Upload
others
View
8
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035
PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
GRAND DESIGN
PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PROVINSI SUMATERA UTARA
TAHUN 2011-2035
© Pemegang Copyright Pemerintah Provisni Sumatera Utara
Diproduksi oleh : Pemerintah Provnsi Sumatera Utara
Editor : Sekretariat Tim Penyusunan Grand Design Pembangunan Kependudukan
Provinsi Sumatera Utara Tahun 2011-2035
1. Drs. Heru Santosa, MS, PHd
2. Prof. Ida Yustina
3. Dr. Indra Utama,M.Si
4. Dra. Rabiatun Adawiyah, MPHR
5. Drs. H. Fahmi Lubis
6. Drs. H. Hamzah AR
7. Drs. Azantaro
Tim Penyusun :
1. Kelompok Kerja Bidang Pengendalian Kuantitas Penduduk
2. Kelompok Kerja Bidang Peningkatan Kualitas Penduduk
3. Kelompok Kerja Bidang Pembangunan Keluarga
4. Kelompok Kerja Bidang Penataan Persebaran dan Pengaturan Mobilitas Penduduk
5. Kelompok Kerja Bidang Pembangunan database Kependudukan
Konstributor :
1. Pewakilan Badan Kepedudukan Dan Keluarga Berencana Provinsi Sumatera Utara
2. Koalisi Kependudukan Provinsi Sumatera Utara
Cetakan pertama 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang
Pemerintah Provinsi Sumatera Utara, et al. Grand Design Pembangunan Kependudukan
Tahun 2010-2035; -cet. 1.-Medan: Pemerintah Provinsi Sumatera Utara, 2013, 164 hlm, 210
x 297 mm
ISBN ……………………..
ii
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035
PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
Sambutan Gubernur Sumatera Utara
Segala puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan
Yang Maha Esa, atas rahmat-Nya, sehingga penyusunan
dokumen ini dapat diselesaikan. Kerja keras dan kerja cerdas
semua pihak diwakili oleh kelompok-kelompok kerja yang
secara bertahap, berhasil menyelesaikan dokumen acuan bagi
Pembangunan Kependudukan di Sumatera Utara. Masukan dari
berbagai pihak telah memberikan manfaat bagi pelaksanaan
pembangunan kependudukan secara lintas sektor.
Bertitik tolak pada Undang Undang No.52 Tahun 2009 tentang perkembangan kependudukan dan
pembangunan keluarga, dimana tersirat bahwa pembangunan adalah mencakup semua dimensi dan
aspek kehidupan termasuk perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga untuk
mewujudkan masyarakat adil dan makmur secara berkelanjutan. Pembangunan berkelanjutan
meruapakan pembangunan terencana di segala bidang untuk menciptakan kondisi ideal antara
perkembangan kependudukan dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan serta memenuhi
kebutuhan generasi sekarang tanpa harus mengurangi kemampuan dan kebutuhan generasi
mendatang sehingga menunjang kehidupan bangsa.
Bagi sebagian pengambil kebijakan, pertumbuhan penduduk yang meningkat dianggap tidak
merisaukan. Akan tetapi, bagi sebagian yang lain, pertumbuhan penduduk yang meningkat dianggap
sebagai salah satu hambatan dalam mencapai tujuan pembangunan secara luas. Sebagai salah satu
ilustrasi, perubahan jumlah penduduk akan mempengaruhi demand yang kemudian harus dipenuhi
oleh sektor lainnya, misalnya penyediaan kebutuhan dasar manusia, yaitu papan, pangan dan
pakaian.
Selain itu, komitmen untuk mengadopsi 20 tahun Plan of Action (PoA) ICPD yang mencakup tujuan
penting kebijakan penduduk dan pembangunan, yaitu pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan
dalam konteks pembangunan berkelanjutan (sustainable development), pendidikan, kesetaraan
gender, penurunan kematian maternal, anak dan bayi, peningkatan akses terhadap pelayanan
kesehatan reproduksi, termasuk keluarga berencana dan kesehatan reproduksi. Target yang tertuang
dalam MDGs, menjadi rujukan pokok penentuan indikator pencapaian pembangunan kependudukan
sampai dengan saat ini. Bukan hanya dalam konteks pembangunan kependudukan, arah kebijakan
iii
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035
PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
pembangunan secara umum juga sangat diwarnai dan dipengaruhi oleh kebijakan yang tertuang
dalam MDGs.
Dalam skala kedaerahan ada dua aspek penting yang perlu dicatat. Pertama adalah perubahan
kewenangan pemerintahan daerah (otonomi daerah) yang menuntut adanya pemahaman dan
komitmen pentingnya pembangunan kependudukan berkelanjutan dari para pimpinan daerah. Dan
kedua, sejalan dengan perubahan pemerintahan tersebut, maka kepada pemerintah kabupaten/kota
diharapkan mampu untuk menyusun, melaksanakan, serta melakukan monitoring dan evaluasi
pembangunan, termasuk didalamnya kebijakan kependudukan.
Untuk mengatasi persoalan tersebut di atas, maka sudah sewajarnya daerah baik provinsi maupun
kabupaten/kota merumuskan acuan bagi pembangunan kependudukan di masa mendatang, baik dari
sisi kebijakan umum dalam bentuk Grand Design Pembangunan Kependudukan (GDPK) Tahun
2011-2035. Grand Design Pembangunan Kependudukan (GDPK) selain diperlukan sebagai arah
bagi kebijakan kependudukan di masa depan juga diharapkan dapat sejalan dengan Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJP) Provinsi Sumatera Utara, Master Plan Percepatan dan
Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) dan Master Plan Percepatan dan Perluasan
Pengurangan Kemiskinan di Indonesia (MP3KI). Dalam konteks pelaksanaannya diperlukan
harmonisasi pelaksanaan kebijakan Pembangunan Kependudukan dengan Pembangunan Ekonomi
Nasional serta Penanggulangan Kemiskinan.
Atas kerjasama yang telah dibangun selama ini dan telah selesainya penyusunan dokumen ini, saya
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak dan khususnya Tim Perumus Penyusunan Grand
Design Pembangunan Kependudukan Provinsi Sumatera Utara yang telah berkontribusi secara aktif.
Semoga dokumen ini bermanfaat adanya dalam rangka pencpaian Visi Sumatera Utara
“Terwujudnya masyarakat Sumatera Utara yang beriman, maju, mandiri, mapan dan
berkeadilan di dalam kebhinekaan”
Medan, Desember 2013
Gubernur Sumatera Utara
H. Gatot Pujo Nugroho, ST, MSi
iv
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035
PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
v
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035
PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .........……………………………………………………………
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………
DAFTAR TABEL ......…………………………………………………………………..
DAFTAR GAMBAR DAN GRAFIK …….……………………………………………
BAB I PENDAHULUAN ……………….........……………………………………….
1.1. Latar Belakang …………………………………………………………….
1.2. Dasar Hukum ………………………………………………………………
1.3. Visi..…………………………………………………………………………
1.4. Misi …………………………………………………………………………..
1.5. Arah Kebijakan ………………………………………………………………
1.6. Tujuan ….………………………………………………………………….
1.7. Sasaran ……………………………………………………………………….
1.8. Hubungan Grand Design Pembangunan Kependudukan Sumatera Utara
Dengan Dokumen Perencanaan Lain ……………………………………..
BAB II KONDISI GEOGRAFIS DAN KEWILAYAHAN ………………………..
2.1. Kondisi Geografis………………………………………………………….
2.2. Kondisi Kewilayahan ……..………………………………………………..
2.3. Kondisi Topografi, Geologi, Hidrologi dan Klimatologi …………………..
BAB III KONDISI KEPENDUDUKAN SAAT INI ……………………………….…
3.1. Kuantitas Penduduk …………………………………………………
3.1.1. Jumlah Penduduk ……………………………………………….
3.1.2. Kepadatan Penduduk …………………………………………….
3.1.3. Rasio Jenis Kelamin ………………………………………………..
3.1.4. Angka Ketergantungan Umur …………………………………..
3.1.5. Penduduk Lanjut Usia (Lansia) …………………………………
3.1.6. Perilaku Fertilitas ……………………………………………
3.1.7. Keluarga Berencana ………………………………………………
3.1.8. Proyeksi Penduduk Sumatera Utara Tahun 2010-2035 …………
3.2. Kualitas Penduduk ……………………………………………
3.2.1. Pendidikan ………………………………………………..…………
3.2.2. Kesehatan …………………………………………………………
3.3. Kesejahteraan Penduduk …………………………………………………….
3.4. Persebaran Dan Mobilitas Penduduk …………………………………….
3.4.1. Persebaran Penduduk ……………………………………
3.4.2.Mobilitas Penduduk …………………………………………….
3.5. Manajemen Data Kependudukan ………………………………………….
BAB IV KEKUATAN, KENDALA, TANTANGAN, DAN PELUANG ……………
4.1. Kekuatan ………………… …………………………………………………
4.2. Kendala ........................................................................................................
4.3. Tantangan ....................................................................................................
4.4. Peluang ...................................................................................................
ii
iv
vi
vii
1
1
5
6
6
7
8
8
9
11
11
14
15
18
18
18
20
22
24
26
27
29
35
43
43
45
50
54
54
56
71
75
75
76
77
79
vi
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035
PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
BAB V ISU STRATEGIS DAN ROADMAP KONDISI KEPENDUDUKAN YANG
DIINGINKAN ..................
5.1. Roadmap Pengendalian Kuantitas Penduduk Diinginkan Dan Pokok- Pokok
Kembangunan…………………….
5.2. Roadmap Peningkatan Kualitas Penduduk Diinginkan Dan Pokok-Pokok
Kembangunan …………………………………………………………….
5.3. Roadmap Penataan Persebaran Dan Mobilitas Kependudukan Dinginkan
Dan Pokok-Pokok Kembangunan ………………..……………………….
5.4. Roadmap Pembangunan Keluarga Diinginkan Dan Pokok-Pokok
Pembangunan …………………………………………………………….
5.5. Roadmap Pembangunan Database Kependudukan Diinginkan Dan Pokok-
Pokok Pembangunan ………………………………………………….
BAB VI PENUTUP ....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………..
LAMPIRAN : - Keputusan Gubernur Sumatera Utara No.188.44/5234/KPTS/2012
tentang
Tim Penyusunan Grand Design Pembangunan Kependudukan
Provinsi
Sumatera Utara Tahun 2011-2035
Lampiran Keputusan Gubernur Sumatera Utara Tentang Susunan Tim
Penyusunan Grand Design Pembangunan Kependudukan Provinsi
Sumatera
Utara Tahun 2011-2035 ………….…………………………
80
83
88
92
97
10
10
10
10
vii
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035
PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Kabupaten/Kota Di Provinsi Sumatera Utara
…………………………………………………..
Tabel 3.1. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Dan Kabupaten/Kota
…………………….
Tabel 3.2. Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut Kabupaten/Kota Provinsi
Sumatera Utara
…………………………………………………………………………………
Tabel 3.3. Jumlah Penduduk Menurut Kabupaten/Kota Dan Jenis Kelamin Provinsi
Sumatera Utara ………………………………………………………
Tabel 3.4. Kepadatan Penduduk Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara
…….
Tabel 3.5. Rasio Jenis Kelamin Penduduk Menurut Kabupaten/Kota Provinsi
Sumatera Utara ……………………………………………………………
Tabel 3.6. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Dan Kabupaten/Kota
…………………….
Tabel 3.7. Jumlah Dan Persentase Penduduk Usia Lanjut Provinsi Sumatera Utara
…………
Tabel 3.8. Proyeksi Penduduk Provinsi Sumatera Utara 2010-2035
…………………………………
Tabel 3.9. Jumlah Penduduk Sumatera Utara Tahun 2010
……………………………………………….
Tabel 3.10. Jumlah Penduduk Sumatera Utara Tahun 2015
………………………………………………
Tabel 3.11. Jumlah Penduduk Sumatera Utara Tahun 2020
………………………………………………
Tabel 3.12. Jumlah Penduduk Sumatera Utara Tahun 2025
………………………………………………
Tabel 3.13. Jumlah Penduduk Sumatera Utara Tahun 2030
………………………………………………
Tabel 3.14. Jumlah Penduduk Sumatera Utara Tahun 2035
………………………………………………
Tabel 3.15. Perkembangan Angka Melek Huruf Penduduk Usia Diatas 15 Tahun
Dari Tahun 2008-2012 ……………………………………………………
Tabel 3.16. Pendidikan Di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2008–2010
……………………………..
Tabel 3.17. Jumlah Keluarga Menurut Tahapan Keluarga Hasil Pendataan Keluarga
Di
15
18
19
21
22
24
25
26
36
37
38
39
40
41
42
43
45
53
55
58
59
63
67
68
85
92
viii
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035
PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
Provinsi Sumatera Utara Tahun 2009 Dan 2010
………………………………………………
Tabel 3.18. Persebaran Penduduk Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara
……
Tabel 3.19. Angka Migrasi Risen per 1000 Penduduk Sumatera Utara,1980–2010
……………
Tabel 3.20. Angka Migrasi Masuk, Migrasi Keluar Dan Migrasi Netto
Kabupaten/Kota Di
Sumatera Utara Tahun
2010……………………………………………………………………………
Tabel 3.21. Kepadatan Penduduk Migrasi Netto Dan Pertumbuhan Ekonomi
Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara Tahun 2010-2012
……………………………………
Tabel 3.22. Fenomena Ekonomi 14 Kabupaten/Kota Migrasi Netto Positif Sumatera
Utara
2012
…………………………………………………………………………………………
…………………….
Tabel 3.23. Fenomena Pendidikan Dan Kesehatan 14 Kabupaten/Kota Migrasi
Netto
Positif Sumatera Utara, 2012
…………………………………………………………………………
Tabel 5.1. Kondisi Diinginkan Akhir Roadmap Menurut Indikator dan Parameter
Pengendalian Kuantitas Penduduk Provinsi Sumatera Utara 2010-2035
…………
Tabel 5.2. Kondisi Diinginkan Akhir Roadmap Menurut Indikator dan Parameter
Peningkatan Kualitas Penduduk Provinsi Sumatera Utara 2010-2035
……………..
Tabel 5.3. Kondisi Diinginkan Akhir Roadmap Menurut Indikator dan Parameter
Penataan Persebaran Dan Mobilitas Kependudukan Provinsi Sumatera
Utara
2010-2035
…………………………………………………………………………………………
……………
Tabel 5.4. Kondisi Diinginkan Akhir Roadmap Menurut Indikator dan Parameter
Pembangunan Keluarga Provinsi Sumatera Utara 2010-2035
…………………………
Tabel 5.5. Kondisi Diinginkan Akhir Roadmap Menurut Indikator dan Parameter
Pengembangan Database Kependudukan Provinsi Sumatera Utara 2010-
2035
96
10
0
10
4
ix
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035
PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1. Tujuan Pembangunan Kependudukan Selama 2011-2035
…………………………..
Gambar 1.2. Kerangka Pikir Perumusan Grand Design Pembangunan
Kependudukan ……
Gambar 1.3. Arahan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2002-2025
………….
Gambar 2.1. Peta Wilayah Sumatera Utara Berdasarkan Kemiringan Lereng
………………….
Gambar 2.2. Peta Wilayah Sumatera Utara Berdasarkan Ketinggian Lahan
……………………..
Gambar 3.1. Laju Pertumbuhan Penduduk Sumatera Utara
…………………………………………….
Gambar 3.2. Kecenderungan TFR Provinsi Sumatera Utara
…………………………………………….
Gambar 3.3. Angka Kelahiran Total (TFR) Menurut Kabupaten/Kota Sumatera
Utara
Tahun 2009
…………………………………………………………………………………………
………
Gambar 3.4. Age Specific Fertility Rate (ASFR) Provinsi Sumatera Utara Dan
Indonesia
SDKI 2007
…………………………………………………………………………………………
………….
Gambar 3.5. Tren Pemakaian Alat/Cara KB Sumatera Utara
…………………………………………….
Gambar 3.6. Pemakaian Alat/Cara KB Menurut Provinsi, SDKI 2007
……………………………….
Gambar 3.7. Pemakaian Alat/Cara KB Menurut Daerah Sumatera Utara (SDKI
2007) ……..
Gambar 3.8. Pemakaian Alat/Cara KB Menurut Pendidikan Sumatera Utara (SDKI
2007)
Gambar 3.9. Kebutuhan KB Yang Tidak Terpenuhi (SDKI 2007) Kekayaan
Sumatera Utara
(SDKI 2007)
8
10
10
16
17
18
28
28
28
29
30
32
33
33
33
33
34
34
36
37
38
39
40
41
42
46
47
48
49
50
x
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035
PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
…………………………………………………………………………………………
……….
Gambar 3.10. Kebutuhan KB Yang Tidak Terpenuhi Menurut Kekayaan Sumatera
Utara
(SDKI 2007)
…………………………………………………………………………………………
……….
Gambar 3.11. Tren Median Umur Kawin Pertama Sumatera Utara
……………………………………
Gambar 3.12. Tren Median Umur Kawin Pertama Indonesia
…………………………………………….
Gambar 3.13. Pertumbuhan Penduduk Sumatera Utara 2010-2035
…………………………………
Gambar 3.14. Piramida Penduduk Sumatera Utara 2010
…………………………………………………..
Gambar 3.15. Piramida Penduduk Sumatera Utara 2015
…………………………………………………..
Gambar 3.16. Piramida Penduduk Sumatera Utara 2020
…………………………………………………..
Gambar 3.17. Piramida Penduduk Sumatera Utara 2025
…………………………………………………..
Gambar 3.18. Piramida Penduduk Sumatera Utara 2030
…………………………………………………..
Gambar 3.19. Piramida Penduduk Sumatera Utara 2035
…………………………………………………..
Gambar 3.20. Kecenderungan Crude Death Rate (CDR) Propinsi Sumatera Utara
……………..
Gambar 3.21. Estimasi Angka Kematian Bayi (IMR) Menurut Provinsi 2010
………………………
Gambar 3.22. Kecenderungan IMR Propinsi Sumatera Utara, 1971-2010
…………………………
Grafik 3.23. Angka Prevalensi Kekurangan Gizi pada Balita per Provinsi di
Indonesia …….
Grafik 3.24. Persentase penduduk miskin Sumatera Utara dan Nasional
Tahun 2008-2012
……………………………………………………………………………………….
Grafik 3.25. Persentase Penduduk Miskin Sumatera Utara dan Nasional
……………………….
Grafik 3.26. Persentase Penduduk Miskin di Perkotaan dan Pedesaan
…………………………..
Grafik 3.27. Persentase Penduduk Miskin menurut Kabupaten/Kota
…………………………….
Gambar 3.28. Tren Indeks Pembangunan Manusia Sumatera Utara
…………………………………. Gambar 3.29. Kepadatan Penduduk Sumatera
Utara Tahun 2010 …………………………………….
Gambar 3.30. Persebaran Penduduk Sumatera Utara Tahun 2010
……………………………………
Gambar 3.31. Peta Kelompok Ekosistem Sumatera Utara
…………………………………………………
Gambar 3.32. Grafik Fenomena Mobilitas Penduduk Region I, II dan III Sumatera
51
51
52
53
54
56
60
64
65
85
89
91
96
10
0
10
4
xi
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035
PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
Utara ….
Gambar 3.33. Grafik Fenomena Mobilitas Penduduk Region IV dan V Sumatera
Utara …….
Gambar 5.1. Roadmap Kondisi Kuantitas Kependudukan Diinginkan
………………………………
Gambar 5.2. Unsur-Unsur Pembangunan Sumber Daya Manusia
…………………………………….
Gambar 5.3. Roadmap Kondisi Kualitas Kependudukan Diinginkan
………………………………..
Gambar 5.4. Roadmap Kondisi Penataan Persebaran Dan Mobilitas Kependudukan
Diinginkan
…………………………………………………………………………………………
…………
Gambar 5.5. Roadmap Kondisi Pembangunan Keluarga Diinginkan
………………………………….
Gambar 5.6. Roadmap Kondisi Pengembangan Databse Kependudukan Diinginkan
………..
xii
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035
PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
DAFTAR ISI
KATA SAMBUTAN ............................................................................................................. iii KATA PENGANTAR ............................................................................................................ iv DAFTAR ISI ............................................................................................................................ v BAB. I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
1.1. Larat Belakang ................................................................................. 1 1.2. Tujuan ................................................................................................ 2 1.3. Ruang Lingkup ................................................................................. 2 1.4. Pengertian Umum terhadap Indikator Dalam Penulisan Profil . 2 1.5. Pengertian Profil ............................................................................... 3 1.6. Cara Pembuatan Profil ..................................................................... 3 1.7. Sistematikan Penyajian .................................................................... 4
BAB. II KUANTITAS PENDUDUK ............................................................ .............. 5 2.1. Tabel; 1. Luas Wilayah, Jumlah dan Kepadatan Penduduk Provinsi Sumatera Utara Tahun 2017 ............................................ 6
2.2. Grafik; 1. Perkembangan Jumlah Penduduk Provinsi Sumatera Utara Tahun 1961 – 2016 ................................................ 7
2.3. Tabel; 2. Jumlah Penduduk Provinsi Sumatera Utara Menurut Jenis Kelamin Tahun 2016 ............................................................... 8 2.4. Tabel; 3. Jumlah Penduduk Provinsi Sumatera Utara Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2016 ........................ 9 2.5. Grafik; 2. Piramida Penduduk Provinsi Sumatera Utara
Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2016 ....... 9 2.6. Tabel; 4. Jumlah Penduduk Provinsi Sumatera Utara Menurut Wilayah Perkotaan dan Pedesaan Tahun 2016 ........................... 10 2.7. Grafik; 3. Tren dan Proyeksi Jumlah Penduduk Provinsi
Sumatera Utara Tahun 2015 – 2040 ............................................... 11 2.8. Grafik; 4. Tren dan Proyeksi Angka Beban Ketergantungan Penduduk Sumatera Utara Tahun 2015 – 2040 .............................11 2.9. Tabel; 5. Jumlah Penduduk Usia Produktif dan Non
Produktif dan Beban Ketergantungan per Kabupaten Kota Sumatera Utara Tahun 2017 .................................................. 12
2.10. Tabel; 6. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut Kabupaten/Kota se Sumatera Utara ............................................ 13 2.11. Tabel; 7. Rata Rata Usia Kawin Pertama Menurut Kabupaten Kota di Sumatera Utara ................................................................... 14 2.12. Tabel; 8. Jumlah Contraceptiv Prevalency Rate (CPR) Menurut Kabupaten dan Kota di Sumatera Utara Tahun 2017 ................ 15 2.13. Tabel; 9. Jumlah Penduduk, PUS dan WUS Menurut
Kabupaten dan Kota di Sumatera Utara Tahun 2017 ................. 16 2.14. Tabel; 10. Jumlah Peserta KB Aktif dan Peserta MIX
Kontrasepsi Jangka Panjang Menurut Kabupaten Kota Sumatera Utara .................................................................................17
2.15. Tabel; 11. Total Fertility Rate (TFR) Menurut Kabupaten Kota Di Sumatera Utara Tahun 2015 ...................................................... 18 2.16. Grafik; 5. Tren Angka Kelahiran Total (TFR) SDKI
1991 – 2017 Sumatera Utara ......................................................... 19
2.17. Garfik; 6. Angka Fertility Total Menurut Karakteristik Latar Belakang, SDKI 2017 Sumatera Utara ......................................... 19 2.18. Tabel; 12. Angka ASFR dan TFR Per Kabupaten Kota,
Menurut SP 2010 ............................................................................. 20 BAB. III KUALITAS PENDUDUK ........................................................................... 21 3.1. Tabel; 13. Angka Partisipasi Murni (APM) Usia Sekolah 7 – 8 Tahun Menurut Jenis Kelamin di Sumatera Utara Tahun 2017 ...................................................................................... 22 3.1. Tabel; 14. Perkembangan Angka Melek Huruf Usia 10 Tahun Ke Atas Menurut Kabupaten Kota se Sumatera Utara ............. 23 3.3. Tabel; 15. Jumlah Kematian dan Persentase Gizi Provinsi Sumatera Utara Tahun 2017 ......................................................... 24 3.4. Tabek; 16. Parameter Hasil Proyeksi Penduduk 2010-2035 .... 25 3.5. Tabel; 17. Pengeluaran Perkapita dengan Harga yang Disesuaikan di Sumatera Utara Tahun 2017 .............................. 26 3.6. Tabel; 18. Jumlah Penduduk Usia 15 Tahun keatas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan di Sumatera Utara Tahun 2017 ...................................................................................... 27 3.7. Tabel; 19. Angka Harapan Hidup Menurut Kabupaten Kota Se Sumatera Utara Tahun 2017 .................................................... 28 3.8. Tabel; 20. Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kota Se Sumatera Utara Tahun 1016 .................................................... 29 3.9. Grafik; 6. Perkembangan Angka Indek Pembangunan Manusia (IPM) Sumatera Utara Tahun 2012 – 1016 ................ 30 3.10. Tabek; 21. Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Menurut Kabupaten Kota Sumatera Utara
Tahun 2012 – 2016 .......................................................................... 31 BAB. IV MOBILITAS PENDUDUK ......................................................................... 32 4.1. Tabel; 22. Migrasi Masuk Risen Sumatera Menurut Provinsi Asal .................................................................................. 33 4.2. Tabel; 23. Migrasi Masuk risen Menurut Kabupaten Kota ...... 34 4.3. Tabel; 24. Persentase Migrasi Masuk risen Menurut Kabupaten Kota dan Alasan Utama Pindah .............................. 35 4.4. Tabel; 25. Migrasi Masuk Risen Sumatera Utara Menurut Kabupaten Kota dan Daerah Asal ............................................. 36 4.5. Tabel; 26. Persentase Migran Masuk Menurut Kabupaten Kota dan Kelompok Umur ......................................................... 37 5.6. Tabel; 27. Persentase Migran Masuk Risen Menurut Kabupaten Kota dan Status Perkawinan ................................. 38 6.7. Tabel; 28. Persentase Migran Masuk Risen Menurut Kabupaten Kota dan Ijazah Tertinggi yang Dimiliki ............. 39 6.8. Tabel; 29. Persentase Migran Masuk Risen Menurut Kabupaten Kota dan Lapangan Usaha Utama ....................... 40 6.9. Tabel; 30. Persentase Migran Masuk Menurut Kabupaten Kota dan Status Kedudukan dalam Pekerjaan Utama .......... 41 6.10. Tabel; 31. Persentase Komuter Menurut kelompok Umur Dan Status Perkawinan .............................................................. 42
BAB. V ASPEK PEMBANGUNAN KELUARGA .......................................... 43 5.1. Tabel; 32. Jumlah Kepala Keluarga Menurut Jenis Kelamin di Sumatera Utara Tahun 2015 .............................. 44 5.2. Tabel; 33. Jumlah Kepala Keluarga Berdasarkan Status Perkawinan .............................................................................. 45 5.3. Tabel; 34. Jumlah Kepala Keluarga Pra Sejahtera dan Sejahtera I Menurut Kabupaten Kota Sumatera Utara Tahun 2015 ............................................................................... 46 5.4. Tabel; 35. Jumlah dan Perkembangan Penduduk Miskin Di Sumatera Utara Tahun 2010 – 2016 ................................. 47
5.5. Tabel; 36. Jumlah dan Jenis Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial di Sumatera Utara Tahun 2016 ......... 48 5.6. Tabel; 37. Banyaknya Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial Menurut Kabupaten Kota Sumatera Utara Tahun 2016 ............................................................................................ 49 5.7. Tabel; 38. Banyaknya Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial Menurut Kabupaten Kota Sumatera Utara Tahun 2016 ............................................................................................ 50 5.8. Tabel; 39. Banyaknya Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial Menurut Kabupaten Kota Sumatera Utara Tahun 2016 ............................................................................................ 51 5.9. Tabel; 40. Banyaknya Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial Menurut Kabupaten Kota Sumatera Utara Tahun 2016 ............................................................................................ 52 5.10. Tabel; 41. Banyaknya Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial Menurut Kabupaten Kota Sumatera Utara Tahun 2016 ............................................................................................ 53 5.11. Tabel; 42. Perkembangan Angka Gini Rasio Menurut Kabupaten Kota Sumatera Utara Tahun 2012 – 2016 ......... 54 BAB. VI ADMINSITRASI PENDUDUK ........................................................... 55 6.1. Tabel; 43. Jumlah Kepemilikan Akta Lahir 0 – 18 per Kabupaten Kota Sumatera Utara Semester I Tahun 2018 .. 56 BAB. VII PENUTUP ............................................................................................. 57 DAFTAR ISTILAH .....................................................................................................58-60
1
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sasaran utama Pembangunan Jangka Panjang adalah terciptanya kualitas manusia dan
masyarakat Indonesia yang maju dalam suasana tenteram dan sejahtera lahir batin,
dalam tata kehidupan masyarakat, bangsa dan negara yang berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945, dalam suasana kehidupan bangsa Indonesia yang serba
serasi, selaras, dan seimbang serta berkesinambungan dalam hubungannya antar sesama
manusia, manusia dengan masyarakat dan manusia dengan alam lingkungannya, serta
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Dalam rangka mencapai sasaran utama tersebut diatas, perlu diadakan upaya
pengembangan kependudukan dan pembangunan Keluarga Berkualitas dengan tujuan
terwujudnya keserasian, keselarasan, dan keseimbangan kuantitas, kualitas dan
persebaran penduduk serta terwujudnya keluarga berkualitas dalam rangka membangun
manusia Indonesia seutuhnya.
Pelaksanaan kebijakan kependudukan di Provinsi Sumatera Utara hingga saat ini telah
menunjukkan keberhasilannya, terutama jika dilihat dari sisi kuantitas penduduk.
Sebagai contoh adanya penurunan angka kelahiran total atau Total Fertility Rate (TFR)
dan penurunan pertumbuhan penduduk secara konsisten selama periode 1970-2000.
Akan tetapi, hasil sensus penduduk maupun survei akhir-akhir ini untuk Nasional,
misalnya Sensus Penduduk 2010 dan SDKI 2012, menunjukkan kecenderungan yang
cukup mengkhawatirkan. Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012
misalnya menunjukkan bahwa TFR mengalami stagnasi, meskipun untuk Sumatera
Utara sendiri TFR mengalami penurunan periode SDKI 2007 dan 2012, demikian juga
dengan hasil sensus penduduk 2010.
Adapun hasil Sensus Penduduk (SP) 2010 yang secara umum di kabupaten/kota
menunjukkan TFR dalam keadaan relative tetap walaupun ada beberapa daerah yang
mengalami penurunan. Hasil lain dari SP 2010 menunjukkan bahwa angka pertumbuhan
BAB
I
2
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
penduduk meningkat dibandingkan dengan SP tahun 2000 meskipun peningkatannya
tidak signifikan. Selain kondisi TFR, dinamika kependudukan Kabupaten/Kota di
Provinsi Sumatera Utara diindikasikan adanya peranan migrasi, baik migrasi bersifat
horizontal atau vertikal (perubahan status sosial dan pemekaran).
Jika hal ini tidak dicermati secara seksama, dikhawatirkan tujuan kebijakan
kependudukan dari sisi kuantitatif untuk mencapai Penduduk Tumbuh Seimbang (PTS)
pada tahun 2015 seperti tercantum dalam RPJMD 2014-2018 tidak dapat dicapai, bahkan
bukan hanya target yang telah dicanangkan tidak dapat dicapai, tetapi perubahan tersebut
akan menimbulkan masalah baru, baik dibidang kependudukan maupun masalah
pembangunan pada umumnya.
Bagi sebagian pengambil kebijakan, pertumbuhan penduduk yang meningkat dianggap
tidak merisaukan, akan tetapi bagi sebagian pengambil kebijakan yang lain,
pertumbuhan penduduk yang meningkat dianggap sebagai salah satu hambatan dalam
mencapai tujuan pembangunan secara luas. Sebagai salah satu ilustrasi, perubahan
jumlah penduduk akan mempengaruhi demand yang harus dipenuhi oleh sektor lainnya,
misalnya penyediaan kebutuhan dasar manusia, yaitu sandang, pangan dan papan.
Ketersedian pangan yang tidak terpenuhi akibat dari peningkatan jumlah penduduk yang
tidak terkontrol menjadikan kekhawatiran yang sangat serius bagi kelangsungan hidup
penduduk.
Demikian juga halnya dengan kebutuhan dasar lainnya. Memang hubungan antara
keduanya tidak bersifat eksklusif karena ada beberapa faktor lain yang mempengaruhi
kompleksitas hubungan, yaitu tehnologi dan organisasi. Akan tetapi aspek kependudukan
merupakan aspek penting dalam pembangunan dan tidak dapat diabaikan.
Salah satu isu strategis lainnya yang terkait dengan perkembangan kuantitas penduduk di
Provinsi Sumatera Utara adalah perubahan komposisi penduduk, khususnya menurut
umur. Dengan tren perubahan komposisi penduduk menurut umur di masa lalu,
diperkirakan Provinsi Sumatera Utara akan mencapai tahap windows of opportunity
tahun 2030. Hal ini hanya akan terjadi jika pengelolaan kuantitas penduduk, khususnya
fertilitas, dilakukan dengan sungguh-sungguh. Jika tidak, maka tahap tersebut akan
terlewatkan dan Sumatera Utara akan kehilangan momentum untuk mengakselerasi
percepatan pencapaian tujuan pembangunan di Sumatera Utara.
3
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
Tahap windows of opportunity ditandai dengan angka ketergantungan yang paling
rendah dalam perkembangan perubahan komposisi penduduk menurut umur. Kondisi
tersebut disertai dengan besarnya jumlah penduduk usia produktif, menurunnya jumlah
penduduk usia anak-anak, dan meningkatnya jumlah penduduk lansia. Tahap ini
merupakan kesempatan yang hanya datang sekali dan harus direspons dengan kebijakan
yang memadai agar opportunity berubah menjadi bonus demografi. Jika tahap ini terjadi
dan tidak ada intervensi yang tepat, maka kesempatan tersebut akan berubah menjadi
bencana (disaster).
Dengan cara berpikir tersebut, maka seharusnya telah disusun suatu arah dan pentahapan
pencapaian pembangunan kuantitas yang mampu mendorong terealisasinya tahap
tersebut. Selain persoalan yang terkait dengan pertumbuhan dan komposisi penduduk,
Provinsi Sumatera Utara masih dihadapkan pada masalah ketimpangan distribusi
penduduk antara kabupaten/kota. Demikian juga halnya antara desa dan kota. Persolan
ketimpangan distribusi penduduk pada dasarnya erat kaitannya dengan persoalan
ekonomi, pendidikan, kesehatan dan lingkungan. Di satu pihak ketimpangan distribusi
penduduk melahirkan persoalan over-population yang ditunjukkan antara lain adanya
kepadatan penduduk yang tidak sesuai dengan tata ruang pemukiman dan tekanan
penduduk, di pihak lain muncul persoalan optimalisasi sumber daya alam, khususnya di
daerah yang kaya sumber daya alam tetapi jumlah penduduknya sedikit.
Persoalan kependudukan yang dihadapi Provinsi Sumatera Utara menjadi lebih
kompleks karena selain masalah kuantitas dan mobilitas, juga dihadapkan pada persoalan
kualitas penduduk (terutama bidang pendidikan, kesehatan, kesejahteraan, dan
pemerataan ekonomi). Contoh yang paling jelas adalah masih rendahnya Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Sumatera Utara jika dibandingkan dengan IPM
di provinsi - provinsi lain di Indonesia.
Permasalahan kuantitas, kualitas dan mobilitas penduduk pada akhirnya bukan hanya
menggambarkan persoalan kependudukan, tetapi lebih dari itu, persoalan tersebut
merupakan permasalahan pembangunan yang sedang dihadapi. Hal tersebut berkaitan
juga dengan pemikiran secara konseptual bahwa hubungan antara kependudukan dan
pembangunan ekonomi bersifat resiprokal (atau timbal balik). Dari satu sisi, ketika
variabel kependudukan diletakkan sebagai variabel bebas, maka setiap intervensi untuk
4
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
mengatasi permasalahan kependudukan tersebut akan memberikan kontribusi untuk
mengatasi masalah pembangunan lainnya.
Sementara itu, perubahan lingkungan strategis, baik pada skala nasional maupun
internasional, telah menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi dinamika kebijakan
kependudukan. Pada skala internasional, kesepakatan hasil ICPD di Kairo tahun 1994,
MDGs, dan juga kesepakatan internasional lainya, telah menyebabkan perubahan
orientasi kebijakan kependudukan. Sebagai contoh, prinsip-prinsip ICPD yang belum
sepenuhnya tertuang dalam UU No. 10 Tahun 1992 menjadi salah satu pertimbangan
penting dilakukannya amandemen UU tersebut yang kemudian menjadi UU No.52
Tahun 2009. Arah kebijakan pembangunan kependudukan dan hasil ICPD yang
menekankan pentingnya hak dan kesehatan reproduksi telah mewarnai program
Keluarga Berencana pasca-ICPD.
Selain itu, komitmen untuk mengadopsi 20 tahun Plan of Action (PoA) ICPD yang
mencakup tujuan penting kebijakan kependudukan dan pembangunan, yaitu
pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dalam konteks pembangunan berkelanjutan (
sustainable development ), pendidikan, kesetaraan gender, penurunan kematian maternal,
anak dan bayi, peningkatan akses terhadap pelayanan kesehatan reproduksi, termasuk
Keluarga Berencana dan kesehatan reproduksi. Kesepakatan hasil MDGs tahun 2000
berpengaruh sangat penting dalam mengarahkan pembangunan kependudukan. Target
yang tertuang dalam MDGs, menjadi rujukan pokok penentuan indikator pencapaian
pembangunan kependudukan sampai dengan saat ini. Bukan hanya dalam konteks
pembangunan kependudukan, arah kebijakan pembangunan secara umum juga sangat
diwarnai dan dipengaruhi MDGs.
Dalam skala kedaerahan ada dua aspek penting yang perlu dicatat; Pertama adalah
perubahan kewenangan pemerintahan daerah (otonomi daerah) yang menuntut adanya
pemahaman dan komitmen pentingnya pembangunan kependudukan berkelanjutan dari
para pimpinan daerah. Kedua, sejalan dengan perubahan pemerintahan tersebut, maka
kepada pemerintah daerah kabupaten/kota diharapkan mampu untuk menyusun,
melaksanakan, serta melakukan monitoring dan evaluasi pembangunan, termasuk
didalamnya kebijakan pembangunan kependudukan.
5
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
Untuk mengatasi persoalan tersebut di atas, maka sudah sewajarnya kabupaten/kota
merumuskan acuan bagi pembangunan kependudukan di masa mendatang, berupa
kebijakan umum dalam bentuk Grand Design Pembangunan Kependudukan (GDPK).
Hal ini merupakan tindak lanjut atau operasionalisasi Undang-Undang No. 52 Tahun
2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga dan penjabaran
dari RPJP Provinsi Sumatera Utara 2005-2025 dengan melibatkan semua pemangku
kepentingan yang terkait dengan kebijakan kependudukan melalui pembentukan
Kelompok Kerja (working group).
Melalui Keputusan Gubernur Provinsi Sumatera Utara Nomor 188.44/523/KPTS/2012
tanggal 6 Agustus 2012 Tentang Tim Penyusunan Grand Design Pembangunan
Kependudukan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2011-2035 telah terbentuk lima
kelompok kerja untuk menyusun GDPK yang masing-masing bertanggung jawab untuk
menyusun grand design termasuk roadmap pembangunan kependudukan, kelima
kelompok kerja tersebut adalah sebagai berikut:
1. Kelompok Kerja Bidang Pengendalian Kuantitas Penduduk (Kelompok Kerja I)
2. Kelompok Kerja Bidang Peningkatan Kualitas Penduduk (Kelompok Kerja II)
3. Kelompok Kerja Bidang Penataan Persebaran dan Pengaturan Mobilitas Penduduk
(Kelompok Kerja III)
4. Kelompok Kerja Bidang Pembangunan Keluarga (Kelompok Kerja IV)
5. Kelompok Kerja Bidang Pembangunan Database Kependudukan (Kelompok Kerja V)
Kelima kelompok kerja tersebut telah bekerja secara maksimal dan telah menghasilkan
konsep grand design. Hasil dari kelima kelompok kerja tersebut merupakan sumber
utama dalam penyusunan GDPK pembangunan kependudukan ini. Dengan kata lain
dokumen GDPK ini merupakan integrasi dan penyerasian hasil kerja dari kelima
kelompok kerja tersebut. Diharapkan dokumen GDPK ini dapat menjadi landasan dan
acuan bagi perumusan program atau kegiatan operasional untuk mengatasi permasalahan
kependudukan di Provinsi Sumatera Utara serta mengintegrasikannya dengan dokumen
pembangunan yang lainnya.
GDPK merupakan arahan kebijakan dalam tahapan lima tahunan pembangunan
kependudukan Provinsi Sumatera Utara dengan melihat target pencapaian sampai dengan
6
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
tahun 2035. Dengan demikian, dalam dokumen ini dicantumkan pula roadmap yang
berisi kebijakan yang diperlukan untuk tiap lima tahunan sampai tahun 2035, sehingga
dapat diperoleh gambaran yang jelas berkenaan dengan upaya-upaya yang perlu diambil
oleh setiap SKPD/sektoral/lembaga dalam mendukung implementasi pembangunan
kependudukan di Provinsi Sumatera Utara.
