76
I HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF HADIS SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag) Oleh: SAUFY MAULANA NIM: 1112034000108 PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1439 H/2017 M

HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37066/2/SAUFY... · HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF HADIS

  • Upload
    ngoque

  • View
    246

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37066/2/SAUFY... · HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF HADIS

I

HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF HADIS

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Oleh:

SAUFY MAULANA

NIM: 1112034000108

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1439 H/2017 M

Page 2: HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37066/2/SAUFY... · HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF HADIS

II

LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Saufy Maulana

NIM : 1112034000108

Program Studi : Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

Fakultas : Ushuluddin

Jenjang : Strata Satu (S1)

Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa:

1. Skripsi ini hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu

persyaratan memperoleh gelar Strata Satu (S1) Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Jika dikemudian hari terbukti karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

4. Pernyataan ini saya tulis dengan sebenarnya dan tanpa ada paksaan dari

pihak manapun.

Demikian pernyataan saya ini agar dimaklumi oleh semua pihak.

Jakarta, 07 Oktober 2017

Saya yang menyatakan,

Saufy Maulana

NIM : 1112034000108

Page 3: HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37066/2/SAUFY... · HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF HADIS

III

HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF HADIS

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Oleh:

SAUFY MAULANA

NIM: 1112034000108

Pembimbing,

Dr. Muhammad Zuhdi Zaini, M.Ag

NIP: 19650817 200003 1 001

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1439 H/2017 M

Page 4: HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37066/2/SAUFY... · HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF HADIS

IV

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN

SKRIPSI

HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF HADIS

Oleh :

SAUFY MAULANA

NIM: 1112034000108

Telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ushuluddin Universitas

Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 31 Oktober 2017.

Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Agama

(S.Ag) pada Program Studi Ilmu al-Qur’an dan Tafsir.

Jakarta, 11 Desember 2017

Sidang Munaqasya,

Anggota,

Ketua Merangkap Anggota,

Dr. Lilik Ummi Kaltsum, MA

NIP: 19711003 199903 2 001

Sekretaris Merangkap Anggota,

Dra. Banun Binaningrum, M.Pd

NIP: 19680618 199903 2 001

Penguji I

Dr. M. Isa HA. Salam, MA

NIP: 19531231 198603 1 010

Penguji II

Maulana, MA

NIP: 19650207 199903 1 001

Pembimbing

Dr. Muhammad Zuhdi Zaini, M.Ag

NIP: 19650817 200003 1 001

Page 5: HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37066/2/SAUFY... · HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF HADIS

V

PERSEMBAHAN

Ku Persembahkan Karya Kecilku ini Teruntuk:

Almamater Tercinta Jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

Fakultas Ushuluddin

Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta

Kedua Orang Tuaku Terkasih

Istriku Tercinta

Serta Adikku Tersayang...

Yang Selalu Menghujaniku Dengan Penuh Kebahagiaan, Merangkulku Dengan

Penuh Kehangatan, Mengingatkanku Dengan Penuh Keceriaan

Aku Cinta Kalian, Aku Sayang Kalian

Page 6: HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37066/2/SAUFY... · HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF HADIS

VI

PEDOMAN TRANSLITERASI

Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

No.158 Tahun 1987 dan No.1543 Tahun 1987.

A. Konsonan

q = ق z = ز Tidak Dilambangkan = ا

k = ك s = س b = ب

l = ل sy = ش t = ت

ṣ = ص ś = ث m = م

ḍ = ض j = ج n = ن

ḥ = ح w = و ţ = ط

ẓ = ظ kh = خ h = ه

` = ء ‘ = ع d = د

y = ي g = غ ż = ذ

f = ف r = ر

B. Vokal dan Diftong

Vokal Pendek Vokal Panjang Diftong

= a ا – = ā ي – = ai

= i ي – = ī و - = aw

= u و – = ū

Page 7: HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37066/2/SAUFY... · HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF HADIS

VII

C. Keterangan dan Tambahan

1. Kata sandang ال (alif lam ma’rifah) ditransliterasikan dengan al-,

misalnya al-jizyah, al-dhimmah, al-kāfirūn dan sebagainya. Kata

sandang ini menggunakan huruf kecil kecuali bila berada pada awal

kalimat.

2. Tasydid atau syaddah dilambangkan dengan huruf ganda, misalnya

rabbanā, al-muwaffa, najjainā.

3. Kata-kata yang sudah menjadi bagian dari bahasa Indonesia ditulis

sesuai dengan ejaan yang berlaku, seperti al-Qur’an, sunnah, khusus dan

lainnya.

D. Singkatan

Swt : Subḥ ānahu wa ta'ala

saw : Ṣ allā Allāhu alayh wa sallam

M : Masehi

H : Hijriyah

QS : Qur’ān Surat

HR : Hadis Riwayat

Page 8: HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37066/2/SAUFY... · HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF HADIS

VIII

ABSTRAK

Saufy Maulana

Hak dan Kewajiban Ahl Żimmi Dalam Perspektif Hadis

Misi utama disyari’atkannya hukum Islam adalah untuk kemaslahatan umat

manusia pada umumnya dan umat Islam pada khususnya. Dengan hukum Islam ini

tentunya akan mampu mewujudkan kesejahteraan, baik dalam ruang lingkup rumah

tangga maupun masyarakat.

Dalam Negaara Islam, hubungan antara sesama warga negara yang Muslim

dan yang non-Muslim sepenuhnya ditegakkan atas asas-asas toleransi, keadilan,

kebijakan dan kasih sayang. Setiap Muslim dituntut agar memperlakukan semua

manusia dengan kebijakan daan keaadilan, walaupun mereka tidak mengakui

agama Islam, yang lebih dikenal dengan Ahl Żimmah.

Ahl Żimmah yang tingggal dibawah naungan kaum Muslim tentunya harus

mendapatkan perlindungan, keamanan dan keadilan. Berdasarkan hadis Nabi saw.

yang telah penulis kaji, Negara Islam harus memberikan perlindungan terhadap

kehidupan Ahl Żimmah dari berbagai aspek. Perlindungan terhadap Ahl Żimmah ini

sebagai bentuk keseimbangan dari kewajiban yang diberikan olehnya terhadap

Negara Islam, yakni membayar Jizyah.

Penelitian ini bersifat library reseach sehingga dalam penyelesaiannya

harus dilakukan pengumpulan data dengan menggunakan kaidah, teori, dalil dan

sebagainya supaya hasil kesimpulan penelitian sejalan dengan persoalan-persoalan

yang penulis lakukan.

Kata Kunci: Ahl al-Dzimmah, Hak dan Kewajiban

Page 9: HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37066/2/SAUFY... · HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF HADIS

IX

KATA PENGANTAR

بسم اهلل الرحمه الرحيم

Segala puji bagi Allah swt. yang telah memberikan kita rahmat dan

ma’unah-Nya kepada kita, sehingga kita dapat melaksanakan aktivitas kita dengan

sebagaimana mestinya. Tiada daya dan upaya yang dapat kita lakukan tanpa

adanya pertolongan dari-Nya. Sebab itu Penyusun bersyukur dapat merampungkan

penulisan skripsi ini dengan judul “HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH

DALAM PERSPEKTIF HADIS” sebagai salah satu syarat akademis untuk

memperoleh gelar sarjana strata satu (S1) pada Fakultas Ushuluddin Universitas

Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Shalawat beserta salam semoga tetap tercura limpahkan ke hariban baginda

Nabi saw., beliau adalah putra padang pasir, revolusioner Islam, Nabi besar

Muhammad saw. yang telah membawa kita dari alam kegelapan menuju alam

pencerahan, yaitu dengan adanya Agama Islam.

Sekalipun karya ilmiah ini masih jauh dari standar kualitas sempurna, apa

yang saya lakukan ini merupakan upaya maksimal dengan keterbatasan yang

dimiliki. Selain dari itu, kerja lelah dan tugas yang terasa cukup berat ini tidak

terlepas dari kerelaan, ketulusan, keikhlasan dan kemurahan hati beberapa pihak

yang terkait langsung maupun tidak langsung dalam penulisan skripsi ini dengan

akses berupa pemberian motivasi, bimbingan, pengarahan, petunjuk dan masukan-

masukan yang tidak kecil bagi saya nilainya, sehingga beban penulisan skripsi ini

menjadi lebih ringan.

Page 10: HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37066/2/SAUFY... · HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF HADIS

X

Melalui kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati dan rasa hormat,

penyusun ingin menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Segenap civitas akademika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta; Prof.

Dr. Dede Rosyada, MA (Rektor), Prof. Dr. Masri Mansoer, MA (Dekan

Fakultas Ushuluddin), Dr. Lilik Ummi Kaltsum (Ketua Jurusan

Tafsir Hadits), Dra. Banun Binaningrum, M.Pd (Sekjur Tafsir Hadits).

2. Dr. Muhammad Zuhdi Zaini, M.Ag. selaku dosen pembimbing yang

telah banyak membantu, membimbing, mengarahkan, dan memberikan

motivasi selama proses penulisan skripsi.

3. Dr. Mohammad Anwar Syarifuddin, MA selaku dosen Pembimbing

Akademik yang telah membimbing dari semester satu hingga selesai.

4. Segenap dosen Fakultas Ushuluddin, khususnya dosen-dosen di jurusan

Tafsir Hadits yang telah mendidik, memberikan ilmu, pengalaman, serta

pengarahan kepada penulis selama masa perkuliahan.

5. Segenap pimpinan dan karyawan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan

Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah

melayani dan menyediakan buku-buku yang dapat membantu penulis

dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Kedua orang tua yang paling berjasa sepanjang hidup penulis.

Ayahanda Nganiran dan Ibunda Suwarni terimakasih atas segala

do’a, dukungan dan pengorbanannya yang tidak bisa terbayar dengan

apapun.

Page 11: HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37066/2/SAUFY... · HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF HADIS

XI

7. Istri tercinta, Asyiqoh Ana yang selalu menemani dan memberi

motivasi dan mendukung saya yang sampai saat ini tiada henti-hentinya

selalu mendukung dan memberikan semangat atas peneyelesain Skripsi

ini.

8. Kakakku, Sulis dan Aris Mulyono beserta adekku, Melly Pujiyanto,

serta keponakan-keponakanku, semoga kalian menjadi orang yang

sukses, berbakti, dan selalu menjadi kebanggaan keluarga.

9. Seluruh teman-teman TH angkatan 2012, khususnya keluarga besar TH

‘C’ dan kepada seluruh teman-teman yang tidak bisa saya sebutkan satu

persatu.

10. Keluarga besar KKN ADEM 2015 terima kasih atas kebersamaan dan

berbagi pengalaman. Mengenal kalian dengan berbagai latar belakang

yang berbeda menjadi warna tersendiri dalam pertemanan kita.

11. Teman-teman semua yang secara langsung, maupun tidak langsung ikut

andil dalam memacu, memotivasi penulis agar dapat menyelesaikan

skripsi ini.

Mudah-mudahan jasa dan amal baik tersebut mendapatkan balasan yang

setimpal dari Allah swt. sebagai amal saleh dan senantiasa berada dalam ampunan-

Nya.

Akhirnya, semoga skripsi yang sederhana ini dapat memenuhi harapan

dalam ikut serta membantu kearah kemajuan pendidikan, khususnya dalam bidang

studi ilmu hadis. Mudah-mudahan tulisan ini bermanfaat bagi orang banyak dan

membawa keberkahan di dunia dan akhirat dan semoga Allah swt. memberikan

Page 12: HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37066/2/SAUFY... · HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF HADIS

XII

petunjuk ke jalan yang benar dan mencurahkan taufik serta hidayah-Nya kepada

kita sekalian, Aamiin. Mengakhiri kata pengantar ini, atas semua bantuan yang

telah diberikan, penyusun hanya dapat memanjatkan doa kepada Allah swt,

semoga kebaikan yang telah diberikan dapat bernilai ibadah dan dibalas oleh

Allah SWT. jazakumullah ahsanal jaza’…

Jakarta, 07 Oktober 2017

Penyusun,

SAUFY MAULANA

Page 13: HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37066/2/SAUFY... · HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF HADIS

XIII

DAFTAR ISI

COVER ............................................................................................................... I

LEMBAR PERNYATAAN . . . . . . . . . . . . . . . . ................................................... II

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................. III

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN .............................................. IV

LEMBAR PERSEMBAHAN..............................................................................V

PEDOMAN TRANSLITERASI ....................................................................... VI

ABSTRAK .......................................................................................................... VIII

KATA PENGANTAR ....................................................................................... IX

DAFTAR ISI ...................................................................................................... XIII

BAB I: PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1

B. Identifikasi, Batasan dan Rumusan Masalah .................................. 5

C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 6

D. Kegunaan Penelitian ..................................................................... 7

E. Metodologi Penelitian .................................................................. 7

F. Teknik Penulisan ............................................................................ 8

G. Tinjauan Pustaka . . . . . . .................................................................. 8

H. Sistematika Penulisan ................................................................... 10

BAB II: DINAMIKA AHL ŻIMMAH DALAM LINTASAN SEJARAH

A. Pengertian Ahl al-Dzimmah ............................................................ 12

B. Perkembangan dan Lahirnya Ahl al-Dzimmah ............................... 19

Page 14: HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37066/2/SAUFY... · HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF HADIS

XIV

C. Kerjasama Antar Sosial-Kultural ................................................... 23

Page 15: HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37066/2/SAUFY... · HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF HADIS

XV

BAB III: SEPUTAR HADITS HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH

A. Kegiatan Takhrīj al-Ḥadīs................................................................ 28

B. Takhrīj al-Ḥadīs Hak dan Kewajiban Ahl Żimmah ................ ........

29

1. Hadis Hak Ahl Żimmah ................................................................. 39

2. Hadis Kewajiban Ahl Żimmah .............................. ....................... 40

BAB IV: HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻiMMAH PERSPEKTIF HADIS

A. Hak Ahl Żimmah; Mendapatkan Perlindungan .. .............................. 43

B. Kewajiban Ahl Żimmah; Membayar Jizyah .................................... 47

BAB V: PENUTUP

A. Kesimpulan ..................................................................................... 53

B. Saran ............................................................................................... 53

DAFTAR PUSTAKA

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Page 16: HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37066/2/SAUFY... · HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF HADIS

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada awal Rasulullah saw. melakukan langkah-langkah konvergensi sosial

di Madinah, suasana kehidupan di Madinah yang majemuk terlihat damai dan

aman. Berbagai golongan yang ada di Madinah dapat hidup berdampingan di

bawah kepemimpinan politik Rasulullah saw. Masing-masing kelompok penganut

agama dapat menjalankan ibadah menurut ajaran agama masing-masing tanpa

gangguan dari pihak lain.1

Itulah konsep keadilan yang diprioritaskan oleh Rasulullah saw. dalam

menjalankan tampuk kepemimpinannya. Islam hidup berdampingan dengan agam-

agama lain dan secara faktual, Islam telah memberikan kepada ahl żimmah (kaum

minoritas) hak-haknya, baik dalam bidang hukum, sosial dan lain sebagainya.

Hukum Islam ditegakkan kepada siapa saja mereka yang melakukan tindakan

sewenang-wenang.2

Rasulullah saw. mengingatkan umatnya supaya tidak menyakiti orang kafir

żimmi, yakni penganut agama Nasrani dan Yahudi. Hal ini bisa kita tengok pada

Piagam Madinah. Kita dapat mengetahui bahwa Rasulullah saw. tidak pernah

merendahkan orang kafir. Beliau membuat undang-undang yang harus dipatuhi

1 Topo Santoso, Membumikan Hukum Pidana Islam: Penegakan Syari‟at Dalam

Wacana dan Agenda (Jakarta: Gema Insani, 2003), 74-75 2 http://anugraterindah.blogspot.com/2017/08/fiqih-ahl-dzimmah-pengertian-ahl-al.html?

m=1

Page 17: HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37066/2/SAUFY... · HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF HADIS

2

oleh setiap masyarakat Madinah, baik itu untuk muslim ataupun kafir tanpa

membeda-bedakan.

