umumnya terjadi iritasi asap,

efek nikotin. Efek stress juga dapat memicu terjadinya ANUG.

Beberapa penelitian telah menemukan bahwa kekurang vitamin B

kompleks dan vitamin C dapat menjadi penyebab Acute Necrotizing

Ulserative Gingivitis.

Gejala Klinis

Pada gingivitis nekrotik akut taraf ringan-sedang, pasien

mengeluhkan demam, dan terdapat pembesaran pada nodus limfe sub-

mandibula. Pada tahap yang parah pasien terjangkit Lekositosis, badan

yang lemah, insomnia, konstipasi, gangguan pencernaan, sakir kepala,

depresi mental. Pada tahap yang sangat parah, pasien mengidap

stomatitis gangrenosa, meningitis, peritonitis, infeksi paru, toxemia, dan

abses otak. (Irmansyah,2010)

13

Page 14: Gingivitis Eruptiva ECC

Pemeriksaan Klinis

Pada pemeriksaan intra-oral, gingivitis nekrotik akut berbentuk lesi

seperti kawah yang sangat sensitif dengan sentuhan, terdapat membran

semu yaitu membran abu-abu atau putih kekuning-kuningan yang

melapisi lesi seperti kawah. Bila membran terkelpuas, nampak lesi

merah, berkilat dan penampakan hemorhagik. Terdapat pula eritema

linear yaitu eritema yang membatasi lesi dengan bagian-bagian gingiva

yang tidak terlibat, serta terdapat hiperemi pada jaringan ikat ditepi lesi.

Terjadi pula perdarahan spontan pada kasus gingivitis nekrotik akut ini.

Pasien juga menderita bau pada mulut akibat jaringan yang nekrotik,

kemudian terjadi juga hipersalivasi yang konsistensinya kental. Pasien

mengeluhkan nyeri yang hebat, dan semakin parah bila terkena

makanan pedas, dan panas, pasien juga merasa kecapan logam pada

mulutnya. (Irmansyah, 2010)

Diagnosis

Diagnosis ditegakkan dengan ciri klinis. Pemeriksaan mikrobiologi

dan biopsi tidak terlalu mutlak pada kasus ini, hanya dipakai sebagai

pengecualian diagnosis banding. Diagnosis banding dari penyakit ini

antara lain gingivo stomatitis herpetic akut, gingivitis deskuamasi, dan

manifestasi oral dari difteria & sifilis.

Diagnosis Banding

Necrotizing Ulcerative Gingivitis harus dibedakan dari kondisi

lain. Ada beberapa penyakit lain yang dapat dikategorikan sebagai

diagnosis banding Necrotizing Ulcerative Gingivitis Akut;yaitu primary

herpatic gingivostomatitis,diphtheria, syphilis tahap kedua(mucous

patch),desquamative gingivitis dan penyakit kronik destruktif

periodontal. Berikut table perbedaannya (Caranza 10th ed):

14

Page 15: Gingivitis Eruptiva ECC

Necrotizing Ulserative Gingivitis Primary Herpetic Gingivostomatitis

Etiology;interaction between host and

bacteria ,most probably fusospirochetes

Specific viral etiology

Necrotizing condition Diffuse erythema and vesicular

eruption

Punched out gingival

margin ;pseudomembrane that peels

off, leaving raw areas

Vesicles rupture and leave slightly

depressed oval or spherical ulcer

Marginal gingiva affected,other oral

tissues rarely affected

Diffuse involvement of gingiva,may

included buccal mucosa and lips

Uncommon in children Occurs more frequently in children

No definite duration Duration of 7 to 10 days

Contagion not demonstrated Contagion

No demonstrated immunity Acute episode results in some degree of

immunity

Tabel 2.1 Tabel Perbedaan Diagnosis Banding ANUG

Necrotizing Ulcerative

Gingivitis

Desquamative Gingivitis Chronic Destructive

Periodontal Disease

Uji pulasan

memperlihatkan bakteri

fusospirochetal komplex

Uji pulasan

memperlihatkan sel

epithelial, dari beberapa

bakteri

Uji pulasan

memperlihatkan berbagai

macam bakteri

Mempengaruhi Marginal Adanya diffuse Mempengaruhi marginal

15

Page 16: Gingivitis Eruptiva ECC

gingiva marginal,attached

gingiva,dan diberbagai

area oral mukosa lainnya

gingival

Akut kronik Kronik

sakit Bisa sakit atau tidak sakit Tidak sakit jika tidak

parah

Pseudomembrane Patchy desquamation di

ephitelium gingival

Biasanya tidak ada

desquamation,tetapi

nanah bisa keluar dari

poket

Pupillary and marginal

necrotic lessions

Papillae do not undergo Papillae do not undergo

noticeable necrosis

Menyerang orang

dewasa,dan kadang-

kadang pada anak -anak

Menyerang orang

dewasa,kebanyakan

wanita

Biasanya pada orang

dewasa tapi terkadang

juga pada anak-anak

Karakteristik,fetid odor - Some odor present but

not strikingly fetid

Tabel 2.2 Tabel Perbedaan Diagnosis Banding ANUG

Necrotizing Ulcerative

Gingivitis

Diphtheria Secondary Stage of

syphilis(mucous patch)

Etiologi;interaction

between host and

bacteria most probably

fuso spirochetes

Specific bacterial

etiology;Corynebacterium

diphtheriae

Spesific bacterial

etiology;Treponema

pallidum

Affects marginal

gingiva

Rarely affects marginal

gingiva

Rarely affects marginal

gingival

Membrane removal easy Membrane removal

difficult

Membrane not

detachable

16

Page 17: Gingivitis Eruptiva ECC

Painful Less painful Minimal pain

Marginanl gingival

affected

Throat,fauces,and tonsils

affected

Any part mouth affected

Serologic findings

normal

Serologic findings normal Serologic findings

normal

Immunity not conferred Immunity conferred by an

attack

Immunity not conferred

Doubtful contagiousness contagion Only direct contact will

communicate disease

Antibiotic therapy

relieves symptoms

Antibiotic treatment has

minimal effect

Antibiotic therapy has

excellent results

Tabel 2.3 Tabel Perbedaan Diagnosis Banding ANUG

Pengobatan

Gingivitis nekrotik akut dapat diobati dengan pemberian antibiotik

dan obat kumur yang mengandung H2o2, Kloropatin WCS 60, dan

karbol gentian violet 2%.(Irmansyah,2010).