Selain itu, penyusunan GDPK juga memperhatikan beberapa dokumen yang telah ada
terlebih dahulu, misalnya Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Sumatera
Utara, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Sumatera Utara (RPJMD),
Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI), dan
Masterplan Perluasan Pengurangan Kemiskinan di Indonesia (MP3KI), serta yang tidak
kalah pentingnya adalah acuan regulasi yang terkait dengan kependudukan. Diharapkan
dengan menggunakan referensi tersebut, GDPK yang dihasilkan merupakan dokumen
yang komprehensif, akomodatif, dan terstruktur.
1.2. Dasar Hukum
Beberapa peraturan yang menjadi dasar dalam penyusunan Grand Design Pembangunan
Kependudukan adalah sebagai berikut.
1. Undang-Undang Dasar Tahun 1945 (Pembukaan, Pasal 28 B, pasal 33, dan pasal 34)
2. Undang - Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok Perkawinan
3. Undang - Undang No. 4 Tahun 1997 Tentang Penyandang Cacat
4. Undang - Undang Nomor 15 Tahun 1997 Tentang Ketransmigrasian
5. Undang - Undang No. 13 Tahun 1998 Tentang Kesejahteraan Lansia
6. Undang - Undang No. 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia (HAM)
7. Undang - Undang No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak
8. Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan
9. UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
10. Undang - Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah
11. Undang - Undang No. 7 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Diskriminasi terhadap
Perempuan
12. Undang - Undang No. 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah
Tangga (KDRT)
7
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
13. Undang - Undang No. 25 Tahun 2004 Tentang Perencanaan Pembangunan Nasional
14. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2004 Tentang Penempatan
Dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia Di Luar Negeri
15. Undang - Undang No. 12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan RI
16. Undang - Undang No 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan
17. Undang - Undang No. 17 Tahun 2007 Tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025
18. Undang - Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang
19. Undang - Undang No. 11 tahun 2009 Tentang Kesejahteraan Sosial
20. Undang - UndangNo. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup
21. Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2009 Tentang Perubahan atas
Undang Undang Nomor 15 Tahun 1997 tentang Ketransmigrasian
22. Undang - Undang No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
23. Undang - Undang No. 52 Tahun 2009 Tentang Perkembangan Kependudukan dan
Pembangunan Keluarga
24. Undang-Undang No. 13 Tahun 2011 Tentang Penanganan Fakir Miskin
25. Undang - Undang No. 35 tahun 2010 Tentang Narkotika
26. Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan Pemerintahan
27. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 Tentang Pembentukan dan Organisasi
Kementerian Negara
28. Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2010 Tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014
29. Peraturan Presiden Nomor 62 Tahun 2010 Tentang Badan Kependudukan dan
Keluarga Berencana Nasional
30. Instruksi Presiden No. 1 Tahun 2010 Tentang Percepatan Pelaksanaan Prioritas
Pembangunan Nasional
31. Instruksi Presiden No. 3 Tahun 2010 Tentang Pembangunan yang Berkeadilan
32. Perda Pemprov SU No. 12 Tahun 2008 Tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Daerah Provinsi Sumatera Utara Tahun 2005-2025.
8
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
1.3. Visi
“Terwujudnya penduduk yang berkualitas sebagai modal pembangunan untuk
mencapai Sumatera Utara yang mandiri, maju, adil, dan sejahtera”. Penekanan visi
pada pembangunan kependudukan adalah jawaban kunci terhadap terjadinya “windows
of opportunity” sehingga “bonus demografi” dapat dimanfaatkan sebagai modal dasar
pembangunan. Visi ini sebagai keupayaan mendukung Visi Pembangunan Sumatera
Utara, yakni “Terwujudnya masyarakat Sumatera Utara yang beriman, maju,
mandiri, mapan dan berkeadilan di dalam kebhinnekaan”.
1.4. Misi
1. Menempatkan aspek kependudukan sebagai titik sentral pembangunan dan
mengintegrasikan kebijakan kependudukan kedalam kebijakan pembangunan sosial
budaya, ekonomi, dan lingkungan hidup
2. Mendorong tercapainya jejaring (networking) kebijakan antar pemangku kepentingan
di daerah dalam membangun tata kelola kependudukan untuk mendukung terciptanya
pembangunan berkelanjutan
3. Menciptakan sinkronisasi antar berbagai peraturan perundangan dan kebijakan
pemerintah di daerah tentang kependudukan
4. Memfasilitasi perkembangan kependudukan kearah yang seimbang antara jumlah,
struktur, dan persebaran penduduk dengan lingkungan hidup, baik yang berupa daya
dukung alam maupun daya tampung lingkungan serta kondisi perkembangan sosial
dan budaya
5. Mengintegrasikan pembangunan ekonomi secara sinergis antara wilayah pertumbuhan
dengan wilayah pedesaan menjadi suatu sistem wilayah pengembangan ekonomi yang
mampu menarik gerak keruangan penduduk yang aman, nyaman, cepat, dan
terjangkau
6. Membangun potensi dan sinergisitas faktor kependudukan, baik pada level individu,
keluarga maupun masyarakat untuk meningkatkan kualitas penduduk yang
mendukung pembangunan berkelanjutan
9
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
7. Membangun keluarga yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, dan harmonis yang
berkeadilan dan berkesetaraan gender serta mampu merencanakan sumber daya
keluarga dan jumlah anak yang ideal yakni 2 anak.
8. Mewujudkan migrasi tenaga kerja internal dan internasional secara terarah, tertib,
teratur, dan terlindungi
9. Membuka peningkatan partisipasi masyarakat dan transparansi kebijakan dalam
membangun tata kelola kependudukan yang berpusat pada manusia, termasuk
membangun sistem informasi dan data base kependudukan yang transparan dan
akuntabel
10. Membangun kesadaran, sikap, dan kebijakan bagi kesamaan hak dan kewajiban antar
kelompok, termasuk kesadaran gender bagi terciptanya kehidupan yang serasi,
selaras, dan seimbang demi tercapainya tujuan pembangunan.
1.5. Arah Kebijakan
1. Pembangunan kependudukan yang menggunakan pendekatan hak asasi sebagai
prinsip utama
2. Pembangunan kependudukan yang mengakomodasi partisipasi semua pemangku
kepentingan, baik di daerah maupun masyarakat
3. Pembangunan kependudukan yang mendasarkan penduduk sebagai titik sentral
pembangunan, yaitu penduduk sebagai pelaku (subjek) maupun penikmat (objek)
pembangunan
4. Pembangunan kependudukan yang mampu menjadi bagian dari usaha untuk mencapai
pembangunan berkelanjutan.
5. Pembangunan kependudukan yang mampu menyediakan data dan informasi
kependudukan yang valid dan dapat dipercaya.
10
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
1.6. Tujuan
Tujuan utama pembangunan kependudukan adalah tercapainya kualitas penduduk yang
tinggi sehingga mampu menjadi faktor penting dalam mencapai kemajuan bangsa. Hal
itu dilakukan melalui pencapaian tujuan Pembangunan Kependudukan.
Tujuan Pembangunan Kependudukan tersebut dikaitkan dengan isu-isu strategis daerah
adalah adanya penanganan secara komprehensif yang disesuaikan dengan kondisi dan
tipologi masing-masing daerah kabupaten/kota. Untuk itu diperlukan adanya landasan
kerangka pikir sebagai acuan umum guna mendapatkan permasalahan, isu-isu strategis,
kebijakan dan program kegiatan spesifik kedaerahan, dan tetap sinergis dengan tujuan
pembangunan secara umum baik secara nasional maupun wilayah provinsi Sumatera
Utara. Berikut ini disajikan landasan kerangka pikir penyusunan Grand Design
Pembangunan Kependudukan Provinsi Sumatera Utara (Gambar 1.1).
Penduduk berkualitas sebagai modal pembangunan untuk mencapai penduduk Sumatera Utara yang mandiri, maju, adil
dan sejahtera
Peningkatan
Kualitas Penduduk
Pengendalian
Kuantitas Penduduk
Penataan Persebaran dan Pengaturan
Mobilitas Penduduk
Pembangunan
Keluarga
Pengembangan Sistem Informasi dan Data Base Kependudukan Yang Berkualitas dan Terintegrasi
Gambar 1.1. Tujuan Pembangunan Kependudukan Selama Tahun 2011-2035
11
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
1.7. Sasaran
1. Terwujudnya pembangunan berwawasan kependudukan yang berdasarkan pada
pendekatan hak asasi manusia untuk meningkatkan kualitas penduduk dalam rangka
mencapai pembangunan berkelanjutan
2. Pencapaian windows of opportunity melalui pengelolaan kuantitas penduduk dengan
cara pengendalian angka kelahiran, penurunan angka kematian, dan pengarahan
mobilitas penduduk
3. Pencapaian penduduk yang berkualitas melalui pembangunan keluarga yang
bercirikan ketahanan sosial, ekonomi, budaya tinggi, cerdas dan berkarakter serta
mampu merencanakan sumber daya keluarga secara optimal
4. Pembangunan data base kependudukan melalui pengembangan sistem informasi data
kependudukan yang akurat, dapat dipercaya, dan terintegrasi.
1.8. Hubungan Grand Design Pembangunan Kependudukan Sumatera Utara dengan
Dokumen Perencanaan Lain
Grand Design Pembangunan Kependudukan adalah suatu dokumen rumusan
perencanaan pembangunan kependudukan daerah untuk jangka waktu 25 tahun ke depan
dan dijabarkan setiap 5 tahunan yang berisi tentang kecenderungan parameter
kependudukan, isu-isu penting kependudukan dan program-program pembangunan
kependudukan yang meliputi pengendalian kuantitas penduduk, peningkatan kualitas
penduduk, pembangunan keluarga, penataan persebaran dan pengaturan mobilitas
penduduk serta pembangunan manajemen data base dan informasi kependudukan.
Grand Design Pembangunan Kependudukan Sumatera Utara baik dalam jangka panjang
maupun jangka menengah adalah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional
dan Pembangunan Sumatera Utara. Tujuannya secara makro ialah tercapainya kondisi
kependudukan yang tinggi sehingga mampu menjadi faktor penting dalam mencapai
kemajuan masyarakat dan bangsa, khususnya di Sumatera Utara.
Oleh karena itu, Grand Design Pembangunan Kependudukan Sumatera Utara disusun
dengan berpedoman kepada cita-cita bangsa dan masyarakat Sumatera Utara dalam
mencapai kesejahteraannya melalui peningkatan indeks pembangunan manusia yang
12
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
berlandaskan pengembangan pendidikan, kesehatan dan ekonomi melalui penyerasian
kebijakan yang meliputi pengendalian kuantitas penduduk, peningkatan kualitas
penduduk, pembangunan keluarga, penataan persebaran dan pengaturan mobilitas
penduduk serta pembangunan manajemen data base dan informasi kependudukan.
Sehubungan dengan hal tersebut maka disamping dokumen grand design pembangunan
kependudukan nasional tahun 2011-2035, grand design pembangunan kependudukan
Sumatera Utara juga disusun dengan memperhatikan dokumen rencana pembangunan
lain yang telah ada masih berlaku seperti Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional (RPJP Nasional), Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Sumatera
Utara, Rencana Tata Ruang Wilayah Sumatera Utara, dan Rencana Strategis Sumatera
Utara dan lain sebagainya yang dipandang berhubungan dengan pembangunan
kependudukan. Secara skematis kerangka pikir perumusan Grand Design Pembangunan
Kependudukan Sumatera Utara tersaji dalam gambar berikut (Gambar 1.2).
Gambar 1.2. Kerangka Pikir Perumusan Grand Design Pembangunan Kependudukan
CITA2 BANGSA
KESEJAHTERAAN INDIKATOR KEBIJAKAN PROGRAM
GDPK IPM
PENDIDIKAN
KESEHATAN
EKONOMI
1. Pengendalian Kuantitas Penduduk 2. Peningkatan
Kualitas Penduduk 3. Pembangunan
keluarga 4. Penataan
persebaran dan pengaturan mobilitas penduduk
5. Pembangunan managemen database dan informasi kependudukan
1. Program Pengendalian
Kuantitas Penduduk
2. Program Peningkatan Kualitas Penduduk
3. Program Pembangunan keluarga
4. Program Penataan persebaran dan pengaturan mobilitas penduduk
5. Program
Pembangunan
managemen
database dan
informasi
Kependudukan
13
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
Gambar 1.3. Arahan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2002-2025
14
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
KONDISI GEOGRAFIS DAN KEWILAYAHAN
2.1. Kondisi Geografis
Provinsi Sumatera Utara berada di Bagian Barat Indonesia, terletak pada garis 10 - 40
Lintang Utara dan 980 - 1000 Bujur Timur. Sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi
Aceh, sebelah Timur dengan Negara Malaysia di Selat Malaka, sebelah Selatan
berbatasan dengan Provinsi Riau dan
Sumatera Barat, dan di sebelah Barat
berbatasan dengan Samudera Hindia.
Luas Daratan Provinsi Sumatera Utara
adalah 71.680,68 km2, sebagian besar
berada di daratan Pulau Sumatera dan
sebagian kecil berada di Pulau Nias,
Pulau-pulau Batu, serta beberapa pulau
kecil, baik di bagian barat maupun
bagian timur pantai Pulau Sumatera.
Provinsi Sumatera Utara memiliki 419
Pulau dan telah memiliki nama sejumlah
237 pulau. Berdasarkan luas daerah
menurut kabupaten/kota di Sumatera
Utara, luas daerah terbesar adalah Kabupaten Mandailing Natal dengan luas 6.620,70
km2 atau sekitar 9,23 persen dari total luas Sumatera Utara, diikuti Kabupaten Langkat
dengan luas 6.263,29 km2 atau 8,74 persen, kemudian Kabupaten Simalungun dengan
luas 4.386,60 km2 atau sekitar 6,12 persen. Sedangkan luas daerah terkecil adalah Kota
Sibolga dengan luas 10,77 km2 atau sekitar 0,02 persen dari total luas wilayah Sumatera
Utara.
Tabel 2.1. Statistik Geografis
Sumatera Utara
BAB II
15
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
Berdasarkan kondisi letak dan
kondisi alam, Sumatera Utara
dibagi dalam 3 kelompok
wilayah/kawasan yaitu Pantai
Barat, Dataran Tinggi, dan
Pantai Timur. Kawasan
Pantai Barat meliputi
Kabupaten Nias, Kabupaten
Nias Utara, Kabupaten Nias
Barat, Kabupaten Mandailing
Natal, Kabupaten Tapanuli
Selatan, Kabupaten Padang
Lawas, Kabupaten Padang
Lawas Utara, Kabupaten
Tapanuli Tengah, Kabupaten
Nias Selatan, Kota Padang Sidempuan, Kota Sibolga dan Kota Gunung Sitoli. Kawasan
dataran tinggi meliputi Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Toba Samosir, Kabupaten
Simalungun, Kabupaten Dairi, Kabupaten Karo, Kabupaten Humbang Hasundutan,
Kabupaten Pakpak Bharat, Kabupaten Samosir, dan Kota Pematang Siantar. Kawasan
Pantai Timur meliputi Kabupaten Labuhan Batu, Kabupaten Labuhan Batu Utara,
Kabupaten Labuhan Batu Selatan, Kabupaten Asahan, Kabupaten Batubara, Kabupaten
Deli Serdang, Kabupaten Langkat, Kabupaten Serdang Bedagai, Kota Tanjung Balai,
Kota Tebing Tinggi, Kota Medan, dan Kota Binjai.
Gambar 2.1. Persentase Luas Sumatera Utara
BerdasarkanWilayah
Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara
16
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
2.2. Kondisi Kewilayahan
Perkembangan wilayah administrasi Provinsi Sumatera Utara mengikuti dinamika
kehidupan sosial ekonomi dan perpolitikan di Indonesia. Sampai dengan akhir tahun
2012, secara administratif wilayah Provinsi Sumatera terdiri dari 25 Kabupaten dan 8
Kota, 422 Kecamatan dan 5.223 Desa/Kelurahan. Kabupaten Mandailing Natal
merupakan kabupaten dengan wilayah terluas yaitu 6.620,70 (9,24%). Sedangkan luas
terkecil adalah Kota Sibolga yaitu 10,77km2 (0,02%).
Secara regional Provinsi Sumatera Utara berada pada jalur strategis pelayaran
internasional Selat Malaka yang dekat dengan Singapura, Malaysia dan Thailand.
Provinsi Sumatera Utara memiliki garis pantai sepanjang 1.300 Km. Panjang Garis
Pantai Timur 545 Km, Panjang Garis Pantai Barat 375 Km dan Panjang Garis Pantai
Gambar 2.2. Peta Provinsi Sumatera Utara
17
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
Pulau Nias 380 Km. Terdapat 419 pulau, dengan 237 pulau yang telah memiliki nama,
dengan 6 pulau di wilayah Pantai Timur termasuk Pulau Berhala sebagai pulau terluar
yang berbatasan dengan selat Malaka dan sisanya 182 pulau di wilayah Pantai Barat
dengan Pulau Wunga dan Pulau Simuk sebagai pulau terluar di wilayah Pantai Barat.
Pada kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil terdapat hutan mangrove seluas 63.467,4 Ha
dalam kondisi baik seluas : 27.019,57 Ha dan 36.447,83 Ha dalam kondisi rusak yang
tersebar di 6 Kabupaten (belum termasuk Nias). Selain hasil laut dan perikanan lainnya,
kawasan ini memiliki potensi pariwisata bahari yang belum teridentifikasi seluruhnya.
Daerah pantai di kawasan Pantai Barat Sumatera Utara sangat bervariasi yaitu daerah
yang curam, berbatu dan di beberapa daerah terdapat pantai yang didominasi
rawa.Kondisi pantai semacam ini banyak ditemukan di daerah Kabupaten Tapanuli
Tengah, Tapanuli Selatan, Sibolga dan Mandailing Natal. Sedangkan Pantai Kabupaten
Nias dan Kabupaten Nias Selatan didominasi oleh pantai berbatu dan berpasir,
khususnya yang berhadapan langsung dengan Samudera Indonesia.
Banyak terdapat pulau-pulau kecil merupakan ciri yang dimiliki oleh kawasan pesisir
barat Sumatera Utara. Pantai Barat ini juga memiliki hamparan mangrove sekitar 14.270
Ha yang membujur dari pantai selatan Kabupaten Mandailing Natal sampai ke pantai
selatan Kabupaten Tapanuli Tengah serta di daerah pulau-pulau di Kabupaten Nias
dengan ketebalan antara 50-150 meter. Terumbu karang di Pantai Barat Sumatera Utara
terdapat di tiga Kabupaten, yaitu Kabupaten Tapanuli Tengah, Kabupaten Nias dan
Kabupaten Nias Selatan yang tumbuh pada kedalaman 3 -10 meter.
2.3. Kondisi Topografi, Geologi, Hidrologi dan Klimatologi
Wilayah Sumatera Utara terdiri dari daerah pantai, dataran rendah dan dataran tinggi
serta pegunungan Bukit Barisan yang membujur ditengah-tengah dari Utara ke Selatan.
Kemiringan tanah antara 0 – 12 % seluas 65,51%, antara 12 – 40 % seluas 8,64 % dan
diatas 40 % seluas 24,28 %, sedangkan luas Wilayah Danau Toba 112.920 Ha atau 1,57
%. Ketinggian lahan di Provinsi Sumatera Utara bervariasi mulai dari 0 – 2200 m dpl.
Terbagi atas 3 (tiga) bagian yaitu bagian Timur dengan keadaan relatif datar, bagian
tengah bergelombang sampai berbukit dan bagian Barat merupakan dataran
bergelombang.
18
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
Tabel 2.2. Jumlah Kecamatan, Desa, Kelurahan Dan Luas Wlayah Kabupaten/Kota
Di Provinsi Sumatera Utara
No. Kabupaten/Kota
Ibukota
Jumlah
Kecamatan
Jml
Desa
Jml
Kelurahan
Luas Wilayah
(Km2)
1 Nias Gido 9 119 0 980,32
2 Madina Panyabungan 23 381 27 6.620,7
3 Tapanuli Selatan Sipirok 14 212 36 4.352,86
4 Tapanuli Tengah Pandan 20 147 30 2.158,0
5 Tapanuli Utara Tarutung 15 241 11 3.764,56
6 Toba Samosir Balige 16 231 13 2.561,38
7 Labuhan Batu Rantau Prapat 9 75 23 2.561,38
8 Asahan Kisaran 25 177 27 3.675,79
9 Simalungun Pamatang Raya 31 345 22 4.368,60
10 Dairi Sidikalang 15 161 8 1.927,80
11 Karo Kabanjahe 17 259 10 2.127,25
12 Deli Serdang Lubuk Pakam 22 385 9 2.486,14
13 Langkat Stabat 23 240 37 6.263,29
14 Nias Selatan* Teluk Dalam 18 354 2 1.625,91
15 Hbg. Hasundutan* Dolok Sanggaul 10 153 1 2.297,20
16 Pak-Pak Bharat* Salak 8 52 0 1.218,30
17 Samosir* Pangururan 9 128 6 2.433,50
18 Serdang Bedagai* Sei Rampah 17 237 6 1.913,33
19 Batu Bara* Lima Puluh 7 141 10 904,96
20 Pdg. Lawas Utara* Gunung Tua 9 386 2 3.918,05
21 Padang Lawas* Sibuhuan 12 303 1 3.892,74
22 Lab.Batu Selatan* Kota Pinang 5 52 2 3.116,00
23 Lab.Batu Utara* Aek Kenopan 8 82 8 3.545,80
24 Nias Utara* Lotu 11 112 1 1.501,63
25 Nias Barat* Lahomi 8 110 0 544,09
26 Sibolga Sibolga 4 0 17 10,77
27 Tanjung Balai Tanjung Balai 6 0 31 61,52
28 Pem. Siantar Pem. Siantar 8 0 53 79,97
29 Tebing Tinggi Tebing Tinggi 5 0 35 38,44
30 Medan Medan 21 0 151 265,10
31 Binjai Binjai 5 0 37 90,24
32 Pdg.Sidempuan* Pdg.Sidempuan 6 42 37 11,65
33 Gunung Sitoli* Gunung Sitoli 6 98 3 469,36
Sumatera Utara Medan 422 5.223 656 71.680,68
Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara Keterangan : 1) Keadaan Juni 2012
19
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
Gambar 2.3. Peta Wilayah Sumatera Utara Berdasarkan Kemiringan Lereng
Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara
20
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
Gambar 2.4. Peta Wilayah Sumatera Utara Berdasarkan Ketinggian Lahan
Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara
21
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
Wilayah Pantai Timur yang merupakan dataran rendah seluas 24.921,99 Km2 atau 34,77
persen dari luas wilayah Sumatera Utara adalah Daerah yang subur, kelembaban tinggi
dengan curah hujan relatif tinggi pula. Banjir juga sering melanda wilayah tersebut
akibat berkurangnya pelestarian hutan, erosi dan pendangkalan sungai. Pada musim
kemarau terjadi pula kekurangan persediaan air disebabkan kondisi hutan yang kritis.
Wilayah dataran tinggi dan wilayah Pantai Barat seluas 46.758,69 Km2 atau 65,23
persen dari luas wilayah Sumatera Utara, sebagian besar merupakan pegunungan,
memiliki variasi dalam tingkat kesuburan tanah, iklim, topografi dan kontur serta daerah
yang struktur tanahnya labil. Beberapa danau, sungai, air terjun dan gunung berapi
dijumpai di wilayah ini serta sebagian wilayahnya tercatat sebagai daerah gempa
tektonik dan vulkanik.
22
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
KONDISI KEPENDUDUKAN SAAT INI
3.1. Kuantitas Penduduk
3.1.1. Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk Sumatera Utara berdasarkan hasil sensus penduduk 1990 sebesar
10.252.021 jiwa, sensus penduduk 2000 sebesar 11.506.808 jiwa dan berdasarkan
sensus penduduk 2010 meningkat menjadi 12.982.204 jiwa. Dengan demikian laju
pertumbuhan penduduk periode 1900-2000 adalah 2,06 % setiap tahun dan periode
2000-2010 adalah 1,1 % setiap tahunnya. Keadaan ini menempatkan Sumatera Utara
merupakan provinsi ke-empat yang terbesar jumlah penduduknya di Indonesia setelah
Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah.
Gambar 3.1. Laju Pertumbuhan Penduduk Sumatera Utara
Hasil sensus penduduk tahun 2000 juga memperlihatkan bahwa jumlah penduduk laki-
laki di Sumatera Utara berjumlah 5.750.315 jiwa dan jumlah penduduk perempuan
5.756.493 jiwa. Sementara itu, menurut sensus penduduk tahun 2010, jumlah penduduk
laki-laki adalah 6.483.354 jiwa dan jumlah penduduk perempuan 6.498.850 jiwa.
Dilihat dari wilayah kabupaten/kota, terlihat bahwa proporsi penduduk yang tinggal di
Kota Medan adalah paling besar yakni 2.109.339 jiwa atau 16,2 % dari keseluruhan
penduduk Sumatera Utara. Sebaliknya, penduduk yang berada di Kabupaten Deli
2.06
1.2 1.11
0
0.5
1
1.5
2
2.5
1990 2000 2010
%BAB
III
Sumber : Sensus Penduduk Tahun 2010
23
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
Serdang menempati urutan kedua yang jumlah penduduknya sebanyak 1.790.431 jiwa
atau 13.7 %.
Tabel 3.1. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Dan Kabupaten/Kota
Jenis Kelamin Tahun 2000 Tahun 2010
Laki-laki 5.750.315 6.483.354
Perempuan 5.756.493 6.498.850
T o t a l 11.506.808 12.982.204
Selanjutnya, apabila dilihat dari pertumbuhan penduduk periode 2000-2010 menurut
kabupaten/kota secara umum menunjukkan adanya penurunan. Hal ini memang tidak
dapat dipungkiri karena ada proses pemekaran dari beberapa kabupaten/kota. Tahun
2000 wilayah Sumatera Utara yang hanya terdiri dari 19 kabupaten/kota, tahun 2010
telah mengalami pemekaran sehingga menjadi 33 kabupaten/kota. Beberapa
kabupaten/kota yang mengalami penurunan pertumbuhan penduduk karena proses
pemekaran ini adalah seperti Deli Serdang, Simalungun, Asahan, Labuhan Batu,
Tapanuli Selatan, Tapanuli Utara, Nias, Dairi, Pematang Siantar, dan Toba Samosir.
Kecenderungan di Kota Medan memperlihatkan adanya kenaikan yang rata-rata hampir
sama dalam periode waktu 20 tahun sejak 1990-2010, yakni sekitar 200 ribuan jiwa.
Sebaliknya, kabupaten Deli Serdang merupakan daerah kabupaten yang luas daerahnya
mengelilingi Kota Medan memperlihatkan jumlah penduduk yang menurun dalam
kurun waktu 10 tahun terutama periode 2000-2010 dari 1.905.587jiwa tahun 2000
menjadi 1.790.431 jiwa. Hal ini diduga kurun waktu tersebut telah terjadi pemekaran
daerah dengan terbentuknya kabupaten baru yakni Serdang Bedagai.
Sumber : Sensus Penduduk Tahun 2010
24
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
Tabel 3.2. Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut Kabupaten/Kota Provinsi
Sumatera Utara
No. Kabupaten/Kota Jumlah Penduduk Jumlah
Penduduk
Pertumbuhan
Penduduk Setiap
Tahun (%)
2000 2010 2000-2010
1 Deli Serdang 1,382,050 1,790,431 2.65
2 Langkat 906,565 967,535 0.66
3 Karo 283,713 350,960 2.17
4 Sumalungun 855,802 817,720 (0.46)
5 Asahan 603,148 668,272 1.04
6 Labuhan Batu 333,570 415,110 2.23
7 Tapanuli Tengah 244,679 311,232 2.46
8 Tapanuli Selatan 252,308 263,815 0.45
9 Tapanuli Utara 255,701 279,257 0.89
10 Nias 683,416 131,377 0.58
11 Dairi 260,892 270,053 0.35
12 Medan 1,905,587 2,097,610 0.97
13 Pem. Siantar 241,524 234,698 (0.29)
14 Tanjung Balai 132,438 154,445 1.56
15 Binjai 213,760 246,154 1.43
16 Tebing Tinggi 125,006 145,248 1.52
17 Sibolga 82,310 84,481 0.26
18 Madina 359,849 404,945 1.20
19 Toba Samosir 173,481 173,129 (0.02)
20 Pdg.Sidempuan* 159,798 191,531 1.84
21 Hbg. Hasundutan* 152,010 171,650 1.23
22 Pak-Pak Bharat* 31,965 40,505 2.42
23 Nias Selatan* 257,535 289,708 1.19
24 Samosir* 130,644 119,653 (0.88)
25 Serdang Bedagai* 577,438 594,383 0.29
26 Batu Bara* 332,707 375,885 1.24
27 Pdg. Lawas Utara* 155,900 225,259 3.78
28 Padang Lawas* 166,358 223,531 3.02
29 Lab.Batu Selatan* 215,725 277,673 2.58
30 Lab.batu Utara* 295,629 330,701 1.14
31 Gunung Sitoli* 108,960 126,202 1.49
32 Nias Barat* 76,997 81,807 0.61
33 Nias Utara* 115,914 127,244 0.94
J u m l a h 11,513,973 12,982,204 1.11
*) Masih bergabung dengan kabupaten/kota induk.
25
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
3.1.2. Kepadatan Penduduk
Kepadatan penduduk adalah banyaknya penduduk per satuan unit wilayah. Kepadatan
penduduk Sumatera Utara terus mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya
jumlah penduduk di Provinsi Sumatera Utara. Tahun 2000, kepadatan penduduk
Sumatera Utara sebesar 161 jiwa per Km² dengan penduduk terpadat di Kota Sibolga,
yaitu 7.427 jiwa per Km², Medan 7.186 jiwa per Km² dan Tebing Tinggi 4.032 jiwa per
Km². Selanjutnya, berdasarkan hasil sensus penduduk 2010, kepadatan penduduk
Sumatera Utara naik menjadi 181 jiwa per Km² dengan kepadatan penduduk tetap sama
seperti daerah-daerah Medan, Sibolga, Tebing Tinggi, Pematang Siantar, dan Binjai.
Tingkat kepadatan penduduk menurut kabupaten/kota seperti tersaji dalam tabel 3 dan
gambar 2 memperlihatkan bahwa tingkat kepadatan penduduk di wilayah perkotaan
jauh lebih tinggi dengan rata-rata 3.711 jiwa per Km², sementara untuk daerah
kabupaten rata-rata tingkat kepadatan penduduk hanya 168 jiwa per Km².
Ini menggambarkan bahwa distribusi penduduk antar daerah Kabupaten/Kota masih
cukup menyolok. Disamping itu, data juga menunjukkan dari 33 daerah kabupaten/kota
ternyata daerah yang berstatus sebagai kota mempunyai kepadatan relatip lebih tinggi
bila dibandingkan dengan daerah dengan status kabupaten. Ini membuktikan bahwa
daerah-daerah dengan tingkat perkembangan ekonomi yang baik, akan merupakan
konsentrasi bagi penduduk sebagai wahana kegiatan hidupnya. Keadaan inilah yang
selanjutnya menyebabkan penduduk melakukan migrasi, sehingga kepadatan penduduk
semakin besar.
26
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
Tabel 3.3 Kepadatan Penduduk Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara
No. Kabupaten/Kota Kepadatan
Penduduk
(Jiwa/Km2)
Kepadatan
Penduduk
(Jiwa/Km2)
2000 2010
1 Deli Serdang 452 720
2 Langkat 144 154
3 Karo 133 165
4 Simalungun 196 187
5 Asahan 204 182
6 Labuhan Batu 91 162
7 Tapanuli Tengah 112 144
8 Tapanuli Selatan 60 61
9 Tapanuli Utara 57 74
10 Nias 129 135
11 Dairi 93 140
12 Medan 7.186 7.957
13 Pem. Siantar 3.450 2.937
14 Tanjung Balai 2.283 2.510
15 Binjai 2.375 2.726
16 Tebing Tinggi 4.032 3.777
17 Sibolga 7.427 7.841
18 Madina 54 61
19 Toba Samosir 88 74
20 Pdg.Sidempuan* 1.671
21 Hbg. Hasundutan* 75
22 Pak-Pak Bharat* 33
23 Nias Selatan* 178
24 Samosir* 49
25 Serdang Bedagai* 310
26 Batu Bara* 414
27 Pdg. Lawas Utara* 57
28 Padang Lawas* 57
29 Lab.Batu Selatan* 89
30 Lab.batu Utara* 94
31 Gunung Sitoli* 268
32 Nias Barat* 150
33 Nias Utara* 85
J u m l a h 161 181
*) Masih bergabung dengan kabupaten/kota induk.
27
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
Tabel 3.4. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kab/Kota Provinsi SUMUT
Kabupaten/Kota
2000 2010
L P L + P L P L + P
1. N i a s 339,806 343,610 683,416 64,057 67,320 131,377
2. Mandailing Natal 176,336 183513 359,849 199,037 205,908 404,945
3. Tapanuli Selatan 362,751 371,613 734,364 131,200 132,615 263,815
4. Tapanuli Tengah 122,816 121,863 244,679 156,377 154,855 311,232
5. Tapanuli Utara 202,055 205,656 407,711 138,156 141,101 279,257
6. Toba Samosir 149,850 154,275 304,125 86,101 87,028 173,129
7. Labuhan Batu 426,950 417,974 844,924 209,924 205,186 415,110
8. A s a h a n 470,679 465,176 935,855 335,945 332,327 668,272
9. Simalungun 428,593 427,209 855,802 407,838 409,882 817,720
10. D a i r i 145,884 146,973 292,857 135,004 135,049 270,053
11 . K a r o 141,165 142,548 283,713 174,418 176,542 350,960
12. Deli Serdang 985,388 974,100 1,959,488 901,915 888,516 1,790,431
13. L a n g k a t 458,927 447,638 906,565 487,676 479,859 967,535
14. Nias Selatan x x x 143,988 145,720 289,708
15. Humbahas x x x 85,344 86,306 171,650
16. Pakpak Bharat x x x 20,468 20,037 40,505
17. Samosir x x x 59,504 60,149 119,653
18. Serdang Bedagai x x x 298,614 295,769 594,383
19. Batubara x x x 189,328 186,557 375,885
20. Padang Lawas x x x 112,357 111,174 223,531
21. Paluta x x x 112,987 112,272 225,259
22. Labusel x x x 141,765 135,908 277,673
23. Labuhan Batu Utara x x x 167,154 163,547 330,701
24. Nias Utara x x x 63,061 64,183 127,244
25. Nias Barat x x x 39,146 42,661 81,807
71. S i b o l g a 41,911 40,399 82,310 42,408 42,073 84,481
72. Tanjung Balai 66,489 65,949 132,438 77,933 76,512 154,445
73. Pematang Siantar 119,693 121,831 241,524 114,561 120,137 234,698
74. Tebing Tinggi 61,920 63,086 125,006 71,892 73,356 145,248
75. M e d a n 946,602 958,985 1,905,587 1,036,926 1,060,684 2,097,610
76. B i n j a i 107,104 106,656 213,760 122,997 123,157 246,154
77. P. Sidimpuan x x x 93,434 98,097 191,531
78. Gunung Sitoli x x x 61,839 64,363 126,202
Sumatera Utara 5,754,919 5,759,054 11,513,973 6,483,354 6,498,850 12,982,204
Sumber : Sensus Penduduk Tahun 2010
28
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
Kota Tebing Tinggi kepadatan penduduknya turun dari 4.032 jiwa per Km² hasil sensus
penduduk 2000 menjadi 3.777 jiwa per Km² sensus penduduk 2010. Dari hasil kajian
empirik untuk Tebing Tinggi diduga karena ada penduduk yang tinggal di Kota Tebing
Tinggi dimana wilayah tersebut sudah menjadi wilayah Kabupaten Serdang Bedagai.
Hasil yang berbeda terjadi di Kota Pematang Siantar, kepadatan penduduk menurun
jika dibandingkan hasil sensus penduduk 2000 dengan 2010. Salah satu alasannya
adalah banyaknya penduduk Kota Pematang Siantar yang migrasi keluar daerah untuk
menuntut ilmu dan bekerja. Sementara itu berbeda dengan Kabupaten Tobasa
menurunnya tingkat kepadatan penduduk disebabkan karena pemekaran daerah yaitu
terbentuknya Kabupaten Samosir.
Hal yang menarik juga diindikasikan adanya urbanisasi juga mewarnai daerah
perkotaan. Ini ditandai dengan tingginya tingkat pertumbuhan penduduk daerah
perkotaan dibanding daerah pedesaan. Migrasi keluar lebih besar dari pada migrasi
masuk berakibat hilangnya potensi penduduk untuk mengelola sumberdaya alam
daerah.
3.1.3. Rasio Jenis Kelamin
Rasio Jenis Kelamin adalah perbandingan banyaknya penduduk laki-laki dengan
banyaknya penduduk perempuan pada suatu daerah dan waktu tertentu. Biasanya
dinyatakan dalam banyaknya penduduk laki-laki per 100 perempuan. Rasio jenis
kelamin penduduk Sumatera Utara tahun 2000 adalah 99,90. Ini berarti setiap 100
perempuan ada 99,90 laki-laki, yang sebenarnya jumlah ini sudah mendekati ideal.
Sementara itu, rasio jenis kelamin penduduk Sumatera Utara 2010 adalah 99,59 yang
berarti setiap 100 perempuan ada 99,59 laki-laki. Kecenderungan ini menunjukkan
adanya penurunan rasio jenis kelamin di Sumatera Utara, yang berarti terjadi
pengurangan penduduk laki-laki dan diduga hal ini karena adanya proses perpindahan
penduduk laki-laki atau migrasi penduduk laki-laki ke daerah lain.
Banyak faktor penyebab terjadinya perpindahan penduduk laki-laki dari Sumatera
Utara ke provinsi lainnya, seperti yang lazim disebut dengan faktor pendorong dan
faktor penarik (push and pull factors).
29
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
a. Faktor pendorong antara lain makin berkurangnya sumber alam, menurunnya
permintaan atas barang tertentu yang bahan bakunya makin susah diperoleh,
menyempitnya lapangan kerja di daerah asal, akibat tehnologi yang menggunakan
mesin-mesin. Kondisi ini banyak terlihat di daerah pedesaan Sumatera Utara
terutama di Daerah Tapanuli Utara, Simalungun dan Dairi.
b. Faktor penarik antara lain di daerah tujuan adanya kesempatan untuk memasuki
lapangan kerja yang cocok dan adanya aktivitas baru di daerah tujuan seperti
munculnya pusat - pusat pertumbuhan ekonomi.
c. Apabila diikuti keadaan rasio jenis kelamin menurut kabupaten/kota, maka rasio
jenis kelamin terbesar berada di Kabupaten Labuhan Batu Selatan yaitu 103,88
yang artinya setiap 100 perempuan ada 103,88 laki-laki. Dan rasio jenis kelamin
terkecil berada di Kabupaten Nias Barat yaitu 91,77. Hal ini mempunyai makna
bahwa di Kabupaten Nias Barat jumlah penduduk laki-laki jauh di bawah
penduduk perempuan atau setiap 100 perempuan terdapat 91,77 laki-laki. Untuk
Kabupaten Nias Barat, dari hasil analisa sementara rasio jenis kelamin di daerah ini
rendah karena banyak penduduk laki-laki di daerah ini keluar daerah untuk
menuntut ilmu atau melanjutkan pendidikan dan mencari pekerjaan.
30
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
Tabel 3.5. Rasio Jenis Kelamin Penduduk Menurut Kab/Kota Provinsi Sumatera Utara
No. Kabupaten/Kota Rasio Jenis
Kelamin
Rasio Jenis
Kelamin
2000 2010
1 Deli Serdang 101.1 101.38
2 Langkat 102.5 101.46
3 Karo 99.0 99.04
4 Sumalungun 100.3 99.38
5 Asahan 101.1 100.83
6 Labuhan Batu 102.0 102.06
7 Tapanuli Tengah 100.8 100.90
8 Tapanuli Selatan 97.7 99.67
9 Tapanuli Utara 98.2 97.82
10 Nias 98.9 95.09
11 Dairi 99.3 99.75
12 Medan 98.7 97.38
13 Pem. Siantar 98.2 94.97
14 Tanjung Balai 100.8 101.72
15 Binjai 100.4 99.64
16 Tebing Tinggi 98.1 97.97
17 Sibolga 102.3 100.57
18 Madina 96.1 96.76
19 Toba Samosir 97.1 98.86
20 Pdg.Sidempuan* 95.07
21 Hbg. Hasundutan* 98.68
22 Pak-Pak Bharat* 102.33
23 Nias Selatan* 99.16
24 Samosir* 98.58
25 Serdang Bedagai* 100.84
26 Batu Bara* 101.28
27 Pdg. Lawas Utara* 101.03
28 Padang Lawas* 99.73
29 Lab.Batu Selatan* 103.88
30 Lab.batu Utara* 102.10
31 Gunung Sitoli* 96.16
32 Nias Barat* 91.77
33 Nias Utara* 97.96
J u m l a h 99.90 99.59
*) Masih bergabung dengan kabupaten/kota induk.
31
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
3.1.4.Rasio Ketergantungan (Dependency Ratio)
Rasio Ketergantungan adalah angka yang menyatakan perbandingan antara banyaknya
penduduk usia nonproduktif (umur di bawah 15 tahun dan umur 65 tahun ke atas)
dengan banyaknya penduduk yang termasuk produktif (penduduk umur 15-64 tahun).
