Upload
laeliyah
View
62
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Glaukoma bukanlah kanker, dan tidak pula ditemukan radang dan
infeksi. Glaukoma merupakan penyakit yang berjalan progesif yang sering tidak
memberikan rasa sakit. Penglihatan yang hilang pada glaukoma tidak dapat pulih
lagi. Terdapat berbagai bentuk glaukoma. Tidak ada satupun yang dapat
mencegah timbulnya galukoma pada seseorang. Hal ini dapat terjadi karena
bentuk genetika, dimana tidak ada salah makan, tidak memakai obat yang salah,
atau salahnya cara hidup sehari-hari.
Sudah lima puluh tahun dikatakan bahwa glaukoma adalah penyakit
tekanan bola mata yang tinggi. Tekanan bola mata yang tinggi mengakibatkan
kerusakan akson saraf optik dan akan mengakibatkan kekuatan yang progresif.
I.2 Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian glaukoma?
2. Bagaimana etiologi glaukoma?
3. Bagaimana manifestasi klinis glaukoma?
4. Bagaimana patofisiologi glaukoma?
5. Bagaimana klasifikasi glaukoma?
6. Bagaimana pemeriksaan mata pada glaukoma?
7. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien glaukoma?
1
I.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian glaukoma.
2. Mengetahui etiologi glaukoma.
3. Mengetahui manifestasi klinis glaukoma.
4. Mengetahui patofisiologi glaukoma.
5. Mengetahui klasifikasi glaukoma.
6. Mengetahui pemeriksaan mata pada glaukoma.
7. Mengetahui asuhan keperawatan pada klien glaukoma.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Glaukoma adalah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya
peningkatan TIO, penggaungan, dan degenerasi saraf optik serta defek lapang
pandang yang khas. ( Anas Tamsuri, 2010 : 72 )
Glaukoma merupakan sekelompok penyakit kerusakan saraf
optik(neoropati optik) yang biasanya disebabkan oleh efek peningkatan tekanan
okular pada papil saraf optik. Yang menyebabkan defek lapang pandang dan
hilangnya tajam penglihatan jika lapang pandang sentral terkena. (Bruce James.
et al , 2006 : 95)
Glaukoma adalah kelompok penyakit mata yang ditandai dengan
berkurangnya lapang pandang akibat kerusakan saraf optikus kerusakan ini
berhubungan dengan peningkatan TIO yang terlalu tinggi. (Brunner & Suddarth)
Glaukoma adalah penyakit mata yang ditandai ekskavasi glaukomatosa,
neuropati saraf optik, serta kerusakan lapang pandang yang khas dan utamanya
diakibatkan oleh tekanan bola mata yang tidak normal. (Sidarta Ilyas, 2002 : 239)
2.2 Etiologi
Didalam bola mata sebelah depan
terdapat bilik mata depan. Bilik mata
depan yang merupakan ruangan
didalam mata yang dibatasi kornea,
iris, pupil, dan lensa yang diisi oleh
ciran mata (aqueos humor). Cairan
ini megatur makanan untuk kornea,
lensa, demikian pula oksigennya, yang mempunyai kapasitas isi tertentu untuk
mempertahankan bola mata agar menjadi bulat.
3
Bilik anterior dan bilik posterior mata terisi oleh cairan
encer yang disebut humor aqueus. Bila dalam keadaaan normal,
cairan ini dihasilkan didalam bilik posterior, melewati pupil
masuk kedalam bilik anterior lalu mengalir dari mata melalui
suatu saluran. Jika aliran cairan ini terganggu (biasanya karena
penyumbatan yang menghalangi keluarnya cairan dari bilik
anterior), maka akan terjadi peningkatan tekanan.
Peningkatan tekanan intraokuler akan mendorong
perbatasan antara saraf optikus dan retina di bagian belakang
mata. Akibatnya pasokan darah kesaraf optikus berkurang
sehingga sel-sel sarafnya mati. Karena saraf optikus mengalami
kemunduran, maka akan terbentuk bintik buta pada lapang
pandang mata. Yang pertama terkena adalah lapang pandang
tepi, lalu diikuti oleh lapang pandang sentral. Jika tidak diobati,
glaukoma pada akhirnya bisa menyebabkan kebutaan.
