72
HAK ASUH ANAK AKIBAT ISTRI NUSYUZ (Analisa Putusan Pengadilan Agama Jakarta Timur Perkara No. 377/Pdt. G/2006) Disusun oleh : Hadi Zulkarnain 106044201462 KONSENTRASI ADMINISTRASI KEPERDATAAN ISLAM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011

HAK ASUH ANAK AKIBAT ISTRI NUSYUZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3302/1/HADI...HAK ASUH ANAK AKIBAT ISTRI NUSYUZ (Analisa Putusan Pengadilan

  • Upload
    lyquynh

  • View
    236

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: HAK ASUH ANAK AKIBAT ISTRI NUSYUZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3302/1/HADI...HAK ASUH ANAK AKIBAT ISTRI NUSYUZ (Analisa Putusan Pengadilan

HAK ASUH ANAK AKIBAT ISTRI NUSYUZ

(Analisa Putusan Pengadilan Agama Jakarta Timur

Perkara No. 377/Pdt. G/2006)

Disusun oleh :

Hadi Zulkarnain

106044201462

KONSENTRASI ADMINISTRASI KEPERDATAAN ISLAM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2011

Page 2: HAK ASUH ANAK AKIBAT ISTRI NUSYUZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3302/1/HADI...HAK ASUH ANAK AKIBAT ISTRI NUSYUZ (Analisa Putusan Pengadilan

HAK ASUH ANAK AKIBAT ISTRI NUSYUZ

(Analisa Putusan Pengadilan Agama Jakarta Timur

Perkara Nomor 377/Pdt. G/2006)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

Oleh:

Hadi Zulkarnain

NIM 106044201462

Di Bawah Bimbingan

Dr. Hj. Mesraini, M.Ag Hj. Hotnidah Nasution, M.Ag

NIP. 197602132003122001 NIP. 197106301997032002

KONSENTRASI ADMINISTRASI KEPERDATAAN ISLAM

PROGRAM STUDI AHWAL AL SYAKHSHIYAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1431 H/ 2010 H

Page 3: HAK ASUH ANAK AKIBAT ISTRI NUSYUZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3302/1/HADI...HAK ASUH ANAK AKIBAT ISTRI NUSYUZ (Analisa Putusan Pengadilan

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah

satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya penulisan skripsi ini bukan hasil karya

asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 16 Desember 2010

Hadi Zulkarnain

Page 4: HAK ASUH ANAK AKIBAT ISTRI NUSYUZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3302/1/HADI...HAK ASUH ANAK AKIBAT ISTRI NUSYUZ (Analisa Putusan Pengadilan

i

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala pujian serta rasa syukur yang tak terhingga penulis

panjatkan kehadirat Allah swt yang senantiasa memberikan limpahan rahmat dan

kasih sayang-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada

waktunya.

Shalawat teriring salam semoga tetap tercurahkan kepada nabi Muhammad

saw yang telah menebarkan cahaya islam ke seluruh penjuru dunia sehingga penulis

dapat menikmati indahnya hidup dalam naungan cahaya islam.

Skripsi ini sebagai bentuk nyata dari perjuangan penulis selama menuntut

ilmu di bangku kuliah Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta.

Berbagai hambatan dan kesulitan selama proses penulisan skripsi ini dapat penulis

lalui. Semua ini karena do’a dan dukungan orang-orang yang ada di sekitar penulis.

Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan rasa terima kasih yang tak

terhingga kepada para pihak yang telah mendukung penulis dalam penulisan skripsi

ini, diantaranya adalah:

1. Ayahanda dan Ibunda tercinta serta adik-adik dan saudara-saudaraku

tersayang yang tak pernah kenal lelah untuk terus berkorban bagi penulis.

Senyummu adalah penyemangatku dalam menjalani kehidupan ini. Semoga

Allah selalu melindungi serta selalu memberikan nikmat sehat.

Page 5: HAK ASUH ANAK AKIBAT ISTRI NUSYUZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3302/1/HADI...HAK ASUH ANAK AKIBAT ISTRI NUSYUZ (Analisa Putusan Pengadilan

ii

2. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM., selaku Dekan

Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Drs. H. A. Basiq Djalil, SH, MH dan Bapak Kamarusdiana, M.Ag

selaku Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan program studi Ahwal Asy

Syakhshiyyah yang dengan penuh kesabaran membimbing penulis selama

menempuh pendidikan S1 di Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Dr. Hj. Mesraini, M.Ag dan Hj. Hotnidah Nasution, M.Ag selaku dosen

pembimbing yang senantiasa membimbing penulis dari awal hingga

selesainya penulisan skripsi ini.

5. Dr. Juaini Syukri, Lcs, MA dan Dr. Azizah, MA selaku dosen penguji yang

sudah menyempatkan waktunya untuk menguji penulis.

6. Bapak/Ibu dosen pengajar Fakultas Syariah dan Hukum yang telah memberi

ilmu, pengalaman dan nasehat kepada penulis. Semoga ilmu yang penulis

dapatkan dari Bapak/Ibu dapat bermanfaat dunia dan akhirat serta menjadi

amal kebaikan bagi Bapak/Ibu dosen.

7. Pimpinan dan segenap staff Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

yang telah membantu dalam kelancaran penulisan skripsi ini.

8. Bapak Ketua Pengadilan Agama Jakarta Timur beserta staff Pengadilan

Agama Jakarta Timur yang telah memberikan izin kepada penulis untuk

melakukan wawancara di Pengadilan Agama Jakarta Timur serta telah

membantu dalam kelancaran birokrasi.

Page 6: HAK ASUH ANAK AKIBAT ISTRI NUSYUZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3302/1/HADI...HAK ASUH ANAK AKIBAT ISTRI NUSYUZ (Analisa Putusan Pengadilan

iii

9. Teman-teman seperjuangan AKI 2006. Selama 4 tahun kenal dan kuliah

bersama kalian merupakan hal terindah dalam hidup penulis.

10. Khusus untuk teman kosan (Sukri, Ari, Irfan, Musyawa, Fauji), Thank’s for

All. You are the best friend. “SEMANGAT”

Semoga semua pengorbanan dan kebaikan yang diberikan mendapatkan nilai

kebaikan di sisi Allah swt dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

pengembangan ilmu pengetahuan.

Ciputat, 4 Februari 2011

Hadi Zulkarnain

Page 7: HAK ASUH ANAK AKIBAT ISTRI NUSYUZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3302/1/HADI...HAK ASUH ANAK AKIBAT ISTRI NUSYUZ (Analisa Putusan Pengadilan

iv

DAFTAR ISI

Kata Pengantar i

Daftar Isi iv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .......................................................................... 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah ............................................................... 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................ 8

D. Metode Penelitian .................................................................................... 9

E. Review Study Terdahulu ....................................................................... 11

F. Sistematika Penulisan ............................................................................ 13

BAB II PANDANGAN FUQAHA TENTANG HADHANAH DAN

PERMASALAHANNYA

A. Pengertian Hadhanah ............................................................................ 15

B. Dasar Hukum Hadhanah ....................................................................... 18

C. Syarat-syarat untuk Mendapatkan Hak asuh ........................................ 19

D. Pihak-pihak yang Berhak Atas Hak Asuh ............................................ 26

E. Hak Asuh Anak jika Istri Nusyuz ......................................................... 27

BAB III HADHANAH & PERMASALAHANNYA MENURUT ATURAN

PERKAWINAN di INDONESIA

A. Pengertian Hadhanah ............................................................................ 30

B. Syarat-syarat untuk Mendapatkan Hak Asuh ....................................... 32

C. Pihak-pihak yang Berhak Atas Hak Asuh ............................................ 34

D. Hak Asuh Anak jika Istri Nusyuz ......................................................... 35

Page 8: HAK ASUH ANAK AKIBAT ISTRI NUSYUZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3302/1/HADI...HAK ASUH ANAK AKIBAT ISTRI NUSYUZ (Analisa Putusan Pengadilan

v

BAB IV PANDANGAN HAKIM PA JAKTIM TENTANG HAK ASUH

ANAK PASCA PERCERAIAN AKIBAT ISTRI NUSYUZ

A. Gambaran Putusan No. 377/Pt. G/2006 PA Jaktim ............................... 38

B. Pertimbangan Hakim PA Jaktim dalam Memutuskan Perkara No. 377/

Pt. G/2006 .............................................................................................. 48

C. Analisa Penulis Terhadap Putusan No. 377/Pt. G/2006 PA Jaktim ...... 49

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................................... 56

B. Saran-Saran ........................................................................................... 57

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 59

LAMPIRAN

Page 9: HAK ASUH ANAK AKIBAT ISTRI NUSYUZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3302/1/HADI...HAK ASUH ANAK AKIBAT ISTRI NUSYUZ (Analisa Putusan Pengadilan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menurut pasal 1 Undang-undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974 disebutkan

bahwa perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang

wanita, sebagai suami istri dengan tujuan untuk membentuk keluarga yang bahagia

serta kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

Untuk membentuk keluarga yang bahagia dibutuhkan rasa saling memahami

antara suami istri sehingga dapat tercipta keharmonisan, ketenangan dan kasih

sayang karena ketiga poin tersebut merupakan kunci dari tujuan perkawinan.

Firman Allah SWT dalam Al-Qur’an surat Al-Rum ayat 21 menyatakan :

:

”Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu

isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram

kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada

yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. (QS.

Ar-Rum : 21)

Lihatlah betapa indahnya bahasa Al-Qur’an dalam menggambarkan

kebutuhan manusia terhadap perkawinan, serta ketenangan dan kebahagiaan yang

lahir dari pada perkawinan tersebut. Firman Allah SWT surat Al-Baqarah ayat 187 :

Page 10: HAK ASUH ANAK AKIBAT ISTRI NUSYUZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3302/1/HADI...HAK ASUH ANAK AKIBAT ISTRI NUSYUZ (Analisa Putusan Pengadilan

2

... ...

“Mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi mereka.

(QS. Al-Baqarah : 187)

Ayat diatas mengibaratkan suami istri sebagai pakaian bagi pasangannya

karena masing-masing saling melindungi pasangannya.

Oleh karena itu, keperluan suami kepada istri dan keperluan istri kepada

suami adalah seperti keperluan masing-masing kepada pakaian. Pakaian diperlukan

untuk menutupi seluruh badan dan menghindari suatu yang menyakitkan begitu juga

dengan suami dan istri, masing-masing akan menjaga kemuliaan, kehormatan serta

memberikan kebahagiaan kepada pasangan masing-masing.

Namun tidak setiap pasangan yang terikat dalam perkawinan tersebut dapat

menyelesaikan misinya dengan sempurna, dalam perkawinan akan terjadi pergolakan

dalam rumah tangga yang berawal dari faktor-faktor tertentu. Pergolakan tersebut

akan membawa pernikahan kepada perceraian antara suami istri yang tidak menemui

jalan penyelesaian. Suami istri sendiri dalam ajaran Islam tidak boleh terlalu cepat

mengambil keputusan bercerai walaupun perceraian tersebut dibolehkan.1 Perceraian

merupakan jalan terakhir karena dampaknya yang tidak sedikit dan sangat serius,

sehingga dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar, Nabi SAW

menyatakan :

1 Ahmad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta. Raja Grafindo Persada, 2000), cet.

Keempat, h.240.

Page 11: HAK ASUH ANAK AKIBAT ISTRI NUSYUZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3302/1/HADI...HAK ASUH ANAK AKIBAT ISTRI NUSYUZ (Analisa Putusan Pengadilan

3

لابغض الحال: عن ابن عمر رضي هلل عنو ان النبي صلى هلل عليو و سلم قا ل

(رواه ابوا داود) عند هلل الطال ق2

“ Dari Ibnu Umar bahwasanya Nabi Muhammad SAW bersabda : sesuatu

yang halal yang paling dibenci oleh Allah adalah perceraian. (HR. Abu Daud)

Terjadinya perceraian ini membawa berbagai konsekuensi logis yang harus

diterima masing-masing pihak, termasuk anak hasil perkawinan mereka sebagai pihak

yang paling dirugikan.

Salah satu hal penting yang mungkin kurang dipertimbangkan ketika terjadi

perceraian adalah tanggung jawab pemeliharaan anak atau hak asuh anak.

Pemeliharaan anak merupakan tanggung jawab kedua orang tua, baik ketika kedua

orang tuanya masih hidup rukun dalam ikatan perkawinan maupun ketika mereka

gagal karena terjadi perceraian. Pemeliharaan ini meliputi berbagai hal, diantaranya

masalah ekonomi, pendidikan dan masalah-masalah lain yang menjadi kebutuhan

pokok anak.

Dalam konteks kehidupan modern yang ditandai dengan adanya globalisasi di

semua aspek kehidupan manusia, terminologi anak perlu dipahami lebih luas dan

menyeluruh agar orang tua tidak hanya memprioritaskan kewajibannya pada

terpenuhi kebutuhan materil anak saja, tetapi lebih dari itu kebutuhan mereka akan

cinta dan kasih sayang, turut menjadi faktor penentu pembentuk kepribadian anak.3

2 Abu Daud, Sunan Abu Daud, (Al-Qahirah, Dar Al-Harin, 1988/1408 H), Juz kedua, h.226

Page 12: HAK ASUH ANAK AKIBAT ISTRI NUSYUZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3302/1/HADI...HAK ASUH ANAK AKIBAT ISTRI NUSYUZ (Analisa Putusan Pengadilan

4

Sehingga kualitas komunikasi antara anak dan orang tua mutlak perlu mendapatkan

perhatian. Bila hal ini tidak terpenuhi, maka pada akhirnya anak akan mencari

konpensasi diluar yang besar kemungkinan akan lebih mendatangkan pengaruh

negatif dari pergaulan mereka.

Dalam Islam pemeliharaan anak disebut hadhanah. Secara etimologis,

hadhanah ini berarti disamping atau berada dibawah ketiak. Sedangkan secara

terminologisnya, hadhanah merawat dan mendidik seseorang yang belum mumayyiz

atau yang kuang mampu kecerdasannya, karena mereka tidak bisa memenuhi

keperluannya sendiri.4

Para ulama fiqh mendefinisikan hadhanah melakukan pemeliharaan anak-anak

yang masih kecil, baik laki-laki maupun perempuan, atau yang sudah besar tetapi

belum mumayyiz, menyediakan sesuatu yang menjadikan kebaikannya, menjaganya

dari sesuatu yang menyakiti dan merusaknya, mendidik jasmani, rohani dan akalnya

agar mampu berdiri sendiri menghadapi hidup dan memikul tanggung jawabnya.5

Namun yang perlu ditegaskan disini adalah bahwa terdapat perbedaan antara

tanggung jawab pemeliharaan bersifat materil dan tanggung jawab pemeliharaan yang

bersifat pengasuhan.

