82
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO Katalog BPS: 9302020.91 Provinsi Papua Barat/ Province of Papua Barat 2013-2017 Gross Regional Domestic Product by Expenditure Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat MENURUT PENGELUARAN https://papuabarat.bps.go.id

Gross Regional Domestic Product by Expenditure · kajian ekspor dan impor dan sebagainya. ... Luar Negeri, serta Ekspor Neto Antar Daerah (ekspor antar daerah dikurangi dengan impor

  • Upload
    dangbao

  • View
    216

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Gross Regional Domestic Product by Expenditure · kajian ekspor dan impor dan sebagainya. ... Luar Negeri, serta Ekspor Neto Antar Daerah (ekspor antar daerah dikurangi dengan impor

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

Katalog BPS: 9302020.91

Provinsi Papua Barat/ Province of Papua Barat

2013-2017

Gross Regional Domestic Product by Expenditure

Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat

MENURUT PENGELUARAN

https:

//pap

uabar

at.b

ps.go.id

Page 2: Gross Regional Domestic Product by Expenditure · kajian ekspor dan impor dan sebagainya. ... Luar Negeri, serta Ekspor Neto Antar Daerah (ekspor antar daerah dikurangi dengan impor

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

Provinsi Papua Barat/ Province of Papua Barat

2013-2017

Gross Regional Domestic Product by Expenditure

MENURUT PENGELUARAN

https:

//pap

uabar

at.b

ps.go.id

Page 3: Gross Regional Domestic Product by Expenditure · kajian ekspor dan impor dan sebagainya. ... Luar Negeri, serta Ekspor Neto Antar Daerah (ekspor antar daerah dikurangi dengan impor

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO MENURUT PENGELUARAN PAPUA BARAT 2013- 2017 ISSN : 2089 – 998x Nomor Publikasi : 91550.18.03 Katalog BPS : 9302020.9100 Ukuran Buku : 21 x 29,7 cm Jumlah Halaman : viii + 71 halaman Naskah: Bidang Neraca Wilayah dan Analisis Lintas Sektor Gambar Kulit: Bidang Neraca Wilayah dan Analisis Diterbitkan Oleh: © Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat Dilarang mengumumkan, mendistribusikan, mengomunikasikan, dan/atau menggandakan sebagian atau seluruh isi buku ini untuk tujuan komersial tanpa izin tertulis dari Badan Pusat Statistik

https:

//pap

uabar

at.b

ps.go.id

Page 4: Gross Regional Domestic Product by Expenditure · kajian ekspor dan impor dan sebagainya. ... Luar Negeri, serta Ekspor Neto Antar Daerah (ekspor antar daerah dikurangi dengan impor

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO MENURUT PENGELUARAN PAPUA BARAT 2013- 2017

Anggota Tim Penyusun:

Pengarah : Endang Retno Sri Subiyandani, S.Si, MM

Editor : Drs. Jerison Sumual, MM

Penulis : Fitrah Sarah Ramadhani, S.ST

Pengolah data : Fitrah Sarah Ramadhani, S.ST

https:

//pap

uabar

at.b

ps.go.id

Page 5: Gross Regional Domestic Product by Expenditure · kajian ekspor dan impor dan sebagainya. ... Luar Negeri, serta Ekspor Neto Antar Daerah (ekspor antar daerah dikurangi dengan impor

i

KATA PENGANTAR

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu perangkat data ekonomi yang dapat digunakan untuk mengevaluasi kinerja pembangunan ekonomi suatu wilayah (provinsi maupun kabupaten/kota). Perangkat data ini dapat pula digunakan untuk kepentingan dan tujuan lain, seperti sebagai dasar pengembangan model-model ekonomi dalam rangka menyusun formulasi kebijakan, tingkat percepatan uang beredar (velocity of money), pendalaman sektor keuangan (financial deepening), penetapan pajak, kajian ekspor dan impor dan sebagainya.

Menurut teori ekonomi makro, penghitungan PDRB dapat dilakukan melalui tiga pendekatan, yaitu: pendekatan produksi/penyediaan (PDRB menurut Lapangan Usaha/industry), pendekatan pengeluaran/permintaan akhir (PDRB menurut Pengeluaran /expenditure) serta pendekatan pendapatan (PDRB menurut pendapatan/income). Ketiga pendekatan penghitungan tersebut secara teori akan menghasilkan angka PDRB yang sama.

Publikasi ini secara khusus membahas mengenai PDRB menurut pendekatan pengeluaran/permintaan akhir. Pendekatan ini dirinci menjadi beberapa komponen, yaitu: Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga, Pengeluaran Konsumsi Lembaga Non Profit yang Melayani Rumah Tangga, Pengeluaran Konsumsi Pemerintah, Investasi (Pembentukan Modal Tetap Bruto dan Perubahan Inventori), Ekspor Luar Negeri, Impor Luar Negeri, serta Ekspor Neto Antar Daerah (ekspor antar daerah dikurangi dengan impor antar daerah). Data PDRB dalam publikasi ini serta publikasi-publikasi selanjutnya mengunakan tahun dasar 2010, serta sudah menerapkan konsep System of National Accounts 2008 seperti yang direkomendasikan oleh United Nations.

Kepada seluruh anggota Tim Penyusun Publikasi ini yang telah memberikan

kontribusinya dalam mewujudkan publikasi ini disampaikan penghargaan yang setinggi-

tingginya. Demikian pula kepada instansi pemerintah dan lembaga/perusahaan swasta

yang telah memberikan dukungan data bagi penyusunan publikasi ini diucapkan terima

kasih. Semoga kerjasama yang telah terjalin selama ini dapat terus berlanjut serta dapat

ditingkatkan di masa-masa mendatang.

Terakhir, disadari bahwa data dan informasi yang disajikan dalam publikasi ini

masih memerlukan penyempurnaan. Oleh karena itu, setiap masukan yang bersifat

konstruktif sangat dihargai demi penyempurnaan isi publikasi ini selanjutnya.

Akhirnya, semoga publikasi ini bermanfaat bagi semua pihak yang

memerlukannya.

Manokwari, Juli 2018

KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK Provinsi Papua Barat,

Endang Retno Sri Subiyandani, S.Si, MM

https:

//pap

uabar

at.b

ps.go.id

Page 6: Gross Regional Domestic Product by Expenditure · kajian ekspor dan impor dan sebagainya. ... Luar Negeri, serta Ekspor Neto Antar Daerah (ekspor antar daerah dikurangi dengan impor

Produk Domestik Regional Bruto Menururt Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2013 - 2017

iii

DAFTAR ISI

Halaman

Kata Pengantar …………………………………………………………………..............

Daftar Isi …………………………………………………………………………………..

Daftar Tabel ………………………………………………………………………………

Daftar Gambar…………………………………………………………………………......

Daftar Lampiran …………………………………………………………………………..

i

iii

v

vii

viii

BAB I

BAB II

BAB III

PENDAHULUAN …………………………………………………...............

1.1. Pengertian Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)....................

1.2. Kegunaan Statistik PDRB...............................……………………......

METODE ESTIMASI DAN SUMBER DATA …………………………....

2.1 Pengeluaran Konsumsi Akhir Rumah Tangga ………….………..

2.2 Pengeluaran Konsumsi Akhir LNPRT ………….……….................

2.3 Pengeluaran Konsumsi Akhir Pemerintah ……………….……….

2.4 Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) ……………….………..

2.5 Perubahan Inventori ………………………………….…….………..

2.6 Ekspor Impor ......................................………………………………

TINJAUAN PEREKONOMIAN PROVINSI PAPUA BARAT

BERDASARKAN PDRB PENGELUARAN PROVINSI PAPUA BARAT

TAHUN 2013-2017...…....................................................................

3.1 Tinjauan Agregat PDRB Papua Barat Menurut Pengeluaran .........

3.2 Perkembangan Konsumsi Akhir Rumah Tangga ………......……..

3.3 Perkembangan Konsumsi Akhir LNPRT .....………………................

3.4 Perkembangan Konsumsi Akhir Pemerintah......……………….……

3.5 Perkembangan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) ....……

3.6 Perkembangan Perubahan Inventori …………………………..….

3.7 Perkembangan Ekspor Barang dan Jasa Luar Negeri..…….……..

1

2

4

5

6

9

11

14

18

22

24

25

30

35

36

38

40

41

https:

//pap

uabar

at.b

ps.go.id

Page 7: Gross Regional Domestic Product by Expenditure · kajian ekspor dan impor dan sebagainya. ... Luar Negeri, serta Ekspor Neto Antar Daerah (ekspor antar daerah dikurangi dengan impor

Produk Domestik Regional Bruto Menururt Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2013 - 2017

iv

BAB IV

BAB V

3.8 Perkembangan Impor Barang dan Jasa Luar Negeri .........................

3.9 Perkembangan Net Ekspor Antar Daerah …………………….……..

PERKEMBANGAN AGREGAT PRDB MENURUT PENGELUARAN

PROVINSI PAPUA BARAT TAHUN 2013-2017 .......................................

4.1 PDRB (Nominal) ……………………………………………...…….......

4.2 Perbandingan Pengeluaran PDRB untuk Konsumsi Akhir Rumah

Tangga terhadap Ekspor…………………………………......................

4.3 Perbandingan Konsumsi Rumah Tangga terhadap Pembentukan

Modal Tetap Bruto (PMTB) ……………………....................................

4.4 Proporsi Konsumsi Akhir terhadap PDRB ………………….......…...

4.5 Perbandingan Ekspor terhadap PMTB …………………………........

4.6 Perbandingan PDRB terhadap Impor ……………………………......

4.7 Keseimbangan Total Penyediaan dan Total Permintaan .....………..

4.8 Neraca Perdagangan (Trade Balance) .....……………………..….…….

4.9 Rasio Perdagangan Internasional (RPI) ............................................

4.10 Incremental Capital Output Ratio (ICOR) …….…………………..

PENUTUP …………………………………………………………………...

LAMPIRAN …………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………..

43

44

46

47

48

49

49

50

51

51

52

53

54

56

58

69

https:

//pap

uabar

at.b

ps.go.id

Page 8: Gross Regional Domestic Product by Expenditure · kajian ekspor dan impor dan sebagainya. ... Luar Negeri, serta Ekspor Neto Antar Daerah (ekspor antar daerah dikurangi dengan impor

Produk Domestik Regional Bruto Menururt Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2013 - 2017

v

DAFTAR TABEL

Tabel 1.

Tabel 2.

Tabel 3.

Tabel 4.

Tabel 5.

Tabel 6.

Tabel 7.

Tabel 8

Tabel 9

Tabel 10

Tabel 11

Tabel 12

Tabel 13

Tabel 14

Tabel 15

Tabel 16

PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Pengeluaran, Provinsi Papua Barat Tahun 2013 – 2017 (Miliar Rp) ................. PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Pengeluaran, Provinsi Papua Barat Tahun Tahun 2013 – 2017 (Miliar Rp) ..... Distribusi PDRB ADHB Menurut Pengeluaran, Provinsi Papua Barat Tahun 2013 – 2017 (Persen) .................................................. Pertumbuhan PDRB ADHK 2010 Menurut Pengeluaran, Provinsi Papua Barat Tahun 2013 – 2017 (Persen)......................... Indeks Implisit PDRB Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat Tahun 2013 – 2017 .................................................................... Perkembangan Penggunaan Konsumsi Akhir Rumah Tangga Provinsi Papua Barat, Tahun 2013 – 2017 ...................................... Struktur Penggunaan Konsumsi Akhir Rumah Tangga Provinsi Papua Barat, Tahun 2013 – 2017 (Persen) ...................... Pertumbuhan Riil Penggunaan Konsumsi Akhir Rumah Tangga Provinsi Papua Barat, Tahun 2013 – 2017 (Persen) ....... Pertumbuhan Implisit (Indeks Harga) Penggunaan Konsumsi Akhir Rumah Tangga Provinsi Papua Barat, Tahun 2013 – 2017 (Persen) ..................................................................................... Perkembangan Penggunaan Konsumsi LNPRT Provinsi Papua Barat, Tahun 2013 – 2017................................................................. Perkembangan Pengeluaran Konsumsi Akhir Pemerintah Provinsi Papua Barat, Tahun 2013 – 2017...................................... Struktur Pengeluaran Konsumsi Akhir Pemerintah Provinsi Papua Barat, Tahun 2013 – 2017....................................................... Perkembangan dan Struktur PMTB Provinsi Papua Barat, Tahun 2013 – 2017............................................................................. Perkembangan dan Struktur Perubahan Inventori Provinsi Papua Barat Tahun 2013 – 2017 ...................................................... Perkembangan Ekspor Barang dan Jasa Luar Negeri Provinsi Papua Barat, Tahun 2013 – 2017...................................................... Perkembangan Impor Barang dan Jasa Luar Negeri Provinsi Papua Barat, Tahun 2013 – 2017.....................................................

25

26

28

29

29

30

32

33

34

35

36

38

39

40

42

43

https:

//pap

uabar

at.b

ps.go.id

Page 9: Gross Regional Domestic Product by Expenditure · kajian ekspor dan impor dan sebagainya. ... Luar Negeri, serta Ekspor Neto Antar Daerah (ekspor antar daerah dikurangi dengan impor

Produk Domestik Regional Bruto Menururt Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2013 - 2017

vi

Tabel 17

Tabel 18

Tabel 19

Tabel 20

Tabel 21

Tabel 22

Tabel 23

Tabel 24

Tabel 25

Tabel 26

Produk Domestik Regional Bruto dan PDRB Perkapita Provinsi Papua Barat, Tahun 2013 – 2017 .....................................

Perbandingan PDRB Pengeluaran untuk Konsumsi Akhir Rumah Tangga terhadap Ekspor Tahun 2013 – 2017................ Perbandingan Konsumsi Rumah Tangga terhadap PMTB Tahun 2013 – 2017............................................................................ Proporsi Total Penggunaan Konsumsi Akhir terhadap PDRB Provinsi Papua Barat, Tahun 2013 – 2017.................................... Rasio Ekspor terhadap PMTB (ADHB) Tahun 2013 – 2017...... Rasio PDRB terhadap Impor Provinsi Papua Barat Tahun 2013 – 2017......................................................................................... Sisi Keseimbangan Penyediaan dan Permintaan Provinsi Papua Barat, Tahun 2013 – 2017.................................................... Neraca Perdagangan Barang dan Jasa, Provinsi Papua Barat Tahun 2013 – 2017............................................................................ Rasio Perdagangan Internasional, Provinsi Papua Barat, Tahun 2013 – 2017............................................................................. Incremental Capital Output Ratio, Provinsi Papua Barat, Tahun 2013 – 2017............................................................................

47

48

49

50

50

51

52

53

54

55

https:

//pap

uabar

at.b

ps.go.id

Page 10: Gross Regional Domestic Product by Expenditure · kajian ekspor dan impor dan sebagainya. ... Luar Negeri, serta Ekspor Neto Antar Daerah (ekspor antar daerah dikurangi dengan impor

Produk Domestik Regional Bruto Menururt Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2013 - 2017

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.

Perbandingan PDRB ADH Berlaku dan ADH Konstan 2010 Menurut Pengeluaran, Provinsi Papua Barat, Tahun 2013 – 2017 (Miliar Rupiah) ...................................................................................

27

https:

//pap

uabar

at.b

ps.go.id

Page 11: Gross Regional Domestic Product by Expenditure · kajian ekspor dan impor dan sebagainya. ... Luar Negeri, serta Ekspor Neto Antar Daerah (ekspor antar daerah dikurangi dengan impor

Produk Domestik Regional Bruto Menururt Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2013 - 2017

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1.

Lampiran 2.

Lampiran 3.

Lampiran 4.

Lampiran 5.

Lampiran 6.

Lampiran 7.

Lampiran 8

Lampiran 9

Lampiran 10

Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku

Menurut Pengeluaran, Provinsi Papua Barat (Juta Rp) ...........

Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan

2010 Menurut Pengeluaran, Provinsi Papua Barat (Juta Rp)....

Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto Atas

Dasar Harga Berlaku Menurut Pengeluaran, Provinsi Papua

Barat (Persen) ....................................................................................

Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto Atas

Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Pengeluaran, Provinsi

Papua Barat (Persen) ........................................................................

Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Atas

Dasar Harga Berlaku, Menurut Pengeluaran Provinsi Papua

Barat (Persen)......................................................................................

Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Atas

Dasar Harga Konstan 2010, Menurut Pengeluaran Provinsi

Papua Barat (Persen)......................................................................

Indeks Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto Atas

Dasar Harga Berlaku Menurut Pengeluaran, Provinsi Papua

Barat .......................................................................................

Indeks Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto Atas

Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Pengeluaran, Provinsi

Papua Barat ........................................................................................

Indeks Harga Implisit Produk Domestik Regional Bruto

(2010=100) Menurut Pengeluaran, Provinsi Papua Barat......

Laju Pertumbuhan Indeks Harga Implisit Produk Domestik

Regional Bruto (2010=100) Menurut Pengeluaran, Provinsi

Papua Barat (Persen) ........................................................................

59

60

61

62

63

64

65

66

67

68

https:

//pap

uabar

at.b

ps.go.id

Page 12: Gross Regional Domestic Product by Expenditure · kajian ekspor dan impor dan sebagainya. ... Luar Negeri, serta Ekspor Neto Antar Daerah (ekspor antar daerah dikurangi dengan impor

Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2013-2017

1

BAB I

PENDAHULUAN

https:

//pap

uabar

at.b

ps.go.id

Page 13: Gross Regional Domestic Product by Expenditure · kajian ekspor dan impor dan sebagainya. ... Luar Negeri, serta Ekspor Neto Antar Daerah (ekspor antar daerah dikurangi dengan impor

Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2013-2017

2

1.1 PENGERTIAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB)

Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu

wilayah/regional dalam suatu periode tertentu adalah data Produk Domestik Regional Bruto

(PDRB), baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. PDRB pada

dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam

suatu negara tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan

oleh seluruh unit ekonomi.

PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang

dihitung menggunakan harga yang berlaku pada setiap tahun. Sedangkan PDRB atas dasar

harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga

yang pada suatu tahun tertentu sebagai dasar. PDRB atas dasar harga berlaku dapat

digunakan untuk melihat pergeseran serta struktur ekonomi. PDRB atas dasar harga konstan

digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi pada suatu periode ke periode ( tahun

ke tahun atau triwulan ke triwulan). Dalam publikasi ini tahun dasar yang digunakan adalah

tahun 2010 dan ini tentu akan mencerminkan struktur ekonomi terkini.

Terdapat tiga pendekatan yang biasanya digunakan dalam menghitung angka-angka

PDRB, yaitu:

a. Menurut Pendekatan Produksi,

Menurut pendekatan ini, PDRB adalah jumlah nilai tambah atas barang dan jasa yang

dihasilkan oleh berbagai unit produksi di wilayah suatu negara dalam jangka waktu

tertentu (biasanya satu tahun). Unit-unit produksi tersebut dalam penyajiannya

dikelompokkan menjadi 17 kategori lapangan usaha yaitu: 1. Pertanian, Kehutanan dan

Perikanan, 2. Pertambangan dan Penggalian, 3. Industri Pengolahan, 4. Pengadaan

Listrik dan Gas, 5. Pengadaan Air, Pengolahan Sampah, Limbah dan Daur Ulang, 6.

Konstruksi, 7. Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor, 8.

Transportasi dan Pergudangan, 9. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum, 10.

Informasi dan Komunikasi, 11. Jasa Keuangan dan Asuransi 12. Real Estat, 13. Jasa

Perusahaan, 14. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib, 15.

Jasa Pendidikan, 16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial, 17. Jasa lainnya. Setiap

kategori lapangan usaha tersebut dirinci lagi menjadi sub-sub kategori lapangan usaha.

https:

//pap

uabar

at.b

ps.go.id

Page 14: Gross Regional Domestic Product by Expenditure · kajian ekspor dan impor dan sebagainya. ... Luar Negeri, serta Ekspor Neto Antar Daerah (ekspor antar daerah dikurangi dengan impor

Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2013-2017

3

b. Menurut Pendekatan Pendapatan

PDRB menurut pendekatan ini merupakan jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor-

faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu negara dalam jangka

waktu tertentu (biasanya satu tahun). Balas jasa faktor produksi yang dimaksud adalah

upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal dan keuntungan; semuanya sebelum dipotong

pajak penghasilan dan pajak langsung lainnya. Dalam definisi ini, PDRB mencakup juga

penyusutan dan pajak tidak langsung neto (pajak atas produksi dan impor dikurangi

subsidi).

c. Menurut Pendekatan Pengeluaran, PDRB adalah semua komponen permintaan akhir

yang terdiri dari: (1) pengeluaran konsumsi akhir rumah tangga (2) pengeluaran

konsumsi akhir lembaga non profit yang melayani rumah tangga (3) pengeluaran

konsumsi akhir pemerintah, (4) pembentukan modal tetap domestik bruto, (5)

perubahan inventori, dan (6) ekspor neto (ekspor dikurangi impor).

Secara konsep ketiga pendekatan tersebut akan menghasilkan angka yang sama. Jadi,

jumlah pengeluaran akan sama dengan jumlah barang dan jasa akhir yang dihasilkan dan

harus sama pula dengan jumlah pendapatan untuk faktor-faktor produksi. PDRB yang

dihasilkan dengan cara ini disebut sebagai PDRB atas dasar harga pasar, karena di dalamnya

sudah dicakup pajak tak langsung neto.

https:

//pap

uabar

at.b

ps.go.id

Page 15: Gross Regional Domestic Product by Expenditure · kajian ekspor dan impor dan sebagainya. ... Luar Negeri, serta Ekspor Neto Antar Daerah (ekspor antar daerah dikurangi dengan impor

Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2013-2017

4

1.2 KEGUNAAN STATISTIK PDRB

Data pendapatan regional adalah salah satu indikator makro yang dapat

menunjukkan kondisi perekonomian nasional setiap tahun. Manfaat yang dapat diperoleh

dari data ini antara lain adalah:

1. PDRB harga berlaku nominal menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi yang

dihasilkan oleh suatu negara. Nilai PDRB yang besar menunjukkan kemampuan sumber

daya ekonomi yang besar, begitu juga sebaliknya.

2. PDRB harga konstan (riil) dapat digunakan untuk menunjukkan laju pertumbuhan

ekonomi secara keseluruhan atau setiap sektor dari tahun ke tahun.

3. Distribusi PDRB harga berlaku menurut sektor menunjukkan struktur perekonomian

atau peranan setiap sektor ekonomi dalam suatu negara. Sektor-sektor ekonomi yang

mempunyai peran besar menunjukkan basis perekonomian suatu negara.

4. PDRB harga berlaku menurut pengeluaran menunjukkan produk barang dan jasa

digunakan untuk tujuan konsumsi akhir, investasi dan diperdagangkan dengan pihak

luar negeri.

5. Distribusi PDRB menurut pengeluaran menunjukkan peranan kelembagaan dalam

menggunakan barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai sektor ekonomi.

6. PDRB pengeluaran atas dasar harga konstan bermanfaat untuk mengukur laju

pertumbuhan konsumsi akhir, investasi dan perdagangan luar negeri.

7. PDRB per kapita atas dasar harga berlaku menunjukkan nilai PDRB per kepala atau per

satu orang penduduk.

