99
GRATIFIKASI DALAM AL-QUR’AN MENURUT AMA MUST AA A-MAR DALAM TASR A-MAR Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag) Oleh: Anis Khoiru Ummah NIM. 1111034000006 PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1439 H./2017 M.

GRATIFIKASI DALAM AL ’A E18587 A 0A 86 7 A A A 0A DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37510/2/ANIS... · A 0A 86 7 A A . A -0A . DALAM. 7A 6 A -0A . Skripsi

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: GRATIFIKASI DALAM AL ’A E18587 A 0A 86 7 A A A 0A DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37510/2/ANIS... · A 0A 86 7 A A . A -0A . DALAM. 7A 6 A -0A . Skripsi

GRATIFIKASI DALAM AL-QUR’AN MENURUT A MA MUS T A A

A -MAR DALAM TA S R A -MAR

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Oleh:

Anis Khoiru Ummah

NIM. 1111034000006

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1439 H./2017 M.

Page 2: GRATIFIKASI DALAM AL ’A E18587 A 0A 86 7 A A A 0A DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37510/2/ANIS... · A 0A 86 7 A A . A -0A . DALAM. 7A 6 A -0A . Skripsi
Page 3: GRATIFIKASI DALAM AL ’A E18587 A 0A 86 7 A A A 0A DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37510/2/ANIS... · A 0A 86 7 A A . A -0A . DALAM. 7A 6 A -0A . Skripsi
Page 4: GRATIFIKASI DALAM AL ’A E18587 A 0A 86 7 A A A 0A DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37510/2/ANIS... · A 0A 86 7 A A . A -0A . DALAM. 7A 6 A -0A . Skripsi

ii

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah diuji pada Sidang Terbuka pada:

Hari, tanggal : Rabu, 01 November 2017

Pukul : 13.00 WIB

Pembimbing : Drs. A. Rifqi Muchtar, MA

Ketua Sidang : Dr. M. Suryadinata, M.Ag

Sekretaris : Dra. Banun Binaningrum, M.Pd

Tim Penguji : 1. Dr. Abdul Moqsith Ghazali, MA

2. Muslih, Lc, M.Ag.

Page 5: GRATIFIKASI DALAM AL ’A E18587 A 0A 86 7 A A A 0A DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37510/2/ANIS... · A 0A 86 7 A A . A -0A . DALAM. 7A 6 A -0A . Skripsi
Page 6: GRATIFIKASI DALAM AL ’A E18587 A 0A 86 7 A A A 0A DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37510/2/ANIS... · A 0A 86 7 A A . A -0A . DALAM. 7A 6 A -0A . Skripsi

iv

ABSTRAK

Anis Khoiru Ummah

Gratifikasi Dalam Al-Qur’an Menurut Ahmad Mustafa Al-Marâghî Dalam

Tafsir Al-Marâghî.

Gratifikasi dalam pengertian mendasar yaitu sebuah pemberian, yang

diberikan diluar gaji yang telah ditetapkan. Islam tidak mengenal istilah

gratifikasi, namun istilah yang mendekati dalam penjelasaan mengenai gratifikasi

adalah hadiah dan risywah, risywah dalam bahasa Indonesa disebut suap. Hadiah

jika diberikan semata-mata karena Allah, tanpa tujuan dan kepentingan apapun,

juga bukan karena pekerjaan atau jabatannya. Maka hadiah tersebut bukan

merupakan gratifikasi. Sementara hadiah yang diberikan berkaitan dengan

pekerjaan dan jabatan, serta memiliki tujuan dan kepentigan dalam Islam dikenal

dengan istilah risywah. Risywah atau gratifikasi adalah perbuatan tercela (batil).

Al-Maraghi mengatakan bahwa gratifikasi adalah salah satu hal yang

mengandung kebatilan, seperti kejahatan dalam jual beli, penipuan, pencurian,

korupsi, penyalahgunaan harta untuk kejahatan dan lain sebagainya. Menurut Al-

gh untuk terhindar dari hal-hal tersebut, seseorang hendaknya mengikuti

petunjuk yang diberikan Allah dalam Al-Qu ’ n sebagaimana dalam tafsirnya,

seperti ketentuan dalam memperoleh dan membelanjakan harta. Oleh karena itu

seseorang tidak dibolehkan mencari penghidupan dengan cara-cara yang di larang

oleh sy i’ t (g tifik si), k en h l ini k n me ugik n dan membahayakan

orang lain. Seharusnya dalam mencari penghidupan hendaknya dengan cara yang

di h l lk n oleh sy i’ t, sehingg tid k me ugik n orang lain. Islam

memerintahkan pula untuk menghormati jiwa orang lain, sebagaimana

menghormati jiwa sendiri. Oleh karena itu seorang tidak dibenarkan dan

dibolehkan berbuat aniaya dengan membunuh diri sendiri maupun orang lain, agar

tenhindar dari kesusahan dan kesengsaraan hidup. Walau bagaimanapun beratnya

musibah yang menimpanya, hendaknya bersabar, berharap dan tidak boleh

berputus asa terhadap pertolongan Allah.

Penelitian ini adalah penelitian tokoh, dan lazim disebut dengan studi

tokoh yang termasuk jenis penelitian kualitatif, dengan menggunakan karya-karya

Ahmad Mustafa Al-Marâghî baik berupa buku/kitab serta naskah-naskah lainya

sebagai sumber data primer, sedangkan karya-karya orang lain baik yang pro

maupun yang kontra dijadikan sebagai sumber data sekunder, begitu juga halnya

data yang diperoleh melalui internet, bertujuan menggambarkan dan

mengungkapkan pemikiran Ahmad Mustafa Al-Marâghî mengenai gratifikasi.

Metode yang digunakan adalah Library Research (kepustakaan), dengan

menggunakan analisis deskriptif.

- -

Page 7: GRATIFIKASI DALAM AL ’A E18587 A 0A 86 7 A A A 0A DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37510/2/ANIS... · A 0A 86 7 A A . A -0A . DALAM. 7A 6 A -0A . Skripsi

v

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah swt., Dzat yang memberikan nikmat dan

karunia yang tak terhingga. Salawat serta salam tak lupa penulis curahkan

kepada sosok manusia paling sempurna, Nabi Muhammad saw., Rasul

penutup para Nabi, serta doa untuk keluarga, sahabatnya, dan para

pengikutnya.

Melalui upaya dan Usaha yang melelahkan, Alhamdulillāh akhirnya

dengan rahmat dan Syafaatnya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

dengan sebaik-baiknya. Hambatan yang penulis rasakan dalam penyusunan

skripsi ini, alḥamdulillāh dapat teratasi berkat tuntunan serta bimbingan-

Nya dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin

menyampaikan ungkapan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Dede Rasyada, MA, selaku Rektor UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Prof. Dr. Masri Mansoer, M.Ag, selaku Dekan Fakultas

Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, beserta para pembantu

Dekan.

3. Ibu Dr. Lilik Ummi Kaltsum, MA., selaku Ketua Jurusan Tafsir

Hadis, Dra. Banun Binaningrum, M.Pd, dan kak Hani Hilyati, S.Th.I,

selaku Staf Jurusan Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak Prof. Dr. H. M. Ridwan Lubis, MA selaku dosen pembimbing

akademik penulis yang bersedia meluangkan waktunya untuk

Page 8: GRATIFIKASI DALAM AL ’A E18587 A 0A 86 7 A A A 0A DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37510/2/ANIS... · A 0A 86 7 A A . A -0A . DALAM. 7A 6 A -0A . Skripsi

vi

memberikan saran dan masukan seputar perkuliahan dan penelitian

yang hendak penulis ambil.

5. Bapak Drs. Ahmad Rifqi Muchtar, MA, selaku dosen pembimbing

skripsi, yang selalu memberikan dedikasinya kepada penulis, bersabar

memberikan ilmu dan bimbingannya selama penulis berada di bawah

bimbingannya. Melalui beliau, tumbuh ide-ide baru, pemikiran baru,

sehingga penulis lebih bersemangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Seluruh dosen Fakultas Ushuluddin yang telah memberikan

dedikasinya mendidik penulis, memberikan ilmu, pengalaman, serta

pengarahan kepada penulis selama masa perkuliahan.

7. Segenap pimpinan dan karyawan, Perpustakaan Studi Al-Qur’an

(PSQ), Perpustakaan Pascasarjana, Perpustakaan Utama dan

Perpustakaan Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

8. Ust. Fauzy, Ustadzah Nur’aini hasan, Ibu Gifty, yang bersedia pula

memberi masukan, ilmu baru, dorongan serta do’anya agar penulis tak

patah semangat dalam menghadapi kesulitan menyusun skripsi ini.

9. Ayahanda tercinta (Bay Susanto) dan Ibunda tersayang (Nenti

Rakhmawati) yang selalu mencurahkan kasih sayangnya, dengan do’a,

dukungan moril maupun materil, semangat dan rasa cintanya yang tak

terhingga, yang selalu dicurahkan sepanjang masa. Kakakku (Restu

Wahyu Aulia) dan adik-adikku tersayang (Hifdziyatul Maula, Ilham

Maulana Hafidz, Mauidzotun Avissa)yang selalu ceria menemani

Page 9: GRATIFIKASI DALAM AL ’A E18587 A 0A 86 7 A A A 0A DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37510/2/ANIS... · A 0A 86 7 A A . A -0A . DALAM. 7A 6 A -0A . Skripsi

vii

penulis dengan segenap keceriaan canda dan tawa, selalu

menyempatkan menyemangati penulis dikala sedang mengalami

kesulitan dalam penulisan. Pipit, Eva, Vita, Aie, Sandi, Serta seluruh

keluarga besar yang memberikan motivasi kepada penulis.

10. Teman seperjuangan Wilda Kamalia, Intan Tri A, Siti Annisa, Annisa

Maqbullah, Eka Syarifah, Seman Ansyarie, Nur Hidayat, Ridhan F,

Rajab Husein, Syahrul Bunyan, Saiful Fajar, Bazit Zein, Muflih

Hidayat, Ahmad Zaim, Azka Fahri dan Seluruh teman-teman sektor-

11 (Tafsir Hadis 2011) dari A hingga E yang selalu kompak setia

menemani penulis memberikan warna-warni kehidupan. “Buat semua

makasih ya untuk kebersamaannya dan support kalian. Trust me ! i

never forget our moment and experience. “puun uldi&dpr”

11. Kepada pihak-pihak yang turut membantu dan berperan dalam proses

penyelesaian skripsi ini, namun luput untuk penulis sebutkan, tanpa

mengurangi rasa terima kasih penulis.

Penulis berharap semoga skripsi ini sedikit banyak dapat bermanfaat

bagi pembaca dan semoga Allah swt. selalu memberkahi dan membalas

semua kebaikan pihak-pihak yang turut serta membantu penyelesaian

skripsi ini.

Āmīn yā Rabb al-Ālamīn

Ciputat, 20 September 2017

Anis Khoiru Ummah

Page 10: GRATIFIKASI DALAM AL ’A E18587 A 0A 86 7 A A A 0A DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37510/2/ANIS... · A 0A 86 7 A A . A -0A . DALAM. 7A 6 A -0A . Skripsi

viii

PEDOMAN TRANSLITERASI HURUF ARAB-LATIN

Skripsi ini menggunakan “Pedoman Penulisan Skripsi” yang terdapat

dalam Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Ceqda 2007 dan Pedoman Akademik

Universitas Islam Negeri Syarif Hidyatullah Jakarta 2011/2012.

Padanan Aksara

No. HurufArab HurufLatin Keterangan

Tidak dilambangkan ا 1

b Be ب 2

t Te ت 3

ts Te dan es ث 4

j Je ج 5

h Ha dengan garis bawah ح 6

kh Ka dan ha خ 7

d De د 8

dz De dan zet ذ 9

r Er ر 10

z Zet ز 11

s Es س 12

sy Es dan ye ش 13

s Es dengan garis di bawah ص 14

d De dengan garis di bawah ض 15

t Te dengan garis di bawah ط 16

z Zet dengan garis di bawah ظ 17

ع 18

„ Koma terbalik di atas hadap

Kanan

gh Ge dan ha غ 19

f Ef ف 20

Page 11: GRATIFIKASI DALAM AL ’A E18587 A 0A 86 7 A A A 0A DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37510/2/ANIS... · A 0A 86 7 A A . A -0A . DALAM. 7A 6 A -0A . Skripsi

ix

q Ki ق 21

k Ka ك 22

l El ل 23

m Em م 24

n En ن 25

w We و 26

h Ha ه 27

Apostrof „ ء 28

y Ye ي 29

Vokal

Vokal dalam bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari

vokal tuggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong.

Untuk vokal tunggal, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut:

No. VokalArab VokalLatin Keterangan

1

a Fathah

2

i Kasrah

3

u Dammah

Adapun untuk vokal rangkap, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai

berikut:

No. VokalArab VokalLatin Keterangan

1

ai A dan i

2

au A dan u

Vokal Panjang

ketentuan alih aksara vokal panjang (madd), yang dalam bahasa Arab

dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu:

Page 12: GRATIFIKASI DALAM AL ’A E18587 A 0A 86 7 A A A 0A DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37510/2/ANIS... · A 0A 86 7 A A . A -0A . DALAM. 7A 6 A -0A . Skripsi

x

No.

VokalArab

VokalLatin

Keterangan

1

â A dengan topi di atas

2

î I dengan topi di atas

3

û u dengan topidi atas

Kata Sandang

Kata sandang yang dalam sistem aksaraArab dilambangkan dengan huruf,

yaitu dialihaksarakan menjadi huruf /I/, baik diikuti oleh huruf syamsiyyah,

maupun huruf qamariyyah. Contoh: al-rijâl bukan ar-rijâl, al-dîwân bukan ad-

dîwân.

Syaddah (Tasydîd)

Syaddah atau tasydîd yang dalam tulisan Arab yang dilambangkan dengan

sebah tanda ( _ ) dalam alih aksara ini dilambangkan dengan huruf, yaitu dengan

menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah itu. Akan tetapi, hal ini tidak

berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata sandang

yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyyah. Misalnya, kata tidak ditulis ad-

darûrah, melainkan al-darûrah, demikian dan seterusnya.

Ta Marbûtah

Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûtah terdapat pada kata

yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /h/ (lihat

contoh 1 di bawah). Hal yang sama juga berlaku jika ta marbûtah tersebut diikuti

oleh kata sifat (na’t) (lihat contoh 2). Namun, jika huruf ta marbûtah tersebut

diikuti kata benda ism), maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /t/

(lihat contoh 3). Contoh:

No Kata Arab Transliterasi

1

Tarîqah

2

al-jâmiʻah al-Islâmiyyah

3

Wahdat al-wujûd

Page 13: GRATIFIKASI DALAM AL ’A E18587 A 0A 86 7 A A A 0A DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37510/2/ANIS... · A 0A 86 7 A A . A -0A . DALAM. 7A 6 A -0A . Skripsi

xi

Huruf Kapital

Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf kapital dikenal, dalam alih

aksara ini huruf kapital ini juga digunakan, dengan mengikuti ketentuan yang

berlaku dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) bahasa Indonesia, antara lain

untuk menulisakna permulaan kalimat, huruf awal nama tempat, nama bulan,

nama diri dan lain-lain. Penting diperhatikan, jika nama diri didahului oleh kata

sandang, maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri

tersebut, bukan huruf awal atau kata sandangnya. Contoh: Abû Hâmid al-Ghazâlî,

bukan Abû Hâmid Al-Ghazâlî, al-kindi bukan Al-Kindi.

Beberpa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga dapat diterapkan

dalam alih aksara ini, misalnya ketentuan mengenai huruf cetak miring (italic)

atau cetak tebal (bold). Jika menurut EYD, judul buku itu ditulis dengan cetak

miring, maka demikian halnya dalam alih aksaranya. Demikian seterusnya.

Berkaitan dengan penulisan nama, untuk nama-nama tokoh yang berasal

dari dunia Nusantara sendiri, disarankan tidak dialih aksarakan meskipun akar

katanya berasal dari bahasa Arab. Misalnya ditulis Abdussamad al-Palimbani,

tidak „Abd al-Samad al-Palimbânî; Nuruddin al-Raniri, tidak Nur al-Dîn al-Rânîrî.

Page 14: GRATIFIKASI DALAM AL ’A E18587 A 0A 86 7 A A A 0A DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37510/2/ANIS... · A 0A 86 7 A A . A -0A . DALAM. 7A 6 A -0A . Skripsi

xii

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN .........................................................................

TIM PENGUJI SKRIPSI ............................................................................

PERSETUJUAN TIM PENGUJI ...............................................................

ABSTRAK ....................................................................................................

KATA PENGANTAR ..................................................................................

PEDOMAN TRANSLITERASI .................................................................

DAFTAR ISI ................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................

A. Latar Belakang Masalah .............................................................

B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah .....................

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................................

D. Metodologi Penelitian .................................................................

E. Kajian Pustaka ............................................................................

F. Sistematika Penulisan .................................................................

BAB II -

- ...........................

A. Biografi l- gh

1. Sej h Hidup .....

2. Aktivit s Keilmu n .....

3. Pemiki n d n K y ..

B. Karakteristik Tafsir l- gh ....

1. Sistematika Penulisan

2. etode d n Co k T fsi ...

N N N ……….

A. Penge ti n G tifik si . ........

B. Unsur-unsu d n K ite i G tifik si ..

1. Unsur-unsur Gratifikasi . .........

2. K ite i G tifik si . ........

C. Pe bed n G tifik si deng n Su p

D. G tifik si seb g i Peny l hgun n H t .

BAB IV GRATIFIKASI DALAM AL-Q ’ N N -

…………………………………………………………………

A. Tafsir Qs-al-Baqarah/2: 188 .....

B. Tafsir QS. Al-Nissa/4: 29-30 ...

i

ii

iii

iv

v

viii

xii

1

1

5

6

7

7

10

12

12

12

13

14

22

22

23

25

25

30

30

35

38

42

45

45

56

Page 15: GRATIFIKASI DALAM AL ’A E18587 A 0A 86 7 A A A 0A DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37510/2/ANIS... · A 0A 86 7 A A . A -0A . DALAM. 7A 6 A -0A . Skripsi

xiii

BAB V PENUTUP .....................................................................................

A. Kesimpulan ...............................................................................

B. Saran-saran ...............................................................................

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................

Lampiran-lampiran

68

68

69

70

Page 16: GRATIFIKASI DALAM AL ’A E18587 A 0A 86 7 A A A 0A DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37510/2/ANIS... · A 0A 86 7 A A . A -0A . DALAM. 7A 6 A -0A . Skripsi

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.

Fenomena semakin meningkatnya kebutuhan hidup manusia dewasa ini,

menjadikan banyak orang melakukan berbagai macam hal untuk memenuhinya.

Keterdesakan yang mengungkung seseorang tidak jarang memaksa orang yang

bersangkutan untuk melakukan segala cara dan menghalalkan berbagai

improvisasi. Hal itu ditandai dengan maraknya kasus pungutan liar yang

meramaikan daftar pemberitaan media setiap harinya. Di sisi lain, mereka yang

menginginkan urusannya menjadi lebih cepat, lebih lancar dan dapat dituntaskan

sesuai keinginan, tidak segan-segan untuk membayarkan sejumlah bayaran

kepada pihak yang memiliki kewenangan menyelesaikan urusan yang dimaksud.

Bentuk-bentuk perilaku kotor yang kerap kali terjadi di tengah-tengah

masyarakat ini kian hari kian menimbulkan dampak yang semakin memburuk.

Salah satu dari dampak yang cukup penting untuk dijadikan bahan perenungan

adalah menurunnya tingkat kepercayaan masyarakat (public trust) terhadap para

pelaku dan lembaga yang mengelola urusan umum, baik bersifat swasta ataupun

pemerintah. Maka oleh sebab terbentuknya image buruk tersebut terjadilah

ketimpangan dalam setiap urusan kehidupan.

Satu dari sekian perilaku buruk pengelola urusan masyarakat yang sudah

menjadi rahasia umum adalah sikap menerima uang, barang, tips atau apapun

namanya dengan tujuan memuluskan suatu urusan di luar prosedur yang telah

ditetapkan. Perilaku seperti ini sering diistilahkan sebagai risywah atau dalam

Page 17: GRATIFIKASI DALAM AL ’A E18587 A 0A 86 7 A A A 0A DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37510/2/ANIS... · A 0A 86 7 A A . A -0A . DALAM. 7A 6 A -0A . Skripsi

2

terminologi masyarakat negeri ini disebut sebagai suap. Kasus suap ini adalah

bagian dari model korupsi yang marak terjadi di negeri ini, baik dari tingkat

eksekutif hingga tingkat RT.

Berdasarkan survey yang dilakukan oleh PERC (Political & Economic

Risk Consultancy) yang berbasis di Hongkong, dalam survei persepsi korupsi

2011 terhadap pelaku bisnis, Indonesia menjadi negara paling korups dari 16

negara di kawasan Asia Pasifik.1 Sejak 2004, jumlah laporan soal gratifikasi

terus meningkat hingga 2011. Namun angkanya sempat turun pada 2012. Untuk

2010 ada 349 laporan, 2011 sebanyak 1.373 laporan, dan 2012 sebanyak 1.158

laporan.2 Hal yang menunjukkan semakin buruknya indeks korupsi Indonesia

juga dipertegas dengan rangking Indonesia yang semakin meningkat, dimana

berdasarkan rilis Transparancy Internasional indeks tingkat korupsi di Indonesia

naik dari peringkat 100 menjadi 118 pada tahun 2012.

Kasus suap ini tidak hanya menjadi masalah di tingkat pemegang

kebijakan saja, baik legislative, yudikatif dan eksekutif. Akan tetapi kasus suap

ini sudah menjadi budaya yang menjalar ke setiap segmen kehidupan

bermasyarakat. Meskipun ditingkat pemegang kebijakan, telah dibentuk

Undang-undang tindak pidana suap No.11 tahun 1980, bahkan dibentuk pula

lembaga khusus bernama KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi), namun kasus

suap ini nampaknya belum dapat ditaklukkan, karena bahkan sebagian dari

pengelola kebijakan Negara ini "bertekuk lutut" dihadapan virus yang bernama

suap dan gratifikasi.

1 Survey PERC;Indonesia Negara Terkorup di Asia pasifik, http://nasional.Kompas, com, di-

akses 22/2/2013 pukul. 16.53. 2 KPK Akan Selidiki Suap Berupa Iming-iming Seks, www.Tempo. CO, 09/03/2013 Pukul.

16.59.

Page 18: GRATIFIKASI DALAM AL ’A E18587 A 0A 86 7 A A A 0A DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37510/2/ANIS... · A 0A 86 7 A A . A -0A . DALAM. 7A 6 A -0A . Skripsi

3

Gratifikasi ialah uang hadiah kepada pegawai diluar gaji yang telah

ditentukan.3 Merupakan suatu perbuatan yang dilarang negara dan agama.

Hadiah yang digolongkan gratifikasi adalah hadiah yang diberikan orang lain

(bukan yang memberinya tugas atau gaji atas tugasnya) kepada petugas,

pegawai, hakim, dan lain sebagainya. Meskipun semata-mata hanya sebagai

hadiah, orang lain tersebut tidak berhak memberinya hadiah karena

pekerjaannya.4

Perilaku memakan harta haram dengan cara (Gratifikasi) risywah ini

memang sudah sangat mengakar di tengah-tengah masyarakat negeri ini, dan

masyarakat dunia secara umum. Itulah sebabnya, pemerintah mengatur dalam

UU mengenai gratifikasi dalam pasal 12 b ayat 1 UU. No. 31 Tahun 1999 juncto

UU. NO. 20 tahun 2001, bahwa:

“ Yang dimaksud gratifikasi dalam ayat ini adalah pemberian dalam arti

luas, yakni meliputi pemberian uang, barang, rabat (discount), komisi,

pimnjaman tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas penginapan, perjalanan

wisata, pengobatan cuma-cuma, dan fasilitas lainnya. Gratifikasi tersebut baik

yang diterima di dalam negeri maupun luar negeri dan yang dilakukan

menggunakan sarana elektronik atau tanpa sarana elektronik.5

Secara konstitusional, gratifikasi diakui sebagai kejahatan luar biasa, namun

dalam prakteknya, yang terungkap cenderung direduksi menjadi persoalan

oknum dan bukan persoalan kultur. padahal, faktor kultural dalam masyarakat

3Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,

2007), h. 371. 4Lainy Kholilah, “Gratifikasi dalam perspektif hadis ( Telaah Hadis dalam Kitab sunan Abu

Dawus No. Indeks 2943),” (Skripsi S1 Fakultas Ushulussin dan Filsafat Program Studi Ilmu al-Qur‟an

dan tafsir, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, 2015), h. 3 5 Ermansjah Djaja, KUHP Khusus: kompilasi Ketentuan Pidana dalam Undang-Undang Pidana

Khusus, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), h. 247

Page 19: GRATIFIKASI DALAM AL ’A E18587 A 0A 86 7 A A A 0A DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37510/2/ANIS... · A 0A 86 7 A A . A -0A . DALAM. 7A 6 A -0A . Skripsi

4

cenderung kondusif untuk mendorong terjadinya korupsi, seperti nilai dan atau

pemberian hadiah kepada pejabat dan atau pegawai pemerintah.6

Islam pun mengaturnya sejak awal kedatangannya, Rasulullah saw telah

menengarai masalah pelik yang berkaitan dengan cara memperoleh harta ini

sebagaimana sabdanya yang diriwayatkan oleh al-Bukhari.