3 Ahmad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta. Raja Grafindo Persada, 2000), cet.

Keempat, h.240. 4 Abdul Azis Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam, (Jakarta. Ikhtiar Baru Van Hoepe, 1999),

h.415 5 Abd. Rahman Ghazaly, Fikih Munakahat, (Jakarta Timur, Prenada Media, Juli 2003),

cetakan pertama, h.176

Page 13: HAK ASUH ANAK AKIBAT ISTRI NUSYUZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3302/1/HADI...HAK ASUH ANAK AKIBAT ISTRI NUSYUZ (Analisa Putusan Pengadilan

5

Tanggung jawab pemeliharaan yang bersifat materil dalam konsep Islam

merupakan kewajiban ayah. Sedangkan tanggung jawab pemeliharaan yang bersifat

pengasuhan, dalam berbagai literature fiqh, prioritas utama hak pengasuhan anak

diberikan kepada ibu selama anak tersebut belum mumayyiz. Apabila anak tersebut

sudah mumayyiz, hendaklah diselidiki oleh yang berwajib (hakim) siapakah diantara

kedua orang tuanya yang lebih baik dan lebih pandai untuk mendidik anak itu,

selanjutnya si anak hendaklah diserahkan kepada yang lebih cakap untuk mengatur

kemaslahatan itu. Akan tetapi kalau keduanya sama saja, anak itu harus disuruh

memilih kepada siapa diantara keduanya yang lebih disukai oleh si anak.6

Secara umum, sudah dapat diketahui bahwa bagi anak yang belum mumayyiz

hak pengasuhannya diprioritaskan kepada ibu, tetapi bagaimanakah jika perceraian

orang tuanya itu terjadi karena nusyuz yang dilakukan oleh ibunya. Artinya, si ibu

adalah orang yang sudah pernah terbukti melalaikan kewajibannya sebagai istri.

Apakah si ibu masih layak diberi prioritas untuk melakukan pengasuhan terhadap

anaknya ?

Menurut UU No. 1 Tahun 1974 pasal 49 ayat 1 disebutkan bahwa salah

seorang atau kedua orang tua dapat dicabut kekuasaannya terhadap seorang anak atau

lebih untuk waktu yang tertentu atas permintaan orang tua yang lain, keluarga anak

dalam garis lurus keatas dan saudara kandung yang telah dewasa atau pejabat yang

berwenang, dengan keputusan pengadilan dalam hal-hal :

6 Sulaiman Rasyid, Fiqh Islam, (Jakarta, Attahiriyah, Januari 1976), cetakan ketujuh belas,

h.403

Page 14: HAK ASUH ANAK AKIBAT ISTRI NUSYUZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3302/1/HADI...HAK ASUH ANAK AKIBAT ISTRI NUSYUZ (Analisa Putusan Pengadilan

6

a. Ia sangat melalaikan kewajibannya terhadap anaknya

b. Ia berkelakuan buruk sekali

Sementara itu dalam KHI pasal 105 point a disebutkan bahwa : “Pemeliharaan

anak yang belum mumayyiz atau belum berumur 12 tahun adalah hak ibunya”.

Kedua aturan diatas merupakan pegangan para hakim dalam memutuskan

perkara hadhanah, selain juga memakai rujukan lainnya. Karena itu bagaimanakah

para hakim memutuskan perkara yang berkaitan dengan hak asuh anak pasca

perceraian karena istri nusyuz. Apakah para hakim akan tetap memberikan prioritas

hak asuh kepada ibu ? ataukah mengalihkan kepada selain ibu ?

Hal inilah yang menjadi pemikiran penulis dalam melihat beberapa kasus

perceraian yang mengakibatkan sengketa hadhanah atau pengasuhan anak, karena

jika para hakim melihat hasil dari perceraian tentang hadhanah hak asuhnya harus

diberikan kepada ibu jika anak itu belum mumayyiz, maka akan menjadi tidak adil

bagi pihak ayah dari anak tersebut jika perceraian tersebut diakibatkan karena istri

melakukan nusyuz. Sehingga hal ini menurut penulis harus mendapatkan perhatian

lebih dari para hakim dalam memutuskan perceraian akibat nusyuz yang berdampak

pada hadhanah atau pengasuhan anak, walaupun dalam KHI atau Undang-Undang No

1 Tahun 1974 diatur bahwa hadhanah bagi anak yang belum mumayyiz jatuh atau

diberikan kepada pihak ibu.

Page 15: HAK ASUH ANAK AKIBAT ISTRI NUSYUZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3302/1/HADI...HAK ASUH ANAK AKIBAT ISTRI NUSYUZ (Analisa Putusan Pengadilan

7

Berdasarkan masalah diatas penulis tertarik untuk mengkaji dan melihat lebih

jauh permasalahan tersebut yang akan dituangkan dalam bentuk skripsi dengan judul

Hak Asuh Anak Akibat Istri Nusyuz (Analisa Putusan nomor 377/Pdt.

G/2006/PA Jaktim).

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Karena pembahasan mengenai hak asuh anak akibat istri nusyuz demikian

luasnya, maka perlu kiranya penulis memberikan batasan masalah agar tidak melebar

dan lebih terarah, pembahasan dalam penelitian ini difokuskan pembahasannya

mengenai hak asuh anak setelah perceraian karena istri nusyuz dalam putusan No.

377/Pdt. G/2006/PAJT.

2. Perumusan Masalah

Menurut pasal 49 ayat (1) Undang-undang No. 1 Tahun 1974 dikatakan

bahwa “ Salah seorang atau kedua orang tua dapat dicabut kekuasaannya terhadap

seorang anak atau lebih untuk waktu yang tertentu atas permintaan orang tua yang

lain, keluarga anak dalam garis lurus keatas dan saudara kandung yang telah dewasa

atau pejabat yang berwenang, dengan keputusan pengadilan dalam hal-hal :

a. Ia sangat melalaikan kewajibannya terhadap anaknya

b. Ia berkelakuan buruk sekali

Akan tetapi berdasarkan putusan yang penulis dapat dari pengadilan agama

Jakarta Timur majelis hakim dalam menetapkan putusan untuk orang tua yang

Page 16: HAK ASUH ANAK AKIBAT ISTRI NUSYUZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3302/1/HADI...HAK ASUH ANAK AKIBAT ISTRI NUSYUZ (Analisa Putusan Pengadilan

8

nusyuz hanya merujuk pada pasal 105 poin a Kompilasi Hukum Islam yang berbunyi

“Pemeliharaan anak yang belum mumayyiz atau belum berumur 12 tahun adalah hak

ibunya”.

Berdasarkan permasalahan diatas, penulis merincikan rumusan masalah

sebagai berikut :

1. Bagaimana pendapat fuqaha tentang hak asuh anak pasca perceraian karena

istri nusyuz ?

2. Bagaimana perundang-undangan perkawinan di Indonesia mengatur tentang

hak asuh anak pasca perceraian karena istri nusyuz ?

3. Bagaimana pandangan hakim yang menyelesaikan perkara No. 377/Pdt.

G/2006/PA Jaktim tentang hak asuh anak pasca perceraian karena istri

nusyuz ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun hasil yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah terjawabnya

semua permasalahan yang dirumuskan, yaitu :

1. Untuk mengetahui pendapat fuqaha tentang hak asuh anak pasca perceraian

karena istri nusyuz.

2. Untuk mengetahui perundang-undangan perkawinan di Indonesia dalam

mengatur tentang hak asuh anak pasca perceraian karena istri nusyuz.

Page 17: HAK ASUH ANAK AKIBAT ISTRI NUSYUZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3302/1/HADI...HAK ASUH ANAK AKIBAT ISTRI NUSYUZ (Analisa Putusan Pengadilan

9

3. Untuk mengetahui pandangan hakim yang menyelesaikan perkara No.

377/Pdt. G/2006/PA Jaktim tentang hak asuh anak pasca perceraian karena

istri nusyuz.

2. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar S1 dalam bidang

hukum Islam

2. Menjadikan bahan pertimbangan para penegak hukum dalam hal ini hakim,

untuk lebih mengedepankan prinsip keadilan dalam memutuskan perkara

selain mengedepankan pertimbangan hukum.

3. Memberikan informasi kepada masyarakat terkait dengan hak hadhanah pada

istri yang nusyuz

D. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini diaplikasikan model pendekatan hukum normatif yang

memiliki persamaan dengan penelitian doktrinal.7 Yaitu cara mendekati masalah yang

akan diteliti dikonsepkan sebagian kaidah atau norma yang merupakan patokan

berperilaku manusia dianggap pantas atau sebaliknya, benar atau salah dan

sebagainya. Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian deskriptif,

menggambarkan sebuah permasalahan lalu diambil kesimpulan.

7 Jhonny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, cet. II (Jawa Timur:

Bayumedia Publising, 2006)h.45

Page 18: HAK ASUH ANAK AKIBAT ISTRI NUSYUZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3302/1/HADI...HAK ASUH ANAK AKIBAT ISTRI NUSYUZ (Analisa Putusan Pengadilan

10

2. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini dapat dikategorisasi menjadi bahan hukum

primer, sekunder dan tersier. Adapun bahan hukum primernya mencakup peraturan

perundang-undangan yang terkait dengan objek penelitian putusan No. 377/Pdt.

G/2006/PAJT, selanjutnya bahan hukum sekundernya terdiri dari buku, jurnal, karya

ilmiah yang ada kaitannya dengan objek penelitian, sedangkan bahan hukum

tersiernya adalah kamus hukum.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan melakukan

study dokumentasi terhadap bahan hukum primer, sekunder dan tersier. Disamping

itu, penulis juga akan melakukan wawancara terhadap hakim yang memutus perkara

No. 377/Pdt. G/2006/PAJT dan juga kepada para pihak dalam perkara.

4. Teknik Pengolahan Data

Dalam pengolahan data dilakukan dengan cara mengedit data, lalu disusun

agar dapat menjadi bagian yang menyatu dari teks-teks, diberikan pengkodean data

berdasarkan kategorisasi dan diklasifikasikan berdasarkan masing-masing

permasalahan yang dirumuskan secara deduktif. Dari data yang diperoleh selanjutnya

dianalisis secara kualitatif.

5. Teknik Analisis Data

Page 19: HAK ASUH ANAK AKIBAT ISTRI NUSYUZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3302/1/HADI...HAK ASUH ANAK AKIBAT ISTRI NUSYUZ (Analisa Putusan Pengadilan

11

Bahan yang telah diperoleh, lalu diuraikan dan dihubungkan sedemikian rupa

sehingga menjadi sistematis dalam menjawab permasalahan yang telah dirumuskan.

Data-data dianalisis dengan metode kualitatif sehingga dapat membantu menjawab

permasalahan penelitian.

6. Teknik Penulisan Skripsi

Penulisan yang digunakan adalah deskriptif analisis yaitu dengan cara

penulisan yang menggambarkan permasalahan yang didasari pada data-data yang ada,

lalu dianalisa lebih lanjut untuk kemudian diambil kesimpulan. Teknik penulisan dan

penyusunan juga berdasarkan buku pedoman penulisan skripsi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta Fakultas Syari’ah dan Hukum, Cet Ke-1 tahun 2007.

E. Review Studi Terdahulu

Penulis melakukan review studi terdahulu sebelum menentukan judul

proposal, dalam review studi terdahulu penulis menemukan beberapa skripsi yang ada

kaitannya dengan hadhanah. Diantaranya adalah :

1. Hak Hadhanah Menurut UU Keluarga Islam di Mahkamah Syari’ah Negeri

Selangor, Malaysia, oleh: Khaslaili binti Lahuri (106044103565).

Skripsi ini membahas tentang hadhanah yang di dalam Undang-undang Keluarga

Islam di Negeri Malaysia dijelaskan bahwa ibu lebih berhak atas hak hadhanah

setelah perceraian berlaku.

Selain itu juga dijelaskan syarat-syarat yang berlaku bagi orang yang berhak

atas hak hadhanah menurut Undang-undang Keluarga Islam di Negeri Selangor

Page 20: HAK ASUH ANAK AKIBAT ISTRI NUSYUZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3302/1/HADI...HAK ASUH ANAK AKIBAT ISTRI NUSYUZ (Analisa Putusan Pengadilan

12

Seksyen 83 Enakmen No. 2 tahun 2003 adalah Islam, akal yang sempurna, berumur

yang melayakkan dia memberi penjagaan dan kasih sayang yang diperlukan oleh

anak-anak itu, berkelakuan baik dan tinggal di tempat di mana anak itu tidak akan

mungkin dihadapkan oleh sesuatu hal yang berdampak negatif dari akhlak dan

jasmani.

2. Hadhanah Persfektif Madzhab Hanafi dan Madzhab Syafi’i dan Prakteknya

di Pengadilan Agama Jakarta Selatan (Studi Putusan Pengadilan Agama Jakarta

Selatan No. 1185/ Pdt. G/2006/PAJS) oleh: Sabaruddin (204044103057).

Skripsi ini membahas tentang Hak Asuh Anak dalam pandangan Madzhab

Hanafi dan Madzhab Syafi’i dan Prakteknya di Pengadilan Agama Jakarta Selatan.

Bahwasanya secara teoritis, Imam Hanafi tidak mensyaratkan beragama Islam bagi

yang akan melakukan hadhanah terhadap anak yang beragama Islam selama anak itu

belum mumayyiz (di bawah umur tujuh tahun).

Sedangkan menurut Imam Syafi’i dan pendapat mayoritas mujtahid, orang tua

yang murtad setelah putusnya perkawinan tidak memiliki hak asuh anaknya, karena

salah satu syarat bagi orang yang melakukan hadhanah adalah beragama Islam.

Artinya, bilamana seorang ibu tidak beragama Islam, maka gugurlah hak hadhanah

terhadap anaknya.

Secara praktis prioritas hak asuh orang tua murtad terhadap anak di bawah

umur menurut keputusan hakim Pengadilan Agama Jakarta Selatan hak pengasuhnya

diberikan kepada ayah karena ibu dari anak tersebut keluar dari agama islam

Page 21: HAK ASUH ANAK AKIBAT ISTRI NUSYUZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3302/1/HADI...HAK ASUH ANAK AKIBAT ISTRI NUSYUZ (Analisa Putusan Pengadilan

13

(murtad), demi menjaga kemashlahatan dan menjaga akhlak anak dan menjaga

agama, jiwa, akal, harta dan keturunan serta kehormatan anak.

3. Kekerasan Karena Istri Nusyuz (Studi Kasus di Pengadilan Agama Jakarta

Selatan) oleh: Nur Shollah (102044225103).

Skripsi ini membahas tentang suami yang melakukan kekerasan karena istri

tidak taat pada suami. Hal ini juga dapat di katakan nusyuz.

Kekerasan dalam pandangan hukum Islam bahwa suami hendaknya jangan

sampai memukul wajah dan bagian tubuh lainnya yang dapat melukai apalagi

mencelakakan terhadap diri istri.

Dengan demikian skipsi yang akan penulis angkat berbeda dengan skripsi-

skripsi yang sudah dibahas terdahulu, karena skripsi penulis akan membahas tentang

hak hadhanah terhadap anak yang sudah mumayyiz dalam kasus perceraian karena

istri nusyuz dengan menganalisa putusan No. 377/Pdt. G/2006/PAJT.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penyusunan penelitian ini ialah berformat kerangka outline dalam

bentuk bab dan sub bab, secara ringkas terurai dalam penjelasan berikut :

BAB I: Berisi pendahuluan yang memuat latar belakang masalah, pembatasan

dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi

penelitian, review study terdahulu serta sistematika penulisan.

BAB II: Membahas tentang hadhanah dan permasalahannya menurut fuqaha,

meliputi pengertian hadhanah, dasar hukum hadhanah, syarat-syarat

Page 22: HAK ASUH ANAK AKIBAT ISTRI NUSYUZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3302/1/HADI...HAK ASUH ANAK AKIBAT ISTRI NUSYUZ (Analisa Putusan Pengadilan

14

untuk mendapatkan hak asuh anak, pihak-pihak yang berhak atas hak

asuh, hak asuh anak jika istri nusyuz.

