Upload
apollonia
View
119
Download
10
Embed Size (px)
Citation preview
PERLINDUNGAN TERHADAP ANAK YANG BERHADAPAN DENGAN
HUKUM
(Focal Point Gender Kejaksaan Agung dan Pusat Kajian Wanita
dan Gender Universitas Indonesia)
I. PENDAHULUAN
Anak adalah bagian dari generasi muda sebagai salah satu sumber daya
manusia yang merupakan potensi dan penerus cita-cita perjuangan bangsa, yang
memiliki peranan strategis dan mempunyai ciri dan sifat khusus, memerlukan
pembinaan dan perlindungan dalam rangka menjamin pertumbuhan dan
perkembangan fisik, mental dan sosial. Untuk melaksanakan pembinaan dan
memberikan perlindungan terhadap anak diperlukan dukungan baik yang
menyangkut kelembagaan maupun perangkat hukum yang lebih mantap dan
memadai oleh karena itu terhadap anak yang melakukan tindak pidana diperlukan
pengadilan anak secara khusus.
Indonesia, sudah memiliki sederet aturan untuk melindungi,
mensejahterakan dan memenuhi hak-hak anak. Indonesia telah mengesahkan
Undang-undang No. 4 Tahun 1979 Tentang Kesejahteraan Anak. Seharusnya
sudah dapat menjadi rujukan dalam pengambilan kebijakan terhadap perlindungan
anak. Indonesia mengesahkan undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang
Peradilan Anak dan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan
Anak.
1
Anak yang melakukan tindak pidana menurut defenisi hukum Nasional
adalah ” orang yang dalam perkara Anak Nakal telah mencapai umur 8 (delapan)
tahun tetapi belum mencapai umur 18 (delapan belas) tahun dan belum pernah
kawin. ”Anak Nakal” Anak yang melakukan perbuatan yang dinyatakan terlarang
bagi anak, baik menurut peraturan perundang-undangan maupun menurut
peraturan hukum lain yang hidup dan berlaku dalam masyarakat yang
bersangkutan.
Anak yang melakukan tindak pidana atau dalam praktek sehari-hari di
pengadilan disebut sebagai anak yang sedang berhadapan dengan hukum, harus
diperlakukan secara manusiawi, didampingi, disediakan sarana dan prasarana
khusus, sanksi yang diberikan kepada anak sesuai dengan prinsip kepentingan
terbaik anak, hubungan keluarga tetap dipertahankan artinya anak yang
berhadapan dengan hukum kalau bisa tidak ditahan/dipenjarakan kalaupun
dipenjarakan/ditahan, ia dimasukkan dalam ruang tahanan khusus anak dan tidak
bersama orang dewasa.
Untuk menjamin Perlindungan terhadap anak-anak yang berhadapan
dengan hukum ditetapkan sebagai kelompok anak yang membutuhkan
”Perlindungan Khusus”. Menurut Undang-undang Perlindungan Anak pasal 64
meliputi anak yang berkonflik dengan hukum dan anak korban tindak pidana.
Bentuk perlindungan khusus tersebut meliputi :
1) perlakuan atas anak secara manusiawi sesuai dengan martabat dan hak-hak
anak;
2) penyediaan petugas pendamping khusus bagi anak sejak dini;
2
3) penyediaan sarana dan prasarana khusus;
4) penjatuhan sanksi yang tepat untuk kepentingan terbaik bagi anak;
5) pemantauan dan pencatatan terus menerus terhadap perkembangan anak
yang berhadapan dengan hukum;
6) pemberian jaminan untuk mempertahankan hubungan dengan orang tua
atau keluarga
7) perlindungan dari pemberitaan identitas melalui media massa dan untuk
menghindari labelisasi.
Persoalan hukum tidak hanya menimpa orang-orang dewasa. Anak-anak
juga seringkali terbentur dengan persoalan hukum. Dan seperti halnya orang
dewasa, anak-anak juga berhak mendapat perlindungan secara hukum.
Perlindungan hukum ini tidak hanya diberikan kepada anak yang menjadi korban
dalam suatu maasalah hukum, tapi juga kepada anak-anak yang menjadi
pelakunya
Berdasarkan penjelasan pasal 10 undang-undang no 14 tahun 1970
peradilan anak itu berada di bawah peradilan umum, yang diatur secara istimewa
dan undang-undang pengadilan anak hanyalan masalah acara sidangnya yang
berbeda dengan acara siding bagi orang dewasa. Pengadilan anak ada pada badan
peradilan umum.1 (pasal 2 UU No. 3 tahun 1997)
1 Pasal 2 undang-undang no 3 tahun 1997.
3
Undang-undang pengadilan anak dalam pasal-pasalnya mengaut beberapa
asas yang membedakannya dengan siding pidana untuk orang dewasa. Adapun
asas-asas itu adalah sebagai berikut2 :
1. pembatasan umum (pasal 1 butir 1 jo pasal 4 ayat (1))
Adapun orang yang dapat disidangkan dalam acara pengadilan anak
ditentukan secara limitative, yaitu minimum berumur 8 (delapan) tahun dan
maksumum 18 (delapan belas tahun) dan belum pernah kawin
2. ruang lingkup masalah di batasi (pasal 1 ayat 2)
masalah yang dapat diperiksa dalam siding pengadilan anak hanyalah terbatas
menyangkur perkara anak nakal.
3. Ditangani pejbat khusus (pasal 1 ayat 5, 6, dan 7)
Undang-undang no 3 tahun 1997 menentukan perakra anak nakal harus
ditangani oleh pejbat-pejabat khusus seperti :
a. ditigkat penyidikan oleh penyidik anak
b. di tingkat penuntutan oleh penutut umum
c. di pengadilan oleh hakim anak, hakim banding anak, & hakim kasasi anak.
4. Peran pembimbing kemasyarakatan (pasal 1 ayat 11)
Undang-undang pengadilan anak mengakui peranan dari
a. pembimbing kemsyrakatan
b. pekerja social dan
c. pekerja social sukarela
5. Suasana pemeriksaan kekeluargaan
2 Darwin Prinst, Hukum anak Indonesia, Bandung, citra aditya bhakti, 2003, hal15
4
Pemeriksaan perkara di pengadilan dilakkan dalam suasana kekeluargaan.
Oleh karena itu hakim, penuntut umum dan penasihat hokum tidak memakai
toga.
6. Keharusan splitsing (pasal 7)
Anak tidak boleh diadili bersama dengan orang dewasa baik yang berstatus
sipil maupun militer, kalau terjadi anak melakukan tindak pidana bersama
orang dewasa, maka si anak diadili dalam siding pengadilan anak, sementara
orang dewasa diadilan dalam siding biasa, atau apabila ia berstatus militer di
peradilan militer.
7. Acara pemeriksaan tertutup (pasal 8 ayat (1))
Acara pemeriksaan di siding pengadilan anak dilakukan secara tertutup . ini
demi kepentingan si anak sendiri. Akan tetapi putusan harus diucapkan dalam
siding yang terbuka untuk umum.
