136
Gita Cita Gustiani Kamis, 20 September 2012 ASUHAN KEPERAWATAN JIWA DENGAN PK (PERILAKU KEKERASAN) Daftar Isi Kata Pengantar …………………………………………………................. 1 Daftar Isi ……………………………………………….......................... 2 Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang ……………………………………........................… 3 B. Tujuan Penulisan …………………………………….......................…. 4 C. Ruang Lingkup ………………………………………..…….…......... 4 D. Metode Penulisan ……………………………………........................ 4 E. Sistematika Penulisan ................................ ........................................... 4 Bab II Tinjauan Teoritis A. Definisi ……………………………...................................................... .... 6 B. Etiologi ................................................ ....................................................... 6

Gita Cita Gustiani Inta

Embed Size (px)

DESCRIPTION

cita

Citation preview

Page 1: Gita Cita Gustiani Inta

Gita Cita Gustiani

Kamis, 20 September 2012

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA DENGAN PK (PERILAKU KEKERASAN)

Daftar Isi

Kata Pengantar           …………………………………………………................. 1

Daftar Isi         ………………………………………………......................…....  2

Bab I

Pendahuluan

A. Latar Belakang       ……………………………………........................… 3

B. Tujuan Penulisan    …………………………………….......................…. 4

C. Ruang Lingkup      ………………………………………..…….…......... 4

D. Metode Penulisan  ……………………………………....................….... 4

E. Sistematika Penulisan         ........................................................................... 4

Bab II

Tinjauan Teoritis

A. Definisi       …………………………….......................................................... 6

B.  Etiologi       ....................................................................................................... 6

C.  Faktor Predisposisi .................................................................................... 7

D. Rentang Respon Marah      ..........................................................................  8

E.  Faktor Presipitasi    .................................................................................... 8

F.   Manifestasi Klinis   .................................................................................... 8

G. Asuhan Keperawatan         ..........................................................................  9

H. Pedoman Manajemen Krisis saat terjadi Prikalu Kekerasan          ………… 18

Bab III

Tinjauan kasus          ............................................................................................. 22

Bab IV

Penutup

Page 2: Gita Cita Gustiani Inta

A. Kesimpulan            …………………………………………...……………....... 43

B. Saran          ………………………………………………………….....…......  43

Daftar Pustaka          …………………………………………………………….. 44

BAB IPENDAHULUAN

A.   Latar Belakang

Umumnya klien dengan perilaku kekerasan dibawa dengan paksa ke rumah sakit jiwa.

Sering tampak klien diikat secara tidak manusiawi disertai bentakan dan “pengawalan” oleh

sejumlah anggota keluarga bahkan polisi. Perilaku kekerasan seperti memukul anggota keluarga/

orang lain, merusak alat rumah tangga dan marah-marah merupakan alasan utama yang paling

banyak dikemukakan oleh keluarga. Penanganan yang dilakukan oleh keluarga belum memadai

sehingga selama perawatan klien seyogyanya sekeluarga mendapat pendidikan kesehatan tentang

cara merawat klien (manajemen perilaku kekerasan).

Asuhan keperawatan yang diberikan di rumah sakit jiwa terhadap perilaku kekerasan perlu

ditingkatkan serta dengan perawatan intensif di rumah sakit umum. Asuhan keperawatan

perilaku kekerasan (MPK) yaitu asuhan keperawatan yang bertujuan melatih klien mengontrol

perilaku kekerasannya dan pendidikan kesehatan tentang MPK pada keluarga. Seluruh asuhan

keperawatan ini dapat dituangkanmenjadi pendekatan proses keperawatan.

Perilaku kekerasan merupakan salah satu jenis gangguan jiwa. WHO (2001) menyatakan, paling

tidak ada satu dari empat orang di dunia mengalami masalah mental. WHO memperkirakan ada

sekitar 450 juta orang di dunia mengalami gangguan kesehatan jiwa. Pada masyarakat umum

terdapat 0,2 – 0,8 % penderita skizofrenia dan dari 120 juta penduduk di Negara Indonesia terdapat

kira-kira 2.400.000 orang anak yang mengalami gangguan jiwa (Maramis, 2004 dalam Carolina,

2008). Data WHO tahun 2006 mengungkapkan bahwa 26 juta penduduk Indonesia atau kira-kira 12-

16 persen mengalami gangguan jiwa. Berdasarkan data Departemen Kesehatan, jumlah penderita

gangguan jiwa di Indonesia mencapai 2,5 juta orang (WHO, 2006).

B.   Tujuan Penulisan

      Tujuan Umum      :          

Page 3: Gita Cita Gustiani Inta

Agar setiap mahasiswa dapat memahami, menjelaskan Asuhan Keperawatan jiwa pada

klien dengan prilaku kekerasan.

      Tujuan Khusus     :

1.Diharapkan mahasiswa/I dapat mengerti dan menambah pengetahuan tentang keperawatan jiwa

pada klien dengan prilaku kekerasan dari pengertian, etiologi, hingga dapat membuat Asuhan

Keperawatan yang sesuai.

2.Sebagai pemenuhan tugas KEPERAWATAN JIWA I.

C.   Ruang Lingkup Penulisan

Dalam penulisan makalah ini, penulis membatasi pada “Asuhan Keperawatan pada Klien

dengan Prilaku Kekerasan”.

D.   Metode Penulisan

Metode ini menggunakan metode deskripsi dimana penulis mendapatkan data dan

informasi melalui studi kepustakaaan dan metode observasi melalui sumber internet.

E.   Sistematika Penulisan

Bab I Pendahuluan terdiri dari           :

A.    Latar Belakang

B.     Tujuan Penulisan

C.     Ruang Lingkup Penulisan

D.    Metode Penulisan

E.     Sistematika Penulisan

Bab II Tinjauan teori terdiri dari         :

A.    Definisi

B.     Etiologi

C.     Faktor Predisposisi

D.    Rentang Respon Marah

E.     Faktor Presipitasi

F.      Manifestasi Klinis

G.    Asuhan Keperawatan

Page 4: Gita Cita Gustiani Inta

H.    Pedoman Manajemen Krisis saat terjadi Prilaku Kekerasan  

Bab III Tinjauan Kasus

Bab IV Penutup terdiri dari    :

A. Kesimpulan

B. Saran

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. DEFINISI

Perilaku adalah tingkah laku atau sikap seseorang yang dicerminkan seseorang sebagai

kebiasaannya. Kekerasan yaitu  sering juga disebut gaduh-gaduh atau amuk. Perilaku kekerasan

ditandai dengan menyentuh orang lain secara menakutkan, memberi kata-kata ancaman-

Page 5: Gita Cita Gustiani Inta

ancaman,melukai disertai melukai pada tingkat ringan, dan yang paling berat adalah melukai/

merusak secara serius. Perilaku kekerasan adalah tingkah laku individu yang ditujukan untuk

melukai atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya tingkah laku

tersebut (Purba dkk, 2008).

Menurut Stuart dan Laraia (1998), perilaku kekerasan dapat dimanifestasikan secara fisik

(mencederai diri sendiri, peningkatan mobilitas tubuh), psikologis (emosional, marah, mudah

tersinggung, dan menentang), spiritual (merasa dirinya sangat berkuasa, tidak bermoral).

Perilaku kekerasan merupakan suatu tanda dan gejala dari gangguan skizofrenia akut yang tidak

lebih dari satu persen (Purba dkk, 2008).

Jadi, Perilaku kekerasan merupakan suatu bentuk ekspresi kemarahan yang tidak sesuai

dimana seseorang melakukan tindakan-tindakan yang dapat membayangkan/mencederai diri

sendiri, orang lain bahkan merusak lingkungan.

B. ETIOLOGI

      Gangguan harga diri: harga diri rendah. Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian

diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Dimana gangguan harga

diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri,

merasa gagal mencapai keinginan.

      Frustasi, seseorang yang mengalami hambatan dalam mencapai tujuan/keinginan yang

diharapkannya menyebabkan ia menjadi frustasi. Ia merasa terancam dan cemas. Jika ia tidak

mampu menghadapi rasa frustasi itu dengan cara lain tanpa mengendalikan orang lain dan

keadaan sekitarnya misalnya dengan kekerasan. Hilangnya harga diri ; pada dasarnya manusia

itu mempunyai kebutuhan yang sama untuk dihargai. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi

akibatnya individu tersebut mungkin akan merasa rendah diri, tidak berani bertindak, lekas

tersinggung, lekas marah, dan sebagainya.

      Akibatnya klien dengan perilaku kekerasan dapat menyebabkan resiko tinggi mencederai diri,

orang lain dan lingkungan. Resiko mencederai merupakan suatu tindakan yang kemungkinan

dapat melukai/ membahayakan diri, orang lain dan lingkungan.

Page 6: Gita Cita Gustiani Inta

C. FAKTOR PREDISPOSISI

Faktor pengalaman yang dialami tiap orang yang merupakan factor predisposisi, artinya

mungkin terjadi/ mungkin tidak terjadi perilaku kekerasan jika faktor berikut dialami oleh

individu:

1.         Psikologis, kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang kemudian dapat timbul

agresif atau amuk. Masa kanak-kanak yang tidak menyenangkan yaitu perasaan ditolak, dihina,

dianiaya atau sanksi penganiayaan.

2.         Perilaku, reinforcement yang diterima pada saat melakukan kekerasan, sering mengobservasi

kekerasan di rumah atau di luar rumah, semua aspek ini menstimulasi individu mengadopsi

perilaku kekerasan.

3.         Sosial budaya, budaya tertutup dan membalas secara diam (pasif agresif) dan kontrol sosial yang

tidak pasti terhadap pelaku kekerasan akan menciptakan seolah-olah perilaku kekerasan yang

diterima (permissive).

4.         Bioneurologis, banyak bahwa kerusakan sistem limbik, lobus frontal, lobus temporal dan

ketidakseimbangan neurotransmitter turut berperan dalam terjadinya perilaku kekerasan.

D. RENTANG RESPON MARAH

Asertif : mampu menyatakan rasa marah tanpa menyakiti orang lain dan

merasa lega. ( ADAPTIF )

Frustasi : Merasa gagal mencapai tujuan disebabkan karena tujuan yang tidak realistis.

Pasif : Diam saja karena merasa tidak mampu mengungkapkan perasaan yang sedang dialami.

Agresif : Tindakan destruktif terhadap lingkungan yang masih terkontrol.

Amuk : tindakan destruktif dan bermusuhan yang kuat dan tidak terkontrol.( MALADAPTIF )

Page 7: Gita Cita Gustiani Inta

E. FAKTOR PRESPITASI

Faktor prespitasi dapat bersumber dari klien, lingkungan atau interaksi dengan orang lain.

Kondisi klien seperti ke lemahan fisik (penyakit fisik) , keputusan,ketidakberdayaan, percaya diri

yang kurang dapat menjadi penyebab perilaku kekerasan. Demikian pula dengan situasi

lingkungan yang ribut, padat, kritikan yang mengarah pada penghinaan, kehilangan orang yang

dicintai/ pekerjaan dan kekerasan merupakan faktor penyebab yang lain. Interaksi sosial yang

provokatif dan konflik dapat pula memicu perilaku kekerasan.

F.  MANIFESTASI KLINIS

Pada pengkajian awal dapat diketahui alasan utama klien ke rumah sakit adalah perilaku

kekerasan di rumah. Kemudian perawat dapat melakukan pengkajian dengan cara:

            Observasi: Muka merah, pandangan tajam, otot tegang, nada suara tinggi, berdebat. Sering pula

tampak klien memaksakan kehendak: merampas makanan, memukul jika tidak senang.

            Wawancara: diarahkan pada penyebab marah, perasaan marah, tanda-tanda marah yang

dirasakan klien.

            Menurut Budiana Keliat, 1999 tanda-tanda klinisnya yaitu Perasaan malu terhadap diri sendiri

akibat penyakit dan tindakan terhadap penyakit (rambut botak karena terapi), rasa bersalah

terhadap diri sendiri (mengkritik/menyalahkan diri sendiri), gangguan hubungan sosial (menarik

diri), percaya diri kurang (sukar mengambil keputusan), mencederai diri (akibat dari harga diri

yang rendah disertai harapan yang suram, mungkin klien akan mengakiri kehidupannya.

G.  ASUHAN KEPERAWATAN

1.   Pengkajian 

b.      Aspek biologis

Respons fisiologis timbul karena kegiatan system saraf otonom bereaksi terhadap sekresi

epineprin sehingga tekanan darah meningkat, tachikardi, muka merah, pupil melebar,

Page 8: Gita Cita Gustiani Inta

pengeluaran urine meningkat. Ada gejala yang sama dengan kecemasan seperti meningkatnya

kewaspadaan, ketegangan otot seperti rahang terkatup, tangan dikepal, tubuh kaku, dan refleks

cepat. Hal ini disebabkan oleh energi yang dikeluarkan saat marah bertambah.

c.       Aspek emosional

Individu yang marah merasa tidak nyaman, merasa tidak berdaya, jengkel, frustasi, dendam,

ingin memukul orang lain, mengamuk, bermusuhan dan sakit hati, menyalahkan dan menuntut.

d.      Aspek intelektual

Sebagian besar pengalaman hidup individu didapatkan melalui proses intelektual, peran panca

indra sangat penting untuk beradaptasi dengan lingkungan yang selanjutnya diolah dalam proses

intelektual sebagai suatu pengalaman. Perawat perlu mengkaji cara klien marah,

mengidentifikasi penyebab kemarahan, bagaimana informasi diproses, diklarifikasi, dan

diintegrasikan.

e.        Aspek social

Meliputi interaksi sosial, budaya, konsep rasa percaya dan ketergantungan. Emosi marah

sering merangsang kemarahan orang lain. Klien seringkali menyalurkan kemarahan dengan

mengkritik tingkah laku yang lain sehingga orang lain merasa sakit hati dengan mengucapkan

kata-kata kasar yang berlebihan disertai suara keras. Proses tersebut dapat mengasingkan

individu sendiri, menjauhkan diri dari orang lain, menolak mengikuti aturan.

f.        Aspek spiritual

Kepercayaan, nilai dan moral mempengaruhi hubungan individu dengan lingkungan. Hal

yang bertentangan dengan norma yang dimiliki dapat menimbulkan kemarahan yang

dimanifestasikan dengan amoral dan rasa tidak berdosa.

2.   Pohon Masalah

Page 9: Gita Cita Gustiani Inta

RPK terhadap diri dan orang lain dan lingkungan

Harga Diri Rendah (HDR)

3.   Diagnosa Keperawatan

o  RPK diri sendiri, orang lain dan lingkungan.

Dengan data subjektifnya       :Klien mengatakan marah dan jengkel kepada orang lain, ingin

membunuh, ingin membakar atau mengacak-acak lingkungannya.

Dengan data objektifnya        :Klien mengamuk, merusak dan melempar barang-barang,

melakukan tindakan kekerasan pada orang-orang disekitarnya.

o  Perilaku kekerasan / amuk

Dengan data subjektifnya  :Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang. Klien suka

membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang kesal atau marah. Riwayat

perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.

Dengan data Objektifnya       : Mata merah, wajah agak merah, Nada suara tinggi dan keras,

bicara menguasai, Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam. Merusak dan

melempar barang barang.

o  Gangguan konsep diri: HDR

Dengan data subjekif  : Klien merasa tidak mampu, malu, merendahkan dirinya, menyalahkan

dirinya dengan masalah yang terjadi padanya.

Dengan data objektifnya        : terlihat tidak menerima keadaannya.

Page 10: Gita Cita Gustiani Inta

4.               Intervensi Keperawatan

NO. DX KEP. PERENCANAAN INTERVENSITUJUAN KRITERIA EVALUASI

1. Perilaku

kekerasan

TUM:

- Pasien dapat

melanjutkan

hubungan peran

sesuai tanggung

jawab.

TUK:

1.    PPasien dapat

Membina

Hubungan saling

percaya

Setelah dilakukan ...x20

menit interaksi diharapkan

klien menunjukkan tanda-

tanda

a.    Pasien mau membalas

salam.

b.   Pasien mau jabatan

c.    Pasien menyebutkan Nama

d.   Pasien tersenyum

e.    Pasien ada kontak Mata

f.    Pasien tahu nama Perawat

Pasien menyediakan waktu

untuk kontrak

       Beri salam / panggil nama

pasien.

       Sebut nama perawat sambil

Salaman

       Jelaskan maksud hubungan

Interaksi

       Beri rasa nyaman dan sikap

Empatis

       Lakukan kontrak singkat

tapi sering

TUK:

2.    PPasien dapat

mengidentifikasi

penyebab marah /

amuk

a.    Pasien dapat

Mengungkapkan

perasaannya.

b.   Pasien dapat menyebutkan

perasaan marah / jengkel

     Beri kesempatan untuk

Mengungkapkan

perasaannya.

      Bantu pasien untuk

mengungkapkan marah atau

jengkel.

TUK:

3.    PPasien dapat

mengidentifikasi

tanda marah

a.       Pasien dapat

mengungkapkan perasaan

saat marah /jengkel.

b.      Pasien dapat menyimpulkan

tanda-tanda jengkel / kesal

       Anjurkan pasien

mengungkapkan perasaan

saat marah /jengkel.

       Observasi tanda perilaku

kekerasan pada pasien

TUK: a.       Pasien mengungkapkan      Anjurkan pasien

Page 11: Gita Cita Gustiani Inta

4.   PPasien dapat

mengungkapkan

perilaku marah

yang sering

dilakukan

marah yang biasa dilakukan

b.      Pasien dapat bermain peran

dengan perilaku marah yang

dilakukan

c.       Pasien dapat mengetahui

cara marah yang dilakukan

menyelesaikan masalah atau

tidak

mengungkapkan marah yang

biasa dilakukan

     Bantu pasien bermain peran

sesuai perilaku kekerasan

yang biasa dilakukan.

Bicarakan dengan pasien apa

dengan cara itu bisa

menyelesaikan masalah

TUK:

5. PPasien dapat

mengidentifikasi

akibat perilaku

Kekerasan

a.    Pasien dapat menjelaskan

akibat dari cara yang

digunakan

     Bicarakan akibat / kerugian

cara yang dilakukan

     Bersama pasien

menyimpulkan cara yang

digunkana pasien.

Tanyakan pasien apakah mau

tahu cara marah yang sehat

TUK:

6.   PPasien

mengidentifikasi

cara construksi

dalam berespon

terhadap perilaku

kekerasan

a.       Pasien dapat

melakukan berespon

terhadap kemarahan secara

konstruktif.

     Tanyakan pada pasien

apakah pasien mau tahu cara

baru yang sehat

     Beri pujian jika pasien

engetahui cara lain yang ehat

     Diskusikan cara marah yang

sehat dengan pasien.

a)      Pukul bantal untuk

melampiaskan marah

b)     Tarik nafas dalam

c)      Mengatakan pada teman saat

ingin marah

Anjurkan pasien sholat atau

berdoa

TUK:

7.    PPasien dapat

a.       Pasien dapat

mendemonstrasikan

       Pasien dapat memilih cara

yang paling tepat.

Page 12: Gita Cita Gustiani Inta

mendemonstrasika

n cara mengontrol

marah

cara mengontrol

perilaku kekerasan

a)  Tarik nafas dalam

b) Mengatakan

secara langsung

tanpa menyakiti

c) Dengan

sholat/berdoa

       Pasien dapat

mengidentifikasi manfaat

yang terpilih

       Bantu pasien menstimulasi

cara tersebut.

       Beri reinforcement positif

atas keberhasilan.

Anjurkan pasien

menggunakan cara yang

telah dipelajari.

2. RPK

(Resiko

Perilaku

Kekerasan)

TUK:

8.    PPasien dapat

dukungan keluarga

mengontrol marah

a.      Keluarga pasien dapat :

      Menyebutkan cara merawat

pasien dengan perilaku

kekerasan.

      Mengungkapkan rasa puas

dalam merawat pasien

      Identifikasi kemampuan

keluarga merawat pasien dari

sikap apa yang telah

dilakukan

      Jelaskan peran serta keluarga

dalam merawat pasien.

       Jelaskan cara-cara merawat

pasien.

       Bantu keluarga

mendemonstrasikan cara

merawat pasien.

       Bantu keluarga

mengungkapkan perasaannya

setelah melakukan

demonstrasi.

TUK:

9.    PPasien dapat

menggunakan obat

dengan benar

a.    Pasien dapat menggunakan

obat-obat yang diminum

dengan kegunaannya.

b.   Pasien dapat minum obat

sesuai program pengobatan

       Jelaskan jenis-jenis obat

yang diminum pasien dan

oeluarga.

.1      Diskusikan manfaat minum

obat.

.2      Jelaskan prinsip 5 benar

Page 13: Gita Cita Gustiani Inta

minum obat

.3      Anjurkan pasien minum obat

tepat waktu

TUK:

10.   PPasien dapat

dukungan dari

lingkungan untuk

mengontrol marah

a.    Lingkungan

mengetahui

bagaimana cara

menyikapi pasien

dengan perilaku

kekerasan.