BAB III: Membahas tentang Hadhanah dan permasalahannya menurut aturan

perkawinan di Indonesia, meliputi pengertian hadhanah, syarat-syarat

untuk mendapatkan hak asuh, pihak-pihak yang berhak atas hak asuh

anak, hak asuh anak jika istri nusyuz.

BAB IV: Dalam bab ini berisi tentang pandangan hakim PA Jaktim tentang hak

asuh anak pasca perceraian akibat istri nusyuz.

BAB V: Merupakan tahap akhir dari penulisan skripsi yang berisi tentang

kesimpulan dan saran

Page 23: HAK ASUH ANAK AKIBAT ISTRI NUSYUZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3302/1/HADI...HAK ASUH ANAK AKIBAT ISTRI NUSYUZ (Analisa Putusan Pengadilan

15

BAB II

PANDANGAN FUQAHA TENTANG HADHANAH DAN

PERMASALAHANNYA

A. Pengertian Hadhanah

Secara etimologi (Bahasa), hadhanah (pemeliharaan anak) berarti “al-janb”

yang berarti disamping atau berada di bawah ketiak1, atau bisa juga berarti

meletakkan sesuatu dekat tulang rusuk seperti menggendong, atau meletakkan

sesuatu dalam pangkuan.2 Maksudnya adalah merawat dan mendidik seseorang yang

belum mumayyiz atau yang hilang kecerdasannya, karena mereka tidak bisa

mengerjakan keperluan diri sendiri.

Menurut Sayyid Sabiq dalam kitabnya Fiqhus Sunnah hadhanah berasal dari

kata ( انحضن ) yang artinya lambung, seperti kalimat رة من انحضن انحضانت مأخ

Artinya hadhanah diambil dari kata al hidhan, hal ini diungkapkan dalam bentuk

ضو“ حضن انطاێش ب ” yang artinya burung itu menghimpit dibawahnya, begitu pula

dengan perempuan (ibu) yang menghimpit anaknya.3

1 Abu Yahya Zakaria Anshari, Fathul Wahab, (Beirut. Dar Al-Kutub, 1987), Juz II. h. 212

2 Satria Efendi M. Zein, Problematika Hukum Keluarga Islam Kontemporer, (Jakarta.

Kencana, 2004), h. 166 3 Sayyid Sabiq, Fiqh As-Sunnah, (Beirut. Darul Kitab Al Araby, 1973), cet.ke-2, jilid II, h.

288

Page 24: HAK ASUH ANAK AKIBAT ISTRI NUSYUZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3302/1/HADI...HAK ASUH ANAK AKIBAT ISTRI NUSYUZ (Analisa Putusan Pengadilan

16

Secara terminologi hadhanah menurut Zahabi adalah melayani anak kecil

untuk mendidik dan memperbaiki kepribadiannya oleh orang-orang yang berhak

mendidiknya pada usia tertentu yang ia tidak sanggup melakukannya sendiri.4

Hadhanah merupakan suatu kewenangan untuk merawat dan mendidik orang

yang belum mumayyiz atau orang yang dewasa tapi kehilangan akal (kecerdasan

berpikir)-nya. Munculnya persoalan hadhanah tersebut adakalanya disebabkan oleh

perceraian atau karena meninggal dunia di mana anak belum dewasa dan tidak

mampu mengurus diri mereka, karenanya diperlukan adanya orang-orang yang

bertangggung jawab untuk merawat dan mendidik anak tersebut.

Menurut Husein Bahreisj, hadhanah adalah melakukan pemeliharaan dan

mendidik anak5, dan menurut ahli fiqh lainnya hadhanah adalah melakukan

pemeliharaan anak-anak yang masih kecil laki-laki atau perempuan yang sudah besar

tapi belum mumayyiz, tanpa perintah dari padanya, menyediakan sesuatu yang

menjadikan kebaikannya, menjaga dari sesuatu yang menyakiti dan merusaknya,

mendidik jasmani, rohani dan akalnya agar mampu berdiri sendiri menghadapi hidup

dan memikul tanggung jawabnya.6

4 Muhammad Husein Zahabi, Al-Syari‟ah al Islamiyah: Dirasah Muqaranah Baina Mazahib

Ahlu Sunnah Wal al-Mazahib al-Ja‟fariyah, (Mesir. Dar al Kutub al Hadisah, 1968), h. 398 5 Husein Bahreisj, Masalah Agama Islam, (Surabaya. Al-Ikhlas, 1980), h. 56

6 As Sayyid Sabiq, op.cit, h. 160

Page 25: HAK ASUH ANAK AKIBAT ISTRI NUSYUZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3302/1/HADI...HAK ASUH ANAK AKIBAT ISTRI NUSYUZ (Analisa Putusan Pengadilan

17

Madzhab Syafi‟i mengatakan bahwa hadhanah adalah menjaga seseorang

yang tidak mampu untuk mengurus diri sendiri dan mendidiknya dengan pelbagai

elemen sesuai dengan perkembangan.7

Madzhab Hanafi mengatakan bahwa hadhanah adalah untuk mendidik anak-

anak yang sepatutnya mendapatkan hak penjagaan dan Madzhab Maliki berpendapat

bahwa hadhanah adalah sebagai penjagaan anak-anak dan menunaikan

kemashlahatan mereka dan melayani urusan mereka.8

Menurut hukum Islam hadhanah (mengasuh anak atau memelihara anak)

adalah wajib dan merupakan hak anak agar anak menjadi manusia yang beragama

untuk kebahagiaan di dunia dan di akhirat, Firman Allah SWT dalam Al-Qur‟an surat

At-Tahrim ayat 6 menyatakan :

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api

neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat

yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya

kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”. (QS. At-Tahrim : 6)

Yang dimaksud tentang memelihara keluarga dalam ayat di atas adalah

mengasuh, memelihara serta mendidik mereka sehingga berguna bagi agama bangsa

7 Mustofa AL-Khin, Mustofa Al-Bugho dan Ali Asy-Syarbaji, Kitab Nikah Madzhab Syafi‟i,

(Kuala Lumpur. Pustaka Salam, 2005), h. 951 8 Muhammad ibn Ahmad ibn „Arafah al-Dasuqi, Hashiyat al-Dasuqi „ala al Sharh al-Kabir,

(Kairo. Dar Ihya al Kutub al-„Arabiyah, 1980), juz 2,h. 526

Page 26: HAK ASUH ANAK AKIBAT ISTRI NUSYUZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3302/1/HADI...HAK ASUH ANAK AKIBAT ISTRI NUSYUZ (Analisa Putusan Pengadilan

18

dan negara. Kewajiban orang tua untuk mendidik anaknya dipertegas lagi dengan

hadist Nabi :

اهلل عنو قال شة سض سهم: عن ابى ىش و صهى اهلل عه نذ : قال اننب د ن كم م

دانو, عهى انفطشة اه ي نصشانو, فٲب مت ىم , ا مت تنتج انبي مجسانو كمثم انبي ا

يا جزعاء (ساه انبخاسی )تشف9

“ Dari Abi Hurairoh ra: Nabi SAW bersabda: tiap-tiap anak dilahirkan

menurut fitrahnya (suci bersih) maka ibu bapaknya yang menjadikan Yahudi,

Nasroni, Majusi, sama halnya dengan seekor hewan ternak maka ia akan melahirkan

ternak pula tiada kamu lihat kekurangannya “ (H.R.Bukhori )

B. Dasar Hukum Hadhanah

Para ulama menetapkan bahwa pemeliharaan anak itu hukumnya wajib,

Adapun dasar hukumnya mengikuti umum perintah Allah untuk membiayai anak dan

istri dalam firman Allah pada surat al-Baqarah ayat 233 menyatakan :

..... .....

“ Adalah kewajiban ayah memberi nafkah dan pakaian anak dan istrinya “.

(QS. Al-Baqarah : 233)

9 Muhammad ibn Ismail Al-Bukhari, Shahih Bukhori, (Beirut. Dar Ibn Katsir, 1407 H/1987

M), Cet Ke-3, h.1270

Page 27: HAK ASUH ANAK AKIBAT ISTRI NUSYUZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3302/1/HADI...HAK ASUH ANAK AKIBAT ISTRI NUSYUZ (Analisa Putusan Pengadilan

19

Kewajiban membiayai anak yang masih kecil bukan hanya berlaku selama

ayah dan ibu masih terikat dalam tali perkawinan saja, namun juga berlanjut setelah

terjadinya perceraian. Dalam haditsnya Rasulullah SAW bersabda :

عاء : عن عبذ اهلل بن عمش ان امشٲة قا نت ل اهلل ان ابنى ىزا كا ن بطنى نو ا سس

اء, ثذى نو سقاء اساد ان نتزعو من فقا ل , حخشي نو ح ان اباه طهقنى

سهم و ل اهلل صهى اهلل عه (ساه اب داد)انت احق بو ما نم تنكحى : اسس10

Artinya : “ Dari Abdullah Ibnu Amr bahwa sesungguhnya seorang perempuan berkata

: Wahai Rasulullah, ini adalah anakku, perutku yang mengandungnya, susuku yang

memberi minumnya dan pangkuankulah yang memangkunya. Sesungguhnya ayahnya

telah menceraikan aku dan dia hendak merampasnya dariku. Sabda Rasulullah SAW,

„Sesungguhnya engkaulah yang lebih berhak selama engkau belum menikah dengan

orang lain.”

Untuk memelihara, merawat dan mendidik anak kecil diperlukan kesabaran,

kebijaksanaan, pengertian, dan kasih sayang, sehingga seseorang tidak dibolehkan

mengeluh dalam menghadapi berbagai persoalan mereka, bahkan Rasulullah SAW

sangat mengecam orang-orang yang merasa bosan dan kecewa dengan tingkah laku

anak-anak mereka.

C. Syarat-syarat Mendapatkan Hak Asuh

Tidak semua orang bisa mendapatkan hak asuh. Ada sejumlah ketentuan atau

syarat yang harus dipenuhi dalam melaksanakan pengasuhan.11

10

Abi Daud Sulaiman bin As-Sajastani, Sunan Abi Daud, (Beirut. Daarul Fikr, 1994), h. 525 11

Sulaiman Rasyid, Fiqh Islam, (Jakarta. Attahiriyah, 1975), cet.ke-15, h. 404

Page 28: HAK ASUH ANAK AKIBAT ISTRI NUSYUZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3302/1/HADI...HAK ASUH ANAK AKIBAT ISTRI NUSYUZ (Analisa Putusan Pengadilan

20

Pemeliharaan atau pengasuhan anak memiliki dua rukun, yaitu orang tua yang

mengasuh yang disebut hadhin dan anak yang diasuh disebut mahdhun. Keduanya

harus memenuhi syarat yang ditentukan untuk wajib dan sahnya tugas pengasuhan

itu. Dalam masa ikatan perkawinan ibu dan ayah secara bersama berkewajiban untuk

memelihara hasil perkawinan itu. Setelah terjadinya perceraian dan keduanya harus

berpisah, maka ibu atau ayah berkewajiban memelihara anaknya secara sendiri-

sendiri.

Seseorang yang bertindak sebagai pengasuh disyaratkan hal-hal sebagai

berikut :12

1. Sudah dewasa. Orang yang belum dewasa tidak akan mampu melakukan

tugas yang berat itu, oleh karenanya belum dikenai kewajiban dan tindakan

yang dilakukannya itu belum dinyatakan memenuhi persyaratan.

2. Berpikiran sehat. Orang yang kurang akalnya seperti idiot tidak mampu

berbuat untuk dirinya sendiri dan dengan keadaannya itu tentu tidak akan

mampu berbuat untuk orang lain.

3. Beragama Islam. Ini adalah pendapat yang dianut oleh jumhur ulama, karena

tugas pengasuhan itu termasuk tugas pendidikan yang akan mengarahkan

agama anak yang diasuh. Kalau diasuh oleh orang bukan Islam dikhawatirkan

anak yang diasuh akan jauh dari agamanya.

12

Amir Syarifuddin, Perkawinan Islam di Indonesia, (Jakarta. Prenada Media Group), h. 328-

329

Page 29: HAK ASUH ANAK AKIBAT ISTRI NUSYUZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3302/1/HADI...HAK ASUH ANAK AKIBAT ISTRI NUSYUZ (Analisa Putusan Pengadilan

21

4. Adil dalam arti menjalankan agama secara baik, dengan meninggalkan dosa

besar dan menjauhi dosa kecil. Kebalikan dari adil dalam hal ini disebut fasiq

yaitu tidak konsisten dalam beragama. Orang yang komitmen agamanya

rendah tidak dapat diharapkan untuk mengasuh dan memelihara anak yang

masih kecil.

Adapun syarat untuk anak yang akan diasuh (mahdhun) itu adalah :

1. ia masih berada dalam usia kanak-kanak dan belum dapat berdiri sendiri

dalam mengurus hidupnya sendiri.

2. ia berada dalam keadaan tidak sempurna akalnya dan oleh karena itu tidak

dapat berbuat sendiri, meskipun telah dewasa, seperti orang idiot. Orang yang

telah dewasa dan sehat sempurna akalnya tidak boleh berada dibawah

pengasuhan siapa pun.

Sedangkan menurut Abd. Rahman Ghazaly dalam fiqh munakahat, dikatakan

syarat-syarat untuk hadhin adalah sebagai berikut :13

1. Tidak terikat dengan suatu pekerjaan yang menyebabkan ia tidak melakukan

hadhanah dengan baik, seperti hadhinah terikat dengan pekerjaan yang

berjauhan tempatnya dengan tempat si anak atau hampir seluruh waktunya

dihabiskan untuk bekerja.

2. Hendaklah ia orang mukallaf, yaitu telah baligh, berakal, dan tidak terganggu

ingatannya. Hadhanah adalah suatu pekerjaan yang penuh tanggung jawab,

13

Abd. Rahman Ghazaly, Fiqh Munakahat, (Jakarta. Prenada Media Group, 2003), h. 181

Page 30: HAK ASUH ANAK AKIBAT ISTRI NUSYUZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3302/1/HADI...HAK ASUH ANAK AKIBAT ISTRI NUSYUZ (Analisa Putusan Pengadilan

22

sedangkan orang yang belum mukallaf adalah orang yang tidak dapat

mempertanggung jawabkan perbuatannya.

3. Hendaklah mempunyai kemampuan melakukan hadhanah

4. Hendaklah dapat menjamin pemeliharaan dan pendidikan anak, terutama yang

berhubungan dengan budi pekerti anak.

5. Hendaklah hadhinah tidak bersuamikan laki-laki yang tidak ada hubungan

mahram dengan si anak, jika ia kawin dengan laki-laki yang ada hubungan

mahram dengan si anak maka hadhinah itu berhak melaksanakan hadhanah,

seperti ia kawin dengan paman si anak.

6. Hadhinah hendaklah orang yang tidak membenci si anak, jika hadhinah orang

yang membenci si anak dikhawatirkan anak berada dalam kesengsaraan.

Bila kedua orang tua si anak masih lengkap dan memenuhi syarat, maka yang

paling berhak melakukan hadhanah atas anak adalah ibu. Alasannya adalah karena

ibu memiliki rasa kasih sayang yang lebih dibandingkan dengan ayah, sedangkan

dalam usia sangat muda dibutuhkan kasih sayang.

Sedangkan ulama fikih mengemukakan beberapa syarat yang terkait dengan

pengasuhan anak yang harus dimilki oleh pengasuhnya, baik wanita maupun laki-

laki. Syarat-syarat itu dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu syarat umum untuk para

pengasuh wanita dan pria, syarat khusus untuk wanita, dan syarat khusus untuk pria.