8. Diperiksa hakim tunggal (pasal 11, 14, dan 18)
Hakim yang memeriksa perkara anak, baik ditingkat pengadilan negeri,
banding atau kasasi dilakukan dengan hakim tunggal.
9. Masa penahanan lebih singkat (pasal 44 -49)
Masa penahanan terhadap anak lebih singkat disbanding masa penahanan
menurut KUHAP
10. Hukuman lebih ringan (pasal 22 – 32)
Hukuman yang dijatuhkan terhadap anak nakal lebih ringan daripada
ketentuan yang diatur dalam KUHP. Hukuman maksimal untuk anak nakal adalah
sepuluh tahun.
5
6
II. HAK- HAK ANAK YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA
Indonesia, sudah memiliki sederet aturan untuk melindungi,
mensejahterakan dan memenuhi hak-hak anak. Misalnya saja jauh sebelum
Ratifikasi Konvensi Hak Anak (KHA) tahun 1990 Indonesia telah mengesahkan
Undang-undang No. 4 Tahun 1979 Tentang Kesejahteraan Anak. Seharusnya
sudah dapat menjadi rujukan dalam pengambilan kebijakan terhadap perlindungan
anak, namun harapan hanya tinggal harapan, kondisi anak-anak di Indonesi masih
saja mengalami berbagai masalah. Sampai akhirnya Indonesia meratifikasi
Konvensi International Mengenai Hak Anak (Convention on the Raight of the
Child), Konvensi yang diratifikasi melalui Keputusan Presiden No. 36 Tahun
1990 ternyata belum mampu mengangkat keterpurukan situasi anak-anak
Indonesia. Kemudian setelah Ratifikasi KHA Indonesia mengesahkan undang-
undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Peradilan Anak dan Undang-undang Nomor
23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.
Sepanjang tahun 2000, tercatat dalam statistik kriminal kepolisan terdapat
lebih dari 11.344 anak yang disangka sebagai pelaku tindak pidana. Pada bulan
Januari hingga Mei 2002, ditemukan 4.325 tahanan anak dirumah tanahan dan
lembaga pemasyarakatan di seluruh Indonesia. Lebih menyedihkan, sebagaian
besar (84,2 %) anak-anak ini berada di dalam lembaga penahanan dan
pemenjaraan untuk orang dewasa dan pemuda. Jumlah anak-anak yang ditahan
tersebut, tidak termasuk anak-anak yang ditahan dalam kantor polisi (Polsek,
Polres, Polda dan Mabes) pada rentang waktu yang sama, yaitu januari hingga mei
2002, tercatat 9.465 anak-anak yang berstatus sebagai Anak Didik (anak sipil,
7
anak negara, dan anak pidana) tersebar di seluruh rumah tahanan negara dan
lembaga pemasyarakatan. Sebagaian besar yaitu 53,3 % berada di rumah tahanaan
dan lembaga pemasyarakan untuk orang dewasa dan pemuda.3
Kondisi ini tentu saja sangat memprihatinkan, karena banyak anak-anak
yang harus berhadapan dengan proses peradilan. Keberadaan anak-anak dalam
tempat penahanan dan pemenjaraan bersama orang-orang yang lebih dewasa,
menempatkan anak pada situasi rawan dan menjadi korban berbagai tindak
kekerasan. Oleh karena itu sudah seharusnya sistem peradilan pidana terhadap
anak yang berhadapan dengan hukum harus sesuai dengan standar nilai dan
perlakuan sejumlah instrumen nasional maupun internasional yang berlaku
diantaranya adalah:
A. Instrumen Hukum nasional
1. UUD 45
2. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak
3. Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak
4. Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
5. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
6. Konvensi Menetang Penyiksaan dan Perlakuan dan Penghukuman
3 (Lihat Analisa Situasi Sistem peradilan Pidana Anak ( Juvenile Justice System) yang
dikeluarkan oleh Uniceff)
8
Lainnya yang Kejam, Tidak Manusiawi atau Merendahkan Martabat
Manusia Res PBB No. 39/46 tahun 1948 ) yang di ratifikasi dengan
Undang-undang No. 5 tahun 1998 tentang Pengesehan Convention Against
Torture and Other Cruel, Inhuman or Degrading Treatmen or Punishment
B. Instrumen Hukum Internasional
1. Deklarasi Universal tentang Hak-hak Azasi Manusia
2. Konvensi Hak Anak tahun 1989
3. Kumpulan hukum prinsip-prinsip untuk perlindungan semua orang yang
berada di bawah bentuk penahanan apapun atau pemenjaraan (res. PBB
No. 43/173 tahun 1988),
4. Peraturan perserikatan PBB bagi Perlindungan anak yang kehilangan
kebebasannya (Res No. 45/113 tahun 1990)
A. INSTRUMEN HUKUM NASIONAL
1. UUD 45
Hak-hak anak yang terdapat dalam undabg-undang dasar 1945 terdapat
dalam pasal :
1) PASAL 27 AYAT (1) DAN (2)
• Segala Warganegara bersamaan kedudukannya di dalam Hukum dan
9
Pemerintahan dan wajib menjunjung Hukum dan Pemerintahan itu
dengan tidak ada kecualinya.
• Tiap-tiap warganegara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang
layak bagi kemanusiaan.
2) PASAL 28 A
• Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup
dan kehidupannya.
3) PASAL 28 B
• Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan
melalui perkawinan yang sah.
• Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang
serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
4) PASAL 28 C
• Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan
kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh
manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi
meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat
manusia.
10
• Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan
haknya secara kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa, dan
negaranya.
5) PASAL 28 D
• Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan
kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan
hukum.
• Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan
perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja.
• Setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam
pemerintahan.
• Setiap orang berhak atas status kewarganegaraan.
6) PASAL 28 E
• Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya,
memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih
kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah negara dan
meninggalkannya serta berhak kembali.
• Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan,
menyatakan pikiran dan sikap sesuai dengan hati nuraninya.
11
• Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan
mengeluarkan pendapat.
7) PASAL 28 F
Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi
untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak
untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan
menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran
yang tersedia.
8) PASAL 28 G
• Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga,
kehormatan, martabat, dan harta benda yang di bawah kekuasaannya,
serta berhak atas rasa aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan
untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi.
• Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan atau perlakuan yang
merendahkan derajat martabat manusia dan berhak memperoleh suaka
politik dari negara lain.
9) PASAL 28 H
• Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal,
dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak
memperoleh pelayanan kesehatan.
12
• Setiap orang berhak mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk
memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai
persamaan dan keadilan.
• Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan
pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat.
• Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik
tersebut tidak boleh diambil alih secara sewenang-wenang oleh siapa
pun.
10) PASAL 28 I
• Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran
dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk
diakui sebagai pribadi di hadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut
atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang
tidak dapat dikurangi dalam keadaan apa pun.
• Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif
atas dasar apa pun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap
perlakuan yang bersifat diskriminatif itu.
• Identitas budaya dan hak masyarakat tradisional dihormati selaras
dengan perkembangan zaman dan peradaban.
• Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi
13
manusia adalah tanggung jawab negara, terutama pemerintah.
• Untuk menegakkan dan melindungi hak asasi manusia sesuai dengan
prinsip negara hukum yang demokratis, maka pelaksanaar, hak asasi -
manusia dijamin, diatur, dan dituangkan dalam peraturan perundang-
undangan.
11) PASAL 29
• Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam
tertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
• Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk
kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan
maksud semata-mata untuk menjamin pengakuan serta penghormatan
atas hak dan kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang
adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilainilai agama, keamanan,
dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis.
12) PASAL 31
• Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan
• Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan
pemerintah wajib membiayainya
14
• Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem
pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketaqwaan
serta ahlak mulia dalam rangka menderdaskan kehidupan bangsa, yang
diatur denan undang-undang
• Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurang-
kurangnya dua puluh persen dari APBN serta APBD untuk memenuhi
kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional
• Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan tehnologi dengan
menjujung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk
kemajuan pradaban serta kesejahteraan umat manusia
13) PASAL 34
• Fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara
• Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi selurh rakyat dan
memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai
dengan marbat manusia
• Negara bertanggung jawab atas penyedian fasilitas pelayanan
kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak
2. UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 1979 TENTANG KESEJAHTERAAN ANAK
15
Anak berhak atas kesejahteraan, perawatan, asuhan dan bimbingan
berdasarkan kasih sayang baik dalam keluarganya maupun di dalam asuhan
khusus untuk tumbuh dan berkembang dengan wajar dan berhak atas
perlindungan terhadap lingkungan hidup yang dapat membahayakan atau
menghambat pertumbuhan dan perkembangannya dengan wajar. (lihat pasal 2, 6
dan 8 Undang-undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak)
1) Pasal 2
• Anak berhak atas kesejahteraan, perawatan, asuhan dan bimbingan berdasarkan
kasih sayang baik dalam keluarganya maupun di dalam asuhan khusus untuk tumbuh
dan berkembang dengan wajar.
• Anak berhak atas pelayanan untuk mengembangkan kemampuan dan kehidupan
sosialnya, sesuai dengan kebudayaan dan kepribadian bangsa, untuk menjadi
warganegara yang baik dan berguna.
• Anak berhak atas pemeliharaan dan perlidungan, baik semasa dalam kandungan
maupun sesudah dilahirkan.
• Anak berhak atas perlindungan terhadap lingkungan hidup yang dapat
membahayakan atau menghambat pertumbuhan dan perkembangannya dengan wajar.
2) Pasal 6
• Anak yang mengalami masalah kelakuan diberi pelayanan dan asuhan
yang bertujuan menolongnya guna mengatasi hambatan yang terjadi
dalam masa pertumbuhan dan perkembangannya.
16
• Pelayanan dan asuhan, sebagaimana dimaksudkan dalam ayat (1), juga
diberikan kepada anak yang telah dinyatakan bersalah melakukan
pelanggaran hukum berdasarkan keputusan hakim.
3) Pasal 8
Bantuan dan pelayanan, yang bertujuan mewujudkan kesejahteraan
anak menjadi hak setiap anak tanpa membeda-bedakan jenis kelamin,
agama, pendirian politik, dan kedudukan sosial.
3. UNDANG-UNDANG NOMOR 8TAHUN 1981 TENTANG HUKUM ACARA PIDANA
(1) Hak untuk segera di periksa, diajukan ke pengadilan dan di adili (Pasal 50
KUHAP)
(1) Tersangka berhak segera mendapat pemeriksaan oleh penyidik dan
selanjutnya dapat diajukan kepada penuntut umum.
(2) Tersangka berhak perkaranya segera dimajukan ke pengadilan oleh
penuntut umum.
(3) Terdakwa berhak segera diadili oleh pengadilan
(2) Hak untuk mengetahui dengan jelas dan bahasa yang dimengerti olehnya
tentang apa yang disangkakan dan apa yang di dakwakan. (Pasal 51
KUHAP)
17
(3) Hak untuk memberikan keterangan secara bebas kepada penyidik dan hakim.
(Pasal 52 KUHAP)
Dalam pemeriksaan pada tingkat penyidikan dan pengadilan, tersangka atau
terdakwa berhak memberikan keterangan secara bebas keapada penyidik atau
hakim
(4) Hak untuk mendapat juru bahasa (Pasal 53 KUHAP)
Dalam pemeriksaan pada tingkat penyidikan dan pengadilan, tersangka atau
terdakwa berhak untuk setiap waktu mendapat bantuan juru bahasa
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 177
Pasal 177
(1) Jika terdakwa atau saksi tidak paham bahasa Indonesia, hakim ketua
sidang menunjuk seorang juru bahasa yang bersumpah atau berjanji akan
menterjemahkan dengan benar semua yang harus diterjemahkan.
(2) Dalam hal seorang tidak boleh menjadi saksi dalam suatu perkara ia tidak
boleh pula menjadi juru bahasa dalam perkara itu
18
(5) Hak untuk mendapat bantuan hukum pada setiap tingkat pemeriksaan (Pasal
54)
Guna kepentingan pembelaan, tersangka atau terdakwa berhak mendapat
bantuan hukum dari seorang atau lebih penasihat hukum selama dalam waktu
dan pada setiap tingkat pemeriksaan, menurut tatacara yang ditentukan dalam
undang-undang ini.
Pasal 55
Untuk mendapatkan penasihat hukum tersebut dalam Pasal 54, tersangka atau
terdakwa berhak memilih sendiri penasihat hukumnya.
(6) Hak untuk mendapat nasehat hukum dari penasehat hukum yang ditunjuk
oleh pejabat yang bersangkutan pada semua tingkat pemeriksaan bagi
tersangka/terdakwa yang diancam pidana mati dengan biaya cuma-cuma
(Pasal 56)
(1) Dalam hal tersangka atau terdakwa disangka atau didakwa melakukan
tindak pidana yang diancam dengan pidana mati atau ancaman pidana
lima belas tahun atau lebih atau bagi mereka yang tidak mampu yang
diancam dengan pidana lima tahun atau lebih yang tidak mempunyai
penasihat hukum sendiri, pejabat yang bersangkutan pada semua
tingkat pemeriksaan dalam proses peradilan wajib menunjuk penasihat
hukum bagi mereka.
19
(2) Setiap penasihat hukum yang ditunjuk untuk bertindak sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1), memberikan bantuannya dengan cuma-
cuma.
Pasal 57
(1) Tersangka atau terdakwa yang dikenakan penahanan berhak
menghubungi penasihat hukumnya sesuai dengan ketentuan undang-
undang ini.
