20

Grim bab 1

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Grim Bab 1 Gesa Shwartz

Citation preview

2

3

4

5

G rim berjongkok tanpa bergerak sedikit pun pada atap bangunan berlantai tujuh sambil memandang ke bawah,

ke arah jalanan. Sepasang sayap gelap mencuat dari punggung hingga ke atas kepalanya. Kakinya mencengkeram erat dinding bangunan, seolah dia merupakan salah satu bagian dari bangunan itu dan tak terpisahkan. Hujan yang turun pada malam itu membuat tubuhnya basah, sama basahnya dengan bangunan yang berdiri megah tepat di bawahnya, dan mengilat. Tubuhnya yang gelap dan berkilauan tidak tampak seperti patung iblis yang sangat besar pada atap bangunan, dan tidak pula mengundang perhatian para pejalan kaki yang memandang mendung yang sedang menggantung di langit. Pada malam yang basah seperti ini, tak akan ada seorang pun yang memandang ke atas. Beberapa orang hanya melintasi jalan sambil menundukkan dan melindungi kepalanya dari air hujan yang sedang turun, seolah-olah mereka melindungi kepalanya dari hunusan pedang yang sangat tajam.

Grim tak dapat menyalahkan orang-orang itu. Pada dasarnya, dia juga sangat membenci cuaca basah seperti ini.

1

6

Telah lebih dari dua ratus tahun yang lalu dia pindah dari Italia yang hangat ke Kota Paris dan percaya bahwa suatu saat dirinya akan terbiasa dengan hujan, iklim yang lembap, awan hitam yang selalu menggantung di langit, dan angin dingin yang bertiup. Namun, sebaliknya, dia tidak pernah terbiasa dengan semua itu. Keadaan malah hanya menjadi semakin parah. Sekarang, saat dia harus melakukan tugas yang terkutuk ini, keadaan yang basah seperti ini sangat tidak berpihak padanya. Keadaan ini hanya membuatnya merasa tidak nyaman. Dia merasa harus mencari tempat yang lebih kering. Tiba-tiba, dia merasa menjadi tua, perasaan yang belum pernah dia rasakan sebelumnya. Grim mengedipkan mata sehingga air hujan yang menempel pada bulu matanya menetes. Berjam-jam, tidak, lebih tepatnya selama berhari-hari, Grim telah berada pada atap, berpindah dari atap yang satu ke atap yang lain, dan selama itu pula dia telah menunggu sesuatu yang fana. Dia tidak ingat lagi telah berapa lama melakukan hal tersebut. Hanya satu hal yang diingatnya, dirinya telah sangat lama melakukan hal itu. Namun, dalam keadaan yang sangat membosankan seperti ini, Tuhan telah menyiapkan sebuah pekerjaan yang menantang untuk diselesaikan, seperti yang berhubungan dengan perkelahian antara vampir dan manusia serigala atau dengan hantu-hantu pembuat gaduh, yang hingga saat ini belum ditangkap dan masih saja melakukan hal-hal gila.

Grim mendesah pelan, bukan karena dia harus mengurusi hal-hal yang ganjil dan sepele seperti menemukan lukisan Monalisa yang tiba-tiba tergantung di sebelah toilet laki-laki, atau vampir dan manusia serigala yang saling berusaha untuk menghancurkan kepala lawannya, tetapi disebabkan oleh pemikirannya sendiri. Kedua kejadian tersebut hanyalah dua hal yang menggelikan dan tidak masuk akal. Grim berpendapat

7

bahwa mengatasi hal-hal yang tidak masuk akal itu hanya membuatnya menjadi seseorang yang tidak berguna dan suatu saat jasanya akan dilupakan oleh orang-orang. Grim adalah seorang Gargoyle. Dia menginginkan pekerjaan yang layak, menantang, dan masuk akal, seperti menjaga keamanan kota.