Terapi

Perawatan Lokal

1. Identifikasi faktor-faktor predisposisi seperti stres, malnutrisi,

berbagai penyakit sistemik seperti measles dan hepatitis.

2. Menghilangkan faktor-faktor iritasi lokal seperti plak dan kalkulus

serta pembersihan jaringan nekrotik. Scaling dan debridement diikuti

dengan penggunaan obat kumur seperti 0,5% hydrogen peroxide atau

0,1% chlorhexidine.

Lesi ANUG memberikan respon baik terhadap perawatan lokal dalam

waktu 48 jam.

17

Page 18: Gingivitis Eruptiva ECC

Perawatan Sistemik

Penicilline atau tetracyline 250 sampai 500mg diberikan 4 kali

sehari selama 5 hari. Metronidazole tablet 200 mg diberikan pada

pasien yang alergi terhadap penicilline dengan dosis 3 kli sehari untuk 3

– 5 hari.

Prognosa

Prognosis adalah suatu prediksi dari lama, perjalanan, penghentian

dari penyakit dan responnya terhadap perawatan. Prognosis diegakkan

setelah diagnosis dibuat dan sebelum rencana perawatan ditegakkan.

Untuk penentuan prognosis penyakit periodontal secara keseluruhan,

faktor-faktor yang perlu dipakai sebagai bahan pertimbangan antara

lain: usia serta latar belakang penyakit sistemik yang diderita, adanya

maloklusi, status periodontal yang dihubungkan dengan pembuatan

protesa, merokok, dan kooperasi dari pasien. Faktor-faktor ini

merupakan faktor penting untuk dipertimbangkan dalam penentuan

prognosis (Prayitno, 2003).

Dari hasil analisis mengenai faktor-faktor penentu prognosis,

praktisi dapat menentukan kategori prognosis secara klinis sebagai

berikut (Prayitno, 2003):

a. Excellent prognosis ( prognosis sempurna )

Tidak ada kehilangan tulang (bone loss), kondisi gingival yang

sangat baik, pasien sangat kooperatif, tidak ada faktor sistemik/

lingkungan.

b. Good prognosis ( prognosis bagus )

18

Page 19: Gingivitis Eruptiva ECC

Apabila terjadi satu atau lebih hal-hal sebagai berikut: dukungan

tulang yang adequat, kemungkinan kontrol faktor etiologi dan

pemeliharaan gigi yang adequat, pasien kooperatif, tidak ada faktor

sistemik/ lingkungan, (jika ada) faktor sistemik tersebut terkontrol

c. Fair prognosis ( prognosis sedang )

Apabila terjadi satu atau lebih hal-hal sebagai berikut: dukungan

tulang yang sedikit adequat, beberapa gigi goyang, furcation

involvolment grade I, kemungkinan pemeliharaan yang adequat,

kerja sama pasien diterima, terdapat faktor sistemik/ lingkungan

yang terbatas.

d. Poor prognosis ( prognosis jelek )

Apabila terjadi satu atau lebih hal-hal sebagai berikut: kehilangan

tulang yang moderat-cepat, terdapat kegoyangan gigi, furcation

involvolment grade I dan II, kesulitan dalam pemeliharaan dan atau

kerja sama pasien yang ragu-ragu, terdapat faktor sistemik/

lingkungan.

e. Questionable prognosis ( prognosis yang dipertanyakan )

Apabila terjadi satu atau lebih hal-hal sebagai berikut: Kehilangan

tulang yang cepat, furcation involvolment grade II dan III,

kegoyangan gigi, daerahnya sulit dijangkau, terdapat faktor

sistemik/ lingkungan.

f. Hopeless prognosis ( prognosis tanpa harapan )

Apabila terjadi satu atau lebih hal-hal sebagai berikut: kehilangan

tulang yang cepat, daerahnya tidak dapat dilaukan pemeliharaan,

indikai pencabutan, terdapat faktor sistemik/ lingkungan yang tidak

terkontrol.

19

Page 20: Gingivitis Eruptiva ECC

Faktor yang Dipertimbangkan Dalam Menentukan Prognosis

• Faktor klinis

1. Umur pasien

2. Keparahan penyakit

3. Kerjasama pasien

• Faktor sistemik dan lingkungan

1. Merokok

2. Keadaan penyakit sistemik

3. Faktor genetik

4. Stress

• Faktor lokal

1. Plak / Kalkulus

2. restorasi sub gingiva

3. Faktor anatomi

4. Kegoyanagan gigi

5. Faktor restorasi prosteti

6. Karies gigi non vital dan resorbsi akar

Hubungan Antara Diagnosa dan Prognosis

• Prognosis pasien dengan penyakit gingiva

– Gingivitis yang hanya disebabkan plak

20

Page 21: Gingivitis Eruptiva ECC

– Penyakit gingiva yang oleh karena plak dimodifikasi penyakit

sistemik

– Penyakit gingiva oleh karena plak dimodifikasi dengan obat

– Penyakit gingiva oleh karena plak dimodifikasi malnutrisi

• Prognosis pasien dengan periodontitis

– Periodontitis kronis

– Periodontitis agresif

– Periodontitis sebagain manifestasi penyakit sistemik

– Necrotizing periodontal diseases

Penularan

Istilah penularan merupakan kemampuan untuk memelihara

penularan dengan cara alami. Contoh : kontak langsung melalui air

minum, makanan, alat makan, udara, atau vektor arthropoda.

ANUG sering terjadi pada kelompok orang yang menggunakan

dapur bersama, penyakit ini ditularkan oleh bakteri melalui peralatan

makan.