       Jelaskan peran serta

lingkungan terhadap kondisi

pasien

       Beri penjelasan bagaimana

cara menyikapi pasien

dengan perilaku kekerasan

       Diskusikan cara -cara yang

dilakukan untuk menyikapi

pasien dengan perilaku

kekerasan

3. Harga Diri

Rendah

(HDR)

TUM:

Pasien dapat

mengontrol

perilaku kekerasan

pada saat

berhubungan

dengan orang lain

TUK :

1.   PPasien dapat

membina

hubungan saling

percaya

a.        Ekspresi Wajah bersahabat ,

menunjukkan rasa scaang,

ada kontak mata, mau

berjabat tangan, mau

menyebutkan nama, mau

menjawab salam, klien mau

duduk berdampingan dengan

perawat, mau mengutarakan

masalah yang dihadapi

     Bina hubungan saling

percaya dengan

mengungkapkan prinsip

komunikasi tcrapeutik Sapa

pasien dengan ramah laik

verbal maupun non verbal

a. Perkenalkan diri dengan

sopan

b.Tanyakan nama iengkap

pasien dan nama panggilan

disukai pasien

c. Jelaskan tujuan pertemuan

d. Jujur dan menepati janji

e. Tunjukkan siknp empati dan

menerima pasien apa adanya

f. Beri perhatian kepada pasien

dan perhatikan kebutuhan

dasar pasien

Page 14: Gita Cita Gustiani Inta

TUK  :

2.      

Pasien dapat

mengidentifikasi

kemampuan dan

aspek positif yang

dimilik

        Daftar kemampuan yang

dimiliki pasien di rumah

sakit, rumah, sekolah dan

tempat kerja

b.        Daftar positif keluarga

pasien

        Daftar positif lingkungan

pasien

  Diskusikan kemampuan dan

aspek positif yang dimiliki

buat daftarnya

  Setiap bertemu pasien

dihindarknn dari metnberi

penilni; negatif

Utamakan memberi pujian

yang realistic pada

kemampuan dan aspek

positif pasien

TUK

3.    

Pasien dapat

menilai

kemampuan yang 

digunakan

a.       Pasien menilai kemampuan

yang digunakan

b.      Pasien memiliki 

kemampuan yang dapat

digunakan di rumah

       Diskusikan dengan pasien

kemampuan yang masih

dapat  digunakan selama

sakit

       Diskusikan kemampuan

yang dapat dilanjutkan

pengguna di rumah sakit

Berikan pujian

TUK :

4. 

Pasien dapat

menetapkan dan

merencanakan

kegiatan sesuai

dengan

kemampuan yang

dimiliki

a.       Pasien menilai kemampuan

yang akan . dilatih

b.      Pasien mencoba Susunan

jadwal harian

      Meminta pasien

untuk:memilih satu kcgiatan

yang mau  dilakukan di

rumah sakit

      Bantu pasien melakukannya

jika perlu beri contoh

      Beri pujian atas keberhasilan

pasien.

      Diskusi kaji jadwal kegiatan

harian atas kegiatan yang

telah dilatih

Catatan : Ulangi untuk

kemampuan lain sampai

Page 15: Gita Cita Gustiani Inta

semua selesai

TUK:

5.  PPasien dapat

melakukan

kegiatan sesuai

kondisi sakit dari

kemampuannya

a.       Pasien melakukan kegiatan

yang telah di latih (mandiri,

dengan bantuan atau

tergantung)

b.      Pasien marnpu melakukan

beberapa kegiatan secara

mandiri

       Beri kesempatan pada pasien

untuk mencoba kcgiatan

yang telah direncanakan

       Beri pujian atas keberhasian

pasien

Diskusikan kemungkinan

penaksiiran di rumah

TUK :

6.      

Pasien dapat 

memanfatkan

system pendukung

yang ada

a.       Keluarga memberi dakungan

dan pujian

b.      Keluarga memahami jadwal

kegiatan harian pasien

       Beri pendidikan kcschatan

pada keluarga tentang cara

merawat pasien dengan

harga diri rcndah

       Bantu keluarga memberikan

dukungnn selama pasien

dirawat.

       Bantu keluarga menyiapkan

lingkungan di rumah

       Jelaskan cara pelaksmann

jadwal kegiatan pasien di

rumah

Anjurkan memberi pujian

pada pasien setiap berhasil

H.  PEDOMAN MANAJEMEN KRISIS SAAT TERJADI PERILAKU

KEKERASAN

1. Tim Krisis Perilaku Kekerasan

Tim krisis perilaku kekerasan terdiri dari ketua tim krisis yang berperan sebagai pemimpin

(“leader”) dan anggota tim minimal 2 (dua)orang. Ketua tim adalah perawat yang berperan

sebagai kepala ruangan, penanggung jawab “shif” perawat primer, ketua tim atau staf perawat,

Page 16: Gita Cita Gustiani Inta

yang penting ditetapkan sebelum melakukan tindakan. Anggota tim krisis dapat staf perawat,

dokter atau konselor yang telah terlatih menangani krisis. Aktifitas yang dilakukan oleh tim

krisis adalah sebagai berikut (Stuart & Laraia,1998):

               Aktivitas ketua tim krisis

               Susun anggota tim krisis

               Beritahu petugas keamanan jika perlu

               Pindahkan klien lain dari area penanganan

               Ambil alat pengikat (jika pengekangan akan dilakukan)

               Uraikan perencanaan penanganan pada tim

               Tunjukkan anggota tim untuk mengamankan anggota gerak klien

               Jelaskan tindakan pada klien dan berusaha membuat klien kooperatif

               Ikat klien dengan petunjuk ketua tim

               Berikan obat sesuai program terapi dokter

               Pertahankan sikap yang tenang dan konsisten terhadap klien

               Evaluasi tindakan yang telah dilakukan bersama anggota tim

               Jelaskan kejadian pada klien dan staf jika diperlukan

               Integrasikan klien kembali pada lingkungan secara bertahap

2. Pembatasan Gerak

Pembatasan gerak adalah memisahkan klien di tempat yang aman dengan tujuan

melindungi klien, klien lain dan staf dari kemungkinan bahaya. Istilah yang biasa digunakan

dirumah sakit jiwa untuk tempat pembatasan gerak adalah kamar isolasi. Klien dibatasi

pergerakannya karena dapat mencederai orang lain atau dicederai orang lain, membutuhkan

interaksi dengan orang lain dan memerlukan pengurangan stimulus dari lingkungan (Stuart dan

Laraia, 1998). Langkah-langkah pelaksanaan pembatasan gerak adalah sebagai berikut:

               Tunjuk ketua tim krisis

               Jelaskan tujuan, prosedur dan lama tindakan pada klien dan staf lain.

      Jelaskan kepada klien dan staf lain tentang perilaku yang diperlukan untuk mengakhiri tindakan.

      Buat perjanjian dengan klien untuk mempertahankan mengontrol perilakunya

      Bantu klien menggunakan metoda kontrol diri yang diperlukan.

Page 17: Gita Cita Gustiani Inta

      Bantu klien memenuhi kebutuhan nutrisi, eliminasi, hidrasi, kebersihan diri, dan kebersihan

kamar.

      Lakukan supervisi secara periodik untuk membantu dan memberikan tindakan keperawatan yang

diperlukan.

      Libatkan klien dalam memutuskan pemindahan klien secara bertahap

      Dokumentasikan alasan pembatasan gerak, tindakan yang dilakukan, respon klien dan alasan

penghentian pembatasan gerak.

3. Pengekangan/ pengikatan fisik

Pengekangan dilakukanjika perilaku klien berbahaya, melukai diri sendiri atau orang lain

(Rawhins, dkk, 1993) atau strategi tindakan yang lain tidak bermanfaat. Pengekangan adalah

pembatasan gerak klien dengan mengikat tungkai klien (Stuart dan Laraia, 1998). Tindakan

pengekangan masih umum digunakan perawat disertai dengan penggunaan obat psikotropik

(Duxbury, 1999). Langkah-langkah pelaksanaan pengekangan (Start dan Laraia, 1998):

      Beri suasana yang menghargai dengan supervisi yang adekuat, karena harga diri klien yang

berkurang karena pengekangan.

      Siapkan junlah staf yang cukup dengan alat pengekang yang aman dan nyaman.

      Tunjuk satu orang perawat sebagai ketua tim.

      Jelaskan tujuan, prosedur dan lamanya pada klien dan staf agar dimengerti dan bukan hukuman.

      Jelaskan perilaku yang mengindikasikan pengelepasan pada klien dan staf. Dan Jangan mengikat

pada pinggir tempat tidur. Ikat dengan posisi anatomis. Dan ikatan tidak terjangkau klien.

      Lakukan supervisi yang adekuat dengan tindakan terapeutik dan pemberian rasa nyaman.

      Beri aktivitas seperti televisi, bacakan buku pada klien untuk memfasilitasi kerjasama klien pada

tindakan.

      Perawatan pada daerah pengikatan:

a)      Pantau kondisi kulit yang diikat: warna, temperatur, sensasi.

b)      Lakukan latihan gerak pada tungkai yang diikat secara bergantian setiap (dua) jam. Dan

perubahan posisi tidur.

c)      Periksa tanda-tanda vital tiap 2 (dua) jam.

      Bantu pemenuhan kebutuhan nutrisi, eliminasi, hidrasi, dan kebersihan diri.

Page 18: Gita Cita Gustiani Inta

      Libatkan dan latih klien untuk mengontrol perilaku sebelum ikatan dibuka secara bertahap. Dan

kurangi pengekangan secara bertahap, misalnya setelah ikatan dibuka satu persatu secara

bertahap, kemudian dilanjutkan dengan pembatasan gerak kemudian kembali ke lingkungan

semula.

     Dokumentasikan seluruh tindakan yang dilakukan beserta respon klien

BAB III

TINJAUAN KASUS

KASUS

Tn.B masuk RSMM 2 hari yang lalu. Diantar keluarga karena mengamuk dan memukul. Saat

dikaji tentang perilaku amuk, klien menolak dengan mengatakan bahwa dia tidak mengamuk dan

memukul. Pandangan mata klien tampak tajam dan wajah tampak tegang. Klien tampak gelisah

dan selalu mondar mandir diruang rawat.

Klien mengatakan kesal karena sering dibentak-bentak dan sering kesal jika mengingat peristiwa

perceraian dengan istrinya 1 tahun lalu. Klien mengatakan malu karena istrinya selingkuh dan

tak tahu harus bagaimana lagi membimbing istrinya hingga akhirnya kami bercerai. Klien

mengatakan saya melempar barang-barang milik mantan istri saya keluar rumah dan menyobek-

nyobek semua kenangan yang ada tentang istri saya.

Rekam medis : klien dirawat karena marah-marah sejak 1,5 tahun yang lalu. Klien sering

membanting alat-alat keperluan rumah tangga yang ada dirumah.

Page 19: Gita Cita Gustiani Inta

A.   PENGKAJIAN

Identitas Pasien

Pengkajian dilakukan pada tanggal 24 April 2012 di ruang Beo, Pasien bernama Tn.B,

berumur 35 tahun, jenis kelamin laki-laki, pendidikan pasien SMA, pasien tinggal di kampung

kramat bersama keluarganya dan pasien dibawa ke RSMM oleh keluaraganya pasien masuk pada

tanggal 22 April 2012.[1]

Riwayat keperawatan

a.       Alasan masuk

Menurut keterangan keluarga klien marah-marah sejak 1,5 tahun yang lalu. Klien sering

membanting alat-alat keperluan rumah tangga yang ada dirumah

b.      Faktor predisposisi

         Riwayat sakit jiwa

Klien tidak punya riwayat sakit jiwa dan dalam keluarga sebelumnya tidak ada yang mengalami

gangguan jiwa, sehingga klien belum pernah masuk RSJ.

         Riwayat pengobatan

Klien belum pernah mendapatkan pengobatan yang berhubungan dengan kejiwaan hanya saja

sering mengkonsumsi obat tidur dengan aturannya sendiri.

         Riwayat perilaku kekerasan

Klien suka dibentak-bentak sehingga membuatnya kesal ditambah dengan  istrinya selingkuh dan

tak tahu harus  bagaimana membimbing istrinya klien merasa malu.

c.         Faktor prespitasi

Page 20: Gita Cita Gustiani Inta

Kurang lebih satu tahun yang lalu pasien bercerai dengan istrinya dan merasa kesal jika

mengingat peristiwa itu.

d.        Riwayat penyakit sekarang (tanggal)

Pasien mengatakan kesal dan marah-marah jika ingat masa lalunya yang bercerai dengan

istrinya dan ingin membuang semua kenangan dan barang-barang istrinya.

1)      Tanda vital : tekana darah : 130/80 mmHg, nadi : 88 kali/menit

2)      Ukur : tinggi badan : 172 cm, berat badan : 68 kg.[2]

3.         Psikososial

a.                Genogram

Pasien merupakan anak pertama dari 5 bersaudara, pasien mempunyai 4 adik, 2 sudah

bekerja dan yang 2 lagi perempuan, keduanya  SMA. Klien  tinggal bersama keluarganya karena

Page 21: Gita Cita Gustiani Inta

sudah bercerai dengan istrinya sekitar 1 tahun lalu, kemudian klien tidak mempunyai anak dari

istrinya.[3]

b.   Konsep Diri

            Gambaran Diri

Pasien mengatakan dari semua anggota badannya disenangi matanya, ia mengatakan sangat

bangga dengan keadaan klien saat ini.

            Identitas Diri

Pasien mengatakan tahu bahwa dirinya laki-laki berumur 35 tahun dan pasien adalah anak

pertama dari 5 bersaudara.

            Peran Diri

Pasien sebelum gangguan jiwa mempunyai keluarga yang kurang harmonis dan bercerai

dengan istrinya 1 tahun yang lalu.

            Ideal Diri

Pasien mengatakan ingin memiliki keluarga yang bahagia lagi  seperti dulu dan melupakan

masa lalunya.

            Harga Diri

Pasien mengatakan malu karena istrinya selingkuh dan tidak tahu harus bagaimana sehingga

merasa gagal menjadi seorang suami.

                  Masalah Keperawatan: gangguan konsep diri : HDR

c.    Hubungan Sosial

              Pasien jika ada masalah lebih memilih diam dan tiba tiba bisa mengamuk dan memukul

pada orang orang yang ada disekitarnya. Dalam berhubungan dengan oranglain sebelum

Page 22: Gita Cita Gustiani Inta

mengalami peristiwa perceraian dengan istrinya klien tampak bersahabat dan mudah bergaul,

namun setelah peristiwa perceraian terjadi klien mengamuk.

d.                         Spiritual

Dulu pasien selalu taat beribadah namun, sekarang tidak.

                                                        Status Men[tal

a.       Penampilan

Penampilan pasien tidak rapi

b.      Pembicaraan

Saat menyinggung masalah pasien, pasien nada suara meninggi , terlihat tegang dan gelisah.

c.       Aktivitas Motorik

Kontak mata tajam, gelisah dan mondar-mandir di ruangan.

d.      Afek

Afek pasien sesaat stimulus yang diberikan, ekspresi wajah tegang saat ditanya dan menolak jika

dia mengamuk dan memukul.

e.     Alam Perasaan

Pasien mengatakan malu karena istrinya selingkuh dan tidak tahu harus bagaimana.

f.     Interaksi Selama Wawancara

Kontak mata ada, wajah tegang, pasien kooperatif menjawab pertanyaan.

g.      Persepsi

Klien tidak berpersepsi negatif, hanya dia merasa dirinya gagal sebagai suami.

h.      Proses Fikir

Page 23: Gita Cita Gustiani Inta

Klien mengalami pengulangan pembicaraan walaupun pembicaraan klien  bisa dimengerti, klien

mampu serius dan mampu berkonsentrasi.[4]

i.        Isi Fikir

Pasien ada gangguan isi fikir yaitu obsesi, pasien mengatakan ingin sekali mengamuk,

menyobek-nyobek barang-barang mantan istrinya.

j.        Tingkat Kesadaran

Pembicaraan pasien teratur, namun intonasinya keras.

k.      Memori

Pasien dapat mengingat kejadian jangka panjang.

l.        Tingkat konsentrasi berhitung

Pasien dapat berkonsentrasi terhadap pertanyaan yang diajukan pasien mampu berhitung

“1,2,3,4,5,6,7,8,9,10. pasien mengatakan umurnya 35 th.

Kebutuhan persiapan pulang

a.       Makan

Dirumah pasien mau makan tanpa disuruh, di RSMM pasien makan teratur.

b.      BAK / BAB

Dirumah pasien BAK/BAB pada tempatnya, di RSMM pasien juga selalu BAK/ BAB di

tempatnya.

c.       Mandi

Pasien mengatakan dirumah mandi 2x sehari, dirumah sakit mandi tanpa disuruh.

Page 24: Gita Cita Gustiani Inta

d.      Berpakaian

Selama dirumah peduli  cara berpakaian/ penampilan, cara berpakaian rapi, namun di RSMM

pakaiannya juga tidak rapi.[5]

e.       Kebersihan Diri

Pasien mandi rutin tapi Kalau tidak diingatkan gosok gigi pasien tidak mau gosok gigi di Rumah

Sakit juga.[6]

f.       Istirahat dan Tidur

Dirumah pasien jarang bisa tidur lebih suka melamun, dirumah sakit pasien gelisah dan selalu

mondar mandir di dalam ruang rawat.

g.      Penggunaan Obat

Dirumah klien tidak mengkonsumsi obat, di RSMM di beri obat penenang.[7]

                                                        Mekanisme Koping

Klien cara mengatasinya dengan displacement atau tidak tau tempatnya ketika ingin marah

mengamuk begitu saja namun klien  mengatakan ingin melupakan masa lalu nya, pasien

mengatakan saat di rumah karena ditinggal istrinya, pasien kesal dan marah-marah.[8]

                                                        Masalah Psikososial dan Lingkungan

Pasien mengatakan setiap ada masalah tidak pernah bercerita dengan orang lain .[9]

Data Fokus

DS DO

Page 25: Gita Cita Gustiani Inta

      Klien mengatakan kesal, karena sering

dibentak-bentak

      Klien sering kesal, jika ingat peristiwa

perceraian dengan istrinya

      Klien mengatakan bahwa saya melempar

barang-barang milik mantan istri saya keluar

dan menyobek-nyobek kenangan yang ada

tentang istri saya

      Klien menolak dengan mengatakan bahwa

dia tidak mengamuk dan memukul

      Klien malu karena istrinya selingkuh dan tak

tahu harus bagaimana lagi membimbing

istrinya

      Klien mengamuk dan memukul

      Pandangan klien tampak tajam dan wajah

tampak tegang

      Klien tampak gelisah dan selalu mondar-

mandir diruang rawat

      Klien marah-marah sejak 1,5 tahun lalu

      Klien sudah bercerai 1 tahun lalu

      Klien mengamuk, merusak dan membanting

alat keperluan  rumah tangga

      Klien gelisah dan terlihat bingung sudah

tidak berharga lagi setelah kejadian istrinya

selingkuh

Analisa Data

No Tgl/jam Symptom Problem1 24 April

2012Ds :

  Klien mengatakan kesal, karena sering dibentak-bentak

  Klien sering kesal, jika ingat peristiwa perceraian dengan istrinya

  Klien mengatakan bahwa klien melempar barang-barang milik

mantan istri saya keluar dan menyobek-nyobek kenangan yang ada

tentang istri saya

Do :

  Pandangan klien tampak tajam dan wajah tampak tegang

  Klien tampak gelisah dan selalu mondar-mandir diruang rawat

  Klien marah-marah [DA1]  sejak 1,5 tahun lalu

Perilaku kekerasan

2 24 April 2012

Ds :

  Klien menolak dengan mengatakan bahwa dia tidak mengamuk dan

memukul

  Klien malu karena istrinya selingkuh dan tak tahu harus bagaimana

Harga Diri

Rendah

(HDR)

Page 26: Gita Cita Gustiani Inta

lagi membimbing istrinya

Do :

Klien sudah bercerai 1 tahun lalu

  Klien gelisah dan terlihat bingung sudah tidak berharga lagi setelah

kejadian istrinya selingkuh

3 24 April 2012

Ds :

  Klien mengamuk dan memukul

  Klien sering kesal, jika ingat peristiwa perceraian dengan istrinya

dan melempar barang-barang ke luar

Do :

  Pandangan klien tampak tajam dan wajah tampak tegang

  Klien tampak gelisah dan selalu mondar-mandir diruang rawat

   Rekam medis : klien dirawat karena marah-marah sejak 1,5 tahun

yang lalu. Klien sering membanting alat-alat keperluan rumah

tangga yang ada dirumah.

RPK

B.   POHON MASALAH

                 RPK terhadap diri dan orang lain dan lingkungan                

Harga diri rendah (HDR)C.   DIAGNOSA KEPERAWATAN

Page 27: Gita Cita Gustiani Inta

           Perilaku kekerasan

           Gangguan konsep diri: HDR

           RPK terhadap diri dan orang lain dan lingkungan 

D.   PERENCANAAN

NO. DX KEP. PERENCANAAN INTERVENSITUJUAN KRITERIA EVALUASI

1. RPK

(Resiko

Perilaku

Kekerasan)

TUM:

- Pasien dapat

melanjutkan

hubungan peran

sesuai tanggung

jawab.

TUK:

1.    PPasien dapat

Membina

Hubungan saling

percaya

Setelah dilakukan 3x20

menit interaksi diharapkan

klien menunjukkan tanda-

tanda

a.    Pasien mau membalas

salam.

b.   Pasien mau jabatan

c.    Pasien menyebutkan Nama

d.   Pasien tersenyum

e.    Pasien ada kontak Mata

f.    Pasien tahu nama Perawat

Pasien menyediakan waktu

untuk kontrak

       Beri salam / panggil nama

pasien.

       Sebut nama perawat sambil

Salaman

       Jelaskan maksud hubungan

Interaksi

       Beri rasa nyaman dan sikap

Empatis

       Lakukan kontrak singkat

tapi sering

TUK:

2.    PPasien dapat

mengidentifikasi

penyebab marah /

amuk

e.    Pasien dapat

Mengungkapkan

perasaannya.

f.    Pasien dapat menyebutkan

perasaan marah / jengkel

     Beri kesempatan untuk

Mengungkapkan

perasaannya.

