Upload
ardianseigan
View
78
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Referat gizi usia lanjut membahas gizi yang diperlukan untuk mengetahui kebutuhan gizi apa saja yang penting untuk orang tua
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Menua (aging) merupakan proses normal yang dimulai sejak konsepsi dan
berakhir saat kematian. Selama periode pertumbuhan, proses anabolisme
melampaui proses katabolisme. Namun pada saat tubuh sudah mencapai tingkat
kematangan fisiologis, kecepatan metabolisme atau proses degenerasi lebih besar
daripada kecepatan proses regenerasi sel. Akibat yang timbul adalah hilangnya
sel-sel yang berdampak dalam bentuk penurunan efisiensi dan gangguan fungsi
organ, terutama pada para lanjut usia.1 Memiliki usia panjang, bukanlah tanpa
masalah. Banyak masalah yang dihadapi pada masa tua ini, salah satu di antaranya
adalah masalah gizi yang erat kaitannya dengan kesehatan. Selain itu, terdapat
berbagai perubahan fisiologik yang mempengaruhi status gizi lansia.1,2
Data statistik menunjukkan bahwa penduduk berumur di atas 60 tahun
meningkat dari hanya 4 % populasi di Amerika Serikat pada tahun 1900, menjadi
13 % pada tahun 1990, dan diperkirakan akan mencapai 20% pada tahun 2030.3
Di Indonesia sendiri, berdasarkan data Sensus Penduduk tahun 1971-2000,
didapatkan peningkatan banyaknya jumlah penduduk lanjut usia.4 Keadaan ini
berhubungan erat dengan meningkatnya Angka Harapan Hidup yang pada tahun
2000 mencapai 65,5 tahun. Pada tahun 2000 jumlah lanjut usia mencapai 7,4%
atau sekitar 15,3 juta orang. Pada tahun 2010 diperkirakan akan menyamai jumlah
balita pada saat itu, yaitu sekitar 8,5% dari jumlah seluruh penduduk atau sekitar
19 juta orang. Dan pada tahun 2020 jumlah lanjut usia tersebut akan meningkat
sekitar 30- 40 juta orang.5,6
Lansia seperti juga tahapan-tahapan usia yang lain dapat mengalami baik
keadaan gizi lebih maupun kekurangan gizi. Pada tahun 1995 lansia di Indonesia
yang dalam keadaan kurang gizi ada 3,4%, berat badan kurang sebesar 28,3%,
berat badan ideal berjumlah 42,4%, berat badan kebih ada 6,7% dan obesitas
sebanyak 3,4%.1
1
Dengan semakin meningkatnya jumlah lansia di Indonesia, maka perhatian
yang harus diberikan kepada kelompok ini juga akan semakin besar.
Kecenderungan bertambah banyaknya penduduk lanjut usia ini menyebabkan
timbulnya masalah kesehatan di masa datang yang berkaitan erat dengan
bertambah banyaknya penyakit-penyakit tidak menular seperti penyakit
kardiovaskuler, diabetes mellitus dan neoplasma yang semakin menonjol.
Sementara pada saat yang sama penyakit-penyakit infeksi belum tertanggulangi
secara menyeluruh. Pemerintah perlu menciptakan suatu program agar para lanjut
usia tetap sehat, produktif, dan tidak tergantung pada orang lain. Salah satu yang
perlu diperhatikan adalah upaya menjaga kesehatan yang menyangkut kondisi
konsumsi pangannya. Dengan keadaan gizi yang baik diharapkan para lansia
akan tetap sehat dan bersemangat dalam berkarya. Melalui gizi yang baik, usia
produktif mereka dapat ditingkatkan sehingga tetap dapat ikut serta berperan
dalam pembangunan.1,2
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Gizi
Zat gizi adalah zat atau unsur-unsur kimia di dalam makanan yang
sangat diperlukan oleh tubuh untuk melakukan kegiatan metabolisme secara
normal. Ada enam macam zat gizi yang diperlukan manusia untuk memenuhi
kebutuhan tubuhnya supaya tumbuh dengan baik dan sehat, yaitu
karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan air.
Fungsi umum zat gizi tersebut ialah :
1. sebagai sumber tenaga
2. menyumbang pertumbuhan badan
3. memelihara jaringan tubuh, mengganti sel yang rusak atau aus
4. mengatur metabolisme dan mengatur keseimbangan air, mineral dan
asam-basa di dalam cairan tubuh
5. berperan dalam mekanisme pertahanan tubuh terhadap penyakit
sebagai antibodi dan antitoksin.
Makanan yang dimakan selayaknya mengandung semua zat gizi yang
diperlukan tubuh untuk hidup sehat. Banyaknya masing-masing gizi yang
diperlukan manusia tidak persis sama antara satu orang dengan orang lain.
Banyak faktor yang mempengaruhi hal ini, di antaranya adalah tahap
perkembangan seseorang, umur, bobot tubuh, jenis kelamin, macam aktivitas
yang dilakukan, keadaan kesehatan tubuh dan keadaan fisiologi seseorang.