Meskipun demikian, kejadian-kejadian konyol tersebut adalah sebuah rutinitas yang lebih menegangkan daripada tugasnya sendiri yang sebenarnya sangat membosankan. Tetapi, Grim merasa bahwa rutinitasnya tersebut tidak begitu menegangkan dan penting dibandingkan dengan hal-hal yang berkaitan dengan pembunuhan. Grim tiba-tiba merasakan gatal pada kulitnya saat dia memikirkan hal itu. Sejak tiga bulan yang lalu, muncul pembunuh misterius yang sedang berkeliaran di Kota Paris dan hingga kini belum tertangkap. Setidaknya telah ada tujuh korban meninggal dan semua korban pembunuhan itu tidak tampak seperti telah dibunuh oleh hewan, vampir, atau manusia serigala yang dikuasai oleh roh jahat. Para pembunuh misterius ini tidak memiliki pola yang sama dengan pembunuhan yang dilakukan oleh ketiga makhluk itu. Korban pembunuhan oleh manusia serigala biasanya ditemukan dengan tubuh yang tidak lagi memiliki daging dan kulit, hanya tersisa tulangnya saja. Sedangkan korban pembunuhan oleh vampir biasanya tubuhnya ditemukan menyusut karena darah yang mengalir di seluruh tubuhnya telah habis diisap oleh mereka. Namun, satu hal yang diketahui oleh Grim, pembunuh ini jelas memiliki kekuatan yang sangat besar, karena korban pembunuhan ditemukan dalam keadaan yang sangat menyedihkan. Keadaan mayat yang belum pernah Grim lihat sebelumnya.

Grim mengernyitkan dahi. Jika saja seseorang memercayakan kesempatan ini kepadanya, dia yakin bahwa permasalahan ini sudah bisa diatasinya sejak lama. Tapi, sayangnya tugas itu

8

tidak diberikan kepadanya. Dia hanya ditugasi untuk melakukan tugas yang sepele, seperti melakukan pekerjaan yang kotor dan mondar-mandir di atas atap menunggu sesuatu yang tidak pasti. Sedangkan pada saat yang bersamaan, para penjilat sedang mengerumuni pimpinan mereka, seperti lalat yang sedang mengerumuni bangkai. Sampai sekarang, para penjilat yang memiliki kewajiban untuk menyelesaikan kasus pembunuhan tersebut masih belum dapat menyelesaikan kewajibannya walau mereka sebenarnya memiliki banyak waktu dan kesempatan untuk segera menuntaskannya. Mereka malah mengurusi hal-hal yang tidak penting, seperti mempersiapkan pesta upacara penobatan Raja, seolah-olah tidak ada pekerjaan lain yang lebih penting di dunia ini. Grim mencemooh mereka.

Pada saat pintu bangunan yang berdiri di seberangnya terbuka, Grim melepaskan cengkeraman kaitnya dari dinding atap bangunan dan merenggangkannya, sehingga membuat pecahan batu kecil jatuh ke jalan. Musik yang keras terdengar dari dalam bangunan itu sampai ke jalan. Grim mencium aroma alkohol dan rokok. Dia tidak habis pikir, bagaimana bisa manusia-manusia itu tahan berada pada tempat yang berbau sangat menjijikkan seperti itu. Tiga orang lelaki keluar dari dalam bangunan dan menuju ke jalan. Pintu di belakang mereka tertutup secara otomatis. Grim tidak mengusik mereka. Dia mengamati bahwa dua lelaki dari ketiga lelaki itu berbelok ke jalan yang lain dan memanggil taksi. Lelaki yang satunya berjalan sendirian, kembali menuju ke bangunan di mana mereka baru saja keluar. Udara di luar sangat dingin, sehingga membuat lelaki itu merapatkan kerah mantelnya. Tiba-tiba, dia mengubah arah dan tidak lagi melangkahkan kakinya ke arah bangunan tempat dia keluar. Grim tetap tidak mengusiknya. Tiba-tiba, dia merasakan sesuatu yang berbeda pada setiap urat yang ada di dalam

9

tubuhnya. Pada saat itu, dia merasakan kehadiran seekor binatang yang buas. Dia mendengar pintu taksi ditutup. Pada saat yang bersamaan, Grim mengepakkan sayapnya dan terbang di atas atap bangunan.

