19
Gumuk Pasir (Sand Dune) , Morfologi hasil ukiran angin Posted on 9 Juni 2008 by Rovicky 39 Votes Gumuk Pasir atau Sand Dunemerupakan sebuah bentukan alam karena proses angin disebut sebagai bentang alam eolean (eolean morphology). Angin yang membawa pasir akan membentuk bermacam-macam bentuk dan tipe gumuk pasir. Bentang alam (morphology) ini sering dijumpai di daerah gurun. Namun menariknya walaupun Indonesia ini beriklim tropis yang banyak hujan ternayat ada juga daerah di Indonesia yang memiliki bentang alam yang unik ini. “Pakdeh sepertinya menarik untuk dipotret “ ” Ya Thole, Dongengan ini dibuat untuk Tante Ratna kawan Pakde di HESS yang telah mengabadikan keindahan pantai Parang Tritis”. Pantai Selatan Jawa. Pantai berpasir di sebelah selatan Jogjakarta hingga sebelah Selatan Kebumen satu- satunya tempat di Indonesia yang memiliki bentang alam atau memiliki topografi eolean ini. Yang sering menjadi pertanyaan adalah, “mengapa ada pasir sebanyak itu, padahal kebanyakan daerah di Indonesia ini dipenuhi dengan hutan dan pepohonan ?” Jawabannya ternyata juga unik. Dari segi geologi tentunya sulit mendapatkan daerah yang suangat kering di Indonesia ini. Lah wong daerahnya selalu terkena hujan. Walaupun banyak penggundulan hutan tetapi toh itu bukan penyebab terbentuknya daerah gurun looh. Penggundulan hutan menyebabkan longsoran dan juga banjir saja. “Lah trus terbentuknya Gurun itu bagaimana Pakdhe ? “Mengko disik, nanti dongeng setelah ini, ya” Darimana pasir-pasir itu ?

Gumuk Pasir

Embed Size (px)

Citation preview

Gumuk Pasir (Sand Dune) , Morfologi hasil ukiran   angin Posted on 9 Juni 2008 by Rovicky

     

 

39 Votes

Gumuk Pasir atau Sand Dunemerupakan sebuah bentukan

alam karena proses angin disebut sebagai bentang alam eolean (eolean morphology). Angin yang membawa

pasir akan membentuk bermacam-macam bentuk dan tipe gumuk pasir.

Bentang alam (morphology) ini sering dijumpai di daerah gurun. Namun menariknya walaupun Indonesia ini

beriklim tropis yang banyak hujan ternayat ada juga daerah di Indonesia yang memiliki bentang alam yang unik

ini. “Pakdeh sepertinya menarik untuk dipotret “

 ” Ya Thole, Dongengan ini dibuat untuk Tante Ratna kawan Pakde di HESS yang telah mengabadikan

keindahan pantai Parang Tritis”.

Pantai Selatan Jawa.Pantai berpasir di sebelah selatan Jogjakarta hingga sebelah Selatan Kebumen satu-satunya tempat di

Indonesia yang memiliki bentang alam atau memiliki topografi eolean ini.

Yang sering menjadi pertanyaan adalah, “mengapa ada pasir sebanyak itu, padahal kebanyakan daerah di

Indonesia ini dipenuhi dengan hutan dan pepohonan ?”

Jawabannya ternyata juga unik. Dari segi geologi tentunya sulit mendapatkan daerah yang suangat kering di

Indonesia ini. Lah wong daerahnya selalu terkena hujan. Walaupun banyak penggundulan hutan tetapi toh itu

bukan penyebab terbentuknya daerah gurun looh. Penggundulan hutan menyebabkan longsoran dan juga banjir

saja. “Lah trus terbentuknya Gurun itu bagaimana Pakdhe ?

 “Mengko disik, nanti dongeng setelah ini, ya”

Darimana pasir-pasir itu ?Kalau melihat peta lokasi disebelah ini, dapat dilihat

bahwa ada satu sungai utama yang besar yang menoreh bukit-bukit dan gunung-gunung dan akhirnya

membawa material dari gunung-gunung api yang masih aktif, yaitu Sungai Progo. Sungai Progo merupakan

sungai utama yang membawa hasil gerusan batubatuan volkanik yang berasal dari Gunung Merapi-Merbabu.

Juga hasil penorehan di gunung-gunung Sidoro disebelah barat laut.

