Upload
samuel-panjaitan
View
1.040
Download
13
Embed Size (px)
Citation preview
Gizi pada Anak Sekolah
Disusun Oleh :
DENNY ISARIA SITINJAK (0761050163)
ANA HENDRIANA (0861050107)
KEPANITERAAN ILMU KEDOKTERAN KELUARGA
PERIODE 14 MEI – 9 JUNI 2012
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
JAKARTA
PENDAHULUANA. Latar Belakang
Anak usia sekolah merupakan investasi bangsa, karena anak usia tersebut adalah
generasi penerus bangsa. Tumbuh kembangnya anak usia sekolah yang optimal tergantung
pemberian gizi dengan kualitas dan kuantitas yang benar. Masa tumbuh kembang tersebut
pemberian asupan zat gizi pada anak tidak selalu dapat dilaksanakan dengan sempurna.
Anak tersebut masih sangat membutuhkan zat-zat gizi seperti energi, protein dan zat-zat gizi
lainnya. Banyak sekali masalah yang ditimbulkan dalam pemberian makan yang tidak benar
dan menyimpang. Penyimpangan ini mengakibatkan gangguan pada banyak organ dan
sistem tubuh anak.
Menurut Suhardjo (2003), sebagian besar ibu tidak memanfaatkan bahan makanan
yang bergizi ketika menyiapkan bahan makanan untuk keluarganya. Semakin banyak
pengetahuan gizinya, semakin diperhitungkan beragam jenis makanan yang di konsumsinya.
Orang yang tidak mempunyai cukup pengetahuan gizi, akan memilih makanan yang paling
menarik panca indera, dan tidak bisa menetapkan pilihan berdasarkan nilai gizi makanan.
Kondisi status gizi yang baik dapat dicapai bila tubuh memperoleh cukup zat–zat gizi
yang akan digunakan secara efisien, sehingga memungkinkan terjadinya pertumbuhan fisik,
perkembangan otak, kemampuan kerja untuk mencapai tingkat kesehatan. Tingkat
konsumsi ditentukan oleh kualitas serta kuantitas hidangan. Kualitas hidangan
menunjukkan adanya semua gizi yang diperlukan tubuh di dalam susunan dan
perbandingannya yang satu terhadap yang lain.
Makanan yang aman adalah makanan yang bebas dari pencemaran mikrobiologi dan
tidak melebihi ambang batas zat kimia. Bila terjadi hal seperti itu, makanan dapat
menimbulkan gangguan kesehatan. Makan yang sehat adalah makanan yang cukup
memenuhi kebutuhan tubuh akan zat-zat yang dibutuhkan oleh tubuh, tubuh
membutuhkan zat-zat gizi yang berupa karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan air sebagai
sarana metabolisme tubuh. Zat-zat gizi tersebut terdapat dalam berbagai bahan makanan
yang sering disebut empat sehat lima sempurna.
Pertumbuhan yang sehat selalu didukung oleh asupan nutrisi seimbang dan pola
makan yang tepat. Banyak orang tua mengira dengan memaksa anak untuk menyantap
porsi besar berarti memenuhi gizi yang dibutuhkannya. Padahal sebenarnya kapasitas
lambung anak hanya cukup untuk menampung 200 ml sari makanan. Frekuensi makan anak
menjadi lima kali sehari dengan porsi tidak terlalu banyak. Frekuensi lima kali tersebut
terdiri dari sarapan, makan siang, makan malam dan tambahan dua kali makan selingan di
antara waktu makan utama.
Aktivitas fisik dan permainan merupakan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Aktivitas fisik di klasifikasikan
menjadi 3, meliputi aktivitas fisik ringan, sedang dan berat. Kegiatan fisik menggunakan
lebih banyak energi, daripada hanya beristirahat.
Pola makan anak perlu penanganan yang serius karena mempengaruhi
pertumbuhan, perkembangan, dan kecerdasan otak serta tingkat kesehatan yang optimal.
Selama masa pertumbuhan pemberian makanan perlu diatur sesuai dengan kecukupan gizi
yang dianjurkan. Anak-anak yang kurang melakukan aktifitas fisik sehari – hari,
menyebabkan tubuhnya kurang mengeluarkan energi.
Keberhasilan pembangunan dapat memberi dampak negatif antara lain sebagai
dampak perubahan gaya hidup diantaranya perubahan pola makan. Peningkatan
pendapatan akan mendorong perubahan pola makan, terutama di daerah perkotaan. Pola
makan bergeser dari pola makan tradisional ke pola makan yang banyak mengandung
protein hewani, lemak, gula dan garam tetapi miskin serat. Sikap seseorang terhadap
makanan banyak dipengaruhi oleh pengalaman dan respon yang diperlihatkan oleh orang
lain terhadap makanan, sejak masih anak-anak. Pengalaman yang diperoleh ada yang
dirasakan menyenangkan atau tidak menyenangkan. Hal ini menyebabkan setiap individu
dapat mempunyai sikap suka dan tidak suka terhadap makanan.
Berdasarkan hasil penelitian Purwaningdyah (2006) tentang hubungan pendapatan
dengan pola makan anak jalanan perempuan diLembaga Studi Kemasyarakatan dan Bina
Bakat Surakarta Tahun 2006 menunjukkan bahwa jenis makanan anak dengan kategori
beragam sebesar 30% dan kategori tidak beragam sebesar 70%. Frekuensi makan dengan
kategori sering sebesar 25% dan kategori tidak sering sebesar 75%.
Kelompok anak menurut usia dibagi dalam tiga golongan yaitu usia 1-3tahun, 4-
6tahun, dan 7-9tahun. Usia 1-3tahun dan 4-6tahun disebut sebagai usia pra sekolah
sedangkan usia 7-9tahun disebut sebagai usia sekolah. Laju pertumbuhan pada ketiga
kelompok anak ini menurun dibandingkan dengan laju pertumbuhan – cepat pada waktu
bayi. Selama masa ini, anak memperoleh keterampilan yang memungkinkanya untuk makan
secara bebas dan mengembangkan kesukaan makanannya sendiri. Perkembangan
keterampilan otot membuat aktivitas fisiknya meningkat.
Anak usia sekolah berusaha mengembangkan kebebasan dan membentuk nilai – nilai
pribadi. Perbedaan – perbedaan antar anak antara lain tampak pada kecepatan tumbuh,
pola aktivitas, kebutuhan gizi, perkembangan kepribadian dan asupan makanan. Kebutuhan
gizi antar anak berbeda. Hal ini dipengaruhi oleh ukuran dan komposisi tubuh, pola aktivitas,
dan kecepatan tumbuh. Ketersediaan dan diterimanya makanan oleh anak tidak hanya
ditentukan oleh pilihan makanan orang tua, tetapi juga oleh keadaan lingkungan pada
waktu makan, pengaruh teman sebaya, iklan, dan pengalaman anak tentang makanan
sebelumnya. Bila mendapat dukungan sepenuhnya dari orang tua, pola makan yang
mendukung pertumbuhan normal dalam hal tinggi dan berat badan, yang memungkinkan
pemeliharaan kebersihan gigi yang baik, dan yang dapat mencegah terjadinya keadaan gizi
kurang pun akan terbentuk.
