Upload
sabrinatjo
View
245
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
Krisis tiroid adalah kondisi hipermetabolik yang mengancam nyawa dan ditandai oleh
demam tinggi dan disfungsi sistem kardiovaskular, sistem saraf, dan sistem saluran cerna. Krisis
tiroid merupakan kondisi dekompensata dari tirotoksikosis. Krisis tiroid merupakan kegawatan
dibidang endokrinm sehingga dibutuhkan diagnosis dan penanganan yang optimal
(Tjokoprawiro, 2015). Krisis tiroid sering terjadi pada pasien dengan hipertiroid yang tidak
diberikan terapi atau mendapat terapi yang tidak adekuat, dan dipicu oleh adanya infeksi, trauma,
pembedahan tiroid atau diabetes melitus yang tidak terkontrol (Dentiko, 2013).
Angka kejadian krisis tiroid tergolong jarang dan paling sering terjadi pada pasien dengan
penyakit Graves, tiroiditis dan struma multinodosa toksik (Dentiko, 2013). Insiden krisis tiroid
tercatat kurang dari 10% pada pasien yang dirawat dirumah sakit karena tirotoksikosis, namun
demikian angka kematian yang berhubungan dengan krisis tiroid mencapai 20-30%
(Tjokoprawiro, 2015)
Tirotoksikosis merupakan suatu sindroma yang ditandai dengan gambaran klinis,
fisiologis, dan biokimia yang menunjukkan tubuh terpapar dengan hormon tiroid yang
berlebihan. Istilah hipertiroidisme hanya digunakan pada kondisi dimana terjadi overaktivitas
kelenjar tiroid hinggga menimbulkan keadaan tirotoksikosis, namun tirotoksikosis sendiri dapat
terjadi tanpa hipertiroidisme yaitu pada keadaan hormon tiroid yang tersimpan dilepaskan oleh
kelenjar tiroid yang mengalami kerusakan (contoh pada kasus tiroiditis subakut). Penyakit Grave
bertanggung jawab pada 70-80% seluruh kasus hipertiroidisme (Tjokoprawiro, 2015)
Krisis Tiroid Page 1
BAB II
KRISIS TIROID
2.1. Defenisi
Krisis tiroid adalah kondisi tirotoksikosis yang akut ditandai oleh demam tinggi
dan disfungsi sistem kardiovaskular, sistem saraf, dan sistem saluran cerna. Gambaran klinis
yang biasa dijumpai pada tirotoksikosis biasanya ada dan memberat pada krisis tiroid
(Tjokoprawiro, 2015)
2.2. Etiologi dan Patogenesis
Dalam karya tulis ilmiahHamdan, yang dikutip dari Sherwood (2012) disfungsi tiroid
berupa hipertiroid yang dapat menjadi krisis tiroid dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu :
1. Adanya long-acting thyroid stimulator (penyakit graves) yang ditandai dengan
peningkatan hormone T3 dan T4 dalam sirkulasi dengan penurunan hormone TSH
2. Sekunder karena sekresi berlebihan hipotalamus atau hipofisis anterior yang ditandai
dengan peningkatan hormone T3 dan T4 sebagai hasil dari peningkatan TRH pada
hipotalamus dan TSH pada hipofisis anterior
3. Tumor tiroid dengan hiperpireksia juga menyebabkan hipertiroid dengan peningkatan
hormone tiroid dan penurunan hormone TSH
4. Factor pencetusnya krisis hingga kini belum jelas namun diduga dapat berupa free-
hormon meningkat, naiknya free-hormon mendadak, efek T3 paska transkripsi,
meningkatnya kepekaan sel sasaran dan sebagainya. Dan factor resikonya dapat
berupa surgical crisis (persiapan operasi yang kurang baik, belum eutiroid), medical
crisis (stress apapun, fisik maupun psikologis, infeksi dan sebagainya)
Faktor-faktor diatas dapat terjadi pada penyakit Graves, goiter multinodular toksik, nodul
toksik, tiroiditis Hashimoto, tiroiditas deQuevain, karsinoma tiroid folikular metastatik. Etiologi
yang paling banyak menyebabkan krisis tiroid adalah penyakit Graves (goiter difus toksik)
Krisis Tiroid Page 2
(Rani, 2009). Meskipun tidak biasa terjadi, krisis tiroid juga dapat merupakan komplikasi dari
operasi tiroid. Kondisi ini diakibatkan oleh manipulasi kelenjar tiroid selama operasi pada pasien
hipertiroidisme.Faktor-faktor presipitasi seperti trauma, infark miokard, dan emboli paru juga dapat
menyebabkan transisi dari tirotoksikosis menjadi krisis tiroid. Penghentian obat antitiroid atau dosis obat
yang tidak adekuat karena kepatuhan pasien yang buruk juga dapat menimbulkan krisis tiroid (Asna,
2010).