Adapun beberapa faktor risiko yang dapat mengarah pada kerusakan glaukoma:
1. Peredaran darah dan regulasinya, darah yang kurang akan menambah
kekurangan.
2. Tekanan darah rendah atau tinggi.
3. Fenomena autoimun.
4. Degenerasi primer sel ganglion.
5. Usia diatas 45 tahun.
6. Keluarga mempunyai riwayat glaukoma.
7. Miopia berbakat untuk terjadi glaukoma sudut tertutup atau sempit.
8. Pasca bedah dengan hifema atau infeksi.
9. Epidemiologi:
a. Etnis Afrika dibanding dengan kaukasus pada glaukoma sudut terbuka
primer adalah 4:1
b. Glaukoma berpigmen terutama terdapat pada etnis Kaukasus
4
c. Pada Etnis Asia glaukoma sudut tertutup lebih sering dibanding sudut
terbuka.
2.3 Manifestasi Klinis
No Jenis glaukoma Tanda dan Gejala
1. Glaukoma primer
Glaukoma sudut terbuka
- Kerusakan visus yang serius
- Lapang pandang mengecil dengan macam –
macam skotoma yang khas
- Perjalanan penyakit progresif lambat
2. Glaukoma primer
Glaukoma sudut tertutup
- Nyeri hebat didalam dan sekitar mata
- Timbulnya halo disekitar cahaya
- Pandangan kabur
- Sakit kepala
- Mual dan muntah
- Kedinginan
- Demam bahkan perasaan takut mati mirip
serangan angina, yang dapat sedemikian kuatnya
sehingga keluhan mata (gangguan penglihatan,
fotofobia dan lakrimasi) tidak begitu dirasakan
oleh klien.
3. Glaukoma sekunder - Pembesaran bola mata
- Gangguan lapang pandang
- Nyeri didalam mata
4. Glaukoma konginetal - Gangguan penglihatan
Kebanyakan penderita tidak memberikan gejala pada mata kecuali bila
keadaan dimana terjadi gangguan penglihatan. Bila saraf optik mulai rusak akan
terjadi pengecilan lapang pandangan dan bila kerusakan telah lanjut maka akan
terjadi kebutaan.
Hal yang memperberat risiko glaukoma:
5
1. Tekanan bola mata, semakin tinggi semakin berat
2. Semakin tua semakin berat, semakin bertambah risiko
3. Risiko kulit hitam 7 kali dibanding kulit putih
4. Hipertensi, risiko 6 kali lebih sering
5. Kerja las, risiko 4 kali lebih sering
6. Keluarga panderuta glaukoma, risiko 4 kali lebih sering
7. Tembakau, risiko 4 kali lebih sering
8. Miopia, risiko 2 kali lebih sering
9. Diabetes melitus, risiko 2 kali lebih sering
2.4 Patofisiologi
TIO ditentukan oleh kecepatan produksi aqueos humor dan aliran keluar
aqueos humor dari mata. TIO normal adalah 10-21 mmHg dan dipertahankan
selama terdapat keseimbangan antara produksi dan aliran keluar aqueos humor.
Aqueos humor diproduksi didalam badan silier dan mengalir keluar melalui kanal
Schlemn ke dalam sitem vena. Ketidakseimbangan dapat terjadi akibat produksi
berlebih badan silier atau oleh peningkatan hambatan abnormsal terhadap aliran
keluar aqueos melalui camera oculi anterior (COA). Peningkatan tekanan
intraokuler >23 mmHg memerlukan evaluasi seksama. Peningkatan TIO
mengurangi aliran darah ke saraf optik dan retina. Iskemia menyebabkan struktur
ini kehilangan fungsinya secara bertahap.
Kerusakan jaringan dimulai dari perifer dan bertahap, biasanya dimulai
daro perifer dan bergerak menuju fovea sentralis. Kerusakan visus dan kerusakan
saraf optik dan retina adalah ireversibel dan hal ini bersifat permanen. Tanpa
penanganan, glaukoma dapat menyebabkan kebutaan. Hilangnya penglihatan
ditandai dengan adanya titik buta pada lapang pandang.