(7) Hak untuk menghubungi dokter bagi tersangka atau terdakwa yang di tahan.
(Pasal 58)
Tersangka atau terdakwa yang dikenakan penahanan berhak menghubungi dan
menerima kunjungan dokter pribadinya untuk kepentingan kesehatan baik
yang ada hubungannya dengan proses perkara maupun tidak.
(8) Hak untuk diberitahukan kepada keluarganya atau orang lain yang serumah
dengan tersangka atau terdakwa yang ditahan untuk mendapat bantuan hukum
atau jaminan bagi penangguhannya dan hak untuk berhubungan dengan
keluarga. (Pasal 59)
Tersangka atau terdakwa yang dikenakan penahanan berhak diberitahukan
tentang penahanan atas dirinya oleh pejabat yang berwenang, pada semua
tingkat pemeriksaan dalam proses peradilan, kepada keluarganya atau orang
20
lain yang serumah dengan tersangka atau terdakwa ataupun orang lain yang
bantuannya dibutuhkan oleh tersangka atau terdakwa untuk mendapatkan
bantuan hukum atau jaminan bagi penangguhannya.
Pasal 60
Tersangka atau terdakwa berhak menghubungi dan menerima kunjungan dari
pihak yang mempunyai hubungan kekeluargaan atau lainnya dengan tersangka
atau terdakwa guna mendapatkan jaminan bagi penangguhan penahanan
ataupun untuk usaha mendapatkan bantuan hukum.
(9) hak untuk dikunjungi sanak keluarga yang tidak ada hubungan dengan perkara
tersangka atau terdakwa. Untuk kepntingan pekerjaan atau untuk kepentingan
kekeluargaan (Pasal 60)
Tersangka atau terdakwa berhak menghubungi dan menerima kunjungan dari
pihak yang mempunyai hubungan kekeluargaan atau lainnya dengan tersangka
atau terdakwa guna mendapatkan jaminan bagi penangguhan penahanan
ataupun untuk usaha mendapatkan bantuan hukum.
Pasal 61
Tersangka atau terdakwa berhak secara langsung atau dengan perantaraan
penasihat hukumnya menghubungi dan menerima kunjungan sanak
keluarganya dalam hal yang tidak ada hubungannya dengan perkara tersangka
atau terdakwa untuk kepentingan pekerjaan atau untuk kepentingan
kekeluargaan
21
(10) Hak tersangka atau terdakwa untuk berhubungan surat menyurat dengan
penasehat hukumnya (Pasal 62)
(1) Tersangka atau terdakwa berhak mengirim surat kepada penasihat
hukumnya, dan menerima surat dari penasihat hukumnya dan
sanak keluarga setiap kali yang diperlukan olehnya, untuk
keperluan itu bagi tersangka atau terdakwa disediakan alat tulis
menulis.
(2) Surat menyurat antara tersangka atau terdakwa dengan penasihat
hukumnya atau sanak keluarganya tidak diperiksa oleh penyidik,
penuntut umum, hakim atau pejabat rumah tahanan negara kecuali
jika terdapat cukup alasan untuk diduga bahwa surat menyurat itu
disalahgunakan.
(3) Dalam hal surat untuk tersangka atau tedakwa itu ditilik atau
diperiksa oleh penyidik, penuntut umum, hakim atau pejabat rumah
tahanan negara, hal itu diberitahukan kepada tersangka atau
terdakwa dan surat tersebut dikirim kembali kepada pengirimnya
setelah dibubuhi cap yang berbunyi "telah ditilik".
(11) Hak tersangka atau terdakwa untuk menghubungi dan menerima
kunjungan rohaniwan (Pasal 63)
22
Tersangka atau terdakwa berhak menghubungi dan menerima kunjungan dari
rohaniwan.
(12) Hak tersangka atau terdakwa untuk mengajukan saksi dah ahli yang a de
charge (Pasal 65)
Tersangka atau terdakwa berhak untuk mengusahakan dan mengajukan saksi
dan atau seseorang yang memiliki keahlian khusus guna memberikan
keterangan yang menguntungkan bagi dirinya
(13) Hak untuk mengajukan upaya hukum (Pasal 67)
Terdakwa atau penuntut umum berhak untuk minta banding terhadap putusan
pengadilan tingkat pertama kecuali terhadap putusan bebas, lepas dari segala
tuntutan hukum yang menyangkut masalah kurang tepatnya penerapan hukum
dan putusan pengadilan dalam acara cepat.
(14) Hak tersangka atau terdakwa untuk menuntut ganti kerugian (Pasal 68)
Tersangka atau terdakwa berhak menuntut ganti kerugian dan rehabilitasi
sebagaimana diatur dalam Pasal 95 dan selanjutnya.
23
4. UNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK
Hakim, penyidik dan penuntut umum yang menangani perakra anak harus
mempunyai minat, perhatian, dedikasi dan memahami masalah anak.
Penyidik wajib memeriksa tersangka anak dalam suasana kekeluargaan
dan wajib meminta pertimbangan atau saran dari pembimbing kemasyarakatan.
Proses penyidikan perkara terhadap anak nakal wajib di rahasiakan. Penahanan
dilakukan setelah dengan sungguh-sungguh mempertimbangkan kepentingan
anak dan atau kepentingan masyarakat.
Hakim, penuntut umum, penyidik dan penasehat hukum, serta petugas
lainnya dalam sidang anak tidak memakai toga atau pakaian dinas, pemeriksaan
dilakukan dalam sidang tertutup dan wajiob dihadiri oleh orang tua, wli atau
orang tua asuhnya penasehat hukum dan pembimbing kemasyarakat. Sebelu
sidang dibuka hakim memerintahkan pembimbing kemasyarakat menyampaikan
hasil penelitian kemasyarakatan mengenai keadaan anak yang wajib dijadikan
hakim sebagai bahan pertimbangan memutuskan perkara. (lihat pasal 1 s/d 6, 8,
10, 11, 19, 20 s/d 31, pasal 41s/d 62 Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997
tentang Pengadilan Anak.
Pasal 51
24
(1) Setiap Anak Nakal sejak saat ditangkap atau ditahan berhak mendapatkan
bantuan hukum dari seorang atau lebih Penasihat Hukum selama dalam waktu
dan pada setiap tingkat pemeriksaan menurut tata cara yang ditentukan dalam
Undang-undang ini.
(2) Pejabat yang melakukan penangkapan atau penahanan wajib memberitahukan
kepada tersangka dan orang tua, wali, atau orang tua asuh, mengenai hak
memperoleh bantuan hukum sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).
(3) Setiap Anak Nakal yang ditangkap atau ditahan berhak berhubungan langsung
dengan Penasihat Hukum dengan diawasi tanpa didengar oleh pejabat yang
berwenang.
Pasal 60
(1) Anak Didik Pemasyarakatan ditempatkan di Lembaga Pemasyarakatan Anak
yang harus terpisah dari orang dewasa.