8. PDRB per kapita atas dasar harga konstan berguna untuk mengetahui pertumbuhan nyata

ekonomi per kapita penduduk suatu wilayah.

https:

//pap

uabar

at.b

ps.go.id

Page 16: Gross Regional Domestic Product by Expenditure · kajian ekspor dan impor dan sebagainya. ... Luar Negeri, serta Ekspor Neto Antar Daerah (ekspor antar daerah dikurangi dengan impor

Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2013-2017

5

BAB II

METODE ESTIMASI DAN SUMBER DATA

http

s://p

apuab

arat

.bps.g

o.id

Page 17: Gross Regional Domestic Product by Expenditure · kajian ekspor dan impor dan sebagainya. ... Luar Negeri, serta Ekspor Neto Antar Daerah (ekspor antar daerah dikurangi dengan impor

Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2013-2017

6

2.1 PENGELUARAN KONSUMSI AKHIR RUMAH TANGGA

i. Pendahuluan

Sektor rumah tangga mempunyai peran yang cukup besar dalam perekonomian. Hal ini

tercermin dari besarnya sumbangan konsumsi rumah tangga dalam pembentukan PDRB

pengeluaran. Di samping berperan sebagai konsumen akhir barang dan jasa, rumahtangga juga

berperan sebagai produsen dan penyedia faktor produksi untuk aktivitas produksi yang dilakukan

oleh sektor institusi lain.

ii. Konsep dan definisi

Pengeluaran konsumsi akhir rumah tangga (PKRT) adalah pengeluaran atas barang dan jasa

oleh rumah tangga untuk tujuan konsumsi. Rumah tangga didefinisikan sebagai individu atau

kelompok individu yang tinggal bersama dalam suatu bangunan tempat tinggal. Mereka

mengumpulkan pendapatan, dapat memiliki harta dan kewajiban, serta mengkonsumsi barang dan

jasa secara bersama-sama, utamanya kelompok makanan dan perumahan.

iii. Cakupan

PKRT mencakup seluruh pengeluaran atas barang dan jasa oleh residen suatu wilayah, baik

yang dilakukan di dalam maupun di luar wilayah domestik suatu region. Jenis-jenis barang dan jasa

yang dikonsumsi diklasifikasikan menurut COICOP (Classifications of Individual Consumption by

Purpose) seperti yang direkomendasikan oleh UN (United Nations), sbb:

1. Makanan dan minuman tidak beralkohol

2. Minuman beralkohol, tembakau dan narkotik

3. Pakaian dan alat kaki

4. Perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar lainnya

5. Furniture, perlengkapan rumahtangga dan pemeliharaan rutin

6. Kesehatan

7. Angkutan

8. Komunikasi

9. Rekreasi/hiburan dan kebudayaan

10. Pendidikan

11. Penyediaan makan minum dan penginapan/hotel

12. Barang dan jasa lainnya

Namun karena keterbatasan data, maka 12 COICOP tersebut dikelompokkan kembali manjadi

hanya 7 COICOP, yaitu:

1. Makanan, Minuman, dan Rokok

https:

//pap

uabar

at.b

ps.go.id

Page 18: Gross Regional Domestic Product by Expenditure · kajian ekspor dan impor dan sebagainya. ... Luar Negeri, serta Ekspor Neto Antar Daerah (ekspor antar daerah dikurangi dengan impor

Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2013-2017

7

2. Pakaian dan Alas Kaki

3. Perumahan, Perkakas, Perelngkapan dan Penyelenggaraan Rumah Tangga

4. Kesehatan dan Pendidikan

5. Transportasi, Komunikasi, Rekreasi, dan Budaya

6. Hotel dan Restoran

7. Lainnya

Konsumsi rumah tangga mencakup juga hal-hal sbb:

Imputasi jasa persewaan rumah milik sendiri (owner occupied dwellings);

Nilai perkiraan sewa rumah milik sendiri harus diperhitungkan karena rumah tangga

pemilik, dianggap menghasilkan jasa persewaan rumah bagi dirinya sendiri. Imputasi sewa

rumah diperkirakan atas dasar harga pasar, meskipun status rumah tersebut milik sendiri.

Apabila rumah tangga benar-benar menyewa, maka yang dihitung adalah biaya sewa yang

dibayar, baik dibayar penuh maupun tidak penuh karena mendapat keringanan biaya

(subsidi atau transfer).

Barang yang diproduksi dan digunakan sendiri;

Pemberian/hadiah dalam bentuk barang yang diterima dari pihak lain;

Barang dan jasa yang dibeli langsung (direct purchase) oleh residen diluar wilayah atau

diluar negeri (diperlakukan sebagai impor)

Terdapat beberapa catatan yang perlu dikatahui berkaitan dengan PKRT ini, yaitu:

Pembelian langsung oleh non-residen, diperlakukan sebagai ekspor dari wilayah tersebut)

Pembelian barang yang tidak diproduksi kembali (diduplikasi), seperti barang antik,

lukisan, dan hasil karya seni lainnya diperlakukan sebagai investasi atas barang berharga,

bukan konsumsi rumah tangga.

Pengeluaran rumah tangga untuk keperluan biaya antara dan pembentukan modal di

dalam aktivitas usaha rumah tangga, tidak termasuk dalam pengeluaran konsumsi rumah

tangga. Contoh, pembelian barang dan jasa untuk keperluan usaha, perbaikan besar rumah,

dan pembelian rumah.

Pengeluaran untuk keperluan transfer baik dalam bentuk uang atau barang, tidak termasuk

sebagai pengeluaran konsumsi rumah tangga.

https:

//pap

uabar

at.b

ps.go.id

Page 19: Gross Regional Domestic Product by Expenditure · kajian ekspor dan impor dan sebagainya. ... Luar Negeri, serta Ekspor Neto Antar Daerah (ekspor antar daerah dikurangi dengan impor

Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2013-2017

8

iv. Penghitungan PKRT Tahunan

1. Sumber data

Sumber data yang digunakan untuk mengestimasi PKRT adalah :

Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) BPS, dalam bentuk pengeluaran konsumsi

per-kapita seminggu untuk makanan, dan pengeluaran per-kapita sebulan untuk

kelompok bukan makanan,

Jumlah penduduk pertengahan tahun,

Data Sekunder (dari BPS maupun dari luar BPS), dalam bentuk data atau indikator

suplai komoditas dari jenis pengeluaran tertentu,

Indeks Harga Konsumen (IHK).

2. Metode penghitungan

Penghitungan PKRT didasarkan pada hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas). Untuk

menghasilkan perhitungan PKRT yang mencerminkan kondisi sesungguhnya, masih diperlukan

adanya beberapa penyesuaian (adjustment). Penyesuaian dilakukan dengan menggunakan data

pendukung (data sekunder) dalam bentuk indikator suplai (di luar Susenas) dari beberapa komoditi

tertentu. Hasil penghitungan dari data sekunder tersebut dianggap lebih mencerminkan PKRT yang

sebenarnya. Penyesuaian (adjustment) yang dilakukan adalah mengganti hasil Susenas dengan

hasil penghitungan yang didasarkan data indikator suplai untuk beberapa komoditas. Penggantian

dilakukan pada level komoditas, kelompok komoditas, atau jenis pengeluaran tertentu.

Langkah penghitungan di atas menghasilkan besarnya PKRT atas dasar harga berlaku

(ADHB). PKRT atas dasar harga konstan (ADHK) 2010, diperoleh dengan cara mendeflate PKRT

ADHB dengan IHK tahun dasar 2010.

Untuk lebih jelasnya, langkah langkah penghitungan PKRT dapat diringkas sbb:

1. Estimasi PKRT hasil Susenas:

a. Makanan = pengeluaran konsumsi perkapita seminggu x (30/7) x 12 x jumlah

penduduk pertengahan tahun

b. Bukan makanan = pengeluaran konsumsi perkapita sebulan x 12 x jumlah penduduk

pertengahan tahun

2. Terhadap data poin ke 1 dilakukan koreksi dengan menggunakan data sekunder atau

indikator suplai komoditas untuk jenis pengeluaran tertentu; Terhadap data poin ke 3

dilakukan koreksi dengan menggunakan data sekunder atau indikator suplai komoditas

dari jenis pengeluaran tertentu;

3. Data poin ke 2 dikelompokan menjadi 7 kelompok COICOP,

https:

//pap

uabar

at.b

ps.go.id

Page 20: Gross Regional Domestic Product by Expenditure · kajian ekspor dan impor dan sebagainya. ... Luar Negeri, serta Ekspor Neto Antar Daerah (ekspor antar daerah dikurangi dengan impor

Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2013-2017

9

4. Diperoleh nilai PKRT tahun 2010 yang telah di-adjust;

5. Susun Indeks Implisit berdasarkan IHK Kota (Provinsi/Kota terdekat) dan 7 kelompok

COICOP;

6. PKRT adh konstan 2010 diperoleh dengan membagi hasil poin ke 4 dengan hasil poin ke 5.

2.2 PENGELUARAN KONSUMSI AKHIR LNPRT

i Pendahuluan

Sektor Lembaga Non-Profit yang Melayani Rumah Tangga (LNPRT) muncul sebagai sektor

tersendiri dalam suatu perekonomian wilayah. Sektor ini berperan dalam menyediakan barang dan

jasa bagi anggotanya maupun bagi rumahtangga secara gratis atau pada tingkat harga yang tidak

berarti secara ekonomi. Harga yang tak berarti secara ekonomi artinya harga tersebut biasanya

dibawah harga pasar (tidak mengikuti harga pasar yang berlaku).

ii Konsep dan definisi

LNPRT merupakan bagian dari lembaga non profit (LNP). Sesuai dengan fungsinya, LNP

dibedakan atas LNP yang melayani rumah tangga dan LNP yang melayani bukan rumahtangga.

Karakteristik unit LNP adalah sbb :

LNP umumnya adalah lembaga formal, tetapi terkadang merupakan lembaga informal

yang keberadaannya diakui oleh masyarakat;

pengawasan terhadap jalannya organisasi dilakukan oleh anggota terpilih yang punya

hak sama, termasuk hak bicara atas keputusan lembaga;

setiap anggota mempunyai tanggung Papuab tertentu dalam organisasi, dan tidak

berhak menguasai profit atau surplus, karena profit yang diperoleh dari kegiatan usaha

produktif dikuasai oleh lembaga;

kebijaksanaan lembaga diputuskan secara kolektif oleh anggota terpilih, dan kelompok

ini berfungsi sebagai pelaksana dari dewan pengurus; dan

istilah nonprofit tidak berarti bahwa lembaga ini tidak dapat menciptakan surplus

melalui kegiatan produktifnya, namun surplus yang diperoleh biasanya diinvestasikan

kembali pada aktivitas sejenis.

https:

//pap

uabar

at.b

ps.go.id

Page 21: Gross Regional Domestic Product by Expenditure · kajian ekspor dan impor dan sebagainya. ... Luar Negeri, serta Ekspor Neto Antar Daerah (ekspor antar daerah dikurangi dengan impor

Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2013-2017

10

LNPRT merupakan lembaga yang melayani anggotanya atau rumahtangga, serta tidak

dikontrol oleh pemerintah. Anggota dari lembaga yang dimaksud disini adalah yang bukan

berbentuk badan usaha. LNPRT dibedakan atas 7 jenis lembaga, yaitu: Organisasi kemasyarakatan,

Organisasi sosial, Organisasi profesi, Perkumpulan sosial/ kebudayaan/olahraga/ hobi, Lembaga

swadaya masyarakat, Lembaga keagamaan, dan Organisasi bantuan kemanusiaan/beasiswa.

iii. Cakupan

Nilai PK-LNPRT sama dengan nilai output non-pasar yang dihasilkan LNPRT. Nilai output

non pasar tersebut dihitung berdasarkan nilai seluruh pengeluaran LNPRT dalam rangka

melakukan kegiatan operasionalnya. Pengeluaran yang dimaksud terdiri dari:

a. Konsumsi antara, contoh: pembelian alat tulis, barang cetakan, pembayaran listrik, air,

telepon, teleks, faksimili, biaya rapat, seminar, perjamuan, transportasi, bahan bakar,

perjalanan dinas, belanja barang dan jasa lain, sewa gedung, sewa perlengkapan kantor

dll.

b. Kompensasi tenaga kerja, contoh : upah, gaji, lembur, honor, bonus dan tunjangan

lainnya

c. Penyusutan

d. Pajak lainnya atas produksi (dikurangi subsidi), contoh: PBB, STNK, BBN dll.

iv. Penghitungan PK-LNPRT Tahunan

1. Sumber data

Hasil Survei Khusus Lembaga Non-profit (SK-LNP).

Informasi yang diperoleh dari hasil SKLNP adalah rata-rata pengeluaran menurut jenis

lembaga dan jenis pengeluaran.

Hasil up-dating direktori LNPRT.

Informasi yang diperoleh dari hasil up-dating direktori LNPRT adalah jumlah populasi

LNPRT menurut jenis lembaga.

Indeks Harga Konsumen (IHK)

2. Metode penghitungan

PK-LNPRT diestimasi dengan menggunakan metode langsung, yaitu menggunakan hasil

SKLNP. Tahapan estimasi PK-LNPRT adalah sbb :

Menghitung rata-rata pengeluaran menurut jenis lembaga dan jenis pengeluaran

(barang dan jasa). Barang dan jasa yang diperoleh secara cuma-cuma, nilainya

https:

//pap

uabar

at.b

ps.go.id

Page 22: Gross Regional Domestic Product by Expenditure · kajian ekspor dan impor dan sebagainya. ... Luar Negeri, serta Ekspor Neto Antar Daerah (ekspor antar daerah dikurangi dengan impor

Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2013-2017

11

diperkirakan sesuai harga pasar yang berlaku. Rata-rata pengeluaran lembaga menurut

jenis-nya dihitung dengan rumus sbb :

ijij

i

xx

n

ijx : Rata-rata pengeluaran menurut jenis lembaga dan jenis pengeluaran

ijx : PK-LNPRT hasil survei menurut jenis lembaga dan jenis pengeluaran

in : Jumlah sampel LNPRT menurut jenis lembaga

i : Jenis lembaga LNPRT, i = 1, 2, 3, …, 7

j : jenis pengeluaran LNPRT, j = 1, 2, 3, …, 19

Mengestimasi PK-LNPRT, dengan menggunakan rumusan sbb:

7 19

1 1

ij i

i j

X x N

X : PK-LNPRT adh Berlaku

iN : Populasi LNPRT menurut jenis lembaga

Hasil penghitungan di atas akan diperoleh besarnya PK-LNPRT atas dasar harga berlaku

(ADHB). PK-LNPRT atas dasar harga konstan (ADHK) 2010, diperoleh dengan cara

mendeflate PK-LNPRT ADHB dengan IHK tahun dasar 2010.

2.3 PENGELUARAN KONSUMSI AKHIR PEMERINTAH

i. Pendahuluan

Unit pemerintah adalah unit institusi yang dibentuk melalui proses politik, serta mempunyai

kekuasaan di bidang lembaga legislatif, yudikatif maupun eksekutif atas unit institusi lain yang

berada di dalam batas-batas wilayah suatu negara/wilayah. Pemerintah juga mempunyai berbagai

peran dan fungsi lainnya, seperti sebagai penyedia barang dan jasa bagi kelompok atau individu

rumah tangga, sebagai pemungut dan pengelola pajak atau pendapatan lain-nya, berfungsi

mendistribusikan pendapatan atau kesejahteraan melalui aktivitas transfer, serta terlibat di dalam

produksi non-pasar.

Dalam suatu perekonomian, unit pemerintah bisa berperan sebagai konsumen maupun

produsen, serta sebagai regulator yang menetapkan berbagai kebijakan di bidang fiskal dan

moneter. Sebagai konsumen, pemerintah akan melakukan aktivitas konsumsi atas barang dan jasa

https:

//pap

uabar

at.b

ps.go.id

Page 23: Gross Regional Domestic Product by Expenditure · kajian ekspor dan impor dan sebagainya. ... Luar Negeri, serta Ekspor Neto Antar Daerah (ekspor antar daerah dikurangi dengan impor

Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2013-2017

12

akhir. Sedangkan sebagai produsen, pemerintah akan melakukan aktivitas memproduksi barang &

jasa maupun aktivitas investasi.

ii. Konsep dan Definisi

Besarnya nilai pengeluaran konsumsi akhir pemerintah (PK-P) sama dengan nilai produksi

barang dan jasa yang dihasilkan pemerintah untuk dikonsumsi pemerintah itu sendiri. PK-P

mencakup pembelian barang dan jasa yang bersifat rutin, pembayaran upah dan gaji pegawai,

transfer sosial dalam bentuk barang, perkiraan penyusutan barang modal, dan nilai output dari

Bank Indonesia, dikurangi dengan nilai penjualan barang dan jasa yang dihasilkan unit produksi

yang tak dapat dipisahkan dari aktivitas pemerintahan.

Aktivitas unit produksi pemerintah yang tidak dapat dipisahkan dari aktivitas pemerintahan

secara umum, mencakup kegiatan sbb:

1. memproduksi barang yang sama atau sejenis dengan barang yang diproduksi oleh

perusahaan. Contoh, aktivitas pencetakan publikasi, kartu pos, reproduksi karya seni,

pembibitan tanaman di kebun percobaan dsb. Aktivitas menjual barang-barang semacam itu

bersifat insidentil dari fungsi pokok unit pemerintah.

2. memproduksi jasa. Contoh, aktivitas penyelenggaraan rumah sakit, sekolah, perguruan

tinggi, museum, perpustakaan, tempat rekreasi dan penyimpanan hasil karya seni yang

dibiayai oleh pemerintah. Dala hal ini pemerintah memungut biaya yang umumnya tidak

lebih dari seluruh biaya yang dikeluarkan. Pendapatan yang diterima dari aktivitas semacam

ini disebut sebagai penerimaan non-komoditi (pendapatan jasa).

iii. Cakupan

Sektor pemerintahan terdiri dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Dalam melakukan

aktivitasnya, unit pemerintah pusat akan mengacu pada dokumen Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara (APBN), sedangkan unit pemerintah daerah (baik Provinsi, Kabupaten/Kota,

maupun Desa) mengacu pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Pemerintah Daerah (APBD).

Pengeluaran konsumsi akhir pemerintah (PK-P) Provinsi mencakup : a. PK-Pemerintah

Kabupaten/Kota yang berada di wilayah provinsi; b. PK-Pemerintah Provinsi yang bersangkutan;

c. PK-Pemerintah Pusat yang merupakan bagian dari pemerintah Provinsi; d. PK-Pemerintah Desa/

Kelurahan/Nagari yang ada di wilayah Provinsi bersangkutan.

iv. Penghitungan PDRB Tahunan

1. Sumber Data

Data dasar yang digunakan untuk menghitung PK-P Provinsi Tahunan adalah:

a. Data realisasi APBN Tahunan (Kemenkeu)

https:

//pap

uabar

at.b

ps.go.id

Page 24: Gross Regional Domestic Product by Expenditure · kajian ekspor dan impor dan sebagainya. ... Luar Negeri, serta Ekspor Neto Antar Daerah (ekspor antar daerah dikurangi dengan impor

Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2013-2017

13

b. Data realisasi APBD Tahunan (Kemenkeu)

c. Statistik Keuangan Daerah (BPS)

d. Output Bank Indonesia (BI)

e. Gaji Pegawai Negeri Sipil (PNS) dari Kementrian Keuangan serta Indeks Harga dari

BPS.

2. Metode Penghitungan

a. PK-P Provinsi adh Berlaku

Secara umum, PK-P adh Berlaku dihitung menggunakan rumusan berikut :

Output non-pasar dihitung dengan pendekatan biaya yg dikeluarkan, yaitu :

Belanja pengadaan barang/jasa, bantuan sosial dalam bentuk barang (yg dibeli dengan

harga pasar ), belanja pegawai, dan penyusutan.

Untuk level Provinsi, PK-P Provinsi adh Berlaku, dihitung berdasarkan

penjumlahan dari pengeluaran akhir konsumsi pemerintah Provinsi itu sendiri +

pengeluaran akhir konsumsi pemerintah seluruh pemerintahan Kabupaten/ Kota yang

ada di wilayah Provinsi tersebut + pengeluaran akhir seluruh pemerintah

desa/kelurahan/nagari yang ada diwilayah provinsi tersebut + pengeluaran

pemerintah Pusat yang menjadi bagian dari Provinsi yang bersangkutan.

b. PK-P Provinsi adh Konstan

Pengeluaran konsumsi pemerintah adh Konstan dihitung dengan menggunakan

metode deflasi. Deflator yang digunakan adalah Indeks Harga Perdagangan Besar

(IHPB) umum tanpa ekspor, Indeks Upah, Indeks Implisit dari Produk Domestik

Bruto komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto, Indeks Harga Konsumen (IHK)

umum.

PK-P adh Berlaku =

Output non pasar – penjualan barang dan jasa + output Bank

Indonesia

https:

//pap

uabar

at.b

ps.go.id

Page 25: Gross Regional Domestic Product by Expenditure · kajian ekspor dan impor dan sebagainya. ... Luar Negeri, serta Ekspor Neto Antar Daerah (ekspor antar daerah dikurangi dengan impor

Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2013-2017

14

2.4 PEMBENTUKAN MODAL TETAP BRUTO (PMTB)

i Pendahuluan

Aktivitas investasi merupakan salah satu faktor utama yang akan mempengaruhi

perkembangan ekonomi suatu negara/wilayah. Investasi disini terdiri dari investasi fisik dan

investasi finansial. Dalam konteks PDB/PDRB, aktivitas investasi fisik ini tercermin pada

komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) dan Perubahan Inventori.

PMTB erat kaitannya dengan keberadaan aset tetap (fixed asset) yang dilibatkan dalam proses

produksi. Secara garis besar aset tetap dapat diklasifikasi menurut jenis barang modal seperti:

bangunan dan konstruksi lain, mesin dan perlengkapan, kendaraan, tumbuhan, ternak, dan barang

modal lainnya.

ii Konsep dan definisi

PMTB didefinisikan sebagai penambahan dan pengurangan aset tetap pada suatu unit

produksi, dalam kurun waktu tertentu. Penambahan barang modal mencakup pengadaan,

pembuatan, pembelian, sewa beli (financial leasing) barang modal baru dari dalam negeri serta

barang modal baru dan bekas dari luar negeri (termasuk perbaikan besar, transfer atau barter barang

modal), dan pertumbuhan aset sumberdaya hayati yang dibudidaya. Sedangkan pengurangan

barang modal mencakup penjualan, transfer atau barter, dan sewa beli (financial leasing) barang

modal bekas pada pihak lain. Pengecualian kehilangan yang disebabkan oleh bencana alam tidak

dicatat sebagai pengurangan.

Barang modal mempunyai usia pakai lebih dari satu tahun, serta akan mengalami

penyusutan sepanjang usia pakai-nya. Istilah ”bruto” mengindikasikan bahwa di dalamnya masih

mengandung unsur penyusutan. Penyusutan atau konsumsi barang modal (Consumption of Fixed

Capital) menggambarkan penurunan nilai barang modal yang digunakan dalam proses produksi

secara normal selama satu periode.

iii Cakupan

PMTB terdiri dari :

1. Penambahan dikurangi pengurangan aset (harta) baik barang baru maupun barang

bekas, seperti bangunan tempat tinggal, bangunan bukan tempat tinggal, bangunan

lainnya, mesin & perlengkapan, alat transportasi, aset tumbuhan dan hewan yang

dibudidaya (cultivated asset), produk kekayaan intelektual (intellectual property products),

dan sebagai-nya;

1. Biaya alih kepemilikan aset non-finansial yang tidak diproduksi, seperti lahan dan aset

yang dipatenkan;

https:

//pap

uabar

at.b

ps.go.id

Page 26: Gross Regional Domestic Product by Expenditure · kajian ekspor dan impor dan sebagainya. ... Luar Negeri, serta Ekspor Neto Antar Daerah (ekspor antar daerah dikurangi dengan impor

Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2013-2017

15

1. Perbaikan besar aset, yang bertujuan meningkatkan kapasitas produksi dan usia pakai-

nya (seperti overhaul mesin produksi, reklamasi pantai, pembukaan, pengeringan dan

pengairan hutan, serta pencegahan banjir dan erosi).

iv Penghitungan PMTB Tahunan

1. Sumber data

a. Output industri konstruksi hasil penghitungan PDRB menurut industri konstruksi

dari BPS Prov/Kab/Kota.

b. Nilai impor 2 digit HS, yang merupakan barang modal impor dari KPPBC (Kantor

Pengawasan dan Pelayanan Bea Cukai) setempat.

c. Indeks Produksi Industri Besar Sedang dari Statistik Industri Kecil & Rumah tangga

(level provinsi).

d. Laporan keuangan perusahaan.

e. Publikasi Statistik Industri Besar dan Sedang level provinsi.

f. IHPB dari Statistik Harga Perdagangan Besar.

g. Publikasi Statistik Pertambangan dan Penggalian (migas dan non-migas).

h. Publikasi Statistik Listrik, Gas & Air Minum.

i. Publikasi Statistik Konstruksi.

j. Data Eksplorasi Mineral dari Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).

k. Statistik Peternakan, Ditjen Peternakan.