6
7
Mata kemerahahan
Kerusakan saraf optik dan retina
Peradangan iris pd kornea
Halo
Usus?
Penipisan serat saraf dan inti bagian dalam retina
Ireversible/kebutaan
Penglihatan kabur
Sudut mata tertutup
Darah menyumbat COA
Trauma
Selaput kornea tipis dan keruh
Hilangnya pandangan perifer
Tekanan pada saraf optik dan retina
Atropi otot
Hipothalamus
Peningkatan TIO
Glaukoma sekunder
Kontusio bola mata
Iskemia
Sampaikan ke impuls saraf N.V
Gg rasa nyaman
Refluks
Res. Gg nutrisi <<< kebutuhan
Mual dan muntah
Pengerasan pd kornea
Menywbar ke pelipis oksiput dan rahang
Merangsang N.trigaminus
Nyeri
Gg perubahan sensori
Res. cidera
2.5 Klasifikasi
Glaukoma terbagi menjadi tipe primer, sekunder, dan kongenital:
1. Glaukoma Primer
Glaukoma jenis ini merupakan bentuk yang paling sering terjad,
struktur yang terlibat dalam sirkulasi dan atau reabsorpsi aquoes humor
mengalami perubahan patologi langsung.
a. Glaukoma Sudut Terbuka
Glaukoma sudut terbuka/glaukoma kronik/glukoma simplek/open-
angel glucoma merupakan bentuk glaukoma primer yang lebih
tersembunyi dan membahayakan serta paling sering terjadi (kurang lebih
90% dari klien glaukoma). Seringkali merupakan gangguan herediter yang
menyebabkan perubahan degeneratif. Bentuk ini terjadi pada individu
yang mempunyai sudut ruang (sudut antara iris dan kornea) terbuka
normal tetapi terdapat hambatan pada aliran keluar aquoes humor melalui
sudut ruangan. Hambatan dapat terjadi di jaringan trabekular, kanal
Schlemn atau vena-vena aquoes.
Glaukoma yang sering ditemukan pada orang normal jalan keluar
cairan mata seimbang, pada glaukoma sudut terbuka terjadi
pembendungan. Bila hal ini terjadi maka cairan akan tertimbun didalam
bola sehingga tekanan bola mata akan meningkat. Pada glaukoma sudut
terbuka cairan mata setelah melalui pupil kedalam bilik mata depan dan
tidak dapat melalui anyaman trabekulum. Keadaan ini mengakibatkan
tekanan bola mata naik yang akan merusak saraf optik. Terjadi perubahan
didalam jaringan mata akibat tekanan yang tinggi merusak serabut
penglihatan halus dalam mata yang berguna untuk penglihatan.
Sering glaukoma ini tidak memberikan gejala. Karena penderita
tidak menyadari menderita glaukoma sudut terbuka karena pada
permulaannya tidak memberikan keluhan. Pada akhir dari penyakitnya
biasanya baru disadari pasien yang mengeluh pada dokternya bahwa
penglihatannya mulai kabur.
8
Glaukoma sudut terbuka mulai timbul keluhan pada usia 40 tahun,
walaupun bisa saja terjadi pada usia berapa saja. Penglihatan biasanya baik
dan tidak terdapat rasa sakit pada mata. Akan tetapi bila proses berjalan
lanjut maka pasien akan merasakan penglihatannya menurun. Benda yang
terletak dibagian sentral masih terlihat jelas akan tetapi yang terletak di
perifer tidak terlihat sama sekali. Pada keadaan ini lapang penglihatan
secara perlahan-lahan menyempit. Bila keadaan berlanjut penglihatan akan
terus berkurang sehingga dapat menjadi buta sama sekali.
Suatu tanda berharga yang dikemukakan oleh Downey yaitu jika di
antara kedua mata selalu terdapat perbedaan TIO 4 mmHg atau lebih,
dianggap menunjukan kemungkinanglaukoma simpleks meskipun tensinya
normal (Wijana N, 1983). Tanda klasik bersifat bilateral, herediter, TIO
meninggi, sudut COA terbuka, bolamata yang tenang, lapang pandang
mengecil dengan macam-macam skotoma yang khas, perjalanan penyakit
progresif lambat.