Pencegahan

Pencegahan penyakit periodontal merupakan kerja sama yang

dilakukan oleh dokter gigi, pasien dan personal pendukung. Pencegahan

dilakukan dengan memelihara gigi-gigi dan mencegah serangan serta

kambuhnya penyakit. Pencegahan dimulai pada jaringan periodontal

yang sehat yang bertujuan untuk memelihara dan mempertahankan

21

Page 22: Gingivitis Eruptiva ECC

kesehatan jaringan periodontal dengan mempergunakan teknik

sederhana dan dapat dipakai di seluruh dunia Umumnya penyakit

periodontal dan kehilangan gigi dapat dicegah karena penyakit ini

disebabkan faktor-faktor lokal yang dapat ditemukan, dikoreksi dan

dikontrol. Sasaran yang ingin dicapai adalah mengontrol penyakit gigi

untuk mencegah perawatan yang lebih parah. Pencegahan penyakit

periodontal meliputi beberapa prosedur yang saling berhubungan satu

sama lain yaitu :

a. Kontrol Plak

b. Profilaksis mulut

c. Pencegahan trauma dari oklusi

d. Pencegahan dengan tindakan sistemik

e. Pencegahan dengan prosedur ortodontik

f. Pencegahan dengan pendidikan kesehatan gigi masyarakat

g. Pencegahan kambuhnya penyakit

a. Kontrol Plak

Kontrol plak merupakan cara yang paling efektif dalam mencegah

pembentukan kalkulus dan merupakan dasar pokok pencegahan

penyakit periodontal , tanpa control plak kesehatan mulut tidak dapat

dicapai atau dipelihara. Setiap pasien dalam praktek dokter gigi

sebaiknya diberi program kontrol plak. Bagi pasien dengan jaringan

periodonsium yang sehat, kontrol plak berarti pemeliharaan kesehatan.

Bagi penderita penyakit periodontal, kontrol plak berarti penyembuhan.

Bagi pasien pasca perawatan penyakit periodontal, kontrol plak berarti

mencegah kambuhnya penyakit ini.

22

Page 23: Gingivitis Eruptiva ECC

Metode kontrol plak dibagi atas dua yaitu secara mekanis dan kimia

1. Secara mekanis merupakan cara yang paling dapat dipercaya,

meliputi penggunaan alat-alat fisik dengan memakai sikat gigi, alat

pembersih proksimal seperti dental floss, tusuk gigi dan kumur-

kumur dengan air.

2. Kontrol plak secara kimia adalah memakai bahan kumur - kumur

seperti chlorhexidine (Betadine, Isodine).

b. Profilaksis mulut

Profilaksis mulut merupakan pembersihan gigi di klinik, terdiri

dari penyingkiran materi alba, kalkulus, stain dan pemolisan gigi. Untuk

memberikan manfaat yang maksimum bagi pasien, profilaksis mulut

harus lebih luas dan meliputi hal-hal berikut :

- memakai larutan pewarna (disclosing solution) untuk mendeteksi plak.

Gincu kue warna ros dapat dipakai untuk mendeteksi plak pada anak-

anak.

- Penyingkiran plak, kalkulus (supra dan sub gingiva) pada seluruh

permukaan.

- Membersihkan dan memolis gigi, menggunakan pasta pemolis/pasta

gigi

- Memakai zat pencegah yang ada dalam pasta pemolis/pasta gigi.

- Memeriksa tambalan gigi, memperbaiki tepi tambalan yang

menggantung .

- Memeriksa tanda dan gejala impaksi makanan.

c. Pencegahan trauma dari oklusi

23

Page 24: Gingivitis Eruptiva ECC

Menyesuaikan hubungan gigi-gigi yang mengalami perubahan

secara perlahan- lahan (akibat pemakaian yang lama). Hubungan tonjol

gigi asli dengan tambalan gigi yang tidak tepat dapat menimbulkan

kebiasaan oklusi yang tidak baik seperti bruxim atau clenching.

d. Pencegahan dengan tindakan sistemik

Cara lain untuk mencegah penyakit periodontal adalah dengan

tindakan sistemik sehingga daya tahan tubuh meningkat yang juga

mempengaruhi kesehatan jaringan periodontal. Agen pencedera seperti

plak bakteri dapat dinetralkan aksinya bila jaringan sehat.

e. Pencegahan dengan prosedur ortodontik

Prosedur ortodontik sangat penting dalam pencegahan penyakit

periodontal. Tujuan koreksi secara ortodontik ini adalah untuk

pemeliharaan tempat gigi tetap pengganti, letak gigi dan panjang

lengkung rahang.

f. Pendidikan kesehatan gigi masyarakat

Agar pencegahan penyakit periodontal menjadi efektif, tindakan

pencegahan harus diperluas dari klinik gigi kepada masyarakat. Hal

yang penting diketahui masyarakat ialah bukti bahwa penyakit

periodontal dapat dicegah dengan metode yang sama atau lebih efektif

dari metode pencegahan karies gigi Pendidikan kesehatan gigi

masyarakat adalah tanggung jawab dokter gigi, organisasi kedokteran

gigi dan Departemen Kesehatan. Pengajaran yang efektif dapat

diberikan di klinik. Sedangkan untuk masyarakat dapat diberikan

melalui kontak pribadi, aktivitas dalam kelompok masyarakat, media

cetak maupun elektronik, perkumpulan remaja, sekolah dan wadah

24

Page 25: Gingivitis Eruptiva ECC

lainnya. Perlu diluruskan adanya pertentangan psikologis pada

masyarakat, seperti :

- Menerangkan bahwa kerusakan yang disebabkan penyakit periodontal

pada orang dewasa dimulai pada masa anak-anak.

- Menghilangkan dugaan bahwa pyorrhea (gusi berdarah) tidak dapat

dielakkan dan disembuhkan. Juga menghilangkan pendapat

masyarakat bahwa kehilangan gigi selalu terjadi bila mereka sudah

tua.

- Menegaskan bukti bahwa seperti karies gigi, penyakit periodontal

biasanya tidak menimbulkan rasa sakit pada awalnya sehingga

masyarakat tidak menyadarinya. Pemeriksaan gigi dan mulut secara

teratur diperlukan untuk mengetahui adanya karies gigi dan penyakit

periodontal secepatnya kemudian segera merawatnya bilditemukan a

adanya penyakit

- Memberi penjelasan bahwa perawatan periodontal yang efektif adalah

bila segera dirawat sehingga lebih besar kemungkinan berhasil

disembuhkan. Disamping itu waktu yang digunakan lebih sedikit dan

merupakan cara yang paling ekonomi daripada menanggulangi

penyakit.