Ahl żimmah ialah komunitas non-muslim yang melakukan kesepakatan

untuk hidup di bawah tanggungjawab dan jaminan kaum muslim. Mereka

mendapat hak hidup dan tempat tinggal di tengah-tengah komunitas muslim.3

Ahl żimmah yaitu ahli Kitab, Yahudi dan Nasrani yang tinggal di negara

Islam, mereka taat dan mematuhi peraturan dan perundangan yang berlaku dan

membayar jizyah kepada negara. Terhadap mereka ini, negara harus menjamin

kemerdekaan dalam menjalankan ibadah agamanya, dijamin haknya dan dijamin

pula keselamatan jiwanya dan janganlah dibunuh.4

Akan tetapi, di era kontemporer ini dimana kesenjangan dan perbedaan

kembali menjadi persoalan besar diantara mayoritas dan minoritas, kaum muslim

dan kaum kafir. Mayaorits bertindak sewenang-wenang dan minoritas melakukan

perlawanan sebagai bukti mereka bukanlah untuk ditindas, maka wajar saja bila

peperangan dan pembunuhan sering terjadi, seperti halnya penindasan minoritas

umat muslim di Rohingya dan juga penindasan minoritas orang kafir di Irak.5

Rasulullah saw. telah memberikan ultimatum bahwa kaum mayoritas harus

menjadi pelindung bagi kaum minoritas. Rasulullah saw. mengancam bagi mereka

yang bertindak sewenang-wenang sebagaimana sabdanya sebagai berikut :

3 Khamani Zada dan Arief Arofah, Diskursus Politik Islam, Jakarta, LSIP, 2004,10.

4 Muhammad bin Abi Bakr Ayyub al-Zar`iy Abu Abdillah, Tahqiq: Yusuf Ahmad al-

Bakriy dan Syakir Tawfiq al-`Aruriy, Ahkam Ahl al-Dzimmah, (Beirut: Dar Ibn Hazm, 1997),

vol.1, h.161 5 Khazanah Tafsir Hadis dalam putrakatong.blogspot.com yang diakses pada Agustus 2008

Page 18: HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37066/2/SAUFY... · HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF HADIS

3

عي ؽذصب ع ث ا صف أ ذ ت ؽذص أث صخش اى أخجشب اث ش د اى دا ث ب ي

خ د آثبئ ع عي عي صي للا أثبء أصؾبة سعه للا عذح أخجش ع سعه للا ع

أ أ ق طبقز ميف ف زقص أ ا ذ ا أ عب ظي قبه أل عي عي ئ ب صي للا ش خز

خ اىقب ش طت فظ فأب ؽغغ ثغ

Ingatlah, siapa yang sewenang-wenang terhadap orang yang

terikat perjanjian, merendahkannya, membebaninya di atas

kemampuannya atau mengambil sesuatu darinya tanpa kerelaan

darinya (merampas), maka aku adalah lawan bertikainya pada

Hari Kiamat”. (H.R. Abu Dawud).6

Sabda Rasulullah saw. :

أ و اىز »ملسو هيلع هللا ىلص قبه7 ه للا سع أ قزو سعال غذ س خ ى إ س ؼ اىغخ ب ى ؾ عذ

غ ب شح عجع عب

“Bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Barang siapa yang

membunuh seseorang dari kaum dzimmi (umat agama lain),

niscaya ia tidak mendapatkan harumnya sorga, dan (ketahuilah)

harumnya sorga itu tercium dari jarak perjalanan tujuh puluh

tahun.” (HR. al-Nasā‟ī).7

Meskipun mayoritas warga negaranya Muslim, Indonesia merupakan negara

yang menerapkan sistem nation state bukan sistem dār al-Islām. Dengan demikian,

tidak ada lagi pembedaan antar warga negara yang se-agama, se-suku, se-ras

maupun se-etnis. Tidak ada lagi perbedaan antara kelompok minoritas non-Muslim

6 Abu Daud, Sunan Abu Daud, (Kairo: Darul Hadits, 1998 H), vol: III, 347 no.3052

7 Al-Nasa‟i, Sunan al-Nasa‟i al-Kubra, Kitab al-Qasamah, Bab Ta`zhim Qatl al- Mu`ahid,

(Beirut: Dar al-Kutub al-„Ilmiyah, 1991/1411), vol: IV, 221, dan vol: V, 225.

Page 19: HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37066/2/SAUFY... · HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF HADIS

4

dan kelompok mayoritas Muslim ataupun sebaliknya. Semua warga menjujung

tinggi keamanan, kesejahteraan dan kerukunan.8

Di era sekarang ini, sungguh sangat disayangkan masih banyak kelompok-

kelompok yang beranggapan bahwa kaum minoritas (termasuk ahl żimmah) yang

berada di wilayah kekuasaan Islam, termasuk Indonesia, dianggap tidak memiliki

posisi strategis dalam berbagai bidang. Namun kenyataannya sangatlah berbeda,

banyak non-muslim yang mampu menguasai kursi kepemerintahan, menjadi motor

penggerak ekonomi negara dan terjun dalam dunia perpolitikan dan kemanusiaan.

Hal inilah yang kembali memicu adanya konflik antara muslim dan non-muslim,

kaum mayoritas dan minoritas di Indonesia sehingga membuat kerukunan dan

kenyamanan menjadi keruh.

Bila saja umat mayoritas (muslim) mampu menggali nilai-nilai yang

terkandung dalam ajaran Islam dan umat minoritas (non-muslim) mampu

memahami nilai-nilai yang terkandung dalam Islam, maka akan menemukan

bahwa Islam adalah agama universal yang menjunjung tinggi nilai-nilai

kemanusiaan, persamaan hak dan mengakui adanya pluralitas agama. Pengakuan

terhadap kemajemukan agama tersebut adalah menerima dan meyakini bahwa

agama yang kita peluk adalah jalan keselamatan yang paling benar, tetapi bagi

penganut agama lain sesuai dengan keyakinan mereka agama mereka pulalah yang

paling benar. Dari kesadaran inilah akan lahir sikap toleran, inklusif, saling

8 Umar Faruq Thohir dalam jurnalnya Diskursus Tentang Hak Asasi Minoritas Dzimmi Di

Tengah Mayoritas Muslim, STAI Zainul Hasaan, Probolinggo.

Page 20: HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37066/2/SAUFY... · HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF HADIS

5

menghormati dan menghargai serta memberi kesempatan kepada orang lain untuk

beribadah dan bertindak sesuai dengan keyakinan masing-masing.9

Dalam bukunya Fikih Politik, Hasan al-Banna menuturkan bahwa Islam

memandang non-muslim sesuai dengan sikapnya terhadap kaum muslimin. Jika

mereka berdamai, memenuhi komitmennya dan tidak membantu musuh kaum

muslimin, maka Islam mewajibkan kaum muslimin untuk berbuat baik kepada

mereka, melindungi, menjaga keselamatan jiwanya, hartanya dan kehormatannya.10

Berdasarkan pemaparan di atas, penulis merasa berkepentingan untuk

mengkaji permasalahan tersebut. Oleh sebab itu, penulis mengangkat judul “Hak

dan Kewajiban Ahl Żimmah Dalam Persfektih Hadis”.

B. Identifikasi, Batasan dan Rumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Dari pemapaan latar belakang di atas, terdapat beberapa permasalahan

yang dapat diidentifikasi, antaralain :

a. Masih banyak masyarakat yang belum paham tentang ahl żimmah

b. Masih banyak kelompok organisasi ke-Islaman yang memandang

bahwa ahl żimmah bekedudukan sama dengan ahl harb

9 Madjid, Nurcholis, dkk., Fiqih Lintas Agama: Membangun Masyarakat Inklusif-

Pluralis, (Jakarta: Paramadina, 2004), 78 10

Mubith Muhammad Ishaq, Fiqh Politik Hasan al-Bana, Jakarta, Robbana Press, 2012,

115.

Page 21: HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37066/2/SAUFY... · HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF HADIS

6

c. Masih banyaknya pemahaman yang beranggapan bahwa ahl żimmah

tidak perlu dilindungi dan diberikan kebebasan dalam hidup di

dalam Negara Islam

d. Masih banyaknya orang yang tidak mengetahui apa saja hak dan

kewajiban bagi ahl żimmah

2. Batasan Masalah

Berangkat dari latar belakang masalah yang sudah dipaparkan, maka

dalam penelitian ini penulis akan membatasi permasalahannya tentang hak

dan kewajiban ahl żimmah dengan merujuk kepada hadis-hadis yang

terdapat dalam kutub tis‟ah.

3. Rumusan Masalah

Sesuai dengan batasan masalah di atas, penulis merumuskan bahwa

permasalahan yang akan dikaji di dalam penelitian ini adalah :

- Bagaimana hak dan kewajiban ahl żimmah dalam perspektif hadis ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah agar dapat mentransformasikan

pengetahuan tentang hak dan kewajiban ahl żimmah seperti yang telah penulis

kemukakan, disamping untuk mengetahui serta mengkaji lebih dalam tentang

hak dan kewajiban ahl żimmah dalam perspektif hadits.

Page 22: HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37066/2/SAUFY... · HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF HADIS

7

D. Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari penelitian ini antara lain sebagai berikut :

1. Untuk memperkaya dinamika wacana tentang hak dan kewajiban ahl

żimmah dalam dunia hadis

2. Diharapkan penelitian ini menjadi sumber primer bagi penelitian

berikutnya mengenai sejarah dan keberadaan ahl żimmah.

3. Untuk memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana strata

satu (S1) Program Studi Ilmu al-Qur‟an dan Tafsir, Fakultas

Ushuluddin, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

E. Metodologi Penelitian

1. Jenis Penelitian

Dalam penyusunan penelitian ini, penulis menggunakan penelitian

kepustakaan (Library Research), yakni penelitian dengan cara mencari

bahan pengetahuan dari buku-buku, kitab-kitab atau sumber lainnya yang

berhubungan dengan masalah penelitian.

2. Sumber Data

Untuk memperoleh data yang akurat, peneliti mengadakan penelitian

kepustakaan dengan menggunakan data primer dan data sekunder. Dalam

data primer, penulis mengacu kepada hadis-hadis yang terdapat dalam

Page 23: HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37066/2/SAUFY... · HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF HADIS

8

Kutub Tis‟ah11

. Sementara sumber data sekunder diperoleh daari data-data

yang penulis dapatkan, baik itu dalam buku-buku, skripsi, jurnal ilmiah dan

artikel yang berkaitan dengan pembahasan dalam penelitian ini.

3. Teknik Analisis Data

Berdasarkan jenis penelitiannya, penelitian kepustakaan, maka teknik

analisa data dilakukan dengan cara menelaah seluruh data yang berhasil

dihimpun dari berbagai sumber sehingga menemukan titik temu untuk

menjelaskan permasalahan yang penulis angkat.

F. Teknik Penulisan

Penelitian ini mengacu kepada pedoman yang dikeluarkan oleh

Kementerian Agama dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan No. 158 tahun

1987 dan No. 0543 tahun 1987.

G. Tinjauan Pustaka

Setelah dilakukan pencarian data dan informasi yang berkaitan dengan

penelitian ini, maka penulis menemukan pembahasan yang mirip dan relevan

dengan penelitian ini, diantaranya;

Umar Faruk Thahir dalam Jurnalnya yang berjudul Diskurusus Tentang

Hak Asasi Minoritas Dzimmi di Tengah Mayoritas Muslim menjelaskan bahwa

pada era perkembangan Islam di masa lalu, negara persemakmuran Islam

11 Șaḥīh al-Bukhari, Șaḥīh Muslim, Sunan Abī Daud, Sunan Tirmiżi, Sunan al-Nasā`i,

Sunan Ibn Majah, Musnad Aḥmad ibn Hanbal, Muwaţţa Malik dan Sunan al-Dārimī.

Page 24: HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37066/2/SAUFY... · HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF HADIS

9

dipandang layak untuk dipertahankan. Keadaan tersebut menyebabkan terbaginya

Negara persemakmuran Islam ke dalam dua (2) kategori, yaitu Dar al-Islam dan

Dar al-Harb. Pembagian ini telah melahirkan sebuah konsep sekolah Islam yang

eksklusif yang menganggap orang kafir yang hidup di wilayah non-Islam dapat

diperangi. Mereka mengira bahwa setiap orang kafir berniat untuk merendahkan

dan memerangi mereka, meskipun anggapan tersebut tidak selalu benar. Sekolah

Islam yang ekslusif ini juga menganggap bahwa pemerintahan harus dipegang oleh

Muslim dan tidak ada kesempatan bagi orang kafir untuk menjadi pemimpin di

segala aspek pemerintahan Islam.12

Syamsul Hadi Untung dan Eko Adhi Sutrisno dalam jurnal berjudul Sikap

Islam Terhadap Minoritas Non-Muslim menjelaskan bahwa dalam sejarahnya,

umat Islam pernah menjadi kelompok minoritas dan juga mayoritas di suatu

tempat. Ketika berposisi sebagai ayoritas, umat Islam telah membuktikan mampu

hidup damai dengan kelompok minoritas. Dalam pemerintahan Islam, kelompok

minoritas ini menjadi tanggung jawab dan hak-hak mereka harus dijaga dan

dipenuhi. Mereka ini dikenal dengan sebutan ahl żimmah. Pemerintahan Islam

berkewajiban menjaga dan melindungi jiwa, keyakinan, kebebasan beribadah,

kehormatan, kehidupan, dan harta benda non-Muslim yang menjadi ahl żimmah

sejauh mereka tidak melanggar pejanjian yang telah disepakati dengan kaum

Muslim.13

12

Umar Faruk Thahir, Diskursus Tentang Hak dan Asasi Minoritas Dzimmi di Tengah

Mayoritas Muslim. Jurnal Dakwah STAI Zainul Hasan Genggong, 2011 13

Syamsul Hadi Untung dan Eko Adhi Sutrisno, Sikap Islam Terhadap Minoritas Non-

Muslim, Jurnal Kalimah Gontor Vol.12 No.1, 2014.

Page 25: HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37066/2/SAUFY... · HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF HADIS

10

Adapun perbedaan dengan penelitian yang penulis lakukan adalah dari sisi

hadis. Penulis akan memaparkan dan menjelaskan hak dan kewajiaban ahl żimmah

menurut hadis-hadis Nabi saw. dengan disertakan pendapat para ulama terkait

hadis-hadis tersebut.

H. Sistematika Pembahasan

Untuk mendapatkan sebuah hasil yang utuh dan sistematis, pembahasan

materi dalam penelitian ini dibagi kedalam lima bab, yaitu :

Bab I : Pendahuluan

Bab ini menjelaskan tentang latar belakang apa yang membuat

penulis melakukan penlelitian, batasan dan rumusan masalah, tujuan

penelitian, kegunaan penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka dan

juga sistematika penulisan.

Bab II : Dinamika Ahl Żimmah Dalam Lintasan Sejarah

Dalam bab ini penulis menjelaskan tentang pengertian ahl żimmah,

perkembangan dan kelahrian ahl żimmah serta kerjasama antar sosial-

kultural.

Bab III : Seputar Hadis Hak dan Kewajiban Ahl Żimmah

Dalam bab ini akan membahas tentang pengertian takhrīj al-ḥadīs

serta kegiatan men-takhrīj al-ḥadīs yang berbicara tentang hak dan

kewajiban ahl żimmah.

Page 26: HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37066/2/SAUFY... · HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF HADIS

11

Bab IV : Hak dan Kewajiban Ahl Żimmah Dalam Perspektif Hadis

Dalam bab ini, penulis akan hak dan kewajiban ahl żimmah yang

tertuang dalam hadis Nabi saw. dan kemudian memaparkan pula pandangan

ulama terhadap hadis-hadis tersebut.

Bab V : Penutup

Bab ini berisi tentang kesimpulan dari pembahasan yang telah

penulis teliti dan juga saran-saran dari para pembaca.

Page 27: HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37066/2/SAUFY... · HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF HADIS

12

BAB II

DINAMIKA AHL ŻIMMAH DALAM LINTASAN SEJARAH

A. Pengertian Ahl Żimmah

Ahl Żimmah berasal dari dua kata yang terpisah, yaitu ahl dan żimmah.