Tekanan bola mata biasanya lebih dari 25 dan terus menerus
merusak saraf optik sehingga disebut sebagai maling penglihatan.
Glaukoma sudut terbuka tidak memberikan keluhan dengan tekanan bola
mata yang tinggi perlahan-lahan merusak serabut saraf optik, walaupun
tekanan bola mata sudah teratasi penglihatan yang telah hilang tidak dapat
diperbaiki lagi.
Pada pemeriksaan gionoskopi pemeriksaan sudut bilik mata depan
gionolens dapat dilihat sudut bilik mata depan tempat mengalirnya cairan
mata keluar terbuka lebar. Bila sudut ini terbuka lebar sedangkan tekanan
bola mata tinggi maka akan dapat diduga pembendungan cairan mata
keluar berada jauh didalam atau dibelakang sudut pengeluaran ini. Daerah
penyaringan keluar cairan mata ini disebut anyaman trabekulum. Bila telah
dilakukan pemeriksaan tekanan bola mata dan papil saraf optik maka
sebaiknya dilakukan pemerikaan gonioskopi.
9
b. Glaukoma Sudut Tertutup
Glaukoma sudut tertutup/angel-closure glaucomal/close-angel
glaucoma /narrow-angel glaucoma awitannya mendadak dan harus
ditangani sebagai keadaan emergensi. Mekanisme dasar yang terlibat
dalam patofisiologi glauokma ini adalah menyempitnya sudut atau
perubahan letak iris yang terlalu ke depan. Perubahan letak iris
menyebabkan kornea menyempit atau menutup sudut ruangan, yang akan
menghalangi aliran keluar aquoes humor. TIO meningkat dengan cepat,
kadang-kadang mencapai tekanan 50-70 mmHg (deWit, 1998). Tindakan
pada situasi ini harus cepat dan tepat atau kerusakan saraf optik akan
menyebabkan kebutaan pada mata yang terserang.
Tanda dan gejala nyeri hebat di dalam dan sekitar mata, timbulnya
halo disekitar cahaya, pandangan kabur. Klien kadang mengeluhakan
keluhan umum seperti sakit kepala, mual, muntah, kedinginan, demam
bahkan perasaan takut mati mirip serangan angina, dapat sedemikian
kuatnya sehingga keluhan mata (gangguan penglihatan, fotobia dan
lakrimasi) tidak begitu dirasakan klien. Peningkataan TIO menyebabkan
nyeri yang melalui saraf kornea menjalar ke pelips, oksiput dan rahang
melalui cabang-cabang nervus trigeminus. Iritasi saraf vagal dapt
mengakibatkan mual dan sakit perut.
Glaukoma sudut tertutup biasanya bersifat:
a. Herediter
b. Lebih sering terdapat pada pasien rabun dekat (hipermiopia).
c. Bilik mta depan dangkal.
d. Makin dangkal semakin dekat hubungan iris dengan kornea tepi.
e. Pada gonioskopi terlihat iris menempel pada tepi kornea.
f. Bila tekanan mata cukup tinggi iris akan lebih terdorong kedepan
sehingga makin tertutup jalan keluar cairan mata.
g. Iris terletak dekat anyaman trabekula.
h. Pada usia lanjut ukuran lensa bertambah.
10
2. Glaukoma sekunder
Glaukoma sekunder adalah glaukoma yang terjadi akbat penyakit
mata lain yang menyebabkan penyempitan sudut atau peningkatan volume
cairan di dalam mata. Kondisi ini secara tidak langsung mengganggu
aktivitas truktur yang terlibat dalam sirkulasi dan atau reabsorpsi aqus
humor.
Gangguan ini terjadi akibat:
1. Perubahan lensa, dislokasi lensa, intumesensi lensa yang katarak,
terlepasnya kapsul lensa pada katarak.
2. Perubahan uvea, uveitis anterior, melanoma dari jaringan uvea,
neovaskularisasi di iris.
3. Trauma, hifema, kontusio bulbi, robeknya kornea/limbus disertai
prolaps iris.
4. Operasi, pertumbuhan epitel yang masuk cameri oculi anterior (COA),
gagalnya pembentukan COA setelah operasi katarak, uveitis
pascaekstraksi katarak yang menyebabkan perlengketan iris.