- Menegaskan manfaat pencegahan dengan higine mulut yang baik dan

perawatan gigi yang teratur .

- Menerangkan bahwa tindakan pencegahan penyakit gigi dan mulut

harus merupakan inti dari perencanaan kesehatan gigi masyarakat.

g. Pencegahan kambuhnya penyakit

Setelah kesehatan jaringan tercapai, diperlukan program yang

positif untuk mencegah kambuhnya penyakit periodontal. Ini

merupakan tanggung jawab bersama antara dokter gigi dan pasien

25

Page 26: Gingivitis Eruptiva ECC

(untuk pasien anak peran orang tua juga dibutuhkan). Pasien harus

mentaati pengaturan untuk menjaga higine mulut dan kunjungan

berkala, dokter gigi harus membuat kunjungan berkala sebagai

pelayanan pencegahan yang bermanfaat

Gambar 2.5 Gingivitis Nekrotik Akut

2.2.3 Gingivitis Pada Maloklusi dan Malposisi Gigi

Definisi dan Teori

26

Page 27: Gingivitis Eruptiva ECC

Merupakan gingivitis yang disebabkan oleh maloklusi dan

malposisi gigi. Maloklusi disebabkan oleh factor herediter,

ketidaksesuaian antara rahang dan ukuran gigi, dan kebiasaan (habits)

seperti menghisap ibu jari dan bernafas melalui mulut (Finn,1991).

Meningkat pada anak yang memiliki overjet dan overbite yang besar,

kebiasaan bernafas melalui mulut, open bite, edge to edge, dan

protrusive.

Gigi geligi yang tidak teratur menyebabkan plakk sulit

dibersihkan. Resesi gingiva bisa terjadi pada gigi labioversi.

Disharmoni oklusal yang disebabkan maloklusi dapat mencederai

periodonsium. Overbite yang berlebihan dapat menyebabkan iritasi

gingiva pada rahang antagonis. Openbite bisa menjurus ke perubahan

periodontal yang disebabkan penumpukan plak dan hilangnya fungsi.

Etiologi dan Faktor Predisposisi

- Plak dental/ plak bakteri

- Bentuk gigi yang kurang baik dan letak gigi yang tidak teratur

(maloklusi)

Tanda dan Gejala Klinis

- Perubahan warna gusi menjadi merah kebiruan

- Pembesaran gusi

- Ulserasi

- Bentuk poket dalam yang menyebabkan terjadinya pus

Pemeriksaan Klinis

27

Page 28: Gingivitis Eruptiva ECC

Pemeriksaan klinis dilakukan oleh dokter gigi dengan

menggunakan kaca mulut dan sonde.

- Pemeriksaan Gigi Menyeluruh

a. Posisi Gigi : meliputi kesesuaian lengkung rahang, maloklusi,

morfologi, dan migrasi gigi

b. Kegoyangan Gigi (tes mobilitas)

- Pemeriksaan Jaringan Periodontal

a. Warna, bentuk, dan konsistensi gingiva

b. Kedalaman poket menggunakan probe

Patogenesis

Gingivitis lebih parah dan lebih sering terjadi disekitar malposisi

gigi, disebabkan adanya peningkatan akumulasi plak dan materi alba

pada daerah tersebut. Anak-anak yang memiliki openbite, edge to edge,

dan protrusive gigi rahang atas anterior, mengalami ketidaksesuaian

antara lengkung rahang atas dan rahang bawah, yang dapat

mengakibatkan penumpukan sisa makanan di sekitar gigi sehingga

terbentuk gingivitis (Carranza,1984).

Perawatan

Pada perawatan gingivitis akibat maloklusi, perawatan ortodonti

adalah tindakan pertama yang harus dilakukan dan didahului dengan

mouth preparation. Pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut terutama

penyikatan gigi yang benar merupakan langkah selanjutnya yang harus

dilakukan. Adapun teknik penyikatan yang baik adalah harus sederhana,

tepat, efisien, dan dapat membersihkan semua permukaan gigi dan gusi,

terutama saku gusi dan interdental, teknik menyikat gigi harus

sistematik agar tidak ada gigi yang terlewati, gerakan sikat gigi tidak

boleh menyebabkan kerusakan jaringan gusi atau abrasi pada gigi,

menyikat gigi sebaiknya dilakukan minimal dua kali sehari yaitu pada

pagi hari sesudah makan dan malam hari sebelum tidur dengan

28

Page 29: Gingivitis Eruptiva ECC

menggunakan sikat gigi khusus bagi pasien yang sedang dirawat

ortodonti (Manson dan Eley, 1995).

Selain itu, dengan pembersihan iritasi local seperti plak dan

kalkulus dan apabila diperlukan dapat dilakukan tindakan pembedahan

jika terjadi pembesaran gusi.

Gambar 2.6 Gingivitis Pada Maloklusi dan Malposisi Gigi

2.2.4 Gingivitis pada Mucogingival Problems

29

Page 30: Gingivitis Eruptiva ECC

Definisi dan Teori

Mucogingival problems merupakan salah satu kerusakan atau

penyimpangan morfologi, keadaan, dan kuantitias dari gusi di sekitar

gigi (antara margin gusi dan mucogingival junction).

Gambar 2.7 Anatomi Mulut

Etiologi dan Predisposisi

Dimulai saat pertumbuhan gigi sulung sebagai akibat

penyimpangan perkembangan erupsi gigi dan kurangnya ketebalan gusi

Tanda dan Gejala Klinis

Gigi menjadi lebih sensitive terhadap rangsangan suhu atau

makanan tertentu

Patogenesis

30

Page 31: Gingivitis Eruptiva ECC

Pasien merasa giginya lebih sensitive dikarenakan root exposure

yang menyebabkan terbukanya jaringan pulpa. Hal ini mengakibatkan

rangsangan dari luar langsung mengenai pulpa yang berisi saraf dan

pembuluh darah. Hal inilah yang menyebabkan pasien gingivitis pada

mucogingival problems merasa ngilu pada giginya.

