33
Puslitbang tekMIRA Jl. Jend. Sudirman No. 623 Bandung 40211 Telp : 022-6030483 Fax : 022-6003373 E-mail : [email protected] Laporan Kegiatan Kelitbangan TA 2011 Kelompok Program Penerapan Teknologi Penambangan Mineral dan Batubara PENELITIAN EMISI GAS METANA DARI TAMBANG BATUBARA Ketua Tim : Wulandari Surono, S.Si. PUSLITBANG TEKNOLOGI MINERAL DAN BATUBARA - tekMIRA 2011

GRK

Embed Size (px)

DESCRIPTION

a

Citation preview

  • Puslitbang tekMIRA

    Jl. Jend. Sudirman No. 623

    Bandung 40211

    Telp : 022-6030483

    Fax : 022-6003373

    E-mail : [email protected]

    Laporan Kegiatan Kelitbangan TA 2011

    Kelompok Program Penerapan Teknologi Penambangan Mineral dan Batubara

    PENELITIAN EMISI GAS METANA DARI TAMBANG BATUBARA

    Ketua Tim : Wulandari Surono, S.Si.

    PUSLITBANG TEKNOLOGI MINERAL DAN BATUBARA - tekMIRA 2011

  • KATA PENGANTAR

    Perubahan iklim dunia merupakan suatu permasalahan serius yang sedang kita hadapi.

    Perubahan iklim merupakan salah satu dampak dari pemanasan global. Peningkatan konsentrasi

    gas rumah kaca (GRK) di atmosfer bumi diyakini menjadi penyebab timbulnya pemanasan

    global. Berbagai aktivitas manusia telah menyebabkan GRK yang teremisikan ke atmosfer

    meningkat, akibatnya terjadi perubahan komposisi GRK di atmosfer yang menyebabkan radiasi

    matahari yang terperangkap semakin meningkat sehingga menaikkan suhu rata-rata permukaan

    bumi.

    Indonesia sebagai negara yang telah meratifikasi Protokol Kyoto, meskipun tidak

    diwajibkan melakukan penurunan emisi seperti halnya negara-negara yang tercantum dalam

    Annex I, namun tetap mempunyai peran dan harus berpartisipasi dalam upaya pengurangan

    emisi GRK, antara lain dengan cara mengembangkan program yang menekan perubahan iklim;

    melakukan kebersamaan pemakaian (share) teknologi dan bekerjasama untuk mereduksi emisi

    GRK serta mengembangkan inventori data emisi GRK.

    Sebagai institusi yang bergerak di bidang energi, Kementerian Energi dan Sumber

    Daya Mineral diharapkan berkontribusi dalam menginventarisasi jumlah GRK yang dihasilkan

    khususnya dari sektor energi sebagai langkah awal dalam upaya penurunan emisi GRK serta

    penanggulangannya.

    Bandung, Nopember 2011 Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara Ir. Hadi Nursarya, M.Sc. NIP. 19540306 197803 1 001

  • SARI

    Kegiatan penambangan batubara, baik tambang terbuka maupun tambang bawah tanah dinyatakan sebagai sumber penyumbang GRK. GRK yang dominan diemisikan dari tambang batubara adalah gas metana. Metana merupakan GRK yang kelimpahannya di atmosfer terbesar kedua setelah karbondioksida namun memiliki efektivitas dalam menyerap panas atau Global Warming Potensial (GWP) antara 21-25 kali lebih tinggi dari karbon dioksida.

    Sebagai institusi yang bergerak di bidang energi maka Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral diharapkan berkontribusi dalam menginventarisasi jumlah gas rumah kaca yang dihasilkan khususnya dari sektor energi serta ikut berupaya dalam penanggulangannya.

    Berdasarkan IPCC Guidelines, emisi gas metana dari tambang batubara secara umum dideskripsikan sebagai semua metana yang dilepaskan sebelum, selama dan setelah penambangan, pada tambang batubara terbuka maupun tambang batubara bawah tanah. Emisi gas rumah kaca dari tambang batubara difokuskan pada metana, karena gas ini merupakan emisi yang terlepas (fugitive) paling penting dari tambang batubara, dari kegiatan tambang batubara terbuka dengan pertimbangan metoda penambangan secara terbuka lebih dominan di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan, berdasarkan data overburden dari masing-masing tambang batubara, faktor emisi pada tambang PT Andalas Bara Sejahtera, tambang PT Golden Great Borneo dan tambang PT Muara Alam Sejahtera adalah sebesar 0,3 m3/ton (faktor emisi rendah), sedangkan untuk Tambang Air Laya PT Bukit Asam faktor emisi yang digunakan adalah faktor emisi rata-rata yaitu sebesar 1,2 m3/ton.

    Kata kunci: metana, fugitive, tambang batubara terbuka

    Kata kunci : Metana, Emisi Fugitive, Tambang Batubara Terbuka

  • DAFTAR ISI

    Halaman

    Kata Pengantar ........................................................................................ i

    Sari ...................................................................................................... ii

    Daftar Isi ................................................................................................ iv

    Daftar Tabel ........................................................................................... vi

    Daftar Gambar ....................................................................................... viii

    BAB I PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang ................................................................................ 1-1

    1.2. Ruang Lingkup ............................................................................... 1-2

    1.3. Tujuan ........................................................................................... 1-3

    1.4. Sasaran ......................................................................................... 1-3

    1.5. Lokasi Kegiatan .............................................................................. 1-3

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA/STUDI LITERATUR

    2.1. Metana sebagai Gas Rumah Kaca ..................................................... 2-1

    2.2. Metana dalam Batubara .................................................................. 2-3

    2.3. Emisi Gas Metana .......................................................................... 2-4

    BAB III PROGRAM KEGIATAN ..................................................................... 3-1 BAB IV METODOLOGI ........................................................................ .......... 4-1

    BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

    5.1. Profil Lokasi Penelitian .................................................................... 5-1

    5.1.1. PT.Tambang Batubara Bukit Asam .......................................... 5-1

    5.1.2. PT. Andalas Bara Sejahtera ..................................................... 5-2

    5.1.3. PT Golden Great Borneo ...................................................... 5-2

    5.1.4. PT Muara Alam Sejahtera ...................................................... 5-3

    5.2. Perhitungan Emisi Metana dari Tambang Batubara ............................. 5-3

  • BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

    6.1. Kesimpulan ...................................................................................... 6-1

    6.2. Saran ............................................................................................... 6-1

    DAFTAR PUSTAKA

  • DAFTAR TABEL

    Tabel Halaman 2.1. Komponen GRK dan potensinya terhadap pemanasan global ..... 2-2