Bongkahan-bongkahan serta pasir -pasir itu dibawa oleh sungai-sungai ini dari ujung puncak

gunung ,,,, nggelundung sebagai bongkah-bongkah … kemudian terbawa menjadi pecah sebagai kerikil … terus

ngglundung lagi dan pecah menjadi butiran-butiran pasir-pasir. Sebagian masih ada yang terendapkan namun

tentusaja ada yang jauuh yang terbawa arus sungai.

Coba tengok gambar sungai disebelah ini. Sumbernya berasa dari gunung disebelah utaranya. Bukit ini akhirnya

tertoreh oleh air hujan dan akhirnya dibawa ke laut dan diendapkan sebagai endapan delta di muaranya.

Secara mudah delta terbentuk karena proses-proses sungai ini. Delta merupakan tempat penumpukan material-

material yang dibawa oleh sungai. Karena di muara sungai arusnya sudah sangat lemah maka seluruh barang

bawaan sungai ini ditaruh saja di mulut sungai.

Kenapa tidak terbentuk delta di selatan Jawa ini ?Disinilah uniknya laut selatan. Kalau di Balikpapan dimana lautnya berhadapan dengan Selat Makassar yang

alun ombaknya tenang, maka disana terbentuk delta yang disebut dengan Delta Mahakam. Sedangkan di

selatan Pulau Jawa ini alun atau ombaknya sangat kuat sehingga batuan atau sedimen pasir yang barusaja

diendapkan akan terkena ombak. Oleh sebab itu karena ombaknya sangat besar, maka diselatan disekitar

muara Sungai Progo tidak ada delta yang terbentuk hal ini disebabkan semua sedimennya di acak-acak lagi oleh

gempuran laut selatan.

Jadi pasir yang sudah sampai di pinggir laut tadi tidak tertumpuk di mulut sungai tetapi disebarkan ke kiri kanan

selebar hingga 50-60 Km. Mulai dari Pantai Parang Tritis di selatan Jogja, Pantai Samas, hingga pantai Congot

di sebelah baratnya.

Nah gunung api yang ada disebelah selatan Pulau Jawa ini sangat aktif. Terutama saat ini Gunung Merapi yang

selalu mengeluarkan material berupa batu, kerikil dan pasir. Material-material pasir inilah yang menjadikan pantai

selatan ini Jogja sangat kaya dengan pasir.

Bagaimana terbentuknya gumuk-gumuk pasir yang indah ini ?

Setelah disendapkan di pinggir pantai, tentusaja air lau hanya menahannya dengan ombaknya yang sangat kuat.

Namun juga angin dari Samodera Hindia juga sangat kuat. Angin inilah yang akhirnya mendistribusikan kembali

ke utara. Angin dari laut selatan ini yang menatah dan mengukir akhirnya menjadi arsitektur-arsitektur alam di

Pantai Selatan Jogja.

Terbentuknya bukit pasirKalau gunung-gunung itu terbentuk akibat muntahan lahar dan lava. Sedangkan bukit-bukit gamping itu akibat

terangkatnya batuan-batuan ini oleh gaya tektonik, gumuk-gumuk pasir ini sedikit demi sedikit dikumpulkan dan

dibangun oleh angin. Ya oleh angin !

Angin yang berhembus cukup kuat ini akhirnya mengumpulkan pasir-pasir ini membentuk dune (gumuk pasir)

seperti disebelah ini.

Keindahan bukit ini tidak hanya bentuknya tetapi juga tekstur-tekstur permukaan yang unik akibat hembusan

angin. Banyak ragam bentukan indah ini bisa dinimati di Pantai Selatan Jogja hingga pantai selatan Kebumen

sepanjang 50-60 Km !

Sumber gambar http://www.indiana.edu/ ” Nah, sekarang gantian kita lihat bagaimana Tante Ratna mengabadikan indahnya bentuk-bentuk pasir ini

dibawah ini”

Foto ini dibuat menghadap ke Timur. Disebelah timur adalah Pegunungan Selatan. Di bukit inilah banyak

dijumpai batu gamping yang dulunya berada di dasar laut tetapi terangkat oleh gaya tektonik yang sudah

didongengkan disini :Pantai Selatan Jawa Didongkrak !

Dibawah ini dua tekstur permukaan bukit pasir yang diabadikan Ratna disini.

Pengertian

Gumuk pasir adalah gundukan bukit atau igir dari pasir yang terhembus angin. Gumuk

pasir dapat dijumpai pada daerah yang memiliki pasir sebagai material utama,

kecepatan angin tinggi untuk mengikis dan mengangkut butir-butir berukuran pasir,

dan permukaan tanah untuk tempat pengendapan pasir, biasanya terbentuk di daerah

arid (kering).