Rasio ketergantungan atau rasio beban tanggungan dalam batasan studi demografi
sering disebut sebagai “age dependency ratio”. Hal ini dikarenakan rasio ini lebih
merupakan perbandingan antara penduduk muda dan penduduk tua dengan penduduk
usia kerja. Meskipun tidak akurat secara ekonomi, rasio ketergantungan dapat
menggambarkan banyaknya penduduk yang harus ditanggung oleh penduduk usia
kerja. Dengan memperhatikan kedua rasio ketergantungan tersebut, untuk usia muda
dan usia lanjut, dapat diketahui kelompok umur mana yang berkontribusi paling besar
atau sedikit dalam rasio ketergantungan total.
Data menunjukkan, pada tahun 2010 rasio ketergantungan Sumatera Utara sebesar 59,
ini berarti bahwa tiap 100 penduduk produktif harus menanggung 59 penduduk yang
tidak produktif. Ini menunjukkan bahwa di daerah Sumatera Utara jumlah penduduk
usia produktif lebih banyak di banding daerah lainnya. Keadaan ini, diduga sebagai
akibat meningkatnya kondisi perekonomian yang semakin maju. Selaras dengan
beberapa hasil penelitian juga menunjukkan bahwa semakin maju perekonomian suatu
Negara atau daerah semakin kecil rasio beban ketergantungan.
Tabel 3.6. Jumlah dan Persentase Penduduk Menurut Kelompok Umur dan
Kabupaten/Kota Tahun 2010
Kelompok Umur Jumlah Persentase
0 – 14 Tahun 4.315.500 33,2
15 – 64 Tahun 8.162.534 62,9
65 Tahun + 504.170 3,9
J u m l a h 12,982,204 100,0
Selanjutnya, hal yang cukup menarik apabila ditelusuri dari struktur umur. atau
komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin merupakan komponen penting
dalam demografi. Hampir semua pembahasan mengenai masalah kependudukan
melibatkan pembahasan komponen umur dan jenis kelamin penduduk. Struktur umur
Sumber : Sensus Penduduk Tahun 2010
32
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
penduduk antar daerah satu dengan daerah lain tidak sama. Struktur penduduk
dipengaruhi oleh tiga variabel demografi, yakni kelahiran, kematian dan migrasi.
Ketiga variabel ini sering saling berpengaruh satu dengan yang lain. Faktor-faktor
sosial-ekonomi di suatu negara akan mempengaruhi struktur umur penduduk lewat
ketiga variabel demografi di atas.
Suatu daerah atau negara dikatakan struktur umur muda, apabila kelompok penduduk
yang berumur di bawah 15 tahun jumlahnya besar (lebih dari 35%), sedang besarnya
kelompok penduduk usia 65 tahun ke atas lebih kurang 3%. Sebaliknya, suatu daerah
atau negara dikatakan berstruktur umur tua, apabila kelompok penduduk yang berumur
15 tahun ke bawah jumlahnya kecil (kurang dari 35% dari seluruh penduduk) dan
persentase penduduk di atas 65 tahun sekitar 15% (Mantra, 1985).
Bila dilihat komposisi penduduk menurut umur, ternyata di Sumatera Utara masih
tergolong struktur umur muda. Ini ditunjukkan dari persentase penduduk umur muda
(di bawah 15 tahun) sebesar 31,5 % dan penduduk umur 65 tahun ke atas sebesar 3,9 %
dengan umur median sekitar 25 tahun. Ini memberikan implikasi bahwa potensi
kelompok umur muda perlu mendapatkan perhatian dan pengembangan sehingga
mampu menghasilkan tenaga-tenaga trampil, mandiri untuk mengisi peluang-peluang
ekonomi yang ada.
3.1.5. Penduduk Lanjut Usia (Lansia)
Selanjutnya, bila diperhatikan dinamika penduduk lanjut usia dengan batasan 60 tahun
ke atas, ternyata selama periode 2005-2010 telah terjadi kenaikan, Tahun 2005
penduduk usia 60 tahun keatas sekitar 721,0 ribu jiwa (5,8 %) menjadi sekitar 765,8
ribu jiwa (5,9 %) pada tahun 2010. Perubahan proporsi usia lanjut disebabkan oleh
beberapa faktor, antara lain tingkat dan kecenderungan yang telah dicapai sebelumnya,
struktur umur penduduk dan determinan lainya. Semakin membaiknya kondisi sosial-
ekonomi, fasilitas dan sarana pelayanan kesehatan serta semakin membaiknya gizi dan
kesehatan lingkungan hidup menunjukkan kematian dapat diturunkan sehingga usia
hidup semakin tinggi dan sebaliknya.
33
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
Tabel 3.7. Jumlah Dan Persentase Penduduk Usia Lanjut
Provinsi Sumatera Utara
Kategori Tahun
2005
Tahun 2010
Jumlah Penduduk Lansia (000
jiwa)
721.0 765.8
Persentase 5,8 5,9
Oleh karena itu dimasa-masa mendatang jika tidak diantisipasi akan menimbulkan
masalah-masalah seperti kerentanan penduduk usia lanjut, beban ekonomis dan
penyediaan panti-panti jompo. Untuk mengantisipasi hal tersebut perlu bagi pemerintah
atau swasta menciptakan lapangan kerja yang ideal bagi para lansia sehingga pada akhir
usia mereka masih potensil dan produktif seperti beternak unggas, kerajinan tangan dan
usaha rumah tangga lainnya. Disamping itu, upaya yang telah dilaksanakan Dinas
Sosial Provinsi Sumatera Utara dalam membina penduduk lanjut usia melalui Proyek
Penyantunan Lanjut Usia dan Anak Terlantar dengan program bimbingan sosial dan
keterampilan serta paket Usaha Lanjut Usia disamping peningkatan prasarana panti
perlu ditingkatkan. Hal lain yang perlu dilakukan adalah dengan peningkatan
pendapatan penduduk sehingga memiliki saving yang cukup guna membiayai
kebutuhan pada saat lansia.
3.1.6. Perilaku Fertilitas
Fertilitas adalah hasil reproduksi nyata dari seorang wanita atau sekelompok wanita.
Angka fertilitas (kelahiran) sangat erat hubungannya dengan tingkat kesehatan
masyarakat, khususnya dengan bidang keluarga berencana. Ukuran yang sering
digunakan untuk melihat angka fertilitas yang umum digunakan adalah angka kelahiran
total (Total Fertlity Rate = TFR) dan angka kelahiran menurut kelompok umur (Age
Specific Fertility Rate = ASFR). Selanjutnya, dalam tulisan ini perilaku TFR dan ASFR
menggunakan angka estimasi berdasarkan Survei Demografi Dan Kesehatan Indonesia
2012.
Sumber : Sensus Penduduk Tahun 2010
34
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
Mengacu ukuran TFR, maka berdasarkan SDKI 1991 angka kelahiran total adalah 4,55
menurun kemudian pada SDKI 1997 menjadi 3,72 , selanjutnya menjadi 3,00 pada
SDKI 2002/2003, selanjutnya naik kembali menjadi 3,8 pada SDKI 2007 serta turun
kembali menjadi 3 pada SDKI 2012, dan Sumatera Utara sebagai urutan ketiga terbesar
setelah Nusa Tenggara Timur dan Maluku. Terjadinya kenaikan fertilitas pada SDKI
2007 tersebut diduga karena revitalisasi program keluarga berencana paska otonomi
daerah yang belum maksimal. Seperti diketahui dengan adanya pengalihan kewenangan
pengelolaan program keluarga berencana yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab
daerah kabupaten/kota, maka belum sepenuhnya setiap daerah kabupaten/kota dapat
mengalokasikan anggaran maksimal. Disamping itu, aspek penunjang pelaksanaan
program keluarga berencana seperti tenaga penyuluh dan kelembagaan yang belum
mencukupi merupakan kendala tersendiri pelaksanaan revitalisasi program keluarga
berencana di kabupaten/kota.
Selanjutnya, perilaku angka kelahiran total (TFR) menurut daerah kabupaten/kota di
Sumatera Utara tersaji dalam gambar 3.3 berikut. Terlihat bahwa angka kelahiran total
(TFR) menurut daerah kabupaten/kota di Sumatera Utara masih menunjukkan variasi
yang cukup menyolok antar kabupaten/kota. Apabila diikuti dari estimasi data tahun
2010 (Sumatera Utara dalam Angka, 2010), maka angka kelahiran total (TFR) paling
rendah adalah Kota Medan sebesar 2 dan angka kelahiran total (TFR) paling tinggi
adalah di Kabupaten Humbang Hasundutan sebesar 4,9. Terjadinya perbedaan antar
kabupaten/kota ini tentunya terjadi karena memang perbedaan intervensi program
keluarga berencana dari masing-masing kabupaten/kota. Selanjutnya, jika diamati pola
fertilitas menurut ASFR ternyata puncak ASFR masih tetap pada kelompok umur 25-29
tahun baik di Sumatera Utara maupun secara nasional.
4.55
3.88 3.72
3
3.8
3
0
1
2
3
4
5
SDKI 1991 SDKI 1994 SDKI 1997SDKI 2002/2003SDKI 2007 SDKI 2012
Gambar 3.2. Tren TFR Provinsi Sumatera Utara
Sumber : BPS Sumatera Utara
35
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
2.22.4
2.62.6
2.72.8
2.92.92.9
333
3.13.23.23.2
3.33.3
3.43.83.8
3.93.93.93.93.9
4.14.1
4.24.2
4.34.3
4.44.9
0 1 2 3 4 5 6
MedanBinjai
T. TinggiPem.SiantarDeli Serdang
LangkatSergai
Pd.SidempuanSibolgaAsahanSUMUT
KaroSimalungun
Lab.BatuBatu Bara
Gunung SitoliLabuselTj. BalaiLaburaMadinaTapsel
Nias SelatanNias UtaraNias Barat
TaptengTobasa
PalasDairi
PalutaNias
SamosirPakpak Bharat
TaputHumbahas
Gambar 3.3. Angka Kelahiran Total (TFR) Menurut Kabupaten/Kota Sumatera Utara Tahun 2010
Sumber : Sensus Penduduk Tahun 2010
36
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
Ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap keputusan untuk mengupayakan
penurunan fertilitas. Mengetahui faktor-faktor tersebut sangat berguna dalam rangka
mengefektifkan pencapaian tujuan penurunan fertilitas. Banyak studi empirik telah
menunjukkan adanya peranan faktor sosial, ekonomi, dan budaya. Pada bahasan ini
dicoba untuk ditelusuri peranan keluarga berencana, umur perkawinan pertama,
budaya dan pendidikan.
3.1.7. Keluarga Berencana
Penambahan jumlah penduduk di Indonesia pada beberapa dekade ini terjadi
peningkatan. Masalah tingginya jumlah penduduk di Indonesia dipengaruhi oleh angka
kelahiran yang lebih tinggi dari pada angka kematian. Untuk menanggulangi masalah
ini, Indonesia mencanangkan program Keluarga Berencana. Program Keluarga
Berencana Nasional adalah program untuk membantu keluarga termasuk individu
anggota keluarga untuk merencanakan kehidupan berkeluarga yang baik sehingga dapat
mencapai keluarga berkualitas. Dengan terbentuknya keluarga berkualitas maka
generasi mendatang sebagai sumber daya manusia yang berkualitas akan dapat
melanjutkan pembangunan. Program Keluarga Berencana dalam pembangunan
berkelanjutan yang berwawasan kependudukan dapat memberikan kontribusi dalam hal
mengendalikan jumlah dan pertumbuhan penduduk juga diikuti dengan peningkatan
kualitas penduduk.
Keluarga Berencana adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal
melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan dan bantuan sesuai
dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas.
0
100
200
300
15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49
Gambar 3.4. Angka kelahiran Menurut Kelompok UmurSumatera Utara SDKI 2002/2003, SDKI 2007 Dan SDKI 2012
SDKI 2002-2003 SDKI 2007 SDKI 2012
Sumber : BPS Sumatera Utara
37
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
Pemakaian alat kontrasepsi akan mempengaruhi fertilitas wanita melalui status
fekunditasnya (kemampuan melahirkan). Melalui pemakaian alat KB wanita dapat
mengatur panjang-pendeknya masa ekspose terhadap kehamilan. Pembicaraan
mengenai pembatasan kelahiran dengan menggunakan cara-cara kontrasepsi (PIL,
IUD, Kondom, Suntik, MOP, MOW) bagi penduduk, rupa-rupanya tidak dapat terlepas
dari pengetahuan, sikap dan praktek Keluarga berencana. Adapun pengetahuan, sikap,
dan praktek KB dari seluruh penduduk sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial
ekonomi penduduk seperti tingkat pendidikan, status ekonomi, daerah, desa atau
kota.
Hasil SDKI 2012 menunjukkan bahwa pemakaian kontrasepsi di antara wanita kawin di
Provinsi Sumatera Utara adalah 56 % untuk semua cara dan 43 % untuk cara
kontrasepsi modern. Diantara cara KB modern, cara KB suntikan adalah yang paling
umum dipakai baik oleh wanita pernah kawin maupun wanita berstatus kawin (masing-
masing 12 % dan 18 %). Kontrasepsi pil juga cukup populer, digunakan oleh 7 %
wanita pernah kawin dan 11 % wanita berstatus kawin. Pemakaian kontrasepsi di
Provinsi Sumatera Utara tentunya jauh di bawah angka nasional yakni sebesar 62 %.
Dengan demikian, peningkatan cakupan pemakaian kontrasepsi melalui revitalisasi
program dengan sasaran wanita kawin umur muda tentunya merupakan prioritas.
Kontribusi pemakainan alat/obat kontrasepsi terhadap penurunan fertilitas sangat
dipengaruhi pula oleh jumlah PUS menurut usia dan jumlah anak yang telah dimiliki.
Pasangan Usia Subur usia muda dengan jumlah anak sedikit atau disebut Pus Muda
Paritas Rendah ( Pusmuparen ) sangat besar pengaruhnya terhadap penurunan fertilitas
dibandingkan dengan peserta KB dari Pus usia tua paritas tinggi ( Pustuparti ).
37.247 46
52.9 54.2 56
0102030405060
SDKI 1991 SDKI 1994 SDKI 1997 SDKI2002/2003
SDKI 2007 SDKI 2012
% Gambar 3.5. Tren Pemakaian Alat/Cara KB Sumatera Utara
Sumber : Sensus Penduduk Tahun 2010
38
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
Data menunjukkan bahwa peserta KB di Sumatera Utara masih didominasi oleh Pus
Tua Paritas Tinggi ( 55,65% ) sedangkan peserta KB dari Pusmuparen sebesar 44,35 %.
Tabel 3.8. Peserta KB PUS MUPAREN
No
Kab./Kota
Pengguna/memamakai alat/cara KB
Sedang Mengguna
Kan
Tidak mengguna
kan lagi
Tdk pernah mengguna
kan
Total
%
1 Nias 928 335 2772 4035 23
2 Mandailing Natal 3090 2437 11367 16894 18.29
3 Tapanuli Selatan 3078 1495 8438 13011 23.66
4 Tapanuli Tengah 2403 620 7221 10244 23.46
5 Tapanuli Utara 1190 131 3617 4938 24.1
6 Toba Samosir 1150 534 2960 4644 24.76
7 Labuhan Batu 9797 4892 7714 22403 43.73
8 Asahan 21781 3805 11033 36619 59.48
9 Simalungun 15366 3853 14187 33406 46
10 Dairi 1196 815 5098 7109 16.82
11 Karo 6985 2600 5957 15542 44.94
12 Deli Serdang 44431 7282 28853 80566 55.15
13 Langkat 25628 4906 16796 47330 54.15
14 Nias Selatan 1974 900 8474 11348 17.4
15 Humbang Hasundutan 149 403 2969 3521 4.23
16 Pakpak Bharat 419 59 918 1396 30.01
17 Samosir 504 74 2415 2993 16.84
18 Serdang Bedagai 17098 4093 9031 30222 56.57
19 Batu Bara 9187 3681 5356 18224 50.41
20 Padang Lawas Utara 3827 1109 7298 12234 31.28
21 Padang Lawas 3390 1504 7232 12126 27.96
22 Labuhan Batu Selatan 9850 2367 8021 20238 48.67
23 Labuhan Batu Utara 8968 2119 5723 16810 53.35
24 Nias Utara 544 248 2917 3709 14.67
25 Nias Barat 313 104 2059 2476 12.64
26 Kota Sibolga 1415 283 813 2511 56.35
27 Kota Tanjung Balai 3295 1061 3127 7483 44.03
28 Kota Pematang Siantar 3103 970 3393 7466 41.56
29 Kota Tebing Tinggi 3252 783 1385 5420 60
30 Kota Medan 32987 7449 39372 79808 41.33
31 Kota Binjai 7319 1521 4585 13425 54.52
32 Kota Padangsidimpuan 3058 719 3842 7619 40.14
33 Kota Gunungsitoli 941 134 3740 4815 19.54
248616 63286 248683 560585 44.35
Sumber : BPS Sumatera Utara
39
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
Tabel 3.9. Peserta KB PUSTUPARTI
No
Kab./Kota
Pengguna/memamakai alat/cara KB
Sedang
Mengguna
Kan
Tidak
mengguna
kan lagi
tdk
pernah
mengguna
kan
Total
%
1 2 3 4 5 6
1 Nias 5077 1816 2896 9789 51.86
2 Mandailing Natal 8784 6549 18229 33562 26.17
3 Tapanuli Selatan 7562 4220 9458 21240 35.6
4 Tapanuli Tengah 9017 6562 8733 24312 37.09
5 Tapanuli Utara 10409 5023 7395 22827 45.6
6 Toba Samosir 7621 2455 4241 14317 53.23
7 Labuhan Batu 18228 6547 7396 32171 56.66
8 Asahan 27790 13390 10875 52055 53.39
9 Simalungun 38008 12515 13343 63866 59.51
10 Dairi 9948 4857 7321 22126 44.96
11 Karo 14499 6436 3573 24508 59.16
12 Deli Serdang 84577 28668 21386 134631 62.82
13 Langkat 49297 12878 9682 71857 68.6
14 Nias Selatan 12943 3770 7528 24241 53.39
15 Humbang Hasundutan 6802 2523 5892 15217 44.7
16 Pakpak Bharat 1409 784 1327 3520 40.03
17 Samosir 3825 1537 3608 8970 42.64
18 Serdang Bedagai 29001 10054 9188 48243 60.11
19 Batu Bara 16260 7143 4941 28344 57.37
20 Padang Lawas Utara 4692 5479 6820 16991 27.61
21 Padang Lawas 3957 3969 9361 17287 22.89
22 Labuhan Batu Selatan 13428 4558 3978 21964 61.14
23 Labuhan Batu Utara 14564 5293 6693 26550 54.85
24 Nias Utara 5966 1160 3405 10531 56.65
25 Nias Barat 2163 625 2893 5681 38.07
26 Kota Sibolga 3572 1591 1627 6790 52.61
27 Kota Tanjung Balai 6477 2792 2848 12117 53.45
28 Kota Pematang Siantar 9793 4072 3975 17840 54.89
29 Kota Tebing Tinggi 6264 2710 1265 10239 61.18
30 Kota Medan 71295 25006 28199 124500 57.27
31 Kota Binjai 10965 4741 1962 17668 62.06
32 Kota Padangsidimpuan 7703 3495 3359 14557 52.92
33 Kota Gunungsitoli 3073 1774 3111 7958 38.62
524969 204992 236508 966469 54.32
Sumber : BPS Sumatera Utara
40
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
Selanjutnya, laporan SDKI 2012 juga menemukan bahwa pemakaian kontrasepsi di
daerah perkotaan jauh lebih tinggi dari pada di pedesaan (masing-masing 60 % dan 52
%). Namun demikian, jenis metode yang digunakan berbeda, wanita di perkotaan lebih
mempercayai suntikan, pil dan sterilisasi wanita, sementara wanita di pedesaan lebih
mempercayai menggunakan KB suntikan, pil dan susuk KB. Dengan demikian,
pemakaian untuk metode yang bersifat kontap dan jangka panjang perlu mendapatkan
perhatian dan prioritas.
Selanjutnya, pendidikan merupakan variabel yang penting dalam studi perbedaan
fertilitas dan keluarga berencana, karena variabel ini banyak berpengaruh terhadap
perubahan status, sikap dan pandangan hidup masyarakat pada umumnya, wanita pada
khususnya. Meningkatnya pendidikan wanita dapat merubah pandangan hidup yang
tradisional, dari pandangan bahwa wanita adalah sebagai ibu rumah tangga yang harus
tinggal di rumah mengurus anak dan suami, ke arah pandangan yang lebih maju yang
mendorong wanita untuk bekerja di luar rumah, dan ikut mengambil bagian dalam
pengambilan keputusan dalam rumah tangga. Dari kenyataan di atas tentu saja akan
mendorong wanita lebih menyukai keluarga kecil yang akan memberi keleluasaan
bergerak kepada mereka dari pada bila keluarga besar dengan banyak anak.
Anggapan tersebut di atas rupa-rupanya dipakai sebagai dasar dari teori yang
menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan semakin rendah fertilitasnya,
atau dengan kata lain terjadi hubungan yang negatip antara fertilitas dan tingkat
pendidikan. Akan tetapi dalam berbagai penelitian yang dilakukan di Indonesia,
hasilnya ternyata tidak selalu konsisten dengan teori di atas. Salah satu bukti dari hasil
Survey Fertilitas Mortalitas yang pernah dilakukan ternyata menunjukkan bahwa
tingkat pendidikan dengan fertilitas mempunyai hubungan yang positip.
Berdasarkan hasil SDKI 2012, ternyata juga membuktikan bahwa pendidikan baik
secara langsung maupun tidak langsung akan memberikan kontribusinya terhadap
pemakaian alat/cara KB. Gambar 3.6 mengisyaratkan bahwa pemakaian kontrasepsi
atau alat KB cenderung meningkat seiring dengan peningkatan tingkat pendidikan.
41
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
Gambar 3.6. Pemakaian Alat/Cara KB Menurut Provinsi, SDKI 2012
Kebutuhan KB yang tidak terpenuhi (Unmet Need) adalah sebagai persentase wanita
berstatus kawin yang tidak ingin punya anak lagi atau ingin menjarangkan kelahiran
berikutnya, tetapi tidak memakai alat kontrasepsi. Kebutuhan KB yang tidak terpenuhi
di Sumatera Utara adalah 12,3 %. Keadaan ini jauh lebih tinggi bila dibandingkan
angka nasional sebesar 9,1 %. Selanjutnya, kebutuhan KB yang tidak terpenuhi ini
secara umum menurun ketika tingkat pendidikan masyarakat meningkat.
Sumber : SDKI Tahun 2012
42
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
Dilihat dari variabel umur pada waktu kawin ternyata juga memberikan gambaran yang
cukup menarik. Umur pada waktu kawin adalah merupakan variabel yang menunjukkan
saat dimulainya hubungan kelamin. Oleh karena itu variabel ini mempengaruhi
fertilitas secara langsung, dimana pada saat itulah wanita memulai masa
reproduksinya dengan mengabaikan jumlah kelahiran sebelum perkawinan.
Disamping itu umur pada waktu kawin juga menentukan perpanjangan masa reproduksi
wanita.
Dengan mengikuti pemikiran di atas, apabila umur pada waktu kawin bagi wanita-
wanita dilakukan seawal mungkin atau dalam umur muda maka diprediksi akan
mempunyai lebih banyak anak dari pada wanita-wanita yang umur pada waktu
kawinnya lebih tua, yang dengan sendirinya lama masa reproduksinya relatip lebih
pendek. Bukti dari Survey Fertilitas Mortalitas yang pernah dilakukan menunjukan
bahwa wanita-wanita yang umur pada waktu kawinnya lebih muda dalam hal ini
berumur di bawah 15 tahun, mempunyai anak lebih banyak bila dibandingkan dengan
mereka yang memulai perkawinannya pada umur 21 tahun ke atas. Hal ini berarti ada
korelasi yang negatip antara umur pada waktu kawin dengan fertilitas.
60
52
48
50
52
54
56
58
60
62
Perkotaan Pedesaan
Gambar 3.7. Pemakaian Alat/Cara KB Menurut Daerah Sumatera Utara
(SDKI 2012
21
5158
0
10
20
30
40
50
60
70
Tidak Sekolah Tamat SD Tamat SMTP+
Gambar 3.8. Pemakaian Alat/Cara KB Menurut Pendidikan Sumatera Utara
(SDKI 2012)
Sumber : SDKI Tahun 2012
43
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
Sebenarnya variabel umur pada waktu kawin ini sangat dipengaruhi oleh variabel
pendidikan dan status ekonomi. Wanita yang berpendidikan lebih tinggi yang otomatis
status ekonominya tinggi pula akan menunda saat perkawinannya, karena wanita-
wanita tersebut akan lama menghabiskan waktunya dibangku sekolah. Dari uraian di
atas dapat disimpulkan bahwa wanita yang berpendidikan lebih tinggi dan status
ekonomi lebih tinggi pula akan menunda masa perkawinannya, sehingga peluang
untuk mempunyai anak yang lebih banyak akan berkurang dan dengan sendirinya akan
menekan tingkat fertilitas.
Di Sumatera Utara median rata-rata kawin pertama umur 22 tahun, sedangkan di
Indonesia rata-rata umur kawin pertamanya adalah 20 tahun. Hal ini menunjukkan
bahwa wanita Sumatera Utara kawin lebih tua daripada wanita secara nasional. Data
SDKI 2012 menunjukkan bahwa di Sumatera Utara umur median kawin pertama terus
meningkat dari 19,4 tahun di tahun 1991 meningkat menjadi 22 tahun pada tahun 2012.
Kecenderungan ini serupa juga terlihat secara nasional (Gambar 3.11 dan 3.12).
Walaupun kecenderungan umur kawin wanita ini telah menunjukkan peningkatan,
tetapi tentunya rata-rata umur kawin tersebut masihlah relatip muda. Dengan demikian
program KB dalam upaya penundaan usia kawin harus lebih ditingkatkan.
11.4
13.2
10.5
11
11.5
12
12.5
13
13.5
Indonesia Sumatera Utara
Gambar 3.9. Kebutuhan KB Yang Tidak Terpenuhi (SDKI 2012) Sumatera Utara (SDKI
2012)
23
16.1 15.1
11.9 12.4
0
5
10
15
20
25
Gambar 3.10. Kebutuhan KB Yang Tidak Terpenuhi Menurut Pendidikan Sumatera
Utara (SDKI 2012)
Sumber : SDKI Tahun 2012
44
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
Disahkannya Undang-Undang No. 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga merupakan dasar untuk melakukan
revitalisasi kebijakan kependudukan di Indonesia. Dari sisi kelembagaan, UU tersebut
memberikan kesempatan yang besar untuk mengelola kebijakan kependudukan secara
memadai dengan mengubah Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN) menjadi Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. Di tingkat
provinsidan kabupaten/kota. Namun sampai dengan akhir tahun 2012 belum ada
satupun di Sumatera Utara yang membentuk Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Daerah (BKKBD).
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa secara umum masalah kependudukan
dilihat dari aspek pengendalian kuantitas adanya kecenderungan stagnasi kinerja
pembangunan kependudukan. Disamping itu, indikator kuantitas penduduk semuanya
memperlihatkan adanya disparitas antar Kabupaten/Kota. Hal ini tampaknya bersumber
dari belum maksimalnya kebijakan pengendalian pertumbuhan dan jumlah penduduk.
3.1.8. Proyeksi Penduduk Sumatera Utara Tahun 2010-2035
Hasil proyeksi menunjukkan bahwa jumlah penduduk Provinsi Sumatera Utara selama
dua puluh lima tahun mendatang terus mengalami peningkatan. Jumlah penduduk hasil
sensus penduduk 2010 sebagai tahun dasar sebesar 12.982.204 jiwa dan menjadi sekitar
16.136.001 jiwa pada tahun 2035. Namun demikian, bila diperhatikan pertumbuhan
19.4
20.3 20.1
21.2
22.1 22
18
19
20
21
22
23
Gambar 3.11. Tren Median Umur Kawin Pertama Sumatera Utara
17.1
18.118.6
19.219.8 20.1
15
16
17
18
19
20
21
Gambar 3.12. Tren Median Umur Kawin Pertama Indonesia
Sumber : SDKI Tahun 2012
45
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
rata-rata setiap tahun penduduk di Provinsi Sumatera Utara selama periode 2010-2035
menunjukkan kecenderungan penurunan terus menerus. Periode 2010-2015 dan 2030-
2035 penduduk Provinsi Sumatera Utara turun dengan kecepatan 1,1 % menjadi 0,5 %
per tahun. Terjadinya penurunan disebabkan karena kebijakan pengendalian kuantitas
penduduk melalui program KB dan adanya faktor migrasi keluar Sumatera Utara dan
penurunan kelahiran dibandingkan dengan faktor kematian. Apabila diikuti
kecenderungan angka kelahiran kasar (Crude Birth Rate) turun dari sekitar 24 per 1000
penduduk pada awal proyeksi menjadi 19 per 1000 penduduk pada akhir periode
proyeksi, sedangkan angka kematian kasar (Crude Death Rate) diharapkan turun dari 5
per 1000 penduduk pada awal proyeksi menjadi 4 per 1000 penduduk pada akhir
proyeksi. Sementara bila diikuti perhitungan data sensus penduduk 2010, migrasi
keluar Sumatera Utara sebesar 17,7 % dan migrasi masuk ke Sumatera Utara sebesar
4,3 %.
Tabel 3.10. Proyeksi Penduduk Provinsi Sumatera Utara 2010-2035
Tahun Jumlah
Laki-laki
Jumlah
Perempuan
Total
2010 6.483.354 6.498.850 12.982.204
2015 6.877.262 6.883.838 13.761.100
2020 7.233.737 7.235.570 14.469.307
2025 7.552.538 7.556.547 15.109.085
2030 7.834.606 7.846.841 15.681.447
2035 8.056.602 8.079.399 16.136.001
Gambar 3.13 Pertumbuhan Penduduk Sumatera Utara 2010 – 2013
Sumber : BPS Sumatera Utara
Sumber : BPS Sumatera Utara
46
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
Selanjutnya, cukup menarik apabila diperhatikan gambaran piramida penduduk
menurut tahun. Piramida penduduk tahun 2010 menunjukkan pola yang tidak
menggembung lagi atau menyerupai “Candi Borobudur”, tetapi sudah berubah lebih
ramping menyerupai “Candi Prambanan” hingga periode akhir proyeksi. Ini
mengindikasikan bahwa selama periode 2010-2035 penduduk di Provinsi Sumatera
Utara disamping akan mengalami penurunan pertumbuhan secara terus menerus, juga
akan ditandai dengan struktur penduduk yang ideal. Walaupun jika diperhatikan rata-
rata pertumbuhan penduduknya masih di atas 1 % setiap tahunnya. Dengan demikian
pencapaian target jumlah penduduk tanpa pertumbuhan tahun 2035 masih merupakan
tantangan berat untuk Provinsi Sumatera Utara.
Tabel 3.11. Jumlah Penduduk Sumatera Utara Tahun 2010
UMUR Laki-Laki Perempuan Jumlah
0-4 744,374 706,319 1,450,693
5-9 750,888 706,009 1,456,897
10-14 723,815 684,095 1,407,910
15-19 640,079 624,541 1,264,620
20-24 550,253 559,810 1,110,063
25-29 551,237 553,946 1,105,183
30-34 494,373 492,350 986,723
35-39 448,195 455,114 903,309
40-44 400,598 412,031 812,629
45-49 344,796 360,378 705,174
50-54 293,428 299,424 592,852
55-59 209,213 211,116 420,329
60-64 121,965 139,687 261,652
65-69 88,094 111,585 199,679
70-74 60,765 81,532 142,297
75-79 31,680 49,329 81,009
80+ 29,601 51,584 81,185
Total
6,483,354
6,498,850
12,982,204
Sumber : Hasil Proyeksi BPS Sumatera Utara
47
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
Gambar 3.14. Piramida Penduduk Sumatera Utara 2010
Tabel 3.12. Jumlah Penduduk Sumatera Utara Tahun 2015
UMUR Laki-laki Perempuan Jumlah
0-4 671,743 638,161 1,309,904
5-9 734,717 693,546 1,428,263
10-14 745,798 699,856 1,445,654
15-19 713,655 671,407 1,385,061
20-24 613,144 602,234 1,215,378
25-29 507,285 536,633 1,043,918
30-34 517,005 533,694 1,050,699
35-39 477,658 476,791 954,449
40-44 438,813 445,555 884,368
45-49 391,520 401,986 793,506
50-54 334,387 349,744 684,131
55-59 279,141 285,902 565,042
60-64 193,259 198,801 392,060
65-69 107,547 127,513 235,060
70-74 72,155 96,070 168,225
75-79 44,630 64,603 109,232
80+ 34,806 61,343 96,150
Total
6,877,262
6,883,838
13,761,100
15.0 10.0 5.0 0.00 5.00 10.00 15.00
0-4
10-14
20-24
30-34
40-44
50-54
60-64
70-74
80+
Perempuan Laki-laki
Sumber : Hasil Proyeksi BPS Sumatera Utara
Sumber : Hasil Proyeksi BPS Sumatera Utara
48
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
Gambar 3.15. Piramida Penduduk Sumatera Utara 2015
Tabel 3.13. Jumlah Penduduk Sumatera Utara Tahun 2020
UMUR Laki-laki Perempuan Jumlah
0-4 669,861 637,763 1,307,624
5-9 661,058 626,045 1,287,103
10-14 729,488 688,417 1,417,905
15-19 735,052 690,404 1,425,456
20-24 688,010 650,162 1,338,172
25-29 574,845 572,327 1,147,171
30-34 474,792 510,718 985,510
35-39 495,852 514,585 1,010,437
40-44 464,521 464,991 929,513
45-49 428,346 437,182 865,528
50-54 380,048 392,362 772,410
55-59 318,304 336,166 654,469
60-64 258,059 270,621 528,680
65-69 171,088 182,987 354,076
70-74 87,934 110,456 198,390
75-79 53,218 77,215 130,433
80+ 43,262 73,169 116,431
Total
7,233,737
7,235,570
14,469,307
15.0 10.0 5.0 0.00 5.00 10.00 15.00
0-4
10-14
20-24
30-34
40-44
50-54
60-64
70-74
80+
Perempuan Laki-laki
Sumber : Hasil Proyeksi BPS Sumatera Utara
Sumber : Hasil Proyeksi BPS Sumatera Utara
49
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
Gambar 3.16. Piramida Penduduk Sumatera Utara 2020
Tabel 3.14. Jumlah Penduduk Sumatera Utara Tahun 2025
UMUR Laki-laki Perempuan Jumlah
0-4 673,480 641,636 1,315,116
5-9 659,548 626,823 1,286,370
10-14 655,646 621,231 1,276,877
15-19 717,452 678,824 1,396,276
20-24 707,564 668,800 1,376,364
25-29 646,803 617,386 1,264,189
30-34 540,125 542,627 1,082,752
35-39 452,626 490,085 942,711
40-44 481,519 501,415 982,934
45-49 454,842 456,590 911,432
50-54 417,371 427,143 844,513
55-59 362,849 377,839 740,688
60-64 294,528 318,994 613,522
65-69 228,861 249,980 478,841
70-74 141,165 159,521 300,686
75-79 65,261 89,262 154,524
80+ 52,899 88,392 141,291
Total
7,552,538
7,556,547
15,109,085
15.00 10.00 5.00 0.00 5.00 10.00 15.00
0-4
10-14
20-24
30-34
40-44
50-54
60-64
70-74
80+
Perempuan Laki-laki
Sumber : Hasil Proyeksi BPS Sumatera Utara
Sumber : Hasil Proyeksi BPS Sumatera Utara
50
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
Gambar 3.17. Piramida Penduduk Sumatera Utara 2025
Tabel 3.15. Jumlah Penduduk Sumatera Utara Tahun 2030
UMUR Laki-laki Perempuan Jumlah
0-4 680,879 648,617 1,329,496
5-9 662,832 630,568 1,293,401
10-14 653,751 621,905 1,275,656
15-19 642,836 611,358 1,254,194
20-24 688,436 656,565 1,345,001
25-29 663,626 634,894 1,298,520
30-34 609,275 586,360 1,195,634
35-39 517,462 521,203 1,038,664
40-44 439,030 476,775 915,804
45-49 472,127 492,626 964,752
50-54 444,402 446,317 890,719
55-59 400,110 411,767 811,877
60-64 337,029 359,040 696,069
65-69 261,749 295,166 556,915
70-74 189,671 218,792 408,463
75-79 106,025 129,974 235,999
80+ 65,368 104,914 170,282
Total
7,834,606
7,846,841
15,681,447
15.00 10.00 5.00 0.00 5.00 10.00 15.00
0-4
10-14
20-24
30-34
40-44
50-54
60-64
70-74
80+
Perempuan Laki-laki
Sumber : Hasil Proyeksi BPS Sumatera Utara
Sumber : Hasil Proyeksi BPS Sumatera Utara
51
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
Gambar 3.18. Piramida Penduduk Sumatera Utara 2030
Tabel 3.16. Jumlah Penduduk Sumatera Utara tahun 2035
UMUR Laki-laki Perempuan Jumlah
0-4 669,916 637,779 1,307,695
5-9 669,924 637,082 1,307,005
10-14 656,813 625,352 1,282,165
15-19 640,455 611,553 1,252,008
20-24 613,353 588,168 1,201,521
25-29 644,064 621,530 1,265,594
30-34 625,013 602,840 1,227,853
35-39 586,194 564,099 1,150,293
40-44 503,578 507,511 1,011,089
45-49 429,116 468,087 897,203
50-54 460,356 481,460 941,816
55-59 426,853 431,067 857,920
60-64 372,445 391,553 763,999
65-69 300,878 332,808 633,687
70-74 218,004 258,913 476,916
75-79 143,379 179,079 322,459
80+ 96,259 140,518 236,777
Total
8,056,602
8,079,399
16,136,001
15.00 10.00 5.00 0.00 5.00 10.00 15.00
0-4
10-14
20-24
30-34
40-44
50-54
60-64
70-74
80+
Perempuan Laki-laki
Sumber : Hasil Proyeksi BPS Sumatera Utara
Sumber : Hasil Proyeksi BPS Sumatera Utara
52
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
Gambar 3.19. Piramida Penduduk Sumatera Utara 2035
3.2. Kualitas Penduduk
3.2.1. Aspek Pendidikan
Sesuai Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003, Pasal 3
menegaskan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara
yang demokratis serta bertanggung jawab.
Bila diperhatikan arah kebijakan pendidikan saat ini mengacu pada kesiapan Indonesia
dalam menghadapi ASEAN Economy Community (AEC) 2015 yang menuntut
peningkatan kualitas SDM nasional agar berdaya saing. (Waspada, 21 Des 2012).
Sumber daya manusia yang berkualitas dapat diperoleh melalui pendidikan, baik dalam
pendidikan formal, non formal dan informal. Untuk menghadapi persaingan global
Sumatera Utara ikut berperan mewujudkan cita-cita dan tujuan pemerintah dalam
membangun sumberdaya yang berkualitas.
15.00 10.00 5.00 0.00 5.00 10.00 15.00
0-4
10-14
20-24
30-34
40-44
50-54
60-64
70-74
80+
Perempuan Laki-laki
Sumber : Hasil Proyeksi BPS Sumatera Utara
53
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
Angka partisipasi sekolah merupakan ukuran daya serap sistem pendidikan terhadap
penduduk usia sekolah. Angka tersebut memperhitungkan adanya perubahan penduduk,
terutama usia muda yang masih sekolah. Ukuran yang banyak digunakan disektor
pendidikan, seperti pertumbuhan jumlah murid, lebih menunjukkan perubahan jumlah
murid yang mampu ditampung disetiap jenjang sekolah. Dengan demikian, naiknya
persentase jumlah murid tidak dapat diartikan sebagai semakin meningkatnya
partisipasi sekolah. Kenaikan tersebut dapat pula dipengaruhi oleh semakin besarnya
jumlah penduduk usia sekolah yang tidak diimbangi dengan ditambahnya infrastruktur
sekolah serta peningkatan akses masuk sekolah sehingga partisipasi sekolah seharusnya
tidak berubah atau malah semakin rendah.
Pendidikan merupakan salah satu prioritas pembangunan Provinsi Sumatera Utara,
karena pendidikan menjadi penentu yang paling utama dari daya saing suatu negara
atau daerah. Sebagai daerah dengan posisi strategis dibutuhkan sumber daya manusia
yang handal untuk dapat menjawab tantangan perubahan yang sangat cepat dan
semakin kompleks. Beberapa indikator kinerja utama dalam bidang pendidikan yang
telah dicapai Provinsi Sumatera Utara antara lain adalah: dari total penduduk Sumatera
Utara (diperhitungkan dari Sensus Nasioal 2010) dibandingkan jumlah penduduk
diperoleh angka melek huruf pada penduduk usia 15 tahun keatas pada tahun 2011
mencapai 97,46% dari jumlah penduduk usia tersebut yang berjumlah 7.752.829 jiwa.
Hal ini menunjukkan masih adanya penduduk usia sekolah yang belum mendapatkan
pendidikan yang layak, sehingga perlu perhatian yang lebih serius dari semua pihak
terkait dalam mengurangi angka buta aksara di Provinsi Sumatera Utara.
Tabel 3.17. Perkembangan Angka Melek Huruf Penduduk UsiaDiatas 15
Tahun dari Tahun 2008-2012
NO Uraian 2008 2009 2010 2011
1. Jumlah penduduk usia 15
tahun keatas
8.919.973 9.108.738 9.520.274 7.752.829
2. Angka melek huruf 97.04% 97.15% 97.32% 97,46%
Sumber : BPS Sumatera Utara, Data Pokok Ekonomi dan Kesra Sumatera Utara
2007-2012
*) Persentase diperkirakan dari jumlah penduduk hasil Sensus Nasional 2010.