3. Metode penghitungan

Penghitungan PMTB dapat dilakukan melalui metode langsung maupun tidak langsung,

tergantung pada ketersediaan data yang mungkin diperoleh di wilayah masing-masing. Pendekatan

“langsung” adalah dengan cara menghitung pembentukan modal (harta tetap) yang dilakukan oleh

berbagai sektor ekonomi (produsen) secara langsung. Sedangkan pendekatan “tidak langsung”

adalah dengan menghitung berdasarkan alokasi dari total penyediaan produk (barang dan jasa)

yang menjadi barang modal di berbagai industri, atau disebut sebagai pendekatan “arus

komoditas”. Dalam hal ini penyediaan atau “supply” dari barang modal dapat berasal dari produksi

dalam negeri (domestik) maupun dari produk luar negeri (impor).

Pendekatan Langsung

Penghitungan PMTB secara langsung dilakukan dengan cara menjumlahkan seluruh nilai

PMTB yang terjadi di setiap industri (lapangan usaha). Barang modal tersebut dinilai atas dasar

https:

//pap

uabar

at.b

ps.go.id

Page 27: Gross Regional Domestic Product by Expenditure · kajian ekspor dan impor dan sebagainya. ... Luar Negeri, serta Ekspor Neto Antar Daerah (ekspor antar daerah dikurangi dengan impor

Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2013-2017

16

harga (adh) pembelian, di dalamnya sudah termasuk biaya-biaya yang dikeluarkan, seperti biaya

transportasi, biaya instalasi, pajak-pajak, serta biaya lain yang terkait dengan pengadaan barang

modal tersebut. Bagi barang modal yang berasal dari impor di dalamnya termasuk bea masuk dan

pajak-pajak yang terkait dengan pengadaan atau alih kepemilikan barang modal tersebut.

Pada dasarnya data untuk penghitungan PMTB secara langsung dapat diperoleh dari laporan

keuangan perusahaan. Data yang tersedia meliputi informasi/data tentang perubahan atas aset

tetap (PMTB) yang dinilai adh berlaku atau harga pembelian (perolehan). Untuk memperoleh nilai

PMTB adh Konstan, maka PMTB adh Berlaku tersebut di “deflate” (dibagi) dengan indeks harga

perdagangan besar (IHPB) yang sesuai dengan kelompok barang modal.

Pendekatan Tidak Langsung

Penghitungan PMTB dengan cara tidak langsung, disebut sebagai pendekatan arus

komoditas (commodity flow approach). Pendekatan ini dilakukan dengan cara menghitung nilai

penyediaan produk barang yang dihasilkan oleh berbagai industri (supply), yang kemudian

sebagian di antaranya dialokasi menjadi barang modal. Penghitungan PMTB dalam bentuk

bangunan, dilakukan dengan menggunakan rasio tertentu dari nilai output industri konstruksi, baik

adh Berlaku maupun adh Konstan.

Penghitungan PMTB dalam bentuk mesin, alat angkutan dan barang modal lainnya

dibedakan atas barang modal yang berasal dari produksi domestik, dan yang berasal dari impor.

Untuk barang modal domestik, dapat diperoleh dengan dua cara. Pertama, dengan mengalokasi

output mesin, alat angkutan dan barang modal lain yang menjadi pembentukan modal. Nilai

tersebut masih harus ditambah dengan biaya angkut dan margin perdagangan, sehingga diperoleh

PMTB adh Berlaku. Untuk memperoleh nilai adh Konstan adalah dengan men-deflate PMTB (adh

Berlaku) dengan IHPB yang sesuai dengan jenis barang modal.

Pendekatan ke dua, yang harus dilakukan bila data output tidak tersedia adalah dengan cara

“ekstrapolasi” atau mengalikan PMTB adh Konstan dengan indeks produksi jenis barang modal

yang sesuai. Untuk itu penghitungan PMTB diawali dengan menghitung PMTB adh Konstan

terlebih dahulu. Selanjutnya untuk memperoleh PMTB adh Berlaku, nilai PMTB adh Konstan

tersebut di “reflate”(dikalikan) dengan indeks harga masing-masing jenis barang modal yang sesuai

(sebagai inflator). Hal ini mensyaratkan bahwa PMTB adh Konstan di tahun-tahun sebelumnya

sudah tersedia secara lengkap.

Penghitungan PMTB dalam bentuk mesin, alat angkutan dan barang modal lain yang berasal

dari impor, dilakukan dengan menggunakan 2 (dua) cara.

https:

//pap

uabar

at.b

ps.go.id

Page 28: Gross Regional Domestic Product by Expenditure · kajian ekspor dan impor dan sebagainya. ... Luar Negeri, serta Ekspor Neto Antar Daerah (ekspor antar daerah dikurangi dengan impor

Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2013-2017

17

Pertama, PMTB adh Berlaku diperoleh dari total nilai barang impor. Selanjutnya, barang

modal tersebut dirinci menurut kelompok utama seperti mesin-mesin, alat angkutan dan barang

modal lain. Apabila rician tersebut tidak tersedia dapat digunakan rasio tertentu sebagai alokator

(barang modal impor kode HS 2 digit). Ke dua, untuk memperoleh PMTB adh Konstan adalah

dengan cara men“deflate” PMTB adh Berlaku dengan menggunakan indeks harga yang sesuai.

PMTB adh Berlaku untuk barang modal tak-berwujud seperti eksplorasi mineral, dihitung

dengan cara mengumpulkan data laporan keuangan perusahaan terbuka di bidang industri

pertambangan. Dengan menggunakan data panel, pertumbuhan adh Berlaku dari aktivitas

pertambangan itu menjadi pengali nilai eksplorasi mineral pada periode sebelumnya. Sedangkan

PMTB adh Konstan-nya diperoleh dengan men-deflate nilai adh Berlaku dengan indeks implisit dari

PDRB industri pertambangan. Selain itu, data dari ESDM dan BP Migas diharapkan menjadi dasar

atau data kontrol untuk data tahunan-nya.

Untuk perangkat lunak, PMTB adh Berlaku diperoleh dengan cara mengumpulkan data

laporan keuangan perusahaan terbuka di bidang software. Untuk adh Konstan diperoleh dengan

men-deflate nilai adh Berlaku dengan indeks implisit industri jasa perusahaan.

Penghitungan PMTB hasil karya hiburan, sastra, dan seni original (entertainment, literary, or

artistic original products), data dikumpulkan adalah nilai sinetron dan program acara televisi yang

dapat dibuat. Sedangkan data Impor film diperoleh dari nilai impor film. PMTB adh Konstan-nya

diperoleh dengan cara mendeflate nilai adh Berlaku dengan indeks implisit industri jasa hiburan

dan IHPB barang impor.

Terdapat beberapa permasalahan yang terjadi dalam penghitungan PMTB melalui

pendekatan tak-langsung (arus komoditas), yaitu:

a. Rasio penggunaan output industri yang menjadi barang modal cenderung statis. Untuk

memperbaiki diperlukan survei dalam skala yang besar.

b. Nilai margin perdagangan dan angkutan (Trade and Transport Margin) sulit diperoleh.

c. Selang (Lag) waktu antara data tahun pengukuran (referensi) dengan data publikasi yang

diperoleh dari sumber data tertentu, terlalu lama.

https:

//pap

uabar

at.b

ps.go.id

Page 29: Gross Regional Domestic Product by Expenditure · kajian ekspor dan impor dan sebagainya. ... Luar Negeri, serta Ekspor Neto Antar Daerah (ekspor antar daerah dikurangi dengan impor

Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2013-2017

18

2.5 PERUBAHAN INVENTORI

i Pendahuluan

Dalam aktivitas ekonomi, inventori berfungsi sebagai salah satu komponen yang dibutuhkan

untuk keberlangsungan proses produksi, di samping tenaga kerja dan barang modal.

Dalam PDB/PDRB, komponen Perubahan Inventori merupakan bagian dari Pembentukan

Modal Bruto, atau yang lebih dikenal sebagai investasi fisik yang terjadi pada kurun waktu tertentu

di dalam suatu wilayah. Perubahan inventori menggambarkan bagian dari investasi yang

direalisasikan dalam bentuk barang jadi, barang setengah jadi, serta bahan baku dan bahan

penolong pada satu periode tertentu. Ketersediaan data perubahan inventori menjadi penting

untuk memenuhi kebutuhan analisis tentang aktivitas investasi.

ii Konsep dan definisi

Pengertian sederhana dari inventori (persediaan) adalah barang yang dikuasai oleh produsen

untuk tujuan diolah lebih lanjut (intermediate consumption) menjadi barang dalam bentuk lain, yang

punya nilai ekonomi maupun nilai manfaat yang lebih tinggi. Termasuk dalam pengertian ini

adalah barang yang masih dalam proses pengerjaan (work in progress), serta barang jadi yang belum

dipasarkan dan masih dikuasai oleh pihak produsen.

Perubahan inventori adalah selisih antara nilai inventori pada akhir periode akuntansi

dengan nilai inventori pada awal periode akuntansi. Perubahan inventori menjelaskan tentang

perubahan posisi barang inventori, yang dapat bermakna pertambahan (tanda positif) atau

pengurangan (bertanda negatif).

Bagi produsen, keberadaan inventori diperlukan untuk menjaga kelangsungan proses

produksi, sehingga perlu pencadangan baik dalam bentuk bahan baku atau bahan penolong.

Ketidakpastian yang disebabkan pengaruh eksternal juga menjadi faktor pertimbangan bagi

pengusaha untuk melakukan pencadangan (khususnya bahan baku). Bagi pedagang, pengadaan

inventori lebih dipengaruhi oleh unsur spekulatif dengan harapan untuk memperoleh keuntungan

yang lebih besar. Sedangkan bagi pemerintah, kebijakan pencadangan khususnya komoditas

strategis utamanya ditujukan untuk menjaga stabilitas ekonomi, politik dan sosial. Karena

menyangkut kepentingan masyarakat luas (publik), maka perlu ada pencadangan untuk beberapa

komoditas bahan pokok seperti beras, terigu, minyak goreng dan gula pasir. Bagi rumah tangga

pengadaan inventori lebih ditujukan untuk kemudahan dalam mengatur perilaku konsumsinya

saja.

iii Cakupan

Inventori dapat diklasifikasikan menurut jenis barang adalah sbb :

https:

//pap

uabar

at.b

ps.go.id

Page 30: Gross Regional Domestic Product by Expenditure · kajian ekspor dan impor dan sebagainya. ... Luar Negeri, serta Ekspor Neto Antar Daerah (ekspor antar daerah dikurangi dengan impor

Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2013-2017

19

a. Inventori menurut industri, seperti produk atau hasil perkebunan, kehutanan,

perikanan, pertambangan, industri pengolahan, gas kota, air bersih, serta konstruksi;

b. Berbagai jenis bahan baku & penolong (material & supplies), yaitu semua bahan,

komponen atau persediaan untuk diproses lebih lanjut menjadi barang jadi;

c. Barang jadi, yaitu barang yang telah diproses tetapi belum terjual atau belum

digunakan, termasuk barang yang dijual dalam bentuk yang sama seperti pada waktu

dibeli;

d. Barang setengah jadi, yaitu barang-barang yang sebagian telah diolah atau belum

selesai (tidak termasuk konstruksi yang belum selesai).

e. Barang dagangan yang masih dikuasai oleh pedagang besar maupun pedagang eceran

untuk tujuan dijual;

f. Ternak untuk tujuan dipotong;

g. Pengadaan barang oleh pedagang untuk tujuan dijual atau dipakai sebagai bahan

bakar atau persediaan; dan

h. Persediaan pada pemerintah, yang mencakup barang strategis seperti beras, kedelai,

gula pasir, dan gandum.

iv Penghitungan Perubahan Inventori Tahunan

1. Sumber data

Sumber data yang digunakan untuk penghitungan komponen perubahan inventori adalah:

Laporan keuangan perusahaan-perusahaan terkait dari survei atau dari mengunduh website

Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id);

Laporan Keuangan Perusahaan BUMN/BUMD

Data komoditas pertambangan dari publikasi statistik pertambangan dan penggalian;

Data Inventori Publikasi Tahunan Industri Besar Sedang.

Data komoditas perkebunan;

Indeks harga implisit PDRB industri terpilih, dan

Indeks harga perdagangan besar (IHPB) terpilih.

Data eksternal lain, seperti data persediaan beras dari Bulog, data semen dari Asosiasi

Semen Indonesia (ASI), gula dari Dewan Gula Indonesia (DGI), dan ternak dari Ditjennak

Kementan.

https:

//pap

uabar

at.b

ps.go.id

Page 31: Gross Regional Domestic Product by Expenditure · kajian ekspor dan impor dan sebagainya. ... Luar Negeri, serta Ekspor Neto Antar Daerah (ekspor antar daerah dikurangi dengan impor

Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2013-2017

20

2. Metode Penghitungan

Terdapat 2 metode yang digunakan dalam penghitungan komponen perubahan inventori,

yaitu pendekatan langsung dan pendekatan tidak langsung. Pendekatan langsung adalah

pendekatan dari sisi “korporasi”, sedangkan pendekatan tidak langsung adalah pendekatan dari

sisi “komoditas”.

Di lihat dari sisi manfaat-nya, pendekatan secara langsung menghasilkan data yang relatif

lebih baik dibanding dengan pendekatan tidak langsung. Pendekatan komoditas hanya dapat

dilakukan jika data posisi inventori tersedia secara rinci dan berkesinambungan.

Pendekatan Langsung

Dengan menggunakan pendekatan langsung, akan diperoleh nilai posisi inventori di suatu

waktu tertentu (umumnya di akhir tahun). Sumber data utama adalah laporan neraca akhir tahun

(balance sheet) perusahaan. Untuk memperoleh nilai perubahan inventori adh berlaku, diperlukan

data inventori di tahun yang berurutan. Langkah penghitungan inventori dari laporan keuangan,

adalah sbb:

menghitung posisi inventori adh Konstan, dengan cara mendeflate stok awal dan akhir

dengan IHPB akhir tahun;

menghitung perubahan inventori adh Konstan dengan mengurangkan posisi di tahun

berjalan dengan di tahun sebelumnya; dan

menghitung perubahan inventori adh Berlaku dengan menginflate perubahan inventori

adh Konstan dengan IHPB rata-rata tahunan.

Pendekatan Tidak Langsung

Pendekatan tidak langsung disebut juga dengan pendekatan arus komoditas (commodity flow).

Data utama yang digunakan adalah data volume dan harga masing-masing barang inventori. Nilai

perubahan barang inventori adh Berlaku diperoleh dengan cara menghitung perubahan volume

stok akhir dan stok awal dikalikan rata-rata harga pembelian, atau harga penjualan bila data harga

pembelian tidak tersedia. Perubahan barang inventori adh Konstan dihitung dengan: a. mendeflate

nilai perubahan inventori adh Berlaku dengan indeks harga yang sesuai, b. mengalikan perubahan

volume stok akhir dan stok awal dikalikan dengan harga barang di tahun dasar.

Keterbatasan dan masalah yang dihadapi di dalam menghitung komponen Perubahan

Inventori adalah bahwa:

Data inventori yang dibutuhkan adalah dalam bentuk posisi atau pada satu saat untuk

periode waktu yang berurutan;

Tidak seluruh komoditas inventori tersedia data volume dan harga-nya;

https:

//pap

uabar

at.b

ps.go.id

Page 32: Gross Regional Domestic Product by Expenditure · kajian ekspor dan impor dan sebagainya. ... Luar Negeri, serta Ekspor Neto Antar Daerah (ekspor antar daerah dikurangi dengan impor

Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2013-2017

21

Data perubahan inventori yang tersedia dalam bentuk volume umumnya tidak disertai

data harganya. Jika data harga inventori tidak tersedia, maka dapat diasumsikan indeks

harga komoditas inventori mengikuti indeks implisit PDRB yang sesuai;

Diperlukan adjustment dengan cara me-mark-up, guna untuk melengkapi estimasi untuk

industri yang datanya tidak tersedia;

https:

//pap

uabar

at.b

ps.go.id

Page 33: Gross Regional Domestic Product by Expenditure · kajian ekspor dan impor dan sebagainya. ... Luar Negeri, serta Ekspor Neto Antar Daerah (ekspor antar daerah dikurangi dengan impor

Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2013-2017

22

2.6. EKSPOR IMPOR

i Pendahuluan

Aktivitas ekspor-impor dalam suatu wilayah diyakini telah terjadi sejak lama, bahkan sebelum wilayah

itu ditetapkan sebagai wilayah pemerintah. Ragam barang dan jasa yang diproduksi serta disparitas harga,

menjadi faktor utama munculnya aktivitas ekspor impor. Daerah yang tidak dapat memenuhi kebutuhan-nya

sendiri berusaha mendatangkan dari daerah atau bahkan negara lain. Di sisi lain, daerah yang memproduksi

barang dan jasa melebihi dari kebutuhan domestik, terdorong untuk memperluas pasar ke luar daerah atau

bahkan ke luar negeri.

Seiring perkembangan zaman, aktivitas produksi dan permintaan masyarakat atas barang dan jasa

semakin meningkat dan beragam. Kemajuan di bidang transportasi dan komunikasi juga turut memperlancar

arus distribusi barang dan jasa. Kondisi tersebut semakin mendorong aktivitas ekspor-impor di suatu wilayah

menjadi semakin berkembang.

ii Konsep dan definisi

Ekspor-impor di suatu wilayah didefiniskan sebagai alih kepemilikan ekonomi (baik

penjualan/pembelian, barter, hadiah ataupun hibah) atas barang dan jasa antara residen wilayah tersebut

dengan non-residen yang berada di luar wilayah tersebut.

iii Cakupan

Ekspor-Impor pada suatu wilayah terdiri dari:

a. Ekspor/impor barang dari/ke Luar Negeri ke/dari provinsi tersebut

b. Ekspor/impor jasa dari/ke Luar Negeri ke/dari provinsi tersebut

Cakupan jasa meliputi jasa pengangkutan, asuransi, komunikasi, pariwisata, dan jasa lainnya

c. Net Ekspor antar daerah

- Ekspor antar daerah

- Impor antar daerah

iv Penghitungan Ekspor-Impor Tahunan

1. Sumber data

a. Data Statistik Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) dari BPS (dalam US$)

b. Data Statistik Pemberitahuan Impor Barang (PIB) dari BPS (dalam US$)

c. Neraca Pembayaran Indonesia dari BI

d. Laporan Simopel, yaitu laporan (bulanan) bongkar muat barang di pelabuhan;

e. Informasi lalu-lintas barang yang keluar-masuk provinsi di jembatan timbang;

f. Informasi lalu-lintas barang yang keluar-masuk provinsi dari hasil survei.

https:

//pap

uabar

at.b

ps.go.id

Page 34: Gross Regional Domestic Product by Expenditure · kajian ekspor dan impor dan sebagainya. ... Luar Negeri, serta Ekspor Neto Antar Daerah (ekspor antar daerah dikurangi dengan impor

Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2013-2017

23

g. Kurs transaksi rata-rata tertimbang dari Bank Indonesia

2. Metode Penghitungan

Ekspor-Impor barang luar negeri dinilai menurut harga free on board (fob) dalam US$. Penghitungan

ekspor barang luar negeri dilakukan dengan mengalikan nilai barang (sesuai PEB) dengan kurs transaksi beli

rata-rata tertimbang. Sedangkan Impor barang luar negeri dilakukan dengan mengalikan nilai barang (sesuai

PIB) dengan kurs transaksi jual rata-rata tertimbang. Nilai ekspor-impor jasa berasal dari Neraca Pembayaran

Indonesia (NPI) yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia. Disamping itu nilai ekspor-impor tersebut masih

ditambah/dikurangi dengan nilai pembelian langsung (direct purchase) dan transaski yang tidak

terdokumentasi (undocumented trasnsaction) baik oleh residen maupun non residen. Sedangkan net ekspor

antar wilayah merupakan nilai sisa (residu) antara PDRB lapangan usaha dengan PDRB pengeluaran.

https:

//pap

uabar

at.b

ps.go.id

Page 35: Gross Regional Domestic Product by Expenditure · kajian ekspor dan impor dan sebagainya. ... Luar Negeri, serta Ekspor Neto Antar Daerah (ekspor antar daerah dikurangi dengan impor

Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2013-2017

24

BAB III

TINJAUAN PEREKONOMIAN

PROVINSI PAPUA BARAT BERDASARKAN

PDRB PENGELUARAN PROVINSI PAPUA BARAT

TAHUN 2013 - 2017

https:

//pap

uabar

at.b

ps.go.id

Page 36: Gross Regional Domestic Product by Expenditure · kajian ekspor dan impor dan sebagainya. ... Luar Negeri, serta Ekspor Neto Antar Daerah (ekspor antar daerah dikurangi dengan impor

Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2013-2017

25

Perubahan struktur ekonomi Provinsi Papua Barat akibat proses pembangunan ekonomi

yang terjadi pada periode 2013 s.d 2017, tidak terlepas dari dua faktor yaitu faktor internal dan

eksternal. Faktor internal lebih dipengaruhi oleh perkembangan maupun perubahan perilaku

masing-masing komponen pengeluaran akhir. Sedangkan faktor eksternal banyak dipengaruhi oleh

perubahan teknologi dan struktur perdagangan global sebagai akibat peningkatan perdagangan

internasional.

Data yang ada menunjukan bahwa setiap komponen pengeluaran mempunyai perilaku

yang berbeda sesuai dengan tujuannya. Sebagian besar produk atau barang dan jasa yang tersedia

di wilayah domestik Papua Barat digunakan untuk memenuhi permintaan konsumsi akhir (Rumah

tangga, LNPRT, dan pemerintah). Sebagian lagi digunakan untuk investasi fisik (dalam bentuk

PMTB dan perubahan inventori). Untuk lebih jelasnya, perilaku masing-masing komponen

pengeluaran itu akan diuraikan pada bagian berikut.

3.1 TINJAUAN AGEGAT PDRB PAPUA BARAT MENURUT PENGELUARAN

Kondisi perekonomian Papua Barat menunjukkan perkembangan yang signifikan terutama

sejak masuknya produsen LNG. Hal ini terlihat dari PDRB yang terus meningkat dan pertumbuhan

ekonomi yang terus menunjukan arah positif. Peningkatan ekonomi tersebut digambarkan melalui

Nilai PDRB ADHB dan ADHK, serta pertumbuhan pada total PDRB.

Tabel 1. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Pengeluaran, Provinsi Papua Barat

2013-2017 (Miliar Rp)

Komponen Pengeluaran 2013 2014 2015 2016* 2017**

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1. Konsumsi Rumah Tangga 13.375,76 14.717,00 16.573,31 18.549,04 20.483,63

2. Konsumsi LNPRT 450,18 556,12 584,36 654,26 746,42

3. Konsumsi Pemerintah 10.296,20 11.594,72 12.982,66 14.761,78 16.006,44

4. PMTB 10.193,50 11.134,36 13.116,11 13.991,27 15.472,55

5. Perubahan Inventori -1.165,49 -1.493,38 1.320,22 2.846,68 3.934,35

6. Ekspor 41.543,52 51.704,12 41.630,33 32.930,90 42.444,55

7. Impor 21.696,01 30.031,98 23.318,96 17.102,85 27.299,38

Total PDRB 52.997,66 58.180,96 62.888,03 66.631,08 71.788,56

* Angka Sementara ** Angka sangat sementara

Nilai PDRB Papua Barat (adh Berlaku) selama periode tahun 2013 s.d 2017 menunjukkan

peningkatan signifikan dari tahun ke tahun. Peningkatan nilai tersebut dipengaruhi oleh adanya

https:

//pap

uabar

at.b

ps.go.id

Page 37: Gross Regional Domestic Product by Expenditure · kajian ekspor dan impor dan sebagainya. ... Luar Negeri, serta Ekspor Neto Antar Daerah (ekspor antar daerah dikurangi dengan impor

Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2013-2017

26

perubahan harga dan juga perubahan volume. Komponen-komponen pada PDRB Pengeluaran

pada umumnya mengalami peningkatan setiap tahun.

Pada tahun 2015 terjadi penurunan pada dua komponen, yakni ekspor dan impor. Kedua

komponen tersebut kembali mengalami penurunan pada tahun 2016, dan nilai tersebut menjadi

nilai terendah dalam periode 5 tahun terakhir. Penurunan nilai ekspor yang terjadi pada tahun 2015

dan 2016 lebih besar daripada penurunan yang terjadi pada komponen impor. Hal ini secara tidak

langsung berdampak pada penurunan nilai net ekspor di 2 tahun tersebut.

