2
GURU BUKANLAH ORANG YANG HANYA PANDAI NDOBOL Beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat pendidikan di suatu negeri salah satunya yaitu berekaitan mengenai kualitas tenaga pendidiknya. Apakah tenaga pendidik tersebut sudah sesuai dengan standar yang ditentukan, seseorang yang memang mempunyai kemampuan yang mumpuni dalam mengajar, atau hanya orang yang pandai mendongeng untuk sedang belajar public speaking yang bagus sebagai modal untuk masuk ke partai politik? Kita perlu mempertanyakan lagi apakah standar yang digunakan dalam pengkaderan guru sudah sesuai dengan apa yang dibutuhkan atau malah hanya pengkaderan asal-asalan. Ini penting, karena idealnya seorang guru merupakan orang yang paling paham dan ahli dalam suatu bidang kajian ilmu pengetahuan, bukan hanya sekedar mengandalkan public speaking tapi kosong dalamnya. Guru merupakan media diskusi yang sangat cocok untuk dapat menggali berbagai ilmu pengetahuan. Kewajiban seorang guru bukanlah sekedar memberi materi sesuai yang ada dalam silabus dan mengakhiri pertemuan belajar mengajar. Lebih dari itu, yang diharapkan adalah seoarang guru mampu menciptakan semangat diskusi mengenai suatu permasalahan. Bukan hanya menerangkan tentang suatu rumus yang ada, bahkan secara ekstrem guru harus mampu mengarahkan otak-otak siswanya untuk mampu mengkritisi rumus-rumus, teori-teori, bahkan hukum-hukum yang ada. Jadi siswa tidak serta merta hanya menerima apa adanya apa yang diberikan oleh guru, tapi siswa mampu mempertanyakan kenapa hal itu bisa terjadi? Kenapa rumus itu tercipta? Bagaimana ilmuwan menemukan hukum-hukum itu? Sehingga dari hal tersebut kita mampu menyadari, betapa luar biasanya karunia Tuhan YME yang diberikan kepada kita, begitu hebatnya otak kita yang mampu menyelesaikan permasalahan yang ada. Beberapa pekan yang lalu hati saya sempat ndredeg, misuh-misuh sendiri. Saya menghadiri persentasi kakak kelas tentang bagaimana menjadi guru yang baik. Dengan gampangnya dia berucap bahwa modal utama menjadi guru itu diantaranya 70% adalah softskill yang dia artikan sebagai kemampuan public speaking, dan 30%nya adalah hardskill yang di artikan pula sebagai ilmu pengetahuan. Apakah memang benar seperti itu prosentasi yang sesuai yang harus dimiliki para guru? Kalu saya boleh berkata, mungkin para pedagang di pasar, dan sales profesional lebih cocok memikul tugas tersebut. Apalagi para kader-kader partai politik yang kalau bicara macam artis idola tapi nyata isinya cuman tahi kucing, atau yang lebih elegan lagi bribil kambing. Emang mau apa yang kita banggakan dari sekedar pandai orasi ngga ada isi yang berkualitas? Itu seorang guru loh, seorang guru

Guru Bukanlah Orang Yang Hanya Pandai Ndobol

Embed Size (px)

DESCRIPTION

tulisan

Citation preview

Page 1: Guru Bukanlah Orang Yang Hanya Pandai Ndobol

GURU BUKANLAH ORANG YANG HANYA PANDAI NDOBOL

Beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat pendidikan di suatu negeri salah satunya yaitu berekaitan mengenai kualitas tenaga pendidiknya. Apakah tenaga pendidik tersebut sudah sesuai dengan standar yang ditentukan, seseorang yang memang mempunyai kemampuan yang mumpuni dalam mengajar, atau hanya orang yang pandai mendongeng untuk sedang belajar public speaking yang bagus sebagai modal untuk masuk ke partai politik? Kita perlu mempertanyakan lagi apakah standar yang digunakan dalam pengkaderan guru sudah sesuai dengan apa yang dibutuhkan atau malah hanya pengkaderan asal-asalan. Ini penting, karena idealnya seorang guru merupakan orang yang paling paham dan ahli dalam suatu bidang kajian ilmu pengetahuan, bukan hanya sekedar mengandalkan public speaking tapi kosong dalamnya.