Gumuk pasir cenderung terbentuk dengan penampang tidak simetri. Jika tidak ada

stabilisasi oleh vegetasi gumuk pasir cenderung bergeser ke arah angina berhembus,

hal ini karena butir-butir pasir terhembus dari depan ke belakang gumuk. Gerakan

gumuk pasir pada umumnya kurang dari 30 meter pertahun.

Bentuk gumuk pasir bermacam-macam tergantung pada faktor-faktor jumlah dan

ukuran butir pasir, kekuatan dan arah angin, dan keadaan vegetasi. Bentuk gumuk

pasir pokok yang perlu dikenal adalah bentuk melintang (transverse), sabit (barchan),

parabola (parabolic), dan memanjang (longitudinal dune).

Secara global gumuk pasir merupakan bentuklahan bentukan asal proses angin

(aeolian). Bentuklahan bentukan asal proses ini dapat berkembang dengan baik apabila

terpenuhi persyaratan sebagai berikut :

1. Tersedia material berukuran pasir halus hingga kasar dalam jumlah yang

banyak.

2. Adanya periode kering yang panjang dan tegas.

3. Adanya angin yang mampu mengangkut dan mengendapkan bahan pasir

tersebut.

4. Gerakan angin tidak banyak terhalang oleh vegetasi maupun obyek lain.

Morfologi

Secara garis besar, ada dua tipe gumuk pasir, yaitu free dunes (terbentuk tanpa adanya suatu penghalang) dan impedeed Dunes (yang terbentuk karena adanya suatu penghalang.Beberapa tipe gumuk pasir:

Gumuk Pasir Tipe Barchan (barchanoid dunes)

Gumuk pasir ini bentuknya menyerupai bulan sabit dan terbentuk pada daerah yang tidak memiliki barrier. Besarnya kemiringan lereng daerah yang menghadap angin lebih landai dibandingkan dengan kemiringan lereng daerah yang membelakangi angin, sehingga apabila dibuat penampang melintang tidak simetri. Ketinggian gumuk pasir barchan umumnya antara 5 – 15 meter. Gumuk pasir ini merupakan perkembangan, karena proses eolin tersebut terhalangi oleh adanya beberapa tumbuhan, sehingga terbentuk gumuk pasir seperti ini dan daerah yang menghadap angin lebih landai dibandingkan dengan kemiringan lereng daerah yang membelakangi angin.

Gumuk Pasir Melintang (transverse dune)

Gumuk pasir ini terbentuk di daerah yang tidak berpenghalang dan banyak cadangan pasirnya. Bentuk gumuk pasir melintang menyerupai ombak dan tegak lurus terhadap arah angin. Awalnya, gumuk pasir ini mungkin hanya beberapa saja, kemudian karena proses eolin yang terus menerus maka terbentuklah bagian yang lain dan menjadi sebuah koloni. Gumuk pasir ini akan berkembang menjadi bulan sabit apabila pasokan pasirnya berkurang. 

Gumuk Pasir Parabolik

Gumuk pasir ini hampir sama dengan gumuk pasir barchan akan tetapi yang membedakan adalah arah angin. Gumuk pasir parabolik arahnya berhadapan dengan datangnya angin. Awalnya, mungkin gumuk pasir ini berbentuk sebuah bukit dan melintang, tetapi karena pasokan pasirnya berkurang maka gumuk pasir ini terus tergerus oleh angin sehingga membentuk sabit dengan bagian yang menghadap ke arah angin curam.

Gumuk Pasir Memanjang (linear dune)

Gumuk pasir memanjang adalah gumuk pasir yang berbentuk lurus dan sejajar satu sama lain. Arah dari gumuk pasir tersebut searah dengan gerakan angin. Gumuk pasir ini berkembang karena berubahnya arah angin dan terdapatnya celah diantara bentukan gumuk pasir awal, sehingga celah yang ada terus menerus mengalami erosi sehingga menjadi lebih lebar dan memanjang.

Gumuk Pasir Bintang (star dune)

Gumuk pasir bintang adalah gumuk pasir yang dibentuk sebagai hasil kerja angin dengan berbagai arah yang bertumbukan. Bentukan awalnya merupakan sebuah bukit dan disekelilingnya berbentuk dataran, sehingga proses eolin pertama kali akan terfokuskan pada bukit ini dengan tenaga angin yang datang dari berbagai sudut sehingga akan terbentuk bentuklahan baru seperti bintang. Bentuk seperti ini akan hilang setelah terbentuknya bentukan baru disekitarnya.