Peningkatan ekspor akhirnya terjadi pada tahun 2017. Meskipun demikian, komponen

impor juga mengalami peningkatan pada tahun yang sama. Komponen impor memiliki sifat

mengurangi total PDRB sehingga peningkatan nilai impor yang terjadi justru berdampak negatif

terhadap pembentukan nilai PDRB secara total.

Tabel 2. PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Pengeluaran, Provinsi Papua Barat

2013-2017 (Miliar Rp)

Komponen Pengeluaran 2013 2014 2015 2016* 2017**

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1. Konsumsi Rumah Tangga 11.896,50 12.696,22 13.413,48 14.312,32 15.264,46

2. Konsumsi LNPRT 385,94 449,43 442,63 464,52 521,10

3. Konsumsi Pemerintah 8.558,13 8.791,45 9.174,90 9.535,53 10.010,13

4. PMTB 9.034,86 9.020,80 10.008,94 10.472,31 10.997,87

5. Perubahan Inventori -1.079,47 -1.369,36 961,25 1.929,56 3.075,90

6. Ekspor 30.182,35 35.334,42 40.438,39 39.446,30 42.598,66

7. Impor 11.284,08 14.663,04 22.093,10 21.449,25 25.561,30

Total PDRB 47.694,23 50.259,91 52.346,49 54.711,28 56.906,82

* Angka Sementara ** Angka sangat sementara

Selain dinilai atas dasar harga (adh) Berlaku, PDRB menurut pengeluaran juga dinilai adh

Konstan 2010 atau adh berbagai produk yang dinilai dengan harga pada tahun 2010. Melalui

pendekatan penghitungan adh konstan, PDRB di masing-masing tahun dapat memberikan

gambaran tentang perubahan PDRB secara volume atau secara kuantitas saja (tanpa ada pengaruh

perubahan harga). PDRB komponen pengeluaran adh Konstan menggambarkan perubahan atau

pertumbuhan ekonomi secara riil, utamanya berkaitan dengan peningkatan volume konsumsi

akhir. Selama kurun waktu 2013–2017, gambaran tentang perkembangan ekonomi Papua Barat

berdasarkan PDRB adh Konstan dapat dilihat pada tabel 2.

Sama halnya dengan PDRB adh Berlaku, komponen pengeluaran PDRB adh Konstan pada

umumnya juga menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Meskipun demikian, beberapa

https:

//pap

uabar

at.b

ps.go.id

Page 38: Gross Regional Domestic Product by Expenditure · kajian ekspor dan impor dan sebagainya. ... Luar Negeri, serta Ekspor Neto Antar Daerah (ekspor antar daerah dikurangi dengan impor

Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2013-2017

27

komponen mengalami penurunan. Dalam periode 5 tahun terakhir, komponen PMTB mengalami

penurunan pada tahun 2014, tetapi nilai komponen tersebut kembali meningkat pada tahun

selanjutnya hingga tahun 2016. Selain PMTB, komponen ekspor dan impor juga pernah mengalami

penurunan pada tahun 2016. Meskipun kedua komponen tersebut bersamaan mengalami

penurunan dibandingkan tahun sebelumnya, pada tahun 2016 penurunan yang terjadi pada

komponen ekspor lebih besar dibandingkan penurunan pada komponen impor. Hal ini berdampak

negatif terhadap nilai net ekspor adh konstan pada tahun 2016.

Gambar 1. Perbandingan PDRB ADH Berlaku dan ADH Konstan 2010 Menurut Pengeluaran,

Provinsi Papua Barat, Tahun 2013 – 2017 (Miliar Rupiah)

Dari Gambar 1, terlihat bahwa pada umumnya nilai PDRB adh Berlaku selalu lebih besar

dari nilai PDRB adh Konstan. Perbedaan tersebut disebabkan karena ada pengaruh perubahan

harga dalam perhitungan PDRB adh Berlaku. Dalam PDRB adh Konstan pengaruh faktor harga

telah ditiadakan.

Terbentuknya keseluruhan PDRB atau total PDRB merupakan kontribusi dari semua

komponen pengeluarannnya, yang terdiri dari konsumsi akhir rumah tangga (PK-RT), konsumsi

akhir LNPRT (PK-LNPRT), konsumsi akhir pemerintah (PK-P), pembentukan modal tetap bruto

(PMTB), ekspor neto (E) atau ekspor dikurangi impor.

* Angka Sementara ** Angka sangat sementara http

s://p

apuab

arat

.bps.g

o.id

Page 39: Gross Regional Domestic Product by Expenditure · kajian ekspor dan impor dan sebagainya. ... Luar Negeri, serta Ekspor Neto Antar Daerah (ekspor antar daerah dikurangi dengan impor

Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2013-2017

28

Tabel 3. Distribusi PDRB ADHB Menurut Pengeluaran, Provinsi Papua Barat

2013—2017 (Persen)

Komponen Pengeluaran 2013 2014 2015 2016* 2017**

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1. Konsumsi Rumah Tangga 25,24 25,30 26,35 27,84 28,53

2. Konsumsi LNPRT 0,85 0,96 0,93 0,98 1,04

3. Konsumsi Pemerintah 19,43 19,93 20,64 22,15 22,30

4. PMTB 19,23 19,14 20,86 21,00 21,55

5. Perubahan Inventori -2,20 -2,57 2,10 4,27 5,48

6. Ekspor 78,39 88,87 66,20 49,42 59,12

7. Impor 40,94 51,62 37,08 25,67 38,03

Total PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

* Angka Sementara ** Angka sangat sementara

Berdasarkan Tabel 3, terlihat bahwa selama periode 2013 – 2017, komponen ekspor memiliki

peran paling besar dalam PDRB Papua Barat. Hingga tahun 2015, peranan ekspor selalu di atas 50

persen. Nilai peranan ekspor tertinggi bahkan mencapai 88,87 persen pada tahun 2014. Meskipun

demikian, peranan tersebut kemudian mengalami penurunan di tahun 2015 menjadi 66,20 persen

dan kembali menurun cukup signifikan pada tahun 2016, yakni menajdi 49,42 persen. Meskipun

demikian, peranan komponen ekspor kembali meningkat menjadi 59,12 persen di tahun 2017.

Pembentukan PDRB komponen Ekspor Papua Barat didominasi oleh ekspor migas.

Dalam periode yang sama, komponen Impor juga mempunyai peran yang relatif besar,

karena sekitar 25 – 51 persen permintaan domestik masih dipenuhi oleh produk dari impor. Peranan

dari komponen ini cukup fluktuatif sepanjang tahun 2013 hingga 2017. Selanjutnya, proporsi

konsumsi akhir rumah tangga juga cukup besar yaitu sekitar 25 – 28 persen. Sejak tahun 2013,

peranan konsumsi akhir rumah tangga kian meningkat hingga tahun 2017. Proporsi konsumsi akhir

pemerintah berada pada rentang 19 - 22 persen. Pengeluaran untuk kapital (PMTB) mempunyai

kontribusi sama dengan konsumsi akhir pemerintah yaitu sekitar 19 – 21 persen. Baik konsumsi

akhir pemerintah maupun PMTB memiliki kecenderungan untuk meningkat dari tahun ke tahun.

https:

//pap

uabar

at.b

ps.go.id

Page 40: Gross Regional Domestic Product by Expenditure · kajian ekspor dan impor dan sebagainya. ... Luar Negeri, serta Ekspor Neto Antar Daerah (ekspor antar daerah dikurangi dengan impor

Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2013-2017

29

Tabel 4. Pertumbuhan PDRB ADHK 2010 Menurut Pengeluaran, Provinsi Papua Barat

2013—2017 (Persen)

Komponen Pengeluaran 2013 2014 2015 2016* 2017**

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1. Konsumsi Rumah Tangga 3,28 6,72 5,65 6,70 6,65

2. Konsumsi LNPRT 9,01 16,45 -1,51 4,95 12,18

3. Konsumsi Pemerintah 7,55 2,73 4,36 3,93 4,98

4. PMTB 18,86 -0,16 10,95 4,63 5,02

5. Ekspor -0,86 17,07 14,44 -2,45 7,99

6. Impor -36,41 29,94 50,67 -2,91 19,17

Total PDRB 7,36 5,38 4,15 4,52 4,01

* Angka Sementara

** Angka sangat sementara

Agregat makro lain yang dapat diturunkan dari data PDRB adalah pertumbuhan riil PDRB

atau lebih dikenal dengan pertumbuhan ekonomi (economic growth), yang menggambarkan kinerja

pembangunan di bidang ekonomi. Pertumbuhan ekonomi Papua Barat dari tahun 2013-2017

cendenrung mengalami sedikit fluktuasi, dengan masing-masing pertumbuhan 7,36 persen (2013);

5,38 persen (2014); 4,15 persen (2015); 4,52 persen (2016); dan 4,01 persen (2017). Pertumbuhan

tertinggi terjadi pada tahun 2013 yakni sebesar 7,36 persen, sebaliknya yang terendah terjadi pada

tahun 2017 (4,01 persen).

Tabel 5. Indeks Implisit PDRB Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2013 – 2017

Komponen Pengeluaran 2013 2014 2015 2016* 2017**

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1. Konsumsi Rumah Tangga 112,43 115,92 123,56 129,60 134,19

2. Konsumsi LNPRT 116,65 123,74 132,02 140,85 143,24

3. Konsumsi Pemerintah 120,31 131,89 141,50 154,81 159,90

4. PMTB 112,82 123,43 131,04 133,60 140,69

5. Ekspor 137,64 146,33 102,95 83,48 99,64

6. Impor 192,27 204,81 105,55 79,74 106,80

Total PDRB 111,12 115,76 120,14 121,79 126,15

* Angka Sementara

** Angka sangat sementara

Sementara itu, indeks implisit1 PDRB yang menggambarkan tingkat perubahan harga yang

terjadi pada sisi konsumen, baik konsumen akhir (rumah tangga, LNPRT, dan pemerintahan)

maupun konsumen lainnya (perusahaan dan luar negeri) dibandingkan dengan tahun dasar (tahun

1 Indeks perkembangan

https:

//pap

uabar

at.b

ps.go.id

Page 41: Gross Regional Domestic Product by Expenditure · kajian ekspor dan impor dan sebagainya. ... Luar Negeri, serta Ekspor Neto Antar Daerah (ekspor antar daerah dikurangi dengan impor

Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2013-2017

30

2010). Indeks implisit dari hampir seluruh komponen pembentuk PDRB menurut Pengeluaran

Papua Barat menunjukkan terdapat peningkatan harga dari tahun ke tahun (nilai indeks lebih dari

100), kecuali pada komponen Ekspor dan Impor. Baik komponen ekspor dan impor memiliki indeks

implisit kurang dari 100 pada tahun 2016 yang dapat diartikan bahwa bila dibandingkan pada

kondisi tahun 2010, terjadi penurunan harga pada komponen Ekspor dan Impor. Pada tahun 2017,

indeks implisit ekspor masih di bawah 100, sementara komponen impor berada di atas 100.

Indeks implisit konsumsi akhir rumah tangga pada umumnya selalu meningkat setiap tahun

mengikuti inflasi di Papua Barat. Sementara itu untuk komponen ekspor dan impor indeks implisit

lebih fluktuatif karena dipengaruhi harga dolar dan harga komoditas, terutama migas.

3.2 PERKEMBANGAN KONSUMSI AKHIR RUMAH TANGGA

Konsumsi akhir rumah tangga menempati porsi kedua terbesar dalam PDRB menurut

pengeluaran Papua Barat. Data berikut menunjukan hal tersebut, dimana lebih dari seperempat

produk domestik dan produk impor digunakan untuk memenuhi konsumsi akhir rumah tangga.

Tabel 6. Perkembangan Penggunaan Konsumsi Akhir Rumah Tangga Provinsi Papua Barat,

2013—2017

Uraian 2013 2014 2015 2016* 2017**

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Total Konsumsi Rumah Tangga

a. ADHB (Miliar Rp) 13.375,76 14.717,00 16.573,31 18.549,04 20.483,63

b. ADHK 2010 (Miliar Rp) 11.896,50 12.696,22 13.413,48 14.312,32 15.264,46

Proporsi terhadap PDRB 25,24 25,30 26,35 27,84 28,53

(% ADHB)

Rata-rata konsumsi per Rumah Tangga/ tahun (Ribu Rp)

a. ADHB 73.111,57 78.398,67 86.116,59 94.016,77 101.322,83

b. ADHK 2010 65.025,99 67.633,83 69.697,79 72.542,73 75.506,10

Rata-rata konsumsi per kapita/ tahun (Ribu Rp)

a. ADHB 16.148,59 17.318,01 19.016,77 20.763,18 22.377,65

b. ADHK 2010 14.362,68 14.940,09 15.391,08 16.020,74 16.675,89

Pertumbuhan

a. Total konsumsi RT 3,28 6,72 5,65 6,70 6,65

b. Per-RT 0,62 4,01 3,05 4,08 4,08

c. Perkapita 0,62 4,02 3,02 4,09 4,09

Jumlah RT (unit) 182.950 187.720 192.452 197.295 202.162

Jumlah penduduk (000 org) 828 850 872 893 915

* Angka Sementara ** Angka sangat sementara

https:

//pap

uabar

at.b

ps.go.id

Page 42: Gross Regional Domestic Product by Expenditure · kajian ekspor dan impor dan sebagainya. ... Luar Negeri, serta Ekspor Neto Antar Daerah (ekspor antar daerah dikurangi dengan impor

Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2013-2017

31

Data di atas menunjukkan bahwa dalam kurun waktu 2013 – 2017 konsumsi akhir rumah

tangga mengalami peningkatan signifikan baik dalam nominal (adh Berlaku) maupun riil (adh

Konstan), sejalan dengan kenaikan jumlah penduduk maupun jumlah rumah tangga. Kenaikan

jumlah penduduk mendorong terjadinya kenaikan nilai konsumsi rumah tangga, yang pada

gilirannya akan mendorong laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.

Proporsi pengeluaran konsumsi rumah tangga terhadap PDRB pada periode tahun 2013 s.d

2017 cukup stabil. Titik tertinggi terjadi pada tahun 2017 yaitu 28,53 persen dan titik terendah terjadi

pada tahun 2013 yaitu 25,24 persen.

Masa pemulihan ekonomi telah mendorong rumah tangga untuk memperbaiki serta

mengembalikan perilaku dan kebiasaan konsumsinya setelah sekian lama mengalami masa-masa

krisis. Melimpahnya penawaran dan persediaan berbagai jenis barang dan jasa di pasar domestik

(termasuk yang berasal dari impor) turut menjadi pemicu meningkatnya belanja untuk konsumsi,

termasuk konsumsi rumah tangga. Selain itu perkembangan teknologi saat ini semakin

memudahkan masyarakat untuk membeli barang secara online. Hal ini dimanfaatkan masyarakat

untuk mendapatkan kebutuhannya dengan harga yang terkadang lebih murah daripada barang di

pasar domestik, ataupun untuk mendapatkan barang yang tidak tersedia di pasar domestik.

Secara umum, rata-rata konsumsi per rumah tangga terus meningkat dari tahun ke tahun,

baik menurut adh Berlaku maupun adh Konstan 2010. Pada tahun 2013, secara rata-rata setiap

rumah tangga di Indonesia menghabiskan dana sekitar 73.111,57 ribu rupiah setahun untuk

membiayai konsumsi baik dalam bentuk makanan maupun bukan makanan (sandang, perumahan,

pendidikan, dsb). Pengeluaran ini terus meningkat menjadi 78.398,67 ribu rupiah (2014); 86.116,59

ribu rupiah (2015); 94.016,77 ribu rupiah (2016), dan menjadi 101.322,83 ribu rupiah (2017).

Sementara itu, pada perkiraan adh Konstan 2010, rata-rata konsumsi rumah tangga per

rumah tangga juga mengalami pertumbuhan. Pada 2013 dibandingkan dengan tahun 2012 rata-rata

konsumsi tumbuh sebesar 0,62 persen. Pertumbuhan pada tahun 2014 cukup tinggi yaitu sebesar

4,01 persen. Pada 2015 pertumbuhannya melambat hingga 3,05 persen dan meningkat kembali pada

tahun 2016 menjadi 4,08 persen dan kembali tumbuh sebesar 4,08 persen di tahun 2017.

Di sisi lain, sepanjang tahun 2013 hingga 2017, rata-rata konsumsi per-kapita juga

menunjukan kecenderungan yang searah dengan kenaikan jumlah penduduk, dan selalu diikuti

pula oleh kenaikan nilai konsumsinya. Rata-rata konsumsi per-kapita menunjukan peningkatan,

baik adh Berlaku maupun adh Konstan 2010. Kondisi ini menunjukan bahwa rata-rata konsumsi

setiap penduduk di Provinsi Papua Barat meningkat dari tahun ke tahun, baik secara kuantitas

https:

//pap

uabar

at.b

ps.go.id

Page 43: Gross Regional Domestic Product by Expenditure · kajian ekspor dan impor dan sebagainya. ... Luar Negeri, serta Ekspor Neto Antar Daerah (ekspor antar daerah dikurangi dengan impor

Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2013-2017

32

(volume) maupun secara nilai (termasuk juga peningkatan kualitas). Peningkatan rata-rata konsumsi

per-kapita secara “riil” berkisar antara 0,62 s.d 4,09 persen.

Secara total, pertumbuhan konsumsi rumah tangga adh Konstan sebesar 3,28 persen pada

tahun 2013. Pertumbuhan ini meningkat pada tahun 2014, konsumsi rumah tangga tumbuh sebesar

cukup signifikan yaitu sebesar 6,72 persen, kemudian pada 2015 pertumbuhannya sempat

melambat menjadi 5,65 persen, tetapi kembali meningkat menjadi 6,70 persen pada tahun 2016 dan

melambat kembali menjadi 6,65 persen di tahun 2017.

Tabel 7. Struktur Penggunaan Konsumsi Akhir Rumah Tangga Provinsi Papua Barat,

Tahun 2013—20172 (Persen)

Kelompok Konsumsi 2013 2014 2015 2016* 2017**

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

a. Makanan, Minuman, dan Rokok

53,82 52,73 52,50 53,99 54,18

b. Pakaian dan Alas Kaki 2,02 2,03 1,99 1,86 1,76

c.

Perumahan, Perkakas, Perlengkapan dan Penyelenggaraan Rumah Tangga

10,61 11,57 11,39 11,25 11,02

d. Kesehatan & Pendidikan 5,63 5,56 5,59 5,45 5,51

e. Transportasi, Komunikasi, Rekreasi, dan Budaya

17,47 17,21 17,77 17,59 17,98

f. Hotel & Restoran 4,36 4,44 4,58 4,18 4,15

g. Lainnya 6,09 6,46 6,17 5,68 5,40

Total Konsumsi 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

* Angka Sementara ** Angka sangat sementara

Secara umum pada periode tahun 2013 – 2017, nampak pada struktur konsumsi akhir rumah

tangga Papua Barat, konsumsi makanan, minuman, dan rokok sedikit lebih tinggi dibandingkan

konsumsi bukan makanan. Proporsi pengeluaran untuk makanan berada pada kisaran 52 – 54

persen. Proporsi untuk makanan, minuman, dan rokok pada masing-masing tahun mencapai 53,82

persen (2013); 52,73 persen (2014); 52,50 persen (2015); 53,99 persen (2016), dan 54,18 persen (2017).

Bila ditilik lebih jauh mengenai konsumsi bukan makanan didominasi oleh konsumsi untuk

kebutuhan Transportasi, Komunikasi, Rekreasi, dan Budaya. Konsumsi untuk komponen tersebut

berada pada kisaran 17 persen sepanjang tahun 2013 hingga 2017. Dalam periode yang sama,

konsumsi bukan makanan juga didominasi untuk Perumahan, Perkakas, Perlengkapan dan

Penyelenggaraan Rumah Tangga yang berkisar antara 10 hingga 11 persen di tiap tahunnya.

2 Diturunkan dari perhitungan PDRB (atas dasar harga berlaku /ADHB )

https:

//pap

uabar

at.b

ps.go.id

Page 44: Gross Regional Domestic Product by Expenditure · kajian ekspor dan impor dan sebagainya. ... Luar Negeri, serta Ekspor Neto Antar Daerah (ekspor antar daerah dikurangi dengan impor

Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2013-2017

33

Pola proporsi konsumsi di atas, menunjukkan tarik menarik antara kebutuhan rumah tangga

atas makanan dan non makanan yang masih cukup kuat. Sungguhpun demikian, pengeluaran

untuk kebutuhan non-makanan menjadi semakin penting sebagai akibat dari perubahan dan

pengaruh tatanan ekonomi sosial dalam masyarakat. Pengeluaran tersebut di antaranya meliputi

biaya untuk pendidikan, pembelian alat dan perlengkapan elektronik, pembelian alat transportasi,

jasa komunikasi, jasa transportasi, jasa kesehatan, perjalanan wisata, restoran, sewa bangunan

tempat tinggal, jasa hiburan dan sebagainya.

Tabel 8. Pertumbuhan Riil Penggunaan Konsumsi Akhir Rumah Tangga Provinsi Papua Barat, 2013—2017

(Persen)

Kelompok Konsumsi 2013 2014 2015 2016* 2017**

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

a. Makanan, Minuman, dan Rokok 2,79 5,24 3,83 7,78 6,76

b. Pakaian dan Alas Kaki 3,65 8,77 8,59 2,66 3,06

c. Perumahan, Perkakas, Perlengkapan dan Penyelenggaraan Rumah Tangga

3,36 8,72 4,15 6,54 3,52

d. Kesehatan & Pendidikan 2,61 8,24 7,12 5,12 5,34

e. Transportasi, Komunikasi, Rekreasi, dan Budaya

5,34 8,62 10,64 7,69 9,63

f. Hotel & Restoran 4,37 4,61 4,83 -1,09 7,17

g. Lainnya 1,49 9,44 7,10 4,03 4,71

* Angka Sementara ** Angka sangat sementara

Dilihat dari pertumbuhan “riil” nya, kelompok konsumsi pada pengeluaran rumah tangga

di Papua Barat hampir selalu mengalami pertumbuhan positif dalam periode 2013 hingga 2017.

Pertumbuhan “riil” ini menunjukan adanya perubahan konsumsi rumah tangga dalam bentuk

kuantum (volume) dari waktu ke waktu. Informasi ini menunjukan terjadinya peningkatan daya

beli masyarakat, meskipun mungkin hanya dapat dinikmati oleh kelompok masyarakat tertentu.

Pertumbuhan negatif hanya dialami oleh Konsumsi Akhir Rumah Tangga untuk kelompok Hotel

dan Restoran pada tahun 2016.

Pertumbuhan untuk kelompok makanan, minuman, dan rokok berkisar antara 2,79 persen

(2013) hingga 7,78 persen (2016). Pertumbuhan sempat terus meningkat hingga tahun 2014,

mencapai 5,24 persen, tetapi melambat pada tahun berikutnya menjadi 3,55 persen. Pertumbuhan

kembali meningkat di tahun 2016 dan menjadi pertumbuhan tertinggi dalam periode 5 tahun

terakhir. Pada tahun 2017, pertumbuhan kelompok makanan, minuman, dan rokok melambat

kembali menjadi sebesar 6,76 persen.

https:

//pap

uabar

at.b

ps.go.id

Page 45: Gross Regional Domestic Product by Expenditure · kajian ekspor dan impor dan sebagainya. ... Luar Negeri, serta Ekspor Neto Antar Daerah (ekspor antar daerah dikurangi dengan impor

Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2013-2017

34

Pada kelompok konsumsi bukan makanan, pola pertumbuhan juga cukup fluktuatif, dimana

tahun 2014 terjadi pertumbuhan lebih tinggi dibanding tahun-tahun sebelumnya, di mana dari 6

kelompok konsumsi, 5 diantaranya mengalami pertumbuhan di atas 8 persen. Meskipun demikian,

separuh kelompok konsumsi bukan makanan mengalami perlambatan di tahun berikutnya.

Peningkatan hanya terjadi pada kelompok Kesehatan dan Pendidikan; Transportasi, Komunikasi,

Rekreasi, dan Budaya; dan Hotel dan Restoran. Pada tahun 2017, semua kelompok mengalami

peningkatan kecuali untuk konsumsi Perumahan, Perkakas, Perlengkapan idan Penyelenggaraan

Rumah Tangga yang melambat dari 6,54 persen pada tahun 2016 menjadi 3,52 persen.