Hidangan ”Gizi Seimbang” adalah makanan yang mengandung zat
tenaga, zat pembangun, dan zat pengatur. Zat tenaga berupa bahan makanan
yang mengandung karbohirat, protein, dan lemak. Zat gizi ini sebagian besar
dihasilkan oleh makanan pokok. Kelompok zat pembangun meliputi
makanan-makanan yang mengandung banyak protein, baik protein nabati
maupun protein hewani. Sedangkan kelompok zat pengatur meliputi bahan-
3
bahan yang banyak mengandung vitamin dan mineral, seperti buah-buahan
dan sayuran.5
2.2 Usia Lanjut
Anggota masyarakat yang tergolong lanjut usia adalah mereka yang
telah berumur 60 tahun atau lebih.5 Di negara maju yang tergolong lansia
adalah orang yang berumur 51 tahun atau lebih. Sedangkan untuk di
Indonesia, menurut Widya Karya Pangan dan Gizi yang digolongkan lansia
adalah mereka yang berumur di atas 60 tahun. Dalam cakupan yang lebih
luas, WHO menggunakan patokan pembagian umur usia lanjut sebagai
berikut : usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 – 59 tahun;
usia lanjut (elderly) usia 60 – 74 tahun; tua (old) usia 75 – 90 tahun; dan
sangat tua (very old) di atas 90 tahun.7
Peningkatan perbaikan kesehatan terutama usaha dalam
membebaskan masyarakat dari penyakit menular dan perbaikan gizi akan
mempunyai dampak positif yaitu meningkatnya Angka Harapan Hidup.
Angka ini merupakan alat untuk mengevaluasi kinerja Pemerintah dalam
meningkatkan kesejahteraan penduduk pada umumnya,dan meningkatkan
derajat kesehatan pada khususnya. Angka Harapan Hidup Saat Lahir adalah
rata-rata tahun hidup yang akan dijalani oleh bayi yang lahir pada suatu
tahun tertentu. Berdasarkan data statistik, Angka Harapan Hidup pada tahun
2000 diperkirakan akan mencapai 65,5 tahun. Ini berarti bayi-bayi yang
dilahirkan menjelang tahun 2000 akan dapat hidup sampai usai 65 atau 66
tahun. Peningkatan Angka Harapan Hidup ini menunjukkan adanya
peningkatan kehidupan dan kesejahteraan bangsa Indonesia.4
Tabel 1. Angka Harapan Hidup Saat Lahir menurut Beberapa Propinsi
dan Kabupaten/ Kota, yang dihitung dari data Susenas
4
Propinsi/ Kabupaten Angka Harapan Hidup
Laki-Laki
Angka Harapan Hidup
Perempuan
Sumatera Selatan 65,5 69,5
Kota Palembang 69,9 73,5
Jawa Barat 63,8 68,0
Kab. Kuningan 63,4 67,7
Kota Bandung 70,0 73,6
NTT 62,9 67,2
Kab. Flores Timur 63,5 67,8
Kab. Timor Tengah Utara 62,6 67,0
Sumber : Data Statistik 2007
Peningkatan Angka Harapan Hidup juga meningkatkan jumlah
populasi penduduk usia lanjut. Di Indonesia, berdasarkan data Sensus
Penduduk tahun 1971-2000, didapatkan adanya kecenderungan peningkatan
jumlah penduduk lanjut usia.
Piramida Penduduk Indonesia (SP 1971) Piramida Penduduk Indonesia (SP 1980)
Piramida Penduduk Indonesia (SP 1990) Piramida Penduduk Indonesia (SP 2000)
5
Sumber : Data Statistik 2007
Gambar 1. Piramida Penduduk Indonesia Tahun 1971-2000
Keempat piramida di atas menunjukkan bagian atas piramida yang
sedikit melebar menunjukkan semakin banyaknya jumlah penduduk lanjut
usia (umur 65 tahun ke atas). Kecenderungan ini menyebabkan timbulnya
masalah kesehatan usia lanjut di masa datang yang berkaitan erat dengan
bertambah banyaknya penyakit-penyakit tidak menular atau penyakit
degeneratif, seperti kardiovaskuler, diabetes mellitus dan neoplasma yang
semakin menonjol. Sementara pada saat yang sama penyakit-penyakit infeksi
belum tertanggulangi secara menyeluruh.4
2.3 Perubahan-perubahan pada Lanjut Usia
Selama proses penuaan, akan terjadi perubahan komposisi badan,
yang berlangsung dari usia 25 tahun sampai 70 tahun, khususnya
peningkatan terhadap kandungan lemak dan penurunan massa sel tanpa
lemak (lean body mass) serta mineral tulang.
Jaringan protein secara perlahan diganti oleh jaringan lemak, dan hal
itu terjadi meskipun orang tersebut tidak kegemukan (overweight).
Penurunan jumlah massa sel tanpa lemak di badan yang terjadi
selama proses penuaan, mengakibatkan terjadinya penurunan metabolisme
basal dan keaktifan fisik. Karena itu, konsumsi energi harus disesuaikan
dengan kondisi tersebut.