      Bantu pasien untuk

mengungkapkan marah atau

jengkel.

TUK:

3.    PPasien dapat

mengidentifikasi

tanda marah

c.       Pasien dapat

mengungkapkan perasaan

saat marah /jengkel.

       Anjurkan pasien

mengungkapkan perasaan

saat marah /jengkel.

Page 28: Gita Cita Gustiani Inta

d.      Pasien dapat menyimpulkan

tanda-tanda jengkel / kesal

       Observasi tanda perilaku

kekerasan pada pasien

TUK:

4.   PPasien dapat

mengungkapkan

perilaku marah

yang sering

dilakukan

d.      Pasien mengungkapkan

marah yang biasa dilakukan

e.       Pasien dapat bermain peran

dengan perilaku marah yang

dilakukan

f.       Pasien dapat mengetahui

cara marah yang dilakukan

menyelesaikan masalah atau

tidak

     Anjurkan pasien

mengungkapkan marah yang

biasa dilakukan

     Bantu pasien bermain peran

sesuai perilaku kekerasan

yang biasa dilakukan.

Bicarakan dengan pasien apa

dengan cara itu bisa

menyelesaikan masalah

TUK:

5. PPasien dapat

mengidentifikasi

akibat perilaku

Kekerasan

a.    Pasien dapat menjelaskan

akibat dari cara yang

digunakan

     Bicarakan akibat / kerugian

cara yang dilakukan

     Bersama pasien

menyimpulkan cara yang

digunkana pasien.

Tanyakan pasien apakah mau

tahu cara marah yang sehat

TUK:

6.   PPasien

mengidentifikasi

cara construksi

dalam berespon

terhadap perilaku

kekerasan

a.       Pasien dapat

melakukan berespon

terhadap kemarahan secara

konstruktif.

     Tanyakan pada pasien

apakah pasien mau tahu cara

baru yang sehat

     Beri pujian jika pasien

engetahui cara lain yang ehat

     Diskusikan cara marah yang

sehat dengan pasien.

d)     Pukul bantal untuk

melampiaskan marah

TUK:

7.    PPasien dapat

mendemonstrasika

a.       Pasien dapat

mendemonstrasikan

cara mengontrol

       Pasien dapat memilih cara

yang paling tepat.

       Pasien dapat

Page 29: Gita Cita Gustiani Inta

n cara mengontrol

marah

perilaku kekerasan mengidentifikasi manfaat

yang terpilih

       Bantu pasien menstimulasi

cara tersebut.

       Beri reinforcement positif

atas keberhasilan.

       Anjurkan pasien

menggunakan cara yang

telah dipelajari.

TUK:

8.    PPasien dapat

dukungan keluarga

mengontrol marah

a.      Keluarga pasien dapat :

      Menyebutkan cara merawat

pasien dengan perilaku

kekerasan.

      Mengungkapkan rasa puas

dalam merawat pasien

      Identifikasi kemampuan

keluarga merawat pasien dari

sikap apa yang telah

dilakukan

      Jelaskan peran serta keluarga

dalam merawat pasien.

       Jelaskan cara-cara merawat

pasien.

       Bantu keluarga

mendemonstrasikan cara

merawat pasien.

       Bantu keluarga

mengungkapkan perasaannya

setelah melakukan

demonstrasi.

TUK:

9.    PPasien dapat

menggunakan obat

dengan benar

a.    Pasien dapat menggunakan

obat-obat yang diminum

dengan kegunaannya.

b.   Pasien dapat minum obat

sesuai program pengobatan

       Jelaskan jenis-jenis obat

yang diminum pasien dan

oeluarga.

.1      Diskusikan manfaat minum

obat.

.2      Jelaskan prinsip 5 benar

minum obat

Page 30: Gita Cita Gustiani Inta

.3      Anjurkan pasien minum obat

tepat waktu

TUK:

10.   PPasien dapat

dukungan dari

lingkungan untuk

mengontrol marah

a.    Lingkungan

mengetahui

bagaimana cara

menyikapi pasien

dengan perilaku

kekerasan.

       Jelaskan peran serta

lingkungan terhadap kondisi

pasien

       Beri penjelasan bagaimana

cara menyikapi pasien

dengan perilaku kekerasan

       Diskusikan cara -cara yang

dilakukan untuk menyikapi

pasien dengan perilaku

kekerasan

2. Harga Diri

Rendah

(HDR)

TUK :

2.   PPasien dapat

membina

hubungan saling

percaya

e.        Ekspresi Wajah bersahabat ,

menunjukkan rasa scaang,

ada kontak mata, mau

berjabat tangan, mau

menyebutkan nama, mau

menjawab salam, klien mau

duduk berdampingan dengan

perawat, mau mengutarakan

masalah yang dihadapi

     Bina hubungan saling

percaya dengan

mengungkapkan prinsip

komunikasi tcrapeutik Sapa

pasien dengan ramah laik

verbal maupun non verbal

g.Perkenalkan diri dengan

sopan

h.Tanyakan nama iengkap

pasien dan nama panggilan

disukai pasien

i.  Jelaskan tujuan pertemuan

j.  Jujur dan menepati janji

k.Tunjukkan siknp empati dan

menerima pasien apa adanya

l.  Beri perhatian kepada pasien

dan perhatikan kebutuhan

dasar pasien

TUK  :         Daftar kemampuan yang   Diskusikan kemampuan dan

Page 31: Gita Cita Gustiani Inta

7.      

Pasien dapat

mengidentifikasi

kemampuan dan

aspek positif yang

dimilik

dimiliki pasien di rumah

sakit, rumah, sekolah dan

tempat kerja

b.        Daftar positif keluarga

pasien

        Daftar positif lingkungan

pasien

aspek positif yang dimiliki

buat daftarnya

  Setiap bertemu pasien

dihindarknn dari metnberi

penilni; negatif

Utamakan memberi pujian

yang realistic pada

kemampuan dan aspek

positif pasien

TUK

8.    

Pasien dapat

menilai

kemampuan yang 

digunakan

c.       Pasien menilai kemampuan

yang digunakan

d.      Pasien memiliki 

kemampuan yang dapat

digunakan di rumah

       Diskusikan dengan pasien

kemampuan yang masih

dapat  digunakan selama

sakit

       Diskusikan kemampuan

yang dapat dilanjutkan

pengguna di rumah sakit

Berikan pujian

TUK :

9. 

Pasien dapat

menetapkan dan

merencanakan

kegiatan sesuai

dengan

kemampuan yang

dimiliki

c.       Pasien menilai kemampuan

yang akan . dilatih

d.      Pasien mencoba Susunan

jadwal harian

      Meminta pasien

untuk:memilih satu kcgiatan

yang mau  dilakukan di

rumah sakit

      Bantu pasien melakukannya

jika perlu beri contoh

      Beri pujian atas keberhasilan

pasien.

      Diskusi kaji jadwal kegiatan

harian atas kegiatan yang

telah dilatih

Catatan : Ulangi untuk

kemampuan lain sampai

semua selesai

Page 32: Gita Cita Gustiani Inta

TUK:

10.                                                    

            PPasien dapat

melakukan

kegiatan sesuai

kondisi sakit dari

kemampuannya

c.       Pasien melakukan kegiatan

yang telah di latih (mandiri,

dengan bantuan atau

tergantung)

d.      Pasien mampu melakukan

beberapa kegiatan secara

mandiri

       Beri kesempatan pada pasien

untuk mencoba kcgiatan

yang telah direncanakan

       Beri pujian atas keberhasian

pasien

Diskusikan kemungkinan

penaksiiran di rumah

TUK :

11.  

Pasien dapat 

memanfatkan

system pendukung

yang ada

c.       Keluarga memberi dakungan

dan pujian

d.      Keluarga memahami jadwal

kegiatan harian pasien

       Beri pendidikan kcschatan

pada keluarga tentang cara

merawat pasien dengan

harga diri rcndah

       Bantu keluarga memberikan

dukungnn selama pasien

dirawat.

       Bantu keluarga menyiapkan

lingkungan di rumah

       Jelaskan cara pelaksmann

jadwal kegiatan pasien di

rumah

Anjurkan memberi pujian

pada pasien setiap berhasil

E.    IMPLEMENTASI

Tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi Paraf24 April

2012( 09.30 )

Resiko Perilaku

Kekerasan (RPK

TUK : 1.2.3-  mengucap salam

-  memperkenalkan diri

-  menanyakan nama dan

panggilan yang disukai

-  menjelaskan tujuan

-  memberi kesempatan

S:   pasien menjawab : nama saya B , mau kita ngomong soal apa?

-  Pasien mengatakan : saya marah

karena kesal dengan istrinya yang

selingkuh dan tidak tau caranya

bagaimana mendidiknya.

- Pasien mengatakan saat marah

Page 33: Gita Cita Gustiani Inta

pasien bicara

-  menanyakan penyebab

jengkel/marah pasien.

-  Menanyakan perasaan

yang dialami pasien saat

jengkel.marah

saya kesal ingin marah-marah dan

meluapkan dengan membanting dll

jadi lega.

O:    wajah pasien tegang, pandangan

mata tajam, nada suara tinggi.

pasien kooperatif menjawab

pertanyaan.

A: TUK 1,2,3 tercapai-  pasien mau menyebutkan nama

-  pasien mau diajak

berinteraksi/bertukar pikiran.

P:   - lanjut ke TUK 4,5,6

25 April 2012

(10.00)

Perilaku Kekerasan

TUK : 4,5,6-  Menanyakan pasien cara

marah yang biasa

dilakukan.

-  Menanyakan pasien apa

dengan marah yang

dilakukan dapat

menyelesaiakan masalah.

-  Menanyakan apa akibat

dari kemarahannya.

-  Menanyakan pasien

apakah mau cara yang

sehat untuk mengatasi

marah.

-  Mengajarkan pasien cara

sehat mengontrol marah :

1.  saat ingin marah / ingin

mukul pasien bisa

memukul bantal.

S :

-  Pasien mengatakan Kalau saya

marah, ingin membanting,

menyobek-nyobek kenangan

bersama istrinya dan alat-alat

rumah tangga

-   Pasien mengatakan dengan marah

yang saya lakukan saya hanya

merasa puas tapi tidak

menyelesaikan masalah

-  pasien mengatakan “kalau saya

habis marah (banting dll), saya

capek, barang-barang rusak dan

mengganggu orang lain.

-  Pasien mengatakan ingin tahu cara

marah sehat seperti apa.

-  Pasien mengatakan jadi saya harus

belajar cara marah yang seperti

Page 34: Gita Cita Gustiani Inta

yang  ajarkan.

O: tidak ada gerakan motorik dari

wajah, kaki/ tangan pasien. pasien

kooperatif menjawab pertanyaan

A:  TUK 4,5,6 tercapai-  pasien mau mengutarakan marah

yang biasa dilakukan

-  pasien mengatakan akibat dari

marahnya.

-  Pasien mengerti dan mau belajar

cara marah yang sehat.

     P:   Lanjut ke TUK 7-9

-  Pasien dapat mendemonstrasikan

cara mengontrol marah.

-  Pasien dapat menggunakan obat

dengan benar.

26 April 2012

(10.00)

Perilaku Kekerasan

TUK 7-9-  Menyuruh pasien

memilih cara yang sehat

yang diajarkan untuk

mengontrol marah.

S:  pasien mengatakan saya akan

memilih cara marah yang sehat

dengan memukul bantal.

O:  pasien mendemonstrasikan cara

marah dengan memukul bantal.

A: TUK 7-9 tercapai-  Pasien mau mendemonstrasikan 

salah satu marah yang sehat yang

telah diajarkan

-  Pasien mengerti manfaat , jenis dan

waktu kapan pasien harus minum

obat.

P:   - Lanjut ke TUK 8-  Pasien dapat dukungan keluarga

untuk mengontrol marah.

27 April Harga Diri TUK 1,2,3 S:   pasien mengatakan dirumah suka

Page 35: Gita Cita Gustiani Inta

2012(10.15)

Rendah (HDR)

-  membina hubungan

saling percaya

-  menanyakan kemampuan

positif yang dimiliki di

rumah

-  menanyakan kemampuan

dan mendiskusikan

kemampuan positif  yang

dapat digunakan di

Rumah Sakit.

nyapu halaman kadang saya suka

adzan di masjid.

-     pasien mengatakan dirumah sakit

kadang saya nyapu, Bantu mbak

perawat nyapu dan merapikan

tempat tidur.

O: pasien pagi-pagi membantu perawat

merapikan tempat tidur.

-    pasien mencatat kegiatan yang

dilakukan di rumah

A: TUK 1,2,3 tercapai

-    pasien mau mengungkapkan

kemampuan yang dapat digunakan

dirumah dan di Rumah Sakit.

P:   - lanjut TUK 4, 5, 6-  pasien dapat menetapkan dan

merencanakan kegiatan sesuai

jadwal.

-  Pasien dapat melakukan kegiatan

sesuai kondisi sakit.

-  Pasien dapat dukungan dari

keluarga

-  Mendelegasikan TUK 4,5,6 pada

perawat jaga

28 April 2012

(10.00)

Perilaku Kekerasan

TUK 8-  menanyakan keluarga

bagaimana kemampuan

keluarga dari sikap yang

telah dilakukan dirumah

Menjelaskan tanda pasien

marah :

S:   keluarga mengatakan saat pasien

marah sikap keluarga hanya

mendiamkan, kadang ikut

memarahi pasien.

-  keluarga mengatakan “tanda marah

yang mbak jelaskan tadi persis

dengan tanda saat anak saya mau

Page 36: Gita Cita Gustiani Inta

1.  mata melotot

2.  muka merah

3.  tangan mengepal/ ada

gerakan pad muka yang

menunjukkan

permusuhan.

4.  nada suara tinggi

-  melatih keluarga cara

mengajari pasien marah

yang sehat dengan :

1.  memberikan kegiatan

2.  latih untuk ambil nafas

dalam

3.  menyuruh pasien

mengutarakan marah dan

apa penyebabnya.

4.  menyuruh pasien berdoa

dengan membaca

istighfar

5.  menyuruh melampiaskan

marah dengan memukul

bantal.

-  Menganjurkan pada

keluarga memilih cara

melatih anak marah dan

membantu keluarga

mendemonstrasikan.

-  Mengajurkan pada

keluarga untuk

mengawasi pasien rutin

marah, muka merah, mata melotot,

suara kasar, kadang sampai

memukul”.

-  Keluarga mengatakan “jadi mbak,

kalo nanti anak saya marah, saya

tidak boleh mendiamkan / marah,

tapi harus mengajari anak saya

marah yang sehat seperti yang

mbak ajarkan.

-  Keluarga mengatakan “saya ingin

mencoba bagaimana cara

menanyakan sebab anak marah.

-  Keluarga mengatakan “saya akan

selalu mengawasi anak saya rutin

minum obat.

O: keluarga kooperatif-  keluarga mendemonstrasikan cara

menanyakan penyebab anak marah.

A:  TUK 8 tercapai-  keluarga

P:  lanjut ke-TUK 10

Page 37: Gita Cita Gustiani Inta

minum obat.

BAB IV

      PENUTUP

                                     

A.   KESIMPULAN

Dari pembahasan yang telah diuraikan pada makalah ini, kami menyimpulkan bahwa

Perilaku kekerasan merupakan suatu bentuk ekspresi kemarahan yang tidak sesuai dimana

seseorang melakukan tindakan-tindakan yang dapat membayangkan/mencederai diri sendiri,

orang lain bahkan merusak lingkungan.

                        Terdapat perbedaan antara kasus dan teori karena respon pasien pun berbeda-beda

sehingga harus benar-benar dan berpikir kritis seorang perawat dalam melakukan tindakan atau

strategi pelaksanaannya, dari pengkajian sampai evaluasi sebagian besar terdapat banyak

persamaan

Page 38: Gita Cita Gustiani Inta

B. SARAN

            Dengan telah membacanya makalah ini, mahasiswa/I diharapkan dapat mengerti,

mengetahui tentang ASKEP (Asuhan Keperawatan) Jiwa pada Klien dengan Prilaku Kekerasan,

serta tindakan-tindakan yang akan diambil dalam membuat ASKEP yang bermutu dan

bermanfaat bagi pasien. Serta dituntut untuk bisa membandingkan antara teori dan kasus yang

terjadi di lapangan / lahan praktek yang terkadang ketidaksinkronan dan kesinkronan yang wajar.

Semoga bermanfaat bagi semua mahasiswa dan membantu dalam pembuatan ASKEP kelak.

[1] Data tambahan kelompok[2] Data tambahan kelompok[3] Data tambahan kelompok[4] Data tambahan kelompok [5] Data tambahan kelompok[6] Data tambahan kelompok[7] Data tambahan kelompok[8] Data tambahan kelompok[9] Data tambahan kelompok

 [DA1]? rekam medis buDiposkan oleh Gita Cita Gustiani di 16.02 Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook

Tidak ada komentar:

Poskan Komentar

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Mengenai Saya

Page 39: Gita Cita Gustiani Inta

Gita Cita Gustiani bahagia adalah tujuan hidup dan mati, berusaha, bersabar dan bertawakal modal utama.bersyukur mendapatkan jalan hidup menjadi perpanjangan tangan Allah sangatlah mulia walaupun sempat tidak terpikirkan tapi akhirnya saya bangga menjadi bagian dari bidang keperawatan, pround to be a nurse. Semua karena Allah dan orangtua yang membukakan jalan I LOVE They SO MUCH....:*

Lihat profil lengkapku

Monatshoroskope Horoskop

Real-time Earth and Moon phase

horoscope

Amazon MP3 Clips

Daily Calendar

Arsip Blog

►   2013 (22)

▼   2012 (36) o ►   November (1) o ►   Oktober (3) o ▼   September (30)

Confused Week HOPE Trauma Thorax Status Asmatikus ARDS Ternyata belajar KGD itu menyenangkan yah.... membuat suasana kuliah menyenangkan Dunia Keperawatan Membawa Kesyukuran memahami ASKEP dengan mudah.... Tulisan pagi ASUHAN KEPERAWATAN TEORI DERMATITIS KONTAK ASUHAN KEPERAWATAN TEORI ASMA BRONCHIALIS ASUHAN KEPERAWATAN ANAK TEORI KEJANG DEMAM

Page 40: Gita Cita Gustiani Inta

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA DENGAN PK (PERILAKU KEKERA...

ASKEP ituuuuuuuuu???-_- ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS BAYI TABUNG ASUHAN KEPERAWATAN KEBUTUHAN DASAR RASA AMAN Keperawatan dan Kepuasan Batin Ternyata perawat itu berkisah lho.... Kenalan yuukkk sama Keperawatan Memasuki keperawatan pengorbanan Kisah Keluarga True Success with Allah berbagi mengenai Nisfu Sya'ban aktivis yang berbeda kecemburuan Hati Penyesalan Pengakuan Kehilangan sahabat

o ►   Agustus (2)

Template Simple. Gambar template oleh selensergen. Diberdayakan oleh Blogger.

Logo Facebook

Email atau Telepon Kata Sandi

Biarkan saya tetap masuk

Lupa kata sandi Anda?