Tabel 9. Pertumbuhan Implisit (Indeks Harga) Penggunaan Konsumsi Akhir Rumah Tangga Provinsi Papua Barat, 2013—20173

(Persen)

Kelompok Konsumsi 2013 2014 2015 2016* 2017**

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

a. Makanan, Minuman, dan Rokok 6,71 2,43 7,99 6,78 3,80

b. Pakaian dan Alas Kaki 0,98 1,67 1,74 2,06 1,10

c.

Perumahan, Perkakas, Perlengkapan dan Penyelenggaraan Rumah Tangga

2,70 10,31 6,48 3,79 4,46

d. Kesehatan & Pendidikan 2,85 0,41 5,78 3,65 6,07

e. Transportasi, Komunikasi, Rekreasi, dan Budaya

6,25 -0,19 5,11 2,89 2,92

f. Hotel & Restoran 3,72 7,15 10,81 3,26 2,45

g. Lainnya 0,20 6,64 0,37 -1,04 0,40

* Angka Sementara ** Angka sangat sementara

Sementara itu, tingkat perubahan harga yang secara implisit disajikan dalam Tabel 9,

menunjukan peningkatan setiap tahun-nya untuk setiap kelompok konsumsi. Peningkatan harga

(inflasi) cukup fluktuatif pada masing-masing kelompok konsumsi. Peningkatan harga dihitung

menggunakan tahun dasar 2010. Secara sederhana, hal ini dapat diartikan bahwa peningkatan harga

tersebut dihasilkan dengan membandingkan tingkat harga suatu kelompok konsumsi pada tahun

tertentu terhadap tingkat harga kelompok konsumsi yang sama pada tahun 2010. Nilai

pertumbuhan implisit yang positif memperlihatkan terdapat kenaikan harga dibandingkan kondisi

pada tahun dasar. Sebaliknya, pertumbuhan implisit yang negatif menunjukkan terdapat

penurunan harga dibandingkan kondisi pada tahun dasar.

3 Tingkat perubahan harga produk konsumsi

https:

//pap

uabar

at.b

ps.go.id

Page 46: Gross Regional Domestic Product by Expenditure · kajian ekspor dan impor dan sebagainya. ... Luar Negeri, serta Ekspor Neto Antar Daerah (ekspor antar daerah dikurangi dengan impor

Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2013-2017

35

Sepanjang tahun 2013-2017, kelompok konsumsi Makanan, Minuman, dan Rokok memiliki

pertumbuhan implisit yang positif. Pertumbuhan ini cenderung cukup tinggi, berada di atas 5

persen, kecuali pada tahun 2014 dan 2017. Adapun rincian peningkatan harga pada kelompok

makanan, minuman, dan rokok terjadi sebesar 6,71 persen (2013); 2,43 persen (2014); sempat

melonjak menjadi 7,99 pada tahun 2015, dan melambat pada tahun berikutnya menjadi 6,78 persen

dan kembali melambat menjadi 3,80 persen pada tahun 2017.

Sementara itu, pada kelompok konsumsi bukan makanan, pertumbuhan implisit cenderung

fluktuatif dari tahun ke tahun. Beberapa kelompok konsumsi juga sempat mengalami penurunan

harga dibandingkan tingkat harga pada tahun 2010, ditandai dengan nilai pertumbuhan implisit

yang bernilai negatif. Konsumsi pakaian dan alas kaki mengalami inflasi yang lebih rendah dan

cukup stabil dibandingkan kelompok konsumsi lain, yakni berada pada rentang 0,98 hingga 2,06

persen dalam 5 tahun terakhir. Kelompok hotel dan restoran mengalami fluktuasi peningkatan

harga yang cukup signifikan dalam periode 2013 hingga 2017. Pada tahun 2015 peningkatan harga

bahkan sempat mencapai 10,81 persen setelah tahun sebelumnya mencapai 7,15 persen tetapi turun

signifikan pada tahun 2016 menjadi 3,26 persen dan kembali melambat mencapai 2,45 persen di

tahun 2017. Inflasi kelompok ini secara ditengarai berhubungan tidak langsung dengan peningkatan

harga pada kelompok makanan yang mencakup bahan makanan sebagai bahan baku restoran.

3.3 PERKEMBANGAN KONSUMSI AKHIR LNPRT

Konsumsi akhir LNPRT peranannya dalam PDRB menurut pengeluaran sangat minor

dibandingkan dengan komponen pengeluaran lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa peranan

institusi ini dalam perekonomian suatu wilayah semestinya dapat lebih ditingkatkan lagi. Data

berikut menunjukan hal tersebut, dimana hal tersebut dapat dilihat dari proporsinya terhadap

PDRB yang minor.

Tabel 10. Perkembangan Penggunaan Konsumsi LNPRT

Provinsi Papua Barat, 2013—2017

Uraian 2013 2014 2015 2016* 2017**

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Total Konsumsi LNPRT

a. ADHB (Miliar Rp) 450,18 556,12 584,36 654,26 746,42

b. ADHK 2010 (Miliar Rp) 385,94 449,43 442,63 464,52 521,10

Proporsi terhadap PDRB 0,85 0,96 0,93 0,98 1,04

(% ADHB)

* Angka Sementara ** Angka sangat sementara

https:

//pap

uabar

at.b

ps.go.id

Page 47: Gross Regional Domestic Product by Expenditure · kajian ekspor dan impor dan sebagainya. ... Luar Negeri, serta Ekspor Neto Antar Daerah (ekspor antar daerah dikurangi dengan impor

Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2013-2017

36

Selama periode 2013 – 2017, nilai konsumsi LNPRT baik adh Berlaku maupun adh Konstan

selalu mengalami peningkatan. Tidak hanya itu, proporsi terhadap PDRB juga cenderung

meningkat meskipun sempat menurun pada tahun 2015, tetapi kembali meningkat pada tahun 2016.

Meskipun demikian, nilainya yang sangat kecil menyebabkan proporsi konsumsi LNPRT terhadap

PDRB. Proporsi terbesar hanya sebesar 1,04 persen yang terjadi pada tahun 2017. Sementara itu,

sepanjang tahun 2013 hingga 2016 proporsi konsumsi LNPRT terhadap total PDRB Provinsi Papua

Barat selalu di bawah 1 persen.

3.4 PERKEMBANGAN KONSUMSI AKHIR PEMERINTAH

Konsumsi akhir pemerintah bersama dengan pengeluaran akhir rumah tangga dan LNPRT

merupakan jumlah dari konsumsi akhir dalam suatu perekonomian suatu wilayah. Peranan

konsumsi pemerintah dalam perekonomian provinsi Papua Barat serta bagaimana

perkembangannya akan dijelaskan dalam uraian di bawah ini.

Tabel 11. Perkembangan Pengeluaran Konsumsi Akhir Pemerintah Provinsi Papua Barat, 2013 – 2017

Uraian 2013 2014 2015 2016* 2017**

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Total Konsumsi Pemerintah

a. ADHB (Miliar Rp) 10.296,20 11.594,72 12.982,66 14.761,78 16.006,44

b. ADHK 2010 (Miliar Rp) 8.558,13 8.791,45 9.174,90 9.535,53 10.010,13

Proporsi terhadap PDRB 19,43 19,93 20,64 22,15 22,30

(% ADHB)

Konsumsi Pemerintah per kapita (Ribu Rp)

a. ADHB 12.430,63 13.643,92 14.896,75 16.523,86 17.486,48

b. ADHK 2010 10.332,25 10.345,20 10.527,59 10.673,76 10.935,72

Pertumbuhan

a. Total konsumsi Pemerintah 7,55 2,73 4,36 3,93 4,98

b. Konsumsi perkapita 4,79 0,13 1,76 1,39 2,45

Jumlah penduduk (000 org) 828 850 872 893 915

* Angka Sementara ** Angka sangat sementara

Secara total, pengeluaran konsumsi akhir pemerintah menunjukan peningkatan, baik untuk

adh Berlaku maupun adh Konstan 2010. Pada tahun 2013, total pengeluaran konsumsi akhir

pemerintah adh Berlaku sebesar 10.296,20 miliar rupiah, kemudian meningkat terus hingga pada

tahun 2017 nilainya mencapai 16.006,44 miliar rupiah. Demikian halnya dengan konsumsi

pemerintah adh Konstan 2010, juga mengalami peningkatan pada masing-masing tahun. Hal ini

https:

//pap

uabar

at.b

ps.go.id

Page 48: Gross Regional Domestic Product by Expenditure · kajian ekspor dan impor dan sebagainya. ... Luar Negeri, serta Ekspor Neto Antar Daerah (ekspor antar daerah dikurangi dengan impor

Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2013-2017

37

mengindikasikan, bahwa secara riil telah terjadi kenaikan pengeluaran konsumsi pemerintah dari

sisi kuantitas.

Menarik untuk dicermati lebih lanjut bahwa sepanjang tahun 2013-2017, proporsi

pengeluaran akhir pemerintah terhadap PDRB juga mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.

Di mulai dari 19,43 persen pada tahun 2013 hingga mencapai 22,30 persen pada tahun 2017.

Sepanjang periode tersebut, proporsinya selalu mengalami peningkatan tiap tahunnya. Peningkatan

tersebut cenderung didominasi oleh pengeluaran pemerintah untuk konsumsi kolektif.

Dalam prakteknya, pengeluaran pemerintah seringkali dikaitkan dengan luasnya cakupan

layanan yang diberikan pada masyarakat (publik). Kondisi tersebut dapat diartikan bahwa setiap

rupiah pengeluaran pemerintah harus ditujukan untuk melayani penduduk, baik langsung maupun

tidak langsung. Pengeluaran konsumsi pemerintah secara total menunjukkan peningkatan, hal ini

diikuti oleh adanya peningkatan pada rata-rata konsumsi pemerintah per-kapita. Pada tahun 2013

konsumsi pemerintah per-kapita adh Berlaku sebesar 12.430,63 ribu rupiah, dan terus meningkat

pada tahun-tahun berikutnya (lihat tabel 11).

Rata-rata konsumsi pemerintah per-kapita adh Konstan (2010) juga menunjukkan adanya

peningkatan setiap tahunnya (lihat tabel 11). Peningkatan tersebut menunjukkan adanya

peningkatan pengeluaran konsumsi pemerintah secara kuantitas. Hal tersebut juga tercermin dari

laju pertumbuhannya yang selalu bernilai positif dari tahun ke tahun.

Gambaran tentang konsumsi akhir pemerintah secara “riil” menunjukkan peningkatan baik

secara keseluruhan maupun rata-rata per penduduk. Parameter ini adalah pendekatan untuk

mengukur pemerataan kesempatan masyarakat atas penggunaan sumber daya finansial oleh

pemerintah. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2013 dengan rincian untuk total konsumsi

pemerintah sebesar 7,55 persen; untuk konsumsi per-kapita 4,79 persen.

https:

//pap

uabar

at.b

ps.go.id

Page 49: Gross Regional Domestic Product by Expenditure · kajian ekspor dan impor dan sebagainya. ... Luar Negeri, serta Ekspor Neto Antar Daerah (ekspor antar daerah dikurangi dengan impor

Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2013-2017

38

Tabel 12. Struktur Pengeluaran Konsumsi Akhir Pemerintah Provinsi Papua Barat, 2013 – 2017

Uraian 2013 2014 2015 2016* 2017**

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Struktur Konsumsi Akhir (belanja) Pemerintah

a. Konsumsi Kolektif (Miliar Rp) 8.111,63 9.188,14 10.292,56 11.770,62 12.883,86

(%) 78,78 79,24 79,28 79,74 80,49

b. Konsumsi Individu (Miliar Rp) 2.184,57 2.406,58 2.690,10 2.991,16 3.122,59

(%) 21,22 20,76 20,72 20,26 19,51

Total Konsumsi (Miliar Rp) 10.296,20 11.594,72 12.982,66 14.761,78 16.006,44

(%) 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

Pertumbuhan riil (ADHK 2010) (%)

a. Konsumsi Kolektif 16,07 2,90 4,38 3,99 6,06

b. Konsumsi Individu -15,91 2,07 4,31 3,70 0,82

Total Konsumsi 7,55 2,73 4,36 3,93 4,98

Pertumbuhan indeks harga (%) implisit

a. Konsumsi Kolektif 5,63 10,08 7,32 9,97 3,21

b. Konsumsi Individu 7,28 7,93 7,16 7,22 3,54

Total Konsumsi 5,92 9,62 7,29 9,40 3,29

* Angka Sementara ** Angka sangat sementara

Secara struktur, bagian terbesar dari pengeluaran pemerintah adalah untuk konsumsi

kolektif. Sekitar 70 hingga 80 persen pengeluaran pemerintah adalah untuk membiayai belanja

konsumsi tersebut. Secara nominal, pengeluaran ini mengalami peningkatan dari tahun ke tahun

(lihat tabel 12). Begitu pula proporsinya terhadap total konsumsi akhir pemerintah yang selalu

mengalami peningkatan setiap tahun. Proporsi pembiayaan pengeluaran pemerintah kolektif

tertinggi terjadi pada tahun 2017, yakni sebesar 80,49 persen dari total pengeluaran pemerintah

Papua Barat.

Konsumsi individu secara nominal pada umumnya mengalami peningkatan dari tahun ke

tahun. Seiring dengan peningkatan proporsi konsumsi kolektif, berdampak pada penurunan

proporsi konsumsi individu pada periode 2013-2017 terhadap total pengeluaran pemerintah.

3.5 PERKEMBANGAN PEMBENTUKAN MODAL TETAP BRUTO (PMTB)

Komponen pembentukan modal tetap bruto (PMTB) pada sajian PDRB menurut

pengeluaran, lebih menjelaskan tentang bagian dari pendapatan (income) yang direalisasikan

menjadi investasi (fisik). Atau pada sisi yang berbeda dapat pula diartikan sebagai gambaran dari

berbagai produk barang dan jasa yang sebagian digunakan sebagai investasi fisik (kapital)4. Fungsi

4 Selain bagian lain yang menjadi konsumsi antara, konsumsi akhir, ataupun diekspor

https:

//pap

uabar

at.b

ps.go.id

Page 50: Gross Regional Domestic Product by Expenditure · kajian ekspor dan impor dan sebagainya. ... Luar Negeri, serta Ekspor Neto Antar Daerah (ekspor antar daerah dikurangi dengan impor

Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2013-2017

39

kapital adalah sebagai input tidak langsung (indirect input) di dalam proses produksi pada berbagai

lapangan usaha. Kapital ini dapat berasal dari produksi domestik maupun dari impor.

Tabel 13. Perkembangan dan Struktur PMTB Provinsi Papua Barat, 2013 - 2017

Uraian 2013 2014 2015 2016* 2017**

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Total PMTB

a. ADHB (Miliar Rp) 10.193,50 11.134,36 13.116,11 13.991,27 15.472,55

b. ADHK 2010 (Miliar Rp) 7.601,44 9.034,86 9.020,80 10.008,94 10.472,31

Proporsi terhadap PDRB 19,23 19,14 20,86 21,00 21,55

(% ADHB)

Struktur PMTB

a. Bangunan (Miliar Rp) 7.692,72 8.226,85 9.728,27 10.659,74 11.584,95

(%) 72,25 75,47 73,89 74,17 76,19

b. Non Bangunan (Miliar Rp) 2.500,78 2.907,51 3.387,84 3.331,52 3.887,61

(%) 24,53 26,11 25,83 23,81 25,13

Total PMTB (Miliar Rp) 10.193,50 11.134,36 13.116,11 13.991,27 15.472,55

(%) 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

Pertumbuhan Total PMTB (%) 18,86 -0,16 10,95 4,63 5,02

a. Bangunan (%) 24,62 -0,48 11,89 7,69 5,45

b. Non Bangunan (%) 4,96 0,77 8,29 -4,30 3,61

* Angka Sementara ** Angka sangat sementara

Selain peningkatan yang terjadi pada komponen konsumsi akhir (rumah tangga maupun

pemerintah), sepanjang periode 2013-2017, nilai PMTB juga menunjukkan peningkatan dari tahun

ke tahun secara nominal. Senada dengan hal tersebut, peningkatan juga terjadi pada nilai PMTB riil,

kecuali pada tahun 2015, di mana nilai riil PMTB Papua Barat sempat mengalami penurunan tetapi

meningkat kembali di tahun 2016 dan 2017 hingga mencapai 10.472,31 miliar rupiah.

Pertumbuhan PMTB pada masing-masing komponen sangat bervariasi antar tahunnya. Sub

komponen bangunan merupakan komponen dengan proporsi terbesar dalam pembentukan modal

tetap yaitu lebih dari 70 persen. Pertumbuhan dari PMTB Bangunan terbilang sangat fluktuatif pada

periode 2013 hingga 2017. Pertumbuhan pada tahun 2013 mencapai 24,62 persen, kemudian anjlok

hingga mencapai minus 0,48 persen di tahun 2014. Pertumbuhan kembali meningkat pada tahun

2015, tetapi melambat di tahun 2016 menjadi 7,69 persen dan melambat kembali hingga 5,45 persen

di tahun 2017.

Proporsi non bangunan terhadap total PMTB relatif stabil selama periode 2013–2017 hanya

berkisar pada 24 – 26 persen (tabel 13). Proporsi tertinggi terjadi pada tahun 2014 dengan 26,11

https:

//pap

uabar

at.b

ps.go.id

Page 51: Gross Regional Domestic Product by Expenditure · kajian ekspor dan impor dan sebagainya. ... Luar Negeri, serta Ekspor Neto Antar Daerah (ekspor antar daerah dikurangi dengan impor

Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2013-2017

40

persen. Pertumbuhan “riil” cukup berfluktuasi pada tahun 2013 mencapai 4,96 persen kemudian

terjadi perlambatan di tahun 2014 yakni hanya sebesar 0,77 persen. Pertumbuhan kembali

meningkat pada tahun 2015 menjadi 8,29 persen tetapi kemudian mengalami kontraksi sebesar -4,30

persen di tahun 2016. PMTB non bangunan Provinsi Papua Barat kemudian meningkat kembali di

tahun 2017 menjadi sebesar 3,61 persen.

Secara umum, selama kurun waktu tahun 2013-2017 pertumbuhan total PMTB mengalami

fluktuasi di mana pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2013 yang mencapai besaran angka

18,86 persen dan pertumbuhan terendah terjadi pada tahun 2014 yaitu sebesar minus 0,16 persen.

3.6 PERKEMBANGAN PERUBAHAN INVENTORI

Secara konsep, yang dimaksud dengan perubahan inventori adalah perubahan dalam

bentuk “persediaan” berbagai barang yang belum digunakan lebih lanjut dalam proses produksi,

konsumsi ataupun investasi (kapital). Perubahan yang dimaksud disini bisa berarti penambahan

(bertanda positif) dan atau pengurangan (bertanda negatif).

Dari sisi penghitungan, komponen Perubahan Inventori merupakan salah satu komponen

yang hasilnya bisa memiliki 2 (dua) tanda angka, positif atau negatif (disamping komponen net

ekspor antar daerah). Apabila perubahan inventori bertanda positif berarti terjadi penambahan

persediaan barang, sedangkan apabila bertanda negatif berarti terjadi pengurangan persediaan.

Terjadinya penumpukan barang inventori mengindikasikan bahwa distribusi atau pemasaran tidak

berjalan dengan sempurna. Secara umum, komponen perubahan inventori dihitung berdasarkan

pengukuran terhadap nilai persediaan barang pada awal dan akhir tahun dari dua posisi nilai

persediaan (konsep stok).

Tabel 14. Perkembangan dan Struktur Perubahan Inventori Provinsi Papua Barat, 2013—2017

Uraian 2013 2014 2015 2016* 2017**

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Total Nilai Inventori

a. ADHB (Miliar Rp) -1.165,49 -1.493,38 1.320,22 2.846,68 3.934,35

b. ADHK 2010 (Miliar Rp) -1.079,47 -1.369,36 961,25 1.929,56 3.075,90

Proporsi terhadap PDRB -2,20 -2,57 2,10 4,27 5,48

(% ADHB)

* Angka Sementara ** Angka sangat sementara

Berbeda dengan komponen pengeluaran lain yang dapat dianalisis agak rinci, perubahan

inventori baru dapat dianalisis dari sisi proporsinya saja. Perbedaan dalam pendekatan dan tata cara

https:

//pap

uabar

at.b

ps.go.id

Page 52: Gross Regional Domestic Product by Expenditure · kajian ekspor dan impor dan sebagainya. ... Luar Negeri, serta Ekspor Neto Antar Daerah (ekspor antar daerah dikurangi dengan impor

Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2013-2017

41

estimasi menyebabkan komponen inventori tidak banyak dikaji lebih. Hal utama yang dapat dilihat

dari komponen ini adalah, bahwa proporsi dalam PDRB pada umumnya mempunyai besaran atau

nilai yang berfluktuasi baik dalam level maupun tandanya (positif atau negatif).

Pada tahun 2013 perubahan inventori tercatat sebesar minus 1.165,49 miliar rupiah dan pada

tahun 2014 juga terjadi penurunan perubahan inventori sebesar minus 1.1493,38 miliar rupiah yang

mengakibatkan proporsinya menjadi sebesar minus 2,57 persen terhadap PDRB. Pada tahun 2015

perubahan inventori kembali bertanda positif menjadi 1.320,22 miliar rupiah, dan meningkat

menjadi 2.846,68 miliar rupiah pada tahun 2016 dengan proporsi terhadap PDRB sebesar 4,27

persen. Pada tahun 2017, perubahan inventori tercatat meningkat kembali dibandingkan tahun

sebelumnya, menjadi sebesar 3.934,35 miliar rupiah.

3.7 PERKEMBANGAN EKSPOR BARANG DAN JASA LUAR NEGERI

Dalam struktur permintaan akhir, transaksi ekspor menggambarkan berbagai produk

barang dan jasa yang tidak dikonsumsi di wilayah ekonomi domestik, tetapi dikonsumsi oleh pihak

luar negeri, baik secara langsung maupun tidak langsung. Termasuk pula dalam ekspor pembelian

oleh badan-badan internasional, kedutaan besar (termasuk konsulat), awak kapal (udara maupun

laut) yang singgah dan sebagainya.

Secara total, nilai ekspor luar negeri selama periode 2013 – 2017 menunjukkan peningkatan

dari tahun 2013 hingga 2014. Nilai tersebut kemudian menurun pada tahun 2015, dan kembali

menurun di tahun 2016 tetapi meningkat pada tahun 2017. Pada tahun 2013 ekspor luar negeri

mencapai 36.886,71 miliar rupiah, kemudian nilai ekspor meningkat menjadi 45.855,82 miliar rupiah

(2014). Tren ini kemudian berakhir, di mana pada tahun 2015 nilai Ekspor adh berlaku menurun

cukup signifikan menjadi 36.428,40 miliar rupiah dan anjlok kembali pada tahun berikutnya

mencapai 23.355,46 miliar rupiah. Pada tahun 2017, nilai Ekspor adh berlaku meningkat menjadi

26.289,32 miliar rupiah.