Proses demineralisasi merupakan fenomena umum dan sangat
mencolok terjadi pada wanita usia tua, bila dibandingkan dengan pria. Proses
6
ini mengakibatkan tulang keropos (osteoporosis) dan nyeri pada tulang.
Sebanyak 99% dari seluruh kalsium yang terdapat di dalam badan manusia
berada di dalam tulang dan gigi.
Indera pengecap, pencium dan penglihatan menurun yang akan
mempengaruhi nafsu makan dan asupan makanan. Papilla pengecap mulai
mengalami atrofi pada usia 50 tahun, dari jumlah 245 pada anak menjadi
hanya 88 pada usia 74-85 tahun.
Terjadi perubahan-perubahan pada kemampuan digesti dan absorbsi
saluran pencernaan serta penurunan metabolisme basal.
Fungsi ginjal menurun sekitar 50 % antara usia 30-80 tahun.
Pembuangan sisa-sisa metabolisme protein dan elektrolit yang harus
dilakukan ginjal akan menjadi beban tersendiri.1,5
2.4 Keadaan Gizi pada Lanjut Usia
Walaupun para lanjut usia tidak lagi memiliki kondisi fisik sekuat
seperti golongan usia muda yang berumur antara 20-40 tahun, namun mereka
memerlukan juga makanan bergizi seimbang agar tetap sehat, produktif, dan
ceria dalam menghadapi masa usia senja. Kebutuhan energi pada usia lanjut
menurun dengan bertambahnya usia, tetapi usia lanjut tetap memerlukan
karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral dan serat dalam jumlah yang
seimbang.
Pada kelompok usia lanjut, zat gizi yang bermutu baik tetap
diperlukan dalam membentuk jaringan tubuh, terutama untuk penggantian
jaringan-jaringan yang telah rusak. Dengan bertambahnya usia seseorang,
akan mengalami perubahan baik biologis, fisik, kejiwaan, dan sosial, yang
akan mempengaruhi seluruh aspek kehidupannya. Banyak perubahan
fisiologi yang mempengaruhi status gizi, terjadi pada proses menua. Selain
itu status ekonomi dan dampak psikososial dari proses menua dan pensiun.
Gangguan gizi yang dapat muncul pada usia lanjut dapat berbentuk
gizi kurang maupun gizi lebih. Masalah gizi kurang pada lansia dapat
disebabkan oleh beberapa faktor :
7
1. Ketidaktahuan
Ketidaktahuan dapat dibawa sejak kecil atau disebabkan
pendidikan yang sangat terbatas, baik dari lansia sendiri maupun
keluarganya.
2. Isolasi sosial
Terjadi pada lansia yang hidup sendirian, kurang bersosialisasi,
yang kehilangan gairah hidup dan tidak ada keinginan untuk
menyiapkan makanan yang bergizi.
3. Pendapatan yang menurun (pensiun)
Penurunan konsumsi makanan yang bergizi seperti susu, daging,
telur, ayam, sayuran dan buah-buahan, menyebabkan gizi kurang.
4. Gangguan kemampuan motorik
Terjadi pada lansia yang mengalami hemiparese/ hemiplegia,
artritis atau gangguan kemampuan motorik lainnya sehingga sulit
untuk menyiapkan makan atau menyuap sendiri sehingga dapat
menurunkan konsumsi makanan, akibatnya menderita gizi kurang.
5. Gangguan mental
Terjadi pada lansia dengan dementia dan mengalami depresi,
sehingga nafsu makan menurun.
6. Penurunan atau kehilangan indra pengecap, penciuman dan
penglihatan
Secara langsung dan tidak langsung mempengaruhi nafsu makan
dan asupan makanan. Papilla pengecap mulai mengalami atrofi dan
terjadi penurunan sensitifitas terhadap rasa manis dan asin.
Kesulitan makan, sehingga menghindari makanan yang keras-keras
seperti daging, sayuran, dan buah-buahan, dapat menyebabkan
kekurangan protein, vitamin dan mineral.
7. Perubahan pada saluran cerna
Terjadi perubahan pada kemampuan digesti dan absorbsi
yang terjadi sebagai akibat hilangnya opioid endogen dan efek
8
berlebihan dari kolesistokinin. Akibat yang muncul adalah
anoreksia.
Penyakit periodontium dan gigi palsu yang tidak tepat akan
makin memberikan rasa sakit dan tidak nyaman saat mengunyah.
Selain itu sekresi ludah juga menurun hingga terjadi gangguan
pengunyahan dan penelanan.
Penurunan sekresi asam karena berkurangnya sel-sel
parietal mukosa lambung dan enzim pencerna makanan
mengganggu penyerapan kalsium, zat besi, seng, protein, lemak
dan vitamin-vitamin yang larut dalam lemak, menyebabkan
defisiensi vitamin dan mineral.
Terjadi pula overgrowth bakteri yang akan menurunkan
bioavailabilitas B12, malabsorbsi lemak, fungsi asam empedu yang
menurun dan diare. Selain itu terjadi penurunan motilitas usus,
hingga terjadi konstipasi.