أخذماالمزءيباليلسمان الناسعلىيأتيقال:ملسو هيلع هللا ىلصالنبيعه،عنهللارضي،هزيزةأبيعه

الحزاممهأمالحاللأمهمنه

Dari Abu Hurairah RA., Rasulullah saw bersabda, "Akan datang kepada

manusia suatu zaman, seseorang tidak peduli lagi dari mana ia mendapatkan

hartanya, apakah dari jalan yang halal atau haram." (HR. al-Bukhāri).7

Fahmi Salim dalam karyanya menyatakan bahwa gratifikasi adalah salah

satu dari jenis-jenis korupsi, berdasarkan hadis larangan menerima hadiah bagi

pejabat. Juga mengutip komentar Imam Syafi‟i tentang hadis tersebut dalam

kitab al-Umm Vol. 2/63. Bahwa apabila seorang warga memberikan hadiah

kepada pejabat, jika hadiah itu dimaksudkan untuk memperoleh sesuatu hak,

atau sesuatu yang batil, haram atas pejabat itu menerimanya.8 Berbeda dengan

al-Syafi‟ i, Mansur ibn Idris al-Bahuti, penulis buku Kasyf al- t -

mengemukakan bahwa apabila pihak pertama memberikan sesuatu kepada

pihak kedua, dalam rangka mencegah pihak pertama agar terhindar dari

6Syahruddin, “Gratifikasi dalam Kategori Korupsi (Studi Perbandingan Antara Hukum Pidana

Islam dan Hukum Pidana Positif)”, h. 1-3. Lihat Yongki Karman, “ Korupsi Manusia I do esi ” Opini

Kompas, selasa, 10 April 2010. Lihat, Agus Dwiyanto, dkk, Reformasi Birokrasi Publik di Indonnesia

(Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2008), h. 30. Penjelasan mengenai pemberian hadiah kepada

pejabat tersebut bagi masyarakat Eropa dan Amerika dianggap sebagai tindak pidana korupsi, tetapi bagi

masyarakat Asia, seperti Indonesia, Korea Selatan atau Thailand dianggap bukan merupakan tindak

korupsi. Bahkan dalam kultur jawa lanjut mas‟oed, pemberian tersebut dianggap sebagai bentuk

pemenuhan kewajiban oleh bawahan (kawula) kepada rajanya (gusti) 7Abu„Abdullah Muhammad bin Ismā‟il al Bukhórị , Ṣ hih Bukhori, kitāb Ahkām, bāb

H dāyā ‘Ummā ,no. 2059, h. 497. 8Fahmi Saim, Tafsir Sesat: Essai Kritis Wacana Islam di Indonesia (Jakarta: Gema Insani,

2013), h. 51

Page 20: GRATIFIKASI DALAM AL ’A E18587 A 0A 86 7 A A A 0A DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37510/2/ANIS... · A 0A 86 7 A A . A -0A . DALAM. 7A 6 A -0A . Skripsi

5

kezaliman pihak kedua dan agar pihak kedua mau melaksanakan kewajibannya,

maka pemberian semacam ini di bolehkan.9

Atas dasar fenomena tersebut, penulis mencoba meneliti lebih lanjut

tentang gratifikasi, dan bagaimana al-Qur‟an mengisyaratkan tentang persoalan

gratifikasi. Dibutuhkan tafsiran untuk membaca pesan yang terkandung dalam

al-Qur‟an. Maka penulis ingin melihat bagaimana para mufassir menjelaskan

ayat-ayat yang berkaitan dengan gratifikasi.

Al-Qur‟an merupakan kitab yang oleh Rasulullah Saw. dinyatakan

sebagai “ dub tu h” (Hidangan Ilahi), hidangan ini membantu manusia

untuk memperdalam pemahaman dan penghayatan tentang Islam dan merupakan

pelita bagi umat Islam dalam menghadapi persoalan hidup. Kitab suci ini

memperkenalkan dirinya sebagai hudan li al-nâs (petunjuk bagi seluruh umat

Islam), sekaligus menantang manusia dan jin untuk menyusun semacam al-

Qur‟an. Dari sini kitab suci al-Qur‟an berfungsi sebagai mukjizat, yakni bukti

kebenaran.10

Peneliti memfokuskan pada tafsir al-Maraghi. Karena beberapa

kelebihan (keistimewaan) yang dimilikinya, yaitu tafsir yang bernuansa sosial

kemasyarakatan, dan dianggap sebagai salah satu tafsir yang juga memiliki

corak hukum. Penulis ingin melihat bagaimana metode yang digunakan dalam

penafsirannya, yang membuatnya berbeda dan dianggap sebagai tafsir yang

bercorak hukum.11

Sementara ayat-ayat yang penulis angkat dalam kajian ini

9H.M. Nurul irfan, Korupsi dalam Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Amzah, 2012),, h. 90

10 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), h. V

11Moh. Amin Suma, Pengantar Tafsir Ahkam, Ed. 1., Cet. 2, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

2002) , h. 149.

Page 21: GRATIFIKASI DALAM AL ’A E18587 A 0A 86 7 A A A 0A DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37510/2/ANIS... · A 0A 86 7 A A . A -0A . DALAM. 7A 6 A -0A . Skripsi

6

merupakan ayat-ayat yang oleh beberapa ulama dan tokoh dijadikan dalil atas

persoalan gratifikasi.

B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah

Setelah menelusuri tema yang penulis angkat maka ditemukanlah

beberapa masalah diantaranya mengenai hukum gratifikasi, perbedaan gratifikasi

dengan suap, gratifikasi dalam kategori korupsi, perbedaan gratifikasi dengan

hibah, sanksi gratifikasi, potret gratifikasi di Indonesia, dalil yang menjadi dasar

hukum gratifikasi di negara dan agama, penafsiran atas dalil gratifikasi dan

pandangan ulama mengenai gratifikasi dan lain sebagainya.

Mengingat luasnya permasalahan dalam tema yang diangkat, maka

penulis membatasi penelitian hanya pada seputar penafsiran mengenai ayat-ayat

yang menyinggung soal gratifikasi, dari definisi, kriteria, unsur-unsur,

perbedaan gratifikasi dengan suap, serta penafsiran atas dalil gratifikasi dan

pandangan ulama mengenai gratifikasi.

Adapun rumusan masalah dalam penellitian ini adalah “Bagaimana

penafsiran gratifikasi menurut Ahmad Mus t afa al-Mar ghi ( Kajian QS. Al-

Baqarah 2 1 , QS. Al-Nis 4 29-30)

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui lebih jelas mengenai

apa dan bagaimana gratifikasi itu. Serta mengetahui bagaimana al-Qur‟an

berbicara tentang gratifikasi dengan melihat ke dalam penafsiran Ahmad

Mus t afa al-Mar ghi mengenai ayat-ayat yang terkait gratifikasi.

Page 22: GRATIFIKASI DALAM AL ’A E18587 A 0A 86 7 A A A 0A DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37510/2/ANIS... · A 0A 86 7 A A . A -0A . DALAM. 7A 6 A -0A . Skripsi

7

Adapun manfaat yang harap dihasilkan dari penelitian ini adalah

menambah khazanah keilmuan dan pemahaman mengenai gratifikasi dalam

bidang tafsir khususnya dan masyarat pada umumnya.

D. Metodologi Penelitian.

1. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan

menggunakan metode kepustakaan (library research) dari berbagai buku yang

berkaitan dengan masalah ini. Adapun sumber primer dalam penulisan skripsi

ini, penulis merujuk kepada tafsir yang ditulis oleh Syaikh Ahmad Mus t afa al-

Mar ghi. Sumber sekunder meliputi kitab-kitab tafsir lain dan buku buku yang

ada kaitannya dengan pembahasan penelitian.

2. Metode analisis data.

Analisis data yang digunakan adalah analisa data kualitatif yang

artinya, penelitian ini tidak menggunakan angka-angka atau statistik melainkan

analisis teks, dengan cara pertama, mendeskripsikan gratifikasi yang meliputi

definisi, unsur-unsur, kriteria dan perbedaan istilah. Kedua, menelusuri ayat-ayat

yang berkaitan dengan gratifikasi. Ketiga, menampilkan penafsiran ayat-ayat

tersebut yang diambil dari tafsir Al-Maraghi untuk kemudian di analisa.

3. Teknik penulisan.

Adapun penulisan skripsi ini disandarkan pada pedoman penulisan

karya ilmiah terbitan CeQDA 2007, dan pedoman akademik Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2011/2012.

Page 23: GRATIFIKASI DALAM AL ’A E18587 A 0A 86 7 A A A 0A DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37510/2/ANIS... · A 0A 86 7 A A . A -0A . DALAM. 7A 6 A -0A . Skripsi

8

E. Tinjauan Pustaka.

Setelah penulis melakukan pelacakan terhadap penelitian skripsi, tesis,

dan disertasi yang terkait dengan tema pembahasan yang penulis angkat

(Gratifikasi dalam al-Qur‟an menurut Ahmad Mus t afa al-Mar gh ), penulis

menemukan beberapa skripsi dengan tema yang sama tetapi dengan jenis kajian

yang berbeda, adalah;

1. Dadan Ruslan seorang sarjana perbandingan Mazhab dan Hukum 2014 di

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dengan judul

skripsinya, Gratifikasi dalam Tinjauan Hukum Islam. Membahas

bagaimanakah hukum Islam memandang Gratifikasi dan perbedaan

Gratifikasi dengan Hibah, Hadiah, Risywah, Suht, dan Sedekah.

2. Syahruddin seorang sarjana Ilmu Hukum Islam 2014 di Universitas Islam

Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta dengan skripsinya Gratifikasi dalam

Kategori Korupsi (Studi Perbandingan antara Hukum Pidana Islam dan

Hukum Pidana Positif). Ia mendeskripsikan kedudukan gratifikasi dan

menganalisisnya serta membandingkannya dalam kategori, penetapan dan

sanksi hukumnya menggunakan pendekatan normatif-yuridis dengan

mengeksplorasi kandungan al-Qur‟an dan Hadis serta undang-undang yang

memuat aturan hukum mengenai gratifikasi.

3. laporan penelitian individual yang dilakukan oleh Ahmad Arif Budiman

pada tahun 2014 dengan judul Praktek Gratifikasi dalam Pelaksanaan

Pencatatan Pernikahan (Studi Kasus di Kantor Urusan Agama Kota

Semarang). Laporan ini berisikan temuan-temuan adanya praktik gratifikasi

di dalam KUA semarang sebelum peraturan gratifikasi dibuat dan setelah

Page 24: GRATIFIKASI DALAM AL ’A E18587 A 0A 86 7 A A A 0A DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37510/2/ANIS... · A 0A 86 7 A A . A -0A . DALAM. 7A 6 A -0A . Skripsi

9

dibuat. Juga menjelaskan faktor-faktor apa saja yang menyebabkan

terjadinya praktek gratifikasi di wilayah KUA kota Semarang.

4. Lainy Kholilah, sarjana Ilmu al-Qur‟an dan Tafsir tahun 2015 Universitas

Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, dengan judul skripsinya Gratifikasi

dalam Perspektif Hadis e h H dis m it b u Ab ud

Nomor Indeks 2945). Ia meneliti kualitas sanad, matan, serta pemaknaan

hadis dalam Kitab u Ab wud dengan No. Indeks 2945 yang

berkaitan tentang gratifikasi.

Kemudian Beberapa artikel dan jurnal yang telah memuat tema

gratifikasi adalah;

5. Agustina Wati Gubali dengan judul Analisis Pengaturan Gratifikasi

Menurut Undang-u d g di do esi ” dalam jurnal Lex Crimen vol. II/No.

3/Juli/2013. Tulisan ini berisikan analisis mengenai pengaturan Gratifikasi

menurut UU No. 31 Tahun 1999 jo UU No. 20 Tahun 2001 dan faktor-faktor

yang mempengaruhi timbulnya praktek gratifikasi serta upaya

pemberantasan gratifikasi di Indonesia dengan metode penelitian hukum

normatif.

6. Nadya Safira, dengan judul Tinjauan Yuridis Tindak Pidana Menerima

Gratifikasi Berdasarkan UU No. 31 Tahun 1999 Jo UU No. 20 Tahun 2001

tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dalam Jurnal JOM Fakultas

Hukum Vol. II/No. 2/Maret/2015. Tulisan ini berisi penjelasan mengenai

pengaturan tindak pidana gratifikasi sebagai salah satu tindak pidana korupsi

yang sesuai dengan nilai hidup di Indonesia dan peran hukum yang ideal

dalam pengaturan gratifikasi di Indonesia.

Page 25: GRATIFIKASI DALAM AL ’A E18587 A 0A 86 7 A A A 0A DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37510/2/ANIS... · A 0A 86 7 A A . A -0A . DALAM. 7A 6 A -0A . Skripsi

10

7. Dodik Prihatin, dengan tulisannya yang berjudul Tinjauan Yuridis Mengenai

Gratifikasi Berdasarkan UU no. 30 Tahun 1999 Jo UU No. 20 Tahun 2001

Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Tulisannya berisikan

penjelasan mengenai apa yang menjadi landasan pengaturan undang-undang

gratifikasi dan tinjauan yuridis mengenai undang-undang gratifikasi.

Melihat dari penelitian yang telah ada, meski tema yang di kaji dalam

penelitian yang dilakukan penulis sama, namun jelaslah perbedaannya

sebagaimana yang tampak pada judul penelitian, penelitian penulis

memfokuskan pada penafsiran ayat-ayat al-Qur‟an yang berkaitan dengan tema

dan jenis kajian yang penulis gunakan adalah tafsir.

F. Sistematika Penulisan.

Penulisan skripsi ini terbagi kedalam lima bab yang terdiri dari

beberapa sub-bab yang sesuai dengan pembahasan

Bab Pertama, berisikan pendahuluan yang menjelaskan latar

belakang masalah, tujuan, serta batasan dan perumusan masalah. Bab

ini digunakan sebagai pedoman, dan arahan sekaligus target penelitian,

agar penelitian terarah dan pembahasaannya tidak melebar.

Bab kedua, berisikan biografi al-Mar ghi dan karakteristik

tafsirnya. Pada bab ini mendeskripsikan sejarah hidup, aktivitas

keilmuan, pemikiran dalam karya-karyanya, sistematika penulisan, serta

metode dan corak tafsirnya.

Bab ketiga, merupakan gambaran umum mengenai Gratifikasi.

Pada bab ini menjelaskan definisi gratifikasi, unsur-unsur dan kriteria

Page 26: GRATIFIKASI DALAM AL ’A E18587 A 0A 86 7 A A A 0A DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37510/2/ANIS... · A 0A 86 7 A A . A -0A . DALAM. 7A 6 A -0A . Skripsi

11

gratifikasi, perbedaan gratifikasi dengan suap serta gratifikasi sebagai

penyalahgunaan harta. Bab ini merupakan landasan yang menjadi tolak

ukur dalam penelitian.

Bab keempat, berisi tentang penjelasan tafsir QS. Al-Baqarah 2

1 , Tafsir QS. Al-Nis 4 29-30 dimulai dari menjelaskan makna ayat

secara kebahasaan, mencari munasabah ayat, menjelaskan isi

kandungan ayat menurut al-Maraghi dan beberapa pandangan ulama,

kemudian penulis menganalisanya. Bab ini merupakan penjelasan

menyeluruh yang memuat jawaban atas permasalahan yang diteliti.

Bab kelima, merupakan bab penutup, yang berisi kesimpulan dan

saran untuk studi (penelitian) lebih lanjut.

Page 27: GRATIFIKASI DALAM AL ’A E18587 A 0A 86 7 A A A 0A DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37510/2/ANIS... · A 0A 86 7 A A . A -0A . DALAM. 7A 6 A -0A . Skripsi

12

BAB II

-

-

A. - .

1. Sejarah Hidup.

-M M afa -

M M -M

M M M „ -M „ -Q -

M L -M insi Suhaj 500 km. ke arah

selatan kota Kairo pada tahun 1300H/1883M. M „ -

M D T s r - r

dan an-Nur sebuah Studi Perbandingan, I IN S

K -M -M

yang terletak di tepi Barat Sungai Nil, yang penghasilan utamanya berupa

gandum, kapas, padi dan berpenduduk sekitar 10.000 jiwa.1 Beliau

wafat di Hilwan, sebuah kota kecil sebelah selatan kota Kairo pada tahun

1371H/1952M, pada usia 69 tahun.2

Kata -M M -M

K -M

1 “K C M -Q ‟ ; S -ayat Cinta dalam Tafsir

al-M ” S S F U F U I N J 2002

h. 11. 2M ‟ R “P T w -Maraghi Terhadap Penafsira -

M ” T P S J I M U I N

Jakarta, 2007), h. 70. Lihat juga Muhammad Ali Iyaziz, - u ss r tu u u u

(Taheran: Muassasah at-T ‟ w -Nasyr. tt), h. 358. Tim Penulis IAIN Jakarta, Ensiklopedia

Islam Indonesia, (Jakarta: Djambatan, 1992), h. 618.

Page 28: GRATIFIKASI DALAM AL ’A E18587 A 0A 86 7 A A A 0A DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37510/2/ANIS... · A 0A 86 7 A A . A -0A . DALAM. 7A 6 A -0A . Skripsi

13

M ‟ -M M -M T

ditemukannya biografi 13 tokoh dalam kitab u’ - u’ karya

U R Kahlanah, mereka -M

M -M .3

2. Aktivitas Keilmuan.

Di usia sekolah, orang tuanya memasukkan dia ke madrasah di

desanya untuk belajar al-Q ‟ B

menghafal seluruh ayat-ayat al-Q ‟ tiga belas

tahun. Ia menamatkan sekolah disana hingga tingkat menengah dan telah

mempelajari Ilmu Tajwid dan dasar- I S ‟ Pada tahun

1314/1897 ia pergi ke Kairo untuk menuntut ilmu, dan meninggalkan kota

Maraghah atas permintaan orang tuanya. Disana ia mempelajari ilmu

agama, seperti Bahasa Arab, ghah, Tafsir, Ilmu al-Q ‟ H

Ilmu Hadis, Fikih, Ushul Fikih, Akhlak, Ilmu Falak dan lain sebagainya.

Pada saat yang sama ia kuliah di Fakultas r -U Kairo, dan

kemudian dapat menyelasaikan kedua studinya di dua perguruan tinggi

dengan sangat baik pada tahun 1909. Setelah ia menyelesaikan studinya

di Kairo, ia berkairir dengan menjadi guru di sekolah menengah,

kemudian diangkat menjadi direktur madrasah Muallimin di Fayun4.

Pada tahun 1916 ia kembali diangkat menjadi dosen utusan al-

Azhar, untuk mengajar ilmu-ilmu syariah Islam pada fakultas Ghirdun di

3Hasan Zaini, Tafsir Tematik Ayat-Ayat Kalam Tafsir al-Maraghi,(Jakarta: Pedoman Ilmu

Jaya, 1997), h. 16. 4Fayun adalah sebuah kota setingkat kabupaten, Kira-kira 300 km sebelah barat daya kota

kairo.

Page 29: GRATIFIKASI DALAM AL ’A E18587 A 0A 86 7 A A A 0A DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37510/2/ANIS... · A 0A 86 7 A A . A -0A . DALAM. 7A 6 A -0A . Skripsi

14

Sudan. Di Sudanlah ia mengarang buku-buku ilmiah disela kesibukan

mengajarnya. Salah satunya ialah U - B . Barulah pada tahun

1920 ia kembali pulang ke Kairo dan menjadi dosen Bahasa Arab serta

ilmu- ‟ r - U , dan menjadi dosen ilmu ghah,

Sejarah Kebudayaan Islam di fakultas Adab Universitas al-Azhar hingga

tahun 1940, kemudian mendapatkan piagam penghargaan dari Raja Mesir

atas jasanya setahun sebelum kematiannya, serta masih dipercayakan

menjadi direktur di madrasah Utsman Mahir Basya di Kairo sampai

menjelang akhir khayatnya pada tanggal 9 juli 1952 M/1371 H di

kediamannya jl. Zulfikar Basya no. 37 Hilwan, jasadnya dikuburkan di

pemakaman keluarga di Hilwan.5

3. Pemikiran dan Karya.

Mengetahui pemikiran seorang tokoh, tidak terlepas dari latar

belakang sosio-historis dimana dan kapan ia hidup.

Ahmad M -M hidup dalam kurun waktu 1883-1952

M, selama 69 tahun. Para ahli sejarah sosial setuju bahwa tahun 1798

merupakan awal sejarah terbentuknya Mesir modern. Dimana Mesir

mengalami perubahan dalam berbagai aspek, sosial, politik dan

pergumulan intelektual.6

5Al-faisal, Konsep Cinta menurut Al-Q ‟ ; Studi Analisis Atas Ayat-Ayat Cinta Dalam

Tafsir Al-Maraghi, h. 13-15. Lihat juga Abdullah Musthafa al-Maraghi, - t - u

T q t -Usu ( Beirut: Muhammad Amin, 1934), h. 202. Lihat juga Abdul Djalal, Tafsir

al-Maraghi dan Tafsir an-Nur sebuah Perbandingan Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga, 1985), h.

110. Lihat juga Adil Nuwayhid, u’ - u ss r S r - s tt - sr - r cet.

Ke-2, j. 1, ( Beirut: Muassasah al-Nuwayhid al-Saqafiyah, 1988), h. 80 6 “T -M ” M K T K

Timur Tengah, Sekolah Pasca Sarjana Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta-

Indonesia, minggu 25 desember 2011. Lihat Bassam Tibi, Arab Nationalism A Critical Enquiry,

(London: Mac Milan, 1990), h. 80.

Page 30: GRATIFIKASI DALAM AL ’A E18587 A 0A 86 7 A A A 0A DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37510/2/ANIS... · A 0A 86 7 A A . A -0A . DALAM. 7A 6 A -0A . Skripsi

15

Pada tahun 1919 di Mesir terjadi revolusi dalam rangka

membebaskan diri dari penjajahan Inggris yang berlangsung hingga tahun

1921 dan berakhir dengan diserahkannya pengelolaan Mesir kepada putra

Mesir dibawah pimpinan Sa`ad Zaghlul.7 Satu hal yang tidak dapat

diabaikan dalam mengkaji Mesir adalah, pemikiran politiknya yang sejak

awal abad ke-19 selalu didominasi oleh pertentangan antara golongan

nasionalis sekuler dengan golongan Islam tradisional.8

Banyak T aha Hus M

R R a, Qasim Amin, Ali Abdul Raziq, M afa al-

Mar P -19 dan 20 atau tepatnya tahun 1923-1952, Mesir

mengalami sebuah zaman yang disebut dengan liberal age (zaman

liberal). Disebut demikian karena pada masa itu tumbuh liberalisme yang

berakibat pada munculnya sejumlah gagasan tentang pemisahan antara

agama, kebudayaan dan politik. Menurut Selma Botman,9 zaman liberal

mengutamakan sistem politik yang memiliki konstitusi yang bergaya

barat dan pemerintahan parlementer. Konstitusi Mesir mencontoh

demokrasi Barat yang liberal, dan menarik ahli hukum dari Mesir sebagai

bentuk simpatik kepada Raja Inggris. Dengan berkembangnya liberalisme

di Mesir, lahirlah apa yang disebut dengan t (kelahiran kembali).10

7Syahrin Harahap, Al-Qur’ Seku r s s K Ter p Pe k r T

Husein, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1994), h. 21-24. 8F w E G “T E I O T C E ‟ C

I M ” H N Perkembangan Modern dalam Islam, (Jakarta:

Yayasan Obor Indonesia, 1985), h. 248. 9Seorang Ahli Sejarah Timur Tengah Modern.

10nahdh t adalah gerakan politik dan budaya yang mendominasi periode 1850-1914 di

Mesir.