Beberapa teori tentang patogenesis terjadinya krisis tiroid antara lain(Tjokoprawiro, 2015)
1. Terjadinya perubahan mendadak kadar protein binding. Turunnya kadar protein
binding secara mendadak, misalnya setelah operasi menyebabkan kenaikan mendadak
kadar hormon bebas. Peningkatan cepat hormon tiroid juga dapat terjadi ketika
kelenjar dimanipulasi selama operasi atau palpasi terlalu keras saat pemeriksaan fisik.
2. Aktivasi reseptor adrenergik. Saraf simpatis menginervasi kelenjar tiroid dan
katekolamin menstimulasi sintesis hormon tiroid. Peningkatan hormon tiroid
kemudian menigkatkan densitas reseptor beta-adrenergik, kemudian meningkatkan
efek katekolamin.
3. Toleransi jaringan pada hormon tiroid. Adanya chatecholamine like substance yang
unik pada tirotoksikosis, efek simpatomimetik langsung hormon tiroid sebagai bagian
kesamaan struktur antara hormon tiroid dan katekolamin.
2.3. Gambaran Klinis Krisis Tiroid
Gambaran klinis yang mucul pada krisis tiroid berhubungan dengan efek pelepasan
hormon tiroid yang berlebihan, dimana bisa dikategorikan menjadi 4 disfungsi sistem yang
utama, yaitu (Tjokoprawiro, 2015)
1. Sistem termoregulator (suhu lebih dari 38,5 0C, terkadang lebih dari 40 0C)
2. Sistem saraf pusat (agitasi, delirium, kejang, koma)
3. Sistem gastrointestinal-hepatik (diare, muntah, nyeri abdomen, ikterus)
4. Sistem kardiovaskuler (takikardi(paling banyak supraventrikular, seperti fibrilasi
atrium, tetapi takikardi ventrikular juga dapat terjadi), gagal jantung, aritmia, atrial
fibrilasi, henti jantung)
Krisis Tiroid Page 3
Selain 4 gambaran utama diatas, terdapat pula gangguan-gangguan yang menyertai krisis tiroid
antara lain penurunan berat badan karena hipermetabolisme, ketidakstabilan emosi, konsentrasi yang
buruk, perubahan siklus menstruasi, penurunan libido, sesak, palpitasi, dan nyeri dada yang menyerupai
angina pectoris. Gambaran kelenjar tiroid juga dapat bervariasi sesuai penyakit yang mendasari (Dentiko,
2013)
2.4. Diagnosis
Krisis tiroid dapat dibagi menjadi klasik dan non-klasik. Krisis tiroid non-klasikdapat
didiagnosis dengan menggunakan skor BW. Burch-Wartofsky point score (BWPS) atau skor
BW. Skor total 45 atau lebih sangat mungkin merupakan krisis tiroid, skor antara 25-44
merupakan krisis tiroid yang mengancam dan skor kurang dari 25 jarang merupakan krisis tiroid
(Tjokoprawiro, 2015)
Krisis tiroid klasik dapat didiagnosis jika dijumpai adanya goiter (G) dan atau tanda
orbita (O) dan faktor presipitan (P) ditambah suhu tubuh ≥ 39,5 0C dan denyut jantung takikardi
≥ 120 x/menit. Seluruh komponen tersebut daspat disingkat G/O.P.39,5.120. Formula ini
memberikan hasil skor > 50 dimana perhitungannya adalah P (presipitan) memiliki skor 10, suhu
tubuh ≥39,5 0C memiliki skor 25 dan denyut jantung takikardi ≥ 120x/menit memiliki skor 15,
sehingga skor total adalah 10+25+15 =50 (diagnosis krisis tiroid). Diagnosis krisis tiroid dapat
ditegakkan dalam waktu 5 menit menggunakan formula ini (Tjokoprawiro, 2015)
5 Menit Diagnosis dan Terapi Cepat Krisis Tiroid
(Pengalaman Klinik Tjokoprawiro 2007-20014
Krisis Tiroid Klasik Krisis Tiroid Non-Klasik
Gejala Klinis Jelas
Goiter + dan/atau Orbital +
Skor G/O.P : 2007
Skor G/O.P.39,5.120
Gejala Klinis Tidak Jelas
Goiter – dan/atau Orbita –
Skor BW :1993
Skor BURCH-WARTOFSKY
TX 1. Umum 2. Kausal : presipitan 3. Spesifik :Tc-41668.24.6 dan CS-7.1.5