8. Sering menggunakan obat-obatan
Berpotensi untuk menurunkan nafsu makan, menurunkan
penyerapan zat gizi atau meningkatkan kebutuhan zat gizi,
cenderung menderita kurang gizi.
Kelebihan gizi pada lansia dapat disebabkan :
1. Penurunan kecepatan metabolisme basal
Antara umur 30-80 tahun kecepatan metabolisme basal
akan menurun sekitar 20% yang menyebabkan kebutuhan kalori
menjadi menurun, sehingga cenderung untuk menderita
kegemukan atau obesitas.
2. Penurunan aktivitas/ kegiatan fisik
9
Aktivitas yang berkurang, kebiasaan makan berlebih,
pemasukan kalori melebihi kebutuhan, sehingga cenderung
menjadi gemuk dan obesitas.
3. Peningkatan pendapatan dan gaya hidup saat usia muda.
Dengan kondisi ekonomi yang membaik dan tersedianya
berbagai makanan siap saji yang kaya energi. Terjadi asupan
makanan dan zat-zat gizi yang melebihi kebutuhan tubuh. Keadaan
kelebihan gizi yang dimulai pada awal usia 50 tahunan akan
membawa lansia pada keadaan obesitas dan dapat pula disertai
dengan munculnya berbagai penyakit metabolisme seperti diabetes
mellitus dan dislipidemia.1,5
Adanya perubahan-perubahan pada tubuh lansia, menghendaki pola
konsumsi pangan yang berbeda dibandingkan pada usia-usia yang lebih
muda. Pada prinsipnya kebutuhan akan macam zat gizi bagi lansia tetap sama
seperti yang dibutuhkan oleh orang-orang dengan usia yang lebih muda,
yang berubah hanyalah jumlah dan komposisinya. Konsumsi energi
sebaiknya dikurangi, disesuaikan dengan menurunnya aktivitas tubuh.
Sebaliknya, konsumsi makanan sumber protein, vitamin dan mineral perlu
ditingkatkan baik dari segi jumlah maupun mutunya. Sayuran dan buah-
buahan sebaiknya dikonsumsi dalam jumlah yang cukup secara teratur dan
bervariasi. Selain sebagai sumber vitamin dan mineral, sayuran dan buah-
buahan juga merupakan sumber serat yang baik. Hal ini sangat perlu
mengingat kelompok lansia sering mendapatkan kesulitan dalam buang air
besar.
2.5 Kecukupan Gizi untuk Lanjut Usia
Kebutuhan gizi sangat dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin,
aktivitas/ kegiatan, postur tubuh, aktivitas fisik dan mental (termasuk
pekerjaan sehari-hari), iklim/ suhu udara, kondisi fisik tertentu (masa
10
pertumbuhan, sedang sakit) dan unsur lingkungan. Dengan demikian,
kecukupan gizi usia lanjut tentunya berbeda dengan usia muda.
Dari berbagai penelitian, ternyata masalah gizi pada usia lanjut
sebagian besar merupakan rangkaian proses masalah gizi sejak usia muda
yang manifestasinya timbul setelah tua. Konsumsi makanan yang cukup dan
seimbang akan bermanfaat bagi usia lanjut untuk mencegah atau mengurangi
kemungkinan penyakit degeneratif atau kekurangan gizi dan sebaiknya hal
ini telah dilakukan sejak usia muda.1
Untuk mengetahui apakah para lanjut usia telah tercukupi
kebutuhan energinya dapat dilihat dari berat badannya. Konsumsi energi
yang terbaik bagi lanjut usia adalah konsumsi energi yang tidak berlebihan
tetapi juga tidak kekurangan. Hal tersebut diketahui dari berat dan tinggi
badan lanjut usia melalui penghitungan Indeks Massa Tubuh (IMT), yaitu :5
Berat badan ( Kg )________
Tinggi badan (m) x Tinggi badan (m)
Bila IMT 18,5-25 : normal
25-27 : kegemukan (overweight)
>27 : obesitas
Energi (kalori)
Kebutuhan energi pada usia lanjut menurun sehubungan dengan
penurunan metabolisme basal (sel-sel banyak yang inaktif) dan kegiatan fisik
yang cenderung menurun. Energi diperoleh dari lemak, karbohidrat dan
protein masing-masing memberikan 9,4, 4,0 dan 4,0 Kal (kilo-kalori) per
gramnya. Kebutuhan kalori akan menurun sekitar 5% pada usia 40-49 tahun
dan 10% pada usia 50-59 tahun serta 60-69 tahun.
Kebutuhan energi tiap orang berbeda-beda tergantung ukuran tubuh
dan aktivitasnya. Di bawah ini terdapat tabel perbandingan kebutuhan energi
antar berbagai kelompok umur.