Lelaki yang diamati oleh Grim berbaur dengan kerumunan manusia dan kemudian dia berbelok ke salah satu gang yang sempit. Dari tempatnya berada, Grim dapat melihat sebuah jendela yang memancarkan cahaya kelap-kelip dari sebuah lampu yang ada di dalam sebuah rumah. Dari jendela tersebut, tampak juga koran-koran bekas dan botol-botol bir yang kosong. Lelaki itu berhenti sejenak untuk menyulut rokoknya. Dia sendirian. Dia memandang seekor kucing yang berada di sekitar tempat sampah. Kucing itu sedang mencari sesuatu yang bisa dimakannya. Tapi, kehadiran lelaki itu membuat kucing itu mengurungkan niatnya.

Grim mengayunkan sayapnya, terbang membelah langit. Bayangan tubuhnya tampak pada permukaan jalan. Tiba- tiba, di saat Grim tengah bersiap-siap melayangkan kepalan tangannya pada tenggorokan lelaki itu, dia merasakan kehadiran Grim. Rokoknya terjatuh dan mendarat persis pada genangan air, sehingga tampak asap yang mengepul dari genangan itu. Lelaki itu panik dan mencoba menendang Grim menggunakan kakinya. Grim menarik tubuh lelaki itu beberapa puluh senti dari tanah. Kejadian yang tiba-tiba itu membuat wajah lelaki itu diliputi ketakutan.

“Tunjukkan dirimu sebenarnya!” gertak Grim. Dia sadar bahwa yang dilakukannya sudah dapat membuat manusia biasa ketakutan. Sosok gelap yang mengikuti lelaki itu sekilas tampak seperti manusia biasa, tetapi wajahnya terlihat menyerupai batu dengan bekas luka melintang pada mata sebelah kanannya. Kaki dan tangannya terlihat lebih menyerupai cakar daripada kaki dan tangan manusia. Sepintas, penampakan lelaki itu

10

memberikan kesan bahwa dia hanyalah lelaki yang memiliki pundak besar dan berambut panjang berwarna hitam, tetapi jika diamati lebih teliti, lelaki itu memiliki sayap yang lebar di belakang tubuhnya. Jika dilihat sepintas, penampakannya merupakan tipuan. Dia adalah malaikat. Malaikat dari kege-lapan. Tapi, ada yang lebih menakutkan dari penampakannya, yaitu suaranya. Suaranya terdengar meledak-ledak dan berat. Walaupun dia telah berupaya untuk berbicara dengan tenang, dia tidak dapat berbicara selayaknya manusia dan suaranya tetap saja menakutkan.

“Tunjukkan dirimu!” ulang Grim. “Apa kau takut?”Suara yang menyerupai suara hewan terdengar dari

tenggorokan lelaki itu, dan seketika itu pula roman mukanya berubah menjadi jahat. Kulitnya menjadi berkerut, seperti manusia yang tiba-tiba menjadi tua. Bibirnya tertarik ke belakang, sehingga bisa terlihat dengan jelas taring-taring yang berwarna hitam dan sangat tajam. Grim memiliki firasat bahwa lelaki itu adalah iblis yang bersarang pada tubuh manusia, seperti parasit. Grim kemudian melihat mata lelaki itu berubah. Pupilnya yang berwarna hitam menyebar sampai ke tepi matanya. Tidak terlihat lagi bagian putih dari matanya, karena warna hitam telah memenuhi seluruh bola matanya, seperti tinta yang merembes perlahan pada kain yang berwarna putih. Dalam kegelapan, dia menatap Grim dengan penuh kebencian.