54
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
Capaian Angka Lama Sekolah rata-rata Provinsi Sumatera Utara, mengalami
peningkatan dari sebelumnya tahun 2008, sebesar 8,65 meningkat menjadi 8,95 tahun
pada tahun 2009, dan mengalami penurunan menjadi 8,85 pada tahun 2010 dan
meningkat kembli menjadi 8,91 pada tahun 2011.
Dari data Angka Partisipasi Murni (APM) Provinsi Sumatera Utara tahun 2011, terlihat
bahwa ada kecenderungan terjadinya penurunan jumlah partisipasi siswa dari APM
siswa SD (92,43%), SLTP (SMP/MTs) (77,46%) dan SLTA (SMA/MA/MK) 66,04%.
Hal ini menunjukkan masih banyak anak yang tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang
yang lebih tinggi diatasnya (putus sekolah). Hal ini disebabkan masih rendahnya minat
dan dorongan orang tua untuk menyekolahkan anak ke jenjang yang lebih tinggi.
Disamping masih terbatasnya kemampuan ekonomi masyarakat yang berpenghasilan
rendah.
Sementara dari data APM siswa SLTA per Kabupaten/Kota terlihat bahwa kabupaten
dengan capaian APM tertinggi adalah Karo (95,55%), Pakpak Bharat (95,28%),
Tapanuli Utara (94,85%), Nias Selatan (94,02%), Dairi (92,82%) dan Tapanuli Tengah
(90,10%). Sedangkan Kabupaten/Kota yang paling rendah capaian APM untuk tingkat
SLTA adalah Gunung Sitoli (45,45%), Labuhan Batu Utara (22,34%), Nias Barat
(17,62%), Labuhan Batu Selatan (15,08%) dan Nias Utara (13,54%).
Dari data Angka Partisipasi Kasar (APK) Tahun 2010 terlihat bahwa APK untuk
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) berdasarkan jumlah penduduk usia 0-6 tahun, di
Provinsi Sumatera Utara masih tergolong rendah (29,58%), dan mengalami peningkatan
menjadi 31,27 pada tahun 2011. Angka Partisipasi Kasar untuk Pendidikan Dasar SD/MI
sudah memenuhi target sebesar 110,54, untuk SMP/MTs sebesar 99,25, sedangkan untuk
pendidikan menengah (SMA/SMK/MA) sebesar 83,76.
Selalanjutnya, rata-rata lama sekolah di Provinsi Sumatera Utara 8,85 tahun, yang
mencerminkan, secara rata-rata, penduduk Provinsi Sumatera Utara baru
menyelesaikan pendidikan sampai kelas 2 SLTP. Walaupun rata-rata lama sekolah di
Provinsi Sumatera Utara jauh lebih baik dibandingkan dengan rata-rata lama sekolah
tingkat Nasional yang hanya 5,8 tahun, tetapi dari segi wajib belajar 9 tahun yang di
programkan pemerintah belum terwujud. Secara rinci angka melek huruf, rata-rata lama
dan partisipasi sekolah menurut kelompok umur dapat dilihat pada tabel berikut ini.
55
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
Tabel 3.18. Pendidikan Di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2008–2010
Uraian Tahun
2008 2009 2010
Angka Melek Huruf (%)
Rata-rata lama sekolah (thn)
Angka Partisipasi sekolah
Kelompok umur (%)
7 – 12
13 – 15
16 – 18
19 – 24
7 – 15
97,08
8,65
98,66
90,89
65,34
13,82
96,14
97,15
8,95
98,71
91,43
66,23
14,65
96,31
97,32
8,85
98,90
92,26
66,94
15,65
98,86
Sumber: Sumatera dalam angka 2011
3.2.2. Aspek Kesehatan
Ada kemajuan yang konsisten pada indikator kesehatan, terutama Angka Kematian
Bayi (AKB), Angka Kematian Balita (AKABA), dan rasio kematian ibu (AKI). Untuk
semua indikator tersebut, telah terjadi penurunan secara signifikan meskipun masih di
bawah negara-negara Asia Tenggara lainnya. Kematian ibu menurun dari 390 per
100.000 kelahiran hidup tahun 1991 menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup tahun
2007. Angka kematian bayi juga menurun, dari 68 per 1000 KH tahun 1991 menjadi 34
per 1000 KH tahun 2007. Sementara itu, prevalensi gizi buruk menurun dari 25,8
persen tahun 2003 menjadi 18,4 persen tahun 2007 (Menkokesra, 2013).
Penurunan ini memang membuktikan dampak positif dari upaya pembangunan,
khususnya kesehatan ibu dan anak. Akan tetapi, jika dilihat ada indikasi perlambatan
penurunan pada era setelah desentralisasi. Pengurangan besarnya penurunan terlihat
dari tingkat penurunan tahunan (ARR). Sebagai contoh, ARR untuk AKB, dan
AKABA, angkanya telah turun dari tiga persen pada periode sebelum desentralisasi
menjadi satu persen setelah desentralisasi. Kondisi ini dikhawatirkan akan mengganggu
pencapaian target MDGs.
Dengan memakai ukuran angka kematian kasar (CDR) data hasil sensus penduduk
2010 menunjukkan angka kematian kasar Sumatera Utara sebesar 5,1 per 1000
penduduk dan angka ini menunjukan kecenderungan yang terus menurun bila
dibandingkan dengan angka kematian kasar pada periode-periode sebelumnya, dimana
56
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
angka kematian kasar sebesar 8,2 per 1000 penduduk pada periode 1985-1990,
selanjutnya pada periode 1990-1995 sebesar 7,6 per 1000 penduduk dan periode 1995-
2000 sebesar 6,1 per 1000 penduduk.
Selanjutnya, sensus penduduk 2010 juga memberikan informasi angka kematian bayi di
Sumatera Utara sebesar 25 per 1000 kelahiran hidup. Dibandingkan dengan periode
sebelumnya angka kematian bayi ini mengalami kecenderungan penurunan.
Berdasarkan Sensus Penduduk 1971 AKB sebesar 122, terus menurun menjadi 88
berdasarkan Sensus Penduduk 1980, menurun lagi manjadi 61 pada Sensus Penduduk
1990 dan mencapai 44 berdasarkan sensus penduduk tahun 2000. Hasil angka kematian
bayi dari sensus penduduk tahun 2010 menempatkan Sumatera Utara sama dengan
angka nasional.
Beberapa faktor yang diduga mempengaruhi penurunan angka kematian bayi antara
lain peningkatan pelayanan kesehatan, pemeliharaan dan pemeriksaan kehamilan serta
penolong persalinan, pemberian ASI dan makanan tambahan serta imunisasi. Data
SDKI 1994 dan 2007 secara umum mengungkapkan separuh dari bayi yang dilahirkan
di Sumatera Utara dalam periode lima tahun sebelum survei, dilahirkan dengan telah
mendapatkan Suntikan TT paling sedikit satu kali. Dibandingkan dengan Indonesia
secara keseluruhan persentase ini lebih rendah (dua pertiga untuk Indonesia). Sekitar
80% anak-anak dilahirkan dari ibu-ibu yang mendapatkan pemeriksaan kehamilan oleh
tenaga kesehatan (11% oleh dokter dan 69% oleh bidan perawat). Angka ini hampir
sama dengan Indonesia secara keseluruhan. Hal yang perlu dicatat adalah bahwasanya
65% dari kelahiran tersebut ditolong oleh tenaga kesehatan, yakni 58% oleh bidan dan
10.2
8.27.6
6.15.1
0
2
4
6
8
10
12
1980-1985 1985-1990 1990-1995 1995-2000 SP 2010
per 1000
penduduk
Tahun
Gambar 3.20. Kecenderungan Crude Death Rate (CDR)Propinsi Sumatera Utara
Sumber : Sensus Penduduk Tahun 2010
57
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
7% oleh dokter. Berbeda dengan pemeriksaan kehamilan dan penolong persalinan,
Sumatera Utara lebih baik dari pada Indonesia secara keseluruhan (persalinan di
Indonesia secara keseluruhan ditolong oleh dokter 6% dan oleh bidan/perawat 33%).
13.0
14.0
18.0
19.0
19.0
20.0
20.0
21.0
21.0
23.0
23.0
24.0
24.0
24.0
24.0
25.0
25.0
25.0
25.0
27.0
27.0
27.0
28.0
29.0
30.0
33.0
37.0
39.0
40.0
44.0
44.0
46.0
47.0
57.0
0.0 10.0 20.0 30.0 40.0 50.0 60.0
31. DKI Jakarta
34. DI Yogyakarta
94. Papua
21. Kepulauan Riau
51. B a l i
33. Jawa Tengah
64. Kalimantan Timur
14. R i a u
91. Papua Barat
18. Lampung
36. Banten
19. Bangka Belitung
35. Jawa Timur
62. Kalimantan Tengah
71. Sulawesi Utara
12. Sumatera Utara
16. Sumatera Selatan
32. Jawa Barat
INDONESIA
11. Aceh
17. Bengkulu
61. Kalimantan Barat
15. J a m b i
13. Sumatera Barat
73. Sulawesi Selatan
63. Kalimantan Selatan
53. Nusa Tenggara Timur
74. Sulawesi Tenggara
82. Maluku Utara
72. Sulawesi Tengah
81. Maluku
76. Sulawesi Barat
52. Nusa Tenggara Barat
75. Gorontalo
Gambar 3.21. Estimasi Angka Kematian Bayi (IMR) Menurut Provinsi 2010
Samadenganangka
nasional
Selanjutnya, parameter yang tidak kalah penting dalam rangka menunjukkan pola
mortalitas adalah angka harapan hidup. Angka harapan hidup pada suatu umur
didefinisikan sebagai rata-rata tahun hidup yang masih dijalani oleh seorang yang telah
berhasil mencapai umur tersebut dalam situasi mortalitas yang berlaku di lingkungan
Sumber : Sensus Penduduk Tahun 2010
58
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
masyarakatnya. Angka harapan hidup waktu lahir, misalnya merupakan rata-rata tahun
hidup yang akan dijalani oleh bayi yang baru lahir. Angka harapan hidup merupakan
indikator yang baik untuk menunjukkan tingkat sosial-ekonomi secara umum. Dengan
memakai pendekatan dan bantuan Model Life Table and Stable Population, dapat
diperkirakan angka harapan hidup bila data angka kematian bayi tersedia.
Mengacu pada ukuran angka harapan hidup data berdasarkan Sensus Penduduk 2010
adalah 71 tahun, selanjutnya berdasarkan sensus penduduk tahun 2000 diperkirakan
sebesar 66 tahun. Dengan demikian selama periode 2000-2010 terjadi kenaikan angka
harapan hidup sebesar 0,7% setiap tahunnya. Kecenderungan meningkatnya angka
harapan hidup ini disebabkan karena membaiknya pelayanan kesehatan dan
peningkatan kondisi sosial-ekonomi yang selanjutnya memungkinkan terjadinya
perbaikan gizi serta kesehatan dan lingkungan hidup sehingga angka harapan hidup
naik.
Sumber : Riskesdas, 2010
Seterusnya, tidak kalah pentingnya adalah status gizi balita. Status gizi balita
merupakan prasyarat dasar untuk meningkatkan daya saing bangsa karena status gizi
anak akan mempengaruhi tingkat kesehatan fisik dan kecerdasan anak yang akhirnya
akan mempengaruhi tingkat produktivitas secara ekonomis. Menurut hasil penelitian
yang dilaksanakan Kementerian Kesehatan RI (Riskesdas, 2010), Provinsi Sumatera
122
88
61
48 44
25
0
20
40
60
80
100
120
140
1971 1980 1990 1998 2000 2010
IMR
Tahun
Gambar 3.22. Kecenderungan IMR Propinsi Sumatera Utara, 1971-2010
59
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
Utara masih tergolong provinsi dengan angka kekurangan gizi balitanya diatas angka
rata-rata nasional yakni 21,4 sementara angka rata-rata nasional 17,9. Menurut
penelitian WHO anak yang memiliki status gizi kurang atau buruk mempunyai resiko
kehilangan tingkat kecerdasan atau IQ sebesar 10-15 poin.
Dari data prevalensi rata-rata Balita Gizi Kurang di Sumatera Utara masih termasuk
kategori tinggi. Terdapat 2 Kabupaten yang termasuk kepada kriteria Sangat Tinggi
(diatas 30%) yakni Nias dan Nias Selatan, 14 termasuk kriteria tinggi (20-29%) dan
selebihnya kategori sedang (10-19%). Yang perlu dicermati adalah masih tingginya
capaian prevalensi gizi buruk untuk wilayah kota seperti Sibolga, Tanjungbalai, Tebing
Tinggi dan Medan. Grafik dibawah ini memperlihatkan kondisi persentase balita gizi
buruk Provinsi Sumatera Utara dibandingkan provinsi lainnya di Indonesia.
Grafik 3.23. Angka Prevalensi Kekurangan Gizi pada Balita per Provinsi di Indonesia
Sumber : Riskesdas, 2010
60
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
3.2.3. Aspek Ekonomi
Adapun untuk angka penduduk Sumatera Utara yang berada diatas garis kemiskinan
setiap tahun terus mengalami perbaikan, dimana tahun tahun 2008 sebesar 11,55 %,
tahun 2009 sebesar 11,51%, tahun 2010 sebesar 11,31 %, tahun 2011 sebesar 10,83 %
dan tahun 2012 menjadi 10,41 %. Secara umum penurunan tingkat kemiskinan di
Provinsi Sumatera Utara dapat dilihat pada grafik dibawah ini.
Grafik 3.24. Persentase penduduk miskin Sumatera Utara dan Nasional
Tahun 2008-2012
Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara, 2012
Persentase penduduk miskin di Provinsi Sumatera Utara dari tahun 2007-2012 terus
mengalami penurunan dengan tingkat kinerja lebih baik dibandingkan pencapaian
kinerja nasional selama periode yang sama. Sampai dengan tahun 2012 persentase
penduduk miskin telah menjadi 10,41%, sementara capaian nasional menunjukkan
11,66%. Grafik 3.25. menunjukkan perkembangan persentase penduduk miskin
Sumatera Utara dan Nasional selama periode 2007-2012.
61
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
Grafik 3.25. Persentase Penduduk Miskin Sumatera Utara dan Nasional
Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara, 2012 (diolah), Maret 2007 - September 2012
Sementara itu jika dilihat berdasarkan persentase penduduk miskin di perkotaan
dibandingkan pedesaan terjadi perubahan dimana persentase penduduk miskin di
pedesaan lebih tinggi dari pada perkotaan.
Grafik 3.26. Persentase Penduduk Miskin di Perkotaan dan Pedesaan
Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara, 2012
62
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
Grafik 3.27. Persentase Penduduk Miskin menurut Kabupaten/Kota
Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara, 2012 (diolah)
Grafik 3.27 menunjukkan bahwa persentase penduduk miskin Kabupaten/Kota di
Provinsi Sumatera Utara terbesar terdapat di wilayah Kepulauan Nias, yakni Kota
Gunung Sitoli (32,12%), Nias Utara (30,44%), Nias Barat (29,32%), Nias Selatan
(19,71%) dan Kabupaten Nias (19,11) Kabupaten dengan kemiskinan terendah berada
pada Kabupaten Deli Serdang (5,10%). Hal ini menunjukkan disparitas yang mas ih
sangat besar antar Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara.
Hasil BPS tersebut diatas tidak jauh beda dengan hasil pendataan Keluarga. Berdasarkan
hasil pendataan keluarga jumlah penduduk pra sejahtera/miskin sebesar 11,23 persen.
Pada Pendataan Keluarga Tingkat kesejahteraan keluarga dikelompokkan ke dalam 5
(lima) tahap. Perumusan indikator tahapan didasarkan pada teori Maslow tentang tingkat
kebutuhan manusia (dasar, sosial psikologis dan kebutuhan pengembangannya), sehingga
tersusun Tahapan Keluarga dari yang terendah ke tahapan tertinggi. Jumlah keluarga di
Provinsi Sumatera Utara berdasarkan hasil pendataan keluarga tahun 2009, tercatat
sebanyak 2.997.473 Keluarga, meningkat menjadi 3.082.185 pada tahun 2010. Dari tabel
dapat diketahui bahwa pada tahun 2010 sekitar 34,12 persen keluarga di Sumatera Utara
masih tergolong Pra sejahtera dan sejahtera I, sedikit menurun dibandingkan dengan
tahun 2009 sebesar 35,24 persen
63
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
Tabel 3.20. Realisasi Anggaran Pendapatan
Provinsi Sumatera Utara
Tabel 3.19. Jumlah Keluarga Menurut Tahapan Keluarga Hasil Pendataan
Keluarga Di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2009 Dan 2010
Tahapan Keluarga Tahun 2009 Tahun 2010
Jumlah % Jumlah %
Keluarga Pra Sejahtera 354.982 11,92 346.217 11,23
Keluarga Sejahtera I 694.343 23,32 705.620 22,89
Keluarga Sejahtera II 1.038.088 34,86 1.093.612 35,48
Keluarga Sejahtera III 745.035 25,02 780.198 25,31
Keluarga Sejahtera III plus 140.473 4,87 156.538 5,08
Jumlah Keluarga 2.997.473 100,00 3.082.185 100,00
Sumber: Pendataan Keluarga 2010
Tahun 2012, Realisasi Pendapatan
Pemerintah Provinsi Sumatera Utara
mencapai 7.20 triliun rupiah atau
meningkat sekitar 60,21 persen jika
dibandingkan dengan tahun 2011.
Sebanyak 4,05 triliun rupiah atau
sekitar 56,26 persen Anggaran
Pendapatan Provinsi ini berasal dari
Pendapatan Asli Daerah (PAD). Sekitar
22,29 persen Anggaran Pendapatan
Provinsi berasal dari Dana
Perimbangan terdiri dari DAU sekitar
15,32 persen, bagi hasil pajak 6,27
persen, DAK 0,58 persen dan bagi hasil bukan pajak 0,12 persen. Realisasi pembiayaan
Pemerintah Provinsi Sumatera Utara mencapai 7,63 triliun rupiah dimana Belanja Tidak
Langsung mencapai 5.159,08 milyar rupiah atau sekitar 67,58 persen dari total
pembiayaan pemerintah dan Belanja Langsung mencapai 2.474,55 milyar rupiah atau
sekitar 32,42 persen.
Menurut data yang ada bahwa PDRB Perkapita berdasarkan harga yang berlaku di
Provinsi Sumatera Utara mencapai Rp. 657,877,314 dengan kondisi untuk Kab/Kota
berpariasi dimana terdapat PDRB yang tertinggi adalah Kab.Batubara dengan jumlah
64
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
Rp. 55,132,972 dan Kota Medan sebesar Rp.49,886,522 sedangkan PDRB yang terendah
adalah Kab. Padang Lawas Rp. 8,905,978 , Kab. Nias Barat Rp. 9,032,719 dan Kab.
Tapanuli Tengah Rp. 9,032,939
Pemerintah Provinsi Sumatera Utara bersama seluruh pihak yang berkepentingan,
membangun Provinsi Sumatera Utara dengan tujuan utama untuk peningkatan
kesejahteraan masyarakat, peningkatan pelayanan umum, dan daya saing daerah secara
keseluruhan, dengan memanfaatkan posisi geografi yang sangat strategis dan potensi
demografi (sumber daya manusia) serta mengoptimalkan potensi sumber daya alam, dan
faktor-faktor lingkungan strategis lainnya.
Pembangunan yang telah dilaksanakan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara selama ini
telah menunjukkan pencapaian yang menggembirakan yang ditandai dengan
meningkatnya berbagai indikator kesejahteraan masyarakat antara lain Tingkat
Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) penduduk umur 15 tahun ke atas mengalami
peningkatan yaitu 68,33% (2008), 69,14% (2009) dan 69,51% (2010). Tingkat
Pengangguran Terbuka (TPT) mengalami penurunan dari 9,10% pada tahun 2008
menjadi 8,45% pada tahun 2009 dan menurun menjadi 7,43% pada tahun 2010. Bila
dirinci berdasarkan tingkat pendidikan, persentase angkatan kerja berumur 15 tahun
keatas yang tidak pernah sekolah 1,62%, tidak tamat SD yaitu 13,5%, tamat SD yaitu
21,19%, tamat SMP yaitu 24,13%, tamat SMA yaitu 32,26%, diploma I/II/III/IV,
universitas yaitu 7,32% (SUDA 2011). Dari data diatas menggambarkan bahwa tingkat
pendidikan angkatan kerja di Sumatera Utara sebagian besar masih berpendidikan SD
kebawah.
Jika dilihat dari status pekerjaan utama sebesar 28,43% penduduk berusia 15 tahun ke atas
yang bekerja adalah buruh atau karyawan, sebesar 20,63% adalah penduduk yang bekerja
sebagai pekerja keluarga, penduduk yang berusaha sendiri yaitu 20,24%, penduduk yang
bekerja dibantu anggota keluarga mencapai 20,17% dan pada umumnya dilakukan oleh
kaum perempuan. Hanya 3,05% penduduk Sumatera Utara yang berusaha dengan
mempekerjakan buruh tetap/karyawan.
Berdasarkan lapangan usaha, penduduk Sumatera Utara yang terbanyak adalah di sektor
pertanian (tdd; perkebunan, perikanan dan peternakan) yaitu 46,94%, kemudian diikuti di
sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 19,52%, ,jasa kemasyarakatan yaitu
65
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
14,45%, bekerja di sektor industri hanya sekitar 7,43%, selebihnya bekerja disektor
Penggalian dan Pertambangan, sektor listrik, gas dan air minum, bangunan, angkutan dan
komunikasi dan sektor keuangan (SUDA, 2011).
Namun demikian tantangan dan permasalahan pembangunan yang dihadapi dewasa ini
dan ke depan nantinya akan semakin kompleks. Oleh karena itu, perencanaan
pembangunan Provinsi Sumatera Utara yang komprehensif perlu disusun dengan
memperhatikan seluruh potensi, peluang dan tantangan serta permasalahan yang
dihadapi oleh Sumatera Utara dalam berbagai parameter kependudukan, hal ini terlihat
dalam tabel berikut ini berkaitan dengan angkatan kerja ;
Tabel 3.21. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan Angkatan Kerja Menurut
Kab/Kota
NO. KABUPATEN/KOTA IPM ANGKATAN KERJA
BEKERJA PENGANGGUR JUMLAH
(0rang) (0rang) (0rang)
1 2 3 4 5 6
1 Nias 69.1 72,920 112
73,032
2 Nias Selatan 67.7 147,306
705
148,011
3 Nias Utara 68.2 56,913
2,076
58,989
4 Nias Barat 67.1 42,506
509
43,015
5 Kota Gunungsitoli 72.2 54,995
4,736
59,731
6 Mandailing Natal 71 193,361 13,262
206,623
7 Tapanuli Selatan 74.5 150,856
3,735
154,591
8 Tapanuli Tengah 71.6 147,517 8,183
155,700
9 Padang Lawas Utara 73.3 94,770
6,688
101,458
10 Padang Lawas 72.6 83,623
6,753
90,376
11 Sibolga 75.5 31,419
7,470
38,889
12 Padangsidimpuan 75.6 85,837
8,588
94,425
13 Tapanuli Utara 74.9 154,087 3,583
157,670
14 Toba Samosir 76.9 91,591
66
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
1,852 93,443
15 Simalungun 73.9 384,807
22,022
406,829
16 Pematang Siantar 77.9 98,300 6,433
104,733
17 Labuhan Batu 74.7 152,479
12,897
165,376
18 Asahan 73.3 267,117 21,096
288,213
19 Batu Bara 72.1 150,574
10,937
161,511
20 Labuhan Batu Selatan 74.4 109,059
10,201
119,260
21 Labuhan Batu Utara 74.1 137,182
10,685
147,867
22 Tanjung Balai 74.7 55,457
9,598
65,055
23 Dairi 73.5 157,533 2,291
159,824
24 Karo 75.8 205,243
4,185
209,428
25 Humbang Hasundutan 72.4 98,815 347
99,162
26 Pakpak Bharat 71.2 22,285
254
22,539
27 Samosir 74.3 69,326
922
70,248
28 Deli Serdang 75.8 744,133
54,709
798,842
29 Langkat 73.6 425,892
27,103
452,995
30 Serdang Bedagai 73.6 259,149 15,605
274,754
31 Tebing Tinggi 76.9 57,809
7,387
65,196
32 Medan 77.8 851,642 84,501
936,143
33 Binjai 76.9 97,179
10,557
107,736
Sumatera Utara 74.7 5,751,682 379,982 6,131,664
Sumber : Sumatera Utara Dalam Angka 2013
67
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
Tabel 3.22. PDRB dan Gini Ratio Menurut Kab/Kota Sumatera Utara
NO. KAB/KOTA PDRB GINI
ATAS DASAR ATAS DASAR PER KAPITA RATIO
HARGA
BERLAKU
HARGA
KONSTAN ATAS DASAR
(Milyar rupiah) TAHUN 2000
HARGA
BERLAKU
(Milyar rupiah) (Rupiah)
1 2 3 4 5 6
1 Nias 1,439.73 579.58 10,836,444 0.2226
2 Nias Selatan 2,678.83 1,360.87 9,109,520 0.2258
3 Nias Utara 1,428.39 553.64 11,113,029 0.2387
4 Nias Barat 747.01 284.65 9,032,719 0.3341
5 Kota Gunungsitoli 2,543.99 982.09 19,706,232 0.3170
6 Mandailing Natal 4,808.31 2,300.54 11,701,010 0.2440
7 Tapanuli Selatan 4,006.03 1,976.50 14,942,572 0.2254
8 Tapanuli Tengah 2,880.68 1,354.65 9,032,939 0.3271
9 Padang Lawas Utara 2,189.62 890.59 9,558,995 0.2083
10 Padang Lawas 2,067.67 848.65 8,905,978 0.2396
11 Sibolga 1,884.81 819.28 21,954,126 0.2486
12 Padangsidimpuan 2,561.84 1,052.89 12,885,957 0.2298
13 Tapanuli Utara 4,564.75 1,805.19 16,080,379 0.2935
14 Toba Samosir 4,395.20 1,956.87 25,134,840 0.2221
15 Simalungun 13,055.30 6,251.83 15,710,616 0.2398
16 Pematang Siantar 4,897.69 2,285.31 20,669,995 0.2363
17 Labuhan Batu 9,526.34 3,658.83 22,433,701 0.2341
18 Asahan 15,376.29 5,995.60 22,683,043 0.2549
19 Batu Bara 21,006.93 8,111.47 55,132,972 0.2472
20 Labuhan Batu Selatan 7,984.43 3,200.06 28,034,350 0.1705
21 Labuhan Batu Utara 9,032.13 3,574.05 26,924,678 0.1879
22 Tanjung Balai 3,692.18 1,537.57 23,503,563 0.2828
23 Dairi 4,731.42 2,276.25 17,306,243 0.2275
24 Karo 8,512.71 3,816.81 23,723,971 0.1858
25 Humbahas 3,179.57 1,130.26 18,193,417 0.2436
26 Pakpak Bharat 420.52 185.26 10,134,992 0.2462
27 Samosir 2,019.69 1,189.69 16,610,103 0.2520
28 Deli Serdang 50,667.52 16,322.03 27,452,922 0.2194
29 Langkat 22,166.50 8,058.65 22,690,999 0.2558
30 Serdang Bedagai 12,313.15 5,112.21 20,385,137 0.2043
31 Tebing Tinggi 2,964.04 1,327.25 20,058,348 0.2530
32 Medan 105,400.44 41,519.32 49,886,522 0.2019
33 Binjai 6,593.39 2,284.05 26,347,002 0.2501
Sumatera Utara 341,737 134,602 657,877,314 0.2530
Sumber : Sumatera Utara Dalam Angka 2013
68
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
Tabel 3.23. Jumlah Pekerja menurut Kelompok Lapangan Usaha Kab/Kota
Sumatera Utara
NO. KAB/KOTA
KELOMPOK LAPANGAN USAHA KELOMPOK LAPANGAN USAHA
PERTANIA
N
INDUST
RI
JASA-
JASA
PERTA
NIAN
INDU
STRI JASA
(0rang) (0rang) (0rang) (%) (%) JASA
(%)
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Nias 68,432 119 4,369 93.85 0.16 5.99
2 Nias Selatan 133,479 261 13,566 90.61 0.18 9.21
3 Nias Utara 46,643 667 9,603 81.95 1.17 16.87
4 Nias Barat 36,447 122 5,937 85.75 0.29 13.97
5 Kota Gunungsitoli 25,700 1,910 27,385 46.73 3.47 49.80
6 Mandailing Natal 113,371 6,767 73,223 58.63 3.50 37.87
7 Tapanuli Selatan 120,049 2,873 27,934 79.58 1.90 18.52
8 Tapanuli Tengah 96,808 4,047 46,662 65.62 2.74 31.63
9 Padang Lawas Utara 72,096 140 22,534 76.07 0.15 23.78
10 Padang Lawas 44,541 14,201 24,881 53.26 16.98 29.75
11 Sibolga 6,777 1,290 23,352 21.57 4.11 74.32
12 Padangsidimpuan 18,895 7,056 59,886 22.01 8.22 69.77
13 Tapanuli Utara 117,917 2,772 33,398 76.53 1.80 21.67
14 Toba Samosir 46,397 3,869 41,325 50.66 4.22 45.12
15 Simalungun 213,699 23,187 147,921 55.53 6.03 38.44
16 Pematang Siantar 7,405 11,331 79,564 7.53 11.53 80.94
17 Labuhan Batu 76,325 2,838 73,316 50.06 1.86 48.08
18 Asahan 137,955 16,725 112,437 51.65 6.26 42.09
19 Batu Bara 56,177 19,354 75,043 37.31 12.85 49.84
20 Labuhan Batu Selatan 81,912 215 26,932 75.11 0.20 24.69
21 Labuhan Batu Utara 89,379 2,755 45,048 65.15 2.01 32.84
22 Tanjung Balai 13,122 4,575 37,760 23.66 8.25 68.09
23 Dairi 113,460 1,180 42,893 72.02 0.75 27.23
24 Karo 145,732 2,818 56,693 71.00 1.37 27.62
25 Humbang Hasundutan 80,062 928 17,825 81.02 0.94 18.04
26 Pakpak Bharat 15,972 323 5,990 71.67 1.45 26.88
27 Samosir 49,185 3,447 16,694 70.95 4.97 24.08
28 Deli Serdang 142,265 108,550 493,318 19.12 14.59 66.29
29 Langkat 189,349 31,248 205,295 44.46 7.34 48.20
30 Serdang Bedagai 88,223 34,381 136,545 34.04 13.27 52.69
31 Tebing Tinggi 3,306 6,124 48,379 5.72 10.59 83.69
32 Medan 37,243 111,034 703,365 4.37 13.04 82.59
33 Binjai 7,648 14,907 74,624 7.87 15.34 76.79
Sumatera Utara 2,495,971 442,014 2,813,697 1,751 182 1,367
Sumber : Sumatera Utara Dalam Angka 2013
69
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
Jika dilihat dari indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Sumatera Utara
menunjukkan peningkatan dari tahun 2008 sebesar 73,29 menjadi 74,65 pada tahun
2011. Angka IPM ini lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata IPM Nasional, namun
dilihat dari rangking IPM belum menunjukkan peningkatan karena masih tetap berada
pada rangking 8 nasional.
Gambar 3.28. Tren Indeks Pembangunan Manusia Sumatera Utara
Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara
3.3. Persebaran dan Mobilitas Penduduk
3.3.1. Persebaran Penduduk
Gambaran penduduk Provinsi Sumatera Utara dilihat dari persebarannya tersaji dalam
tabel 3.20 dan gambar 3.28. Menurut hasil sensus penduduk tahun 2010, Kota Medan
dan Kabupaten Deli Serdang merupakan daerah yang mempunyai penduduk paling
banyak jumlahnya. Kota Medan dengan luas kurang lebih 265 Km² atau 0,37 % dari
luas wilayah Sumatera Utara mempunyai penduduk 2.109.339 jiwa (16,8 % dari
penduduk Sumatera Utara) dan kabupaten Deli Serdang dengan luas wilayah 2.486 Km2
berpenduduk 1.789.243 jiwa.
70
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
Gambar 3.29 Kepadatan Penduduk Sumatera Utara Tahun 2010
Sumber : Sensus Penduduk Tahun 2012
Sedangkan Kabupaten Phak-Phak Barat yang luas wilayahnya 1.218 Km² (1,60 %) dari
luas wilayah Sumatera Utara hanya mempunyai penduduk 40.481 jiwa atau 0,31 % dari
jumlah penduduk Sumatera Utara. Hal yang sama juga dijumpai pada Kabupaten
Labuhan Batu Selatan dimana luas wilayahnya 3.116 Km² atau 4,34 % dari luas
wilayah Sumatera Utara hanya mempunyai penduduk 277.549 atau 2,13 % dari jumlah
penduduk Sumatera Utara.
334957576161747475858994135140144150154162165178182187268310414
7201671
25102726
29373777
78417957
0 2000 4000 6000 8000 10000
Pak-Pak Bharat*
Pdg. Lawas Utara*
Tapanuli Selatan
Tapanuli Utara
Hbg. Hasundutan*
Lab.Batu Selatan*
Nias
Tapanuli Tengah
Langkat
Karo
Asahan
Gunung Sitoli*
Batu Bara*
Pdg.Sidempuan*
Binjai
Tebing Tinggi
Medan
71
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
Tabel 3.24. Persebaran Penduduk Menurut Kabupaten/Kota Provinsi
Sumatera Utara
No Kabupaten/Kota Persebaran
Penduduk (%)
Persebaran
Penduduk (%)
2000 2010
1 Deli Serdang 17.03 13.78
2 Langkat 7.85 7.44
3 Karo 2.47 2.70
4 Sumalungun 7.44 6.30
5 Asahan 8.13 5.14
6 Labuhan Batu 7.34 3.19
7 Tapanuli Tengah 2.13 2.39
8 Tapanuli Selatan 6.38 2.03
9 Tapanuli Utara 3.54 2.15
10 Nias 5.94 1.02
11 Dairi 2.54 2.08
12 Medan 16.55 16.74
13 Pem. Siantar 2.10 1.81
14 Tanjung Balai 1.15 1.19
15 Binjai 1.86 1.89
16 Tebing Tinggi 1.09 1.12
17 Sibolga 0.71 0.65
18 Madina 3.13 3.11
19 Toba Samosir 2.64 1.33
20 Pdg.Sidempuan* 1.48
21 Hbg. Hasundutan* 1.32
22 Pak-Pak Bharat* 0.31
23 Nias Selatan* 2.23
24 Samosir* 0.92
25 Serdang Bedagai* 4.57
26 Batu Bara* 2.88
27 Pdg. Lawas Utara* 1.72
28 Padang Lawas* 1.72
29 Lab.Batu Selatan* 2.14
30 Lab.batu Utara* 2.55
31 Gunung Sitoli* 0.97
32 Nias Barat* 0.63
33 Nias Utara* 0.98
J u m l a h 100.00 100.00
*) Masih bergabung dengan kabupaten/kota induk.
72
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
Lebih jauh tentang hasil sensus penduduk tahun 2010 memperlihatkan pergeseran
penduduk Sumatera Utara antara hasil sensus penduduk 2000 dengan sensus penduduk
2010 terutama di Kabupaten Deli Serdang dari 17,03 % pada tahun 2000 menjadi 13,78
% pada tahun 2010, Asahan dari 8,13 % menjadi 5,14 %, Tapanuli Selatan dari 6,38 %
menjadi 2,03 % dan Toba Samosir dari 2,61 % pada tahun 2000 turun menjadi hanya
1,33 % pada tahun 2010.
Hal ini sebagian besar disebabkan di kelima daerah ini telah terjadi pemekaran
wilayah kabupaten pada periode 2000 ke tahun 2010. Seperti kabupaten Tapanuli
Selatan misalnya kurun waktu tersebut telah terbagi menjadi 3 wilayah pemekaran.
Penyebab turunnya persentase penduduk yang tinggal di daerah perkotaan seperti Kota
Medan antara lain penyebabnya adalah makin banyaknya desa yang sebelumnya
berstatus pedesaan berubah menjadi daerah perkotaan.
Gambar 3. 30 Persebaran Penduduk Sumatera Utara Tahun 2010
Sumber : Sensus Penduduk Sumatera Utara, 2010
0.310.630.65
0.920.970.981.021.121.191.321.331.481.721.721.811.892.032.082.142.152.232.392.552.72.883.113.19
4.575.14
6.37.44
13.7816.74
0 5 10 15 20
Pak-Pak Bharat*
Sibolga
Gunung Sitoli*
Nias
Tanjung Balai
Toba Samosir
Pdg. Lawas Utara*
Pem. Siantar
Tapanuli Selatan
Lab.Batu Selatan*
Nias Selatan*
Lab.batu Utara*
Batu Bara*
Labuhan Batu
Asahan
Langkat
Medan
73
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
3.3.2. Mobilitas Penduduk
Mobilitas Penduduk merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi persebaran
penduduk dan menjadi salah satu faktor yang mendorong perubahan kondisi sosial
ekonomi suatu wilayah. Mobilitas penduduk yang tidak terkendali akan menyebabkan
penurunan daya dukung dan daya tampung lingkungan. Kepadatan penduduk dialami
oleh daerah perkotaan merupakan salah satu potret yang mencerminkan data jumlah
penduduk yang besar menempati luas daerah yang sangat terbatas.
Fenomena ini merupakan salah satu indicator ketidak merataan persebaran penduduk
cerminan banyaknya penduduk desa yang pidah ke kota. Kepadatan penduduk yang
tinggi berdampak pada lingkungan hidup antara lain ketersediaan air bersih,
ketersediaan pangan, ketersediaan lahan, ketersediaan udara bersih, pencemaran
lingkungan dan pendidikan. Sebagai contoh penduduk di Sumatera Utara SP.2010,
menunjukkan bahwa 16,24% penduduk tinggal di Kota Medan yang hanya memiliki
luas wilayah 26.510 hektar atau 3,6 % dari luas Sumatera Utara.
Mobilitas adalah proses gerak penduduk dari suatu wilayah menuju wilayah lain dalam
jangka waktu tertentu. Pelaku mobilitas penduduk adalah orang yang melakukan
mobilitas, terdiri dari mobilitas penduduk vertikal dan mobilitas penduduk horizontal.
Mobilitas penduduk vertikal sering disebut dengan perubahan status, dan salah satu
contohnya adalah perubahan status pekerjaan. Seseorang yang mula-mula bekerja
dalam sektor pertanian sekarang bekerja dalam sektor non pertanian. Mobilitas
penduduk horizontal, atau mobilitas penduduk geografi adalah gerak (movement)
penduduk yang melintas batas wilayah menuju ke wilayah yang lain dalam periode
waktu tertentu.
Penggunaan batas wilayah dan waktu untuk indikator mobilitas penduduk horizontal
ini mengikuti paradigma ilmu geografi yang mendasarkan konsepnya atas wilayah dan
waktu (space and time concept). Batas wilayah umumnya digunakan batas
administratif, misalnya propinsi, kabupaten, kecamatan, kelurahan, pedukuhan (dusun).
BPS mendefinisikan, seseorang disebut migran apabila orang tersebut bergerak
melintasi batas propinsi menuju ke propinsi lain, dan lamanya tinggal di propinsi
tujuan adalah enam bulan atau lebih. Seseorang disebut juga migran walau berada di
74
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
propinsi tujuan kurang dari enam bulan, tetapi orang tersebut berniat tinggal menetap
atau tinggal enam bulan atau lebih di propinsi tujuan.
Dalam menganalisis mobilitas penduduk para ahli juga menggunakan istilah Migrasi
Internal, seperti transmigrasi yaitu perpindahan penduduk dari satu pulau ke pulau
lainnya di Indonesia. Sebaliknya urbanisasi, merupakan perpindahan penduduk dari
desa ke kota, umumnya terjadi pada penduduk pulau lain yang ingin memperoleh
pekerjaan yang lebih baik di pulau Jawa. Migrasi penduduk antar propinsi dan migrasi
desa-kota merupakan perwujudan kebijakan pembangunan dengan orientasi pada
pertumbuhan ekonomi, khususnya industri dan jasa yang umumnya berlokasi di kota-
kota besar dan pulau Jawa.
Perubahan pola mobilitas di Indonesia, sangat tergantung pada perkembangan wilayah
di luar Jawa. Jika wilayah-wilayah tersebut dapat mengembangkan kewenangan
(otonomi) yang lebih luas bagi pembangunannya sendiri, pada masa yang akan datang
menjadi penarik bagi mobilitas penduduk. Wilayah yang kaya akan sumberdaya alam,
seperti Riau, Kalimantan Timur dan Papua diharapkan dapat menyeimbangkan
mobilitas penduduk yang selama ini sangat terpusat pada kota-kota besar di Pulau
Jawa. Kondisi ini tidak dapat terjadi secara otomatis, tapi tergantung pada keberhasilan
pengembangan wilayah dan kota (permukiman).
Mobilitas penduduk sirkuler atau mobilitas penduduk nonpermanen adalah gerak
penduduk dari suatu wilayah menuju ke wilayah lain dengan tidak ada niatan menetap
di daerah tujuan. Pergerakan penduduk dari satu tempat ke tempat lain, terkait dengan
usaha untuk memenuhi kebutuhan ekonomi maupun untuk kebutuhan sosial lainnya.
Data mobilitas sirkuler sukar didapat, disebabkan para pelaku mobilitas sirkuler tidak
memberitahu kepergian mereka kepada kantor desa di daerah asal, begitu juga dengan
kedatangan mereka di daerah tujuan.