11
Tabel 2. Perbandingan kebutuhan energi per hari antar berbagai
kelompok umur
UmurKebutuhan energi (Kkal)
Laki-laki Perempuan
10-12 tahun
13-15 tahun
16-18 tahun
19-29 tahun
30-49 tahun
50-64 tahun
60+ tahun
2050
2400
2600
2550
2350
2250
2050
2050
2350
2200
1900
1800
1750
1600
Sumber : tabel AKG 2004 Indonesia
Bagi lansia komposisi energi sebaiknya 20 – 25 persen berasal dari
protein, 20-30 persen berasal dari lemak dan sisanya dari karbohidrat. Bila
jumlah kalori yang dikonsumsi berlebihan, maka sebagian energi akan
disimpan berupa lemak, sehingga akan timbul kegemukan (obesitas), yang
akan mempercepat timbulnya penyakit degeneratif. Sebaliknya bila terlalu
sedikit, maka cadangan energi tubuh akan digunakan, sehingga tubuh akan
menjadi kurus.7,8
Protein
Untuk usia lanjut protein berfungsi untuk mengganti sel-sel jaringan
yang rusak serta mengatur fungsi fisiologis tubuh. Dianjurkan memenuhi
kebutuhan protein terutama dari protein nabati dan protein hewani dengan
perbandingan 3:1.
Jumlah protein yang diperlukan untuk laki-laki usia lanjut adalah 60
gram/ hari dan wanita usia lanjut 50 gram/ hari. Hindarkan konsumsi protein
yang berlebih karena akan memberatkan fungsi ginjal dan hati. Protein
12
diperlukan lebih pada usia lanjut yang menderita penyakit infeksi serta
mengalami stres berat.1,8
Tabel 3. Perbandingan kebutuhan protein per hari antara berbagai
kelompok umur
UmurKebutuhan protein (gram)
Laki-laki Perempuan
10-12 tahun
13-15 tahun
16-18 tahun
19-29 tahun
30-49 tahun
50-64 tahun
60+ tahun
50
60
65
60
60
60
60
50
57
50
50
50
50
50
Sumber : tabel AKG 2004 Indonesia
Pada orang yang berusia lanjut, massa ototnya berkurang, sehingga
total protein tubuhnya juga berkurang. Tetapi ternyata kebutuhan tubuhnya
akan protein tidak berkurang, bahkan pada keadaan tertentu harus lebih
tinggi dibanding orang dewasa. Hal ini disebabkan pada orang tua efisiensi
penggunaan senyawa nitrogen (protein) oleh tubuh telah berkurang
disebabkan pencernaan dan penyerapannya kurang efisien. Disamping itu,
adanya stress atau tekanan batin, penyakit infeksi, patah tulang dan lain-lain
penyakit, akan meningkatkan kebutuhan protein bagi lansia. Beberapa
penelitian merekomendasikan, untuk lansia sebaiknya konsumsi proteinnya
ditingkatkan sebesar 12 - 14 persen dari porsi untuk orang dewasa.7
Lemak
Lemak merupakan salah satu zat sumber tenaga. Lemak berlebih
disimpan dalam tubuh sebagai cadangan tenaga dan bila berlebihan akan
ditimbun sebagai lemak tubuh (sel lemak).
13
Konsumsi lemak yang dianjurkan adalah 30 persen atau kurang dari
total kalori yang dibutuhkan. Konsumsi lemak total yang terlalu tinggi (lebih
dari 40 persen dari konsumsi energi) dapat meningkatkan resiko
atherosklerosis. Juga dianjurkan 20 persen dari konsumsi lemak tersebut
adalah asam lemak tidak jenuh (PUFA = poly unsaturated fatty acid).
Minyak nabati merupakan sumber asam lemak tidak jenuh yang baik,
sedangkan lemak hewan banyak mengandung asam lemak jenuh.7,8
Karbohidrat
Merupakan sumber energi utama di dalam menu makanan Indonesia.
Penggunaannya relatif menurun pada usia lanjut karena kebutuhan kalori
juga menurun.1
Fungsi karbohidrat yang lain adalah sebagai penghemat protein. Jika
karbohidrat yang dikonsumsi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan energi
tubuh dan jika tidak terdapat cukup lemak di dalam makanan atau yang
disimpan di tubuh, maka protein akan dibakar untuk menyediakan energi.
Akibatnya protein meninggalkan fungsi utamanya yaitu sebagai zat
pembangun. Apabila keadaan ini berlangsung terus, maka keadaan
kekurangan energi dan protein (KEP) tidak dapat dihindarkan lagi.
Dianjurkan agar para lansia mengurangi konsumsi gula-gula
sederhana (gula pasir, sirup) dan menggantinya dengan karbohidrat
kompleks. Hal ini mengingat gula tidak mengandung zat-zat gizi lainnya,
kecuali zat tenaga. Sedangkan pada usia lanjut konsumsi zat gizi lain seperti
protein, mineral, dan vitamin diutamakan untuk memenuhi kebutuhan
terhadap pencegahan proses degenerasi sel-sel tubuh. Selain itu, gula
sederhana cepat diserap sehingga dapat mengakibatkan perubahan yang cepat
pada kadar gula dalam darah.