Grim tersenyum. Sebuah kenyataan yang sangat menge-sankan bahwa iblis dapat menguasai tubuh manusia dan bersarang di dalamnya. Mengubah bibir yang sebelumnya rapi, menjadi agak tertarik ke belakang dan berubah warna menjadi kebiruan. Air liur mulai menetes melalui sudut bibirnya. Kata-kata yang berat dan lengket keluar dari mulut

11

yang baunya seperti telur busuk. Grim melangkah mundur, dia tidak tahan dengan bau yang menjijikkan itu.

“Hm… kau rupanya,” kata Grim. “Aku tahu, bersarang di dalam tubuh manusia merupakan sesuatu yang sangat menggoda dan menyenangkan bagi parasit sepertimu. Namun, menurut pasal 337 BPG, Buku Peraturan Gargoyle, dilarang untuk bersarang di dalam tubuh manusia lebih dari waktu yang dibutuhkan. Tapi, kau telah melakukannya dari tujuh hari yang lalu, dan sebelumnya kau juga telah melakukannya kepada dua manusia yang lain. Karena itu, tindakanmu dikenai sanksi Berlian Api yang berumur delapan ratus tahun. Apa kau paham?”

Berlian Api merupakan salah satu jenis hukuman yang sangat tidak menyenangkan. Biasanya iblis akan menghindari berlian tersebut seperti manusia menghindari api, karena jika mereka terlalu dekat dengannya, sebuah energi yang sangat besar terasa mengalir di dalam tubuh mereka sehingga menyebabkan rasa sakit yang sangat luar biasa. Tidak jarang pula berlian itu membakar tubuh mereka. Grim tak heran saat iblis itu mengumpat dalam bahasa Hungaria, sebagai jawaban atas pertanyaannya.

Grim mendesah. Apa lagi yang diharapkannya? Sebuah pengampunan? Grim merasa bahwa iblis ini hanyalah salah satu dari kelompok Holokliten, setara dengan mata-mata pada kaum Gargoyle. Holokliten adalah jenis iblis yang paling lemah dari semua jenis iblis yang ada.

Grim tertawa. “Jika kau telah….”Grim tidak dapat meneruskan kata-katanya. Dia masih

ingat dengan jelas pada saat tubuh manusia yang dikuasai oleh iblis itu tiba-tiba mengerut. Secepat kilat, iblis itu menyerang dan memukul dada Grim dengan sangat kuat. Tubuh Grim terangkat ke udara dan mendarat di atas tempat sampah yang

12

terbuat dari logam. Pendaratannya membuat kucing-kucing yang sedang mencari makan malam di dalam tempat sampah itu ketakutan. Seketika itu juga, Grim mencium bau busuk manusia yang ada di dalam tempat sampah. Dia mendesah. Seorang Holoklit. Iblis yang sedang berhadapan dengannya merupakan salah satu iblis yang kuat, yang memiliki pangkat setidaknya Phy atau Iphryr. Seorang mata-mata yang bodoh. Mereka tidak akan pernah belajar memanfaatkan informasi yang didapatkannya. Mereka hampir sama buruknya seperti manusia, mereka memiliki mata di kepala mereka, tetapi sayangnya otak mereka kosong.

Dia menatap iblis yang sedang berdiri di tengah gang. Iblis itu sedikit menunduk sambil menatapnya dengan tatapan rakus.

“Berengsek!!” teriak Grim. Logam berderit di bawah kakinya saat Grim bangkit dari tempat sampah. Tubuh dan cakarnya meninggalkan jejak di atas tempat sampah itu. Dengan langkah yang berat, dia menghampiri cahaya lampu. Kaki cakarnya yang tak pernah terbiasa berada di dalam sepatu terasa sedikit sakit saat melangkah di atas aspal.

“Jika kau benar-benar ingin mengucapkan sesuatu dalam bahasa Hungaria,” ujar Grim kepada iblis itu, “kau harus berusaha untuk mengucapkannya dengan tepat. Kau belum bisa mengucapkan R dengan benar dan kau masih harus belajar.” Grim kemudian memberikan contoh kepada iblis itu cara mengucapkan huruf R dengan benar. Dia mencoba mencari kata-kata umpatan dalam bahasa Hungaria yang diawali dengan huruf R, tetapi sayangnya dia tidak menemukannya.