75
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
Tabel 3.25. Pekerja Menurut Karakteristik Pekerjaan dan Status Migrasi, 2007
Pekerjaan
Jenis Migran
Menetap Komuter Sirkuler Total %
Jenis Pekerjaan
- Informal 96.60 1.40 2.00 67,893,487 68.94
- Formal 85.90 9.80 4.40 30,588,706 31.06
Lapangan Pekerjaan
- Pertanian 99.00 0.30 0.70 40,393,371 41.02
- Manufaktur 87.70 7.00 5.20 18,577,921 18.86
- Jasa 90.10 6.30 3.60 39,510,901 40.12
Jenis Pekerjaan
- TNI/POLRI 79.10 16.40 4.50 489,141 0.50
- Manager/legislative 90.00 7.50 2.40 2,113,258 2.15
- Profesional 90.40 8.00 1.50 3,621,025 3.68
- Teknisi/asisten prof 80.60 14.60 4.80 1,699,962 1.73
- Tata Usaha 80.10 16.90 3.00 3,594,683 3.65
- Jasa/perdagangan 92.50 4.50 3.00 17,953,986 18.23
- Pertanian 99.20 0.30 0.50 33,662,079 34.18
- Pengolahan 91.40 4.40 4.20 11,801,591 11.98
- Operator 86.70 7.90 5.40 6,279,361 6.38
- Pekerja kasar 91.60 3.70 4.70 17,267,107 17.53
Status Pekerjaan
- Berusaha dg dibantu
buruh tdk tetap
96.20 1.70 2.10 40,665,211 41.29
- buruh/karyawan/pe
gawai
85.20 10.30 4.50 27,737,702 28.17
- Pekerja bebas/tdk
dibayar
97.30 1.00 1.80 27,228,169 27.65
- Berusaha dg dibantu
buruh tetap
92.60 4.10 3.20 2,850,448 2.89
Total 91,865,768 3,935,724 2,680,701 98,482,193 100.00
% 93.28 4.00 2.72 100.00
Sumber : Sakernas, 2007
Mobilitas penduduk Indonesia, baik permanen maupun nonpermanen (sirkuler),
frekuensinya akan terus meningkat dan semakin lama semakin cepat, dipengaruhi oleh
tersedianya prasarana transport dan komunikasi yang memadai dan modern.
Jika diamati data Pekerja Menurut Karakteristik Pekerjaan dan Status Migrasi hasil
Survey Tenaga Kerja Nasional (BPS, 2007), pata tabel 3.21 menunjukkan bahwa
76
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
93,3% dari pekerja yang melakukan melakukan perpindahan termasuk jenis migran
menetap, 4,0% komuter dan 2,7% sirkuler. Sebanyak 68.94% dari perkerja yang
melakukan migrasi memiliki pekerjaan jenis informal, 41.02% lapangan pekerjaannya
disektor pertanian dan 40.12 % sector jasa dengan status pekerjaan 41.29 berusaha
dengan dibantu buruh tidak tetap, 28.17% Buruh/karyawan/pegawai dan 27.65%
Pekerja bebas/tidak dibayar.
Untuk mobilitas penduduk sirkuler lebih banyak dilakukan oleh pekerja formal (4,4%)
dengan lapangan kerja manufaktur (5,2%) dan Jasa (3,6%). Jenis pekerjaannya
terbanyak adalah Operator (5,4%), Tehnisi (4,8%) dan pekerja Kasar (4,7%) dan Status
Pekerjaan terbanyak adalah buruh/karyawan/pegawai (4,5%).
Tabel 3.26 Pekerja Menurut Karakteristik Sosial Ekonomi dan Status Migrasi, 2007
Status Sosial Jenis Migran
Menetap Komuter Sirkuler Total %
Jenis Kelamin
- Laki-laki 91.60 4.50 3.90 62,197,333 63.16
- Perempuan 96.20 3.10 0.80 36,284,860 36.84
Kelompok Umur
- Kurang dari
20 tahun
95.50 2.50 2.00 28,966,337 29.41
- 20 – 45 tahun 92.10 4.80 3.10 63,973,288 64.96
- Lebih dari 45
tahun
95.00 2.70 2.30 5,542,568 5.63
Status Kawin
- Kawin 93.60 3.70 2.80 79,677,136 80.91
- Tidak Kawin 92.10 5.40 2.50 18,805,057 19.09
Pendidikan
- SMA+ 87.30 9.80 2.90 24,445,251 24.82
- SMP 93.80 3.20 3.10 18,554,784 18.84
- SD ke bawah 95.80 1.70 2.50 55,482,158 56.34
Tempat Tinggal
- Perkotaan 89.70 7.70 2.70
39,407,227
40.01
- Pedesaan 95.70 1.60 2.80 59,074,966 59.99
Jumlah 91,865,768 3,935,724 2,680,701 98,482,193 100.00
% 93.28 4.00 2.72 100.00
Sumber : Sakernas, 2007
77
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
Data pada tabel 3 menunjukkan bahwa 63.16% Pekerja Menurut Karakteristik Sosial
Ekonomi dan Status Migrasi jenis kelamin laki-laki, 64.96% berada pada kelompok
umur 20 – 45 tahun, 80.91 % sudah berumah tangga (satus kawin), 56.34%
berpendidikan SD ke bawah dan 24.82% SMA ke atas dan 59.99% bertempat tinggal di
pedesaan.
3.3.2.1. Mobilitas Penduduk Sumatera Utara
Untuk menganalisis mobilitas penduduk, para ahli menggunakan ukuran yaitu (1)
Migrasi seumur hidup (Life time migrant) migrasi yang dicacah di suatu
propinsi/kabupaten yang bukan propinsi/kabupaten tempat kelahirannya; (2) Migrasi
total (Total migrant) ialah migrasi yang tempat tinggal terakhir berbeda dengan
propinsi/kabupaten tempat ia dicacah; dan (3) Migrasi risen (recent migrant) ialah
migrasi dimana propinsi/kabupaten tempat tinggal sekarang berbeda dengan
propinsi/kab tempat tinggal 5 tahun lalu.
Tabel 3.27 Angka Migrasi Risen per 1000 Penduduk Sumatera Utara,1980 – 2010
Tahun Masuk Keluar Neto
1980 10.0 21.0 -11.0
1985 7.0 21.0 -14.0
1990 10.0 27.0 -17.0
1995 9.0 18.0 -9.0
2000 3.9 11.5 -7.6
2010 4.0 17.7 -13.7
Sumber : BPS, Sensus Penduduk
Berdasarkan angka migrasi risen dari BPS, diperoleh gambaran bahwa sejak tahun
1980, jumlah penduduk yang ke keluar dari Provinsi Sumatera Utara lebih banyak dari
yang masuk. Dengan kata lain angka migrasi neto setiap tahun selalu negatif, dan
cenderung meningkat. Angka migrasi neto tertinggi terjadi padaperiode tahun 1980
sampai tahun 1990. Periode tahun 1990 sampai dengan tahun 2000 menurun. Tahun
2000 (SP.2000) menyatakan angka migrasi per 1000 penduduk Sumatera Utara yang
78
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
masuk 3,9, keluar 11,5 dan netto -7,6. Pada tahun 2010 angka mingrasi masuk 4,0,
keluar 17,7 dan netto -13,7. Dari data ini dapat dilihat bahwa penduduk yang keluar
dari Sumatera Utara dari tahun 2000 sampai dengan 2010 meningkat sebesar 5,9% .
Jika diamati angka migrasi netto berdasarkan Kabupaten/Kota di Sumatera Utara pada
tahun 2010 dapat dilihat bahwa jumlah penduduk masuk (migrasi netto poritif)
terbanyak adalah di Kabupaten Deli Serdang yaitu 95.232 orang. Sementara itu jumlah
penduduk ke luar (migrasi netto negatif) terbanyak terdapat di Kota Medan yaitu
196.971 orang. Hal ini diperkirakan terjadi sebagai dampak dari berkembangnya
kawasan permukiman baru bersamaan dengan pengembangan kawasan industri di
daerah Kabupaten Deli Serdang. Dampak dari banyaknya penduduk Kota Medan yang
pindah tempat tinggal di wilayah Kabupaten Deli Serdang sementara tempat bekerja
tetap masih di Kota Medan menjadi factor utama tingginya mobilitas penduduk sirkuler
yang mengakibatkan kepadatan dan kemacetan lalu lintas pada setiap jalur jalan masuk
dan keluar Kota Medan, terutama jalur jalan raya Medan-Binjai dan Medan-Lubuk
Pakam.
Tabel 3.28 : Jumlah Migrasi Masuk, Migrasi Keluar dan Migrasi Netto
Kabupaten/Kota di Sumatera Utara Tahun 2010
No. Kabupaten/Kota Migrasi
Masuk
(orang)
Migrasi
Keluar
(orang)
Migrasi
Netto
(orang)
1 Nias 771 25.338 -24.567
2 Mandailing Natal 8.871 9.909 -1.038
3 Tapanuli Selatan 6.091 22.986 -16.895
4 Tapanuli Tengah 15.645 7.994 7.651
5 Tapanuli Utara 14.820 20.055 -5.235
6 Toba Samosir 10.844 11.103 -259
7 Labuhan Batu 9.422 42.187 -32.765
8 Asahan 11.244 51.534 -40.290
9 Simalungun 19.317 37.609 -18.292
10 Dairi 9.098 14.170 -5.072
11 Karo 14.178 14.234 -56
79
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
12 Deli Serdang 129.320 34.088 95.232
13 Langkat 12.191 37.748 -25.557
14 Nias Selatan 1.658 5.198 -3.540
15 Humbang Hasundutan 8.325 4.257 4.068
16 Pakpak Bharat 2.351 1.024 1.327
17 Samosir 6.494 6.036 458
18 Serdang Bedagai 11.077 16.618 -5.541
19 Batu Bara 7.300 6.736 564
20 Padang Lawas Utara 13.074 3.979 9.095
21 Padang Lawas 10.831 4.158 6.673
22 Labuhan Batu Selatan 15.191 7.020 8.171
23 Labuhan Batu Utara 13.446 6.106 7.340
24 Nias Utara 1.157 3.103 -1.946
25 Nias Barat 670 1.759 -1.089
26 Sibolga 5.489 15.313 -9.824
27 Tanjungbalai 4.901 3.779 1.122
28 Pematangsiantar 16.980 26.007 -9.027
29 Tebing Tinggi 6.869 8.685 -1.816
30 Medan 86.878 110.093 -196.971
31 Binjai 11.170 10.213 957
32 Padangsidimpuan 12.286 10.498 1.788
33 Gunung Sitoli 8.104 4.207 3.897
SUMATERA UTARA 506.063 583.744 -77.681
Sumber : Sumatera Utara Dalam Angka, 2013
Dari data migrasi netto Kabupaten/Kota, juga dapat dilihat bahwa angka migrasi netto
positif pada umumnya terdapat di daerah Kabupaten/Kota pemekaran yaitu Kabupaten
Padang Lawas Selatan, Padang Lawas, Labuhan Batu Selatan, Labuhan Batu Utara,
Batubara, Humbang Hasundutan, Pak-pak Bharat, Samosir dan Kota Gunung Sitoli.
Fenomena ini terjadi terkait dengan adanya peningkatan pembangunan sarana dan
prasarana perekonomian serta berkembangnya usaha bidang perdagangan, industry,
permukiman dan perkantoran pusat pemerintahan Kabupaten/Kota pemekaran.Pada
80
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
wilayah ini factor utama yang mendorong terjadi migrasi masuk adalah peluang kerja
yang lebih besar dan terbukanya akses ekonomi baru di daerah pemekaran.
Sementara itu angka migrasi netto negatif diperkirakan terkait dengan kurangnya sarana
dan prasarana pelayanan bidang pendidikan dan kesehatan, terutama di Kabupaten yang
berada di Kepulauan Nias.
3.3.2.2. Mobilitas Penduduk menurut Region Sumatera Utara
Untuk mendapatkan fenomena dan pola mobilitas penduduk, akademisis menggunakan
pendekatan analisis dalam empat aspek yaitu (1) Aspek Spatial/keruangan, (2) Aspek
Tempat Tinggal, (3) Aspek Waktu, dan (4) Aspek perubahan sosial. Dengan
menggunakan pendekatan analisis dimaksud, kita dapat mempelajari fenomena
mobilitas penduduk yang mempunyai implikasi positif dan negatif terhadap
pembangunan kependudukan.
Provinsi Sumatera Utara secara geografis dapat dikelompokan dalam enam kelompok
ekosistem yaitu (1) Dataran sepanjang pantai timur, (2) Daerah berombak hingga
bergelombang Rantau Prapat, Pematang Siantar-Pancurbatu, (3) Bukit Barisan Jalur
Timur, (4) Tanah Tinggi Tarutung - Sidikalang - Karo (depresi tengah), (5) Bukit
Barisan Jalur barat, dan (6) Dataran pantai barat. Disamping itu, Sumatera Utara
memiliki ekosistem yang spesisfik yaitu Danau Toba, Taman Nasional Gunung Leuser
(TNGL) dan Ekosistem Pesisir & Laut kawasan Pantai Timur Sumut dan Kepulauan
Nias(Bapedaldasu-UGM, 2002).
81
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
Gambar 3.31 : Peta Kelompok Ekosistem Sumatera Utara
Jika dikaitkan kelompok ekosistem dengan arus ekonomi, pusat pertumbuhan
pembangunan, struktur perekonomian daerah dan penataan ruang
Kabupaten/Kota,Provinsi Sumatera Utara dapat dibagi dalam lima bagian atau region
yaitu :
1) Region I meliputi Kabupaten Nias, Nias Selatan, Nias Utara, Nias Barat dan Kota
Gunung Sitoli yang berada dalam gugusan Ecoregion Kepulauan Nias
2) Region II meliputi Kabupaten Mandailing Natal, Tapanuli Selatan, Tapanuli
Tengah, Padang Lawas, Padang Lawas Utara, Kota Sibolga dan Padang Sidempuan
sebagian besar berada dalam gugusan ecoregion Bukit Barisan Jalur Barat dan
Dataran Pantai Barat.
3) Region III meliputi Kabupaten Tapanuli Utara, Toba Samosir, Simalungun,
Humbang Hasundutan, Samosir, Dairi, Pakpak Barat dan Kota Pematang Siantar
berada dalam gugusan ecoregion Tanah Tinggi Tarutung - Sidikalang - Karo
(depresi tengah) dan termasuk dalam Kawasan Srategis Nasional Danau Toba.
82
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
4) Region IV meliputi Kabupaten Labuhan Batu Selatan, Labuhan Batu, Labuhan Batu
Utara, Asahan, Batubara dan Kota Tanjung Balai berada dalam gugusan
ecokosistem daerah berombak hingga bergelombang R.Prapat, P. Siantar-
Pancurbatu dan Dataran Sepanjang Pantai Timur secara ekonomi merupakan bagian
daerah yang termasuk dalam Master Plan Percepatan Pembanguan Ekonomi
Indonesia (MP3EI) yang berpusat di Kuala Tanjung Kabupaten Batubara dan
Kawasan Industri Terpadu Sei Mangke Kec. Perdagangan Kabupaten Simalungun.
5) Region V meliputi Kabupaten Langkat, Deli Serdang, Serdang Bedagai, Karo, Kota
Binjai, Tebing Tinggi dan Medan berada dalam gugusan ekosistem Bukit Barisan
Jalur Timur dan Dataran Sepanjang Pantai Timur berada dalam kesatuan ruang
Mebidangro (Medan, Binjai, Deli Serdang, Karo) dan juga merupakan bagian
daerah yang termasuk dalam MP3EI yang terangkai dari jalur transportasi Medan,
Kuala Namu Deli Serdang, dan Kuala Tanjung Batubara.
Dengan menggunanakan pendekatan analisis Migrasi Neto dalam satu kesatuan ruang
region dikaitkan dengan angka pertumbuhan ekonomi daerah Kabupaten/Kota di
Sumatera Utara, kita dapat melihat pola migrasi dan mobilitas antar Kabupaten/Kota
dalam satu region dan antar region di Provinsi Sumatera Utara sebagaimana terIihat
pada Tabel 3.25.
83
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
Tabel 3.29 : Kepadatan Penduduk Migrasi Netto dan Pertumbuhan Ekonomi
Kabupaten/Kota di Sumatera Utara Tahun 2010-2012
No Kab/Kota
Kepatan
Penduduk
(Jiwa/Km2)
Rasio Jumlah
Penduduk
terhadap Total
(%)
Migrasi
Netto
(Jiwa)
Pertumbuhan
Ekonomi 2010-
2012
(%)
Region I: 150 5.80 -27,245 24.93
1 Nias 136 1.01 -24,567 26.24
2 Nias Selatan 181 2.23 -3,540 19.33
3 Nias Utara 86 0.97 -1,946 25.72
4 Nias Barat 152 0.63 -1,089 26.74
5 Gunungsitoli 273 0.97 3,897 26.63
Region Ii: 83 13.20 -2,550 26.08
1 Mandailing Natal 62 3.11 -1,038 29.33
2 Tapanuli Selatan 62 2.03 -16,895 27.37
3 Tapanuli Tengah 148 2.41 7,651 25.46
4 Padang Lawas Utara 58 1.73 9,095 26.92
5 Padang Lawas 60 1.76 6,673 29.41
6 Sibolga 7,971 0.65 -9,824 22.09
7 Padangsidimpuan 1,734 1.50 1,788 22.00
Region Iii: 116 16.18 -32,032 24.18
1 Tapanuli Utara 75 2.15 -5,235 19.88
2 Toba Samosir 74 1.32 -259 28.15
3 Simalungun 190 6.29 -18,292 26.00
4 Pematang Siantar 2,963 1.79 -9,027 17.64
5 Dairi 142 2.07 -5,072 25.24
6 Humbanghasundutan 76 1.32 4,068 28.80
7 Pakpak Bharat 34 0.31 1,327 26.72
8 Samosir 50 0.92 458 20.97
Region Iv: 163 17.11 -55,858 26.09
1 Labuhan Batu 166 3.21 -32,765 25.17
2 Asahan 184 5.13 -40,290 28.87
3 Batu Bara 421 2.88 564 26.62
4 Labuhan Batu Selatan 91 2.16 8,171 26.92
5 Labuhan Batu Utara 95 2.54 7,340 29.41
6 Tanjung Balai 2,555 1.19 1,122 19.55
Region V: 478 47.72 40,004 28.63
1 Karo 169 2.72 -56 27.51
2 Deli Serdang 742 13.97 95,232 27.29
3 Langkat 156 7.39 -25,557 30.10
4 Serdang Bedagai 316 4.57 -5,541 26.97
5 Tebing Tinggi 3,844 1.12 -1,816 28.72
6 Medan 8,008 16.06 -196,971 26.51
7 Binjai 2,773 1.89 957 33.32
Sumatera Utara 184 100.00 -77,681 27.65
Sumber : Sumatera Utara Dalam Angka, 2013
84
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
Secara umum dari data pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa jumlah penduduk yang keluar
lebih besar dari yang masuk terjadi di pada region yang angka rata-rata pertumbuhan
ekonominya lebih rendah dari angka Provinsi.Angka rata-rata pertumbuhan ekonomi
terendah terjadi di Region III Kab/kota Kawasan Danau Toba yaitu 24,18 % dengan
angka migrasi netto negatif 32.032 jiwa, kepadatan penduduk 163 jiwa/km2 dan ratio
16.18% dari penduduk Sumatera Utara. Rata-rata pertumbuhan ekonomi kedua terjadi
di Region I Kab/Kota Kepulauan Nias yaitu 24,93% dengan angka migrasi netto negatif
27,245 jiwa dan kepadatan penduduk 150 jiwa/km2 dan ratio5.80% dari penduduk
Sumatera Utara. Melihat fenomena jumlah penduduk keluar dan pertumbuhan ekonomi
rata-rata pada kedua region ini, dapat diartikan bahwa mobilitas penduduk kab/kota di
region tersebut keluar dari regionnya, terkait dengan rendahnya pertumbuhan ekonomi
di region tersebut.
Fenomena ini bisa kita bandingkan dengan yang angka rata-rata pertumbuhan ekonomi
yang terjadi di region II lebih tinggi yaitu 26,08%, memiliki angka migrasi netto negatif
yang jauh lebih kecil yaitu 2,550 jiwa. Fakta ini menggambarkan mobilitas penduduk
terjadi antar kabupaten/kota dalam region II tersebut, ditunjukkan oleh data migrasi
netto positif di Kabupaten Padang Lawas Utara, Padang Lawas dan Kota Padang
Sidempuan. Hal ini, memperkuat argumentasi kita bahwa fakto ekonomi sangat
menentukan pola mobilitas penduduk yang ditunjukan oleh angka pertumbuhan
ekonomi daerah yang lebih baik yaitu 26,08%. Untuk lebih jelasnya, fenomena
mobilitas penduduk di region I, II dan III dapat dilihat pada gambar 3.3.1
Gambar 3.32 : Grafik Fenomena Mobilitas Penduduk Region I, II dan III Sumatera
Utara
Sumber : Sumatera Utara Dalam Angka, 2013
85
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
Grafik pada gambar 3.32 menjelaskan bahwa penduduk keluar dari Kabupaten Nias
sebagian masuk daerah terdekatnya yaitu Kota Gunung Sitoli yang tingkat
pertumbuhan ekonominya lebih baik dari Kabupaten di sekitarnya.Sebagian penduduk
kepulauan nias yang keluar, masuk ke Kabupaten Tapanuli Tengah wilayah terdekatnya
yaitu region II yang memiliki pertumbuhan ekonomi rata-rata lebih baik.Fenomena ini
ditunjukkan oleh data bahwa angka migrasi netto Tapanuli Tengah positif 7,651jiwa
dengan pertumbuhan ekonomi 25.46%. Tapanuli Tengah juga termasuk daerah
penerima penduduk dari Kota Sibolga yang mengalami migrasi netto negatif 9,824 jiwa
dengan pertumbuhan ekonomi hanya 22,9%.
Selanjutnya, dari grafik pada gambar 2 kita juga dapat mempelajari bahwa migrasi
netto positif terjadi pada kabupaten/kota otonomi pemerintahan baru mengalami
pemekaran dari Kabupaten Induknya yaitu Gunung Sitoli, Kabupaten Padang Lawas
Utara, Padang Lawas, Kota Padang Sidempuan,Kabupaten Humbang Hasundutan,
Pakpak Barat dan Samosir.
Fenomena pertumbuhan ekonomi yang tinggi, diikuti oleh angka migrasi netto positif
makin jelas terjadi di region V dengan pertumbuhan ekonomi rata-rata 28,63% lebih
tinggi dari angka pertumbuhan provinsi mengalami jumlah penduduk masuk yang
sangat banyafk dengan migrasi netto posif 40,004 jiwa.Kabupaten Deli Serdang
memiliki angka migrasi netto positif terbesar yaitu 95,232 dan pertumbuhan ekonomi
27.29% mendekati angka Provinsi. Kota Binjai juga termasuk daerah yang memiliki
migrasi positif 957 dengan angka pertumbuhan ekonomi tertinggi di Sumut yaitu
33.32%.
Fenomena menarik untuk dipelajari adalah pola migrasi netto di region IV, angka
pertumbuhan ekonomi relatif baik yaitu 26,09%, tetapi angka migrasi netto negatifnya
cukup tinggi yaitu 55,858 jiwa terjadi akibat tingginya migrasi keluar dari Kabupaten
Labuhan Batu dan Asahan masing-masing memiliki angka migrasi neto 32,765 dan
40,290. Sementara itu, empat Kabupaten/Kota di regionnya memiliki angka migrasi
positif yaitu Kabupaten Labuhan Batu Selatan, Labuhan Batu Utara, Batubara dan Kota
Tanjung Balai.Fakta ini memberi makna, bahwa pada region IV terjadi mobilitas antar
Kabupaten/Kota dan antar Region. Sebagian penduduk yang keluar dari Labuhan Batu
dan Asahan, diperkirakan pindah Kabupaten/Kota di Region V. Untuk lebih jelasnya
86
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
pola mobilitas penduduk di Region IV dan V dapat dipelajari dari grafik pada Gambar
3.33 berikut.
Gambar 3.33 : Grafik Fenomena Mobilitas Penduduk Region IV dan V Sumatera Utara
Sumber : Sumatera Utara Dalam Angka, 2013
Memperhatikan angka migrasi netto positif yang terjadi di Kabupaten/Kota Region,
fenomoenanya sama dengan apa yang terjadi di Region I, II dan III yaitu penduduk
masuk lebih banyak dari yang keluar atau angka migrasi nettonya positif terjadi pada
kabupaten/kota otonomi pemerintahan baru mengalami pemekaran dari Kabupaten
Induknya yaitu Labuhan Batu Selatan, Labuhan Batu Utara dan Batubara. Ketiga
Kabupaten ini memiliki angka pertumbuhan ekonomi rata-rata lebih tinggi dari
regionnya malahan untuk Kabupaten Labuhan Batu Utara pertumbuhan ekonominya
lebih tinggi dari Provinsi yaitu 29.41%.
Dari analisis fenomena angka migrasi netto tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa
migrasi netto positif terjadi pada Kabupaten/Kota yang ekonominya lebih baikpada
masing-masing regionnya dan juga terjadi antar region yang ekonominya lebih baik.
Berdasarkan pengamatan lapangan, factor utama terjadinya migrasi positif disebabkan
adanya peningkatan sarana dan prasarana perekonomian sektor manufaktur, agro bisnis
dan pemekaran adminisrasi pemerintahan dari Kecamatan menjadi Ibu Kota Kabupaten
yaitu Kec. Gunung Tua Kab. Paluta, Kec. Sibuhan Kab.
87
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
Padang Lawas, Kec. Kota Pinang, Kab. Labusel, Kec. Aek Kanopan Kec. Labura, Kec.
Limpuluh Kab. Batubara, Kec. Dolok Sanggul Kec, Humbahas, Kec. Salak Kab.Pak-
pak Bharat dan Kec. Pangururan Kab. Samosir.
Perpedaan angka migrasi netto positif dan negatif yang antara daerah Kota dan
Kabupaten berdekatan menggambarkan terjadinya mobilitas sirkuler antar daerah
seperti Kab. Nias (-) dan Kota Gunung Sitoli (+) di Region I, Kota Sibolga (-) dan
Kab.Tapteng (+) di Region II,Kab.Selatan (-) dan Kota P.Sidempuan (+) di Region II,
Kab. Tap.Utara (-) dan Kab. Humbahas (+) di Region III, Kab. Dairi (-) dan Kab.
Pakpak Barat (+) di Region III, Kab. Asahan (-) dan Kota Tanjung Balai (+) di Region
IV, Kab. Labuhan Batu (-), Labusel (+) dan Labura (+), Kota Medan (-) dan Kab. Deli
Serdang (+) di Region V, dan Kab Langkat (-) dan Kota Binjai (+) di Region V.
Dari analisis fenomena migrasi netto ini member pelajaran pada kita bahwa pola
mobilitassangat tergantung pada perkembangan wilayah kewenangan (otonomi) yang
lebih luas bagi pembangunannya sendiri, sehingga menjadi penarik bagi mobilitas
penduduk.Mobilitas penduduk, baik permanen maupun nonpermanen (sirkuler),
frekuensinya akan terus meningkat dan semakin lama semakin cepat sejalan dengan
pertumbuhan ekonomi daerah, dipengaruhi oleh tersedianya prasarana transport dan
komunikasi yang memadai dan modern.
3.3.2.3. Faktor Penggerak Migrasi Netto Positif Aspek Ekonomi
BPS bekerjasama dengan Pemerintah Daerah setiap tahunnya menerbitkan Buku
Statistik Sumatera Utara Dalam. Data kependudukan danstruktur perekonomian daerah
antara lain disajikan dalam bentuk data Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK),
Tingkat Penangguran Terbuka (TPT), Jenis Lapangan Usaha (Pertanian, Industri,
Jasa), Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) daerah dan PDRB perkapita.
Berdasarkan data tersebut, kita dapat pelajari beberapa fenomena yang mencerminkan
faktor pendorong terjadinya migrasi netto positif pada suatu daerah Kabupaten/Kota
dari aspek ekonomi.
Data pada Tabel 3.26 menyajikan data TPAK, TPT, Jenis Lapangan Usaha (Pertanian,
Industri, Jasa), Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) perkapita dan Pertumbuhan
Ekonomi tahun 2010-2012 pada 14 Kabupaten/Kota yang mengalami angka migrasi
88
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
netto positif di Sumatera Utara. Dari data tersebut kita mendapatkan gambaran
bahwa50% Kabupaten/Kota tersebut memiliki angka TPAKnya lebih tinggi dari angka
rata-rata Provinsi Sumatera Utara, 100% TPTnya di bawah angka rata-rata provinsi,
64,28% jenis usaha pertanian di atas angka rata-rata provinsi, 42,86% jenis usaha
industry di atas rata-rata Provinsi, 28,57% jenis usaha jasa di atas rata-rata Provinsi,
28,57% PDRB perkapitanya di atas rata-rata Provinsi dan 21,43% pertumbuhan
ekonominya di atas rata-rata Provinsi.
Tabel 3.30 : Fenomena Ekonomi 14 Kabupaten/Kota Migrasi Netto Positif
Sumatera Utara, 2012
NO. Kab/Kota Region TPAK
(%)
TPT
(%)
Pertanian
(%)
Industri
(%)
Jasa
(%)
PDRB/
Kapita
(juta Rp.)
Pert.
Eonomi
2010-2012
(%)
1 Gunungsitoli R-I 70.76 7.93 46.73 3.47 49.80 19.71 26.63
2 Tapanuli Tengah R-II 78.60 5.26 65.62 2.74 31.63 9.03 25.46
3 Paluta R-II 70.82 6.59 76.07 0.15 23.78 9.56 26.92
4 Padang Lawas R-II 62.59 7.47 53.26 16.98 29.75 8.91 29.41
5 Padang. S R-II 73.41 9.10 22.01 8.22 69.77 12.89 22.00
6 Humbanghas R-III 91.68 0.35 81.02 0.94 18.04 18.19 28.80
7 Pakpak Bharat R-III 87.34 1.13 71.67 1.45 26.88 10.13 26.72
8 Samosir R-III 89.44 1.31 70.95 4.97 24.08 16.61 20.97
9 Batu Bara R-IV 63.22 6.77 37.31 12.85 49.84 55.13 26.62
10 Labusel R-IV 64.67 8.55 75.11 0.20 24.69 28.03 26.92
11 Labura R-IV 65.91 7.23 65.15 2.01 32.84 26.92 29.41
12 Tanjung Balai R-IV 66.70 14.75 23.66 8.25 68.09 23.50 19.55
13 Deli Serdang R-V 65.61 6.85 19.12 14.59 66.29 27.45 27.29
14 Binjai R-V 62.79 9.80 7.87 15.34 76.79 26.35 33.32
Sumatera Utara
69.41 27.14 41.40 8.07 50.53 26.57 27.65
Keterangan
50%>
Prov
100%
< Prov
64,28%>
Prov
42,86%>
Prov
28,57%
> Prov
28,57%>
Prov
28,57%>
Prov
Sumber : Sumatera Utara Dalam Angka, 2013
89
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
Dari pendekatan analisis ini, kita dapat pelajari bahwa faktor paling positif
hubungannya dengan angka migrasi netto positif dari aspek ekonomi adalah TPT di
bawah rata-rata Provinsi dan Usaha Pertanian di atas rata-rata Provinsi. Salah satu
makna yang dapat dipelajari dari fenomena ini adalah, sector usaha pertanian masih
mendominasi sebagai faktor penarik bagi penduduk pada daerah yang migrasi nettonya
positif. Data statistic juga menunjukkan bahwa TPAK di atas rata-rata Provinsi terdapat
pada daerah yang sector usaha pertaniannya di atas rata-rata Provinsi.Data pada tabel 4
juga menggambarkan bahwa sektor usaha Industri dan Jasa menjadi lapangan usaha
yang menarik di Padang Lawas, Padang Sedempuan, Batubara, Tanjung Balai, Deli
Serdang dan Binjai. Faktor PDRB/Kapita di atas rata-rata provinsi menjadi faktor yang
menarik di Batubara, Labuhan Batu Selatan, Labuhan Batu Utara dan Deli Serdang.
Pertumbuhan ekonomi di atas rata-rata Provinsi menjadi faktor yang menarik di Kota
Binjai, Labuhan Batu Utara, Humbahas dan Padang Lawas.
3.3.2.4. Faktor Penarik Migrasi Netto Positif Aspek Pendidikan dan Kesehatan
Sama halnya dengan aspek ekonomi BPS bekerjasama dengan Pemerintah Daerah
setiap tahunnya menyajikan data kependudukan dalam aspek pendidikan dan kesehatan
antara lain dalam bentuk Angka Partisipasi Sekolah (SD, SLTP, SLTA, Perguruan
Tinggi), Angka Kema Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu (AKI). Dari indikator ini,
kita bisa mempelajari fenomena yang terjadi di Kabupaten/Kota yang memiliki angka
migrasi netto positif sebagaimana disajikan pada Tabel 3.27.
90
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
Tabel 3.31 : Fenomena Pendidikan dan Kesehatan 14 Kabupaten/Kota
Migrasi Netto Positif Sumatera Utara, 2012
No.
Kab/kota
Region
Angka
Partisipasi
Sekolah
SMA
(%)
Angka
Partisipasi
Sekolah
PT
(%)
Angka
Harapan
Hidup
(Tahun)
Jumlah
Kematian
Bayi
(jiwa)
Jumlah
Kematian
Ibu
(jiwa)
1 Gunungsitoli R-I 64 25 70 22 5
2 Tapanuli
Tengah
R-II 70 10 68 37 17
3 Paluta R-II 57 7 67 45 6
4 Padang Lawas R-II 57 10 67 36 7
5 Padang
Sidimpuan
R-II 81 29 70 2 4
6 Humbanghas R-III 77 11 68 43 4
7 Pakpak Bharat R-III 71 11 68 19 5
8 Samosir R-III 79 5 70 72 6
9 Batu Bara R-IV 68 8 69 37 13
10 Labusel R-IV 58 6 70 56 11
11 Labura R-IV 66 6 70 139 23
12 Tanjung Balai R-IV 59 8 71 11 9
13 Deli Serdang R-V 68 15 71 98 20
14 Binjai R-V 74 13 72 5 7
Sumatera Utara 66 12 70 65 10
Keterangan 71,43%
> Prov
28,57%
> Prov
57,14
>=Prov
78,57%
< Prov
64,28%
<Prov
Sumber : Sumatera Utara Dalam Angka, 2013
91
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
Dari data pada Tabel 3.27, menunjukkan fakta untuk aspek pendidikan bahwa 71,43%
Kab/Kota migrasi netto positif memiliki angka Partisipasi Sekolah SMA di atas rata-
rata Provinsi dan 28,57% memiliki angka Partisipasi Perguruan Tinggi di atas Rata-rata
Provinsi di atas rata-rata Provinsi. Fenomena ini menggambarkan pelayanan pendidikan
yang lebih baik menjadi faktor yang faktor menarik bagi migrasi masuk yang lebih
banyak dari yang keluar (migrasi netto positif). Kota Padang Sidempuan, Deli Serdang,
Binjai memiliki angka partisipasi sekolah Perguruan Tinggi lebih besar dari angka rata-
rata Provinsi, memperjelas bahwa pelayanan pendidikan untuk tingkat yang lebih tinggi
menjadi faktor penarik migrasi netto positif.
Untuk aspek kesehatan, dapat dipelajai bahwa daerah dengan angka migrasi netto
positif, Jumlah Kematian Bayi dan Kematian Ibu lebih kecil dari angka rata-rata
povinsi yaitu 78,57% dan 64,28%. Fenomena ini mencerminkan bahwa daerah yang
memiliki indikator kesehatan yang lebih baik, menjadi faktor penarik bagi migrasi
masuk yang lebih banyak dari pada yang keluar (migrasi netto positif).
Jika diamati dari aspek angka migrasi keluar pada daerah Kabupaten/Kota Region I,
angka paling tinggi terjadi di Kab. Nias yaitu 25.338 dengan netto 24.567,
dibandingkan kabupaten Nias Selatan, Nias Utara, Nias Barat, dan kota Gunung Sitoli.
Pada region I ini Jumlah Kematian Bayi tertinggi di kab Nias sejumlah 158, demikian
juga jumlah kematian Ibu tertinggi (29) di Kab Nias. Dalam hal ini tingginya migrasi
keluar di kab Nias dianalisis kemungkinan didukung data tingginya AKB & AkI Angka
kematian bayi (AKB) dan Angka kematian Ibu (AKB). Indikator AKB dan AKI di
suatu daerah merupakan indikator utama yang menunjukan status kesehatan
masyarakatnya, AKB dan AKI sangat dipengaruhi oleh fasilitas kesehatan. Fasilitas
kesehatan merupakan tempat masyarakat mendapatkan informasi dan pelayanan
kesehatan. Fasilitas kesehatan dalam hal ini adalah rumah sakit pemerintah, rumah sakit
swasta dan puskesmas.
Dan bila ditinjau dari fasilitas kesehatan rasio fasilitas dengan rasio 7.70 per 100.000
penduduk. Fasilitas kesehatan tentunya didukung oleh tenaga kesehatan yang
mengoperasionalkan fasilitas kesehatan tersebut. Data ratio tenaga kesehatan di kab.
Nias adalah 2.35 per 100.000 penduduk, Hal ini menunjukkan masih belum
mencukupinya fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatan dengan jumlah penduduk di
92
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
kab Nias, sehingga masyarakat sangat mungkin untuk mencari kehidupan yang lebih
baik dalam bidang kesehatan dan yang akan memungkinkan terjadinya migrasi keluar.
Pada Region II, angka migrasi keluar yang paling tinggi terjadi di Kab. Tapanuli
Selatan (22.986) dengan netto (16.895), dengan jumlah Kematian Bayi (321), jumlah
Kematian Ibu (19). Selain faktor ekonomi, dan pendidikan, tingginya migrasi keluar di
kab Tapanuli Selatan bila dianalisis dari faktor kesehatan kemungkinan juga
disebabkan masih kurangnya fasilitas kesehatan dan jumlah tenaga kesehatan. Rasio
fasilitas kesehatan 6,34 per 100.000 penduduk. Ratio tenaga kesehatan 213 per
100.000 penduduk, Hal ini menunjukkan masih belum mencukupinya fasilitas
kesehatan dan tenaga kesehatan dengan jumlah penduduk di kab. Tapanuli Selatan.
Pada Region III, migrasi keluar yang paling tinggi terjadi di Kab. Simalungun (37.609)
dengan netto (18.292), dengan jumlah kematian bayi (82), Jumlah kematian ibu (8).
Dan rasio fasilitas kesehatan 5.05 per 100.000 penduduk. Ratio tenaga kesehatan 1,77
per 100.000 penduduk. Migrasi keluar di Kab. Dairi (14.170) dengan netto (5070),
dengan jumlah kematian bayi (69), jumlah kematian ibu (6). Rasio fasilitas kesehatan
6,95 per 100.000 penduduk. Rasio tenaga kesehatan 2.86 per 100.000 penduduk.
Dalam hal ini kelihatan bahwa rasio fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatan masih
jauh dari ideal.
Pada Region IV, migrasi keluar yang paling tinggi terjadi di Kabupaten Asahan
(51.534) dengan netto (40.290), dengan jumlah kematian bayi (151), jumlah kematian
ibu (26). Rasio fasilitas kesehatan 4,72 per 100.000 penduduk. Rasio tenaga kesehatan
1,97 per 100.000 penduduk. Di region ini data juga menunjukkan Kab Asahan
memiliki jumlah kematian bayi dan ibu yang tinggi, demikian juga pada rasio fasilitas
kesehatan dan rasio tenaga kesehatan.
Pada Region V, migrasi keluar di Kab. Langkat (37748) dengan netto (-25557), dengan
Angka Kematian Bayi (127 ), Angka Kematian Ibu (17). Untuk rasio fasilitas kesehatan
3,69 per 100.000 penduduk. Rasio tenaga kesehatan 1,29 per 100.000 penduduk, juga
tertinggi di kab Langkat.
Setelah dianalisis dari masing-masing region, dapatlah ditarik kesimpulan bahwa
migrasi keluar yang tinggi diikuti dengan data jumlah kematian bayi dan jumlah
kematian ibu, Fasilitas kesehatan dan Tenaga kesehatan yang tinggi pula, hal ini sesuai
93
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
dengan teori bahwa ada 4 faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan, yaitu faktor
Lingkungan, Faktor Perilaku, Faktor Pelayanan Kesehatan, dan Faktor Keturunan.
Dalam hal ini kita tidak terlalu membahas faktor Lingkungan dan faktor Keturunan.
Kita akan membahas Faktor Perilaku manusia dalam hal kesehatan masyarakat.
(Perilaku Kesehatan) dan faktor Pelayanan Kesehatan.
Perilaku kesehatan seseorang individu dipengaruhi lagi oleh faktor Predisposing
(misalnya: pengetahuan, sikap, kepercayaan, nila-nilai), faktor Enabling (misalnya:
tersedianya fasilitas, sarana kesehatan), dan faktor Reinforcing/pendorong (misalnya:
Sikap dan perilaku petugas, petugas yg lain). Dalam hal ini perilaku kesehatan
seseorang atau masyarakat akan sangat dipengaruhi oleh apa yang dia ketahui tentang
kesehatan, nilai-nilai budaya apa yang diyakini, sehingga akan menyebabkan
bagaimana seseorang atau masyarakat tersebut akan bertindak dalam hal kesehatannya.