Secara etimologis, kata ahl berarti kabilah atau suku dan sanak keluarga atau

kerabat.14

Kemudian kata żimmah yang diderivasi dari kata kerja żamma-yażummu

memiliki arti al-‟ahd yang bermakna janji, atau al-kafālāh wa al-ḍamān yang

berarti tanggungan dan jaminan15

dan juga berarti al-amn yang berarti keamanan.16

Dalam Lisan al-„Arab, Ibn Manzur mendefinikan kata al-Ahl dengan makna

yang berbeda-beda sesuai dengan kata sambungannya. Jika digandeng dengan kata

al-amr (ahl al-amr), berarti orang yang mengurusi masalah tersebut. Jika

digandengkan dengan kata al-rajul (ahl al-rajul), berarti orang-orang terdekat di

sekitar orang tersebut. Jika digandengkan dengan nama semua Nabi, maka

maknanya adalah umatnya.17

Secara terminologi, ahl żimmah memiliki makna khusus yang telah dikenal

dalam tradisi ke-ilmuan Islam. Mereka adalah golongan pemilik perjanjian, pemilik

tanggungan dan pemilik jaminan yang disebut dalam hukum fikih sebagai orang-

orang yang mendapat jaminan dari Allah swt. dan Rasul-Nya serta kaum Muslim

14

Muhammad Murtada al-Husaini al-Zabidi, Taj al-„Arus min Jawāhir al-Qāmūs, Jilid 28,

(Kuwait: Hukumah al-Kuwait, 1385 H/ 1965 M), h.40. 15

Al-Tahir Ahmad al-Zawi, al-Qamus al-Muhit, Jilid.2 (Saudi: Dār „Alam al-Kutub li al-

Nasyr wa al-Tawzi‟, 1417H/1996M), h.268 16

Ibn Manzur , Lisānal-„Arab, (Kairo: Dār al-Hadīs, 2003), Jilid.3, h.523. Muhammad

Murtada al-Husaini al-Zabidi, Taj al-„Aruss min Jawahir al-Qāmūs, Jilid.28, h.206. 17

Ibn Manzur, Lisān al-„Arab, Jilid.3, h.523

Page 28: HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37066/2/SAUFY... · HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF HADIS

13

untuk hidup dengan aman dan tentram di bawah perlindungan Islam di dalam

lingkungan masyarakat Islam.18

al-Ghazali menuturkan bahwa ahl żimmah adalah ahli kitab yang telah

balig, berakal, merdeka, laki-laki, mampu berperang dan membayar jizyah.19

Sedangkan menurut Ibn al-Juza‟i, ahl żimmah ialah orang kafir yang merdeka,

balig, laki-laki, menganut agama yang bukan Islam, mampu membayar jizyah dan

tidak gila.20

Sa‟id Hawa mengatakan bahwa ahl żimmah merupakan sekelompok orang-

orang kafir yang mengadakan perjanjian untuk tunduk kepada hukum dan

kekuasaan Allah swt. sehingga masuk dalam perlindungan kaum Muslim.21

Berdasarkan pemaparan di atas, penulis berasumsi bahwa ahl żimmah

merupakan orang-orang kafir yang mengadakan perjanjian untuk patuh pada aturan

dan hukum Islam sehingga memiliki ikatan dan menjadi bagian dari penduduk

negara Islam yang mendapat jaminan perlindungan.

Dr. Muhammad Khair Haekal menyatakan bahwa sesungguhnya dalam

konteks Negara Islam dikenal frasa dār al-Islām yang merupakan istilah syar‟i

yang dipakai untuk menunjukkan realitas tertentu dari sebuah negara. Ada juga

frasa dār al-Kufr yang merupakan istilah syar‟i yang digunakan untuk

18 Abdul Aziz Dahlan Ensiklopedi Hukum Islam,(Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve,

1996), Jilid.3, h.202. 19

Abū Hamīd al-Ghazāl, Al-Wajīz fī Fiqh al-Imām al-Syāfī, Vol. 2, (Mesir: Muhammad

Mustafa, 1318 H), h.198. 20

Muhammad ibn Ahmad ibn al-Juza‟i al-Kalabī , Al-Qawānūn al-Fiqhiyyah fī Talkhiās

al-Mazhab al-Mālikiyyah, (Beirut: Dār al-Qalam, t. t), h.184. 21

Said Hawa, Al-Islām. Terj. Abdul Hayyi al-Kattani dkk. (Jakarta: Gema Insani Press,

2004), h.294.

Page 29: HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37066/2/SAUFY... · HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF HADIS

14

menunjukkan realitas tertentu dari sebuah negara yang berlawanan dengan dār

al-Islām. Begitu pula dengan istilah dār al-Dūfar, dār al-Syirk dan dār al-Ḥarb

yang semuanya adalah istilah syar‟i yang maknanya sama untuk menunjukkan

realitas tertentu dari sebuah Negara.22

Istilah dār al-Islâm dan dār al-Kufr telah dituturkan di dalam sunnah dan

atsar para Sahabat. Imam al-Mawardi menuturkan sebuah riwayat dari Nabi saw.

bahwa beliau pernah bersabda: “Semua hal yang ada di dalam Darul Islam

menjadi terlarang (terpelihara), sedangkan semua hal yang ada di dalam Dar asy-

Syirk telah dihalalkan.”23

Maksud dari riwayat di atas adalah bahwa semua orang yang hidup di

dalam dār al-Islām, harta dan darahnya terpelihara. Harta penduduk dār al-Islām

tidak boleh dirampas, darahnya juga tidak boleh ditumpahkan tanpa ada alasan

yang syar‟i. Sebaliknya, harta dan darah penduduk dār al-Kufr tidaklah

terpelihara, kecuali ada alasan syar‟i yang mewajibkan kaum Muslim melindungi

harta dan darahnya.24

Di dalam kitab al-Kharaj karya Abu Yusuf, dituturkan bahwa ada sebuah

surat yang ditulis oleh Khalid bin Walid kepada penduduk Hijrah. Dalam surat itu

tertulis:

22

Dr. Muhammad Khair Haekal, al-Jihâd wa al-Qitâl, vol.1, h . 660. Lihat pula: Imam

asy-Syafi‟i, al-Umm, vol: IV, 270-271 23

Imam al-Mawardi, Ahkâm as-Sulthâniyyah, Tahqiq: Dr. Ahmad Mubarok al-Baghdadi

(Kuwait: Maktabah Dar Ibnu Qutaibah, 1989), Cet.I, h.60. 24

Dr. Muhammad Khair Haekal, Al-Jihâd wa al-Qitâl, (Beirut: Darul Bayariq, 1996),

vol:1, h.660.

Page 30: HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37066/2/SAUFY... · HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF HADIS

15

“Aku telah menetapkan bagi mereka (penduduk Hirah yang

menjalin perjanjian dzimmah), yakni orang tua yang tidak mampu

bekerja, atau orang yang cacat, atau orang yang dulunya kaya lalu

jatuh miskin, sehingga harus ditanggung nafkahnya oleh penduduk

yang lain; semuanya dibebaskan dari pembayaran jizyah, dan

mereka akan dicukupi nafkahnya dari harta Baitul Mal kaum

Muslim, selama mereka masih bermukim di Darul Hijrah dan Darul

Islam. Jika mereka berpindah ke negeri lain yang bukan Darul

Hijrah maka tidak ada kewajiban bagi kaum Muslim untuk

mencukupi nafkah mereka.”25

Ibnu Hazm mengatakan, “Semua tempat selain negeri Rasulullah saw.

adalah tempat yang boleh diperangi; disebut dār al-Ḥarb serta tempat untuk

berjihad.”26

Di dalam Hâsyiyah (catatan pinggir) Ibnu „Abidin atas kitab al-Dūr al-

Mukhtār Syarḥ Tanwīr al-Abshār disebutkan:

“Darul Islam tidak akan berubah menjadi daul harbi ..... (karena)

misalnya, orang kafir berhasil menguasai negeri kita, atau penduduk

Mesir murtad kemudian mereka berkuasa, atau diterapkan atas

mereka hukum-hukum kufur; atau negeri itu mencabut dzimmah

(perjanjian untuk mendapatkan perlindungan dari Daula Islam),

atau negeri mereka dikuasai oleh musuh; salah satu hal tersebut

tidak menjadikan Darul Islam berubah menjadi Dar al-Harb jika

telah memenuhi tiga syarat. Adapun Abu Yusuf dan Mohammad

berpendapat, cukup dengan satu syarat saja, yakni tampaknya

hukum-hukum kufur di negara itu, dan ini adalah qiyas.”27

25

Abu Yusuf, Al-Kharâj, (Qohiroh: Maktabah Al-Salafiyah, 1971), h.155-156 26

Imam Ibnu Hazm, al-Muhalla bi al-Atsar, Tahqiq: Muhammad Munir Ad- Dimasyqi

Ahmad Muhamad Syakir (Beirut: Dar Kutub „Ilmiah, 1427), vol.VII, h.305 27

Hâsyiyyah Ibnu „Abidîn, Ad-Durr al-Mukhtâr Syarh Tanwîr al-Abshâr (Riyadh: Dar

Alam al-Kutub, 2003), Vol.3, h.390.

Page 31: HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37066/2/SAUFY... · HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF HADIS

16

Syaikh Muhammad Abu Zahrah berkomentar:

“Barangkali buah perbedaan di antara dua pendapat tersebut

tampak jelas pada masa kita sekarang ini. Karena itu, jika pendapat

Abu Hanifah itu diterapkan maka negeri-negeri mulai dari wilayah

barat hingga daerah Turkistan dan Pakistan terkategori Darul

Islam. Sebab, walaupun penduduknya tidak menerapkan hukum-

hukum Islam, mereka hidup dalam perlindungan kaum Muslim.

Karena itu, negeri-negeri ini termasuk Darul Islam. Jika pendapat

Abu Yusuf dan Muhammad serta para fukaha yang sejalan dengan

keduanya diterapkan maka negeri-negeri Islam sekarang ini tidak

terhitung sebagai Darul Islam, tetapi Dâr al-Harb. Sebab, di negeri-

negeri itu tidak tampak dan tidak diterapkan hukum-hukum Islam.”28

Adapun menurut pengikut Imam Ahmad bin Hanbal, “Darul Islam adalah

setiap negeri yang dibangun oleh kaum Muslim, seperti Bashrah, atau negeri

yang ditaklukkan oleh kaum Muslim, seperti kota Yaman.”29

Abdul-Qadir Audah menyatakan:

“Darul Islam adalah negeri yang tampak jelas di dalamnya

penerapan hukum-hukum Islam, atau penduduknya yang Muslim

mampu menampakkan hukum-hukum Islam di negeri itu.

Termasuk Darul Islam setiap negeri yang seluruh penduduknya

beragama Islam, atau mayoritasnya beragama Islam. Juga

termasuk Darul Islam setiap negeri yang dikuasai dan diperintah

oleh kaum Muslim, walaupun mayoritas penduduknya bukan kaum

Muslim. Termasuk Darul Islam juga setiap negeri yang dikuasai dan

diperintah oleh non-Muslim, namun penduduknya yang Muslim

masih tetap bisa menampakkan hukum-hukum Islam, atau tidak ada

satu pun halangan yang merintangi mereka untuk menampakkan

hukum- hukum Islam.”30

28

Syaikh Muhammad Abu Zahrah, Al-Jarîmah wa al-‟Uqûbah fî Fiqh al-Islâmi, (Beirut:

Dâr al-Fikr, 1958), 343 29

Sa‟di Abu Habib, Al-Qâmûus al-Fiqh, (Riyadh: Dar Alam al-Kutub, 2000), h.470-471 30

Abdul Qadir Audah, at-Tasyrî‟ al-Jana‟i al-Islâmi (Beirut: Dar Kutub al-Arabi,

1963), Vol.I, h.421.

Page 32: HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37066/2/SAUFY... · HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF HADIS

17

Di dalam kitab al-Siyāsah al-Syar‟iyyah karya Syaikh „Abd al-Wahhab

Khalaf dituturkan:

“Darul-Islam adalah negeri yang diberlakukan di dalamnya hukum-

hukum Islam dan keamanan negeri itu dibawah keamanan kaum

Muslim, sama saja, apakah penduduknya Muslim atau dzimmi.

Adapun dār al-harb adalah negeri yang didalamnya tidak

diberlakukan hukum-hukum Islam dan keamanan negeri itu tidak

dijamin oleh kaum Muslim.”31

Syeikh Taqiyyuddin an-Nabhani merinci apa yang dijelaskan didalam kitab

al-Siyâsah al-Syar‟iyyah karya Syaikh „Abd al-Wahhab Khalaf sebagai berikut:

“Penetapan suatu negeri termasuk Darul Islam atau darul al-kufur

harus memperhatikan dua perkara. Pertama: hukum yang

diberlakukan di negeri itu adalah hukum Islam. Kedua: keamanan

di negeri itu harus dijamin oleh kaum Muslim, yakni kekuasaannya.

Jika suatu negeri memenuhi dua perkara ini maka ia disebut Darul

Islam dan negeri itu telah berubah dari darul kufur menuju Darul

Islam. Akan tetapi, jika salah satu unsur itu lenyap maka negeri itu

menjadi darul kufur. Negeri Islam yang tidak menerapkan hukum-

hukum Islam adalah darul kufur. Begitu pula sebaliknya, jika negeri

Islam menerapkan hukum-hukum Islam, namun keamanannya tidak

dijamin oleh kaum Muslim, yakni kekuasaannya, namun dijamin

oleh kaum kafir, maka negeri itu termasuk darul kufur. Oleh karena

itu, seluruh negeri kaum Muslim sekarang ini termasuk darul al-

kufur. Alasannya, negeri-negeri itu tidak menerapkan hukum Islam.

Suatu negeri juga tetap disebut darul kufur seandainya di dalamnya

kaum kafir menerapkan hukum-hukum Islam atas kaum Muslim,

namun kekuasaannya dipegang oleh kaum kafir. Dalam keadaan

semacam ini, keamanan negeri itu di bawah keamanan kafir, dan

secara otomatis ia termasuk darul kufur.”32

31

Syaikh „Abdul Wahhab Khalaf, As-Siyâsah asy-Syar‟iyyah, (Beirut: Dar al- Kutub As-

Syar'iyyah, 1989), 69. 32

Syaikh Taqiyyuddin an-Nabhani, Asy-Syakhshiyyah al-Islâmiyyah, (Kairo: Dar al-

Umah, 1996), vol: II, 215-216.

Page 33: HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37066/2/SAUFY... · HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF HADIS

18

Menurut Dr. Mohammad Khair Haekal, dari pendapat-pendapat di atas,

pendapat yang paling râjih adalah pendapat yang menyatakan bahwa dār al-Islām

adalah negeri yang sistem pemerintahannya adalah sistem pemerintahan Islam

(diatur dengan hukum Islam) dan pada saat yang sama, keamanan negeri tersebut

baik keamanan dalam dan luar negeri berada di bawah kendali kaum Muslim.33

Menurut Jonathan, żimmî adalah sekelompok orang kafir yang hidup

(bertempat tinggal) di wilayah yang berada di bawah kekuasaan muslim.34

Menurut Sayyid Sabiq, kafir żimmî berbeda dengan kafir muāhad. Kafir

muāhad adalah orang kafir yang mengadakan perjanjian dengan orang Islam, baik

perjanjian itu berisi memohon jaminan keamanan dari orang Islam ataupun

perjanjian dengan cara gencatan senjata yang ditetapkan oleh penguasa Islam,

maupun berdasarkan kontrak fidyah.35

Melalui analisis para ahli tersebut dapat dipahami bahwa sebenarnya tidak

semua orang kafir menentang ajaran Islam dan muslim. Kelompok żimmî adalah

kelompok orang kafir yang justru hidup di bawah perlindungan muslim. Dengan

perjanjian tertentu dan kewajiban membayar jizyah, kelompok minoritas żimmî ini

berharap mendapatkan perlindungan dari kelompok mayorits Muslim. Hubungan

33

Dr. Muhammad Khair Haekal, Al-Jihâd wa al-Qitâl, (Beirut: Darul Bayariq, 1996),

vol.1, h.669 34

Menurut Jonathan, Dhimmî is a Christian, Jewish, or other protected religious

community within the abode of Islam (Islamic Sovereignity). Because they regarded as People of

the Book. The Dhimmis, though subjected to a poll tax and certain retrains in the practice and

propagation of their faith, were guaranted religious peace and political security under Islam.

Lihat The Happercollins Dictionary of Religion, Jonathan Z. Smith (ed.), (New York: American

Academy, 1995), 317. 35

Sayyid Sabiq, Fiqh al-Sunnah, alih bahasa Nor Hasanuddin, cet.2 (Jakarta: Pena Pundi

Aksara, 2007), vol: III, 48.