B.TUJUAN
Mampu mendiskripsikan tentang gizi anak sekolah dan mampu menjelaskan faktor
yang perlu diperhatikan mengenai gizi anak sekolah selain itu juga mampu menjelaskan
hubungan status gizi dan prestasi belajar siswa dan yang tak kalah penting mampu
menjelaskan tentang hal yang mempengaruhi perkembangan kecerdasan.
PEMBAHASAN
A.Gizi Anak Sekolah
Pada golongan usia ini (6-12 tahun),gigi susu sudah tanggal dan berganti dengan gigi
permanen.Anak sudah lebih aktif memilih makanan yang disukai atau disebut konsumen
aktif berbeda dengan umur sebelumnya yang masih tergantung dengan orang tua yang
menyediakan makanan. Anak sekolah biasanya mempunyai kebiasaan jajan makanan tinggi
kalori yang rendah serat,sehingga sangat rentan terjadi kegemukan atau obesitas.
Kebutuhan energy anak sekolah(10 – 12)lebih besar dari pada sebelumnya karena
pertumbuhan lebih cepat,terutama penambahan tinggi badan.
1.Anak Usia Sekolah
Cirinya adalah masa pertumbuhan masih yang cepat sangat aktif. masa belajar
dipengaruhi kerja otak harus mendapat makanan yang bergizi dalam kuantitas dan kualitas
yang tepat. Faktanya adalah dijumpai adanya masalah gizi kurang pada anak sekolah,
lingkungan fisik yang buruk dengan sanitasi lingkungan dan sosial ekonomi yang jelek, yang
kurang menguntungkan bagi pertumbuhan anak yang optimal. Diperberat lagi dengan
perilaku keluarga yang tidak membiasakan memberi makan kepada anak sebelum berangkat
sekolah.(GDH, SUYATNO, 1995).
2. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia Sekolah Dasar
Pada unsur jasmani atau periode ini disebut periode memanjang secara fisik fungsi
organ otak mulai terbentuk mantap sehingga perkembangan kecerdasannya cukup pesat.
Pada unsur jiwa Anak mulai banyak melihat dan bertanya, fantasinya berkurang karena
melihat kenyataan, ingatan kuat daya kritis mulai tumbuh, ingin berinisiatif dan bertanggung
jawab. Pada unsur rohaninya Anak mulai memasukkan dalam pikirannya tentang Tuhan
mulai memisahkan konsep pikiran tentang Tuhan dengan orangtuanya. Dan pada unsur
sosial nya Kegiatan anak mulai berkelompok dan mengarah pada tujuan tetapi masih
egosentris, kegiatannya hanya satu jenis dan mulai membuat "gang" dengan kompetisi
tinggi. .(GDH, SUYATNO, 1995).
3. Permasalahan Kesehatan Anak Usia Sekolah
3.1.Penyakit Menular pada Anak Sekolah:
Penyakit yang cukup mengganggu dan berpotensi mengakibatkan keadaan bahaya
hingga mengancam jiwa. Sekolah adalah merupakan tempat yang paling penting sebagai
sumber penularan penyakit infeksi pada anak sekolah. Penyakit menular tersebut adalah
demam berdarah dengue, infeksi tangan mulut, campak, rubela (campak jerman), cacar air,
gondong dan infeksi mata (konjungtivitis virus). .(GDH, SUYATNO, 1995).
3.2. Penyakit Non Infeksi pada Anak Sekolah
a. Alergi pada Anak Sekolah
b. Infeksi Parasit Cacing.
Prevalensi penyakit cacingan sebesar 60-70%.kasus infeksi cacing gelang (Ascaris
lumbricoides) sekitar 25 - 35 persen dan cacing cambuk (trichuris trichiura) 65 - 75
persen.Resiko tertinggi terutama kelompok anak yang mempunyai kebiasaan defekasi di
saluran air terbuka dan sekitar rumah, makan tanpa cuci tangan, dan bermain-main di tanah
yang tercemar telur cacing tanpa alas kaki(GDH, SUYATNO, 1995).
c. Gangguan Pertumbuhan
Sering disebut gagal tumbuh atau “failure to thrive” Penyebab yang paling sering
adalah: ketidaknormalan pada sistem saluran cerna, diantaranya adalah malbsorbsi atau
gangguan enzim pencernaan sehingga intake tidak edekuat. Infeksi: HIV,TBC, infeksi saluran
kencing. Penyebab yang agak jarang adalah Ketidaknormalan kromosom seperti down
syndrome dan turner's syndrome ,Gangguan sistem organ besar (mayor) seperti jantung,
ginjal, otak dan lainnya, Ketidaknormalan sistem hormon (kekurangan hormone tiroid,
kekurangan hormon pertumbuhan, hormone Pituitary, Diabetes, adrenal),kerusakan otak
atau susunan saraf pusat, akan menyebabkan gangguan kesulitan makan dll. .(GDH,
SUYATNO, 1995).
B. Faktor yang Perlu Diperhatikan Mengenai Gizi Anak Sekolah
1. Usia Sekolah adalah usia puncak pertumbuhan.
Anak sd yang berusia sekitar 7-13 tahun merupakan masa-masa pertumbuhan paling
pesat kedua setelah masa balita. Dimana kesehatan yang optimal akan menghasilkan
pertumbuhan yang optimal pula. Perhatian terhadap kesehatan sangatlah diperlukan,
pendidikan juga digalakan untuk perkembangan mental yang mengacu pada skil anak.
Asupan gizi diperlukan untuk memenuhi keduanya yaitu : fisik dan mental anak.
Karena tentunya fisk dan mental merupakan sesuatu yang berbeda namun saling berkaitan.
makanan yang kaya akan nutrisi sangat mempengaruhi tumbuh kembang otak dan organ-
organ lain yang dibutuhkan anak untuk mencapai hasil pendidikan yang optimal, untuk itu
keluarga adalah pihak pertama yang harus memperhatikan asupan gizi anaknya.
Pengetahuan keluarga akan gizi sangat berpengaruh disini.
2. Selalu Aktif
Semakin tinggi tingkat aktifitas tubuh maka Nutrisi dan energi juga akan semakin
banyak diperlukan, anak usia SD atau Usia sekolah merupakan usia yang senang bermain.
Senang menghabiskan waktunya untuk belajar mengetahui lingkungan sekitar. Untuk itu
perlunya asupan energi yang banyak untuk menunjang aktifitas fisiknya.
Sulitnya untuk mengkonsumsi makanan bergizi adalah tantangan yang perlu
dihadapi oleh orang tua. Untuk itu pengetahuan mengenai gizi anak sangat disarankan
untuk mempelajarinya.
3. Perubahan Sikap Terhadap Makanan.
Anak Usia SD tidak dapat di tebak, apa selera makan yang saat ini sedang ia senangi,
perubahan sikap terhadap makanan dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah
pengaruh dari luar. Pada masa-masa inilah perhatian ibu terhadap pengaruh pola konsumsi
makanan sepertinya harus digalakan.