3. Glaukoma Konginetal
Glaukoma kongenital disebabkan oleh gagal atau pembentukan
yang tidak normal dari anyaman trabekulum.
Biasanya berjalan: - Sporadik
- Terdapat 10% dengan pola herediter
- Diduga bersifat autosomal resesif
2.6 Pemeriksaan Mata Pada Glaukoma
a. Digital Tonometri
Untuk menentukan tekanan bola mata dengan cepat yaitu dengan memakai
ujung jari pemeriksa tanpa memakai alat khusus. Dengan menekan bola
mata dengan jari pemeriksa diperkirakan besarnya tekanan di dalam bola
mata. Cara pemeriksaan ini memerlukan pengalaman pemeriksaan karena
terdapat faktor subjektif.
11
b. Tonometri Schiotz
Tonometer schiotz merupakan tonometer indentasi atau menekan
permukaan kornea dengan beban yang dapat bergerak bebas pada
sumbunya. Tonometer schiotz tidak dapat dipercaya pada miopi dan
penyakit tiroid dibanding dengan memakai tonometer aplanasi, karena
terdapatnya pengaruh kekakuan sklera pada pemeriksaan dengan
tonometer schiotz.
c. Pemeriksaan kekakuan sklera
d. Tonometri Aplanasi
Teknik melakukan aplanasi tonometri:
1) Diberi anastesi lokal tetrakain pada mata yang akan diperiksa
2) Kertas fluoresein diletakan pada selaput lendir
3) Setelah terlihat lingkaran telapak tonometer pada selaput bening
maka tekanan dinaikan sehingga lingkaran tersebut mendekat
sehingga bagian dalam berimpit.
4) Dibaca tekanan pada tombol putaran tonometer aplanasi yang
memberi gambaran setelah lingkaran berimpit.
e. Oftalmoskopi
Dengan oftalmoskop dapat dilihat saraf optik di dalam mata dan akan
dapat ditentukan apakah tekanan bola mata telah mengganggu saraf optik.
Warna serta bentuk dari mangkok saraf optik pun dapat menggambarkan
ada atau tidak ada kerusakan akibat glaukoma yang sedang diderita.
f. Tonografi
Bertujuan untuk mengukur daya kemampuan pengaliran akuos humor atau
daya pengosongan cairan mata pada sudut bilik mata.
Pemeriksaan dilakukan sebagai berikut:
1) Penderita tidur terlentang dan dengan santai atau napas yang teratur
2) Telapak tonometer didekatkan pada kornea perlahan-lahan tanpa
mengenai jaringan lain
3) Tangan pemeriksa istirahat pada dahi penderita
4) Telapak tonometer diletakkan selama 4 menit
12
5) Alat tonografi yang dipasangan akan melakukan pencatatan selama 4
menit.
g. Gonioskopi
Tindakan untuk melihat sudut bilik mata dengan goniolens. Gonioskopi
adalah suatu cara untuk melihat langsung keadaan patologik sudut bilik
mata, juga untuk melihat hal-hal yang terdapat pada sudut bilik mata. Pada
gonioskopi dipergunakan goniolens dengan suatu sistem prisma dan
penyinaran yang dapat menunjukkan keadaan sudut bilik mata.
h. Pemeriksaan lapang pandangan
Teknik:
1) Pemeriksa menerangkan terlebih dahulu tentang perlunya kerja sama
pada pemeriksaan, perlunya fiksasi terus menerus dan diminta untuk
bereaksi cepat bila sudah melihat sinar datang dari perifer.
2) Pasien diminta duduk di depan perimetri goldmann dengan dagu
terletak pada bantalan dagu.
3) Mata ditutup sebelah.
4) Mata yang tidak ditutup diberi koreksi untuk jauh disertai kaca mata
adisi dan diminta fiksasi pada target yang terletak 33 cm di depan
mata pasien.
5) Objek bercahaya digeser dari perifer ke sentral daerah fiksasi.
6) Pasien harus segera memberi tahu bila melihat cahaya, yang dicatat
pada kartu kampus. Bila ditemukan efek lapang pandangan maka
pemeriksaan diulang paling sedikit 2 kali.