Page 34: HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37066/2/SAUFY... · HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF HADIS

19

antara muslim dan non-muslim sama sekali tidak dilarang oleh Allah swt.

selama pihak-pihak lain menghormati hak-hak Muslim.36

B. Perkembangan dan Kelahiran Ahl Żimmah

Ketika beliau memimpin Negara Madinah, pemerintahan berada di tangan

Rasulullah saw. Beliau menempatkan umat yang berbeda keyakinan dengannya

(agama lain) sebagai masyarakat yang sama statusnya dengan kaum Muslimin.

Artinya, hubungan antara umat agama lain dan umat Islam di Madinah bukan

karena proses penaklukkan yang dilakukan Rasulullah saw. dan bukan pula karena

umat Islam berhijrah ke Madinah, justru beliau bersama umat Islam diundang

berhijrah dan diterima secara damai oleh segenap masyarakat yang telah berabad-

abad sebelumnya bermukim di Madinah.37

Karena itu, keberadaan umat agama lain di Madinah bukan karena belas

kasih kaum Muslimin memberi tempat dan melindungi mereka, melainkan justru

Yatsrib (Madinah) adalah negeri mereka sendiri sejak dahulu kala. Mereka pun

turut merestui kehadiran Rasulullah saw. bersama kaum Muslimin di Madinah.

Umat agama lain dengan keadaannya seperti itu tidaklah disebut żimmi, tetapi

dikatagorikan sebagai kelompok al-Mu‟ahidun atau ahl al-Mitsaq, yaitu golongan

yang terikat perjanjian damai dengan Muslim dalam suatu negeri. Itulah sebabnya

dalam Piagam Madinah yang disusun oleh Rasulullah saw. bersama mereka.

Umat agama lain selalu disebut sebagai ummah (umat) yang disamakan dengan

36

Said Agil Husin Munawar, Hukum Islam dan Pluralitas Sosial, (Jakarta:

Permadani, 2004), h.186-187. 37

Ibn Hisyam, al-Sirah al-Nabawiyyah, Tahqiq: Mustafa al-Saqa‟ (Mesir: Mustafa al-Babi

al-Hilyi, 1375 H/1955 M), Cet.II, h.501

Page 35: HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37066/2/SAUFY... · HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF HADIS

20

umat Islam. Dalam Piagam tersebut juga diatur bahwa mereka (warga Madinah

yang beragam agamanya) harus saling melindungi, bahu membahu menghadapi

musuh. Maka sekali lagi, hubungan antara Nabi Muhammad saw., Muhajirin dan

umat agama lain di Madinah jauh sama sekali dari pengertian saling menaklukkan

diantara mereka.38

Masyarakat muslim Madinah yang berhasil dibentuk oleh Rasulullah

saw., oleh sebagian intelektual muslim masa kini disebut dengan Negara Kota

(city state). Lalu dengan dukungan kabilah-kabilah dari seluruh penjuru Jazirah

Arab yang masuk Islam, maka munculah sosok Negara Bangsa (nation state).

Walaupun sejak awal Islam tidak memberikan ketentuan yang pasti tentang

bagaimana bentuk dan konsep Negara yang dikehendaki, namun suatu kenyataan

bahwa Islam adalah agama yang mengandung prinsip-prinsip dasar kehidupan

termasuk politik dan Negara.39

Dalam masyarakat muslim yang terbentuk itulah Rasulullah saw. menjadi

pemimpin dalam arti yang luas, yaitu sebagai pemimpin agama dan juga sebagai

pemimpin masyarakat. Konsepsi Rasulullah saw. yang diilhami al-Qur‟an ini

kemudian melahirkan Piagam Madinah yang mencakup 47 pasal. Dalam Piagam

tersebut, berisikan hak-hak asasi manusia, hak-hak dan kewajiban bernegara, hak

38

Istilah al-Mu‟ahidun sering digunakan dalam periwayatan hadis, antaralain digunakan

dalam Sunan al-Nasa‟i, Kitab al-Qasamah. Sedangkan kata al-Mitsaq disebut dalam surah al-Nisa

[4]: 92 yang status hukumnya disamakan dengan hukum Muslim. Bahkan dalam hal tertentu

memperoleh penghormatan dan keistimewaan tersendiri. 39

Abd. Salam Arief, Pembaruan Pemikiran Hukum Islam Antara Fakta dan Realita;

Kajian Pemikiran Syaikh Mahmud Syaltut (Yogyakarta: LESFI, 2003), h.134-136

Page 36: HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37066/2/SAUFY... · HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF HADIS

21

perlindungan hukum sampai beragama yang oleh ahli-ahli politik modern disebut

sebagai manifesto politik pertama dalam Islam.40

Rasulullah saw. memang pernah memberikan petunjuk memperlakukan

umat agama lain dengan cara memberlakukan jizyah (pajak) seperti yang

diberlakukan pula kepada umat Islam.. Hal ini dilakukan untuk memenuhi

kebutuhan Negara.41

Terkait persoalan ahl żimmah, Ibnu Qayyim al-Jawziyah dalam kitabnya

Ahkam ahl al-Żimmah, justru memberikan pandangan yang relatif progresif.

Dalam dialog dengan seorang muslim yang menikahi perempuan ahl al-Kitab, ia

berpendapat bahwa sang suami mesti menghargai sang istri yang hendak

meminum khamar. Suami pula berhak untuk memperingati sang istri untuk tidak

meminum khamar. Akan tetapi jika sang istri tidak menerimanya, maka sang

suami tidak boleh memaksa sang istri untuk tidak minum khamar.42

40

Piagam Madinah ini secara lengkap diriwayatkan oleh Ibn Ishaq (w. 151 H) dan Ibn

Hisyam (w. 213 H) yang menurut Ahmad Ibrahim al-Syarif, tidak ada periwayat lain sebelumnya

selain kedua penulis di atas yang meriwayatkan dan menuliskannya secara sistematis dan lengkap.

Dalam teks aslinya, Piagam Madinah ini semula tidak terdapat pasal-pasal. Pemberian pasal-pasal

sebanyak 47 itu baru dilakukan oleh A.J. Wensinck (pernah belajar di al-Azhar University selama

15 tahun) dalam karyanya Mohammed en de joden te Madina, tahun 1928 M yang ditulis untuk

mencapai gelar doktornya dalam sastra semit. Melalui karyanya itu Winsick mempunyai andil besar

dalam memasyarakatkan Piagam Madinah ke kalangan sarjana Barat yang menekuni studi Islam.

Sedangkan pemberian bab-bab dari 47 pasal itu dilakukan oleh Zainal Abidin Ahmad yang

membaginya menjadi 10 bab. Lihat Ibn Katsir, al-Bidâyah wa al-Nihâyah, vol: III, (Beirut:

Maktabah al-Ma'ârif, tt.), h. 224-226 dan W. Montgomery Watt, Mohammad at Medina (ttp: tp.,

1956), h.225-227 41

Lihat Muslim, Shahih Muslim, (Beirut: Dar Ihya‟ al-Turats al-„Arabiy, 1409 H), vol:

III, 1357. 42

Fahmi Huwaydi, Muwathinun la Dzimmiyyun, (Kairo: Dār el-Shorouq, 1999), cet: III,

h.117

Page 37: HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37066/2/SAUFY... · HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF HADIS

22

Sikap kooperatif dan simpatik terhadap ahl żimmah sebenarnya telah

dipraktekkan oleh para ulama terdahulu di tengah-tengah pemerintahan Islam.

Dalam sebuah kisah yang sangat menarik, tatkala Qatlushah seorang Raja Tatar

yang hanya ingin membebaskan tawanan muslim. Ibu Taimiyah langsung

menginterupsi dan menolak sikap diskriminatif Raja Tatar tersebut. Ibnu Taimiyah

meminta agar raja membebaskan semua tawanan, termasuk di dalamnya tawanan

orang-orang Yahudi dan Kristen, karena mereka sebagai ahl al-Dzimmah.43

Suatu ketika, amirul mukminin Umar bin Khattab melihat seorang kakek

Yahudi sedang meminta-minta. Kemudian Umar bertanya tentang sebab ia

meminta-minta, sang kakek menjawab bahwa ketuaan dan uzur yang

membuatnya tidak mampu lagi mencari rezeki. Dengan serta merta, Umar

membawa si kakek tersebut ke bait al-māl dan menganggarkan untuknya

kebutuhan pokok untuk tiap bulan. Kemudian Umar berkata: “Haram hukumnya

kita memungut jizyah ketika ia muda dan kita terlantarkan ketika ia tua”.44

Dalam dinasti Utsmaniyah pun terdapat kisah yang menarik disimak, yaitu

tatkala raja hendak membunuh orang-orang Kristen karena mereka bertarung

dengan penduduk al-Bunduqiyah. As‟ad Zamah, mufti pada waktu itu menentang

keras kebijakan raja. Bahkan bila raja bersikeras akan membunuh orang-orang

43

Fahmi Huwaydi, Muwathinun la Dzimmiyyun, h.115 44

Muhammad bin Abi Bakr Ayyub al-Zar‟iy Abu Abdillah, Tahqiq Yusuf Ahmad al-

Bakriy dan Syakir Tawfiq al-`Aruriy, Ahkam Ahl al-Dzimmah, (Beirut: Dar Ibn Hazm, 1997/1418),

vol: I, 161

Page 38: HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37066/2/SAUFY... · HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF HADIS

23

Kristen, sang mufti mengancam akan mendongkel kekuasaannya karena secara

nyata telah melanggar hak perlindungan kaum muslim terhadap ahl żimmah.45

Peristiwa-peristiwa di atas adalah sebagian kecil dari mawāqif Islamiyyah

yang mengilustrasikan bagaimana Islam memperlakukan minoritas non muslim

dengan terhormat dan manusiawi. Tidak ada kamusnya orang non muslim tertindas

atau terintimidasi di bawah naungan sistem Islami. Sejarah membuktikan mereka

hidup aman, tentram dan damai.46

Dengan begitu, sebenarnya non muslim yang disebut ahl żimmah sangat

diperhatikan nasibnya karena meraka terikat pada sebuah perjanjian dengan Allah

swt., Rasulullah saw. dan seluruh komunitas muslim. Mereka berhak mendapatkan

jaminan perlindungan terhadap keselamatan jiwa, raga serta harta bendanya,

termasuk memiliki hak yang sama dalam bidang sosial, ekonomi dan politik

nasional Negara Islam seperti hak dan kewajiban yang dimiliki oleh semua warga

negara lainnya.47

C. Kerjasama Antar Sosial-Kultural

Sebagai seorang yang berasal dari keluarga politeis jahiliyah, Nabi

Muhammad saw. sudah terbiasa bergaul dengan penganut agama lain. Abu Thalib

dan beberapa orang musyrik dari Bani Hasyim turut membantu Nabi Muhammad

saw. dan bahkan memberikan banyak pengorbanan untuk suksesnya perjuangan

45

Fahmi Huwaydi, Muwathinun la Dzimmiyyun, h.115 46

Muhammad bin Abi Bakr Ayyub al-Zar‟iy Abu Abdillah, Tahqiq Yusuf Ahmad al-

Bakriy dan Syakir Tawfiq al-`Aruriy, Ahkam Ahl al-Dzimmah (Beirut: Dar Ibn Hazm, 1997/1418),

vol: I, 551-552. 47

Abdur Rahman Doi, Non-Muslim Under Syari'ah (London: Taha Publisher, 1983),

h.122.

Page 39: HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37066/2/SAUFY... · HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF HADIS

24

beliau. Abu Thalib, paman Nabi Muhammad saw. yang setia mendampingi dan

membelanya, tetap menganut agama jahiliyah leluhur Quraisy dan bahkan sampai

akhir hayatnya tidak pernah menyatakan diri masuk Islam. Ini berarti bahwa

aktifitas ke-Islaman terbuka bagi partisipasi umat agama lain sebagai manifestasi

persaudaraan kemanusiaan dan kebangsaan. Terlebih lagi jika aktifitas ke-Islaman

yang dimaksud memberi manfaat untuk semua.48

Seperti telah diungkap bahwa ketika Rasulullah saw. berhijrah ke Madinah,

beliau bersama Abu Bakar meminta bantuan seorang pemandu jalan profesional

dari suku Bani al-Dayl yang dalam hadits Bukhari disebut: wa huwa „ala dini

Quraysy (penganut keyakinan jahiliyah Quraisy). Fakta sejarah ini menunjukkan

bahwa untuk suatu keperluan strategis, Rasulullah saw. tidak merasa canggung

memperoleh atau meminta bantuan dari umat beragama lain, sepanjang orang itu

profesional di bidangnya, jujur dan mau bekerjasama untuk perdamaian

kemanusiaan.

Bekerjasama dengan umat agama lain dalam urusan duniawi atas prinsip

kekeluargaan seperti yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad saw. bukanlah

sinkretisasi iman, melainkan toleransi antarumat beragama. Setiap agama pada

prinsipnya memang tidak mungkin dipadu secara sinkretis, namun dengan ikatan

persaudaraan, umat dari semua agama dapat bersatu dan berdamai dengan segala

perbedaannya sebagai sebuah keluarga besar. Maka, tatkala Nabi Muhammad saw.

terharu mengingat mandiang Abu Thalib, pamannya yang kafir dan berjasa

48

Rayid al-Ghanusyi, Huquq al-Muwatanah; Huquq Ghair al-Muslim fi al-Mujtama‟ al-

Islami (Virginia: Ma‟had al-Alam li al-Fikr al-Islam, 1993), h.56-57

Page 40: HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37066/2/SAUFY... · HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF HADIS

25

besar dalam pembelaan Islam semasa hidupnya, tidaklah berarti beliau

melarutkan keislamannya dengan agama jahiliyah Abu Thalib. Hal ini tidak lain

dari empati kemanusiaan terhadap sesama manusia.49

Prototipe hubungan antarumat beragama yang telah dicontohkan Rasulullah

saw. mengambil bentuk lebih konkret lagi pada zaman keemasan sejarah Islam,

yang pernah di raih di Bagdad di bawah dinasti Abbasiyah. Zaman keemasan yang

berlangsung hingga tahun 1258 M itu adalah ditandai dengan keterbukaan umat

Islam bergaul dengan umat agama lain. Peradaban zaman keemasan itu benar-

benar dirancang secara cerdas, diawali dengan penerjemahan buku-buku filsafat

dan sains yang berasal dari Yunani, Persia, India dan Cina. Khalifah al-Ma‟mun

mendirikan Lembaga Penerjemahan yang dikepalai oleh Hunain Ibn Ishaq (seorang

Kristen yang profesional di bidang bahasa). Hunain pernah menyatakan bahwa:

“Bagiku ada dua hal, yaitu agama dan profesi. Agama saya mengharuskan

berbuat baik walaupun kepada musuh, apatahlagi terhadap teman-teman kami.

Dan profesi saya adalah untuk kepentingan umat manusia.”50

Di Indonesia sendiri, mayoritas penduduk beragama muslim. Bila saja

umatnya mampu menggali nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran Islam, maka

akan menemukan bahwa Islam adalah agama universal yang menjunjung tinggi

nilai-nilai kemanusiaan, persamaan hak dan mengakui adanya pluralitas agama.

49

Rizqullah, Mahdi, As-Sirah An-Nabawiyah fi Dhaui Al-Mashadir Al-Ashliyah, terj. Sirah

Nabawiyah (Jakarta: Perisai Qur‟an, 2012), 63. 50

Philip K Hitti, History of the Arabs (London: The Macmillan Press Ltd, 19730,

h.313

Page 41: HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37066/2/SAUFY... · HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF HADIS

26

Pengakuan terhadap kemajemukan agama tersebut adalah menerima dan

meyakini bahwa agama yang kita peluk adalah jalan keselamatan yang paling

benar, tetapi bagi penganut agama lain sesuai dengan keyakinan mereka agama

mereka pulalah yang paling benar. Dari kesadaran inilah akan lahir sikap toleran,

inklusif, saling menghormati dan menghargai serta memberi kesempatan kepada

orang lain untuk beribadah sesuai dengan keyakinan masing-masing.51

Hal tersebut sesuai dengan sila pertama Pancasila “Ketuhanan yang Maha

Esa” dan UUD 1945 pasal 29 ayat (2) yang menjamin kebebasan beragama dan

beribadah sesuai menurut agama dan kepercayaan masing- masing. Pasal 29 ayat

(2) UUD 1945, di samping jaminan kebebasan beragama, keputusan yang

fundamental ini juga merupakaan jaminan tidak ada diskriminasi agama di

Indonesia. Mukti Ali, secara filosofis mengistilahkan dengan agree in

disagreement (setuju dalam perbedaan).52

Setiap agama tidak terpisah dari yang lainnya dalam kemanusiaan.