4. Tidak suka makanan-makanan yang bergizi.
Ya telah terbukti, anak usia sekolah sangat sulit untuk dapat mengkonsumsi
makanan-makanan yang sedang ia perlukan untuk masa pertumbuhan. Kriteria makanan
yang banyak disukai oleh anak usia ini adalah makanan yang banyak mengandung gula dan
mempunyai warna yang cerah sehingga menarik anak untuk mengkonsumsinya.
C. Hubungan Status Gizi dan Prestasi Belajar Siswa
Pengaruh makanan terhadap perkembangan otak, apabila makanan tidak cukup
mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan, dan keadaan ini berlangsung lama, akan
menyebabkan perubahan metabolisme dalam otak, berakibat terjadi ketidakmampuan
berfungsi normal. Pada keadaan yang lebih berat dan kronis, kekurangan gizi menyebabkan
pertumbuhan badan terganggu, badan lebih kecil diikuti dengan ukuran otak yang juga kecil.
Jumlah sel dalam otak berkurang dan terjadi ketidakmatangan dan ketidaksempurnaan
organisasi biokimia dalam otak. Keadaan ini berpengaruh terhadap perkembangan
kecerdasan anak .
D. Hal yang Mempengaruhi Perkembangan Kecerdasan
Ada 3 hal yang mempengaruhi perkembangan kecerdasan anak ,yaitu :
1. Genetik
Faktor genetik merupakan potensi dasar dalam perkembangan
kecerdasan.Tetapi faktor genetik bukanlah yang terpenting. Sampai saat ini belum ada
penelitian yang menunjukkan dari ke 3 faktor tsb yang berperan lebih besar. Setiap mahluk
hidup mempunyai masa pertumbuhan otak yang berbeda. Pada manusia masa cepat
tumbuh otak terjadi dimulai pada masa kelahiran hingga 18 bulan sesudahnya.
2. Lingkungan
Anggapan lain faktor sosial dan lingkungan penting dalam menentukan
kecerdasan anak Secara teori faktor sosial dan lingkungan ini berperan kecil bila kekurangan
gizi terjadi pada masa cepat tumbuh otak, karena kekurangan yang terjadi pada masa
tersebut bersifat irreversible (tidak dapat pulih).
3. Gizi
Gizi menentukan karakter pertumbuhan. Pertumbuhan anak sehat dan normal
sesuai dengan potensi genetik yang dimilikinya. Pertumbuhan ini sangat berpengaruh oleh
intake zat gizi yang dikonsumsi dalam bentuk makanan. Kekurangan atau kelebihan gizi akan
dimanifestasikan dalam bentuk pertumbuhan yang menyimpang dari pola standar. Fisik Þ
indikator untuk mengukur status gizi. Anak-anak dari tingkat sosial ekonomi rendah sangat
rawan terhadap gizi kurang, Pola pertumbuhan yang secara rasial dulu dianggap pendek
terbukti bisa diperbaiki dengan konsumsi gizi yang baik.Survei di Jepang tahun 1982 remaja
pria usia 14 tahun yang lahir sesudah perang dunia ke 2 mempunyai tinggi badan 7,6 cm
lebih tinggi di bandingkan dengan mereka dilahirkan sebelum perang dunia ke 2.
Peningkatan disebabkan oleh konsumsi protein hewani. Gizi untuk Menunjang Aktivitas
Sekolah Agar tetap fit janganlah meninggalkan sarapan pagi. Bila tidak sarapan, kadar gula
darah turun padahal merupakan energi utama bagi otak. Dampak negatifnya adalah ketidak
seimbangan sistem syaraf pusat yang biasa diikuti dengan pusing, badan gemetar, rasa lelah,
berkeringat dingin, dan Gairah belajar menurun. Jajan bagi anak-anak merupakan fenomena
yang menarik untuk ditelaah karena berbagai hal antara lain upaya Pemenuhan energi
membuat aktivitas sekolah yang tinggi, menumbuhkan kebiasaan penganekaragaman
pangan sejak kecil, memberikan perasaan meningkatnya gengsi anak di mata teman-
temannya.
Pertumbuhan fisik anak
Pertumbuhan cepat pada waktu bayi diikuti penurunan laju pertumbuhan pada anak
usia pra sekolah dan usia sekolah. Rata – rata kenaikan berat badan di usia ini sekitar 1,8 –
2,7 kg setahun, sedangkan rata – rata penambahan tinggi badannya kurang lebih 7,6 cm
setahun pada anak berusia antara satu hingga tujuh tahun, kemudian meningkat sebanyak
kurang lebih 5,1 cm setahun hingga awal pertumbuhan cepat pada usia remaja
( Worthington-Roberts dan Williams 2000). Antara usia enam tahun dan awal pertumbuhan
cepat pada usia remaja terjadi perbedaan laju pertumbuhan antar gender. Pada usia enam
tahun, anak laki – laki lebih tinggi dan lebih berat daripada anak perempuan. Namun pada
usia sembilan tahun, tinggi badan anak perempuan rata – rata sama dengan anak laki – laki,
sedangkan berat badannya sedikit lebih besar.
Karena laju pertumbuhan kelompok usia tersebut menurun, kebutuhan gizi dan
perilaku makan juga akan berubah. Menurunnya pertumbuhan diikuti oleh menurunnya
nafsu makan, anak sering menilih – milih makanan (picky eating). Hal ini merupakan kondisi
normal. Karena nafsu makan menurun, orang tua hendaknya dapat merencanakan makanan
yang dapat memenuhi kebutuhan gizi anak. Dianjurkan untuk memberikan makanan yang
dapat gizi dalam porsi kecil dengan frekuensi sering.
Pemantauan pertumbuhan
Kelebihan atau kekurangan asupan energi dan zat gizi anak, atau kemungkinan
pengaruh keturunan terhadap pertumbuhan, akan terefleksi pada pola pertumbuhannya.
Anak yang kurang makan akan menunjukkan penurunan pada grafik berat badan menurut
umur. Perubahan pada alur grafik berat badan dapat juga menggambarkan pengaruh
keturunan terhadap pertumbuhan. Bila kekurangan makan cukup berat dan berlangsung
lama, kecepatan pertumbuhan akan berkurang atau pertumbuhan akan terhenti. Asupan
energi yang melebihi kebutuhan dapat dilihat pada meningkatnya berat badan yang
melebihi persentil normal. Pemantauan pertumbuhan sebaiknya dilakukan secara teratur
yaitu sebulan sekali. Disamping itu, penilaian perkembangan fisik anak hendaknya dilakukan
dengan mengukur Lingkar Lengan Atas (LLA) dan tebal lemak dibawah kulit (skinfold).
Faktor – faktor yang mempenngaruhi pilihan makanan anak
Penerimaan terhadap makanan dan pola perkembangan pilihan makanaan pada
anak dipengaruhi berbagai faktor yang multikompleks. Kecukupan asupan makanan, dan
pada akhirnya asupan gizi anak tidak hanya tergantung pada ketersediaan makanan, tetapi
juga pada faktor – faktor lain seperti budaya, lingkungan, dan interaksi sosial.