Sedikit berbeda dengan nilai ekspor adh Berlaku, nilai ekspor adh Konstan 2010 pada tahun

tertentu menunjukan tren perkembangan yang sedikit berbeda, yaitu dengan nilai “riil” masing-

masing tahun sebesar 26.238,64 miliar rupiah (2013); 30.710,17 miliar rupiah (2014); 35.728,09 miliar

rupiah (2015); 30.274,09 miliar rupiah (2016) dan 28.211,98 miliar rupiah. Selama kurun waktu 2013

- 2015, proporsinya dalam PDRB selalu berada di atas 50 persen, meskipun memiliki cenderung

fluktuatif. Hal berbeda terjadi pada tahun 2016 dan 2017, di mana proporsi Ekspor Luar Negeri

terhadap PDRB menurun cukup signifikan hingga mencapai 35,05 persen dan sedikit meningkat

menjadi 36,62 persen di tahun 2017.

https:

//pap

uabar

at.b

ps.go.id

Page 53: Gross Regional Domestic Product by Expenditure · kajian ekspor dan impor dan sebagainya. ... Luar Negeri, serta Ekspor Neto Antar Daerah (ekspor antar daerah dikurangi dengan impor

Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2013-2017

42

Tabel 15. Perkembangan Ekspor Barang dan Jasa Luar Negeri Provinsi Papua Barat, 2013 – 2017

Uraian 2013 2014 2015 2016* 2017**

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Total Nilai Ekspor

a. ADHB (Miliar Rp) 36.886,71 45.855,82 36.428,40 23.355,46 26.289,32

b. ADHK 2010 (Miliar Rp) 26.238,64 30.710,17 35.728,09 30.274,09 28.211,98

Proporsi terhadap PDRB 69,60 78,82 57,93 35,05 36,62

(% ADHB)

Struktur Ekspor

a. Barang (Miliar Rp) 26.499,10 34.208,36 36.818,97 45.784,83 36.338,09

(%) 99,82 99,85 99,75 99,62 99,65

b. Jasa (Miliar Rp) 53,80 63,30 67,70 71,00 90,30

(%) 0,18 0,15 0,25 0,38 0,35

Total Ekspor (%) 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

Pertumbuhan (%)

- Barang -7,06 17,09 16,34 -15,29 -6,83

- Jasa -5,16 -7,71 13,70 -1,43 3,30

Total Ekspor -7,06 17,04 16,34 -15,27 -6,81

* Angka Sementara ** Angka sangat sementara

Menurut komposisinya, ekspor luar negeri Papua Barat didominasi oleh Ekspor berupa

barang (rata-rata 99 persen), sisanya adalah ekspor dalam bentuk jasa. Pertumbuhan riil total ekspor

luar negeri berfluktuasi dari tahun ke tahun dalam periode 5 tahun terakhir. Pada tahun 2013,

komponen Ekspor Barang luar negeri mengalami kontraksi hingga mencapai minus 7,06 persen.

Kontraksi yang terjadi pada tahun 2013 diduga disebabkan oleh pertumbuhan ekspor barang dan

jasa pada tahun 2013 yang juga menunjukkan pertumbuhan negatif, yaitu masing-masing minus

7,06 persen (barang) dan minus 5,16 persen (jasa). Hal ini terjadi disebabkan karena adanya kenaikan

harga komoditas ekspor maupun harga nilai tukar dollar terhadap sehingga nilai ekspor tetap naik

walaupun secara riil mengalami penurunan. Sedangkan pada tahun 2014 ekspor tumbuh kembali

sebesar 17,04 persen dan ekspor terus meningkat pada tahun 2015 dengan tingkat pertumbuhan

mencapai 16,34 persen. Total Ekspor luar negeri kemudian mengalami kontraksi kembali pada

tahun 2016 hingga minus 15,27 persen. Pertumbuhan negatif tersebut dihasilkan dari pertumbuhan

Ekspor Luar Negeri Barang maupun Jasa yang keduanya mengalami kontraksi pada tahun 2016.

Kontraksi masih terus berlanjut di tahun 2017 meskipun kontraksi yang terjadi tidak sedalam

kontraksi pada tahun 2016. Pada tahun 2017, komponen Ekspor luar negeri mengalami kontraksi

sebesar minus 6,81 persen.

https:

//pap

uabar

at.b

ps.go.id

Page 54: Gross Regional Domestic Product by Expenditure · kajian ekspor dan impor dan sebagainya. ... Luar Negeri, serta Ekspor Neto Antar Daerah (ekspor antar daerah dikurangi dengan impor

Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2013-2017

43

3.8 PERKEMBANGAN IMPOR BARANG DAN JASA LUAR NEGERI

Aktivitas pengeluaran (konsumsi rumah tangga, LNPRT, dan pemerintah) maupun PMTB

(termasuk inventori) dan ekspor, didalamnya terkandung produk yang berasal dari impor. PDRB

menggambarkan produk yang benar-benar dihasilkan oleh ekonomi domestik. Sehingga untuk

mengukur potensi dan besaran produk domestik, maka komponen impor tersebut harus

dikeluarkan dari penghitungan yaitu dengan cara mengurangkan nilai PDRB (E) dengan nilai

impornya. Hasil pengurangan inilah yang secara konsep harus sama dengan nilai PDRB menurut

lapangan usaha (sektor).

Berbeda dengan komponen ekspor, transaksi impor menjelaskan ada tambahan penyediaan

(supply) produk di wilayah ekonomi domestik yang berasal dari dari non residen. Impor terdiri dari

produk barang maupun jasa, meskipun rincian penggolongan-nya bisa berbeda dengan ekspor.

Perkembangan yang terjadi pada transaksi impor menunjukkan semakin kuatnya

ketergantungan Indonesia terhadap ekonomi atau produk negara lain. Komponen impor termasuk

pembelian berbagai produk barang dan jasa secara langsung (direct purchase) oleh penduduk

(resident) Papua Barat di luar negeri, baik yang berupa makanan maupun bukan makanan (termasuk

jasa).

Tabel 16. Perkembangan Impor Barang dan Jasa Luar Negeri Provinsi Papua Barat, 2013 - 2017

Uraian 2013 2014 2015 2016* 2017**

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Total Nilai Impor

a. ADHB (Miliar Rp) 748,41 776,33 732,83 1.546,42 1.290,13

b. ADHK 2010 (Miliar Rp) 623,01 590,16 499,43 1.118,48 1.009,57

Proporsi terhadap PDRB 1,41 1,33 1,17 2,32 1,80

(% -ADHB)

Struktur Impor

a. Barang (Miliar Rp) 330,30 331,22 178,58 869,30 759,33

(%) 44,13 42,66 24,37 56,21 58,86

b. Jasa (Miliar Rp) 418,11 445,11 554,25 677,12 530,81

(%) 55,87 57,34 75,63 43,79 41,14

Total Impor (%)

100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

Pertumbuhan (%)

- Barang 94,50 -2,26 -50,47 381,51 -1,46

- Jasa 12,42 -7,79 15,71 26,29 -21,71

Total Impor 39,16 -5,27 -15,37 123,95 -9,74

* Angka Sementara ** Angka sangat sementara

https:

//pap

uabar

at.b

ps.go.id

Page 55: Gross Regional Domestic Product by Expenditure · kajian ekspor dan impor dan sebagainya. ... Luar Negeri, serta Ekspor Neto Antar Daerah (ekspor antar daerah dikurangi dengan impor

Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2013-2017

44

Tabel 16 di atas menunjukan bahwa pola perkembangan impor luar negeri adh berlaku

Papua Barat dari tahun 2013 hingga 2017 mengalami peningkatan yang cukup besar, yakni dari

748,41 miliar rupiah pada tahun 2013, menjadi 1.290,13 miliar rupiah pada tahun 2017.

Perkembangan signifikan juga terjadi pada impor luar negeri adh konstan 2010, yakni impor luar

negeri bernilai sebesar 623,01 miliar rupiah pada tahun 2013, meningkat cukup tajam menjadi

1.009,57 miliar rupiah pada tahun 2017.

Peningkatan nilai impor luar negeri dalam periode 5 tahun terakhir secara tidak langsung

mempengaruhi proporsi impor luar negeri terhadap total PDRB yang juga ikut meningkat. Pada

tahun 2013, proporsi impor luar negeri sebesar 1,41 persen terhadap total PDRB Papua Barat.

Proporsi ini meningkat hingga mencapai 1,80 persen pada tahun 2017. Proporsi impo negeri setiap

tahunnya dapat dikatakan sangat kecil. Hal ini disebabkan barang impor di Papua Barat lebih

banyak didatangkan dari luar daerah di dalam negeri.

Di sisi lain, secara riil nilai impor luar negeri mengalami pertumbuhan yang sangat

fluktuatif. Pada 2013 impor mengalami penurunan mencapai 39,16 persen. Pada tahun 2014

pertumbuhan riil impor mengalami kontraksi sebesar 5,27 persen walaupun secara nilai adh Berlaku

mengalami kenaikan. Penurunan terus berlanjut pada tahun 2015, dengan pertumbuhan sebesar

minus 15,37 persen. Kondisi kemudian berbalik pada tahun 2016, di mana impor luar negeri

mengalami pertumbuhan hingga mencapai 123,95 persen, tetapi mengalami kontraksi kembali

hingga minus 9,74 persen di tahun 2017.

Menurut komposisinya, impor luar negeri Papua Barat pada periode 2013 hingga 2015

didominasi oleh impor dalam bentuk Jasa. Pola ini kemudian berubah pada tahun 2016 dan 2017,

yakni impor luar negeri barang lebih besar dilakukan hingga proporsinya mencapai 58,86 persen

terhadap total impor luar negeri.

3.9 PERKEMBANGAN NET EKSPOR ANTAR DAERAH

Net ekspor antar daerah didefinisikan sebagai ekspor antar daerah dikurangi impor antar

daerah. Berbeda dengan penghitungan ekspor-impor barang dan jasa luar negeri, pada penghitungan ekspor-

impor antar daerah tidak tersedia sumber data yang sesuai dengan konsep dan definisi yang ditentukan.

Sumber data yang tersedia selama ini hanya menunjukkan adanya transaksi namun tidak diketahui berapa

nilai uang yang terjadi dalam transaksi tersebut. Keberadaan data dengan kondisi seperti ini menyebabkan

penghitungan ekspor-impor antar provinsi menjadikan komponen ini (dalam series PDRB adh Konstan

2010) diperlakukan sebagai item penyeimbang (residual), yakni perbedaan antara total PDRB

https:

//pap

uabar

at.b

ps.go.id

Page 56: Gross Regional Domestic Product by Expenditure · kajian ekspor dan impor dan sebagainya. ... Luar Negeri, serta Ekspor Neto Antar Daerah (ekspor antar daerah dikurangi dengan impor

Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2013-2017

45

menurut pengeluaran dengan total PDRB menurut lapangan usaha. Ketersediaan data yang ada lebih

sesuai untuk dimanfaatkan sebagai informasi pendukung.

Komponen ini secara implisit mencakup dua unsur pokok yaitu: ekspor antar daerah dan

impor antar daerah. Sama halnya dengan perubahan inventori, net ekspor antar daerah juga

hasilnya dapat memiliki 2 (dua) angka, positif atau negatif. Jika komponen ini bertanda “positif”

berarti nilai ekspor antar daerah lebih besar dari pada impor antar daserah, demikian pula

sebaliknya.

Pada saat ini untuk memisahkan net ekspor antar daerah menjadi nilai ekspor antar daerah

dan nilai impor antar daerah dilakukan dengan metode tidak langsung, yaitu dengan metode cross

hauling. Metode ini bekerja dengan memanfaatkan sifat keseimbangan permintaan (demand) dan

penyediaan (supply) setiap komoditas di suatu perekonomian. Penghitungan ekspor impor dengan

metode cross-hauling diawali dengan metode commodity balance. Metode commodity balance adalah

metode penghitungan ekspor-impor dengan memanfaatkan Tabel Input-Output “bayangan”.

Dalam metode ini, transksi ekspor-impor dipandang sebagai item penyeimbang (balancing item)

dalam keseimbangan demand dan supply suatu perekonomian.

https:

//pap

uabar

at.b

ps.go.id

Page 57: Gross Regional Domestic Product by Expenditure · kajian ekspor dan impor dan sebagainya. ... Luar Negeri, serta Ekspor Neto Antar Daerah (ekspor antar daerah dikurangi dengan impor

Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2013-2017

46

BAB IV

PERKEMBANGAN AGREGAT

PDRB MENURUT PENGELUARAN

PROVINSI PAPUA BARAT

TAHUN 2013 - 2017

https:

//pap

uabar

at.b

ps.go.id

Page 58: Gross Regional Domestic Product by Expenditure · kajian ekspor dan impor dan sebagainya. ... Luar Negeri, serta Ekspor Neto Antar Daerah (ekspor antar daerah dikurangi dengan impor

Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2013-2017

47

Berbagai indikator ekonomi makro yang lazim digunakan dalam analisis sosial ekonomi

dapat diturunkan dari seperangkat data PRDB. Berikut ini akan disjikan beberapa rasio

(perbandingan relatif) guna melengkapi analisis, di tengah keterbatasan informasi yang tersedia.

4.1 PDRB (NOMINAL)

Agregat ini menjelaskan nilai produk barang dan jasa yang dihasilkan di dalam suatu

wilayah ekonomi domestik, di mana di dalamnya masih terkandung nilai penyusutan. PDRB dapat

digunakan sebagai ukuran “produktivitas”, karena menjelaskan kemampuan wilayah dalam

menghasilkan produk domestik, yang dihitung melalui 3 (tiga) pendekatan, yaitu pendekatan nilai

tambah, pengeluaran, dan pendapatan.

Dari series data PDRB pengeluaran dapat diturunkan beberapa ukuran yang berkaitan

dengan PDRB maupun variabel pendukung lain (seperti rumah tangga, dan tenaga kerja). Sebagai

contoh, untuk melihat perkembangan tingkat pemerataan, misalnya, maka disajikan data PDRB

perkapita.

Tabel 17. Produk Domestik Regional Bruto dan PDRB Perkapita

Provinsi Papua Barat, 2013—2017

Uraian 2013 2014 2015 2016* 2017**

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Nilai PDRB (Miliar Rp)

a. ADHB 52.997,66 58.180,96 62.888,03 66.631,08 71.788,56

b. ADHK 2010 47.694,23 50.259,91 52.346,49 54.711,28 56.906,82

PDRB Perkapita (Ribu Rp)

a. ADHB 63.984,19 68.463,58 72.159,85 74.584,63 78.426,50

b. ADHK 2010 57.581,36 59.142,59 60.064,13 61.242,01 62.168,72

Pertumbuhan PDRB Perkapita ADHK 2010

4,60 2,71 1,56 1,96 1,51

Jumlah penduduk (000 org) 828 850 872 893 915

Pertumbuhan (%) 2,64 2,60 2,55 2,51 2,46

* Angka Sementara ** Angka sangat sementara

PDRB per-kapita Provinsi Papua Barat menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun (tabel

17), seiring dengan kenaikan jumlah penduduk. Indikator ini menunjukkan bahwa secara ekonomi

setiap penduduk Papua Barat rata-rata mampu menciptakan PDRB atau (nilai tambah) sebesar nilai

perkapita di masing-masing tahun tersebut.

Sementara itu pertumbuhan per kapita secara “riil” selalu bernilai positif. Hal ini

menunjukkan bahwa rata-rata PDRB (nilai tambah) yang diciptakan setiap penduduk Papua Barat

selalu mengalami kenaikan dari tahun ke tahun dalam periode 2013-2017. Pertumbuhan PDRB per

https:

//pap

uabar

at.b

ps.go.id

Page 59: Gross Regional Domestic Product by Expenditure · kajian ekspor dan impor dan sebagainya. ... Luar Negeri, serta Ekspor Neto Antar Daerah (ekspor antar daerah dikurangi dengan impor

Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2013-2017

48

kapita pada periode 2013 – 2017 berada pada kisaran minus 1,51 – 4,60 persen. Pertumbuhan

ekonomi tersebut diikuti pula oleh penambahan jumlah penduduk, yang meningkat pada kisaran

2,46 – 2,64 persen.

4.2 PERBANDINGAN PENGELUARAN PDRB UNTUK KONSUMSI AKHIR RUMAH

TANGGA TERHADAP EKSPOR

Indikator ini menunjukkan perbandingan antara produk yang dikonsumsi RT di wilayah

domestik dengan produk yang diekspor. Konsumsi rumah tangga mempunyai kontribusi sekitar

25-28 persen terhadap PDRB Papua Barat, yang artinya bahwa seluruh produk yang dihasilkan di

wilayah Papua Barat sebanyak 25-28 persen digunakan untuk konsumsi akhir rumah tangga.

Meskipun di dalam konsumsi akhir rumah tangga tersebut termasuk pula sebagian produk yang

berasal dari impor.

Tabel 18. Perbandingan PDRB Pengeluaran untuk Konsumsi Akhir Rumah Tangga terhadap Ekspor Tahun 2013—2017

Uraian 2013 2014 2015 2016* 2017**

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Total Konsumsi RT (ADHB) 13.375,76 14.717,00 16.573,31 18.549,04 20.483,63

(Miliar Rp)

Total Ekspor (ADHB) 41.543,52 51.704,12 41.630,33 32.930,90 42.444,55

(Miliar Rp)

Perbandingan Konsumsi RT terhadap Ekspor

0,32 0,28 0,40 0,56 0,48

* Angka Sementara ** Angka sangat sementara

Data di atas menunjukkan bahwa pada tahun 2013, produk yang digunakan untuk konsumsi

rumah tangga sebesar 0,32 kali dari yang diekspor. Hal ini berarti bahwa sebagian besar penyediaan

(supply) domestik diserap untuk memenuhi permintaan ekspor. Rasio ini mengalami penurunan

hingga tahun 2014 mencapai nilai 0,28. Peningkatan rasio terjadi pada tahun 2015 (0,40) lebih

disebabkan karena penurunan nilai ekspor, sementara sebaliknya konsumsi rumah tangga justru

meningkat. Rasio ini kembali meningkat pada tahun 2016, menjadi sebesar 0,56 dan turun menjadi

0,48 pada tahun 2017. Secara implisit data tersebut menjelaskan, bahwa nilai konsumsi akhir rumah

tangga semakin meningkat dan atau sebaliknya nilai ekspor semakin menurun. Peningkatan dan

penurunan tersebut disebabkan oleh perubahan volume maupun harga.

https:

//pap

uabar

at.b

ps.go.id

Page 60: Gross Regional Domestic Product by Expenditure · kajian ekspor dan impor dan sebagainya. ... Luar Negeri, serta Ekspor Neto Antar Daerah (ekspor antar daerah dikurangi dengan impor

Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2013-2017

49

4.3 PERBANDINGAN KONSUMSI AKHIR RUMAH TANGGA TERHADAP PMTB

Rasio ini merupakan perbandingan antara produk yang digunakan untuk konsumsi akhir

rumah tangga dengan yang digunakan untuk investasi fisik (pembentukan modal tetap). Sekilas

nampak bahwa sebagian besar penggunaan produk yang tersedia di wilayah domestik digunakan

untuk konsumsi akhir rumah tangga.

Tabel 19. Perbandingan Konsumsi Rumah Tangga terhadap PMTB Tahun 2013—2017

Uraian 2013 2014 2015 2016* 2017**

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Total Konsumsi RT (ADHB) (Miliar Rp)

13.375,76 14.717,00 16.573,31 18.549,04 20.483,63

Total PMTB (ADHB) 10.193,50 11.134,36 13.116,11 13.991,27 15.472,55

(Miliar Rp)

Perbandingan Konsumsi RT thd PMTB

1,31 1,32 1,26 1,33 1,32

* Angka Sementara ** Angka sangat sementara

Rasio antara konsumsi rumah tangga terhadap PMTB pada periode 2013-2017 berkisar pada

angka 1,26 hingga 1,33. Nilai yang lebih dari satu menunjukkan bahwa penggunaan PDRB untuk

konsumsi rumah tangga selalu lebih besar dibandingkan penggunaan untuk PMTB.

Rasio konsumsi rumah tangga terhadap PMTB mengalami fluktuasi dalam periode 2013

hingga 2017, dari sebesar 1,31 pada tahun 2013 lalu sedikit meningkat pada tahun 2014 yaitu 1,32

tetapi turun kembali menjadi 1,26 di tahun 2015 dan meningkat kembali pada tahun 2016 menjadi

1,33. Rasio ini kembali menurun pada tahun 2017 mencapai 1,32. Meskipun berfluktuasi, rasio ini

selalu berkisar di atas nilai 1. Hal ini ditengarai terjadi karena kenaikan nilai konsumsi akhir rumah

tangga tidak secepat kenaikan nilai investasi.

4.4 PROPORSI KONSUMSI AKHIR TERHADAP PDRB

Yang dimaksud dengan konsumsi akhir adalah penggunaan berbagai produk barang dan

jasa akhir (baik berasal dari produk domestik maupun impor), untuk menunjang aktivitas ekonomi.

Pelaku konsumsi akhir meliputi rumah tangga, LNPRT, dan pemerintah. Walaupun ketiga institusi

tersebut mempunyai fungsi yang berbeda dalam sistem ekonomi, tetapi sama-sama membelanjakan

sebagian pendapatannya untuk tujuan konsumsi akhir.

https:

//pap

uabar

at.b

ps.go.id

Page 61: Gross Regional Domestic Product by Expenditure · kajian ekspor dan impor dan sebagainya. ... Luar Negeri, serta Ekspor Neto Antar Daerah (ekspor antar daerah dikurangi dengan impor

Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2013-2017

50

Tabel 20. Proporsi Total Penggunaan Konsumsi Akhir terhadap PDRB Provinsi Papua Barat, 2013—2017

Uraian 2013 2014 2015 2016* 2017**

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Konsumsi Akhir (ADHB) (Miliar Rp)

a. Rumah Tangga 13.375,76 14.717,00 16.573,31 18.549,04 20.483,63

b. LNPRT 450,18 556,12 584,36 654,26 746,42

c. Pemerintah 10.296,20 11.594,72 12.982,66 14.761,78 16.006,44

Jumlah 24.122,14 26.867,84 30.140,33 33.965,09 37.236,49

PDRB (ADHB) (Miliar Rp) 52.997,66 58.180,96 62.888,03 66.631,08 71.788,56

Proporsi 45,52 46,18 47,93 50,97 51,87

* Angka Sementara ** Angka sangat sementara

Barang dan jasa yang berada di wilayah domestik yang digunakan untuk memenuhi

permintaan konsumsi akhir selalu meningkat nilainya setiap tahun. Dengan peningkatan nilai

tersebut, proporsinya terhadap PDRB juga semakin mengalami peningkatan. Hal ini

mengindikasikan produk yang tidak digunakan menjadi konsumsi akhir (PMTB atau eskpor)

memiliki peranan yang berkurang setiap tahunnya. Tahun 2016 dan 2017 bahkan penggunaan untuk

konsumsi akhir telah sedikit melebihi separuh total PDRB adh berlaku Papua Barat.

4.5 PERBANDINGAN EKSPOR TERHADAP PMTB

Ekspor merupakan produk yang tidak dikonsumsi di wilayah domestik, tetapi

diperdagangkan ke luar daerah. Untuk menghasilkan produk yang diekspor kemungkinan besar

menggunakan kapital (PMTB). Sementara di sisi lain sebagian barang yang diekspor bisa pula

berupa barang kapital. Rasio ekspor terhadap PMTB dimaksudkan untuk menunjukkan

perbandingan antara nilai produk ekspor dengan nilai produk yang menjadi kapital (PMTB).

Tabel 21. Rasio Ekspor terhadap PMTB (ADHB) Tahun 2013—2017

Uraian 2013 2014 2015 2016* 2017**

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Ekspor (ADHB) 41.543,52 51.704,12 41.630,33 32.930,90 42.444,55

(Miliar Rp)

Total PMTB (ADHB) 10.193,50 11.134,36 13.116,11 13.991,27 15.472,55

(Miliar Rp)

Rasio Ekspor terhadap PMTB 4,08 4,64 3,17 2,35 2,74

* Angka Sementara

** Angka sangat sementara

Selama tahun 2013 – 2017 ekspor mempunyai nilai yang lebih tinggi dari PMTB, bahkan

sempat mencapai lebih dari 4 kali lipat pada tahun 2013 dan 2014. Rasio ini kemudian menurun di

tahun 2015 dan 2016, hingga mencapai 2,35 kemudian meningkat lagi di tahun 2017 menjadi 2,74.

https:

//pap

uabar

at.b

ps.go.id

Page 62: Gross Regional Domestic Product by Expenditure · kajian ekspor dan impor dan sebagainya. ... Luar Negeri, serta Ekspor Neto Antar Daerah (ekspor antar daerah dikurangi dengan impor

Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2013-2017

51

Hal ini terjadi seiring menurunnya nilai ekspor pada tahun 2015 dan 2016 dan meningkat kembali

pada tahun 2017.

4.6 PERBANDINGAN PDRB TERHADAP IMPOR

Rasio ini memberikan gambaran tentang perbandingan antara produk yang dihasilkan di

wilayah ekonomi domestik (PDRB) dengan produk yang berasal dari impor baik dari luar negeri

maupun luar provinsi di dalam negeri. Selain itu data tersebut menjelaskan tentang ketergantungan

PDRB terhadap produk yang dihasilkan oleh daerah lain. Jika rasionya kecil berarti ketergantungan

akan impor semakin tinggi, dan sebaliknya.