Keterpisahan mereka dalam kemanusiaan bertentangan dengan prinsip pluralism

yang merupakan watak dasar masyarakat manusia yang tidak bisa dihindari.

Dilihat dari segi etnis, bahasa, agama, budaya, dan sebagainya, Indonesia

termasuk satu negara yang paling majemuk di dunia. Indonesia juga merupakan

salah satu Negara multikultural terbesar di dunia. Perbedaan di antara manusia

dalam agama terjadi karena kehendak Allah swt. dan orang Muslim meyakini

51

Madjid, Nurcholis, dkk., Fiqih Lintas Agama: Membangun Masyarakat Inklusif-

Pluralis, (Jakarta: Paramadina, 2004), 78 52

Alwi Sihab, Islam Inklusif Menuju Sikap Terbuka Dalam Beragama, (Bandung:

Mizan, 1999), 24.

Page 42: HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37066/2/SAUFY... · HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF HADIS

27

bahwa kehendak Allah swt. itu tidak ada yang dapat menolak dan mengubahnya.

Hal ini disadari oleh para founding father kita sehingga mereka merumuskan

konsep pluralisme ini dengan semboyan “Bhinneka Tunggal Ika”.53

53

Fahmi Huwaidy, Demokrasi Oposisi dan masyarakat madani (Bandung: Mizan,

1996), h.30-31. Lihat juga Nurcholish Madjid, Islam Doktrin dan Peradaban (Jakarta: Paramadina,

1992) dalam Kata Pengantar.

Page 43: HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37066/2/SAUFY... · HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF HADIS

28

BAB III

SEPUTAR HADITS HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH

Dalam bab ini penulis akan memaparkan hal-hal yang berkaitan dengan

hadis yang berbicara tentang hak dan kewajiban ahl żimmah, termasuk persoalan

takhrij hadisnya.

A. Kegiatan Takhrīj al-Ḥadiś

Takhrīj berasal dari kata kharaja yang berarti tampak atau jelas. Para ahli

bahasa mengartikan dengan mengeluarkan (al-istinbāţ).54

Kegiatan takhrīj ini

dilakukan dengan beberapa tujuan, yaitu :

1. Untuk mengetahui asal-usul riwayat hadis (sumber asal hadis) yang

sedang diteliti.

2. Untuk mengetahui seluruh riwayat hadis yang sedang diteliti karena

mungkin saja hadis tersebut memiliki lebih dari satu sanad atau

mungkin juga kualitas diantara sanad itu berbeda-beda.55

Untuk menyelesaikan kegiatan takhrīj al-ḥadīś ini, penulis menggunakan

tiga (3) metode penyelesaian takhrīj al-ḥadīś, yakni metode lafal atau kata yang

terdapat dalam kitab al-Mu‟jam al-Mufahras li Alfaẓ al-Ḥadīś al-Nabawī, metode

awal matan hadis yang terdapat dalam kitab Mausū‟ah Iţrāf al-Ḥadīś dan metode

tema yang terdapat dalam kitab Kanz al-`Ummāl fī Sunan al-Aqwāl wa al-Af‟āl.

54

M. Agus Solahuddin dan Agus Suyadi, Ulumul Hadis (Bandung: Pustaka Setia, 2009),

Cet.1, h.198 55

M. Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi saw. (Jakarta: Pustaka Bintang,

1992, h.44

Page 44: HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37066/2/SAUFY... · HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF HADIS

29

B. Takhrīj al-Ḥadiś Hak dan Kewajiban Ahl Żimmah

Sebagaimana yang telah penulis sebutkan di atas, dalam meyelesaikan

takhrīj al-ḥadīś hak dan kewajiban ahl żimmah ini penulis menggunakan tiga (3)

metode berikut :

1. Metode Lafal atau Kata

Metode ini merupakan suatu metode yang berlandaskan pada kata-kata

yang terdapat dalam matan hadis, baik itu berupa kata benda atau kata

kerja.56

Dalam metode ini, penulis merujuk kepada kitab اىعغ اىفشط لىفبظ

Dalam kitab .(al-Mu‟jam al-Mufahras li Alfaẓ al-Ḥadīś al-Nabawī) اىؾذش

ini terdapat beberapa jenis simbol huruf, yaitu huruf ج (Șaḥīh al-Bukhari),

-Sunan al) ن ,(Sunan Tirmiżi) ث ,(Sunan Abī Daud) د ,(Șaḥīh Muslim) م

Nasā`i), جه (Sunan Ibn Majah), دي (Sunan al-Dārimī), ط (Muwaţţa Malik)

dan حم (Musnad Aḥmad ibn Ḥanbal).57

Dalam kitab ini terdapat rumus yang menunjukkan letak hadis dalam

sebuah kitab hadis, seperti 34جه : جزيت .Ini menunjukan bahwa hadis

yang kita cari terdapat dalam kitab Sunan Ibn Majah dengan tema Jizyah

pada bab ke 23. Berbeda dengan Musnad Aḥmad ibn Ḥanbal yang ditulis

56

M. Agus Solahuddin dan Agus Suyadi, Ulumul Hadis, h.198 57

Maḥmūd al-Ṭaḥan, Uṣūl al-Takhrīj wa Dirāsah al-Asānid (Riyāḍ: Maktabah al-Ma‟ārif,

1991), Cet.2.

Page 45: HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37066/2/SAUFY... · HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF HADIS

30

dengan rumus : 283: 3حم yang menunjukan bahwa hadis yang kita cari

terdapat dalam Musnad Aḥmad ibn Ḥanbal, jilid 2, halaman 182.

Dengan metode lafal atau kata, penulis mencantumkan beberapa kata

yang ada kaitannya dengan hadis tentang ahl żimmah sebagai berikut :

58 ذمت59 قتم

60 أخر

5ؿ 7 عضخ 11دبد 7 د 3ؿ 7 دبد

53دبد 7 د 33 دبد7 ع 55 , 55 7 قغبخ

11دبد 7 د 55 7 قغبخ 754 عش د

733 5 7 ؽ 53 7 عضخ ع

7155 5 7 ؽ

62 عاهد 61 يرح63 انجزيت

11دبد 7 د 33 دبد7 ع 33 دبد7 ع

5ؿ 7 عضخ 733 5 7 ؽ 11دبد 7 د

55 7 قغبخ 155 57 7 ؽ

64أخفر

11دبد 7 د

58

A.J. Wensinck, al-Mu‟jam al-Mufahras li Alfaẓ al-Ḥadīś al-Nabawī (Leiden: E.J. Brill,

1936), Juz.2, h.184 59

A.J. Wensinck, al-Mu‟jam al-Mufahras li Alfaẓ al-Ḥadīś al-Nabawī, Juz.5, h.268 60

A.J. Wensinck, al-Mu‟jam al-Mufahras li Alfaẓ al-Ḥadīś al-Nabawī, Juz.1, h.24 61

A.J. Wensinck, al-Mu‟jam al-Mufahras li Alfaẓ al-Ḥadīś al-Nabawī, Juz.2, h.314 62

A.J. Wensinck, al-Mu‟jam al-Mufahras li Alfaẓ al-Ḥadīś al-Nabawī, Juz.4, h.401 63

A.J. Wensinck, al-Mu‟jam al-Mufahras li Alfaẓ al-Ḥadīś al-Nabawī, Juz.1, h.346 64

A.J. Wensinck, al-Mu‟jam al-Mufahras li Alfaẓ al-Ḥadīś al-Nabawī, Juz.2, h.53

Page 46: HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37066/2/SAUFY... · HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF HADIS

31

2. Metode Awal Matan Hadis

Dalam metode ini, penulis merujuk kepada مزبة ععخ اطشاف اىؾذش

(Mausū‟ah Iţrāf al-Ḥadīś), maka hadis di atas akan terdapat dalam :

خ .. .. او اىز65

75 755 ,55

7153 75 ؽ

Rumus yang tertera di atas, : 56, 36: 8 ن menunjukkan bahwa hadis

yang kita cari terdapat dalam Sunan al-Nasā`i, tema nomor 8 dengan bab

nomor 25 daan 45. Sedangkan untuk Musnad Aḥmad ibn Ḥanbal ditulis

283: 3حم : yang menunjukan hadis yang kita cari terdapat dalam Musnad

Aḥmad ibn Ḥanbal, jilid 2, halaman 182.

3. Metode Tema

Dalam metode ini, penulis merujuk kepada مزبة مض اىعبه ف ع

الفعبه القاه (Kanzun al-„Umāl fī Sunan al-Aqwāl wa al-Af‟āl), maka

hadis akan ditemukan dengan keterangan sebagai berikut :

باب انثاو ف اندياث, انفصم االول ف ديت انىفسكتاب انقصاص, ان

....عقو أو اىزخ صف عقو اىغي - 4005666

(.ع اث عش - )

65

Muḥammad al-Sa‟id ibn Basyūnī, Mausū‟ah Iţrāf al-Ḥadīś (Beirut: Daar al-Kutub al-

Islamiyati, t.t), Juz.8, h.456 66

„Alā al-Dīn „Alī al-Muttaqī ibn Ḥisām al-Dīn, Kanzun al-„Umāl fī Sunan al-Aqwāl wa

al-Af‟āl (Beirut: Muassasah al-Risalah, 1989), Juz.15, h.53

Page 47: HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37066/2/SAUFY... · HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF HADIS

32

االعضاء واالطراف وانجراحف ديت ا انثاو كتاب انقصاص, انباب انثاو ف اندياث, انفصم

67 قزو قزال أو اىزخ ى شػ سائؾخ اىغخ.... - 51115

ع اث عش(. -)طت، ك ق

االيمان وانمعاهرة وانىفاء , انفصم االول ف انثانث ف احكام انجهاد, انباب جهادكتاب ان

بانعهد

أل قزو فغب عبذح .... -1165568

)د ع أث ششح(.

Rumus yang tertera di atas, seperti )ث عه أبي هريرة( menunjukkan bahwa

hadis yang kita cari diriwayatkan oleh Abī Hurairah dalam kitab Sunan Tirmiżi.

Setelah dilakukan takhrīj al-ḥadīś, kita dapat mengetahui bahwa terdapat

sepuluh (10) hadis yang berkaitan dengan ahl żimmah yang masing-masing

terdapat dalam :

NO Sumber Kitab Jumlah

Hadis Topik

1 Șaḥīh al-Bukhari 2 Mengambil Jizyah dari Ahl Żimmah

Perlindungan Terhadap Ahl Żimmah

2 Sunan Tirmiżi 2 Akibat Membunuh Ahl Żimmah

Mengambil Jizyah dari Ahl Żimmah

3 Sunan Abī Daud 1 Mengambil Jizyah dari Ahl Żimmah

4 Sunan al-Nasā`i 2 Akibat Membunuh Ahl Żimmah

diyah ahl żimmah

5 Sunan Ibn Majah 1 Akibat Membunuh Ahl Żimmah

6 Musnad Aḥmad ibn

Ḥanbal 2

Akibat Membunuh Ahl Żimmah

Mengambil Jizyah dari Ahl Żimmah

67

Alā al-Dīn „Alī al-Muttaqī ibn Ḥisām al-Dīn, Kanzun al-„Umāl fī Sunan al-Aqwāl wa al-

Af‟āl, Juz.15, h.65 68

Alā al-Dīn „Alī al-Muttaqī ibn Ḥisām al-Dīn, Kanzun al-„Umāl fī Sunan al-Aqwāl wa al-

Af‟āl, Juz.4, h.364

Page 48: HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37066/2/SAUFY... · HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF HADIS

33

1. Susunan yang terdapat dalam Șaḥīh al-Bukhārī :

- Hadis tetang pengambilan jizyah dari orang-orang Majusi

ع عبثش ث ذ عبىغ ب ا، قبه7 م ش عذ ع ، قبه7 ع ، ؽذصب عفب عجذ للا ث ذ، ؽذصب عي ص

ب ثغبىخ، ط فؾذص أ ش ث ع ذ - و اىجصشح ع ش ثأ ث اىض صعت ث ؽظ ، عب عخ عجع

ض اىخطبة قجو -دسط ص ش ث األؽف، فأربب مزبة ع خ، ع عب ذ مبرج ب ىغضء ث ، قبه7 م

قا ث ثغخ، فش ر غط اى ش أخز اىغضخ ع ن ى غط، اى ؾش مو ر

غ غط ب أخز عي صي للا عي سعه للا ف أ ع ث ؽ ذ عجذ اىش 69ش ؽز ش

Telah bercerita kepada kami 'Ali bin 'Abdullah, telah bercerita

kepada kami Sufyan, ia berkata; aku mendengar 'Amar berkata; "Aku

pernah duduk bersama Jabir bin Zaid dan 'Amru bin Aus, lalu

Bajalah bercerita kepada keduanya suatu peristiwa pada tahun

tujuh puluh saat Mush'ab bin az-Zubair menunaikan ibadah hajji

bersama dengan penduduk Bashrah. Ketika berada di sisi air

zamzam, dia (Bajalah) berkata; "Aku adalah juru tulis Jaz'i bin

Mu'awiyah, paman al-Ahnaf". Kemudian datang surat perintah dari

'Umar bin al-Khaththab sebelum kematiannya yang berisi;

"Pisahkanlah setiap orang yang memiliki mahram dari orang

Majusi". Dan 'Umar belum pernah mengambil jizyah (upeti) dari

Kaum Majusi hingga kemudian datang 'Abdur Rahman bin 'Auf yang

bersaksi bahwa Rasulullah saw. pernah mengambil jizyah orang

Majusi Hajar".

- Hadis tentang perlindungan terhadap ahl żimmah

ش ع ، ع ش ث ع ، ع ؽص اخ، ع بعو، ؽذصب أث ع إع ع ث ؽذصب

خ سعى ر ، خ للا ثز أص ، قبه7 ع للا سض ف ى ، أ عي صي للا عي

ل نيفا إل طبقز ، سائ قبرو أ ، ذ 70 ثع

69

Abī „Abdillāh Muhammad ibn Isma‟īl al-Bukhārī, Shahih al-Bukhārī (Beirut: Daar al-

Fikr, 2006), Juz.4, h.96 70

Abī „Abdillāh Muhammad ibn Isma‟īl al-Bukhārī, Shahih al-Bukhārī, Juz.4, h.69

Page 49: HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37066/2/SAUFY... · HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF HADIS

34

Telah bercerita kepada kami Musa bin Isma'il, telah bercerita kepada

kami Abu 'Awanah dari Hushain dari 'Amru bin Maimun dari 'Umar

r.a, ia berkata; "Aku berwasiat dengan perlindungan Allah dan

Rasulullah saw. tentang ahlu dzimmah agar janji mereka dipenuhi,

agar diperangi siapa saja yang tidak mengikat perjanjian atau

berniyat menyerang, dan janganlah mereka dibebani melainkan

sebatas kemampuan mereka."

2. Susunan yang terdapat dalam Sunan Tirmiżī:

- Hadis tentang akibat membunuh ahl żimmah

أث ع عغال اث ع اىجصش ب عي ث عذ ثشبس ؽذصب ذ ث ؾ ؽذصب أث ع

شح خ س ش ر خ للا ذ ا ى ر عب قزو فغ ب قبه أل عي عي صي للا اىج فقذ ع عى

غ ب ىعذ سؾ إ فال شػ سائؾخ اىغخ خ للا خشف بأخفش ثز 71 شح عجع

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Basysyar, telah

menceritakan kepada kami Ma'di bin Sulaiman, ia adalah al-Bashri,

dari Ibnu 'Ajlan dari ayahnya dari Abu Hurairah dari Nabi saw.,

beliau bersabda: "Ketahuilah, barangsiapa membunuh seorang yang

terikat janji dengan kaum muslimin dan memiliki jaminan keamanan

dari Allah dan Rasul-Nya, maka ia telah melanggar perlindungan

Allah dan tidak akan mencium bau surga, sesungguhnya baunya

dapat dicium sejauh perjalanan tujuh puluh masa.”