    5.1. Faktor Emisi Metana untuk Tambang yang Diteliti ....................... 5-3

    5.2. Perkiraan Emisi Metana Menggunakan Faktor Emisi .................... 5-4

  • DAFTAR GAMBAR

    Gambar Halaman 1.1. Peta Lokasi Area Tambang Batubara PT. Bukit Asam .................. ........... 1-4

    1.2. Peta Kabupaten Lahat ..................... ..................................................... 1-4

    2.1. Kontribusi Emisi GRK Antropogenik Terhadap Radiasi Global ....... 2-3

    2.2. Estimasi Global Emisi Metana Antropogenik Berdasarkan Sumber

    Emisi ........................................................................................ 2-3

    4.1. Bagan pemilihan metode perhitungan emisi gas metana .............. 4-2

    5.1. Peta lokasi Perusahaan Tambang Batubara Bukit Asam ................. 5-1

  • KATA PENGANTAR

    Perubahan iklim dunia merupakan suatu permasalahan serius yang sedang kita hadapi.

    Perubahan iklim merupakan salah satu dampak dari pemanasan global. Peningkatan konsentrasi

    gas rumah kaca (GRK) di atmosfer bumi diyakini menjadi penyebab timbulnya pemanasan

    global. Berbagai aktivitas manusia telah menyebabkan GRK yang teremisikan ke atmosfer

    meningkat, akibatnya terjadi perubahan komposisi GRK di atmosfer yang menyebabkan radiasi

    matahari yang terperangkap semakin meningkat sehingga menaikkan suhu rata-rata permukaan

    bumi.

    Indonesia sebagai negara yang telah meratifikasi Protokol Kyoto, meskipun tidak

    diwajibkan melakukan penurunan emisi seperti halnya negara-negara yang tercantum dalam

    Annex I, namun tetap mempunyai peran dan harus berpartisipasi dalam upaya pengurangan

    emisi GRK, antara lain dengan cara mengembangkan program yang menekan perubahan iklim;

    melakukan kebersamaan pemakaian (share) teknologi dan bekerjasama untuk mereduksi emisi

    GRK serta mengembangkan inventori data emisi GRK.

    Sebagai institusi yang bergerak di bidang energi, Kementerian Energi dan Sumber

    Daya Mineral diharapkan berkontribusi dalam menginventarisasi jumlah GRK yang dihasilkan

    khususnya dari sektor energi sebagai langkah awal dalam upaya penurunan emisi GRK serta

    penanggulangannya.

    Bandung, Nopember 2011 Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara Ir. Hadi Nursarya, M.Sc. NIP. 19540306 197803 1 001

  • SARI

    Kegiatan penambangan batubara, baik tambang terbuka maupun tambang bawah tanah dinyatakan sebagai sumber penyumbang GRK. GRK yang dominan diemisikan dari tambang batubara adalah gas metana. Metana merupakan GRK yang kelimpahannya di atmosfer terbesar kedua setelah karbondioksida namun memiliki efektivitas dalam menyerap panas atau Global Warming Potensial (GWP) antara 21-25 kali lebih tinggi dari karbon dioksida.

    Sebagai institusi yang bergerak di bidang energi maka Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral diharapkan berkontribusi dalam menginventarisasi jumlah gas rumah kaca yang dihasilkan khususnya dari sektor energi serta ikut berupaya dalam penanggulangannya.

    Berdasarkan IPCC Guidelines, emisi gas metana dari tambang batubara secara umum dideskripsikan sebagai semua metana yang dilepaskan sebelum, selama dan setelah penambangan, pada tambang batubara terbuka maupun tambang batubara bawah tanah. Emisi gas rumah kaca dari tambang batubara difokuskan pada metana, karena gas ini merupakan emisi yang terlepas (fugitive) paling penting dari tambang batubara, dari kegiatan tambang batubara terbuka dengan pertimbangan metoda penambangan secara terbuka lebih dominan di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan, berdasarkan data overburden dari masing-masing tambang batubara, faktor emisi pada tambang PT Andalas Bara Sejahtera, tambang PT Golden Great Borneo dan tambang PT Muara Alam Sejahtera adalah sebesar 0,3 m3/ton (faktor emisi rendah), sedangkan untuk Tambang Air Laya PT Bukit Asam faktor emisi yang digunakan adalah faktor emisi rata-rata yaitu sebesar 1,2 m3/ton.

    Kata kunci: metana, fugitive, tambang batubara terbuka

    Kata kunci : Metana, Emisi Fugitive, Tambang Batubara Terbuka

  • DAFTAR ISI

    Halaman

    Kata Pengantar ........................................................................................ i

    Sari ...................................................................................................... ii

    Daftar Isi ................................................................................................ iv

    Daftar Tabel ........................................................................................... vi

    Daftar Gambar ....................................................................................... viii

    BAB I PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang ................................................................................ 1-1

    1.2. Ruang Lingkup ............................................................................... 1-2

    1.3. Tujuan ........................................................................................... 1-3

    1.4. Sasaran ......................................................................................... 1-3

    1.5. Lokasi Kegiatan .............................................................................. 1-3

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA/STUDI LITERATUR

    2.1. Metana sebagai Gas Rumah Kaca ..................................................... 2-1

    2.2. Metana dalam Batubara .................................................................. 2-3

    2.3. Emisi Gas Metana .......................................................................... 2-4

    BAB III PROGRAM KEGIATAN ..................................................................... 3-1 BAB IV METODOLOGI ........................................................................ .......... 4-1

    BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

    5.1. Profil Lokasi Penelitian .................................................................... 5-1

    5.1.1. PT.Tambang Batubara Bukit Asam .......................................... 5-1

    5.1.2. PT. Andalas Bara Sejahtera ..................................................... 5-2

    5.1.3. PT Golden Great Borneo ...................................................... 5-2

    5.1.4. PT Muara Alam Sejahtera ...................................................... 5-3

    5.2. Perhitungan Emisi Metana dari Tambang Batubara ............................. 5-3

  • BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

    6.1. Kesimpulan ...................................................................................... 6-1

    6.2. Saran ............................................................................................... 6-1

    DAFTAR PUSTAKA

  • DAFTAR TABEL

    Tabel Halaman 2.1. Komponen GRK dan potensinya terhadap pemanasan global ..... 2-2