“Otak batu tolol,” desis iblis itu. Tersungging sebuah senyum yang licik dari bibir manusia yang dikuasainya. “Siapa kau? Berani-beraninya kau memerintahku?” lanjutnya.

13

“Aku tahu bahwa kaummu telah memenangi pertempuran yang terjadi di Praha, sebuah pertempuran yang hampir saja memusnahkan seluruh kaumku, iblis yang ada di muka bumi ini. Dan, kalian hampir saja membuat bumi berwarna kehitaman akibat darah vampir yang berhasil kalian bunuh. Kalian telah menang dan kalian menjadi penguasa di dalam dunia kegelapan. Tapi, hal itu sudah lama sekali terjadi. Waktu telah berubah. Lihatlah diri kalian! Lihatlah apa sekarang yang terjadi dengan kalian! Kalian ketakutan! Kalian semua!” Dengan sebuah gerakan, iblis itu memukul dada Grim, meninggalkan bekas goresan pada kulit batunya.

Grim tidak menunjukkan rasa sakit dan emosinya. Tubuh manusia itu tidak lagi terlihat selayaknya tubuh manusia biasa. Dalam kegelapan, Grim dapat melihat beberapa bagian tubuh itu melepuh dan membusuk. Tubuh manusia ini rentan dan tugas Grim adalah untuk melindunginya.

“Kalian dan BPG kalian yang konyol,” teriak iblis itu. “Buku Peraturan Gargoyle, sebuah kitab undang-undang yang dimiliki oleh para Gargoyle benar-benar membuatku ingin tertawa. Seberapa tebal buku peraturan itu? Apakah kalian juga memiliki peraturan sepele yang mengatur tentang seseorang yang akan membersihkan hidung mereka?” katanya tegas, kemudian dia tertawa terbahak-bahak.

Grim menarik napas panjang. “Setidak-tidaknya kami memiliki hidung yang bisa kami bersihkan, tidak seperti kalian. Sayang sekali kalian tidak dapat melakukan hal itu. Kalianlah sebenarnya yang harus dikasihani. Dalam kehidupan kalian yang kekal, kalian harus hidup di dalam tubuh manusia yang lengket dan tidak nyaman itu.”

Iblis itu tersinggung. Bunyi yang aneh keluar dari tubuh manusia itu saat sang iblis membungkuk. “Aku lupa,” katanya licik. “Aku sekarang sedang berbicara dengan Gargoyle, sosok

14

yang sempurna dan mahakuat, yang tidak pernah terkalahkan. Tapi, ada satu kesalahan yang ada pada kalian. EKSISTENSI!” Iblis itu mengucapkan kata yang terakhir dengan tempo yang sangat lambat, sehinga suaranya terdengar seperti desisan seekor ular. “Kalian tidak lebih baik daripada kami, bukan? Kalian juga telah mengambil sesuatu dari manusia. Kalian telah mengambil mimpi-mimpi mereka. Pantaskah kalian menyebut diri kalian sebagai pahlawan?” Iblis itu meludahkan lendir yang bau dari dalam mulutnya. “Sembunyilah kalian dalam bayang-bayang malam. Wahai kalian pahlawan yang berkuasa pada malam hari, yang selalu ketakutan.”

Iblis itu memandang sinis Grim, kebencian menyelinap dalam tatapan matanya. Grim mendengar iblis itu mengucap-kan sebuah mantra. Perlahan tumbuh kuku setajam pisau dari jari lelaki itu, dan dari permukaan tangannya muncul cahaya yang bersinar. Kemudian, iblis itu melayang di udara.