7) Hal ini dilakukan pada 18-20 meridian.
8) Selama pemeriksaan dapat melihat kemampuan fiksasi pasien melalui
lubang pengintip.
13
Hal-hal yang menjadi pertimbangan umum yang berhubungan dengan tekanan
bola mata:
1. Ribuan orang dengan tekanan bola mata dibawah 20 satuan tekanan
(mmHg) tidak memperlihatkan kerusakan saraf optik seperti mata
glaukoma.
2. Penderita glaukoma sebagian besar mempunyai tekanan bola mata lebih
dari 20.
3. Kadang terlihat pengecualian dimana tekanan bola mat 25-30 tidak
memperlihatkan kelainan saraf optik seumur hidupnya. Keadaan ini
mungkin disebabkan mata tersebut mempunyai daya tahan yang lebih
tinggi dibanding orang normal(hipertensi okuli).
4. Sebaliknya pun dapat terjadi dimana tekanan bola mata ynag lebih rendah
dari 20 sudah memperlihatkan kerusakan pada saraf optiknya.
Orang tertentu memerlukan tekanan yang lebih rendah dibanding orang
lain. Pasien ini juga dimasukan kedalam penderita glaukoma(glaukoma
bertekanan rendah atau normal).
Sebenarnya sulit menentukan tekanan bola mata seseorang, karena setiap
mata mempunyai ukuran dan daya tahan yang aberbeda. Akibatnya maka perlu
memeriksa lapang pandangan seseorang setiap 3-4 tahun untuk mengetahui
apakah tekanan bola mata telah mengakibatkan ganagguan pada saraf optik.
Tekanan bola mata perlu diperiksa secara teratur agar tidak terjadi akibat lanjut
dari glaukoma.
2.7 Asuhan keperawatan pada klien glaukoma
1. Pengkajian
A. Data Demografi
1. Umur: glaukoma primer terjadi pada individu berumur >40 tahun.
2. Ras, kulit hitam mengalami kebutaan akibat glaukoma paling
sedikit 5 kali dari kulit putih (deWit,1998).
3. Pekerjaan, terutama yang beresiko besar mengalami trauma mata.
14
B. Riwayat Penyakit
Adakah masalah mata sebelumnya atau yang ada saat ini, riwayat
penggunaan antihistamin (menyebabkan dilatasi pupil yang akhirnya
dapat menyebabkan angel-closure glaucoma), riwayat keluarga
dengan glaukoma, riwayat trauma (terutama yang mengenai mata),
riwayat penyakit lain yang sedang diderita (diabetes melitus,
arteriosklerosis, miopia tinggi).
C. Riwayat Psikososial
Kemampuan aktivitas, gangguan membaca, resiko jatuh,
berkendaraan.
D. Pemeriksaan Fisik
1. Neurosensori
- Gangguan penglihatan (kabur/ tidak jelas), sinar terang dapat
menyebabkan silau dengan kehilangan bertahap penglihatan
perifer, kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat/ merasa
diruang gelap (katarak), tampak lingkaran cahaya/ pelangi
sekitar sinar, kehilangan penglihatan perifer, fotfobia (galukoma
akut) bahan kaca mata/ pengobatan tidak memperbaiki
penglihatan.
- Tanda : pupil menyempit dan merah/mata keras dengan kornea
berwarna, peningkatan air mata.(www.IFC.com)
- Pemeriksaan fisik dilakukan dengan menggunakan oftalmaskop
untuk mengetahui adanya cupping dan atrofi diskus optikus.
- Diskus optikus menjadi lebih luas dan dalampada glaukoma
akut primer, karena anterior dangkal, Aqueus humor keruh dan
pembuluh darah menjalar keluar dari iris.
- Pemeriksaan lapang pandang perifer, pada keadaan akut lapang
pandang cepat menurun secara signifikan dan keadaan kronik
akan menurun secara bertahap.
15
- Pemeriksaan melalui inspeksi, untuk mengetahui adanya
inflamasi mata, sklera kemerahan, kornea keruh, dilatasi pupil,
sedang yang gagal bereaksi terhadap cahaya (Indriana N.