    5.1. Faktor Emisi Metana untuk Tambang yang Diteliti ....................... 5-3

    5.2. Perkiraan Emisi Metana Menggunakan Faktor Emisi .................... 5-4

  • DAFTAR GAMBAR

    Gambar Halaman 1.1. Peta Lokasi Area Tambang Batubara PT. Bukit Asam .................. ........... 1-4

    1.2. Peta Kabupaten Lahat ..................... ..................................................... 1-4

    2.1. Kontribusi Emisi GRK Antropogenik Terhadap Radiasi Global ....... 2-3

    2.2. Estimasi Global Emisi Metana Antropogenik Berdasarkan Sumber

    Emisi ........................................................................................ 2-3

    4.1. Bagan pemilihan metode perhitungan emisi gas metana .............. 4-2

    5.1. Peta lokasi Perusahaan Tambang Batubara Bukit Asam ................. 5-1

  • Draft Laporan Penelitian Emisi Gas Metana dari Tambang Batubara Terbuka

    1 - 1

    PENELITIAN EMISI GAS METANA DARI KEGIATAN TAMBANG BATUBARA

    I. PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Masalah lingkungan hidup utama yang dialami oleh dunia saat ini adalah risiko terjadinya pemanasan global

    dan perubahan iklim. Beberapa penelitian di dunia mengenai perubahan iklim menunjukkan bahwa aktivitas

    manusia selama setengah abad terakhir memberikan kontribusi terhadap kenaikan temperatur di muka bumi.

    Berbagai aktivitas manusia telah menyebabkan gas rumah kaca (GRK) yang teremisikan ke atmosfer

    meningkat, akibatnya terjadi perubahan komposisi GRK di atmosfer yang menyebabkan radiasi matahari yang

    terperangkap semakin meningkat sehingga menaikkan suhu rata-rata permukaan bumi.

    Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyatakan bahwa secara umum sumber emisi GRK

    berasal dari sektor energi, transportasi, industri, kehutanan dan pertanian. Dari sektor energi, kebutuhan

    energi global diperkirakan akan meningkat sebesar hampir 60% dalam 30 tahun mendatang. Sebagai salah

    satu sumber energi, batubara memainkan peran penting dalam pemenuhan kebutuhan energi masa depan.

    Untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dan ekspor, Indonesia memiliki beberapa tambang batubara yang

    tersebar di pulau Sumatera dan Kalimantan, baik yang dioperasikan oleh Perusahaan Milik Negara maupun

    swasta. Pada tahun 2006, Indonesia menduduki peringkat kedua setelah Australia dalam urutan negara

    pengekspor batubara. Peningkatan konsumsi energi tersebut berbanding lurus dengan peningkatan jumlah

    GRK yang dihasilkan.

    Indonesia sebagai anggota PBB telah mengesahkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1994 tentang

    Pengesahan United Nations Framework Convention on Climate Change (Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan

    Bangsa-Bangsa tentang Perubahan Iklim) dan juga mengesahkan Protokol Kyoto dengan dikeluarkannya UU

    No. 6 Nomor 17 tahun 2004. Meskipun Indonesia tidak diwajibkan melakukan penurunan emisi seperti

    halnya negara-negara yang tercantum dalam Annex I, namun tetap mempunyai peran dan harus

    berpartisipasi dalam upaya pengurangan emisi GRK, antara lain dengan cara mengembangkan program yang

    menekan perubahan iklim; melakukan kebersamaan pemakaian (share) teknologi dan bekerjasama untuk

    mereduksi emisi GRK serta mengembangkan inventori data emisi GRK.

    Kegiatan penambangan batubara, baik tambang terbuka maupun tambang dalam, merupakan salah satu

    sumber penyumbang GRK. IPCC Guidelines (2006) menyatakan bahwa total emisi gas metana dari sektor

  • Draft Laporan Penelitian Emisi Gas Metana dari Tambang Batubara Terbuka

    1 - 2

    penambangan batubara meliputi emisi yang dilepaskan selama proses penambangan pada tambang batubara

    terbuka (surface mining) dan emisi gas metana yang tambang batubara bawah tanah (underground mining).

    Sebagian besar metode penambangan batubara yang dilakukan di Indonesia adalah penambangan batubara

    terbuka (surface mining) yang tersebar di pulau Sumatera dan Kalimantan. GRK yang dominan diemisikan

    dari tambang batubara adalah gas metana, sehingga penelitian ini menitikberatkan pada gas metana. Global

    Methane Emissions and Mitigation Opportunities menyebutkan metana merupakan GRK yang kelimpahannya

    di atmosfer terbesar kedua setelah karbondioksida namun memiliki efektivitas dalam menyerap panas atau

    Global Warming Potensial (GWP) antara 21-25 kali lebih tinggi dari karbon dioksida.

    Sebagai institusi yang bergerak di bidang energi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral diharapkan

    berkontribusi dalam menginventarisasi jumlah GRK yang dihasilkan khususnya dari sektor energi serta ikut

    berupaya dalam penanggulangannya. Penelitian mengenai jumlah emisi gas metana di tambang batubara

    terbuka telah dilakukan pada tahun 2010, mengambil lokasi di

    Provinsi Kalimantan Selatan. Dari hasil penelitian tersebut diperoleh jumlah emisi gas metana dari tambang

    terbuka PT Arutmin sebesar 325,836 ton CO2 ekivalen/tahun dan PT Adaro sebesar 91,425 ton CO2

    ekivalen/tahun dengan faktor emisi gas metana : 1,2 m3 metana/ton batubara (Damayanti dkk., 2010).

    Sebagai kelanjutan dari penelitian tersebut, pada tahun 2011 ini dilakukan penelitian emisi gas metana dari

    kegiatan tambang batubara terbuka di Provinsi Sumatera Selatan.

    1.2. Ruang Lingkup Kegiatan

    Ruang lingkup kegiatan ini meliputi:

    Studi literatur

    Penjajakan penelitian dengan pihak perusahaan tambang batubara

    Pengambilan data sekunder yang menunjang kegiatan penelitian

    Pengukuran gas metana dan pengambilan percontoh core batubara di tambang batubara terbuka

    Analisis dan pengolahan data berdasarkan metode Intergovernmental Panel on Climate Change

    Guidelines

    Penyusunan laporan

    1.3. Tujuan

    Kegiatan ini bertujuan untuk mendapatkan data faktor emisi gas metana dari kegiatan tambang batubara

    terbuka di Sumatera Selatan.