1. Syarat umum untuk pengasuhan wanita dan pria

a. Baligh (dewasa)

Page 31: HAK ASUH ANAK AKIBAT ISTRI NUSYUZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3302/1/HADI...HAK ASUH ANAK AKIBAT ISTRI NUSYUZ (Analisa Putusan Pengadilan

23

b. Berakal, ulama Madzhab Maliki menambahkannya dengan cerdas, dan

ulama Madzhab Hambali menambahkan bahwa pengasuh tidak

menderita penyakit yang berbahaya/menular.

c. Memiliki kemampuan dalam mengasuh, merawat dan mendidik anak.

d. Dapat dipercaya memegang amanah dan berakhlak baik

e. Beragama Islam.14

Fuqaha berbeda pendapat tentang boleh atau tidaknya anak diasuh oleh

nonmuslim.15

Ulama Madzhab Syafi‟i dan Madzhab Hambali mensyaratkan bahwa

pengasuh harus seorang muslim atau muslimah, karena orang non Islam tidak punya

kewenangan dalam mengasuh dan memimpin orang Islam, di samping itu

dikhawatirkan juga pengasuh akan menyeret anak itu masuk ke dalam agamanya.

Akan tetapi ulama Madzhab Hanafi dan Madzhab Maliki tidak mensyaratkan

pengasuh itu seorang muslimah, jika ia wanita. Alasan mereka adalah sebuah riwayat

yang menyatakan bahwa Rasulullah SAW menyuruh memilih pada anak untuk

berada di bawah asuhan ayahnya yang muslim atau pada ibunya yang musyrik, tetapi

anak itu memilih ibunya. Lalu Rasulullah SAW bersabda :

يا فأخزىا ساه اب دادانهيم اىذىا فمانت انصبت إنى أب16

“Ya Allah, tunjuki anak itu, condongkan hatinya kepada ayahnya” (HR. Abu Daud).

14

Satria Efendi, op. cit, h. 172 15

Abdurrahman al-Juzairi, Al-Fiqh ala Mazahib al-Arba’ah, (Beirut. Dar al-Fikr), jilid IV, h.

596-598 16

Al Maktabah Al Syamilah, Sunan Abi Daud, (Daarul Fikr, 2008), juz ke 4, h. 681, No.

2244

Page 32: HAK ASUH ANAK AKIBAT ISTRI NUSYUZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3302/1/HADI...HAK ASUH ANAK AKIBAT ISTRI NUSYUZ (Analisa Putusan Pengadilan

24

Dalam hal pengasuh anak adalah laki-laki, timbul pertanyaan apakah

disyaratkan ia seorang muslim. Ulama Madzhab Hanafi mensyaratkan pengasuh laki-

laki harus sama-sama muslim dengan anak yang diasuhnya. Akan tetapi, ulama

Madzhab Maliki tidak mensyaratkan laki-laki pengasuh harus seorang muslim.17

Akan tetapi alangkah lebih baik kalau seandainya anak tersebut, baik anak

laki-laki ataupun anak perempuan jika diasuh oleh orang yang seagama dengannya

(Islam), dan tidak dibenarkan anak tersebut diasuh oleh nonmuslim. Dasarnya adalah

demi kemaslahatan dan sebagai sarana preventif (sadd al-dzari’ah)18

agar anak

tersebut tetap konsisten dengan agamanya dan tidak terpengaruh dengan agama

pengasuhnya. Karena secara praktis biasanya anak-anak akan mengikuti agama dan

tradisi orang tua atau orang-orang yang sering berkomunikasi dengan mereka.

2. Syarat khusus untuk pengasuh wanita19

Menurut para ahli fikih syarat khusus untuk pengasuh wanita adalah sebagai

berikut :

a. Wanita pengasuh tidak mempunyai suami (belum kawin) setelah

dicerai suaminya. Hal ini sejalan dengan hadits Rasulullah SAW:

ساه احمذ )أنت أحق ما ال تنكحى ..... 20

ابداد21

انبيقى22

( انحاكم

17

Andi Syamsu Alam dan H. M. Fauzan, Hukum Pengangkatan Anak Persfektif Hukum

Islam, (Jakarta. Prenada Media Group, 2008), cet ke 1, h. 123 18

Al-Syatibi, Al-Muwafaqat fi Ushul al-Syari’ah, (Beirut. Dar al-Ma‟rifah, 1973), jilid II, h.

198 19

Andi Syamsu Alam dan H. M. Fauzan,op. cit, h. 124 20

Ahmad ibn Hanbal Asy syaibani, Al-Fathu Al-Rabaani, (Kairo, Daar Asy syihab, 1949), juz

ke IV, h. 64, hadits ke 41

Page 33: HAK ASUH ANAK AKIBAT ISTRI NUSYUZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3302/1/HADI...HAK ASUH ANAK AKIBAT ISTRI NUSYUZ (Analisa Putusan Pengadilan

25

“Engkau lebih berhak mengasuhnya, selama engkau belum kawin

dengan lelaki lain”. (HR. Abu Daud dan Baihaqi dan Hakim).23

Akan

tetapi, apabila wanita tersebut kawin dengan kerabat anak asuhnya,

maka ia boleh mengasuhnya.

b. Wanita pengasuh merupakan mahram (haram dinikahi) anak, seperti

ibu, saudara perempuan ibu dan nenek. Oleh sebab itu, menurut ulama

fikih, saudara perempuan ibu tidak boleh menjadi pengasuh anak itu,

karena bukan mahramnya.

c. Menurut ulama Madzhab Maliki, pengasuh tidak boleh mengasuh

anak tersebut dengan sikap yang tidak baik, seperti marah dan

membenci anak itu. Ulama fikih lain tidak mengemukakan syarat ini.

d. Ulama Madzhab Syafi‟i dan Madzhab Hambali menambahkan syarat,

apabila anak asuh masih dalam usia menyusu pada pengasuhnya,

tetapi ternyata air susu pengasuhnya tidak ada atau ia enggan untuk

menyusukan anak itu, maka ia tidak berhak menjadi pengasuh.

3. Syarat-syarat khusus bagi laki-laki

Jika anak kecil tersebut tidak memiliki pengasuh wanita, maka pengasuhnya

dapat dilakukan oleh kaum pria, selagi ia memiliki syarat-syarat sebagai berikut :

a. Jika pengasuhnya adalah mahram (haram dinikahi).

21

Abu Daud Sulaiman Asy Sajastani, Sunan Abi Daud, (Beirut, Daar Ibn Hazm, 1952), juz I,

h. 351, hadits ke 2276 22

Baihaqi, As-sunan Al-Kubro, (Beirut, Daarul Fikr), jilid 8, h. 4, hadits ke 1 23

Abi Daud Sulaiman bin As-Sajastani, Sunan Abi Daud, (Beirut. Daarul Fikr, 1994), h. 525

Page 34: HAK ASUH ANAK AKIBAT ISTRI NUSYUZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3302/1/HADI...HAK ASUH ANAK AKIBAT ISTRI NUSYUZ (Analisa Putusan Pengadilan

26

Para fuqaha membolehkan untuk melakukan hadhanah bagi wanita

oleh pria yang muhrim baginya, baik anak tersebut masih kecil,

disenangi atau tidak disenangi pengasuh laki-laki, ketika tidak ada

wanita yang berhak melakukan hadhanah baginya.

b. Pengasuh yang bukan mahram (boleh dinikahi).

Jika ada orang yang bukan muhrim bagi anak, maka itu diperbolehkan

dengan syarat pengasuh tersebut memenuhi kriteria hadhanah, yakni

adanya wanita yang ikut membantu laki-laki tersebut dalam mengasuh

anak.24

D. Pihak-pihak Yang Berhak Atas Hak Asuh

Ulama fikih berbeda pendapat dalam menentukan siapa yang memiliki hak

hadhanah tersebut, apakah hak hadhanah ini milik wanita (ibu atau yang

mewakilinya) atau hak anak yang diasuh tersebut.

Ulama Madzhab Hanafi dan Maliki mengatakan bahwa mengasuh, merawat

dan mendidik anak merupakan hak pengasuh (ibu atau yang mewakilinya). Dengan

alasan bahwa apabila pengasuh ini menggugurkan haknya, sekalipun tanpa imbalan,

boleh ia lakukan dan hak itu gugur. Akan tetapi jika hadhanah ini hak anak, maka

menurut mereka, hak itu tidak dapat digugurkan.25

24 Huzemah T. Yanggo, Fiqih Anak, Metode Islam dalam Mengasuh dan Mendidik Anak serta

Hukum-hukum yang Berkaitan dengan Aktivitas Anak, (Jakarta. Al-Mawardi, 2004), h. 134 25

Al-Kasani, Badai’ al-Shanai’, (Mesir. Maktabah al Ilmiyah, 1996), Juz VII, h. 234

Page 35: HAK ASUH ANAK AKIBAT ISTRI NUSYUZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3302/1/HADI...HAK ASUH ANAK AKIBAT ISTRI NUSYUZ (Analisa Putusan Pengadilan

27

Sedangkan menurut jumhur ulama bahwa hadhanah itu menjadi hak bersama,

antara kedua orang tua dan anak. Menurut Wahbah az-Zuhaili (guru besar fikih Islam

di Universitas Damascus, Suriah) hak hadhanah itu berserikat antara ibu, ayah dan

anak. Apabila terjadi pertentangan antara ketiga orang ini, maka yang diprioritaskan

adalah hak anak yang diasuh.26

Akibat hukum dari perbedaan pendapat para ulama tentang hak hadhanah ini

adalah sebagai berikut :27

a. Apabila kedua ibu bapak enggan untuk mengasuh anaknya, maka mereka

bisa dipaksa, selama tidak ada yang mewakili mereka mengasuh anak

tersebut.

b. Apabila ada wanita lain yang berhak mengasuh anak tersebut, seperti nenek

dan bibinya, maka ibu tidak boleh dipaksa. Karena seseorang tidak boleh

dipaksa untuk menggunakan haknya.

c. Menurut ulama Madzhab Hanafi, apabila istri menuntut khulu’ pada suaminya

dengan syarat anak dipelihara oleh suaminya, maka khulu’nya sah, tetapi

syaratnya batal, karena pengasuhan anak merupakan hak ibu. Akan tetapi

jumhur ulama tidak sependapat dengan ulama Madzhab Hanafi, karena

menurut mereka hak pengasuhan anak adalah hak berserikat yang tidak bisa

digugurkan. Apabila terjadi perpisahan antara suami istri tersebut, maka boleh

26

Andi Syamsu Alam dan H. M. Fauzan, op.cit, h. 117 27

Andi Syamsu dan M. Fauzan, Hukum Pengangkatan Anak Persfektif Hukum Islam,

(Jakarta. Prenada Media Group, 2008), edisi pertama, cet ke 1, h. 117-118

Page 36: HAK ASUH ANAK AKIBAT ISTRI NUSYUZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3302/1/HADI...HAK ASUH ANAK AKIBAT ISTRI NUSYUZ (Analisa Putusan Pengadilan

28

saja anak berada di bawah asuhan ibu, tetapi biaya pengasuhan harus

ditanggung ayah.

d. Ulama fikih juga sepakat menyatakan bahwa ayah tidak bisa mengambil anak

dari ibunya apabila mereka bercerai, kecuali ada alasan syara‟ yang

membolehkannya, seperti ibu itu gila atau dipenjara.

E. Hak Asuh Anak Jika Istri Nusyuz

Pada umumnya fuqaha sepakat bahwa ibu mempunyai keutamaan hak

hadhanah. Namun, hak hadhanah dapat digugurkan dan dicabut dengan alas an si ibu

telah melakukan nusyuz terhadap suami seperti murtad28

, berperilaku tidak terpuji,

berbuat maksiat seperti berzina, mencuri, tidak dapat dipercaya, sering keluar rumah

dan mengabaikan anak yang diasuhnya.29

Tujuan dari keharusan tidak adanya

perilaku diatas adalah dalam upaya memelihara dan menjamin kesehatan,

pertumbuhan moral dan perkembangan psikologis anak.30

Di samping alasan-alasan yang dikemukakan diatas, menurut jumhur ulama

istri yang menikah lagi dengan laki-laki lain dapat menggugurkan hak hadhanahnya.

Akan tetapi, jika laki-laki tersebut memiliki kasih sayang pada anak, maka hak

hadhanah ibu tersebut masih berlaku.31

Berbeda dengan pendapat jumhur ulama

Madzhab Syi‟ah Imamiyah mengemukakan bahwa hak hadhanah ibu gugur secara

28

Wahbah Zuhaili, Al-Fiqh al-Islamiy wa Adillatuhu, (Damaskus. Dar al-Fikr, 1989), cet ke-

3, h. 7306 29

Ibid, h. 7298 30

Muhammad Jawad Mughniyyah, Fiqh Lima Madzhab, (Jakarta. Lentera, 2001), h. 308 31

Ibnu Qudamah, al-Mughniy, (Kairo. Mathba‟ah al-Qahirah, 1969), h. 299

Page 37: HAK ASUH ANAK AKIBAT ISTRI NUSYUZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3302/1/HADI...HAK ASUH ANAK AKIBAT ISTRI NUSYUZ (Analisa Putusan Pengadilan

29

mutlak disebabkan perkawinannya dengan laki-laki lain, baik laki-laki tersebut

memiliki kasih sayang atau tidak.32

Prinsip dasar yang dapat dijadikan alasan hak hadhanah ibu gugur adalah

adanya situasi dan kondisi pada ibu yang dapat merugikan kepentingan dan

kesejahteraan serta membahayakan agama anak. Dasar dan orientasi dalam hadhanah

adalah kemaslahatan dan kemanfaatan bagi anak tanpa memperhatikan hak ibu atau

ayahnya. Hak hadhanah ibu atau ayah dapat gugur jika anak dikumpulkan dengan

orang yang dibencinya.33

Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa fikih tidak mengatur secara rinci

tentang hal yang dapat menggugurkan hak hadhanah. Pengguguran hak hadhanah

dapat dipahami dari persyaratan-persyaratan terhadap pemegang hak hadhanah.

Adapun alasan-alasan digugurkannya hak hadhanah seseorang antara lain tidak bisa

dipercaya, berperilaku tidak terpuji, membahayakan kepentingan anak.

32

Andi Syamsu dan M. Fauzan, Hukum Pengangkatan Anak Persfektif Hukum Islam,

(Jakarta. Prenada Media Group, 2008), cet ke 1, h. 132 33

Anwar al-Jundi, Mabadi’ al-Qadha al-Syar’I, (Kairo. Dar al-Fikr al-Arabi, 1978), jilid I. h.