Page 31: GRATIFIKASI DALAM AL ’A E18587 A 0A 86 7 A A A 0A DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37510/2/ANIS... · A 0A 86 7 A A . A -0A . DALAM. 7A 6 A -0A . Skripsi

16

Hal ini dapat dilihat dari usaha penerjemahan dan mengadopsi prestasi-

prestasi yang telah dicapai oleh Eropa modern.11

Secara garis besar di Mesir terdapat tiga kecenderungan pemikiran

yang muncul pada masa itu. Pertama, kecenderungan pada Islam yang

diw M R R a (1865-1935) dan Hasan al-Banna

(1906-1949). Kedua, kelompok yang diwakili Muhammad Abduh, Qasim

Amin (1865-1908) dan Ali Abdul Raziq (1888-1966) yang cenderung

mengambil sintesis dengan berusaha memadukan antara ajaran Islam dan

kebudayaan Barat. Ketiga, kecenderungan rasional dan pemikiran bebas,

w L -S d dan para emigran Syiria yang lari ke

Mesir. Kelompok tersebut senantiasa mengacu kepada prestasi-prestasi

ilmiah yang dicapai oleh Barat. Selain kelompok-kelompok di atas,

terdapat organisasi di luar politik seperti Persatuan Umat Islam,

Kelompok Muda Mesir, Komunis, dan Asosiasi Perempuan juga

memberikan kontribusi bagi pembentukan kultur politik Mesir.12

Tokoh lain yang tidak dapat dilewatkan dalam proses pembaharuan

di Mesir adalah Jamaludin al-Afghani (1838 – 1897). Laki-laki kelahiran

Afganistan ini, banyak mengeluarkan ide-ide tentang persatuan Islam dan

dalam gerakannya itu, yang diiringi pula dengan aktivitas dalam

berpolitik. Jamaludin al-Afghani merupakan penganjur pertama

pembaharuan Islam, perubahan Islam dan merupakan Bapak bagi gerakan

11

Syahrin Harahap, Al-Qur’ Seku r s s K Ter p Pe k r T

Husein,h. 27. 12

M.W. Dali, ed. Cambridge History of Egypt, ( London: Cambridge University Press,

1998), h. 287.

Page 32: GRATIFIKASI DALAM AL ’A E18587 A 0A 86 7 A A A 0A DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37510/2/ANIS... · A 0A 86 7 A A . A -0A . DALAM. 7A 6 A -0A . Skripsi

17

Nasionalisme Muslim.13

Gerakan al-Afghani, secara geografis begitu luas

hingga mencakup Iran, India, Dunia Arab, Turki, dan Eropa. Goldsmicht

mengatakan kemanapun al-Afghani pergi, dia senantiasa memberikan

ceramah.14

Lewat ceramahnya, al-Afghani banyak mengkritik, bukan hanya

para pemikir yang berkiblat ke Barat, tetapi juga para Ulama dan rakyat.

Namun demikian, seruannya untuk kembali kepada Islam dan persatuan

kaum muslimin diterima oleh kalangan ulama konservatif. Ia berbicara

keras mengenai nasib rakyat Mesir. Menurutnya, bangsa Mesir yang telah

berabad-abad berada dalam perbudakan masih mentolelir penguasa-

penguasa zalim yang secara langsung menindas mereka. Berkat

aktivitasnya dalam menyampaikan ceramah, al-Afghani pernah dicap

sebagai agen provokasi tingkat tinggi. Pembaharuan di dunia Mesir,

kemudian dilanjutkan oleh Muhammad Abduh, murid al-Afghani, yang

dalam pemikirannya lebih terbuka untuk menerima ide-ide rasional. Ide

pembaharuan Abduh, muncul karena kemunduran umat Islam, dan

banyaknya dorongan untuk mengubah kemunduran ini dengan berupaya

meniru Barat.15

Muhammad Abduh melihat bahwa masyarakat Islam mundur

karena kemiskinan jiwa dan salah dalam membimbing akal pikiran.

Keduanya itu timbul karena merajalelanya sikap egois dan hilangnya

kebersamaan dalam masyarakat. Khusus untuk masyarakat Mesir,

13

John L. Eposito, Islam and Politics, h. 64. 14

M R “P T w -M T -

M ”T -90. 15

Ali Rahema, Para Perintis Zaman Baru Islam, (Bandung: Mizan, 1994), h. 50.

Page 33: GRATIFIKASI DALAM AL ’A E18587 A 0A 86 7 A A A 0A DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37510/2/ANIS... · A 0A 86 7 A A . A -0A . DALAM. 7A 6 A -0A . Skripsi

18

kelemahan mereka menurut Abduh antara lain: munculnya bid'ah dalam

agama seperti ziarah ke kuburan wali; terjadinya suap menyuap; dan

tumbuhnya sikap individualisme yang disebabkan oleh putusnya

hubungan jiwa satu sama lain.16

Penyebab kemunduran umat Islam lainnya adalah faktor

Pendidikan. Oleh karena itu, ketika Abduh menjabat sebagai anggota

Majlis A`la al-Azhar, dia membawa perubahan dan perbaikan ke dalam

almamaternya itu. Salah satu tawarannya adalah agar Universitas al-Azhar

membuka jurusan kedokteran dan farmasi. Menurutnya kesehatan

masyarakat perlu didukung oleh lingkungannya. Setting sosial yang telah

digambarkan di atas menjadi latar belakang menguatnya pemikiran

rasional tak terkecuali pada penafsiran. Seperti yang dapat dilihat bahwa

sejumlah tokoh yang mengambil peran dalam pembaharuan di Mesir,

diantaranya tercatat beberapa mufassir terkenal. Sementara, sudah

merupakan hukum sosial bahwa penafsiran al-Q ‟

apapun yang melibatkan seorang tokoh, tidak akan terlepas dari latar

belakang sosio-historis di mana dan kapan seorang pemikir itu hidup.

Selain kondisi sosial, pengaruh besar juga senantiasa lahir dari hubungan

seorang guru dan murid, bahkan menentukan corak dan warna

pemikirannya. Seorang guru yang tekstualis, kemungkinan besar akan

melahirkan murid-murid yang tekstualis juga. Demikian juga seorang

guru yang rasional, sedikitnya akan berpengaruh pada cara pandang dan

pemikiran muridnya. Corak pemikiran Jamaluddin al-Afgani sangat

16

Hanafi, Pengantar Teologi Islam, (Jakarta: Pustaka al-Husna, 1992), h. 166.

Page 34: GRATIFIKASI DALAM AL ’A E18587 A 0A 86 7 A A A 0A DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37510/2/ANIS... · A 0A 86 7 A A . A -0A . DALAM. 7A 6 A -0A . Skripsi

19

berpengaruh sekali pada corak pemikiran muridnya Muhammad Abduh,

demikian juga pemikiran Muhammad Abduh sangat berpengaruh pada

pemikiran Rasyid Ridha, dan demikian seterusnya.17

Hingga kepada

Ahmad Musthafa al-Maraghi yang juga merupakan murid dari

Muhammad Abduh. Kehidupannya yang sarat dengan probelematika

sosial dari berbagai aspek kehidupan dan hubungannya dengan beberapa

tokoh rasionalis menunjukkan bahwa pemikirannya, termasuk yang

dituangkan di dalam tafsirnya juga bercorak rasional. Indikator kunci

untuk memasuki bahasan ini selanjutnya adalah bahwa Tafsir al-Maraghi

masuk di dalam kategori corak tafsir al-Adab al-Ijtima`iy18

sebagaimana

tafsir yang dikembangkan oleh gurunya, Muhammad Abduh. Namun

demikian, persentuhannya dengan kaum tradisionalis yang ada di

masanya, tidak sepenuhnya membuatnya meninggalkan pola lama

sebagaimana tafsir -M ghi tidak

pernah mengidentifikasi dirinya sebagai pengikut aliran pemikiran teologi

tertentu, bahkan ia sangat menyesalkan dan mencela perpecahan yang

terjadi di kalangan Islam yang disebabkan oleh adanya berbagai macam

aliran dan sekte dalam teologi. Ia bahkan mensinyalir keberadaan sekte-

sekte inilah yang memporak-porandakan persatuan dan kesatuan umat

Islam serta menodai catatan sejarah Islam.19

17

M R “P T w -M T - M ”

94. 18

Corak Tafsir yang banyak memperhatikan mengenai keadaan sosial masyarakat di

setiap penafsirannya. 19

M R “P T w -M T - M ”

95.

Page 35: GRATIFIKASI DALAM AL ’A E18587 A 0A 86 7 A A A 0A DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37510/2/ANIS... · A 0A 86 7 A A . A -0A . DALAM. 7A 6 A -0A . Skripsi

20

Kendati demikian, nampaknya ia banyak terpengaruh dengan

kondisi sosialnya sehingga corak pemikirannya lebih rasional dan lebih

‟ H m

konsepsi mengenai iman. Bagi ka M ‟ I

sekedar pengakuan lisan, atau pembenaran dalam hati, tetapi harus

dibuktikan dengan bentuk amal. Karena inti iman adalah amal, sedang

amal setiap orang bervariasi, maka iman dapat bertambah dan

berkurang.20

Begitu pula dalam pemahaman al-Maraghi;

“Iman adalah pembenaran secara pasti yang disertai dengan

ketaatan dan penyerahan jiwa, dan ditandai dengan amal (perbuatan)

sesuai dengan ketentuan iman tersebut. Iman mempunyai tingkatan yang

berbeda sesuai dengan perbedaan tingkat keyakinan seseorang”21

Inti iman menurutnya ialah keyakinan yang mendalam yang

direalisasikan dengan perbuatan.22

S M U -M

B

; -M

tafsir ini merepresentasikan pandangannnya dalam berbagai masalah

keagamaan. Terdiri dari tiga puluh jilid cetakan pertama pada tahun 1365

H. Tafsir ini menyuguhkan penafsiran dengan bahasa yang ringan, jelas,

ringkas namun komprehensif. Dikatakan komprehensip karena dalam

penafsirannya dimulai dari al-Fatihah hingga al-Nas. ia tidak hanya

sekedar memberikan tafsiran saja tetapi juga melengkapinya dengan

penjelasan sebab turunnya ayat, menjelaskan kata-kata yang dianggap

20

Hasan Zaini , Tafsir Tematik Ayat-Ayat Kalam Tafsir al-Maraghi, h. 84 21

Ahmad Musthafa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, jilid I, Juz I (Beirut: Dar al-Fikr,

1974M), h. 41. 22

Hasan Zaini , Tafsir Tematik Ayat-Ayat Kalam Tafsir al-Maraghi, h. 92.

Page 36: GRATIFIKASI DALAM AL ’A E18587 A 0A 86 7 A A A 0A DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37510/2/ANIS... · A 0A 86 7 A A . A -0A . DALAM. 7A 6 A -0A . Skripsi

21

sulit, menjelaskan makna ayat secara umum dan khusus, kemudian

sesekali memberikan kesimpulan mengenai istinbath hukum pada ayat-

ayat tertentu yang berbicara tentang hukum. Sedangkan dikatakan ringkas

karena tafsir ini tidak banyak mengutip riwayat-riwayat yang berisikan

kisah-kisah yang dianggap tidak ilmiah.

Adapun karyanya yang lain adalah Ulum al-Balaghah al-B n wa

al-M ni wa al-B ’, yang terbit pada tahun 1414 H.23

Dihalaman

pertama setelah pendahuluan dalam kitabnya, Ia menjelaskan mengenai

sejarah ilmu Balaghah secara singkat. Terkait mengenai sejarah ilmu

balaghah ia pula melahirkan sebuah karya khusus mengenai ilmu ini

dengan judul T rikh Ulum al-Balaghah wa T ’r R .

Sebagaimana yang tampak pada judul karyanya, kitab ini membahas

tentang salah satu cabang ilmu dalam bahasa Arab yaitu ilmu Balaghah.24

Ia menjelaskan secara menyeluruh mengenai pembagian dalam ilmu

Balaghah yaitu ilmu Bayan,25

ilmu M ’ i,26

dan ilmu Badi‟27

juga

bagian-bagian dari pembagian ilmu Balaghah. Jumlah halaman kitab ini

adalah 399 beserta daftar isi.

Karya lain yang dapat dijumpai adalah T -T u h, terdiri

dari dua jilid, yang diterbitkan di universitas as- ‟ K , Mesir pada

tahun 1340 H/1921 M, kitab ini masih berisikan pembahasan mengenai

23

Merupakan cetakan ketiga. 24

ilmu balaghah ialah ilmu yang mempelajari pengungkapan makna dengan jelas dan

benar sesuai dengan situasi dan kondisi lawan bicara. 25

Ilmu bayan adalah ilmu yang mempelajari suatu makna yang dikehendaki, (kepada

lawan bicara) dengan cara yang berbeda beda, 26

Ilmu Maani adalah ilmu yang mempelajari keadaan lafaz yang sesuai dengan situasi

dan kondisinya. 27

I ‟ keindahan-keindahan lafaz dan

makna.

Page 37: GRATIFIKASI DALAM AL ’A E18587 A 0A 86 7 A A A 0A DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37510/2/ANIS... · A 0A 86 7 A A . A -0A . DALAM. 7A 6 A -0A . Skripsi

22

ilmu Bahasa Arab yaitu Nahwu pada jilid pertama dengam jumlah

halamanb 328 dan Sharaf pada jilid kedua dengan jumlah halaman ± 206.

Kitab yang diterbitkan di Universitas Al-S ‟adah ini dikarang bukan

hanya oleh Ahmad M -M ghi sendiri tetapi juga bersama

seorang tokoh lain yang bernama Muhammad Salim Ali.

Adapun karya yang lain yang penulis belum jumpai adalah; Al-

nat wa Al-Akhlak, - s - s m, -K ut -K ut ’u

al-Daulatain al-Umawiyyah wa al-Abbasiyyah, - u - -

r , - u Ulum al-Qur’ , Al-Mut ’ - r -

ris al-Sundaniyyah, -R q - - s m, u us

r , Mursyid al-Tu b, R s s t Ru’ - Ramadhan,

R s Zaujat al-Nabiy Saw., S r S sin Hadisan, T s r u

-S l.

B. Karakteristik Tafsir Al-Maraghi.

1. Sistematika penulisan.

S -M w

penulisan tafsirnya dengan menampilkan ayat yang akan ditafsirkan,

terkadang beliau menampilkan beberapa ayat secara berkelompok. Lalu

mengemukakan tafsir al Mufradat yaitu penjelasan dari kata-kata yang

dianggap sulit dipahami dalam ayat tersebut, kemudian menjelaskan

makna Ijmal (global (pengertian umum) yang terdapat dalam ayat

tersebut, didalam makna global ini ia mencantumkan munasabah antar

ayat yang sedang dibahas dengan ayat sebelumnya, disini juga beliau

Page 38: GRATIFIKASI DALAM AL ’A E18587 A 0A 86 7 A A A 0A DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37510/2/ANIS... · A 0A 86 7 A A . A -0A . DALAM. 7A 6 A -0A . Skripsi

23

menyebutkan asbab an-nuzul ayat jika ditemukan, meski tidak

semuanya.28

Kemudian pada bagian terakhir beliau melengkapinya

dengan memberikan al-idhah (penjelasan) yang merupakan pembahasan

tafsir ayat dengan cukup panjang lebar karena tidak sedikit melibatkan

riwayat-riwayat dan pendapat mufassir utuk kemudian beliau simpulkan.

Terkadang sebagai penutup, masih dalam bagian terakhir sistematika

penulisan tafsirnya beliau memaparkan tentang istinbath hukum dari ayat-

ayat hukum tertentu.29

2. Metode dan corak tafsir.

Sebagaimana telah diketahui bahwa metode penafsiran ayat-ayat

al-Q ‟ bagi kedalam empat macam yaitu: metode Tahlili (Analisis),

metode Ijmali (global), metode Muqarin (komparatif), dan metode

u u’ D -M

menggunakan metode tahlili (Analisis).30

ini dapat dilihat dari caranya

menafsirkan al-Q ‟ - tihah hingga - s

Ia juga melakukan analisa pada setiap ayat dengan menggunakan

berbagai pendekatan serta melalui tahapan-tahapan yang hati-hati dalam

memadukan bahan kajian yang berkaitan dengan ayat yang sedang

dibahasnya.31

Pendahuluan tafsirnya mengatakan, bahwa setidaknya ada

tujuh metode yang digunakan dalam kitab tafsirnya yaitu pertama,

menyampaikan ayat ayat diawal pembahasan dimulai dengan satu atau

28

W S “T K Asbab al-Nuzul dalam Tafsir al-

M ” 200 w 2% -Nuzul yang digunakan al-Maraghi

bermasalah 29

Amin Suma, Pengantar Tafsir Ahkam, h. 149. 30

Abd. Al-Hayy al-Farmawi, eto e T s r u u’ : Se u Pe t r,Terj. Suryan

A.Jamran, Ed.1, Cet.2, (jakarta: PT. Raja Grafindo Persada 1996) 31

Howard M, Federspiel, Kajian al-Qur’ o es : r u Yu us

Quraish Shihab, terj. Tajil Arifin (Bandung, Mizan, 1996), h. 283-284.

Page 39: GRATIFIKASI DALAM AL ’A E18587 A 0A 86 7 A A A 0A DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37510/2/ANIS... · A 0A 86 7 A A . A -0A . DALAM. 7A 6 A -0A . Skripsi

24

dua lebih ayat-ayat al-Q ‟

pengertian yang menyatu. Kedua, menyertakan penjelasan kata secara

bahasa jika terdapat kata yang dianggap sulit dipahami. Ketiga,

menyebutkan makna ayat secara umum untuk memberi informasi inti

pembahasan ayat sebelum masuk kedalam pembahasan penafsiran.

Keempat, menggunakan asbab an-nuzul. Kelima, mengutip pendapat-

pendapat para mufasir dan mengadakan konsultasi dengan orang yang ahli

dibidang ilmu pengetahuannya masing-masing guna mengetahui

perkembangan pengetahuan yang dapat mendukung pemahaman isi al-

Q ‟ -M -Q ‟

selalu sesuai dengan perkembangan zaman. Ia pun menggunakan bahasa

sederhana yang sesuai dengan perkembangan pengetahuan pada masa

kini, Langkah terakhir yang beliau gunakan adalah tidak mengutip cerita-

cerita orang terdahulu kecuali tidak bertentangan dengan agama serta

tidak diperselisihkan.32

32

-M T s r - r (Mesir: Maktabah Musthafa al-Bali al-Halabi

1969), h. 16-20. Tidak diperselisihkan maksudnya tidak bertentangan dengan agama,

tidak bertentangan dengan akal sehat, sudah melalui proses seleksi.

Page 40: GRATIFIKASI DALAM AL ’A E18587 A 0A 86 7 A A A 0A DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37510/2/ANIS... · A 0A 86 7 A A . A -0A . DALAM. 7A 6 A -0A . Skripsi

25

BAB III

GAMBARAN UMUM MENGENAI GRATIFIKASI

A. Pengertian Gratifikasi.

Gratifikasi secara etimologis, berasal dari bahasa Belanda “Gratikae”,

yang diadopsi ke dalam bahasa Inggris menjadi“Gratification”yang memiliki

arti pemberian sesuatu/hadiah.Black‟s Law Dictionary mendefinisikan

Gratification sebagai sebuah pemberian yang diberikan atas diperolehnya suatu

bantuan atau keuntungan ( A voluntary given reward of recompense for a

service or benefit).1 Demikian makna asal dari gratifikasi adalah pemberian

atau hadiah.

Menurut istilah, Gratifikasi ialah uang hadiah kepada pegawai diluar gaji

yang telah ditentukan.2 Diberikan kepada seseorang yang memiliki jabatan,

kewenangan, dan kekuasaan terhadap sesuatu hal sehingga pemberian tersebut

dapat berhubungan dengan kewenangan, dan kewajiban serta tugasnya sebagai

pejabat.3 Hadiah yang digolongkan gratifikasi adalah hadiah yang diberikan

orang lain (bukan yang memberinya tugas atau gaji atas tugasnya) kepada

petugas, pegawai, hakim, dan lain sebagainya. Meskipun semata-mata hanya

1Bryan A. Garner, ed., Black‟s Law Dictionary, (Unites State of America: West, a

Thomson Bussiness, 2004), h. 721. 2Tim pusat pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 370.

3Dadan Ruslan, “Gratifikasi dalam Tinjauan Hukum Islam” (skripsi Fakultas Syari‟ah dan

Hukum Universitas Islam Negeri Starif Hidayatullah Jakarta, program Studi Perbandingan

Madzhab dan Hukum, 2014), h. 49.

Page 41: GRATIFIKASI DALAM AL ’A E18587 A 0A 86 7 A A A 0A DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37510/2/ANIS... · A 0A 86 7 A A . A -0A . DALAM. 7A 6 A -0A . Skripsi

26

sebagai hadiah, orang lain tersebut tidak berhak memberinya hadiah karena

pekerjaannya.4

Dalam hukum Islam gratifikasi merupakan Istilah yang tidak dikenal.

Hukum islam hanya mengenal istilah hadiah dan pemberian. Pemberian itu

sendiri dalam Islam dibedakan kedalam beberapa macam. Diantaranya

risywah, hadiah, hibah, dan sedekah.5

1. Al-Risywah

Term al-Risywah secara Etimologis berasal dari kata Rasya- Yarsyu-

Risywah yang berarti al-Ju‟lu, dalam bahasa indonesiaju‟lu diartikan

dengan hadiah, upah, pemberian, komisi atau suap.6 Sementara itu secara

terminologis ialah mengantarkan sesuatu yang diinginkan diberikan

kepada seseorang untuk mendapat sesuatu yang diharapkan,7 atau sesuatu

yang diberikan dalam rangka membenarkan yang batil/salah atau

menyalahkan yang benar.8

2. Hadiah

Hadiah dalam bahasa Arab dituliskan dengan Hadiyyah, terambil dari

akar kata yang terdiri dari huruf ha, dal, dan ya, termasuk kata majaz yang

4Lainy Kholilah, “Gratifikasi dalam perspektif hadis ( Telaah Hadis dalam Kitab sunan

Abu Dawus No. Indeks 2943),” (Skripsi S1 Fakultas Ushulussin dan Filsafat Program Studi Ilmu

al-Qur‟an dan tafsir, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, 2015), h. 3 5Dadan Ruslan, “Gratifikasi dalam Tinjauan Hukum Islam” (skripsi Fakultas Syari‟ah dan

Hukum Universitas Islam Negeri Starif Hidayatullah Jakarta, program Studi Perbandingan

Madzhab dan Hukum, 2014), h . 28, 57. 6H.M. Nurul irfan, Korupsi dalam Hukum Pidana Islam, h. 89.

7Gratifikasi secara terminologi ini menurut Ibn al-Atsir dengan redaksi asli l- uslah ila

h jati i al-Mus ana‟ah Ervyn Kaffah dan Moh. Asyiq Amrulla, Fiqh Korupsi: Amanah vs

Kekuasaan (NTB: Solidaritas Masyarakat Transparansi, 2003), h 3. 8Ibrahim Anis, dkk, Al-Mu‟jam al-Wasit, (Beirut: Majma‟ al-Lughah al-Arabiyyah,

1973), cet ke-2, h. 348.

Page 42: GRATIFIKASI DALAM AL ’A E18587 A 0A 86 7 A A A 0A DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37510/2/ANIS... · A 0A 86 7 A A . A -0A . DALAM. 7A 6 A -0A . Skripsi

27

berarti dihadiahkan, ha y merupakan bentuk jamak yang berarti

dipersembahkan.9

Hadiyyah merupakan penyampaian sesuatu dengan

lemah lembut guna menunjukkan simpati.10

Selain pengertian tersebut

huda juga memliki makna lain yaitu petunjuk (Qs. Al-Baqarah//2:2).

Petunjuk yang diberikan kepada manusia ialah sebuah pemberian yang

murni langsung dari Allah. untuk kebaikan hambanya sebagai bentuk

kasih sayang Allah, dengan pemberian itulah Allah diinformasikan

memiliki nama dan sifat al-Hadi (sang maha pemberi petunjuk) serta al-

Rahman (Maha pengasih), dan al-Rahim (maha penyayang).

Hadiah secara terminologi adalah pemberian yang diberikan secara

ikhlas tanpa pamrih oleh seseorang kepada orang lain dalam konteks

penghormatan, kasih sayang, persaudaraan atau persahabatan.11

Makna

seperti ini tidak berbeda dengan pengertian hidayah. Hadiah dan hidayah

berasal dari kumpulan huruf yang sama ha, dal, dan ya. Secara sederhana

hidayah diartikan sebagaiama huda, yaitu petunjuk. Dengan demikian

hidayah adalah pemberian satu pihak (Allah), kepada pihak lain (manusia)

untuk tujuan kasih sayang dan kebaikan sehingga terjalin hubungan kasih

sayang antara Allah dan hambanya.