  • Draft Laporan Penelitian Emisi Gas Metana dari Tambang Batubara Terbuka

    1 - 3

    1.4. Sasaran

    Adapun sasaran dari kegiatan ini adalah untuk menentukan jumlah emisi gas metana yang dihasilkan dari

    kegiatan penambangan batubara terbuka.

    1.5. Lokasi Kegiatan

    Kegiatan penelitian dilakukan di beberapa lokasi penambangan batubara, yaitu di Perusahaan Tambang Bukit

    Asam (PTBA) Tanjung Enim dan beberapa perusahaan tambang di Kabupaten Lahat yaitu PT Andalas Bara

    Sejahtera, PT Golden Great Borneo dan PT Muara Alam Sejahtera. Peta lokasi kegiatan ditampilkan pada

    Gambar 1.1 dan Gambar 1.2.

  • Draft Laporan Penelitian Emisi Gas Metana dari Tambang Batubara Terbuka

    1 - 4

    Gambar 1.1

    Peta lokasi area tambang batubara PT. Bukit Asam

    Gambar 1.2

    Peta Kabupaten Lahat

  • Draft Laporan Penelitian Emisi Gas Metana dari Tambang Batubara Terbuka 2 - 1

    2. TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Metana sebagai Gas Rumah Kaca

    Perubahan iklim dunia merupakan suatu permasalahan serius yang sedang kita hadapi. Sebagian besar

    pakar lingkungan sepakat bahwa terjadinya perubahan iklim merupakan salah satu dampak dari

    pemanasan global. Meskipun masih belum sepenuhnya diketahui dengan pasti, peningkatan

    konsentrasi gas rumah kaca (GRK) di atmosfer bumi diyakini menjadi penyebab timbulnya pemanasan

    global.

    Pemanasan global dapat terjadi karena adanya efek rumah kaca. GRK yang berada di atmosfer bumi

    dapat disamakan dengan tabir kaca pada pertanian yang menggunakan rumah kaca. Panas matahari

    yang berupa radiasi gelombang pendek masuk ke bumi dengan menembus tabir GRK tersebut.

    Sebagian panas diserap oleh bumi dan sisanya dipantulkan kembali ke luar angkasa sebagai radiasi

    gelombang panjang. Namun, panas yang seharusnya dipantulkan kembali ke luar angkasa menyentuh

    permukaan tabir dan terperangkap di dalam bumi. Sebagian panas akan ditahan di permukaan bumi

    dan menghangatkan bumi. Permasalahan muncul ketika konsentrasi GRK di atmosfer bertambah.

    Dengan meningkatnya konsentrasi GRK, maka akan semakin banyak panas yang ditahan di permukaan

    bumi dan akan mengakibatkan suhu permukaan bumi menjadi meningkat. Kondisi ini sering disebut

    sebagai pemanasan global (Sugiyono, 2006).

    Kontribusi GRK terhadap pemanasan global bergantung pada jenis gasnya. Menurut Konvensi PBB

    mengenai Perubahan Iklim (United Nations Framework Concention on Climate Change), terdapat enam

    jenis gas yang digolongkan sebagai GRK yaitu karbondioksida (CO2), metana (CH4), dinitro-oksida

    (N2O), perfluorokarbon (PFC), hidrofluorokarbon (HFC) dan sulfur heksafluorida (SF6) (Samiaji,

    2009). Setiap gas rumah kaca mempunyai potensi pemanasan global (Global Warming Potential -

    GWP) yang diukur secara relatif berdasarkan emisi CO2 dengan nilai 1 (Tabel 2.1). Semakin besar

    nilai GWP nya menunjukkan gas tersebut mempunyai efektivitas penyerapan panas lebih tinggi

    dibandingkan dengan karbondioksida.

    Tabel 2.1

    Komponen GRK dan potensinya terhadap pemanasan global

  • Draft Laporan Penelitian Emisi Gas Metana dari Tambang Batubara Terbuka 2 - 2

    Komponen GRK Potensi Pemanasan Global (GWP)

    Karbondioksida (CO2) 1

    Metana (CH4) 21-25

    Nitrous oksida (NO2) 296

    Hidrofluorokarbon (HCF) 120-12.000

    Perfluorokarbon (PFC) 5700-11.900

    Sulfur heksafluorida 22.200

    Sumber : IPCC 2001

    Gas metana di atmosfer berasal dari sumber biogenik dan non biogenik. Sebanyak 70% dari total

    emisi gas metana dunia berasal dari sumber biogenik antara lain: lahan basah (wetlands), area

    pertanian, peternakan, landfills, hutan dan laut. Sementara sumber emisi metana non biogenik

    diantaranya adalah penambangan dan pemanfaatan bahan bakar fosil, pembakaran biomasa,

    pengolahan sampah dan sumber-sumber geologi. Sumber emisi gas metana dapat juga dibagi menjadi

    sumber antropogenik (berasal dari aktivitas manusia) dan alami. Pertanian, peternakan, landfills,

    pembakaran biomassa dan pemanfaatan bahan bakar fosil termasuk dalam sumber antropogenik.

    Metana secara alami diemisikan dari lahan basah (wetlands), laut, hutan dan sumber geologi lain

    (Denman dkk., 2007; Prather dkk., 2001).

    Menurut Global Methane Emissions and Mitigation Opportunities menyebutkan bahwa metana

    merupakan GRK dengan kelimpahan terbesar kedua di atmosfer setelah karbondioksida. Gambar 2.1

    menunjukkan kontribusi GRK terhadap radiasi global, dalam hal ini gas karbondioksida merupakan

    kontributor terbesar dibandingkan GRK lainnya. Sementara Gambar 2.2 menunjukkan kontribusi

    masing-masing sektor terhadap tingkat emisi metana antropogenik.

    Gambar 2.1

    Kontribusi emisi GRK antropogenik terhadap radiasi global

    Sumber : IPCC, 2007

  • Draft Laporan Penelitian Emisi Gas Metana dari Tambang Batubara Terbuka 2 - 3

    Gambar 2.2

    Estimasi global emisi metana antropogenik berdasarkan sumber emisi

    2.2. Metana dalam Batubara

    Gas metana dan batubara terbentuk bersamaan selama proses pembentukan batubara (coalification).

    Dalam proses ini, biomassa diubah secara biologi, fisika (temperatur dan tekanan) maupun geologi

    menjadi batubara (Warmuzinski, 2008). Tingkat pembentukan batubara menghasilkan kelas batubara

    yang berbeda. Kandungan metana semakin meningkat sejalan dengan proses koalifikasi. Oleh karena

    itu semakin tinggi kelas batubara, semakin tinggi pula kandungan gas metananya (Anonimous, 1999).