Pemeriksaan Klinis

Pemeriksaan dapat dilakukan dengan menggunakan kaca mulut

dan sonde untuk memeriksa mucogingival pasien.

Gambaran Klinis

Mukosa alveolar yang tampak sangat tipis dan mudah pecah,

susunan jaringan ikatnya yang lepas serta banyaknya serat elastic

sehingga terlihat adanya root exposure atau terbukanya jaringan pulpa

Gambar 2. 8 root exposure

31

Page 32: Gingivitis Eruptiva ECC

Gambar 2.9 root exposure

Pengobatan

Dilakukan dengan cara menghilangkan faktor lokal penyebab,

mengobati gigi dengan bahan-bahan topical desensitising/fluoride

varnish, regenerasi papila, penambahan ridge, pelebaran gusi cekat

dilakukan dengan pembedahan yaitu dengan metode Gingival Graft dan

Tissue Guide Regeneration, dan pasien harus menjaga kebersihan mulut

dengan baik dan frenektomi.

32

Page 33: Gingivitis Eruptiva ECC

2.2.5 Gingivitis pada Gigi Karies dan Loose Teeth (Eksfoliasi Parsial)

Definisi dan Teori

Gingivitis pada gigi sulung dapat terjadi pada daerah gigi yang

mengalami karies di daerah servik dan proksimal. Proses kerusakan gigi

sulung lebih cepat menyebar, meluas, dan lebih parah dibandingkan

dengan gigi permanen (Suwelo, 1992).

Gigi sulung yang mengalami loose teeth atau eksfoliasi parsial

dapat menyebabkan gingivitis. Pada pinggiran margin yang tererosi

akan terdapat akumulasi plak, sehingga dapat terjadi edema sampai

dengan abses. Faktor yang mendukung pertambahan plak antara lain

adanya impaksi makanan dan akumulasi materi alba disekitar gigi

berkaries. Banyak anak-anak yang mempunyai kebiasaan mengunyah

satu sisi, yaitu pada daerah gigi yang tidak berkaries, akibatnya terjadi

akumulasi plak pada sisi yang tidak digunakan (Carranza, 2002).

Gambaran Klins

Secara umum gambaran gingivitis adalah adanya kemeraha,

perdarahan akibat stimulasi, perubahan kontur, adanya plak atau

kalkulus dan secara radiografi tidak ditemukan kehilangan tulang

alveolar. Pemeriksaan histologi jaringan gingiva yang mengalami

peradangan menunjukkan ulserasi epitel. Keberadaan radang

memberikan pengaruh negative terhadap fungsi epitel sebagai

pelindung.

Gejala klinis gingivitis yang parah adalah termasuk eritema,

edema, dan pembesaran hiperplastik. Peradangan kronis menyebabkan

warna merah atau merah kebiruan akibat proliferasi dan keratinisasi.

Vena akan memberikan kontribusi menjadi warna kebiruan.

33

Page 34: Gingivitis Eruptiva ECC

Patogenesis

a. Lesi inisial/lesi awal

Plak mulai berakumulasi ketika kebersihan rongga mulut tidak terjaga.

Dalam beberapa hari, gingivitis ringan mulai terjadi pada tahap ini.

b. Lesi dini atau early lesion

Pada tahap ini sudah mulai terlihat tanda klinis eritema. Eritema terjadi

karena proliferasi kapiler dan meningkatnya pembentukan kapiler,

c. Lesi mapan atau established lesion

Pada tahap ini disebut juga gingivitis kronis karena seluruh pembuluh

darah membengkak dan padat. Terlihat perubahan warna kebiruan pada

gingiva.

d. Lesi lanjut atau lesi advanced

Perluasan lesi ke dalam tulang alveolar menunjukkan karakteristik

tahap keempat. Secara mikroskopis, terdapat fibrosis pada gingiva dan

kerusakan jaringan akibat peradangan dan immunopatologis.

Perawatan

Perawatan terhadap gingivitis pada gigi karies dan loose teeth

(eksfoliasi parsial) berhubungan dengan kebersihan mulut yang baik.

Kurangnya perhatian orangtua terhadap gigi sulung biasanya karena

anggapan bahwa nantinya gigi sulung tersebut akan diganti dengan gigi

permanen. Oleh karena itu anak-anak masih membutuhkan keterlibatan

orangtua didalam menjaga kebersihan mulutnya. Gingivitis pada gigi

karies dirawat dengan cara merestorasi kavitas gigi tersebut, sedangkan

eksfoliasi parsial sebaiknya dengan cara menghilangkan bagian yang

tajam atau bila diperlukan dapat dilakukan pencabutan gigi tersebut.34

Page 35: Gingivitis Eruptiva ECC

Gambar 2.10 Gigi karies/eksfoliasi parsial yang dapat menyebabkan gingivitis

35

Page 36: Gingivitis Eruptiva ECC

2.2.6 Gingivitis karena Resesi Gusi Lokalisata

Definisi

Resesi gingiva didefinisikan sebagai migrasi ke arah apikal dari

epitel junctional yang menyebabkan tereksposnya permukaan akar

(Alghamdi et al, 2009). Resesi gingiva di sekitar gigi individual atau

sekelompok gigi menjadi perhatian yang umum dalam gingivitis ini.

Pada gingiva dapat terjadi inflamasi atau bebas dari penyakit,

tergantung ada tidaknya iritan lokal .

Etiologi dan Faktor Predisposisi

Etiologi yang menjadi penyebab kondisi ini multifaktor, namun

umumnya berkaitan dengan morfologi tulang alveolar, penyikatan gigi,

trauma mekanis, dan penyakit periodontal (Alhamdi et al, 2009).

Banyak hal yang dapat menyebabkan resesi gingiva, namun pada anak-

anak posisi gigi-geligi pada lengkung rahang merupakan faktor yang

paling penting. Resesi gingiva terjadi pada gigi gigi-geligi yang miring

atau rotasi sehingga terproyeksi ke arah labial. Anterior open bite

meningkatkan prevalensi resesi gingiva (Carranza, 2002).