- Hadis tentang mengambil jizyah dari orang-orang Majusi

دبس ش ث ع أسطبح ع بط ث خ ؽذصب اىؾغ عب ع ؽذصب أث ذ ث ثغبىخ ؽذصب أؽ ع

ذ عجذح قبه م قجيل ث غط ظش ش ا برس فغبءب مزبة ع خ عي عب مبرج ب ىغضء ث

عي صي للا سعه للا ف أخجش أ ع ث ؽ عجذ اىش اىغضخ فإ أخز فخز عي

غط اىغض 72ش غ خ

71

Abī Isā Muhammad ibn Isā ibn Saurah, al-Jāmī al-Șahīh al-Tirmiżī (Beirut: Daar Ahyai

al-Turasi al-„Arabi, 1995), Juz.3, h.74 72

Abī Isā Muhammad ibn Isā ibn Saurah, al-Jāmī al-Șahīh al-Tirmiżī, Juz.3, h.241

Page 50: HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37066/2/SAUFY... · HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF HADIS

35

Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Mani' berkata, telah

menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah, ia berkata; telah

menceritakan kepada kami al-Hajjaj bin Arthah dari Amru bin Dinar

dari Bajalah bin Abdah, ia berkata; "Aku adalah sekertaris Jaza' bin

Mu'awiyah, lalu datanglah surat dari „Umar yang menyebutkan;

"Perhatikanlah orang-orang Majusi yang ada di sekitarmu, ambillah

jizyah dari mereka. Sesungguhnya 'Abdurrahman bin Auf telah

mengabariku bahwa Rasulullah saw. pernah mengambil jizyah dari

orang-orang Majusi penduduk Hajar.”

3. Susunan yang terdapat dalam Sunan Abī Daud:

- Hadis tentang mengambil jizyah dari orang-orang Majusi

ع دبس، ع ش ث ع ، ع ذ، ؽذصب عفب غش غذد ث ؽذصب ش ث س ع ثغبىخ، ؾذ

ظ إر عبءب م ق األؽف ث خ ع عب ذ مبرج ب ىغضء ث أثب اىشعضبء، قبه7 م ط، ش أ زبة ع

ؾ مو ر قا ث فش ثغخ7 اقزيا مو عبؽش، ر قجو ع ا غط اى ، ش

ف م ؽش غط اى مو سعو قب ث فش اؽش، صالصخ ع خ، فقزيب ف ض زبة اىض

، ف عي فخز فعشض اىغ ا فذعب ب مضش صع طعب ، قش للا ا أىق ا، ض ض ى فأميا

ؽ ذ عجذ اىش غط ؽز ش اى ش أخز اىغضخ ع ن ى سق، اى ثغي ثغو أ ث

ف »ع ب أخز عي صي للا عي سعه للا غش أ غط »73

Telah menceritakan kepada kami Musaddad bin Musarhad, telah

menceritakan kepada kami Sufyan, dari 'Amr bin Dinar, ia

mendengar Bajalah, menceritakan kepada 'Amr bin Aus, serta Abu

Asy Sya'tsa`, ia berkata; dahulu aku adalah seorang sekretaris Jaz`

bin Mu'awiyah paman al-Ahnaf bin Qais, tiba-tiba terdapat surat

Umar datang kepada kami satu tahun sebelum ia meninggal, ia

berkata; bunuhlah seluruh tukang sihir, dan pisahkan antara setiap

orang yang memiliki mahram dari kalangan orang-orang majusi,

dan laranglah mereka dari bersuara rendah yang hampir tidak

73

Maḥmud ibn Aḥmad al-„Ainī, Syarḥ Sunan Abī Dāud (Riyadh: Maktabah ar-Rusyd,

1999), Juz.3, h.168

Page 51: HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37066/2/SAUFY... · HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF HADIS

36

terdengar suaranya. Maka kami dalam sehari telah membunuh tiga

orang tukang sihir, dan memisahkan antara setiap laki-laki majusi

dan mahramnya dalam kitab Allah dan „Umar membuat makanan

yang banyak kemudian mengundang mereka kemudian ia

memperlihatkan pedang di atas pahanya. Mereka makan tanpa

mengeluarkan suara samar yang tidak jelas dan mereka

menjatuhkan bawaan seekor atau dua ekor bighal dari perak, dan

Umar tidak mengambil jizyah dari orang-orang majusi hingga

Abdurrahman bin 'Auf bersaksi bahwa Rasulullah saw.

mengambilnya dari majusi Hajar.”

4. Susunan yang terdapat dalam Sunan al-Nasā`i:

- Hadis tentang akibat membunuh ahl żimmah

اث قبه ؽذصب اىؾغ ا ش قبه ؽذصب دؽ إثشا ث ؽ أخجشب عجذ اىش ش ع ع

ذ غب ع عي صي للا ش قبه قبه سعه للا ع ث عجذ للا خ ع أث أ عبدح ث ع ي

غشح أسثع ب ىعذ سؾ إ غذ سؼ اىغخ خ ى و اىز أ قزو قزال ب 74 عب

Telah mengabarkan kepada kami Abdur Rahman bin Ibrahim

Dukhaim, telah menceritakan kepada kami Marwan, telah

menceritakan kepada kami al-Hasan yaitu Ibnu 'Amru dari Mujahid

dari Junadah bin Abu Umayyah dari Abdullah bin 'Amru, dia

berkata; "Rasulullah saw.bersabda: "Barang siapa yang membunuh

seseorang dari ahli dzimmah maka dia tidak akan mendapatkan bau

Surga padahal baunya tercium dari jarak perjalanan empat puluh

tahun."

- Hadis tentang diyah ahl żimmah

قبه عي ش ث رمش أخجشب ع ع ث ب عي ساشذ ع ذ ث ؾ ع ؽ ؽذصب عجذ اىش

عي صي للا قبه قبه سعه للا عذ ع أث ت ع شع ش ث ع ب ع عب خ مي عي

خ و اىز اىصبسعقو أ د اى غي 75 صف عقو اى

74

Jalāl al-Dīn al-Suyuthī, Sunan al-Nasa‟i bi Syarh al-Hafidz Jalal al-Dīn al-Suyuthī

(Beirut: Daar al-Fikr, 1930), Juz.8, h.394

Page 52: HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37066/2/SAUFY... · HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF HADIS

37

Telah mengabarkan kepada kami 'Amru bin Ali telah menceritakan

kepada kami Abdur Rahman dari Muhammad bin Rasyid dari

Sulaiman bin Musa dan dia menyebutkan sebuah kalimat yang

maknanya dari 'Amru bin Syu'aib dari ayahnya dari kakeknya, dia

berkata; "Rasulullah saw. bersabda: "Diyat ahli dzimmah adalah

setengah diyat orang muslim, mereka (ahlu dzimmah) adalah Yahudi

dan Nasrani.”

5. Susunan yang terdapat dalam Sunan Ibnu Majah :

- Hadis tentang akibat membunuh ahl żimmah

أث ، ع عغال جأب اث قبه7 أ ب عي ث عذ ثشبس قبه7 ؽذصب ذ ث ؾ أث ؽذصب ، ع

ذ عب قزو قبه7 عي صي للا عي اىج شح، ع فال شػ ش خ سعى ر خ للا ا ى ر

ب عب غشح عجع ب ىعذ سؾ إ سائؾخ اىغخ، 76

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Basyar, telah

menceritakan kepada kami Ma'di bin Sulaiman, telah memberitakan

kepada kami Ibnu 'Ajalan dari Ayahnya dari Abu Hurairah dari Nabi

saw., beliau bersabda: "Barang siapa membunuh orang kafir

mu'ahad yang berada dalam perlindungan Allah dan perlindungan

RasulNya, maka dia tidak dapat mencium harumnya surga,

sedangkan harumnya dapat di cium dari perjalanan tujuh puluh

tahun."

6. Susunan yang terdapat dalam Musnad Aḥmad ibn Ḥanbal:

- Hadis tentang akibat membunuh ahl żimmah

، ؽذصب اىؾغ ا ش عقت ، ؽذصب اى ذ ع أثب إثشا ؾ بعو ث ش ؽذصب إع ع ث

ش ع عجذ للا ث خ ، ع أث أ عبدح ث ذ ، ع غب ، ع ، قبه 7 قبه سعه للا اىفق

75

Jalāl al-Dīn al-Suyuthī, Sunan al-Nasa‟i bi Syarh al-Hafidz Jalal al-Dīn al-Suyuthī,

Juz.8, h.414 76

Ibn Majah, Sunan Ibn Majah, Kitab Diyat, Bab Man Qatala Mu‟āhidan, Juz.2, h.896

Page 53: HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37066/2/SAUFY... · HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF HADIS

38

س إ شػ سائؾخ اىغخ ، خ ى و اىز أ قزو قزال 7 عي عي صي للا ب ىعذ ؾ

ب عب غشح أسثع .77

Telah menceritakan kepada kami Isma'il bin Muhammad -yaitu Abu

Ibrahim al-Mu`aqqob telah menceritakan kepada kami Marwan telah

menceritakan kepada kami al-Hasan bin 'Amru Al Fuqaimi telah

menceritakan kepada kami Mujahid dari Junadah bin Abu Umayyah

dari Abdullah bin 'Amru dia berkata; Rasulullah saw. bersabda:

"Barangsiapa membunuh ahli dzimmah (orang kafir yang berada

dalam perlindungan pemerintahan Islam) maka ia tidak akan

mencium bau wanginya surga, padahal bau wanginya tersebut dapat

tercium dari jarak empat puluh tahun perjalanan."

- Hadis tentang mengambil jizyah dari orang-orang Majusi

ق األؽف ث خ ع عب ذ مبرج ب ىغضء ث ع ثغبىخ قه م ش ع ع ع ظ فأربب ؽذصب عفب

ش قجو مو ر مزبة ع قا ث فش عبؽشح ب قبه عفب سث اقزيا مو عبؽش ثغخ أ ر

ع اىش ق ث ععيب فش اؽش خ فقزيب صالصخ ع ض اىض ع ا غط اى ؾش ث و

غط ؽش دعب اى ف عي فخز عشض اىغ ا ب مضش صع عضء طعب ف مزبة للا ز

سث ش أخز ع ن ى خ ض ش ص غ أميا سق ثغي قش ثغو أ ا فأىق ب قبه عفب

ق عي صي للا سعه للا ف أ ع ث ؽ ذ عجذ اىش غط ؽز ش اى جو اىغضخ عي

غش غط ب أخز

Telah menceritakan kepada kami Sufyan dari 'Amru dia mendengar

Bajalah berkata; Aku seorang juru tulis Jaza' bin Mu'awiyah, paman

Ahnaf bin Qais, kemudian datanglah surat Umar kepada kami

setahun sebelum dia wafat, yang berisi: "Bunuhlah setiap tukang

sihir laki laki.." -dan terkadang Sufyan menyebutkan; "Dan tukang

sihir perempuan."- "dan pisahkan setiap orang (suami istri) yang

semahram dari kalangan Majusi, serta larang mereka mengucapkan

77

Abu Abdillah Ahmad ibn Hanbal, Musnad Ahmad ibn Hanbal (Beirut: Muassasah al-

Risalah, 1995), Juz.2, h.186

Page 54: HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37066/2/SAUFY... · HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF HADIS

39

zamzamah" Maka kami membunuh tiga orang tukang sihir dan kami

memisahkan antara laki-laki (yang beristrikan) mahramnya dengan

kitabullah. Jaza' juga membuat makanan dalam jumlah besar,

kemudian dia menghunuskan pedang di pahanya lalu memanggil

orang Majusi, mereka menyerahkan bawaan sepenuh keledai atau

dua keledai dari perak, dan mereka makan tanpa mengucapkan

zamzamah. Umar tidak mengambilnya. Sufyan berkata; "memungut

jizyah dari orang Majusi sampai Abdurrahman bin Auf bersaksi

bahwa Rasulullah saw. telah memungut dari orang-orang Majusi

hajar."

Berikut ini penulis akan mengklasifikasikan hadis-hadis di atas kedalam dua

macam, hadis yang berkaitan dengan hak ahl żimmah dan hadis yang berkaitan

dengan kewajiban ahl żimmah.

1. Hadis Hak Ahl Żimmah; Mendapatkan Perlindungan

Berdasarkan takhrīj al-ḥadīś di atas, ada 2 hadis yang berkaitan dengan hak

ahl żimmah, yaitu :

أث ، ع عغال جأب اث قبه7 أ ب عي ث عذ ثشبس قبه7 ؽذصب ذ ث ؾ أث ؽذصب ، ع

صي للا عي اىج شح، ع فال شػ ش خ سعى ر خ للا ذ ا ى ر عب قزو قبه7 عي

ب عب غشح عجع ب ىعذ سؾ إ سائؾخ اىغخ، 78

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Basyar, telah

menceritakan kepada kami Ma'di bin Sulaiman, telah memberitakan

kepada kami Ibnu 'Ajalan dari Ayahnya dari Abu Hurairah dari Nabi

saw., beliau bersabda: "Barang siapa membunuh orang kafir

mu'ahad yang berada dalam perlindungan Allah dan perlindungan

RasulNya, maka dia tidak dapat mencium harumnya surga,

sedangkan harumnya dapat di cium dari perjalanan tujuh puluh

tahun."

78

Ibn Majah, Sunan Ibn Majah, Kitab Diyat, Bab Man Qatala Mu‟āhidan, Juz.2, h.896

Page 55: HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37066/2/SAUFY... · HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF HADIS

40

ش ع ، ع ش ث ع ، ع ؽص اخ، ع بعو، ؽذصب أث ع إع ع ث ؽذصب

، قبه7 ع للا سض ف ى ، أ عي صي للا عي خ سعى ر ، خ للا ثز أص

ل نيفا إل طبقز ، سائ قبرو أ ، ذ 79 ثع

Telah bercerita kepada kami Musa bin Isma'il, telah bercerita kepada

kami Abu 'Awanah dari Hushain dari 'Amru bin Maimun dari 'Umar

r.a, ia berkata; "Aku berwasiat dengan perlindungan Allah dan

Rasulullah saw. tentang ahlu dzimmah agar janji mereka dipenuhi,

agar diperangi siapa saja yang tidak mengikat perjanjian atau

berniyat menyerang, dan janganlah mereka dibebani melainkan

sebatas kemampuan mereka."

2. Hadis Kewajiban Ahl Żimmah; Membayar Jizyah

Mengenai hadis kewajiban ahl żimmah, ada dua hadis yang menceritakan

tentang kewajiban ahl żimmah, yaitu :

ثغ ؽذصب دبس ع ش ث ع أسطبح ع بط ث خ ؽذصب اىؾغ عب ع ؽذصب أث ذ ث بىخ أؽ

غط ظش ش ا برس فغبءب مزبة ع خ عي عب ذ مبرج ب ىغضء ث عجذح قبه م قجيل ث

عي صي للا سعه للا ف أخجش أ ع ث ؽ عجذ اىش اىغضخ فإ أخز فخز عي

غط 80ش غ اىغضخ

Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Mani' berkata, telah

menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah, ia berkata; telah

menceritakan kepada kami al-Hajjaj bin Arthah dari Amru bin Dinar

dari Bajalah bin Abdah, ia berkata; "Aku adalah sekertaris Jaza' bin

Mu'awiyah, lalu datanglah surat dari „Umar yang menyebutkan;

"Perhatikanlah orang-orang Majusi yang ada di sekitarmu, ambillah

jizyah dari mereka. Sesungguhnya 'Abdurrahman bin Auf telah

79

Abī „Abdillāh Muhammad ibn Isma‟īl al-Bukhārī, Shahih al-Bukhārī (Beirut: Daar al-

Fikr, 2006), Juz.4, h.69 80

Abī Isā Muhammad ibn Isā ibn Saurah, al-Jāmī al-Șahīh al-Tirmiżī (Beirut: Daar Ahyai

al-Turasi al-„Arabi, 1995), Juz.3, h.241

Page 56: HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37066/2/SAUFY... · HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF HADIS

41

mengabariku bahwa Rasulullah saw. pernah mengambil jizyah dari

orang-orang Majusi penduduk Hajar.”

رمش أخجش ع ث ب عي ساشذ ع ذ ث ؾ ع ؽ قبه ؽذصب عجذ اىش عي ش ث ب ع

عي صي للا قبه قبه سعه للا عذ ع أث ت ع شع ش ث ع ب ع عب خ ع مي ي

اىصبس د اى غي خ صف عقو اى و اىز 81 عقو أ

Telah mengabarkan kepada kami 'Amru bin Ali telah menceritakan

kepada kami Abdur Rahman dari Muhammad bin Rasyid dari

Sulaiman bin Musa dan dia menyebutkan sebuah kalimat yang

maknanya dari 'Amru bin Syu'aib dari ayahnya dari kakeknya, dia

berkata; "Rasulullah saw. bersabda: "Diyat ahli dzimmah adalah

setengah diyat orang muslim, mereka (ahlu dzimmah) adalah Yahudi

dan Nasrani.”