    Gas metana tersimpan di dalam batubara itu sendiri serta pada lapisan di sekelilingnya. Sejumlah besar

    metana dapat disimpan didalam mikrostruktur batubara. Secara umum, besar kandungan metana

    dalam batubara ditentukan oleh kedalaman lapisan batubara, kelas batubara (coal rank), dan tekanan.

    Semakin dalam lapisan batubara maka tekanannya pun semakin tinggi maka kandungan metana

    semakin tinggi pula. Demikian pula dengan kelas batubara berbanding lurus dengan kandungan

    metana. Namun pada batubara dengan kelas yang sama akan memiliki kandungan metana yang

    berbeda apabila kedalaman lapisannya berbeda.

    2.3. Emisi Gas Metana

    Sumber : U.S. EPAs Global Anthropogenic Emissions of Non-CO2 Greenhouse Gases: 19902020

  • Draft Laporan Penelitian Emisi Gas Metana dari Tambang Batubara Terbuka 2 - 4

    Pelepasan gas metana terjadi apabila tekanan pada lapisan batubara menurun akibat kegiatan

    penambangan atau adanya erosi atau terjadi rekahan. Metana akan berpindah dari tempat dengan

    konsentrasi tinggi ke tempat dengan konsentrasi rendah, sampai menemukan jalan keluar seperti

    adanya rekahan. Permeabilitas batubara juga menentukan pelepasan metana. Sejalan dengan

    menurunnya tekanan pada saat penambangan, gas metana terlepas dari lapisan batubara yang

    ditambang serta dari lapisan sekelilingnya. Semakin banyak lapisan yang terkupas akibat penambangan

    menentukan jumlah metana yang dilepaskan. Jumlah metana yang terlepas akibat kegiatan

    penambangan dapat melebihi jumlah metana yang terkandung dalam batubara (Kissel et al., 1973).

    Perkiraan emisi metana secara global maupun regional dari penambangan batubara bergantung pada

    berbagai asumsi antara lain jenis batubara, kedalaman tambang/lapisan, metode penambangan,

    kandungan metana pada lapisan batubara dan jumlah metana yang terlepas (Beck dkk., 1993).

    Tambang batubara bawah tanah (underground mining) melepaskan gas metana lebih banyak

    dibandingkan dari tambang terbuka (surface mining) karena kandungan gas yang lebih tinggi di lapisan

    batubara yang lebih dalam. Penambangan batubara dengan metode longwall mining akan melepaskan

    gas metana lebih banyak daripada penambangan batubara dengan metode room and pillar mining.

    Emisi metana dari tambang batubara terbuka jumlahnya sangat tidak pasti. Meskipun demikian secara

    umum emisi metana per ton batubara dari tambang batubara terbuka lebih rendah daripada emisi

    metana dari tambang batubara bawah tanah (Irving dkk., 2001).

  • Draft Laporan Penelitian Emisi Gas Metana dari Tambang Batubara Terbuka

    3 - 1

    BAB III. PROGRAM KEGIATAN

    Program kegiatan ini adalah sebagai berikut:

    Studi literatur

    Berupa pengumpulan referensi yang terkait dengan penelitian serta melakukan diskusi dengan

    berbagai instansi dan pihak narasumber.

    Penjajakan penelitian dengan pihak perusahaan tambang batubara

    Penjajakan dilakukan untuk mendapatkan ijin penelitian serta mendapatkan gambaran awal tentang

    profil tambang. Pada tahap ini juga dilakukan pengumpulan data sekunder yang dibutuhkan untuk

    menunjang kegiatan penelitian di lapangan.

    Pengambilan data sekunder yang menunjang kegiatan penelitian

    Data sekunder yang dibutuhkan untuk menunjang kegiatan penelitian antara lain:

    - Profil perusahaan

    - Peta bukaan tambang

    - Data produksi batubara

    - Data luasan tambang

    - Data kualitas serta jenis batubara

    - Data kedalaman overburden atau kedalaman galian

    - Data geoteknik, geokimia dan data logbor batubara

    - Data litologi/stratigrafi

    Pengukuran gas metana dan pengambilan percontoh core batubara di tambang batubara terbuka

    Pengukuran gas metana secara langsung di lapangan menggunakan alat Soil Flux Meter di titik

    pengukuran yang telah ditentukan.

    Analisis dan pengolahan data berdasarkan metode IPCC

    Metodologi analisis dan perhitungan estimasi emisi gas metana berdasarkan IPCC Guideline 2006

    Penyusunan laporan

    Pembuatan laporan merupakan tahapan akhir dari kegiatan ini, yang berisikan tahapan pelaksanaan

    kegiatan serta hasil penelitian yang telah dilakukan.

  • Draft Laporan Penelitian Emisi Gas Metana dari Tambang Batubara Terbuka 4 - 1

    Emisi CH4 = emisi CH4 pada tambang terbuka (Surface mining emissions of CH4) + emisi

    CH4 setelah ditambang (Post-mining emission of CH4)

    IV. METODOLOGI

    Dalam inventarisasi gas rumah kaca (GRK), metode yang telah disepakati dan digunakan oleh negara-

    negara yang meratifikasi United Nations Framework Convention On Climate Change (UNFCCC) adalah

    metode IPCC Guidelines 2006. Metode ini memberikan tahapan dan langkah yang diperlukan untuk

    pengukuran, pemantauan dan pelaporan perubahan emisi.

    Emisi gas metana dari tambang batubara secara umum dideskripsikan sebagai semua metana yang

    dilepaskan sebelum, selama dan setelah penambangan. Emisi gas rumah kaca dari tambang batubara

    akan difokuskan pada metana, oleh karena gas ini merupakan emisi yang terlepas (fugitive) paling

    penting dari tambang batubara.