Istiqomah,2004)
2. Nyeri/ kenyamanan
- Ketidaknyamanan ringan/ mata berair (glaukoma kronis)
- Nyeri tiba- tiba / berat menetap atau tekanan pada dan sekitar
mata, sakit kepala (glaukoma akut). (www. IFC.com).
2. Diagnosa Keperawatan
a. Perubahan sensori/persepsi (visual) b.d kerusakan saraf akibat
peningkatan TIO.
b. Nyeri b.d peningkatan TIO diatandai dengan nyeri kepala atau dahi.
c. Ketidakpatuhan (pada program medikasi) b.d efek samping
pengobatan, kurangya motivasi, kesuliktan mengingat regimen terapi
atau implikasi finansial.
d. Defisit pengetahuan (tentang proses penyakit, kondisi klinis, rencana
terapi dan penatalaksanaan di rumah) b.d kurangnya informasi dan
mispersepsi informlasi yang didapat sebelumnya.
16
3.Intervensi Keperawatan
No Diagnosa
Keperawatan
Tujuan Intervensi Rasional
1. Perubahan
sensori/persepsi
(visual) b.d
kerusakan saraf
akibat peningkatan
TIO
1. Mengindetifikasi tipe
perubahan visual yang
dapat terjadi saat TIO
meningkat di atas level
aman
2. Mencari bantuan saat terjadi
perubahan visual
3. Mendapatkan kembali dan
mempertahankan visus
normal dengan pengobatan
1. Melakukan tindakan untuk mencegah
semakin tingginya TIO, meliputi:
-diit rendah natrium
-pembatasan kafein
-mencegah konstipasi
-mencegah manuver Valsalva
-mengurangi stres
2. Memantau kemampuan klien untuk
melihat dengan jelas dan menanyakan
secara rutin tentang terjadinya
perubahan visual.
3. Berkolaborasi dalam pemberian :
-mioti, untuk konstiksi pupil dan
kontraksi otot silier
-agen penghambat pembentuk aqueos
1. Mengontrol TIO dan mencegah
kehilangan penglihatan lanjut.
2. Sementara interverensi dini
mencegah kebutaan. Pasien
menghadapi kemungkinan
mengalami pengalaman
sebagian/total kehilangan
penglihatan telah terjadi tak
dapat diperbaiki, kehilangan
lanjut dapat dicegah.
3. Pemberian agen farmakologi dalam
menghambat pembentukan aquoes humor
17
2. Nyeri b.d
peningkatan TIO
diatandai dengan
nyeri kepala atau
dahi
klien akan mengalami
pengurangan nyeri.
humor, seperti timolol
-inhibitor karbonat anhidrase (seperti
aseta zolmid) untuk mengurangi
produksi aqueos humor
-agen osmoti sistemik (misal gliserin
oral) untuk klien glukoma akut untuk
mengurangi tekanan okular
1. Pertahankan tirah baring ketat pada
posisi semi-Fowler dan cegah tindakan
yang dapat meningkatkan TIO (batuk,
bersin, mengejan)
2. Berikan lingkungan gelap dan terang.
3. Observasi tekanan darah, nadi dan
pernapasan tiap 24 jam jika klien tidak
menerima agen osmotik secara
intravena dan tiap 2 jam jika klien
menerima agen osmotik intravena
4. Observasi derajat nyeri mata setiap 30
secara berlebihan, dan mengurangi tekanan
okular
1. TIO yang berlebihan dapat
menyebabkan kebutaan dan kehilangan
penglihatan.
2. lingkungan gelap dan terang dapat
menguurangi tekanan intra okular yang
berlebihan.
3.
18
3. Ketidakpatuhan
(pada program
medikasi) b.d efek
samping pengobatan,
kurangya motivasi,
kesulitan mengingat
regimen terapi atau
implikasi finansial.
Klien mengetahui
penatalaksaan penyakitnya dan
mampu mengulang dan
mendemonstrasikan kembali
pendidikan kesehatan yang
diberikan
menit selama fase akut
5. Observasi ketajaman penglihatan setiap
waktu sebelum penetesan obat mata
yang dirasakan
6. Berikan obat mata yang diresepkan
untuk glaukoma dan beri tahu dokter
jika terjadi hipotensi
7. Berikan analgesik narkotik yang
diresepkan jika klien mengalami nyeri
hebat dan evaluasi keefektifannya
1. Jika gejala akut terkontrol, berikan
informasi tentang kondisinya.