81

Jalāl al-Dīn al-Suyuthī, Sunan al-Nasa‟i bi Syarh al-Hafidz Jalal al-Dīn al-Suyuthī,

Juz.8, h.414

Page 57: HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37066/2/SAUFY... · HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF HADIS

42

BAB IV

HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH PERSFEKTIF HADIS

Ketika Nabi Muhammad saw. hijrah ke Madinah dan menetap di sana,

beliau mulai mengatur hubungan antara kaum muslimin dengan kaum yahudi.

Karena itu, beliau menetapkan undang-undang untuk Negara Islam yang baru

berdiri yang dapat menjaga hak-hak semua individu (apapun itu agamanya) dan

menetapkan kewajiban-kewajibannya. Poin-poin yang terdaapat dalam Piagam

Madinah ini menjadi saksi yang baik, bagaimana masyarakat hidup berdampingan

secara damai dengan pemeluk agama lain.82

Secara teoritis, syariah Islam pada awalnya bersifat melindungi dan

memberikan hak-hak non-Muslim, seperti dalam Piagam Madinah. Namun dalam

prakteknya dibeberapa Negara muslim dewasa ini, justru sering terjadi berbagai

penyimpangan yang mengaburkan makna serta semangat yang dikandung syariah

Islam itu sendiri. Dalam kapasitasnya sebagai non-muslim, ahl żimmah sering kali

mendapatkan perlakuan yang tidak setara dengan komunitas muslim.83

Salah satu hal yang menyebabkan persoalan tersebut karena kurangnya

pemahaman dan pengetahuan tentang hak-hak yang harus didapat dan kewajiban

yang harus dilakukan oleh ahl żimmah berdasarkan sumber ajaran Islam, terutama

dalam dunia hadis.

82

Raghib as-Sirjani, Solidaritas Islam Untuk Dunia, Terj: Ali Nurdin, (Bandung: Pustaka

al-Kautsar, 2015), h.183. 83

Raghib As-Sirjani, Solidaritas Islam Untuk Dunia, Terj: Ali Nurdin, h.181-182

Page 58: HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37066/2/SAUFY... · HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF HADIS

43

Para ulama mengatakan :

ى بىب عي ب عيب

“Hak mereka sama dengan hak kita dan kewajiban mereka juga

sama dengan kewajiban kita”.84

A. Hak Ahl Żimmah; Mendapatkan Perlindungan

Kata “hak” dalam bahasa Arab mempunyai beberapa makna, salah satunya

adalah sesuatu yang tetap dan wajib. Ketika kata “hak” diiringi dengan kata ahl

żimmah, maka maksudnya adalah ketetapan yang wajib didapatkan mereka dalam

seluruh aspek kehidupan.85

Adapun hak yang diperoleh oleh non-muslim selama bersatus ahl żimmah

adalah hak mendapatkan perlindungan (baik dari aspek kehidupan, harta dan

keamanan). Hal ini dapat kita lihat dalam hadis Nabi saw. sebagi berikut :

اث قبه ؽذصب اىؾغ ا ش قبه ؽذصب دؽ إثشا ث ؽ أخجشب عجذ اىش ش ع ع

عبد ذ ع غب عي عي صي للا ش قبه قبه سعه للا ع ث عجذ للا خ ع أث أ ح ث

غشح أسثع ب ىعذ سؾ إ غذ سؼ اىغخ خ ى و اىز أ قزو قزال ب 86 عب

Dari „Abdullah ibn „Umar, beliau berkata: Rasulallah saw. bersabda

“Barangsiapa yang membunuh seseorang dari kaum dzimmi (umat

agama lain), niscaya ia tidak mendapatkan harumnya surga dan

(ketahuilah) harumnya surga itu tercium dari jarak perjalanan tujuh

puluh tahun”. (HR. Al-Nasa‟i)

84

Yūsuf Qardāwi, Ghair al-Muslimīn fī al-Mujtama‟ al-Islāmi (Kairo: Maktabah

Wahbah, Cet. ke-3. 1413 H/ 1992 M), h.37 85

Ibn Manzur, Lisanul „Arab, vol.IV, h.349 86

Jalāl al-Dīn al-Suyuthī, Sunan al-Nasa‟i bi Syarh al-Hafidz Jalal al-Dīn al-Suyuthī

(Beirut: Daar al-Fikr, 1930), Juz.8, h.394

Page 59: HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37066/2/SAUFY... · HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF HADIS

44

Dalam hadis di atas dijelaskan bahwa siapa saja yang membunuh seorang

ahl żimmah, ia tidak akan mendapatkan harumnya surga. Dalam artian, membunuh

ahl żimmah tanpa adanya sebab sangatlah dilarang. Kehidupan ahl żimmah

haruslah dilindungi, sebagaiman hadis Nabi saw. yang diriwayatkan berikut :

أث ع عغال اث ع اىجصش ب عي ث عذ ثشبس ؽذصب ذ ث ؾ أث ؽذصب ع

شح ش عي صي للا اىج فقذ ع خ سعى ر خ للا ذ ا ى ر عب قزو فغ ب قبه أل عي

خشف ب غشح عجع ب ىعذ سؾ إ فال شػ سائؾخ اىغخ خ للا 87 أخفش ثز

Dari Abi Hurairah bahwa Nabi saw. bersabda : ingatlah siapa saja

yang membunuh jiwa seorang mu‟ahad yang memiliki dzimmah

Allah swt. dan dzimmah Rasul-Nya, sungguh dia telah membatalkan

dzimmah Allah swt. sehingga dia tidak mencium aroma surga.

Sesungguhnya aroma surga bisa dicium dari perjalanan 70 tahun”.

(HR. Tirmidzi)

Persoalan membunuh ahl żimmah, kalangan ulama berbeda pendapat.

Mayoritas ulama seperti madzhab Syafi‟i dan Imam Ahmad sepakat bahwa orang

muslim yang membunuh ahl żimmah tidak boleh di qishas dengan alasan bahwa

Nabi saw. bersabda: orang muslim tidak boleh dibunuh karena membunuh orang

kafir. Akan tetapi, imam Abu Hanifah beserta para muridnya mengatakan bahwa

orang muslim yang membunuh ahl żimmah boleh diperlakukan qishas dengan dalil

bahwa nas al-Qur‟an yang memerintahkan hukum qishas berlaku secara umum.

Sedangkan hadis Nabi saw. yang menyatakan tidak boleh diberlakukannya hukum

87

Abī Isā Muhammad ibn Isā ibn Saurah, al-Jāmī al-Șahīh al-Tirmiżī (Beirut: Daar Ahyai

al-Turasi al-„Arabi, 1995), Juz.3, h.74

Page 60: HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37066/2/SAUFY... · HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF HADIS

45

qishas tersebut ketika orang muslim membunuh orang kafir harb, bukan ahl

żimmah.88

Yusuf Qardhawi mengatakan bahwa diantara hak-hak yang harus diberikan

terhadap ahl żimmah adalah hak perlindungan dari ancaman pihak luar dār al-

Islām sehingga menjadi kewajiban bagi pemimpin kaum Muslim untuk melindungi

ahl żimmah, melepaskan tahanan mereka dan melindungi dari siapa saja yang

bermaksud untuk menyakiti ataupun membunuhnya selama mereka berada di

wilayah Islam. Ibn Taimiyah telah mencontohkannya ketika beliau berhadapan

dengan Timur Lenk, beliau menyatakan agar seluruh tawanan yang ada dalam

kekuasaannya harus dibebaskan. Kemudian Timur Lenk menawarkan untuk

membebaskan tawanan Islam saja kepada Ibn Taimiyah, namun beliau menolak

kecuali jika ahl żimmah juga turut dibebaskan.89

Argumen yang dilontarkan oleh Yusuf Qardhawi tidak lepas dari hadis yang

diriwayatkan oleh Ibn „Umar r.a :

ش ع ، ع ش ث ع ، ع ؽص اخ، ع بعو، ؽذصب أث ع إع ع ث ؽذصب

صي للا عي خ سعى ر ، خ للا ثز أص ، قبه7 ع للا سض ف ى ، أ عي

ل نيفا إل طبقز ، سائ قبرو أ ، ذ ثع90

„Umar r.a. berkata: “dan aku wasiatkan hak kaum yang dilindungi

Allah dan Rasul-Nya (dzimmi), yaitu dikukuhkannya perjanjian

88

Muhammad Zaini, Hak dan Kewajiban Ahl Zimmah Menurut Yusuf Qardhawi, Tesis

Program Studi Filsafat Hukum Islam Universitas Islam Negeri Antasari Banjarmasin, 2017, h.109 89

Yūsuf al-Qardāwi, Ghair al-Muslimīn fī al-Mujtama‟(Kairo: Maktabah Wahbah, Cet.

ke-3, 1413 H/ 1992 M), h.8-9. 90

Abī „Abdillāh Muhammad ibn Isma‟īl al-Bukhārī, Shahih al-Bukhārī (Beirut: Daar al-

Fikr, 2006), Juz.4, h.69

Page 61: HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37066/2/SAUFY... · HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF HADIS

46

(damai) bagi mereka, dan mereka dibela dari belakang dan mereka

tidak dibebani selain yang disanggupinnya”. (HR. Bukhari).

Disamping perlindungan keamanan hidup, para ulama dari semua mazhab

telah bersepakat untuk melindungi harta benda kaum minoritas non-muslim (ahl

żimmah) yang hidup dibawah naungan kaum muslim. Umar ibn Khattab telah

berpesan kepada Abu „Ubaidah :

“Cegahlah kaum Muslim dari bertindak zhalim terhadap mereka

(ahl zimmah), mengganggu ataupun memakan harta mereka kecuali

dengan cara-cara yang menghalalkannya”.91

Siapa pun yang mencuri harta milik seorang ahl żimmah maka akan

dipotong tangannya, siapa yang merampasnya akan dihukum dan harta itu pun

akan dikembalikan kepada pemiliknya. Ini menunjukkan bahwa Nabi Muhammad

saw. sangat melarang keras melakukan tindakan kesewenang-wenang, merampas,

mencuri dan segala perilaku kekerasan serta perbuatan diskriminatif lainnya.92

Nabi Muhammad saw. telah menegaskannya dalam sebuah hadis :

ت ، ، أخجشب اث ش د اى دا ث ب ؽذصب عي ث ا صف ، أ ذ ؽذص أث صخش اى

خ ع د آثبئ أثبء أصؾبة سعه للا ملسو هيلع هللا ىلص ، ع عذح ، ، أخجش ع سعه للا صي عي

ذ عب ظي ئ ب للا عي عي قبه 7 أل ش أخز ، أ ق طبقز ميف ف زقص ، أ ا ا ، أ

ش طت فظ ، فأ خثغ اىقب 93 ب ؽغغ

Dari bapaknya mereka, Dinyah, dari bersabda Rasulallah saw.,

beliau berkata : Ingatlah, siapa yang sewenang-wenang terhadap

91

Yusuf Qardhawi, Minoritas Non-Muslim di dalam Masyarakat Islam. Terj. Muhammad

al-Baqir. (Bandung: Karisma, 1994), cet. Ke-3. 35 92

H. A. R. Gibb, Mohammadanism, (New York: Mentor Books, 1955), 39. 93

Abu Daud, Sunan Abu Daud, (Kairo: Darul Hadits, 1998 H), Juz.3, h.170

Page 62: HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37066/2/SAUFY... · HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF HADIS

47

orang yang terikat perjanjian, merendahkannya, membebaninya di

atas kemampuannya atau mengambil sesuatu darinya tanpa

kerelaan darinya (merampas), maka aku adalah lawan bertikainya

pada Hari Kiamat”. (H.R. Abu Dawud)

Tampak jelas bahwa melalui hadis-hadis di atas kita dapat mengetahu dan

memahami bahwa hak yang meski didapat oleh ahl żimmah ketika ia berada

dibawah naungan kaum Muslim adalah mendapatkan hak perlindungan dan

keamanan hidup dengan tidak menganiayainya dan membunuhnya, serta hak

perlindungan harta dari rampasan, perampokan dan pencurian.

B. Kewajiban Ahl Żimmah; Membayar Jizyah

Disamping hak-hak yang diperoleh oleh ahl żimmah selama ia menjadi

tanggungan umat Islam, mereka juga memiliki kewajiban yang harus dilakukan

sebagai konsekuensi dari perjanjian yang telah disepakati bersama.94

Hadis Nabi saw. menjelaskan bahwa hak bagi seorang ahl żimmah adalah

mendapatkan perlindungan maupun keamanan dari asfek kehidupan dan asfek

harta. Sedangkan kewajiban yang harus dilakukan adalah membayar jizyah (pajak).

Kata jizyah merupakan bentuk kata pecahan dari kata al-jaza yang berarti

suatu imbalan atau balasan. Jizyah adalah sesuatu yang diwajibkan terhadap

harta yang dimiliki setiap individu dari golongan ahl żimmah (non muslim) yang

tinggal dalam kekuasaan Islam dan telah mengikat perjanjian dengannya.95

94

Yusuf Al-Qardhawi, Golongan Bukan Muslim Dalam Masyarakat Islam, (Angkatan

Belia Malaysia), 21. 95

Naili Rahmawati, Jizyah dan „Usyr Dalam Perekonomian Islam. Bisa dilihat dalam

https://alkalinkworld.files.wordpress.com/2009/11/jizyah-dan-e28098usyr.pdf

Page 63: HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37066/2/SAUFY... · HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF HADIS

48

Jizyah adalah pajak yang dibayarkan oleh non-Muslim yang tinggal di dār

al-Islām (daerah Islam) kepada pemerintah Islam sebagai wujud loyalitas mereka

kepada pemerintah Islam dan konsekuensi dari perlindungan (rasa aman) yang

diberikan pemerintah Islam untuk mereka.96

Pengambilan jizyah dari ahl żimmah merupakan tindakan wajib yang harus

dilakukan oleh pemerintah sebagaimana yag telah Rasulallah saw. lakukan. Sabda

beliau :

دبس ش ث ع أسطبح ع بط ث خ ؽذصب اىؾغ عب ع ؽذصب أث ذ ث ثغبىخ ؽذصب أؽ ع

برس فغبءب خ عي عب ذ مبرج ب ىغضء ث عجذح قبه م قجيل ث غط ظش ش ا مزبة ع

عي صي للا سعه للا ف أخجش أ ع ث ؽ عجذ اىش اىغضخ فإ أخز فخز عي

غط 97ش غ اىغضخ

Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Mani', telah

menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah, telah menceritakan

kepada kami Al Hajjaj bin Arthah dari Amru bin Dinar dari Bajalah

bin Abdah ia berkata: "Aku adalah sekertaris Jaza' bin Mu'awiyah,

lalu datanglah surat Umar yang menyebutkan, "Perhatikanlah

orang-orang Majusi yang ada di sekitarmu, ambillah jizyah dari

mereka. Sesungguhnya 'Abdurrahman bin Auf telah mengabariku

bahwa Rasulullah saw. pernah mengambil jizyah dari orang-orang

Majusi penduduk Hajar.” (HR. Tirmidzi)

96

Muhammad Iqbal, Fiqh Siyasah Kontekstualisasi Doktrin Islam, (Jakarta: Gaya

Media Pratama, 2001), 278. 97

Abī Isā Muhammad ibn Isā ibn Saurah, al-Jāmī al-Șahīh al-Tirmiżī (Beirut: Daar Ahyai

al-Turasi al-„Arabi, 1995), Juz.3, h.241

Page 64: HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37066/2/SAUFY... · HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF HADIS