    Komponen penting dalam inventarisasi GRK adalah data kegiatan (activity data) dan faktor emisi atau

    serapan (emission factor). Activity data merupakan kuantifikasi perubahan luas areal untuk setiap

    kategori emisi atau serapan. Sedangkan faktor emisi/serapan adalah kemampuan untuk mengemisi

    atau menyerap GRK dari suatu unit/kategori lahan yang dikonversi (misalnya dalam ton CO2/biomassa

    per Ha per tahun). Masing-masing data kegiatan (activity data) dan faktor emisi memiliki tingkat

    kerincian (Tier). Terdapat tiga pilihan kerincian, yaitu Tier 1, 2 dan 3. Metodologi perhitungan emisi

    gas metana dengan pendekatan Tier 1 digunakan apabila data-data yang dibutuhkan tidak tersedia atau

    terbatas dan nilai faktor emisi menggunakan nilai yang sudah ditentukan oleh IPCC. Pendekatan

    dengan Tier 2 digunakan apabila data-data atau faktor emisi untuk spesifik negara atau basin yang

    mewakili nilai rata-rata batubara yang sedang ditambang tersedia. Pendekatan Tier 3 menggunakan

    pengukuran langsung pada masing-masing tambang dan bila diaplikasikan secara benar akan memiliki

    tingkat ketidakpastian terendah.

    Estimasi Emisi Gas Metana padaTambang Batubara Terbuka

    Persamaan umum untuk mengestimasi emisi gas metana pada tambang batubara terbuka adalah

    sebagai berikut:

    Yang termasuk dalam post-mining emissions adalah emisi CH4 dari batubara yang telah ditambang,

    dalam hal ini CH4 diemisikan pada saat pengolahan dan transportasi.

    Perhitungan emisi metana dengan pendekatan Tier 3 masih belum layak (feasible) dilakukan. Untuk

    negara dengan produksi batubara yang cukup signifikan dan memiliki beberapa tambang batubara,

  • Draft Laporan Penelitian Emisi Gas Metana dari Tambang Batubara Terbuka 4 - 2

    pemisahan data dan faktor emisi pada masing-masing tambang batubara (coal basin) akan

    meningkatkan akurasi estimasi.

    Pemilihan metode dilakukan mengikuti bagan alir pada Gambar 3.1. Karena produksi batubara

    Indonesia dari tambang terbuka jumlahnya lebih besar dibandingkan dari tambang dalam maka

    tambang batubara terbuka dinyatakan sebagai faktor kunci.

    Gambar 3. 1

    Bagan pemilihan metode perhitungan emisi gas metana

    Meskipun pengukuran emisi metana dari tambang terbuka sudah semakin banyak yang bisa dilakukan,

    namun pada saat ini belum ada metode pengukuran rutin yang dapat diaplikasikan secara luas. Data

    kandungan gas in situ sebelum pengupasan overburden juga merupakan data yang sangat sulit didapat

    pada operasi tambang batubara terbuka.

    Ya

    Ya

    Tidak

    Tidak

    Apakah data faktor emisi

    negara/spesifik basin tersedia

    Apakah tambang terbuka menjadi kategori kunci?

    Tier 2

    Tier 1

    Kumpulkan data untuk metode Tier 2

    Mulai

  • Draft Laporan Penelitian Emisi Gas Metana dari Tambang Batubara Terbuka 4 - 3

    Emisi Metana = Faktor emisi CH4 x Produksi Batubara x faktor konversi

    Perhitungan emisi metana dengan pendekatan faktor emisi mengikuti persamaan berikut ini:

    Apabila ketersedian data terbatas dan tambang batubara terbuka bukan merupakan faktor kunci maka

    digunakan persamaan Tier 1 di bawah ini.

    dengan satuan :

    Emisi metana (Gg)

    Faktor emisi CH4 (m3 /ton)

    Produksi batubara (ton/tahun)

    Faktor Emisi:

    Faktor emisi CH4 rendah = 0.3 m3/ton

    Faktor emisi CH4 rata-rata= 1.2 m3/ton

    Faktor emisi CH4 tinggi = 2.0 m3/ton

    Faktor konversi adalah adalah berat jenis metana dan dikonversi dari volume metana ke berat metana.

    Berat jenis dihitung pada suhu 20C dan tekanan 1 atmosfir dan besar nilainya adalah 0,67 x 10-6

    Gg/m3

    Untuk pendekatan Tier 1, nilai faktor emisinya sudah ditentukan berdasarkan tingkat kedalaman

    overburden, faktor emisi rendah digunakan untuk batubara dengan kedalaman overburden kurang

    dari 25 meter dan faktor emisi tinggi untuk kedalaman overburden lebih dari 50 meter. Untuk

    kedalaman diantaranya (25-50 meter), dapat digunakan faktor emisi dengan nilai rata-rata. Jika data

    overburden tidak ada, maka nilai yang digunakan adalah faktor emisi rata-rata yaitu 1,2 m3/ton.

    Metode estimasi emisi metana dengan Tier 2 menggunakan persamaan yang sama dengan Tier 1

    namun dengan pemisahan pada level coal basin (bukaan tambang batubara). Pada penelitian ini nilai

    faktor emisi dicari dengan cara melakukan pengukuran emisi metana secara langsung di lokasi tambang

    terbuka. Rata-rata nilai emisi metana tersebut digunakan sebagai nilai faktor emisi untuk menentukan

    besar emisi metana di lokasi penelitian. Pengukuran emisi metana dilakukan disetiap lapisan batubara

    menggunakan alat soil flux meter dengan pengulangan pengukuran sebanyak lima kali.

  • Draft Laporan Penelitian Emisi Gas Metana dari Tambang Batubara Terbuka 4 - 4

    Emisi Metana = Faktor emisi CH4 x Produksi Batubara x faktor konversi

    Pengukuran emisi metana secara langsung pada tahap post-mining juga tidak layak (feasible) dilakukan

    sehingga untuk perhitungannya digunakan pendekatan faktor emisi. Estimasi emisi metana pada tahap

    post-mining mengikuti persamaan berikut ini:

    Dengan satuan :

    Emisi metana (Gg/tahun)

    Faktor emisi CH4 (m3 /ton)

    Produksi batubara (ton/tahun)

    Faktor Emisi:

    Faktor emisi CH4 rendah = 0 m3/ton

    Faktor emisi CH4 rata-rata= 0.1 m3/ton

    Faktor emisi CH4 tinggi = 0.2 m3/ton

    Faktor konversi adalah berat jenis metana dan dikonversi dari volume metana ke berat metana. Berat

    jenis di hitung pada suhu 20C dan tekanan 1 atmosfir dan besar nilainya adalah 0,67 x 10-6 Gg/m3

    IPCC merekomendasikan nilai faktor emisi rata-rata untuk digunakan dalam estimasi metana pada

    tahap post-mining, kecuali jika tersedia data atau bukti yang mendukung penggunaan nilai faktor emisi

    rendah atau tinggi.