Karbohidrat yang berasal dari biji-bijian dan kacang-kacangan utuh
selain berfungsi sebagai sumber energi, juga sebagai sumber serat. Banyak
lansia yang mengalami diare jika mengkonsumsi susu. Hal ini disebabkan
dalam ususnya tidak terkandung enzim pencerna laktosa, sehingga laktosa
dicerna oleh mikroba usus besar dan menimbulkan diare. Produk-produk
14
susu yang sudah difermentasi, misalnya yoghurt dan keju tidak dapat
menimbulkan diare, karena sebagian besar laktosanya telah digunakan
mikroba dalam proses fermentasi. Disamping sebagai sumber karbohidrat,
susu juga sangat penting sebagai sumber protein, vitamin dan mineral.2,7
Vitamin
Untuk usia lanjut dianjurkan untuk meningkatkan konsumsi makanan
kaya vitamin A, D dan E untuk mencegah penyakit degeneratif (sebagai
antioksidan). Selain itu, konsumsi makanan yang banyak mengandung
vitamin B12, asam folat dan B1 juga dianjurkan, untuk menanggulangi
resiko penyakit jantung.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa umumnya para lansia kurang
mengkonsumsi vitamin A, B1, B2, B6, niasin, asam folat, vitamin C, D dan
E. Umumnya kekurangan ini terutama disebabkan dibatasinya konsumsi
makanan, khususnya buah-buahan dan sayuran.7
Mineral
Masalah kekurangan mineral yang paling banyak diderita lansia
adalah kurang mineral kalsium yang menyebabkan kerapuhan tulang dan
kekurangan zat besi yang dapat menyebabkan anemia. Pada usia lanjut
dianjurkan mengkonsumsi makanan kaya Fe, Zn, selenium dan kalsium
untuk mencegah anemia dan pengeroposan tulang terutama pada wanita.
Kebutuhan vitamin dan meneral bagi lansia menjadi penting untuk
membantu metabolisme zat-zat gizi yang lain. Sayuran dan buah hendaknya
dikonsumsi secara teratur sebagai sumber vitamin, mineral dan serat.1,7
Air dan serat
Air sangat penting untuk mengeluarkan sisa pembakaran energi
tubuh. Selain itu serat juga dianjurkan untuk usia lanjut agar buang air besar
menjadi lancar.
Cairan dalam bentuk air dalam minuman dan makanan sangat
diperlukan tubuh untuk mengganti yang hilang (dalam bentuk keringat dan
urine), membantu pencernaan makanan dan membersihkan ginjal (membantu
15
fungsi kerja ginjal). Orang dewasa dianjurkan minum sebanyak 2 sampai 2,5
liter per hari. Ketentuan ini berlaku pula pada lansia (minum lebih dari 6 - 8
gelas per hari).
Serat tidak mengandung zat gizi tetapi kehadirannya dalam tubuh
sangat diperlukan. Salah satu masalah yang banyak diderita para lansia
adalah sembelit atau konstipasi. Serat makanan telah terbukti dapat
menyembuhkan kesulitan tersebut. Sumber serat yang baik bagi lansia adalah
sayuran, buah-buahan segar dan buji-bijian utuh. Lansia tidak dianjurkan
untuk mengkonsumsi suplemen serat (yang dijual secara komersial), karena
dikuatirkan konsumsi seratnya terlalu banyak, yang dapat menyebabkan
mineral dan zat gizi lain terserap oleh serat sehingga tidak dapat diserap
tubuh.7
Tabel 4. Angka kecukupan energi dan zat gizi yang dianjurkan untuk
lansia dalam sehari
Komposisi Laki-laki Perempuan
Energi (Kal)
Protein (gram)
Vitamin A (RE)
Vitamin D (ug)
Vitamin E (mg)
Vitamin K (ug)
Thiamin (mg)
Riboflavin (mg)
Niasin (mg)
Vitamin B12 (mg)
Asam folat (ug)
Vitamin C (mg)
Kalsium (mg)
Fosfor (mg)
Magnesium (mg)
2050
60
600
15
15
65
1
1.3
16
2.4
400
90
800
600
300
1600
50
500
15
15
55
1
1.1
14
2.4
400
75
800
600
270
16
Besi (mg)
Seng (mg)
Iodium (ug)
13
13.4
150
12
9.8
150
Sumber : Tabel Angka Kecukupan Gizi 2004 di Indonesia
2.6 Masalah Gizi pada Lanjut Usia
Masalah gizi pada usia lanjut sebagian besar merupakan masalah gizi
lebih dan kegemukan/ obesitas yang memacu timbulnya penyakit degeneratif
seperti penyakit jantung koroner, hipertensi, diabetes mellitus, batu empedu,
gout (rematik), ginjal, sirosis hati, dan kanker. Namun demikian masalah gizi
kurang juga banyak terjadi pada orang tua seperti kurang energi kronis
(KEK), anemia dan kekurangan zat gizi mikro lain.