3. Hibah

9Muhammad Mustafa al-Zabidi, Taj al-Urs min Jaw hir al-Qamus, j. 40, ( Lebanon: D r

al-Khattab al-Ilmiyah, 2007), h. 287. 10

M. Quraish Shihab, Asma-al-Husna, buku ke-3, (Jakarta: Lentera Hati, 2008), h. 144 11Nur Ahmad, “Pencegahan Korupsi dalam perspektif Hadis (Studi Hadis Korupsi

dalam Kutub al-Sittah) ” (Tesis S2 Sekolah Pasca Sarjana Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2007), h. 88.

Page 43: GRATIFIKASI DALAM AL ’A E18587 A 0A 86 7 A A A 0A DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37510/2/ANIS... · A 0A 86 7 A A . A -0A . DALAM. 7A 6 A -0A . Skripsi

28

Hibah secara etimologi merupakan isim masdar dari kata wahaba,

yang berarti memberi tanpa ganti rugi.12

Ibnu Mundzir dalam kitabnya

lisan al-Arab mengungkapkan kata wahaba selain berarti pemberian yang

tak mengharap ganti dan tidak ada tujuan, kata tersebut juga merupakan

salah satu dari asma Allah al-Wahhab,13

dalam al-Qur‟an al-Wahhab

ditemukan dalam tiga ayat, yang kesemuanya adalah Sifat Allah, dan satu

yang dirangkaikan dengan sifat-Nya yang lain yakni al-Aziz (Qs.

Shad/38:9). Allah memberi berulang-ulang bahkan berkesinambungan

tanpa mengharapkan imbalan, baik duniawi maupun ukhrawi.14

Allah Menganugerahkan kepada manusia banyak nikmat dan

melapangkan rezekinya serta memberi balasan yang banyak. Allah

memberi kepada siapa saja yang Dia kehendaki dan Dia mencegah siapa

yang Dia kehendaki. Tidak ada yang bisa memberi apa yang Dia cegah

dan mencegah apa yang diberi. Allah memberi Sebelum Diminta.15

Demikianlah dasar hibah bahwa pemberian tersebut diberikan sebelum

diminta. Secara umum hibah dalam pengertian ini adalah pemberian yang

diberikan atas dasar kasih sayang untuk kepentingan seseorang semasa

hidup,16

dengan tujuan mendekatkam diri kepada Allah dimana orang yang

diberi bebas menggunakan harta tersebut.17

Seperti pemberian sebidang

12

Ibrahim Anis, dkk., Mu‟jam al-wasith, jilid 2, h. 1059. 13

Ibn Manzur, Lisan-al-Arab, jilid. 1, (Beirut: D r Sader, 1990), h. 03. 14

M. Quraish Shihab, Asma-al-Husna, buku ke-2, h. 13. 15

Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin al- „Abbad al-Badr, Fikih sma „ul Husna, penerjemah

Abdurrahman Tayyib, Sulhan Jauhari, cet.ke-14 (Jakarta: Darus Sunnah Press, 2015), h. 192. 16

Masjfuk Zuhdi, Studi Islam, jilid III, Ed. 1, cet. 2, (Jakarta: Pt Raja Grafindo Persada,

1993), h. 75. 17

Abdul Rahman Ghazaly, dkk, Fiqih Muamalat, Ed. Ke-1, (Jakarta: Kencana Prenada

Media Group, 2010), h. 158

Page 44: GRATIFIKASI DALAM AL ’A E18587 A 0A 86 7 A A A 0A DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37510/2/ANIS... · A 0A 86 7 A A . A -0A . DALAM. 7A 6 A -0A . Skripsi

29

tanah kepada seorang anak dari orang tuanya, semasa orang tuanya masih

hidup.

4. Sedekah

Sedekah dalam al-Qur‟an disebutkan dengan kata Shadaqah. Berasal

dari kata shadaqa yang berarti benar atau jujur. Secara itilah, sedekah

berarti sebuah pemberian secara suka rela, baik berupa uang, barang, jasa,

kebaikan, dan lainnya, kepada orang yang berhak menerimanya dengan

jumlah yang tidak ditentukan dan diberikan kapan saja serta di mana saja

demi mengharap rida dan pahala dari Allah.18

Sedekah sebagaimana yang

disebutkan dalam al-Qur‟an memiliki dua macam, yaitu sedekah sunah

dan sedekah wajib.19

Sedekah wajib berupa kewajiban zakat dan

penggunaannya (Qs. Al-Taubat/9:60), sementara sedekah sunah adalah

sedekah yang diberikan secara suka rela (tidak diwajibkan) kepada

seseorang atau badan/lembaga.20

Wahbah Zuhaili dalam Kitabnya al-Fiqh al-Isl m wa „Adilatuhu

mendefinisikan; “jika suatu pemberian diserahkan kepada orang yang diberi

hadiah sebagai ungkapan rasa hormat atau kasih maka disebut hadiah. Jika sesuatu

pemberian diberikan kepada orang yang memerlukan semata-mata karena

mengharap rida Allah itu adalah sedekah. Pemberian selain dalam bentuk-bentuk

tersebut adalah hibah.”21

18

Masykur Arif, Sedekah Itu ajib, (Jogjakarta: Diva Press), h. 13-14. 19

Nasrun Harun, Fiqh Muamalat, (Jakarta: Gaya Media, 2007), h. 88. 20

Masjfuk Zuhdi, Studi Islam, jilid III, h. 82. 21

Wahbah Zuhaili, al-Fiqh al-Isl m wa „ ilatuhu, Ju . 5, (Beirut: D r al-Fikr, 1997), h.

5

Page 45: GRATIFIKASI DALAM AL ’A E18587 A 0A 86 7 A A A 0A DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37510/2/ANIS... · A 0A 86 7 A A . A -0A . DALAM. 7A 6 A -0A . Skripsi

30

Berkaitan dengan kosakatanya gratifikasi tidak berkonotasi buruk, tetapi

pada prakteknya gratifikasi dipergunakan sebagaimana suap. Yaitu uang atau

barang berharga lainnya yang diberikan kepada seseorang dengan tujuan

tertentu.22

Jelaslah mengenai pengertian gratifikasi, bahwa gratifikasi adalah istilah

baru, yang dalam Islam lebih dikenal sebagai risywah, diterjemahkan ke dalam

bahasa Indonesia sebagai suap (hadiah dengan tujuan/kepentingan tertentu).

B. Unsur-Unsur dan Kriteria Gratifikasi.

1. Unsur-unsur Gratifikasi.

Mengacu pada penjelasan yang tertera dalam UU No. 31 tahun 1999

juncto UU No.20 tahun 2001 pasal 12 B ayat 1, yang termasuk dalam unsur-

unsur gratifikasi adalah segala alat yang digunakan dalam proses gratifikasi

yaitu berupa uang, barang, rabat (discount), komisi, pinjaman tanpa bunga,

tiket perjalanan, fasilitas penginapan, perjalanan wisata, pengobatan cuma-

cuma, dan fasilitas lainnya.23

Tabel: Perbandingan unsur risywah dalam hukum pidana dan hukum

Islam24

Pasal Hukum Pidana Fiqh Jinayah (Hukum Islam)

5 ayat (1)

huruf a

Memberi atau

menjanjikanm sesuatu

kepada pegawai negeri

atau penyelenggara

يب يعطي إلثطبل حق أ إلحقبق ثبطم أ

نيني اليخ أ نيظهى ن إسب

22

Lilik Umi Kaltsum, Abdul Moqsith Ghazali, Tafsir Ahkam, h. 69. 23

Ermansjah Djaja, KUHP Khusus: kompilasi Ketentuan Pidana dalam Undang-Undang

Pidana Khusus, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), h. 247 24

H. M . Nurul irfan, Korupsi dalam Hukum Pidana Islam, h. 170

Page 46: GRATIFIKASI DALAM AL ’A E18587 A 0A 86 7 A A A 0A DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37510/2/ANIS... · A 0A 86 7 A A . A -0A . DALAM. 7A 6 A -0A . Skripsi

31

negara dengan maksud

supaya pegawai negeri

atau penyelenggara

tersebut berbuat atau

tidak berbuat sesuatu

dalam jabatannya yang

bertentangan dengan

kewajiban.

Sesuatu yang diberikan dalam

rangka untuk menyalahkan yang

benar, membenarkan yang salah,

memperoleh kedudukan dan

kekuasaan atau dalam rangka

agar seseorang bisa berbuat

zalim

5 ayat (1)

huruf b

Memberi sesuatu kepada

pegawai negeri dan

penyelenggara negara

karena atau berhubungan

dengan sesuatu yang

bertentangan dengan

kewajiban, dilakukan

atau tidak dilakukan

dalam jabatannya

يب يعطي إلثطبل حق أ إلحقبق ثبطم أ

اليخ أ نيظهى ن إسب نيني

Sesuatu yang diberikan dalam

rangka untuk menyalahkan yang

benar, membenarkan yang salah,

memperoleh kedudukan dan

kekuasaan atau dalam rangka

agar seseorang bisa berbuat

zalim. Juga berarti sesuatu yang

diberikan untuk bisa menunaikan

kemaslahatan, atau sesuatu yang

diberikan untuk mewujudkan

yang salah dan membatalkan

yang benar

5 ayat 2 Bagi pegawai negeri atau

penyelnggar negara yang

menerima pemberian

atau janji sebagaimana

dimaksud dalam ayat (1)

huruf a atau b, dipidana

dengan pidana yang sama

sebagaimana dimaksud

dalam ayat (1)

يب يعطي إلثطبل حق أ إلحقبق ثبطم أ

نيني اليخ أ نيظهى ن إسب

Sesuatu yang diberikan dalam

rangka untuk menyalahkan yang

benar, membenarkan yang salah,

memperoleh kedudukan dan

kekuasaan atau dalam rangka

agar seseorang bisa berbuat

zalim

6 ayat (1)

huruf a

memberi atau

menjanjikan sesuatu

kepada hakim dengan

maksud untuk

mempengaruhi putusan

perkara yang diserahkan

kepadanya untuk diadili

يب يعطي ثششط اإلعبخ

Sesuatu yang diberikan sebagai

syarat karena telah diberikan

pertolongan

6 ayat (1)

huruf b

Memberi atau

menjanjikan sesuatu

kepada seseorang yang

menurut ketentuan

يب يعطي إلثطبل حق أ إلحقبق ثبطم أ

نيني اليخ أ نيظهى ن إسب

Page 47: GRATIFIKASI DALAM AL ’A E18587 A 0A 86 7 A A A 0A DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37510/2/ANIS... · A 0A 86 7 A A . A -0A . DALAM. 7A 6 A -0A . Skripsi

32

peraturan perundang-

undangan ditentukan

menjadi advokat untuk

menghadiri sidang

pengadilan dengan

maksud untuk

mempengaruhi nasihat

atau pendapat yang

diberikan, berhubungan

dengan perkara yang

diserahkan kepada

pengadilan untuk diadili

Sesuatu yang diberikan dalam

rangka untuk menyalahkan yang

benar, membenarkan yang salah,

memperoleh kedudukan dan

kekuasaan atau dalam rangka

agar seseorang bisa berbuat

zalim

6 ayat (2) Bagi hakim yang

menerima pemberian

atau janji sebagaimana

dimaksud dalam ayat (1)

huruf a atau advokat

menerima pemberian

atau janji sebagaimana

dimaksud dalam ayat (1)

huruf b, dipidana dengan

pidana yang sama

sebagaimana dimaksud

dalam ayat (1)

ن ا يب يعط انشخص نحبكى ا غيش نيحكى

يحه عهي يب يشيذ

Sesuatu yang diberikan seseorang

kepada seorang hakim atau

kepada selain hakim dengan

maksud agar diberi keputusan

yang menguntungkan bagi si

pemberi atau agar keputusannya

itu bisa diarahkan kepada apa

yang diinginkan oleh pihak

pemberi

11 Pegawai negeri atau

penyelenggara negara

yang menrima hadiah

atau janji, padahal

diketahui atau patut

diduga bahwa hadiah

atau janji tersebut

diberikan karena

kekuasaan atau

kewenangan yang

berhubungan dengan

jabatannya, atau yang

menurut pikiran orang

yang memberikan hadiah

atau janji tersebut ada

hubungan dengan

jabatannya.

يحشو ثزنب ي يب يعطي ثعذ طهج نب

انشاشي نيحطكى ثجطم ا يذفع ع حقب

Sesuatu yang diberikan karena

ada suatu permintaan dan tidak

diberikannya sesuatu dari

seorang pemberi suap, dengan

maksud agar diputuskan dengan

cara yang salah atau bahkan

agar kebenaran bisa ditolak.

12 huruf a Pegawai negeri atau

penyelenggara negara

yang menerima hadiah

atau janji,

يب يعطي ثعذ طهج نب يحشو ثزنب ي

انشاشي نيحطكى ثجطم ا يذفع ع حقب

Page 48: GRATIFIKASI DALAM AL ’A E18587 A 0A 86 7 A A A 0A DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37510/2/ANIS... · A 0A 86 7 A A . A -0A . DALAM. 7A 6 A -0A . Skripsi

33

padahaldiketahui dan

patut di duga bahwa

hadiah atau janji tersebut

diberikan untuk

menggerakkan agar

melakukan atau tidak

melakukan sesuatu

dengan jabatannya yang

bertentangan dengan

kewajiban.

Sesuatu yang diberikan karena

ada suatu permintaan dan tidak

diberikannya sesuatu dari

seorang pemberi suap, dengan

maksud agar diputuskan dengan

cara yang salah atau bahkan

agar kebenaran bisa ditolak.

12 huruf b Pegawai negeri atau

penyelenggara negara

yang menerima hadiah,

padahal diketahui atau

patut diduga bahwa

hadiah tersebut diberikan

sebagai akibat atau

disebabkan karena telah

melakukan atau tidak

melakukan sesuatu dalam

jabatannya yang

bertentangan dengan

kewajiban.

يب يعط انشخص نحبكى ا غيش نيحكى ن ا

يحه عهي يب يشيذ

Sesuatu yang diberikan seseorang

kepada seorang hakim atau

kepada selain hakim dengan

maksud agar diberi keputusan

yang menguntungkan bagi si

pemberi atau agar keputusannya

itu bisa diarahkan kepada apa

yang diinginkan oleh pihak

pemberi

12 huruf c Hakim yang menerima

hadiah atau janji padahal

diketahui atau patut

diduga bahwa hadiah

atau janji tersebut

diberikan untuk

memengaruhi putusan

perkara yang diserahkan

kepadanya untuk diadili.

يب يعط انشخص نحبكى ا غيش نيحكى ن ا

يحه عهي يب يشيذ

Sesuatu yang diberikan seseorang

kepada seorang hakim atau

kepada selain hakim dengan

maksud agar diberi keputusan

yang menguntungkan bagi si

pemberi atau agar keputusannya

itu bisa diarahkan kepada apa

yang diinginkan oleh pihak

pemberi

12 huruf d Memberi atau

menjanjikan sesuatu

kepada pegawai negeri

atau penyelenggara

negara dengan maksud

supaya pegawai negeri

atayu penyelenggara

negara tersebut berbuat

atau tidak berbuat

طبل حق أ إلحقبق ثبطم أ يب يعطي إلث

نيني اليخ أ نيظهى ن إسب

Sesuatu yang diberikan dalam

rangka untuk menyalahkan yang

benar, membenarkan yang salah,

memperoleh kedudukan dan

kekuasaan atau dalam rangka

Page 49: GRATIFIKASI DALAM AL ’A E18587 A 0A 86 7 A A A 0A DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37510/2/ANIS... · A 0A 86 7 A A . A -0A . DALAM. 7A 6 A -0A . Skripsi

34

sesuatu dalam

jabatannya, yang

bertentanga dengan

kewajibannya.

agar seseorang bisa berbuat

zalim

13 Setiap orang yang

memberi hadiah atau

janji kepada pegawai

negeri mengingat

kekuasaan atau

wewenang yang melekat

pada jabatan atau

kedudukannya, atau oleh

pemberi hadiah atau janji

dianggap melekat pada

jabatan atau kedudukan

tersebut, dipidana dengan

pidana penjara paling

lama tiga tahun dan atau

denda paling banyak Rp.

150.000.000,- (seratus

lima puluh juta rupiah)

ت يب يتصم ث اإلسب إني قضبء حبج

يحبثبح ي يبل ا يذاسح يذاخ

Sesuatu yang diberikan oleh

seseorang dengan keinginannya,

pemberian itu bisa berupa harta

yang disenangi, bisa pula berupa

pelayanan dan bisa berupa

prestise

Dalam rumusan sebuah pasal tentang risywah disebutkan dengankalimat

“memberi atau menjanjikan sesuatu,” berarti semangat melakukan perbuatan

risywah bisa dipastikan berasal dari pihak yang akan memberi atau menjanjikan

sesuatu tersebut tanpa menutup kemungkinan bahwa antara pihak yang member

dan pihak yang menerima sesuatu, menerima janji atau menerima hadiah tersebut

sudah melakukan kesepakatan-kesepakatan terlebih dahulu. Oleh sebab itu dalam

fiqh jinayah risywah antara lain mendefinisikan "يب يعطي ثششط اإلعبخ" sesuatu yang

diberikan dengan syarat pertolongan/minta tolong.

Disebutkan “menerima hadiah atau janji” berarti semangat melakukan

perbuatan risywah bisa dipastikan berasal dari pihak yang akan menerima

pemberian, hadiah atau janji walaupun ada kemungkinan antara pihak yang akan

Page 50: GRATIFIKASI DALAM AL ’A E18587 A 0A 86 7 A A A 0A DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37510/2/ANIS... · A 0A 86 7 A A . A -0A . DALAM. 7A 6 A -0A . Skripsi

35

menerima dan yang akan memberi telah terjadi kesepakatan-kesepakatan lebih

awal. Oleh sebab itu dalam fiqh jinayah diantara definisi risywah disebutkan

يب يتصم ث اإلسب إني قضبء حبجت يحبثبح ي يبل ا يذاسح يذاخ

“segala sesuatu yang dijadikan sarana oleh seseorang untuk menggapai

keinginannya, baik karena kecintaannya kepada harta, kedudukan, dan karena

penjilatan.25

2. Kriteria Gratifikasi

Penjelasan istilah-istilah pemberian dalam Islam yang dapat bergeser menjadi

gratifikasi, dan definisi dari gratifikasi itu sendiri sesungguhnya tidak

menunjukkan adanya sebuah kriteria. karena mengacu pada definisi dasar yaitu

pemberian. Segala bentuk pemberian disebut gratifikasi. Namun ketika gratifikasi

berubah menjadi persoalan hukum maka kriteria gratifikasi ialah segala hal yang

tertera dan tercantum dalam undang-undang dan kitab hukum,26

baik dalam

hukum Islam maupun hukum pidana. Dalam beberapa hadis27

dinyatakan bahwa

dalam sebuah kasus, risywah melibatkan tiga unsur utama. Yaitu pihak pemberi

(al-r syi), pihak penerima (al-murtasyi) dan jenis barang serta bentuk yang

diserah terimakan.Dalam kasus risywah tertentu ada kemungkinan melibatkan

25

H. M. Nurul Irfan, Korupsi dalam hukum pidana Islam, h. 171 26Achmad Arif Budiman, “Laporan penelitian individual Praktek Gratifikasi dalam

Pelaksanaan Pencatatan Pernikahan (Studi Kasus Kantor Urusan Agama Kota Semarang),”

(Semarang: Institut Agama Islam Negeri Walisongo, 2014), h. 65-66. 27

Beberapa hadis yang dimaksud ialah:

في انحكى )س احذ ع أثي شيشح قبنهع سسل هللا صهي هللا عهي سهى انشاشي انشتشي

أث داد انتشيزي(

ع عجذ هللا اث عش قبل نع سسل هللا صهي هللا عهي سهى انشاشي انشتشي )سا انخسخ

اال انسبئي صحح انتشيزي(

ع ثثب قبل : نع سسل هللا صهي هللا عهي سهى انشاشي انشتشي يعي انزي يشي ثيب

ذ()س اح

Page 51: GRATIFIKASI DALAM AL ’A E18587 A 0A 86 7 A A A 0A DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37510/2/ANIS... · A 0A 86 7 A A . A -0A . DALAM. 7A 6 A -0A . Skripsi

36

unsur lain yaitu pihak ke empat sebagai perantara, atau pihak kelima sebagai

pencatat peristiwa.28

Persoalan hukum yang terkait adalah ketika gratifikasi dilakukan dan diterima

oleh penyelenggara negara, dengan harapan memperoleh kemudahan mencapai

kesepakatan, mempengaruhi keputusan dan kebijakan.29

Nurul Irfan, dalam

karyanya Gratifikasi dan Kriminalitas Seksual dalam Hukum Pidana Islam,

memberikan pengertian bahwa gratifikasi sama dengan Suap.30

Penegertian ini

mengacu pada gratifikasi yang berupa servis terhadap pegawai negeri atau

penyelenggara negara, bukan mengenai pemberian, tetapi mengenai penerimaan

gratifikasi.31

Contoh-contoh pemberian yang dapat dikategorikan sebagai gratifikasiyang

sering terjadi adalah:32

1. Pemberian hadiah atau parsel kepada pejabat pada saat hariraya

keagamaan, oleh rekanan atau bawahannya

2. Hadiah atau sumbangan pada saat perkawinan anak dari pejabatoleh

rekanan kantor pejabat tersebut

3. Pemberian tiket perjalanan kepada pejabat atau keluarganyauntuk

keperluan pribadi secara cuma-Cuma

28

H. M. Nurul Irfan, Korupsi dalam Hukum Pidana Islam, h. 90. 29Dodik Prihatin. “Tinjauan Yuridis mengenai Gratifikasi Berdasarkan UU. No 31. Tahun

1999 JO UU no. 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi,” h. 5-6. diakses

pada tanggal 27 februari 2017 http://Repositori.unes.ac.id/handle/123456789/62976 30

Nurul Irfan, Gratifikasi dan Kriminalitas Seksual dalam Hukum Pidana Islam, (Jakarta:

Amzah, 2014), h. 9. 31

R. Wiyono, Pembahasan Undang Undang Tindak Pidana Korupsi, (Jakarta: Sinar

Grafika, 2005), h. 109. 32

Doni Muhardiansyah, dkk, Buku Saku:Memahami Gratifikasi, h.19.

Page 52: GRATIFIKASI DALAM AL ’A E18587 A 0A 86 7 A A A 0A DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37510/2/ANIS... · A 0A 86 7 A A . A -0A . DALAM. 7A 6 A -0A . Skripsi

37

4. Pemberian potongan harga khusus bagi pejabat untuk pembelian

barang dari rekanan

5. Pemberian biaya atau ongkos naik haji dari rekanan kepada pejabat

6. Pemberian hadiah ulang tahun atau pada acara-acara pribadilainnya

dari rekanan

7. Pemberian hadiah atau souvenir kepada pejabat pada saat

kunjungankerja

8. Pemberian hadiah atau uang sebagai ucapan terima kasih karenatelah

dibantu.

Saat ini, yang berhak menilai sebuah pemberian merupakan gratifikasi atau

bukan adalah lembaga pemerintahan yang ditunjuk langsung mengawasi kinerja

pegawai dan laporan dari masyarakat. Masyarakat tidak berhak menilai pemberian

adalah gratifikasi sebelum dikeluarkan pernyataan dari lembaga tersebut, dalam

hal ini ialah Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). KPK telah merilis edaran

dengan perihal pedoman dan batasan Gratifikasi dengan Nomor B. 1341/01-

13/03/ 2017.33

Beberapa contoh yang telah disebutkan diatas adalah kasus umum yang sering

terjadi, namun tidak berarti semua contoh yang disebutkan adalah secara sah

disebut gratifikasi. Pada contoh ke- 2 dan 6 misalnya, dalam surat edaran yang

dirilis, hadiah seperti ini tidak dianggap sebagi gratifikasi dengan batasan nilai

pemberian dalam setiap acara maksimal 1000.000,-. Begitu pula pada contoh

nomor 1, 3, 4 dan 5 tidak dianggap sebagai gratifikasi bila tidak memiliki konflik

33

Isi surat edaran terlampir.

Page 53: GRATIFIKASI DALAM AL ’A E18587 A 0A 86 7 A A A 0A DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37510/2/ANIS... · A 0A 86 7 A A . A -0A . DALAM. 7A 6 A -0A . Skripsi

38

kepentingan, wajib melapor dan masksimal pemberian adalah 1000.000,-

sementara contoh nomor 7 dan 8, tidak dianggap sebagai gratifikasi sepanjang

tidak ada pembiayaann ganda, tidak dilarang atau bertentangan dengan peraturan

perundang-undangan atau ketentuan yang berlaku.