(2) Anak yang ditempatkan di lembaga sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
berhak memperoleh pendidikan dan latihan sesuai dengan bakat dan
kemampuannya serta hak lain berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
25
5. UNDANG-UNDANG NOMOR 39 TAHUN 1999 TENTANG HAK ASASI MANUSIA
Hak anak adalah hak asasi manusia dan untuk kepentingannya hak anak itu
diakui dan dilindungi oleh hukum bahkan sejak dalam kandungan, berhak untuk
mendapatkan perlindungan hukum dari segala bentuk kekerasan fisik atau mental,
penelantaran, perlakuan buruk, dan pelecehan seksual selama dalam pengasuhan
orang tua atau walinya, atau pihak lain manapun yang bertanggung jawab atas
pengasuhan anak tersebut. Setiap anak berhak untuk tidak dipisahkan dari orang
tuanya secara bertentangan dengan kehendak anak sendiri, kecuali jika ada alasan
dan aturan hukum yang sah yang menunjukkan bahwa pemisahan itu adalah demi
kepentingan terbaik bagi anak. Setiap anak berhak untuk memperoleh pendidikan
dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya sesuai dengan minat,
bakat, dan tingkat kecerdasannya. Setiap anak berhak untuk tidak dilibatkan di
dalam peristiwa peperangan, sengketa bersenjata, kerusuhan sosial, dan peristiwa
lain yang mengandung unsur kekerasan.
Setiap anak berhak untuk tidak dijadikan sasaran penganiayaan,
penyiksaan, atau penjatuhan hukuman yang tidak manusiawi. Hukuman mati atau
hukuman seumur hidup tidak dapat dijatuhkan untuk pelaku tindak pidana yang
masih anak. Setiap anak berhak untuk tidak dirampas kebebasannya secara
melawan hukum. Penangkapan, penahanan, atau pidana penjara anak hanya boleh
dilakukan sesuai dengan hukum yang berlaku dan hanya dapat dilaksanakan
sebagai upaya terakhir.
26
Setiap anak yang dirampas kebebasannya berhak mendapatkan perlakuan
secara manusiawi dan dengan memperhatikan kebutuhan pengembangan pribadi
sesuai dengan usianya dan harus dipisahkan dari orang dewasa, kecuali demi
kepentingannya. Setiap anak yang dirampas kebebasannya berhak memperoleh
bantuan hukum atau bantuan lainnya secara efektif dalam setiap tahapan upaya
hukum yang berlaku. Setiap anak yang dirampas kebebasannya berhak untuk
membela diri dan memperoleh keadilan di depan Pengadilan Anak yang objektif
dan tidak memihak dalam sidang yang tertutup untuk umum. Lihat pasal 52, 54,
58, 59, 60, dan pasal 66 Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak
Asasi Manusia.
Pasal 52
(1) Setiap anak berhak atas perlindungan oleh orang tua, keluarga, masyarakat,
dan negara.
(2) Hak anak adalah hak asasi manusia dan untuk kepentingannya hak anak itu
diakui dan dilindungi oleh hukum bahkan sejak dalam kandungan.
Pasal 54
Setiap anak yang cacat fisik dan atau mental berhak memperoleh perawatan,
pendidikan, pelatihan, dan bantuan khusus atas biaya negara, untuk menjamin
kehidupannya sesuai dengan martabat kemanusiaan, meningkatkan rasa percaya
27
diri, dan kemampuan berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara.
Pasal 55
Setiap anak berhak untuk beribadah menurut agamanya, berpikir, dan berekspresi
sesuai dengan tingkat intelektualitas dan biaya di bawah bimbingan orang tua dan
atau wali.
Pasal 57
(1) Setiap anak berhak untuk dibesarkan, dipelihara, dirawat, dididik, diarahkan,
dan dibimbing kehidupannya oleh orang tua atau walinya sampai dewasa
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Setiap anak berhak untuk mendapatkan orang tua angkat atau wali
berdasarkan putusan pengadilan apabila kedua orang tua telah meninggal
dunia atau karena suatu sebab yang sah tidak dapat menjalankan kewajibannya
sebagai orang tua.
(3) Orang tua angkat atau wali sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) harus
menjalankan kewajiban sebagai orang tua yang sesungguhnya.
Pasal 58
28
(1) Setiap anak berhak untuk mendapatkan perlindungan hukum dari segala
bentuk kekerasan fisik atau mental, penelantaran, perlakuan buruk, dan
pelecehan seksual selama dalam pengasuhan orang tua atau walinya, atau
pihak lain manapun yang bertanggung jawab atas pengasuhan anak tersebut.
(2) Dalam hal orang tua, wali atau pengasuh anak melakukan segala bentuk
penganiayaan fisik atau mental, penelantaran, perlakuan buruk, dan pelecehan
seksual termasuk pemerkosaan, dan atau pembunuhan terhadap anak yang
seharusnya dilindungi, maka harus dikenakan pemberatan hukuman.
Pasal 59
(1) Setiap anak berhak untuk tidak dipisahkan dari orang tuanya secara
bertentangan dengan kehendak anak sendiri, kecuali jika ada alasan dan aturan
hukum yang sah yang menunjukkan bahwa pemisahan itu adalah demi
kepentingan terbaik bagi anak.
(2) Dalam keadaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), hak anak untuk tetap
bertemu langsung dan berhubungan pribadi secara tetap dengan orang tuanya
tetap dijamin oleh Undang-undang.
Pasal 60
29
(1) Setiap anak berhak untuk memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam
rangka pengembangan pribadinya sesuai dengan minat, bakat, dan tingkat
kecerdasannya.
(2) Setiap anak berhak mencari, menerima, dan memberikan informasi sesuai
dengan tingkat intelektualitas dan usianya demi pengembangan dirinya
sepanjang sesuai dengan nilai-nilai kesusilaan dan kepatutan.
Pasal 61
Setiap anak berhak untuk beristirahat, bergaul dengan anak yang sebaya, bermain,
berekreasi, dan berkreasi sesuai dengan minat, bakat, dan tingkat kecerdasannya
demi pengembangan dirinya.
Pasal 62
Setiap anak berhak untuk memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial
secara layak, sesuai dengan kebutuhan fisik dan mental spiritualnya.
Pasal 63
Setiap anak berhak untuk tidak dilibatkan di dalam peristiwa peperangan,
sengketa bersenjata, kerusuhan sosial, dan peristiwa lain yang mengandung unsur
kekerasan.
30
Pasal 66
(1) Setiap anak berhak untuk tidak dijadikan sasaran penganiayaan, penyiksaan,
atau penjatuhan hukuman yang tidak manusiawi.
(2) Hukuman mati atau hukuman seumur hidup tidak dapat dijatuhkan untuk
pelaku tindak pidana yang masih anak.
(3) Setiap anak berhak untuk tidak dirampas kebebasannya secara melawan
hukum.