Penerimaan makanan
Penerimaan terhadap makanan dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti
status gizi,tingkat kekenyangan, rasa makanan, pengalaman masa lalu dan
kepercayaan terhadap makanan tertentu.
Belakangan ini dilakukan penelitian – penelitian tentang faktor keturunan
yang memengaruhi kesukaan makanan. Bayi kembar satu telur menunjukkan
kesamaan lebih besar dalam kesukaan makanan daripada bayi kembar dua telur.
Pengaruh keturunan yang kuat terlihat terhadap phenylthiocarbamide (PTC) yang
mempunyai rasa pahit. Mereka yang sensitive terhadap PTC cenderung
menunjukkan ketidaksukaan lebih banyak terhadap makanan daripada yang tidak
sensitif. Makanan yang mempunyai rasa pahit adalah brokoli, kacang buncis, pare,
daun singkong, daun pepaya, apel, dan jeruk. Keturunan tampaknya lebih
berpengaruh terhadap kesukaan makanan pada anak yang kurang sensitif terhadap
rasa pahit,mereka lebih mudah menerima berbagai jenis makanan.
Pengaruh orangtua
Orangtua berpengaruh terhadap perilaku makan anak. Banyak penelitian
menunjukkan bahwa orangtua secara sadar maupun tidak sadar telah menurunkan
kesukaan makan anak dan membentuk gaya yang berpengaruh terhadap dimana,
bagaimana, dengan siapa, dan berapa banyak ia makan.
Pengetahuan gizi
Pengetahuan gizi orangtua dan pengasuh anak ternyata sangat berpengaruh
terhadap pilihan makan anak. Tingkat pengetahuan gizi yang dipraktikan pada
perencanaan makanan keluarga tampaknya berhubungan dengan sikap positif ibu
terhadap diri sendiri, kemampuan ibu dalam memecahkan masalah dan
mengorganisasi keluarga. Anak – anak umumnya menyukai makanan yang padat
energi. Orang tua sering kecewa karena anak lebih suka makanan yang disukai
daripada makanan yang lebih bergizi.
Model
Kebiasaan makan anak dipengaruhi oleh model yang ditunjukkan oleh
orangtua dan orang lain yang dekat dengannya. Kebiasaan makan teman sebaya dan
idola juga berpengaruh.
Interaksi orangtua dan anak
Interaksi orangtua dengan anak berpengaruh terhadap pilihan makanan dan
pengembangan pola makan anak. Bila orangtua tidak terlalu menanggapi kesukaan
anak terhadap makanan tertentu yang kurang baik, kebiasaan makan ini akan cepat
berlalu. Tetapi bila orangtua sukar menerima perilaku ini dan memberi perhatian
yang banyak terhadap persoalan ini dengan membujuk atau mendorong anak untuk
makan makanan yang lain, membicarakan ketidaksukaan anak terhadap makanan
tertentu di depannya, atau menyediakan makanan yang tidak disukai anak, anak
akan terdorong untuk menjadikan kebiasaan makan yang salah tersebut sebagai
kebiasaan makan permanen.
Lingkungan sosial – emosional anak berkaitan dengan kecukupan asupan
makanannya. Pendampingan saat makan, suasana rumah yang positif dan perilaku
terkait dengan makanan orangtua yang sesuai saat berpengaruh terhadap mutu
makan anak. Orangtua hendaknya banyak berdiskusi dengan anak tentang makanan
yang tidak disukai, memberi banyak perhatian, membujuk anak untuk makan, dan
menghidangkan makanan yang bervariasi.
Interaksi orangtua dan anak juga berpengaruh terhadap jumlah makanan
yang dikonsumsi. Ada perbedaan antara interaksi anak dan orangtua pada anak
langsing dan anak gemuk baik daam hal makanan maupun bukan makanan. Anak
langsing lebih banyak berbicara satu sama lain dengan ibunya, makan lebih sedikit
dan lebih lambat dibandingkan dengan anak gemuk. Kesukaan terhadap makanan
meningkat bila makanan diberikan sebagai hadiah dengan interaksi sosial positif
dengan orang dewasa.
Kemungkinan – kemungkinan lain
Orangtua sering memberikan hadiah agar seorang anak memakan makan
tertentu, Misalnya, “Habiskan dulu makananmu, nanti mama belikan es krim.”
Walaupun hal ini dapat segera mencapai tujuan namun dalam jangka panjang dapat
menimbulkan pengaruh negatif. Anak mengerti bahwa biasanya dilakukan tekanan
dari luar agar ia mau menerima makanan yang kurang disukainya. Bila tekanan itu
tidak diberikan, mereka akan menghindari makanan tersebut. Pengawasan orangtua
yang baik akan menurunkan pilihan anak terhadap makanan tidak bergizi.
Pilihan makan dibentuk oleh faktor – faktor fisiologis, aktivitas,lingkungan
dan paparan terhadap makanan dalam sederet interaksi yang kompleks. Pemaparan
terhadap berbagai makanan baru dapat memperbanyak pilihan makanan bergizi bagi
anak.
Jumlah makanan yang dikonsumsi
Bila anak sehat dengan keadaan gizi baik ditawari berbagai makanan bergizi
dan mereka diizinkan makan dalam jumlah yang mereka inginkan, mereka akan
mengkonsumsi makanan dalam jumlah energi yang sesuai. Dalam keadaan normal,
bila diberi kesempatan, anak sehat akan memilih makanan bergizi, bervariasi dan
salam jumlah sesuai, sehingga konsumsi makanan akan sesuai dengan kecukupan
gizinya. Umumnya anak menyukai makanan yang renyah, beraroma sedang dan yang
sudah dikenal.
Pengaruh televisi terhadap pola makan dan aktivitas anak
Hasil penelitian Sylvester (Worthington-Roberts dan Rodwell-Williams, 2000)
menunjukkan bahwa anak – anak menghabiskan banyak waktu didepan TV, sehingga
berpengaruh terhadap perilaku anak, termasuk terhadap pola makannya.
Sikap dan permintaan akan makanan
Media masa berpengaruh terhadap sikap anak terhadap makanan dan
permintaannya akan makanan tertentu. Diantara semua media, yang paaling
berpengaruh adalah televisi karena bisa menjangkau anak sebelum ia bisa berbicara
dan banyak menyita waktu mereka. Anak – anak menggunakan lebih banyak waktu
untuk menonton televisi daripada untuk kegiatan lain kecuali tidur.
Obesitas
Banyaknya wakytu yang digunakan untuk menonton televisi dapat
menggangu tumbuh kembang anak, karena menyebabkan anak kurang beraktivitas
dan berperilaku pasif. Ini menyebabkan berkembangnya gaya hidup yang dapat
menyebabkan obesitas. Hasil penelitian sylvester menunjukkan bahwa ada
hubungan antara obesitas dan lamanya menonton televisi pada anak umur enam
hingga sebelas tahun dan pada anak remaja. Anak – anak yang labih banyak
menonton televisi dan lebih sedikit beraktivitas fisik cenderung mempunyai indeks
masa tubuh (IMT) yang lebih besar.