C. Perbedaan Gratifikasi dengan Suap.

1. Dalam Islam. (Hukum Islam)

Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa islam tidak

menegenal istilah gratifikasi, tetapi hukum Islam mengenal istilah pemberian

hadiah, pemberian ini ialah pemberian yang diberikan soleh seseorang lain

dalam konteks penghormatan, kasih sayang, persaudaraan, atau persahabatan

secara ikhlas tanpa pamrih. Namun pemberian dapat berubah menjadi

gratifikasi ketika pemberian atau hadiah tersebut diberikan oleh seseorang

kepada orang lain yang memiliki jabatan, kekuatan, atau wewenang dengan

didasari atas kepentingan halus, terkait jabatan, tugas atau wewenang si

penerima. Hadiah dalam arti khusus inilah yang dikenal dengan istilah

gratifikasi. Maka dalam hukum Islam gratifikasi masuk dalam kategori risywah

.merujuk pada beberapa hadiah terkait jabatan atau tugas namun yang paling

dekat kepada definisi gratifikasi ialah risywah.gratifikasi berbeda dengan suap

2. Dalam hukum Indonesia

Sedangkan dalam hukum Indonesia ada perbedaan definisi antara

gratifikasi dan suap. gratifikasi disimpulkan secara mendasar yaitu pemberian.

Pemberian yang umum tidak khusus diluar dari yang telah ditentukan.

Page 54: GRATIFIKASI DALAM AL ’A E18587 A 0A 86 7 A A A 0A DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37510/2/ANIS... · A 0A 86 7 A A . A -0A . DALAM. 7A 6 A -0A . Skripsi

39

Sementara definisi suap secara mendasar adalah sogok,34

yaitu pemberian

secara khusus. Memberi dana atau sesuatu yang lain untuk digunakan pada

petugas.35

Imam Ash-Shiddiq berkata suap dalam pengadilan sama dengan

kekufuran kepada Allah.36

Adapun perbedaan antara gratifikasi dan suap secara khusus terletak

pada tata cara dan proses. Gratifikasi dilakukan tanpa adanya pembicaraan

mengenai maksud dan tujuan (pemberian yang halus), sedangkan Suap

dilakukan biasanya dimulai dengan membicarakan maksud dan tujuannya

untuk kemudian sang pemberi dan penerima menyetujui dilakukannya

transaksi. Meski demikian secara umum gratifikasi dan suap ialah sama.

Adapun secara hukum (pengaturan, definisi, dan sanksi) perbedaan

gratifikasi dengan suap ialah sebagai berikut;

Perbedaan Suap Gratifikasi

Pengaturan 1. Kitab undang-undang

hukum pidana (

Wetboek van Strafrecht,

Staatsblad 1915 no 37)

2. UU. No 11 Tahun 1980

tentang tindak pidana

Suap

3. UU. No. 20 Tahun 2001

Tentang Perubahan UU.

No 31 tahun 1999

tentang Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi

serta diatur pula dalam

UU. No. 30 tahun 2002

tentang komisi

1. UU. No. 20 Tahun

2001 tentang

Perubahan UU No. 41

Tahun 1999 tentang

pemberantasan tindak

pidana korupsi serta

diatur pula dalam UU

No. 30 tahun 2002

tentang Komisi

Pemberantasan

Korupsi.

2. Peraturan Menteri

Keuangan Nomor

03/PMK.06/2011

tentang pengelolaan

34

Tim Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 1094. 35

Jur Andi Hamzah, Terminologi Hukum Pidana, cet. 2, (Jakarta:Sinar Grafika, 2009), h.

140. 36

Kamal Faqih Imani, n Enlightening Comentary Into The Light if Holy Qur‟an, Vol. II,

(Iran: The Scientific and Religious Research Center, 1998) h. 106.

Page 55: GRATIFIKASI DALAM AL ’A E18587 A 0A 86 7 A A A 0A DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37510/2/ANIS... · A 0A 86 7 A A . A -0A . DALAM. 7A 6 A -0A . Skripsi

40

Pemberantasan Korupsi. Barang Milik Negara

yang berasal dari

Barang Rampasan

Negara dan Barang

Gratifikasi

Definisi Barang siapa menerima sesuatu

atau janji, sedangkan ia

mengetahui atau patut dapat

menduga bahwa pemberian

sesuatu atau janji itu

dimaksudkan supaya ia berbuat

sesuatu dalam tugasnya, yan

berlawanan dengan

kewenangan dan kewajibannya

yang menyangkut kepentingan

umum, dipidana penjara

selama-lamanya tiga tahun atau

denda sebanyak-banyaknya

15.000.000.- (lima belas juta

rupiah) (pasal 3 UU3/1980)

Pemberian dalam arti luas,

yakni meliputi pemberian

uang, barang, rabat

(discount), komisi, pinjaman

tanpa bunga, tiket perjalanan,

fasilitas penginapan,

perjalanan wisata,

pengobatan cuma-cuma, dan

fasilitas lainnya. Gratifikasi

tersebut baik yang diterima di

dalam negeri maupun di luar

negeri dan yang dilakukan

dengan menggunakan sarana

elektronik atau tanpa sarana

elektronik (Penjelasan Pasal

12B UU Pemberantasan

Tipikor)

Sanksi Pidana penjara selama-lamanya

tiga tahun atau denda

sebanyak-banyaknya

15.000.000.- ( lima belas juta

rupiah).

KUHP:

pidana penjara paling lama

sembilan bulan atau pidana

denda paling banyak empat

ribu lima ratus rupiah (Pasal

149)

UU Pemberantasan Tipikor:

Dipidana dengan pidana

penjara paling singkat 1 (satu)

tahun dan paling lama 5 (lima)

tahun dan atau pidana denda

paling sedikit Rp

50.000.000,00 (lima puluh juta

rupiah) dan paling banyak Rp

250.000.000,00 (dua ratus lima

puluh juta rupiah) pegawai

negeri atau

penyelenggara negara yang

menerima hadiah atau janji

Pidana penjara seumur hidup

atau pidana penjara paling

singkat 4 (empat) tahun dan

paling lama 20 (dua puluh)

tahun, dan pidana denda

paling sedikit Rp

200.000.000,00 (dua ratus

juta rupiah) dan paling

banyak Rp 1.000.000.000,00

(satu miliar rupiah) (Pasal

12B ayat [2] UU

Pemberantasan TipikoR)

Page 56: GRATIFIKASI DALAM AL ’A E18587 A 0A 86 7 A A A 0A DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37510/2/ANIS... · A 0A 86 7 A A . A -0A . DALAM. 7A 6 A -0A . Skripsi

41

padahal diketahui atau patut

diduga, bahwa hadiah atau

janji tersebut diberikan karena

kekuasaan atau kewenangan

yang berhubungan dengan

jabatannya, atau yang menurut

pikiran orang yang

memberikan hadiah atau janji

tersebut ada hubungan dengan

jabatannya(Pasal 11 UU

Pemberantasan Tipikor).

Source: www.hukumonline.com

Kamal Faqih Imani dalam tafsirnya An Enlightening Comentary into

The Light of Holy Qur‟an37

secara khusus mengatakan bahwa suap adalah satu

bencana yang menjerat manusia sejak dahulu. Suap menjadi salah satu

penghalang terbesar atas terciptanya keadilan sosial. Suap menyebabkan

peraturan dan hukum yang pada dasarnya harus menjaga hak-hak manusia

yang tertindas dimanfaatkan, untuk menunjang kepentingan kelompok yang

berkuasa di masyarakat. Lebih jauh lagi kamal menyatakan bahwa ada

beberapa hal yang patut diperhatikan dalam perbuatan suap yang kerap kali

dinaungioleh beberapa argumen palsu dan istilah-istilah lain. Hal ini

menyebabkan pelaku dan penerima suap biasa menggunakan kata-kata semisal

hadiah, tawaran, tip, dan sejenis lainnya.38

37

Telah diterjemahkan kedalam bahasa indonesia menjadi Tafsir Nurul Qur‟an. 38

Kamal Faqih Imani, n Enlightening Comentary into The Light of Holy Qur‟an, h.108.

Page 57: GRATIFIKASI DALAM AL ’A E18587 A 0A 86 7 A A A 0A DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37510/2/ANIS... · A 0A 86 7 A A . A -0A . DALAM. 7A 6 A -0A . Skripsi

42

D. Gratifikasi Sebagai Penyalahgunaan Harta.

Harta sebagaimana yang telah disinggung pada bab awal ialah barang atau

uang dan sebagainya, bernilai, berwujud atau tidak yang menjadi kekayaan.

Harta merupakan jalan untuk mencukupi hajat hidup manusia.

Kata harta di dalam al-Qur‟an disebutkan sebanyak 87 kali dalam berbagai

ayat, dengan berbagai makna. Harta digunakan untuk kebajikan (al-Baqarah/2:

177), untuk kesombongan (al-Baqarah/2: 247, maryam/19: 77, Saba/34: 35, al-

Kahfi/18: 34), pemborosan (al-Balad/90: 6) untuk berjihad (al-Nisa/4: 95, al-

Anfal/8: 72, al-taubah/9: 20, al-Hujurat), untuk mengambil harta orang lain (al-

Baqarah/2: 188, al-Nisa/4: 10, 29, 161, al-Taubah/9: 34, 41), untuk menguji

dan menyiksa manusia (al-Baqarah/2: 155, al-Taubah/9: 55, 85, al-Naml/27:

36, al-Fath/48: 11, Ali-Imran/3: 186), dan lain sebagainya.39

Allah Swt. mengetahui betapa pentingnya kekayaan (harta) bagi manusia

agar dapat memenuhi hajat hidup dan meraih tujuan yang diinginkan. Tetapi

Allah juga mengingatkan betapa pentingnya menghindari sifat tamak, kikir,

dan boros agar harta tersebut tidak membawa keburukan baginya.40

“sesungguhnya Pemboros-pemboros itu adalah saudara saudara

Setan dan setan itu sangat ingkar pa a Tuhan” (QS l-Isra/17:27)

"dan Sesungguhnya Dia sangat bakhil karena cintanya kepada

harta ”( al- iy t )

Nabi pun bersabda

39

Azharuddin Sahil, Indek al-Qur’an Panduan Mencari Ayat Berdasarkan Kata Dasar, (Bandung: Mizan, 1999), h. 207.

40Ruqaiyyah Waris Maqsood, Harta dalam Islam, h. 76

Page 58: GRATIFIKASI DALAM AL ’A E18587 A 0A 86 7 A A A 0A DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37510/2/ANIS... · A 0A 86 7 A A . A -0A . DALAM. 7A 6 A -0A . Skripsi

43

“ pa ila manusia telah memiliki ua tam ang emas, maka ia akan

erkeinginan untuk memiliki tiga tam ang emas ” (HR Bukhari-

Muslim)41

Begitulah Islam memandang kekayaan sebagai sebuah kebutuhan.

Namun disisi lain memberi peringatan tentang potensi harta yang dapat

menghasilkan hal-hal negatif, seperti penyalahgunaan.

Contoh dari penyalah gunaan kekayaan yang Allah berikan dalam

firmannya adalah sebagai berikut:

“Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain

di antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa

(urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian

daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, Padahal

kamu mengetahui ” (QS l-Baqarah/2:188)

Yaitu menggunakan hartanya untuk diberikan kepada hakim agar perkara

harta yang sedang di permasalahakan dapat diusahakan menang.

“sesungguhnya Pemboros-pemboros itu adalah saudara saudara Setan

an setan itu sangat ingkar pa a Tuhan” (QS l-Isra/17:27)42

41

Dikutip dengan sanad yang lengkap dari kitab Sahih al-Bukhari ma‟a Kasyfi l-musykil

lil Imam ibn al-Jauzi, Juz IV (Kairo: Dar al-Hadits,2008), h. 286.

حذثب أث عيى حذثتب عجذ انشح ث سهيب ث انغسيم ع عجبس ث سم ي سعذ قبل: سعت اث انز

اث ادو عهي انجش ثكخ في خطجخ يقل: يب أيب انبس إبنجي صهي هللا عهي سهى كب يقل: ))ن أ

ني ثبيب أحب إني ثبنثب ال يسذ جف اث ادو إال انتشاة يتة هللا عهي ‘أعطي اديب يهئب ي رت أحت

ي تبة((

42 Ruqaiyyah Waris Maqsood, Harta dalam Islam, (Jakarta, Lintas Pustaka, 2003), h. 95,

103.

Page 59: GRATIFIKASI DALAM AL ’A E18587 A 0A 86 7 A A A 0A DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37510/2/ANIS... · A 0A 86 7 A A . A -0A . DALAM. 7A 6 A -0A . Skripsi

44

Pemborosan yang dimaksud ialah mereka yang membelanjakan dan

menggunakan hartanya secara berlebihan dan tidak bermanfaat.

Menangkap pesan Allah dalam firmannya, maka jelaslah bahwa baik

memperoleh maupun mepergunakan harta memiliki aturan agar tidak masuk

kedalam kebatilan dan kesengsaraan. Dalam hal mempergunakan harta

khusunya, seperti pemberian hadiah, apabila dilakukan tanpa pamrih itu adalah

bentuk amal salih yang Allah janjikan pahala yang amat besar. Tidak hanya di

akhirat tetapi juga di dunia. Sebaliknya bila hadiah pemberian dilakukan

dengan memiliki sebuah kepentingan dan tujuan tertentu, maka pemberian itu

dapat dikategorikan (dalam istilah agama sebagai risywah), yang dalam hukum

indonesia dianggap sebagai tindak pidana dan diatur dalam kitab undang-

undang hukum pidana sebagai tindak pidana suap dan gratifikasi.

Meski Allah tak secara jelas memaksudkan bahwa gratifikasi adalah salah

satu dari bentuk penyalahgunaan harta, namun kita dapat melihat dari apa yang

telah dijelaskan sebelumnya bahwa pemberian hadiah bagai mata uang yang

memiliki dua sisi, dapat menjadi penolong bila digunakan sebagai bentuk amal

salih, dan dapat membawa celaka bila digunakan dengan batil. Begitu pula

dalam memperolehnya. Sebagaimana harta yang disalah gunakan menjadi alat

gratifikasi.

Page 60: GRATIFIKASI DALAM AL ’A E18587 A 0A 86 7 A A A 0A DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37510/2/ANIS... · A 0A 86 7 A A . A -0A . DALAM. 7A 6 A -0A . Skripsi

45

BAB IV

GRATIFIKASI DALAM AL-QUR’AN MENURUT

AL-MARAGHI

Bab ini akan dikaji penafsiran al-Maraghi mengenai ayat-ayat yang

menjadi dalil gratifikasi, dan menguraikan secara ringkas pendapat para ulama

lain dan menganalisisnya, urutan dari ayat yang diuraikan dimulai dengan susunan

waktu ayat tersebut diturunkan.

A. Tafsir Qs-al-Baqarah/2: 188.

1. Teks Ayat dan Terjemah.

“Dan janganlah kamu memakan harta di antara kamu dengan

jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta

itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian dari

pada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa,

Padahal kamu mengetahui.”

Dalam firman Allah ini ada beberapa kata yang dianggap sulit

untuk dipahami menurut al-maraghi yaitu al-Akl, al-B til, al-Idla‟, B ,

al-F r q, dan al-Itsm.

2. Makna Kosakata.

Al-Akl dalam arti asal ialah makan, tetapi al-Akl disini ialah

mengambil atau menguasai. Arti kata ini mencangkup segalanya dan

paling banyak membutuhkan biaya.1

-B til asal katanya adalah But n yang bermakna curang atau

merugikan. Mengmbil harta dengan cara yang batil berati mengambil harta

1Ahmad Mustafa al-Maraghi, T s r - r , juz 2, h. 80.

Page 61: GRATIFIKASI DALAM AL ’A E18587 A 0A 86 7 A A A 0A DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37510/2/ANIS... · A 0A 86 7 A A . A -0A . DALAM. 7A 6 A -0A . Skripsi

46

tanpa imbalan sesuatu yang hakiki. Syariat islam melarang mengambil

harta tanpa imbalan dan kerelaan dari orang yang memilikinya. Dapat juga

diartikan menginfakkan harta dijalan yang tidak bermanfaat dan tidak

sebenarnya.2

Al-Idla‟ bermakna menurunkan timba guna mengambil air. Namun

makna yang dimaksud disini ialah menyuap penguasa untuk membebaskan

beban si penyuap.3 Sementar B merupakan kata sifat yang artinya harta

benda, - r q ialah kelompok atau golongan sedangkan Al-Itsm

bermakna perbuatan dosa. Dimaksud disini ialah kesaksian palsu atau

sumpah semu dan sejenisnya.

Apabila keenam kata yang sulit tersebut disatukan maka bermakna;

mengambil/menguasai dengan menginfakkan harta secara tidak benar

dengan harta benda yang dilakukan oleh sekelompok/golongan yang

disertai dengan kesaksian palsu.

3. Sebab Turunnya Ayat

Allah berfirman dalam ayat ini melarang seseorang memakan harta

orang lain dengan cara yang batil dan melarang seseorang berlaku curang

dalam suatu perkara dengan memberikan harta sebagai alat untuk

mempermudah penyelesaian suatu perkara.4

ikemuk k n oleh nu tim yang bersumber dari S ‟id in

Ju ir, hw „Umru ul-Q is i n „ is d n „ d n in s w l- d r m

2Ahmad Mustafa al-Maraghi, T s r - r , juz 2, h. 80.

3Ahmad Mustafa al-Maraghi, T s r - r , juz 2, h. 80.

4Sayyid Quthb, T s r -Qur‟ n, jilid , penerjem h s‟ d sin, dkk. (J k rt .

Gema Insani Press, 2000), h. 210.

Page 62: GRATIFIKASI DALAM AL ’A E18587 A 0A 86 7 A A A 0A DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37510/2/ANIS... · A 0A 86 7 A A . A -0A . DALAM. 7A 6 A -0A . Skripsi

47

bertengkar mengenai tanah, „Umru ul-Qais hendak bersumpah. Ketika

terjadi peristiwa tersebut maka turunlah ayat ini.5

4. Penafsiran Ayat

Dalam pengertian secara umum menurut l- r gh melalui ayat

ini Allah menjelaskan hukum-hukum memakan harta orang lain.

setidaknya ada dua larangan yang terkandung dalam ayat ini, yaitu

larangan memakan harta dengan cara batil dan larangan memberikan harta

kepada hakim.

Ayat ini mencakup seluruh umat, dan seluruh harta tanpa

terkecuali, selain yang ditunjukkan oleh dalil s r‟i hw h rt itu oleh

diambil. Pengambilan yang dimaksud adalah dengan cara yang benar,

halal, tidak berdosa. Setiap yang tidak dibolehkan oleh syariat untuk

diambil dari pemiliknya itu adalah memakan secara batil, meskipun

pemiliknya merelakannya, seperti upah pelacuran, perdukunan, menjual

khamer dan sebagainya.6

Secara khusus, l- r ghi menjelaskan firman Allah

T ‟ u „ lakum Baynakum bi al-B tili (dan janganlah kamu

memakan harta diantara kamu dengan cara yang batil), merupakan

peringatan bahwa umat itu satu di dalam menjalin kerja sama. Selain itu

ayat ini juga sebagai sebuah peringatan dari Allah bahwa menghormati

harta orang lain berarti menghormati harta sendiri. Sewenang-wenang

terhadap harta orang lain sama saja seperti melakukan kejahataan kepada

5Jalaluddin al-Suyuti, u - uq s - u , terj. M. Abdul Mujieb AS

(surabaya: mutiara ilmu, 1986), h. 59. 6Muhammad bin Alii bin Muhammad al-Syaukani, Fathul Qadir (Beirut: Dar al-

‟riif h, t.t.), h. 239

Page 63: GRATIFIKASI DALAM AL ’A E18587 A 0A 86 7 A A A 0A DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37510/2/ANIS... · A 0A 86 7 A A . A -0A . DALAM. 7A 6 A -0A . Skripsi

48

seluruh umat. Salah seorang yang diperas merupakan salah satu anggota

umat, tentu yang lain akan terkena efek negatif. Orang yang memakan

harta orang lain berarti memberikan dorongan kepada orang lain untuk

berbuat hal yang sama.

Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna

akalnya,7 harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang dijadikan

Allah sebagai pokok kehidupan.

Dalam ayat di atas Allah melarang umatnya memakan harta orang

lain dengan cara yang tidak di syariatkan. Meng idafahkan kata amwal

kepada dhamir jamak untuk mengisyaratkan bahwa sebenarnya harta

d l h milik um t t u j m ‟ h. Jug mengis r tk n hw mengh rg i

dan menjaga harta orang lain terhitung menghargai dan menjaga harta kita

sendiri. Setiap orang dilarang mengganggu harta orang lain dan dilarang

diganggu hartanya.8 sebagaimana dalam Qs. An-Nis ‟ t 5.

Kata batil dalam firman Allah dalam ayat ini telah dijelaskan

sebelumnya. Sebagai penguat, ibn al-Arabi dalam kitabnya ahkam al-

Qur‟ n meng t k n hw til d l h seg l sesu tu ng tid k

dihalalkan oleh syariat dan tidak memiliki faedah. Seperti pemberian yang

diharamkan yaitu riba. 9

Adapun macam-macam kebatilan menurut al-M r gh dalam ayat

ini adalah;

7Orang yang belum sempurna akalnya ialah anak yatim yang belum balig atau orang

dewasa yang tidak dapat mengatur harta bendanya. 8Wahbah zuhaily, T s r - un r t - S r t -Manhaj, ( m skus

r l-Fikr, 2009), jilid I, h. 530. 9 i B kr muh mm d in dull h lm ‟ruf i n r i. Ahkam al-Qur‟ n (beirut: dar al

kuttub ilmiah, 1974), h. 138.

Page 64: GRATIFIKASI DALAM AL ’A E18587 A 0A 86 7 A A A 0A DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37510/2/ANIS... · A 0A 86 7 A A . A -0A . DALAM. 7A 6 A -0A . Skripsi

49

a. Riba, meminta tambahan dari sesuatu yang diutangkan.10

Membungakan harta uang atau yang lainnya yang dipinjamkan

kepada orang lain.11

b. Risywah (Suap), memberikan harta kepada para penguasa atau

hakim untuk melegalkan yang illegal. Baik dalam sebuah

perkara atau sebuah kepentingan.

c. Memberikan sedekah kepada orang yang mampu dan

berpenghasilan cukup, orang kaya tidak dibenarkan menerima

sedekah dengan memperlihatkan dirinya sebagai orang fakir.

Orang-orang yang sehat yang mampu bekerja dengan baik

tidak dibenarkan meminta-minta sedekah kepada orang lain.12

d. Orang yang mampu berusaha mengambil harta zakat, yang

bukan merupakan penerima zakat. (QS. Al-Taubah/9: 60)13

e. Penjual jimat, rajah, tulisan-tulisan al-Qur‟ n se g i jim t.

f. Menganiaya orang lain dengan cara gasab manfaat, menguasai

milik orang lain dengan memindahkan atau mengalihkannya

dari tangan pemiliknya.14

Al-M r gh memberikan contoh;

membujuk orang untuk bekerja, tetapi tidak memberikan upah

kepadanya. Atau memberikan upah tetapi kurang dari yang

pernah disetujui atau seimbang dengan pekerjaan yang

dilakukan.

10

Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah, alih bahasa Kamaluddin A. Marzuki, (Bandung: PT. Al-

‟rif , 1996), h. 117. 11Soh ri S hr ni, Ru‟f h dull h, Fikih Muamalah, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011) , h.

56. 12

Abdul Rahman Ghazaly, Ghufron Ihsan, Shapiudin Shidiq, Fiqh Muamalat, (Jakarta:

Kencana Prenada Media Group, 2010), h. 152. 13

Narun Hasrun, Fikih Muamalah, h. 92. 14

Nasrun Harun, Fikih Muamalah, h. 59.

Page 65: GRATIFIKASI DALAM AL ’A E18587 A 0A 86 7 A A A 0A DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37510/2/ANIS... · A 0A 86 7 A A . A -0A . DALAM. 7A 6 A -0A . Skripsi

50

g. Macam-macam penipuan dan pemerasaan, seperti para

pedagang atau calo yang memalsukan barang yang akan dijual.