Tanda dan Gejala Klinis

Keluhan utama pada pasien yang mengalami resesi gingiva

adalah hipersensitivitas pada dentin dan gangguan estetik sebagai akibat

dari faktor-faktor etiologis.

36

Page 37: Gingivitis Eruptiva ECC

Patogenesis

Resesi gusi diduga memiliki kaitan dengan infiltrasi sel mononukleus

pada jaringan pengikat. Penelitian menunjukkan resesi gingiva

melibatkan proses inflamasi lokal yang mengakibatkan hancurnya

jaringan pengikat dan mengakibatkan proliferasi epitel ke tempat

terjadinya kehancuran jaringan pengikat. Profliferasi sel-sel epitel ke

jaringan pengikat mengakibatkan berkurangnya permukaan epitelium,

yang secara klinis bermanifestasi sebagai resesi (Baker dan Seymour,

2005).

Penatalaksanaan

Resesi dapat menjadi fase transisional dalam erupsi gigi dan

dapat memperbaiki diri ketika gigi mencapai kesejajaran yang baik dan

benar, atau disejajarkan secara ortodontik apabila diperlukan.

(Carranza, 2002).

Dikutip dari www.webmd.com, resesi gusi yang sedang dapat

ditangani oleh dokter gigi dengan cara pembersihan menyeluruh (deep

cleaning) di sekitar area yang mengalami resesi. Selama deep cleaning,

plak dan tartar yang terbentuk pada gigi dan permukaan akar di bawah

gusi akan dibersihkan dan bagian akan yang terekspos akan dihaluskan

agar bakteri tidak dapat menempel. Antibiotik diberikan untuk

mengatasi bakteri yang berbahaya.

Namun, jika resesi gusi tidak dapat ditangani dengan deep

cleaning karena hilangnya tulang dan pocket yang terlalu dalam, gum

surgery dapat dilakukan untuk memperbaiki kerusakan akibat resesi

gusi.

37

Page 38: Gingivitis Eruptiva ECC

1. Pocket depth reduction

Dalam prosedur ini, dokter gigi atau spesialis periodontis

melipat balik gusi yang terkena, menghilangkan bakteri-bakteri

buruk dari pocket, dan menjahit kembali jaringan gusi pada

tempatnya di akar gigi sehingga menghilangkan pocket atau

mengurangi kedalamannya.

2. Regeneration

Jika tulang pendukung gigi mengalami kehancuran akibat resesi

gusi, prosedur regenerasi tulang dan jaringan yang hilang dapat

dilakukan. Seperti halnya pocket depth reduction, dokter gigi akan

melipat balik jaringan gusi dan menghilangkan bakteri. Suatu bahan

yang sifatnya regeneratif, seperti membran, graft tissue, atau tissue-

stimulating protein, akan diaplikasikan untuk memicu regenerasi

alami tulang dan jaringan pada area tersebut, dan gusi akan

diamankan.

3. Soft tissue graft

Ada beberapa tipe dalam prosedur gum tissue graft, namun yang

umumnya digunakan disebut connective tissue graft. Dalam

prosedur ini, lipatan kulit pada palatum dipotong dan jaringan di

bawah lipatan yang disebut jaringan ikat subepitel dihilangkan dan

dijahitkan pada jaringan gusi di sekeliling akar yang terekspos.

Setelah cangkokan jaringan ikat sudah dihilangkan dari bawah

lipatan kulit, lipatan tersebut akan dijahitkan kembali. Selama

proses cangkok yang lain, yang disebut free gingival graft, jaringan

diambil langsung dari palatum daripada dari bawah kulit.

Terkadang, jika gusi di sekitar gigi yang terkena masih cukup

tersisa, dokter gigi dapat mencangkok gusi di sekitar gigi dengan

tidak menghilangkan jaringan dari palatum, dan prosedurnya

disebut pedicle graft.

38

Page 39: Gingivitis Eruptiva ECC

Gambar 2.11 resesi gingival di labial

39

Page 40: Gingivitis Eruptiva ECC

2.2.7 Gingivitis Marginalis Kronis

Definisi

Gingivitis marginalis kronis merupakan peradangan gusi pada

daerah margin yang banyak dijumpai pada anak, ditandai dengan

perubahan warna, ukuran, konsistensi, dan bentuk permukaan gusi.

Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa gingivitis marginalis

merupakan penyakit periodontium yang paling sering terjadi dan

dimulai sejak usia dini. Namun, penyakit gingivitis marginalis kronis

yang parah pada anak-anak lebih sedikit ditemukan daripada pada orang

dewasa.

Etiologi dan Faktor Predisposisi

Penyebab utama dari gingivitis marginalis kronis ini tidak jauh

berbeda dari penyebab gingivitis pada umumnya, yaitu adanya

penimbunan plak pada bagian subgingiva. Plak pada konteks ini dapat

memberikan iritasi lokal, bersama dengan kalkulus dan materi alba.

Adanya penimbunan plak ini biasanya memiliki hubungan dengan oral

hygiene yang kurang baik. Selain itu, gingivitis marginalis kronis juga

dapat disebabkan oleh gigi berkaries atau restorasi yang kurang baik

ataupun yang berlebih (overhang maupun overfill) karena hal ini

menyebabkan adanya penimbunan plak. Tetapi, belum dipastikan

tentang adanya korelasi langsung antara plak dengan indeks gingival.

Tanda & Gejala Klinis serta Gambaran Klinis

Gejala klinis dari gingivitis adalah adanya perubahan warna,

ukuran, konsistensi dan tekstur permukaan yang menyerupai gingivitis

kronsi pada orang dewasa. Inflamasi linear berwarna merah, yang

didukung adanya perubahan kronis, termasuk pembengkakan,

peningkatan vaskularisasi, dan hiperplasia. Perdarahan dan peningkatan

kedalaman poket (saku gusi) pada anak-anak lebih jarang terjadi

daripada pada dewasa, namun hal ini harus diperhatikan apabila terjadi

40

Page 41: Gingivitis Eruptiva ECC

hipertrofi gingiva yang parah atau hiperplasia gingiva yang parah

terjadi.