Grim merasakan tangannya mengepal dan beberapa persendiannya bergemeletuk. “Makhluk kegelapan,” katanya pelan. “Malam ini juga kau harus menebus semua kesalahanmu. Dan, aku akan memastikan hal itu.” Grim mengucapkan sebuah mantra dan merasakannya muncul pada tangan kanannya. Api itu berwarna kehitaman. Matanya bersinar seperti bara api. Air hujan yang menetes di tubuhnya menguap seketika, dan asapnya seperti hantu yang muncul dari permukaan kulitnya.

Waktu seakan berhenti untuk beberapa saat. Tetes hujan dan kobaran api tampak beku. Awan hitam yang menempel di langit pun berhenti bergerak. Tiba-tiba, pecahlah suasana itu dan sang iblis menyerang Grim.

Grim melompat mundur dan mantelnya melambai di udara, seperti sekawanan burung gagak yang sedang terbang bersama. Sayangnya, dia tidak cukup cepat. Cakar iblis itu melukai pipinya, darah mengalir pada wajahnya. Selang

15

beberapa waktu kemudian, Grim merasakan tendangan kaki iblis pada perutnya. Sambil terengah-engah, Grim terjatuh di tanah. Iblis itu terlalu cepat baginya. Samar-samar dia melihat sosok iblis yang sedang melayang tepat di atasnya. Sesuatu yang bergemuruh menyerang Grim dan dia baru dapat mengenali apa yang menyerangnya saat sesuatu itu mengenai wajahnya. Itu adalah api kutukan. Pada saat berikutnya, gang di mana mereka sedang berada menghilang. Sebagai gantinya, hutan lebat di sekitar mereka. Api yang berkobar itu terasa menggingit kulit bagian atas tubuhnya, merobek-robek celana serta mantelnya, dan mencoba membakar matanya. Pada saat itu, Grim merasa bahwa tubuhnya seolah-olah sedang dihunus oleh beribu-ribu pedang yang kecil. Tapi, yang paling mengerikan adalah suara dari api itu. Api itu bernyanyi, memanggilnya, dan mencoba merampok kesadarannya. Grim melihat banyak wajah dalam kobaran api itu. Wajah anak-anak manusia. Mereka berdiri tidak jauh darinya, tertawa, dan melambai kepadanya.

Saat secara tiba-tiba kesadaran Grim telah kembali, dia menghentikan langkahnya untuk mengikuti anak-anak itu. Dia adalah seorang Gargoyle. Dia tidak akan membiarkan kobaran api itu merampok kesadarannya, apalagi kejadian ini terjadi pada sebuah gang yang bau dan api itu diciptakan oleh seorang iblis. Grim mencoba berbaring di atas punggungnya. Dia meletakkan telapak tangannya pada permukaan lantai gang yang dingin. Tanpa bergerak sama sekali, dia merasakan gigitan dari kobaran api pada sekujur tubuhnya. Sedikit demi sedikit api itu menghilang, yang tersisa hanyalah asap yang berbau busuk.

Grim membiarkan matanya tertutup. Asap itu telah melemahkan indranya. Grim merasakan iblis itu menginjak tubuhnya dan meloncat kegirangan di atas dadanya. Dia juga

16

merasakan cakar yang sedingin es mencengkeram wajahnya dan mencium aroma yang busuk serta lengket dari embusan napas iblis itu. Tiba-tiba, Grim membuka matanya dan di dalam matanya masih terpancar kobaran api yang menyala. Iblis itu terkejut. Kengerian terpancar dari wajahnya.

“Bagaimana kau…,” ucapnya terbata-bata. “Bagaimana kau mampu bertahan hidup dari api kutukan itu? Tidak pernah ada seorang pun yang dapat terbebas dari kutukan itu.”

Grim tertawa. “Jika begitu,” katanya dengan lirih, “kau sekarang akhirnya dapat melihat seseorang yang mampu terbebas dari api kutukan.”