373-374

Page 38: HAK ASUH ANAK AKIBAT ISTRI NUSYUZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3302/1/HADI...HAK ASUH ANAK AKIBAT ISTRI NUSYUZ (Analisa Putusan Pengadilan

30

BAB III

HADHANAH DAN PERMASALAHANNYA MENURUT ATURAN

PERKAWINAN DI INDONESIA

A. Pengertian Hadhanah

Pemeliharaan anak (hadhanah) terdiri dari dua kata yaitu, kata “pemelihara”

dan kata “anak”, pemelihara berasal dari kata “pelihara” yang memiliki arti jaga,

rawat. Sedangkan kata pemeliharaan berarti proses, cara, perbuatan, memeliharakan,

penjagaan, perawatan, pendidikan.1

Menurut Yahya Harahap pemeliharaan adalah tanggung jawab orang tua

untuk mengawasi, memberi pelayanan yang semestinya, serta mencukupi kebutuhan

hidup seorang anak oleh orang tua.2

Jadi pemeliharaan anak tersebut meliputi pengawasan, pelayanan dan

pembelanjaan dalam arti yang luas. Pengawasan berarti membentuk lingkungan anak

dalam suasana yang sehat, baik jasmani maupun rohani, sehingga anak menjadi

manusia yang memiliki jiwa sosial. Pelayanan berarti menanamkan rasa kasih sayang

orang tua terhadap anak.3 Sedangkan kebutuhan hidup adalah kebutuhan primer atas

tempat tinggal. Makanan dan pakaian menjadi kebutuhan hidup yang lebih

ditekankan pada soal nafkah.

1 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta. Balai

Pustaka, 1989), cet ke-2, h. 661 2 Yahya Harahap, Hukum Perkawinan Nasional, (Medan. CV. Zahir Trading, 1975), cet ke-1,

h. 204 3 Ibid

Page 39: HAK ASUH ANAK AKIBAT ISTRI NUSYUZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3302/1/HADI...HAK ASUH ANAK AKIBAT ISTRI NUSYUZ (Analisa Putusan Pengadilan

31

Yahya Harahap tidak memasukkan pendidikan sebagai bagian dari

pemeliharaan, hal ini berdasarkan Undang-undang perkawinan nomor 1 tahun 1974

yang memisahkan pemeliharaan dengan pendidikan, namun keduanya merupakan

satu kesatuan yang tak terpisahkan.

Kompilasi Hukum Islam (KHI) menggunakan istilah pemeliharaan anak yang

dimuat dalam bab XIV pasal 98, pasal 105, dan pasal 106. Dalam pasal 98 dijelaskan

bahwa batas usia anak mampu berdiri sendiri atau dewasa adalah 12 tahun, sepanjang

anak tersebut tidak bercacat secara fisik maupun mental atau belum menikah.

Pasal 105 dan 106 secara eksplisit mengatur masalah kewajiban pemeliharaan

anak dan harta. Dalam pasal tersebut dijelaskan jika terjadi perceraian, pemeliharaan

anak yang belum mumayyiz atau belum mencapai umur 12 tahun adalah hak ibunya,

jika sudah mumayyiz maka anak tersebut disuruh memilih siapa diantara ayah atau

ibu yang memegang hak pemeliharaannya.

Namun biaya pemeliharaan ditanggung oleh ayahnya, selain itu juga orang tua

berkewajiban merawat dan mengembangkan harta anaknya yang belum dewasa, dan

orang tua bertanggung jawab atas kerugian yang ditimbulkan karena kesalahan dan

kelalaian dari kewajiban orang tua tersebut.

Jadi menurut Kompilasi Hukum Islam (KHI) batas usia anak yang wajib

diasuh adalah yang belum mencapai usia 12 tahun dan belum dapat mengurus dirinya

sendiri sepanjang anak tersebut tidak cacat fisik maupun mental, selain itu anak yang

telah melangsungkan perkawinan telah dianggap dewasa, dan pada masa tersebut

orang tua tidak berkewajiban memberikan pemeliharaan dan nafkah kepada anak.

Page 40: HAK ASUH ANAK AKIBAT ISTRI NUSYUZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3302/1/HADI...HAK ASUH ANAK AKIBAT ISTRI NUSYUZ (Analisa Putusan Pengadilan

32

Begitu juga pasal 156 point a menjelaskan akibat putusnya perkawinan karena

perceraian, bahwa anak yang belum mumayyiz berhak mendapatkan hadhanah dari

ibunya, kecuali bila telah meninggal dunia, maka kedudukannya dapat digantikan.

Kemudian dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) pasal 156 point c dinyatakan

apabila pemegang hadhanah ternyata tidak menjamin keselamatan jasmani dan rohani

anak, meskipun biaya nafkah, dan hadhanah telah dicukupi, maka atas permintaan

kerabat yang bersangkutan Pengadilan Agama dapat memindahkan hak hadhanah

kepada kerabat lain yang mempunyai hak hadhanah pula.

Mengambil dari syarat-syarat yang terdapat pada pasal 49 ayat 1 Undang-

undang Perkawinan dan pasal 156 point c Kompilasi Hukum Islam (KHI) maka

seorang pengasuh harus dapat dipercaya dan mampu untuk melaksanakan kewajiban

dalam pemeliharaan dan pengasuhan anak (hadhanah), di samping itu seorang

pengasuh harus taat beribadah.

Berdasarkan uraian diatas pemeliharaan dan pendidikan anak pada dasarnya

adalah usaha-usaha untuk memelihara, menjaga kelangsungan hidup anak dengan

memperhatikan segala kebutuhan hidupnya baik kebutuhan jasmani maupun rohani,

semata-mata demi kesejahteraan anak sehingga anak dewasa atau telah berumur 21

tahun.

B. Syarat-syarat Untuk Mendapatkan Hak Asuh

Sebagaimana pandangan Hukum Islam yang mengatur tentang syarat-syarat

pemeliharaan anak, Undang-undang nomor 1 tahun 1974 juga memiliki syarat-syarat

Page 41: HAK ASUH ANAK AKIBAT ISTRI NUSYUZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3302/1/HADI...HAK ASUH ANAK AKIBAT ISTRI NUSYUZ (Analisa Putusan Pengadilan

33

tertentu, yakni yang tertuang dalam pasal 49 Undang-undang Perkawinan. Pasal

tersebut terbagi dalam dua ayat, yang berbunyi sebagai berikut :

Ayat 1

“Salah seorang atau kedua orang tua dapat dicabut kekuasaannya terhadap seorang

anak atau lebih untuk waktu yang tertentu atas permintaan orang tua yang lain,

keluarga anak dalam garis lurus keatas dan saudara kandung yang telah dewasa atau

pejabat yang berwenang dengan keputusan pengadilan dalam hal-hal :

a. Ia sangat melalaikan kewajibannya terhadap anaknya

b. Ia berkelakuan buruk sekali

Ayat 2

“Meskipun orang tua dicabut kekuasaannya, mereka masih tetap berkewajiban untuk

memberi biaya pemeliharaan kepada anak tersebut”.

Dalam hal ini Kompilasi Hukum Islam juga mengatur syarat-syarat untuk

mendapatkan hak asuh, yakni dalam pasal 156 poin c yang berbunyi sebagai berikut :

“Apabila pemegang hadhanah ternyata tidak dapat menjamin keselamatan jasmani

dan rohani anak, meskipun biaya nafkah dan hadhanah telah dicukupi, maka atas

permintaan kerabat yang bersangkutan Pengadilan Agama dapat memindahkan hak

hadhanah kerabat lain yang mempunyai hak hadhanah pula”.

Mengenai syarat-syarat untuk mendapatkan hak asuh anak, Undang-undang

dan Kompilasi Hukum Islam tidak mengatur secara rinci. Akan tetapi dari penjelasan

kedua Undang-undang tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa bagi seorang

pengasuh harus memiliki kriteria sebagai berikut :

Page 42: HAK ASUH ANAK AKIBAT ISTRI NUSYUZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3302/1/HADI...HAK ASUH ANAK AKIBAT ISTRI NUSYUZ (Analisa Putusan Pengadilan

34

1. Dapat dipercaya

2. Mampu untuk melaksanakan kewajiban dalam pemeliharaan dan pengasuhan

anak

3. Seorang pengasuh harus taat beribadah dan

4. Dapat menjamin keselamatan jasmani dan rohani anak

Selain kedua Undang-undang di atas, para fuqaha juga menjelaskan bahwa

syarat-syarat yang harus dimilki seorang pengasuh adalah dewasa, berpikiran sehat,

beragama islam, dapat dipercaya untuk memegang amanah dan berahklak baik serta

berlaku adil dalam pemeliharaannya.

C. Pihak-pihak Yang Berhak Atas Hak Asuh

Secara global sebenarnya Undang-ndang Perkawinan memberi aturan tentang

pemeliharaan anak yang dirangkai dengan akibat putusnya sebuah perkawinan, di

dalam pasal 41 disebutkan4 :

“Baik ibu atau bapak tetap berkewajiban memelihara dan mendidik anaknya, semata-

mata berdasarkan kepentingan anak, bilamana ada perselisihan mengenai penguasaan

pengadilan memberikan keputusannya”.

Dari penjelasan di atas bahwa Undang-undang perkawinan tidak menjelaskan

secara terperinci mengenai siapa yang lebih berhak untuk memelihara anak yang

masih dibawah umur jika terjadi perceraian. Tetapi bila dilihat dari pasal 41 diatas

4Subekti dan Tjitrosudibio, Kitab Undang-undang Hukum Perdata, (Jakarta. PT Pradnya

Paramita, 2008), cet. 39, h 549

Page 43: HAK ASUH ANAK AKIBAT ISTRI NUSYUZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3302/1/HADI...HAK ASUH ANAK AKIBAT ISTRI NUSYUZ (Analisa Putusan Pengadilan

35

tadi, maka dapat diambil kesimpulan bahwa pada dasarnya ibulah yang berhak untuk

memelihara anaknya, kecuali terdapat sesuatu yang dapat menghalangi ibunya untuk

melaksanakan tugas tersebut, dan pengadilan memutuskan siapa yang berhak untuk

memelihara anak itu, dan jika anak tersebut ikut ibunya maka bagi bapaknya untuk

bertanggung jawab atas semua biaya pemeliharaan dan pendidikan yang diperlukan

oleh anaknya, disamping itu seorang bapak berkewajiban untuk selalu

memperhatikan perkembangan dan pertumbuhan jiwa anaknya, dengan

mengunjunginya secara berkala sehingga anak tersebut merasa aman dan tentram

seolah-olah tidak ada perpisahan antara ibu dan bapaknya.

Sedangkan menurut Kompilasi Hukum Islam tentang siapa yang berhak untuk

memelihara dan mendidik anak (hadhanah) terdapat dalam pasal 105 yang

menyebutkan bahwa :

“Pemeliharaan anak yang belum mumayyiz atau belum berumur 12 tahun adalah hak

ibunya, sedangkan pemeliharaan yang sudah mumayyiz atau sudah berumur 12 tahun

disuruh memilih diantara ayah atau ibunya sebagai pemegang hak pemeliharaan”.

Maksud dari penjelasan diatas, bahwa pemeliharaan anak yang belum

mumayyiz berada ditangan ibunya, tetapi setelah anak tersebut mumayyiz, maka si

anak berhak untuk memilih diantara ayah atau ibunya yang akan menjadi

pemeliharanya.

D. Hak Asuh Anak Jika Istri Nusyuz

Dalam Pasal 49 ayat 1 Undang-undang No. 1 Tahun 1974 telah dijelaskan

bahwa “Salah seorang atau kedua orang tua dapat dicabut kekuasaannya terhadap

Page 44: HAK ASUH ANAK AKIBAT ISTRI NUSYUZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3302/1/HADI...HAK ASUH ANAK AKIBAT ISTRI NUSYUZ (Analisa Putusan Pengadilan

36

seorang anak atau lebih untuk waktu yang tertentu atas permintaan orang tua yang

lain, keluarga anak dalam garis lurus keatas dan saudara kandung yang telah dewasa

atau pejabat yang berwenang dengan keputusan pengadilan dalam hal-hal :

a. Ia sangat melalaikan kewajibannya terhadap anaknya

b. Ia berkelakuan buruk sekali

Dalam hal ini Kompilasi Hukum Islam juga mengatur syarat-syarat untuk

mendapatkan hak asuh, yakni dalam pasal 156 poin c yang berbunyi sebagai berikut :

“Apabila pemegang hadhanah ternyata tidak dapat menjamin keselamatan jasmani

dan rohani anak, meskipun biaya nafkah dan hadhanah telah dicukupi, maka atas

permintaan kerabat yang bersangkutan Pengadilan Agama dapat memindahkan hak

hadhanah kerabat lain yang mempunyai hak hadhanah pula”.

Selain dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 dan Kompilasi Hukum

Islam, penjelasan tentang hak asuh anak apabila istri telah melakukan nusyuz juga

diatur dalam Undang-undang Perlindungan Anak Pasal 30 No. 23 Tahun 2002 yang

berbunyi :5

1. Dalam hal orang tua sebagaimana dimaksud dalam pasal 26, melalaikan

kewajibannya, terhadapnya dapat dilakukan tindakan pengawasan atau hak

asuh orang tua dapat dicabut.

5 Undang-undang No 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak, (Bandung. PT Citra

Umbara, 2003), h. 16

Page 45: HAK ASUH ANAK AKIBAT ISTRI NUSYUZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3302/1/HADI...HAK ASUH ANAK AKIBAT ISTRI NUSYUZ (Analisa Putusan Pengadilan

37

2. Tindakan pengawasan terhadap orang tua atau pencabutan kuasa asuh

sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan melalui penetapan

pengadilan.

Penjelasan pasal 26 Undang-undang No 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan

Anak menjelaskan bahwa :

1) Orang tua berkewajiban dan bertanggung jawab untuk :

1. mengasuh, memelihara, mendidik, dan melindungi anak

2. menumbuhkembangkan anak sesuia dengan kemampuan, bakat, dan minatnya

3. mencegah terjadinya perkawinan pada usia anak-anak

2) Dalam hal orang tua tidak ada, atau tidak diketahui keberadaannya, atau karena

suatu sebab, tidak dapat melaksanakan kewajiban dan tanggung jawabnya, maka

kewajiban dan tanggung jawab sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat

beralih kepada keluarga, yang dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berlaku

Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa Undang-undang Perkawinan dan

Undang-undang Tentang Perlindungan Anak telah mengatur tentang pengasuhan

anak yang dapat dicabut oleh pengadilan apabila si istri benar-benar telah melalaikan

kewajibannya sebagai orang tua terhadap anaknya serta berkelakuan buruk yang akan

menimbulkan dampak negatif bagi kesejahteraan dan masa depan anak.

Page 46: HAK ASUH ANAK AKIBAT ISTRI NUSYUZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3302/1/HADI...HAK ASUH ANAK AKIBAT ISTRI NUSYUZ (Analisa Putusan Pengadilan

38

BAB IV

PANDANGAN HAKIM PA JAKTIM TENTANG HAK ASUH

ANAK PASCA PERCERAIAN AKIBAT ISTRI NUSYUZ

A. Gambaran Putusan No. 377/Pdt. G/2006/PA Jaktim

A.1 Penemuan Fakta (duduk perkara)

Duduk perkara ini sesuai yang didaftarkan pada kepaniteraan tertera pada

Nomor 377/Pdt. G/2006/PA Jaktim adalah perkara tentang cerai talak antara

Muhamad Harsono bin Alif Rosidin yang berkedudukan sebagai pemohon dengan

Mas Indahyati binti Sirotol Mustakim yang berkedudukan sebagai termohon.

Adapun duduk perkaranya adalah pemohon telah mengajukan permohonannya

pada tanggal 13 Maret 2006 yang pada pokoknya pemohon memberikan alasan-

alasannya sebagai berikut :

1. Bahwa pada hari Minggu, tanggal 22 Juli 1989 telah dilangsungkan

pernikahan antara pemohon dan termohon yang tercata di KUA Kecamatan

Jatinegara, Jakarta Timur dengan Kutipan Akta Nikah Nomor

364/141/VII/1989.