Mendaftar

Page 41: Gita Cita Gustiani Inta

Facebook © 2013

Bahasa Indonesia · Privasi · Ketentuan · Kuki ·

Lainnya

Opsi

Asuhan Keperawatan · 799 menyukai ini

3 Mei pukul 4:48 ·

ASKEP PERILAKU KEKERASAN

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangAncaman atau kebutuhan yang tidak terpenuhi mengakibatkan seseorang stress berat membuat orang marah bahkan kehilangan kontrol kesadaran diri, misalnya: memaki-maki orang di sekitarnya, membanting–banting barang, menciderai diri sendiri dan orang lain, bahkan membakar rumah, mobil dan sepeda montor.Umumnya klien dengan perilaku kekerasan dibawa dengan paksa ke rumah sakit jiwa. Sering tampak klien diikat secara tidak manusiawi disertai bentakan dan “pengawalan” oleh sejumlah anggota keluarga bahkan polisi.Perilaku kekerasan seperti memukul anggota keluarga/ orang lain, merusak alat rumah tangga dan marah-marah merupakan alasan utama yang paling banyak dikemukakan oleh keluarga. Penanganan yang dilakukan oleh keluarga belum memadai sehingga selama perawatan klien seyogyanya sekeluarga mendapat pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien (manajemen perilaku kekerasan).Asuhan keperawatan yang diberikan di rumah sakit jiwa terhadap perilaku kekerasan perlu ditingkatkan serta dengan perawatan intensif di rumah sakit umum. Asuhan keperawatan perilaku kekerasan (MPK) yaitu asuhan keperawatan yang bertujuan melatih klien mengontrol perilaku kekerasannya dan pendidikan kesehatan tentang MPK pada keluarga. Seluruh asuhan keperawatan ini dapat dituangkan menjadi pendekatan proses keperawatan.B. Tujuan1. Tujuan UmumMengetahui tentang konsep teori dan asuhan keperawatan klien dengan perilaku kekerasan.2. Tujuan Khususa. Mengetahui pengertian dari perilaku kekerasanb. Mengetahui penyebab dari perilaku kekerasanc. Mengetahui rentang respond. Mengetahui tanda dan gejala dari perilaku kekerasane. Mengetahui akibat dari perilaku kekerasan

Page 42: Gita Cita Gustiani Inta

f. Mengetahui penatalaksanaan dari perilaku kekerasang. Mengetahui pohon masalah pada perilaku kekerasanh. Mengetahui konsep asuhan keperawatan dari perilaku kekerasani. Mengetahui contoh kasus asuhan keprawatan dari perilaku kekerasan BAB IITINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Penyakit1. PengertianMarah adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap kecemasan atau kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan sebagai ancaman.Perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis.Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun orang lain.2. Etiologia. Faktor PredisposisiFaktor pengalaman yang dialami tiap orang yang merupakan factor predisposisi, artinya mungkin terjadi/ mungkin tidak terjadi perilaku kekerasan jika faktor berikut dialami oleh individu:1) Psikologis, kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang kemudian dapat timbul agresif atau amuk. Masa kanak-kanak yang tidak menyenangkan yaitu perasaan ditolak, dihina, dianiaya atau sanksi penganiayaan.2) Perilaku, reinforcement yang diterima pada saat melakukan kekerasan, sering mengobservasi kekerasan di rumah atau di luar rumah, semua aspek ini menstimulasi individu mengadopsi perilaku kekerasan.3) Sosial budaya, budaya tertutup dan membalas secara diam (pasif agresif) dan kontrol sosial yang tidak pasti terhadap pelaku kekerasan akan menciptakan seolah-olah perilaku kekerasan yang diterima (permissive).4) Bioneurologis, banyak bahwa kerusakan sistem limbik, lobus frontal, lobus temporal dan ketidakseimbangan neurotransmitter turut berperan dalam terjadinya perilaku kekerasan.b. Faktor PrespitasiFaktor prespitasi dapat bersumber dari klien, lingkungan atau interaksi dengan orang lain. Kondisi klien seperti kelemahan fisik (penyakit fisik), keputusan, ketidakberdayaan, percaya diri yang kurang dapat menjadi penyebab perilaku kekerasan. Demikian pula dengan situasi lingkungan yang ribut, padat, kritikan yang mengarah pada penghinaan, kehilangan orang yang dicintai/ pekerjaan dan kekerasan merupakan faktor penyebab yang lain. Interaksi sosial yang provokatif dan konflik dapat pula memicu perilaku kekerasan.3. Rentang responRespons kemarahan dapat berfluktuasi dalam rentang adaptif – mal adaptif. Rentang respon kemarahan dapat digambarkan sebagai berikut:a. Assertif adalah mengungkapkan marah tanpa menyakiti, melukai perasaan orang lain, atau tanpa merendahkan harga diri orang lain.b. Frustasi adalah respons yang timbul akibat gagal mencapai tujuan atau keinginan. Frustasi dapat dialami sebagai suatu ancaman dan kecemasan. Akibat dari ancaman tersebut dapat menimbulkan kemarahan.c. Pasif adalah respons dimana individu tidak mampu mengungkapkan perasaan yang dialami.d. Agresif merupakan perilaku yang menyertai marah namun masih dapat dikontrol oleh individu. Orang agresif biasanya tidak mau mengetahui hak orang lain. Dia berpendapat bahwa setiap orang harus bertarung untuk mendapatkan kepentingan sendiri dan

Page 43: Gita Cita Gustiani Inta

mengharapkan perlakuan yang sama dari orang lain.e. Mengamuk adalah rasa marah dan bermusuhan yang kuat disertai kehilangan kontrol diri. Pada keadaan ini individu dapat merusak dirinya sendiri maupun terhadap orang lain.4. Mekanisme kopingMekanisme koping adalah tiap upaya yang diarahkan pada penatalaksanaan stress, termasuk upaya penyelesaian masalah langsung dan mekanisme pertahanan yang digunakan untuk melindungi diri.Kemarahan merupakan ekspresi dari rasa cemas yang timbul karena adanya ancaman. Beberapa mekanisme koping yang dipakai pada klien marah untuk melindungi diri antara lain:a. Sublimasi : Menerima suatu sasaran pengganti yang mulia artinya di mata masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami hambatan penyalurannya secara normal. Misalnya seseorang yang sedang marah melampiaskan kemarahannya pada obyek lain seperti meremas adonan kue, meninju tembok dan sebagainya, tujuannya adalah untuk mengurangi ketegangan akibat rasa marah.b. Proyeksi : Menyalahkan orang lain mengenai kesukarannya atau keinginannya yang tidak baik. Misalnya seseorang wanita muda yang menyangkal bahwa ia mempunyai perasaan seksual terhadap rekan sekerjanya, berbalik menuduh bahwa temannya tersebut mencoba merayu, mencumbunya.c. Represi : Mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan masuk ke alam sadar. Misalnya seseorang anak yang sangat benci pada orang tuanya yang tidak disukainya. Akan tetapi menurut ajaran atau didikan yang diterimanya sejak kecil bahwa membenci orang tua merupakan hal yang tidak baik dan dikutuk oleh Tuhan, sehingga perasaan benci itu ditekannya dan akhirnya ia dapat melupakannya.d. Reaksi formasi : Mencegah keinginan yang berbahaya bila diekspresikan, dengan melebih-lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan menggunakannya sebagai rintangan. Misalnya seorang yang tertarik pada teman suaminya, akan memperlakukan orang tersebut dengan kasar.e. Displacement : Melepaskan perasaan yang tertekan biasanya bermusuhan, pada obyek yang tidak begitu berbahaya seperti yang pada mulanya yang membangkitkan emosi itu. Misalnya Timmy berusia 4 tahun marah karena ia baru saja mendapat hukuman dari ibunya karena menggambar di dinding kamarnya. Dia mulai bermain perang-perangan dengan temannya.5. PerilakuPerilaku yang berkaitan dengan perilaku kekerasan antara lain :a. Menyerang atau menghindar (fight of flight)Pada keadaan ini respon fisiologis timbul karena kegiatan sistem saraf otonom beraksi terhadap sekresi epinephrin yang menyebabkan tekanan darah meningkat, takikardi, wajah merah, pupil melebar, sekresi HCl meningkat, peristaltik gaster menurun, pengeluaran urine dan saliva meningkat, konstipasi, kewaspadaan juga meningkat diserta ketegangan otot, seperti rahang terkatup, tangan dikepal, tubuh menjadi kaku dan disertai reflek yang cepat.b. Menyatakan secara asertif (assertiveness)Perilaku yang sering ditampilkan individu dalam mengekspresikan kemarahannya yaitu dengan perilaku pasif, agresif dan asertif. Perilaku asertif adalah cara yang terbaik untuk mengekspresikan marah karena individu dapat mengekspresikan rasa marahnya tanpa menyakiti orang lain secara fisik maupun psikolgis. Di samping itu perilaku ini dapat juga untuk pengembangan diri klien.c. Memberontak (acting out). Perilaku yang muncul biasanya disertai akibat konflik perilaku “acting out” untuk menarik perhatian orang lain.

Page 44: Gita Cita Gustiani Inta

d. Perilaku kekerasan. Tindakan kekerasan atau amuk yang ditujukan kepada diri sendiri, orang lain maupun lingkungan6. Tanda dan gejalaPada pengkajian awal dapat diketahui alasan utama klien dibawa ke rumah sakit adalah perilaku kekerasan di rumah, klien dengan perilaku kekerasan sering menunjukan adanya tanda dan gejala sebagai berikut:a. Data Obyektif:- Muka merah- Pandangan tajam- Otot tegang- Nada suara tinggi- Berdebat- Sering pula tampak klien memaksakan kehendak- Merampas makanan, memukul jika tidak senangb. Data Subyektif:- Mengeluh perasaan terancam- Mengungkapkan perasaan tidak berguna- Mengungkapkan perasaan jengkel- Mengungkapkan adanya keluhan fisik, berdebar-debar, merasa tercekik, dada sesak, bingung.7. Pengobatan medika. Farmakoterapi1) Obat anti psikosis, phenotizin (CPZ/HLP)2) Obat anti depresi, amitriptyline3) Obat anti ansietas, diazepam, bromozepam, clobozam4) Obat anti insomnia, phneobarbitalb. Terapi modalitas1) Terapi keluargaBerfokus pada keluarga dimana keluarga membantu mengatasi masalah klien dengan memberikan perhatian:a) BHSPb) Jangan memancing emosi klienc) Libatkan klien dalam kegiatan yang berhubungan dengan keluargad) Memberikan kesempatan pada klien dalam mengemukakan pendapate) Anjurkan pada klien untuk mengemukakan masalah yang dialamif) Mendengarkan keluhan klieng) Membantu memecahkan masalah yang dialami oleh klienh) Hindari penggunaan kata-kata yang menyinggung perasaan klieni) Jika klien melakukan kesalahan jangan langsung memvonisj) Jika terjadi PK yang dilakukan adalah:- Bawa klien ketempat yang tenang dan aman- Hindari benda tajam- Lakukan fiksasi sementara- Rujuk ke pelayanan kesehatan2) Terapi kelompokBerfokus pada dukungan dan perkembangan, ketrampilan social atau aktivitas lai dengan berdiskusi dan bermain untuk mengembalikan kesadaran klien karena masalah sebagian orang merupakan perasaan dan tingkah laku pada orang lain.3) Terapi musikDengan music klien terhibur, rilek dan bermain untuk mengembalikan kesadaran klien.

Page 45: Gita Cita Gustiani Inta

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan1. Pengkajiana. Pengumpulan dataData yang dikumpulkan meliputi data biologis, psikologis, sosial dan spiritual.1) Aspek biologisRespons fisiologis timbul karena kegiatan system saraf otonom bereaksi terhadap sekresi epineprin sehingga tekanan darah meningkat, tachikardi, muka merah, pupil melebar, pengeluaran urine meningkat. Ada gejala yang sama dengan kecemasan seperti meningkatnya kewaspadaan, ketegangan otot seperti rahang terkatup, tangan dikepal, tubuh kaku, dan refleks cepat. Hal ini disebabkan oleh energi yang dikeluarkan saat marah bertambah.2) Aspek emosionalIndividu yang marah merasa tidak nyaman, merasa tidak berdaya, jengkel, frustasi, dendam, ingin memukul orang lain, mengamuk, bermusuhan dan sakit hati, menyalahkan dan menuntut. 3) Aspek intelektualSebagian besar pengalaman hidup individu didapatkan melalui proses intelektual, peran panca indra sangat penting untuk beradaptasi dengan lingkungan yang selanjutnya diolah dalam proses intelektual sebagai suatu pengalaman. Perawat perlu mengkaji cara klien marah, mengidentifikasi penyebab kemarahan, bagaimana informasi diproses, diklarifikasi, dan diintegrasikan.4) Aspek sosialMeliputi interaksi sosial, budaya, konsep rasa percaya dan ketergantungan. Emosi marah sering merangsang kemarahan oranglain. Klien seringkali menyalurkan kemarahan dengan mengkritik tingkah laku yang lain sehingga orang lain merasa sakit hati dengan mengucapkan kata-kata kasar yang berlebihan disertai suara keras. Proses tersebut dapat mengasingkan individu sendiri, menjauhkan diri dari orang lain, menolak mengikuti aturan.5) Aspek spiritualKepercayaan, nilai dan moral mempengaruhi hubungan individu dengan lingkungan. Hal yang bertentangan dengan norma yang dimiliki dapat menimbulkan kemarahan yang dimanifestasikan dengan amoral dan rasa tidak berdosa.Dari uraian tersebut di atas jelaslah bahwa perawat perlu mengkaji individu secara komprehensif meliputi aspek fisik, emosi, intelektual, sosial dan spiritual yang secara singkat dapat dilukiskan sebagai berikut :Aspek fisik terdiri dari :muka merah, pandangan tajam, napas pendek dan cepat, berkeringat, sakit fisik, penyalahgunaan zat, tekanan darah meningkat. Aspek emosi : tidak adekuat, tidak aman, dendam, jengkel. aspek intelektual : mendominasi, bawel, sarkasme, berdebat, meremehkan. aspek sosial : menarik diri, penolakan, kekerasan, ejekan, humor.b. Klasifiaksi dataData yang didapat pada pengumpulan data dikelompokkan menjadi 2 macam yaitu data subyektif dan data obyektif. Data subyektif adalah data yang disampaikan secara lisan oleh klien dan keluarga. Data ini didapatkan melalui wawancara perawat dengan klien dan keluarga. Sedangkan data obyektif yang ditemukan secara nyata. Data ini didapatkan melalui obsevasi atau pemeriksaan langsung oleh perawat.c. Analisa dataDengan melihat data subyektif dan data objektif dapat menentukan permasalahan yang dihadapi klien dan dengan memperhatikan pohon masalah dapat diketahui penyebab sampai pada efek dari masalah tersebut. Dari hasil analisa data inilah dapat ditentukan diagnosa keperawatan.

Page 46: Gita Cita Gustiani Inta

2. Diagnosa keperawatanAdapun kemungkinan diagnosa keperawatan pada klien marah dengan masalah utama perilaku kekerasan adalah sebagai berikut :a. Risiko mencederai diri sendiri, orang lain, lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasan.b. Perilaku kekerasan berhubungan dengan harga diri rendah.3. Intervensi keperawatana. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasanTujuan umum : klien tidak mencederai diri / orang lain / lingkungan.Tujuan khusus :1) Klien dapat membina hubungan saling percaya.2) Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.3) Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan.4) Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekekerasan yang biasa dilakukan.5) Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan.6) Klien dapat melakukan cara berespons terhadap kemarahan secara konstruktif.7) Klien dapat mendemonstrasikan sikap perilaku kekerasan.Klien dapat dukungan keluarga dalam mengontrol perilaku kekerasan.9) Klien dapat menggunakan obat yang benar.Tindakan keperawatan :a) Bina hubungan saling percaya.Salam terapeutik, perkenalan diri, beritahu tujuan interaksi, kontrak waktu yang tepat, ciptakan lingkungan yang aman dan tenang, observasi respon verbal dan non verbal, bersikap empati.Rasional : Hubungan saling percaya memungkinkan terbuka pada perawat dan sebagai dasar untuk intervensi selanjutnya.b) Beri kesempatan pada klien untuk mengugkapkan perasaannya.Rasional : Informasi dari klien penting bagi perawat untuk membantu kien dalam menyelesaikan masalah yang konstruktif.c) Bantu untuk mengungkapkan penyebab perasaan jengkel / kesalRasional : pengungkapan perasaan dalam suatu lingkungan yang tidak mengancam akan menolong pasien untuk sampai kepada akhir penyelesaian persoalan.d) Anjurkan klien mengungkapkan dilema dan dirasakan saat jengkel.Rasional : Pengungkapan kekesalan secara konstruktif untuk mencari penyelesaian masalah yang konstruktif pula.e) Observasi tanda perilaku kekerasan pada klien.Rasional : mengetaui perilaku yang dilakukan oleh klien sehingga memudahkan untuk intervensi.f) Simpulkan bersama tanda-tanda jengkel / kesan yang dialami klien.Rasional : memudahkan klien dalam mengontrol perilaku kekerasan.g) Anjurkan klien untuk mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.Rasional : memudahkan dalam pemberian tindakan kepada klien.h) Bantu klien bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.Rasional : mengetahui bagaimana cara klien melakukannya.i) Bicarakan dengan klien apakah dengan cara yang klien lakukan masalahnya selesai.Rasional : membantu dalam memberikan motivasi untuk menyelesaikan masalahnya.j) Bicarakan akibat / kerugian dan perilaku kekerasan yang dilakukan klien.Rasional : mencari metode koping yang tepat dan konstruktif.k) Bersama klien menyimpulkan akibat dari perilaku kekerasan yang dilakukan.

Page 47: Gita Cita Gustiani Inta

Rasional : mengerti cara yang benar dalam mengalihkan perasaan marah.l) Tanyakan pada klien “apakah ia ingin mempelajari cara baru yang sehat”.Rasional : menambah pengetahuan klien tentang koping yang konstruktif.m) Berikan pujian jika klien mengetahui cara yang sehat.Rasional : mendorong pengulangan perilaku yang positif, meningkatkan harga diri klien.n) Diskusikan dengan klien cara lain yang sehat.- Secara fisik : tarik nafas dalam / memukul botol / kasur atau olahraga atau pekerjaan yang memerlukan tenaga.- Secara verbal : katakan bahwa anda sering jengkel / kesal.- Secara sosial : lakukan dalam kelompok cara-cara marah yang sehat, latihan asertif, latihan manajemen perilaku kekerasan.- Secara spiritual : anjurkan klien berdua, sembahyang, meminta pada Tuhan agar diberi kesabaran.Rasional : dengan cara sehat dapat dengan mudah mengontrol kemarahan klien.o) Bantu klien memilih cara yang paling tepat untuk klien.Rasional : memotivasi klien dalam mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan.p) Bantu klien mengidentifikasi manfaat yang telah dipilih.Rasional : mengetahui respon klien terhadap cara yang diberikan.q) Bantu klien untuk menstimulasikan cara tersebut.Rasional : mengetahui kemampuan klien melakukan cara yang sehat.r) Beri reinforcement positif atas keberhasilan klien menstimulasi cara tersebut.Rasional : meningkatkan harga diri klien.s) Anjurkan klien untuk menggunakan cara yang telah dipelajari saat jengkel / marah.Rasional : mengetahui kemajuan klien selama diintervensi.t) Identifikasi kemampuan keluarga dalam merawat klien dari sikap apa yang telah dilakukan keluarga terhadap klien selama ini.Rasional : memotivasi keluarga dalam memberikan perawatan kepada klien.u) Jelaskan peran serta keluarga dalam merawat klien.Rasional : menambah pengetahuan bahwa keluarga sangat berperan dalam perubahan perilaku klien.v) Jelaskan cara-cara merawat klien.Terkait dengan cara mengontrol perilaku kekerasan secara konstruktif. Sikap tenang, bicara tenang dan jelas. Bantu keluarga mengenal penyebab marah.Rasional : meningkatkan pengetahuan keluarga dalam merawat klien secara bersama.w) Bantu keluarga mendemonstrasikan cara merawat klien.Rasional : mengetahui sejauh mana keluarga menggunakan cara yang dianjurkan.x) Bantu keluarga mengungkapkan perasaannya setelah melakukan demonstrasi.Rasional : mengetahui respon keluarga dalam merawat klien.y) Jelaskan pada klien dan keluarga jenis-jenis obat yang diminum klien seperti : CPZ, haloperidol, Artame.Rasional : menambah pengetahuan klien dan keluarga tentang obat dan fungsinya.z) Diskusikan manfaat minum obat dan kerugian berhenti minum obat tanpa seizin dokter.Rasional : memberikan informasi pentingnya minum obat dalam mempercepat penyembuhan.b. Perilaku kekerasan berhubungan dengan harga diri rendahTujuan umum : klien dapat mengontrol perilaku kekerasan pada saat berhubungan dengan orang lain.Tujuan khusus :1) Klien dapat membina hubungan saling percaya.

Page 48: Gita Cita Gustiani Inta

2) Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek yang positif yang dimiliki.3) Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan.4) Klien dapat menetapkan dan merencanakan kegiatan sesuai kemampuan yang dimiliki.5) Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya.6) Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.4. Implementasia. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik.Rasional : hubungan saling percaya memungkinkan klien terbuka pada perawat dan sebagai dasar untuk intervensi selanjutnya.b. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.Rasional : mengidentifikasi hal-hal positif yang masih dimiliki klien.c. Setiap bertemu klien dihindarkan dari memberi penilaian negatif.Rasional : pemberian penilaian negatif dapat menurunkan semangat klien dalam hidupnya.d. Utamakan memberi pujian yang realistik pada kemampuan dan aspek positif klien.Rasional : meningkatkan harga diri klien.e. Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat digunakan.Rasional : mengidentifikasi kemampuan yang masih dapat digunakan.f. Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaannya di rumah sakit.Rasional : mengidentifikasi kemampuan yang masih dapat dilanjutkan.g. Berikan pujian.Rasional : meningkatkan harga diri dan merasa diperhatikan.h. Minta klien untuk memilih satu kegiatan yang mau dilakukan di rumah sakit.Rasional : agar klien dapat melakukan kegiatan yang realistis sesuai kemampuan yang dimiliki.i. Bantu klien melakukannya jika perlu beri contoh.Rasional : menuntun klien dalam melakukan kegiatan.j. Beri pujian atas keberhasilan klien.Rasional : meningkatkan motivasi untuk berbuat lebih baik.k. Diskusikan jadwal kegiatan harian atas kegiatan yang telah dilatih.Rasional : mengidentifikasi klien agar berlatih secara teratur.l. Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan.Rasional : tujuan utama dalam penghayatan pasien adalah membuatnya menggunakan respon koping mal adaptif dengan yang lebih adaptif.m. Beri pujian atas keberhasilan klien.Rasional : meningkatkan harga diri klien.n. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan dirumah.Rasional : mendorong pengulangan perilaku yang diharapkan.o. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien dengan harga diri rendah.Rasional : meningkatkan pengetahuan keluarg a dalam merawat klien secara bersama.p. Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat.Rasional : meningkatkan peran serta keluarga dalam membantu klien meningkatkan harga diri rendah.q. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.Rasional : memotivasi keluarga untuk merawat klien.5. EvaluasiMerupakan tahap terakhir dalam proses keperawatan. Tujuan evaluasi adalah untuk menilai apakah tujuan dalam keperawatan tercapai atau tidak untuk melakukan pengkajian ulang untuk menilai apakah tujuan tercapai sebagian, seluruhnya atau tidak tercapai dapat dibuktikan dari perilaku pasien dan pemeriksaan penunjang lainnya.