Snack / Camilan
Menonton TV berkorelasi positif terhadap aktivitas mengemil anak di antara
waktu makan. Perilaku makan anak tampaknya dipengaruhi oleh isi dan lama
menonton televisi. Semakin lama menonton semakin banyak anak ngemil.
Iklan televisi
Iklan cenderung menggunakan anak untuk memengaruhi orangtuanya
membeli produk tertentu. Iklan sering mendorong anak mengkonsumsi berbagai
jenis makanan yang manis. Program TV maupun iklan menyajikan model – model
perilaku yang dapat ditiru anak.
Anak berumur lima hingga sepuluh tahun lebih sering menonton iklan
daripada anak umur sebelas hingga dua belas tahun. Anak yang lebih tua dapat
menyadari tujuan komersial dari iklan, yaitu untuk menjual produk bukan untuk
hiburan atau pendidikan.
Pada umumnya makanan yang banyak diiklankan adalah makanan yang
apadat energi seperti pizza, fried chicken, es krim, donat, mie instan, serta berbagai
macam permen dan coklat. Meningkatnya konsumsi makanan manis dan tinggi
lemak serta menurunnya aktivitas fisik karena banyaknya waktu yang digunakan
untuk menonton televisi ternyata meningkatkan kecenderungan anak mengalami
obesitas.
Tanggapan orangtua
Iklan makanan di televisi mempunyai pengaruh paling kuat dalam
membentuk kebiasaan makan anak. Anak berusaha memengaruhi orangtuanya
untuk membeli makanan yang diinginkannya sesuai iklan dan biasanya orangtua
mengikutinya. Orangtua semestinya dapat menentukan apa yang seharusnya
dimakan oleh anaknya. Untuk itu, orangtua perlu memperoleh dukungan dari banyak
pihak seperti keluarga, penyuluh kesehatan, guru, dan organisasi masyarakat dalam
upaya memberikan makanan yang bergizi kepada anaknya. Waktu anak untuk
menonton televisi hendaknya dibatasi, sedangkan kegiatan olahraga dan aktivitas
lain ditingkatkan.
Pengaruh terhadap penerimaan makanan
Status gizi dan hidrasi anak
Tingkat kesehatan atau kesakitan anak
Pengalaman terhadap makanan yang diberikan, seperti kebiasaan, rasa, tekstur
Besar porsi, besar potongan makanan
Kemudahan memegang makanan berdasarkan unur dan keterampilan motorik
Tingkat kekenyangan
Pengaruh orangtua, pengasuh, dan saudara
Ketersediaan makanan
Pengetahuan gizi
Kandungan zat gizi makanan yang ditawarkan
Gaya dan kecepatan makan
Harapan dan model/ dimana, kapan, dan dengan siapa makanan dikonsumsi
Harapan dan model / jumlah makanan yang hendak dimakan
Model/ penggunaan makanan yang tidak bergizi
Pengaruh Interaksi orangtua – anak
Harapan tentang kecepatan dan gaya makan anak
Menetapkan kemungkinan tentang makanan apa dan berapa banyak hendaknya dimakan
Interaksi lisan yang bersifat positif, netral atau kritis selama waktu makan
Pembentukan pola makan dan snack
Kelompok anak usia sekolah mempunyai laju pertumbuhan fisik yang lambat
tetapi konsisten. Mereka secara terus – menerus memperoleh pendewasaan dalam
keterampilan motorik serta menunjukkan peningkatan yang berarti dalam
keterampilan kognitif, sosial dan emosional. Kebiasaan makan yang terbentuk pada
usia ini, serta jenis makanan yang disukai dan tidak disukai, merupakan dasar bagi
pola konsumsi makanan dan asupan gizi anak usia selanjutnya. Pilihan makanan
sangat dipengaruhi oleh teman sebaya dan orang – orang lain selain keluarga.
Program makanan sekolah dan ditempat penitipan anak juga berpengaruh terhadap
asupan makanan. Di Indonesia belum dikembangkan program makanan sekolah
secara nasional. Padahal, program ini dapat memberi kontribusi berarti terhadap
asupan gizi anak.
Pola asupan gizi
Anak usia sekolah pada umumnya mempunyai pola makan dan asupan gizi
yang tidak terlalu berbeda dengan teman sebayanya. Perbedaan asupan gizi antara
anak laki – laki dan perempuan meningkatkan secara bertahap mulai umur 12tahun.
Anak laki – laki mengkonsumsi makanan lebih banyak dengan demikian energi dan
zat – zat gizi yang diserapnya akan lebih besar apabila dibandingkan anak
perempuan. Frekuensi makan anak usia sekolah lebih rendah dibandingkan anak pra
– sekolah, yaitu masing – masing empat hingga lima kali, dan lima hingga enam kali
sehari. Mereka lebih banyak mengkonsumsi makanan dalam bentuk camilan.
Perkembangan fisik dan sosial
Biasanya tidak banyak terdapat konflik makan di periode usia sekolah.
Peningkatan nafsu makan secara alami menyebabkan peningkatan konsumsi
makanan. Karena anak – anak menghabiskan waktu seharian di sekolah, mereka
akan menyesuaikan terhadap acara sekolah yang lebih bersifat rutin. Ketika mereka
menjelajahi lingkungan sekolah dan teman – teman sebaya, mereka akan
terpengaruh oleh pengalaman – pengalaman ini. Sering kali nasehat orangtua
disangsikan dibandingkan dengan nasehat guru, teman sebaya atau orangtua teman.
Anak usia sekolah mempunyai lebih banyak akses ke uang, warung, penjaja makanan
dilingkungan sekolah, toko swalayan, atau mall yang menyebabkan terbukanya
gerbang terhadap makanan yang nilai gizinya tidak jelas. Sesampainya dirumah, anak
usia sekolah sering merasa lapar dan siap untuk makan.
Pola makan
Walaupun pada umumnya jumlah dan variasi makanan yang dimakan anak
usia sekolah bertambah, tetapi banyak di antara mereka yang tetap menolak sayuran
dan makanan yang dicampur seperti gado – gado, pecel, dan sayur asam. Jenis
makanan yang mereka sukai biasanya terbatas. Anak usia sekolah pada umumnya
menyukai makanan jajanan seperti mie bakso, siomay, goreng – gorengan, dan
makanan manis seperti kue – kue.
Orangtua umumnya mempunyai kesulitan mencari waktu agar anak mau
duduk dengan tenang dan makan bersama. Mereka biasanya terlibat berbagai
kegiatan, sehingga sulit untuk mengajak mereka menyisihkan waktu untuk makan
bersama keluarga. Sering kali mereka makan sekedar untuk menghilangkan rasa
lapar, kemudian buru – buru kembali ke aktivitas yang mereka lakukan seperti
menonton televisi atau main playstation sambil makann camilan.
Makan pagi sangat penting agar anak lebih bisa berkonsentrasi dan tidak
mengantuk sewaktu belajar. Namun banyak anak yang tidak mau makan pagi dengan
berbagai alasan. Penelitian menunjukkan bahwa anak yang makan pagi mempunyai
sikap dan prestasi belajar yang lebih baik dari pada anak yang tidak makan pagi.