2. Bahwa selama dalam membina rumah tangga pemohon dan termohon dalam

keadaan rukun dan keduanya bertempat tinggal berpindah-pindah. Terakhir di

Kelurahan Pondok Kelapa, Kecamatan Duren Sawit, Jakarta Timur selama 12

tahun. Dan dari pernikahan tersebut pemohon dan termohon telah dikaruniai 3

orang anak bernama Muhamad Syaeful Jabbar yang lahir pada tanggal 13

Page 47: HAK ASUH ANAK AKIBAT ISTRI NUSYUZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3302/1/HADI...HAK ASUH ANAK AKIBAT ISTRI NUSYUZ (Analisa Putusan Pengadilan

39

September 1990, Nur Rahman Azzahra yang lahir tanggal 27 Januari 1992

dan Nurul Mutmainah yang lahir pada tanggal 12 November 1993.

3. Sejak 1 Januari 2000 sampai dengan 2001 kehidupan rumah tangga pemohon

dan termohon mulai tidak harmonis dan sering terjadi perselisihan dan

pertengkaran secara terus menerus yang memang sulit diatasi sehingga

perselisihan tersebut sudah tentu membawa akibat buruk bagi kelangsungan

hidup berumah tangga yang selama ini telah dibina dan memuncak pada

tanggal 8 Juli 2001.

4. Terjadinya pertengkaran dan perselisihan tersebut disebabkan karena :

a. Bahwa termohon mempunyai sifat egois dan berwatak keras

b. Termohon berani memukul pemohon

c. Termohon tidak memperdulikan, memperhatikan pemohon dan lebih

mementingkan diri sendiri

d. Termohon berkata minta cerai sehingga pemohon merasa tersinggung

sebagai suami sah

5. Dalam hal ini pemohon telah berupaya mengatasi masalah tersebut dengan

cara bermusyawarah secara baik, tetapi tidak berhasil sehingga pemohon

merasa bahwa rumah tangganya sudah tidak dapat dipertahankan lagi. Oleh

karena itu, pemohon mengambil kesimpulan untuk bercerai dengan termohon.

6. Bahwa anak-anak pemohon dan termohon tinggal bersama termohon karena

mengingat anak masih di bawah umur, maka untuk kepentingan anak-anak itu

sendiri dan rasa kasih sayang terhadap mereka, maka anak tersebut ditetapkan

Page 48: HAK ASUH ANAK AKIBAT ISTRI NUSYUZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3302/1/HADI...HAK ASUH ANAK AKIBAT ISTRI NUSYUZ (Analisa Putusan Pengadilan

40

dalam pemeliharaan termohon, sedangkan biaya pemeliharaan dan

pengasuhan ditanggung oleh pemohon.

Dalam petitum (tuntutan) yang dimohon oleh pemohon kepada Pengadilan

Agama Jakarta Timur adalah sebagai berikut :

1. Mengabulkan permohonan pemohon seluruhnya

2. Memberi izin kepada pemohon untuk ikrar menjatuhkan talak satu raj’i

terhadap termohon

3. Menetapkan anak permohon dan termohon yang bernama Muhamad Syaeful

Jabbar yang lahir tanggal 13 September 1990, Nur Rahman Azzahra yang

lahir pada tanggal 27 Januari 1992 dan Nurul Mutmainah yang lahir pada

tanggal 12 November 2003 berada dalam pemeliharaan dan pengasuhan

pemohon

4. Menghukum pemohon untuk memberikan nafkah anak melaui termohon

untuk setiap bulannya sampai anak tersebut dewasa

5. Menetapkan biaya perkara sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku

Dalam hal ini, pada hari sidang yang telah ditentukan pemohon dan termohon

telah hadir di persidangan, dan majelis hakim telah berusaha mendamaikan kedua

belah pihak berperkara akan tetapi usaha tersebut tidak berhasil. Kemudian majelis

hakim membacakan permohonan pemohon yang tetap mempertahankan isi dan

maksud permohonan tersebut. Di samping itu atas permohonan pemohon, termohon

memberikan jawaban secara lisan yang pada pokoknya adalah sebagai berikut :

Page 49: HAK ASUH ANAK AKIBAT ISTRI NUSYUZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3302/1/HADI...HAK ASUH ANAK AKIBAT ISTRI NUSYUZ (Analisa Putusan Pengadilan

41

1. Bahwa termohon telah mengerti semua dalil-dalil dan alasan-alasan yang

dikemukakan pemohon

2. Bahwa benar antara pemohon dan termohon telah pisah rumah dan terjadi

pertengkaran sejak Juli 2001

3. Bahwa benar penyebabnya tersebut pernah memukul, egois dan tidak

memperhatikan pemohon

4. Bahwa termohon tidak keberatan namun termohon tetap menginginkan

pengasuhan 3 orang anak dan nafkahnya setiap bulan

Untuk menguatkan alasan-alasan permohonannya, pemohon telah mengajukan

bukti tertulis yang berupa :

1. Fotokopi Kutipan Akta Nikah atas nama pemohon dan termohon yang

terdaftar di Kantor Urusan Agama Kecamatan Tanah Abang dengan nomor

register 364/141/VII/2004 yang diberi tanda P-1

2. Surat izin dari atasan tanggal 10 Agustus 2004 yang diberi tanda P-2

3. Surat kesepakatan bersama yang dibuat tanggal 4 Mei 2004 yang diberi tanda

P-3

Selain bukti tertulis pemohon juga mengajukan saksi-saksi sebagai berikut :

Saksi 1 (satu) yang bernama Mulkarin Akbar bin Kadar, agama islam,

menerangkan dibawah sumpahnya sebagai berikut :

a. Bahwa saksi adalah saudara misan dari ibu kandung pemohon

Page 50: HAK ASUH ANAK AKIBAT ISTRI NUSYUZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3302/1/HADI...HAK ASUH ANAK AKIBAT ISTRI NUSYUZ (Analisa Putusan Pengadilan

42

b. Bahwa sejak nikah tahun 1989 rumah tangga pemohon dan termohon

baik-baik saja sampai tahun 2000, lalu pemohon dan termohon telah pisah

tempat tinggal selama 5 tahun

c. Bahwa penyebab pisah tersebut karena masing-masing egois ingin

menang sendiri dalam pengaturan rumah tangga

d. Bahwa saksi mengetahui sejak pisah tersebut

e. Bahwa saksi sudah menasehati namun tidak berhasil

Saksi 2 (dua) yang bernama Sirotol Mustakin bin Muhaja, agama islam,

menerangkan dibawah sumpahnya sebagai berikut :

a. Bahwa saksi adalah bapak kandung termohon

b. Bahwa pemohon dan termohon tidak rukun dan masing-masing telah

pisah rumah selama 5 tahun

c. Bahwa penyebabnya diawali pertengkaran karena masing-masing egois

d. Bahwa saksi telah memberi nasehat kepada termohon namun tidak

berhasil

Menimbang, bahwa atas keterangan dua orang saksi tersebut, para pihak

membenarkan dan menerimanya.

Menimbang, bahwa pemohon dalam kesimpulannya menyatakan ia tetap pada

permohonannya dan mohon putusan.

Menimbang, bahwa untuk menyingkat uraian putusan ini, pengadilan

menunjuk hal-hal yang tercantum dalam berita acara persidangan perkara ini.

A.2 Pertimbangan Hukum

Page 51: HAK ASUH ANAK AKIBAT ISTRI NUSYUZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3302/1/HADI...HAK ASUH ANAK AKIBAT ISTRI NUSYUZ (Analisa Putusan Pengadilan

43

Dalam pertimbangan hukumnya majelis hakim menimbang bahwa pemohon

dan termohon adalah suami isteri yang sah menikah pada tanggal 23 Juli 1989 yang

tercatat di KUA Kecamatan Tanah Abang dengan Kutipan Akta Nikah Nomor

364/141/VII/1989 tanggal 24 Juli 1989 (P1).

Menimbang, bahwa majelis hakim telah berusaha mendamaikan kedua belah

pihak, namun tidak berhasil.

Menimbang, bahwa yang menjadi pokok permasalahan dalam perkara ini

adalah pertengkaran dan perselisihan yang terus menerus yang disebabkan karena

termohon mempunyai sifat egois dan berwatak keras, termohon berani memukul

pemohon, termohon tidak memperdulikan pemohon, dan sejak 1 April 2001 pemohon

dan termohon telah pisah tempat tinggal. Dan untuk menguatkan dalil-dalilnya,

pemohon telah mengajukan bukti-bukti tertulis seperti P-1 dan saksi-saksi

sebagaimana tersebut diatas.

Menimbang, bahwa terhadap bukti-bukti serta keterangan para pihak dalam

jawaban di persidangan akan diadakan penilaian sebagai berikut :

1. Bukti surat bertanda P-1 adalah Kutipan Akta Nikah Nomor

364/141/VII/1989 yang dikeluarkan oleh Kantor Urusan Agama (KUA)

Kecamatan Tanah Abang pada tanggal 24 Juli 1989 telah bermaterai

cukup dan telah dicocokkan dengan aslinya. Bukti tersebut adalah surat

yang dibuat dan ditandatangani oleh pejabat yang berwenang. Yang

berisikan data tentang telah dilaksanakannya pernikahan antara pemohon

dan termohon menurut ajaran Agama Islam. Dengan demikian majelis

Page 52: HAK ASUH ANAK AKIBAT ISTRI NUSYUZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3302/1/HADI...HAK ASUH ANAK AKIBAT ISTRI NUSYUZ (Analisa Putusan Pengadilan

44

hakim dapat menilai bahwa bukti P adalah akta autentik yang telah

memenuhi syarat formil dan materil, sehingga berdasarkan pasal 165 HIR

Jo. Pasal 285 Rbg, alat bukti tersebut kekuatan pembuktiannya sempurna

dan mengikat, serta sesuai dengan pasal 7 ayat 1 Kompilasi Hukum Islam

bahwa akta nikah adalah satu-satunya buku tentang sahnya suatu

perkawinan.

2. Bahwa sebagian dari keterangan/kesaksian pemohon dan termohon

Mulkarin Akbar bin Kadar dan Sirotul Mustakim bin Muhaja adalah

saling bersesuaian dan berhubungan antara keterangan yang satu dengan

yang lainnya yang menyatakan :

1. Bahwa rumah tangga pemohon dan termohon tidak rukun lagi karena

sering cekcok

2. Bahwa termohon mempunyai sifat egois dan berwatak keras

3. Bahwa termohon berani memukul pemohon

4. Bahwa termohon tidak memperdulikan, memperhatikan pemohon dan

lebih mementingkan diri sendiri

5. Bahwa antara pemohon dan termohon sejak 1 April 2001 telah pisah

tempat tinggal

Sedangkan keluarga/para saksi telah berusaha mendamaikan/memberi nasehat

agar kedua pihak hidup rukun kembali namun tidak berhasil, maka kesaksian dari

pihak pemohon dan termohon tersebut dapat dipakai sebagai bukti dalam

persidangan.

Page 53: HAK ASUH ANAK AKIBAT ISTRI NUSYUZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3302/1/HADI...HAK ASUH ANAK AKIBAT ISTRI NUSYUZ (Analisa Putusan Pengadilan

45

Menimbang, bahwa dari bukti-bukti pemohon dihubungkan dengan

keterangan para saksi serta dihubungkan pula dengan keterangan kedua belah pihak

dalam jawab menjawab dipersidangan dapat disimpulkan bahwa sebagai berikut :

1. Bahwa rumah tangga pemohon dan termohon sudah tidak dapat

diharapkan untuk rukun lagi karena terbukti antara pemohon dan

termohon sejak 1 Januari 2000 sudah sering terjadi perselisihan dan

pertengkaran yang mengakibatkan kedua belah pihak pisah tempat tinggal

dan sudah tidak pernah kumpul lagi, sehingga hal tersebut untuk

mewujudkan rumah tangga yang sakinah, mawadah dan rahmah sesuai

dengan petunjuk Al-Qur’an surat Ar-Rum ayat 21 jo. Pasal 3 Kompilasi

Hukum Islam dan Pasal 1 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 sudah

tidak dapat diwujudkan lagi, karena hak dan kewajiban dari masing-

masing pihak sudah tidak berjalan lagi sebagaimana mestinya

Menimbang, bahwa fakta-fakta tersebut diatas kedua belah pihak telah

kehilangan hakikat dan makna suatu perkawinan, oleh karena itu majelis hakim

berpendapat ikatan perkawinan pemohon dan termohon sudah tidak bisa

dipertahankan lagi karena mempertahankan suatu ikatan perkawinan yang telah rapuh

seperti itu tidak akan membawa maslahat bahkan akan menyebabkan mudlarat yang

lebih besar bagi kedua belah pihak.

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut diatas,

alasan permohonan pemohon telah memenuhi unsur-unsur yang terkandung dalam

Pasal 39 (b) Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 jo. Pasal 19 huruf (f) Peraturan

Page 54: HAK ASUH ANAK AKIBAT ISTRI NUSYUZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3302/1/HADI...HAK ASUH ANAK AKIBAT ISTRI NUSYUZ (Analisa Putusan Pengadilan

46

Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 jo. Pasal 116 huruf (f) Kompilasi Hukum Islam

oleh karena majelis hakim dapat menerima alasan dan mengabulkan permohonan

pemohon.

Menimbang, bahwa dengan memperhatikan kesanggupan/kemampuan

pemohon majeis hakim menganggap cukup adil pemohon memberikan akibat cerai

sesuai dengan surat kesepakatan bersama yang dibuat pemohon dan termohon.

Menimbang, bahwa mengenai anak pemohon dan termohon yang bernama

Muhamad Syaeful Jabbar yang lahir tanggal 13 September 1990, Nur Rahman

Azzahra yang lahir pada tanggal 27 Januari 1992 dan Nurul Mutmainah yang lahir

pada tanggal 12 November 1993 tetap berada pengasuhan dan pemeliharaan

termohon sebagai ibu kandungnya dan kepada pemohon tetap dibebani untuk

memberikan nafkah anak setiap bulannya. Minimal sesuai dengan ketentuan Pasal

105 huruf a dan Pasal 156 huruf a dan d Kompilasi Hukum Islam.

Menimbang, bahwa berdasrkan ketentuan Pasal 89 ayat 1 Undang-undang

Nomor 7 Tahun 1989 tentang Pengadilan Agama maka pemohon dibebani membayar

biaya perkara ini.

Mengingat segala ketentuan dan perundang-undangan yang berlaku dan dalil-

dalil syar’i yang kaitannya dengan perkara ini.