Page 49: Gita Cita Gustiani Inta

Dalam hal ini juga sebagai langka koreksi terhadap rencana keperawatan semula. Untuk mencapai rencana keperawatan berikutnya yang lebih relevan.BAB IIITINJAUAN KASUSA. Pengkajian1. Data demografia. Perawat mengkaji identitas klien dan melakukan perkenalan dan kontrak dengan klien tentang nama perawat, nama klien, panggilan perawat, panggilan klien, tujuan, waktu, tempat pertemuan, topik yang akan dibicarakan.b. Usia dan nomor rekam medikc. Perawat menuliskan sumber data yang didapat2. Alasan masukTanyakan pada klien atau keluarga:a. Apa yang menyebabkan klien atau keluarga datang ke rumah sakit?b. Apa yang sudah dilakukan oleh keluarga untuk mengatasi masalah ini?c. Bagaimana hasilnya?3. Tinjau kembali riwayat klien untuk adanya stressor pencetus dan data signifikan tentang:a. Kerentanan genetika-biologik (misal, riwayat keluarga)b. Peristiwa hidup yang menimbulkan stress dan kehilangan yang baru dialamic. Episode-episode perilaku kekerasan di masa lalud. Riwayat pengobatane. Penyalahgunaan obat dan alkoholf. Riwayat pendidikan dan pekerjaan4. Catat ciri-ciri respon fisiologik, kognitif, emosional dan perilaku dari individu dengan gangguan mood5. Kaji adanya faktor resiko bunuh diri dan lelalitas perilaku bunuh diri kliena. Tujuan klien (misal, agar terlepas dari stress solusi masalah yang sulit)b. Rencana bunuh diri, termasuk apakah klien memiliki rencana tersebutc. Keadaan jiwa klien (misal, adanya gangguan pikiran, tingkat kegelisahan, keparahan gangguan mood)d. Sistem pendukung yang adae. Stressor saat ini yang mempengaruhi klien, termasuk penyakit lain (baik psikiatrik maupun medik), kehilangan yang baru dialami, dan riwayat penyalahgunaan zat.6. Kaji sistem pendukung keluarga dan kaji pengetahuan dasar klien atau keluarga tentang gejala, medikasi, dan rekomendasi pengobatan, gangguan mood, tanda-tanda kekambuhan serta tindakan perawatan sendiri.B. Analisa DataDataMasalah KeperawatanDS: klien merasa tidak berguna, merasa kosongDO: kehilangan minat melakukan aktivitasGangguan konsep diri: harga diri rendahDS: klien merasa minder kepada kedua adiknya, sedih yang berlebihanDO: klien menghindar dan mengurung diriIsolasi sosial: menarik diriDS: Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang. Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang kesal atau marah.DO : Mata merah, wajah agak merah, nada suara tinggi dan keras,pandangan tajam.perilaku kekerasan terhadap orang lainDS : Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang. Klien suka membentak dan

Page 50: Gita Cita Gustiani Inta

menyerang orang yang mengusiknya jika sedang kesal atau marah.DO : Mata merah, wajah agak merah, nada suara tinggi dan keras,pandangan tajam.Risiko tinggi mencederai orang lain

C. Pohon MasalahMencederai diri sendiri dan orang lain

Gangguan Harga diri kronis

Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi

Berduka disfungsional

Isolasi Sosial

Core Problem

Perilaku kekerasan

D. Diagnosa Keperawatan, Rencana Tindakan, ImplementasiNODiagnosis KeperawatanPerencanaanImplementasiTujuanKriteria Hasil1Resiko mencederai diri b.d perilaku kekerasanTUM:Klien tidak mencederai diri sendiriTUK:1. 1. Klien dapat membina hubungan saling percaya

1.1 1.1 Klien mau membalas salam1.2 1.2 KLien mau menjabat tangan1.3 1.3 Klien mau menyebutkan nama1.4 1.4 Klien mau tersenyum1.5 1.5 Klien mau kontak mata1.6 1.6 Klien mau mengetahui nama perawat

1.1.1 1.1.1 Beri salam atau anggil nama1.1.2 1.1.2 Sebutkan nama perawat sambil jabat tangan1.1.3 1.1.3 Jelaskan maksud hubungan interaksi1.1.4 1.1.4 Jelaskan tentang kontrak yang akan dibuat1.1.5 1.1.5 Beri rasa aman dan sikap empati1.1.6 1.1.6 Lakukan kontak singkat tapi sering2. 2. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan2.1 Klien mengungkapkan perasaannya2.2 Klien dapat mengungkapkan perasaan jengkel ataupun kesal2.1.1 Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya

Page 51: Gita Cita Gustiani Inta

2.1.2 Bantu klien mengungkapkan penyebab perasaan jengkel atau kesal3. 3. Klien dapat mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan3.1 Klien dapat mengungkapkan perasaan saat marah atau jengkel3.2 Klien dapat menyimpulkan tanda dan gejala jengkel atau kesal yang dialaminya3.1.1 Anjurkan klien mengungkapkan apa yang dialami dan dirasakannya saat jengkel atau marah3.1.2 Observasi tanda dan gejala perilaku kekerasan pada klien3.2.1 Simpulkan bersama klien yanda dan gejala jengkel atau kesal yang dialami klien4. 4. Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan4.1 Klien dapat mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan4.2 Klien dapatbermain peran sesuai perilaku kekerasan yang biasa dilakukan4.3 Klien dapat menngetahui cara yang biasa dilakukan untuk menyelesaikan masalah4.1.1 Anjurkan klien untuk mengungkapkan perilaku kekeraan yang biasa dilakukan klien4.2.1 Bantu klien bermain peran sesuai perilaku kekerasan yang biasa dilakukan4.3.1 Bicarakan dengan klien apakah dengan cara klien lakukan masalahnya selesai5. 5. Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan5.1 Klien dapat menjelaskan akibat dari cara yang digunakan klien: akibat pada klien sendiri, akibat pada orang lain, dan akibat pada lingkungan5.1.1 Bicarakan akibat atau kerugian dari cara yang dilakukan klien5.1.2 bersama klien menyimpulkan akibat dari cara yang dilakukan klien5.1.3 Tanyakan pada klien apakah dia ingin mempelajari cara baru yang sehat6. 6. Klien dapat mendemonstrasikan cara fisik untuk mencegah perilaku kekerasan6.1 klien dapat menyebutkan contoh pencegahan perilaku kekerasan secara fisik: tarik napas dalam, pukul kasur, dan bantal6.2 klien dapat mendemonstrasikan cara fisik untuk mencegah perilaku kekerasan6.3 Klien mempunyai jadwak untuk melatih cara pencegahan fisik yang telah dipelajari sebelumnya6.4 Klien mengevaluasi kemampuannya dalam melakukan cara fisik sesuai jadwal yang disusun6.1.1 diskusikan kegiatan fisik yang biasa dilakukan klien6.1.2 beri pujian atas kegiatan fisik yang biasa dilakukan klien6.1.3 diskusikan dua cara fisik yang paling mudah untuk mencegah perilaku kekerasan6.2.1 Diskusikan cara melakukan tarik napas dalam dengan klien6.2.2 Beri contoh klien cara menarik napas dalam6.2.3 Minta klien untuk mengikuti contoh yang diberikan sebanyak 5 kali6.2.4 Beri pujian positif atas kemampuan klien mendemonstrasikan cara menarik napas dalam6.2.5 Tanyakan perasaan klien setelah selesai6.3.1 diskusikan dengan klien mengenai frekuensi latihan yang akan dilakukan sendiri oleh klien6.3.2 susun jadwal kegiatan untuk melatih cara yang dipelajari6.4.1 klien mengevaluasi peaksanaan latihan6.4.2 validasi kemampuan klien dalam melaksanakan latihan6.4.3 beikan pujian atas keberhasilan klien6.4.4 Tanyakan pada klien apakah kegiatan cara pencegahan perilaku kekerasan dapat mengurangi perasaan marah7. 7. Klien dapat mendemonstrasikan cara social untuk mencegah perilaku kekerasan7.1 Klien dapat menyebutkan cara bicara yang baik dalam mencegah perilaku kekerasan· Meminta dengan baik· Menolak dengan baik

Page 52: Gita Cita Gustiani Inta

· Mengungkapkan perasaan dengan baik7.2 Klien dapat mendemonstrasikan cara verbal yang baik7.3 Klien mumpunyai jadwal untuk melatih cara bicara yang baik7.4 Klien melakukan evaluasi terhadap kemampuan cara bicara yang sesuai dengan jadwal yang telah disusun7.1.1. diskusikan cara bicara yang baik dengan klien7.1.2. Beri contoh cara bicara yang baik :· Meminta dengan baik· Menolak dengan baik· Mengungkapkan perasaan dengan baik7.2.1. Minta klien mengikuti contoh cara bicara yang baik· Meminta dengan baik : “Saya minta uang untuk beli makanan”· Menolak dengan baik : “ Maaf, saya tidak dapat melakukannya karena ada kegiatan lain.· Mengungkapkan perasaan dengan baik : “Saya kesal karena permintaan saya tidak dikabulkan” disertai nada suara yang rendah.7.2.2. Minta klien mengulang sendiri7.2.3. Beri pujian atas keberhasilan klien7.3.1. Diskusikan dengan klien tentang waktu dan kondisi cara bicara yang dapat dilatih di ruangan, misalnya : meminta obat, baju, dll, menolak ajakan merokok, tidur tidak pada waktunya; menceritakan kekesalan pada perawat7.3.2. Susun jadwaj kegiatan untuk melatih cara yang telah dipelajari.7.4.1. Klien mengevaluasi pelaksanaa latihan cara bicara yang baik dengan mengisi dengan kegiatan jadwal kegiatan ( self-evaluation )7.4.2. Validasi kemampuan klien dalam melaksanakan latihan7.4.3 Berikan pujian atas keberhasilan klien7.4.4 Tanyakan kepada klien : “ Bagaimana perasaan Budi setelah latihan bicara yang baik? Apakah keinginan marah berkurang?”

8. 8. Klien dapat mendemonstrasikan cara spiritual untuk mencegah perilaku kekerasan8.1 Klien dapat menyebutkan kegiatan yang biasa dilakukan8.2 Klien dapat mendemonstrasikan cara ibadah yang dipilih8.3 Klien mempunyai jadwal untuk melatih kegiatan ibadah8.4 Klien melakukan evaluasi terhadap kemampuan melakukan kegiatan ibadah8.1.1. Diskusikan dengan klien kegiatan ibadah yang pernah dilakukan8.2.1. Bantu klien menilai kegiatan ibadah yang dapat dilakukan di ruang rawat8.2.2. Bantu klien memilih kegiatan ibadah yang akan dilakukan8.2.3. Minta klien mendemonstrasikan kegiatan ibadah yang dipilih8.2.4. Beri pujian atas keberhasilan klien8.3.1 Diskusikan dengan klien tentang waktu pelaksanaan kegiatan ibadah8.3.2. Susun jadwal kegiatan untuk melatih kegiatan ibadah8.4.1. Klien mengevaluasi pelaksanaan kegiatan ibadah dengan mengisi jadwal kegiatan harian (self-evaluation)8.4.2. Validasi kemampuan klien dalam melaksanakan latihan8.4.3. Berikan pujian atas keberhasilan klien8.4.4 Tanyakan kepada klien : “Bagaimana perasaan Budi setelah teratur melakukan ibadah? Apakah keinginan marah berkurang

9. 9. Klien dapat mendemonstrasikan kepatuhan minum obat untuk mencegah perilaku kekerasan9.1 Klien dapat menyebutkan jenis, dosis, dan waktu minum obat serta manfaat dari obat itu

Page 53: Gita Cita Gustiani Inta

(prinsip 5 benar: benar orang, obat, dosis, waktu dan cara pemberian)9.2 Klien mendemonstrasikan kepatuhan minum obat sesuai jadwal yang ditetapkan9.3 Klien mengevaluasi kemampuannya dalam mematuhi minum obat9.1.1 Diskusikan dengan klien tentang jenis obat yang diminumnya (nama, warna, besarnya); waktu minum obat (jika 3x : pukul 07.00, 13.00, 19.00); cara minum obat.9.1.2 Diskusikan dengan klien tentang manfaat minum obat secara teratur :· Beda perasaan sebelum minum obat dan sesudah minum obat· Jelaskan bahwa dosis hanya boleh diubah oleh dokter· Jelaskan mengenai akibat minum obat yang tidak teratur, misalnya, penyakit kambuh9.2.1 Diskusikan tentang proses minum obat :· Klien meminat obat kepada perawat ( jika di rumah sakit), kepada keluarga (jika di rumah)· Klien memeriksa obat susuai dosis· Klien meminum obat pada waktu yang tepat.9.2.2. Susun jadwal minum obat bersama klien9.3.1 Klien mengevaluasi pelaksanaan minum obat dengan mengisi jadwal kegiatan harian (self-evaluation)9.3.2 Validasi pelaksanaan minum obat klien9.3.3 Beri pujian atas keberhasilan klien9.3.4 Tanyakan kepada klien : “Bagaiman perasaan Budi setelah minum obat secara teratur? Apakah keinginan untuk marah berkurang?”10. Klien dapat mengikuti TAK : stimulasi persepsi pencegahan perilaku kekerasan

10.1 Klien mengikuti TAK : stimulasi persepsi pencegahan perilaku kekerasan10.2 Klien mempunyai jadwal TAK : stimulasi persepsi pencegahan perilaku kekerasan10.3 Klien melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan TAK10.1.1 Anjurkan klien untuk mengikuti TAK : stimulasi persepsi pencegahan perilaku kekerasan10.1.2 Klien mengikuti TAK : stimulasi persepsi pencegahan perilaku kekerasan (kegiatan tersendiri)10.1.3 Diskusikan dengan klien tentang kegiatan selama TAK10.1.4 Fasilitasi klien untuk mempraktikan hasil kegiatan TAK da beri pujian atas keberhasilannya10.2.1 Diskusikan dengan klien tentang jadwal TAK10.2.2 Masukkan jadwak TAK ke dalam jadwal kegiatan harian (self- evaluation).10.3.2 Validasi kemampuan klien dalam mengikuti TAK10.3.3 Beri pujian atas kemampuan mengikuti TAK10.3.4 Tanyakan pada klien: “Bagaimana perasaan Ibu setelah mengikuti TAK?”11. Klien mendapatkan dukungan keluarga dalam melakukan cara pencegahan perilaku kekerasan11.1 Keluarga dapat mendemonstrasikan cara merawat klien11.1.1 Identifikasi kemampuan keluarga dalam merawat klien sesuai dengan yang telah dilakukan keluarga terhadap klien selama ini11.1.2 Jelaskan keuntungan peran serta keluarga dalam merawat klien11.1.3 Jelaskan cara- cara merawat klien :· Terkait dengan cara mengontrol perilaku marah secara konstruktif· Sikap dan cara bicara· Membantu klien mengenal penyebab marah dan pelaksanaan cara pencegahan perilaku kekerasan11.1.4 Bantu keluarga mendemonstrasikan cara merawat klien11.1.5 Bantu keluarga mengngkapkan perasaannya setelah melakukan demonstrasi

Page 54: Gita Cita Gustiani Inta

11.1.6 Anjurkan keluarga mempraktikannya pada klien selama di rumah sakit dan melanjutkannya setelah pulang ke rumah.

E. Evaluasi1. Klien dapat membina hubungan saling percaya2. Klien terlindung dari perilaku mencederai diri3. Klien dapat mengarahkan moodnya lebih baik4. Klien mampu dan berupaya untuk memenuhi personal hygiene5. Klien dapat meningkatkan harga diri6. Klien dapat menggunakan dukungan sosial7. Klien dapat menggunakan koping adaptif dan meilhat sisi positif dari masalahnya8. Klien dapat menggunakan obat dengan benar dan tepat9. Klien mampu meningkatkan produktifitas dan membuat jadwal harianBAB IVPENUTUPA. KesimpulanPerilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan. Perilaku kekerasan dianggap sebagai suatu akibat yang ekstrim dari marah atau ketakutan (panic). Perilaku agresif dan perilaku kekerasan itu sendiri dipandang sebagai suatu rentang, dimana agresif verbal di suatu sisi dan perilaku kekerasan (violence) di sisi yang lain.Perilaku yang berkaitan dengan perilaku kekerasan antara lain :1. Menyerang atau menghindar (fight of flight)2. Menyatakan secara asertif (assertiveness)3. Memberontak (acting out)4. Perilaku kekerasanTindakan kekerasan atau amuk yang ditujukan kepada diri sendiri, orang lain maupun lingkunganB. SaranPerawat hendaknya menguasai asuhan keperawatan pada klien dengan masalah perilaku kekerasan sehingga bisa membantu klien dan keluarga dalam mengatasi masalahnya.Kemampuan perawat dalam menangani klien dengan masalah perilaku kekerasan meliputi keterampilan dalam pengkajian, diagnose, perencanaan, intervensi dan evaluasi. Salah satu contoh intervensi keperawatan yang dapat dilakukan pada klien dengan masalah perilaku kekerasan adalah dengan mengajarkan teknik napas dalam atau memukul kasur/bantal agar klien dapat meredam kemarahannya.DAFTAR PUSTAKAKeliat, Ana Budi. Dkk. 2009. Model Praktik Keperawatan professional Jiwa, Jakarta; EGCKeliat, Ana Budi. Dkk. 2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Jakarta; EGCYosep, Iyus. 2007. Keperawatan Jiwa. Bandung; Refika AditamaStuart GW, Sundeen. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta; EGC

Page 55: Gita Cita Gustiani Inta

Asuhan Keperawatan Jiwa PERILAKU KEKERASAN

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr”RA” DENGAN

PERILAKU KEKERASAN

DI RUANG WISMA GATOTKACA RSJ Prof. Dr SOEROYO MAGELANG

Page 56: Gita Cita Gustiani Inta

DISUSUN OLEH :

Ricky Priyatmoko

P.17420110025

AKADEMI KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEMARANG

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG

2012

Page 57: Gita Cita Gustiani Inta

I. IDENTITAS

Inisial : Sdr. RA Tgl Pengkajian : 28 Mei 2012

Umur : 34 Th RM No : 14862

Tgl Masuk : 25 Mei 2012 Pendidikan : SMP

Jam : 11.45 WIB

Agama : Islam

Alamat : Gg. Madukoro RT 02/01 Pekuncen, Sempor Kebumen

Penanggung Jawab

Nama : Tn. J

Hub : Ayah

Pekerjaan : Buruh

Alamat : Gg. Madukoro RT 02/01 Pekuncen, Sempor Kebumen

II. ALASAN MASUK

Page 58: Gita Cita Gustiani Inta

Keluarga mengatakan sejak 4 hari sebelum masuk RSJ klien sering marah – marah, mudah tersinggung,

sulit tidur, mengamuk, merusak alat rumah tangga, ketawa sendiri, malas bekerja.

III. FAKTOR PREDISPOSISI

1. Riwayat Penyakit Sekarang

Sakit sudah berlangsung ± 11 tahun, ± 10 tahun yang lalu klien opname di RSJ Bogor sembuh terus kerja di

Tangerang. ± 4 tahun terakhir tidak mau minum obat dan kumat lagi.

Klien tidak pernah melakukan, mengalami, menyaksikan penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari

lingkungan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan kriminal.

2. Riwayat Keluarga

Garis keturunan dalam keluarga belum pernah ada anggota keluarga yang menderita gangguan jiwa.

IV. FAKTOR PRESIPITASI

Putus obat sejak 6 bulan yang lalu dan tidak kontrol lagi

V. PEMERIKSAAN FISIK

Tanda –tanda vital : T : 110/80 mmHg

RR : 20 x / menit

N : 72 x / menit S : 37 0 C

BB : 40 kg

Tidak ada keluhan fisik yang dirasakan klien.

Page 59: Gita Cita Gustiani Inta

VI. PSIKOSOSIAL

1. Genogram

Keterangan :

: Klien

: Meninggal

: Serumah

: wanita

: laki-laki

: Penyakit

sama dgn

klien

Page 60: Gita Cita Gustiani Inta

Dalam keluarga klien jarang berkomunikasi dengan anggota keluarga yang lain karena merasa malas dan

senang menyendiri. Pengambilan keputusan dalam keluarga diambil oleh ayahnya. Dalam pola asuh

klien diasuh oleh orang tua sendiri.

2. Konsep diri

a. Citra diri

Klien menganggap tubuhnya sebuah anugrah dari tuhan. Klien bersyukur dan menerima tubuhnya apa

adanya.

b. Identitas diri

Sebelum sakit, klien pernah sekolah sampai dengan SMP. Setelah klien tamat SMP klien tidak bisa

melanjutkan. Klien menerima dirinya sebagai seorang laki-laki tetapi takut untuk menjadi seorang kepala

keluarga.

c. Peran diri

Klien berusia 34 tahun, klien belum menikah. Klien mengatakan takut untuk berumah tangga karena

menurutnya harus memikirkan kebutuhan keluarga. Dalam melaksanakan tugas dirumah klien

melakukannya bersama dengan ibunya seperti : menyapu, mencuci piring, mencuci baju dan membantu

memasak. Akan tetapi di masyarakat klien kurang dihormati. Klien berperilaku seperti anak – anak.

d. Ideal diri

Klien berharap agar bisa sembuh dan cepat pulang karena ingin minta maaf pada ibunya dan mencari

pekerjaan lagi.

e. Harga diri

Klien mengatakan tidak ada gangguan untuk berhubungan dengan orang lain.

Page 61: Gita Cita Gustiani Inta

3. Hubungan Sosial

Klien mengatakan bahwa orang yang paling dekat ibunya. Dalam keluarga klien merasa enggan untuk

berkomunikasi lebih senang menyendiri di kamar.

4. Spiritual

Klien dan keluarganya beragama Islam, klien melakukan ibadah sholat.

VII. STATUS MENTAL

1. Penampilan

Klien berpenampilan cukup rapi, dalam penggunaan baju sesuai. Klien berbadan kecil, rambut pendek,

bersih.