Tipe Impedeed Dunes

a) Blowout

Bentuk : Terdapat penutup lahan (misal : vegetasi) disekitar cekungan. Terbentuk karena deflasi local.

b) Echo dunes

Bagian tepi yang memanjang, terpisah dari topografi penghalang.Proses pembentukan : akumulasi pada zone perputaran aliran angin karena zone penghalang.

Aspek spatial (keruangan) Gumuk Pasir Parangtritis

Seperti telah kita ketahui sebelumnya, bahwa gumuk pasir atau sand dune adalah bentukan yang terbentuk oleh akitivitas angin (eolin). Angin yang membawa pasir dan kemudian mengendapkannya akan membentuk berbagai macam tipe bentuk gumuk pasir. Pada umumnya, gumuk pasir terbentuk pada daerah gurun, namun uniknya di Indonesia yang beriklim tropis dengan curah hujan yang tinggi memiliki bentukan gumuk pasir tersebut. Oleh karena itu, gumuk pasir yang terdapat di pantai selatan Jawa tersebut merupakan satu-satunya di Indonesia. Terbentuknya gumuk pasir di pantai selatan tersebut merupakan hasil proses yang dipengaruhi oleh angin, Gunung Merapi, Graben Bantul, Serta Sungai Opak dan Progo.

Pengaruh dari Gunung Merapi

Material yang ada pada gumuk pasir di pantai selatan Jawa berasal dari Gunung Api Merapi dan gunung gunung api aktif lain yang ada di sekitarnya. Material berupa pasir dan material piroklastik lain yang dikeluarkan oleh Gunung Merapi. Akibat proses erosi dan gerak massa bautan, material kemudian terbawa olehaliran sungai, misalnya pada  Kali Krasak, Kali Gendol, dan Kali Suci. Aliran sungai kemudian mengalirkan material tersebut hingga ke pantai selatan.

Pengaruh angin

Kekuatan angin sangat berpengaruh terhadap pembentukan gumuk pasir, karena kekuatan angin menentukan kemampuannya untuk membawa material yang berupa pasir baik melalui menggelinding (rolling), merayap, melompat, maupun terbang. Karena adanya material pasir dalam jumlah banyak serta kekuatan angin yang besar, maka pasir akan membentuk berbagai tipe gumuk pasir, baik free dunes maupun impended dunes. .Pada pantai selatan jawa, angin bertiup dari arah tenggara, hal ini menyebabkan sungai-sungai pada pantai selatan membelok ke arah kiri jika dilihat dari Samudra Hindia. Selain itu, karena arah tiupan angin tersebut, maka gumuk pasir yang terbentuk menghadap ke arah datangnya angin.

Citra daerah gumuk pasir parangtritis yang menunjukkan adanya pengaruh

angin muson tenggara. ( Sumber : wikimapia.org, 2008)

Pengaruh Sungai.

Pembentukan gumuk pasir pada pantai selatan dipengaruhi oleh adanya beberapa aliran sungai, yaitu Sungai Opak-Oyo pada bagian timur dan sungai Progo

pada bagian barat. Seperti yang telah diuraikan sebelumnya bahwa material dari Merapi terbawa oleh aliran sungai di sekitarnya, sungai-sungai tersebut kemudian menyatu membentuk orde sungai yang lebih besar hingga menyatu membentuk sungai Opak, Oyo, dan Progo. Setelah material pasir sampai ke laut, terdapat interverensi dari ombak laut sehingga material mengendap pada pantai selatan dan selanjutnya diterbangkan oleh angin. Pada pantai selatan Jawa, material tersebut tidak diendapkan pada bagian depan dari sungai yang pada akhirnya membentuk delta, hal ini disebabkan karena kuatnya arus dan gelombang laut pantai selatan serta arahnya yang berasal dari tenggara menyebabkan material terendapkan pada bagian barat sungai.