Grim bangkit, menjulurkan tangannya yang telah dilapisi dengan mantra, dan menyambar tenggorokan iblis itu. Sebuah sosok yang berwarna kemerahan keluar dari dalam tubuh lelaki itu. Ketika tubuh manusia itu jatuh ke tanah, Grim melihat wajah yang terbakar dan tanpa bibir. Grim terlihat jijik saat dia melihat sesuatu yang keluar dari kulitnya, sesuatu yang menyerupai kaki laba-laba. Iblis itu ingin berteriak, tetapi tidak lebih dari suara parau yang keluar dari dalam tenggorokannya. Dengan tubuh yang gemetar, iblis itu mengucapkan mantra dan beberapa saat kemudian muncul selubung berwarna abu-abu yang menyelimuti tubuhnya, keriput dan kasar seperti kulit kura-kura yang sangat tua.

Grim mengeluarkan batu berlian dari dalam sakunya. Dia memegang batu itu tepat di depan mata si iblis, sehingga iblis itu hampir saja kehilangan kesadarannya.

“Tidak!!!” teriaknya sambil menyerang Grim dengan cakarnya, tetapi Grim tidak merasa kesakitan sama sekali.

“Katakan kepadaku apa pangkatmu!” seru Grim kepada iblis itu sambil menekankan batu berlian pada dahi si iblis. Iblis itu berteriak kesakitan karena kulitnya terbakar, warnanya

17

berubah menjadi kehitaman. Grim menjatuhkan batu berlian dari dahi si iblis dan membiarkannya mengambil napas.

“Tingkat kedua, tujuh lingkaran, Phy,” kata si iblis terengah-engah.

Grim menarik napas panjang. Seandainya saja dia menge- tahui hal itu lebih awal, pasti keadaannya tidak akan berlarut seperti ini.

Iblis itu memandang Grim. Tatapan matanya memancar-kan kesedihan. “Kalian, para Gargoyle,” bisiknya dengan suara yang sama sekali tidak terdapat kebencian yang terdengar. “Kalian adalah pahlawan yang hebat. Pahlawan bersayap batu. Tapi, lihatlah kalian sekarang! Kalian sama malangnya dengan kami.”

Sebelum Grim dapat membalas perkataan si iblis, kepala iblis itu tertarik ke belakang. Ujung kaki laba-laba menembus keluar dari dalam tubuhnya. Darah mengalir pada wajahnya. Sesuatu menembus dari dalam tulang rahangnya. Grim melihat sesuatu yang kehitaman keluar dari dagingnya yang rusak. Sebuah suara yang mengerikan keluar dari tenggorokan si iblis, kemudian iblis itu menggantung lemas pada tangan Grim. Api kehijauan menyala pada tubuh iblis itu dan membakar tubuhnya tak terkendali. Dengan cepat Grim membiarkan iblis itu jatuh dari tangannya dan menyaksikan api yang sedang melahap tubuh itu. Pada akhirnya Grim mengira bahwa iblis itu mendesah, tetapi apa yang didengar olehnya juga bisa berarti sebuah tawa: tawa dari kegelapan.

Grim memandang sekitarnya. Dia tidak membayangkan bahwa malam ini dirinya mendapatkan sial bertemu dengan iblis itu. Dia memandang tubuh si iblis yang telah menjadi arang, tergeletak di sebelah kakinya. Iblis itu lebih baik mati daripada harus ditahan. Dia memasukkan lagi batu berliannya ke dalam sakunya. Kalian adalah seorang pahlawan yang

18

hebat… Pahlawan bersayap batu… Tapi, lihatlah kalian sekarang! kata-kata itu masih saja terngiang di telinganya.

Ada suara yang mengusiknya. Sebelum dia membalikkan badan dan melihat datangnya suara itu, Grim tahu bahwa itu adalah manusia. Grim mendesah pelan dan kenyataannya, di belakangnya, menempel pada dinding lorong, tampak seorang manusia yang berjongkok sambil memandangnya dengan mata yang sebesar piring makan. Grim berjalan dengan langkahnya yang panjang menuju lelaki itu, lalu membantunya berdiri dengan mengangkat kerah bajunya selembut yang dia bisa.