2. Pembicaraan

Klien berbicara baik, dapat menjawab pertanyaan, selalu bertanya kapan bisa pulang

3. Aktivitas Motorik

Klien terlihat gelisah, tegang, sering berpindah – pindah

4. Afek

Appropriate (tepat)

5. Interaksi selama wawancara

Saat wawancara klien kooperatif, kontak mata dengan lawan bicara baik, klien tampak curiga.

6. Proses pikir

Page 62: Gita Cita Gustiani Inta

Pada saat wawancara klien mengalami sirkumtansial.

7. Isi pikir

Klien tidak pernah mempunyai pikiran yang aneh-aneh yang dirasakan saat ini hanya gelisah menunggu

kedatangan keluarga.

8. Tingkat Kesadaran

Klien tampak bingung dan tidak terfokus. Klien mampu mengingat dengan keluarganya, hari dan waktu,

ketika diajak kenalan klien mampu mengingat nama orang lain.

9. Memori

Klien mengalami gangguan daya ingat jangka pendek sehingga klien lupa kejadian yang telah terjadi

dalam jangka waktu seminggu.

10. Tingkat Konsentrasi dan berhitung

Klien mampu berkomunikasi, tidak mampu berkonsentrasi lama dan sering memutuskan pembicaraan

secara sepihak, mampu berhitung.

11. Daya tilik diri

Klien sadar bahwa dirinya telah berbuat salah karena telah berperilaku kekerasan dan merasa menyesal

akan tetapi klien tidak tahu tujuannya di RSJ.

VIII. PERSIAPAN PULANG

Makan : klien mampu makan sendiri dan mandiri

BAB/BAK : Klien mampu BAB/BAK di temaptnya

Mandi : Klien mampu mandi 2x sehari dengan mandiri

Berpakaian : klien mampu mengambil, memilih dan memakai pakaian

Istirahat dan tidur: Tidur siang dari jam 13.30-15.00

Tidur malam 22.00-04.00

Penggunaan obat: Klien mampu untuk meminum obat tanpa bantuan orang lain tetapi masih belum

mengerti untuk penggunaan obat yang benar

Page 63: Gita Cita Gustiani Inta

Pemeliharaan kesehatan: setelah pulang nanti klien akan berusaha control rutin.

Aktivitas dalam rumah : mandiri tanpa bantuan oang lain

Aktivitas diluar rumah : klien pergi keluar rumah dengan menggunakan motor secara mandiri

IX. MEKANISME KOPING

Klien jika mempunyai masalah lebih senang berdiam diri dikamar, marah - marah. Jika sudah tidak tahan

lagi klien kemudian menjadi mengamuk atau merusak barang-barang yang ada.

X. MASALAH PSIKOSOSIAL

Menurut keluarga semenjak klien marah-marah dan mengamuk, lingkungan tidak mau menerima klien

dan hal ini membuat klien menjadi lebih menarik diri.

XI. PENGETAHUAN

Klien tidak mengetahui tentang penyakitnya, tanda dan gejala kekambuhan, obat yang diminum dan

cara menghindari kekambuhan. Pemahaman tentang sumber koping yang adaptif dan manajemen hidup

sehat kurang.

XII. ASPEK MEDIK

Diagnosa medik : Skizofrenia tak terinci

Terapi medik : Chlorpromazine 1 x 100 mg

Haloperidole 2 x 5 mg

Triheksifenidile 2 x 2 mg

Rawat Inap di Wisma Gatutkaca

Page 64: Gita Cita Gustiani Inta

XIII. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN

1. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan

2. Perilaku kekerasan

3. Gangguan konsep diri : harga diri rendah

XIV. ANALISA DATA

NO DATA MASALAH

1 S :

Keluarga mengatakan sejak 4 hari sebelum masuk RS klien

mengamuk semakin sering, merusak barang yang ada

didekatnya

Keluarga mengatakan klien jika mempunyai masalah dan tidak

bisa ditahan lagi klien kemudian menjadi mengamuk atau

merusak barang-barang yang ada.

O : Mata merah, wajah agak merah, pandangan tajam

Resiko

mencederai

diri, orang lain

dan

lingkungan

2 S :

Klien mengatakan pernah memukul ibunya

Keluarga mengatakan sejak 4 hari sebelum masuk RS klien

marah – marah, mengamuk, merusak alat rumah tangga

Keluarga mengatakan klien jika mempunyai masalah dan tidak

bisa ditahan lagi klien kemudian menjadi mengamuk atau

merusak barang-barang yang ada.

O :

Mata merah, wajah agak merah, pandangan tajam

Perilaku

Kekerasan

Page 65: Gita Cita Gustiani Inta

3 S :

Klien mengatakan takut untuk berumah tangga

Klien mengatakan merasa bersalah atas perilakunya terhadap

ibunya

Merasa tidak mampu dan terbatas pengetahuannya

O :

Kesadaran klien tampak bingung dan tidak terfokus

Tampak gelisah

Saat berbicara klien sering memutuskan pembicaraan secara

sepihak

Gangguan

konsep dri :

harga diri

rendah

XV. POHON MASALAH

Resiko mencederai diri, Orang lain, lingkungan ....... effort

Resiko Perilaku Kekerasan ....... Core Problem

Gangguan Konsep Diri: Harga diri rendah ....... cause

XVI. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan berhubungan dengan Perilaku kekerasan

2. Perilaku kekerasan berhubungan dengan Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah

Page 66: Gita Cita Gustiani Inta

XVII. RENCANA KEPERAWATAN

TGLDIAGNOSA KEPERA

WATANTUJUAN INTERVENSI KEPERAWATAN

28 Mei

2012

09.00

Perilaku kekersan Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 3x

pertemuan diharapkan pasien

dapat mengontrol perilaku

kekerasan dengan kreteria hasil :

- Membina hubungan saling

percaya

- Pasien dapat menyebutkan

penyebab PK

- Pasien dapat menyebutkan tanda

gejala PK

- Pasien dapat mengidentifikasi PK

yang dilakukan

- Pasien dapat mengidentifikasi

akibat PK

- Pasien menyebutkan cara

mengontrol PK

- Pasien mampu mempraktekkan

latihan cara mengontrol PK

dengan nafas dalam, pukul bantal

atau kasur, secara verbal, secara

spiritual dan penggunaan obat

dengan benar

SP I

1. bina hubungan saling percaya

2. identifikasi penyebab marah

3. identifikasi tanda dan gejala PK

4. Identifikasi PK yang dilakukan

5. Identifikasi akibat PK

6. Identifikasi cara kontrol PK

7. Latih cara kontrol PK dengan Fisik I

( nafas dalam )

8. Bimbing pasien memasukkan dalam

jadwal kegiatan harian

SP II

1. Evaluasi kemampuan pasien

mengontrol PK dengan cara fisik I

2. Latih pasien konrol PK dengan cara

fisik II

3. Bimbing pasien emasukkan jadwal

kegiatan harian

SP III

Page 67: Gita Cita Gustiani Inta

1. Evaluasi kemampuan pasien

mengontrol PK dengan cara

fisik I dan II

2. Latih kontrol PK dengan cara

verbal

3. Bimbing pasien memasukkan

dalam jadwal kegiatan harian

SP IV

1. Evaluasi kemampuan pasien

mengontrol PK dengan cara fisik I , II

dan verbal

2. Latih kontrol PK dengan cara spiritual

3. Bimbing pasien memasukkan dalam

jadwal kegiatan harian

SP V

1. Evaluasi kemampuan pasien

mengontrol PK dengan cara fisik I , II

dan verbal

2. Jelaskan cara kontrol PK dengan

minum obat teratur

3. Bimbing pasien memasukkan dalam

jadwal kegiatan harian

XII. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

TGLDIAGNOSA KEPERA

WATANIMPLEMENTASI KEPERAWATAN EVALUASI

Selasa Perilaku kekersan

Page 68: Gita Cita Gustiani Inta

29 Mei

2012

09.00

1. membina hubungan saling

percaya

2. mendiskusikan bersama klien

penyebab marah, tanda dan

gejala PK, PK yang dilakukan

saat marah, akibat PK, cara

kontrol PK

3. mengajarkan cara kontrol PK

dengan Fisik I ( tarik nafas

dalam )

4. membimbing pasien

memasukkan dalam jadwal

kegiatan harian

S: klien mengatakan namanya Rusli

suka dipanggil Rusli.

O: klien bicara lancar, tampak gelisah

dan tidak terfokus

A: dapat terbina hubungan saling

percaya

P: lanjutkan intervensi 2

S: klien mengatakan pernah memukul

ibunya ketika meminta di timang –

timang seperti bayi. Klien merasa

bersalah dan meminta diajari cara

mengontrol marah,

O: klien kooperatif, tatapan mata

tajam, tampak tegang, klien dapat

memahami perilaku kekerasan

A: PK dapat terpahami oleh klien

P: lanjutkan intervensi 3

S: klien mengtakan bisa tenang setelah

tarik nafas dalam dan akan

mencobanya ketika hendak marah.

O:klien kooperatif, Klien mampu

mendemonstrasikan cara fisik I( tarik

nafas dalam) .

A:dapat terkontrol PK dengan tarik

nafas dalam

P: lanjutkan intervensi SP2

Page 69: Gita Cita Gustiani Inta

Rabu

30 Mei

2012

09.00

SP II:

1. Memvalidasi masalah.

2. melatih cara kontrol PK dengan

Fisik II ( pukul bantal )

3. membimbing pasien

memasukkan dalam jadwal

kegiatan harian

SP II :

memvalidasi masalah.

2. Melatih cara control PK dengan

cara fisik II (pukul bantal)

3. Mengikutsertakan klien dalam

jadwal kegiatan sehari-hari.

bimbing klien dalam memasukkan

teknik kontrol marah ke jadwal

kegiatan harian

ajarkan teknik kontrol marah dengan

fisik 2 (pukul batal )

S : klien mengatakan belum dapat

mengontrol emosi, dan akan mencoba

cara control marah yang sudah

diajarkan (pukul bantal).

O: raut muka tegang, kontak mata

baik, tampak gelisah

A: SP II belum optimal

P: optimalkan SP II,(cara control marah

dengan cara fisik II pukul bantal)

S: klien mengatakan dapat mengontrol

emosinya dengan cara fisik II(pukul

bantal)dan berusaha melakukannya

saat sedang marah.

O: klien tampak senang, klien mampu

mendemontrasikan cara fisik II dengan

baik tanpa bimbingan.

A: SP II tercapai.

P: Lanjutkan SP III ( cara control PK

dengan cara verbal).

Page 70: Gita Cita Gustiani Inta

Senin, 04

Mei

2012

09.00

Selasa,

05 Mei

2012

09.00

SP III

1. Memvalidasi masalah

2. melatih kontrol PK dengan cara

verbal

3. membimbing pasien

memasukkan dalam jadwal

kegiatan harian

SP IV

1. memvalidasi masalah

2. melatih kontrol PK dengan cara

spiritual

3. Membimbing pasien

memasukkan dalam jadwal

kegiatan harian

S : klien mengatakan masih ingat cara

control marah yang sudah diajarkan

(tarik nafas dalam dan pukul bantal),

klien mengatakan sudah sering berdo’a

dan shalat di RSJ

O: klien tampak senang, kontak mata

baik, klien bersedia membicarakan

dengan baik – baik ketika marah

A: SP III tercapai

P: lanjutkan SP IV (dengan cara

spiritual)

S : klien mengatakan sudah dapat

mengontrol emosi, dan akan mencoba

cara control marah dengan berdo’a

dan shalat

O: klien tampak senang

A: SP II belum optimal

P: lanjutkan SP V (dengan cara minum

obat teratur)

S : klien mengatakan sudah teratur

dalam meminum obat

Page 71: Gita Cita Gustiani Inta

Rabu, 04

Mei

2012

09.00

Kamis,

04 Mei

2012

09.00

SP V

1. Memvalidasi masalah

2. menjelaskan cara kontrol PK

dengan minum obat teratur

3. membimbing pasien

memasukkan dalam jadwal

kegiatan harian

O: klien tampak tenang dan senang,

klien kooperatif

A: dapat menggunakan obat secara

teratur

P: pertahankan kondisi pasien

Page 72: Gita Cita Gustiani Inta

Diarsipkan oleh beph at 2:39 PM

S

sofaners

Perawat Profesional Religius

Menu utamaLangsung ke isi

Beranda About

Mar 23 2013

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Tn.T DENGAN GANGGUAN EKPRESI MARAH : PERILAKU KEKERASAN ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Tn.TDENGAN GANGGUAN EKPRESI MARAH : PERILAKU KEKERASANDI BANGSAL PERKASA RSJD DR.RM SOEDJARWADI KLATEN

Page 73: Gita Cita Gustiani Inta

Disusun dan diajukan untuk memenuhi tugas individupraktik klinik keperawatan kesehatan mental psikiatri

Pembimbing:Ahmad Zakiudin, S.Kep

Disusun Oleh :

ISQIYATUL AMANAHNIM : 011.014

AKADEMI KEPERAWATAN AL HIKMAHBENDA SIRAMPOG BREBES2013

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan praktek keperawatan klinik jiwa dengan judul “ Asuhan Keperawatan pada Tn T dengan Gangguan Ekspresi Marah : Perilaku Kekerasan “ di Bangsal Perkasa RSJD Klaten, telah disetujui dan disahkan pada :Hari         : SabtuTanggal     : 19 Januari 2013Ruang         : Perkasa

Mengetahui :

Pembimbing klinik                            Kepala Keperawatan

Purnomo, S.Kep                    Suwarno, S.Kep

Mengetahui :

Pembimbing Akademik

Page 74: Gita Cita Gustiani Inta

Ahmad Zakiuddin, SKM

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur atas kehadirat ALLAH SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelessaikan loporan “ ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn T DENGAN GANGGUAN EKSPRESI MARAH : PERILAKU KEKERASAN DI BANGSAL PERKASA RSJD KLATEN“.Dalam penyusunan laporan ini penulis mendapat dorongan dan bantuan dari berbagai pihak baik moril, materil maupun spiritual, maka perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada :1.    Direktur RSJD Soedjarwadi Klaten2.    KH.Sholahudin, selaku pengasuh Pondok Pesantren Al Hikmah3.    Bapak Purnomo, S.Kep selaku pembimbing Klinik yang telah memberikan bimbingan, dukungan, dan motifasi kepada penulis sehingga makalah ini dapat terselesaikan4.    Bapak Ahmad Zakiuddin, SKM, selaku dosen pembimbing akademik5.    Orang tua yang selalu mendoakan6.    Rekan-rekan dan semua pihak-pihak yang telah memberikan dukungan dan bantuan dalam penyusunan makalah iniDalam penyusunan laporan ini, penulis menyadari masih banyak kesalahan dan kekurangannya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi laporan selanjutnya.Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan bagi mahasiswa Akper Al Hikmah pada khususnya.

Klaten, 18 Januari 2013

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………………………………………HALAMAN PENGESAHANKATA PENGANTAR    iiiDASFTAR ISI    ivPENDAHULUANA.    Latar belakang    1B.    Tujuan penulisan    1C.    Metode penulisan     1TINJAUAN TEORITIS PERILAKU KEKERASANA.    Definisi    2B.    Faktor predisposisi    3C.    Faktor prestipasi    3D.    Faktor perilaku    4E.    Mekanisme koping    4F.    Pohon masalah     4

Page 75: Gita Cita Gustiani Inta

G.    Diagnosa keperawatan     5LAPORAN PENDAHULUANSTRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATANTINJAUAN KASUSA.    Pengkajian      20B.    Alasan masuk    20C.    Faktor predisposisi    21D.    Faktor presipitasi    21E.    Pemeriksaan fisik    21F.    Psikososial    21G.    Status mental    22H.    Kebutuhan persiapan pulang    23I.    Mekanisme koping    24J.    Aspek medik    24K.    Pohon Masalah     24L.    Diagnosa     25M.    Analisa data     26DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………

BAB IPENDAHULUANA.    LATAR BELAKANGAsuhan keperawatan pada gangguan jiwa sekarang merupakan suatu pelayanan yang harus mendapatkan perhatian khusus dibidang kesehatan. Dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat akan mengakibatkan persaingan dibidang sosial dan ekonomi, sehigga dalam kehidupan memungkinkan akan terjadi ketidakmampuan sehingga akan menyebabkan prosentase penyakit jiwa meningkat.Dalam kehidupan di masyarakat yang jelas sering terjadi masalah-masalah sehingga masyarakat yang tidak kuat mental bisa mengalami ketegangan jasmani dan rohani, sehingga dapat mengganggu kesehatan jiwa seseorang salah satunya adalah “ Gangguan ekspresi marah : Perilaku kekerasan “.

B.    TUJUAN PENULISAN1.    Tujuan umumMampu memberikan dan melaksanakan asuhan keperawatan kesehatan mental yang komperetensif sesuai dengan teori dan kondisi di lapangan.2.    Tujuan Khususa.    Dapat mengkaji status mental yang dialami oleh penderita gangguan jiwa khususnya gangguan ekspresi marah : perilaku kekerasan.b.    Dapat merencanakan intervensi yang dilakukan.c.    Dapat melaksanakan implementasi dan mencegah masalah yang dialami penderita gangguan jiwa.d.    Dapat mengevaluasi hasil ASKEP yang telah diberikan.

C.    METODE PENULISANDalam penulisan laporan ini penulis menggunakan metode sebagai berikut :

Page 76: Gita Cita Gustiani Inta

1.    Study kasus yaitu buku-buku dan bacaan yang berhubungan dengan mata kuliah keperawatan jiwa.2.    Study dokumentasi yaitu dokumentasi klien yang berada di bangsal Perkasa RSJD DR.RM Soedjarwadi Klaten3.    Wawancara langsung dengan klien dan perawat ruangan.

BAB IITINJAUAN TEORITISPERILAKU KEKERASANA.    DefinisiPerilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang individu mengalami perilaku-perilaku yang dapat melukai fisik, baik terhadap diri sendiri atau orang lain. ( Towsed Mc, 1998. Hal 62 )Perilaku kekrasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai diri sendiri, orang lain secara fisik maupun psikologis.( Berkowlt, 1993 )Berdasarkan definisi diatas maka perilaku kekerasan dapat dibagi menjadi dua yaitu perilaku kekerasan secara verbal dan secar fisik. ( Kahner Ebl, 1995 )B.    Rentang ResponRespon Adaptif                        Respon Mal Adaptif

Pernyataan     Frustasi    Pasif        Agresif        Ngamuka.    Respon marah yang adaptif meliputi :1.    Pernyataan (Assertion)Respon marah dimana individu mampu menyatakan atau mengungkapkan rasa marah, rasa tidak setuju, tanpa menyalahkan atau menyakiti orang lain. Hal ini biasanya akan memberikan kelegaan.2.    FrustasiRespons yang terjadi akibat individu gagal dalam mencapai tujuan, kepuasan, atau rasa aman yang tidak biasanya dalam keadaan tersebut individu tidak menemukan alternatif lain.b.    Respon marah yang maladaptif meliputi :1.    PasifSuatu keadaan dimana individu tidak dapat mampu untuk mengungkapkan perasaan yang sedang di alami untuk menghindari suatu tuntutan nyata.2.    AgresifPerilaku yang menyertai marah dan merupakan dorongan individu untuk menuntut suatu yang dianggapnya benar dalam bentuk destruktif tapi masih terkontrol.3.    Amuk dan kekerasanPerasaan marah dan bermusuhan yang kuat disertai hilang kontrol, dimana individu dapat merusak diri sendiri, orang lain maupun lingkungan.

C.    Faktor predisposisi1.    Faktor biologisa.    Teori Dorongan Naluri ( Instintural drive Theory )Disebabkan oleh suatu dorongan kebutuhan dasar yang sangat lewat.b.    Teori Psikosomatik ( Psychomatic Theory )

Page 77: Gita Cita Gustiani Inta

Pengalaman rasa marah adalah sebagai akibat dari respon psikologis terhadap stimulus eksternal, internal maupun lingkungan.2.    Faktor psikologisa.    Teori Agresi Frustasi ( Frustation Aggression theory )Frustasi terjadi apabila keinginan individu untuk mencapai sesuatu gagal sehingga akan mendorong perilaku agresif.b.    Teori Perilaku ( Behavorational Theory )Kemarahan adalah respon belajar, hal ini dapat dicapai bila fasilitas atau suatu yang mendukung.3.    Faktor sosial kulturala.    Teori lingkungan sosial ( Social Environment )Lingkungan sosial akan mempengaruhi sikap individu untuk mengekspresikan marah.b.    Teori Belajar Sosial ( Soccial Learning Theory )Perilaku agresif dapat dipelajari secara langsung imitasi dari proses sosialitas.

D.    Faktor presipitasiStressor :1.    Stressor, dari luar ( serangan fisik, kehilangan, kematian )2.    Stressor dari dalam ( putus hubungan, kehilangan rasa cinta, menurunnya prestasi kerja, rasa bersalah yang tidak dapat dikendalikan )E.    Tanda dan Gejala1.        Muka merah2.    Pandangan tajam3.    Otot tegang4.    Nada suara tinggi5.    Berdebat dan sering pula tampak klien memaksakan kehendak memukul jika tidak senangF.    Faktor perilaku1.    Menyerang atau menghindar2.    Menyatakan dengan jelas3.    Memberontak ( Acting out )4.    Kekerasan, amuk ( Violence )

G.    Mekanisme kopingMekanisme koping yang sering digunakan Klien dengan gangguan ekspresi marah : perilaku kekerasan adalah :•    Persaingan dibidang pekerjaan atau sekolah•    Olah raga dan permainan•    Musik•    Bacaan film dan drama•    Kegiatan•    Sublimasi, mengalihkan keinginan bawah sadar yang disadari kepada cita-cita yang lebih luhur.