Memoles dan menutupi cacat barang yang tidak layak jual.

menjajakan barang cacat sebagai barang yang bagus. Dan lain

sebagainya.

h. Upah sebagai ganti melakukan ibadah. Seperti upah

pengh t m n Qur‟ n.15

Sejalan dengan macam-macam kebatilan yang disebutkan al-Maraghi,

Ibn Katsir juga menjelaskan dalam tafsirnya bahwa memakan harta orang

lain dengan cara pemaksaan, pencurian, pengkhianatan, pada suatu titipan

atau pinjaman dan semacamnya, juga termasuk mengambil dengan cara

barter yang diharamkan; seperti akad-akad, riba, perjudian adalah cara

memakan harta orang lain dengan batil. Selain itu termasuk juga

mengambil untung karena curang dalam jual beli, penyewaan,

menggunakan orang-orang upahan dan mengambil upah mereka,

mengambil upah atas sesuatu yang belum dikerjakan, serta mengambil

upah terhadap ibadah dan perbuatan-perbuatan ketaatan dimana semua itu

tidaklah menjadi sah hingga diniatkan untuk Allah semata, dan dalam hal

ini juga termasuk mengambil harta zakat, sedekah, wakaf, dan wasiat bagi

orang yang tidak memiliki hak darinya atau atas haknya.16

Pengertian yang terkandung dalam “ tu u m ((janganlah)

kamu membawa (urusan) harta kepada hakim)” menurut al-Maraghi

15

Wahbah zuhaily, T s r - un r t - S r t -Manhaj, jilid I, h. 531. 16

Abdurrahman bin Nashir al-s ‟di Tafsir al-s ‟ , penerjemah, Muhammad Iqbal,

(jakarta: Pustaka Sahifa, 2006), h. 300.

Page 66: GRATIFIKASI DALAM AL ’A E18587 A 0A 86 7 A A A 0A DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37510/2/ANIS... · A 0A 86 7 A A . A -0A . DALAM. 7A 6 A -0A . Skripsi

51

adalah janganlah kalian memberikan harta kepada hakim sebagai suap.17

Ibn Athiyah mengungkapkan makna tudlu berasal dari irsal al-dawi

(mengulurkan ember), sedangkan kata risywah (suap) berasal dari kata al-

rasya, seolah mengulurkan ember untuk memenuhi keperluannya.18

Orang

yang memberi suap seperti seseorang yang memenuhi embernya untuk

memenuhi kebutuhan hidupnya. Ia berusaha mencari cara agar

memperoleh yang diinginkan.

Al-Qurtubi mengatakan lafadz tu berada pada posisi jazam

karena di t afkan kepada lafazh wa la t ‟ u u. Seolah Allah berfirman wa

tu . Menggunakan huruf la nahi (larangan).19

Atau pendapat lain

mengatakan wa tu berkedudukasn mansub dengan mentakdirkan

adanya kata „an setelah huruf wawu yang menjadi jawab bagi nahi

(l r ng n), d n i erm kn “mengg ungk n” seol h-olah Allah

berfirman la tajmauna baina „ n t ‟ u u lakum baynakum bi al-

tili wa „ n tu ila hukkam.20

Terk it deng n r tifik si, l- r gh secara ekslplit tidak

mengatakan bahwa gratifikasi adalah salah satu macam hal yang batil,

namun pada point ketiga dari pembagian macam-macam hal yang batil

secara implisit terlihat sebagai gratifikasi. Sadaqah atau sedekah memilki

dua macam yaitu sedekah sunah dan wajib, sedekah wajib ialah pemberian

yang dilakukan dan diberikan kepada orang yang memerlukan, semata-

17 hm d us t f l- r gh , T s r - r , Juz II, h. 72

18 „ dull h uh mm d in hm d l- nsh r l-Qurtu , - ‟ - -

Qur‟ n, (Kairo: T.pn., 1952) , jilid II, cet II, h. 240. 19 „ dull h uh mm d in hm d l- nsh r l-Qurtu , - ‟ - -

Qur‟ n, jilid II, h. 240. 20

Wahbah zuhaily, T s r - un r t - S r t -Manhaj, jilid I, h. 528.

Page 67: GRATIFIKASI DALAM AL ’A E18587 A 0A 86 7 A A A 0A DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37510/2/ANIS... · A 0A 86 7 A A . A -0A . DALAM. 7A 6 A -0A . Skripsi

52

mata mengharap rida Allah dengan memiliki ketentuan dan disyariatkan

yaitu zakat. Sedekah sunah adalah diluar dari sedekah wajib. Alat yang

digunakan untuk bersedekah sangat banyak, bahkan tidak terpaku pada

materi saja, termasuk juga immateri seperti dengan senyum dan lain

sebagainya. ini termasuk kedalam sedekah sunah. Orang yang mampu dan

berpenghasilan cukup bukan tidak dibolehkan mendapat sedekah dari

orang lain, tetapi tidak dibenarkan menerimanya, karena tidak tepat

sasaran. Sedekah harus diberikan kepada orang-orang yang benar-benar

sangat membutuhkan. Seseorang yang mampu dan berpenghasilan cukup

seharusnya bersedekah bukan sebagai penerima sedekah.

Dalam sebuah hadis nabi yang diriwayatkan dari Abu Humaid as-

S , er t , “R su u S . enu s n s seor n e

dari suku Azd untuk mengambil zakat bani Sulaim yang bernama Abdullah

(Ibnu Utbiyyah). Ketika telah kembali, beliau pun mengevaluasinya. Dia

berkata inilah pungutan kalian, sedangkan ini adalah hadiah sebagai

n u.‟ u R su u S . ers , “ en p u t u u

saja dirumah bapak atau ibumu sehingga kamu bisa melihat, apakah kamu

akan mendapatkan hadiah atau tidak, jika engau jujur ?!. selanjutnya

beliau naik ke atas mimbar, kemudian memanjatkan pujian kepada Allah

dan menyanjung- , u ers , “sesun u n u enu s n

salah seorang dari kalian atas kepercayaan yang Allah berikan padaku,

e u n e n en t n, “ n n n n n

n or n ep u!” u R su u S . ers , “ en p

dia tidak duduk saja dirumah bapak dan ibunya sehingga datang hadiah

itu padanya jika memang dia benar. Demi Allah! Tidak seorang pun dari

kalian yang mengambil sebagian dari harta sedekah itu, kecuali pada hari

kiamat dia akan datang membawanya drngan seekor unta yang melenguh

dilehernya yang akan mengangkutnya atau seekor sapu yang juga

e en u t u see or n n en e e .” Ke u n e u

mengangkat kedua tangannya sehingga kami dapat melihat warna putih

et n . Ke u n e u ers . “Y h, bukankah aku telah

sampaikan?!” per st n t o e t u n dengar oleh kedua

telingaku.21

21

Abu Husain Muslim bin Hajjaj al-Qusyairi al-Naisaburi, Shahih Muslim, (Mesir: al-

Maktabah alIslamiyah, 2011) h. 467.

د ب انعالء, حدثا أبى أسايت, حدثا هشاو, ع أبيه, ع أبي حيد انساعدي, قال: اسخعم زسىل هللا صهي حدثا أبى كسيب يح

ا جاء حاسبه قال: هرا يانكى وهرا هديت. فقال زسىل هللا عهيه و سه ى زجال ي األنزد عهي صدقاث بي سهيى يدعي اب األحبيه,فه

Page 68: GRATIFIKASI DALAM AL ’A E18587 A 0A 86 7 A A A 0A DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37510/2/ANIS... · A 0A 86 7 A A . A -0A . DALAM. 7A 6 A -0A . Skripsi

53

Hadis tersebut menerangkan bahwa hadiah untuk pegawai itu tidak

dibenarkan, bahkan Imam Nawawi dalam Syarahnya menyatakan hal

seperti itu adalah haram dan merupakan sebuah penghianatan. Sebab

pengharamannya ialah karena status kekuasaan yang dimiliki oleh pegawai

itu. Adapun ketentuan bagi barang yang diterima diluar ketetapan adalah

dikembalikan kepada pemberinya, jika sulit dilakukan maka diserahkan

kepada instansi terkait.

Hadis tersebut mendukung firman Allah “wa t ‟ u

u n u - tili wa tu u m li t ‟ u n

-n s bi al- ts ntu t ‟ un”.22

Al-Maraghi

menganggapnya sebagai risywah, dan menyatakan batil. Ia mengatakan

meminta bantuan kepada hakim dalam rangka memakan harta orang lain

dengan cara batil, seperti melakukan sumpah bohong atau kesaksian palsu

untuk membuktikan kebenaran adalah haram. Ia juga mengatakan bahwa

hakikatnya, keputusan hakim tidak bisa merubah kebenaran, meski hanya

dalam hatinya. Fungsi hakim hanya melaksanakan keputusan secara

lahiriyah, namun pada hakikatnya ia bukan seseorang yang berhak

menghalalkan atau mengharamkan sesuatu.23

Makna lafadz al- itsm adalah dzalim dan melampaui batas.

Tindakan batil yang banyak disebutkan seperti itu dinamakan dosa, karena

هللا صهي هللا عهيه وسهى : ))فهال جهسج في بيج أبيك وأيك حخي حأحيك هديخك, إ كج صادقا((. ثى خطبا فحد هللا وأثي عهيه,

ا والي هللا, فيأحي فيقىل: هرا يانكى وهرا هديت أهديج ني. أفال جهس ثى قال : ))أيا بعد فإي أسخخعم انسجم يكى عهي انعم ي

في بيج أبيه وأيه حخي حأحيه هديخه إ كا صادقا, وهللا اليأخر أحدا يكى يها شيأ بغيسحقه نقي هللا حعاني يحهه يىو انقيايت,

أحدا يكى نقي هللا يح م بعيسا نه زغاء, أو بقسة نها خىاز, أو شاة حيعس((. ثى زفع يديه حخي زئي بياض إبطيه ثى قال : فألعسف

))انههى هم بهغج((. بصس غيي وسع أذي22

Al-Baqarah/2: 188. 23 hm d us t f l- r gh , T s r - r , Juz II, h. 72

Page 69: GRATIFIKASI DALAM AL ’A E18587 A 0A 86 7 A A A 0A DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37510/2/ANIS... · A 0A 86 7 A A . A -0A . DALAM. 7A 6 A -0A . Skripsi

54

yang melakukannya akan mendapatkan dosa.24

Orang yang melakukan

praktek gratifikasi atau suap adalah orang yang zalim. Perbuatan tersebut

terhitung sebagai perbuatan yang membuang-buang harta. Orang beriman

tidak dibenarkan menyuap hakim agar memberi keputusan yang sesuai

keinginannya. Ahlu al-Sunnah sepakat mengambil sesuatu yang dapat

disebut harta, sedikit ataupun banyak maka perbuatannya adalah fasik dan

haram baginya mengambil harta tersebut. 25

Hadis tersebut juga merupakan

bukti adanya praktek yang dikenal saat ini sebagai gratifikasi. Sementara

secara khusus hadis yang mengharamkan perbuatan suap atau gratifikasi

telah dijelaskan pada bab sebelumnya.

Al-Syaukani, al-Qurtubi, Ibn Katsir dan mayoritas ahli tafsir pun

berpendapat, bahwa ayat ini menunjukkan keputusan hakim tidak dapat

menghalalkan yang haram dan tidak pula mengharamkan yang halal, baik

berkenaan dengan harta maupun kemaluan. Apabila seorang hakim

memenangkan suatu kasus berdasarkan kesaksian palsu maka yang

dimenangkan telah mengambil harta orang lain dengan cara yang batil,

demikian pula dengan menyuap hakim, lalu hakim memenangkan

kasusnya. Tidak ada perbedaan pendapat di kalangan ahli ilmu mengenai

hakim yang tidak dapat menghalalkan yang haram dan mengharamkan

yang halal.26

Selain itu Larangan memakan harta dengan cara yang batil juga

terdapat dalam Qs. Al-Nisa/4: 29 dan 10.

24 „ dull h uh mm d in hm d l- nsh r l-Qurtu , - ‟ - -

Qur‟ n, h. 240. 25

Wahbah zuhaily, T s r - un r t - S r t -Manhaj, jilid I, h. 534. 26

Muhammad bin Ali bin Muhammad al-Syaukani, Tafsir Fathul Qadir, Terj. Amir

Hamzah Fachruddin, Asep Saefullah, ed. Edy Fr. (Jakarta: Pustaka Azzam, 2008), h. 732.

Page 70: GRATIFIKASI DALAM AL ’A E18587 A 0A 86 7 A A A 0A DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37510/2/ANIS... · A 0A 86 7 A A . A -0A . DALAM. 7A 6 A -0A . Skripsi

55

Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim

secara zalim, sebenarnya mereka itu menelan api sepenuh

perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api yang menyala-

nyala (neraka). (al-Nisa/4: 10)

29. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling

memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan

jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara

kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu,27

Sesungguhnya

Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. (30) dan Barangsiapa

berbuat demikian dengan melanggar hak dan aniaya, Maka Kami

kelak akan memasukkannya ke dalam neraka. yang demikian itu

adalah mudah bagi Allah.

Dari paparan ayat di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa tidak

pantas jika seorang yang merasa dirinya beriman kepada allah dan hari

akhir mendudukkan dirinya sebagai pembela (hakim) dalam masalah yang

ia ketahui bahwa yang di bela itu berada dalam kesalahan atau dijalan yang

batil, lebih-lebih ia akan membela orang tersebut dengan segala

kepandaian yang ia mliki dengan hanya menerima pemberian dari

tersandung kasus tersebut.

27

Larangan membunuh diri sendiri mencakup juga larangan membunuh orang lain, sebab

membunuh orang lain berarti membunuh diri sendiri, karena umat merupakan suatu kesatuan.

Page 71: GRATIFIKASI DALAM AL ’A E18587 A 0A 86 7 A A A 0A DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37510/2/ANIS... · A 0A 86 7 A A . A -0A . DALAM. 7A 6 A -0A . Skripsi

56

Oleh karena itu seseorang tidak dibolehkan mencari penghidupan

dengan cara-c r ng di l r ng oleh s ri‟ t, k ren h l ini k n

merugikan dan membahayakan orang lain. Dan seharusnya dalam mencari

penghidup n itu deng n j l n ng di h l lk n oleh s ri‟ t, sehingg

tidak merugikan orang lain. Dalam hal ini juga berdampak negatif pada si

pembela (hakim) yaitu, 1. Dalam menjalankan tugasnya si hakim akan

lebih senang melayani orang yang memberi hadiah kepadanya, sebaliknya

ia akan malas melayani orang yang tidak memberi hadiah. 2. Dalam

melaksanakan tugas selalu mengharap-harap dari orang lain.

B. Tafsir QS. Al-Nissa/4: 29-30.

1. Teks Ayat dan Terjemah.

29. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling

memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan

jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara

kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu,28

Sesungguhnya

Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. (30) dan Barangsiapa

berbuat demikian dengan melanggar hak dan aniaya, Maka Kami

kelak akan memasukkannya ke dalam neraka. yang demikian itu

adalah mudah bagi Allah.

2. Makna kosakata.

28

Larangan membunuh diri sendiri mencakup juga larangan membunuh orang lain, sebab

membunuh orang lain berarti membunuh diri sendiri, karena umat merupakan suatu kesatuan.

Page 72: GRATIFIKASI DALAM AL ’A E18587 A 0A 86 7 A A A 0A DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37510/2/ANIS... · A 0A 86 7 A A . A -0A . DALAM. 7A 6 A -0A . Skripsi

57

Amwâlakum yaitu harta yang beredar dalam masyarakat. Apabila

di kaitkan dengan penafsiran QS. An-Nis ‟ t 5 t ini

menunjukkan bahwa harta anak yatim dan harta siapapun sebenarnya

merupakan milik bersama, dalam arti ia harus harus beredar dan

menghasilkan manfaat bersama.

Bainakum yaitu diantara kamu maksudnya bukan sesuatu yang ada

di antara dua belah pihak, seharusnya berada di tengah, yakni di antara

mereka atas harta, dan harta itu berada di tengah mereka yang

berhimpun itu.29

Al-Bâtil yaitu kesia-siaan dan keraguan. Yakni mengambil harta

tanpa pengganti hakiki yang biasa, dan tanpa keridaan dari pemilik

yang di ambil itu.30

3. Penafsiran ayat

Secara umum Al- r gh mengatakan ayat ini menerangkan

kaidah-kaidah umum mengenai transaksi harta sebagai pembersih jiwa

dalam mengumpulkan harta yang dicintai. Allah memberi pesan agar

manusia selalu mengerjakan hal sebagaimana yang telah disyariatkan.

Allah memberikan ketentuan tentang perniagaaan, dan larangan berbuat

zalim.

Batil dalam ayat ini sebagaimana ayat sebelumnya secara bahasa

memiliki makna yang sama. Definisi al-B til menurut syara yakni

mengambil harta tanpa pengganti hakiki yang biasa, dan tanpa keridaan

dari pemilik harta yang diambil, Atau menafkahkan harta bukan pada jalan

hakiki yang bermanfaat. Lotre, penipuan dalam jual beli, riba, dan

29

M. Quraish Shihab Tafsir al-Misbah (Pesan, kesan, dan keserasian al-Qur‟ n),

(Ciputat, Lentera Hati, 2000), h. 412-413. 30

Ahmad Mustafa al-Maraghi, T s r - r , juz 5, h. 16.

Page 73: GRATIFIKASI DALAM AL ’A E18587 A 0A 86 7 A A A 0A DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37510/2/ANIS... · A 0A 86 7 A A . A -0A . DALAM. 7A 6 A -0A . Skripsi

58

menafkahkan harta pada jalan yang diharamkan, serta pemborosan dengan

mengeluarkan harta untuk hal yang tidak dibenarkan akal adalah hal- hal

yang termasuk dalam kata batil.31

l- r gh mengatakan kata bainakum dalam ayat ini

menunjukkan bahwa harta yang haram biasanya menjadi pangkal didalam

transaksi antara orang yang memakan dengan orang yang hartanya

dimakan. Masing-masing menginginkan harta tersebut menjadi miliknya.

Tidak perduli dengan cara apa saja. Penggunaan kata makan dalam ayat ini

karena ia merupakan cara yang paling banyak dan kuat digunakan.

rt ng terd p t d l m k lim t “ T ‟ u „ u

Baynakum bi al-B til (janganlah kalian memakan harta sebagian yang

lain) dikatakan al-Maraghi bermaksud untuk mengingatkan bahwa umat

adalah kesatuan, harta setiap orang dari mereka adalah harta umat.

Dikatakan demikian karena setiap harta yang dimiliki seseorang terdapat

pula harta orang lain didalamnya. jika salah seorang diantara mereka

meminta dibolehkan memakan harta orang lain. maka ia seperti

membolehkan pula orang lain memakan hartanya.32

Allah melarang

hambanya yang beriman memakan harta diantara mereka dengan cara

batil. Seperti mencuri, menipu, riba, dan lain sebagainya33

Al-J s s as menambahkan bahwa yang dimaksud memakan harta

dengan cara yang batil ialah bukan hanya memakan harta orang lain, tetapi

juga memakan harta dirinya sendiri. Seperti menginfakkan hartanya untuk

31

Ahmad Mustafa al-Maraghi, T s r - r , juz 5, h. 16. 32

Ahmad Mustafa al-Maraghi, T s r - r , juz 5, h. 16 33

Abi Bakr jabir al-Jazairy, s r -T s r, (Jeddah: Racem Advertising, 1987), cet. II,

jilid 1, h. 390

Page 74: GRATIFIKASI DALAM AL ’A E18587 A 0A 86 7 A A A 0A DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37510/2/ANIS... · A 0A 86 7 A A . A -0A . DALAM. 7A 6 A -0A . Skripsi

59

perbuatan maksiat dan perbuatan yang tidak bermanfaat serta bertentangan

dengan yang disyariatkan.34

Allah melarang hambanya yang beriman dari memakan harta

diantara mereka dengan cara yang batil. (tanpa ganti yang dibolehkan),

seperti mencuri, menipu, riba, dan lain sebagainya.35

Sebagai penguat, Wahbah Zuhayli menjelaskan bahwa kata

amwalakum menunjukkan kepada harta yang dimiliki orang lain dan juga

harta yang dimiliki oleh diri sendiri. Selain itu kata tersebut juga

mengisyaratkan bahwa semua harta yang dimiliki seseorang hakikatnya

adalah harta umat.36

Quraish Shihab mengatakan bahwa harta yang dimaksud dalam

ayat tersebut adalah harta yang beredar dalam masyarakat, yang

difungsikan sebagai milik bersama, harus dapat menghasilkan manfaat

bersama. Harta hendaknya diilustrasikan berada di tengah, tidak berat

sebelah. Artinya kedua belah pihak sama sama mendapatkan keuntungan,

atau sama-sama mendapat kerugian. Demikian sebagaimana pembeli dan

penjual, penyewa dan penyedia jasa, penyedekah dan penerima sedekah,

dan lain sebagainya.37

Ada sebuah ungkapan yang dikutip al-M r gh , hw “Hidup

adalah Q s s .” Ungkapan ini merupakan sebuah Isyarat bahwa orang yang

memiliki harta berkewajiban mengeluarkan sebagian hartanya kepada

34 B kr hm d in l l-R l-J s s s, Ahkam Al-Qur‟ n, ( iro r ush f , t.t )

Juz III, h 128. 35

Abi Bakr jabir al-Jazairy, A s r -T sir, h. 391 36

Wahbah zuhaily, T s r - un r t - S r t -Manhaj, jilid IV, h. 33. 37

M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah (Pesan, kesan, dan keserasian al-Qur‟ n), h. 392.

Page 75: GRATIFIKASI DALAM AL ’A E18587 A 0A 86 7 A A A 0A DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37510/2/ANIS... · A 0A 86 7 A A . A -0A . DALAM. 7A 6 A -0A . Skripsi

60

orang yang memerlukan dan tidak pelit dengannya, karena dengan begitu

seakan-akan dia memberikan sebagian hartanya sendiri.

Penjelasan harta, sebagaimana yang dikemukakan al-M r gh dan

Quraish Shihab, mengantarkan pada kesimpulan bahwa harta secara

keseluruhan adalah Milik Allah, tetapi dalam bentuk nyata dan proses

transaksinya tebagi ke dalam dua fungsi yaitu milik bersama dan milik

Pribadi. Harta yang berfungsi sebagai milik bersama disebut juga harta

umat, sedangkan harta yang berfungsi sebagai milik pribadi adalah harta

manusia. harta umat adalah harta Allah yang dikumpulkan oleh manusia

untuk satu tujuan, seperti APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja

Negara), kas Masjid, zakat yang penggunaannya sesuai kesepakatan dan

ketentuan. Di luar itu tidak diperkenankan. Sedangkan harta milik pribadi

adalah harta Allah yang diberikan kepada manusia, dimiliki oleh orang-

perorang yang didapat dari hasil kerja atau pemberian. Seperti gaji dan

hadiah yang penggunaannya tergantung kerelaan pemilik.

Agama Islam telah meletakkan kaidah dasar yang adil tentang

harta. Pertama, Dasar dari harta umat adalah bahwa Islam mewajibkan

orang yang memliki banyak harta kewajiban-kewajiban tertentu, seperti

zakat harta, perniagaan38

demi maslahat-maslahat umum. Orang yang

sedikit harta dan orang miskin yang membutuhkan pertolongan, diberikan

kepadanya hak-hak untuk menerima bagian dari harta umat.39

Islam juga

memerintahkan supaya berbuat kebajikan dan kebaikan, serta

mengeluarkan sedekah tiap waktu. Dengan dasar ini pula seharusnya di

38

Disebut muzakki 39

Disebut mustahik

Page 76: GRATIFIKASI DALAM AL ’A E18587 A 0A 86 7 A A A 0A DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37510/2/ANIS... · A 0A 86 7 A A . A -0A . DALAM. 7A 6 A -0A . Skripsi

61

dalam Negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam, tidak akan

terdapat orang yang kekurangan makan, atau telanjang, baik muslim

ataupun non muslim, karena Islam telah menghilangkan kesusahan orang.

Sebagaimana mewajibkan di dalam harta mereka hak-hak bagi para fakir

miskin.

Kedua, Islam tidak membolehkan orang-orang yang butuh,

mengambil harta untuk kebutuhannya tanpa seizin pemiliknya. Agar

pengangguran dan kemalasan tidak tersebar luas di antara individu-

individu umat, tidak terdapat kekacauan dalam harta, dan akhlak serta

sopan santun tidak rusak.40

l- r gh meyakini jika kaum Muslim menegakkan panji-panji

agama dan mengamalkan syariatnya, niscaya mereka telah memberikan

contoh teladan kepada manusia, dan mereka mengetahui dengan jelas

bahwa Islam benar-benar syariat terbaik yang dikeluarkan demi

kepentingan umat manusia, dan dapat membangun suatu peradaban yang

benar dizaman ini, yang akan di ikuti oleh setiap orang yang

menginginkan kebahagian masyarakat, dan tidak akan meletakkan

injakkan dibawah kebutuhan dan kemiskinan, sebagaimana terjadi dewasa

ini, dimana para pekerja berbondong-bondong memburu para kapitalis.