    Selain perhitungan dengan menggunakan faktor emisi, juga dilakukan pengukuran dengan pengambilan

    percontoh core pada daerah/seam yang sedang dilakukan pengeboran oleh perusahaan yang

    dikunjungi. Percontoh core batubara ini akan dianalisis untuk mengetahui kandungan metana per

    satuan berat core yang didapat.

  • Draft Laporan Penelitian Emisi Gas Metana dari Tambang Batubara Terbuka

    Tahap II 5 - 1

    V. HASIL DAN PEMBAHASAN

    5.1. Profil Lokasi Penelitian

    5.1.1. PT Tambang Batubara Bukit Asam

    Pelaksanaan kegiatan lapangan dalam rangka penelitian Emisi Gas Metana dari Tambang Batubara

    terbuka ini dilakukan di lokasi tambang batubara Perusahaan Tambang Batubara Bukit Asam (PTBA).

    Secara administratif lokasi PTBA berada di daerah Tanjung Enim, Sumatera Selatan dengan luas

    tambang sekitar 66.414 Ha. Penelitian difokuskan di area Tambang Air Laya yang merupakan area

    tambang terluas di Tanjung Enim, dengan luas bukaan tambang sebesar 850 Ha dan memproduksi

    batubara sebanyak 12 juta ton per tahun.

    Gambar 5.1

    Peta lokasi Perusahaan Tambang Batubara Bukit Asam

    Geologi Daerah Penelitian

    Daerah penambangan PT. Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) termasuk dalam zona fisiografis

    cekungan Sumatera Selatan. Cekungan Sumatera Selatan bagian dari Sumatera Timur, yang

    dipisahkan dari cekungan Sumatera Tengah oleh tinggian Asahan atau pegunungan Tiga Puluh di barat

    laut, membentang ke selatan dengan dibatasi oleh pegunungan Bukit Barisan dan daratan Pra-Tersier

    di sebelah timur lautnya. Sedimentasi di cekungan Sumatera Selatan berlangsung terus menerus

    selama zaman Tersier dengan penurunan dasar cekungan, sehingga ketebalan ketebalan sediment

    mencapai 600 meter. Sedimentasi di cekungan Sumatera Tengah dan Sumatera Selatan terjadi fase

  • Draft Laporan Penelitian Emisi Gas Metana dari Tambang Batubara Terbuka

    Tahap II 5 - 2

    regresi sebagai pengendapan dalam lingkungan Shallow Inner Neritic yang beralih ke lingkungan rawa

    dan kemudian Delta Plain, sedang bagian atas merupakan daerah Swampland dan Marsh. Cekungan

    pengendapan tersebut sebagai tempat akumulasi bahan-bahan organic dalam jumlah yang banyak

    berubah menjadi batubara yang mencirikan urutan-urutan regresi.

    Cekungan Sumatera Selatan dipisahkan dari daerah Sumatera Tengah oleh daerah pengangkatan Bukit

    Tigapuluh. Sedang di bagian selatan dipisahkan dari cekungan Sunda oleh daerah tinggian Lampung.

    Struktur geologi daerah ini terdiri dari tiga antiklinorium Palembang, antiklinorium Pendopo dan

    antiklinorium Muara Enim, masing-masing dari arah timur laut sampai barat daya. Endapan Tersier

    pada cekungan Sumatera selatan dari yang tua sampai yang muda dapat dipisahkan menjadi beberapa

    formasi, yaitu : Formasi Lahat, Formasi Talang Akar, Formasi Baturaja, Formasi Gumai, Formasi Air

    Benakat, Formasi Muara Enim, Formasi Kasai.

    5.1.1. PT Andalas Bara Sejahtera

    Secara administratif, lokasi penambangan PT Andalas Bara Sejahtera (ABS) berada di Desa Merapi,

    Kecamatan Merapi Selatan, Kabupaten Lahat, Provinsi Sumatera Selatan. Lokasi penambangan PT

    ABS terletak 250 km arah barat daya Palembang dan dapat dijangkau dengan waktu tempuh selama

    7 jam dari Palembang.

    Izin Usaha yang diperoleh PT ABS antara lain izin Usaha Penambangan (IUP) Eksplorasi No.

    503/506/Kep/PERTAMBEN/2008 tentang Pemberian Izin Eksplorasi seluas 150 Ha. Pada area

    tambang ini terdapat dua pit yang aktif, pada masing-masing pit terdapat lima lapisan (seam) batubara

    yaitu A1, A2, B0, B dan C. Secara umum cadangan batubara yang terdapat di PT ABS ini termasuk

    dalam formasi Muara Enim. Kapasitas produksi PT ABS ini sebesar 40-50 ton/ bulan.

    5.2.1. PT Golden Great Borneo

    Secara administratif, lokasi penambangan PT Golden Great Borneo (GGB) berada di Desa Banjarsari

    dan Prabumenang, Kecamatan Merapi Timur, Kabupaten Lahat, Provinsi Sumatera Selatan.

    Wilayah konsesi PT GGB menempati area seluas 2000 Ha. Pada area tambang PT GGB terdapat tiga

    pit namun hanya dua yang aktif beroperasi. Tiap pit terdiri dari dua lapisan (seam) batubara yaitu

    lapisan R dan Q, namun hanya lapisan Q saja yang ditambang (produktif) karena lapisan R dinilai tidak

  • Draft Laporan Penelitian Emisi Gas Metana dari Tambang Batubara Terbuka

    Tahap II 5 - 3

    ekonomis untuk ditambang. Secara umum cadangan batubara yang terdapat di PT GGB termasuk

    dalam formasi Muara Enim.

    5.3.1. PT Muara Alam Sejahtera

    Wilayah Kuasa Pertambangan (KP) PT Muara Alam Sejahtera (MAS) secara administratif terletak dalam

    Kecamatan Merapi Barat Kabupaten Lahat, Provinsi Sumatera Selatan dengan area tambang seluas

    1.745 Ha. Hingga saat ini luas bukaan tambang baru seluas 102 Ha (termasuk area untuk

    infrastruktur).

    Pada area tambang PT MAS terdapat dua pit aktif yaitu pit Barat dan pit Timur. Masing-masing pit

    terdiri atas empat lapisan (seam) batubara yaitu A1, A2, B1 (merupakan main seam) dan B2. Secara

    umum batubara yang terdapat di area penambangan PT MAS termasuk dalam formasi Muara Enim.

    Kapasitas produksi batubara yang dihasilkan PT MAS sebesar 1,2 juta ton/ tahun.