Krisis Tiroid Page 4
SkorKriteria Burch danWartofskyuntuk Diagnosis KrisisTirod
KRITERIA SKOR
1. DisfungsiPengaturanSuhu
Suhu 37,2°– 37,7°C 5
Suhu 37,8° - 38,2°C 10
Suhu 38,3° - 38,8°C 15
Suhu 38,9° - 39,3°C 20
Suhu 39,4° - 39,9°C 25
Suhu 40°C ataulebih 30
2. GangguanSistemSarafPusat
Tidak ada : 0
Ringan : Agitasi 10
Sedang : Delirium 20
Psikosis
Lethargi Berat
Berat : Kejangataukoma 30
3. Disfungsi Gastrointestinal
Tidakada : 0
Sedang : Diare 10
mual, muntah
nyeri abdomen
Berat : Ikterik 20
4. DisfungsiKardiovaskular (0-25)
Takikardi : 90 – 109 5
110 – 119 10
120 – 129 15
130 – 139 20
≥ 140 25
GagalJantungKongestif
Tidakada : 0
Ringan : Edema Tungku 5
Sedang: RhonkiBasahHalus 10
Berat : Edemaparu 15
Fibrilasi Atrium
Tidak ada : 0
Ada : 10
Riwayatadanyakondisi/penyakitpemicu
Tidak Ada : 0
Ada : 10
Krisistiroidtegakjika total skor ≥ 45
Krisis tiroid mengancam 25-44
Bukan krisis tiroid 25
Krisis Tiroid Page 5
2.5. Laboratorium dan Pemeriksaan Penunjang
Diagosis krisis tiroid didasarkan pada kecurigaan atas tanda-tanda klinis krisis tiroid,
dengan kelainan yang khas maupun yang tidak khas. Kecurigaan akan terjadi krisis apabila
terdapat triad, yaitu menghebatnya tanda tirotoksikosis, kesadaran menurun, dan hipertermi
(Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, 2009)
Hasil laboratorium yang sering dijumpai adalah peningkatan T3 dan T4, T4 bebas, T3
resin uptake, TSH yang tersupresi dan peningkatan iodine-uptake 24 jam. TSH tidak
tersupresi jika etiologi adalah ekses sekresi TSH. Hasil darah lengkap bisa menunjukkan
lekosistosis ringan, dengan pergeseran ke kiri. Fungsi liver menunjukkan abnormalitas yang
non-spesifik seperti peningkatan SGOT< SGPT, LDH, Kreatinin kinase, alkali fosfatase, dan
bilirubin serum. Pemeriksaan radiologis tidak diperlukan untuk membuat diagnosis krisis
tiroid, tapi foto thoraks diperlukan jika diduga ada kemungkinan sumber infeksi dari paru-
paru sebagai faktor pencetusnya. Pemeriksaan elektrokardiogram sebagian besar
menunjukkan hasil sinus takikardi atau atrial fibrilasi (Tjokoprawiro, 2015)
2.6. Diagnosis Banding
Diagnosis banding dari krisis tiroid antara lain (Tjokoprawiro, 2015)
1. Hiperpireksia malignan
2. Sepsis
3. Infeksi sistem saraf pusat
4. Obat-obat adrenergik
2.7. Terapi
Tatalaksana dari krisis tiroid meliputi terapi suportif dan terapi spesifik(Tjokoprawiro,
2015)
A. Terapi suportif
1. Pemasangan selang nasogastrik untuk memberikan obat oral
2. Jaga keseimbangan cairan dan elektrolit, juga infus glukosa untuk nutrisi
3. Oksigen
4. Status kardiorespirasi
5. Kompres dingin
Krisis Tiroid Page 6
6. Pemberian asetaminofen atau parasetamol (hindari pemeberian aspirin, karena
aspirin, akan menggeser T4 dari TBG, sehingga meningkatkan kadar FT4
serum). Klopromasin (50-100 mg i.m) selain dapat digunakan mengatasi
agitasi, juga karena efek inhibisi termoregulasi sentral dapat digunakan untuk
terapi hiperpireksia
7. Fenobarbital, berguna sebagai sedatif yang merangsang metabolisme T4
melalui sistem enzim mikrosomal hepatik
8. Multivitamin
B. Terapi spesifik dan terapi faktor presipitasi
Terapi spesifik dapat diberikan formula 41668.24.6 dengan urutan pemberian
sebagai berikut (Tjokoprawiro, 2015)
4 berarti 400 mg dosis loading awal PTU, dengan dosis pemeliharaan 100-200
mg PTU tiap 4 jam. Alternatif lain adalah methimazole 40 mg sebagai dosis
loading dengan dosis peeliharaan 10 mg tiap 4 jam.