H.    Pohon masalahAkibat             Resiko menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

Core problem                 Perilaku Kekerasan

Page 78: Gita Cita Gustiani Inta

Sebab                    Harga Diri Rendah

I.    Diagnosa keperawatan3.    Resiko menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasan.4.    Perilaku kekerasan berhubungan dengan harga diri rendah.

LAPORAN PENDAHULUANA.    MASALAH UTAMAPerilaku kekerasan

B.    PROSES TERJADINYA MASALAHa.    DefinisiPerilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seorang individu mengalami perilaku-perilaku yang dapat melukai secara fisik, baik terhadap diri sendiri atau orang lain. ( Towsend. MC . 1998 hal 62 )b.    Tanda dan gejala•    Sikap tampak kaku•    Tegang dan menunjukan usaha untuk merusak diri•    Agresif•    Agitasi•    Ketidakmampuan menggunakan perasaan•    Mengamuk•    Peningkatan aktivitas motorik•    Mengepal tangan•    Perilaku merusak•    Perusakan yang diarahkan pada benda-benda di lingkungannyac.    Penyebab terjadinya masalahPenyebab perilaku kekerasan adalah harga diri rendah. Harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan terhadap diri sendiri atau kemampuan diri yang negatif yang secara langsung atau tidak langsung diekspresikan. Tanda dan gejala dari harga diri rendah adalah kurang kontak mata, menarik diri atau isolasi diri sendiri dan orang lain, hiper sensitif terhadap kritik.d.    Akibat terjadinya masalahResaiko menciderai diri, orang lain dan lingkungan.Mekanisme : Keadaan dimana individu mengalami perilaku yang dapat membahayakan secara fisik baik pada diri sendiri dan orang lain.

C.    POHON MASALAH

Resiko menciderai diri, orang lain dan lingkungan

Perilaku kekerasan

Harga diri rendah

Page 79: Gita Cita Gustiani Inta

D.    MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI1.    Resiko menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkunganDS :o    Klien mengatakan ingin memukul orang laino    Klien mengatakan ingin membunuho    Klien mengatakan benci semua orangDO :o    Sikap tampak kaku dan tegango    Agresif, agitasio    Mengamuko    Peningkatan aktivitas motoriko    Mengepalkan tinjuo    Merusak benda disekitar2.    Perlaku kekerasanDS :o    Klien mengatakan ingin memukul orang laino    Klien mengatakan ingin membunuho    Klien mengatakan benci semua orangDO :o    Sikap tampak kaku dan tegango    Agresif, agitasio    Mengamuko    Peningkatan aktivitas motoriko    Mengepalkan tinjuo    Merusak benda disekitar3.    Harga diri rendahDS :o    Klien mengatakan maluo    Klien mengatakan tidak mampu menghadapi berbagai peristiwao    Klien mengatakan bahwa dirinya tidak berhargaDO :o    Kontak mata kurango    Takut gagalo    Ketidak mampuan mengenali prestasi diri dan orang laino    Menarik diri atau isolasi dirio    Hipersensitif terhadap kritikan

E.    DIAGNOSA KEPERAWATAN1.  Resiko menciderai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasan2.    Perilaku kekerasan berhubungan dengan harga diri rendah

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATANPertemuan IA.    Proses keperawatan1.    Kondisi KlienBingung sering marah, gelisah, bicara kacau, kadang sampai ngamuk

Page 80: Gita Cita Gustiani Inta

2.    Diagnosa keperawatanResiko menciderai diri orang lain dan lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasan3.    Tujuan khusus1)    Klien dapat membina hubungan saling percaya2)    Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan4.    Rencana tindakan keperawatan•    Beri salam atau panggil nama Klien•    Sebutkan nama perawat sambil  jabat tangan•    Jelaskan maksud hubungan interaksi•    Jelaskan tentang kontrak singkat tapi sering•    Beri rasa aman dan sikap empati•    Lakukan kontrak singkat tapi sering•    Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya•    Bantu Klien untuk mengungkapkan penyebab jengkel atau kesal

B.    Strategi komunikasi pelaksanaan keperawatan1.    Orientasia.    Salam terapeutikSelamat pagi Bapak ? perkenalkan nama saya perawat Isqiyatul Amanah, saya biasa dipanggil Isqi. Nama Bapak siapa ? senang, dipanggil apa  ? baiklah. Disini saya yang akan merawat Bapak selama saya berada di sini.b.    Evaluasi atau validasi dataBagaimana perasaan Bapak hari ini ? apa ada masalah sampai Bapak begini ?

c.    KontrakTopik     : Bagaimana kalau sekarang kita bercakap-cakap tentang perasaan marah Bapak ?Tempat     : Bapa mau dimana kita bercakap-cakapnya ? bagaimana kalau di tempat itu ?Waktu     : Mau berapa lama kita bercakap-cakap ? bagaimana kalau 10 menit saja.

2.    Fase kerja•    Coba Bapak ceritakan lagi tentang perasaan marah yang Bapak alami ?•    Saat ini apakah Bapak juga lagi merasa jengkel ?•    Penyebabnya ada Bapak ?•    Apa yang membuat Bapak selalu ingin memukul orang ?•    Apa penyebabnya ?•    Apa sebelumnya Bapak suka memukul orang ?•    Apa penyebabnya ?

3.    Terminasia.    EvaluasiSubyektif     : Bagaimana perasaan Bapak setelah kita bercakap-cakap tentang perasaan marah yang Bapak alami ?Obyektif    : Coba sekarang Bapak sebutkan apa saja yang menyebabkan Bapak marah ? bagusb.    Rencana tindak lanjutBaiklah Bapak waktu kita sudah habis nanti Bapak cerita penyebab marah yang belum Bapak ceritakan pada saya. Ya Pak.

Page 81: Gita Cita Gustiani Inta

c.    KontrakTopik     : Nah Bapak nanti kita akan berbicara tentang apa saja tanda-tanda perilaku kekerasan dan cara marah yang biasa Bapak lakukan.Tempat    : Mau bicara dimana Bapak ? baiklah.Waktu    : Lalu kira-kira jam berapa kita bisa bertemu ? baiklah, sampai nanti BapakSTRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATANPertemuan II

A.    Proses keperawatan1.    Kondisi KlienKlien dapat menyebutkan penyebab marah2.    Diagnosa keperawatanResiko menciderai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasan3.    Tujuan khusus3) Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan4) Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan5) Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan4.    Rencana tindakan keperawatanAnjurkan Klien mengungkapkan yang dialami saat marah atau jengkelObservasi tanda perilaku kekerasan pada sikapSimpulkan bersama Klien tanda-tanda jengkel atau kesal yang dialami KlienAnjurkan Klien untuk mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukanBantu Klien bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukanBicarakan dengan Klien apakah dengan cara yang Klien lakukan masalahnya selesai ?4.1 Bicarakan akibat atau kerugian dari cara yang dilakukan Klien4.2 Bersama Klien menyimpulkan akibat cara yang digunakan oleh Klien

B.    Strategi komunikasi pelaksanaan keperawatan1. Orientasia.    Salam terapeutikSelamat siang Pak ? masih ingat dengan saya ?b.    Evaluasi atau validasi dataBagaimana perasaan Bapak saat ini ? Bapak masih ingat dengan apa yang kita bicarakan kemarin ? bagus. Kemaren kita sudah berbicara tentang penyebab marah bapakb.    KontrakTopik     : Apa Bapak masih ingat kita akan membicarakan apa ?siang ini kita akan mempelajari tentang tanda-tanda perilaku kekerasan dan cara marah yang biasa Bapak lakukan serta akibatnya.Tempat     : Dimana kita akan bercakap-cakap Pak ?Waktu     : Mau berapa lama Pak ?2.    Fase kerja•    Apa Bapak sudah tahu tanda-tanda perilaku kekerasan ?•    Baiklah, saya akan jelaskan terlebih dahulu, tanda-tanda kekerasan adalah ………….•    Sudah jelas Pak ? bagus•    Lalu apa hari ini ada yang membuat Bapak marah ?•    Terus apa yang Bapak lakukan ?

Page 82: Gita Cita Gustiani Inta

•    Bapak coba praktikkan cara marah pada saya. Anggap saja saya orang yang membuat Bapak marah, wah bagus sekali.•    Apakah dengan cara seperti itu ( memukul ) Bapak bisa selesai ?•    Lalu apa Bapak tahu akibat dari perilaku yang Bapak lakukan ?•    Betul tangan jadi sakit, merugikan orang lain, masalah tidak selesai dan akhirnya Bapak dibawa ke rumah sakit.•    Bagaimana Bapak belajar cara mengungkapkan marah yang benar dan sehat.•    Kalau begitu, besok kita belajar cara mengungkapkan marah yang benar dan sehat.

3.    Terminasia.    EvaluasiSubyektif     : Bagaimana perasaan Bapak setelah kita bercakap-cakap tentang tanda-tanda perilaku kekerasan, cara marah yang biasa Bapak lakukan dan akibat dari tindakan Bapak tersebut.Obyektif    : Nah Bapak, sekarang coba apa saja tanda-tanda dari perilaku kekerasan ? bagus. Lalu cara apa saja yang biasa Bapak lakukan saat marah ? apa itu merupakan tindakan yang bagus ? lalu apa akibatnya jika Bapak marah sampai memukul ?b.    Rencana tindak lanjutBaiklah, Bapak sudah banyak yang kita bicarakan, nanti coba diingat-ingat lagi tanda-tanda perilaku kekerasan. Cara yang biasa Bapak lakukan dan akibat yang timbul dari tindakan yang biasa Bapak lakukan Ya Bapak? bagus.c.    kontrakTopik     : Apa Bapak masih ingat kita akan membicarakan apa ?siang ini kita akan mempelajari tentang tanda-tanda perilaku kekerasan dan cara marah yang biasa Bapak lakukan serta akibatnya.Tempat     : Dimana kita akan bercakap-cakap Pak ?Waktu     : Mau berapa lama Bapak ? bagaimana kalau 10 menit.

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATANPertemuan IIIA.  Proses keperawatan1.    Kondisi KlienKlien dapat menyebutkan tanda dan gejala marah, cara marah yang biasa dilakukan serta akibat yang terjadi.2.    Diagnosa keperawatanResiko menciderai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasan3.    Tujuan khusus1) Klien dapat mengidentifikasi cara kontruktif dalam merespon terhadap kemarahan2) Klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan4.    Rencana tindakan keperawatan4.1 Tanyakan pada Klien apa ia ingin mempelajari cara baru yang sehat.4.2 Beri pujian jika Klien mengetahui cara lain yang sehat.4.3 Diskusikan dengan Klien cara lain yang sehat.a.    Secara fisikTarik nafas dalam jika sedang kesal / memukul bantal, kasur atau olah raga atau pekerjaan yang memerlukan tenaga

Page 83: Gita Cita Gustiani Inta

b.    Secara verbalKatakan anda sedang kesal / tersinggung / jengkel ( saya kesal anda berkata seperti itu, saya marah karena mama tidak memenuhi keinginan saya )c.    Secara sosialLakukan dalam kelompok cara – cara marah yang sehat, latihan asertif. Latihan manajemen perilaku kekerasan.d.  Secara spiritualAnjurkan Klien sembahyang, berdo’a / ibadah lain, meminta pada Tuhan untuk diberi kesabaran, mengadu kepada Tuhan kekerasaan / kejengkelan.5.1 Bantu Klien memilih cara yang paling tepat untuk Klien5.2 Bantu Klien mengidentivikasi manfaat cara yang dipilih5.3 Bantu Klien untuk menstimulasi cara tersebut ( Role play )5.4 Beri reinforcement positif atau keberhasilan klien menstimulasi cara tersebut5.5 Anjurkan klien untuk menggunakan cara yang telah dipelajari saat jengkel / marah

B.  Strategi komunikasi pelaksanaan keperawatan1.    Orientasia.    Salam terapeutikSelamat pagi Bapak? Masih ingat dengan saya ? bagus.b.    Evaluasi atau validasi dataBagaimana perasaan Bapak pagi ini ? apakah ada yang membuat Bapak marah kemarin ? bagaimana dengan perasaan cara marah dan akibat marahnya Bapak masih ada tambahan ? bagus.c.    KontrakTopik     : Bapak masih ingat apa yang kita latih sekarang ? betul, hari ini kita akan latihan cara marah yang sehat.Tempat     : mau kemana kita bercakap-cakap pak? betul, disini saja seperti kemarin ?Waktu     : Mau berapa lama Bapak ? 15 menit saja ya ?2.    Fase kerja•    Begini Bapak ada 4 cara marah yang sehat, hari ini kita pelajari ya Pak ?•    Cara  yang pertama latihan nafas dalam, kedua dengan mengatakan  bahwa anda sedang kesal, yang ketiga dengan memukul bantal / kasur atau olahraga misalnya jogging, lari, push up, yang keempat berdo’a.•    Diantara 4 cara tadi Bapak mau memilih cara yang mana ?•    Baiklah kita latihan nafas dalam, caranya seperti ini. Kita bisa berdiri atau duduk tegak. Lalu tarik nafas dan hidung dan keluarkan dari mulut.•    Coba ikuti suster, tarik nafas dalam dari hidung, ya. Bagus tahan sebentar -/+ 10 detik lalu keluarkan dari mulut, oke ulang sampai 6 kali.•    Jadi kalau Bapak lagi kesal dan perasaan sudah mulai tidak enak segera nafas dalam agar marah yang lama tidak terjadi.3.    Terminasia.    EvaluasiSubyektif     : Bagaimana perasaan Bapak setelah latihan tadi ? ada perasaan lega ?Obyektif    : sekarang coba Bapak ulangi apa yang sudah kita pelajari tadi ! bagus.b.    Rencana tindak lanjutNah berapa kali Bapak mau latihan cara marah yang sehat yang perawat ajarkan tadi ?

Page 84: Gita Cita Gustiani Inta

bagaimana kalau 3 kali ? mau kapan saja ? juga lakukan kalau ada yang membuat Bapak marah atau kesal.c.    kontrakTopik     : Benarkah besok saya akan coba bertemu keluarga BapakTempat    : Mau dimana ? disini lagi.Waktu    : Dimulai jam berapa ? berapa lama ? baiklah sampai besok ya Bapak ?

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATANPertemuan IV

A.    Proses Keperawatan.1.    Kondisi klien.Klien dapat menyebutkan tanda dan gejala marah, cara marah yang biasa dilakukan serta akibat yang terjadi.2.    Diagnosa keperawatan.Resiko menciderai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasan.3.    Tujuan khusus.Klien dapat menggunakan obat-obatan yang diminum dan kegunaannya (jenis, dosis dan efek).4.    Rencana tindakan keperawatan.4.1 Jelaskan jenis-jenis obat yang diminum klien pada klien.4.2 Diskusikan manfaat minum obat dan kerugian minum obat tanpa seizin dokter.4.3 Jelaskan prinsip benar minum obat (baca nama yang tertera pada botol ? obat, dosis obat, waktu dan cara minum).4.4 Ajarkan Klien minta obat dan minum tepat waktu.4.5 Anjurkan klien melaporkan pada perawatan / dokter jika merasakan efek yang tidak menyenengkan.4.6 Beri pujian jika Klien minum obat dengan benar.

B.    Strategi komunikasi pelaksanaan keperawatan.1.    Orientasi.a.    Salam terapeutik.Selamat pagi Bapak ? masih ingat dengan saya. bagus.b.    Evaluasi / validasi.Bagaimana perasaan Bapak hari ini ? bagus.

c.     Kontrak.Topik    : Bapak ingat apa yang akan kita bicarakan sekarang ?Sekarang suster akan menjelaskan pada Bapak obat-obatan yang diminum Bapak disini.Tempat    : Bapak ingin kita bicara dimana ? disini sajaWaktu    : berapa lama kita akan mengobrol ? bagaimana kalau 10 menit2.    Kerja.Ini lho Pak obat-obatan yang diminum oleh Bapak yang merah orange ini namanya CPZ, yang putih kecil ini Haloperidol. Dua obat ini bergabung untuk mengendalikan emosi Bapak marah, obat ini diminum 3 x sehari.Masing-masing 1 tablet, jangan lebih jangan kurang. Dengan minum obat ini mungkin Bapak akan mengalami perasaan ngantuk, lemas, pengin tidur terus, bibir jadi kering, itu semua adalah

Page 85: Gita Cita Gustiani Inta

efek samping obat ini, jangan panik perawat akan selalu memonitor tekanan darah Bapak merasa kaku. Kaku otot / tremor, mata melihat keatas, sulit menggerakan anggota badan, banyak keluar air ludah, tolong Bapak hubungi perawat untuk mendapatkan obat penangkalnya. Kalau dokter datang ceritakan yang Bapak rasakan saat menggunakan obat-obatan ini. Obat ini harus diminum terus, mungkin berbulan-bulan atau bertahun-tahun, jangan khawatir obat ini jika diminum sesuai peraturan. Jangan berhenti minum obat walaupun Bapak sudah sehat dan Bapak harus selalu konsultasi dengan kami. Kalau Bapak berhenti minum obat gejala-gejala seperti yang Bapak alami sekarang akan muncul lagi, sudah jelas Bapak ?Bapak ada lima hal yang harus diingat saat Bapak minum obat, benar bahwa obat ini untuk Bapak, benar caranya, benar waktu dan benar frekuensinya, ingat ya Pak, bagus.3.    Terminasia.    Evaluasi.Subjektif    : Bagaimana Bapak sekarang sudah paham tentang obat. Obat         yang diminum Bapak selama ini ? bagusObyektif    : coba sekarang Bapak sebutkan jenis obat yang diminum Bapak bagus ! sekarang lima benar kalau kita minum obat apa saja Pak ? ya bagus sekali.b.     Rencana tindakan lanjut.Karena Bapak sudah paham tentang obat-obatan yang Bapak minum. Bapak dapat langsung minta obat jika waktu pemberian obat sudah tiba.c.     Kontrak yang akan datang.Berhubung disini perawat isqi cuma 2 minggu, jika nanti Bapak mengalami kesulitan Bapak bisa menghubungi suster atau perawat yang ada disini.Mari Bapak saya perkenalkan dengan suster atau perawat yang ada disini.

BAB IIITINJAUAN KASUS

Tanggal Pengkajian     :    14 Januari 2013Tanggal Masuk     :    20 Desember 2012Ruang    :    Perkasa

I.    PENGKAJIANA.    Identitas KlienNama     :    Tn. TUmur     :    29 TahunAlamat    :    Jenggotan Pranggon Andong BoyolaliStatus Perkawinan    :    Belum MenikahAgama     :    IslamSuku / Bangsa    :    Jawa / IndonesiaPendidikan     :    MIPekerjaan     :    PedagangNo. CM    :    03 74 38B.    Penganggung JawabNama     :    Tn. JHubungan dengan Klien    :    Ayah KandungAlamat    :    Jenggotan Pranggon Andong Boyolali

Page 86: Gita Cita Gustiani Inta

II.    KELUHAN UTAMAKlien mengatakan sering marah karena tidak bisa hidup seperti orang lain yang normal, terkadang mengamuk, mengancam hingga memukul orang.III.    ALASAN MASUK±2 hari sebelum masuk rumah sakit klien bingung, labil, marah – marah, mengamuk mengancam, gelisah, sulit tidur, hyperaktif, bicara kacau dan bicara sendiri, sulit dikendalikan, memukul orang lain.

IV.    FAKTOR PREDISPOSISIA.    Klien mengalami gangguan jiwa ± 15 tahun yang lalu, pernah rawat inap di Rumah Sakit Jiwa Solo > 20 x.B.    Kontrol tidak rutin, putus obat 6 bulan, pengobatan kurang berhasil.C.    Klien mengatakan bahwa didalam keluarganya tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.D.    Klien mempunyai pengalaman masa lalu yang menakutkan yaitu pernah di kroyok oleh teman – temannya dan kepalanya berdarah.V.    PEMERIKSAAN FISIKA.    Tanda – tanda vital :    Tekanan darah     :    130/80 mmHg    Nadi     :    88 x/menit    Suhu    :    36,2 0C    Pernafasan     :    26 x/menitB.    Ukuran :    Tinggai badan     :    172 cm    Berat badan     :    64 KgC.    Kondisi Fisik :Klien tidak mengeluh sakit apa – apa, jika ada bagian tubuh yang terasa sakit langsung minta obat, tidak ada kelainan fisik.VI.    PSIKOSOSIALA.    Genogram

Ket :     :     Laki – laki:    Perempuan:    Klien: Meninggal:     Tinggal serumahB.    Konsep Diri    Citra tubuh     :    Klien mengatakan bagian tubuh yang paling disukai adalah kaki, karena kuat.    Identitas    :    Klien mengatakan anak ke 2 dari 7 bersaudara.    Peran     :    Klien mengatakan dirumah atau di dalam keluarga sebagai anak.    Ideal diri    :    Klien mengatakan ingin cepat sembuh dan pulang, klien merasa bosan keluar masuk rumah sakit jiwa.    Harga diri    :    Klien mengatakan orang yang paling dekat dengan klien adalah ibu dan ayahnya, klien mengatakan malu karena belum menikah dan sepertinya tidak ada harapan untuk menikah.