    5.2. Perhitungan Emisi Metana dari Tambang Batubara

    Perhitungan emisi metana secara umum dapat dihitung berdasarkan data kedalaman overburden

    (pendekatan Tier 1) pada masing-masing tambang. Perbedaan kedalaman overburden menentukan

    faktor emisi yang digunakan pada perhitungan emisi (Tabel 5.1).

    Tabel 5.1

    Faktor Emisi Metana untuk Tambang yang Diteliti

    Nama Perusahaan Jumlah Produksi (ton/tahun)

    Kedalaman overburden rata-rata (m)

    Faktor emisi (m3/ton)

    PT Bukit Asam 12.000.000 25-50 1,2

    PT Andalas Bara Sejahtera

    600 < 25 0,3

    PT Golden Great Borneo

    1.451.030 < 25 0,3

    PT Muara Alam Sejahtera

    1.200.000 < 25 0,3

  • Draft Laporan Penelitian Emisi Gas Metana dari Tambang Batubara Terbuka

    Tahap II 5 - 4

    Emisi Metana (Gg) = Faktor emisi CH4 (m3/ton)* Produksi Batubara(ton/thn)

    * faktor konversi Gg/m3

    Mengacu pada ketententuan penggunaan faktor emisi pada IPCC 2006, untuk tambang dengan

    kedalaman overburden kurang dari 25 meter menggunakan faktor emisi rendah yaitu sebesar 0,3

    m3/ton , yaitu tambang PT Andalas Bara Sejahtera, tambang PT Golden Great Borneo dan tambang

    PT Muara Alam Sejahtera. Sedangkan untuk Tambang Air Laya PT Bukit Asam yang memiliki

    kedalaman overburden antara 25-50 meter, faktor emisi yang digunakan adalah faktor emisi rata-rata

    yaitu sebesar 1,2 m3/ton. Selanjutnya untuk perhitungan emisi metana untuk tambang terbuka

    digunakan persamaan sebagai berikut :

    Faktor konversi merupakan berat jenis metana dan dikonversi dari volume metana ke berat metana.

    Berat jenis di hitung pada suhu 20C dan tekanan 1 atmosfir dan besar nilainya adalah 0,67 * 10-6

    Gg/m3

    Hasil perhitungan emisi metana dari setiap tambang yang diteliti berdasarkan persamaan diatas

    disajikan pada Tabel 5.2. Hasil emisi metana yang diberikan tersebut selanjutnya dikonversi menjadi

    emisi CO2 ekivalen dengan mengalikan dengan potensial metana sebesar 21 kali CO2.

    Tabel 5.2 Perkiraan Emisi Metana Menggunakan Faktor Emisi

    Nama Perusahaan Jumlah Produksi (ton/tahun)

    Faktor emisi (m3/ton)

    Jumlah emisi metana

    (Gg)

    Emisi CO2 ekivalen

    (Gg)

    PT Bukit Asam 12.000.000 1,2 9,648 202,61

    PT Andalas Bara Sejahtera

    600 0,3 0,0001 0,00

    PT Golden Great Borneo

    1.451.030 0,3 0,292 6,12

    PT Muara Alam Sejahtera

    1.200.000 0,3 0,2412 5,07

    Berdasarkan data diatas secara umum dapat dilihat semakin besar kapasitas produksi kemungkinan

    jumlah emisi metana yang teremisikan juga semakin besar. Hal ini disebabkan oleh semakin banyaknya

    lapisan batubara yang tersingkap.

  • Draft Laporan Penelitian Emisi Gas Metana dari Tambang Batubara Terbuka

    Tahap II 5 - 5

  • Draft Laporan Penelitian Emisi Gas Metana dari Tambang Batubara

    Terbuka

    6 - 1

    VI. KESIMPULAN DAN SARAN

    6.1. Kesimpulan

    1. Berdasarkan data overburden dari masing-masing tambang batubara, faktor emisi pada

    tambang PT Andalas Bara Sejahtera, tambang PT Golden Great Borneo dan tambang

    PT Muara Alam Sejahtera adalah sebesar 0,3 m3/ton (faktor emisi rendah),

    sedangkan untuk Tambang Air Laya PT Bukit Asam faktor emisi yang digunakan

    adalah faktor emisi rata-rata yaitu sebesar 1,2 m3/ton.

    2. Berdasarkan hasil perhitungan dengan Tier 1, jumlah emisi metana di Tambang Air

    Laya PTBA sebesar 9,648 Gg; di Tambang PT Andalas Bara Sejahtera sebesar

    0,0001 Gg; di Tambang Golden Great Borneo sebesar 0,292 Gg; di Tambang

    Muara Alam Sejahtera sebesar 0,2412 Gg.

    6.2. Saran

    1. Penelitian sebaiknya dilakukan tidak hanya pada batubara dengan formasi muara enim,

    tetapi juga untuk batubara dengan formasi lain sehingga faktor emisi yang didapat

    lebih spesifik.

    2. Diperlukan data kandungan metana insitu (dari contoh core batubara) agar perhitungan

    faktor emisi lebih akurat.

    3. Perlu dilakukan pengukuran emisi metana dengan waktu yang lebih lama agar dapat

    diperoleh data yang lebih akurat.

  • DAFTAR PUSTAKA

    Anonimous. 1999. Method For Estimating Methane Emissions From Coal Mining.

    Beck, L.L., Piccot, S.D. and. Kirchgessner, D.A. 1993. Industrial sources. In 'Atmospheric Methane:

    Sources. Sinks and Role in Global Change.' (Eds. M. Khalil) pp. 399-341. (Springer-Verlag, New

    York, NY).

    IPCC. 2006. IPCC Guidelines for National Greenhouse Gas Inventories, Volume 2.

    Irving, W & Tailakov, O. 2001. Ch4 Emissions: Coal Mining and Handling. Good Practice Guidance And

    Uncertainty Management In National Greenhouse Gas Inventories.

    Samiaji. 2009. Upaya Menanggulangi CO2 di Atmosfer. Pusfatsaklim LAPAN. Berita Dirgantara Vol. 10 N0.

    3, 2009.

    Sugiyono. 2006. Penanggulangan Pemanasan Global di Sektor Pengguna Energi Jurnal Sains & Teknologi

    Modifikasi Cuaca. Vol. 7, No. 2, 2006 : 15-19 Bidang Perencanaan Energi, PTPSE-BPPT.

    US-EPA. 2011. Global Anthropogenic Non-CO2 Greenhouse Gas Emissions: 1990 2030.

    Warmuzinski, K. 2008. Harnessing Methane Emissions From Coal Mining.