Pengaruh Graben Bantul

Zona selatan Jawa merupakan plato yang mirining ke arah selatan menuju Samudra Hindia dan di sebelah utara banyak tebing patahan. Sebagian plato ini telah banyak terkikis sehingga kehilangan bentuk platonya. Pada daerah Jawa Tengah dan DIY, sebagian daerah tersebut telah berubah menjadi dataran alluvial, Salah satunya adalah yang terjadi pada daerah bantul yang berupa graben. Graben adalah blok patahan yang mengalami penurunan diantara dua blok patahan yang naik yang disebut dengan horst. Pada bagian timur graben, terdapat Perbukitan Batur Agung, sedangkan pada bagian barat terdapat Perbukitan Manoreh.  Akibat adanya patahan tersebut, maka batuan pada zona pertemuan kedua blok tersebut menjadi lemah sehingga mudah tererosi dan pada akhirnya membentuk sungai yang disebut dengan sungai patahan yang ditemui misalnya pada Sungai Opak-Oyo.Salah satu ciri sungai patahan yang diamati adalah adanya kelurusan sungai pada sepanjang garis patahan.

(Pantai Parangtritis)

Aspek Sosio-Culture Pantai Parangtritis dan Sekitarnya

Wilayah Pantai Parangtritis meliputi pantai Parangtritis dengan panorama alam yang ditonjolkan sebagai objek utama, Pantai parangkusumo dengan penonjolan objek budaya dan religius, serta Pantai depok dengan pariwisata kuliner yang dominan. Hal ini kemudian membentuk spatial synergism dan spatial association yang sangat baik. 

Spatial synergism adalah bentuk hubungan spatial (keruangan) antara beberapa ruang atau tempat sehingga menimbulkan statu manfaat yang lebih jira dibandingkan apabila setiap ruang itu berdiri sendiri. Dalam hal ini beberapa objek wisata yang berbeda dan menjadi satu paket wisata dalam satu wilayah yang dekat menyebabkan pantai parangtritis menjadi objek wisata yang lengkap sehingga lebih menarik untuk dikunjungi. 

Spatial association adalah bentuk hubungan spatial (keruangan) antara beberapa ruang atau tempat yang saling mendukung satu sama lain. Dalam hal ini keberadaan pantai depok menjadi pendukung pariwisata parangtritis dan sebaliknya. 

Pantai parangkusumo ini dikenal sebagai wisata budaya yang terkait dengan adanya

tempat yang diyakinmi sebagai tempat bertemunya raja mataramn dengan Nyai Roro Kidul pada masa lampau. Selain itu ada pula tempat berupa makam dari Syeh Maulana Maghribi dan Syeh Belabelu yang juga menjadi tempat peziarahan. Penduduk utamanya bermatapencaharian di bidang jasa pariwisata baik perdagangan ataupun menyewakan penginapan. Permasalahan yang kemudian timbul di sini adalah maraknya praktek prostitusi.

Hidrologi kawasan ini tidak cukup baik. Meskipun relatif dangkal, tetapi karena materi pasir memeliki kemampuan meloloskan air tinggi sehingga tidak ada aliran permukaan yang dapat di manfaatkan sebagai sumber air kecuali sungai Opak. Perkembangan pariwisata yang pesat dapat saja menyebabkan banyaknya air tanah yang diambil di daerah pesisir ini sehingga dapat menyebabkan intrusi air laut. Selain itu aktivitas ini juga menyebabkan semakin banyaknya limbah baik yang berupa sampah ataupun sisa hasil konsumsi manusia lainnya.

R E L A T E D P O S T S

Sand Dune

Sand Dunes, Gumuk Pasir

Sand Dunes sering disebut dengan bukit pasir,  banyak dilihat di daerah gurun pasir atau pantai berpasir. Proses terjadinya karena erosi oleh angin (DEFLASI). Salah satu contoh yang ada di Indonesia adalah Pantai Parang Tritis. Angin laut yang menghembus ke arah pantai dengan keras akan menghantam pantai berpasir dan membawa butiran-butiran pasir, semakin jauh dari bibir pantai angin tersebut semakin lemah dan mengendapkan pasir hingga akhirnya terbentuklah gumuk pasir kalau di pantai dan sand dunes  bila terdapat di gurun pasir seperti tampak pada gambar di bawah ini:

gumuk pasir

gbr sand dunes

Sand Dune FormationSand dunes form in environments that favor the deposition of sand (Figure 10ah-3). Deposition occurs in areas where a pocket of slower moving air forms next to much faster moving air. Such pockets typically form behind obstacles like the leeward sides of slopes. As the fast air slides over the calm zone, saltating grains fall out of the air stream and accumulate on the ground surface.

Figure 10ah-3: Wind ripples on top of much larger sand dunes. Wind ripples are mini-dunes between 5 centimeters and 2 meters apart and 0.1 to 5 centimeters in height. They are created by saltation when the sand grains are of similar size and wind speed is consistent. A series of wind ripples is initiate by a single irregularity in the ground surface. This irregularity launches the grains in the air and the consistences of size and windspeed cause saltation at repeated regular intervals downwind.