Makan malam bersama memberi kesempatan kepada keluarga untuk
berinteraksi dan bersosialisasi,disamping untuk memperoleh asupan makanan dan
gizi yang sesuai. Anak hendaknya berpartisipasi dalam kedua hal tersebut. Menu
hendaknya dipilih yang disukai anak dengan memperhatikan kecukupan dan
keseimbangan zat gizi. Suasana makan malam yang menyenangkan dan bebas dari
tekanan – tekanan berpengaruh terhadap asupan gizi anak. Hindarkan suasana
bantah – membantah atau jangan gunakan kesempatan ini untuk memarahi anak.
Angka kecukupan gizi anak
Angka kecekupan energi anak berasal dari rata – rata kebutuhan energi anak
sehat yang tumbuh secara memuaskan, sedangkan Angka Kecukupan Zat – zat Gizi
didasarkan atas beberapa hasil penelitian yang terutama dikembangkan dari
kebutuhan bayi dan orang dewasa. Perbedaan kecukupan zat gizi antar kelompok
anak cukup besar,sehingga Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan untuk anak
dibagi menjadi tiga kelompok yaitu : anak usia 1-3tahun dengan rata – rata berat
badan 12,0 kg dan tinggi badan 90 cm, anak usia 4-6tahun dengan rata – rata berat
badan 17,0 kg dan tinggi badan 110 cm, dan anak usia 7-9 tahun dengan rata – rata
berat badan 25,0 kg dan tinggi badan 120 cm.
Energi
Angka Kecukupan Energi anak usia 1-3 tahun, 4-6 tahun, dan 7-9 tahun secara
berturut – turut adalah 1000 kkal, 1550 kkal, dan 1800 kkal.
Kebutuhan perorangan
Kebutuhan energi anak secara perorangan didasarkan pada kebutuhan energi
untuk metabolisme basal, kecepatan pertumbuhan, dan aktivitas. Energi untuk
metabolisme basal bervariasi sesuai jumlah dan komposisi jaringan tubuh yang aktif
secara metabolik yang bervariasi sesuai dengan umur dan gender. Namun
perbedaan antar gender relatif kecil hingga umur 10 tahun, sehingga Angka
Kecukupan Energi tidak dibedakan antar gender sebelum usia ini.
Rata – rata kebutuhan energi untuk pertumbuhan setelah usia 12 bulan
rendah, kurang lebih 5 kkal/g penambahan jaringan. Kebutuhan energi anak dengan
umur, gender, dan ukuran tubuh yang sama bervariasi. Diduga hal – hal yang
berpengaruh adalah perbedaan aktivitas fisik, angka metabolisme dengan asupan
protein minimal dan berlebihan pada asupan energi yang sama, dan efisiensi
penggunaan energi secara perorangan.
Aktivitas fisik
Kontribusi aktivitas fisik terhadap pengeluaran energi total sangat bervariasi
antar anak dan pada anak yang sama di hari yang berbeda, baik dalam hal jumlah
waktu yang digunakan dalam melakukan aktivitas, maupun dalam intensitas
melakukan aktivitas. Ada anak yang melakukan aktivitas ringan seperti melihat –
lihat buku, menonton tv dan ada juga yang melakukan aktivitas berat seperti berlari,
melompat dan melakukan geraka – gerakan tubuh. Cara paling baik untuk menilai
cukup tidaknya asupan energianak adalahdengan mengamati laju pertumbuhan yang
dapat dibandingkan dengan grafik pertumbuhan, dan dengan mengukur lemak
tubuh.
Pertumbuhan dalam keadaan khusus (catch-up growth)
Pada pertumbuhan dalam keadaan khusus, misalnya pada masa
penyembuhan setelah sakit atau luka, kebutuhan energi dan zat gizi meningkat.
Selama periode tersebut, kebutuhan energi anak usia pra sekolah dianjurkan antara
150-250 kkal/kg berat badan/hari. Asupan 200 kkL/KG berat badan/hari dapat
menaikkan berat baddan sebanyak 20g/hari.
Protein
Kebutuhan protein anak termasuk untuk pemeliharaan jaringan, perubahan
komposisi tubuh dan pembentukkan jaringan baru. Selama pertumbuhan, kadar
protein tubuh meningkat dari 14,6% pada umur satu tahun menjadi 18-19% pada
umur empat tahun yang sama dengan kadar protein orang dewasa. Kebutuhan
protein untuk pertumbuhan diperkirakan berkisar antara 1-4 g/kg penambahan
jaringan tubuh.
Angka kecukupan Protein yang dianjurkan untuk kelompok anak usia 1 – 3
tahun, 4 – 6 tahun dan 7 – 9 tahun, berturut – turut adalah 25gram,39 gram dan 45
gram per orang per hari. Angka kecukupan Protein didasarkan pada rata – rata
kebutuhan protein dikalikan dengan koreksi mutu protein yaitu 1,2. Angka 1,2
diperoleh berdasarkan kenyataan bahwa konsumsi pangan hewani di Indonesia
hanya sekitar 4% dari asupan energi total, sehingga mutu protein diasumsikan
sebesar 85%. Faktor koreksi sebesar 1,2 menurunkan Angka Kecukupan Protein anak
secara bertahap dari 1,2 g/kg berat badan pada umur satu tahun menjadi 0,95g/kg
berat badan pada umur 10tahun.
Penilaian terhadap asupan protein anak harus didasarkan pada:
a. Kecukupan untuk pertumbuhan
b. Mutu protein yang dimakan
c. Kombinasi makanan dengan kandungan asam amino esensial yang saling
melengkapi bila dimakan bersama
d. Kecukupan asupan vitamin, mineral dan energi.
Kekurangan asupan protein masih merupakan salah satu nmasalah gizi pada
anak di Indonesia. Prevalensi Gizi Buruk berdasarkan riskesdas 2007 pada anak usia
dibawah lima tahun adalah 5,4%, sedangkan Gizi Kurang 13,0% (depkes,2008)
Mineral
Mineral penting untuk proses tumbuh kembang secara normal. Kekurangan
konsumsi terlihat pada laju pertumbuhan yang lambat, mineralisasi tulang yang tidak
cukup, cadangan besi yang kurang dan anemia.
Kalsium
Kasium penting untuk pertumbuhan dan mineralisasi tulang dan gigi. Lebih
dari 98% kalsium tubuh terdapat dalam tulang dan gigi. Upaya untuk menetapkan
anjuran asupan kalsium sehari untuk anak telah menyebabkan kontroversi selama
bertahun – tahun. Jenis makanan yang dikonsumsi berpengaruh terhadap absorpsi
kalsium, sedangkan jumlah kalsium yang dapat dimanfaatkan oleh tubuh,bergantung
dari ketersediaan biologisnya. Absorpsi kalsium berfluktuasi antara 30-60% dari
asupan. Laktosa dalam susu meningkatkan absorpsi kalsium,sedangkan pengikat
berupa asam fitat dan asam oksalat menurunkan absorpsi,tingkat asupan protein
mempengaruhi pengeluaran kalsium melalui urine. Apabila asupan protein
meningkat, maka jumlah kalsium yang dikeluarkan melalui urine meningkat.