A.3 Penetapan Hukumnya

Dalam penetapan hukumnya majelis hakim menetapkan sebagai berikut :

1. Mengabulkan permohonan pemohon

Page 55: HAK ASUH ANAK AKIBAT ISTRI NUSYUZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3302/1/HADI...HAK ASUH ANAK AKIBAT ISTRI NUSYUZ (Analisa Putusan Pengadilan

47

2. Mengizinkan pemohon untuk menjatuhkan thalak satu raj’ie terhadap

termohon di hadapan sidang Pengadilan Agama Jakarta Timur

3. Menetapkan tiga orang anak dari perkawinan pemohon dan termohon yang

bernama Muhamad Syaeful Jabbar yang lahir tanggal 13 September 1990,

Nur Rahman Azzahra yang lahir pada tanggal 27 Januari 1992 dan Nurul

Mutmainah yang lahir pada tanggal 12 November 1993 tetap berada

pengasuhan dan pemeliharaan termohon

4. Menghukum pemohon untuk memberikan Nafkah anak sejumlah Rp

2.000.000,- (dus juta rupiah) setiap bulannya hingga anak tersebut dewasa dan

dapat berdiri sendiri

5. Menetapkan akibat cerai sesuai dengan surat kesepakatan bersama yang

dibuat tanggal 4 Mei 2006

6. Membebankan kepada pemohon untuk membayar semua biaya perkara ini

sejumlah 275. 000,- (dua ratus tujuh puluh lima ribu rupiah)

Demikian putusan dalam musyawarah putusan majelis hakim Pengadilan

Agama Jakarta Timur pada hari Kamis tanggal 4 Mei 2006 M, bertepatan dengan

tanggal 5 Jumadil Ula 1427 H, yang dibacakan oleh Drs. Tb. A. Murtaqi Sy., S.H

sebagai Ketua Majelis Hakim, Drs. Faizal Kamil, S.H, M.H dan Dra. Nurroh Sunnah,

S.H masing-masing sebagai Hakim anggota dan dibantu oleh Drs. Cece Mustofa

sebagai Panitera pengganti yang diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum

dengan dihadiri oleh pemohon dan termohon.

Page 56: HAK ASUH ANAK AKIBAT ISTRI NUSYUZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3302/1/HADI...HAK ASUH ANAK AKIBAT ISTRI NUSYUZ (Analisa Putusan Pengadilan

48

B. Pertimbangan Hakim PA Jaktim dalam Memutuskan Perkara No. 377/Pdt.

G/2006

Berdasarkan hasil wawancara dengan Drs. Nurroh Sunah, S.H

(HakimPengadilan Agama Jakarta Timur) di Pengadilan Agama Jakarta Timur adalah

sebagai berikut :

Untuk mengajukan sebuah perkara, dapat diajukan secara bersamaan dan

dapat juga diajukan secara terpisah. Proses persidangannya pun seperti persidangan

pada biasanya.

“ gugat hak asuh anak dapat diajukan bersama dengan perceraian dan dapat juga

terpisah, kalau prosesnya ya seperti persidangan biasa.”

Dalam putusan perkara Nomor 377/Pdt.G/2006/PAJT, majelis hakim

menetapkan bahwa 3 orang anak bernama Muhammad Syaeful Jabbar, Rahman

Azzahra dan Nurul Mutmainah berada dibawah asuhan dan pemeliharaan termohon

sebagai ibu kandungnya yang benar-benar telah terbukti melakukan nusyuz terhadap

pemohon.

Majelis hakim mempertimbangkan putusan tersebut berdasarkan persetujuan

suami untuk memberikan hak asuh anak tetap berada dalam asuhan si ibu karena

mengingat si anak belum mencapai pada tahap mumayyiz. Akan tetapi penulis tidak

sependapat dengan pernyataan hakim berdasarkan perkara yang diajukan pada tahun

2006 dengan umur ketiga anak tersebut yang sudah mencapai pada tahap mumayyiz.

Page 57: HAK ASUH ANAK AKIBAT ISTRI NUSYUZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3302/1/HADI...HAK ASUH ANAK AKIBAT ISTRI NUSYUZ (Analisa Putusan Pengadilan

49

“ ketika terjadi perceraian bila anak yang belum mumayyiz hak asuhnya jatuh pada

ibunya sesuai peraturan dengan syarat ibunya tidak kehilangan hak/layak untuk

mendidik.”

Di samping itu, juga demi kepentingan si anak serta rasa kasih sayang

terhadap mereka, dan si anak tersebut juga sudah terbiasa tinggal bersama ibunya.

Maka, dari pihak ibu menerima atas persetujuan suami walaupun pada petitumnya

suami menginginkan agar hak asuh anaknya terhadap suami dikabulkan oleh majelis

hakim. Oleh karena itu, secara tidak langsung telah terjadi kesepakatan diantara

keduanya dan majelis hakim memerintahkan kepada para pihak untuk mentaati dan

melaksanakan kesepakatan tersebut.

Kemudian Majelis Hakim juga mempertimbangkan bahwa perkara tersebut

belum mencapai dalam tahap nusyuz yang dapat membahayakan kepentingan si anak

baik dalam pendidikannya maupun kesejahteraannya.

“ kalau hanya nusyuz terhadap suami tidak menghilangkan hak asuh anak, tapi kalau

perbuatan nusyuz itu berkaitan dengan perilaku ibu untuk mendidik dan merawat

anak tetap ada kaitannya dan bisa menghilangkan hak asuh anak.”

Oleh karena itu, majelis hakim menyatakan tidak setuju bila hak asuh anak

tersebut dicabut dari pengasuhan si ibu, kecuali kalau nusyuznya tersebut berkaitan

dengan sikap dan perbuatan yang kurang baik untuk merawat dan mendidik anak

seperti sering mabuk, terjerumus menjadi wanita asusila.1

1 Hasil wawancara dengan Drs. Nurroh Sunah, S.H (Hakim Pengadilan Agama Jakarta

Timur), Tanggal 15 Desember 2010. Di Kantor Pengadilan Agama Jakarta Timur. Pukul 14.00 WIB

Page 58: HAK ASUH ANAK AKIBAT ISTRI NUSYUZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3302/1/HADI...HAK ASUH ANAK AKIBAT ISTRI NUSYUZ (Analisa Putusan Pengadilan

50

“ kalau pencabutan hak asuh anak terhadap istri yang nusyuz semata-mata pada

suami, saya tidak setuju dicabut,tapi kalau nusyuznya itu berkaitan dengan sikap dan

perbuatan untuk merawat dan mendidik saya setuju dialihkan. Seperti sering mabok,

terjerumus menjadi wanita susila dan hal lain sebagainya.”

Dalam mempertimbangkan sebuah perkara, majelis hakim juga melihat bukti-

bukti yang ada untuk membuktikan bahwa si isteri benar-benar telah melakukan

nusyuz seperti pemabuk atau pezina baik berupa bukti tertulis atau tidak tertulis.

“ alat bukti yang dipakai oleh hakim untuk membuktikan istri itu nusyuz adalah bisa

bukti tertulis berupa hasil pemeriksaan laboratorium, visum dokter, dan keterangan

saksi-saksi yang bersangkutan.

Akan tetapi pemohon (suami) tetap harus memberikan nafkah kepada

anaknya, yang tentunya sesuai dengan kemampuan pemohon sampai anak tersebut

dewasa atau dapat berdiri sendiri. Hal ini berdasarkan ketentuan pasal 149 huruf (d)

Kompilasi Hukum Islam yang menyatakan bahwa biaya hadhanah yang belum

mencapai umur 12 tahun di tanggung oleh bapaknya sampai anak tersebut dewasa.

C. Analisa Penulis Terhadap Putusan No. 377/Pdt. G/2006

Dengan adanya perceraian, maka akan timbul akibat-akibat hukum terkait,

baik bagi mantan suami atau istri, yang meliputi harta benda, nafkah anak, nafkah

istri dan penguasaan anak. Adapun hubungan antara mantan suami istri dapat

berakhir dengan mudah, demikian pula dengan harta benda. Namun hubungan dengan

anak-anak merupakan tanggung jawab yang berkelanjutan meskipun kedua mantan

suami istri telah berpisah. Apabila terjadi penguasaan anak antara suami istri, maka di

Page 59: HAK ASUH ANAK AKIBAT ISTRI NUSYUZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3302/1/HADI...HAK ASUH ANAK AKIBAT ISTRI NUSYUZ (Analisa Putusan Pengadilan

51

sinilah Pengadilan Agama berperan yang akan memberikan putusan kepada siapa

anak itu akan diasuh, kepada ibu atau kepada bapaknya ?

Dalam berbagai literatur pengutamaan memperoleh hak pemeliharaan anak

yang belum mumayyiz (belum berumur dua belas tahun) akibat perceraian adalah ibu,

namun tentu saja hal pemeliharaan tersebut tidak serta merta dilimpahkan kepada si

ibu tanpa melihat kondisi riil yang berkaitan dengan kepentingan anak yang antara

lain meliputi perkembangan moral dan akhlak, pendidikan serta agama si anak. Untuk

itu kecakapan seorang pemegang hak asuh anak mutlak diperlukan.

Demikian pula dalam perUndang-undangan (KHI dan Undang-undang Nomor

1 Tahun 1974 Tentang perkawinan) dalam hal menentukan siapa yang lebih berhak

mengasuh anak bukan merupakan sesuatu yang tetap, tetapi hanya dijadikan sebagai

pedoman dan gambaran umum bagi hakim dalam mengambil keputusan, sehingga,

dalam implementasinya di Pengadilan Agama Jakarta Timur sengketa hak asuh anak

lebih bersifat fleksibel dan kasuistik, tergantung pada pertimbangan hakim dalam

kasus yang terjadi.

Dalam putusan perkara Nomor 377/Pdt.G/2006/PAJT, majelis hakim

menetapkan bahwa 3 orang anak bernama Muhammad Syaeful Jabbar, Rahman

Azzahra dan Nurul Mutmainah berada dibawah asuhan dan pemeliharaan termohon

sebagai ibu kandungnya yang benar-benar telah terbukti melakukan nusyuz terhadap

pemohon. Putusan tersebut dijatuhkan oleh majelis hakim bersama-sama dengan

Page 60: HAK ASUH ANAK AKIBAT ISTRI NUSYUZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3302/1/HADI...HAK ASUH ANAK AKIBAT ISTRI NUSYUZ (Analisa Putusan Pengadilan

52

putusan permohonan cerai talak, putusan semacam ini sejalan dengan asas peradilan

sederhana, cepat dan biaya ringan yang terdapat dalam pasal 178 HIR/189 R.Bg.2

Apabila kita teliti kembali tujuan ibu diutamakan untuk memelihara anak

adalah anggapan bahwa ibu lebih sabar, lebih lembut, lebih penyayang dalam

melakukan pemeliharaan anak, lain halnya apabila ibu berhalangan menurut hukum

untuk memelihara anak dikarenakan ibu berani memukul suami, mempunyai sifat

egois dan berwatak keras, tidak memperdulikan/memperhatikan suami dan berkata

minta cerai yang dapat menyinggung perasaan suami, maka tidak ada kebaikan bagi

anak bahkan berbahaya bagi perkembangan jiwanya.

Bagi orang tua yang telah terbukti melalaikan kewajiban terhadap anaknya

maka hak asuhnya dapat dicabut oleh pengadilan, hal ini diatur dalam pasal 49

Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 yang berbunyi :

1. salah seorang atau keduanya dapat dicabut kekuasaannya terhadap seorang anak

atau lebih untuk waktu yang tertentu atas permintaan orang tua yang lain, keluarga

anak dalam garis lurus keatas dan saudara kandung yang telah dewasa atau pejabat

yang berwenang, dengan keputusan daalam hal-hal :

a. Ia sangat melalaikan kewajibannya terhadap anaknya

b. Ia berkelakuan buruk sekali

2 M. Yahya Harahap, Kedudukan Kewenangan dan Acara Peradilan Agama (Undang-undang

Nomor 7 Tahun 1989), (Jakarta. Pusat Kartini, 1970), cet. 5, h. 53

Page 61: HAK ASUH ANAK AKIBAT ISTRI NUSYUZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3302/1/HADI...HAK ASUH ANAK AKIBAT ISTRI NUSYUZ (Analisa Putusan Pengadilan

53

2. meskipun orang tua dicabut kekuasaannya, mereka masih tetap berkewajiban untuk

memberi biaya pemeliharaan kepada anak tersebut.

Dan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak dalam

pasal 30 yang berbunyi :

1. Dalam hal orang tua sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 26, melalaikan

kewajibannya, terhadapnya dapat dilakukan tindakan pengawasan atau kuasa

orang tua dapat dicabut

2. Tindakan pengawasan terhadap orang tua atau pencabutan kuasa asuh

sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan melaui penetapan

pengadilan.

Dari Undang-undang tersebut diatas, maka dalam putusan perkara Nomor

377/Pdt. G/2006/PAJT penulis beranggapan bahwa yang lebih berhak untuk

memelihara dan mendidik anak tersebut demi kemashlahatan dan terhindar dari hal-

hal yang membahayakan adalah ayahnya atau orang yang lebih cakap untuk merawat

dan mendidik anak. Hal ini juga diatur dalam Pasal 156 point a dan c Kompilasi

Hukum Islam (KHI) yang berbunyi :

“ Anak yang belum mumayyiz berhak mendapatkan hadhanah dari ibunya, kecuali

ibunya telah meninggal dunia, maka kedudukannya digantikan oleh :

a. Wanita-wanita dalam garis lurus keatas dari ibunya

b. Ayah

c. Wanita-wanita dalam garis lurus keatas dari ayahnya

Page 62: HAK ASUH ANAK AKIBAT ISTRI NUSYUZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3302/1/HADI...HAK ASUH ANAK AKIBAT ISTRI NUSYUZ (Analisa Putusan Pengadilan

54

d. Saudara perempuan dari anak yang bersangkutan

e. Wanita-wanita kerabat sedarah menurut garis samping dari ayah3

“Apabila pemegang hadhanah ternyata tidak dapat menjamin keselamatan jasmani

dan rohani anak, meskipun biaya nafkah dan hadhanah telah dicukupi, maka atas

permintaan kerabat yang bersangkutan Pengadilan Agama dapat memindahkan hak

hadhanah kerabat lain yang mempunyai hak hadhanah pula”.

Akan tetapi pada kenyataannya, Majelis Hakim Pengadilan Agama Jakarta

Timur dalam putusan Nomor 377/Pdt. G/2006/PAJT, menetapkan bahwa hak asuh

anak tetap berada dalam asuhan ibunya walaupun si ibu telah terbukti nusyuz.4

Majelis hakim mempertimbangkan putusan tersebut berdasarkan persetujuan

suami untuk memberikan hak asuh anak tetap berada dalam asuhan si ibu karena

mengingat si anak belum mencapai pada tahap mumayyiz dan demi kepentingan si

anak serta rasa kasih sayang terhadap mereka. Di samping itu, juga dikarenakan si

anak sudah terbiasa tinggal bersama ibunya. Maka, dari pihak ibu menerima atas

persetujuan suami walaupun pada petitumnya suami menginginkan agar hak asuh

anaknya terhadap suami dikabulkan oleh majelis hakim. Oleh karena itu, secara tidak

langsung telah terjadi kesepakatan diantara keduanya dan majelis hakim

memerintahkan kepada para pihak untuk mentaati dan melaksanakan kesepakatan

tersebut.

3 Departemen Agama RI Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat dan Penyelenggaraan

Haji, Kompilasi Hukum Islam, (Jakarta. 2004), h. 26 4 Putusan Pengadilan Agama Jakarta Timur No. 377/Pdt. G/2006PAJT

Page 63: HAK ASUH ANAK AKIBAT ISTRI NUSYUZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3302/1/HADI...HAK ASUH ANAK AKIBAT ISTRI NUSYUZ (Analisa Putusan Pengadilan

55

Dengan dasar kesepakatan inilah Majelis Hakim Pengadilan Agama Jakarta

Timur dalam putusan Nomor 377/Pdt. G/2006/PAJT menetapkan anak tetap berada

dalam asuhan si ibu walaupun si ibu telah terbukti nusyuz terhadap suami.