Dunes first begin their life as a stationary pile of sand that forms behind some type of vertical obstacle. However, when they reach a certain size threshold continued growth may also be associated with active surface migration. In a migrating dune,

grains of sand are transported by wind from the windward to the leeward side and begin accumulating just over the crest (Figure 10ah-4). When the upper leeward slope reaches an angle of about 30 to 34 degrees the accumulating pile becomes unstable, and small avalanches begin to occur, moving sand to the lower part of the leeward slope. As a result of this process, the dune migrates over the ground as sand is eroded from one side and deposited on the other. This process also causes the appearance of the dune to take on a wave shape. Active movement of sand particles across the dune causes windward slope to become shallow, while the leeward slope maintains a steep slope or slip-face.Figure 10ah-4: The following graphic animates the formation and movement of a sand dune. Sand dunes begin when a ground obstruction influences the areodynamic movement of wind and saltating sand particles. As the wind blows over the obstruction, velocity is reduced causing particles to fall out of the air stream. The pile of particles builds both vertically and horizontally, and the dune is at first stationary. The dune continues to grow vertically, and at a certain height the top of the feature begins to encounter faster moving air. This causes particles to be lifted from the windward side of dune. As these lifted particles move forward they reach areas of slower wind speeds at the leeward end of the dune, causing the particles to fall out of the air. The net result of this process is the migration of sand particles from the front of the dune to its backside. It also causes the whole dune to move forward.(To view this animation your browser must have Apple's QuickTimeplug-in. The QuickTime plug-in is available for Macintosh and Windows operating system computers and can be downloaded FREE from the World Wide Web site www.apple.com/quicktime).

The velocity of the wind above the ground surface determines the height of a dune. The maximum height is variable but usually falls in the range of 10 to 25 meters. In most cases, dune height is a function of surface friction. Height growth stops when friction can no longer slow the wind flowing over the dune to a point where deposition occurs. The tallest sand dunes in the world are found in Saudi Arabia and measure more than 200 meters. However, these features are not individual dunes, but a massive complex of sand dunes that forms when smaller, faster moving dunes migrate onto larger, slower moving dunes.

Desert DunesDesert sand dunes occur in an amazing diversity of forms. Table 10ah-1describes the major types of dunes classified by geomorphologists.

Table 10ah-1: Major types of sand dunes.Type Description

Barchan

Crescent-shaped dune whose long axis is transverse to the dominant wind direction. The points of the dune, called the wings of the barchan, are curved downwind and partially enclosing the slip-face. Barchans usually form where there is a limited supply of sand, reasonably flat ground, and a fairly even flow of wind from one direction. Single slipface.

Transverse

Long asymmetrical dunes that form at right angles to the wind direction. Form when there is an abundant supply of sand and relatively weak winds. These dunes have a single long slip-face.

Parabolic

Crescent-shaped dune whose long axis is transverse to the dominant wind direction. The points of this dune curve upwind. Multiple slip-faces. These dunes form when scattered vegetation stabilizes sediments and a U-shaped blowout forms between clumps of plants.

Barchanoid Ridge

Is a long, asymmetrical dune that runs at right angles to the prevailing wind direction. A barchanoid ridge consists of several joined barchan dunes and looks like a row of connected crescents. Each of the barchan dunes produces a wave in the barchanoid ridge. Occurs when sand supply is greater than in the conditions that create a barchan dune.

Longitudinal

Sinuous dune that can be more than 100 kilometers long and 100 meters high. Created when there are strong winds from at least two directions. The dune ridge is symetrical, aligned parallel to the net direction of the wind, and has slipfaces on either side. See Figure 4r-5 below.

Seif Sub-type of longitudinal dune that is shorter and has a more sinuous ridge.

Star Dune

Large pyramidal or star-shaped dune with three or more sinuous radiating ridges from a central peak of sand. This dune has 3 or more slipfaces. Produced by variable winds. This dune does not migrate along the ground, but does grow vertically. 

DomeMound of sand that is circular or elliptical in shape. Has no slip-faces. May be formed by the modification of stationary barchans. 

ReversingDune that is intermediate between a star and transverse dunes. Ridge is asymmetrical and has two slip-faces. 

Figure 10ah-5: Longitudinal dunes, Arabian Peninsula (Source: NASA).