Page 87: Gita Cita Gustiani Inta

Masalah Keperawatan : Harga diri rendah.C.    Hubungan Sosial    Orang yang terdekat dengan klien adalah ayah dan ibu.    Peran serta dalam masyarakat / kelompok : Klien sebelum sakit sering mengikuti ronda di desanya.    Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : selama klien sering keluar masuk rumah sakit jiwa temannya berkurang karena lebih suka berdiam diri di rumah.Masalah Keperawatan : Harga diri rendah.D.    SpiritualKlien mengatakan jarang sholat / tidak genap 5x sehari, sehabis sholat klien berdoa agar diberikan kesembuhan.VII.    STATUS MENTALA.    Penampilan     :    Penampilan klien kurang rapi, rambut jarang disisir, berpakaian klien rapi, klien menggunakan baju yang disediakan rumah sakit.B.    Pembicaraan     :    Klien bicara cepat, dapat dipahami.C.    Aktivitas Motorik    :    Klien beraktifitas sesuai, klien kooperatif.D.    Alam Perasaan     :    Klien mengatakan sedih dengan keadaannya dan terkadang marah jika merenungi keadaan.E.    Afek     :    Klien labil dan mudah marah.Masalah Keperawatan    : Resiko perilaku kekerasanF.    Ingteraksi Selama Wawawncara : Klien aktif, selalu menjawab jika ditanya.G.    Persepsi     :    Halusinasi saat pengkajian tidak ditemukan.H.    Pola Pikir    :    Tidak ada waham, obsesi, delusi, dll.I.    Tingkat Kesadaran    :    Klien sadar hari, tanggal dan waktu saat pengkajian, hari senin tanggal 14 Januari 2013 jam 14.30 WIB.J.    Memori    :    Daya ingat jangka panjang klien masih ingat masa lalunya.K.    Tingak Konsentrasi dan Berhitung : Klien sekolah sampai 6 MI, berhitung klien lancar, contoh 25 + 25 = 50.L.    Kemampuan Penilaian : Klien dapat menilai antara menolong orang atau melanjutkan perjalanan, klien memilih menolong orang.M.    Daya Tilik Diri     :    Klien tahu dan sadar bahwa dirinya di rumah sakit jiwa sedang sakit jiwa.VIII.    KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANGA.    MakanKlien makan 3x sehari, pagi, siang, sore, minum ± 6 gelas / hari, mandiri.B.    BAB / BAKKlien BAB 1x sehari, BAK ± 5x sehari, mandiri.C.    MandiKlien mandi 2x sehari, pagi, dan sore, gosok gigi setiap kali mandi, mandiri.D.    Berpakaian / BerhiasKlien mengatakan baju dengan benar, mampu memakai sendiri.E.    Istirahat dan TidurKlien lebih banyak tiduran, tidur siang jarang, tidur malam jam 19.00 – 04.30 WIB.F.    Penggunaan ObatKlien minum obat 3x sehari, setelah makan, heloperidol 2×5 mg, trihexiperidine 2×2 mg, resperidone 2×2 mg.

Page 88: Gita Cita Gustiani Inta

G.    Pemeliharaan KesehatanKlien baru di rawat di Rumah Sakit Jiwa Klaten, sebelumnya di rawat di Rumah Sakit Jiwa Surakarta.H.    Kegiatan di Dalam RumahKlien di rumah membantu orang tua mengerjakan pekerjaan rumah.IX.    MEKANISME KOPINGA.    Klien mampu berbicara dengan orang lain, terlihat malu.B.    Klien mampu menjelaskan masalah ringan, misalnya kebersihan diri klien dengan sendiri.C.    Klien mampu jika ada masalah tidak menceritakan kepada orang lain, lebih suka diam.Masalah Keperawatan : Koping Individu Tidak Efektif.X.    MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGANA.    Masalah dengan dukungan kelompok (-)B.    Masalah berhubungan dengan lingkungan : klien menarik diri dari lingkungan.C.    Masalah dengan kesehatan (-)D.    Masalah dengan perumahan : klien tinggal dengan ibu dan ayahnya.E.    Masalah dengan ekonomi : kebutuhan klien di penuhi oleh ayahnya.XI.    ASPEK MEDIKA.    Inj. Lodomer 1 amp IM extraB.    Haloperidol 2×5 mgC.    Trihexiperidine 2×2 mgD.    Resperidone 2×2 mgXII.    MASALAH KEPERAWATANA.    Perilaku KekerasanB.    Harga Diri RendahC.    Menarik DiriD.    Koping Individu Tidak EfektifXIII.    POHON MASALAH

Resiko Mencederai Diri Sendiri, Orang Lain dan Lingkungan

Perilaku Kekerasan

Harga Diri Rendah

Koping Individu Tidak Efektif

XIV.    DIAGNOSA KEPERAWATANA.    Perilaku Kekerasan berhubungan dengan Harga Diri Rendah.B.    Resiko Menciderai Diri Sendiri, Orang Lain dan Lingkungan berhubungan dengan Perilaku Kekerasan.

XV.    ANALISA DATANo    Data    Etiologi    Problem1.    Ds :-    Klien malu dengan teman.-    Klien mengatakan belum menikah dan sepertinya tidak ada harapan untuk menikah.

Page 89: Gita Cita Gustiani Inta

-    Klien mengatakan tidak punya teman semenjak sakit.Do :-    Klien tampak malu saat berbicara.    Koping Individu Tidak Efektif    Harga Diri Rendah2.    Ds :-    Klien Mengatakan marah jika memikirkan keadaannya.Do :-    Klien tampak marah, nada bicara tinggi.    Harga Diri Rendah    Perilaku Kekerasan3.    Ds :-    Klien mengatakan mengamuk jika sudah terlalu kesal dan jengkel memikirkan keadaan.Do : -    Perilaku Kekerasan    Resiko Mencederai Diri Sendiri, Orang Lain dan Lingkungan.

XVI.    RENCANA KEPERAWATAN

Tgl.    Dx. Keperawatan    Tujuan    Kriteria Hasil    Intervensi16-01-13    Perilaku Kekerasan berhubungan dengan Harga Diri Rendah    TUM :Klien tidak melakukan perilaku kekerasan.TUK :1.    Klien dapat membina hubungan saling percaya.     •    Klien mau membalas salam.•    Klien mau menjabat tangan.•    Klien mau menyebutkan nama.•    Klien mau tersenyum.•    Klien mau kontak mata.•    Klien mau mengetahui nama perawat.    •    Beri salam/panggil nama•    Sebutkan nama perawat•    Jelaskan maksud hubungan interaksi•    Jelaskan akan kontrak yang akan dibuat•    Beri rasa aman dan sikap empati•    Lakukan kontak singkat tapi sering2.    Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.    •    Klien dapat mengungkapkan perasaannya.•    Klien dapat mengungkapkan penyebab perasaan jengkel/kesal (dari diri sendiri, lingkungan atau orang lain).    •    Berikan kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaan•    Bantu klien untuk mengungkapkan penyebab perasaan jengkel/kesal3.    Klien dapat mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan.    •    Klien dapat mengungkapkan perasaan saat marah/jengkel.•    Klien dapat menyimpulkan tanda dan gejala perilaku kekerasan.    •    Anjurkan klien mengungkapkan apa yang dialami dan dirasakan saat masih jengkel•    Observasi tanda dan gejala perilaku kekerasan pada klien•    Simpulkan bersama klien tanda dan gejala jengkel/kesal yang akan dialami4.    Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.    •    Klien dapat mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.•    Klien dapat bermain peran sesuai perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.•    Klien dapat mengetahui cara yang biasa dilakukan untuk menyelesaikan masalah.    •   Anjurkan klien untuk mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan klien (verbal, pada orang lain, pada lingkungan dan diri sendiri)•    Bantu klien bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan oleh klien

Page 90: Gita Cita Gustiani Inta

•    Bicarakan dengan klien apakah dengan cara yang klien lakukan masalahnya selesai5.    Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan.    •    Klien dapat menyelesaikan akibat dari cara yang digunakan klien :-    Akibat pada klien sendiri-    Akibat pada orang lain-    Akibat pada lingkungan    •    Bicarakan akibat/ kerugian dari cara yang dilakukan klien•    Bersama klien menyimpulkan akibat dari cara yang dilakukan oleh klien•    Tanyakan kepada klien “apakah ia ingin mempelajari cara baru yang sehat?”

XVII.    TINDAKAN DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Tgl    Dx. Kep.    SP    Implementasi    Evaluasi16-01-13    1    SP 1    •    Membina hubungan saling percaya dengan menerapkan prinsip komunikasi terapeutik :-    Menyapa klien dengan ramah secara verbal dan non verbal-    Memperkenalkan diri dengan sopan-    Menanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien-    Menjelaskan tujuan pertemuan-    Menunjukkan sikap empati dan penuh perhatian pada klien•    Mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan•    Mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan•    Mengidentifikasikan perilaku kekerasan yang dilakukan•    Mengidentifikasikan akibat perilaku kekerasan•    Menyebutkan cara mengontrol perilaku kekerasan ( latihan nafas dalam)•    Menganjurkan klien memasukkan dalam kegiatan    S :•    Klien mau menjawab salam dan mengatakan selamat pagi, dan nama lengkap,  senang di panggil T•    Klien mengatakan marah jika terlalu memikirkan keadaannya•    Klien mengatakan mengamuk jika sedang marahO :•    Klien mau berjabat tangan•    Klien menjawab pertanyaan dengan terarah•    Klien tenang dan ada kontak mataA : SP 1 tercapaiPp : Lanjutkan SP 2Pk : Anjurkan klien untuk berlatih tarik nafasdalamSP 2    •    Melatih klien mengontrol perilaku kekerasan dan penenangan dengan cara sholat dan berdo’a•    Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan    S :Klien mengatakan sholatnya masih jarang tidak genap 5 waktu dan berdoa setiap setelah sholatO : -A : SP 2 tidak tercapaiPp : Lanjutkan SP 1 keluargaPk : Anjurkan klien untuk sholat 5 waktu dan berdoaSP 3    •    Melatih klien minum obat dengan teratur•    Menganjurkan klien memasukkan dalam  jadwal kegiatan harian    S :Klien mengatakan

Page 91: Gita Cita Gustiani Inta

minum obat secara teratur setelah makan (pagi, siang, sore)O :Klien mau minum obat tanpa paksaan perawatA :SP 3 tercapaiPp : Lanjutkan SP 1 keluargaPk : Anjurkan klien minum obat secara teratur

BAB IVPENUTUP

KesimpulanPada kasus perilaku kekerasan yang dialami pada Tn. T tindakan yang dilakukan sesuai dengan konsep teori adalah membina hubungan saling percaya, membantu klien mengungkapkan penyebab perasaan jengkel atau marah, membantu klien mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan, membantu mengungkapkan akibat atau kerugian dari cara yang digunakan klien, membantu klien mengidentifikasi cara yang konstruktif dalam berespon terhadap kemarahannya dan mengajarkan cara untuk menyalurkan energy marah yang sehat agar tidak menciderai diri sendiri, oarng lain dan lingkungan.(Budi Anna Keliat , S.Kp 1998)

SaranUntuk pasien :Usulan penulis pada klien dengan ekspresi marah untuk mengatasi masalah yang dihadapi.1.    Hindarkan hal-hal yang bisa menyebabkan marah yaitu mengungkit masalah tentang keinginan yang tidak terpenuhi, menjauhi hal-hal yang menyebabkan klien jengkel.2.    Ekspresikan marah dengan menggunakan kata-kata yang dapat dimengerti dan diterima tanpa menyakiti orang lain3.    Anjurkan klien untuk mengikuti kegiatan atau aktivitas sehari-hari baik didalam ruangan maupun diluar ruangan.4.    Anjurkan klien minum obat secara teratursesuai dengan ketentuan dokter.5.    Anjurkan klien kontrol dengan teratur setelah pulang dari rumah sakit

Untuk perawat :1.    Perawat perlu mengeksplorasikan perasaan marah dengan : mengkaji pengalaman marah masa lalu dan bermain peran dalam mengungkapkan marah.2.    Perawat perlu mengembangkan tingkah laku asertif bagi klien yaitu menganjurkan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya secara berkelompok misal dengan keluarga untuk dapat pemecehan masalahya.3.    Perawat perlu mengembangkan dan menyalurkan nergi kemarahannya dengan cara yang konstruktif.4.    Melakukan aktivitas fisik seperti olahraga, lari pagi, angkat berat dan aktivitas lain yang membantu relaksasi otot seperti olahraga.5.    Mengikutsertakan klien dalam terapi aktivitas kelompok.

Untuk di Rumah Sakit :1.    Dapat memperthankan keperawatan yang komprehensif yang telah dilakukan selama ini.

Page 92: Gita Cita Gustiani Inta

2.    Pertahankan kerjasama dalam keperawatan kepada pasien, dapat meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan disetiap sub keperawatan.

Untuk mahasiswa :1.    Tingkatkan semangat individu dan kerjasama kelompok, mengelola kasus kelompok agar dapat memberikan asuhan keperawatan secara profesional.2.    Mempersiapkan diri baik fisik maupun materi sebelum praktek khususnya dalam bidang keperawatan jiwa.

DAFTAR PUSTAKA

Budi Anna Kelliat, 2005, “Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa”, Jakarta. EGC

Keliat, B.A. (1999). “Asuhan Klien Gangguan Hubungan Sosial, Menarik diri”.          Jakarta : FKUI

Keliat, B.A. (1999). “Proses Keperawatan Jiwa”. Jakarta :EGC

Stuart GW, Sunden . 1998 . “Buku Saku Keperawatan Jiwa” . Jakarta EGC

Maramis, WF.1998, Proses keperawatan Kesehatan jiwa, (Terjemahan ).Penerbit Buku Kedokteran,EGC, Jakarta

ASUHAN KEPERAWATAN PRILAKU KEKERASAN

1.Pengkajian 

 a. Aspek biologis Respons fisiologis timbul karena kegiatan system saraf otonom bereaksi terhadap sekresi

epineprin sehingga tekanan darah meningkat, tachikardi, muka merah, pupil melebar, pengeluaran urine meningkat. Ada gejala yang sama dengan kecemasan seperti meningkatnya kewaspadaan, ketegangan otot seperti rahang terkatup, tangan dikepal, tubuh kaku, dan refleks cepat. Hal ini disebabkan oleh energi yang dikeluarkan saat marah bertambah.

Page 93: Gita Cita Gustiani Inta

 b, Aspek emosional Individu yang marah merasa tidak nyaman, merasa tidak berdaya, jengkel, frustasi, dendam,

ingin memukul orang lain, mengamuk, bermusuhan dan sakit hati, menyalahkan dan menuntut.

 c. Aspek intelektual Sebagian besar pengalaman hidup individu didapatkan melalui proses intelektual, peran panca

indra sangat penting untuk beradaptasi dengan lingkungan yang selanjutnya diolah dalam proses intelektual sebagai suatu pengalaman. Perawat perlu mengkaji cara klien marah, mengidentifikasi penyebab kemarahan, bagaimana informasi diproses, diklarifikasi, dan diintegrasikan.

d. Aspek sosial Meliputi interaksi sosial, budaya, konsep rasa percaya dan ketergantungan. Emosi marah sering

merangsang kemarahan orang lain. Klien seringkali menyalurkan kemarahan dengan mengkritik tingkah laku yang lain sehingga orang lain merasa sakit hati dengan mengucapkan kata-kata kasar yang berlebihan disertai suara keras. Proses tersebut dapat mengasingkan individu sendiri, menjauhkan diri dari orang lain, menolak mengikuti aturan.

 e. Aspek spiritual Kepercayaan, nilai dan moral mempengaruhi hubungan individu dengan lingkungan. Hal yang

bertentangan dengan norma yang dimiliki dapat menimbulkan kemarahan yang dimanifestasikan dengan amoral dan rasa tidak berdosa.

 2.Diagnosa Keperawatan

 1.Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasan/ amuk.

 a. Data subjektif Klien mengatakan marah dan jengkel kepada orang lain, ingin membunuh, ingin membakar atau

mengacak-acak lingkungannya.

 b. Data objektif Klien mengamuk, merusak dan melempar barang-barang, melakukan tindakan kekerasan pada

orang-orang disekitarnya.

 2. Perilaku kekerasan / amuk dengan gangguan harga diri: harga diri rendah.

 a. Data Subjektif : Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.

Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang kesal atau marah.

Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.

b. Data Objektif Mata merah, wajah agak merah.

Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai.

Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.

Merusak dan melempar barang barang.

 3. Intervensi Keperawatan

Page 94: Gita Cita Gustiani Inta

1. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasan/ amuk

Tujuan Umum : Klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungannya

Tujuan Khusus :

. Klien dapat membina hubungan saling percaya.

Tindakan :1. Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, empati, sebut nama perawat dan

jelaskan tujuan interaksi.

2. Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai.

3. Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang.

4. Jelaskan tentang kontrak yang akan dibuat.

5. Beri rasa aman dan sikap empati.

6. Lakukan kontak singkat tapi sering.

a. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.

Tindakan :1. Beri kesempatan mengungkapkan perasaan.

2. Bantu klien mengungkapkan perasaan jengkel / kesal.

3. Dengarkan ungkapan rasa marah dan perasaan bermusuhan klien dengan sikap tenang

 b.Klien dapat mengidentifikasi tanda tanda perilaku kekerasan Tindakan :

1. Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami dan dirasakan saat jengkel/kesal.

2. Observasi tanda perilaku kekerasan.

3. Simpulkan bersama klien tanda tanda jengkel / kesal yang dialami klien.

c. Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.

 Tindakan:1. Anjurkan mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.

2. Bantu bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.

3. Tanyakan "apakah dengan cara yang dilakukan masalahnya selesai

 d.Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan.

 Tindakan:1. Bicarakan akibat/kerugian dari cara yang dilakukan.

2. Bersama klien menyimpulkan akibat dari cara yang digunakan.

3. Tanyakan apakah ingin mempelajari cara baru yang sehat.

  e. Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam berespon terhadap kemarahan.

Page 95: Gita Cita Gustiani Inta

Tindakan :1. Tanyakan kepada klien apakah ia ingin mempelajari cara baru yang sehat

2. Beri pujian jika mengetahui cara lain yang sehat.

3. Diskusikan dengan klien cara lain yang sehat.

Secara fisik : tarik nafas dalam jika sedang kesal, berolah raga, memukul bantal / kasur atau pekerjaan yang memerlukan tenaga.

Secara verbal : katakan bahwa anda sedang marah atau kesal/ tersinggung.

Secara sosial : lakukan dalam kelompok cara – cara marah yang sehat, latihan asertif, latihan manajemen perilaku kekerasan.

Secara spiritual : berdo'a, sembahyang, memohon kepada Tuhan untuk diberi kesabaran.

f.Klien dapat mengidentifikasi cara mengontrol perilaku kekerasan.

Tindakan:1. Bantu memilih cara yang paling tepat.

2. Bantu mengidentifikasi manfaat cara yang telah dipilih.

3. Bantu mensimulasikan cara yang telah dipilih.

4. Beri reinforcement positif atas keberhasilan yang dicapai dalam simulasi.

5. Anjurkan menggunakan cara yang telah dipilih saat jengkel / marah.

g. Klien mendapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol perilaku kekerasan

Tindakan :1. Identifikasi kemampuan keluarga merawat klien dari sikap apa yang telah dilakukan

keluarga selama ini.

2. Jelaskan peran serta keluarga dalam merawat klien.

3. Jelaskan cara – cara merawat klien

 h. Klien dapat menggunakan obat dengan benar (sesuai program).

Tindakan:1. Jelaskan jenis – jenis obat yang diminum klien pada klien dan keluarga.

2. Diskusikan manfaat minum obat dan kerugian berhenti minum obat tanpa seizin dokter.

3. Jelaskan prinsip 5 benar minum obat (nama klien, obat, dosis, cara dan waktu).

4. Anjurkan untuk membicarakan efek dan efek samping obat yang dirasakan.

5. Anjurkan klien melaporkan pada perawat / dokter jika merasakan efek yang tidak menyenangkan.

6. Beri pujian jika klien minum obat dengan benar.

2. Perilaku kekerasan berhubungan dengan gangguan konsep diri : harga diri rendah

a. Tujuan Umum : Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal

Page 96: Gita Cita Gustiani Inta

b. Tujuan khusus : Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat

Tindakan : Bina hubungan saling percaya,

Beri kesempatan pada klien mengungkapkan perasaannya.

Sediakan waktu untuk mendengarkan klien.

Katakan kepada klien bahwa ia adalah seseorang yang berharga dan bertanggung jawab serta mampu menolong dirinya sendiri.

2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.

Tindakan : Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.

Setiap bertemu klien hindarkan dari memberi penilaian negatif

Utamakan memberi pujian yang realistis.

3. Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan.

Tindakan : Diskusikan bersama klien kemampuan yang masih dapat digunakan selama sakit

Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang ke rumah.

4. Klien dapat menetapkan/ merencanakan kegiatan sesuai kemampuan yang dimiliki.

Tindakan : Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan

( mandiri, bantuan sebagian, bantuan total ).

Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien.

Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan.

5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuannya

Tindakan : Beri kesempatan klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan.

Beri pujian atas keberhasilan klien.

Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah

6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.

Tindakan : Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien dengan harga diri rendah.

Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat.

Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.

Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga

DAFTAR PUSTAKA

Page 97: Gita Cita Gustiani Inta

1. Stuart GW, Sundeen, Principles and Practice of Psykiatric Nursing (5 th ed.). St.Louis Mosby Year Book, 1995

2. Keliat Budi Ana, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta : EGC, 1999

3. Keliat Budi Ana, Gangguan Konsep Diri, Edisi I, Jakarta : EGC, 1999

4. Aziz R, dkk, Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang : RSJD Dr. Amino Gonohutomo, 2003

5. Tim Direktorat Keswa, Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1, Bandung, RSJP Bandung, 2000