(4) Penangkapan, penahanan, atau pidana penjara anak hanya boleh dilakukan
sesuai dengan hukum yang berlaku dan hanya dapat dilaksanakan sebagai
upaya terakhir.
(5) Setiap anak yang dirampas kebebasannya berhak mendapatkan perlakuan
secara manusiawi dan dengan memperhatikan kebutuhan pengembangan
pribadi sesuai dengan usianya dan harus dipisahkan dari orang dewasa, kecuali
demi kepentingannya.
(6) Setiap anak yang dirampas kebebasannya berhak memperoleh bantuan hukum
atau bantuan lainnya secara efektif dalam setiap tahapan upaya hukum yang
berlaku.
(7) Setiap anak yang dirampas kebebasannya berhak untuk membela diri dan
memperoleh keadilan di depan Pengadilan Anak yang obyektif dan tidak
memihak dalam sidang yang tertutup untuk umum.
31
6. UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK
Perlindungan khusus diberikan kepada anak anak yang berhadapan
dengan hukum. Setiap anak berhak memperoleh perlindungan dari sasaran
penganiayaan, penyiksaan, atau penjatuhan hukuman yang tidak manusiawi,
berhak untuk memperoleh kebebasan sesuai dengan hukum.
Penangkapan, penahanan, atau tindak pidana penjara anak hanya
dilakukan apabila sesuai dengan hukum yang berlaku dan hanya dapat dilakukan
sebagai upaya terakhir. Setiap anak yang dirampas kebebasannya berhak untuk
mendapatkan perlakuan secara manusiawi dan penempatannya dipisahkan dari
orang dewasa, memperoleh bantuan hukum atau bantuan lainnya secara efektif
dalam setiap tahapan upaya hukum yang berlaku dan membela diri dan
memperoleh keadilan di depan pengadilan anak yang objektif dan tidak memihak
dalam sidang tertutup untuk umum.
Setiap anak yang menjadi korban atau pelaku tindak pidana berhak
mendapatkan bantuan hukum dan bantuan lainnya. Negara dan pemerintah
menjamin perlindungan, pemeliharaan, dan kesejahteraan anak dengan
memperhatikan hak dan kewajiban orang tua, wali, atau orang lain yang secara
hukum bertanggung jawab terhadap anak.
Pasal 4
32
Setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi
secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
Pasal 6
Setiap anak berhak untuk beribadah menurut agamanya, berpikir, dan berekspresi
sesuai dengan tingkat kecerdasan dan usianya, dalam bimbingan orang tua.
Pasal 8
Setiap anak berhak memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial sesuai
dengan kebutuhan fisik, mental, spiritual, dan sosial.
Pasal 9
(1) Setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka
pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan
bakatnya.
(2) Selain hak anak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), khusus bagi anak yang
menyandang cacat juga berhak memperoleh pendidikan luar biasa, sedangkan
bagi anak yang memiliki keunggulan juga berhak mendapatkan pendidikan
khusus.
33
Pasal 10
Setiap anak berhak menyatakan dan didengar pendapatnya, menerima, mencari,
dan memberikan informasi sesuai dengan tingkat kecerdasan dan usianya demi
pengembangan dirinya sesuai dengan nilai-nilai kesusilaan dan kepatutan.
Pasal 11
Setiap anak berhak untuk beristirahat dan memanfaatkan waktu luang, bergaul
dengan anak yang sebaya, bermain, berekreasi, dan berkreasi sesuai dengan minat,
bakat, dan tingkat kecerdasannya demi pengembangan diri.
Pasal 13
(1) Setiap anak selama dalam pengasuhan orang tua, wali, atau pihak lain mana
pun yang bertanggung jawab atas pengasuhan, berhak mendapat perlindungan
dari perlakuan:
a. diskriminasi;
34
b. eksploitasi, baik ekonomi maupun seksual;
c. penelantaran;
d. kekejaman, kekerasan, dan penganiayaan;
e. ketidakadilan; dan
f. perlakuan salah lainnya.
(2) Dalam hal orang tua, wali atau pengasuh anak melakukan segala bentuk
perlakuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), maka pelaku dikenakan
pemberatan hukuman.
Pasal 14
Setiap anak berhak untuk diasuh oleh orang tuanya sendiri, kecuali jika ada alasan
dan/atau aturan hukum yang sah menunjukkan bahwa pemisahan itu adalah demi
kepentingan terbaik bagi anak dan merupakan pertimbangan terakhir.
Pasal 16
(1) Setiap anak berhak memperoleh perlindungan dari sasaran penganiayaan,
penyiksaan, atau penjatuhan hukuman yang tidak manusiawi.
(2) Setiap anak berhak untuk memperoleh kebebasan sesuai dengan hukum.
35
(3) Penangkapan, penahanan, atau tindak pidana penjara anak hanya dilakukan
apabila sesuai dengan hukum yang berlaku dan hanya dapat dilakukan sebagai
upaya terakhir.
Pasal 17
(1) Setiap anak yang dirampas kebebasannya berhak untuk:
a. mendapatkan perlakuan secara manusiawi dan penempatannya
dipisahkan dari orang dewasa;
b. memperoleh bantuan hukum atau bantuan lainnya secara efektif dalam
setiap tahapan upaya hukum yang berlaku; dan
c. membela diri dan memperoleh keadilan di depan pengadilan anak yang
objektif dan tidak memihak dalam sidang tertutup untuk umum.
(2) Setiap anak yang menjadi korban atau pelaku kekerasan seksual atau yang
berhadapan dengan hukum berhak dirahasiakan.
Pasal 18
Setiap anak yang menjadi korban atau pelaku tindak pidana berhak mendapatkan
bantuan hukum dan bantuan lainnya.
36
B. INSTRUMEN HUKUM INTERNASIONAL
1. DEKLARASI UNIVERSAL TENTANG HAK-HAK ASASI MANUSIA
Tak seorang pun boleh dianiyaya/diperlakukan secara kejam, ditangkap,
ditahan atau di buang secara sewenang-wenang. Setiap orang yang dituntut karena
disangka melakukan suatu pelanggaran pidana harus dianggap tidak bersalah
(lihat pasal 5,8,9,10 dan 11 Deklarasi Universal tentang Hak-hak Azasi
Manusia(resolusi no 217 A (III) )
2. KONVENSI HAK ANAK TAHUN 1989
Pemerintah Indonesia telah meratifikasi konvensi hak anak melalui
Keputusan Presiden No. 36 tahun 1990.
Tidak seorang anak pun dapat dirampas kemerdekaannya secara tidak sah
atau sewenang-wenang, menjadi sasaran penyiksaan atau perlakuan/penghukuman
lain yang kejam, tidak manusiawi atau merendahkan martabat, hukuman mati,
atau hukuman seumur hidup. Penangkapan, penahanan atau pemenjaaraan seorang
37
anak harus sesuai dengan hukum dan hanya sebagai upaya terakhir dan untuk
jangka waktu yang sesingkat-singkatnya.