Gambar 2.12 Gambaran Klinis Gingivitis marginalis kronis sekunder

pada anak karena oral hygiene yang buruk dengan ciri-ciri jaringan

marginal gingiva yang eritem dan edem.

Gingivitis marginalis kronis pada anak memiliki karakter yaitu

berkurangnya kolagen pada area di sekitar epitel penghubung

(junctional epithelium dan adanya infiltrasi limfosit dengan sedikit

polimorfonuclear leukosit, sel plasma, monosit, dan sel mast. Lesi

umunya memiliki beberapa sel plasma yang menyerupai lesi awal pada

dewasa yang nondestruktif, nonprogresif.

Pemeriksaan Klinis

Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk pasien dengan keluhan

seperti gejala klinis di atas adalah dengan pengecekan plak yang terlihat

pada gigi. Alat-alat yang diperlukan adalah kaca mulut dan sonde, serta

cahaya yang memadai (lampu bila kurang terang). Hal dilakukan adalah

memeriksa gusi pasien, dan mengecek ada atau tidaknya pembengkakan

maupun perubahan warna yang menjadi kemerahan. Bila ditemukan

adanya pembengkakan, kemudian dapat dilakukan pengecak plak

terlihat ataupun plak yang enumpuk untuk memastikan etiologi dari

pernyakit ini, dengan cara menggsokkan secara perlahan dengan sonde 41

Page 42: Gingivitis Eruptiva ECC

bersamaan dengan melihat ada atau tidaknya plak melalui kaca mulut

dan probe.

Patogenesis

Bakteri pada plak terdiri dari deposit bakteri yang melekat erat

pada gigi. Hal ini dikatakan sebagai sistem organisasi bakteri yang

saling terhubung, yang mencakup massa mikroorganisme yang

termasuk ke dalam matriks intermikrobial. Dalam konsentrasi yang

memadai, hal tersebut dapat mengganggu hubungan antara host dengan

parasit dan menyebabkan penyakit periodontal, dalam hal ini, penyakit

gingiva yang kronis.

Perawatan

Cara-cara yang dapat dilakukan untuk perawatan gingivitis

marginalis kronis yaitu dengan kontrol plak, menyikat gigi, dental

flossing, berkumur-kumur, dan kontrol kimia. Dalam beberapa

penelitian ditemukan bahwa dengan hanya melakukan plak control

tanpa disertai dengan perawatan periodic lanjutan dapat mencegah

terjadinya gingivitis dalam jangka waktu yang lama. Penghilangan

kalkulus supragingival pada gingivitis dapat menggunakan scaler

manual maupun ultrasonik.

Penggunaan antibakteri topikal untuk mengurangi bakteri plak

pada beberapa pasien menunjukkan hasil yang baik dalam mencegah

dan merawat gingivitis kronis meskipun pada beberapa kasus, efek yang

dihasilkan sangatlah minimal. Bahan-bahan dasar yang

direkomendasikan untuk digunakan pada pasien dengan gingivitis

kronis adalah thymol, methol, eucalyptol, dan metil salisilat. Bahan

aktif lainnya yang dapat digunakan adalah klorheksidin diglukonat dan

triklosan.

42

Page 43: Gingivitis Eruptiva ECC

2.2.8 Eruption Gingivitis

Definisi dan Teori

Eruption gingivitis merupakan suatu peradangan gingivitis yang

terjadi disekitar gigi yang sedang erupsi dan berkurang setelah gigi

tumbuh sempurna dalam rongga mulut, sering terjadi pada usia 6

sampai 7 tahun ketika gigi permanen mulai erupsi. Peradangan

disebabkan karena adanya akumulasi plak disekitar gigi yang sedang

erupsi. Eruption gingivitis tampak lebih berkaitan dengan akumulasi

plak daripada dengan perubahan jaringan. (Carranza, 2002)

Etiologi dan Predisposisi

Menurut McDonald dan Avery, 2004 mengatakan bahwa

gingivitis dapat berkembang karena pada tahap awal erupsi gigi, margin

gusi tidak dapat perlindungan dari mahkota sehingga terjadi penekanan

makanan didaerah tersebut yang dapat menyebabkan proses

peradangan. Selain itu juga sisa makanan, materi alba, bakteri plak, dan

kebersihan mulut sering terdapat disekitar dan di bawah jaringan bebas,

sebagian meliputi daerah mahkota gigi yang sedang erupsi, hal ini

mengakibatkan proses peradangan. Peradangan tersebut lebih sering

terjadi pada saat gigi molar pertama dan kedua permanen erupsi, yang

dapat menimbulkan rasa sakit, dan dapat berkembang menjadi

perikoronitis atau abses perikoronal.

Tanda dan Gejala Klinis

Anak mungkin dapat merasakan ketidaknyamanan yang

menyebabkan menyikat gigi menjadi sulit. Kadang-kadang, anak tidak

akan menyikat giginya. Keadaan ini dapat membuat terkumpulnya plak

43

Page 44: Gingivitis Eruptiva ECC

dan terjadinya inflamasi. Pada saat fase eruptiv, terlihat juga adanya

perubahan degeneratif pada tempat fusi antara epitel dental dan epitel

oral. Tempat ini rawan terjadinya akumulasi plak.

Pemeriksaan Klinis

Pemeriksaan klinis dapat menggunakan indra mata dan sonde baik

oleh dokter gigi maupun orang tua. Bisa juga dengan pemeriksaan OH-I

untuk melihat adanya debris. Selain itu dapat dilakukan pemeriksaan

secara mikroskopis, pada gingival terlihat stratified squamous

ephithelium dengan rate pegs dan permukaan keratin. Jaringan ikatnya

didominasi dengan fibrillar.

Gambaran Klinis

Dari pemekrisaan klinis yang dapat ditemukan pada pasien yang

mengalami eruption gingivitis yaitu kesulitan erupsi permanen, adanya

debris serta plak, perubahan jaringan, peradangan gusi.