Tabel 22. Rasio PDRB terhadap Impor Provinsi Papua Barat Tahun 2013—2017

Uraian 2013 2014 2015 2016* 2017**

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

PDRB (ADHB) 52.997,66 58.180,96 62.888,03 66.631,08 71.788,56

(Miliar Rp)

Total Impor (ADHB) 21.696,01 30.031,98 23.318,96 17.102,85 27.299,38

(Miliar Rp)

Rasio PDRB terhadap Impor 2,44 1,94 2,70 3,90 2,63

* Angka Sementara ** Angka sangat sementara

Rasio PDRB terhadap impor tahun 2013 tercatat sebesar 2,44. Rasio kemudian turun pada

tahun berikutnya yaitu menjadi 1,94 (2014) dan meningkat pada tahun 2015 dan 2016, berturut-turut

sebesar 2,70 dan 3,90. Pada tahun 2017 rasio PDRB terhadap impor turun kembali menjadi 2,63.

Rasio tertinggi dalam periode 5 tahun terakhir terjadi pada tahun 2016 (3,90), lebih disebabkan

peningkatan PDRB, sedangkan nilai impor justru menurun. Peningkatan rasio menunjukkan

berkurangnya ketergantungan PDRB terhadap produk impor yang bersifat positif terhadap

perekonomian.

4.7 KESEIMBANGAN TOTAL PENYEDIAAN DAN TOTAL PERMINTAAN

Rasio ini dapat menunjukkan seberapa jauh ketergantungan ekonomi suatu daerah oleh

produk yang berasal dari impor. Ketergantungan (ketidakseimbangan) tersebut dapat dilihat

melalui keseimbangan antara total penyediaan (supply) dengan total permintaan akhir (demand).

https:

//pap

uabar

at.b

ps.go.id

Page 63: Gross Regional Domestic Product by Expenditure · kajian ekspor dan impor dan sebagainya. ... Luar Negeri, serta Ekspor Neto Antar Daerah (ekspor antar daerah dikurangi dengan impor

Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2013-2017

52

Tabel 23. Sisi Keseimbangan Penyediaan dan Permintaan Provinsi Papua Barat, 2013—2017

Uraian 2013 2014 2015 2016* 2017**

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Total Penyediaan

PDRB (ADHB) (Miliar Rp) 52.997,66 58.180,96 62.888,03 66.631,08 71.788,56

(%) 70,95 65,96 72,95 79,57 72,45

Total nilai Impor ADHB (Miliar Rp) 21.696,01 30.031,98 23.318,96 17.102,85 27.299,38

(%) 29,05 34,04 27,05 20,43 27,55

Total Permintaan Akhir (Miliar Rp) 74.693,67 88.212,94 86.206,99 83.733,93 99.087,94

(%) 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

* Angka Sementara ** Angka sangat sementara

Dari tabel tersebut diatas, dapat dilihat bahwa untuk memenuhi permintaan akhir domestik,

sebagian produk masih harus didatangkan dari luar dareah, dengan rentang 20 s.d 34 persen.

Dengan kata lain, kebutuhan masyarakat baru bisa dipenuhi sekitar 70 persen dari selisih hasil

produksi domestik. Dalam kurun waktu tersebut, tendensi permintaan (akhir) masyarakat terus

meningkat setiap tahunnya, dari 74.693,67 miliar rupiah (2012) menjadi sebesar 88.212,94 miliar

rupiah (2014) tetapi sedikit menurun menjadi 86.206,99 miliar rupiah (2015) dan pada tahun 2016

menjadi 83.731,18 miliar rupiah. Permintaan akhir naik cukup signifikan pada tahun 2017 menjadi

sebesar 99.087,94 miliar rupiah.

Di sisi lain, “penyediaan” produk barang dan jasa yang mampu dihasilkan oleh ekonomi

domestik selalu meningkat dari tahun ke tahun dalam periode 2013 hingga 2017. Karena produk

domestik tidak mampu mencukupi seluruh kebutuhan permintaan, maka berbagai produk barang

dan jasa yang tidak dapat dipenuhi sendiri diimpor, dengan nilai masing-masing tahun sebesar

21.696,01 miliar rupiah (2013); dan 30.031,98 miliar rupiah (2014), 23.318,96 miliar rupiah (2015);

17.102,85miliar rupiah (2016); dan 27.299,38 miliar rupiah (2017).

4.8 NERACA PERDAGANGAN (TRADE BALANCE)

Transaksi devisa yang berasal dari perdagangan barang dan jasa dengan pihak luar negeri

(non-residen) dapat dilihat melalui neraca perdagangan. Secara konsep, selisih antara nilai ekspor

dan nilai impor disebut sebagai “Ekspor Neto”, apabila nilai ekspor lebih besar dari nilai impor,

maka terjadi surplus, dan sebaliknya yang terjadi adalah defisit. Dilihat dari arus uang yang masuk

atau keluar, apabila tingkat keseimbangan dalam posisi surplus, maka terjadi aliran devisa masuk,

sebaliknya kalau posisinya defisit maka terjadi aliran devisa keluar. Dalam hal ini dapat dijelaskan

bahwa kekuatan ekonomi suatu wilayah di antaranya ditentukan oleh proses tersebut.

https:

//pap

uabar

at.b

ps.go.id

Page 64: Gross Regional Domestic Product by Expenditure · kajian ekspor dan impor dan sebagainya. ... Luar Negeri, serta Ekspor Neto Antar Daerah (ekspor antar daerah dikurangi dengan impor

Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2013-2017

53

Selain gambaran posisi neraca perdagangan, dapat juga dilihat perbandingan (rasio) antara

nilai ekspor terhadap impor, meskipun hanya berlaku secara total. Namun rasio tersebut tidak dapat

merefleksikan perbandingan menurut jenis komoditas, harga maupun kuantum. Apabila rasio lebih

besar dari 1 (satu) maka nilai ekspor lebih tinggi daripada nilai impor, sebaliknya apabila rasio

kurang dari 1 (satu) berarti nilai impor lebih tinggi dari pada nilai ekspor. Besar kecilnya ekspor

atau impor suatu negara sangat tergantung kepada kondisi ekonomi serta kebutuhan

masyarakatnya.

Tabel 24. Neraca Perdagangan Barang dan Jasa, Provinsi Papua Barat, 2013—2017

Uraian 2013 2014 2015 2016* 2017**

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Nilai Ekspor (ADHB) (Miliar Rp)

41.543,52 51.704,12 41.630,33 32.930,90 42.444,55

Nilai Impor (ADHB) (Miliar Rp) 21.696,01 30.031,98 23.318,96 17.102,85 27.299,38

Net ekspor (X – M) (Miliar Rp) 19.847,51 21.672,14 18.311,36 15.828,04 15.145,17

Rasio ekspor thdp Impor 1,91 1,72 1,79 1,93 1,55

* Angka Sementara

** Angka sangat sementara

Selama periode 2013 - 2017, posisi perdagangan barang dan jasa provinsi Papua Barat

dengan luar negeri dan antar provinsi, selalu menunjukkan nilai positif. Hal ini menunjukkan

neraca perdagangan barang dan jasa provinsi Papua Barat selalu dalam posisi surplus. Nilai ekspor

yang lebih besar dari impor menyebabkan adanya aliran devisa masuk, yang dalam konteks lain

disebut sebagai “tabungan luar negeri”. Surplus perdagangan Provinsi Papua Barat yang terjadi

antara tahun 2013 sampai dengan 2017 tercatat masing-masing sebesar 19.847,51 miliar rupiah (2013)

dan 21.672,14 miliar rupiah (2014), 18.311,36 miliar rupiah (2015), 15.828,04 miliar rupiah (2016), dan

15.145,17 miliar rupiah (2017).

Nilai ekspor yang selalu lebih besar daripada nilai impor, berimplikasi kepada rasio ekspor

terhadap impor bernilai lebih dari nilai 1. Nilai rasio ini berkisar antara nilai 1,55 hingga 1,93 dalam

periode 2013-2017. Rasio ekspor terhadap impor yang terbesar terjadi pada tahun 2016, yakni

mencapai 1,93.

4.9 RASIO PERDAGANGAN INTERNASIONAL (RPI)

Rasio ini menunjukkan perbandingan aktivitas perdagangan internasional dari suatu

wilayah, apakah didominasi oleh ekspor atau impor luar negeri (LN). Formulasinya diperoleh

dengan menghitung selisih antara ekspor LN dikurangi impor LN dibagi dengan jumlah ekspor LN

https:

//pap

uabar

at.b

ps.go.id

Page 65: Gross Regional Domestic Product by Expenditure · kajian ekspor dan impor dan sebagainya. ... Luar Negeri, serta Ekspor Neto Antar Daerah (ekspor antar daerah dikurangi dengan impor

Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2013-2017

54

dan impor LN. Koefisien RPI berkisar antara -1 s.d + 1 ( - 1 < RPI < +1 ). Jika RPI berkisar antara

minus 1, maka perdagangan internasional didominasi oleh impor, sedangkan apabila berkisar

antara positif 1, maka perdagangan internasional didominasi oleh transaksi ekspor.

Tabel 25. Rasio Perdagangan Internasional, Provinsi Papua Barat, 2013 - 2017

Uraian 2013 2014 2015 2016* 2017**

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Nilai Ekspor LN, ADHB (X) (Miliar Rp)

36.886,71 45.855,82 36.428,40 23.355,46 26.289,32

Nilai Impor LN, ADHB (M) 748,41 776,33 732,83 1546,42 1290,13

(Miliar Rp)

(X – M) 36.138,30 45.079,49 35.695,57 21.809,04 24.999,18

(Miliar Rp)

(X +M) 37.635,12 46.632,14 37.161,23 24.901,88 27.579,45

(Miliar Rp)

R P I 0,96 0,97 0,96 0,88 0,91

* Angka Sementara ** Angka sangat sementara

Data pada tabel diatas menunjukkan bahwa pada periode tahun 2013-2017, posisi ekspor

selalu lebih tinggi dari impor karena bernilai postif dan mendekati 1. Nilai ekspor luar negeri pada

periode tersebut terus meningkat dari 36.886,71 miliar rupiah pada tahun 2013 menjadi 36.428,40

miliar rupiah pada tahun 2015 tetapi menurun pada tahun 2016 menjadi 23.355,46 miliar rupiah dan

meningkat kembali di tahun 2017 menjadi 26.289,32 miliar rupiah.

Dengan nilai Rasio Perdagangan Internasional Provinsi Papua Barat pada periode 2013-2017

yang bernilai positif dan mendekati nilai 1, hal ini mengindikasi bahwa perdagangan internasional

Papua Barat selalu didominasi oleh kegiatan ekspor, dengan rasio yang sangat tinggi yaitu berkisar

antara 0,88 sampai dengan 0,97. Dengan kata lain, menunjukkan ekspor luar negeri sangat dominan,

sementara impor luar negeri dalam bentuk barang dan jasa hanya sebagian kecil.

4.10 INCREMENTAL CAPITAL OUTPUT RATIO (ICOR)

”ICOR” merupakan parameter ekonomi makro yang menggambarkan rasio investasi

kapital/modal terhadap hasil yang diperoleh (output) dengan menggunakan investasi tersebut.

ICOR juga bisa diartikan sebagai dampak penambahan kapital terhadap penambahan sejumlah

output (keluaran).

Kapital diartikan sebagai barang modal fisik yang dibuat oleh manusia dari sumber daya

alam, untuk digunakan secara terus menerus dan berulang dalam proses produksi. Sedangkan

https:

//pap

uabar

at.b

ps.go.id

Page 66: Gross Regional Domestic Product by Expenditure · kajian ekspor dan impor dan sebagainya. ... Luar Negeri, serta Ekspor Neto Antar Daerah (ekspor antar daerah dikurangi dengan impor

Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2013-2017

55

output adalah besarnya nilai keluaran dari suatu proses ekonomi (produksi) yang dalam hal ini

digambarkan melalui parameter ”Nilai Tambah”.

Dengan menggunakan rasio ini, maka ICOR mampu menjelaskan perbandingan antara

penambahan kapital terhadap output atau yang diartikan juga bahwa setiap pertambahan satu unit

nilai output (keluaran) akan membutuhkan penambahan kapital sebanyak ”K” unit. Formula :

1

tt

t

YY

I

Y

I

Y

KICOR

Di mana: tI = PMTB tahun ke t

tY = Output tahun ke t

1tY = Output tahun ke t-1

Tabel 26. Incremental Capital Output Ratio, Provinsi Papua Barat, 2013 – 2017

Uraian 2013 2014 2015 2016* 2017**

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

PDRB (ADHK 2010) 47.694,23 50.259,91 52.346,49 54.711,28 56.906,82

(miliar rupiah)

Perubahan 3.270,90 2.565,67 2.086,58 2.364,80 2.195,54

(miliar rupiah)

PMTB (ADHK 2010) 9.034,86 9.020,80 10.008,94 10.472,31 10.997,87

(miliar Rp)

ICOR 2,76 3,52 4,80 4,43 5,01

* Angka Sementara ** Angka sangat sementara

Data di atas menunjukkan besaran ICOR mengalami sedikit fluktuasi dalam periode 5 tahun

terakhir. Nilai ICOR sebesar 2,76 pada tahun 2013 mengalami peningkatan pada tahun 2014 dan

2015 menjadi 4,80 dan sedikit menurun pada tahun 2016 menjadi 4,43. Pada tahun 2017, ICOR

Provinsi Papua Barat meningkat kembali dan mencapai sebesar 5,01 yang menjadi nilai ICOR

terbesar selama periode 2013-2017.

https:

//pap

uabar

at.b

ps.go.id

Page 67: Gross Regional Domestic Product by Expenditure · kajian ekspor dan impor dan sebagainya. ... Luar Negeri, serta Ekspor Neto Antar Daerah (ekspor antar daerah dikurangi dengan impor

Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2013-2017

56

BAB V

PENUTUP

https:

//pap

uabar

at.b

ps.go.id

Page 68: Gross Regional Domestic Product by Expenditure · kajian ekspor dan impor dan sebagainya. ... Luar Negeri, serta Ekspor Neto Antar Daerah (ekspor antar daerah dikurangi dengan impor

Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2013-2017

57

1. PDRB menurut pengeluaran tahun 2013 s.d 2017 dapat menggambarkan perubahan struktur

dan perkembangan kondisi ekonomi provinsi Papua Barat pada periode bersangkutan.

Analisis ekonomi dari sisi PDRB pengeluaran akan berbeda dengan analisis dari sisi

lapangan usaha (industri) yang lebih fokus pada perilaku produksi. Analisis PDRB

pengeluaran terfokus pada perilaku penggunaan barang dan jasa akhir, baik untuk tujuan

konsumsi akhir, investasi (fisik), maupun perdagangan internasional dan antar daerah.

Empat kelompok sektor atau pelaku ekonomi yang menggunakan barang dan jasa akhir

dalam suatu perekonomian adalah rumah tangga, lembaga non-profit yang melayani rumah

tangga (LNPRT), pemerintah, dan perusahaan.

2. Publikasi ini menyajikan analisis sederhana tentang perilaku konsumsi, investasi, dan

perdagangan luar negeri dan perdagangan antar daerah yang dimaksud. Analisis

didasarkan pada indikator yang diturunkan dari PDRB pengeluaran. Analisis tersebut juga

dilengkapi dengan indikator sosial demografi (seperti penduduk, rumah tangga, dan

pegawai negeri), sehingga hasil analisis yang disajikan menjadi lebih informatif.

3. Data dapat disajikan dalam bentuk series data dari tahun 2013 s.d 2017, sehingga mudah di

dalam menggambarkan perubahan atau kecenderungan yang terjadi antar waktu. Masing-

masing parameter disajikan dalam satuan yang berbeda (rupiah, indeks, persentase, rasio,

unit, dsb) sesuai dengan tujuan analisis dan karakteristik masing-masing data.

4. Data dan indikator yang diturunkan dari sajian data PDRB menurut pengeluaran, dapat

dijadikan acuan bagi pengembangan dan perluasan indikator ekonomi makro lain seperti

pendapatan disposabel, tabungan, serta model ekonomi sederhana yang saling berkaitan

antara seluruh variabel ekonomi dan variabel yang tersedia. Bahkan secara langsung

maupun tidak langsung dapat dikaitkan dengan tampilan data ekonomi makro lain seperti

PDRB menurut lapangan usaha (industri), Tabel Input-Output, Sistem Neraca Sosial

Ekonomi (SNSE) dan bahkan Neraca Arus Dana.

5. Sebagian data tentang interaksi dengan luar negeri (external account) secara agregat disajikan

di sini, seperti ekspor dan impor, dan transfer berjalan (current tranfer) neto. Transaksi

eksternal ini menggambarkan seberapa jauh ketergantungan ekonomi Provinsi Papua Barat

terhadap ekonomi negara lain (rest of the world).

https:

//pap

uabar

at.b

ps.go.id

Page 69: Gross Regional Domestic Product by Expenditure · kajian ekspor dan impor dan sebagainya. ... Luar Negeri, serta Ekspor Neto Antar Daerah (ekspor antar daerah dikurangi dengan impor

Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2013-2017

58

LAMPIRAN

https:

//pap

uabar

at.b

ps.go.id

Page 70: Gross Regional Domestic Product by Expenditure · kajian ekspor dan impor dan sebagainya. ... Luar Negeri, serta Ekspor Neto Antar Daerah (ekspor antar daerah dikurangi dengan impor

Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2013-2017

59

Lampiran 1. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Pengeluaran, Provinsi Papua Barat

(Juta Rp)

Komponen Pengeluaran 2013 2014 2015 2016* 2017**

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (1.a. s/d 1.g.) 13.375.761 14.716.999 16.573.309 18.549.038 20.483.626

1.a. Makanan, Minuman, dan Rokok 7.199.275 7.760.628 8.701.618 10.014.229 11.097.186

1.b. Pakaian dan Alas Kaki 269.865 298.416 329.659 345.414 359.910

1.c. Perumahan, Perkakas, Perlengkapan dan

ereiiPenyelenggaraan Rumah Tangga1.419.533 1.702.374 1.887.897 2.087.533 2.257.496

1.d. Kesehatan dan Pendidikan 752.939 818.355 927.258 1.010.313 1.128.843

1.e. Transportasi, Komunikasi, Rekreasi, dan Budaya 2.336.201 2.532.676 2.945.375 3.263.656 3.682.418

1.f. Hotel dan Restoran 582.793 653.242 758.863 775.089 851.038

1.g. Lainnya 815.156 951.308 1.022.637 1.052.805 1.106.735

2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 450.181 556.121 584.362 654.263 746.421

3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (3.a. + 3.b.) 10.296.201 11.594.724 12.982.663 14.761.784 16.006.442

3.a. Konsumsi Kolektif 8.111.634 9.188.140 10.292.558 11.770.623 12.883.856

3.b. Konsumsi Individu 2.184.567 2.406.584 2.690.105 2.991.161 3.122.586

4. Pembentukan Modal Tetap Bruto (4.a. + 4.b.) 10.193.499 11.134.357 13.116.111 13.991.265 15.472.554

4.a. Bangunan 7.692.723 8.226.847 9.728.274 10.659.743 11.584.945

4.b. Non-Bangunan 2.500.776 2.907.511 3.387.836 3.331.522 3.887.609

5. Perubahan Inventori -1.165.491 -1.493.381 1.320.220 2.846.680 3.934.346

6. Ekspor Luar Negeri (6.a. + 6.b.) 36.886.706 45.855.816 36.428.402 23.355.461 26.289.317

6.a. Barang 36.818.965 45.784.827 36.338.094 23.266.063 26.196.678

6.b. Jasa 67.741 70.990 90.307 89.398 92.640

7. Impor Luar Negeri (7.a. + 7.b.) 748.410 776.325 732.829 1.546.423 1.290.132

7.a. Barang 330.300 331.216 178.578 869.298 759.326

7.b. Jasa 418.110 445.109 554.251 677.125 530.806

8. Net Ekspor Antar Daerah (8.a. - 8.b.) -16.290.789 -23.407.348 -17.384.208 -5.980.994 -9.854.018

8.a. Ekspor 4.656.810 5.848.304 5.201.925 9.575.437 16.155.233

8.b. Impor 20.947.599 29.255.651 22.586.133 15.556.431 26.009.251

PDRB (1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 - 7 + 8) 52.997.659 58.180.964 62.888.030 66.631.076 71.788.556

*Angka sementara

** Angka sangat sementara

https:

//pap

uabar

at.b

ps.go.id

Page 71: Gross Regional Domestic Product by Expenditure · kajian ekspor dan impor dan sebagainya. ... Luar Negeri, serta Ekspor Neto Antar Daerah (ekspor antar daerah dikurangi dengan impor

Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2013-2017

60

Lampiran 2. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Pengeluaran, Provinsi Papua Barat

(Juta Rp)

Komponen Pengeluaran 2013 2014 2015 2016* 2017**

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (1.a. s/d 1.g.) 11.896.504 12.696.223 13.413.479 14.312.318 15.264.464

1.a. Makanan, Minuman, dan Rokok 6.210.236 6.535.587 6.785.814 7.313.703 7.807.977

1.b. Pakaian dan Alas Kaki 260.273 283.087 307.392 315.568 325.219

1.c. Perumahan, Perkakas, Perlengkapan dan

ereiiPenyelenggaraan Rumah Tangga1.322.781 1.438.080 1.497.794 1.595.736 1.651.939

1.d. Kesehatan dan Pendidikan 670.368 725.608 777.270 817.100 860.714

1.e. Transportasi, Komunikasi, Rekreasi, dan Budaya 2.090.215 2.270.329 2.511.849 2.705.055 2.965.511

1.f. Hotel dan Restoran 534.479 559.122 586.147 579.778 621.338

1.g. Lainnya 808.152 884.410 947.213 985.378 1.031.766

2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 385.939 449.426 442.625 464.520 521.098

3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (3.a. + 3.b.) 8.558.126 8.791.446 9.174.898 9.535.529 10.010.131

3.a. Konsumsi Kolektif 6.776.523 6.972.948 7.278.050 7.568.453 8.026.867

3.b. Konsumsi Individu 1.781.603 1.818.499 1.896.848 1.967.077 1.983.264

4. Pembentukan Modal Tetap Bruto (4.a. + 4.b.) 9.034.860 9.020.799 10.008.944 10.472.305 10.997.873

4.a. Bangunan 6.695.946 6.663.814 7.456.456 8.029.499 8.466.773

4.b. Non-Bangunan 2.338.914 2.356.985 2.552.488 2.442.806 2.531.100

5. Perubahan Inventori -1.079.473 -1.369.361 961.255 1.929.564 3.075.896

6. Ekspor Luar Negeri (6.a. + 6.b.) 26.238.641 30.710.167 35.728.089 30.274.095 28.211.984

6.a. Barang 26.183.434 30.659.219 35.670.162 30.216.995 28.152.998

6.b. Jasa 55.207 50.948 57.927 57.100 58.986

7. Impor Luar Negeri (7.a. + 7.b.) 623.009 590.162 499.428 1.118.481 1.009.571

7.a. Barang 283.637 277.215 137.308 661.158 651.519

7.b. Jasa 339.373 312.948 362.119 457.323 358.052

8. Net Ekspor Antar Daerah (8.a. - 8.b.) -6.717.353 -9.448.630 -16.883.376 -11.158.568 -10.165.053

8.a. Ekspor 3.943.714 4.624.248 4.710.297 9.172.203 14.386.677

8.b. Impor 10.661.067 14.072.878 21.593.672 20.330.771 24.551.730

PDRB (1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 - 7 + 8) 47.694.235 50.259.908 52.346.486 54.711.282 56.906.822

*Angka sementara

** Angka sangat sementara

https:

//pap

uabar

at.b

ps.go.id

Page 72: Gross Regional Domestic Product by Expenditure · kajian ekspor dan impor dan sebagainya. ... Luar Negeri, serta Ekspor Neto Antar Daerah (ekspor antar daerah dikurangi dengan impor

Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2013-2017

61

Lampiran 3. Distribusi Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Pengeluaran, Provinsi Papua Barat

(Persen)

Komponen Pengeluaran 2013 2014 2015 2016* 2017**

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (1.a. s/d 1.g.) 25,24 25,30 26,35 27,84 28,53