“Kau telah melihat sesuatu,” katanya pelan. “Sesuatu yang tidak seharusnya dilihat oleh matamu.”

Lelaki itu tampak seperti tidak ingat sedikit pun tentang semua hal yang telah dipelajarinya selama kurang lebih empat puluh tahun, termasuk bagaimana cara berbicara yang baik tanpa harus menyemburkan ludah. Ludah yang keluar pada saat dia bicara membasahi tangan Grim. Itu sangat menjijikkan. Grim memutuskan untuk segera melakukannya.

“Vade, memoria!” teriak Grim dalam bahasa latin. Mantra itu berhasil mengusir ketakutan pada wajah

manusia itu. Grim memandang dua mata yang bening, yang menunggu Grim memasukinya. Dia memandang pupil mata lelaki itu yang membosankan untuk dapat memasuki pikirannya. Saat Grim dapat memasuki pikiran lelaki itu, dia melihat gambaran-gambaran yang telah dilihat oleh mata manusia itu. Dia menghapus semua ingatan lelaki itu tentang iblis yang baru saja dilihatnya, kemudian membiarkan dia pergi. Grim masih memiliki satu hal lain yang harus diselesaikannya. Dia melihat manusia yang masih berbaring tak bergerak di sampingnya. Manusia yang tubuhnya baru saja dikuasai oleh iblis. Grim menghela napas panjang.

19

Untuk beberapa saat, Grim berdiri di depannya sambil memandangnya. Pahlawan bersayap batu. Tapi, lihatlah kalian sekarang! Apakah kami bukan lagi seorang pahlawan? Grim berpikiran bahwa tanpa bantuannya, manusia ini akan dihancurkan oleh iblis dengan mudah. Tidak pantaskah aku disebut sebagai pahlawan? Aku telah mengambil risiko untuk menyelamatkannya. Tetapi manusia ini… dia sama sekali tidak akan mengingatnya. Mungkin tiba-tiba dia akan bertanya bagaimana dirinya pada saat hujan seperti ini bisa tertidur di sebuah gang? Dia mungkin juga bertanya-tanya, bagaimana bisa dirinya mendapatkan luka di tangan, rasa sakit di tenggorokan, dan memiliki bekas cakaran pada tubuhnya? Mungkin suatu saat dia akan memikirkan kembali kejadian yang aneh pada malam ini. Tetapi kemudian… Grim mendesah pelan. Manusia itu akan melupakannya.

Sebaliknya, Grim tidak dapat melupakan sesuatu dengan mudah karena dia adalah Gargoyle, makhluk yang telah ditempa di dalam api dan dilemparkan dalam dunianya, untuk melindungi apa yang semestinya dilindunginya, keabadian darah batu.

Grim lelah, tetapi malam baru saja dimulai.

20

“K urang ajar kalian! Yang kalian lakukan ini adalah perampasan kebebasan. Kalian dapat….”

Terdengar pintu tertutup otomatis secara perlahan. Suara pintu itu memecah teriakan lelaki mabuk yang sedang digelandang oleh dua orang polisi.

Mia menyilangkan tangan di depan dadanya. Sejak lima belas menit yang lalu dia hanya duduk di atas sebuah bangku yang ada di kantor polisi, mendengarkan seorang polisi sedang melakukan percakapan pada telepon, sambil berharap bahwa polisi itu segera menyelesaikan percakapannya yang tidak penting. Sampai saat ini, polisi itu sama sekali belum mengucapkan sepatah kata pun kepada Mia. Sebagai gantinya, polisi itu hanya memainkan stempelnya hingga mengeluarkan bunyi klick-klack klick-klack dan melemparkan pandangan sinis kepada Mia. Tentu saja pandangan itu sangat mengganggu Mia. Pada saat seperti ini, Mia lebih senang membayangkan sesuatu lain yang lebih menyenangkan daripada menemukan kenyataan bahwa pada tengah malam, dirinya sedang berada di dalam kantor polisi sambil duduk di atas kursi plastik

2