1 berarti PTU harus diberikan minimal 1 jam sebelum memberikan iodin
untuk memblok sintesa hormon melalui efek Wolft-Chaikoff. Pada sebagian besar
pasien, inhibisi sintesis hormon tiroid baru dari kelenjar tiroid oleh tionamide
harus dimulai setelah pemberian terpai iodine., untuk mencegah stimulasi sintesis
hormon tiroid baru yang dapat terjadi jika iodin diberikan lebih dahulu.
6 (6 yang pertama) berarti 6 tetes larutan lugol atau SSKI (larutan kalium
yodida jenuh 5 tetes) tiap 6 jam untuk menghambat pelepasan hormon tiroid dari
kelenjar tiroid dan harus dievaluasi setelah 6 hari.
6 (6 yang kedua) berarti pemberian propanolol 10-40 mg (untuk memblok
sistem saraf simpatis) tiap 6 jam untuk menurunkan denyut jantung, kontraksi
miokard, tekanan darah dan kebutuhan oksigen miokard. Reevaluasi pemberian
propanolol harus dilalukan setelah 6 hari. Terapi suportif umum juga harus
disertakan pada saat formula ini dilakukan.
8 berarti hidrokortison hemisuksinat 100-200 mg IV atau deksametason 2 mg
IV atau metilprednisolon 25 mg IV tiap 8 jam untuk memblok konversi T4
menjadi T3. Formula CS 7.1.5 dapat digunakan sebagai pedoman pemberian
Krisis Tiroid Page 7
kortikosteroid. Stress dose diperlukan untuk mengganti produksi dan degradasi
kortisol yang diklaserasi oleh hormon tiroid.
24 berarti dengan terapi supresif tiroid dan blokade sistem simpatis yang
adekuat akan memberikan perbaikan klinis dalam 24 jam.
6 (6 yang ke tiga) berarti krisis tiroid akan pulih dengan terapi adekuat dalam
6 hari.
Selain menggunakan formula TC-41668.24.6 mengobati faktor pencetus (seperti
infeksi) juga harus dilakukan (Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, 2009)
Terapi Spesifik Krisis Tiroid dengan Formula TC-41668.24.6 dan CS-7.1.5
Petunjuk praktis terapi krisis tiroid
(pengalaman klinik : Tjokroprawiro 2002-2014)
Formula TC-41668.24.6 dan CS-7.1.5 : dilakukan secara berurutan
4. Loading dose (sering diperlukan) : 400 mg PTU atau 40 mg Thyrozol Oral
Maintenance : 100-200 mg PTU atau 10-20 mg Thyrozol. Tiap 4 jam
1. Minimal 1 jam setelah PTU atau Tyrozol, dan kemudian Lugol dapat diberikan
6. LUGOL’S SOL diberikan 6 tetes/6 jam (artinya : 6 tetes tiap 6 jam) atau
sodium iodide 0.25 g IV tiap 6 jam
6. Propanolol Oral (Perut Kosong) diberikan 10-40 mg tiap 6 jam atau 1-3 mg/
Propanolol IV pelan, tidak melebihi 1 mg/menit, dan tidak diulang dalam 2
menit (jika diperlukan)
8. Injeksi Intravena : Metilprednisolone 25 mg/ 8 jam dengan menggunakan
formula CS-7.1.5 : diberikan 7 pagi – 1 siang – 5 sore
24. Perbaikan klinik harus tercapai dalam 24 jam
6. Krisis harus membaik dalam 6 hari
Krisis Tiroid Page 8
2.8. Komplikasi
Komplikasi krisis tiroid merupakan kondisi sekunder, gejala atau gangguan yan
disebabkan oleh krisis tiroid. Pada banyak kasus sulit membedakan antara komplikasi dengan
gejala krisis tiroid. Komplikasi yang dapat terjadi antara lain (Tjokoprawiro, 2015)
a. Dehidrasi
b. Gangguan gastrointestinal seperti mual muntah, diare, ikterus
c. Gangguan irama jantung
d. Gagal jantung
e. Gangguan kesadaran kematian
2.9. Prognosis
Angka kematian krisis tiroid berkisar antara 10-75% dari pasien yang dirawat inap di
RS. Pada sebagian besar pasien yang survive, didapatkan perbaikan klinis yang dramatis
dalam 24 jam pertama. Selama periode penyembuhan dalam beberapa hari berikutnya,
pemberian terapi suportif seperti kortikosteroid, antipiretik dan cairan intravena dapat
diturunkan dan dihentikan secara bertahap, bergantung pada kondisi klinis pasien serta
asupan kalori dan cairan peroral (Tjokoprawiro, 2015)
Krisis Tiroid Page 9