„ n T n T r ratan „ n Tar n inkum. i rtik n oleh

l- r gh deng n “j ng nl h k li n term suk or ng-orang yang tamak,

yang memakan harta orang orang lain tanpa ganti rugi mata uang atau

sesuatu manfaat, tetapi makanlah harta itu dengan perniagaan yang pokok

40

Ahmad Mustafa al-Maraghi, T s r - r , juz 5, h. 17

Page 77: GRATIFIKASI DALAM AL ’A E18587 A 0A 86 7 A A A 0A DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37510/2/ANIS... · A 0A 86 7 A A . A -0A . DALAM. 7A 6 A -0A . Skripsi

62

penghalalannya ialah saling meridai. Itulah yang patut bagi orang yang

menjunjung tinggi kem nusi n d n g m .” ini sek ligus pes n d rin

bila ingin termasuk kedalam golongan orang-orang yang banyak harta.41

Sementara menurut al-Syaukani kata t rah bukan hanya diartikan

sebagai perniagaan, tetapi terkadang juga dugunakan sebagai arti dari

“ l s n m l per u t n” k t ini sif tn m j i se g im n firm n

Allah42

Sukakah kamu aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat

menyelamatkanmu dari azab yang pedih?

Sejalan dengan al- r gh , n tsir le ih d hulu men t k n

maksud dari „ n T na T r ratan „ n Tar n inkum ialah jangan

melakukan praktik-praktik yang di haramkan dalam memperoleh harta

kekayaan, lakukanlah perdagangan yang disyariatkan berdasarkan kerelaan

penjual dan pembeli.43

Harta yang di dapat dari hasil jual beli yang

dasarnya saling rela antara kedua belah pihak adalah halal dimakan.44

Demikianlah Allah melalui firmannya memberikan alternatif solusi

yang dapat dilakukan oleh manusia agar terhindar dan menjauhi

mendapatkan harta dan membelanjakannnya dengan cara yang batil. Yaitu

dengan melakukan pekerjaan dan usaha yang jujur melalui perniagaan.

Perniagaan merupakan jalan tengah yang bermanfaat untuk orang

yang akan membelanjakan hartanya (konsumen) dan orang yang ingin

41

Ahmad Mustafa al-Maraghi, Tafsir a - r , juz 5, h. 18 42

Muhammad ali bin muhammad al- Syaukani, Fath al-Qadir, juz I, (Beirut: Dar al-Fikr,

1973) h. 457. 43 uh mm d N si Rif ‟i, Kemudahan dari Allah; Ringkasan Tafsir Ibn Katsir, Terj.

Syihabuddin, (Jakarta: Gema Insani Press, 1999), h. 693. 44

Abi Bakr jabir al-Jazairy, s r -T s r, h. 391

Page 78: GRATIFIKASI DALAM AL ’A E18587 A 0A 86 7 A A A 0A DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37510/2/ANIS... · A 0A 86 7 A A . A -0A . DALAM. 7A 6 A -0A . Skripsi

63

mendapatkan harta (produsen) yang dilakukan dengan memasarkan

barang. Perniagaan ini berarti pelayanan antara kedua belah pihak, saling

mendapatkan manfaat, yang perolehan manfaatnya didasarkan pada

kemahiran dan kerja keras.45

m m S fi‟ mengatakan, bahwa pada dasarnya semua jual-beli

adalah Mubah selama dilakukan secara suka sama suka, kecuali jual beli

yang diharamkan oleh Rasulullah Saw.. Segala jual beli yang tergolong

dalam larangan Rasulullah Saw pasti haram untuk dilakukan. Sementara

segala bentuk jual beli yang berbeda dengannya, nilai hukumnya mubah

dan digolongkan sebagai jual beli yang dalam kitabullah dinyatakan

mubah.46

Dasar halal dan mubahnya perniagaan gi l- r ghi dan ulama

mayoritas adalah saling meridai anatara pembeli dan penjual. Abi Bakr al-

jazairy menambahkan saling meridai diantara keduanya selama kedua

belah pihak belum berpisah.47

Penipuan , pendustaan dan pemalsuan

adalah hal yang diharamkan.

Demikian pula dengan Praktek gratifikasi, suap ataupun korupsi,

sering kali dianggap menjadi sebuah proses jual beli, karena adanya

transaksi. Meski kedua belah pihak sama-sama rida namun jelas hal seperti

ini tidaklah dibenarkan. Bisa saja Seseorang yang memberikan sebagian

hartanya kepada orang lain (sedang ia dalam keadaan memiliki

kepentingan) tidak menyadari atau dengan sadar bahwa apa yang

45

Sayyid Quthb, T s r Z Qur‟ n ( B un n -Qur‟ n), jilid II, Terj.

s‟ d Y sin, kk, h. 342. 46

Ahmad Mustafa al-Farran, T s r S ‟ , terj.Fedrian Hasan dkk, Ed, Tim

alMahira (Jakarta: Almahira, 2008) , h. 118. 47

Abi Bakr jabir al-Jazairy, s r -T s r, h. 392

Page 79: GRATIFIKASI DALAM AL ’A E18587 A 0A 86 7 A A A 0A DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37510/2/ANIS... · A 0A 86 7 A A . A -0A . DALAM. 7A 6 A -0A . Skripsi

64

dilakukannya adalah sebuah kesalahan. Ia menganggap hal yang ia

lakukan adalah benar dan menjadi sebuah keharusan dan kewajaran yang

logis. Namun ini adalah sebuah kesalahan yang besar, karena ia tidak

terlebih dahulu memeriksa dan memikirkan matang-matang apakah yang

akan dia lakukan benar atau salah. Allah tidak membenarkan hal-hal

seperti ini.

Allah pun melarang seorang musim melakukan aniaya kepada diri

pada akhir Qs. Al-Nisa ayat 29.

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta

sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang

Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu

membunuh dirimu; Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang

kepadamu.

Ayat diatas menjelaskan tentang tindakan kriminal seseorang

terhadap orang lain adalah tindakan kriminal terhadap dirinya sendiri,

bahkan terhadap seluruh manusia. tindak kriminal tidak hanya terbatas

kepada pembunuhan. Penipuan, pencurian, korupsi, dan gatifikasi

termasuk di dalamnya. Semua ini berakhir pada menyengsarakan diri

sendiri (aniaya).

Seorang muslim haram membunuh dirinya atau muslim lainnya

karena pada dasarnya muslim itu adalah umat yang satu48

al-Syaukani

menambahkan bahwa Allah melarang segala bentuk aniaya dan bunuh diri

48

Abi Bakr jabir al-Jazairy, s r -T s r, h. 392

Page 80: GRATIFIKASI DALAM AL ’A E18587 A 0A 86 7 A A A 0A DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37510/2/ANIS... · A 0A 86 7 A A . A -0A . DALAM. 7A 6 A -0A . Skripsi

65

(baik yang dilakukan terhadap orang lain maupun diri sendiri), kecuali

yang ditetapkan syariat Islam.49

Allah memerintahkan pula agar manusia menghormati jiwa orang

lain, sebagaimana ia menghormati jiwanya sendiri.

“Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena

orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat

kerusakan dimuka bumi, Maka seakan-akan Dia telah membunuh

manusia seluruhnya, dan Barangsiapa yang memelihara

kehidupan seorang manusia, Maka seolah-olah Dia telah

memelihara kehidupan manusia semuanya.50

Melalui larangan dan perintah yang Allah berikan, Dia

menunjukkan kasih sayangnya. Memelihara darah, dan harta manusia

merupakan pokok kemaslahatan dan manfaat bagi manusia itu sendiri.

Mengajarkan saling menyayangi, mencintai, tolong-menolong, dan

memelihara serta melindungi diri jika keadaan membutuhkan

perlindungan. Ini lah bentuk sayang yang Allah berikan.

Maka barangsiapa yang melanggar larangan Allah, seperti yang

telah dipaparkan Allah dengan tegas memberikan sanksi dengan

memasukannya ke dalam neraka. Ini jelas dikatakan Allah pada Penutup

Qs. Al-Nisa ayat 30.

“Maka Kami kelak akan memasukkannya ke dalam neraka. yang demikian

itu adalah mudah bagi Allah).

49

Seperti hukum qisas. Muhammad ali bin muhammad al syaukani, Fath al-Qadir, juz I.

H. 457. 50

Qs. Al-Maidah/5: 32

Page 81: GRATIFIKASI DALAM AL ’A E18587 A 0A 86 7 A A A 0A DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37510/2/ANIS... · A 0A 86 7 A A . A -0A . DALAM. 7A 6 A -0A . Skripsi

66

Abu Bakr al-jazairy dan al-Syakuani dalam tafsirannya pun

mengatakan bahwa ancaman yang keras bagi pembunuh yang zalim dan

penuh permusuhan(dendam) adalah dimasukan kedalam neraka dengan

dibakar.51

Dan jika ingin terhindar dari azab itu, maka hendaklah melakukan

segala perintah, aturan, serta anjuran yang diberikan Allah dalam firman-

firman-Nya.

Dalam ayat ini dapat disimpulkan bahwa hikmah yang dapat

diperoleh adalah anjuran menyenangi perniagaan, karena manusia sangat

membutuhkannya, dan peringatan agar menggunakan kepandaian dan

kecerdikan di dalam memilih barang serta teliti di dalam transaksi, demi

memelihara harta sehingga tidak sedikitpun darinya keluar dengan

kebatilan atau tanpa manfaat. Apabila dalam perdangangan terdapat

untung yang banyak tanpa penipuan dan pemalsuan, melainkan dengan

saling meridhai antara kedua belah pihak, maka tidak ada kesempitan

baginya, sebab tanpa hal itu niscahaya tidak ada seorang pun yang senang

berniaga, dan juga tidak aka ada dari ahli agama yang akan sibuk

dengannya, padahal manusia sangat membutuhkannya.

Oleh karena itu harta tidak ubahnya seperti ruh, maka dilarang

merusaknya dengan kebatilan, sebagaimana kita dilarang untuk

merusaknya (membunuh) diri. Cara yang paling banyak dilakukan orang

untuk membunuh diri adalah dengan merampas harta dan hal-hal yang

berhubungan dengannya (gratifikasi) yang digunakannya.

51

Abi Bakr al-jazairy, s r -T sir h. 390

Page 82: GRATIFIKASI DALAM AL ’A E18587 A 0A 86 7 A A A 0A DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37510/2/ANIS... · A 0A 86 7 A A . A -0A . DALAM. 7A 6 A -0A . Skripsi

67

Dan dalam ayat ini juga kita diperintahkan untuk menghormati

jiwa orang lain, sebagaimana kita menghormati jiwa kita sendiri. Oleh

karena itu seorang tidak boleh membunuh dirinya sendiri agar tenhindar

dari kesusahan dan kesengsaraan hidup. Walau bagaimanapun beratnya

musibah yang menimpanya hendaknya bersabar, berharap dan tidak boleh

berputus asa terhadap pertolongan Allah.

Page 83: GRATIFIKASI DALAM AL ’A E18587 A 0A 86 7 A A A 0A DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37510/2/ANIS... · A 0A 86 7 A A . A -0A . DALAM. 7A 6 A -0A . Skripsi

68

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan.

Islam tidak mengenal istilah gratifikasi, namun Islam mengenal istilah

pemberian dan hadiah. Bentuk pemberian dalam Islam dengan berbagai

istilahnya tidak dapat dikatakan sebagai gratifikasi kecuali istilah tersebut

mengandung unsur dan kriteria gratifikasi. Istilah dalam Islam yang mendekati

tentang penjelasaan mengenai gratifikasi dalam Islam adalah hadiah dan

risywah. Risywah dalam bahasa Indonesa disebut suap.

Hadiah jika diberikan semata-mata karena Allah, tanpa tujuan dan

kepentingan apapun, juga bukan karena pekerjaan atau jabatannya, maka hadiah

tersebut bukan merupakan gratifikasi. Sementara hadiah yang diberikan

berkaitan dengan pekerjaan dan jabatan, serta memiliki tujuan dan kepentingan

inilah yang disebut gratifikasi, yang dalam Islam dikenal dengan istilah risywah.

Risywah atau gratifikasi adalah perbuatan tercela (batil), yang dikatakan l-

gh , al-Syafi ‘ l- i n k r dan beberapa ulama lain sebagai

pengkhianatan. Allah serta Rasul-Nya melaknat perbuatan Khianat.

Al-Maraghi mengatakan bahwa gratifikasi adalah salah satu hal yang

mengandung kebatilan, seperti kejahatan dalam jual beli, penipuan, pencurian,

korupsi, penyalahgunaan harta untuk kejahatan dan lain sebagainya. Al-Maraghi

mengatakan untuk terhindar dari hal-hal tersebut, seseorang hendaknya

mengikuti petunjuk yang diberikan Allah dalam Al-Qu ’ n epe i ke en u n

dalam memperoleh dan membelanjakan harta. Segala sesuatu yang berkenaan

dengan kebutuhan material dimulai dengan harta, maka manusia harus benar

Page 84: GRATIFIKASI DALAM AL ’A E18587 A 0A 86 7 A A A 0A DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37510/2/ANIS... · A 0A 86 7 A A . A -0A . DALAM. 7A 6 A -0A . Skripsi

69

dalam memperoleh dan menggunakan hartanya agar terhindar dari hal-hal yang

batil.

Oleh karena itu seseorang tidak dibolehkan mencari penghidupan dengan

cara-c y ng di l ng oleh y i’ (g ifik i) k en h l ini k n me ugik n

dan membahayakan orang lain maupun diri sendiri. Seharusnya dalam mencari

penghidupan manusia melalui j l n y ng di h l lk n oleh y i’ ehingga

tidak merugikan orang lain. Menghormati jiwa orang lain sebagaimana kita

menghormati jiwa kita sendiri pun, merupakan perkara yang diperintahkan oleh

Allah. Tidak dibenarkan dan tidak dibolehkan melakukan aniaya terhadap setiap

jiwa dengan berbagai bentuk, agar terhindar dari kesusahan dan kesengsaraan

hidup. Walau bagaimanapun beratnya musibah yang dialami dalam hidup,

hendaknya bersabar, berharap, dan tidak berputus asa terhadap pertolongan

Allah.

B. Saran-saran.

Kajian mengenai gratifikasi bukanlah sesuatu yang baru dalam dunia

Akademis. Telah banyak penelitian yang mengangkat tema ini dari berbagai

pendekatan. Penulis menyadari bahwa penelitian ini memiliki banyak

kekurangan terutama dalam penyajian dan konten. Karena itu penulis berharap

dikemudian hari akan ada penelitian dengan tema serupa yang lebih baik dan

berkualitas. Melakukan penelitian secara menyeluruh dengan pendekatan baru,

seperti Sosial dan Budaya, karena tidak dapat dihindari bahwa memberi dan

menerima hadiah telah menjadi sebuah kebiasaan di masyarakat.

Page 85: GRATIFIKASI DALAM AL ’A E18587 A 0A 86 7 A A A 0A DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37510/2/ANIS... · A 0A 86 7 A A . A -0A . DALAM. 7A 6 A -0A . Skripsi

70

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Nur. “Pencegahan Korupsi dalam perspektif Hadis (Studi Hadis Korupsi

dalam Kutub al-Sittah).” Tesis S2 Sekolah Pasca Sarjana Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007.

Alfaisal, “Konsep Cinta Menurut al-Qur‟an; Studi Analisis Ayat-ayat Cinta dalam

Tafsir al-Maraghi.” Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin dan Filsafat,

Universita Islam Negeri Jakarta, 2002.

Anis, Ibrahim, dkk. Al-Mu’jam al-Wasit. Beirut: Majma‟ al-Lughah al-Arabiyyah,

1973.

Arif, Masykur. Sedekah Itu ajib. Jogjakarta: Diva Press, 2014.

al-Badr, „Abdul al-Razzaq bin „Abdul Muhsin al- „Abbad. Fikih Asma ‘ul Husna.

penerjemah Abdurrahman Tayyib, Sulhan Jauhari, cet.ke-14. Jakarta:

Darus Sunnah Press, 2015.

Al-Bukh r , Sahih al-Bukhari ma’a kasyfi al-musykil lil imam ibn al jauzi. Juz IV.

Kairo D r al- ad ts, .

Budiman, Achmad Arif. “Laporan penelitian individual Praktek Gratifikasi dalam

Pelaksanaan Pencatatan Pernikahan (Studi Kasus Kantor Urusan Agama

Kota Semarang).” Semarang: Institut Agama Islam Negeri Walisongo,

2014.

Dali, M.W. ed. Cambridge History of Egypt. London: Cambridge University

Press, 1998).

Djaja, Ermansjah. KUHP Khusus: kompilasi Ketentuan Pidana dalam Undang-

Undang Pidana Khusus. Jakarta: Sinar Grafika, 2009.

al-Farmawi, Abd. Al-Hayy. Metode Tafsir Maudhu’iy: Sebuah Pengantar. Terj.

Suryan A.Jamran. Ed.1. Cet.2. jakarta: PT. Raja Grafindo Persada 1996.

al-Farran, Ahmad Mustafa. Tafsir Imam Syafi’i. terj. Fedrian Hasan dkk. Ed.Tim

al-Mahira. Jakarta: Almahira, 2008.

Federspiel, Howard M. Kajian al-Qur’an di Indonesia: Dari Mahmud Yunus

Hingga Quraish Shihab. terj. Tajil Arifin. Bandung, Mizan, 1996.

Garner, Bryan A. ed.. Black’s Law Dictionary. Unites State of America: West a

Thomson Bussiness, 2004.

Ghazaly, Abdul Rahman, dkk. Fiqh Muamalat. Jakarta: Kencana Prenada Media

Group, 2010.

Page 86: GRATIFIKASI DALAM AL ’A E18587 A 0A 86 7 A A A 0A DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37510/2/ANIS... · A 0A 86 7 A A . A -0A . DALAM. 7A 6 A -0A . Skripsi

71

Hamzah, Jur Andi. Terminologi Hukum Pidana. cet. 2. Jakarta:Sinar Grafika,

2009.

Hanafi, Pengantar Teologi Islam. Jakarta: Pustaka al-Husna, 1992.

Harahap, Syahrin. Al-Qur’an dan Sekularisasi Kajian Terhadap Pemikiran Thaha

Husein. Yogyakarta: Tiara Wacana, 1994.

Harun, Nasrun. Fiqh Muamalat. Jakarta: Gaya Media, 2007.

Ibn Arabi, Abi Bakr muhammad bin abdullah alma‟ruf. Ahkam al-Qur’an. Beirut:

dar al kuttub ilmiah, 1974.

Imani, Kamal Faqih. An Enlightening Comentary Into The Light if Holy Qur’an.

Vol. II. Iran: The Scientific and Religious Research Center, 1998.

Irfan, H.M. Nurul. Korupsi dalam Hukum Pidana Islam. Jakarta: Amzah, 2012.

_______________Gratifikasi dan Kriminalitas Seksual dalam Hukum Pidana

Islam. Jakarta: Amzah, 2014.

al- as s as, Ab Bakr Ahmad bin Al al-Raz . Ahkam Al-Qur’an. Kairo D r

Mushaf, t.t.

al-Jazairy, Abi Bakr Jabir. Aisar al-Taf sir. Jeddah: Racem Advertising, 1987.

Kholilah, Lainy. “Gratifikasi dalam perspektif hadis ( Telaah adis dalam Kitab

sunan Abu Dawus No. Indeks 2943).” Skripsi S1 Fakultas Ushulussin

dan Filsafat Program Studi Ilmu al-Qur‟an dan tafsir. Universitas Islam

Negeri Sunan Ampel Surabaya, 2015.

KPK Akan Selidiki Suap Berupa Iming-iming Seks. www.Tempo.com.

09/03/2013 Pukul. 16.59.

al-Mar gh , Ahmad Mus t afa. Tafs r al-Mar gh , jilid I. Juz I. Beirut: Dar al-Fikr,

1974M.

----------------------------------- Tafs r al-Mar gh . (Mesir: Maktabah Musthafa al-

Bali al-Halabi 1969).

Manzur, Ibn. Lisan-al-Arab. jilid. . Beirut D r Sader, .

al-Naisaburi, Abu Husain Muslim bin Hajjaj al-Qusyairi. Shahih Muslim. Mesir:

al-Maktabah alIslamiyah, 2011.

Nasution, Harun. Perkembangan Modern dalam Islam. Jakarta: Yayasan Obor

Indonesia, 1985.

Prihatin, Dodik. “Tinjauan Yuridis mengenai Gratifikasi Berdasarkan UU. No 3 .

Tahun 1999 JO UU no. 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak

Page 87: GRATIFIKASI DALAM AL ’A E18587 A 0A 86 7 A A A 0A DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37510/2/ANIS... · A 0A 86 7 A A . A -0A . DALAM. 7A 6 A -0A . Skripsi

72

Pidana Korupsi.” h. 5-6. diakses pada tanggal 27 februari 2017

http://Repositori.unes.ac.id/handle/123456789/62976.

al-Qurtub , Ab „Abdullah Muhammad bin Ahmad al-Anshar . al- Jami’ al-Ahk m

al-Qur’an. (Kairo: T.pn., 1952).

Quthb, Sayyid. Tafsir fii D il l al-Qur’an. jilid I. penerjemah as‟ad yasin dkk.

Jakarta. Gema Insani Press, 2000.

Rahema, Ali. Para Perintis Zaman Baru Islam. Bandung: Mizan, 1994.

Rauf, Mu‟min. “Pendekatan Takwil Al-Maraghi Terhadap Penafsiran Ayat-Ayat

Mutasy bih t.” Tesis Pasca Sarjana Jurusan Islam dan Modernitas,

Universitas Islam Negeri Jakarta, 2007.

Rifa‟i, Muhammad Nasib. Kemudahan dari Allah; Ringkasan Tafsir Ibn Katsir.

Terj. Syihabuddin. Jakarta: Gema Insani Press, 1999.

Ruslan, Dadan. “Gratifikasi dalam Tinjauan ukum Islam.” skripsi Fakultas

Syari‟ah dan ukum Universitas Islam Negeri Starif idayatullah

Jakarta, program Studi Perbandingan Madzhab dan Hukum, 2014.

Sabiq, Sayyid. Fikih Sunnah. alih bahasa Kamaluddin A. Marzuki. Bandung: PT.

Al-Ma‟rif, 1996.

al-Sa‟di, Abdurrahman bin Nashir. Tafsir al-sa’di. Penerjemah. Muhammad Iqbal.

Jakarta: Pustaka Sahifa, 2006.

Salim, Fahmi. Tafsir Sesat: Essai Kritis Wacana Islam di Indonesia. Jakarta:

Gema Insani, 2013.

Sahrani, Sohari, Ru‟fah Abdullah. Fikih Muamalah. Bogor: Ghalia Indonesia,

2011.

Shihab, M. Quraish. Tafsir al-Misbah (Pesan, kesan, dan keserasian al-Qur’an).

Ciputat, Lentera Hati, 2000.

________________ Asma-al-Husna. buku ke-3. Jakarta: Lentera Hati, 2008.

Suma, Moh. Amin. Pengantar Tafsir Ahkam. Ed. 1. Cet. 2. Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada, 2002.

Survey PERC;Indonesia NegaraTerkorup di Asia pasifik. http://nasional.Kompas.

Com. di-akses 22/2/2013 pukul. 16.53.

al-Suyuti, Jalaluddin. Lub b al-Nuq l fi Asb bi al-Nu l. terj. M. Abdul Mujieb

AS. Surabaya: Mutiara Ilmu, 1986.

al-Syaukani, Muhammad bin Ali bin Muhammad. Fathul Qadir. Beirut: Dar al-

Ma‟riifah, t.t.

Page 88: GRATIFIKASI DALAM AL ’A E18587 A 0A 86 7 A A A 0A DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37510/2/ANIS... · A 0A 86 7 A A . A -0A . DALAM. 7A 6 A -0A . Skripsi

73

_________________________________________Tafsir Fathul Qadir. Terj.

Amir Hamzah Fachruddin, Asep Saefullah, ed. Edy Fr. Jakarta: Pustaka

Azzam, 2008.

Tim Penulis IAIN Jakarta, Ensiklopedia Islam Indonesia. Jakarta: Djambatan,

1992.

Tim pusat pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai

Pustaka, 2007.

Wiyono, R. Pembahasan Undang Undang Tindak Pidana Korupsi. Jakarta: Sinar

Grafika, 2005.

al-Zabidi, Muhammad Mustafa. Taj al-Urs min Jaw hir al-Qamus. Lebanon: D r

al-Khattab al-Ilmiyah, 2007.