49

Ibn Qayyim al-Jauziyah menuturkan bahwa para ulama bersepakat dalam

mengistilahkan jizyah dengan pajak kepala yang diwajibkan kepada semua non-

muslim dari kalangan laki-laki, merdeka dan sudah dewasa, sehat dan kuat, serta

masih mampu bekerja.98

Besarnya jumlah jizyah sangat relatif, tergantung pada

kebijaksanaan pemerintah. Pembayarannya pun bersifat fleksibel, tidak harus

dengan uang, melainkan dapat juga dibayar dengan hewan ternak dan hanya

diberlakukan sekali setahun.99

Pada masa Rasulullah saw., besarnya jizyah satu dinar per-tahun untuk

orang dewasa yang mampu membayar, sedangkan untuk perempuan, anak- anak,

pengemis, orang tua, penderita sakit jiwa, dan semua yang menderita sakit

dibebaskan dari kewajiban ini.100

Pada saat pengambilan jizyah, Negara wajib melakukannya secara baik,

tidak boleh disertai kekerasan, penyiksaan dan pemaksaan. Jizyah ini diambil

berdasarkan kemampuan ahl żimmah, bila ia tidak mampu untuk membayar,

Negara wajib untuk membantunya.101

Diceritakan bahwa Umar ibn al-Khattab melihat seorang tua Yahudi yang

mengemis kepada orang-orang. Lalu Umar bertanya kepadanya tentang sebab ia

mengemis. Maka tahulah Umar bahwa usia tua dan kebutuhan hidup yang

98

Ibn Qayim al-Jaūziyah, Ahkām Ahl al-Dzimmah, Tahqīq: Sayyid „Imran, (Kairo:

Dār al-Hadīs, 1424/2003), 28-30 99

Muhammad Iqbal, Fiqh Siyasah Kontekstualisasi Doktrin Islam, (Jakarta: Gaya

Media Pratama, 2001), 278. 100

Adiwarman Azwar Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, (Jakarta: III IT, Cet.II,

2012), 31 101

Zainal Abidin dalam jurnalnya Akad Jizyah (dzimmah) yang diupload pada November

2017 dalam DinulQoyim.com

Page 65: HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37066/2/SAUFY... · HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF HADIS

50

mendorongnya untuk mengemis. Lalu Umar membawa orangtua itu ke penjaga

Baitul Mal kaum Muslim dan memerintahkan agar diberikan kepadanya

kebutuhannya. Tentang hal itu, Umar berkata : “Hendaklah kita bertindak adil

kepadanya karena kita telah memungut jizyah darinya ketika ia masih muda, lalu

apakah kita akan menelantarkannya setelah ia tua ?102

Menurut usuf Qardhawi, jizyah adalah pajak tahunan yang diambil dari

setiap laki-laki yang sudah balig dan mampu dari ahl żimmah. Sedangkan orang

fakir dari kalangan żimmah tidak dibebani sedikitpun dari jizyah ini. Besar atu

kecilnya jizyah tersebut menurut Qardhawi adalah kebijakan pemimpin dan harus

ada perbedaan antara yang kaya raya, menengah dari segi kekayaan dan paling

rendaah dari segi kekayaan. Khalifah Umar menerapkan ukuran jizyah menurut tiga

(3) tingkatan, ahl żimmah ahl immah yang kaya raya harus membayar 48 dirham

setiap tahun, orang yang menengah harus membayar 24 dirha pertahun dan orang

paling rendah diwajibkan membayar 12 dirham pertahun.103

Penarikan jizyah ditentukan berdasarkan akad dan kebutuhan negara.

Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsmaini mengutarakan beberapa konsekuensi

akad ahl żimmah sebagai berikut :

1. Dilarang membunuh, menyakiti dan mengambil harta mereka dengan

semena-mena.

102

Yusuf Qardhawi, Fiqih Jihad: Subuah Karya Monumental Terlengkap Tentang Jihad

Menurut al-Qur‟an dan Sunnah (Jakarta, Mizan, 2014), h.248 103

Muhammad Zaini, Hak dan Kewajiban Ahl Zimmah Menurut Yusuf Qardhawi, Tesis

Program Studi Filsafat Hukum Islam Universitas Islam Negeri Antasari Banjarmasin, 2017, h.121

Page 66: HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37066/2/SAUFY... · HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF HADIS

51

2. Wajib bagi pemerintah kaum Muslimin untuk menjaga dan melindungi

mereka serta tidak mengganggu mereka

3. Wajib bagi pemerintah kaum Muslimin untuk menerapkan hukum Islam

pada jiwa, harta dan kehormatan mereka

4. Wajib bagi pemerintah kaum Islam untuk menegakkan had (hukuman)

atas mereka dalam semua hal yang mereka yakini haram

5. Waajib bagi ahl zimmah untuk tampilbeda denagn kaum Muslimin

dalam berpakaian dan tidaak boleh menaampakkan sesuatu yang

dianggap mungkar dalam Islam

6. Kaum muslimin dilarang menyerupai mereka dan tidak boleh berdiri

menyambut mereka serta mendahulukan mereka untuk berbicara di

depan majlis kaum muslimin.

7. Kaum muslimin dilarang mengucapkan salam terlebih dahulu kepada

mereka

8. Kaum muslimin diperbolehkan menjenguk ahl zimmah yang sakit untuk

kemaslahatan.104

Adapun kewajiban membayar jizyah untuk masa sekarang ini, menurut

Abdul Karim Zidan sudah tidak berlaku lagi, mengingat kebanyakn ahl żimmah

sudah ikut serta dengan orang Islam (mayoritas) membela negaranya.105

Inilah

yang menyebabkan hal itu tidak berlaku lagi. Meskipun hal ini sudah tidaak

diberlakukan lagi namun tetap penting untuk dibahas karenaa kebanyakan ulama

104

Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsmaini, Huququn Da‟at Ilaiha al-Fithrah wa

Qarraha (Madar al-Watha, 1427 H), Cet.1, hlm.26 105

Abdul Karim Zidan, Pengantar Studi Syari‟ah: Mengenal Syariah Islam Lebih Dalam

(Rabbani Press, t.t), h. 157

Page 67: HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37066/2/SAUFY... · HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF HADIS

52

beraanggapan bahwa penarikan jizyah merupakan bentuk sanksi yang diberikan

oleh negara Islam kepada ahl żimmah karena tidak mau masuk Islam.106

106

Abdul Karim Zidan, Pengantar Studi Syari’ah, h.146

Page 68: HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37066/2/SAUFY... · HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF HADIS

53

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah penulis lakukan terhadap hadis-hadis

Nabi saw., ahl żimmah yang tinggal di dalam Negara Islam berhak untuk

mendapatkan perlindungan, baik dari keamanan hidupnya maupun keamanan

hartanya.

Di samping hak-hak yang diperoleh olehnya selama ia menjadi tanggungan

Islam, ahl żimmah juga memiliki kewajiban sebagai konsekuensi dari perjanjian

yang telah disepakati bersama, yaitu membayar jizyah (pajak).

B. Saran

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, maka

dari itu penulis mengharapkan dan menantikan adanya saran dan kritik yang

membangun dari pembaca demi perbaikan di lain waktu agar penelitian dalam

skripsi ini bisa menjadi lebih bermanfaat.

Page 69: HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37066/2/SAUFY... · HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF HADIS

54

DAFTAR PUSTAKA

„Abidin, Hâsyiyyah Ibnu. ad-Durr al-Mukhtâr Syarh Tanwîr al-Abshâr.Riyadh:

Dar Alam al-Kutub. 2003.

Ali, Mohammad Daud. Hukum Islam; Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum

Islam di Indonesia. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004.

Arief, Abd. Salam. Pembaruan Pemikiran Hukum Islam Antara Fakta dan Realita;

Kajian Pemikiran Syaikh Mahmud Syaltut. Yogyakarta: LESFI. 2003.

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:

Rineka Cipta, 2002.

Audah, Abdul Qadir. at-Tasyrî‟ al-Jana‟i al-Islâmi. Beirut: Dar Kutub al-Arabi.

1963.

al-Bukhari. Shahih al-Bukhai : Bab Yuqatal `an Ahl al-Dzimmah. Beirut: Dār Ibn

Katsir al-Yamamah, 1987 M/1407 H.

Dahlan, Abdul Aziz. Ensiklopedi Hukum Islam. Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van

Hoeve. 1996.

Doi, Abdur Rahman. Non-Muslim Under Syari'ah. London: Taha Publisher. 1983.

al-Ghazali, Abū Hamīd. al-Wajīz fi Fiqh al-Imām al-Syāfī. Mesir: Muhammad

Mustafa. 1318 H.

Page 70: HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37066/2/SAUFY... · HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF HADIS

55

Hadariansyah. Pengantar Filsafat Islam: Mengenal Filusuf-filusuf Muslim dan

Filsafat Mereka. Banjarmasin: Kafusari Press, 2012.

Haekal, Muhammad Khair. al-Jihâd wa al-Qitâl. Beirut: Darul Bayariq. 1996.

Hanbali, Ahmad. Musnad Imam Ahmad. Mishr: Mu‟assasat Qurthubah. Juz‟ VI.

Hasanah, Rif‟atul. Kerukunan Umat Beragama (Studi Kasus Pemahaman

Masyarakat Mustika Jaya Bekasi Terhadap Peraturan Bersama

Menteri No. 8 dan 9 tahun 2006). Magelang, PKBM Ngudi Ilmu.

2014.

Hawa, Said. al-Islām. Terj.Abdul Hayyi al-Kattani dkk. Jakarta: Gema Insani

Press. 2004.

Hazm, Imam Ibnu. al-Muhalla bi al-Atsar. Tahqiq: Muhammad Munir Ad-

Dimasyqi - Ahmad Muhamad Syakir. Beirut: Dar Kutub „Ilmiah. 1427.

al-Hufi, Ahmad Muhammad.Samahah al-Islam. Kairo: Dār Nahdlah Misr. 1979.

Huwaydi, Fahmi. Muwathinun la Dzimmiyyun. Kairo: Dār el-Shorouq. 1999.

Iqbal, Muhammad. Fiqh Siyasah Kontekstualisasi Doktrin Islam. Jakarta: Gaya

Media Pratama. 2001.

Ishaq, Mubith Muhammad. Fiqh Politik Hasan al-Bana, Jakarta, Robbana Press.

2012.

Page 71: HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37066/2/SAUFY... · HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF HADIS

56

al-Jauziyah, Ibn Qayim Ahkām Ahl al-Dzimmah.Tahqīq: Sayyid „Imran. Kairo:

Dār al-Hadīs. 1424/ 2003.

Kalabi, Muhammad ibn Ahmad ibn al-Juza‟i. al-Qawānūn al-Fiqhiyyah fī Talkhiās

al-Mazhab al-Mālikiyyah. Beirut: Dār al-Qalam, t.t.

Karim, Adiwarman Azwar. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. Jakarta: III IT.

Cet.II.

Khalaf, „Abdul Wahhab. al-Siyâsah asy-Syar‟iyyah,. Beirut: Dar al-Kutub As-

Syar'iyyah. 1989.

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitati. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya. 2002.

M. Marmaduke Pickthall. War And Religion. Terj.M.Hashem. Cet.1. Bandung:

al-Ma‟arif, t.t.

Malik. al-Muwattha. Kairo: Maktabah al-Busyro. 1998.

al-Mawardi. Ahkâm as-Sulthâniyyah. Tahqiq: Dr. Ahmad Mubarok sl-Baghdadi.

Kuwait: Maktabah Dar Ibnu Qutaibah.1989.

Maududi, Abul A‟la. Hukum dan Konstitusi Sistem Politik Islam. Terj. Asep

Hikmat. Bandung: Mizan. Cet.VI. 1998.

Mayer, Ann Elizabeth. Islam and Human Rights: Tradition and Politics. Colorado:

Westview Press, 1995.

Page 72: HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37066/2/SAUFY... · HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF HADIS

57

Moh. Kasira. Metode Penelitian: Refleksi Pengembangan, Pemahaman, dan

Penguasaan Metodologi Penelitian. Malang: UIN Maliki Press. 2010.

Munawwar, Said Agil Husin. Hukum Islam dan Pluralitas Sosial. Jakarta:

Penamadani. 2004.

Munawwir. Sikap Islam terhadap Kekerasan, Damai, Toleransi, dan Solidaritas.

Surabaya: Bina Ilmu, 1984.

Murtada al-Husaini al-Zabidi. Taj al-„Arus min Jawahir al- Qamus. Jilid 28.

Kuwait: Hukumah al-Kuwait. 1385 H/ 1965.

Na‟im, Abdullahi Ahmed. Toward an Islamic Reformation: Civil Liberties, Human

Rights, and International Law. Syracuse: Syracuse University Press.

1990.

al-Qardāwi, Yūsuf. Ghair al-Muslimīn fī al-Mujtama‟ al-Islāmiy. Kairo: Maktabah

Wahbah. Cet.ke-3,1413H/1992.

Raghib As-Sirjani, Solidaritas Islam Untuk Dunia, Terjemah: Ali Nurdin,

Bandung: Pustaka al-Kautsar, 2015.

Rizqullah, Mahdi. as-Sirah An-Nabawiyah fi Dhaui Al-Mashadir Al- Ashliyah, terj.

Sirah Nabawiyah, Jakarta: Perisai Qur‟an. 2012.

Sa‟di Abu Habib.al-Qâmûus al-Fiqh, Riyadh: Dar Alam al-Kutub, 2000.

Sabiq, Sayyid. Fiqh al-Sunnah. alih bahasa Nor Hasanuddin. Jakarta: Pena Pundi

Aksara. 2007.

Page 73: HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37066/2/SAUFY... · HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF HADIS

58

Said, HA.Fuad. Ketatanegaraan Menurut Syariat Islam. Kuala Lumpur: Dewan

Bahasa dan Pustaka, 2002.

Saifuddin, Azwar. Metode Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2009.

Santoso, Topo Santoso. Membumikan Hukum Pidana Islam: Penegakan Syari‟at

Dalam Wacana dan Agenda, Jakarta: Gema Insani, 2003.

Smith, Jonathan Z. The Happercollins Dictionary of Religion. New York:

American Academy. 1995.

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung:

Alfabeta, 2007.

Sukardja, Ahmad. Piagam Madinah dan Undang-Undang Dasar NKRI 1945.

Jakarta: Sinar Grafika, 2014.

Sutrisno, Hadi. Metodologi Research. Yogyakarta: Fak.Psikologi UGM. 1990.

T.W. Arnold. The Preaching of Islam: A History of The Propagation of The

Muslim Faith, New York: Bibliotheca Persica Press. 1913.

al-Thabari, Abi Ja‟far Muhammad Ibn Jarir. Tafsir at-Thabari. Beirut: Dar Kutub

„Ilmiyah,.1998.

_________ Tarikh Thohir, Ajid. Sirah Nabawiyah, Nabi Muhammad SAW Dalam

Kajian Ilmu Sosial Humaniora. Bandung: Marja. 2004.

Page 74: HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37066/2/SAUFY... · HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF HADIS

59

Wensinck, Arnold John. Mu‟jam al-Mufahras Li al-Fas al-Hadis al- Nabawi.

Leiden: Martabah Barbal. 1936.

Winarno Surachman, Pengantar Penelitian Ilmiah: Dasar, Metode, Teknik.

Bandung: Tarsita, 1990.

Yaacob, Abdul Monir dan dkk. Pemerintahan Islam dalam Masyarakat Majmuk.

Malaysia: Institut Kefamaman Malaysia (IKIM). 2000.

Yusuf, Abu. al-Kharâj. Qohiroh: Maktabah al-Salafiyah. 1971.

_________ Teori Politik Islam. Terj. Salahudin Abdullah. Bandung: al-Ma‟arif.

1960

Zada, Khamani dan Arief Arofah. Diskursus Politik Islam. Jakarta: LSIP. 2004.

al-Zawi, al-Tahir Ahmad. al-Qamus al-Muhit. Jilid 2. Saudi: Dār „Alam al- Kutub

li al-Nasyr wa al-Tawzi‟. 1417H/1996.

Zed, Mustika. Metode Penelitian Kepustakaan. Jakarta: Yayasan Obor Nasional,

2004

Page 75: HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37066/2/SAUFY... · HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF HADIS

60

RIWAYAT HIDUP

Nama : Saufy Maulana

Tempat, Tanggal Lahir : Demak, 24 Maret 1992

Agama : Islam

Warga Negara : Indonesia

Alamat : Ds. Manis Mata RT. 001 RW. 001. Kec. Manis Mata.

Kab. Ketapang Kalimantan Barat

Riwayat Pendidikan : MI Harjowinangun Demak

MTS Harjowinangun Demak

MA Gajah Demak

S1 Uin Syarif Hidayatullah Jakarta

Pengalaman Organisasi : PMII

HIQMA

Demikian sekilas riwayat hidup ini dibuat dengan belum sempurna.

Jakarta, 24 Desember 2017

Saufy Maulana

Page 76: HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37066/2/SAUFY... · HAK DAN KEWAJIBAN AHL ŻIMMAH DALAM PERSPEKTIF HADIS

61