Guru merupakan media diskusi yang sangat cocok untuk dapat menggali berbagai ilmu pengetahuan. Kewajiban seorang guru bukanlah sekedar memberi materi sesuai yang ada dalam silabus dan mengakhiri pertemuan belajar mengajar. Lebih dari itu, yang diharapkan adalah seoarang guru mampu menciptakan semangat diskusi mengenai suatu permasalahan. Bukan hanya menerangkan tentang suatu rumus yang ada, bahkan secara ekstrem guru harus mampu mengarahkan otak-otak siswanya untuk mampu mengkritisi rumus-rumus, teori-teori, bahkan hukum-hukum yang ada. Jadi siswa tidak serta merta hanya menerima apa adanya apa yang diberikan oleh guru, tapi siswa mampu mempertanyakan kenapa hal itu bisa terjadi? Kenapa rumus itu tercipta? Bagaimana ilmuwan menemukan hukum-hukum itu? Sehingga dari hal tersebut kita mampu menyadari, betapa luar biasanya karunia Tuhan YME yang diberikan kepada kita, begitu hebatnya otak kita yang mampu menyelesaikan permasalahan yang ada.

Beberapa pekan yang lalu hati saya sempat ndredeg, misuh-misuh sendiri. Saya menghadiri persentasi kakak kelas tentang bagaimana menjadi guru yang baik. Dengan gampangnya dia berucap bahwa modal utama menjadi guru itu diantaranya 70% adalah softskill yang dia artikan sebagai kemampuan public speaking, dan 30%nya adalah hardskill yang di artikan pula sebagai ilmu pengetahuan. Apakah memang benar seperti itu prosentasi yang sesuai yang harus dimiliki para guru? Kalu saya boleh berkata, mungkin para pedagang di pasar, dan sales profesional lebih cocok memikul tugas tersebut. Apalagi para kader-kader partai politik yang kalau bicara macam artis idola tapi nyata isinya cuman tahi kucing, atau yang lebih elegan lagi bribil kambing.

Emang mau apa yang kita banggakan dari sekedar pandai orasi ngga ada isi yang berkualitas? Itu seorang guru loh, seorang guru yang setiap katanya mengandung kebenaran, yang setiap perilakunya mencerminkan kebaikan. Apa iya, hanya modal pandai ngomong aja seseorang sudah layak menjadi guru? Terus kalo udah mentok ilmunya, ngga paham teori atau konsepnya, apa iya situ berani cuma mau modal omongan. Guru itu besar loh tanggun jawabnya, guru itu lagi mencoba memberi pemahaman yang benar kepada para siswa supaya benar-benar paham dan mengerti sehingga mengamalkan apa yang dia ketahui. Iya benar juga, dengan kemampuan berbicara yang baik akan membuat peserta didik untuk cepat mengerti, tapi untuk memahami? Untuk dapat mengamalkan kebaikan dalam perbuatan sehari-hari? Apa terus kamu bilang, “itu mah tergantung individu masing-masing”, ingat aja ya, Tuhan itu menciptakan manusia dari bahan yang sama dan isinya pun sama, jadi kalau seseorang berbuat ketidakbaikan, memang itu haknya dia, tapi apakah hal tersebut semena-mena hanya karena dirinya sedangkan mereka yang lain berbuat kebaikan? Dia mengerti, tapi belum sampai pada tingkat pemahaman sebenarnya. Sekarang saya tanya, apakah korupsi itu perbuatan baik atau jahat? 100% pasti orang bilang itu perbuatan jahat. Terus apa kamu kira, mereka-mereka yang melakukan tindak korupsi itu bukan orang-orang yang pintar? Mereka pintar tapi mereka tak paham dan tak perah mau paham akan hakikat ilmu dan tanggun jawab yang sebenarnya. Jadi ya cama isi perut dan nafsu yang mereka pikirkan. Ya disitulah peran guru seharusnya, membuat murid yang tadinya tak mengeti menjadi ngerti, yang sudah ngerti menjadi

Page 2: Guru Bukanlah Orang Yang Hanya Pandai Ndobol

paham, yang sudah paham mau mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan disiplin ilmunya.

Kalau ngajar hanya sebatas memenuhi kewajiban sesuai dengan jam yang ditentukan, mau jadi apa penerus bangsa ini.