Zaini, Hasan. Tafsir Tematik Ayat-Ayat Kalam Tafsir al-Maraghi. Jakarta:

Pedoman Ilmu Jaya, 1997.

Zuhdi, Masjfuk. Studi Islam. jilid III. Cet II. Jakarta: Pt Raja Grafindo Persada,

1993.

Zuhayli, Wahbah. al-Fiqh al-Isl m wa ‘Adilatuhu. Beirut D r al-Fikr, 1997.

______________ Tafs r al-Mun r f Ak dat wa al- Syar at wa al-Manhaj.

(Damaskus D r al-Fikr, 2009.

Page 89: GRATIFIKASI DALAM AL ’A E18587 A 0A 86 7 A A A 0A DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37510/2/ANIS... · A 0A 86 7 A A . A -0A . DALAM. 7A 6 A -0A . Skripsi
Page 90: GRATIFIKASI DALAM AL ’A E18587 A 0A 86 7 A A A 0A DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37510/2/ANIS... · A 0A 86 7 A A . A -0A . DALAM. 7A 6 A -0A . Skripsi
Page 91: GRATIFIKASI DALAM AL ’A E18587 A 0A 86 7 A A A 0A DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37510/2/ANIS... · A 0A 86 7 A A . A -0A . DALAM. 7A 6 A -0A . Skripsi
Page 92: GRATIFIKASI DALAM AL ’A E18587 A 0A 86 7 A A A 0A DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37510/2/ANIS... · A 0A 86 7 A A . A -0A . DALAM. 7A 6 A -0A . Skripsi
Page 93: GRATIFIKASI DALAM AL ’A E18587 A 0A 86 7 A A A 0A DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37510/2/ANIS... · A 0A 86 7 A A . A -0A . DALAM. 7A 6 A -0A . Skripsi

���

Menimbang :

23

Musyawarah Nasional VI Majelis Ulama Indonesia yang berlangsung pada tanggal 23-27 Rabi’ul Akhir 1421 H/ 25-29 Juli 2000 M dan membahas tentang Suap (Risywah) Korupsi (Ghulul) dan Hadiah kepada Pejabat, setelah :

1. bahwa pengertian risywah dan status hukum-nya, hukum korupsi, dan pemberian hadiah kepada pejabat atau pejabat menerima hadiah dari masyarakat, kini banyak dipertanyakan kembali oleh masyarakat;

2. bahwa oleh karena itu, MUI dipandang perlu untuk menetapkan fatwa tentang hukum ma-salah dimaksud.

1. Pertanyaan-pertanyaan dari masyarakat tentang masalah pengertian risywah dan status hukumnya, hukum korupsi, dan pemberian hadiah kepada pejabat atau pejabat menerima hadiah dari masyarakat yang dikaitkan dengan penegakan pemerintahan/ manajemen yang bersih dan sehat;

2. Pendapat dan saran-saran peserta sidang/Munas.

Memperhatikan :

RISYWAH (SUAP), GHULUL (KORUPSI) DAN

HADIAH KEPADA PEJABAT

Page 94: GRATIFIKASI DALAM AL ’A E18587 A 0A 86 7 A A A 0A DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37510/2/ANIS... · A 0A 86 7 A A . A -0A . DALAM. 7A 6 A -0A . Skripsi

HIMPUNAN FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA

���

Mengingat : 1. Firman Allah SWT:

“Dan janganlah (sebagian) kamu memakan harta sebagian yang lain di antara kamu dengan jalan batil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebagian dari harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui” (QS. al-Ba-qarah [2]: 188).

“Hai orang yang beriman! Janganlah kami saling memakan harta sesamamu dengan ja-lan yang batil...” (QS. al-Nisa’ [4]: 29).

“… Barang siapa yang berkhianat dalam urusan harta rampasan perang, maka pada hari kiamat ia akan datang membawa apa yang dikhianatkannya itu...” (QS. Ali ‘Imran [3]: 161).

2. Hadis-hadis Nabi dan atsar menegaskan, antara lain:

الحكامإلىبهاوتدلوابالباطلبينكمأموالكموالتأكلواتعلمونوأنتمباإلثمالناسأموالمنفريقالتأكلوا

:.(البقرة(بالباطلبينكمأموالكمتأكلواالواآمنالذينياأيها

:النساء(

نموللغيأتيابمغلمويةاميالق)آلعمران:

أنسولراللهلىصاللههليعلمسولمعتاسلاامعاءهفجلامالعنيحغفرنمهلمعفقالايولسر

اللهذاهلكمذاهويدأهيلفقاللهأفلاتدقعثملاأملكأيهدىفنظرتوأمكأبيكبيتفيقامولسراللهلىصاللههليعلمسوةيشعدعب

لاةالصدهشفتىأثنولىعاللهابموهلهأهثمقالهذافيقولفيأتينانستعملهالعاملبالفمابعدأمانمكملمعذاهويدأهيلأفلادقعيفتيبأبيه

هأموظرفنلهىدهيلهأملايالذفوفسندمحمهدبيلالغيكمدأحاهنمئايشإلااءجبهموي

ةاميالقلهمحيلىعهقنعإنكاناريعباءجبهلهوإنخوارلهابهاجاءبقرةكانتوإنرغاء

تكاناةشاءجابهرعيتفقدتلغبفقالوأبديمحثمفعرولسراللهلىصاللههليعلمسوهديىتحسمعوقدحميدأبوقالإبطيهعفرةإلىلننظرإنا

كذليعميزدنبثابتنمبيالنلىصاللههليعلمسولوهفس)رواه،البخاريكتاباألميان

)النيبمينيكانتكيفبابوالنذور،لمعتاسولسراللهلىصاللههليعلمسولاجرنم

دالأسقاليلهنابةبياللتقالورمعنابوأبيرمعليوهذالكمهذاقالقدمفلماالصدقةعلى

الحكامإلىبهاوتدلوابالباطلبينكمأموالكموالتأكلواتعلمونوأنتمباإلثمالناسأموالمنفريقالتأكلوا

:.(البقرة(بالباطلبينكمأموالكمتأكلواالواآمنالذينياأيها

:النساء(

نموللغيأتيابمغلمويةاميالق)آلعمران:

أنسولراللهلىصاللههليعلمسولمعتاسلاامعاءهفجلامالعنيحغفرنمهلمعفقالايولسر

اللهذاهلكمذاهويدأهيلفقاللهأفلاتدقعثملاأملكأيهدىفنظرتوأمكأبيكبيتفيقامولسراللهلىصاللههليعلمسوةيشعدعب

لاةالصدهشفتىأثنولىعاللهابموهلهأهثمقالهذافيقولفيأتينانستعملهالعاملبالفمابعدأمانمكملمعذاهويدأهيلأفلادقعيفتيبأبيه

هأموظرفنلهىدهيلهأملايالذفوفسندمحمهدبيلالغيكمدأحاهنمئايشإلااءجبهموي

ةاميالقلهمحيلىعهقنعإنكاناريعباءجبهلهوإنخوارلهابهاجاءبقرةكانتوإنرغاء

تكاناةشاءجابهرعيتفقدتلغبفقالوأبديمحثمفعرولسراللهلىصاللههليعلمسوهديىتحسمعوقدحميدأبوقالإبطيهعفرةإلىلننظرإنا

كذليعميزدنبثابتنمبيالنلىصاللههليعلمسولوهفس)رواه،البخاريكتاباألميان

)النيبمينيكانتكيفبابوالنذور،لمعتاسولسراللهلىصاللههليعلمسولاجرنم

دالأسقاليلهنابةبياللتقالورمعنابوأبيرمعليوهذالكمهذاقالقدمفلماالصدقةعلى

الحكامإلىبهاوتدلوابالباطلبينكمأموالكموالتأكلواتعلمونوأنتمباإلثمالناسأموالمنفريقالتأكلوا

:.(البقرة(بالباطلبينكمأموالكمتأكلواالواآمنالذينياأيها

:النساء(

نموللغيأتيابمغلمويةاميالق)آلعمران:

أنسولراللهلىصاللههليعلمسولمعتاسلاامعاءهفجلامالعنيحغفرنمهلمعفقالايولسر

اللهذاهلكمذاهويدأهيلفقاللهأفلاتدقعثملاأملكأيهدىفنظرتوأمكأبيكبيتفيقامولسراللهلىصاللههليعلمسوةيشعدعب

لاةالصدهشفتىأثنولىعاللهابموهلهأهثمقالهذافيقولفيأتينانستعملهالعاملبالفمابعدأمانمكملمعذاهويدأهيلأفلادقعيفتيبأبيه

هأموظرفنلهىدهيلهأملايالذفوفسندمحمهدبيلالغيكمدأحاهنمئايشإلااءجبهموي

ةاميالقلهمحيلىعهقنعإنكاناريعباءجبهلهوإنخوارلهابهاجاءبقرةكانتوإنرغاء

تكاناةشاءجابهرعيتفقدتلغبفقالوأبديمحثمفعرولسراللهلىصاللههليعلمسوهديىتحسمعوقدحميدأبوقالإبطيهعفرةإلىلننظرإنا

كذليعميزدنبثابتنمبيالنلىصاللههليعلمسولوهفس)رواه،البخاريكتاباألميان

)النيبمينيكانتكيفبابوالنذور،لمعتاسولسراللهلىصاللههليعلمسولاجرنم

دالأسقاليلهنابةبياللتقالورمعنابوأبيرمعليوهذالكمهذاقالقدمفلماالصدقةعلى

الحكامإلىبهاوتدلوابالباطلبينكمأموالكموالتأكلواتعلمونوأنتمباإلثمالناسأموالمنفريقالتأكلوا

:.(البقرة(بالباطلبينكمأموالكمتأكلواالواآمنالذينياأيها

:النساء(

نموللغيأتيابمغلمويةاميالق)آلعمران:

أنسولراللهلىصاللههليعلمسولمعتاسلاامعاءهفجلامالعنيحغفرنمهلمعفقالايولسر

اللهذاهلكمذاهويدأهيلفقاللهأفلاتدقعثملاأملكأيهدىفنظرتوأمكأبيكبيتفيقامولسراللهلىصاللههليعلمسوةيشعدعب

لاةالصدهشفتىأثنولىعاللهابموهلهأهثمقالهذافيقولفيأتينانستعملهالعاملبالفمابعدأمانمكملمعذاهويدأهيلأفلادقعيفتيبأبيه

هأموظرفنلهىدهيلهأملايالذفوفسندمحمهدبيلالغيكمدأحاهنمئايشإلااءجبهموي

ةاميالقلهمحيلىعهقنعإنكاناريعباءجبهلهوإنخوارلهابهاجاءبقرةكانتوإنرغاء

تكاناةشاءجابهرعيتفقدتلغبفقالوأبديمحثمفعرولسراللهلىصاللههليعلمسوهديىتحسمعوقدحميدأبوقالإبطيهعفرةإلىلننظرإنا

كذليعميزدنبثابتنمبيالنلىصاللههليعلمسولوهفس)رواه،البخاريكتاباألميان

)النيبمينيكانتكيفبابوالنذور،لمعتاسولسراللهلىصاللههليعلمسولاجرنم

دالأسقاليلهنابةبياللتقالورمعنابوأبيرمعليوهذالكمهذاقالقدمفلماالصدقةعلى

Page 95: GRATIFIKASI DALAM AL ’A E18587 A 0A 86 7 A A A 0A DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37510/2/ANIS... · A 0A 86 7 A A . A -0A . DALAM. 7A 6 A -0A . Skripsi

���

الحكامإلىبهاوتدلوابالباطلبينكمأموالكموالتأكلواتعلمونوأنتمباإلثمالناسأموالمنفريقالتأكلوا

:.(البقرة(بالباطلبينكمأموالكمتأكلواالواآمنالذينياأيها

:النساء(

نموللغيأتيابمغلمويةاميالق)آلعمران:

أنسولراللهلىصاللههليعلمسولمعتاسلاامعاءهفجلامالعنيحغفرنمهلمعفقالايولسر

اللهذاهلكمذاهويدأهيلفقاللهأفلاتدقعثملاأملكأيهدىفنظرتوأمكأبيكبيتفيقامولسراللهلىصاللههليعلمسوةيشعدعب

لاةالصدهشفتىأثنولىعاللهابموهلهأهثمقالهذافيقولفيأتينانستعملهالعاملبالفمابعدأمانمكملمعذاهويدأهيلأفلادقعيفتيبأبيه

هأموظرفنلهىدهيلهأملايالذفوفسندمحمهدبيلالغيكمدأحاهنمئايشإلااءجبهموي

ةاميالقلهمحيلىعهقنعإنكاناريعباءجبهلهوإنخوارلهابهاجاءبقرةكانتوإنرغاء

تكاناةشاءجابهرعيتفقدتلغبفقالوأبديمحثمفعرولسراللهلىصاللههليعلمسوهديىتحسمعوقدحميدأبوقالإبطيهعفرةإلىلننظرإنا

كذليعميزدنبثابتنمبيالنلىصاللههليعلمسولوهفس)رواه،البخاريكتاباألميان

)النيبمينيكانتكيفبابوالنذور،لمعتاسولسراللهلىصاللههليعلمسولاجرنم

دالأسقاليلهنابةبياللتقالورمعنابوأبيرمعليوهذالكمهذاقالقدمفلماالصدقةعلى

يدأهيلقالفقامولسراللهلىصاللههليعلمسولىعربنالمدمفحاللهىأثنوهليعقالوام

ليأهديوهذالكمهذافيقولأبعثهعاملبالينظرحتىأمهبيتفيأوأبيهبيتفيقعدأفلا

يناللابيدهمحمدنفسوالذيلاأمإليهأيهدىدأحكمنماهنمئايشإلااءجبهمويةاميالقلهمحيشاةأوخوارلهابقرةأورغاءلهبعريعنقهعلىرعيتثمفعرهيديىتحانأيرةفرعهطيإبثمقالماللهلهتلغبنيترماثندحقحإسنبرإبيماهدبعونبديمحقالاانربأخدبعاقزالراثندحرمعمنعريهالزنعةورعنعأبيديمحيداعالساللتبيةابنوسلمعليهاللهصلىالنبياستعملقال

إلىفدفعهبالمالفجاءالصدقةعلىزدالأمنرجلابيالنلىصاللههليعلمسوفقالذاهالكممهذهوعليهاللهصلىالنبيلهفقالليأهديتهديةلمسوأفلاتدقعيفتيبأبيككأموظرنفتعليهاللهصلىالنبيقامثملاأمإليكأيهدىلمسوايبطخثمذكروحنيثدحانفيس)رواهحترمياإلمارة،الساعدي،حميدأبيعنمسلم)العمالهدايا

نلعولسراللهلىصاللههليعلمسوياشالريشترالمويفكمالحقاليفوابالبنعدبعالله

أبوقالسلمةوأمحديدةوابنوعائشةعمروبنصحيححسنحديثهريرةأبيحديثعيسى

قدوويرذاهيثدالحنعأبيةلمسنبدبعاللهصلىالنبيعنعمروبناللهعبدعنالرحمن

هليعلمسوويرونعأبيةلمسنعأبيهنعبيالنعبدعتسموقاليصحولاوسلمعليهاللهصلىاللهنبدبعنمحالرقولييثدحأبيةلمسنعدبعاللهنبرومعنعبيالنلىصاللههليعلمسو

BIDANG SOSIAL DAN BUDAYA

Page 96: GRATIFIKASI DALAM AL ’A E18587 A 0A 86 7 A A A 0A DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37510/2/ANIS... · A 0A 86 7 A A . A -0A . DALAM. 7A 6 A -0A . Skripsi

HIMPUNAN FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA

���

يدأهيلقالفقامولسراللهلىصاللههليعلمسولىعربنالمدمفحاللهىأثنوهليعقالوام

ليأهديوهذالكمهذافيقولأبعثهعاملبالينظرحتىأمهبيتفيأوأبيهبيتفيقعدأفلا

يناللابيدهمحمدنفسوالذيلاأمإليهأيهدىدأحكمنماهنمئايشإلااءجبهمويةاميالقلهمحيشاةأوخوارلهابقرةأورغاءلهبعريعنقهعلىرعيتثمفعرهيديىتحانأيرةفرعهطيإبثمقالماللهلهتلغبنيترماثندحقحإسنبرإبيماهدبعونبديمحقالاانربأخدبعاقزالراثندحرمعمنعريهالزنعةورعنعأبيديمحيداعالساللتبيةابنوسلمعليهاللهصلىالنبياستعملقال

إلىفدفعهبالمالفجاءالصدقةعلىزدالأمنرجلابيالنلىصاللههليعلمسوفقالذاهالكممهذهوعليهاللهصلىالنبيلهفقالليأهديتهديةلمسوأفلاتدقعيفتيبأبيككأموظرنفتعليهاللهصلىالنبيقامثملاأمإليكأيهدىلمسوايبطخثمذكروحنيثدحانفيس)رواهحترمياإلمارة،الساعدي،حميدأبيعنمسلم)العمالهدايا

نلعولسراللهلىصاللههليعلمسوياشالريشترالمويفكمالحقاليفوابالبنعدبعالله

أبوقالسلمةوأمحديدةوابنوعائشةعمروبنصحيححسنحديثهريرةأبيحديثعيسى

قدوويرذاهيثدالحنعأبيةلمسنبدبعاللهصلىالنبيعنعمروبناللهعبدعنالرحمن

هليعلمسوويرونعأبيةلمسنعأبيهنعبيالنعبدعتسموقاليصحولاوسلمعليهاللهصلىاللهنبدبعنمحالرقولييثدحأبيةلمسنعدبعاللهنبرومعنعبيالنلىصاللههليعلمسو

نسأحءيشيفذاهابالبحأصو)رواهالترمذينعأبي،ةريرهاألحكامعنرسولاهللا(

نلعولسراللهلىصاللههليعلمسوياشالريشترالمو)رواهالترمذينعدبعاللهنب،رومع

)صحيححسنحديثهذاعيسىأبوقالقالولسراللهلىصاللههليعلمسونلعالله

ياشالريشترالموشائوالريفكمالح)رواهأمحد)هريرةأبيعنواألربعةمسندهيف

ويرنعنابدوعسمهأنذأخضبأرةشبالحعنورويسبيله،فخليدينارينفأعطىبشيء،ةاعمجنمةمأئنيابعالتاقالوأسالبأنانعصيالنهاية(الظلمخافإذاومالهنفسهعنالرجل)األثريالبن

مراحمذهأخمرحهطاؤإع

احلقيبطلأوالباطلماحيققالرشوة(

Page 97: GRATIFIKASI DALAM AL ’A E18587 A 0A 86 7 A A A 0A DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37510/2/ANIS... · A 0A 86 7 A A . A -0A . DALAM. 7A 6 A -0A . Skripsi

���

نسأحءيشيفذاهابالبحأصو)رواهالترمذينعأبي،ةريرهاألحكامعنرسولاهللا(

نلعولسراللهلىصاللههليعلمسوياشالريشترالمو)رواهالترمذينعدبعاللهنب،رومع

)صحيححسنحديثهذاعيسىأبوقالقالولسراللهلىصاللههليعلمسونلعالله

ياشالريشترالموشائوالريفكمالح)رواهأمحد)هريرةأبيعنواألربعةمسندهيف

ويرنعنابدوعسمهأنذأخضبأرةشبالحعنورويسبيله،فخليدينارينفأعطىبشيء،ةاعمجنمةمأئنيابعالتاقالوأسالبأنانعصيالنهاية(الظلمخافإذاومالهنفسهعنالرجل)األثريالبن

مراحمذهأخمرحهطاؤإع

احلقيبطلأوالباطلماحيققالرشوة(

3. Kaidah Fiqhiyah :

“Sesuatu yang haram mengambilanya haram pula memberikannya.”

نسأحءيشيفذاهابالبحأصو)رواهالترمذينعأبي،ةريرهاألحكامعنرسولاهللا(

نلعولسراللهلىصاللههليعلمسوياشالريشترالمو)رواهالترمذينعدبعاللهنب،رومع

)صحيححسنحديثهذاعيسىأبوقالقالولسراللهلىصاللههليعلمسونلعالله

ياشالريشترالموشائوالريفكمالح)رواهأمحد)هريرةأبيعنواألربعةمسندهيف

ويرنعنابدوعسمهأنذأخضبأرةشبالحعنورويسبيله،فخليدينارينفأعطىبشيء،ةاعمجنمةمأئنيابعالتاقالوأسالبأنانعصيالنهاية(الظلمخافإذاومالهنفسهعنالرجل)األثريالبن

مراحمذهأخمرحهطاؤإع

احلقيبطلأوالباطلماحيققالرشوة(

MEMUTUSKAN

Menetapkan :

FATWA MUSYAWARAH NASIONAL VI MAJELIS ULAMA INDONESIA TENTANG RISYWAH (SUAP) GHULUL

(KORUPSI) DAN HADIAH KEPADA PEJABAT

Pertama : Pengertian

Dalam fatwa ini, yang dimaksud dengan:

1. Risywah adalah pemberian yang diberikan oleh seseorang kepada orang lain (pejabat) dengan maksud meluluskan suatu perbuatan yang batil (tidak benar menurut syari’ah) atau membatilkan perbuatan yang hak. ( الرشةومايقحقالبلاطأويبلطالحق ). Pemberi disebut rasyi; penerima disebut murtasyi; dan penghubung antara rasyi dan murtasyi disebut ra’isy (Ibn al-Atsir, al-Nihayah fi Gharib al-Hadits wa al-Atsar, II, h. 226).

2. Suap, uang pelicin, money politic dan lain sebagainya dapat dikategorikan sebagai risywah apabila tujuannya untuk meluluskan sesuatu yang batil atau membatilkan perbuatan yang hak.

3. Hadiah kepada pejabat adalah suatu pemberian dari seseorang dan/atau masyarakat yang diberikan kepada pejabat, karena kedudukannya, baik pejabat di lingkungan pemerintahan maupun lainnya.

4. Korupsi adalah tindakan pengambilan sesua-tu yang ada di bawah kekuasaannya dengan cara yang tidak benar menurut syari’at Islam.

BIDANG SOSIAL DAN BUDAYA

Page 98: GRATIFIKASI DALAM AL ’A E18587 A 0A 86 7 A A A 0A DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37510/2/ANIS... · A 0A 86 7 A A . A -0A . DALAM. 7A 6 A -0A . Skripsi

HIMPUNAN FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA

���

Kedua : Hukum

1. Memberikan risywah dan menerimanya hu-kumnya adalah haram.

2. Melakukan korupsi hukumnya adalah haram.

3. Memberikan hadiah kepada pejabat:

a. Jika pemberian hadiah itu pernah dilakukan sebelum pejabat tersebut memegang jabatan, maka pemberian seperti itu hukumnya halal (tidak haram), demikian juga menerimanya;

b. Jika pemberian hadiah itu tidak pernah dilakukan sebelum pejabat tersebut memegang jabatan, maka dalam hal ini ada tiga kemungkinan:

1) Jika antara pemberi hadiah dan pejabat tidak ada atau tidak akan ada urusan apa-apa, maka memberikan dan menerima hadiah tersebut tidak haram;

2) Jika antara pemberi hadiah dan pejabat terdapat urusan (perkara), maka bagi pejabat haram menerima hadiah tersebut; sedangkan bagi pemberi, haram memberikannya apabila perberian dimaksud bertujuan untuk meluluskan sesuatu yang batil (bukan haknya);

3) Jika antara pemberi hadiah dan pejabat ada sesuatu urusan, baik sebelum maupun sesudah pemberian hadiah dan pemberiannya itu tidak bertujuan untuk sesuatu yang batil, maka halal (tidak haram) bagi pem-beri memberikan hadiah itu, tetapi bagi pejabat haram menerimanya.

Ketiga : Seruan

Semua lapisan masyarakat berkewajiban untuk memberantas dan tidak terlibat dalam praktek hal-hal tersebut.

Keempat : Fatwa ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Agar setiap orang dapat mengetahuinya, menghimbau semua pihak untuk menyebarluaskan fatwa ini.

Ditetapkan : Jakarta, 27 Rabi’ul Akhir 1421 H29 Juli 2000 M

Page 99: GRATIFIKASI DALAM AL ’A E18587 A 0A 86 7 A A A 0A DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37510/2/ANIS... · A 0A 86 7 A A . A -0A . DALAM. 7A 6 A -0A . Skripsi

��0

DEWAN PIMPINAN

MAJELIS ULAMA INDONESIA

Ketua Umum

ttd

K.H. M.A. Sahal Mahfudh

Sekretaris Umum

ttd

Prof. DR. H.M. Din Syamsuddin

BIDANG SOSIAL DAN BUDAYA