Pelayanan kesehatan adalah tersedianya sarana dan prasarana yang mendukung untuk
dilakukannya pelayanan preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif.
Perilaku seseorang dalam hal ini pengetahuan, sikap, dan nilai-nilai yang diyakini
masyarakat juga dipengaruhi oleh tersedianya pelayanan kesehatan dalam hal ini
fasilitas kesehatan apa yang ada, dan tentunya fasilitas kesehatan juga didukung oleh
tenaga kesehatan yang akan memberikan infomasi dalam upaya preventif, promotif dan
memberikan pelayanan kesehatan dalam upaya kuratif dan rehabilitative. Fasilitas
kesehatan merupakan tempat masyarakat mendapatkan informasi dan promosi tentang
kesehatan dan pelayanan kesehatan. Fasilitas kesehatan dalam hal ini adalah rumah
sakit pemerintah, rumah sakit swasta dan puskesmas.
Bila disuatu daerah fasilitas kesehatan tidak ada, tidak mencukupi, perlu uang untuk
biaya di fasilitas kesehatan tsb, jaraknya jauh dan harus menggunakan transport yang
tentunya akan membutuhkan waktu, dan dana, dll maka seorang individu atau
masyarakat tidak akan pergi menggunakan pelayanan kesehatan tsb. Demikian juga bila
fasilitas kesehatan ada, namun tenaga kesehatan tidak ada, maka tidak akan sempurna
juga masyarakat dalam mendapatkan pelayanan kesehatan.
Dari penjelasan diatas dapat diambil solusi yang akan di tuangkan dalam grand design
kependudukan yaitu: perlunya penambahan fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatan,
sehingga masyarakat di kab/kota tidak perlu keluar dari kab/kotanya untuk
94
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
mendapatkan pelayanan kesehatannya. Sarana prasarana fasilitas kesehatan dan tenaga
kesehatan hendaknya disesuaikan dengan ratio yang ideal dengan luas wilayah dan
jumlah penduduk sehingga diharapkan dapat mengurangi migrasi keluar.
Dari analisis faktor penggerak migrasi, kita dapat melihat bahwa migrasi netto positif
dipengaruhi oleh faktor non ekonomi yaitu aspek pelayanan kesehatan dan pendidikan.
Dengan kata lain, untukmengatasi mobilitas penduduk yang tinggi dari desa ke kota
atau dari satu region ke region lain juga dapat di atasi dengan meningkatkan pelayanan
pendidikan dan kesehatan. Untuk peningkatan pelayanan pendidikan, selayaknya
disesuaikan dengan kebutuhan pengembangan ekonomi daerah berdasarkan potensi
sumberdaya alam yang dimiliki oleh daerah bersangkutan.
3.4 Pembangunan Keluarga
Pembangunan keluarga ditujukan agar Terwujudya keluarga Indonesia yang berkualitas
berdasarkan perkawinan yang sah dan bertakwa kepada Tuhan YME yang meliputi:
Keluarga yang bertakwa kepada Tuhan YME, yaitu keluarga berdasarkan pernikahan
yang sah menurut hukum negara dan agama, Keluarga sejahtera, sehat, maju, mandiri,
dan harmonis yang berkeadilan dan berkesetaraan gender dengan jumlah anak ideal
(dua), Keluarga yang berketahanan sosial, keluarga yang memiliki perencanaan
sumber daya keluarga, keluarga berwawasan nasional, yang mampu mengembangkan
kepribadian dan budaya bangsa Indonesia, Keluarga yang berkontribusi kepada
masyarakat yang mampu berperan serta dalam kegiatan sosial kemasyarakatan dan
memiliki kepedulian terhadap lingkungannya serta keluarga yang berkontribusi kepada
bangsa dan negara serta berpartisipasi dalam kegiatan bela negara, taat membayar
pajak, patuh terhadap peraturan perundangan yang berlaku
Sebagian kuarga di Sumatera Utara dalam kondisi sangat rentan ( kemampuan keluarga
melaksanakan fungsinya menjadi lemah ) terhadap kecepatan kemajuan dan perubahan
perkembangan global baik dari segi ekonomi, pendidikan, kesehatan, sehingga
dampaknya banyak terjadi berbagai tindakan dan kondisi yang melemahkan penduduk
sebagai sumber daya manusia yang mampu bersaing ditengah penduduk dunia. Kondisi
tersebut dapat kita perhatikan antara lain; jumlah keluarga pra sejahtera yang masih
cukup banyak sekitar 11 % dari total jumlah keluarga, disamping itu terdapat keluarga
yang termasuk penyandang masalah sosial mulai dari anak terlantar, lansia terlantar,
95
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
kekerasan dalam rumah tangga, anak jalanan, ketergantungan narkoba, HIV/Aids,
ekspolaitasi anak, pekerja anak, penduduk berkebutuhan khusus dan lain sebagainya
yang jumlahnya masih cukup banyak.
Oleh sebab itu pembangunan keluarga menjadi sangat penting sebagai institusi atau
unit terkecil tempat penduduk bersosialisasi yang harus dijadikan parameter dan
sasaran pembangunan kependudukan dan sebagai indikator keberhasilannya adalah
seberapa besar tingkat kemampuan keluarga dapat melaksanakan fungsinya.
3.5 Manajemen Data Base Kependudukan
Dalam pembangunan Kependudukan, Administrasi Kependudukan sebagai suatu sistem
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Administrasi Pemerintahan dan
Administrasi Negara dalam rangka pemberian perlindungan terhadap hak-hak individu
penduduk, melalui pelayanan publik dalam bentuk dokumen kependudukan (Kartu
Tanda Penduduk, Kartu Keluarga dan dokumen Akte-akte Catatan Sipil).
Dalam rangka mewujudkan penyelenggaraan Administrasi Kependudukan
sebagaimana diamanatkan dalam Undang Undang nomor 23 Tahun 2006 Tentang
Administrasi Kependudukan secara Nasional dalam menyediakan Data Penduduk
(Database Kependudukan) yang terjamin akurasinya dan terkini, Pemerintah
mempunyai 3(tiga) program strategis Nasional, yaitu :
1. Melaksanakan pemutakhiran Data Kependudukan
2. Penerbitan Nomor Induk Kependudukan (NIK)
3. Penerapan Kartu Tanda Penduduk (KTP) Elektronik
Adapun tahapan pelaksanaan 3 (tiga) Program yang dimaksud adalah sebagai berikut :
a. Pemutakhiran Data Kependudukan
Dilaksanakan disemua Kabupaten/Kota dengan ketentuan sebagai berikut :
- Bagi 329 Kabupaten/Kota yang diprogramkan untuk penerbitan NIK Tahun
2010, Pemutakhiran Data Kependudukannya harus selesai pada Bulan November
2010, dengan pertimbangan pada bulan Desember 2010 akan dilakukan
penerbitan dan distribusi NIK kepada penduduk per keluarga.
96
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
- Bagi 168 Kabupaten/Kota, pemutakhiran Data Kependudukan harus selesai pada
bulan Desember 2010, dengan pertimbangan penerbitan NIK nya akan
dilaksanakan pada awal Tahun 2011.
b. Penerbitan NIK
Dilaksanakan secara bertahap pada Tahun 2010 sampai dengan Tahun 2011.
- Pada Tahun 2010 dilaksanakan di 329 Kabupaten/Kota wajib selesai pada
bulan Desember 2010 sesuai dengan amanat instruksi Presiden Nomor 1 Tahun
2010 Tentang Percepatan Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional Tahun
2010.
c. Penerapan e-KTP
Dilaksanakan secara bertahap pada Tahun 2011 sampai dengan Tahun 2012.
- Tahun 2011 dilaksanakan di 197 Kabupaten/Kota dan wajib selesai pada
bulan Desember 2011.
- Tahun 2012 dilaksanakan di 300 Kabupaten/Kota dan wajib selesai pada
bulan Desember 2012
NIK adalah Nomor Induk Kependudukan yang diberikan Pemerintah dan
diterbitkan oleh Instansi pelaksana kepada setiap Penduduk setelah dilakukan
pencatatan biodata. NIK berlaku seumur hidup, melalui NIK nantinya kegiatan
identifikasi Jati diri seseorang dapat dilakukan dengan mudah, termasuk
pendataan penduduk untuk perpajakan Pemilihan Umum, Kriminalitas,
penyaluran Bantuan Langsung Tunai (BLS) dan lainnya.
e-KTP di Provinsi Sumatra Utara dilakukan 2 (dua) tahap, yaitu :
1. Tahun 2011 terdiri dari 14 Kabupaten/Kota, yaitu :
- Kabupaten Tapanuli Selatan
- Kabupaten Langkat
- Kabupaten Deli Serdang
- Kabupaten Simalungun
- Kabupaten Asahan
97
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
- Kabupaten Labuhanbatu
- Kabupaten Serdang Berdagai
- Kabupaten Batu Bara
- Kabupaten Labuhanbatu Selatan
- Kabupaten Mandailing Natal
- Kota Medan
- Kota Pematang Siantar
- Kota Tanjung Balai
- Kota Binjai
2. Tahun 2012 terdiri dari 19 Kabupaten/Kota, yaitu :
- Kabupaten Tapanuli Tengah
- Kabupaten Tapanuli Utara
- Kabupaten Nias
- Kabupaten Karo
- Kabupaten Dairi
- Kabupaten Toba Samosir
- Kabupaten Nias Selatan
- Kabupaten Pak Pak Barat
- Kabupaten Humbang Hasundutan
- Kabupaten Samosir
- Kabupaten Padang LawasUtara
- Kabupaten Padang Lawas
- Kabupaten Labuhanbatu Utara
- Kabupaten Nias Utara
- Kabupaten Nias Barat
- Kota Sibolga
- Kota Tebing Tinggi
- Kota Padang Sidimpuan
- Kota Gunung Sitoli
98
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
Provinsi Sumatra Utara Jumlah
Wajib KTP 10.877.974 jiwa
Penduduk yang telah melakukan
perekaman e-KTP
7.343.813 jiwa
e-KTP yang sudah di cetak 7.234.507 jiwa
(Data per 13-12-2013)
Adapun kendala-kendala dalam e-KTP sebagai berikut :
1. Peralatan e-KTP rusak.
2. Data tertahan di server kecamatan.
3. Kesalahan dalam pencetakan fisik e-KTP.
Data dasar (database kependudukan) adalah kumpulan berbagai jenis data
kependudukan yang tersimpan secara sistematik, terstruktur dan saling berhubungan
menggunakan perangkat lunak, perangkat keras dan jaringan komunikasi data untuk itu,
diperlukan adanya penataan Administrasi Kependudukan yang merupakan rangkaian
kegiatan penataan dan penertiban dokumen dan data kependudukan melalui
Pendaftaran Penduduk, Pencatatan Sipil dan Pengelolaan Informasi Administrasi
Kependudukan.
Untuk mewujudkan database kependudukan nasional (Pusat, Provinsi dan
Kabupaten/Kota) yang akurat diperlukan 2 (dua) kegiatan yang paling mendasar yaitu:
1. Kegiatan pelayanan harian pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil termasuk
e-KTP yang bertujuan agar semua peristiwa kependudukan akibat LAMPID (Lahir,
Meninggal, Pindah dan Datang) tercatat dalam database kependudukan
Kabupaten/Kota. Pelaksanaan kegiatan ini merupakan tanggung jawab dan
kewajiban pemerintah Kabupaten/Kota melalui dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil dan para Camat dibawah koordinasi Pemerintah Provinsi.
2. Kegiatan konsolidasi dan pembersihan data ganda kependudukan dengan
menggunakan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) online yang
99
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
didukung dengan perekaman sidik jari dan iris mata dalam perekaman e-KTP.
Pelaksanaan kegiatan ini merupakan tanggung jawab dan kewajiban Kementrian
Dalam Negeri melalui Direktorat Jendral Kependudukan dan Pencatatan Sipil.
Saat ini sedang dibangun sistem Administrasi Kependudukan (SIAK) dalam kerangka
Administrasi Kependudukan yang terdiri dari hal-hal sebagai berikut :
1. Sistem Pendaftran Penduduk (Dafduk)
- Pencatatan Biodata penduduk per keluarga
- Pencatatan atas pelaporan peristiwa kependudukan
- Pendataan penduduk rentan administrasi kependudukan
- Pelaporan penduduk yang tidak dapat melapor sendiri.
2. Sistem Pencatatan Sipil (Capil)
- Pencatatan Kelahiran
- Pencatatan Lahir Mati
- Pencatatan Perkawinan
- Pencatatan Pembatalan Perkawinan
- Pencatatan Perceraian
- Pencatatan Pembatalan Perceraian
- Pencatatan Kematian
- Pencatatan pengangkatan, pengesahan dan pengakuan anak
- Pencatatan perubahan nama dan perubahan status kewarganegaraan
- Pencatatan peristiwa penting.
Tanggal 26 November 2013 DPR RI telah mengesahkan perubahan Undang Undang
Nomor 23 Tahun 2006, adapun tujuan perubahan Undang Undang Nomor 23
Tahun 2006 meningkatkan Efeksifitas pelayanan Administrasi Kependudukan
kepada masyarakat, Menjamin Akurasi data Kependudukan dan ketunggalan
NIK dan dokumen Kependudukan.
100
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
Perubahan subtansi yang mendasar Undang Undang Nomor 23 Tahun 2006 antara lain :
1. Masa Berlaku e-KTP
Masa berlaku e-KTP yang semula 5 (Lima) tahun diubah menjadi berlaku seumur
hidup sepanjang tidak ada perubahan elemen data dalam KTP.
2. Penggunaan Data Kependudukan Kementerian Dalam Negeri.
Data Kependudukan Kementerian Dalam Negeri yang bersumberdari data
pendudukan Kabupaten/Kota, merupakan satu-satunya data kependudukan yang
digunakan untuk semua keperluan alokasi anggaran (termasuk untuk
perhitungan DAU), pelayanan publik, perencanaan pembangunan,
pembangunan demokrasi, penegakan hukum dan pencegahan kriminal.
3. Penerbitan Akta Kelahiran yang Peloporannya melebihi Batas Waktu 1 (satu)
Tahun
Semula penerbitan tersebut memerlukan penetapan Pengadilan Negeri, diubah
cukup dengan Keputusan Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Kabupaten/Kota. Hal ini sesuai dengan Putusan Mahkamah Konstitusi tanggal 30
April 2013.
4. Penerbitan Akta Pencatatan Sipil
Yang semula dilaksanakan di tempat terjadinya Peristiwa Penting, diubah
menjadi penerbitnya di tempat domisili penduduk.
5. Pengakuan dan Pengesahan Anak
Dibatasi hanya untuk anak yang dilahirkan dari perkawinan yang telah sah
menurut hukum agama tetapi belum sah menurut hukum negara. Pengesahan anak
yang selama ini hanya dengan catatan pinggi diubah menjadi Akta Pengesahan
Anak.
6. Pengurusan dan Penerbitan Dokumen Kependudukan Tidak Dipungut Biaya
(Gratis)
Larangan untuk tidak dipungut biaya semula hanya untuk penerbitan e-KTP,
101
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
diubah menjadi untuk semua dokumen kependudukan (KK, e-KTP, Akta
Kelahiran, Akta Perkawinan, Akta kematian, Akta perceraian, Akta Pengakuan
Anak, dan lain-lain).
7. Stelsel Aktif
Semula penduduk harus aktif melaporkan peristiwa kependudukan dan peristiwa
penting yang dialaminya kepada Pemerintah, diubah Pemerintah melalui
petugas wajib aktif melaksanakan pelayanan Administrasi kependudukan kepada
penduduk melalui jemput bola atau pelayanan keliling.
8. Pendanaan
Pendanaan untuk program dan kegiatan Administrasi kependudukan dibebankan
pada APBN:
1) Pendanaan program dan kegiatan ditingkat Provinsi dilakukan melalui Dana
Alokasi dekonsentrasi.
2) Pendanaan program dan kegiatan ditingkat Kabupaten/Kota dilakukan
melalui Dana Alokasi Khusus (DAK).
Sesuai program Kepemerintahan yang baik dan dalam rangka tertib dokumen
kependudukan khususnya Akte Kelahiran, Kematian, Perkawinan dan Perceraian di
Provinsi Sumatera Utara, Gubernur Sumatera Utara melalui Surat Nomor 470/329
tanggal 15 Januari 2013 Perihal Permintaan Data-data Kependudukan dan Akte-akte
Perkawinan, Perceraian, Kelahiran dan Kematian yang kemudian akan dihimpun dalam
Buku Daftar Nominatif (Daftar rincian terlampir).
102
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
Tabel 3.32. Rekapitulasi Kepemilikan Akte Kelahiran, Kematian Perkawinan dan
Perceraian Kab/Kota Se-Sumatera Utara Tahun 2013
NO KAB/KOTA KELAHIRAN KEMATIAN PERKAWINAN PERCERAIAN KETERANGAN
1 Tapanuli Tengah 12.710 17 511 1
Data Bulan
Januari-
November 2013
2 Tapanuli Utara 4.454 245 3.351 14
Data Bulan
Januari –
Desember 2013
3 Tapanuli Selatan 11.953 9 555
Data Bulan
Januari - Oktober
2013
4 Nias 5.836 19 392 1
Data Bulan Januari -
Desember 2013
5 Langkat 15.812 16 1.233 1
Data Bulan
Januari -
September 2013
6 Karo 18.200 57 1.011 9
Data Bulan
Januari - Oktober
2013
7 Deli Serdang 78.852 143 2.021 28
Data Bulan Januari -
Desember 2013
8 Simalungun 972.918 86.227
Data Bulan
Januari -
September 2013
9 Asahan 172.107 730 1.045 21
Data Bulan
Januari - Agustus
2013
10 Labuhan Batu 48.900 63 1.017 10
Data Bulan
Januari -
Desember 2013
11 Kota Medan 54.814 1.710 3.379 167
Data Bulan Januari - Oktober
2013
12 Pematang Siantar 10.848 129 1.747 16
Data Bulan
Januari -
September 2013
13 Sibolga 2.191 14 91
Data Bulan
Januari - Juli
2013
103
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
14 Tanjung Balai 3.671 16 75 1
Data Bulan
Januari -
Desember 2013
15 Binjai 4.702 50 245 6
Data Bulan
Januari -
Desember 2013
16 Tebing Tinggi 5.660 288 504 19
Data Bulan
Januari - Oktober
2013
17 Dairi 17.494 23 694 2
Data Bulan Januari -
November 2013
18 Mandailing Natal 2.917 3 37
Data Bulan
Januari -
September 2013
19 Toba Samosir 5.456 17 3.175 2
Data Bulan
Januari - Agustus
2013
20 Padang Sidimpuan 7.793 18 238
Data Bulan Januari - Oktober
2013
21 Nias Selatan 2.060 70 558 Darta Januari -
Desember 2013
22 Pakpak Bharat 3.583 2 62 1
Data Bulan
Januari - Oktober
2013
23 Humbang
Hasudutan 12.182 14 555 1
Data Bulan Januari -
November 2013
24 Samosir 4.135 27 2.208 2
Data Bulan
Januari -
September 2013
25 Serdang Bedagai 268.506 125 22.047 96
Data Bulan
Januari - Juni
2013
26 Batu Bara 18.898 17 196
Data Bulan Januari -
September 2013
27 Padang Lawas 62.672 5 6.575
Data Bulan Januari -
Desember 2013
28 Padang Lawas
Utara 3.474 2
Data Bulan
Januari - Maret
2013
29 Labuhan Batu
Utara 18.077 19 518 2
Data Bulan
Januari -
104
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
November 2013
30 Labuhan Batu
Selatan 25.809 8 633
Data Bulan Januari -
November 2013
31 Nias Utara 32.912 76 2.311 3
Data Bulan
Januari -
Desember 2013
32 Nias Barat 433 274
Data Bulan
Januari - Agustus
2013
33 Gunung Sitoli 9.322 168 567 1
Data Bulan Januari - Oktober
2013
Jumlah 1.919.356 4.098 144.054 404
Sumber : Sumatera Utara Dalam Angka, 2013
Adapun kendala yang menyebabkan masih adanya penduduk yang belum memiliki
Akte Kelahiran, antara lain :
- Kurangnya pemahaman masyarakat akan arti pentingnya Akte Kelahiran yang
disebabkan oleh kurangnya sosialisasi.
Secara umum dapat disimpulkan dengan lahirnya perubahan Undang Undang Nomor 23
Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan, merupakan tonggak bagi terwujudnya
data kependudukan yang lebih baik guna proses pembangunan Demokrasi yang lebih baik
serta meningkatnya pelayanan Administrasi Kependudukan sejalan dengan tuntutan pelayan
Administrasi Kependudukan yang Profesional, memenuhi standar teknologi informasi,
dinamis, tertib dan tidak diskriminatif dalam pencapaian standar pelayanan minimal menuju
pelayanan prima yang menyeluruh.
106
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035
PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
KEKUATAN, KENDALA,
TANTANGAN DAN PELUANG
Secara umum, dapat difahami pada uraian bab-bab sebelumnya, bahwa disparitas antar
wilayah merupakan isu pokok di bidang kependudukan. Semua indikator kuantitas penduduk,
kualitas penduduk, pembangunan keluarga, mobilitas penduduk dan juga pembangunan data
base memperlihatkan masih adanya kesenjangan antara satu wilayah dengan wilayah yang
lain. Artinya di masa mendatang Provinsi Sumatera Utara dihadapkan pada persoalan-
persoalan untuk memeratakan hasil-hasil pembangunan. Penjelasan di bawah ini merupakan
ilustrasi singkat mengenai kekuatan, kendala, tantangan, dan peluang dalam upaya
pembangunan kependudukan di Provinsi Sumatera Utara.
4.1 . Kekuatan
Dalam menentukan kebijakan Pembangunan Kependudukan di Sumatera Utara saat ini
telah memiliki kekuatan antara lain ;
1. Dalam aspek kuantitas penduduk, Laju Pertumbuhan Penduduk yang terus menurun
mencapai 1,1 % setiap tahunnya dari 2,34 % di era tahun 70-an. dengan Total
Fertility Rate ( TFR ) telah turun dari sekitar 7,2 anak pada masa awal
dilaksanakannya program Kependudukan dan Keluarga Berencana tahun 70-an
menjadi 3,0 anak pada tahun 2010. Serta penduduk menurut struktur umur pada usia
produktif ( 15-64 Thn ) yang semakin besar. Disamping itu terjadi peningakatan
usia kawin pertama dari 19,4 Thn menjadi 22,1 Thn pada tahun 2012 walaupun
masih berpariasi antar Kab/Kota di Sumatera Utara.
2. Dari segi kualitas tingkat IPM penduduk sumatera utara menjadi 74,69 % berada
pada rangking 8 secara Nasional, dengan rata-rata lama bersekolah 8,9 tahun dan
lebih baik dari rata-rata nasional, angka kematian kasar 5 per 1000, angka kematian
bayi 25 per 100.000 serta angka harapan hidup 71 tahun, demikian pula tingkat
pendapatan yang dinilai dari kemampuan daya beli penduduk Sumatera Utara yang
BAB
IV
107
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035
PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
semakin meningkat serta tingkat partisipasi kaum perempuan dalam bidang
perekonomian semakin tinggi partisipasinya.
3. Mobilitas penduduk Sumatera Utara baik permanen maupun nonpermanen
(sirkuler), frekuensinya meningkat dan semakin lama semakin cepat, dipengaruhi
oleh tersedianya prasarana transport dan komunikasi yang memadai dan modern
serta lebih dipengaruhi oleh pengembangan perekonomian pada bidang pertanian,
perkebunan dan industri serta jasa di sekitar 14 kabupaten/kota yang migrasi in nya
cukup tinggi. Artinya telah ada 14 kab/kota dari 33 kab/kota di Sumatera Utara yang
memiliki daya tarik terhadap terjadinya mobiltas penduduk.
4. Dalam aspek Pembangunan Keluarga di Sumatera Utara telah memiliki data mikro
keluarga sehingga dapat diketahui jumlah keluarga yang telah sejahtera dan yang
belum sejahtera. Saat ini terdapat keluarga yang sejahtera sebanyak 65,79 % yang
semakin lama semakin meningkat. Keluarga yang memiliki kemampuan
menyejahterakan keluarganya tersebut menjadi potensi yang cukup besar dalam
mengembangkan strategi pemberdayaan keluarga dalam mewujudkan keluarga
berkulitas.
5. Dari segi data base dan informasi kependudukan sudah memiliki berbagai sumber
data baik dari hasil Sensus Penduduk, SDKI, Susenas, hasil pencatatan dan
pelaporan yang dilakukan secara rutin/reguler, data mikro keluarga ( hasil pendataan
keluarga), serta hasil sensus, survei dan data statistik rutin sector lainnya.
6. Dalam aspek dukungan lainnya adanya dukungan politis dan dukungan operasional
dari semua pihak baik dari Pemerintah Provinsi, Kabupaten/Kota termasuk lembaga
legislatif, sampai dengan daerah, telah memberikan perhatian, dorongan dan
dukungan yang sangat besar dalam pembangunan kependudukan di Sumatera Utara
dengan dituangkannya kedalam Peraturan Daerah No.8 Tahun 2009, tentang
RPJMD 2009-2013. Serta adanya jaringan kelembagaan sampai tingkat lini lapangan
dan partisipasi masayarakat dalam peneyelenggaraan pembangunan kependudukan
seperti PPKBD, Sub PPKBD serta kader PKK, kader KB dan sebagainya.
108
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035
PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
4.2. Kendala
Walaupun penyelenggaraan Pembangunan Kependudukan di Provinsi Sumatera Utara
yang telah memberikan dampak positif tidak terlepas dari kendala yang dihadapi antara
lain:
1. Jumlah penduduk yang cukup besar di Sumatera Utara dan distribusinya tidak
merata meskipun telah terjadi penurunan fertilitas yang cukup bermakna dari tahun
1970. Jumlah penduduk Sumatera Utara sebanyak 12.985.075 jiwa (Sensus
Penduduk 2010). Hal ini disebabkan besarnya pertambahan PUS setiap tahun
dihasilkan dari kelahiran atau demografic momentum pada tahun 1970. Demikian
juga angka kelahiran total yang merupakan dampak pencapaian program
Kependudukan dan Keluarga Berencana juga menunjukan variasi antar
Kabupaten/Kota, ada yang telah mencapai TFR 2,47 anak tetapi masih banyak lagi
daerah yang TFR nya diatas 3,0 anak per wanita atau diatas rata-rata TFR Provinsi,
sehingga mengakibatkan TFR Sumatera Utara pada saat ini adalah 3,0. Hal ini
disebabkan segmentasi sasaran program belum dipokuskan kepada PUS Usia Muda
Paritas Rendah ( PUS MUPAREN ) dan program Pendewasaan usia perkawinan
belum dilakukan secara obtimal.
2. Dampak desentralisasi dan otonomi daerah terhadap perkembangan Pembangunan
Kependudukan mengakibatkan kurangnya terjadi saling bersinergi (Concerted
Efforts ) tentang Visi dan Misi diantara Pemangku Kebijakan Pembangunan
Kependudukan ( Pengendalian Kuantitas, Pengembangan Kualitas, Penataan
Mobilitas, Pembangunan Keluarga dan Data Base Penduduk ) serta Pemangku
Kebijakan Pembangunan Sumatera Utara. Sementara itu, kelembagaan yang sudah
terbentuk melalui Perda mempunyai nomenklatur yang berbeda-beda antar
Kabupaten/Kota serta belum adanya kewenangan dalam melakukan penyerasian
kebijakan pembangunan kependudukan dan pembangunan berwawasan
kependudukan pada lembaga yang sudah terbentuk di setiap Kabupaten/Kota.
Selain itu terjadinya pengalihan tugas tenaga lapangan program Kependudukan dan
KB mengakibatkan berpengaruhnya terhadap kinerja program di lapangan.
3. Dalam Aspek Kualitas penduduk kendala/kelemahan yang masih terjadi adalah
masih terdapat sejumlah penduduk buta aksara atau penduduk yang sama sekali
109
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035
PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
belum mempunyai akses terhadap sarana pendidikan, di beberapa kab/kota terdapat
tingkat partisipasi sekolah yang masih rendah dan bahkan menurun, serta lama
bersekolah 8,9 tahun. Dalam aspek kesehatan angka kematian kasar, angka
kematian bayi maupun angka kematian ibu memang sudah menunjukkan
penurunan, namun bila dibandingkan dengan tujuan MDGs maka perlu kerja keras
lagi. Dalam bidang kesejahteraan masih terdapat pendudk miskin sekitar 11 %
cukup besar jumlahnya walaupun setiap tahun terjadi penurunan.
4. Dalam aspek mobiltas penduduk masih terdapat berbagai kendala/kelemahan,
antara lain sekitar 19 kab/kota dari 33 kab/kota di Sumatera Utara menjadi daerah
yang angka migrasi outnya tinggi, artinya di 19 kab/kota tersebut terdapat kondisi
pertumbuhan ekonomi yang belum maksimal, sehingga penduduknya harus
melakukan migrasi ke kab/kota atau propinsi lainnya untuk meningkatkan
kesejahteraannya. Disamping itu masih kurangnya sarana dan prasarana tranportasi
dan komunikasi terutama didaerah-daerah terpencil dan kepulauan.
5. Dari segi pembangunan keluarga masih terdapat sekitar 11 % keluarga yang yang
berada pada tahap keluarga pra sejahtera yakni keluarga yang belum memiliki
kemampuan dan ketahanan dalam memenuhi kebutuhan dasar keluarga baik dari
segi sandang, pangan, papan maupun kebutuhan lainnya seperti pendidikan dan
kesehatan.
6. Dalam bidang data base dan informasi kependudukan masih belum adanya suatu
sistem manajemen pengelolaan data dan informasi kependudukan terintegrasi,
akurat, dipercaya dan mudah diakses.
7. Perkembangan sistem Pemerintahan yang mendasarkan pada sistem desentralisasi
dan otonomi daerah cenderung belum diikuti oleh kesamaan persepsi tentang
pentingnya program pembangunan kependudukan sebagai upaya peningkatan
kualitas sumber daya manusia dan kewenangan wajib pemerintah daerah Kab/Kota
sesuai dengan pelayanan dasar (PP nomor 38 tahun 2007) disamping kurangnya
pembinaan terhadap institusi serta tenaga yang melaksanakan pembangunan
kependudukan
110
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035
PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
4.3. Tantangan
Disamping kekuatan dan kendala yang dihadapi, Pembangunan Kependudukan di
Provinsi Sumatera Utara, masih menghadapi berbagai tantangan, antara lain:
1. Dalam aspek kuantitas penduduk masih terdapat jumlah penduduk Sumatera Utara
yang cukup besar 12.985.075 jiwa menempati nomor empat secara nasional
setelah Jawa Barat,Jawa Timur dan Jawa Tengah, meskipun TFR nya sudah dapat
diturunkan dari 7,20 tahun 1971 menjadi 3,0 pada tahun 2010, jumlah penduduk
yang semakin besar sehingga memerlukan penyediaan kebutuhan yang semakin
besar baik pangan, sandang, papan dan pemenuhan Social Deplovment Need.
2. Dalam bidang kualitas penduduk terdapat tingkat kematian bayi dan ibu, masih
tinggi, jumlah penduduk usia lanjut yang semakin meningkat, gizi dan status
pendidikan wanita yang masih rendah, serta jumlah keluarga yang miskin masih
cukup banyak, sehingga sulit bersaing dalam kancah kehidupan global.
3. Pada aspek penataan mobilitas dan penataan kepadatan serta persebaran penduduk
yang belum selaras dengan daya tampung dan daya dukung lingkungan, merupakan
tantangan yang masih dihadapi dalam pembangunan Kependudukan di Sumatera
Utara kedepan. Tantangan pembangunan tersebut perlu dihadapi dengan sebaik-
baiknya dengan memanfaatkan peluang-peluang serta potensi-potensi sumber daya
yang ada, dan meempersiapkan tata ruang pembangunan daerah yang serasi dan
selaras dengan perkembangan penduduk, sehingga dapat mengubah karakteristik
penduduk menjadi daya dukung sosial bagi keberhasilan pembangunan nasional
khususnya Sumatera Utara.
4. Tantangan yang dihadapi dari segi pembangunan keluarga, adalah kemampuan
keluarga dalam menghadapi kecepatan perkembangan dan kemajuan global
sehingga jika tidak diberdayakan secara dini dan baik akan menjadikan keluarga-
keluarga di Sumatera Utara semakin rentan untuk memenuhi kebutuhan dan
menjalankan fungsi keluarganya serta semakin meningkatnya keluarga yang
memiliki tabungan.
5. Upaya memberikan pelayanan pembangunan kependudukan dalam era
demokratisasi dan tuntutan hak asasi di satu sisi, serta di sisi lain krisis ekonomi
111
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035
PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
yang berkepanjangan yang mempengaruhi daya beli masyarakat dan dukungan
pemerintah yang maasih terbatas , terutama dalam memenuhi penyediaan sarana
dan prasarana dalam rangka upaya untuk menjamin kelangsungan pembangunan
kependudukan di Tingkat Kabupaten/Kota.
6. Bervariasinya dukungan dan komitmen pemerintah Kabupaten/Kota tentang
pentingnya Program Pembangunan Berwawasan Kependudukan dalam rangka
pembangunan berkelanjutan.
7. Terbatasnya jumlah tenaga Penyelenggara Pembangunan kependudukan baik
dalam aspek pengendalian kuatitas penduduk ( tenaga lapangan KB, kader KB ),
aspek kualitas penduduk ( tenaga medis, guru ), tenaga lainnya seperti tenaga
pencacah administrasi penduduk dan sebagainya.
8. Seiring dengan berkembangnya pengaruh globalisasi dan informasi dewasa ini,
serta tumbuhnya nilai-nilai baru dalam pelaksanaan demokrasi dan penegakan hak-
hak azasi manusia, menimbulkan pula tantangan baru dalam upaya memberikan
pelayanan yang harus semakin berkualitas, dan meningkatkan perhatian terhadap
pemenuhan dan hak-hak penduduk, serta semakin derasnya arus informasi dan
globalisasi akan berdampak pula terhadap masuknya nilai-nilai baru yang tidak
sesuai dengan nilai luhur budaya bangsa, yang akan mengancam ketahanan
keluarga.
4.4. Peluang
Dalam melaksanakan pembangunan kependudukan, banyak peluang - peluang yang
dapat dimanfaatkan antara lain :
1. Dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 52 tahun 2009 tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, Maka Badan Kependudukan dan
Keluarga Berencana Nasional ( BKKBN ) diberi mandat untuk melaksanakan
pengendalian penduduk dan program KB Nasional.
2. Komitmen Pemerintah yang semakin tinggi terhadap pembangunan Kependudukan
menjadi bagian dari Prioritas nasional maupun daerah dalam RPJMN dan RPJMD
2010-2014
112
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035
PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
3. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintah antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Propinsi dan Pemerintah
Kabupaten/kota memperjelas pembagian kewenangan pengelolaan Program dalam
bidang pembangunan kependudukan dan pembangunan berwawasan kependudukan
di tingkat pusat, provinsi dan Kabupaten/kota.
4. Perubahan sikap dan prilaku masyarakat yang mendukung upaya mewujudkan
keluarga kecil berkualitas, serta menekankan kembali peran dan fungsi keluarga
dalam upaya meningkatkan kualitas penduduk dan keluarga melalui peningkatan
pendidikan, pengetahuan, status kesehatan, serta pendapatan keluarga. Sikap dan
perilaku yang kondusif masyarakat ini memberikan peluang bagi upaya-upaya
pemerintah dan masyarakat untuk memberdayakan keluarga dan meningkatkan
kesejahteraannya, terutama dalam memberikan peran dan kedudukan perempuan
sebagai mitra sejajar kaum pria dalam segala aspek kehidupan, baik sosial, politik,
ekonomi maupun budaya.
5. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya pengembangan dalam
memberikan peluang bagi upaya-upaya peningkatan efektifitas dan efisiensi serta
mutu pelayanan pembangunan kependudukan. Selain itu perkembangan tehnologi
informasi juga memberikan peluang mempermudah penyediaan dan akses data base
dan informasi, pengembangan jaringan informasi dan komunikasi serta
pemanfaatannya, termasuk penyediaan data mikro keluarga bersekala nasional.
Disamping itu, pengembangan tehnologi tepat guna yang mampu menyediakan
perangkat yang dibutuhkan bagi pembangunan berwawasan kependudukan.
6. Meningkatnya dukungan dan partisipasi para mitra kerja dalam mendukung
penyelenggraan pembangunan kependudukan serta sumbangan pemikiran dan
kajian ilmiah dari Universitas/Perguruan Negeri maupun swasta para Tokoh Lintas
Agama dan para Stakeholders lainnya.
7. Keberadaan pusat pelatihan dan penelitian berbagai program dalam Pembangunan
Kependudukan. Dukungan komitmen Internasional, yaitu adanya dan disetujuinya
oleh Pemerintah Indonesia berbagai komitmen dan kesepakatan internasional seperti
ICPD Cairo tahun 1994, dan MDGs tahun 2000, yang memberikan dasar kerjasama
upaya global untuk meningkatkan kualitas dan hak-hak asasi manusia, terutama
113
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035
PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
yang berkaitan dengan kualitas sumber daya manusia, kesetaraan Gender,
peningkatan kesejahteraan dan pengentasan kemiskinan.
8. Adanya peluang bonus demografi ( peduduk usia produktif 15-64 tahun jumlahnya
semakin besar ) yang puncaknya diperkirakan terjadi pada tahun 2030-an yang
akan datang, apa bila pengelolaan pembangunan kependudukan yang akan datang
dapat diarahkan untuk peningkatan kualitas penduduk, maka penduduk Sumatera
Utara akan menjadi kekuatan pembangunan nasional dan jika tidak dapat dikelola
dengan baik, maka peluang bonus demografi tersebut akan menjadi malapetaka
nasional.
114
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
BAB
V
ISU STRATEGIS DAN ROADMAP KONDISI
KEPENDUDUKAN YANG DIINGINKAN
Pembangunan Nasional bertujuan untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya.
Pencapaian tujuan dimaksud memerlukan waktu dan sasaran bertahap. Sebagai sumberdaya
pembangunan kuantitas penduduk menjadi modal utama, disamping kualitas yang lebih
tinggi untuk menjamin dan mempercepat proses terwujudnya tujuan pembangunan.
Pembangunan kependudukan dirasakan merupakan suatu hal yang sangat penting terutama
menyangkut karakteristiknya seperti pertumbuhan, kepadatan, penyebaran, kematian dan
kelahiran. Pengetahuan tentang keadaan kependudukan sangat mempengaruhi kebijaksanaan
yang akan ditempuh dalam berbagai bidang seperti pendidikan, kesejahteraan, kesehatan
dan ketenaga kerjaan. Hal ini sekaligus menunjukkan bahwa masalah pembangunan tidak
dapat terlepas dari masalah kependudukan. Oleh karena itu strategi kebijakan pembangunan
harus berprinsip kepada integrasi kebijakan pembangunan kependudukan.
Prinsip mengenai integrasi kebijakan kependudukan ke dalam kebijakan pembangunan harus
menjadi prioritas, karena hanya dengan menerapkan prinsip tersebut pembangunan
kependudukan akan berhasil. Untuk itu strategi pertama yang harus dilakukan adalah
melakukan population mainstreaming. Semua kebijakan pembangunan harus dilakukan
dengan mendasarkan pada prinsip people centered development untuk mencapai
pembangunan yang berwawasan kependudukan. Pelaksanannya harus mendasarkan pada
pendekatan hak asasi. Untuk itu langkah pertama adalah melakukan capacity building untuk
seluruh pemangku kepentingan, baik di provinsi, maupun kabupaten/kota.
Langkah berikutnya adalah melakukan integrasi kebijakan kependudukan dengan kebijakan
pembangunan sejak tahap perumusan, implementasi sampai dengan evaluasi dan monitoring.
Dengan memerhatikan bahwa kondisi dari semua aspek di daerah-daerah tidak homogen,
maka disparitas yang terjadi antar provinsi, terlebih lagi antar kabupaten/kota, harus menjadi
pertimbangan utama dalam merumuskan strategi. Strategi yang dirumuskan tidak harus
bersifat tunggal, tetapi disesuaikan dengan kondisi dan permasalahan di setiap daerah. Oleh
karena itu, dalam menyusun strategi diperlukan mekanisme yang saling melengkapi antara
bottom-up dan top-down.
115
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
Demikian juga dengan keadaan di Provinsi Sumatera Utara hasil sensus penduduk 2010
menunjukkan bahwa jumlah penduduk mencapai 12.985.075 jiwa dan jumlah perempuan
lebih banyak 6.506.024 jiwa sedang laki-laki hanya 6.479.051 jiwa. Berdasarkan
kewilayahan, Kota Medan daerah yang paling padat penduduknya dengan jumlah 2.109.330
jiwa (16,24 %), sedangkan paling sedikit adalah Pakpak Bharat dengan 40.481 jiwa (0,31 %).
Keadaan tersebut mengisyaratkan bahwa jumlah penduduk menurut kabupaten/kota ternyata
masih menunjukkan jumlah yang beragam. Tentunya hal ini disebabkan oleh peranan faktor
kelahiran, kematian dan migrasi yang memang berbeda-beda di setiap kabupaten/kota.
Peranan ketiga faktor tersebut tentunya juga terkait dengan kebijakan dan program-program
masing-masing kabupaten/kota yang telah dijalankan sebagai komitmennya dalam keupayaan
pengendalian kependudukan. Dengan bertambahnya jumlah penduduk, secara otomatis akan
menjadi beban pemerintah dalam menyediakan anggaran untuk kesehatan, pendidikan,
pangan, sandang, papan dan lainnya yang dapat terkait dengan kebutuhan rakyat. Jumlah
penduduk yang besar dapat menjadi potensi penggerak ekonomi yang kuat jika penduduknya
berkualitas, namun jumlah penduduk yang besar akan menjadi beban pembangunan jika tidak
berkualitas.