Kegemukan atau Obesitas
Keadaan ini disebabkan karena pola konsumsi yang berlebihan,
banyak mengandung lemak, protein dan karbohidrat yang tidak sesuai
dengan kebutuhan. Kegemukan ini biasanya terjadi sejak usia muda, bahkan
sejak anak-anak. Seseorang yang sejak kecil sudah gemuk mempunyai
banyak sel lemak yang bilamana konsumsi meningkat cenderung sel lemak
itu diisi kembali sehingga mudah menjadi gemuk. Proses metabolisme yang
menurun pada usia lanjut, bila tidak diimbangi dengan peningkatan aktivitas
fisik atau penurunan jumlah makanan sehingga kalori yang berlebih akan
diubah menjadi lemak mengakibatkan kegemukan.5
Osteoporosis
Massa tulang telah mencapai maksimum pada usia sekitar 35 tahun
untuk wanita dan 45 tahun untuk pria dan akan menurun seiring
bertambahnya usia karena lebih banyak jumlah sel tulang yang dirombak
daripada jumlah sel baru yang dibangun. Saat itulah dimulainya fase awal
terjadinya osteoporosis, yaitu proses pengeroposan tulang yang berakibat
tulang menjadi rapuh, mudah retak, atau patah. Bila konsumsi kalsium
17
kurang, dalam jangka waktu lama akan timbul osteoporosis. Proses
osteoporosis berlangsung jauh lebih cepat terjadinya pada wanita usia tua
daripada pria usia yang sebaya, yaitu pada wanita 4 kali lebih cepat.
Osteoporosis pada wanita biasa terjadi setelah 2 tahun menopause. Hal ini
karena massa tulang wanita lebih kecil daripada pria dan pada waktu wanita
memasuki fase menopause, ovarium berhenti memproduksi hormon estrogen
yang memiliki peranan penting dalam menjaga terpeliharanya keseimbangan
antara sel-sel yang membangun tulang baru dan sel-sel yang merombak
tulang yang sudah tua. Bila kehilangan mineral kalsium terjadi pada tulang
belakang dapat dilihat bahwa orang tua akan menjadi bongkok.1,5
Anemia
Penyebab anemia pada usia lanjut ini selain karena kekurangan zat
gizi (Fe, Asam folat, Vit B12 dan protein) juga faktor lain seperti
kemunduran proses metabolisme sel darah merah (hemoglobin). Kurangnya
konsumsi makanan hewani sebagai sumber zat besi (heme iron) merupakan
penyebab terjadinya anemia kekurangan besi. Batas ambang untuk
menentukan anemia adalah 13 g% untuk pria dan 12 g% untuk wanita.5
Gout
Kelainan metabolisme protein menyebabkan asam urat dalam darah
meningkat yang menyebabkan rasa nyeri dan bengkak di sendi. Pada
penderita gout perlu pembatasan konsumsi protein agar kadar asam urat
dalam darah menurun. Selain itu asam urat yang berlebih dapat menjadi
pencetus terjadinya batu ginjal.5
Kurang Energi Kronis (KEK)
Kurangnya nafsu makan yang berkepanjangan pada usia lanjut dapat
menyebabkan penurunan berat badan yang drastis. Di samping kurangnya
karbohidrat, lemak dan protein sebagai zat gizi makro pada penderita KEK
biasanya juga disertai kekurangan zat gizi mikro yang lain. Penderita dengan
18
infeksi kronis dan keganasan berat badannya juga menurun. Seseorang
dikatakan menderita KEK bila IMT < 17.5
Kekurangan zat gizi mikro lain
Kekurangan vitamin A
Kekurangan vitamin A dapat mengganggu proses penglihatan,
kerusakan sel epitel kulit menjadi kering dan tipis, serta menurunkan
metabolisme protein sehingga berakibat menurunnya berat badan.5,8
Kekurangan vitamin B1, asam folat dan vitamin B12.
Kekurangan vitamin di atas dapat meningkatkan kadar homosistein
dalam darah. Peningkatan homosistein dihubungkan dengan meningkatnya
risiko terjadinya penebalan pembuluh darah dan risiko penyakit jantung
koroner dan darah tinggi.
Kekurangan tiamin (vitamin B1) dapat menyebabkan kurang nafsu
makan, cepat merasa lelah, kerusakan vaskuler dan sel saraf serta beri-beri.
Vitamin B12 dapat kekurangan pada lansia akibat penurunan penyerapan dan
konsumsi obat-obatan. Akibatnya adalah dementia dan anemia. Konversi
folat menjadi asam folinat (bentuk aktifnya) berkurang karena penurunan
vitamin C pada lansia. Defisiensi folat menyebabkan dementia, lemah, apatis,
dan anemia megaloblastik.5,7,8
Kekurangan vitamin C
Gejala yang ditimbulkan dalah sariawan di mulut dan perdarahan
gusi, disebabkan karena kurangnya konsumsi sumber vitamin C (sayur dan
buah-buahan). Vitamin ini juga disebut antioksidan yang dapat menurunkan
risiko terjadinya keganasan. Vitamin C dapat pula mencegah terjadinya plak
dalam dinding pembuluh darah (mencegah aterosklerosis).5,7,8
Kekurangan vitamin D
Tubuh manusia dapat membuat vitamin D dari 7-dehidrokolesterol
dengan pertolongan sinar ultraviolet dan diubah oleh ginjal menjadi bentuk
19
aktifnya yaitu 1,25 hidroksi kolekalsiferol. Dengan menurunnya aktivitas di
luar rumah dan penurunan fungsi ginjal dapat membuat lansia kekurangan
vitamin ini. Kekurangan vitamin D dapat mengakibatkan kerapuhan tulang
dan gigi.5,7,8
Kekurangan vitamin E
Vitamin ini sering disebut dengan anti ketuaan, karena dihubungkan
dengan peningkatan kesuburan. Vitamin E juga berfungsi sebagai
antioksidan dalam sistem biologis, yaitu dapat menurunkan radikal bebas dan
kerusakan membran sel/ jaringan.5,7,8
Kekurangan mineral seng (Zn)
Kurangnya konsumsi makanan hewani dapat mengakibatkan
kekurangan Zn. Gejala yang ditimbulkan antara lain terjadinya kekurangan
daya pengecap dan kelainan pada kulit.