Tekankan bahwa glaukoma
memerlukan pengobatan sepanjang
hidup, harus teratur dan tidak terputus
2. Instruksikan klien untuk mencari
pertolongan medis jika
ketidaknyamanan mata dan gejala
peningkatan TIO terulang saat
menggunakan obat-obatan
3. Identifikasi efek samping atau reaksi
4.
5.
6. Mencegah terjadinya komplikasi lain.
7. Menghambat nyeri akibat tekanan
intraokular yang berlebihan.
19
4. Defisit pengetahuan
(tentang proses
penyakit, kondisi
klinis, rencana terapi
dan penatalaksanaan
di rumah) b.d
kurangnya informasi
dan mispersepsi
informlasi yang
didapat sebelumnya.
yang merugikan dari pengobatan
4. Mengkaji meningkatnya nyeri mata
akibat:
-kesulitan beradaptasi diruang gelap
-melihat lingkaran pelangi disekitar
cahaya lampu
-menyempitnya pandangan pada satu
mata atau kedua mata
-peningkatan fotofobia dan lakrimasi
1. Ajarkan klien dan keluarga pemberian
tetes mata
2. Berikan informasi tentang dosis, nama,
jadwal, tujuan, dan efek saming obat-
obatan yang diresepkan di rumah
3. Dorong klien merubah pola hidup
menjadi lebih baik
20
4. Anjurkan anggota keluarga memeriksa
secara teratur tanda glaukoma
1. Meningkatkan keefektifan
pengobatan
2. Meningkatkan keefektifan
pengobatan, efek samping
obat/merugikan, mempengaruhi
rentang dari tak nyaman samapi
ancaman kesehatan berat.
Kurang lebih 50% akan
mengalami sensitifitas/alergi
terhadap parasimpatis/obat anti
21
kolines
3. Pola hidup sehat, bersih
merupakan salah satu faktor
yang mendorong keadaan
kesehatan klien menjadi lebih
baik
4. Penyakit ini dapat dikontrol dan
mempertahankan program
konsentrasi program obat
adalah kontrol vital beberapa
obat menyebabkan dilatasi
pupil, peningkatan TIO dan
potensial kehilangan tambahan
Evaluasi
1. Klien dapat mempertahankan visus optimal.
2. Tidak terjadi komplikasi.
22
3. Klien mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari secara aman.
4. Klien mempunyai pengetahuan yang adekuat tentang penyakit dan penatalaksanaannya.
23
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
Glaukoma adalah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya peningkatan TIO,
penggaungan, dan degenerasi saraf optik serta defek lapang pandang yang khas. ( Anas
Tamsuri, 2010 : 72 )
Peningkatan tekanan intraokuler akan mendorong perbatasan antara
saraf optikus dan retina di bagian belakang mata. Akibatnya pasokan
darah kesaraf optikus berkurang sehingga sel-sel sarafnya mati. Karena
saraf optikus mengalami kemunduran, maka akan terbentuk bintik buta
pada lapang pandang mata. Yang pertama terkena adalah lapang
pandang tepi, lalu diikuti oleh lapang pandang sentral. Jika tidak diobati,
glaukoma pada akhirnya bisa menyebabkan kebutaan.
Keluhan yang biasa muncul pada klien glaukoma, penglihatan kabur, rasa sakit yang
berat, sakit kepala, dan rasa mual dan muntah. Glukoma terdiri dari glaukoma primer sudut
terbuka & tertutup, glaukoma sekunder, dan glaukoma konginetal.
b. Saran
Dilaksanakannya asuhan keperawatan pada klien glaukoma diharapkan klien dapat
mempertahankan visus optimal, tidak terjadi komplikasi, klien mampu memenuhi kebutuhan
sehari-hari secara aman, klien mempunyai pengetahuan yang adekuat tentang penyakit dan
penatalaksanaannya. Setelah membaca makalah kami ini, kami berharap kepada pembaca,
khususnya pada mahasiswa keperawatan dapat lebih memahami lebih dalam mengenai
glaukoma.
24