Berdasarkan pernyataan hakim diatas, penulis menyatakan tidak sependapat,

dikarenakan perkara yang diajukan pada tahun 2006 dalam putusannya menyatakan

bahwa ketiga anak tersebut belum mencapai pada tahap mumayyiz. Sedangkan pada

faktanya membuktikan bahwa umur ketiga anak tersebut sudah mencapai pada tahap

mumayyiz. Maka dapat diambil kesimpulan bahwa antara bunyi putusan dengan fakta

dipersidangan tidak sesuai.

Kemudian Majelis Hakim juga mempertimbangkan bahwa perkara tersebut

belum mencapai dalam tahap nusyuz yang dapat membahayakan kepentingan si anak

baik dalam pendidikannya maupun kesejahteraannya. Oleh karena itu, majelis hakim

menyatakan tidak setuju bila hak asuh anak tersebut dicabut dari pengasuhan si ibu,

kecuali kalau nusyuznya tersebut berkaitan dengan sikap dan perbuatan yang kurang

baik untuk merawat dan mendidik anak seperti sering mabuk, menjadi wanita asusila

atau si ibu kurang memperhatikan si anak baik dalam pendidikannya maupun

kesejahteraannya. 5

Dalam pasal 178 HIR/189 R.Bg ayat (3) disebutkan bahwa :

5 Hasil wawancara dengan Drs. Nurroh sunah, S.H (Hakim Pengadilan Agama Jakarta

Timur), Tanggal 15 Desember 2010. Di Kantor Pengadilan Agama Jakarta Timur. Pukul 14.00 WIB

Page 64: HAK ASUH ANAK AKIBAT ISTRI NUSYUZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3302/1/HADI...HAK ASUH ANAK AKIBAT ISTRI NUSYUZ (Analisa Putusan Pengadilan

56

“Hakim dilarang menjatuhkan putusan atas hal-hal yang tidak diminta atau

mengabulkan lebih daripada yang digugat”

Jadi, seorang hakim dalam memutuskan perkara harus berdasarkan petitum

atau apa yang dituntut para pihak dalam surat gugatannya dan tidak boleh

menjatuhkan putusan lebih dari yang dituntut, karena hal tersebut telah melanggar

Undang-undang.

Ketentuan mengenai siapa yang berhak mengasuh anak dalam peraturan

perundang-undangan di Indonesia (KHI & UU Nomor 1 Tahun 1974 Tentang

Perkawinan) bukan merupakan sesuatu yang tetap, tetapi hanya dijadikan sebagai

gambaran umum bagi hakim dalam mengambil keputusan, sehingga dalam

implementasinya di Pengadilan Agama khususnya Pengadilan Agama Jakarta Timur

sengketa hak asuh anak lebih bersifat fleksibel dan kasuistik berdasarkan apa yang

diinginkan oleh para pihak yang berperkara.6

Akan tetapi apabila dalam putusan majelis hakim terdapat pasal-pasal dari

perUndang-undangan yang ada maka keputusan tersebut akan terlihat lebih adil bagi

semua pihak karena ada dasar hukum yang dijadikan landasan.

Terlebih lagi dalam Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang Perubahan

atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama pada pasal 62

point 1, dijelaskan yaitu :

6 Hasil wawancara dengan Drs. Nurroh Sunah, S.H (Hakim Pengadilan Agama Jakarta

Timur), Tanggal 15 Desember 2010. Di Kantor Pengadilan Agama Jakarta Timur. Pukul 14.00 WIB

Page 65: HAK ASUH ANAK AKIBAT ISTRI NUSYUZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3302/1/HADI...HAK ASUH ANAK AKIBAT ISTRI NUSYUZ (Analisa Putusan Pengadilan

57

1. Segala penetapan dan putusan pengadilan, selain harus memuat alasan-alasan

dan dasar-dasarnya juga harus memuat pasal-pasal tertentu dari peraturan-

peraturan yang bersangkutan atas sunber hukum tak tertulis yang dijadikan

dasar untuk mengadili.

Page 66: HAK ASUH ANAK AKIBAT ISTRI NUSYUZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3302/1/HADI...HAK ASUH ANAK AKIBAT ISTRI NUSYUZ (Analisa Putusan Pengadilan

58

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah melihat dan menganalisa putusan Pengadilan Agama Jakarta Timur

sesuai registrasi No. 377/Pdt. G/2006/PA Jaktim. Untuk penulis ada beberapa

kesimpulan yang dapat ditarik dari hal tersebut, yaitu :

1. Tentang permasalahan hadhanah, fuqaha sepakat bahwa apabila terjadi

perceraian, ibu mempunyai hak utama atas anak yang masih di bawah umur dan

belum mumayyiz. Ketika anak tersebut telah dewasa dan mumayyiz, maka anak

tersebut harus memilih dengan siapakah dia akan tinggal. Namun, hak hadhanah

dapat digugurkan dan dicabut dengan alasan murtad, berperilaku tidak terpuji,

berbuat maksiat seperti berzina, mencuri, tidak dapat dipercaya, sering keluar

rumah dan mengabaikan anak yang diasuhnya.

2. Dalam Undang-undang Perkawinan juga telah mengatur tentang permasalahan

hadhanah, yaitu dalam pasal 49 Undang-undang No 1 Tahun 1974 yang berbunyi

bahwa seorang atau orang tua dapat dicabut kekuasaannya terhadap seorang anak

disebabkan karena orang tuanya sangat melalaikan kewajibannya terhadap

anaknya dan berkelakuan buruk sekali yang dapat merugikan kesejahteraan dan

masa depan anak. Begitu juga diatur dalam pasal 156 point c yang berbunyi

Apabila pemegang hadhanah ternyata tidak dapat menjamin keselamatan jasmani

dan rohani anak, meskipun biaya nafkah dan hadhanah telah dicukupi, maka atas

Page 67: HAK ASUH ANAK AKIBAT ISTRI NUSYUZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3302/1/HADI...HAK ASUH ANAK AKIBAT ISTRI NUSYUZ (Analisa Putusan Pengadilan

59

permintaan kerabat yang bersangkutan Pengadilan Agama dapat memindahkan

hak hadhanah kerabat lain yang mempunyai hak hadhanah pula.

3. Adapun dasar hukum dari hakim dalam memutuskan kasus ini adalah

berdasarkan kesepakatan antara suami dan istri untuk tetap memberikan hak

pengasuhan anak terhadap istri. Selain itu, Majelis Hakim juga

mempertimbangkan bahwa perkara tersebut belum mencapai dalam tahap nusyuz

yang dapat membahayakan kepentingan si anak baik dalam pendidikannya

maupun kesejahteraannya. Oleh karena itu, majelis hakim menyatakan tidak

setuju bila hak asuh anak tersebut dicabut dari pengasuhan si ibu, kecuali kalau

nusyuznya tersebut berkaitan dengan sikap dan perbuatan yang kurang baik untuk

merawat dan mendidik anak seperti sering mabuk, menjadi wanita asusila atau si

ibu kurang memperhatikan si anak baik dalam pendidikannya maupun

kesejahteraannya.

B. Saran - saran

Setelah kita perhatikan dari kasus diatas, ada beberapa saran-saran yang dapat

penulis berikan kepada semua pihak terkait pada permasalahan ini, diantaranya :

Kepada orang tua diharapkan walaupun terjadi perceraian, orang tua tetap harus

memenuhi hak-hak anak mereka karena bagaimanapun juga anak adalah tanggung

jawab mereka sebagai orang tua yang membutuhkan rasa cinta dan kasih sayang.

Untuk para hakim haruslah adil dalam memutuskan permasalahan pengasuhan

anak, karena masalah ini bukan hanya tanggung jawab siapa yang lebih berhak,

melainkan permasalahan anak tersebut yang akan berakibat pada masa depan mereka.

Page 68: HAK ASUH ANAK AKIBAT ISTRI NUSYUZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3302/1/HADI...HAK ASUH ANAK AKIBAT ISTRI NUSYUZ (Analisa Putusan Pengadilan

60

Dan untuk penerapan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 dan Undang-

undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak haruslah lebih giat

dijalankan, karena dengan terlaksananya Undang-undang tersebut denan efektif maka

insya Allah akan terjamin hak-hak anak-anak untuk lebih bisa merasakan kehidupan

dan masa depan yang lebih baik.

Page 69: HAK ASUH ANAK AKIBAT ISTRI NUSYUZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3302/1/HADI...HAK ASUH ANAK AKIBAT ISTRI NUSYUZ (Analisa Putusan Pengadilan

61

DAFTAR PUSTAKA

Al Qur’an Karim dan Terjemahnya

Alam, SH, MH, Drs. H. Andi Syamsu dan Drs. H. M. Fauzan, SH, MH. Hukum

Pengangkatan Anak Persfektif Hukum Islam, Jakarta, Prenada Media

Group, 2008, edisi pertama, cet ke 1

Al-Juzairi, Abdurrahman, Al-Fiqh ala Mazahib al-Arba’ah, (Beirut. Dar al-Fikr), jilid

IV, h. 596-598

Al-Syatibi, Al-Muwafaqat fi Ushul al-Syari’ah, (Beirut. Dar al-Ma’rifah, 1973), jilid

II, h. 198

Al-Jundi, Anwar, Mabadi’ al-Qadha al-Syar’I, (Kairo. Dar al-Fikr al-Arabi, 1978),

jilid I. h. 373-374

Al-Bukhari, Al Imam Al-Hafiz Abi Abdillah Muh. Bin Ismail, Shahih Muslim,

(Beirut. Al Maktabah Al Asriyyah, 1164), jilid 1

Asy syaibani, Ahmad ibn Hanbal, Al-Fathu Al-Rabaani, (Kairo, Daar Asy syihab,

1949), juz ke IV

Bahreisj, Husein, Masalah Agama Islam, (Surabaya. Al-Ikhlas, 1980), h. 56

Daud, Abu. Sunan Abu Daud, Al-Qahirah, Dar Al-Harin, 1988/1408 H, Juz, Kedua.

Dahlan, Abdul Azis. Ensiklopedi Hukum Islam, (Jakarta: Ikhtiar Baru Van Hoepe,

1999).

Departemen Agama RI, Kompilasi Hukum Islam, (Jakarta. Direktorat Jendral

Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 1998), h. 14

Faridh, Miftah. 150 Masalah Nikah dan Keluarga, Jakarta, Gema Insani Press, 1999,

cet. 1

Fakultas Syariah dan Hukum (FSH), Buku Pedoman Penulisan Skripsi, Ciputat: FSH,

2007

Ghazaly, Abd. Rahman, Fikih Munakahat, Prenada Media, Jakarta Timur, cetakan

pertama, Juli 2003

Page 70: HAK ASUH ANAK AKIBAT ISTRI NUSYUZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3302/1/HADI...HAK ASUH ANAK AKIBAT ISTRI NUSYUZ (Analisa Putusan Pengadilan

62

Ghazali, Mohd. Nurzulaili, Nusyuz, Shiqaq dan Hakam menurut Al-Qur’an, Sunnah

dan Undang-undang Keluarga Islam, Kolej Universiti Islam

Malaysia, Bandar Baru Nilai, Malaysia, cetakan pertama 2007

Harahap, Yahya, Hukum Perkawinan Nasional, (Medan. CV. Zahir Trading, 1975),

cet ke-1, h. 204

Ibrahim, Jhonny. Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, cet. II (Jawa

Timur: Bayumedia Publising, 2006)

Mughniyyah, Muhammad Jawad, Fiqh Lima Madzhab, (Jakarta. Lentera, 2001), h.

308

Marzuki, Peter Mahmud. Penelitian Hukum, cet. IV (Jakarta: Kencana Prenada

Media Group, 2008)

Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja

RosdaKarya, 2004)

Nuruddin, MA, Dr. H. Amir dan Drs. Azhari Akmal Tarigan, M, Ag. Hukum Perdata

Islam di Indonesia (Studi Kritis Perkembangan Hukum Islam dan

Fikih, UU No. 1 Tahun 1974 sampai KHI), Jakarta, Kencana, 2004,

cet. Kedua

Pendidikan, Departemen dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta.

Balai Pustaka, 1989), cet ke-2, h. 661

Qhardawi, Dr. Yusuf. Halal dan Haram, Darul Ma’rifah ad Darul Baidha’, Cetakan

Pertama, 1405 H/1985 M

Qudamah, Ibnu, al-Mughniy, (Kairo. Mathba’ah al-Qahirah, 1969), h. 299

Rofiq, Ahmad. Hukum Islam di Indonesia, Jakarta. Raja Grafindo Persada, 2000, cet.

Keempat.

Rasyid, Sulaiman, Fiqh Islam, (Jakarta. Attahiriyah, 1975), cet.ke-15, h. 404

Syarifuddin, Prof. Dr. Amir, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, Jakarta. Prenada

Media, 2006, cet ke 1

Satria Efendi M. Zein, Problematika Hukum Keluarga Islam Kontemporer, (Jakarta.

Kencana, 2004), h. 166

Page 71: HAK ASUH ANAK AKIBAT ISTRI NUSYUZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3302/1/HADI...HAK ASUH ANAK AKIBAT ISTRI NUSYUZ (Analisa Putusan Pengadilan

63

Sayyid Sabiq, Fiqh As-sunah, (Beirut. Darul Kitab Al Araby, 1973), cet.ke-2, jilid II,

h. 288

Subekti dan Tjitrosudibio, Kitab Undang-undang Hukum Perdata, (Jakarta. PT

Pradnya Paramita, 2008), cet. 39, h 549

Suryabrata, Sumadi, Pengembangan Alat Ukur Psikologi, (Yogyakara. Rajawali

Press, 2000), hal 25

Wawancara Pribadi Dengan Drs. Nasrul (Hakim Pengadilan Agama Jakarta Timur),

Tanggal 3 November 2010. Di Kantor Pengadilan Agama Jakarta

Timur

Yanggo, Huzaemah Tahido, Fiqih Anak, Metode Islam dalam Mengasuh dan

Mendidik Anak serta Hukum-hukum yang Berkaitan dengan

Aktivitas Anak, (Jakarta. Al-Mawardi, 2004), h. 134

Yunus, Mahmud, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta. Yayasan Penyelenggara

Penterjemah/Penafsiran Al Qur’an, 1973), h. 104

Zakaria Anshari, Abu Yahya Fathul Wahab, (Beirut. Dar Al-Kutub, 1987), Juz II. h.

212

Zuhaili, Wahbah, Al-Fiqh al-Islamiy wa Adillatuhu, (Damaskus. Dar al-Fikr, 1989),

cet ke-3, h. 7306

Undang-undang

Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan

Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak

Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang Perubahan atas Undang-undang

Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama

Page 72: HAK ASUH ANAK AKIBAT ISTRI NUSYUZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3302/1/HADI...HAK ASUH ANAK AKIBAT ISTRI NUSYUZ (Analisa Putusan Pengadilan

SURAT KETERANGAN WAWANCARA

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Hadi Zulkarnain

Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 30 Desember 1987

No. Pokok : 106044201462

Semester : XI (sembilan)

Jurusan/Konsentrasi : SAS/Administrasi Keperdataan Islam

Adalah benar mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah melakukan wawancara dengan :

Nama : Drs. Nasrul

Jabatan : Hakim Pengadilan Agama

Hari/Tanggal : Rabu/3 November 2010

Waktu/Tempat : 14.00 WIB/Kantor Pengadilan Agama Jakarta Timur

Tema : Hak Asuh Anak Akibat Istri Nusyuz

Demikian surat ini dibuat dengan sebenar-benarnya.

Mahasiswa Hakim

Hadi Zulkarnain Drs. Nasrul, S.H.