Penambahan kalsium rata – rata sehari hendaknya berkisar antara 150 – 200
mg, puncaknya adalah sebanyak 400 mg/hari dalam periode pertumbuhan cepat.
Angka Kecukupan Kalsium untuk anak berkisar 500 – 600 mg/hari. Anak memerlukan
kalsium dua sampai empat kali lebih besar per unit berat badan dibandingkan orang
fdewasa. Asupan kalsium rendah memperlambat laju pertumbuhan dan mineralisasi
tulang dan gigi. Namun efisiensi absorpsi dan penyimpanan kalsium meningkat
dengan asupan kalsium yang rendah dan kebutuhan biologis yang rendah.
Bahan makanan sumber kalsium utama adalah susu dan hasil olahannya,yang
mempunyai ketersediaan biologis tinggi. Anak yang kurang mengkonsumsi produk –
produk tersebut mempunyai resiko mengalami kekurangan asupan kalsium. Sumber
kalsium lain adalah ikan yang dimakan dengan tulng (teri, dan ikan duri lunak).
Sereal, kacang – kacangan dan hasil kacang – kacangan seperti tempe dan tahu serta
sayuran hijau merupakan sumber kalsium yang baik juga, tetapi dengan ketersediaan
biologis rendah karena mengandung zat – zat yang menghalangi absorpsi seperti
serat, asam fitat dan asam oksalat.
Besi
Angka Kecukupan Besi yang dianjurkan untuk anak usia 1-3tahun didasarkan
pada median kebutuhan besi sebanyak 4,6 mg/hari dengan asumsi penyerapan besi
sebesar 7,5% maka kecukupan besi menjadi 8,0mg/hari. Bagi anak usia 4-6 tahun
dengan median kebutuhan besi sebanyak 5mg/hari dan asumsi penyerapan sebesar
7,5%, kecukupan besinya menjadi 9,0mg/hari. Bagi anak usia 7-9 tahun dengan
median kebutuhan besi sebanyak 7,1mg/hari dan asumsi penyerapan sebesar 7,5%
maka kecukupan besinya menjadi 10,0 mg/hari.
Kekurangan besi merupakan salah satu masalah gizi pada anak di Indonesia.
Defisiensi besi dapat disebabkan kekurangan asupan besi, gangguan penyerapan,
perdarahan hebat, atau kehilangan darah berulang – ulang. Anemia Gizi besi pada
anak dapat menyebabkan tertundanya perkembangan fisik dan mental serta
menurunnya resistensi terhadap infeksi.
Kebutuhanbesi pada anak bervariasi menurut tingkat pertumbuhan,
peningkatan total masa besi, dan penyimpanan besi. Anak yang lebih besar dan
tumbuh lebih cepat memerlukan besi lebih banyak karena volume darahnya
meningkat lebih cepat. Sumber besi dalam makanan hewani adalah daging,
hati,unggas dan ikan, dalam makanan nabati kacang – kacangan dan hasil olahannya,
sayuran hijau, dan rumput laut. Besi dalam makanan hewani terdapat dalam bentuk
hem,sedangkan yang terdapat dalam makanan nabati dalam bentuk non-hem.
Ketersediaan biologis besi dalam bentuk hem lebih tinggi daripada besi non-hem.
Konsumsi makanan yang kaya akan vitamin C seperti sayur dan buah dapat
membantu absorpsi besi non-hem. Absorpsi besi menurun oleh adanya antasid, teh,
dan serat kasar. Anak – anak yang mempunyai resiko kekurangan besi dianjurkan
untuk mendapat suplemen besi seminggu sekali. Hal ini dapat meningkatkan nafsu
makan, mempercepat pertumbuhan serta perkembangtan psikomotor dan mental.
Pada anak usia 2-3 tahun cara terbaik untuk meramalkan status besi anak
adalah dengan memperhatikan status besi anak pada usia 1tahun. Bila status besi
rendah, perlu menambah konsumsi makanan sumber besi terutama yang berasal
dari hewan untuk mencegah terjadinya Anemia Gizi Besi. Hati merupakan sumber
besi terbaik.
Seng
Angka Kecukupan Seng anak umur 1-3tahun, didasarkan pada kebutuhan rata
– rata normatif sebesar 0,46 mg/kg/BB/hari (ketersediaan biologis 15%) dengan
berat badan 12kg adalah sebesar 8,3mg/hr. Angka Kecukupan Seng anak umur 7 -9
tahun didasarkan pada kebutuhan rata – rata normatif sebesar 0,30 mg/kg BB/hari
(ketersediaan biologis 15%) dengan berat badan 25kg mencapai 11,3 mg/hari.
Seng merupakan bagian dari enzim – enzim yang berperan dalam berbagai
aspek metabolisme seperti reaksi – reaksi yang berkaitan dengan sintesis dan
degradasi karbohidrat, protein, lipida, dan asam nukleat. Seng mempunyai peranan
penting dalam proses pertumbuhan, fungsi kognitif, pematangfan seks, fungsi
kekebalan, dan pemunahan radikal bebas.
Variasi konsentrasi seng dalam plasma selama pertumbuhan menunjukkan
penggunaan dan kehilangan simpanan seng yang terjadi secara terus – menerus.
Kekurangan seng mempunyai konsekuensi serius, seperti terganggunya indera
perasa, hambatan pertumbuhan, diare, luka sukar sembuh, dan menurunnya fungsi
kekebalan. Pertumbuhan anak yang kurang baik pada penduduk miskin antara lain
mungkin disebabkan oleh kekurangan asupan seng. Anak dengan status seng rendah
dapat menyerap seng lebih efisien dibandingkan anak dengan status seng baik.
Ketersediaan biologis seng bervariasi menurut sumber makanan. Seng didalam
makanan hewani, seperti daging,ikan, dan kerang lebih mudah diserap daripada yang
terdapat didalam makanan nabati seperti serelia. Serat dan asam fitat dalam
makanan nabati menghambat ketersediaan biologis seng.
Yodium
Angka Kecukupan Yodium anak berusia satu tahun ke atas ditetapkan
berdasarkan Recommended Dietary Allowance (RDA) yang dikeluarkan oleh national
research Council Amerika Serikat. Angka Kecukupan Yodium anak usia 1-3 tahun
didasarkan pada kebutuhan yodium 10mcg/kg bert badan/hari. Dengan rata – rata
berat badan 12kg, maka Angka Kecukupan Yodium kelompok umur ini adalah
120mcg/hari. Angka Kecukupan Yodium anak usia 4-6tahun didasarkan pada
kebutuhan yodium 8mcg/kg BB/hari. Dengan rata – rata berat badan 18kg, Angka
Kecukupan Yodium kelompok umur ini adalah 120mcg/hari. Angka kecukupan
Yodium anak usia 7-9 tahun didasarkan pada kebutuhan yodium 4mg/kg berat
badan/hari. Dengan rata – rata berat badan 25kg, Angka kecukupan Yodium
kelompok umur ini adalah 120mcg/kg.