Setiap anak yang dirampas kemerdekannya harus diperlakukan secara
manusiawi dan dihormati martabat manusianya, juga memperhatikan kebutuhan-
kebutuhan manusia seusianya, dipisahkan dari orang-orang dewasa, secepatnya
memperoleh bantuan hukum dan bantuan lain.
Setiap anak yang disangka atau diruduh telah melanggar hukum pidana
mempunyai setidak-tidaknya jaminan dianggap tidak bersalah hingga dibuktikan
kesalahannya menurut hukum, secepatnya dan secara langsung diberitahukan
mengenai tuduhan-tuduhan terhadapnya, memperoleh keputusan tanpa ditunda-
tunda, tidak dipaksa memberikan kesaksian atau mengakuai kesalahan, memeriksa
atau menyuruh memeriksa saksi-saksi yang memberatkan, dan memperoleh peran
serta dan pemeriksaan saksi-saksi yang meringankan, keputusan dan setiap
tindakan yang dikenakan berhak ditinjau kembali oleh pejabat yang leibh tinggi
dan dihormati sepenuhnya kehidupan peribadinya dalam semua tahap proses
peradilan.
Pemberian nasehat, masa percobaan, pemeliharaan anak, program-
program pendidikan dan pelatihan kejuruan dan alternatif-alternatif lain di luar
memasukan anak anak ke dalam lembaga perawatan harus disediakan.
Meningkatkan pemulihan rohani dan jasmani dan penyatuan kembali ke dalam
masyarakat, setiap anak yang menjadi korban dari setiap bentuk penelantaran,
eksplotasi atau penganiyaan; penyiksaan atau bentuk perlakuan atau
38
penghukuman yang kejam, tidak manusiasi atau merendahkan martabat. (lihat
pasal 37, 38, dan 39 Konvensi hak anak)
3. KONVENSI MENENTANG PENYIKSAAN DAN PERLAKUAN SERTA PENGHUKUMAN LAINNYA YANG KEJAM, TIDAK MANUSIAWI ATAU MERENDAHKAN MARTABAT MANUSIA RES PBB NO. 39/46 TAHUN 1948 ) YANG DI RATIFIKASI DENGAN UNDANG-UNDANG NO. 5 TAHUN 1998 TENTANG PENGESEHAN CONVENTION AGAINST TORTURE AND OTHER CRUEL, INHUMAN OR DEGRADING TREATMEN OR PUNISHMENT
Konvensi ini telah diratifikasi oleh Pemeritah Indonesia melalui Undang-undang
No 5 tahun 1998 . Pada intinya isi konvensi tersebut adalah sebagai berikut:
1) Setiap negara menjamin semua perbuatan penganiyaan merupakan
pelanggaran hokum pidananya.
2) Setiap Negara menjamin pendidikan dan informasi mengenai larangan
penganiyaan sepenuhya dimasukan dalam pelatihan personal pengak hokum,
sipil, atau militer, personel kesehatan, pejabat-pejabat pemerintah atau orang-
orang lain yang mungkin terlibat dalam hal penahanan, intograsi atau
perlakuan terhadap individu manapun yang menjadi sasaran bentuk
penangkapan apapun, penahanan atau pemenjaraan.
3) Setiap Negara harus menjaga dan melakukan peninjauan kembali secara
sistimatis terhadap peraturan-peraturan intograsi, metode, praktek serta
39
peraturan penahan dan perlakuan terhadap orang-orang yang menjadi sasaran
penangkapan atau penahanan di wilayah hukkumnya.
4) Setiap Negara menjamin, para aparatnya untuk segera melakukan
penyelidikan secara adil apabila ada indikasi telah dilakukannya
penganiayaan.
5) Setiap individu yang menyatakan dirinya telah menjadi korban penganiyaan
berhak mengadukan dan berhak kasusnya dengan segera dan secara adil
diperiksa oleh para penguasa yang berswenang, pengaduan dan para saksi
dilindungi dari semua perlakuan buruk atau intimidasi sebagai akibat dari
pengaduannya atau bukti apapun yang diberikan.
6) Setiap korban penganiyaan memperoleh ganti rugi dan mempunyai hak yang
dapat dipaksakan untuk mendapatkan konpensasi yang adil dan memadai,
termasuk sarana-sarana untuk rehabilitasi sepenuh mungkin.
7) Pernyataan apapun yang disusun yang harus dibuat akibat penganiyaan, tidak
dijadikan sandaran sebagai bukti dalam pengadilan apapun.
Setiap negara menjamin; semua perbuatan penganiayaan merupakan
pelanggaran hukum pidananya; menjamin pendidikan dan informasi mengenai
laranganan penganiyaan sepenuhnya dimasukan dalam dalam pelatihan personal
penegakan hukum sipil atau militerpersonel kesehatan, pejabat-pejabat
pemerintah atau orang-orang lain yang mungkin terlebat dalam penahanan,
interogasi, atau perlakuan terhadap individu manapun yang menjadi sasaran
bentuk penanggapan apapun, penahanan atau pemenjaraan; setiap individu yang
40
menyatakan dirinya telah menjadi korban penganiyaan berhak mengadukan dan
mempunyai hak kasusnya dengan segera dan secara adil diperiksa oleh para
penguasan yang berwenang , pengadu dan para saksi dilingi dari semua perlakuan
buruk atau intimidasi sebagai akibat pengaduannya atau bukti apapun yang
diberikan; setiap korban penganiayan memperoleh ganti rugi dan mempunyai hak
yang dapat dipaksakan untuk mendapatkan kompensasi yang adil dan memadai,
termasuk sarana-sarana untuk rehabilitasi sepenuh mungkin; pernyataan apapun
yang disusun yang harus dibuat sebagai akibat penganiyaan, tidak dijadikan
sandaran sebagai bukti dalam pengadilan manapun. (Lihat pasal 4, 10, 11, 12, 13,
14, dan pasal 15 Konvensi menentang Penyiksaan dan Perlakukan atau
Penghukuman Lain yang Kejam, Tidak Manusiasi, atau Merendahkan Martabat
Orang)
4. PERATURAN-PERATURAN MINIMUM STANDAR PBB MENGENAI ADMINISTRASI PERADILAN BAGI ANAK/ THE BEIJING RULES (RES. NO. 40/33 TAHUN 1985),
Sistem peradilan bagi anak-anak mengutamakan kesejahteraan anak,
karena itu mereka diberikan kebebasan membuat keputusan pada seluruh tahap
proses peradilan dan pada tahap-tahap berbeda dari adminstrasi peradilan bagi
anak, termasuk pengusutan, penuntutan, pengambilan keputusan dan pengaturan-
pengaturan lanjutannya. Polisi, Penuntut Umum atau badan-badan lain yang
menangani perkara-perkara anak akan diberi kuasa untuk memutuskan perkara
menurut kebijaksanaan merekia, tanpa menggunakan pemeriksaan-pemeriksaan
awal yang formal.