Gambar 2.13 Eruption Gingivitis

44

Page 45: Gingivitis Eruptiva ECC

Patogenesis dan Patofisiologis

Eruption gingivitis dapat disebabkan oleh beberapa hal,

diantaranya kebersihan mulut yang buruk, penumpukan plak. Sisa-sisa

makanan diantara gigi yang sedang tumbuh yang sulit dibersihkan

menjadi tempat pertumbuhan bakteri. Dengan meningkatnya kandungan

mineral dalam saliva, serta adanya bakteri, plak akan mengeras dan

menjadi kalkulus. Dengan adanya plak, bakteri akan tumbuh dan dapat

menyebabkan peradangan gusi.

Terdapat perubahan fisiologi yang berhubungan dengan erupsi

gigi antara lain:

a. Tonjolan preerupsi : terdapat tonjolan pada gingival yang keras,

pucat, dan berbentuk mahkota gigi yang ada di bawahnya

b. Formasi margin gingival : terdapat sulcus dan margin gingival yang

biasanya mengalami edema, bentuknya membulat, dan sedikit

memerah.

c. Penonjolan normal pada margin gingiva : terdapat penonjolan yang

normal pada gigi permanen yang sedang erupsi, terutama pada

anterior maksila.

Diagnosis Banding

Diagnosis banding dari eruption gingivitis ini salah satunya adalah

gingivitis marginal kronis, gingivitis pada maloklusi dan malposisi,

gingivitis pada gigi karies dan loose teeth.

Pengobatan

Eruption gingivitis ini akan hilang apabila posisi oklusi telah

normal. Apabila eruption gingivitis ini ringan, tidak memerlukan

45

Page 46: Gingivitis Eruptiva ECC

perawatan melainkan hanya meningkatkan kebersihan mulutnya,

sehingga jaringan yang terinflamasi akan menjadi normaldan hal ini

akan diikuti dengan penumbuhan gigi yang sempurna. Apabila menjadi

lebih berat menimbulkan sakit dan dapat berkembang menjadi

perikoronitis atau abses perikoronal. Perokoronitis yang disertai dengan

pembengkakan nodus limfatikus sebaiknya dilakukan perawatan dengan

terapi antibiotic. Dapat juga dilakukan spooling antiseptic, pemberian

analgetik, serta diberikan edukasi terhadap orangtua dan anak

(McDonald dan Avery, 2004; Pinkham, 2005).

46

Page 47: Gingivitis Eruptiva ECC

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Skenario Case 2

Pasien anak dari kasus 2 bagian 1 kemudian dirawat di Klinik Kedokteran

Gigi Anak RSGM FKG Unpad. Saat sedang menjalani rawat jalan, ibu pasien

memberikan keluhan baru, yaitu anak berkurang nafsu makannya karena gusi

bagian belakang kanan bawah bengkak dan sering tergigit.

3.2 Identitas pasien

Nama / jenis kelamin : - / laki-laki

Umur : 6 tahun

3.3 Identifikasi masalah

Keluhan :

o Anak kekurangan nafus makan

o Gusi belakang kanan bawah bengkak dan tergigit

Pemeriksaan Intra Oral

- 36 erupsi sebagian

- Pembengkakan jaringan mukosa yang menutupi cusp

distobukal dan distolingual 36

- Sedikit desposisi plak di lingual dan bukal 36 yang sedang

erupsi

- Pocket 3mm pada bukal gigi 36

3.4 Hipotesis

Gingivitis eruptiva

47

Page 48: Gingivitis Eruptiva ECC

Bakteri lebih mudah berkembang + meningkatnya

kandungan mineral dalam saliva

Plak mengeras

Mekanisme

48

Kebersihan mulut yang buruk, adanya penumpukan plak, adanya sisa-sisa

makanan, kelainan morfologis erupsi

Kalkulus

Peradangan gingiva pada proses erupsi

Gingivitis Eruptiva

Page 49: Gingivitis Eruptiva ECC

BAB IV

KESIMPULAN

Pasien anak laki-laki berusia 6 tahun mengalami eruption gingitivis. Karena

dari gambaran klinis eruption gingivitis antara lain dapat ditemukan pada

pasien yang mengalami eruption gingivitis yaitu kesulitan erupsi permanen,

adanya debris serta plak, perubahan jaringan, peradangan gusi. Pada kasus

ini pasien mengeluhkan kekurangan nafus makan serta gusi belakang kanan

bawah bengkak dan tergigit.

Eruption gingivitis akan hilang apabila posisi oklusi telah normal. Apabila eruption gingivitis ini ringan, tidak memerluka perawatan melainkan hanya meningkatkan kebersihan mulutnya, sehingga jaringan yang terinflamasi akan menjadi normaldan hal ini akan diikuti dengan penumbuhan gigi yang sempurna.

Pada gigi 55, 65, 75 dan 85 bisa dilakukan penambalan. Jika lubang sudah mencapai pulpa bisa dilakukan perawatan endodontic pada anak.

Pada gigi 54 dan 64 yang tinggal sisa akar, bisa dilakukan pencabutan dan pembuatan space maintainer / space regainer.

49

Page 50: Gingivitis Eruptiva ECC

Daftar Pustaka

McDonal, R. E., Avery, D. R. 2004. Dentistry for The Child and Adolescent. ed. Toronto: The C. V Mosby Company.

Newman, M. G., dkk. 2002. Carranza’s Clinical Periodontology. ed. Torronto: W. B. Saunders Company.

Pinkham, J. R. 2005. Pediatric Dentistry Infancy Through Adolescent. ed. Tokyo: W. B. Saunders Company.

http://Mayoclinic.com [diakses 4 Maret 2015]

Riyanti, Eriska. Penatalaksanaan Terkini Gingivitis Kronis Pada Anak. Bandung:

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran

Gingivitis Pada Anak. [Internet]. Available at : http://repository.usu.ac.id

Penatalaksanaan Terkini Gingivitis Kronis Pada Anak. [Internet]. Available at :

http://pustaka.unpad.ac.id

Baker, D. L. and G. J. Seymour, The possible pathogenesis of gingival recession:

A histological study of induced recession in the rat. Journal of Clinical

Periodontology Volume 3, Issue 4, pages 208–219, December 1976.

(Dalam http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/1069011)

50