Sebagian besar yodium didalam tubuh terdapat pada kelenjar tiroid yang
digunakan untuk mensintesis hormon tiroksin berupa triiodotironin (T3) dan
tetraiodotironin (T4). Hormon – hormon ini diperlukan untuk pertumbuhan normal,
perkembangan fisik dan mental, mengatur suhu tubuh, reproduksi, pembentukan sel
darah merah, serta fungsi otot dan saraf. Disamping itu, yodium berperan dalam
perubahan karoten menjadi bentuk aktif vitamin A dan sintesis protein. Dengan
demikian, yodium sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan anak
secara fisik dan mental. Akibat kekurangan yodium tampak pada membesarnya
kelenjar tiroid (hipertiroidisme) pada anak – anak, pertumbuhan terhambat yang
dalam keadaan berat dapat menyebabkan cebol (kretinisme), dan kemampuan
belajar kurang hingga dungu.
Kekurangan yodium banyak terdapat didaerah pegunungan, karena sumber
utama yodium adalah air laut. Hasil laut seperti ikan, udang dan kerang, rumput laut
serta tanaman yang tumbuh didaerah pantai merupakan sumber yodium.
Penanggulangan kekurangan yodium adalah melalui fortifikasi garam dapur dengan
yodium yang telah dilakukan di Indonesia.
Vitamin
Fungsi vitamin adalah untuk membantu proses metabolisme yang berarti
kebutuhannya ditentukan oleh asupan energi, karbohidrat, protein dan lemak.
Kebutuhan vitamin yang pasti sukar ditetapkan. Angka kecukupan Vitamin diperoleh
dari interpolasi kecukupan bayi dan orang dewasa, atau dihitung berdasarkan Angka
Kecukupan Energi dan Protein.
Suplemen Gizi
Suplemen gizi untuk anak hanya dianjurkan apabila sudah dilakukan penilaian
terhadap konsumsi makanan dan asupan zat gizinya. Anak yang kurang atau tidak
minum susu karena alasan tertentu perlu dimonitor kecukupan asupan kalsium,
riboflavin, dan vitamin D nya. Aanak yang kurang makan sayur dan buah perlu
mendapat perhatian terhadap asupan vitamin A dan C.
Anak yang beresiko
Menurut Commitee on Nutrition of the American Academy of pediatrics
(Worthington-Roberts dan Williams,2000), anak – anak beresiko yang memerlukan
suplemen gizi adalah sebagai berikut :
1) Anak yang kurang diperhatikan atau diperlakukan kejam oleh orang tuanya
2) Anak dengan anoreksia, atau mempunyai pola makan yang tidak baik
3) Anak yang menderita penyakit kronis
4) Anak yang melakukan diet ketat untuk menurunkan berat badan.
Penetapan pemberian suplemen dilakukan setelah melakukan kajian asupan
gizinya. Selain yang tertera dalam daftar anak beresiko di atas, mungkin perlu pula
dipertimbangkan anak yang alergi terhadap makanan tertentu, penerimaan makanan
yang terbatas arau anak yang sering sakit. Suplemen vitamin terutama yang
berwarna – warni dan dilapisi dengan gula hendaknya disimpan ditempat yang tidak
mudah dijangkau anak, karena dapat menyangkanya sebagai permen.
Masalah Gizi dan Masalah Kesehatan Anak
Masalah gizi dan kesehatan anak umumnya adalah gizi buruk, gizi kurang, gizi lebih,
masalah pendek, anemia kekurangan besi dan karies gigi. Kurang vitamin A (KVA), dan
gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY) juga masih merupakan masalah gizi pada anak
– anak di Indonesia. Banyaknya penggunaan bahan tambahan makanan seperti penambah
rasa, zat pengawet, pewarna, dan pemanis perlu diwaspadai karena sering digunakan
melebihi batas amanatau menggunakan bahan yang berbahaya untuk kesehatan. Bahan
berbahaya yang tidak diijinkan berupa bahan pewarna, misalnya rodamin yang sering
digunakan untuk pewarna makanan dan minuman, formalin untuk pengawet ikan, ayam,
dan tahu serta boraks untuk mengenyalkan bakso.
Gizi kurang, Gizi Buruk dan Gizi Lebih
Berdasarkan hasil survei Susenas dari tahun 1998 hingga tahun 2000 ada penurunan
prevalensi gizi buruk dari 10,1% menjadi 7,53% dan gizi kurang dari 19,00% menjadi
17,13%. Namun dari tahun 2001 hingga tahun 2005, prevalensi gizi kurang dan gizi buruk
justru meningkat, prevalensi gizi buruk yang pada tahun 2001 adalah 6,30% meningkat
menjadi 8,80% pada tahun 2005, sedangkan prevalensi gizi kurang meningkat dari 19,80%
menjadi 28,00%. Angka – angka ini menurun pada tahun 2007 yaitu prevalensi gizi kurang
13,00% dan gizi buruk 5,40%. Pada tahun 2010, prevalensi gizi kurang tetap (13,00%)
sedangkan gizi buruk turun menjadi 4,90%. Prevalensi gizi lebih pada balita di tahun 2007
adalag 4,30% yang naik dari tahun 2003 yang besarnya adalah 2,24%. Pada tahun 2010
prevalensi gizi lebih naik menjadi 5,80%. Indikator BB/U memberikan gambaran tentang
status gizi yang sifatnya umum dan tidak spesifik.
KESIMPULAN
Dari makalah ini dapat ditarik kesimpulan bahwa kebutuhan energi anak usia
sekolah lebih besar dari pada usia sebelumnya karena pertumbuhan yang lebih
cepat,terutama pertambahan tinggi badan dan perkembangan kecerdasan otak. Faktor
yang perlu diperhatikan mengenai gizi anak usia sekolah yaitu usia sekolah adalah usia
puncak pertumbuhan, masa yang sangat aktif, juga terjadi perubahan sikap terhadap
makanan dan tidak suka makanan-makanan yang bergizi. Apabila mengkonsumsi makanan
yang tidak cukup mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan dan keadaan ini berlangsung
lama maka akan menyebabkan perubahan metabolisme dalam otak yang berakibat terjadi
ketidakmampuan berfungsi normal. hal yang mempengaruhi perkembangan kecerdasan
anak yaitu genetik, lingkungan dan gizi.
SARAN
Jadi saran yang dapat berikan adalah sebaiknya para orang tua lebih
memperhatikan status gizi pada anak usia sekolah karena pada masa ini adalah masa-
masa pertumbuhan tinggi badan dan perkembangan kecerdasan otak. Sebaiknya orang
tua lebih mengetahui perilaku anak ketika jajan di sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Suyatno.1995.Gizi Anak Sekolah
L.Balia,Roosita.2008. Kebutuhan Nutrisi Anak untuk Pertumbuhan dan Perkembangannya
Sayogo,Savitri.2008.Kebutuhan Nutrisi dan Tumbuh Kembang Anak