Mengacu kepada kenyataan tersebut, maka isu-isu strategis kependudukan di Provinsi
Sumatera Utara ke depan adalah menyangkut :
1. Pesatnya pertumbuhan penduduk yang tidak diimbangi dengan kemampuan produksi
menyebabkan tingginya beban pembangunan berkaitan dengan penyediaan pangan,
sandang, dan papan.
2. Kepadatan penduduk yang tidak merata menyebabkan pembangunan hanya terpusat
pada daerah-daerah tertentu yang padat penduduknya saja. Hal ini menyebabkan hasil
pembangunan tidak bisa dinikmati secara merata, sehingga menimbulkan kesenjangan
sosial antara daerah yang padat dan daerah yang jarang penduduknya.
3. Tingginya angka urbanisasi menyebabkan munculnya kawasan kumuh di kota-kota
besar, sehingga menimbulkan kesenjangan sosial antara kelompok kaya dan kelompok
miskin kota.
116
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
4. Pesatnya pertumbuhan penduduk yang tidak seimbang dengan penyediaan lapangan
kerja menyebabkan terjadinya pengangguran yang berdampak pada kerawanan sosial.
5. Penanganan kualitas penduduk menyangkut penanggulan pola penyakit bayi, anak,
remaja, dan lansia.
6. Penanganan kualitas menyosong bonus demografi menyangkut kemandirian,
pemberdayaan, peluang dan kesempatan kerja serta pelatihan.
7. Daya tampung dan daya dukung lingkungan juga semakin tidak ideal serta bisa
menimbulkan banyak masalah lingkungan, sampah, banjir, kemacetan, kesulitan akses
udara atau air bersih serta isu perubahan iklim hingga bencana akibat perusakan alam.
Tuntutan atas kebutuhan dasar seperti diatas maka diperlukan perumusan “Grand Design
Pembangunan Kependudukan” yang di desain untuk menjadi acuan pembangunan
kependudukan meliputi pengendalian kuantitas penduduk, peningkatan kualitas penduduk,
penataan persebaran dan pengaturan mobilitas penduduk, pembangunan keluarga, dan
pembangunan database kependudukan. Grand Design Pembangunan Kependudukan sangat
diperlukan untuk menghindari terjadinya ledakan penduduk dan masalah kependudukan
lainnya. Grand Design Pembangunan Kependudukan ini mencakup besaran-besaran yang
harus diperhatikan dalam upaya untuk mengatasi masalah kependudukan. Secara operasional,
untuk setiap periode atau tahapan 5 (lima) tahunan perlu disusun semacam peta jalan (road-
map) yang mencakup tentang tujuan, sasaran, kebijakan, strategi, program dan kegiatan yang
perlu dilakukan dalam upaya pelaksanaan pembangunan kependudukan ke depan. Road-map
ini diharapkan berfungsi sebagai acuan setiap sektor serta pemerintah daerah dalam
penyusunan langkah-langkah kegiatan dalam mendukung upaya pembangunan
kependudukan.
Road-map Grand Design Pembangunan Kependudukan ini mencakup kurun waktu 2010
sampai dengan 2035 dengan periode lima tahunan. Road-map dibuat untuk mengetahui
sejauh mana sasaran-sasaran pembangunan kependudukan telah dapat dicapai, baik yang
mencakup pengendalian kuantitas penduduk, peningkatan kualitas penduduk, penataan
persebaran dan pengaturan mobilitas penduduk, pembangunan keluarga, dan pembangunan
database kependudukan pengendalian kuantitas penduduk, peningkatan kualitas penduduk,
117
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
penataan persebaran dan pengaturan mobilitas penduduk, pembangunan keluarga, dan
pembangunan manajemen database dan informasi kependudukan. Secara garis besar, tujuan
road-map, sasaran lima tahunan serta keterkaitan Grand Design dengan road-map tersaji
pada uraian berikut.
5.1 Road-map Pengendalian Kuantitas Penduduk yang Diinginkan dan Pokok-Pokok
Pembangunan
Dalam jangka panjang, kondisi kependudukan yang diinginkan adalah tercapainya
penduduk stabil dalam jumlah yang tidak terlalu besar. Untuk mencapai kondisi ini
jumlah bayi yang lahir diharapkan sama (seimbang) dengan jumlah kematian sehingga
penduduk menjadi stasioner. Indikator pencapaian penduduk tumbuh seimbang (PTS),
adalah angka kelahiran total (TFR) sama dengan 2,0 per perempuan atau Net
Reproduction Rate (Angka Reproduksi Bersih=NRR) sebesar 1 per perempuan. Dalam
Grand Design ini sama dengan 2,5 diperkirakan tercapai pada tahun 2015. Selanjutnya
TFR diperkirakan menurun menjadi 2 dan NRR menjadi 1 tahun 2030. Kondisi ini akan
dipertahankan terus sampai dengan tahun 2035.
Patut dicermati bahwa TFR dan NRR tidak dimaksudkan untuk terus menurun sampai
dibawah 1,85 dan 0,89, karena kalau itu terjadi maka pada jangka panjang penduduk
Indonesia bisa mengalami penurunan seperti fenomena yang terjadi di negara-negara
maju yang TFR nya telah di bawah 1,5 per wanita dan bahkan ada yang di bawah 1 per
wanita. Penduduk yang terus menurun akibat fertilitas yang sangat rendah akan
mengakibatkan proporsi penduduk lanjut usia (lansia) akan sangat besar sehingga akan
menyebabkan masalah tersendiri yang tidak kalah peliknya.
Tidak kalah pentingnya adalah bahwa bonus demografi akan terjadi di tanah air pada
kurun waktu 15 tahun ke depan atau mulai 2025. Bonus “ledakan” kaum muda dan
angkatan kerja produktif ini sangat krusial jika SDM yang tumbuh tidak berkualitas.
Bonus demografi terjadi apabila mayoritas penduduk Indonesia adalah usia angkatan
kerja. Penduduk yang berada di usia angkatan kerja tersebut dapat menjadi potensi bagi
Indonesia menjadi negara maju, tetapi juga dapat menjadi bumerang apabila kualitas
sumber daya manusia usia produktif itu rendah.
118
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
Modal untuk pembangunan adalah kualitas SDM. Salah satu tanda bonus demografi
adalah angka ketergantungan di bawah 50 persen, artinya satu orang penduduk
nonproduktif ditanggung oleh 1-2 orang penduduk usia produktif. Berdasarkan
kelompok umur, penduduk dapat dibedakan atas tiga kategori, yaitu muda (0-14 tahun),
menengah (15-64 tahun), dan tua (65 tahun keatas). Pengelompokan penduduk yang
terkait dengan kemampuan berproduksi secara ekonomi dapat diklasifikasikan menjadi
penduduk nonproduktif dan penduduk usia produktif. Penduduk nonproduktif terdiri
dari penduduk yang berumur 0-14 tahun dan penduduk yang berumur 65 tahun.
Kelompok penduduk usia produktif adalah penduduk yang berumur 15-64 tahun.
Angka beban ketergantungan Indonesia sebesar 51,3 persen, yang artinya setiap 100
penduduk usia produktif menanggung sekitar 52 penduduk nonproduktif. Hasil sensus
menunjukkan tren yang semakin menurun yang berarti beban penduduk usia produktif
semakin kecil sehingga diharapkan tingkat kesejahteraan penduduk mengalami
peningkatan. Secara umum di tingkat provinsi menunjukkan angka rasio
ketergantungan yang menurun.
Keberhasilan pembangunan kependudukan dalam rangka menurunkan angka fertilitas
dan peningkatan usia harapan hidup selama ini telah menghasilkan transisi demografi.
Transisi demografi tersebut ditandai dengan menurunya angka kelahiran dan angka
kematian dan disertai peningkatan angka harapan hidup. Hal tersebut telah mengubah
struktur umur penduduk yakni menurunnya proporsi penduduk usia di bawah lima belas
tahun yang diikuti dengan meningkatnya proporsi penduduk usia produkstif (15-64
tahun) dan meningkatnya proporsi penduduk usia tua (65 tahun ke atas) secara
perlahan. Selanjutnya, kondisi tersebut menyebabkan angka ketergantungan menurun
yang disebut dengan bonus demografi. Bonus demografi ini merupakan jendela peluang
(windows of opportunity) yang menjadi landasan untuk memicu pertumbuhan ekonomi.
Bonus demografi atau jendela peluang tersebut diperkirakan akan terjadi hanya sekali
saja dalam sejarah dan waktunya yang sangat pendek, yaitu sekitar lima tahun dari
tahun 2020-2025 berdasarkan proyeksi penduduk dengan syarat angka kelahiran dapat
dikendalikan.
Tidak berbeda dengan keadaan secara umum, maka di Sumatera Utara peluang bonus
demografi ke depan juga akan dialami. Oleh karena itu, periode dua dekade ke depan
adalah momentum yang harus dijadikan periode investasi besar-besaran dibidang
119
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
sumber daya manusia, khususnya dibidang pendidikan. Agar tidak kehilangan
momentum tersebut harus dipastikan agar generasi muda memiliki kompetensi dan
menjadi insan yang produktif. Dalam mewujudkan SDM tangguh dan berkualitas
untuk menikmati bonus demografi, peran serta pemerintah daerah sangat penting dan
relevan untuk bersinergi dan bekerjasama dengan pihak lain dalam rangka
mengembangkan SDM melalui penyediaan akses pendidikan dan keterampilan yang
dapat memenuhi kebutuhan spesifik dan strategis pembangunan di daerah.
Gambar 5.1. Roadmap Kondisi Kuantitas Kependudukan Diinginkan
ROADMAP 2011-2015
ROAD MAP
2016-2020
ROAD MAP 2021-2025
ROADMAP 2026-2030
ROADMAP 2031-2035
Terkendalinya
jumlah dan
laju
pertumbuhan
penduduk
Tercapainya
kondisi
penduduk
tumbuh
seimbang
(PTS)
Bertahannya
kondisi
penduduk
tumbuh
seimbang
(PTS)
Tercapainya
kondisi
penduduk
tumbuh
seimbang
sebagai
prasyarat
penduduk
tanpa
pertumbuhan
(PTP)
Tercapainya
kondisi
penduduk
tanpa
pertumbuhan
PTP)
120
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
Tabel 5.1. Kondisi Diinginkan Akhir Roadmap Menurut Indikator dan Parameter
Pengendalian Kuantitas Penduduk Provinsi Sumatera Utara 2010-2035
Indikator/
Parameter
Periode Roadmap 2010-2035
2010 2015 2020 2025 2030 2035
Laju Pertubuhan
Penduduk
(%)
1.1 1,5 1,0 1,0
0,5 0,5
Total Fertlity Rate
(Rata-rata wanita punya
anak)
3,0 2,7 2,5 2,5 2,0 2,0
Contraception Prevalance
Rate
(Persentase Kesertaan KB)
60 62 65 70 75 80
Usia Kawin Pertama bagi
Wanita
21 22 22 23 23 23
Sumber : Kerjasama BPS dengan Kementerian Pemberdayaan Perempuandan Perlindungan
Anak
Pengendalian kuantitas penduduk dilakukan melalui pengaturan dua komponen utama
kependudukan, yaitu pengaturan fertilitas dan penurunan mortalitas. Pengaturan
fertilitas dilakukan melalui program KB yang mengatur :
1) usia ideal perkawinan
2) usia ideal melahirkan
3) jarak ideal melahirkan
4) jumlah ideal anak yang dilahirkan.
Kebijakan pengaturan fertilitas melalui program KB pada hakikatnya dilaksanakan
untuk membantu pasangan suami istri mengambil keputusan dan memenuhi hak-hak
reproduksi yang berkaitan dengan hal berikut :
(1) Pengaturan kehamilan yang diinginkan
(2) penurunan angka kematian bayi dan angka kematian ibu
(3) peningkatan akses dan kualitas pelayanan
(4) peningkatan kesertaan KB pria
121
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
(5) promosi pemanfaatan air susu ibu.
Pengaturan fertilitas melalui program-program Keluarga Berencana juga dilakukan
dengan cara sebagai berikut :
(1) Pengintegrasian program pengendalian kuantitas dengan sektor pembangunan
lainnya
(2) Peningkatan akses dan kualitas KIE serta pelayanan kontrasepsi di semua
segmentasi sasaran wilayah
(3) Penyelenggaraan pelayanan KB harus berlandaskan Hak Asasi Manusia
(4) Pelayanan kontrasepsi dilakukan sesuai dengan norma agama, budaya, etika, dan
hak-hak reproduksi
(5) Penyediaan alat kontrasepsi bagi seluruh Pasangan Usia Subur disediakan oleh
Pemerintah dan Pemerintah Daerah
Selanjutnya, penurunan angka kematian bertujuan untuk mewujudkan penduduk
tumbuh seimbang dan berkualitas pada seluruh dimensinya. Penurunan angka
kematian ini diprioritaskan pada upaya (1) penurunan angka kematian ibu hamil, (2)
penurunan angka kematian ibu melahirkan, (3) penurunan angka kematian pasca
melahirkan, serta (4) penurunan angka kematian bayi dan anak.
Upaya penurunan angka kematian diselenggarakan oleh pemerintah pusat, pemerintah
daerah, dan masyarakat melalui upaya-upaya proaktif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif sesuai peraturan perundang-undangan dannorma agama. Di samping itu,
upaya penurunan angka kematian difokuskan pada (1) kesamaan hak reproduksi
pasangan suami istri (pasutri), (2) keseimbangan akses, kualitas KIE, dan pelayanan,
(3) pencegahan dan pengurangan risiko kesakitan dan kematian, serta (4) partisipasi
aktif keluarga dan masyarakat.
Untuk mencapai tahap yang diinginkan, maka strategi pengendalian kuantitas
penduduk perlu dilakukan adalah mencapai pertumbuhan penduduk yang terkendali
dan pencapaian windows of opportunity, maka pengendalian angka kelahiran sangat
penting. Untuk itu, diperlukan revitalisasi program KB di Indonesia. Dalam
melakukan revitalisasi program KB, pendekatan pelaksanaan program KB perlu
122
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
diubah orientasinya dari supplyke demand side approach. Strategi yang
dikembangkan adalah melakukan integrasi, desentralisasi, kemitraan, dan
pemberdayaan serta fokus pada penduduk miskin. Berikut adalah penjelasan
detailnya.
Integrasi adalah implementasi program KB ke dalam program pembangunan sosial,
budaya, dan ekonomi. Sementara itu, desentralisasi dilakukan melalui lima cara.
Pertama, memberikan otoritas yang lebih besar kepada provinsi dan kabupaten/kota
dalam implementasi program KB, salah satunya adalah dengan memperkuat
kelembagaan. Tujuannya adalah melakukan sinkronisasi dan menghindarkan overlap
fungsi dan peran antara pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten/kota. Seperti telah
diamanatkan dalam UU No. 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Penduduk dan
Pembangunan Keluarga, BKKBD (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Daerah) perlu segera dibentuk.
Pemerintah memfasilitasi pembentukan BKKBD dengan merevisi regulasi, khususnya
yang terkait dengan otonomi daerah, yang menghambat terbentuknya lembaga
tersebut. Kedua, melakukan pemberdayaan SDM di tingkat provinsi maupun
kabupaten/kota dalam rangka capacity building. Ketiga, memperkuat komitmen
politik, khususnya di tingkat kabupaten/kota dalam pelaksanaan program KB.
Keempat, memperkuat infrastruktur untuk mendukung pelaksanaan program KB di
tingkat kabupaten/kota.Kelima, mendelegasikan kewenangan operasional di tingkat
kabupaten/kota untuk memberikan otoritas yang lebih besar pada kabupaten/kota
dalam rangka mengembangkan program dan melaksanakannya berdasarkan kondisi
spesifik setiap daerah.
Sementara itu, strategi kemitraan dilakukan dengan cara memperkuat kerja sama
antara pemerintah, swasta, dan masyarakat sipil. Tujuan strategi ini adalah untuk lebih
mengembangkan keterlibatan pihak swasta dan masyarakat sipil dalam pelaksanaan
program KB. Kemitraan tidak terbatas dilakukan secara internal, tetapi juga dengan
lembaga internasional dengan prinsip kesetaraan dan mutual benefits. Pemberdayaan
dilakukan melalui peningkatan kapasitas kelembagaan untuk memperkuat jejaring
antarpemangku kepentingan, baik secara vertikal maupun horizontal, nasional
maupun intenasional.
123
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
Sejalan dengan program penanggulangan kemiskinan, pelaksanaan program KB
difokuskan pada masyarakat miskin dengan cara memberikan subsidi pelayanan
kesehatan reproduksi dan KB. Dalam pelaksanaannya, strategi ini perlu
memperhatikan kondisi sosial, budaya, demografi, dan ekonomi kelompok sasaran.
Keberhasilan pembangunan kependudukan dalam rangka menurunkan angka fertilitas
dan peningkatan usia harapan hidup selama ini telah menghasilkan transisi demografi.
Transisi demografi tersebut ditandai dengan menurunya angka kelahiran dan angka
kematian dan disertai peningkatan angka harapan hidup. Hal tersebut telah mengubah
struktur umur penduduk yakni menurunnya proporsi penduduk usia di bawah lima
belas tahun yang diikuti dengan meningkatnya proporsi penduduk usia produkstif (15-
64 tahun) dan meningkatnya proporsi penduduk usia tua (65 tahun ke atas) secara
perlahan.
Selanjutnya, kondisi tersebut menyebabkan angka ketergantungan menurun yang
disebut dengan bonus demografi. Bonus demografi ini merupakan jendela peluang
(windows of opportunity) yang menjadi landasan untuk memicu pertumbuhan
ekonomi. Bonus demografi atau jendela peluang tersebut diperkirakan akan terjadi
hanya sekali saja dalam sejarah dan waktunya yang sangat pendek, yaitu sekitar lima
tahun dari tahun 2020-2025 berdasarkan proyeksi penduduk dengan syarat angka
kelahiran dapat dikendalikan.
5.2 Roadmap Peningkatan Kualitas Penduduk yang diinginkan dan Pokok-Pokok
Pembangunan
Kualitas penduduk adalah kondisi penduduk dalam aspek fisik dan nonfisik yang
meliputi derajat kesehatan, pendidikan, pekerjaan, produktivitas, tingkat sosial,
ketahanan, kemandirian, kecerdasan, sebagai ukuran dasar untuk mengembangkan
kemampuan dan menikmati kehidupan sebagai manusia yang bertakwa, berbudaya,
berkepribadian, berkebangsaan, dan hidup layak (UU No. 52 Tahun 2008 Pasal 1 ayat
5). Pengembangan kualitas penduduk dilakukan untuk mewujudkan manusia yang sehat
jasmani dan rohani, cerdas, mandiri, beriman, bertakwa, berakhlak mulia, dan memiliki
etos kerja yang tinggi. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, pembangunan kualitas
penduduk difokuskan pada unsur pendidikan, kesehatan, dan ekonomi.
124
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
Paling tidak ada tiga dimensi yang dapat dipakai sebagai landasan peningkatan kualitas
penduduk : Pertama, dimensi kesehatan yakni meningkatkan derajat kesehatan
penduduk dalam rangka menurunkan angka kematian dan meningkatkan angka harapan
hidup. Kedua, dimensi pendidikan yakni meningkatkan kompetensi dan daya
kompetisi penduduk Sumatera Utara melalui pendidikan formal, nonformal maupun
informal dalam rangka memenuhi kebutuhan pembangunan nasional, khsususnya
dalam rangka mendukung tercapainya MP3EI dan MP3KI, mengurangi kesenjangan
pendidikan menurut jenis kelamin melalui peningkatan akses perempuan untuk
memperoleh pendidikan. Ketiga, dimensi ekonomi, yakni meningkakan status ekonomi
penduduk melalui perluasan kesempatan kerja dan pengurangan pengangguran.
Mengurangi kesenjangan ekonomi sebagai salah satu usaha untuk menurunkan angka
kemiskinan.
Selanjutnya, strategi peningkatan kualitas penduduk merupakan aspek yang sangat
penting dalam pembangunan kependudukan. Di samping itu, strategi peningkatan
kualitas pendudukmerupakan bagian integral dari strategi pengendalian kuantitas
penduduk, pembangunan keluarga, dan pengarahan mobilitas penduduk. Penduduk
merupakan pelaku, pelaksana, dan penikmat pembangunan.
Dengan kualitas yang tinggi, penduduk akan lebih banyak berperan sebagai pelaku dan
pelaksana pembangunan. Selain itu, pembangunan tidak hanya bergantung pada sumber
daya alam dan teknologi, tetapi justru lebih bergantung pada kualitas penduduknya.
Dengantersedianya sumber daya manusia yang memadai dalam arti kuantitas dan
kualitas, maka tantangan di masa yang akan datang dapat diatasi dengan baik. Kualitas
sumber daya manusia yang ada sekarang masih perlu ditingkatkan agar tantangan
tersebut dapat diatasi dengan baik. Sehubungan dengan hal tersebut perlu diupayakan
tumbuhnya budaya "senang bekerja keras", persaingan yang sehat, pengembangan
motivasi di kalangan angkatan kerja muda dan terdidik sehingga dapat menciptakan
pekerjaan dari pada hanya menanti pekerjaan dari sektor formal yang sangat terbatas.
Program "magang" atau "job trainning" perlu dilakukan dalam rangka mempersiapkan
angkatan kerja yang siap pakai.
Sehubungan dengan hal tersebut perlu diupayakan tumbuhnya budaya "senang bekerja
keras", persaingan yang sehat, pengembangan motivasi di kalangan angkatan kerja
125
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
muda dan terdidik sehingga dapat menciptakan pekerjaan dari pada hanya menanti
pekerjaan dari sektor formal yang sangat terbatas. Program "magang" atau "job
trainning" perlu dilakukan dalam rangka mempersiapkan angkatan kerja yang siap
pakai.
Gambar 5.2. Unsur-Unsur Pembangunan Sumber Daya Manusia
SDM
Sumber: Draf Rancangan Umum Pembangunan Kependudukan
Pembangunan kualitas penduduk Indonesia ditentukan oleh tiga hal: pembangunan
ekonomi, pembangunan kesehatan, dan pendidikan. Oleh karena itu, kondisi yang ingin
dicapai dalam peningkatan kualitas penduduk tahun 2035 adalah penduduk yang sehat,
cerdas, produktif, dan berakhlak mulia serta berkarakter. Kondisi inilah yang harus
dicapai oleh seluruh penduduk Indonesia. Kualitas penduduk adalah kondisi penduduk
dalam aspek fisik dan nonfisik meliputi kesehatan, pendidikan, pekerjaan,
produktivitas,tingkat sosial, ketahanan, kemandirian, dan kecerdasan.
Hal itu dianggap sebagai ukuran dasar untuk mengembangkan kemampuan dan
menikmati kehidupan sebagai manusia yang bertakwa, berbudaya, berkepribadian,
berkebangsaan, dan hidup layak. Penduduk yang sehat tidak hanya berumur panjang
sejalan dengan bertambahnya usia harapan hidup, tetapi juga produktif, cerdas, dan
Pembangunan
Ekonomi
Pembangunan
Pendidikan
Pembangunan
Kesehatan
126
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
berdaya saing. Penduduk dengan kualitas seperti itu diharapkan dapat mengatasi arus
pasar global yang semakin menguat. Dengan memperhatikan unsur-unsur tersebut,
maka strategi peningkatan kualitas penduduk harus fokus pada tiga dimensi, yaitu
kesehatan, pendidikan, dan ekonomi.
Strategi di bidang kesehatan dilakukan untuk menurunkan angka kematian bayi dan
anak serta kematian maternal. Sebagaimana diketahui bahwa Indonesia mengalami
pergeseran pola penyakit dari penyakit infeksi pada penyakit kronis dan degeneratif.
Untuk itu, strategi utama yang harus dilakukan adalah melakukan pencegahan dan
treatment penyakit infeksi, khususnya pada bayi dan anak-anak. Di samping itu, sejalan
dengan meningkatnya penyakit kronis dan degenratif sebagai penyebab kematian orang
dewasa, maka alokasi sumber daya kesehatan harus juga diarahkan untuk pencegahan
dan treatment penyakit tersebut. Akan tetapi, dengan memerhatikan diversitas kondisi
kesehatan antar daerah, terutama dalam hal penyakit, maka setiap strategi, sekali lagi,
tidak dapat bersifat homogen atau tunggal, tetapi harus merespons kondisi spesifik
setiap daerah.
Sementara itu, strategi penurunan kematian maternal sangat erat kaitannya dengan
program KB sehingga strategi yang dijalankan untuk pelaksanaan program KB juga
akan memberikan kontribusi terhadap penurunan angka kematian maternal. Hal
tersebut harus ditopang dengan pengembangan pelayanan prenatal maupun antenatal.
Dari sisi pendidikan, strategi yang harus dilakukan adalah memberikan akses yang
sebesar-besarnya kepada kelompok rentan, khususnya penduduk miskin, untuk
memperoleh pendidikan. Penurunan gender gap dalam hal akses terhadap pelayanan
pendidikan juga penting sebagai prioritas, khususnya untuk mengatasi masalah di
berbagai daerah yang masih lebar kesenjangan pendidikan antara laki-laki
danperempuannya. Karena di berbagai provinsi angka melek huruf masih rendah, maka
untuk pendidikan nonformal maupun informal perlu memperoleh prioritas. Dalam
rangka mendukung tercapainya MP3EI, maka kebijakan pendidikan juga harus disusun
berdasarkan kebutuhan kualifikasi SDM di setiap koridor. Sejauh ini dokumen MP3EI
belum sepenuhnya memerhatikan kebutuhan SDM, terutama darisegi kualitas, sebagai
bagian penting dalam mencapaipercepatan pembangunan ekonomi di setiap koridor.
Oleh karena itu, kebijakan pendidikan harus dimulai dengan mengidentifikasi
kebutuhan tersebut.
127
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
Proyeksi Pendapatan Perkapita Sumatera Utara 2035
Dari sisi ekonomi, Salah satu tujuan dalam pembangunan ekonomi adalah tercapainya
pertumbuhan ekonomi. Suatu perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan
apabila tingkat kegiatan ekonomi yang dicapai sekarang lebih tinggi dari capaian pada
masa sebelumnya. Pertumbuhan tercapai apabila jumlah fisik barang-barang dan jasa-
jasa yang dihasilkan dalam perekonomian tersebut bertambah besar dari tahun-tahun
sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi berhubungan dengan proses peningkatan produksi
barang dan jasa dalam kegiatan ekonomi masyarakat sehingga dapat juga dikatakan
bahwa pertumbuhan ekonomi menyangkut perkembangan yang berdimensi tunggal dan
diukur dengan peningkatan hasil produksi dan pendapatan.
Pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses kenaikan pendapatan total
dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk
dan disertai dengan perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu daerah.
Dalam kondisi tersebut di atas, pertumbuhan ekonomi keberhasilannya lebih bersifat
kuantitatif, yaitu adanya kenaikan dalam standar pendapatan dan tingkat output
produksi yang dihasilkan, sementara pembangunan ekonomi lebih bersifat kualitatif,
bukan hanya pertambahan produksi, tetapi juga terdapat perubahan-perubahan dalam
struktur produksi dan alokasi input pada berbagai sektor perekonomian.
Pembangunan Sumatera Utara telah memberikan hasil yang secara nyata dirasakan
oleh masyarakat, dengan makin meningkatnya kegiatan perekonomian yang didukung
oleh makin meningkatnya ketersediaan prasarana dan sarana pembangunan,
meningkatnya taraf kesejahteraan, dan makin tercukupinya kebutuhan dasar
masyarakat, termasuk pendidikan dasar dan kesehatan. Dalam pelaksanaan
pembangunan ekonomi, telah banyak kemajuan yang dicapai Provinsi Sumatera Utara
yang ditunjukkan, baik oleh PDRB nonmigas per kapita maupun laju pertumbuhannya
yang lebih tinggi dari rata-rata nasional, maupun taraf kesejahteraan masyarakat yang
ditunjukkan oleh beberapa indikator seperti angka melek huruf, angka kematian bayi,
dan usia harapan hidup, yang lebih baik jika dibandingkan dengan angka rata-rata
nasional.
Untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi dibutuhkan tenaga
kerja yang berkualitas dan produktif. Kondisi ketenagakerjaan di Provinsi Sumatera
128
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
Utara ditandai dengan masih besarnya jumlah tenaga kerja di sektor pertanian yang
produktivitasnya relatif rendah, terutama di sektor pertanian tradisional, dibandingkan
dengan tenaga kerja yang terserap di sektor nonpertanian, khususnya industri dan jasa.
Sektor industri dan jasa, yang berperan sebagai penggerak percepatan laju pertumbuhan
ekonomi Sumatera Utara, memerlukan tenaga kerja dengan produktivitas yang tinggi.
Di Provinsi Sumatera Utara, kondisi tenaga kerja yang tersedia umumnya belum
memenuhi tuntutan tenaga kerja yang berkualitas, khususnya dalam sektor ekonomi
yang cepat pertumbuhannya. Dengan demikian, untuk mempertahankan laju
pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera Utara, tantangannya adalah membentuk serta
mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas, yaitu sumber daya manusia
yang produktif dan berjiwa wiraswasta yang mampu mengisi, menciptakan,
memperluas lapangan kerja, dan kesempatan usaha.
Untuk mempertahankan laju pertumbuhan ekonomi dibutuhkan investasi yang besar,
sedangkan kemampuan investasi pemerintah terbatas sehingga untuk memenuhi
kebutuhan tersebut, diperlukan peningkatan investasi oleh masyarakat khususnya dunia
usaha. Sehubungan dengan itu, Provinsi Sumatera Utara harus mampu menarik dunia
usaha agar menanamkan modal untuk mengembangkan potensi berbagai sumber daya
pembangunan di wilayah ini. Dengan demikian, Provinsi Sumatera Utara dihadapkan
pada masalah untuk menciptakan iklim usaha yang menarik bagi investasi masyarakat
dan dunia usaha. Untuk itu, tantangannya adalah mengembangkan kawasan dan pusat
pertumbuhan yang dapat menampung kegiatan ekonomi, memperluas lapangan kerja,
dan sekaligus memenuhi fungsi sebagai pusat pelayanan.
Pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara berada di rentang 6,0% hingga 8,3%.
Pertumbuhan ini relatif lebih tinggi dibandingkan beberapa provinsi lainnya di
Indonesia. Bahkan secara rata-rata pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara selalu di atas
pertumbuhan ekonomi nasional. Dalam periode 1983-1990 laju pertumbuhan PDRB
nonmigas atas dasar harga konstan tahun 1983 tercatat sebesar 8,35 persen per tahun.
PDRB nonmigas per kapita pada tahun 1990 atas dasar harga konstan tahun 1983
mencapai Rp560 ribu. Dibandingkan dengan angka tahun 1983 yang besarnya Rp363
ribu, terjadi peningkatan dengan laju pertumbuhan rata-rata sebesar 6,38 persen per
tahun.
129
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
Setelah krisis moneter, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sumatera Utara
tahun 1998 – 2005 secara rata-rata tumbuh di bawah 6,0 persen per tahun. Sungguhpun
dengan pertumbuhan yang relatif rendah, sebenarnya krisis ekonomi Sumatera Utara
dapat dikatakan tidak separah yang dialami daerah lain tertentu. Sebab, dengan
penghasilan utama produk pertanian, krisis moneter tahun 1998 justru mendorong
kenaikan harga produk ekspor non migas seperti karet dan sawit. Dengan kondisi
sekarang, ekonomi Sumatera Utara dianggap telah pulih kembali dan pada masa depan
diharapkan mencapai pertumbuhan berkelanjutan sebagaimana halnya sebelum terjadi
krisis moneter 1997. Pada tahun 1999, pendapatan perkapita Sumatera Utara
berdasarkan harga berlaku mencapai Rp4,397 juta.
Pada tahun 2001 – 2006 pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara berada di tingkat 4,0%
- 6,0% per tahun. Pada tahun 2001, pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara sebesar
3,72% dengan pendapatan perkapita masyarakatnya yang mencapai Rp6,742 juta. Pada
tahun 2006, pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara mencapai 6,18% dan pendapatan
perkapita mengalami peningkatan menjadi Rp12,567 juta.
Kemudian, pada tahun 2007-2010 pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara semakin baik
yaitu mencapai angka di atas 6,0%. Pada tahun 2007 pertumbuhan ekonomi Sumatera
Utara sebesar 6,90%, dan pada tahun 2008 pertumbuhan ekonomi sebesar 6,39%. Krisis
global pada tahun 2008 membawa dampak terhadap perekonomian Sumatera Utara.
Keadaan ini menyebabkan pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara tahun 2009 kembali
turun menjadi 5,07 persen. Pemulihan ekonomi yang cepat di Sumatera Utara
menyebabkan pertumbuhan ekonomi tahun 2010 kembali mencapai angka 6,35 persen.
Pada tahun 2007, pendapatan perkapita Sumut telah mencapai Rp14,166 juta dan pada
tahun 2010, pendapatan perkapita Rp21,108 juta.
Pada tahun 2011 - 2013, pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara terus mengalami
peningkatan. Pada tahun 2011, pertumbuhan ekonomi mencapai 6,58 persen dengan
pendapatan perkapita Rp 23,991 juta. PDRB perkapita atas dasar harga berlaku Provinsi
Sumatera Utara 2012 kembali meningkat mencapai sebesar 26,569 juta. Pada tahun
2013, pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara sedikit menurun akibat melemahnya
ekspor dan krisis ekonomi global, dan hanya tumbuh sebesar 6,01%. Pendapatan
perkapita Sumut tahun 2013 mencapai Rp30,311 juta.
130
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
Capaian pendapatan perkapita Sumut jika dibandingkan dengan angka PDB per kapita
nasional masih berada di bawahnya. Lebih memprihatinkan lagi terjadi kesenjangan
dari tahun ke tahun yang semakin melebar. Pada tahun 2005, pertumbuhan PDB per
kapita Rp. 12,588 juta per orang, sedangkan PDRB per kapita Sumut Rp 11,331 juta
per orang. Terjadi selisih Rp. 1,227 juta per orang. Tahun 2012 pertumbuhan PDB
perkapita Nasional Rp. 33,748 juta per orang, sedangkan PDRB per kapita Sumut Rp.
26,659 juta per orang. Terjadi selisih Rp. 7,089 juta per orang. Ini menunjukkan PDRB
per kapita masyarakat Sumut terus tertinggal dari PDB perkapita nasional.
Gambar 5.3 Estimasi Pendapatan Perkapita Sumatera Utara Tahun 2035
Dengan pertumbuhan ekonomi yang stabil sekitar 6,0% - 7,0% per tahun, maka
pendapatan perkapita Provinsi Sumatera Utara diperkirakan akan terus mengalami
peningkatan hingga mencapai Rp99,50 juta perjiwa pada tahun 2035. Perekonomian
Sumatera Utara secara umum didominasi oleh sektor industri pengolahan, sektor
pertanian, dan sektor perdagangan, hotel dan restauran; sektor jasa-jasa, serta sektor
pengangkutan dan komunikasi.
Pemerintah telah menyusun MP3KI dan juga MP3EI, maka yang tertuang dalam
master plan tersebut merupakan bagian dari strategi peningkatan kualitas penduduk
0.56 4.40
30.31
99.50
0
20
40
60
80
100
120
1990 1999 2013 2035
Pe
nd
apat
an
pe
rkap
ita
(Rp
juta
)
Sumber : Hasil Proyeksi BPS Sumatera
Utara
131
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
dari sisi ekonomi. Karena persoalan pemerataan hasil pembangunan merupakan
masalah mendesak dan penting di Indonesia, maka strategi untuk mengatasi masalah
tersebut, baik yang tertuang dalam MP3EI maupun MP3KI, harus menjadi prioritas.
Strategi di tiga dimensi tersebut sekaligus merupakan strategi untuk meningkatkan
IPM. Namun karena ketertinggalan Indonesia dalam hal IPM dibandingkan dengan
Negara ASEAN lainnya adalah pada bidang pendidikan, maka tampaknya sektor
tersebut perlu menjadi prioritas dalam strategi peningkatan IPM.
Gambar 5.4. Roadmap Kondisi Kualitas Kependudukan Diinginkan
Akhir dari peningkatan kualitas penduduk adalah terwujud kualitas penduduk atau
masyarakat Sumatera Utara yang beriman, maju, mandiri, mapan dan berkeadilan di
dalam kebhinekaan adalah :
1).Terwujudnya penduduk atau masyarakat Sumatera Utara yang beriman yaitu
masyarakat yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, masyarakat yang
mengamalkan ajaran agamanya dengan sepenuh hati, konsisten dan konsekuen,
masyarakat yang memiliki sikap yang kuat untuk saling menghargai dan
menghormati antar sesama pemeluk agama dalam bingkai keluarga besar
masyarakat Sumatera Utara.
ROADMAP 2011-2015
ROADMAP
2016-2020
ROADMAP
2021-2025
ROADMAP 2026-2030
ROADMAP 2031-2035
. Pencapaian kualitas pendidikan, kesehatan dan ekonomi penduduk yang mapan
Peningkatan kualitas pendidikan, kesehatan dan ekonomi yang mapan yang didukung terciptanya good governance
Pencapaian kualitaspenduduk kreatif dan inovatif untuk meningkatkan kerja produktif
Peningkatankualitas penduduk kreatif dan inovatif untuk meningkat-kan kerja produktif
Terwujudnya kualitas penduduk yang beriman, maju, mandiri, mapan dan berkeadilan di dalam kebhinekaan.
132
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
2).Terwujudnya penduduk atau masyarakat Sumatera Utara yang maju, yaitu
masyarakat yang berpengetahuan dan sadar akan supremasi hukum serta selalu
menggunakan nurani dan akal sehat dalam mengambil keputusan, dapat mengikuti
dan menyesuaikan diri dengan perkembangan global, namun tetap mempertahankan
identitas masyarakat Sumatera Utara yang majemuk.
3).Terwujudnya penduduk atau masyarakat Sumatera Utara yang mandiri serta percaya
diri, yaitu masyarakat yang memiliki kemampuan untuk memanfaatkan potensi
daerah dan karenanya dapat menetapkan dan melaksanakan kebijakan
pembangunan daerah berdasarkan prakarsa dan aspirasi masyarakat itu sendiri.
4).Terwujudnya penduduk atau masyarakat Sumatera Utara yang mapan yaitu
masyarakat yang mampu memenuhi kebutuhan hidupnya secara berimbang jasmani
dan rohani, memiliki daya tahan terhadap pengaruh luar yang bersifat merusak,
mampu meningkatkan kualitas kehidupannya termasuk lingkungan hidup yang
semakin layak dengan tingkat kesenjangan yang semakin kecil.
5).Terwujudnya penduduk atau masyarakat yang berkeadilan di dalam kebhinekaan
yaitu masyarakat yang memiliki hak dan kewajiban atau proporsional dalam
lingkup masyarakat yang hidup secara harmonis, sehingga tidak ada kelompok
masyarakat yang merasa terpinggirkan atau terlupakan.
Beberapa kebijakan yang akan dilaksanakan dalam bidang pendidikan di Sumatera Utara
sebagai berikut;
1. Pemerataan Kesempatan Memperoleh Pendidikan
Targetnya adalah meningkatkan APK/APM/Melek huruf serta meningkatnya rata-rata
lama sekolah, pada setiap jenjang, jalur dan jenis pendidikan memberikan
kesempatan kepada semua penduduk usia prasekolah dan usia sekolah, baik umum,
kejuruan, keagamaan, maupun pendidikan khusus, serta memberikan keadilan bagi
seluruh lapisan masyarakat yang plularistik termasuk dalam meningkatkan pemberian
pendidikan dari wajib belajar 9 tahun menjadi wajib belar 12 tahun. Demikian pula
perluasan kesempatan belajar bagi Anak luar Biasa (ALB) dan Anak Berkebutuhan
khusus (ABK), memperbanyak pendidikan informal dengan memberdayakan
133
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
perempuan yang berdaya saing global, melaksanakan Pendidikan Menengah
Universal (PMU) yang bekualitas di kab/kota serta mengembangkan Pendidikan
tinggi disetiap kab/kota sesuai kebutuhan daerah dan berdaya saing global.
2. Peningkatan mutu, relevansi dan daya saing
Targetnya adalah meningkatkan mutu kurikulum pada setiap jalur, jenis dan jenjang
pendidikan sehingga memberikan dukungan yang berarti bagi bakal kehidupan
peserta didik dimasa depan, baik berkenaan dengan nilai-nilai budaya dan kearifan
local (daerah), budi pekerti, kecakapan hidup, dan jiwa entrepreneur, iptek, olah raga
dan seni, kesehatan dan lingkungan hidup. Serta aspek-apsek pembentuk karakter
kehidupan berbangsa dan bernegara lainnya. Dengan penyiapan berbagai fasilitas, dan
melakukan pemetaan dan kesejahteraan guru mengembangkan dan meningkatkan
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di daerah yang berorientasi pada potensi daerah
setempat untuk memenuhi peluang pasar kerja tingkat daerah, nasional maupun
internasional.
3. Peningkatan Manajemen pendidikan
Targetnya agar meningkatkan kemampuan pengelolaan program pembangunan
pendidikan, baik yang diselanggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat yang
meliputi perbaikan kurikulum, proses pembelajaran, kualifikasi dan kompetensi guru,
penyediaan sarana dan prasarana yang mendukung proses edukasi.