1.a. Makanan, Minuman, dan Rokok 13,58 13,34 13,84 15,03 15,46

1.b. Pakaian dan Alas Kaki 0,51 0,51 0,52 0,52 0,50

1.c. Perumahan, Perkakas, Perlengkapan dan

ereiiPenyelenggaraan Rumah Tangga2,68 2,93 3,00 3,13 3,14

1.d. Kesehatan dan Pendidikan 1,42 1,41 1,47 1,52 1,57

1.e. Transportasi, Komunikasi, Rekreasi, dan Budaya 4,41 4,35 4,68 4,90 5,13

1.f. Hotel dan Restoran 1,10 1,12 1,21 1,16 1,19

1.g. Lainnya 1,54 1,64 1,63 1,58 1,54

2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 0,85 0,96 0,93 0,98 1,04

3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (3.a. + 3.b.) 19,43 19,93 20,64 22,15 22,30

3.a. Konsumsi Kolektif 15,31 15,79 16,37 17,67 17,95

3.b. Konsumsi Individu 4,12 4,14 4,28 4,49 4,35

4. Pembentukan Modal Tetap Bruto (4.a. + 4.b.) 19,23 19,14 20,86 21,00 21,55

4.a. Bangunan 14,52 14,14 15,47 16,00 16,14

4.b. Non-Bangunan 4,72 5,00 5,39 5,00 5,42

5. Perubahan Inventori -2,20 -2,57 2,10 4,27 5,48

6. Ekspor Luar Negeri (6.a. + 6.b.) 69,60 78,82 57,93 35,05 36,62

6.a. Barang 69,47 78,69 57,78 34,92 36,49

6.b. Jasa 0,13 0,12 0,14 0,13 0,13

7. Impor Luar Negeri (7.a. + 7.b.) 1,41 1,33 1,17 2,32 1,80

7.a. Barang 0,62 0,57 0,28 1,30 1,06

7.b. Jasa 0,79 0,77 0,88 1,02 0,74

8. Net Ekspor Antar Daerah (8.a. - 8.b.) -30,74 -40,23 -27,64 -8,98 -13,73

8.a. Ekspor 8,79 10,05 8,27 14,37 22,50

8.b. Impor 39,53 50,28 35,91 23,35 36,23

PDRB (1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 - 7 + 8) 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

*Angka sementara

** Angka sangat sementara

https:

//pap

uabar

at.b

ps.go.id

Page 73: Gross Regional Domestic Product by Expenditure · kajian ekspor dan impor dan sebagainya. ... Luar Negeri, serta Ekspor Neto Antar Daerah (ekspor antar daerah dikurangi dengan impor

Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2013-2017

62

Provinsi Papua Barat (Persen)

Komponen Pengeluaran 2013 2014 2015 2016* 2017**

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (1.a. s/d 1.g.) 24,94 25,26 25,62 26,16 26,82

1.a. Makanan, Minuman, dan Rokok 13,02 13,00 12,96 13,37 13,72

1.b. Pakaian dan Alas Kaki 0,55 0,56 0,59 0,58 0,57

1.c. Perumahan, Perkakas, Perlengkapan dan

ereiiPenyelenggaraan Rumah Tangga2,77 2,86 2,86 2,92 2,90

1.d. Kesehatan dan Pendidikan 1,41 1,44 1,48 1,49 1,51

1.e. Transportasi, Komunikasi, Rekreasi, dan Budaya 4,38 4,52 4,80 4,94 5,21

1.f. Hotel dan Restoran 1,12 1,11 1,12 1,06 1,09

1.g. Lainnya 1,69 1,76 1,81 1,80 1,81

2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 0,81 0,89 0,85 0,85 0,92

3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (3.a. + 3.b.) 17,94 17,49 17,53 17,43 17,59

3.a. Konsumsi Kolektif 14,21 13,87 13,90 13,83 14,11

3.b. Konsumsi Individu 3,74 3,62 3,62 3,60 3,49

4. Pembentukan Modal Tetap Bruto (4.a. + 4.b.) 18,94 17,95 19,12 19,14 19,33

4.a. Bangunan 14,04 13,26 14,24 14,68 14,88

4.b. Non-Bangunan 4,90 4,69 4,88 4,46 4,45

5. Perubahan Inventori -2,26 -2,72 1,84 3,53 5,41

6. Ekspor Luar Negeri (6.a. + 6.b.) 55,01 61,10 68,25 55,33 49,58

6.a. Barang 54,90 61,00 68,14 55,23 49,47

6.b. Jasa 0,12 0,10 0,11 0,10 0,10

7. Impor Luar Negeri (7.a. + 7.b.) 1,31 1,17 0,95 2,04 1,77

7.a. Barang 0,59 0,55 0,26 1,21 1,14

7.b. Jasa 0,71 0,62 0,69 0,84 0,63

8. Net Ekspor Antar Daerah (8.a. - 8.b.) -14,08 -18,80 -32,25 -20,40 -17,86

8.a. Ekspor 8,27 9,20 9,00 16,76 25,28

8.b. Impor 22,35 28,00 41,25 37,16 43,14

PDRB (1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 - 7 + 8) 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

*Angka sementara

** Angka sangat sementara

Lampiran 4. Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Pengeluaran,

https:

//pap

uabar

at.b

ps.go.id

Page 74: Gross Regional Domestic Product by Expenditure · kajian ekspor dan impor dan sebagainya. ... Luar Negeri, serta Ekspor Neto Antar Daerah (ekspor antar daerah dikurangi dengan impor

Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2013-2017

63

Lampiran 5. Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Pengeluaran,

Provinsi Papua Barat (Persen)

Komponen Pengeluaran 2013 2014 2015 2016* 2017**

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (1.a. s/d 1.g.) 8,75 10,03 12,61 11,92 10,43

1.a. Makanan, Minuman, dan Rokok 9,68 7,80 12,13 15,08 10,81

1.b. Pakaian dan Alas Kaki 4,67 10,58 10,47 4,78 4,20

1.c. Perumahan, Perkakas, Perlengkapan dan

ereiiPenyelenggaraan Rumah Tangga6,15 19,92 10,90 10,57 8,14

1.d. Kesehatan dan Pendidikan 5,54 8,69 13,31 8,96 11,73

1.e. Transportasi, Komunikasi, Rekreasi, dan Budaya 11,92 8,41 16,29 10,81 12,83

1.f. Hotel dan Restoran 8,26 12,09 16,17 2,14 9,80

1.g. Lainnya 1,70 16,70 7,50 2,95 5,12

2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 16,80 23,53 5,08 11,96 14,09

3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (3.a. + 3.b.) 13,92 12,61 11,97 13,70 8,43

3.a. Konsumsi Kolektif 22,60 13,27 12,02 14,36 9,46

3.b. Konsumsi Individu -9,78 10,16 11,78 11,19 4,39

4. Pembentukan Modal Tetap Bruto (4.a. + 4.b.) 23,30 9,23 17,80 6,67 10,59

4.a. Bangunan 28,79 6,94 18,25 9,57 8,68

4.b. Non-Bangunan 8,99 16,26 16,52 -1,66 16,69

5. Perubahan Inventori - - - - -

6. Ekspor Luar Negeri (6.a. + 6.b.) 7,63 24,32 -20,56 -35,89 12,56

6.a. Barang 7,63 24,35 -20,63 -35,97 12,60

6.b. Jasa 7,04 4,80 27,21 -1,01 3,63

7. Impor Luar Negeri (7.a. + 7.b.) 52,67 3,73 -5,60 111,02 -16,57

7.a. Barang 104,51 0,28 -46,08 386,79 -12,65

7.b. Jasa 27,20 6,46 24,52 22,17 -21,61

8. Net Ekspor Antar Daerah (8.a. - 8.b.) - - - - -

8.a. Ekspor - - - - -

8.b. Impor - - - - -

PDRB (1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 - 7 + 8) 11,76 9,78 8,09 5,95 7,74

*Angka sementara

** Angka sangat sementara

https:

//pap

uabar

at.b

ps.go.id

Page 75: Gross Regional Domestic Product by Expenditure · kajian ekspor dan impor dan sebagainya. ... Luar Negeri, serta Ekspor Neto Antar Daerah (ekspor antar daerah dikurangi dengan impor

Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2013-2017

64

Lampiran 6. Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Pengeluaran,

Provinsi Papua Barat (Persen)

Komponen Pengeluaran 2013 2014 2015 2016* 2017**

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (1.a. s/d 1.g.) 3,28 6,72 5,65 6,70 6,65

1.a. Makanan, Minuman, dan Rokok 2,79 5,24 3,83 7,78 6,76

1.b. Pakaian dan Alas Kaki 3,65 8,77 8,59 2,66 3,06

1.c. Perumahan, Perkakas, Perlengkapan dan

ereiiPenyelenggaraan Rumah Tangga3,36 8,72 4,15 6,54 3,52

1.d. Kesehatan dan Pendidikan 2,61 8,24 7,12 5,12 5,34

1.e. Transportasi, Komunikasi, Rekreasi, dan Budaya 5,34 8,62 10,64 7,69 9,63

1.f. Hotel dan Restoran 4,37 4,61 4,83 -1,09 7,17

1.g. Lainnya 1,49 9,44 7,10 4,03 4,71

2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 9,01 16,45 -1,51 4,95 12,18

3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (3.a. + 3.b.) 7,55 2,73 4,36 3,93 4,98

3.a. Konsumsi Kolektif 16,07 2,90 4,38 3,99 6,06

3.b. Konsumsi Individu -15,91 2,07 4,31 3,70 0,82

4. Pembentukan Modal Tetap Bruto (4.a. + 4.b.) 18,86 -0,16 10,95 4,63 5,02

4.a. Bangunan 24,62 -0,48 11,89 7,69 5,45

4.b. Non-Bangunan 4,96 0,77 8,29 -4,30 3,61

5. Perubahan Inventori - - - - -

6. Ekspor Luar Negeri (6.a. + 6.b.) -7,06 17,04 16,34 -15,27 -6,81

6.a. Barang -7,06 17,09 16,34 -15,29 -6,83

6.b. Jasa -5,16 -7,71 13,70 -1,43 3,30

7. Impor Luar Negeri (7.a. + 7.b.) 39,16 -5,27 -15,37 123,95 -9,74

7.a. Barang 94,50 -2,26 -50,47 381,51 -1,46

7.b. Jasa 12,42 -7,79 15,71 26,29 -21,71

8. Net Ekspor Antar Daerah (8.a. - 8.b.) - - - - -

8.a. Ekspor - - - - -

8.b. Impor - - - - -

PDRB (1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 - 7 + 8) 7,36 5,38 4,15 4,52 4,01

*Angka sementara

** Angka sangat sementara

https:

//pap

uabar

at.b

ps.go.id

Page 76: Gross Regional Domestic Product by Expenditure · kajian ekspor dan impor dan sebagainya. ... Luar Negeri, serta Ekspor Neto Antar Daerah (ekspor antar daerah dikurangi dengan impor

Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2013-2017

65

Lampiran 7. Indeks Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Pengeluaran,

Provinsi Papua Barat

Komponen Pengeluaran 2013 2014 2015 2016* 2017**

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (1.a. s/d 1.g.) 122,64 134,94 151,96 170,07 187,81

1.a. Makanan, Minuman, dan Rokok 122,36 131,90 147,90 170,20 188,61

1.b. Pakaian dan Alas Kaki 114,15 126,22 139,44 146,10 152,23

1.c. Perumahan, Perkakas, Perlengkapan dan

ereiiPenyelenggaraan Rumah Tangga117,50 140,91 156,27 172,79 186,86

1.d. Kesehatan dan Pendidikan 122,84 133,51 151,28 164,83 184,17

1.e. Transportasi, Komunikasi, Rekreasi, dan Budaya 129,58 140,48 163,37 181,03 204,26

1.f. Hotel dan Restoran 123,03 137,90 160,20 163,62 179,65

1.g. Lainnya 118,31 138,07 148,42 152,80 160,63

2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 140,72 173,84 182,66 204,51 233,32

3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (3.a. + 3.b.) 151,82 170,97 191,44 217,67 236,02

3.a. Konsumsi Kolektif 165,91 187,93 210,52 240,75 263,52

3.b. Konsumsi Individu 115,43 127,16 142,14 158,05 164,99

4. Pembentukan Modal Tetap Bruto (4.a. + 4.b.) 148,74 162,47 191,38 204,15 225,77

4.a. Bangunan 152,99 163,62 193,48 212,00 230,40

4.b. Non-Bangunan 137,01 159,30 185,61 182,53 212,99

5. Perubahan Inventori -43,09 -55,22 48,81 105,26 145,47

6. Ekspor Luar Negeri (6.a. + 6.b.) 238,40 296,37 235,44 150,95 169,91

6.a. Barang 238,64 296,75 235,52 150,80 169,79

6.b. Jasa 154,97 162,40 206,59 204,51 211,93

7. Impor Luar Negeri (7.a. + 7.b.) 86,79 90,03 84,99 179,34 149,62

7.a. Barang 59,58 59,74 32,21 156,79 136,96

7.b. Jasa 135,80 144,57 180,02 219,93 172,41

8. Net Ekspor Antar Daerah (8.a. - 8.b.) 1.999,86 2.873,50 2.134,09 734,23 1.209,68

8.a. Ekspor 29,00 36,42 32,40 59,63 100,61

8.b. Impor 124,16 173,40 133,87 92,20 154,16

PDRB (1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 - 7 + 8) 128,13 140,66 152,04 161,09 173,56

*Angka sementara

** Angka sangat sementara

https:

//pap

uabar

at.b

ps.go.id

Page 77: Gross Regional Domestic Product by Expenditure · kajian ekspor dan impor dan sebagainya. ... Luar Negeri, serta Ekspor Neto Antar Daerah (ekspor antar daerah dikurangi dengan impor

Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2013-2017

66

Lampiran 8. Indeks Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Pengeluaran,

Provinsi Papua Barat

Komponen Pengeluaran 2013 2014 2015 2016* 2017**

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (1.a. s/d 1.g.) 109,08 116,41 122,98 131,23 139,96

1.a. Makanan, Minuman, dan Rokok 105,55 111,08 115,33 124,31 132,71

1.b. Pakaian dan Alas Kaki 110,09 119,74 130,02 133,48 137,56

1.c. Perumahan, Perkakas, Perlengkapan dan

ereiiPenyelenggaraan Rumah Tangga109,49 119,03 123,98 132,08 136,74

1.d. Kesehatan dan Pendidikan 109,37 118,38 126,81 133,31 140,43

1.e. Transportasi, Komunikasi, Rekreasi, dan Budaya 115,94 125,93 139,33 150,04 164,49

1.f. Hotel dan Restoran 112,83 118,03 123,74 122,39 131,16

1.g. Lainnya 117,29 128,36 137,47 143,01 149,75

2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 120,64 140,48 138,36 145,20 162,89

3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (3.a. + 3.b.) 126,19 129,63 135,29 140,61 147,60

3.a. Konsumsi Kolektif 138,60 142,62 148,86 154,80 164,18

3.b. Konsumsi Individu 94,14 96,09 100,23 103,94 104,79

4. Pembentukan Modal Tetap Bruto (4.a. + 4.b.) 131,83 131,63 146,05 152,81 160,48

4.a. Bangunan 133,17 132,53 148,30 159,69 168,39

4.b. Non-Bangunan 128,14 129,13 139,85 133,84 138,67

5. Perubahan Inventori -39,91 -50,63 35,54 71,35 113,73

6. Ekspor Luar Negeri (6.a. + 6.b.) 169,58 198,48 230,92 195,67 182,34

6.a. Barang 169,71 198,72 231,19 195,85 182,47

6.b. Jasa 126,30 116,55 132,52 130,63 134,94

7. Impor Luar Negeri (7.a. + 7.b.) 72,25 68,44 57,92 129,71 117,08

7.a. Barang 51,16 50,00 24,77 119,25 117,51

7.b. Jasa 110,23 101,65 117,62 148,54 116,30

8. Net Ekspor Antar Daerah (8.a. - 8.b.) 824,63 1.159,92 2.072,61 1.369,83 1.247,87

8.a. Ekspor 24,56 28,80 29,33 57,12 89,60

8.b. Impor 63,19 83,41 127,99 120,50 145,52

PDRB (1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 - 7 + 8) 115,31 121,51 126,56 132,28 137,58

*Angka sementara

** Angka sangat sementara

https:

//pap

uabar

at.b

ps.go.id

Page 78: Gross Regional Domestic Product by Expenditure · kajian ekspor dan impor dan sebagainya. ... Luar Negeri, serta Ekspor Neto Antar Daerah (ekspor antar daerah dikurangi dengan impor

Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2013-2017

67

Lampiran 9. Indeks Harga Implisit Produk Domestik Regional Bruto (2010=100) Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat

Komponen Pengeluaran 2013 2014 2015 2016* 2017**

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (1.a. s/d 1.g.) 112,43 115,92 123,56 129,60 134,19

1.a. Makanan, Minuman, dan Rokok 115,93 118,74 128,23 136,92 142,13

1.b. Pakaian dan Alas Kaki 103,69 105,41 107,24 109,46 110,67

1.c. Perumahan, Perkakas, Perlengkapan dan

ereiiPenyelenggaraan Rumah Tangga107,31 118,38 126,05 130,82 136,66

1.d. Kesehatan dan Pendidikan 112,32 112,78 119,30 123,65 131,15

1.e. Transportasi, Komunikasi, Rekreasi, dan Budaya 111,77 111,56 117,26 120,65 124,17

1.f. Hotel dan Restoran 109,04 116,83 129,47 133,69 136,97

1.g. Lainnya 100,87 107,56 107,96 106,84 107,27

2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 116,65 123,74 132,02 140,85 143,24

3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (3.a. + 3.b.) 120,31 131,89 141,50 154,81 159,90

3.a. Konsumsi Kolektif 119,70 131,77 141,42 155,52 160,51

3.b. Konsumsi Individu 122,62 132,34 141,82 152,06 157,45

4. Pembentukan Modal Tetap Bruto (4.a. + 4.b.) 112,82 123,43 131,04 133,60 140,69

4.a. Bangunan 114,89 123,46 130,47 132,76 136,83

4.b. Non-Bangunan 106,92 123,36 132,73 136,38 153,59

5. Perubahan Inventori 107,97 109,06 137,34 147,53 127,91

6. Ekspor Luar Negeri (6.a. + 6.b.) 140,58 149,32 101,96 77,15 93,18

6.a. Barang 140,62 149,33 101,87 77,00 93,05

6.b. Jasa 122,70 139,34 155,90 156,56 157,05

7. Impor Luar Negeri (7.a. + 7.b.) 120,13 131,54 146,73 138,26 127,79

7.a. Barang 116,45 119,48 130,06 131,48 116,55

7.b. Jasa 123,20 142,23 153,06 148,06 148,25

8. Net Ekspor Antar Daerah (8.a. - 8.b.) 242,52 247,73 102,97 53,60 96,94

8.a. Ekspor 118,08 126,47 110,44 104,40 112,29

8.b. Impor 196,49 207,89 104,60 76,52 105,94

PDRB (1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 - 7 + 8) 111,12 115,76 120,14 121,79 126,15

*Angka sementara

** Angka sangat sementara

https:

//pap

uabar

at.b

ps.go.id

Page 79: Gross Regional Domestic Product by Expenditure · kajian ekspor dan impor dan sebagainya. ... Luar Negeri, serta Ekspor Neto Antar Daerah (ekspor antar daerah dikurangi dengan impor

Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2013-2017

68

Lampiran 10. Laju Pertumbuhan Indeks Harga Implisit Produk Domestik Regional Bruto (2010=100) Menurut Pengeluaran,

Provinsi Papua Barat (Persen)

Komponen Pengeluaran 2013 2014 2015 2016* 2017**

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (1.a. s/d 1.g.) 5,30 3,10 6,59 4,89 3,54

1.a. Makanan, Minuman, dan Rokok 6,71 2,43 7,99 6,78 3,80

1.b. Pakaian dan Alas Kaki 0,98 1,67 1,74 2,06 1,10

1.c. Perumahan, Perkakas, Perlengkapan dan

ereiiPenyelenggaraan Rumah Tangga2,70 10,31 6,48 3,79 4,46

1.d. Kesehatan dan Pendidikan 2,85 0,41 5,78 3,65 6,07

1.e. Transportasi, Komunikasi, Rekreasi, dan Budaya 6,25 -0,19 5,11 2,89 2,92

1.f. Hotel dan Restoran 3,72 7,15 10,81 3,26 2,45

1.g. Lainnya 0,20 6,64 0,37 -1,04 0,40

2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 7,14 6,08 6,69 6,68 1,70

3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (3.a. + 3.b.) 5,92 9,62 7,29 9,40 3,29

3.a. Konsumsi Kolektif 5,63 10,08 7,32 9,97 3,21

3.b. Konsumsi Individu 7,28 7,93 7,16 7,22 3,54

4. Pembentukan Modal Tetap Bruto (4.a. + 4.b.) 3,74 9,40 6,17 1,95 5,30

4.a. Bangunan 3,35 7,46 5,68 1,75 3,07

4.b. Non-Bangunan 3,84 15,37 7,60 2,75 12,62

5. Perubahan Inventori -9,20 1,01 25,94 7,42 -13,30

6. Ekspor Luar Negeri (6.a. + 6.b.) 15,81 6,21 -31,72 -24,34 20,79

6.a. Barang 15,81 6,20 -31,78 -24,42 20,85

6.b. Jasa 12,86 13,56 11,89 0,43 0,31

7. Impor Luar Negeri (7.a. + 7.b.) 9,71 9,50 11,55 -5,77 -7,57

7.a. Barang 5,15 2,60 8,85 1,10 -11,36

7.b. Jasa 13,14 15,45 7,61 -3,26 0,13

8. Net Ekspor Antar Daerah (8.a. - 8.b.) 70,52 2,15 -58,44 -47,94 80,86

8.a. Ekspor 10,16 7,10 -12,68 -5,47 7,56

8.b. Impor 42,64 5,80 -49,69 -26,85 38,45

PDRB (1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 - 7 + 8) 4,10 4,18 3,78 1,37 3,58

*Angka sementara

** Angka sangat sementara

https:

//pap

uabar

at.b

ps.go.id

Page 80: Gross Regional Domestic Product by Expenditure · kajian ekspor dan impor dan sebagainya. ... Luar Negeri, serta Ekspor Neto Antar Daerah (ekspor antar daerah dikurangi dengan impor

Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2013-2017

69

DAFTAR PUSTAKA

https:

//pap

uabar

at.b

ps.go.id

Page 81: Gross Regional Domestic Product by Expenditure · kajian ekspor dan impor dan sebagainya. ... Luar Negeri, serta Ekspor Neto Antar Daerah (ekspor antar daerah dikurangi dengan impor

Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2013-2017

70

1. Badan Pusat Statistik, Tabel Input Output Indonesia, berbagai seri, Jakarta.

2. , Statistik Indonesia, berbagai seri, Jakarta.

3. , Incremental Capital Output Ratio Sektor Industri, 1980-1990, Jakarta.

4. , Pendapatan Nasional Indonesia, berbagai seri, Jakarta.

5. , Statistik Industri, berbagai seri, Jakarta.

6. , Statistik Listrik, Gas dan Air, berbagai seri, Jakarta.

7. , Statistik Pertambangan Migas, berbagai seri, Jakarta.

8. , Statistik Pertambangan Non Migas, berbagai seri, Jakarta.

9. , Statistik Konstruksi, berbagai seri, Jakarta.

10. Statistik Matriks Investasi Pemerintah Pusat, berbagai seri, Jakarta.

11. , Statistik Keuangan BUMN dan BUMD, 1997, Jakarta 2000.

12. , Profil Ekonomi Rumahtangga 1998, Jakarta 1999.

13. Frenken Jim, How To Measure Tangible Capital Stocks, Netherlands, 1992.

14. Host Poul, Madsen, Macroeconomic Accounts An Overview, Pamphlet Series, No. 29, Washington

DC, 1979.

15. Keuning. J. Steven, An Estimate of the Fixed Capital Stock By Industry and Types of Capital Goods in

Indonesia, Statistical Analysis Capability Program, Project Working Paper, Series No.4, Jakarta

1988.

https:

//pap

uabar

at.b

ps.go.id

Page 82: Gross Regional Domestic Product by Expenditure · kajian ekspor dan impor dan sebagainya. ... Luar Negeri, serta Ekspor Neto Antar Daerah (ekspor antar daerah dikurangi dengan impor

D A T A Mencerdaskan Bangsa http

s://p

apuab

arat

.bps.g

o.id