Kekurangan serat
Pada usia lanjut, karena kesulitan mengunyah cenderung
mengkonsumsi makanan yang sudah diproses, yang sedikit mengandung
serat. Kekurangan serat dapat meningkatkan risiko menderita kanker usus
besar. Selain itu pada usia lanjut juga sering terjadi susah buang air dan
wasir.1,5
2.7 Penatalaksanaan Gizi pada Lanjut Usia
Bertujuan untuk mengubah faktor-faktor gizi yang dapat
meningkatkan risiko penyakit kronik atau degeneratif. Selain itu, untuk
membantu para usia lanjut agar mempertahankan kesehatan, kesejahteraan
dan kapasitas fungsionalnya secara optimal.
Penyuluhan dan konsultasi gizi
20
Dapat dilaksanakan oleh petugas gizi atau kesehatan kepada
usia lanjut baik yang ada di panti, tempat pelayanan kesehatan
(puskesmas, rumah sakit) atau di keluarga melalui paguyuban/
perkumpulan/ posyandu usia lanjut.
Pendidikan gizi bertujuan agar para usia lanjut :
Dapat memilih makanan yang mengandung nilai gizi seimbang
sesuai dengan kondisi kesehatannya.
Mendapatkan gizi yang cukup melalui diit makanan yang teratur.
Mencapai dan mempertahankan berat badan ideal
Mengatasi perubahan fungsi saluran pencernaan yang menyertai
proses penuaan
Mencegah atau menghambat perkembangan osteoporosis
Intervensi atau menanggulangi masalah gizi yang dideritanya
Selalu berkonsultasi dengan dokter/ petugas kesehatan bila
menderita penyakit yang berkaitan dengan masalah gizi.5
21
BAB III
KESIMPULAN
Proses menua terjadi secara alami dan spontan, tidak dapat dicegah oleh
siapapun juga. Saat menua, manusia akan mulai mengalami dan merasakan
kemunduran fisik. Yang dapat dilakukan seseorang adalah menjaga kesehatan
melalui aktivitas fisik dan gizi yang baik. Akibat berkurangnya aktivitas tubuh,
kebutuhan lansia akan kalori akan semakin menurun, tetapi tetap memerlukan
karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral dan serat dalam jumlah yang
seimbang. Apabila seseorang yang telah lanjut usia tidak segera mengubah pola
makannya, maka risiko kegemukan dan serangan penyakit lainnya tidak dapat
dihindari. Konsumsi makanan yang cukup dan seimbang akan bermanfaat bagi
usia lanjut untuk mencegah atau mengurangi kemungkinan penyakit degeneratif
atau kekurangan gizi dan sebaiknya hal ini telah dilakukan sejak usia muda.
Akhirnya, dengan gizi yang baik dan aktivitas tubuh yang cukup,
seseorang yang telah berusia lanjut akan tetap nampak segar dan produktif.
Dengan bekal tubuh yang sehat, seseorang yang seseungguhnya telah berusia
lanjut tetap dapat hidup mandiri, berguna bagi diri sendiri maupun orang lain.
22
DAFTAR PUSTAKA
1. Boedhi Darmojo dan Hadi Martono. 2000. Buku Ajar Geriatri. Jakarta :
FKUI
2. Made Astawan dan Mita Wahyuni. 1998. Gizi dan Kesehatan Manula.
Jakarta : MSP
3. Assist Guide Information Services (AGIS). http://wwww..agis.com/
Document /2552/ geriatric-nutrition.aspx. 2011.
4. Data Statistik Indonesia. http://www.datastatistik-indonesia.com/
contentview 460 460/1/3/. 2007.
5. Departemen Kesehatan RI. 2005. Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia
Lanjut bagi Petugas Kesehatan. Jakarta : Depkes RI.
6. Komisi Nasional Lanjut Usia. http://www.komnaslansia.or.id/prog/-
komnaslansia.asp ?utk=1&noid=3. 2009.
7. Sutrisno Koswara. http://www.Ebookpangan.com. 2011.
8. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. 2009. Gizi dan
Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
9. Ade Sofyan. 2009. Program Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut. Dinas
Kesehatan Kabupaten Cianjur.
10. Siar. Posbindu Program Pelayanan untuk Lansia.http://www.siar.or.id/
Default.asp?content=feature&id=810&show=pembaca. 2010.
23