41
Asas praduga tak bersalah, hak diberitahu akan tuntutan-tuntutan
terhadapnya, hak untuk tetap diam, hak mendapat pengacara, hak akan
kehadiran orang tua walik hak untuk menghadapi dan memriksa silaksaksi-
saksi dan hak untuk naik banding ke pihak berwenang yang lebih tinggi
akan dijamin pada seluruh tahap proses peradilan. Pada saat penangkapan
seoang anak, orang tuannya harus sebega diberitahu. Penahanan sebelum
pengadilan hamya akan digunakan sebagai pilihan langkah terakhir dan
untuk jangka waktu sesingkat mungkin.
Pejabat atau badan berwenang lainnya akan, tanpa penundaan,
mempertimbangkan isu pembebasan. Kontak antara badan penegak hukum
dengan pelangar anak diatur sedemikian rupa sehigga dapat menghormati
status hukum anak itu dan memajukan kesejahteraan anak.
Anak-anak yang berada di bawah penahanan sebelum pengadilan berhak
akan semuak hak dan jaminan dari peraturan-peraturan minium standar bagi
perlakuan terhadap narapidana. Anak yang berada di bawah penayanan sebelum
pengadilan akan di tempatkan terpisah dari orang-orang dewasa dan akan di tahan
pada suatu lembaga terpisah dari suatu lembaga yang juga menahan orang
dewasa, menerima perawatan, perlindungan, dan semua bantuan individual yang
diperlukan- sosial, edukasional, keteampilan, psikologis, pengobatan dan fisik-
yang mungkin mereka butuhkan sesuai dengan usia, jenis kelamin dan
kepribadian.
Proses peradilan akan kondusif bagi kepentingan utama anak dan akan
dilaksanakan dalam suasana pengertian yang akan memungkinkan anak itu ikut
42
serta di dalmnya dan menyatakan dirinya secara bebas. Memiliki hak diwakili
penasehat hukum atau memohon bantuan hukum bebas biaya. Orang tua atau wali
berhak ikut serta dalam proses peradilan dan dapat diharuskan oleh pihak yang
berwenang untuk menghadrinya demi kepentingan anak itu.
Kehilangan kebebasan tidak dapat dikenkan kecuali diputuskan atas suatu
tindakan yang seritus dan melibatkan kekerasan terhadap orang lain atau atas
ketetapan dalam melakukan pelanggaran-pelanggaran hukum yang serius lainnya
dan kecuali tidak ada jawaban lain yang memadai.
Pihak berwenang meiliki kekuasaan untuk mengakhiri proses
peradilan pada setiap saat. Penempatan anak pada suatu lembaga senantiasa
merupakan pilihan terakhir dan jangka waktu sesingkat mungkin, dengan
tujuan memberikan perawatan, perlidnungan, pendidikan dan ketempilan-
keterampilan khusus dengan tujuan membantu mereka memainkan peran-
peran yang secara sosial konstruktif dan produktif di masyarakat.
Negara akan mengadakan pengatuan-pengaturan semi institusiona, seperti rumah-
rumah persingahan, rumah-rumah pendidikan, pusat-pusat pelatihan di siang hari
dan pengatuan-pengatuan lainnya yang dapat membantu anak untuk kembali
berintegrasi secara baik dengan masyarakat. (lihat butir 5, 6, 7, 10, 11, 12, 13, 14,
15, 16, 17, 19, 22, 26, 28, 29 dan butir 30 Peraturan-peraturan minimum standar
PBB mengenai Administrasi Peradilan bagi anak/ The Beijing Rules)
43
5. KUMPULAN HUKUM PRINSIP-PRINSIP UNTUK PERLINDUNGAN SEMUA ORANG YANG BERADA DI BAWAH BENTUK PENAHANAN APAPUN ATAU PEMENJARAAN (RES. PBB NO. 43/173 TAHUN 1988),
Semua orang yang berada dibawa setiap bentuk penahanan atau
pemenjaraan harus diperlakukan dalam cara yang manusiawi dan dengan
menghormati martabat pribadi manusia yang melekat. Orang yang ditahan,
apabila mungkin, mereka harus tetap terpisah dari para narapidana.
Siapapun yang ditangkap harus diberitahu pada waktu penangakapannya
mengenai alasan pengakapannya dan harus sebera diberi tahu mengenai tuduhan-
tuduhan terhadap dirinya.(lihat prinsip-prinsip untuk perlindungan semua orang
yang berada di bawah bentuk penahanan apapun atau pemenjaraan res. PBB No.
43/173 tahun 1988.
6. PERATURAN PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA (PBB) BAGI PERLINDUNGAN ANAK YANG KEHILANGAN KEBEBASANNYA (RES NO. 45/113 TAHUN 1990)
Sistem pengadilan bagi anak harus menjungjung tinggi hak-hak
keselamatan anak serta memajukan kesejahteraan fisik dan mental para anak.
Menghilangkan kebebasan anak haruslah merupakan pilihan terakhir dan untuk
masa yang minimum serta dibatasi pada kasus-kasus luar biasa, tanpa
mengesampingkan kemungkinan pembebasan lebih awal. Dikenakan pada
kondisi-kondisi yang menjamin penghormatan hak hak asasi para anak dan hanya
dapat dilakukan hanya dalam keadaan yang sepenuhnya menimbang kebutuhan-
kebutuhan khas, status, dan persyaratan-persyaratan khusus yang sesuai dengan
44
usia, keperibadian, jenis kelamin serta jenis pelanggaran, sesuai dengan prinsip-
prinsip dan prosedur-prosedur yang dituangkan dalam peraturan-peratuan ini dan
peraturan-peratuan minimum standar perserikatan bangsa-bangsa mengenai
administrasi peradilan bagi anak. Anak yang ditahan menunggu peradilan harus
diperlakukan sebagai orang yang tidak bersalah, harus dipisahkan dari para anak
yang telah dijatuhi hukuman, memiliki hak akan nasehat pengacara hukum dan
diperbolehkan meminta bantuan hukum tanpa biaya, disediakan kesempatan
kerja, dengan upah dan melanjutkan pendidikan atau pelatihan, tetapi tidak boleh
diharuskan.
Hukuman penjara harus digunakan sebagai upaya terakhir dan harus
menjamin para anak ini mendapatkan manfaat dari kegiatan-kegiatan dan
program-program yang diadakan lembaga. Mereka harus dipisah dari orang
dewasa. (lihat pasal 1, 2, 4, 7, 8, 11, 12, 14, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 26, 28,
29 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, dan 37 Peraturan perserikatan PBB bagi
Perlindungan anak yang kehilangan kebebasannya ( Res No. 45/113 tahun 1990)
Semua instrumen hukum Internasional dan instrumen hukum
nasional ini dimaksudkan untuk memberikan jaminan perlidungan hak-hak
anak serta lebih kuat ketika mereka berhadapan dengan hukum dan harus
menjalani proses peradilan.
45