4. Peningkatan Tata kelola, Akuntabilitas, dan pencitraan Publik
Targetnya adalah menciptakan proses perencanaan pembangunan pendidikan lebih
partisipasif, terkoordinasi, dan lebih menyeluruh terhadap jalur, jenis dan
kelembagaan satuan pendidikan. Meningkatkan pembiayaan dan anggaran serta
laporan dan pertanggungjawabannya secara transparan pada setiap penyelenggaraan
satuan pendidikan. mensinerjikan kebijakan dan mengatur batas-batas kewenangan
penyelenggaraan evaluasi pendidikan antara pemerintah pusat, provinsi,
kabupaten/kota dan lembaga satuan pendidikan serta meningkatkan kualitas, data dan
informasi pendidikan yang cepat, akurat dan dapat dipercaya.
134
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
5. Peningkatan Peranserta Masyarakat, dunia perusahaan, dan stake holders
Targetnya adalah diarahkan pada kebersamaan memikul tanggung jawab antara
pemerintah, masyarakat dan peran serta didik sebagai bagian dari subjek
pembelajaran, yang dinamis, adaptif, dan penuh inisiatif. merintis, membangun, dan
mengembangkan inovasi-inovasi pendidikan lebih bersifat antisipatif kearah
peningkatan kualitas, relevansi dan daya saing pendidikan.
Tabel 5.2. Kondisi Diinginkan Akhir Roadmap Menurut Indikator dan Parameter
Peningkatan Kualitas Penduduk Provinsi Sumatera Utara 2010-2035
Indikator/
Parameter
Periode Roadmap 2010-2035
2010 2015 2020 2025 2030 2035
Pendidikan
Lama sekolah (tahun)
Angka Partisipasi
Sekolah
Usia 19-24 Tahun (%)
8,9
15,6
10,2
18,5
11,4
21,4
12,6
24,2
13,8
27,1
15,0
30,0
Kesehatan
- Angka Kematian Bayi
( per 1000 lahir hidup)
- Angka Kematian Ibu
(per 100.000 lahir
hidup)
- Angka Harapan Hidup
(tahun )
Prevalensi Gizi Kurang
dan Buruk(%)
25
249
71
23
23
240
72
20
22
225
73
18
21
200
74
16
20
200
75
12
20
180
75
8
Ekonomi
- Daya Beli (ribu rupiah
perkapita pertahun)
- Pendapatan Perkapita
(juta rupiah)
- Gini Rasio
633,33
21,24
0,253
645,1
35,6
0,239
653,8
49,9
0,226
662,5
64,1
0,212
671,3
78,4
0,199
680,0
99,50
0,186
Standard WHO, Prevalensi gizi kurang dan buruk adalah 5-9 %.
135
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
5.3 Roadmap Penataan Persebaran dan Mobilitas Penduduk yang Dinginkan dan
Pokok-Pokok Pembangunan
Menyangkut aspek mobilitas penduduk, kondisi yang diinginkan adalah terjadinya
persebaran penduduk yang lebih merata antar daerah kabupaten/kota sehingga
konsentrasi penduduk terkendali. Demikian juga halnya dengan urbanisasi, diharapkan
agar penduduk tidak berbondong – bonding datang keperkotaan yang pada gilirannya
menimbulkan masalah baru yang tidak kalah peliknya. Patut disadari bahwa urbanisasi
tidak semata-mata karena perpindahan penduduk dari desa kekota, tetapi juga karena
daerah – daerah dengan kategori urban semakin banyak jumlahnya karena fasilitas dan
hasil pembangunan yang merata. Kondisi persebaran penduduk yang diinginkan adalah
persebaran penduduk yang merata dan pengaturan mobilitas sesuai dengan potensi
daerahnya. Tentunya yang diharapkan adalah adanya penataan dan persebaran yang
proporsial sesuai daya dukung alam dan lingkungan. Ini berarti pemerintah harus dapat
menata keberadaan penduduk melalui perpindahan penduduk baik local maupun
regional.
Dalam upaya pencapaian kondisi yang diinginkan yaitu terjadinya persebaran penduduk
yang lebih merata antar daerah kabupaten / kota sehingga konsentrasi penduduk
terkendali maka strategi diperlukan adalah :
- Menumbuhkan kondisi kondusi bagi terjadinya migrasi internal yang harmonis
Melindungi penduduk yang terpaksa pindah karena keadaan (pengungsi)
Memberikan kemudahan, perlindungan, dan pembinaan terhadap para migrant
internasional dan keluarganya
- Menciptakan keserasian, keselarasan, dankeseimbangan daya dukung dan daya
tamping lingkungan
- Mengendalikan kuantitas penduduk di suatu daerah/wilayah tertentu
- Mengembangkan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru, melalui penciptaan
wirausaha baru
- Memperluas kesempatan kerja produktif
- Meningkatkan kualitas hubungan industrial yang harmonis
136
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
- Meningkatkan ketahanan dan pertahanan nasional
- Menurunkanangkakemiskinandanmengatasipengangguran
- Meningkatkan kualitas dan produktivitas sumber daya manusia
- Meningkatkan infrastruktur permukiman, meningkatkan daya saing wilayah baru,
meningkatkan kualitas lingkungan, dan meningkatkan penyediaan pangan bagi
masyarakat.
Untuk mencapai tujuan tersebut, pengarahan mobilitas penduduk perlu dilakukan dengan
beberapa strategi sebagai berikut :
1) Mengupayakan peningkatan mobilitas non permanen dengan cara menyediakan
berbagai fasilitas sosial, ekonomi, budaya, dan administrasi di beberapa daerah yang
diproyeksikan sebagai daerah tujuan mobilitas penduduk
2) Mendorong ketersedianya lahan pemukiman transmigrasi baru yang legal, clean and
clear (C2) agar dikemudian hari warga transmigrasi mendapat suatu kepastian menuju
masa depan.
3) Mengurangi mobilitas penduduk kekota megapolitan, seperti Jakarta dan supaya hal
itu tidak terulang di luar Jawa, dengan adanya penataan wilayah penyangga untuk
mengembangkan daerah tujuan transmigrasi yang secara khusus diintegrasikan
dengan kota besar sekitarnya.
4) Transmigrasi seharusnya tidak terkesan membuang penduduk kewilayah terpencil,
tetapi benar-benar menonjolkan napas distribusi penduduk.
Untuk tujuan ini, perlu tiga pendekatan dalam kebijakan pengarahan mobilitas penduduk,
yakni :
1) Mengurangi peran pusat dan meningkatkan promosi daerah-daerah tujuan baru
sehingga penduduk terangsang untuk melakukan perpindahan secara spontan
2) Membuat regulasi yang menguntungkan bagi daerah tujuan dengan sasaran
menghambat/mengurangi minat penduduk yang tidak berkualitas berpindah kedaerah
137
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
lain (mobilitas bukan sekadar pemindahan kemiskinan). Penduduk miskin adalah
tanggung jawab daerah asal/kelahiran.
3) Membuat kebijakan yang berskala nasional dan berujung pada kepentingan nasional,
misalnya transmigrasi kepulau terdepan, peningkatan kualitas prasarana dan sarana
ekonomi, serta peningkatan akulturasi dan asimilasi cultural antara pendatang dan
penduduk asli.
Penyusunan road-map kebijakan pengarahan mobilitas penduduk tidak semata-mata atas
dasar pertimbangan hukum, tetapi juga didasari oleh fakta sosiologis dan dinamika
lingkungan sosio-kultural dan politik pascareformasi. Berdasarkan pertimbangan ini,
maka roadmap pengarahan mobilitas penduduk secara tegas berbasis pada UU No. 25
Tahun 2004 tentang Perencanaan Pembangunan Nasional, UU No. 17 Tahun 2007
tentang RPJPN 2005-2025, UU No. 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan pendudukdan
Pembangunan Keluarga, dan RPJP Daerah Sumatera Utara. Disamping itu, basis kondisi
sosiologis serta dinamika sosio-kultural dan politik mengamanatkan penyusunan strategi
pengerahan mobilitas penduduk perlu mempertimbangkan berbagai kondisi
perkembangan lingkungan global, nasional, dan daerah. Basis ini pun secara nyata
mencermati sejauh mana komitmen pemerintah provinsi dan kota/kabupaten terhadap
aspek mobilitas penduduk sehingga menjadi bagian yang integral dan menentukan bagi
perkembangan dan keberhasilan pembangunan penduduk dan pembangunan
berkelanjutan di wilayahnya dalam koridor kepentingan nasional.
Pada titik ini, pengerahan mobilitas penduduk perlu menjamin kepastian pelibatan elemen
dearah. Fakta yang berkembang menunjukkan bahwa pengerahan mobilitas penduduk
saat ini tidak semata dilakukan oleh pemerintah, tetapi juga elemen masyarakat sipil dan
pasar. Oleh karena itu, penting untuk mereposisi dan mengidentifikasi peran yang harus
dimainkan pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten/kota. Mereka memiliki kewenangan
dan perannya masing-masing. Demikian juga peran dan kewenangan LSM maupun Civil
Society Organization (CSO). Semua elemen harus memiliki peran strategis dalam
pelaksanaan pemb angunan kependudukan. Kebijakan mobilitas daerah harus
memperhatikan perkembangan–perkembangan spesifik daerah, misalnya kemungkinan
dampak masuknya penduduk kedaerah industry baru, cara mengantisipasi dan memitigasi
kemungkinan dampak negative bagi daerah tujuan, dampak bagi keseimbangan penduduk
138
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
local dan pendatang, serta kemungkinan marginalisasi penduduk lokal. Dengan demikian,
penting dirumuskan sebuah kebijakan lokal yang dapat merespon shal-haltersebut,
misalnya melalui perda pengendalian penduduk.
Berbicara tentang pengerahan penduduk, maka dalam jangka pendek maupun menengah
dan panjang, perlu dirumuskan beberapa sasaran pengarahan mobilitas penduduk yang
antara lain meliputi hal berikut :
1. Pemodelan rekayasa sosial yang memungkinkan integrasi antara penduduk pendatang
dan penduduk asli
2. Pengembangan kebijakan lokal yang pro masyarakat asli tanpa mengurangi hak hidup
pendatang
3. Pengembangan regulasi yang memungkinkan adanya migration selection berdasarkan
kapasitas pendidikan dan keterampilan, aspek politik, dan kelembagaan
4. Penguatan peran elemen masyarakat sipil (CSO, NGO, dan universitas) dalam
capacity building permukiman baru hasil kebijakan mobilitas formal
5. Pengembangan forum komunikasi antarwarga di daerah-daerah tujuan mobilitas
6. Penguatan kelembagaan keluarga migrant dalam konteks kebijakan kesehatan
reproduksi
7. Strategi pengembangan daerah penyangga perkotaan dan pengembangan ekonomi
perdesaan sehingga mengurangi minat penduduk desa melakukan urbanisasi
8. Pemodelan pengembangan ekonomi makro dan distribusi kesejahteraan yang merata
sehingga semakin mengurangi distorsi biaya hidup antar daerah
9. Memikirkan kembali keterkaitan antara pendidikan, Pelatihan dan kesempatan kerja
10. Meningkatkan kualitas dan produktivitas tenaga kerja dan masyarakat transmigrasi
11. Desentralisasi kewenangan pengarahan mobilitas penduduk
12. Mendorong perluasan kesempatan kerja dan penempatan tenaga kerja.
13. Pengembangan kajian akademis terkait pemodelan mobilitas penduduk dan dikaitkan
dengan kepentingan daerah (sesuai dengan dokumen perundangan), dengan tujuan
pengembangan dan mengonstruksikan proposisi/teori menengah terkait dengan
proses-proses migrasi yang berhasil diidentifikasi dari studi terkait kondisi masyarakat
Sumatera Utara untuk menjawab tantangan tujuan-tujuan pengerahan penduduk,
mengaitkan kebijakan pengerahan mobilitas penduduk dengan konteks perkembangan
ekonomi, politik, budaya, dan lingkungan fisik migran, baik lokal, regional maupun
139
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
global, membangun kerangka konseptual baru yang memungkinkan untuk menjawab
tantangan pengarahan mobilitas penduduk, serta pengembangan strategi-strategi baru
terkait dengan pengarahan mobilitas penduduk, baik internal maupun regional.
Untuk tercapainya tujuan-tujuan pengarahan mobilitas penduduk tersebut, maka perlu
sejak awal dipastikan bahwa PP, perda, dan berbagai aturan pelaksana lainnya telah dapat
diselesaikan. Beberapa peraturan yang dibutuhkan untuk meng implementasikan tujuan itu
adalah sebagai berikut :
a. Penataan dan penyebaran penduduk antar daerah kabupaten/kota
b. Kebijakan mobilitas penduduk non permanent
c. Kebijakan ketenagakerjaan dalam mencapai hubungan industrial harmonis
d. Penataan persebaran penduduk melalui kerjasama antar daerah
e. Pengarahan mobilitas penduduk melalui pengembangan daerah penyangga
f. Pedoman pengelolaan urbanisasi di perkotaan
g. Pedoman pelayanan terhadap penduduk musiman serta tatacara pengumpulan data,
analisis mobilitas, dan persebaran penduduk. Sementara itu, pada tataran perda,
dibutuhkan adanya perda tentang kebijakan mobilitas penduduk.
140
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
Gambar 5.5. Roadmap Kondisi Penataan Persebaran dan Mobilitas Kependudukan
Diinginkan
Tabel 5.3. Kondisi Diinginkan Akhir Roadmap Menurut Indikator dan Parameter
Penataan Persebaran Dan Mobilitas Penduduk Provinsi Sumatera Utara
2010-2035
Indikator/
Parameter
Periode Roadmap 2010-2035
2010 2015 2020 2025 2030 2035
Laju Pertubuhan
Penduduk
Setiap Kab/Kota (%)
1.1 1,5 1,0 1,0
0,5 0,5
Migrasi Neto Antar
Daerah Kab/Kota (%)
-13 -10 -10 -5 -5 -2
Pertumbuhan Penduduk
Perkotaan (%)
5
4
3
3
2
2
Sumber : Kerjasama BPS dengan Kementerian Pemberdayaan Perempuandan Perlindungan
Anak
ROADMAP 2011-2015
ROAD MAP
2016-2020
ROADMAP 2021-2025
ROADMAP 2026-2030
ROADMAP 2031-2035
Penataan dan penyebaran penduduk antar daerah kabupaten/ kota
Penataan dan penyebaran penduduk antar daerah kabupaten/ Kota sesuai daya dukung sosial dan lingkungan
Penataan persebaran dan Pengarahanmobilitas penduduk melalui pengembangan daerah penyangga
Peningkatan mobilitas non permanen dengan cara menyedia-kan berbagai fasilitas sosial, ekonomi, budaya, dan ad ministrasi di beberapa daerah yang diproyeksikan sebagai daerah tujuan mobilitas penduduk
Terjadinya persebaran penduduk yang lebih merata antar daerah kabupaten/ kota sehingga konsentrasi penduduk terkendali dan harmonis
141
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
5.4. Roadmap Pembangunan Keluarga yang Diinginkan dan Pokok-pokok
Pembangunan
Kondisi yang diinginkan melalui pembangunan keluarga adalah Terwujudnya keluarga
Sumatera Utara yang berkualitas meliputi :
a) Keluarga yang bertakwa kepadaTuhan YME, yaitu keluarga Berdasarkan
pernikahan yang sah menurut agama dan hukum Negara
b) Keluarga sejahtera, sehat, maju, mandiri, dan harmonis yangBerkeadilan dan
berkesetaraan gender dengan jumlah anak yang ideal (dua).
c) Keluarga yang berketahanan sosial, yaitu Keluarga yang Memiliki perencanaan
sumberdaya keluarga, keluarga Berwawasan nasional, keluarga yang berkontribusi
kepada Bangsa dan Negara serta berpartisipasi dalam kegiatan bela negara, taat
membayar pajak, patuh terhadap peraturan perundangan yang berlaku.
1. Pokok-pokok pembangunan keluarga
a) Membangun keluarga yang bertaqwa kepadaTuhanYang Maha Esa;
b) Membangun iklim berkeluarga berdasarkan perkawinan yang sah;
c) Membangun keluarga berketahanan, sejahtera, sehat, maju, mandiri, dan
harmonis yang berkeadilan dan berkesetaraan gender;
d) Membangun keluarga yang berwawasan nasional dan berkontribusi kepada
masyarakat, bangsa, dan negara;
e) Membangun keluarga yang mampu merencanakan sumberdaya keluarga.
2. Sasaran pembangunan keluarga
a) Seluruh keluarga dan semua siklus kehidupan keluarga
b) Keluarga yang memiliki potensi dan sumber kesejahteraan social dan
ekonomi.
c) Keluarga rentan secara ekonomi, sosial, lingkungan, maupun budaya;
d) Keluarga yang bermasalah secara ekonomi, sosial, fisik dan psikis.
3. Strategi yang disuguhkan dalam pembangunan keluarga
a) Pembangunan Keluarga yang bertaqwa kepadaTuhan Yang Maha Esa,
142
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
strategi yang dilakukan adalah melalui:
(a).Pendidikan Agama (etika dan moral )
(b). Pendidikan Sosial Budaya
Indikatorkeberhasilannya :
a) Keluarga menjalankan ibadah menurut agama dan keyakinan masing- masing
dengan baik dan benar
b) Keluarga menaati nilai, norma, dan aturan agama
c) Keluarga memelihara kerukunan antar umat beragama
4. Strategi untuk membangun iklim berkeluarga berdasarkan perkawinan yang
saha dalah dilakukan dengan hal berikut :
a. Meningkatkan pelayanan lembaga penasihat perkawinan
b. Meningkatkan peran dan fungsi keluarga
c. Komitmen Pemerintah hanya mengakui perkawinan antara laki-laki dengan
perempuan
d. Perkawinan yang sah dilakukan menurut hukum agama dan negara
e. Perkawinan mensyaratkan diketahui oleh keluarga dan masyarakat
Indikator keberhasilannya :
a) Keluarga dibangun dari perkawinan menurut hukum agama dan negara.
b) Keluarga dibangun dari perkawinan antara laki-laki dengan perempuan,
c) Keluarga dibangun dari perkawinan yang diketahui oleh keluarga dan
masyarakat.
d) Setiap perkawinan tercatat di lembaga yang berwenang dengan dibuktikan
oleh kepemilikan akta nikah.
5. Strategi untuk membangun keluarga harmonis, sejahtera, sehat, maju, dan Mandiri
adalah sebagai berikut :
a) Peningkatan ketahanan keluarga berwawasan gender
b) Pengembangan perilaku hidup sehat pada keluarga (sehat fisik/reproduksi,
sehat psikologis, sehat sosial, dan sehat lingkungan)
c) Pendidikan dan pengasuhan anak
143
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
d) Pengembangan ketahanan keluarga dan ketahanan pangan keluarga
e) Peningkatan ketahanan keluarga dengan berbasis kelembagaan lokal
Indikator keberhasilannya sebagai berikut :
a. Keluarga berketahanan (kuat, bertahan hidup, beradaptasi)
b. Keluarga sejahtera (pendapatan per kapita/bulan tidak miskin, rumah layak
huni, mempunyai tabungan)
c. Keluarga sehat (kecukupan pangan dan gizi, tidak berpenyakit, sehat fisik dan
psikhis)
d. Keluarga maju (partisipasi pendidikan, partisipasi kerja)
e. Keluarga mandiri (kemandirian social ekonomi)
f. Keluarga harmonis (tidak bercerai,tidak ada kekerasan dalam rumah tangga,
tidak ada perdagangan manusia, tidak ada kenakalan anak dan remaja)
6. Strategi Membangun keluarga yang berwawasan kebangsaan dan sebagai
Pelaku pembangunan yang memberikan kontribusi kepada masyarakat,
bangsa, dan Negara adalah melalui :
a) Pendidikan
b) Pembinaan
c) Kebudayaan
Indikator keberhasilannya adalah
a) Keluarga berketahanan sosial,
b) Berwawasan kedepan (menguasai iptek),
c) Pelaku pembangunan yang berkontribusi kepada masyarakat, bangsa,
dan negara.
7. Strategi Membangun keluarga yang mampu merencanakan sumberdaya Keluarga
adalah:
a) Merencanakan sumberdaya dengan pendampingan manajemen.
b) konsultasi perkawinan, pengasuhan anak, manajemen keuangan rumah tangga,
c) manajemen waktu dan pekerjaan keluarga.
144
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
Indikator keberhasilannya adalah :
a. Keluarga mempunyai perencanaan berkeluarga.
b.Keluarga mempunyai perencanaan investasi anak.
c.. Keluarga mempunyai perencanaan keuangan.
Gambar 5.6. Roadmap Kondisi Pembangunan Keluarga Diinginkan
ROADMAP 2011-2015
ROAD MAP
2016-2020
ROADMAP 2021-2025
ROADMAP 2026-2030
ROADMAP 2031-2035
Terciptanya kondisi keluarga berdasarkan perkawinan yang sah dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
Peningkatan dan bertambahnyakondisi keluarga berdasarkan perkawinan yang sah dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
Terciptanya kondisi keluarga yang berkualitas bercirikan sejahtera, sehat, maju, mandiri, dengan jumlah anak ideal (dua) dalam keharmonisan yang berkeadilan dan berkesetaraan gender
Peningkatan dan bertambahnyakondisi keluarga sejahtera, sehat, maju, mandiri, dengan jumlah anak ideal dua dalam keharmonisan yang berkeadilan dan kesetaran gender
Terwujudnya
keluarga kecil
yang
berkualitas,
berkeadilan
dan
berkesetaraan
gender serta
berdaya saing
145
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
Tabel 5.4. Kondisi Diinginkan Akhir Roadmap Menurut Indikator dan Parameter
Pembangunan Keluarga Provinsi Sumatera Utara 2010-2035
Indikator/
Parameter
Periode Roadmap 2010-2035
2010 2015 2020 2025 2030 2035
Persentase penduduk
miskin
11 10 8 7
6 5
Rata-rata banyaknya anak
dalam keluarga
4 4 3 3 2 2
Persentase Keluarga Pra
Sejahtera
11
10
9
8
6
5
Angka Perceraian 7 6 5 4 3 2
Indeks Pembangunan
Gender (IPG)
70*
71
73
73
74
75
* Pembangunan Manusia Berbasis Gender Tahun 2006-2012,
Kerjasama BPS dengan Kementerian Pemberdayaan Perempuandan Perlindungan Anak
5.5. Roadmap Pembangunan Data base Kependudukan Diinginkan dan Pokok-Pokok
Pembangunan
Kondisi yang diinginkan pada pembangunan database kependudukan adalah
terwujudnya database kependudukan yang memiliki akurasi dan tingkat kepercayaan
yang tinggi serta dikelola dalam suatu system yang integrative, muda diakses oleh para
pemangku kepentingan, serta menjadi bagian dari sistem pendukung keputusaan
(Decision Support System).
Dalam rangka menyikapi kondisi yang ada serta target capaian sampai dengan tahun
2035 yang akan datang maka ditentukan arah dan kebijakan pembangunan manajemen
database dan informasi kependudukan sebagai berikut :
1. Pembangunan sistem data dan informasi kependudukan melalui pemantapan
layanan Sistem Administrasi Kependudukan (SAK)
2. Pengembangan database kependudukan untuk menjadi acuan bagi perencanaan
pemerintah daerah dan pemanfaatan dunia bisnis,
146
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
3. Pemantapan fungsi dan peranan Database kependudukan Nasional yang
berlandaskan pada tertib administrasi kependudukan dan layanan prima
administrasi kependudukan,
4. Pengembangan sistem yang terhubung dengan data lain yang berasal dari berbagai
lembaga dan sesuai dengan data yang telah ada,
5. Pengembangan sistem yang telah terbangun menjadi bagian dari DSS (Decision
Support System) yang terintegratif.
Selanjutnya, dalam keupayaan kondisi diinginkan maka strategi dan pokok-pokok
kebijakan dan program dilakukan terintegrasi dengan grand design pengembangan
databse kependudukan nasional adalah meliputi tahapan :
1. Periode 2010-2015:
Fokus utama periode ini adalah pemantapan layanan Sistem Administrasi
Kependudukan (SAK) untuk instansi pemerintah terkait lainnya atau lebih dikenal
dengan konsep Government to Government (G2G), layanan SAK untuk masyarakat
atau dikenal dengan istilah Government to Citizen (G2C), layanan Sistem
Administrasi Kependudukan (SAK) untuk dunia bisnis (G2B), dan Pemantapan
Sistem Administrasi Kependudukan (SIAK) dengan menggunakan berbagai fitur
yang telah dipersiapkan maupun yang disempurnakan agar sesuai dengan amanat
UU No. 23 Tahun 2006.
Pada periode ini juga mulai dikembangkan sistem identifikasi pengenal tunggal
dengan teknologi biometrik. Pendekatan pengembangan dan penerapan, baik sisi
fitur teknologi maupun dari sisi implementasi di lapangan dilakukan secara bertahap
dan berkesinambungan.
2. Periode 2015-2020
Fokus periode ini terletak pada cara SAK dapat memberikan layanan prima untuk
mendukung hubungan sesama instansi pemerintah (G2G), hubungan kepada
masyarakat (G2C) dan hubungan dengan dunia bisnis, atau dikenal dengan
Goverment to Business (G2B).
147
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
Pada periode ini, ditargetkan database kependudukan akan menjadi acuan bagi
perencanaan pemerintah daerah dan pemanfaatan dunia bisnis, seperti untuk
kebutuhan marketing research, e-payment, e-commerce, dan transaksi bisnis
berbasis elektronik lainnya dengan terlebih dahulu mempersiapkan berbagai sarana
dan prasarana pendukung terutama dalam mempersiapkan perangkat keras maupun
perangkat lunak sistem teknologi informasinya.
3. Periode 2021–2025:
Fokus pada periode ini adalah pemantapan fungsi dan peranan Database
Kependudukan Daerah terintegrasi Nasional yang berlandaskan pada tertib
administrasi kependudukan dan layanan prima administrasi kependudukan.
Database Kependudukan Daerah ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada
pemerintah, dunia bisnis, dan dunia internasional.
Pada periode ini Database Kependudukan Daerah telah memiliki tingkat
kepercayaan (trust) yang tinggi dan diakui oleh dunia internasional. Kepercayaan
yang tinggi terhadap Database Kependudukan Daerah dapat digunakan untuk
mendukung kerja sama multilateral bidang pertahanan dan keamanan, seperti cross
border cyber crime, bidang perekonomian (international investment), dan bidang
lainnya, sehingga daerah memiliki daya saing yang tinggi untuk menghadapi
persaingan global.
Pada periode ini juga diharapkan peranan SAK menjadi faktor daya saing bangsa
dan sebagai akselerator dalam mewujudkan iklim masyarakat informasi (Information
Society) dan masyarakat berpengetahuan (Knowledge base society).
4. Periode 2026-2030:
Fokus strategi periode ini untuk mengembangkan database yang ada terintegrasi
dengan data lain terkait. Hal itu dilakukan dengan mengembangkan sistem yang
terhubung dengan data lain yang berasal dari berbagai lembaga dan sesuai dengan
data yang telah ada. Sistem ini dikembangkan agar mudah diakses oleh pemangku
kepentingan.
148
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
5. Periode 2031-2035:
Strategi yang dilakukan adalah mengembangkan sistem yang telah terbangun
menjadi bagian dari DSS (Decision Support System) yang terintegratif.
Seterusnya program strategis dilakukan dalam kerangka pencapaian kondisi
diinginkan dengan Terciptanya pendayagunaan data dan informasi kependudukan
sebagai sistem pendukung pengambilan keputusan adalah meliputi :
1. Melaksanakan layanan prima Sistem Administrasi Kependudukan (SAK) untuk
sesama instansi pemerintah Government to Government (G2G), untuk masyarakat
atau Government to Citizen (G2C), serta Layanan Sistem Administrasi
Kependudukan (SAK) untuk dunia bisnis (G2B),
2. Menjadikan database dan Informasi kependudukan sebagai acuan bagi
perencanaan pemerintah daerah dan pemanfaatan dunia bisnis, seperti untuk
kebutuhan marketing research, e-payment, e-commerce, dan transaksi bisnis
berbasis elektronik lainnya
3. Menyediakan berbagai sarana dan prasarana pendukung terutama dalam
mempersiapkan perangkat keras maupun perangkat lunak sistem teknologi
informasinya.
4. Menyiapkan Sumber Daya Manusia professional yang mendukung
terselenggaranya layanan prima sistem administrasi kependudukan
5. Memantapkan fungsi dan peranan Database dan Informasi Kependudukan Daerah
terintegrasi Nasional yang berlandaskan pada tertib administrasi kependudukan
dan layanan prima administrasi kependudukan.
6. Menjadikan Database dan Informasi Kependudukan Daerah untuk dapat
memberikan kontribusi pada pemerintah, dunia bisnis, dan dunia internasional
7. Menjadikan Database dan Informasi Kependudukan Daerah memiliki tingkat
kepercayaan (trust) yang tinggi dan diakui oleh dunia internasional untuk
mendukung kerja sama multilateral bidang pertahanan dan keamanan, seperti
cross border cyber crime, bidang perekonomian (international investment), dan
149
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
bidang lainnya, sehingga daerah memiliki daya saing yang tinggi untuk
menghadapi persaingan global.
8. Membangun masyarakat Sumatera Utara menjadi masyarakat informasi
(Information Society) dan masyarakat berpengetahuan (Knowledge base society).
9. Membangun database dan Informasi kependudukan yang terintegrasi dengan data
lain terkait. mengembangkan sistem yang terhubung dengan data lain yang
berasal dari berbagai lembaga dan sesuai dengan data yang telah ada agar mudah
diakses oleh pemangku kepentingan.
10. Mendukung dan Menyukseskan Pelaksanaan Sensus Penduduk, Sensus Ekonomi,
Sensus Pertanian, SUPAS, SUSENAS, SDKI, Pendataan Keluarga/Mutasi Data
Keluarga dan berbagai sensus maupun survey lainnya.
Gambar 5.7. Roadmap Kondisi Pengembangan Manajemen Database Dan
Informasi Kependudukan Diinginkan
ROADMAP 2011-2015
ROAD MAP
2016-2020
ROADMAP 2021-2025
ROADMAP 2026-2030
ROADMAP 2031-2035
Terciptanya tertib administrasi kependudukan
Terciptanya pelayanan prima administrasi kependudukan
Tercipta kondisi masyarakat berbasis database dan Informasi kependuduk-an
Terciptanya integrasi data dan informasi kependuduk-an dari berbagai sumber dalam suatu database dan bebas diakses
Terciptanya pendayagunaan data dan informasi kependuduk-an sebagai sistem pendukung keputusan
150
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
Tabel 5.5. Kondisi Diinginkan Akhir Roadmap Menurut Indikator dan Parameter
Pengembangan Manajemen Database Dan Informasi Kependudukan
Provinsi Sumatera Utara 2010-2035
Indikator
Periode Roadmap 2010-2035
2011-
2015
2016-
2020
2021-
2025
2026-
2030
2031-
2035
Indikator Kualitatif
Periode konsolidasi ke dalam dan tertib
administrasi kependudukan
XXX
XX
XXX
X
XXX XX XX
Periode pelayanan prima administrasi
kependudukan
XXX
X
XXX
XX
XXX
X
XXX XX
Periode pengembangan masyarakat
berbasis pengetahuan (knowledge base
society)
XXX XXX
X
XXX
XX
XXX
X
XXX
Periode integrasi data dan informasi
kependudukan dari berbagai sumber ke
dalam suatu database yang dapat diakses
oleh berbagai pihak yang memerlukan
XXX XXX
X
XXX
XX
XXX
X
XXX
Periode peningkatan pendayagunaan
data dan informasi kependudukan
sebagai Sistem Pendukung Keputusan
(Decision Support System)
XXX XXX
X
XXX
X
XXX
X
XXX
XX
Indikator Kuantitatif
Persentase penduduk dapat
menunjukkan catatan sipil berupa akte
kelahiran
50 60 70 80 90
Persentase penduduk menguasai akses
computer
10 20 40 60 80
151
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035
PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
P E N U T U P
Provinsi Sumatera Utara sesuai dengan hasil Sensus Penduduk 2010 mengalami peningkatan
jumlah penduduk sebesar 1,11 persen dengan jumlah penduduk sekitar 13 juta jiwa yang
sebelumnya sekitar 11,5 juta jiwa menurut Sensus penduduk 2000. Keadaan ini tetap
menempatkan Provinsi Sumatera Utara posisi ke-4 terbesar jumlah penduduknya setelah
Jawa Barat dengan jumlah penduduk sekitar 43 juta jiwa, Jawa Timur sekitar 38 juta jiwa dan
Jawa Tengah sekitar 35 juta jiwa. Sejauh ini angka kelahiran di Provinsi Sumatera Utara
cukup tinggi, yaitu dengan angka kelahiran 3. Kondisi ini cukup mengkuatirkan jika tidak
ditangani sejak dini maka ancaman ledakan penduduk di Provinsi Sumatera Utara tidak akan
terbendung lagi. Ini berarti masalah kependudukan tetap merupakan tantangan, diantaranya
adalah masalah kuantitas penduduk, kualitas penduduk, mobilitas penduduk, database
kependudukan, kesempatan kerja, kebutuhan pangan, kesehatan, pendidikan, kemiskinan,
urbanisasi, disparitas kepadatan penduduk, lansia dan sebagainya.
Masalah kependudukan haruslah mendapat perhatian penuh dari pemerintah. Dengan
demikian pemerintah pusat maupun daerah harus memprioritaskan pembangunan
kependudukan. Penggalangan secara berkelanjutan perlu dilakukan guna mewujudkan adanya
komitmen semua pihak untuk menyadari pentingnya akan pembangunan berwawasan
kependudukan. Realita adanya penurunan program-program kependudukan yang pernah
berjaya di masa lalu telah mengalami stagnasi saat ini dan jelas akan memberikan pengaruh
kepada upaya-upaya percepatan pembangunan kesejahteraan, khususnya dalam
meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan pencapaian target MDGs.
Disamping itu tantangan global yang menyangkut perubahan mendasar dinamika
kependudukan (transisi demografi, transisi epidemiologi dan transisi pendidikan),
perkembangan IPTEK dan berkembangnya peradaban baru yang membuka cakrawala baru
pandangan dunia, negara dan masyarakat, kebijakan pasaran bebas, revolusi informasi,
telekomunikasi dan transportasi, perubahan lingkungan, demokratisasi dan reformasi
pemberdayaan dan kemitraan juga diperlukan keupayaan penyelesaian secara komprehensif,
sinergis dan berkelanjutan.
BAB
VI
152
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035
PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
Keupayaan penyelesaian permasalahan tersebut diantaranya adalah diperlukannya komitmen
dari semua pihak baik kalangan pelaksana program (birokrat), stakeholders, swasta, LSM,
teknokrat, akademisi, semua kelembagaan/institusi masyarakat dan dukungan DPRD
tentunya. Disamping itu, juga perlu adanya penggalangan dan peningkatan koordinasi,
keterpaduan, penyerasian serta kemitraan lintas sektor dan fungsional perlu dilakukan melalui
advokasi, sosialisasi, promosi dan fasilitasi dalam menentukan program-program serta
kebijakan pembangunan berwawasan kependudukan dan berkelanjutan yang mengarah ke
masa depan.
Secara garis besar Pembangunan Kependudukan meliputi lima aspek penting: Pertama,
berkaitan dengan kuantitas penduduk antara lain jumlah , struktur dan komposisi, laju
pertumbuhan penduduk serta penyebaran penduduk. Kedua, berkaitan dengan kualitas
penduduk yang berhubungan dengan status kesehatan dan angka kematian, tingkat
pendidikan dan angka kemiskinan. Ketiga, berkaitan dengan mobilitas penduduk seperti
tingkat migrasi yang mempengaruhi persebaran penduduk antara wilayah, baik antar pulau
maupun antara perkotaan dan pedesaan. Kelima, berkaitan dengan keterpaduan dan
penyerasian kebijakan kependudukan agar mempunyai arah sasaran bersama yang tepat dan
tidak tumpang tindih dalam keterpaduan yang berkelanjutan.
Untuk mengatasi persoalan tersebut di atas, maka sudah sewajarnya daerah baik provinsi
maupun kabupaten/kota merumuskan acuan bagi pembangunan kependudukan di masa
mendatang dalam bentuk Grand Design Pembangunan Kependudukan (GDPK) Tahun 2011-
2035. Grand Design Pembangunan Kependudukan adalah suatu dokumen rumusan
perencanaan pembangunan kependudukan daerah untuk jangka waktu 35 tahun ke depan dan
dijabarkan setiap 5 tahunan yang berisi tentang kecenderungan parameter kependudukan,
issue-issue penting kependudukan dan program-program pembangunan kependudukan yang
meliputi pengendalian kuantitas penduduk, pembangunan kualitas penduduk, pembangunan
keluarga, penataan persebaran dan pengaturan mobilitas penduduk serta pembangunan
database kependudukan.
Grand Design Pembangunan Kependudukan (GDPK) selain diperlukan sebagai arah bagi
kebijakan kependudukan di masa depan dan secara khusus juga diharapkan dapat sejalan
dengan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJP) Provinsi Sumatera
Utara.Dengan arah, kebijakan dan pokok-pokok pembangunan kependudukan yang tertuang
153
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035
PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
dalam Grand Design Pembangunan Kependudukan diharapkan akan terwujudnya kondisi
penduduk yang berkualitas sebagai modal pembangunan untuk mencapai Sumatera Utara
yang mandiri, maju, adil, dan sejahtera sebagai keupayaan mendukung Visi Pembangunan
Sumatera Utara,yakni “Terwujudnya masyarakat Sumatera Utara yang beriman, maju,
mandiri, mapan dan berkeadilan di dalam kebhinekaan” di masa depan.
Grand Desaign pembangunan kependudukan ini diharapkan untuk ditindaklanjuti dalam
bentuk sosialisasi, advokasi serta monitoring terhadap berbagai pemangku kepentingan dan
kebijakan baik pada tingkat Provinsi maupun pada tingkat Kab/Kota. Pada masing – masing
Kab/Kota agar mempersiapkan Grand Desaign Pembangunan Kependudukan sesuai dengan
kondisi kependudukan dan kebutuhan pembangunan di daerah masing-masing dalam rangka
pembangunan yang berwawasan kependudukan.
154
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035
PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
DAFTAR PUSTAKA
Adioetomo, Sri Murtiningsih. 2005. “Bonus Demografi Menjelaskan Hubungan antara
Pertumbuhan Penduduk dengan Pertumbuhan Ekonomi” Pidato Pengukuhan Guru
Besar Fakultas Ekonomi UI. Jakarta: FE-UI.
Badan Pusat Statistik. 2000. Sensus Penduduk 2000. Jakarta.
——. 2002. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2002. Jakarta.
——. 2007. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2007. Jakarta.
——. 2007. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2012. Jakarta.
——. 2010. Sensus Penduduk 2010. Jakarta.
——. 2011. Survei Angkatan Kerja Nasional 2011. Jakarta.
——. 2010. Sumatera Utara Dalam Angka 2009. Medan : BPS
Badan Koodinasi Keluarga Berencana Nasional, 2010. Survei Demografi dan Kesehatan
Indonesia 2007 Provinsi Sumatera Utara. Jakarta : BKKBN.
-------,2010. Hasil Pendataan Keluarga Provinsi Sumatera Utara tahun 2009. Medan :
BKKBN.
-------,2010. Snapshot Berbagai Indikator Kesehatan Reproduksi : Sumatera Utara. Jakarta ;
BKKBN.
-------,2011. Profil : Hasil Pendataan Keluarga Dan Pemutakhiran Data Keluarga Provinsi
Sumatera Utara Tahun 2010. Medan : Perwakilan BKKBN.
-------,2011. Rakerda: Pembangunan Kependudukan Dan Keluarga Berencana Tahun 2011.
Medan : BKKBN.
Faturochman, dkk, 2004. Dinamika Kependudukan Dan Kebijakan. Yogyakarta : Pusat Studi
Kependudukan dan Kebijakan UGM.
Kantor Menteri Negara Kependudukan/BKKBN, 1995. Transisi Demografi, transisi
155
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035
PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
pendidikan, dan transisi Kesehatan di Indonesia. Jakarta : Kantor Menteri Negara
Kependudukan/BKKBN.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Riset Kesehatan Dasar 2010. Jakarta :
Kementerian Kesehatan .
Kementrian Koordinator Kesejahteraan Rakyat, 2012. Grand Design Pembangunan
Kependudukan Tahun 2011-2035. Jakarta : Kementrian Koordinator Bidang
Kesejahteraan Rakyat.
Mantra, Ida Bagus, 1985. Pengantar Studi Demografi. Yogyakarta : Nur Cahaya.
Nasution, Muhammad Arifin, 2008. Perencanaan Pembangunan Daerah. Medan : USU
Press.
Pemerintah Provinsi Sumatera Utara, 2008. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah
(RPJPD) Provinsi Sumatera Utara Tahun 2005-2025.
Permana, Ida bagus, 2011. Kebijakan Dan Strategi Oprerasional Pengendalian Penduduk.
Jakarta : BKKBN.
Riyadi, 2005. Perencanaan Pembangunan Daerah : Strategi Menggali Potensi Dalam
Mewujudkan Otonomi Daerah. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
156
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035
PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
LAMPIRAN
157
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035
PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
158
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035
PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
159
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035
PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
160
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035
PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
161
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035
PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
162
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035
PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
163
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035
PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
164
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
SUMATERA UTARA 2011 - 2035
PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA