94
HAK IMUNITAS ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA “Studi Komparatif Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 dan Hukum IslamSKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H) Oleh : Khoirur Rizqy At-Tamami NIM. 1113043000011 KONSENTRASI PERBANDINGAN HUKUM PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1439 H/2017 M

HAK IMUNITAS ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42076/1/KHOIRUR... · Kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) , Dewan Perwakilan

  • Upload
    lydang

  • View
    216

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: HAK IMUNITAS ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42076/1/KHOIRUR... · Kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) , Dewan Perwakilan

HAK IMUNITAS ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK

INDONESIA

“Studi Komparatif Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 dan Hukum Islam”

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

Oleh :

Khoirur Rizqy At-Tamami

NIM. 1113043000011

KONSENTRASI PERBANDINGAN HUKUM

PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1439 H/2017 M

Page 2: HAK IMUNITAS ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42076/1/KHOIRUR... · Kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) , Dewan Perwakilan
Page 3: HAK IMUNITAS ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42076/1/KHOIRUR... · Kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) , Dewan Perwakilan
Page 4: HAK IMUNITAS ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42076/1/KHOIRUR... · Kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) , Dewan Perwakilan

iii

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini hasil karya saya dan diajukan untuk memenuhi salah satu

persyaratan untuk memperoleh gelar strata S1 Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penelitian ini saya cantumkan sesuai

dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Jika kemudian hari terbukti karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi

yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidyatulllah Jakarta.

Ciputat, 27 Desember 2017

Khoirur RizqyAt-Tamami

NIM : 1113043000011

Page 5: HAK IMUNITAS ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42076/1/KHOIRUR... · Kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) , Dewan Perwakilan

iv

ABSTRAK

Khoirur Rizqy At-Tamami, NIM 1113043000011. HAK IMUNITAS ANGGOTA

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA : STUDI

KOMPARATIF UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2014 DAN

HUKUM ISLAM. Program Studi Perbandingan Mazhab, Konsentrasi

Perbandingan Hukum, Fakultas Syari’ah dan Hukum, Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta, 1439 H/2017 M. V + 76 halaman 6 halaman

lampiran.

Skripsi ini menjelaskan mengenai 2 (dua) hal. Pertama, ketentuan hak

imunitas anggota DPR RI dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang

MPR, DPR, DPD dan DPRD (UU MD3). Kedua, ketentuan hak imunitas anggota

DPR RI dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 (UU MD3) dalam

perspektif hukum Islam.

Metode yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah

menggunakan metode penelitian hukum normatif yaitu metode yang meletakkan

hukum sebagai sebuah system norma. System norma yang dimaksud adalah asas-

asas, norma, kaidah dari peraturan perundang-undangan, putusan pengadilan,

perjanjian serta doktrin. Sesuai dengan karakteristik kajiannya, maka penelitian

ini menggunakan metode library research (kajian kepustakaan) dengan

pendekatan perbandingan.

Berdasarkan hasil penelitian maka diperoleh suatu kesimpulan. Pertama,

hak imunitas anggota DPR RI sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor

17 Tahun 2014 menjelaskan bahwa hak imunitas merupakan suatu hak

konstitusional yang diberikan kepada anggota DPR untuk tidak dapat dituntut di

depan pengadilan karena pernyataan, pertanyaan, dan/atau pendapat yang

dikemukakannya baik secara lisan maupun tertulis di dalam rapat DPR ataupun di

luar rapat DPR yang berkaitan dengan fungsi serta wewenang dan tugas DPR.

Adapun substansi yang terkandung dalam hak imunitas tersebut lebih berbentuk

kebebasan berbicara (freedom of speech) yang dijamin oleh konstitusi. Kedua,

dalam syari’at Islam hak imunitas tidak dijelaskan secara spesifik di dalam Al-

Qur’an, melainkan menyebutkan tentang kebebasan berbicara, berpendapat, dan

bertindak. Akan tetapi hak imunitas dapat diberikan kepada anggota DPR melalui

ijtihad para ahlu syura, mujtahid, serta ulama dengan menggunakan metode taqnin

atau formalisasi undang-undang fiqih yang kemudian disahkan oleh umara atau

pemerintah. Ketiga, anggota DPR dibekali hak imunitas bertujuan agar anggota

DPR lebih bijak dalam menerapkan dan mengaktualisasikan hak yang digunakan.

Kata Kunci : Hak Imunitas, Anggota DPR, Undang-Undang Nomor 17 Tahun

2014, Hukum Islam

Pembimbing : Dr. H. Ahmad Mukri Aji, MA dan H. Ahmad Bisyri Abd.

Shomad, MA

Daftar Pustaka : 1967s.d.2017

Page 6: HAK IMUNITAS ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42076/1/KHOIRUR... · Kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) , Dewan Perwakilan

v

KATA PENGANTAR

لرهلل ي لرهللنمح ٱهلل مسب

Alhamdulillahi Rabbil ’Alamin, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat

Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, inayah dan taufiknya sehingga

penulis dapat menyelesaikan tugas akhir dalam menempuh studi di program studi

Perbandingan Mazhab dan Hukum, Fakultas Syari’ah dan Hukum, Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Shalawat dan salam semoga tetap terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi

Muhammad SAW, yang berhasil menyampaikan risalahnya kepada umat manusia

di seluruh dunia, pendobrak revolusi akbar dalam peradaban sosial kehidupan kita

yang kita harapkan syafaatnya kelak di akhirat.

Selanjutnya dalam proses penulisan skripsi ini, penulis tidak berdiri sendiri.

Dalam arti, penulisan skripsi banyak mendapatkan kontribusi dari pihak-pihak

lain. Untuk itu, penulis menghaturkan ribuan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Asep Saepudin Jahar, MA. Selaku dekan Fakultas Syari’ah dan

Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Fahmi Muhammad Ahmadi, M.Si, dan ibu Siti Hana, MA. Selaku

Ketua Program Studi dan Sekretaris Program Studi Perbandingan

Madzhab dan Hukum yang telah membantu banyak hal kepada penulis.

3. Bapak Prof. Dr. M. Atho Mudzhar, MSPD. Selaku dosen penasihat

akademik yang selalu memberikan inspirasi dan motivasi penuh kepada

penulis, sehingga penulis mampu menyelesaikan karya ilmiah ini dengan

baik.

4. Bapak Dr. H. Ahmad Mukri Aji, MA dan bapak H. Ahmad Bisyri Abdul

Shomad, MA. Selaku dosen pembimbing dalam penulisan skripsi ini, yang

telah memberikan banyak masukan dan arahan kepada penulis. Serta

ikhlas meluangkan waktunya untuk membimbing, memberikan arahan dan

masukan yang membangun kepada penulis dalam penulisan karya ilmiah

Page 7: HAK IMUNITAS ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42076/1/KHOIRUR... · Kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) , Dewan Perwakilan

vi

ini. Semoga apa yang telah diberikan dapat bermanfaat dan mendapat

ganjaran dari Allah SWT. Amin Ya Rabbal ‘Alamin.

5. Ibu Masyrofah, M.Si sebagai penguji I dan bapak Nurrohim Yunus, L.L.M

sebagai penguji II, penulis ucapkan terima kasih atas perbaikan dan saran-

saran yang membangun atas karya ilmiah ini.

6. Pimpinan, Staf Perpustakaan Umum dan Perpustakaan Fakultas Syari’ah

dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang

telah memberikan fasilitas bagi penulis untuk mengadakan studi

kepustakaan.

7. Seluruh civitas akademika Fakultas Syariáh dan Hukum yang tidak bisa

saya sebutkan satu persatu, Terima kasih telah membantu pemahaman

penulis selama masa perkuliahan.

8. Kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) , Dewan Perwakilan

Rakyat (DPR) dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi

DKI Jakarta, yang telah meluangkan waktu dan mengizinkan, serta

memberi kemudahan penulis untuk melakukan penelitian dalam karya

ilmiah ini.

9. Kepada orang tua penulis, ayahanda Achmadi Djunaidi dan ibunda

Noerma’rifah serta seluruh keluarga penulis, terima kasih atas do’a,

dukungan serta motivasinya baik secara moril dan materil. Dengan do’a

yang kalian panjatkan akhirnya penulisan skripsi ini dapat selesai dengan

baik.

10. Kawan-kawan Ikatan Keluarga Besar dan Alumni Pesantren Ummul Quro

Al-Islami (IKAPMI UIN Jakarta). Terima kasih telah menjadi rumah dan

keluarga kedua bagi penulis di Ciputat, serta memberikan semangat

kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Dari kalian penulis belajar

arti persaudaraan. Semoga Allah SWT mengizinkan semua mimpi-mimpi

kita menjadi nyata, dan semoga kita dipertemukan kembali di lain tempat

dan suasana yang berbeda. Amin ya Rabbal ‘Alamin.

11. Sahabat-Sahabat IKAPMI UIN Jakarta angkatan 14, Nugroho Condro

Puspito, M. Rutby Aliyyudin, M. Nurrisky, Taufan el-Hafidz, Ade

Page 8: HAK IMUNITAS ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42076/1/KHOIRUR... · Kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) , Dewan Perwakilan

vii

Suhanda, Iqbal Maulana dan lainnya. Terima kasih telah menjadi teman

hidup dan teman seperjuangan di Ciputat. Semoga senantiasa dalam

perlindungan Allah SWT. Amin ya Rabbal ‘Alamin.

12. Kawan-kawan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) khususnya Komisariat

Fakultas Syari’ah dan Hukum dan umumnya HMI se-cabang Ciputat, yang

telah mengajarkan berproses, militansi, solidaritas yang tinggi terhadap

organisasi dan sesama. Semoga semakin solid dan apa yang kita cita-

citakan dapat terwujud..Yakin Usaha Sampai !

13. Kawan-kawan Himpunan Mahasiswa Islam Prodi Perbandingan Mazhab

dan Hukum (HMI-PMH), Kakanda Imam Mufakkir, Kakanda Alan

Novandi, Kakanda Abdul Gopur, Kakanda Moh. Basri, Murtadhi A.

Ningrat dan lain-lain. Terima kasih sudah menjadi kawan berjuang dan

berproses di HMI Komfaksy Cabang Ciputat. Tak lupa juga adinda Prima

N. Ningrum, terima kasih atas motivasi dan semangatnya kepada penulis

dalam proses penyelesaian karya ilmiah ini.

14. Kawan-kawan Lembaga Kajian Comparative Law Studies Community

(CLC) , terima kasih sudah menjadi kawan dan wadah dalam mengasah

intelektual di bidang perbandingan hukum. Semoga CLC tetap konsisten,

makin berkembang ke arah yang lebih baik lagi.

15. Rekan-rekan pengurus khususnya pengurus Pimpinan Cabang Ikatan

Pelajar Nahdlatul Ulama Kota Administrasi Jakarta Utara (PC IPNU

Jakarta Utara), umumnya Pimpinan wilayah Ikatan Pelajar Nahdlatul

Ulama Provinsi DKI Jakarta (PW IPNU DKI Jakarta). Terima kasih atas

kebersamaannya selama ini. Semoga apa yang kita hajatkan dan

perjuangkan mendapat ganjaran oleh Allah SWT. Amin Ya Rabbal

‘Alamin.

16. Pengurus dan Badan Otonom Nahdlatul Ulama Jakarta Utara, Ketua

Tanfidziyah Ayahanda KH. Ali Mahfud, MA beserta jajarannya. Terima

kasih atas ilmu dan pengetahuan yang telah diberikan kepada penulis

dalam membangun ukhuwah Islamiyah, ukhuwah basyariyah dan ukhuwah

Page 9: HAK IMUNITAS ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42076/1/KHOIRUR... · Kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) , Dewan Perwakilan

viii

wathaniyah. Semoga senantiasa dilimpahkan ridho dan keberkahan oleh

Allah SWT. Amin Ya Rabbal ‘Alamin.

17. Kepada kawan-kawan Dewan Eksekutif Mahasiswa UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta (DEMA UIN Jakarta), Dewan Eksekutif Mahasiswa

Fakultas Syari’ah dan Hukum (DEMA FSH), Senat Mahasiswa Fakultas

Syari’ah dan Hukum (SEMA FSH), dan Himpunan Mahasiswa Program

Studi Perbandingan Madzhab. Terima kasih telah menjadi wadah

berproses untuk penulis. Semoga kita senantiasa diberi keberkahan oleh

Allah SWT. Amiin Ya Rabbal A’lamin.

18. Kelompok KKN 051 (KKN Sahabat), Adicha Syahada Amri, Putri Nurani,

Reny Nur’aini, Najahatul A’laliyah, Atthiya Prima Sari, Taufikurrahman,

Aldo Serena, Lukman Kholil Ahmad, Siti Aam Fitriyah, Muhammad

Fakhry, dan Masyarakat Desa Barengkok, Jasinga, Bogor. Terima kasih

telah memberikan kesan dan persahabatan kepada penulis. Semoga kita

dapat berkumpul kembali dan berbagi canda dan tawa bersama di lain

waktu.

19. Kepada kawan-kawan penulis, Luqman Arya Yudhatama, Adeb Davega

Prasna, Heri Safrijal, Ika Tri Mustika, Nabila Salsabila, Fikri Nurhadi dan

seluruh teman-teman Perbandingan Mazhab dan Hukum angkatan 2013

lainnya, tanpa mengurangi rasa terima kasih penulis atas kebersamaan,

do’a dan dukungannya selama penulis menyelesaikan karya ilmiah ini.

Semoga kita semua menjadi orang yang bermanfaat bagi masyarakat,

agama dan bangsa.

20. Dan seluruh pihak yang telah membantu penulis sejauh ini yang tidak

dapat penulis sebutkan satu persatu, semoga senantiasa dalam

perlindungan dan keberkahan dari Allah SWT.

Demikian penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dan mohon

maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang terdapat dalam penulisan skripsi

ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi para

pembaca pada umumnya.

Page 10: HAK IMUNITAS ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42076/1/KHOIRUR... · Kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) , Dewan Perwakilan

ix

Dream as if you’ll Live forever

Live as if you’ll die today

Billahi Taufiq wal Hidayah.

Wallahul Muwafiq ilaa Aqwamith Thoriq.

Jakarta, 27 Desember 2017

Penulis,

Khoirur Rizqy At-Tamami

Page 11: HAK IMUNITAS ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42076/1/KHOIRUR... · Kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) , Dewan Perwakilan

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................... .................

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................... ............. i

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................ ............. ii

LEMBAR PERNYATAAN ............................................................... ............ iii

ABSTRAK .......................................................................................... ............ iv

KATA PENGANTAR ........................................................................ ............ v

DAFTAR ISI ...................................................................................... ............. x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1

B. Identifikasi Masalah .................................................................... 5

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ........................................... 5

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................... 6

E. Review Kajian Terdahulu ............................................................ 7

F. Metode dan Teknik Penelitian ..................................................... 8

G. Sistematika Pembahasan ............................................................ 10

BAB II DISKURSUS TEORI IMUNITAS

A. Imunitas dalam hukum Internasional ......................................... 12

B. Imunitas dalam Hukum Islam .................................................... 16

C. Jenis-Jenis Imunitas .................................................................. 18

D. Doktrin-Doktrin Imunitas .......................................................... 25

Page 12: HAK IMUNITAS ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42076/1/KHOIRUR... · Kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) , Dewan Perwakilan

xi

BAB III HAK IMUNITAS ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT

REPUBLIK INDONESIA MENURUT UNDANG-UNDANG

NOMOR 17 TAHUN 2014

A. Diskursus Tentang Dewan Perwakilan Rakyat ........................... 28

B. Pengertian Hak Imunitas Anggota DPR ..................................... 37

C. Batasan Hak Imunitas Anggota DPR ......................................... 40

D. Penerapan Hak Imunitas Anggota DPR ..................................... 42

E. Implementasi Hak Imunitas Anggota DPR ................................ 47

F. Sanksi Penyalahgunaan Hak Imunitas Anggota DPR ................. 49

BAB IV ANALISIS KOMPARATIF HAK IMUNITAS ANGGOTA

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2014 DAN

HUKUM ISLAM

A. Analisis Hak Imunitas Anggota DPR Menurut Undang-Undang

Nomor 17 Tahun 2014 .............................................................. 52

B. Analisis Hak Imunitas Anggota DPR Menurut Undang-Undang

Nomor 17 Tahun 2014 Perspektif Hukum Islam ........................ 58

C. Persamaan dan Perbedaan Hak Imunitas Anggota DPR Menurut

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 dan Hukum Islam ....... 66

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................... 70

B. Saran ......................................................................................... 71

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 72

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 13: HAK IMUNITAS ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42076/1/KHOIRUR... · Kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) , Dewan Perwakilan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada dasarnya negara bertindak melalui pejabat dan perwakilannya,

karena negara merupakan satu kesatuan hukum yang abstrak dan tidak dapat

melakukan tindakan-tindakan yang nyata. Tindakan-tindakan tersebut

dilaksanakan oleh pemerintah yaitu pemerintah negara yang terorganisir

menjalankan kekuasaan di wilayah negara tersebut.

Pemerintahan merupakan kekuasaan atau kewenangan yang dipegang oleh

seorang atau sekumpulan orang yang mewakili kepentingan daripada penduduk

dan wilayah Negara berdasarkan ketentuan hukum negara tersebut. Melalui

pemerintahnya suatu negara membentuk dan menegakkan hukum serta memiliki

kekuasaan (power) untuk melaksanakan tanggung jawab negara. Bentuk

pemerintahan dari suatu negara ditentukan oleh penduduknya, apakah itu

berbentuk republik, kerajaan atau bentuk lainnya yang dikehendaki oleh

rakyatnya.1

Hak imunitas atau kekebalan memiliki makna bahwa seorang pejabat

negara terutama kepala negara maupun pemerintahan dalam suatu pemerintahan

sebuah negara dapat menikmati inviobility dan immunity. Inviobility diartikan

sebagai kekebalan terhadap alat-alat kekuasaan negara dan kekebalan terhadap

segala gangguan yang merugikan, sedangkan immunity diartikan bahwa pejabat

Negara tersebut kebal terhadap yurisdiksi negara, baik yang bersifat pidana,

perdata, maupun administratif.2

Hal ini khusus bagi kepala negara atau pejabat pemerintahan, dikarenakan

seorang kepala negara ataupun pemerintahan itu sendiri adalah simbol dari

1 Huala Adolf, Aspek-Aspek Negara Dalam Hukum Internasional (Jakarta: PT. Raja

GrafindoPersada, 2002, Edisi Revisi), h,. 5 2 Ibid

Page 14: HAK IMUNITAS ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42076/1/KHOIRUR... · Kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) , Dewan Perwakilan

2

kedaulatan negaranya. Akan tetapi seperti halnya asas-asas yang berlaku, hak

imunitas juga mengalami perkembangan mengenai eksistensi dan fungsinya.

Kekebalan hukum yang dinikmati oleh para pejabat negara merupakan

bagian dari kebebasan untuk bertindak oleh pemerintah negara. Kekebalan

diberikan oleh pemerintah negara dengan maksud agar pejabat tersebut dapat

melaksanakan kewajiban-kewajibannya dengan bebas. Kebebasan ini merupakan

isyarat agar sang pejabat tidak selalu bergantung pada good will pemerintah

negara karena ketergantungan tersebut dapat berdampak buruk bagi kelancaran

pelaksanaan tugas, khususnya dalam suatu pengambilan keputusan.3 Namun

kekebalan hukum ini tidak berfungsi jika dalam pelanggaran hukum yang

diperbuat oleh pejabat tersebut hanya untuk kepentingan atau golongan tertentu

bukan untuk kepentingan negara.

Penerapan hak imunitas negara diatur menurut hukum nasional negara dari

ketentuan hukum yang menyatakan kewenangannya terhadap tindakan negara di

wilayahnya. Seperti halnya di Negara Kesatuan Republik Indonesia terdapat

lembaga-lembaga tertentu yang berdasarkan undang-undang mengatur mengenai

tugas dan wewenang pejabat negara, salah satunya ialah Undang-Undang Nomor

17 Tahun 2014 Tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan

Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

(MD3).

Dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tertera bahwasanya

anggota DPR RI mempunyai hak imunitas tidak dapat dituntut didepan pengadilan

karena, pernyataan, pertanyaan, dan/atau pendapat yang dikemukakannya baik

secara lisan maupun tertulis didalam rapat parlemen maupun diluar rapat

parlemen yang berkaitan dengan fungsi sertatugas dan kewenangan anggota DPR,

berdasarkan pemaparan tersebut dapat diketahui bahwa selama seorang anggota

DPR mengemukakan pernyataan, pertanyaan, dan/atau pendapat yang

dikemukakannya baik secara lisan maupun tertulis sepanjang dalam rapat

parlemen maupun diluar rapat parlemen, serta berkaitan eratdengan fungsi serta

3 Sumaryo Suryokusumo, Hukum Diplomatik dan Kasus (Bandung : PT Alumni, 1995),

h., 56

Page 15: HAK IMUNITAS ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42076/1/KHOIRUR... · Kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) , Dewan Perwakilan

3

tugas dan kewenangan anggotaDPR tidak dapat dituntut didepan pengadilan, dan

inilah yang selanjutnya disebut hak imunitas.4

Keberlakuan hak imunitas bagi anggota DPR yang didasarkan pada

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 dalam kenyataannya menimbulkan pro

kontra, terutama dalam implementasinya menyebabkan perlu adanya kajian ulang

terhadap konsep sesungguhnya dari imunitas ini. Kontra yang muncul di

masyarakat yaitu, pertama merujuk kepada kenyataan akan ketakutaan munculnya

sikap dan perilaku yang tidak wajar dalam hal ini merasa kebal hukum dari para

anggota DPR saat menjalankan tugasnya. Kedua, urgensitas eksistensi hak

imunitas bagi pejabat negara terutama anggota DPR patut dipertanyakan lagi soal

kesahihan landasan pemberlakuan imunitas ketika dihadapkan pada persoalan

fundamental yaitu persamaan hak bagi setiap warga negara di hadapan hukum.

Apalagi anggota DPR seringkali disorot publik karena terlibat masalah-masalah

hukum dan politik sehingga citra anggota DPR di mata publik pun kurang baik.

Oleh karena itu, diperlukan pengkajian kembali untuk mencari pembenaran

daripada keberadaan asas imunitas yang dimaksud. Hal ini akan menghadirkan

pemahaman yang lebih baik terhadap nilai penting dari imunitas hukum ini yang

sesungguhnya telah diakui sejak lama penerapannya dalam negara.

Adapun dalam syari’at Islam menjamin adanya hak kebebasan berpikir,

berkreasi dan menyatakan pendapat dengan syarat hak tersebut digunakan untuk

menyebarkan kebaikan dan bukan untuk keburukan. Bahkan berpendapat tidak

hanya semata-mata hak. melainkan juga suatu kewajiban. Oleh karena itu

kebebasan berpendapat harus didasarkan dengan tanggung jawab dan tidak

mengganggu ketertiban umum atau menimbulkan permusuhan diantara manusia

sendiri. Dengan kata lain, anggota DPR atau Ahlu al- Halli wa al-Aqdi tidak bisa

sepenuhnya menyampaikan pendapat sesuai dengan kehendaknya.5

Kemudian Islam juga menjamin hak seseorang untuk menyampaikan

kebenaran selama tidak bertentangan dengan norma-norma yang berlaku.

Kebebasan menyampaikan kebenaran harus dimanfaatkan untuk tujuan

4 Tutik. Titik Triwulan, Konstruksi Hukum Tata Negara Indonesia Pasca Amandemen

UUD 1945, (Jakarta : Kencana : 2011), h., 195 5 Farid Abdul Kholiq, Fikih Politik Islam(Jakarta : Sinar Grafika, 2005), h., 80

Page 16: HAK IMUNITAS ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42076/1/KHOIRUR... · Kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) , Dewan Perwakilan

4

mensyiarkan kebaikan tidak untuk menyebarkan keburukan dan kezhaliman.

Maka dari itu hak imunitas anggota DPR RI menurut Undang-Undang Nomor 17

Tahun 2014 sepintas menurut penulis memiliki unsur yang sama dengan hukum

Islam yang menjamin dalam kebebasan berpendapat dan menyampaikan

kebenaran.

Berdasarkan uraian di atas, penulis mempertanyakan bahwa apakah benar

hak imunitas anggota DPR telah sesuai dengan hukum Islam yang menjamin hak

dan kebebasan untuk berpendapat dan menyampaikan kebenaran ? Hal ini sudah

selayaknya untuk dikaji secara mendalam dan komprehensif. Untuk itu, penulis

sangat tertarik untuk melakukan penelitian dan menuangkannya dalam bentuk

skripsi yang berjudul :

“Hak Imunitas Anggota DewanPerwakilan Rakyat Republik Indonesia : Studi

Komparatif Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 dan Hukum Islam”

Page 17: HAK IMUNITAS ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42076/1/KHOIRUR... · Kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) , Dewan Perwakilan

5

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang di atas, terdapat beberapa permasalahan yang dapat

penulis identifikasikan dalam hal ini, sebagai berikut :

1. Konsep hak imunitas dalam hukum internasional

2. Konsep hak imunitas dalam hukum Islam

3. Pengertian hak imunitas anggota DPR RI

4. Konsep hak imunitas anggota DPR RI dalam Undang-Undang Nomor

17 Tahun 2014

5. Konsep hak imunitas anggota DPR RI dalam Undang-Undang Nomor

17 Tahun 2014 dalam perspektif hukum Islam

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Sehubungan dengan banyaknya permasalahan yang timbul dalam

penelitian ini, maka penulis perlu membatasi masalahnya. Hal ini dimaksud

supaya pembahasannya tidak terlalu melebar dan sesuai sasaran. Maka dalam

penelitian ini penulis membatasi permasalahannya pada hak imunitas anggota

Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) studi komparatif Undang-Undang No. 17 tahun

2014 dan hukum Islam.

Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah :

1. Bagaimana hak imunitas anggota DPR RI dalam Undang-Undang Nomor

17 Tahun 2014?

2. Bagaimana hak imunitas anggota DPR RIdalam Undang-Undang Nomor

17 Tahun 2014 dalam perspektif hukum Islam?

3. Apa persamaan dan keterkaitan hak imunitas anggota DPR RI menurut

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 dan hukum Islam?

Page 18: HAK IMUNITAS ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42076/1/KHOIRUR... · Kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) , Dewan Perwakilan

6

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1) Tujuan Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini, ada beberapa tujuan yang hendak

dicapai oleh penulis, dan tujuan yang dimaksud adalah :

1. Secara khusus, yaitu memenuhi persyaratan formalitas dalam

mendapatkan gelar akademik Sarjana Hukum strata I Fakultas

Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Secara umum :

- Untuk menjelaskan definisi hak imunitas yang dimiliki

anggota DPRRI menurut Undang-Undang Nomor 17 Tahun

2014

- Untuk mengidentifikasi hak imunitas anggota DPR RI

dalam perspektif hukum Islam.

- Untuk memperbandingkan bagaimana persamaan dan

keterkaitan hak imunitas anggota DPR RI menurut Undang-

Undang Nomor 17 Tahun 2014 dalam perpektif hukum

Islam.

2) Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah :

1. Manfaat Akademis. Penelitian ini diharapkan bermanfaat

menambah wawasan dan pengetahuan dalam memahami penerapan

hak imunitasmenurut hukum Islam dan hukum positif di Indonesia.

Kemudian menambah literatur perpustakaan khususnya dalam

bidang perbandingan mazhab dan hukum.

2. Manfaat Praktis. Selain untuk meningkatkan pengetahuan dan

memperluas wawasan penulis sendiri, serta diharapkan penelitian

ini dapat memberikan sumbangan pemikiran kepada penegak

hukum dan masyarakat mengenai hak imunitas yang dimiliki

anggota DPR RI menurut pandangan hukum Islam dan hukum

positif di Indonesia.

Page 19: HAK IMUNITAS ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42076/1/KHOIRUR... · Kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) , Dewan Perwakilan

7

E. Review Kajian Terdahulu

Untuk mengetahui kajian terdahulu yang sudah pernah ditulis dan dibahas

oleh penulis lainnya, maka penulis me-review beberapa skripsi dan karya tulis

terdahulu yang pembahasannya hampir sama dengan pembahasan yang penulis

angkat.

Dalam hal ini penulis menemukan beberapa skripsidan karya tulis

terdahulu, yaitu :

1. Skripsi yang berjudul Analisis Terhadap Hak Imunitas Anggota DPR

Menurut Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 Tentang MPR, DPR,

DPD dan DPRD Ditinjau dari Prinsip Negara Hukum yang ditulis oleh

Quartas Ivan Raharjo Putra.6Skripsi tersebut hanya berkutat dalam hukum

positif saja. Sementara dalam kajian ini, penulis membahas mengenai Hak

Imunitas anggota DPR studi komparatif Undang-Undang Nomor 17 Tahun

2014 dan hukum islam.

2. Skripsi yang berjudul Hak Imunitas Kepala Negara di Hadapan

Pengadilan Internasional Ditinjau Dari Segi Hukum Internasional (Studi

Kasus Omar Al-Bashir) yang ditulis oleh Muhammad Larry Izmi.7 Dalam

Skripsi ini, Muhammad Larry Izmi menjelaskan mengenai hak imunitas

yang dimiliki oleh pejabat negara menurut hukum internasional studi

kasus Omar Al-Bashir, seorang Presiden Sudan yang tertuduh oleh Jaksa

ICC (International Criminal Court) telah melakukan kejahatan genosida,

kejahatan terhadap kemanusiaan dan kejahatan perang di Sudan.

Muhammad larry menjelaskan kasus tersebut sebagai objek penelitian

dalam skripsinya. Sedangkan dalam skripsi ini, penulis ingin menganalisis

mengenai kedudukan hak Imunitas anggota DPR studi komparatif

Undang-Undang No. 17 Tahun 2014 dalam dan hukum Islam.

6 Quartas Ivan Rahajo Putra, Analisis Terhadap hak Imunitas Anggota DPR Menurut

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 Tentang MPR, DPR, DPD dan DPRD Ditinjau dari

Prinsip Negara Hukum, Skripsi Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta. Surakarta,

2015 7 Muhammad Larry Izmi, Hak Imunitas Kepala Negara di Hadapan Pengadilan

Internasional Ditinjau Dari Segi Hukum Internasional (Studi Kasus Omar Al-Bashir, Fakultas

Hukum Universitas Gajah Mada, Yogyakarta 2009

Page 20: HAK IMUNITAS ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42076/1/KHOIRUR... · Kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) , Dewan Perwakilan

8

3. Skripsi yang berjudul Hak Imunitas Anggota DPR Dalam Pasal 224

Undang-Undang No. 17 Tahun 2014 Perspektif Hukum Islam yang ditulis

oleh Nurul Faristin Hesti Febrianty.8 Dalam skripsi ini, Nurul Faristin

hanya membahas hak imunitas anggota DPR secara global dan kurang

menekankan serta melakukan spesifik mengenai imunitas yang dimiliki

oleh anggota DPR. Sementara dalam kajian ini, penulis secara khusus

memfokuskan kepada hak imunitas yang dimiliki oleh anggota DPR RI

berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 dan hukum Islam.

F. Metode dan Teknik Penelitian

Untuk penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian hukum

normatif dengan pendekatan kualitatif, yakni merupakan suatu strategi inquiry

yang menekankan pencarian makna, pengertian, konsep, karakteristik, gejala,

simbol, maupun deskripsi tentang suatu fenomena; fokus dan multimetode,

bersifat alami dan holistik, mengutamakan kualitas, menggunakan beberapa cara,

serta disajikan secara naratif.9

1. Jenis Penelitian

Dalam menghimpun bahan yang dijadikan skripsi dalam penelitian ini

penulis menggunakan jenis penelitian hukum normatif (asas hukum) yang

meletakkan hukum sebagai sebuah bangunan system norma. System norma yang

dimaksud adalah asas-asas, norma, kaidah dari peraturan perundang-undangan,

putusan pengadilan, perjanjian serta doktrin10

. Sesuai dengan karakteristik

kajiannya, maka penelitian ini menggunakan metode library research (kajian

kepustakaan) dengan pendekatan kualitatif. Dalam penelitian ini juga

menggunakan pendekatan perbandingan11

, yang dalam penelitian ini penulis

8 Nurul Faristin Hesti Febrianty, Hak Imunitas Anggota DPR Dalam Pasal 224 Undang-

Undang No. 17 Tahun 2014 Perspektif Hukum Islam, Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas

Islam Negeri Sunan Ampel, Surabaya 2016 9 A. Muri Yusuf, Metode Penelitian; Kuantitatif, Kualitatif dan Penelitian Gabungan,

(Jakarta, Kencana Prenada Media, 2014), h., 329 10 Fahmi M. Ahmadi, dan Jaenal Aripin, Metode Penelitian Hukum (Ciputat: Lembaga

Penelitian UIN Jakarta, 2010), h.,31. 11 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum (Jakarta:Kencana Prenada Media, 2014),

h., 172

Page 21: HAK IMUNITAS ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42076/1/KHOIRUR... · Kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) , Dewan Perwakilan

9

membandingkan antara hukum positif yaitu Undang-Undang Nomor 17 Tahun

2014 dengan hukum Islam.

2. Sumber Data

Sumber-sumber penelitian terdiri dari dua sumber diantaranya adalah

bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. Bahan hukum primer

merupakan datayang bersifat autoritatif artinya mempunyai otoritas. Bahan

hukum primer terdiri dari perundang-undangan, catatan-catatan resmi atau risalah

dalam pembuatan perundang-undangan. Adapun bahan hukum sekunder berupa

semua publikasi tentang hukum yang bukan merupakan dokumen-dokumen resmi,

publikasi tentang hukum meliputi buku-buku teks, kamus-kamus hukum, jurnal-

jurnal hukum.12

Selain itu untuk memperoleh bahan hukum sekunder penulis

melakukan beberapa pendekatan yang meliputi :

a. Pendekatan Perundang-Undangan (Statute approach)

Pendekatan perundang-undangan adalah adanya peraturan perundang-

undangan mengenai atau yang berkaitan dengan isu tersebut. Perundang-

undangan dalam hal ini meliputi baik yang berupa legislation maupun regulation.

Oleh karena itulah untuk memecahkan suatu isu hukum, mungkin harus

menelusuri sekian banyak berbagai produk peraturan perundang-undangan.

b. Pendekatan Historis

Pendekatan Historis yaitu mengumpulkan sumber-sumber data seperti

peraturan perundang-undangan, dan buku-buku hukum dari waktu ke waktu dan

bahan bahan yang dikumpulkan harus mempunyai relevansi dengan isu yang akan

dipecahkan.

3. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dapat

mengumpulkan aturan perundang-undangan atau putusan-putusan pengadilan

yang berkaitan dengan masalah tersebut. Tetapi yang lebih esensial adalah

penelusuran buku-buku hukum , karena di dalam buku itulah banyak terkandung

konsep-konsep hukum.

12 Subagyo Joko, Metodologi Penelitian, Dalam Teori Dan Praktek ,(Jakarta : Rineka

Cipta, 2011),h.,141.

Page 22: HAK IMUNITAS ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42076/1/KHOIRUR... · Kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) , Dewan Perwakilan

10

4. Analisis Data

Data-data yang diperoleh dari hasil penelitian kemudian diklasifikasi.

Setelah itu penulis menganalisis dengan menggunakan metode kualitatif, yaitu

menggunakan penafsiran hukum, penalaran hukum dan argumentasi rasional.

Kemudian data tersebut penulis paparkan dalam bentuk narasi sehingga menjadi

kalimat yang jelas dan dapat dipahami.13

5. Teknik Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini penulis merujuk pada buku Pedoman

Penulisan Skripsi yang diterbitkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta 2017.

G. Sistematika Pembahasan

Skripsi ini terdiri dari lima bab, masing-masing bab mempunyai sub bab

sebaagaimana standar pembuatan skripsi. Secara Sistematis bab-bab tersebut

terdiri dari :

BAB I Merupakan pendahuluan, yang membahas materi yang terdapat

pada latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan

masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, study

review terdahulu, dan sistematika pembahasan

BAB II Membahas diskursus teori imunitas, bab ini merupakan kajian

teori dari beberapa literatur. Secara sistematik menguraikan bab

ini meliputi imunitas dalam hukum internasional, imunitas dalam

hukum Islam, jenis-jenis imunitas, dan doktrin-doktrin imunitas.

BAB III Berjudul hak imunitas anggota DPRmenurut Undang-Undang

Nomor 17 Tahun 2014. Uraian pada bab ini meliputi tinjauan

umum Dewan Perwakilan Rakyat, pengertian hak imunitas

anggota DPR, batasan hak imunitas anggota DPR serta penerapan

dan sanksi hak imunitas anggota DPR.

13 A. Muri Yusuf, Metode Penelitian ; Kuantitatif, Kualitatif dan Penelitian Gabungan,

(Jakarta, Kencana Prenada Media, 2014) h., 400

Page 23: HAK IMUNITAS ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42076/1/KHOIRUR... · Kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) , Dewan Perwakilan

11

BAB IV Berjudul analisis komparatif hak imunitas anggota DPR menurut

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 dalam perspektif hukum

Islam. Bab ini membahas analisis hak Imunitas Anggota DPR

dalam Undang-Undang No. 17 Tahun 2014, analisis hak imunitas

anggota DPR menurut Undang-Undang Nomor 17 tahun 2014

dalam perspektif hukum Islam, persamaan dan perbedaan hak

imunitas anggota DPR menurut Undang-Undang Nomor 17 tahun

2014 dan hukum Islam.

BAB V Merupakan penutup yang berisi tentang kesimpulan yang

menjawab rumusan masalah dan saran yang berguna untuk

perbaikan di masa yang akan datang.

Page 24: HAK IMUNITAS ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42076/1/KHOIRUR... · Kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) , Dewan Perwakilan

12

BAB II

DISKURSUS TEORI IMUNITAS

A. Imunitas Dalam Hukum Internasional

Konsep imunitas pertama kali lahir dari pandangan akan teritorialitas

negara dengan kekuasaan. Negara memiliki kewenangan hukum terhadap setiap

permasalahan pemidanaan (criminal matters) dan keperdataan (civil matters) yang

meliputi seluruh wilayahnya.1

Istilah imunitas berasal dari bahasa Inggris yaitu “Immunity” yang

mempunyai arti kekebalan. Kekebalan berasal dari kata kebal yang dalam bidang

hukum artinya tidak dapat dituntut.2

Dalam hukum internasional dijelaskan bahwa imunitas di suatu negara

berkaitan dengan ketentuan-ketentuan hukum dan prinsip-prinsip hukum yang

menentukan kondisi-kondisi di mana suatu negara asing dapat meminta

pembebasan yurisdiksi (wewenang legislatif, yudisial, dan administratif) dari

negara lainnya (seringkali disebut dengan istilah “forum stat)”.3

Ensiklopedia Nasional Indonesia, disebutkan imunitas menggunakan

istilah hak kekebalan. Di sini secara etimologi mempunyai 2 (dua) pengertian.

Pertama, kekebalan diplomatik terhadap alat-alat kekuasaan negara penerima.

Kedua, perlindungan khusus terhadap pelanggaran pihak yurisdiksi hukum pidana

dan yurisdiksi hukum perdata. Adapun hak kekebalan mengandung dua

pengertian, yaitu inviobility right dan immunity right. Dalam pengertian

invionbility right, hak ini berarti : 1) kekebalan diplomatik terhadap alat-alat

kekuasaan negara penerima, dan 2) perlindungan khusus terhadap pihak swasta.

1 Mochtar Kusumaatmadja, Pengantar Hukum Internasional, (Bandung : Bina Cipta, 1976),

h., 95. 2 W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta : PT. Balai Pustaka,

1976, Cet. Kelima), h., 455. 3 Huala Adolf, Aspek-Aspek Negara Dalam Hukum Internasional, (Jakarta : PT. Raja

Grafindo Persada, 2002, Edisi Revisi), h., 184-185

Page 25: HAK IMUNITAS ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42076/1/KHOIRUR... · Kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) , Dewan Perwakilan

13

Sedangkan dalam pengertian immunity right adalah kekebalan terhadap yurisdiksi

hukum pidana dan yurisdiksi hukum perdata.4

Selanjutnya imunitas atau immunity dikenal sebagai aturan-aturan dan

prinsip-prinsip hukum mengenai hak-hak yang dimiliki oleh kategori orang-orang

atau badan-badan tertentu, yang berdasarkan hukum internasional memperoleh

kekebalan atau dikecualikan dari yurisdiksi suatu negara. Menurut James R. Fox,

(seorang ahli hukum dari Amerika) dalam buku Dictionary of International and

Comparative Law, imunitas adalah kebebasan dari kontrol luar hak yang telah ada

dan dimiliki oleh setiap negara berdaulat dari proses hukum atau aspek-aspek

lainnya dari yurisdiksi teritorial negara.5

Menurut Helmut Steinberger, seorang pakar hukum dari Jerman

berpendapat bahwa imunitas merupakan asas-asas dan kaidah hukum mengenai

hak suatu negara untuk menyatakan bebas, menangguhkan atau menolak

yurisdiksi negara lain baik terhadap ketentuan hukum nasionalnya maupun

putusan pengadilannya. Yurisdiksi negara merupakan kekuasaan negara untuk

memberlakukan hukum di wilayahnya baik dalam hal pembentukan hukum,

kewenangan mengadili menurut hukum nasionalnya dan kekuasaan untuk

menegakkan hukum di wilayahnya.6

Dalam diskursus pembahasan imunitas, menurut para ahli hukum yang

membahas bidang ini, bahwa kedaulatan suatu negara dan perbuatan-perbuatan

negara tersebut termasuk perbuatan hukum. Kaitan daripada imunitas negara dan

kedaulatan negara adalah suatu negara semenjak merdeka dan memiliki

kedaulatannya tidak dapat diadili diatas perbuatannya di negara lain. Imunitas

kedaulatan negara bermakna bahwa suatu negara berdaulat memiliki kekuasaan

penuh untuk menjalankan kehidupan negaranya, sehingga kekuasaan demikian

harus dihormati setiap negara lainnya yang juga memiliki kekuasaan tersebut.7

4 Ensiklopedi Nasional Indonesia,(Jakarta : Cipta Adi Pustaka, 1989, Jilid VI), h., 304. 5 Lihat tulisan Doro Ringo, Imunitas Negara, dapat dibaca dalam artikel

(www.academia.edu/5047144/Imunitas_Negara). 6 Ibid.

7 Dikdik M, Arief Mansur, Hak Imunitas Aparat Polri Dalam Penanggulangan Tindak

Pidana Terorisme, (Jakarta : Pensil-324, 2012), h., 51

Page 26: HAK IMUNITAS ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42076/1/KHOIRUR... · Kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) , Dewan Perwakilan

14

Pandangan tersebut secara tegas telah memberikan gambaran mengenai

imunitas atau kekebalan dalam suatu negara bahwa negara dasarnya tidak dapat

dituntut atau diadili di pengadilan negara lain. Hal ini dikarenakan suatu negara

semenjak merdeka, memiliki kekuasaan penuh atas wilayahnya (kedaulatan) tidak

ada kekuasaan lain diatasnya atau setara di wilayahnya yang dijalankan oleh

pemerintahannya. Kemerdekaan dan kedaulatan negara tersebut bersifat mutlak.

Adapun dasar hukum dari persamaan kedaulatan dan kedudukan negara

dapat ditemukan dalam Pasal 1 ayat (2) Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa

mengenai tujuan organisasi ini yaitu, untuk memajukan hubungan persahabatan

antar bangsa-bangsa untuk menentukan nasibnya sendiri. Pasal 2 ayat (1) lebih

lanjut menyatakan bahwa organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa ini berlandaskan

asas-asas persamaan kedaulatan dari semua anggota-anggotanya.8

Selain itu, dalam Konvensi Wina Tahun 1961 juga menjelaskan mengenai

ketentuan-ketentuan imunitas. Hal tersebut termaktub dalam Pasal 39 ayat (1)

yang berbunyi:9

“Every Person entitled to previlleges enjoy them from the moment he

enters the territory of the receiving State on proceeding to take up his post, or if

already in its territory, from the moment when his appointment is notified to the

Ministry for Forreign Affairs or such other ministry as may be agreed.”

Penjelasan dari isi Pasal tersebut adalah setiap orang berhak atas hak

istimewa dan menikmati kekebalan (immunities) dari saat dia memasuki wilayah

negara penerima dan melanjutkan untuk mengambil pos itu, atau jika sudah dalam

wilayah, berdasarkan persetujuanyang kemudian disepakati oleh Departemen Luar

Negeri negara lain atau departemen yang akan disepakati. Hak istimewa dan

kekebalan akan tetap berlangsung sampai perwakilan dari suatu negara

melaksanakan tugas dan urusannya di wilayah negara penerima.10

8 Sudargo Gautama, Hukum Perdata Internasional Indonesia (Jakarta : Bina Cipta, 1998),

h., 141 9 Konvensi Wina Tahun 1961. Konvensi ini berisi perjanjian hubungan diplomatik oleh

beberapa negara di kawasan Eropa. Konvensi ini terdiri dari 53 pasal yang meliputi semua aspek

penting dari hubungan diplomatik, salah satunya yaitu mengenai kedaulatan negara dan imunitas

negara. 10 J.G Starke, Pengantar Hukum Internasional, (Jakarta : Sinar Grafika, 2007), h., 55.

Page 27: HAK IMUNITAS ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42076/1/KHOIRUR... · Kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) , Dewan Perwakilan

15

Secara praktek penerapan kekebalan hukum ini diberikan kepada pejabat

negara dan pemerintahan, karena pejabat negara merupakan representasi dari

negara itu sendiri yang kemerdekaan dan kedaulatannya dijamin oleh hukum

internasional. Negara yang dimaksud memiliki hak khusus (previlege) yang juga

dijamin hukum. Kekebalan tersebut merupakan suatu hak istimewa yang

diberikan kepada pejabat pemerintahan dengan alasan bahwa para abdi negara

yang diberi tugas untuk memberikan pelayaanan yang sebaik-baiknya kepada

masyarakat layak mendapatkannya. Hal ini seringkali dalam merumuskan dan

melaksanakan kebijakan yang dirasa bermanfaat bagi kepentingan masyarakat

umum, mereka dihadapkan suatu aturan hukum yang sulit untuk dilanggar

ketentuannya.11

Sejak dikenalnya konsep hubungan sosial di dalam sejarah kehidupan

manusia untuk mencapai tujuan memenuhi berbagai kebutuhan, perihal kekuasaan

negara terus mengalami perkembangan yang kontroversi, kompleks dan

diplomatis. Keadaan ini cukup tercermin dalam bentuk dualisme eksistensi

kekuasaan itu sendiri yaitu disatu sisi mempesona dan di lain sisi merupakan hal

yang menakutkan, inilah awal adanya kekebalan dan keistimewaan di era

masyarakat modern.12

Dari penjabaran diatas dapat ditarik sebuah kesimpulan yaitu, pada

prinsipnya imunitas atau kekebalan muncul dari paham kedaulatan negara di

hadapan hukum internasional. Negara berhak untuk merdeka dan bebas dari

gangguan atau intervensi dari pihak lain yang dapat mengancam kedaulatan

negara tersebut dan keberlangsungan hidup warga negaranya.

Pada pelaksanaannya, imunitas pertama kali diterapkan dalam praktek

hubungan internasional antar negara. Namun seiring berkembangnya zaman dan

dinamisasi hukum, imunitas diperluas penerapannya. Dengan kata lain imunitas

tak hanya untuk urusan diplomatik saja, akan tetapi juga urusan-urusan internal di

wilayah nasionalnya seperti lembaga-lembaga pemerintahan yang sudah diberi

11 J.C.T Simorangkir, Hukum dan Konstitusi Indonesia, (Jakarta : Gunung Agung, 1983),

h., 35. 12 Frans Magnis Suseno, Kuasa Moral, (Jakarta : Gramedia, 1998). h. 1.

Page 28: HAK IMUNITAS ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42076/1/KHOIRUR... · Kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) , Dewan Perwakilan

16

imunitas oleh peraturan perundang-undangannya untuk menjalankan roda

pemerintahan.

B. Imunitas Dalam Hukum Islam

Islam, sebagai agama universal, ajarannya mencakup seluruh sisi

kehidupan, termasuk perihal politik dan praktik bernegara. Dalam Islam, seluruh

sisi kehidupan semuanya saling bersinergi satu dengan yang lain. Apabila lepas

salah satu maka akan terjadi ketimpangan, sehingga orang akan melihat Islam

secara tidak utuh.

Negara Islam adalah negara yang berlandaskan aqidah dan pemikiran.

Suatu negara yang ditegakkan berdasarkan aqidah dan sistem. Bukan hanya

sebagai sarana keamanan masyarakat dari serangan luar maupun dalam. Bahkan

tugas negara tersebut jauh lebih berarti dan lebih besar dari itu. Tugasnya adalah

mendidik umat dengan berbagai ajaran dan prinsip Islam, menyiapkan situasi

yang cocok untuk mentransformasikan aqidah, pemikiran, dan ajaran Islam ke

dalam kehidupan praktis. Hal itu akan menjadi suri tauladan bagi mereka yang

mencari petunjuk dan bagi mereka yang menempuh jalan yang sesat.13

Negara Islam adalah negara konstitusional, atau negara yang berdasarkan

syari’at. Negara ini memiliki konstitusi sebagai landasan dan hukum sebagai

pedoman. Konstitusi negara Islam adalah berbagai prinsip dan hukum syariat

yang dibawa oleh Al-Qur’an dan dijelaskan oleh sunnah Rasulullah yang

berkaitan dengan aqidah, ibadah, moral, pergaulan sosial, hubungan: baik pribadi,

sipil kriminal, administrasi, konstitusi dan internasional.

Dalam kamus al-Maurid, imunitas terdiri dari beberapa kata, di antaranya

(االعفبء) al-I’faa, (االستئنبء) al-Isti’naa, (المنبعت) al-Munaa’ah, dan (الحصبنت) al-

Hashaanah yang memiliki arti “Immunity” atau kekebalan.14

Dalam konteks

hukum ketatanegaraan Islam, mayoritas ulama salah satunya Wahbah al-Zuhaili

lebih sepakat menggunakan istilah al-Hashaanah, seperti yang ditulis dalam

karyanya yaitu kitab Fiqh al- Islam wa Adillatuhu.

13 Yusuf al-Qaradhawi, Fiqih Negara, (Jakarta : Robbani Press, 1997), h., 23. 14

Munir Ba’albaki, Al-Mawrid a Modern English-Arabic Dictionary, (Beirut : Dar El-Ilm,

1992), h., 451.

Page 29: HAK IMUNITAS ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42076/1/KHOIRUR... · Kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) , Dewan Perwakilan

17

Berkaitan dengan hal imunitas sebagaimana dijelaskan di atas, imunitas

dalam hukum ketatanegaraan Islam (Fiqih Siyasah) memiliki arti tersendiri,

dikarenakan fiqih siyasah terdapat ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi dan

sesuai dengan prinsip ajaran Islam yang terkandung di dalam Al-Qur’an dan

Sunnah. Akan tetapi secara substansi memiliki makna yang sama dengan hukum

konvensional.

Pada masa awal sejarah pemerintahan Islam konsep imunitas masih belum

dikenal, karena pada masa itu masih memperdebatkan pandangan bagaimana

hubungan antara agama dengan negara. Semuanya masih berpandangan organik

dimana agama mesti mengatur negara. Imunitas baru kemudian muncul ketika

memasuki era modernisasi barat yang juga mengantarkan pemikiran politik Islam

klasik ke arah politik Islam modern kontemporer.15

Pandangan seputar imunitas dalam hukum Islam pertama kali lahir dari

pengklasifikasian antara dar al-Islam, dan al-Daulah al-Islamiyah. Dar al-Islam

adalah sebuah negara Islam yang memiliki karakter lebih bertumpu pada

komponen materil, yaituwilayah teritorial. Adapun al-Daulah al-Islamiyahadalah

sebuah negara yang memiliki al-Siyaadah atau kedaulatan yang berdiri sendiri,

tidak tunduk kepada suatu kekuasaan lain, lepas dari individu-individu yang

memegang tampuk kekuasaan dan menjadi pemimpin di dalamnya.16

Menurut Wahbah al-Zuhaili di dalam kitab Fiqh al-Islam wa Adillatuhu,

yang dimaksud dengan kekebalan (al-Hashaanah) adalah menghormati

personalitas (Syakhshiyyah) suatu negara dan hal-hal yang menjadi bagian

darinya, tidak melakukan bentuk-bentuk gangguan terhadap salah satu

perwakilannya, tidak menundukkannya kepada yuridiksi negara-negara lain

(kekebalan yurisdiksional / kekebalan diplomatik), serta membebaskannya dari

pajak personal langsung.17

Wahbah al-Zuhaili mengemukakan bahwa dasar yang menjadi landasan

kekebalan atau imunitas adalah setiap negara dan pejabat pemerintahan memiliki

15 Sukron Kamil, Pemikiran Politik Islam Tematik, (Jakarta : PT. Kencana, 2013), h., 79. 16

Wahbah al-Zuhaili, Fiqh al-Islam wa Adillatuhu, (Jakarta : Gema Insani, 2011, Jilid 8),

h., 517. 17 Ibid, h., 518.

Page 30: HAK IMUNITAS ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42076/1/KHOIRUR... · Kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) , Dewan Perwakilan

18

kedaulatannya masing-masing. Istilah kekebalan sebenarnya sudah ada sejak

dahulu sebelum munculnya negara modern. Kekebalan tersebut bersandarkan

kepada etika dan tata cara kesopanan pergaulan (mujaamalah), namun ketika

memasuki modernisasi hukum, kekebalan berlandaskan kepada aturan-aturan

hukum internasional dan konvensi internasional.18

Berdasarkan penjelasan diatas, penulis menyimpulkan bahwaimunitas atau

kekebalan dalam hukum Islam memiliki definisi dan pengertian yang sama

dengan kajian hukum positif yaitu lahir dari prinsip saling menghormati yang

sesuai dengan ajaran Islam dan prinsip kedaulatan negara yang dijamin dalam

hukum internasional. Meskipun secara eksplisit tidak disebutkan secara tegas

dalam Al-Qur’an, namun secara substansi telah sesuai dengan ajaran Islam.

C. Jenis – Jenis Imunitas

Dalam kaitannya dengan personalitas hukum dan pengakuan, subjek

hukum internasional menikmati semacam keistimewaan atau hak-hak tertentu,

baik dari hukum nasional maupun hukum internasional. Keistimewaan tersebut

salah satunya adalah imunitas terhadap proses hukum dari pengadilan dalam

negeri maupun luar negeri yang dinikmati oleh negara dan organisasi

internasional. Hak imunitas tersebut terdiri dari dari imunitas negara dan imunitas

pejabat negara.19

1. Imunitas Negara

Imunitas negara (state immunity) atau dapat pula disebut juga dengan

imunitas kedaulatan negara (sovereign state immunity) merupakan salah satu

bentuk perlindungan bagi sebuah negara terhadap segala tuntutan hukum di-

negara lain. Ketentuan hukum dari bidang ini berkaitan dengan proses hukum

yang terjadi di negara lain dan bukan di pengadilan nasional sebuah negara. Hal

ini dikarenakan bahwa suatu negara tidak dapat diadili di negaranya sendiri dan di

negara lain. Selain itu, bidang ini juga merupakan perkembangan dari pandangan

18 Wahbah al-Zuhaili, Fiqh al-Islam wa Adillatuhu, h., 519. 19

Dikdik M, Arief Mansur, Hak Imunitas Aparat Polri Dalam Penanggulangan Tindak

Pidana Terorisme, (Jakarta : Pensil-324, 2012), h., 51.

Page 31: HAK IMUNITAS ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42076/1/KHOIRUR... · Kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) , Dewan Perwakilan

19

atau pendapat yang menyatakan bahwa peradilan terhadap suatu negara atau

utusannya merupakan sebuah bentuk pelanggaran terhadap kedaulatan negara

tersebut. Pandangan ini berkaitan dengan adanya prinsip bahwa setiap negara

kedudukannya sama sebagai negara yang berdaulat (equality as a sovereign state)

dan prinsip par in parem non habet imperium yaitu bahwa suatu negara tidak

dapat memberlakukan hukum nasionalnya terhadap negara lain. 20

Dari sudut istilah, imunitas negara memiliki arti bahwa terhadap setiap

negara berdaulat, yurisdiksi negara lain tidak bisa diperlakukan kepadanya atau

dengan kata lain secara khusus pengadilan suatu negara tidak dapat mengadili

negara lain. Hal tersebut dikarenakan menurut hukum internasional setiap negara

mempunyai kedaulatan dan persamaan kedudukan. Oleh karena itu, adalah tidak

sepantasnya atau tidak benar hakim-hakim suatu negara mengadili negara lain

sebagai tergugat. Kedudukan hakim lebih tinggi dari tergugat dalam hal tersebut

bertentangan dengan prinsip persamaan kedudukan tersebut diatas. Selanjutnya

dalam hukum internasional dikenal suatu prinsip yang mengatakan “par in paem

non hebat yurisdicsionem”, yang artinya bahwa setiap negara mempunyai

kedudukan yang sama dan sejajar, tidak ada satu negara yang melaksanakan

yurisdiksinya terhadap negara lain tanpa dengan persetujuan negara tersebut.21

Ketentuan-ketentuan mengenai imunitas negara ini berasal dari hukum

internasional, meskipun terdapat pula dalam bentuk traktat-traktat internasional

multilateral, seperti dalam Konvensi Eropa mengenai Imunitas Negara tahun 1972

(European Convention on State Immunity).22

Berdasarkan ketentuan dari imunitas negara ini, maka dalam setiap

wilayah atau negara hanya berlaku satu macam hukum, yaitu hukum dari negara

yang memiliki imunitas di wilayahnya tersebut. Hukum itu berlaku baik terhadap

orang-orang, benda-benda maupun perbuatan-perbuatan hukum yang dilakukan

20 Alina Kaczorowska, Textbook of Public Interational Law, (London : Old Bailey Press :

2002), h., 139 .(Diterjemahkan oleh Doro Ringo dalam artikel

www.academia.edu/5047144/Imunitas_Negara). 21

Lihat tulisan Doro Ringo, Immunitas Negara, dapat dibaca dalam artikel

(www.academia.edu/5047144/Imunitas_Negara), h., 11 22 Konvensi ini ditandatangani oleh 9 negara anggota Uni Eropa meliputi : Austria, Belgia,

Siprus, Jerman, Luxemburg, Belanda, Jerman, Portugal, Swiss dan Inggris, Dari ke-9 negara yang

menandatanganinya hanya portugal yang belum meratifikasinya.

Page 32: HAK IMUNITAS ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42076/1/KHOIRUR... · Kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) , Dewan Perwakilan

20

disana.bagaimana suatu negara akan mengatur wilayahnya tidak dapat dicampuri

oleh negara lain tanpa persetujuannya. Ini adalah prinsip teritorial, yang

memberikan setiap negara hak untuk menentukan nasibnya sendiri.23

Dalam Siyasah al-Dauliyah, Islam adalah sebuah sistem atau tatanan

agama dan sekaligus dunia yang integral. Terdapat hubungan keterikatan antara

keberadaan kaum muslimin dan berdirinya sebuah negara. Diantara elmen dasar

atau unsur terpenting setiap negara, adalah adanya kekuasaan politik umum

tertinggi yang seluruh anggota individu pembentuk sebuah komunitas harus

tunduk kepadanya.24

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, bahwa awal mula terbentuknya

imunitas negara berasal dari prinsip kedaulatan negara, Setiap negara mempunyai

kedaulatan yang dimana negara tersebut tidak dapat diintervensi oleh negara asing

lainnya. Imunitas negara tersebut sudah menjadi hak yang harus dihormati karena

hal tersebut sudah diakui oleh hukum internasional.

Dalam terminologi fiqih politik Islam, kedaulatan (al-Siyaadah) memiliki

arti yaitu sejumlah kewenangan, otoritas dan kompetensi yang hanya dimiliki oleh

kekuasaan politik dalam sebuah negara dan menjadikannya sebagai kekuasaan

tertinggi. Diantara kewenangan dan otoritas tersebut yang penting adalah

kapasitas dan kekuasaannya untuk memaksakan kehendaknya secara sepihak

kepada lembaga dan individu yang kehendaknya itu secara otomatis dan dengan

sendirinya berlaku efektif tanpa sama sekali tergantung kepada pihak yang

diperintah.25

Kedaulatan (al-Siyaadah) telah menjadi karakteristik negara yang

memiliki kekuasaan untuk memberikan suatu kewenangan dan otoritas (al-

Hakimiyah). Negara adalah kekuasaan yang satu-satunya disuatu wilayah teritorial

yang memiliki hak membuat dan meletakkan undang-undang (qanun) yang

mengatur negara. Dengan demikian rakyat berkeharusandan berkomitmen untuk

23 Huala Adolf, Aspek-Aspek Negara Dalam Hukum Internasional, (Jakarta : PT. Raja

Grafindo Persada, 2002), h., 185. 24 Tsarwat Badawi, Al- Nuzhum al-Siyasiyyah, (Kairo : Dar al-Nahdlah al-Arabiyyah,

1967), h., 33. 25 Wahbah al-Zuhaili, Fiqh al-Islam wa Adillatuhu, (Jakarta :Gema Insani, 2011, Jilid 8),

h., 436.

Page 33: HAK IMUNITAS ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42076/1/KHOIRUR... · Kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) , Dewan Perwakilan

21

patuh dan taat dalam batas-batas yang telah ditentukan oleh syara’. Rasululah

Saw. bersabda :

(رواه مسلم)ال طبعت في معصيت هللا إنمب الطبعت في المعروف

Artinya :

“Tidak ada kepatuhan dalam kemaksiatan kepada Allah. Kepatuhan tidak

lain hanya dalam kebaikan.” (H.R. Muslim).

Pandangan ulama mengenai masalah imunitas negara berpangkal dari

pembagian mereka tentang dua negara (dunia), yaitu dar al-Harbdan dar al-Islam.

Di samping itu, mereka juga bercermin pada praktik Nabi dalam hubungan

internasional. Dari pembahasan mereka tentang hal ini ulama kemudian

merumuskan pendapat mengenai kedaulatan negara al-Daulah al-Islamiyah.26

Berkaitan dengan imunitas negara, dar al-Islam memiliki personalitas

khusus yang berbeda dengan hukum kebiasaan internasional pada umumnya. Hal

yang mendasari diberlakukannya kekebalan (al-Hashaanah) bahwa negara Islam

tidak boleh mengganggu urusan-urusan dar al-Harb dan non muslim sekalipun

selama negara tersebut tidak melakukan berbagai bentuk gangguan terhadap kaum

muslimin. Tidak boleh juga mengganggu negeri mereka atau kemaslahatan dan

kepentingan-kepentingan mereka. Tidak ada peperangan karena perang hanya

terhadap orang yang memerangi kita dan tidak ada permusuhan kecuali terhadap

orang-orang yang berlaku zalim.27

Allah SWT berfirman,

ا بتيلت و و ت ل و ت فت سو ت يو ٱهلل ا إتنهلل ٱهلل و لو توع ودل م و و لقو ت ل نوكل تب ٱهلل لو يلع ودت يو (١٩٠: ٢/البقرة ) ١٩٠ ٱ ل

Artinya :

“Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu,

tetapi jangan melampaui batas. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang

melampaui batas.” Q.S.. Al-Baqarah (2) : 190.

26

H.R. Muslim dari Hadits Ali r.a (Lihat al-Nawawi, Syarh Muslim, Jilid XII, h., 226. 27 Ibnu Taimiyah, Risalah al- Qital, Jilid 1, h., 118.

Page 34: HAK IMUNITAS ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42076/1/KHOIRUR... · Kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) , Dewan Perwakilan

22

Prinsip asal hubungan kaum muslimin dengan kaum non muslim adalah

damai, bukanlah perang. Personalitas dar al-harb di dalam wilayah teritorialnya

atau salah satu perwakilannya tidak tunduk kepada hukum Islam, karena dar al-

Islam tidak memiliki kewenangan dan otoritas dar al-Harb di wilayah

teritorialnya.28

Para ulama pun merumuskan sebuah kaidah dalam hubungan kaum

muslimin dan non muslim dalam hukum internasional, yaitu :29

اال في الع ت السلم

Artinya :

“Pada dasarnya, landasan hubungan antar negara adalah perdamaian.”

Jadi, Islam memandang bahwa imunitas atau al-Hashaanah adalah bentuk

penghormatan terhadap dar al-Harb untuk menjalankan kekuasaan, pemerintahan

dan otoritas hukum di wilayah teriotorialnya tanpa ada gangguan apapun yang

dapat mengancam wilayah teritorialnya.

2. Imunitas Pejabat Negara

Pembahasan mengenai imunitas pejabat negara sejatinya tidak dapat

dilepaskan dari konsep awal lahirnya hak imunitas itu sendiri. Konsep ini dahulu

berasal dari sejarah Eropa, ketika makna kedaulatan dan penguasa (kepala negara)

dianggap tidak dapat dipisahkan.

Imunitas pejabat negara merupakan hak yang diberikan oleh negara

terhadap abdi negara terutama dalam fungsinya sebagai pejabat publik. Imunitas

pejabat negara memang tak disebutkan secara tegas dalam hukum internasonal

akan tetapi hal ini dapat dilihat dan sangat bergantung pada konsep kebiasaan

dalam imunitas kedaulatan negara.

Para pihak yang dapat menyatakan imunitas negara pada umumnya

ditentukan oleh hukum nasional dari suatu negara. Secara umum, para pihak yaitu

pejabat atau lembaga yang dapat menyatakan imunitas negara terhadap jurisdiksi

negara lain adalah kepala negara, alat-alat kenegaraan, menteri-menteri,

28 Wahbah al-Zuhaili, Fiqh al-Islam wa Adillatuhu, (Jakarta :Gema Insani, 2011, Jilid 8),

h., 518. 29 Muhammad Iqbal, Fiqh Siyasah : Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam, (Jakarta : Gaya

Media Pratama, 2001), h., 238

Page 35: HAK IMUNITAS ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42076/1/KHOIRUR... · Kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) , Dewan Perwakilan

23

departemen-departemen pemerintahan, dan cabang-cabang pemerintahan lainnya

yang bertindak menjalankan kewenangan pemerintahan.30

Mengenai pengaturan hak imunitas pejabat negara, di Indonesia terdapat

lembaga-lembaga tertentu yang memiliki hak imunitas dan diatur dalam undang-

undang, lembaga-lembaga tersebut yaitu :31

1) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 Tentang Majelis

Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan

Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (MD3)

2) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia

3) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Republik

Indonesia

4) Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 Tentang Tentara Nasional

Indonesia

5) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan

Korupsi

6) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 Tentang Advokat

Konsekuensi terpenting dengan menjadikan hak imunitas sebagai atribut

pribadi para pejabat negara adalah tuntutan hukum tidak dapat dilaksanakan

secara efektif terhadap entitas-entitas yang telah dikebalkan. Apabila pengadilan

menentukan bahwa tergugat adalah pribadi yang kebal, maka tuntutan hukum

harus ditolak. Oleh karena itu pemberian imunitas ini hanya dapat diberikan

dalam artian memang tindakan tersebut dalam menjalankan tugas negara.32

Pengaturan kekebalan hukum yang diberikan oleh negara ini menempatkan

maksud kebebasan untuk bertindak sebagai alasannya, kebebasan yang dimaksud

memiliki tujuan agar pejabat negara dapat melaksanakan kewajibannya dengan

bebas sehingga tidak bergantung pada keputusan dari pemerintah negara yang

terkadang terlambat memberikan respon dikarenakan jaringan birokrasi yang

30 Yudha Bhakti Ardhiwisastra, Hukum Internasional : Bunga Rampai, (Bandung : PT.

Alumni, 2003), h., 72. 31

Dikdik M. Arief Mansur, Hak Imunitas Aparat Polri Dalam Penanggulangan Tindak

Pidana Terorisme, (Jakarta : Pensil-324, 2012), h., 111. 32 Munir Fuady, Konsep Negara Demokrasi, (Bandung : Refika Aditama : 2010), h., 264.

Page 36: HAK IMUNITAS ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42076/1/KHOIRUR... · Kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) , Dewan Perwakilan

24

terlalu rumit dan panjang. Kekebalan hukum yang dimiliki oleh pejabat negara

sendiri pada situasi biasa tidak akan memiliki dampak apa-apa di masyarakat.

Tetapi, kekebalan ini akan mulai terlihat dan mulai berperan ketika pejabat

tersebut tersangkut kasus hukum. Maka dari itu, pemberian kekebalan hukum ini

diharapkan agar roda pemerintahan dapat berjalan dengan baik dan mampu

memberikan pelayanan publik untuk masyarakat.33

Ketentuan imunitas pejabat negara yang diberikan oleh negara tidak jauh

berbeda dari apa yang telah ditentukan dalam hukum kebiasaan internasional.

Dalam hukum ketatanegaraan Islam, cakupan imunitas atau al-hashaanah yang

dikukuhkan untuk negara berdasarkan aturan-aturan kebiasaan, etika pergaulan

(mujaamalah), prinsip-prinsip, dan moral Islam.

Dalam aturan fiqih siyasah tidak menyebutkan secara rinci terkait para

pihak yang berhak memiliki imunitas atau al-Hashaanah. Namun pada dasarnya

tidak jauh berbeda dari apa yang telah dijelaskan dalam hukum internasional.

Menurut Wahbah al-Zuhaili, para pejabat negara yang berkenan memiliki hak

imunitas tersebut ialah perwakilan negara, agen, organisasi dan lembaga-lembaga

negara, dan juga unit-unit politik seperti menteri-menteri, dan wakil-wakil

administrasi lainnya yang melaksankan kepentingan negara.34

Pengaturan imunitas atau al-Hashaanah bagi pejabat negara dalam hukum

Islam, selain dari prinsip kedaulatan juga bermakna sebuah jaminan keamanan,

tidak boleh diganggu diri pribadinya ketika sedang menjalankan tugas yang

menyangkut hak-hak publik seperti tugas kenegaraan sebagaimana yang telah

diatur oleh undang-undang negaranya.

33 Ibid, h., 264-265. 34 Wahbah al-Zuhaili, Fiqh al- Islam wa Adillatuhu, (Jakarta :Gema Insani, 2011, Jilid 8),

h., 519.

Page 37: HAK IMUNITAS ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42076/1/KHOIRUR... · Kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) , Dewan Perwakilan

25

D. Doktrin-Doktrin Imunitas

Doktrin-doktrin dalam imunitas terdiri daripada doktrin absolut (absolute

doctrine) dan doktrin restriktif (restrictive doctrine). Kedua doktrin ini dibedakan

berdasarkan perbuatan yang dilakukan negara atau pemerintah melalui pejabatnya,

baik perbuatan yang merupakan pelaksanaan dari kedaulatan negara maupun

dalam bidang hukum perdata dan pidana.

Doktrin imunitas absolut adalah suatu doktrin yang menerangkan bahwa

pejabat negara dalam segala hal tidak dapat dilakukan gugatan terhadapnya di

pengadilan nasional maupun negara lain, tanpa adanya persetujuan dari pihak

yang bersangkutan. Jadi mutlak, dengan kata lain tidak diberikan jalan sedikitpun

membawanya ke hadapan forum hakim nasional dan forum hakim nasional negara

lain.35

Menurut doktrin ini, apabila pihak eksekutif suatu negara mengakui

kedaulatan negara tersebut, maka hakim-hakimnya harus mengakuinya pula. Oleh

sebab itu, di dalam praktek yang menganut doktrin imunitas absolut ini, apabila

mereka telah mengakui suatu negara, maka hakim-hakimnya tidak akan mengadili

tindakan-tindakan negara tersebut. Karena negara tersebut berkuasa penuh atas

apa yang ada di wilayahnya, begitupun pejabat negara yang memiliki hak

imunitas juga berwenang untuk mengatur dan melaksankan tugasnya tanpa

adanya tuntutan hukum.

Adapun doktrin imunitas restriktif merupakan kebalikan dari imunitas

absolut, yaitu doktrin imunitas terbatas yang membatasi berlakunya suatu

imunitas. Menurut doktrin ini, imunitas negara dan pejabat negara tersebut tidak

tak terbatas. Sesuai dengan artinya, terbatas (restrictive), yang maksudnya dibatasi

oleh beberapa kriteria. Seperti tindakan-tindakan yang bersifat publik saja yang

mempunyai kekebalan, dalam hal-tindakan-tindakan negara yang komersial tidak

demikian halnya.36

35 Sudargo Gautama, Aneka Masalah Hukum Perdata Internasional, (Bandung : Alumni,

1985), h., 36. 36

Ibid, h., 37.

Page 38: HAK IMUNITAS ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42076/1/KHOIRUR... · Kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) , Dewan Perwakilan

26

Dari praktek-praktek internasional dalam menerapkan doktrin imunitas

negara, kenyataannya Islam pun mempunyai karakteristik dan prinsip-prinsip

yang berbeda mengenai doktrin imunitas yang berlaku pada umumnya.

Hal yang membedakan adalah bahwa di dalam hukum Islam tidak

mengenal istilah doktrin imunitas absolut. Bagi seorang kepala pemerintahan atau

pejabat negara asing yang sedang bertugas di negara Islam, syari’at Islam tetap

diterapkan terhadapnya dan mereka pun wajib tunduk kepada hukum Islam. Hal

ini berbeda dengan dengan konvensi internasional berlaku sekarang, karena

syariat islam tidak membedakan antara pemimpin dan rakyat.

Para pejabat negara baik nasional maupun asing (musta’man) yang

sedang menjalankan tugas di wilayah berlakunya hukum Islam, berarti mereka

telah berkomitmen untuk mematuhi hukum-hukum Islam. Tidak ada larangan

untuk mempidanakan siapapun yang melakukan suatu tindak kriminal di wilayah

dar al-Islam. Karena keadilan merupakan asas hukum dalam syariat Islam.37

Seperti yang telah dijelaskan dalam Al-Qur’an Surat Al-Maidah ayat 8 yang

berbunyi :

ا هو يوأ ت يو يو و و ت ٱهلل دو هو ت ل هلل ا و هلل ات و ٱت ا ل نل و م ٱ ت ت وواو ل و رتاو هللكل

لو يو وا ل و ٱ لهلل توعدت

و أ و انل و م لعو نو و ا و ل و ٱ ت هلل و و ٱدت رو ل ٱ

وا ل و تهلل ل و و و إتنهلل ٱهلل ٱهلل

ا توع و ل نو ت و ة تتيل (٨ :٥/المبئدة ) ٨خوArtinya :

“Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu menjadi orang-orang

yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil.

Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu

untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada

taqwa. Dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui

apa yang kamu kerjakan.”(Q.S. Al-Maidah/5 : 8).

37 Mustofa Hasan & Beni Ahmad Saebani, Hukum Pidana Islam, (Bandung : Pustaka Setia,

2013), h., 175.

Page 39: HAK IMUNITAS ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42076/1/KHOIRUR... · Kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) , Dewan Perwakilan

27

Imam Abu Hanifah berpandangan bahwa pejabat negara atau pejabat

negara asing (musta’man)tidak dipidanakan dan dihukum di dar al-Islam jika

kasus kriminal yang dilakukannya itu menyangkut hak-hak publik. Adapun jika

kasusnya itu menyangkut hak-hak individu, ia bisa dihukum di dar al-Islam.

Karena itu jika seorang pejabat negara tidak melakukan tindak kriminal di

wilayah dar al-Islam, ia berada dalam jaminan keamanan, tidak boleh satupun ada

yang mengganggu diri pribadinya, hartanya, keluarganya, para pengikut dan

stafnya.38

Berdasarkan pemaparan diatas dapat ditarik benang merah bahwa doktrin

imunitas dalam hukum Islam adalah doktrin restriktif atau doktrin terbatas. Dalam

hal ini dibatasi dengan hal-hal yang menyangkut kepentingan umum saja seperti

tugas negara atau tugas-tugas yang memiliki kemanfaatan umum, maka ia tidak

dapat dituntut dan dipidana oleh yurisdiksi negara.

38 Muhammad Ashri, Hukum Internasional dan Hukum Islam tentang Sengketa dan

Perdamaian, (Jakarta : Gramedia Pustaka, 2013), h., 55.

Page 40: HAK IMUNITAS ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42076/1/KHOIRUR... · Kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) , Dewan Perwakilan

28

BAB III

HAK IMUNITAS ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT

REPUBLIK INDONESIA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 17

TAHUN 2014 TENTANG MPR, DPR, DPD DAN DPRD (UU MD3)

A. Diskursus Tentang Dewan Perwakilan Rakyat

Sebelum perubahan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945, sistem

ketatanegaraan Indonesia mengenal Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)

sebagai lembaga negara tertinggi. Di bawahnya mendapat lima lembaga negara

yang kedudukan sebagai lembaga tinggi termasuk DPR. Dalam kedudukannya

sebagai lembaga tertinggi negara, MPR memegang kekuasaan tertinggi karena

lembaga ini merupakan penjelmaaan seluruh rakyat Indonesia. Sementara itu,

DPR yang merupakan lembaga perwakilan rakyat, dinyatakan DPR adalah kuat

dan senantiasa dapat mengawasi tindakan-tindakan presiden. Bahkan, jika DPR

menganggap bahwa presiden sungguh melanggar haluan negara yang telah

ditetapkan oleh UUD 1945 atau oleh MPR, maka DPR dapat mengundang MPR

untuk menyelenggarakan sidang istimewa guna meminta pertanggungjawaban

presiden.1

Setelah amandemen, DPR mengalami perubahan, fungsi legislasi yang

sebelumnya berada di tangan presiden, maka setelah amandemen UUD 1945

fungsi legislasi berpindah ke DPR.2 Pergeseran pendulum itu dapat dibaca dengan

adanya perubahan secara substansial Pasal 5 Ayat (1) UUD 1945 dari Presiden

memegang kekuasaan membentuk undang-undang dengan persetujuan DPR,

menjadi Presiden berhak mengajukan rancangan undang-undang kepada DPR.

Akibat pergeseran itu, hilangnya dominasi presiden dalam proses pembentukan

undang-undang. Perubahan itu penting artinya karena undang-undang adalah

1 Lihat Penjelasan UUD 1945 bagian Sistem Pemerintahan. 2 Pasal 5 ayat (1) UUD 1945 pasca-amandemen.

Page 41: HAK IMUNITAS ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42076/1/KHOIRUR... · Kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) , Dewan Perwakilan

29

produk hukum yang paling dominan untuk menerjemahkan rumusan-rumusan

normatif yang terdapat dalam UUD 1945.

1. Susunan, Kedudukan dan Fungsi DPR

Telah dijelaskan bahwasanya di Indonesia lembaga utama sekaligus

lembaga tinggi negara yang menjalankan fungsi sebagai lembaga perwakilan

rakyat atau parlemen adalah DPR. DPR adalah suatu struktur legislatif yang

mempunyai kewenangan membentuk undang-undang. Dalam pembentukan

undang-undang tersebut, DPR harus melakukan, DPR harus melakukan

pembahasan serta persetujuan bersama presiden. DPR merupakan organ yang

melaksanakan kekuasaan di bidang legislatif yang pengaturannya langsung di

dalam UUD 1945.3

Berdasarkan Pasal 67 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang

MPR, DPR, DPD dan DPRD pengisian anggota DPR dilakukan berdasarkan hasil

pemilihan umum. DPR terdiri atas anggota partai politik yang dipilih melalui

pemilihan umum. Sedangkan pengisian keanggotaan DPR pra-amandemen UUD

1945 yang pada saat itu terdiri atas anggota partai politik hasil pemilu dan anggota

ABRI yang diangkat.4

Pasal 19 UUD 1945 menetapkan bahwa susunan DPR ditentukan dengan

Undang-Undang. Moh. Yamin berpendapat bahwa menurut Pasal 19 ayat (1)

UUD 1945, susunan DPR tidak harus ditetapkan dengan undang-undang

pemilihan, tapi dengan undang-undang biasa atau umum. Dengan demikian,

keanggotaan DPR yang disusun itu bisa saja berdasarkan pemilihan,

pengangkatan atau penunjukan selama itu berdasarkan ketentuan undang-undang.

Jadi kesimpulannya, bahwa yang penting DPR itu harus diatur dengan undang-

undang. Sedangkan mengenai anggota-anggotanya bisa saja dipilih ataupun

diangkat.5

3 Beddy Irawan Maksudi, Sistem Politik Indonesia-Pemahaman Secara Teoritik dan

Empirik, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2012), h., 169. 4 Moh. Kusnardi dan Harmaily Ibrahim, Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia, (Jakarta

: Sinar Bakti fakultas Hukum UI, 1988), h., 212. 5 Lihat Pasal 19 ayat (2) UUD 1945, Pasal ini memuat susunan anggota DPR.

Page 42: HAK IMUNITAS ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42076/1/KHOIRUR... · Kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) , Dewan Perwakilan

30

Kesimpulan tersebut nampaknya kurang tepat jika dilihat dari kata

“perwakilan rakyat “, dan Pasal 1 ayat (2) UUD 1945. Kata “perwakilan rakyat”

mengandung maksud bahwa keanggotaan Dewan Perwakilan Rakyat (selanjutnya

disebut DPR) itu harus diidi oleh rakyat dalam suatu pemilihan umum yang jujur.

Dan dari bunyi Pasal 1 ayat (2) UUD 1945 berarti bahwa kedaulatan yang dianut

oleh UUD 1945 adalah kedaulatan rakyat. Dalam negara modern sekarang

kedaulatan rakyat itu adalah Majelis Permusyawaratan Rakyat (selanjutnya

disebut MPR). Pengisian keanggotaan MPR dilakukan dengan dua cara, yaitu

melalui pemilihan umum yaitu untuk anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan

dengan penunjukan untuk utusan golongan dan dengan penunjukan berdasarkan

suatu hasil pemilihan umum untuk utusan daerah.6

Pelaksanaan dari Pasal 19 ayat (1) UUD 1945 dirumuskan dalam :

1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum DPR,

DPD dan DPRD

2) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang Majelis Permusyawaratan

Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah.

Dari kedua undang-undang tersebut dapat dipahami, bahwa cara yang

dipakai untuk menentukan keanggotaan Dewan Perwakilan rakyat dilakukan

dengan pemilihan umum. Sedangkan susunan keanggotaanya merupakan anggota

yang dipilih melalui pemilihan umum, yang jumlah seluruhnya ditetapkan 560

orang yang dipilih melalui pemilihan umum. Jadi anggota DPR ini seluruhnya

dipilih melalui mekanisme pemilihan umum dan setiap calonnya berasal dari

partai-partai politik.

Hal tersebut berbeda dengan model pengisian anggota DPR pra-

amandemen UUD 1945 yang pada saat itu keanggotaanya dari anggota partai

politik hasil pemilihan umum dan anggota ABRI yang diangkat.7 Pengisian

keanggotaan DPR pra-amandemen UUD 1945 dilakukan dengan pemilihan umum

6 Moh. Kusnardi dan Bintan R. Saragih, Susunan Pembagian Kekuasaan Menurut UUD

1945, (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 1994), h., 71. 7 Moh. Kusnardi dan Harmaily Ibrahim, Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia, (Jakarta

: Sinar Bakti fakultas Hukum UI, 1988), h., 212-213.

Page 43: HAK IMUNITAS ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42076/1/KHOIRUR... · Kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) , Dewan Perwakilan

31

dan dengan penunjukan atau pengangkatan, sedangkan susunan keanggotaannya

merupakan gabungan antara anggota-anggota yang dipilih dan diangkat, yang

jumlah seluruhnya ditetapkan 460 orang terdiri dari 360 orang yang dipilih

melalui pemilihan umum dan 100 orang yang diangkat.

Dewan Perwakilan Rakyat di Indonesia merupakan lembaga perwakilan

rakyat yang berkedudukan sebagai lembaga negara,8 yang memiliki fungsi antara

lain : Pertama, fungsi legislasi yaitu fungsi untuk membentuk undang-undang

yang dibahas dengan presiden untuk mendapat persetujuan bersama. Kedua,

fungsi anggaran yaitu fungsi untuk menyusun dan menetapkan anggaran

pendapatan belanja negara (APBN) bersama presiden dengan memperhatikan

pertimbangan DPD. Ketiga, fungsi pengawasan yaitu fungsi melakukan

pengawasan terhadap pelaksanaan UUD 1945, undang-undang dan peraturan

pelaksanaannya.9 Atau lebih jelasnya, fungsi pengawasan adalah fungsi yang

dijalankan oleh parlemen untuk mengawasi eksekutif agar berfungsi menurut

undang-undang yang dibentuk oleh parlemen.10

2. Tugas dan Wewenang DPR

Sebagaimana telah disebutkan diatas bahwa amandemen UUD 1945 telah

menempatkan DPR sebagai lembaga legislasi yang sebelumnya berada di tangan

presiden. Dengan demikian, DPR memiliki fungsi politik yang sangat strategis,

yaitu sebagai lembaga penentu arah kebijakan kenegaraan.

Dalam tugas dan kewenangannya keberadaan DPR sangat dominan,

karena kompleksitas dalam tugas dan wewenangnya tersebut. Dalam Pasal 71

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 terkait kewenangan DPR disebutkan

sebagai berikut :

8 Titik Triwulan Tutik, Konstruksi Hukum Tata Negara Indonesia Pasca Amandemen UUD

1945, (Jakarta : Kencana, 2011), h., 193. 9 Lihat Pasal 69-70 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 Tentang MPR, DPR, DPD dan

DPRD. 10 Abu Daud Busroh, Ilmu Negara, (Jakarta : Bumi Aksara, 2009), h., 151.

Page 44: HAK IMUNITAS ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42076/1/KHOIRUR... · Kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) , Dewan Perwakilan

32

Pasal 71

DPR berwenang11

:

a. Membentuk undang-undang yang dibahas dengan Presiden untuk

mendapat persetujuan bersama;

b. Memberikan persetujuan atau tidak memberikan persetujuan terhadap

peraturan pemerintah pengganti undang-undang yang diajukan Presiden

untuk menjadi undang-undang;

c. Membahas rancangan undang-undang yang diajukan oleh Presiden atau

DPR yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah,

pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta

perimbangan keuangan pusat dan daerah, denagn mengikutsertakan DPD

sebelum diambil persetujuan antara DPR dan Presiden;

d. Memperhatikan pertimbangan DPD atas rancangan undang-undang

tentang APBN dan rancangan undang-undang yang berkaitan dengan

pajak, pendidikan, dan agama;

e. Membahas bersama Presiden dengan memperhatikan pertimbangan DPD

dan memberikan persetujuan atas rancangan undang-undang tentang

APBN yang diajukan oleh Presiden:

f. Membahas dan menindaklanjuti hasil pengawasan yang disampaikan

oleh DPD atas pelaksanaan undang-undang mengenai otonomi daerah,

pembentukan, pemekaaran dan penggabungan daerah, hubungan pusat

dan daeah, pengelolaan sumber daya alam, dan sumber daya ekonomi

lainnya, pelaksanaan APBN, pajak, pendidikan dan agama;

g. Memberikan persetujuan kepada presiden untuk menyatakan perang dan

membuat perdamaian dengan negara lain;

h. Memberikan persetujuan atas perjanjian internasional tertentu yang

menimbulkan akibat yang luas dan mendasar bagi kehidupan rakyat yang

terkait dengan beban keuangan negara dan/atau mengharuskan perubahan

atau pembentukan undang-undang;

11 Pasal 71 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 Tentang MPR, DPR, DPD dan DPRD.

Page 45: HAK IMUNITAS ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42076/1/KHOIRUR... · Kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) , Dewan Perwakilan

33

i. Memberikan pertimbangan kepada Presiden dalam pemberian amnesti

dan abolisi;

j. Memberikan pertimbangan kepada Presiden dalam hal mengangkat duta

besar dan menerima penempatan duta besar negara lain;

k. Memilih anggota BPK dengan memperhatikan pertimbangan DPD;

l. Memberikan persetujuan kepada Presiden atas pengangkatan dan

pemberhentian anggota Komisi Yudisial;

m. Memberikan persetujuan calon hakim agung yang diusulkan Komisi

Yudisial untuk ditetapkan sebagai hakim agung oleh Presiden, dan;

n. Memilih 3 (tiga) orang hakim konstitusi dan mengajukannya kepada

presiden untuk diresmikan dengan keputusan Presiden.

Sedangkan terkait tugas Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) diatur

tersendiri dalam pasal 72 undang-undang ini, yaitu sebagai berikut :

Pasal 72

DPR bertugas: 12

a. Menyusun, membahas, menetapkan dan menyebarluaskan program

legislasi nasional;

b. Menyusun, membahas, dan menyebarluaskan rancangan undang-

undang;

c. Menerima rancangan undang-undang yang diajukan oleh DPD

berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah,

pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan

sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta yang

berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah;

d. Melakukan pengawasan terhadap pelaksaan undang-undang, APBN

dan kebijakan pemerintah;

e. Membahas dan menindaklanjuti hasil pemeriksaan atas pengelolaan

dan tanggung jawab keuangan negara yang disampaikan oleh BPK;

12 Pasal 72 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 Tentang MPR, DPR, DPD dan DPRD.

Page 46: HAK IMUNITAS ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42076/1/KHOIRUR... · Kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) , Dewan Perwakilan

34

f. Memberikan persetujuan terhadap pemindahtanganan aset negara

yang menjadi kewenangannya berdasarkan ketentuan peraturan

perundang-undangan dan terhdap perjanjian yang berakibat luas dan

mendasar bagi kehidupan rakyat yang terkait dengan beban keuangan

negara;

g. Menyerap, menghimpun menampung dan menindaklanjuti aspirasi

masyarakat, dan;

h. Melaksanakan tugas lain yang diatur dalam undang-undang;

Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dalam kepentingan pelaksanaan

wewenang dan tugasnya berhak :

a. Memanggil pejabat negara, pejabat pemerintah, badan hukum, atau

warga masyarakat secara tertulis untuk hadir dalam rapat DPR.

b. Setiap pejabat negara, pejabat pemerintah, badan hukum, atau warga

masyarakat wajib memenuhi panggilan DPR.

3. Hak dan Kewajiban DPR

Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) memiliki sejumlah hak yang melekat

pada lembaga legislasi yang umumnya dikenal sebagai lembaga perwakilan rakyat

atau parlemen. Hak itu diperlukan untuk pelaksanaan tugas dan wewenang DPR

sehari-hari.13

Pada pokoknya, hak-hak DPR merupakan hak konstitusional yang

ditentukan dalam UUD 1945. Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya

sebagai lembaga perwakilan rakyat, Dewan Perwakilan rakyat memiliki hak,

antara lain :14

a. Hak interpelasi, yaitu hak DPR untuk meminta keterangan kepada

pemerintah mengenai kebijakan pemerintah yang penting dan strategis

serta berdampak luas pada kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

13 Afan Gaffar, Politik Indonesia Transisi Menuju Demokrasi, (Yogyakarta : Pustaka

Pelajar, 2006), h., 291. 14 Beddy Iriawan Maksudi, Sistem Politik Indonesia-Pemahaman Secara Teoritik dan

Empirik, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2012), h., 177.

Page 47: HAK IMUNITAS ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42076/1/KHOIRUR... · Kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) , Dewan Perwakilan

35

b. Hak angket, yaitu hak DPR untuk melakukan penyelidikan terhadap

kebijakan pemerintah yang penting dan strategis serta berdampak luas

pada kehidupan bermasyarakat dan bernegara yang diduga bertentangan

dengan peraturan perundang-undangan, dan

c. Hak menyatakan pendapat, yaitu hak DPR untuk menyatakan pendapat

terhadap kebijakan pemerintah atau mengenai kejadian luar biasa yang

terjadi di tanah air disertai dengan solusi tindak lanjut dari hak

interpelasi dan hak angket.

Selain dari hak sebagai lembaga perwakilan rakyat, terdapat pula hak-hak

individual sebagai anggota DPR yang diatur dalam Pasal 80 Undang-Undang

Nomor 17 Tahun 2014, dengan penjelasan sebagai berikut: 15

a. Hak mengajukan usul rancangan undang-undang (RUU) yaitu hak

setiap anggota DPR untuk mengajukan RUU.

b. Hak mengajukan pertanyaan, yaitu hak setiap anggota DPR untuk

mengajukan pertanyaan kepada Presiden yang disusun baik secara

lisan/tulisan, singkat, jelas dan disampaikan kepada pimpinan DPR.

c. Hak menyampaikan usul dan pendapat mengenai suatu hal, baik yang

sedang dibicarakan maupun yang tidak dibicarakan dalam rapat.

d. Hak memilih dan dipilih, yaitu hak setiap anggota DPR untuk

menduduki jabatan tertentu pada alat kelengkapan DPR sesuai dengan

mekanisme yang berlaku.

e. Hak membela diri, yaitu hak setiap anggota DPR untuk melakukan

pembelaan diri dan / atau memberi keterangan kepada Badan

Kehormatan DPR atas tuduhan pelanggaran kode etik atas dirinya.

f. Hak Imunitas, yaitu hak setiap anggota DPR yang tidak dapat dituntut

dihadapan pengadilan karena pernyataan, pertanyaan dan / atau

pendapat yang dikemukakan baik secara lisan ataupun tertulis

15 Beddy Iriawan Maksudi, Sistem Politik Indonesia-Pemahaman Secara Teoritik dan

Empirik, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2012), h., 179-180.

Page 48: HAK IMUNITAS ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42076/1/KHOIRUR... · Kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) , Dewan Perwakilan

36

sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan tata tertib DPR dan

kode ektik anggota DPR.

g. Hak protokoler, yaitu hak setiap anggota DPR bersama pimpinan DPR

sesuai ketentuan perundang-undangan

h. Hak keuangan dan administratif, yaitu hak setiap anggota DPR untuk

beroleh pendapatan, perumahan, kendaraan, dan fasilitas lain yang

mendukung pekerjaan selaku wakil rakyat.

Selanjutnya mengenai kewajiban yang melekat pada anggota DPR tidak

disebutkan atau ditentukan baik secara eksplisit maupun secara tegas dalam UUD

1945. Namun Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 Tentang MPR, DPR, DPD

dan DPRD telah menentukan lebih tegas dan jelas mengenai kewajiban anggota

Dewan Perwakilan Rakyat. Hal itu tercantum dalam Pasal 81, yaitu sebagai

berikut :

Pasal 81

Anggota DPR berkewajiban: 16

a. Memegang teguh dan mengamalkan Pancasila

b. Melaksanakan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 dan mentaati

ketentuan peraturan peundang-undangan;

c. Mempertahankan dan memelihara kerukunan nasional dan keutuhan

Negara Kesatuan Republik Indonesia;

d. Mendahulukan kepentingan negara diatas kepentingan pribadi,

kelompok dan golongan;

e. Memperjuangkan peningkatan kesejahteraan rakyat;

f. Mentaati prinsip demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan

negara;

g. Mentaati tata tertib dan kode etik;

h. Menjaga etika dan norma dalam hubungan dengan lembaga lain;

i. Menyerap dan menghimpun aspirasi konstituen melalui kunjungan

kerja secara berkala;

16 Pasal 81 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 Tentang MPR, DPR, DPD dan DPRD.

Page 49: HAK IMUNITAS ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42076/1/KHOIRUR... · Kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) , Dewan Perwakilan

37

j. Menampung dan menindaklanjuti aspirasi dan pengaduan masyarakat;

dan

k. Memberikan pertanggungjawaban secara moral dan politis kepada

konstituen di daerah pemilihannya.

B. Pengertian Hak Imunitas Anggota DPR

Lembaga legislatif adalah lembaga yang memegang kekuasaan untuk

membuat undang-undang sebagai sistem lembaga perwakilan rakyat. Cabang

kekuasaan legislatif adalah kekuasaan yang pertama-tama mencerminkan

kedaulatan rakyat. Kegiatan bernegara, pertama-tama adalah untuk mengatur

kehidupan bersama. Oleh sebab itu kewenangan untuk menetapkan peraturan itu

harus diberikan kepada lembaga perwakilan rakyat atau lembaga legislatif. 17

Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, lembaga perwakilan rakyat

harus mempunyai kebebasan dalam menyampaikan aspirasinya, serta mempunyai

independenitas yang baik. Oleh karena itu, untuk mewujudkan hal tersebut maka

lembaga perwakilan rakyat membutuhkan payung hukum yang tegas.

Hukum melindungi kepentingan suatu lembaga dengan cara

mengalokasikan suatu kekuasaan kepada suatu lembaga untuk bertindak dalam

rangka kepentingannya tersebut. Pengalokasian kekuasaan ini dilakukan secara

terukur, dalam arti ditentukan keluasan dan kedalamannya. Inilah yang

selanjutnya dimaknai dengan payung hukum.18

Dalam tata negara Indonesia, payung hukum yang memberikan

keleluasaan, kebebasan dan independenitas dalam menyampaikan aspirasi anggota

DPR, yaitu hak imunitas. Hak imunitas adalah hak yang memberikan kekebalan

hukum (tidak dapat dikenakan tuntutan hukum) atas pernyataan-pernyatan dan

pendapat yang disampaikan dalam rapat-rapat atau sidang DPR sesuai dengan

tugas dan wewenang yang diatur dalam peraturan perundang-undangan, dimana

masing-masing anggota mempunyai jaminan hukum.

17 Jimly Asshiddiqie, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, (Jakarta : Raja Grafindo

Persada, 2013), h., 299. 18 Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, (Semarang : PT Citra Aditya Bhakti, 2014), h., 54.

Page 50: HAK IMUNITAS ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42076/1/KHOIRUR... · Kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) , Dewan Perwakilan

38

kata “hak” di dalam hak imunitas pada akhirnya juga dipakai dalam arti

kekebalan terhadap kekuasaan hukum orang lain. Sebagaimana halnya kekuasaan

itu adalah kemampuan untuk mengubah hubungan-hubungan hukum, kekebalan

ini merupakan pembebasan dari adanya suatu hubungan hukum untuk bisa diubah

oleh orang lain. Kekebalan ini mempunyai kedudukan yang sama dalam

hubungan dengan kekuasaan, seperti antara kemerdekaan dengan hak dalam arti

sempit: kekebalan adalah pembebasan dari hak orang lain.19

Seperti yang sudah dijelaskan pada pembahasan sebelumnya, istilah

imunitas berasal dari bahasa inggris yaitu “immunity” yang mempunyai arti

kekebalan, juga dapat diartikan “tidak dapat diganggu gugat”. Dalam kamus

Black’s Law Dictionary istilah hak imunitas terhadap anggota perwakilan rakyat

(legislative immunity) dalam aplikasi ketatanegaraan Amerika mempunyai 2 (dua)

lingkup wilayah : 20

1) Tidak boleh ditangkap pada saat sidang berlangsung, kecuali

tindak pidana makar, kejahatan berat, seperti pembunuhan dan

terhadap pelanggaran perjanjian perdamaian.

2) Pada saat setiap pidato, debat, opini, penyampaian pendapat,

pengambilan suara, laporan tertulis dan penyampaian petisi yang

dirasa penting untuk disampaikan dalam rangka fungsi legislatif

yang dilakukan dalam sidang parlemen.

Istilah imunitas (immunity) pertama kali muncul dari hukum kebiasaan

internasional yang mempunyai arti kekebalan. Maksudnya ialah kekebalan dari

segala tuntutan hukum atau jurisdiksi pengadilan negara baik dalam hukum

pidana maupun perdata.

Setiap anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) tidak dapat dituntut di

hadapan pengadilan karena pernyataan, pertanyaan dan atau pendapat yang

dikemukakan secara lisan ataupun tertulis dalam rapat-rapat DPR, sepanjang tidak

bertentangan dengan Peraturan Tata Tertib dan Kode Etik DPR RI.21

Hal ini

19 Ibid, h., 55. 20 W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, , (Jakarta : PT. Balai Pustaka,

1976, Cetakan Kelima), h., 455. 21 Soesilo Prajogo, Kamus Hukum Internasional dan Indonesia, (WIPRESS, 2007), h., 182

Page 51: HAK IMUNITAS ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42076/1/KHOIRUR... · Kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) , Dewan Perwakilan

39

dipertegas dalam Pasal 224 ayat (1), (2) dan (3) Undang-Undang Nomor 17

Tahun 2014, sebagai berikut :

Pasal 224 :22

1) Anggota DPR tidak dapat dituntut di depan pengadilan karena

pernyataan, pertanyaan, dan/atau pendapat yang dikemukakannya baik

secara lisan maupun tertulis di dalam rapat DPR ataupun di luar rapat

DPR yang berkaitan dengan fungsi serta wewenang dan tugas DPR.

2) Anggota DPR tidak dapat dituntut di depan pengadilan karena sikap,

tindakan, kegiatan di dalam rapat DPR ataupun di luar rapat DPR

yang semata-mata karena hak dan kewenangan konstitusional DPR

dan/atau anggota DPR.

3) Anggota DPR tidak dapat diganti antarwaktu karena pernyataan,

pertanyaan, dan/atau pendapat yang dikemukakannya baik di dalam

rapat DPR maupun di luar rapat DPR yang berkenaan dengan fungsi

serta wewenang dan tugas DPR.

Dalam teori hukum internasional dikenal 2 (dua) macam doktrin hak

imunitas, yaitu: 1) hak imunitas absolut (mutlak), dan 2) hak imunitas resktriktif

(terbatas). Yang dimaksud dengan hak imunitas absolut adalah hak imunitas yang

tetap berlaku secara mutlak dalam arti tidak dapat dibatalkan oleh siapapun.

Sedangkan hak imunitas restriktif adalah hak imunitas terbatas, dalam arti masih

dibatasi atau dikesampingkan manakala penggunaan hak tersebut “dengan

sengaja” dilakukan untuk menghina atau menjatuhkan nama baik dan martabat

orang lain.23

Adapun yang termasuk hak imunitas absolut (mutlak) adalah setiap

pernyataan yang dibuat dalam :

1) Sidang-sidang atau rapat parlemen

2) Sidang-sidang pengadilan

3) Tindakan yang dilakukan oleh pejabat-pejabat publik tinggi dalam

menjalankan tugas dan kewenangannya, dan lain-lain.

22

Pasal 224 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 Tentang MPR, DPR, DPD dan DPRD. 23 Munir Fuady, Konsep Negara Demokrasi, (Bandung : Reflika Aditama, 2010), h., 264.

Page 52: HAK IMUNITAS ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42076/1/KHOIRUR... · Kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) , Dewan Perwakilan

40

Sedangkan yang tergolong ke dalam hak imunitas restriktif (terbatas)

yaitu siaran pers tentang isi rapat-rapat parlemen atau sidang pengadilan, ataupun

laporan pejabat yang berwenang tentang isi rapat parlemen atau pengadilan

tersebur.24

Dalam uraian di atas, dapat dipahami bahwa yang dimaksud dengan hak

imunitas anggota DPR adalah hak kekebalan hukum yang melekat pada anggota

DPR dari tuntutan hukum atas pernyataan, pertanyaan, dan atau pendapat yang

disampaikan di dalam atau di luar rapat persidangan DPR. Begitu juga dengan

sikap, tindakan dan kegiatan yang dilakukan oleh anggota DPR baik di luar atau

di dalam rapat persidangan anggota DPR, sepanjang tidak bertentangan dengan

Peraturan Tata Tertib dan Kode Etik DPR.25

C. Batasan Hak Imunitas Anggota DPR

Demokrasi pada intinya adalah pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan

untuk rakyat. Dalam konteks negara demokrasi, kepada warga negara dijamin

kebebasan berbicara. Tetapi kepada yang bersangkutan juga dibebankan tanggung

jawab kalau terjadi penyalahgunaan (abuse) terhadap kebebasan berbicara. Jadi

kebebasan tidaklah bersifat absolut, melainkan ada batas-batasnya. Tetapi

pembatasan tersebut harus secukupnya dan tidak boleh berlebihan. Sebab

bagaimanapun juga di alam demokrasi yang sudah maju seperti yang terjadi di

kebanyakan negara demokrasi saat ini, maka berbagai bentuk tindakan yang

menjurus kepada pembatasan terhadap kebebasan berbicara dianggap

bertentangan dengan prinsip-prinsip demokrasi. 26

Dengan kemerdekaan mengeluarkan pendapat atau kebebasan berbicara

tidak berarti boleh dilanggar prinsip-prinsip hukum dan moral. Di lain pihak,

secara hukum kebebasan berbicara maupun kebebasan berpendapat cukup kuat

berlakunya, hampir tanpa kompromi. Bahkan dalam sistem hukum di negara maju

sekalipun, sebenarnya sulit sekali menentukan batas-batas pada suatu kebebasan

24 Ibid, h., 264-265. 25 Pasal 224 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 Tentang MPR, DPR, DPD dan DPRD. 26 Soehino, Ilmu Negara, (Yogyakarta: Liberty, 1996), h., 204.

Page 53: HAK IMUNITAS ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42076/1/KHOIRUR... · Kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) , Dewan Perwakilan

41

berbicara dilindungi oleh hukum, tetapi pada saat yang mana kebebasan tersebut

sudah tidak lagi dilindungi.27

Pada prinsipnya hak imunitas diberikan kepada anggota DPR merupakan

bagian dari penghormatan kepada anggota DPR untuk menjalankan fungsi, tugas

dan kewenangannya. Hal tersebut bertujuan agar anggota DPR bebas

menyampaikan aspirasinya untuk kepentingan masyarakat karena status dirinya

sebagai wakil rakyat tanpa adanya intervensi atau gangguan dari pihak lain yang

akan mempengaruhi kinerjanya. Selain itu juga karena Dewan Perwakilan Rakyat

adalah sebuah lembaga legislatif yang mengawasi lembaga yang besar pula yaitu

pemerintah agar tidak sewenang-wenang dalam kinerjanya. Maka dari itu sudah

merupakan hal yang wajar bila anggota DPR memiliki hak imunitas.28

Anggota DPR dibekali hak imunitas yang dilindungi oleh Undang-Undang

dalam menjalankan tugasnya. Hak imunitas itu dianggap sebagai upaya untuk

menjaga kehormatan Dewan dan bukan melindungi anggota DPR dari

permasalahan hukum. Dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang

MPR, DPR, DPD, dan DPRD (UU MD3) memang diatur bahwa anggota DPR

tidak dapat dikenakan sanksi hukum selama menjalankan tugasnya. Namun hak

imunitas itu tak berpengaruh bilamana anggota DPR terlibat tindak pidana khusus

seperti pembunuhan, korupsi, terorisme, narkoba dan lain-lain.29

Namun dalam Pasal 224 ayat (1) (2) dan (3) Undang-Undang Nomor 17

Tahun 2014 ini dijelaskan bahwa hak kekebalan yang dimiliki oleh anggota DPR

tersebut masih dibatasi oleh Peraturan Tata Tertib dan juga Kode Etik Lembaga.

Munir Fuady menjelaskan bahwa secara umum pengertian fungsi legislatif yang

dilindungi berdasarkan konsep hak imunitas ini mencakup hal-hal sebagai berikut:

1) Kebebasan untuk berbicara dan berdebat di dalam sidang-sidang atau

rapat-rapat di parlemen

2) Pemungutan suara secara bebas di parlemen.

27 Haryatmoko, Etika Politik dan Kekuasaan, (Jakarta : Kompas Media Nusantara, 2003),

h., 95. 28

Abdul Azis Khafia, Anggota DPD dan MPR RI, Interview Pribadi, Jakarta, 02 November

2017. 29 Ibid.

Page 54: HAK IMUNITAS ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42076/1/KHOIRUR... · Kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) , Dewan Perwakilan

42

3) Penyediaan laporan-laporan fraksi, komisi atau pribadi anggota

parlemen.

4) Partisipasi dalam hearing, rapat, sidang, di parlemen atau dalam

tinjauan lapangan secara resmi oleh parlemen atau anggota parlemen

5) Kebebasan untuk tidak ditangkap atau ditahan

6) Kebebasan untuk tidak dituduh melakukan tindak pidana penghinaan

atau penistaan.30

Pengecualian dari penggunaan hak imunitas bagi seorang anggota DPR

dikemukakan dalam Pasal 224 ayat (4) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2014

yaitu terdiri dari dua hal. Pertama, anggota parlemen yang bersangkutan

mengemukakan isi materi rapat yang telah disepakati dilakukan rapat secara

tertutup. Kedua, mengemukakan hal lain yang maksud dalam ketentuan mengenai

rahasia negara, yang saat ini justru belum diatur dalam undang-undang.31

Berdasarkan penjelasan mengenai dapat diambil kesimpulan bahwa hak

imunitas anggota DPR dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 itu terbatas.

Yaitu dibatasi dengan imunitas yang lebih berbentuk kebebasan berbicara.

Artinya, seorang anggota DPR bebas untuk menyampaikan pendapat seluas-

luasnya tanpa merasa khawatir apa yang disampaikan akan dituntut di depan

pengadilan selama menjalankan tugas dan fungsinya sebagai anggota legislatif

sepanjang hal tersebut tidak bertentangan dengan peraturan tata tertib dan kode

etik Dewan Perwakilan Rakyat.

D. Penerapan Hak Imunitas Anggota DPR

Pada prinsipnya hak imunitas, yang dalam bahasa Indonesia disebut juga

dengan hak kekebalan, secara konstitusional telah diatur keberadaannya dalam

Pasal 20A ayat (3) UUD 1945, yang dinyatakan bahwa selain hak yang diatur

30 Munir Fuady, Teori Negara Hukum Modern, (Jakarta: PT. Refika Aditama, 2009,) h.,

165. 31

Lihat Pasal 224 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 Tentang MPR, DPR, DPD dan

DPRD.

Page 55: HAK IMUNITAS ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42076/1/KHOIRUR... · Kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) , Dewan Perwakilan

43

dalam pasal-pasal lain, DPR mempunyai hak mengajukan pertanyaan,

menyampaikan pendapat, serta hak imunitas.32

Dalam perbandingan dengan keberlakuannya pada institusi lembaga

perwakilan rakyat di Indonesia maka, Pasal 28 F Undang-Undang Nomor 27

Tahun 2003 tentang Susunan dan Kedudukan MPR, DPR, DPD dan DPRD,

menggariskan bahwa anggota DPR RI mempunyai hak imunitas yang ditafsirkan

bahwa hak imunitas itu adalah hak untuk tidak dapat dituntut di muka pengadilan

karena pernyataan dan pendapat yang disampaikan dalam rapat-rapat DPR dengan

pemerintah dan rapat-rapat DPR lainnya sesuai dengan peraturan perundang-

undangan.33

Dalam konteks kekinian, pelaksanaan hak imunitas anggota DPR telah

diatur dalam pasal 224 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang MPR,

DPR, DPD, dan DPRD. Terdapat 3 (tiga) hal pokok yang diatur di dalam pasal

tersebut, yaitu, Pertama, anggota DPR tidak dapat dituntut didepan pengadilan

karena pernyataan, pertanyaan, dan/atau pendapat yang dikemukakannya baik

secara lisan maupun tertulis didalam rapat DPR ataupun diluar rapat DPR yang

berkaitan dengan fungsi serta wewenang dan tugas DPR, kedua, anggota DPR

tidak dapat dituntut di depan pengadilan karena sikap, tindakan, kegiatan di dalam

rapat DPR ataupun diluar rapat DPR yang sematamata karena hak dan

kewenangan konstitusional DPR dan/atau anggota DPR. Ketiga, anggota DPR

tidak dapat diganti antarwaktu karena pernyataan, pertanyaan, dan/atau pendapat

yang dikemukakannya baik di dalam rapat DPR maupun di luar rapat DPR yang

berkaitan dengan fungsi serta wewenang dan tugas DPR. Namun demikian

pelaksanaan hak imunitas anggota DPR ini juga tidak bisa dijalankan secara

mutlak. Dalam ketentuan pasal 224 ayat (4) Undang-Undang Nomor 17 Tahun

2014, mengecualikan terhadap anggota DPR yang mengumumkan materi yang

telah disepakati dalam rapat tertutup untuk dirahasiakan atau hal lain yang

dinyatakan sebagai rahasia negara menurut ketentuan peraturan perundang-

undangan. Ketentuan ini dirasakan penting menurut penulis agar anggota DPR

32 Lihat Pasal 20A UUD 1945, pasal ini memuat tugas, fungsi dan hak anggota DPR. 33 Wenly R.J Lolong, Problematika Imunitas Hukum Anggota Parlemen Ditinjau dari

Prinsip Equality Before The Law, Jurnal Al-Ahkam Vol V No. 2, Desember 2015, h., 131.

Page 56: HAK IMUNITAS ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42076/1/KHOIRUR... · Kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) , Dewan Perwakilan

44

dapat menjaga kerahasiaan terhadap materi yang telah disepakati dalam rapat

tertutup untuk dirahasiakan atau hal lain yang dinyatakan sebagai rahasia negara

menurut ketentuan peraturan perundang-undangan. 34

Hak imunitas parlemen dapat dipersamakan dengan hak imunitas

legislatif, pada dasarnya merupakan suatu sistem yang memberikan kekebalan

terhadap anggota parlemen agar tidak dikenai sanksi hukuman. Bahkan dalam

English Bill of Rights, dinyatakan bahwa kebebasan untuk berbicara dan

berdiskusi atau berdebat di parlemen, tidak dapat di-impeach atau dipertanyakan

dalam persidangan di lembaga peradilan.35

Menyoroti hak imunitas anggota parlemen, Munir Fuady menegaskan

hak imunitas hukum merupakan teori hukum yang berlaku umum diakui secara

universal dengan penjelasan bahwa hak imunitas terhadap anggota parlemen

berfungsi untuk:

a. Membuat kedudukan anggota parlemen lebih mandiri.

b. Membuat anggota parlemen lebih berani dalam memberikan

pendapatnya, tanpa harus dibayang-bayangi oleh gugatan atau

tuntutan hukum yang akan menimpanya.

c. Membuat anggota parlemen lebih dapat berkonsentrasi kepada tugas-

tugasnya tanpa harus membuang waktu, tenaga, pikiran dan ongkos-

ongkos untuk beracara di pengadilan.36

Bagi pemilik hak imunitas, hak tersebut akan membantu dalam upaya

pemenuhan tujuan pemberiannya. Hak tersebut akan menjadi alat bantu utama

untuk memberikan pelayanan (service) bagi pihak yang telah memberikan

kepercayaan, dalam hal ini masyarakat. Hak imunitas yang diberikan kepada

anggota DPR merupakan salah satu bentuk penghargaan dan keistimewaan dari

34 Lihat Pasal 224, Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 Tentang MPR, DPR, DPD dan

DPRD. 35Simon Wigley, Parliamentary Immunity: Protecting Democracy or Protecting

Corruption¸ The Journal of Political Philosophy, Volume 11, Number 1, 2003. 36 Munir Fuady, Teori Negara Hukum Modern (Jakarta: PT. Refika Aditama, 2009), h.,

167.

Page 57: HAK IMUNITAS ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42076/1/KHOIRUR... · Kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) , Dewan Perwakilan

45

pemerintah terhadap warganegaranya yang diberi kepercayaan tertentu untuk

memegang jabatan publik.37

Dalam pelaksanaan hak imunitas di Parlemen Indonesia, hak imunitas

anggota parlemen bersifat terbatas, artinya anggota parlemen dapat diperiksa oleh

pengadilan apabila hak imunitas yang dimilikinya tersebut melanggar ketentuan

dalam konstitusi atau undang-undang. Dengan demikian anggota parlemen harus

menghindari menciptakan konflik yang tidak perlu dengan hak pribadi, karena hal

itu berimplikasi hak istimewa yang dimilikinya dibawa ke pengadilan.

Selanjutnya dalam penerapannya, hak imunitas yang paling penting

diberikan kepada anggota DPR adalah pelaksanaan kebebasan berbicara di

persidangan parlemen. Secara garis besar kebebasan berbicara diartikan sebagai

hak dasar yang tanpanya anggota DPR akan terhambat dalam melaksanakan

tugasnya. Kebebasan berbicara ini memungkinkan anggota DPR untuk berbicara

di parlemen tanpa hambatan, untuk mengacu pada sesuatu hal atau

mengungkapkan pendapat apapun, untuk mengatakan apa yang anggota DPR

rasakan perlu dikatakan dalam kelanjutan dari kepentingan nasional dan aspirasi

konstituen mereka. Kebebasan berbicara memungkinkan anggota parlemen untuk

berbicara dengan bebas di parlemen atau dalam komite selama pertemuan sambil

menikmati kekebalan penuh dari penuntutan untuk setiap komentar mereka

mugkin buat. Kebebasan ini sangat penting untuk kerja yang efektif dari DPR. 38

Dalam penerapan kebebasan berbicara bagi anggota DPR ini pada

prinsipnya tidak ada batasan, artinya bahwa anggota DPR bebas untuk berbicara

di parlemen dalam rangka melaksanakan tugas dan kewenangannya. Parlemen di

Indonesia, kebebasan berbicara anggota DPR juga berlaku untuk laporan proses

atau perdebatan yang diterbitkan oleh surat kabar, media atau orang lain di luar

parlemen, artinya pada saat anggota DPR mengeluarkan pernyataan yang

berimplikasi pelanggaran di surat kabar atau media di luar parlemen. Hak

37 Dikdik M. Arief Mansur, Hak Imunitas Aparat Polri Dalam Penanggulangan Tindak

Pidana Terorisme, (Jakarta : Pensil-324, 2012), h., 53. 38 Arbi Sanit, Perwakilan Politik Di Indonesia, (Jakarta : CV. Rajawali, 1985), h., 37.

Page 58: HAK IMUNITAS ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42076/1/KHOIRUR... · Kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) , Dewan Perwakilan

46

imunitas anggota DPR berupa kebebasan berbicara akan berpengaruh dan dapat

dituntut oleh hukum.39

Berdasarkan pemaparan pelaksanaan hak imunitas bagi anggota DPR di

Indonesia maupun beberapa anggota parlemen di dunia, nampaknya dapat diambil

kesimpulan beberapa hal, Pertama, bahwa untuk melaksanakan tugas dan

kewenangannya, anggota DPR perlu dibekali hak imunitas atau perangkat yang

menjamin pelaksanaan tugas dan kewenagannya dapat berjalan baik dan lancar

sesuai dengan kepentingan masyarakat. Instrumen atau perangkat itu berupa hak

imunitas, yang menjamin anggota DPR untuk bebas berbicara dan berpendapat

dalam rangka melaksanakan tugas dan kewenangannya. Kedua, dalam

pelaksanaan hak imunitasnya yang lebih berbentuk kepada hak kebebasan

berbicara (freedom of speech) pada prinsipnya tidak dibatasi, sepanjang dilakukan

dalam kepentingan tugas dan kewenangannya sebagai anggota DPR, walaupun

ada juga beberapa parlemen yang membatasi hak kebebasan berbicara ini hanya di

dalam ruang parlemen atau komite. Ketiga, pelaksanaan hak imunitas anggota

DPR ini dapat menjadi tidak berlaku pada saat anggota DPR melakukannya di

luar tugas dan kewenangannya, artinya seorang anggota DPR dapat dituntut di

hadapan hukum atas perbuatan atau tindakannya di luar tugas dan

kewenangannya. 40

Akhirnya, masyarakat dapat mengetahui bahwa hak imunitas merupakan

suatu hak yang melekat bagi setiap anggota DPR. Keberadaannya menjadikan

anggota DPR dapat melaksanakan tugas dan kewenangannya secara efektif untuk

menyuarakan kepentingan bangsa dan negara. Namun demikian harus tetap dalam

koridor ketentuan perundang-undangan yang berlaku agar tidak terjadi abuse of

power.

39 Hak Imunitas dan Hak Interpelasi DPR, http://pakteddy.blogspot.com/2008/11/hak-

imunitas-dan-interpelasidpr.html, diakses pada hari Sabtu, 22 Juli 2017. 40 Akhmad Aulawi, Perspektif Pelaksanaan Hak Imunitas Anggota Parlemen Dan

Pelaksanaannya Di Beberapa Negara, Jurnal Rechtsvinding, Media Pembinaan Hukum Nasional.

Page 59: HAK IMUNITAS ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42076/1/KHOIRUR... · Kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) , Dewan Perwakilan

47

E. Implementasi Hak Imunitas Anggota DPR

Kehadiran hukum dalam masyarakat diantaranya adalah untuk

mengintegrasikan dan mengkoordinasikan kepentingan-kepentingan yang bisa

bertubrukan satu sama lain itu oleh hukum diintegrasikan sedemikian rupa

sehingga tubrukan-tubrukan itu bisa ditekan sekecil-kecilnya. Pengorganisasian

kepentingan-kepentingan itu dilakukan dengan membatasi dan melindungi

kepentingan tersebut. Memang, dalam suatu lalu lintas kepentingan, perlindungan

terhadap kepentingan-kepentingan tertentu hanya dapat dilakukan dengan cara

membatasi kepentingan di lain pihak.41

Dalam melaksanakan kepentingannnya, anggota DPR dibekali hak

imunitas yang diatur secara konstitusional dalam Pasal 224 Undang-Undang

Nomor 17 Tahun 2014 tertera bahwasanya anggota DPR tidak dapat dituntut di

muka pengadilan karena pernyataan dan pendapat yang disampaikan dalam rapat-

rapat DPR dengan pemerintah dan rapat-rapat DPR lainnya sesuai dengan

peraturan perundang-undangan.

Diberikannya hak imunitas kepada anggota DPR pada saat menjalankan

tugas dan tanggung jawabnya sebagai pejabat negara dan yang bertugas

menjalankan fungsinya sebagai wakil rakyat di bidang legislasi, anggaran serta

pengawasan, harus memiliki landasan yang kuat, sehingga di kemudian hari tidak

memunculkan permasalahan hukum, maka pemberian hak imunitas harus

memiliki dasar pijakan yuridis yang kuat serta pengaturannya harus tegas dan

jelas agar tidak menimbulkan multitafsir dalam implementasinya.42

Perdebatan masalah hak imunitas kembali muncul ketika Ketua DPR RI

yaitu Setya Novanto dicekal oleh KPK untuk tidak bepergian ke luar negeri

karena yang bersangkutan diduga terlibat kasus mega proyek KTP elektronik yang

merugikan negara hingga trilyun rupiah. Hal tersebut dilakukan oleh KPK untuk

kepentingan penyidikan terkait kasus korupsi KTP elektronik yang diatur dalam

Pasal 12 ayat (1) huruf b dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang

Komisi Pemberantasan Korupsi.

41 Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, (Semarang : PT. Citra Aditya Bhakti, 2014), h., 53. 42

Abdul Azis, Anggota DPRD DKI Jakarta, Interview Pribadi, Jakarta, 02 November

2017.

Page 60: HAK IMUNITAS ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42076/1/KHOIRUR... · Kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) , Dewan Perwakilan

48

Menyikapi permasalahan tersebut, Dewan Perwakilan Rakyat

menyatakan penolakan terkait pencekalan yang dilakukan oleh KPK terhadap

Setya Novanto. Wakil Ketua DPR RI Fahri Hamzah menegaskan bahwa Setya

Novanto memiliki hak imunitas karena kapasitasnya sebagai Ketua DPR RI. Hal

itu diutarakannya karena hak imunitas diatur dalam ketentuan Peraturan

Perundang-undangan dan mengetahui bahwa DPR merupakan lembaga besar yang

mengawasi pemerintah.43

Setelah beredar kasus yang melibatkan Ketua DPR RI Setya Novanto

muncullah sebuah wacana untuk penguatan hak imunitas anggota dewan dalam

rapat revisi Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014. Dalam rapat tersebut

membahas mengenai penguatan hak imunitas anggota dewan yang berkaitan

dengan prosedural yang harus dilalui, seperti pemeriksaan terhadap anggota DPR,

pencekalan ke luar negeri serta memperjelas kembali aturan imunitas dalam

Undang-Undang tersebut.

Berdasarkan pemaparan di atas, ada beberapa hal yang bersimpangan

dengan esensi dasar hak imunitas. Ahli hukum tata negara, Refly Harun

menerangkan penerapan hak imunitas terhadap anggota DPR diatur dalam

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014. Menurutnya, hak imunitas anggota

dewan berlaku dalam kondisi terkena masalah yang berkaitan dengan materi yang

dibicarakan dalam tugas dan fungsi sebagai DPR seperti pernyataan-pernyataan di

sidang atau kegiatan parlemen. Adapun jika anggota DPR terkena masalah di luar

tugas keparlemenannya apalagi jika masalah itu berkaitan dengan tindak pidana,

maka anggota DPR tidak bisa berlindung dibalik hak imunitas.44

Dengan demikian sejalan dengan pendapat pakar hukum di atas, hak

imunitas anggota DPR bukan berlaku untuk semua jenis tindak pidana. Akan

tetapi hak imunitas anggota DPR hanya berlaku dalam masalah ketika anggota

DPR menyampaikan materi yang dibicarakan dalam tugas dan fungsi sebagai

43Fahri Hamzah : Novanto Punya Hak Imunitas,

http://hukum.rmol.co/read/2017/04/14/287647/Fahri-Hamzah:-Novanto-Punya-Hak-Imunitas-

diakses pada hari Sabtu, 22 Juli 2017. 44 Pakar Hukum : Hak Imunitas DPR Tak Berlaku Untuk Kasus Pidana,

https://detik.com/news/berita/d-3473410/pakar-hukum-hak-imunitas-dpr-tak-berlaku-untuk-kasus-

pidana, diakses pada hari Sabtu, 22 Juli 2017.

Page 61: HAK IMUNITAS ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42076/1/KHOIRUR... · Kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) , Dewan Perwakilan

49

anggota parlemen. Jadi, hak imunitas yang dimiliki anggota DPR adalah hak yang

berbentuk kebebasan untuk berbicara (freedom of speech) sepanjang dalam

melaksanakan tugas dan kewenangannya.

Salah kaprah mengenai hak imunitas anggota parlemen oleh anggota

DPR yang kemudian dipublikasikan oleh berbagai media tersebut menjadikan

sebuah celah tersendiri di mata masyarakat. Anggota DPR seolah tidak tahu

menahu tentang batasan penggunaan hak imunitasnya. Sehingga mereka dalam

menjalankan tugas dan fungsi serta kewenangannya sering melampaui batasan

imunitas yang telah diatur dalam undang-undang maupun tata tertib dan kode etik

DPR.

Oleh karena itu, dalam menerapkan hak imunitas tidak boleh

mengabaikan ketentuan-ketentuan hukum yang berlaku dan rambu-rambu HAM

yang berlaku secara universal yang antara lain meliputi: pengakuan adanya

persamaan di hadapan hukum dan adanya jaminan kepastian hukum. Sehingga

tercipta suatu keadaan yang harmonis dan tidak bertolak antar perundang-

undangan yang satu dengan yang lainnya.45

F. Sanksi Tehadap Penyalahgunaan Hak Imunitas Oleh Anggota DPR

Telah dijelaskan secara keseluruhan bahwa hak imunitas anggota DPR

secara konstitusional diatur keberadaannya dalam Pasal 20A ayat (3) Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang dinyatakan bahwa,

selain hak yang diatur dalam pasal-pasal lain Undang-Undang Dasar ini, Dewan

Perwakilan Rakyat mempunyai hak mengajukan pertanyaan, menyampaikan usul

dan pendapat, serta hak imunitas.46

Secara yuridis, hak imunitas anggota DPR dapat dilihat dalam Pasal 224

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 Tentang MPR, DPR, DPD dan DPRD

atau saat ini masyarakat biasa menyebutnya Undang-Undang MD3. Dalam ayat

(2) ketentuan yang dimaksud dinyatakan bahwa anggota DPR tidak dapat dituntut

45 Dikdik M. Arief Mansur, Hak Imunitas Aparat Polri Dalam Penanggulangan Tindak

Pidana Terorisme, (Jakarta : Pensil-324, 2012), h., 54. 46 Pasal 20A ayat (3) UUD 1945 Pasca-amandemen, pasal ini memuat hak-hak yang

melekat pada anggota DPR.

Page 62: HAK IMUNITAS ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42076/1/KHOIRUR... · Kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) , Dewan Perwakilan

50

di depan pengadilan karena pernyataan, pertanyaan, dan/atau pendapat yang

dikemukakannya baik secara lisan maupun tertulis di dalam rapat DPR maupun di

luar rapat DPR yang berkaitan dengan fungsi dan tugas serta kewenangan DPR. 47

Berdasarkan pemaparan tersebut dapat diketahui bahwa selama anggota

DPR mengemukakan pernyataan, pertanyaan, dan/atau pendapat yang

dikemukakannya baik secara lisan maupun tertulis sepanjang dalam rapat DPR

maupun di luar rapat DPR yang berkaitan dengan fungsi dan tugas serta

kewenangan DPR tidak dapat dituntut di depan pengadilan, dan inilah yang

selanjutnya disebut hak imunitas.

Dalam keberadaannya hak imunitas kadang menjadi hal yang

kontroversial dan polemik di tengah masyarakat. Mengingat pelaksanaan hak ini

oleh sebagaian masyarakat dianggap sebagai upaya melindungi diri dari jerat

hukum bagi anggota DPR dalam melaksanakan kewenangannya sebagai wakil

rakyat.

Dalam Pasal 224 ayat (5) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014

menyebutkan, pemanggilan dan permintaan keterangan kepada anggota DPR yang

diduga melakukan tindak pidana sehubungan dengan pelaksanaan tugasnya, harus

mendapat persetujuan tertulis dari Mahkamah Kehormatan Dewan. Dalam ayat

(6) diatur bahwa Mahkamah Kehormatan Dewan harus memproses dan

memberikan putusan atas surat permohonan tersebut paling lambat 30 hari setelah

surat tersebut diterima.

Namun, ayat (7) menyebutkan, Mahkamah Kehormatan Dewan

memutuskan tidak memberikan persetujuan atas pemanggilan anggota DPR, maka

surat pemanggilan sebagaimana yang dimaksud ayat (5) tidak memiliki kekuatan

hukum atau batal demi hukum. Meski demikian, ada aturan lain yang mengatur

soal pemanggilan anggota DPR terkait tindak pidana, yakni dalam pasal 245.

47 Pasal 224 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 Tentang MPR, DPR, DPD dan

DPRD.

Page 63: HAK IMUNITAS ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42076/1/KHOIRUR... · Kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) , Dewan Perwakilan

51

Dalam pasal tersebut, pemanggilan dan permintaan keterangan untuk penyidikan

terhadap anggota DPR harus mendapat persetujuan tertulis dari presiden.48

Sedangkan Pasal 245 ayat (2), diatur bahwa jika presiden tidak

memberikan persetujuan tertulis dalam waktu 30 hari sejak permohonan diterima,

maka pemanggilan dan permintaan keterangan untuk penyidikan dapat dilakukan.

Adapun dalam ayat (3), persetujuan tertulis dari presiden tidak berlaku

jika anggota DPR tertangkap tangan melakukan tindak pidana. Aturan itu juga

tidak berlaku bagi anggota yang disangka melakukan tindak pidana yang diancam

dengan pidana mati atau penjara seumur hidup, atau tindak pidana kejahatan

terhadap kemanusiaan dan keamanan negara berdasarkan berdasarkan bukti

permulaan yang cukup atau disangka melakukan tindak pidana khusus. Aturan

tersebut juga tidak berlaku bagi yang disangka melakukan tindak pidana khusus.49

48 Berdasarkan Putusan Mahkamah Konstitusi No. 76/PUU-XII/2014 menyatakan frasa

“Mahkamah Kehormatan Dewan “ dalam Pasal 245 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014

diganti menjadi “Presiden”. 49 Pasal 245 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 Tentang MPR, DPR, DPD dan DPRD.

Page 64: HAK IMUNITAS ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42076/1/KHOIRUR... · Kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) , Dewan Perwakilan

52

BAB IV

ANALISIS KOMPARATIF HAK IMUNITAS ANGGOTA DEWAN

PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MENURUT

UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2014 DAN HUKUM ISLAM

A. Analisis Hak Imunitas Anggota DPR RI Menurut Undang-Undang

Nomor 17 Tahun 2014

Hak imunitas anggota DPR RI diatur secara konstitusional dalam Pasal 20

A ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD NRI) 1945,

yang dinyatakan bahwa selain hak selain hak yang diatur dalam pasal-pasal lain

Undang-Undang Dasar ini, Dewan Perwakilan Rakyat mempunyai hak

mengajukan pertanyaan, menyampaikan usul dan pendapat, serta hak imunitas.

Artinya, Hak imunitas tersebut adalah hal yang wajar dan kuat secara yuridis

karena Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia merupakan konstitusi

tertinggi dalam hirarki perundang-undangan Indonesia. Selain itu, lembaga

Dewan Perwakilan Rakyat adalah salah satu lembaga tinggi negara yang

mengawasi Pemerintah dalam mengeluarkan kebijakan dan menjalankan roda

pemerintahan.

Namun, perihal hak imunitas anggota DPR yang terkandung dalam Pasal

20 A ayat (3) UUD NRI 1945 tidak dijelaskan secara eksplisit bagaimana

pengaturan dan pelaksanaannya di bidang legislasi dan peranannya sebagai wakil

rakyat. Mengenai pelaksanaan hak imunitas anggota DPR diatur oleh undang-

undang lainnya yaitu Pasal 224 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 sebagai

berikut :

1. Anggota DPR tidak dapat dituntut di depan pengadilan karena

pernyataan, pertanyaan dan/atau pendapat yang dikemukakannya baik

Page 65: HAK IMUNITAS ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42076/1/KHOIRUR... · Kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) , Dewan Perwakilan

53

secara lisan maupun tertulis di dalam rapat DPR maupun di luar rapat

DPR yang berkaitan dengan fungsi serta wewenang dan tugas DPR.

2. Anggota DPR tidak dapat dituntut di depan pengadilan karena sikap,

tindakan, kegiatan di dalam rapar DPR ataupun di luar rapat DPR yang

semata-mata karena hak dan kewenangan konstitusional DPR dan/atau

anggota DPR.

3. Anggota DPR tidak dapat diganti antarwaktu karena pernyataan,

pertanyaan dan/atau pendapat yang dikemukakannya baik di dalam

rapat DPR maupun di luar rapat DPR yang berkaitan dengan fungsi

serta wewenang dan tugas DPR.

4. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku dalam hal

anggota yang bersangkutan mengumumkan materi yang telah disepakati

dalam rapat tertutup untuk dirahasiakan atau hal lain yang dinyatakan

sebagai rahasia negara menurut ketentuan peraturan perundang-

undangan.

5. Pemanggilan dan permintaan keterangan kepada anggota DPR yang

diduga melakukan tindak pidana sehubungan dengan pelaksanaan tugas

sebagaimana dimaksud ayat (1), ayat (2), ayat (3) dan ayat (4) harus

mendapatkan persetujuan tertulis Presiden.

6. Presiden harus memproses dan memberikan putusan atas surat

permohonan tersebut dalam jangka waktu paling lama 30 hari setelah

diterimanya pemanggilan keterangannya tersebut.

7. Dalam hal presiden memutuskan tidak memberikan persetujuan atas

pemanggilan anggota DPR, surat pemanggilan sebagaimana yang

dimaksud pada ayat (5) tidak memiliki kekuatan hukum/batal demi

hukum.1

Dengan melihat secara utuh Pasal 224 tentang imunitas anggota DPR ini,

maka secara rasional kita mengatakan bahwa pasal tersebut adalah tepat. Karena

selaku anggota parlemen yang tugas utamanya adalah menyampaikan aspirasi.

1 Pasal 224 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 Tentang MPR, DPR, DPD dan DPD.

Page 66: HAK IMUNITAS ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42076/1/KHOIRUR... · Kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) , Dewan Perwakilan

54

Untuk itu, sudah sepantasnya tugas tersebut dilindungi oleh undang-undang

selama berkaitan dengan pelaksanaan tugas dan kewenangan konstitusional,

sehingga ketika membuat pernyataan, pertanyaan dan pendapat harus diberikan

kebebasan dan tidak boleh sembarangan untuk diproses hukum. Maka dari itu

pemberian hak imunitas bagi anggota DPR sudah tepat demi menjaga

independenitas dalam menjalankan tugasnya sebagai wakil rakyat tanpa adanya

intervensi dalam bentuk apapun selama tidak bertentangan dengan peraturan dan

kode etik anggota DPR.

Hak imunitas atau kekebalan yang diberikan kepada anggota DPR adalah

untuk menjaga kehormatannya sebagai anggota dewan. Selain itu hak imunitas

tersebut difungsikan agar anggota DPR dapat menjalankan tugas dan kewenangan

dengan baik dan tanpa hambatan terutama dalam menyampaikan pendapat dan

mengawasi kinerja pemerintah. Akan tetapi jika melihat Pasal 224 ayat (5) dan

Pasal 245 yang menjelaskan bahwa apabila anggota DPR tersangkut kasus pidana

penegak hukum harus meminta persetujuan tertulis Mahkamah Kehormatan

Dewan dan Presiden terlebih dahulu sebelum memproses hukum anggota DPR

yang bersangkutan. Hal ini yang menjadi polemik dan berkembang di masyarakat

bahwa anggota DPR mendapat perlakuan yang khusus berbeda dengan

masyarakat pada umumnya dan bertentangan dengan prinsip Equality Before The

Law (persamaan di hadapan hukum). Untuk memahami hal ini, maka perlu untuk

membedah dari aspek hukum konstitusi dan pidana. Asas persamaan di hadapan

hukum (Equality Before The Law) merupakan asas yang utama dalam Deklarasi

Universal HAM dan dianut pula dalam Pasal 27 ayat (1) UUD 1945.2

Adanya persamaan kedudukan setiap orang dalam hukum dan

pemerintahan, yang diakui secara normatif dan dilaksanakan secara empirik.

Dalam rangka prinsip persaamaan ini, segala sikap dan tindakan diskriminatif

dalam segala bentuk dan manifestasinya diakui sebagai sikap dan tindakan yang

terlarang, kecuali tindakan-tindakan yang bersifat khusus dan sementara yang

2 Pasal 27 ayat (1) UUD 1945 berbunyi : “Segala warga negara bersamaan kedudukannya

di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan

tidak ada kecualinya.” Pasal ini disebut juga asas persamaan di hadapan hukum atau “Equality

Before The Law”

Page 67: HAK IMUNITAS ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42076/1/KHOIRUR... · Kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) , Dewan Perwakilan

55

dinamakan affirmative actions, guna mendorong dan mempercepat kelompok

masyarakat tertentu atau kelompok warga masyarakat tertentu untuk mengejar

kemajuan sehingga mencapai tingkat perkembangan yang sama dan setara dengan

kelompok masyarakat kebanyakan yang sudah jauh lebih maju. Dalam kaitan hak

imunitas anggota DPR, maka konsep persamaan dalam hukum ini bermakna

perlunya diberikan perlakuan yang sama terhadap anggota DPR seperti halnya

warga negara biasa, dalam memperoleh perlindungan hukum.3

Hak Imunitas anggota DPR sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal

224 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 hanya berlaku dalam kebebasan

berbicara sepanjang dalam tugas serta fungsi dan kewenangannya. Disini dapat

diartikan bahwa hak imunitas anggota DPR lebih kepada berbentuk kebebasan

berbicara (freedom of speech), Hak imunitas anggota DPR tidak berlaku untuk

seluruh tindak pidana terutama yang berkaitan dengan tindak pidana khusus

seperti terorisme, penyalahgunaan narkoba, korupsi dan kasus yang merugikan

negara dan kemanusiaan.

Dalam diskursus teori imunitas terdapat 2 (dua) macam doktrin imunitas,

yaitu imunitas absolut dan imunitas restriktif (terbatas). Kedua doktrin ini

dibedakan berdasarkan perbuatan yang dilakukan pejabat pemerintah, baik

perbuatan yang merupakan pelaksanaan dari kedaulatan negara maupun dalam

bidang hukum perdata dan pidana.

Adapun yang termasuk hak imunitas absolut (mutlak) adalah setiap

pernyataan yang dibuat dalam :

1) Sidang-sidang atau rapat parlemen

2) Sidang-sidang pengadilan

3) Tindakan yang dilakukan oleh pejabat-pejabat publik tinggi dalam

menjalankan tugas dan kewenangannya, dan lain-lain.

Sedangkan yang tergolong ke dalam hak imunitas restriktif (terbatas)

yaitu siaran pers tentang isi rapat-rapat parlemen atau sidang pengadilan, ataupun

3 Dikdik M. Arief Mansur, Hak Imunitas Aparat Polri Dalam Penanggulangan Tindak

Pidana Terorisme, (Jakarta : Pensil-324, 2012), h., 68.

Page 68: HAK IMUNITAS ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42076/1/KHOIRUR... · Kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) , Dewan Perwakilan

56

laporan pejabat yang berwenang tentang isi rapat parlemen atau pengadilan

tersebut.4

Berdasarkan uraian diatas, jika kita melihat doktrin-doktrin imunitas

yang terdiri dari hak imunitas absolut dan restriktif, maka dapat disimpulkan

bahwa kedua hal tersebutlah yang membuat asas imunitas hukum bagi anggota

DPR untuk diberlakukan secara terbatas. Keberlakuan secara terbatas dapat dilihat

pada substansi pengaturan Pasal 224 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014

Tenang MPR, DPR, DPD dan DPRD, dimana diluar apa yang diatur dalam

ketentuan ini maka imunitas sebagai hak kekebalan hukum yang dimiliki anggota

parlemen sesungguhnya menjadi tidak ada.

Hal yang perlu diperhatikan sebagai rekomendasi disini ialah bahwa

imunitas hukum bagi anggota parlemen merupakan hal mutlak untuk disematkan

bagi personal anggota parlemen dalam menjalankan tugas. Keberadaan dan

keberlakuan hak imunitas hukum ini dalam kenyataan diperlukan untuk menjamin

produktivitas maksimal kinerja anggota parlemen. Dalam konteks demikian

keberadaan formal dan substansi Pasal 224 Undang-Undang Nomor 17 Tahun

2014 tentang MPR, DPR, DPD dan DPRD mutlak harus dihadirkan dalam

Undang-Undang ini sebagai bagian penegasan kemutlakan dimaksud sebelumnya.

Kehadiran Pasal 224 ini harus mendapat penjabaran lanjutan dalam

ketentuan normatif dibawah Undang-Undang dengan memperhatikan keberadaan

Pasal 27 ayat (1) UUD 1945 yang didalamnya terkandung prinsip persamaan

dihadapan hukum. Penjabaran yang memperhatikan keberadaan prinsip

persamaan di hadapan hukum dalam Pasal 27 ayat (1) UUD 1945 sangat

diperlukan dalam maksud untuk memberi batas-batas tegas keberadaan dan

keberlakuan hak imunitas dimaksud.

Agar hak imunitas yang diberikan kepada anggota DPR yang mempunyai

kedudukan sebagai institusi yang tinggi dalam fungsi legislasi dan pengawasan

mengandung filosofi dan eksistensi Indonesia sebagai negara hukum, maka dalam

merumuskan hak imunitas tentunya harus berpijak pada prinsip-prinsip negara

4 Munir Fuady, Konsep Negara Demokrasi, (Jakarta : Reflika Aditama, 2010), h., 264-265.

Page 69: HAK IMUNITAS ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42076/1/KHOIRUR... · Kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) , Dewan Perwakilan

57

hukum seperti adanya pengakuan persamaan di muka hukum, aspek legalitas, non

diskriminasi, dan sebagainya.

Di samping itu, hak imunitas yang melekat pada anggota DPR hendaknya

diarahkan pada terbangunnya seperangkat pembatasan-pembatasan serta

peletakkan kewajiban pada masyarakat dan pemerintah untuk menghormati

Undang-Undang tanpa terkecuali. Anggota DPR harus mendapat perlindungan

hukum ketika sedang menjalankan fungsi, tugas dan kewenangannya sesuai

dengan kode etik serta asas-asas pemerintahan yang baik. Sebaliknya imunitas

tidak akan diberikan, bahkan yang bersangkutan akan ditindak sesuai dengan

aturan perundang-undangan, apabila anggota DPR melakukan perbuatan

melanggar hukum.

Berdasarkan pemaparan di atas, penulis menyimpulkan bagaimana

eksistensi hak imunitas anggota DPR yang kaitannya dengan konteks Negara

Hukum Indonesia dan asas persamaan di hadapan hukum, yaitu :

a. Hak imunitas anggota DPR dinyatakan secara tegas dalam konstitusi

Indonesia tepatnya dalam Pasal 20A UUD 1945. Adapun penjelasan

dan penerapan hak imunitas anggota DPR dinyatakan dalam Pasal 224

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang MPR, DPR, DPD,

dan DPRD (MD3)

b. Hak imunitas diberikan selama anggota DPR lebih berbentuk freedom

of speech, yaitu kebebasan berbicara yang dijamin perlindungannya

oleh hukum.

c. Hak imunitas diberikan selama anggota DPR menjalankan fungsi,

tugas dan wewenangnya, sehingga di luar kewenangannya hak

imunitas tidak diberikan

d. Hak imunitas anggota DPR diwujudkan dalam bentuk hak untuk

dibebaskan dari tuntutan yang sifatnya internal (kode etik dan disiplin)

dan eksternal (Perdata, Pidana dan Administrasi).

Page 70: HAK IMUNITAS ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42076/1/KHOIRUR... · Kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) , Dewan Perwakilan

58

B. Analisis Hak Imunitas Anggota DPR RI Menurut Undang-Undang

Nomor 17 Tahun 2014 Perspektif Hukum Islam

Dewan Perwakilan Rakyat merupakan lembaga legislatif yang

memegang kekuasaan undang-undang sebagai sistem lembaga perwakilan rakyat.

Dalam sejarah pemerintahan Islam nama lembaga ini telah muncul dalam

beberapa nama. Al-Mawardi menamakan sebagai ahlu al-Ikhtiyar yaitu orang-

orang yang dikelompokkan sebagai orang yang berhak memilih kepala negara dan

membedakan dengan ahl al-Imamah yaitu orang yang dikelompokkan sebagai

orang yang berhak dipilih menjadi pemimpin negara. Namun nama yang pernah

sangat populer untuk lembaga ini adalah dengan ahlu al-Halli wa al-Aqdi

diartikan dengan “Orang-orang yang mempunyai wewenang melonggar dan

mengikat.”Istilah ini dirumuskan oleh ulama fiqih untuk sebutan bagi orang-orang

yang bertindak sebagai wakil umat untuk menyuarakan hati nurani mereka. 5

Menurut Manzooruddin, lembaga ini merupakan lembaga perwakilan

umat yang representatif untuk mengangkat pemimpin negara dan merumuskan

undang-undang. Menurut Abdul Karim Zaidan, tugas orang-orang yang duduk

dalam lembaga ini adalah memilih khalifah, imam atau kepala negara secara

langsung. Sedangkan menurut Abdul Wahab Khallaf, lembaga ini disebut juga al-

Sulthah al-Tasyri’iyyah yaitu lembaga yang bertugas untuk membentuk suatu

hukum yang akan diberlakukan di dalam masyarakat demi kemaslahatan.6

Kedudukan ahlu al-Halli wa al-aqdi dalam negara Islam dianggap begitu

penting karena memang dari ajaran islam sendiri terdapat perintah agar persoalan-

persoalan kaum muslimin ditanggulangi melalui lembaga ini. Ada ayat dari Al-

Qur’an yang dijadikan dasar untuk menyatakan perintah untuk bermusyawarah

dalam penyelenggaraan negara.7 Allah berfirman dalam surat Ali Imran ayat 159

yang berbunyi :

5 Imam Al-Mawardi, Al-Ahkam Al-Sulthaniyah, (Jakarta : Qisthi Press, 2015), h., 6. 6 M. Hasbi Amiruddin, Konsep Negara Islam Menurut Fazlur Rahman, (Yogyakarta : UII

Press, 2006), h., 123. 7 Khamami Zada dan Arif R. Arafah, Diskurus Politik Islam, (Ciputat : LSIP. 2004), h., 25.

Page 71: HAK IMUNITAS ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42076/1/KHOIRUR... · Kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) , Dewan Perwakilan

59

ة نو فبها رحم ا غليظ ٱهلل م كيت فظ ول مم ٱم لم لت ل و نوم ىن ضل م مم و ٱم ن م ٱيم م مم ف ٱم مم وشاورم م ل

م ٱم كهلل ت ف فإذو عزنم لع إنهلل ٱهلل ي ض ٱهلل ك مه (١٥٩: ٣ /ال عمران) ١٥٩ و ل

Artinya :

“Maka dengan rahmat Allah engkau bersikap lemah lembut terhadap

mereka. Sekiranya engkau bersikap kasar dan berhati keras, niscaya mereka akan

menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah

ampun bagi mereka, dan bermusyawarhlah dengan mereka dalam urusan

tertentu. Kemudian apabila engkau telah membulatkan tekad, bertawakallah

kepada Allah. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertawakkal.”

(Q.S Ali Imran/ 3: 159).

Kemudian dilanjutkan dalam surat As-Syura ayat 38 yang berbunyi :

و و ٱهلل و اا و ٱم قا مم وأ و ل ب ل مم للهلل ا رزقمنو مم و ههلل مم شرىو ايمي م

وأ

( ٣٨ :٤٢ /الشورى) ٣٨ ين ن

Artinya :

“Dan orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan

mendirikan shalat, sedangkan urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah

antar mereka; dan mereka menafkahkan sebagian rexeki yang Kami berikan

kepada mereka.” (Q.S. As-Syura /42 : 38).

Dari segi redaksional kedua ayat ini ditujukan kepada Nabi Muhammad

SAW agar memusyawarahkan persoalan-persoalan tertentu dengan sahabat atau

anggota masyarakat. Karena itu ayat ini juga merupakan petunjuk kepada setiap

muslim dan kepada setiap pemimpin agar musyawarah dengan anggotanya

dijadikan suatu keharusan dalam memutuskan ssesuatu untuk kepentingan umat

termasuk dalam masalah-masalah politik yang sedang mereka hadapi. Kedua ayat

inilah yang menjadi dasar terbentuknya lembaga perwakilan rakyat dalam Islam

atau yang dikenal dengan istilah Ahlu al-Halli wa al-Aqdi yang mempunyai tugas

Page 72: HAK IMUNITAS ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42076/1/KHOIRUR... · Kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) , Dewan Perwakilan

60

untuk bermusyawarah dalam menyelesaikan suatu persoalan atau dalam

membentuk undang-undang.8

Ahlu al-Halli wa al-Aqdi terdiri dari para ulama dan ilmuwan spesialis

yang kapabel (mujtahid), mufti, para pakar dalam berbagai bidang serta para

pemuka dan tokoh masyarakat yang mewakili umat.9 Karena menetapkan syari’at

sebenarnya hanyalah wewenang Allah, maka wewenang dan tugas Ahlu al-Halli

wa al-Aqdi hanya sebatas menggali dan memahami sumber-sumber syari;at, yaitu

Al-Qur’an dan Sunnah serta menjelaskan hukum-hukum yang terkandung di

dalamnya. Selain itu, undang-undang dan peraturan yang akan dikeluarkan oleh

lembaga ini harus mengikuti ketentuan-ketentuan Al-Qur’an.

Berbeda dengan fungsi badan legislatif di dalam sistem negara modern,

yang umumnya dianut oleh negara-negara dunia sekarang ini fungsi lembaga Ahlu

al-Halli wa al-Aqdi di dalam sistem negara Islam lebih luas dan lebih kuat

peranannya yaitu : 10

1. Hak untuk mengangkat dan memilih khalifah

Ahlu al-Halli wa al-Aqdi mempunyai hak mengangkat dan memilih

khalifah (kepala negara) sesuai dengan syarat-syarat yang telah ditentukan oleh

syariat. Syarat-syarat calon khalifah haruslah yang sesuai dengan ketentuan-

ketentuan syariat pula.

2. Hak untuk memecat dan memberhentikan khalifah

Ahlu al-Halli wa al-Aqdi mempunyai hak untuk memecat dan

memberhentikan khalifah (kepala negara), apabila Ahlu al-Halli wa al-Aqdi

menilai telah melakukan pelanggaran terhadap syariat, konstitusi dan perundang-

undangan lainnya.

3. Hak untuk membuat undang-undang dan kebijakan

Ahlu al-Halli wa al-Aqdi berhak untuk membuat konstitusi dan undang-

undang dengan senantiasa berorietasi pada ketentuan-ketentuan syariat yang

8 Ibid, h., 124. 9 Wahbah al-Zuhaili, Fiqh al-Islam wa Adillatuhu, (Jakarta : Gema Insani, 2011, Jilid 8),

h., 298. 10 Abdul Qadir Djaelani, Negara Ideal Menurut Konsepsi Islam, (Surabaya : PT. Bina Ilmu,

1995), h., 191-192.

Page 73: HAK IMUNITAS ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42076/1/KHOIRUR... · Kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) , Dewan Perwakilan

61

diatur di dalam Al-Qur’an dan Sunnah. Terhadap nilai-nilai dan norma-norma

yang diatur secara pasti oleh syariat, Ahlu al-Halli wa al-Aqdi berhak untuk

melakukan interpretasi dan rinciannya. Sedangkan terhadap masalah yang tidak

secara langsung diatur oleh syariat, Ahlu al-Halli wa al-Aqdi berhak untuk

membuat ketentuan-ketentuannya secara ijtihad, dengan syarat tidak bertentangan

dengan syariat baik semangatnya walaupun formulasinya.

Menurut Manzooruddin Ahmed, Ahlu al-Halli wa al-Aqdi mempunyai

tugas yaitu bermusyawarah untuk menentukan sesuatu masalah yang

dipergunakan untuk semua masalah yang tidak diatur oleh ketentuan-ketentuan

Al-Qur’an dan Sunnah. Tugas ini bukan hanya untuk pembuatan suatu undang-

undang, tetapi untuk semua pertanyaan-pertanyaan sekitar pembuatan kebijakan,

strategi, tata usaha pemerintahan umum dan sebagainya. Masalah-masalah ini

dapat diajukan dalam suasana pembuatan kebijakan politik, seperti kebijakan

politik tentang semua masalah, dengan mempergunakan pertimbangan-

pertimbangan yang layak dan perhitungan kondisi.11

Dalam pemikiran politik Islam klasik, konsep imunitas sama sekali tidak

dijelaskan karena pada saat itu konstruksi politik Islam masih dalam perdebatan

seputar hubungan antara agama dan negara. Konsep imunitas terbentuk ketika

Islam harus menghadapi realitas politik modern yang berkembang pesat di seluruh

dunia.

Pada masa modern sejalan dengan masuknya pemikiran politik barat

terhadap islam, pemikiran tentang Ahlu al-halli wa al-Aqdi juga berkembang. Para

ulama siyasah mengemukakan pentingnya Lembaga Perwakilan Rakyat atau

DPR/MPR sebagai representasi dari kehendak rakyat. Mereka mengemukakan

gagasan tentang Ahlu al-Halli wa al-Aqdi ini dengan mengombinasikannya

dengan pemikiran-pemikiran politik yang berkembang di barat.12

Sebagaimana dijelaskan dalam bab II, imunitas atau kekebalan disebut

juga al-Hashaanah yang memiliki arti “kekebalan”. Imunitas dalam teori politik

11 Manzooruddin Ahmed, Islamic Politycal System in The Modern Age, (Karachi : Saad

Publication, 1982), h., 157. 12 Muhammad Iqbal, Fiqh Siyasah : Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam, (Jakarta : Gaya

Media Pratama, 2001), h., 163

Page 74: HAK IMUNITAS ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42076/1/KHOIRUR... · Kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) , Dewan Perwakilan

62

islam modern memiliki substansi yang sama dengan konsep imunitas yang dibawa

oleh eropa namun masih dibatasi oleh ketentuan-ketentuan syariat Islam, berbeda

dengan ketentuan dan aturan-aturan hukum konvensional yang berlaku.

Berkaitan dengan hak imunitas anggota DPR dalam politik Islam modern

tidak dijelaskan secara spesifik. Namun tidak jauh berbeda dari hukum

konvensional. Karena pada dasarnya dalam Islam, imunitas merupakan hasil

produk ijtihad para mujtahid kontemporer terhadap imunitas yang dikenalkan

negara barat.. Menurut Wahbah al-Zuhaili, para pejabat negara yang berkenan

memiliki hak imunitas tersebut ialah perwakilan negara, agen, organisasi dan

lembaga-lembaga negara, dan juga unit-unit politik seperti menteri-menteri, dan

wakil-wakil administrasi lainnya yang melaksankan kepentingan negara.13

Dengan melihat substansi hak imunitas yang terkandung dalam Pasal 224

Undang-Undang Nomor 17 tahun 2014, hak imunitas yang dimiliki anggota DPR

hanya berbentuk kebebasan berbicara (freedom of speech) yang tidak dapat

dipidana. Dalam Al-Qur’an keterangan tentang kebebasan berbicara, berpendapat

dan bertindak (yang merupakan ciri utama dari hak imunitas) terdapat dalam QS.

Ali Imran ayat 104 dan Q.S Thaha ayat 44 sebagai berikut :

كو عن إل ولم ة دم نهلل نيكمم أ م

ون ٱمم و و مه م ن عو ل م و يم

هين م م ل ولئ

ل ن وأ مهنم (١٠٤: ٣ /ال عمران ) ١٠٤ ل

Artinya :

“Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru

kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang

munkar. Merekalah orang-orang yang beruntung.” (Q.S. Ali Imran /3 : 104)

وم م و ف و أ كهلل ا ٱهلل لهلل يال وال هلل م (٤٤ :٢٠ /طه ) ٤٤ ق

Artinya :

“Berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah

lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut.” (Q.S Thaha/ 20 : 44).

13 Wahbah al-Zuhaili, , Fiqh al-Islam wa Adillatuhu, (Jakarta : Gema Insani, 2011, Jilid 8),

h., 519.

Page 75: HAK IMUNITAS ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42076/1/KHOIRUR... · Kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) , Dewan Perwakilan

63

Kedua ayat tersebut menjelaskan bahwa Islam juga menjamin adanya

kebebasan untuk berbicara dan mengutakan pendapat dalam segala ruang lingkup

perkara dunia, baik dalam urusan umum maupun kelompok. Akan tetapi

kebebasan tersebut sepatutnya digunakan dengan diiringi perbuatan yang baik dan

yang membawa manfaat bagi sekitarnya. Tujuan utama kebebasan berpendapat

bukanlah untuk berkelit akan tetapi untuk menyeru kebenaran dan kebaikan.

Karena itu kebebasan berpendapat sebagaimana yang ditetapkan syariat Islam,

merupakan wasilah penting dari yang diungkap oleh peradaban, sekaligus wasilah

mencapai kesejahteraan.14

Dengan demikian, dalam urusan tata pemerintahan konstitusional

menharuskan adanya penghormatan dan perlindungan terhadap hak-hak individu

dan masyarakat karena makna dan implementasi kedua hak ini berkaitan satu

sama lain. Contohnya, menghormati kebebasan individu untuk berbicara,

bertindak serta mengutarakan pendapat. Hak tersebut harus dijalankan secara

efektif baik individu maupun kelompok dalam konteks yang relevan. Karena hak

merupakan alat untuk merealisasikan tujuan, keadilan sosial, stabilitas politik dan

perkembangan ekonomi untuk seluruh lapisan masyarakat, hak harus dipahami

sebagai sebuah proses dinamis daripada aturan-aturan hukum yang abstrak.15

Menurut Abdullahi Ahmed Al-Na’im, hak-hak seperti kebebasan untuk

berbicara dan berpendapat tidak akan beguna tanpa adanya lembaga-lembaga

untuk menjalankannya, termasuk adanya kemampuan untuk mengajukan dan

menindak pebuatan aparatur pemerintahan dan menjaga mereka agar tetap

akuntabel. Karena itu, aparatur pemerintahan seharusnya tidak boleh

menyembunyikan kegiatannya, menutup-nutupi praktik penyalahgunaan

kekuasaan yang dilakukannya. Ini berarti transparansi kegiatan pegawai negara

adalah sebuah kebutuhan. Transparansi ini dapat dicapai melalui perundang-

undangan, aturan administratif dan juga kebebasan pers, serta kemungkinan

adanya tuntutan atas pegawai negara yang menyalahgunakan kekuasaan atau

mengindari tanggung jawabnya. Transparansi administratif tidak mungkin

14 Yusuf al-Qaradhawi, Fiqih Negara, (Jakarta : Robbani Press, 1997), h., 77 15 Abdullahi Ahmed Al-Na’im, Islam dan Negara Sekular Menegosiasikan Masa Depan

Syariah, (Bandung : PT. Mizan Pustaka, 2007), h., 164

Page 76: HAK IMUNITAS ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42076/1/KHOIRUR... · Kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) , Dewan Perwakilan

64

mungkin menghasilkan akuntabilitas politik dan hukum bila tidak disertai adanya

lembaga yang independen dan kompeten yang bisa menginvestigasi kemungkinan

penyalahgunaan kekuasaan.16

Apabila melihat kembali eksitensi Lembaga Perwakilan Rakyat atau Ahlu

al-Halli wa al-Aqdi dalam politik Islam sebenarnya sudah tak perlu lagi

diberikannya hak imunitas, sebab institusi tersebut memiliki kedudukan dan

fungsi yang lebih tinggi dalam pemerintahan. Dalam literarur fiqih siyasah jabatan

Ahlu al-Halli wa al-Aqdi wajib diisi oleh ulama’, fuqoha dan orang-orang yang

ahli di bidang hukum dan syari’at. Namun seiring berkembangnya zaman ke arah

modern tak menutup kemungkinan juga hukum pun semakin bekembang dan

dinamis, maka imunitas dibutuhkan untuk mendukung kinerja dari ahlu al-Halli

wa al-Aqdi agar menjaga eksistensi dan independenitas sebagai institusi besar

yang mengawasi pemerintah dalam hal ini kepala negara atau khalifah.

Hal ini sejalan dengan qaidah fiqhiyyah yang berbunyi :

ة ام ياة العا ى مها الولا ة أاقوا اص ياة الخا الولا

Artinya : “Kekuasaan yang khusus lebih kuat (kedudukannya) daripada

kekuasaan yang umum.”

Maksud dari kaidah di atas adalah bahwa lembaga-lembaga yang khusus

lebih kuat kedudukannya daripada lembaga yang umum. Lembaga ahlu al-Halli

wa al-Aqdi merupakan salah satu lembaga yang khas kedudukannya. Jika melihat

intisari dari kaidah tersebut, maka sudah barang tentu dan sah saja bilamana

Lembaga Perwakilan Rakyat (ahlu al-Halli wa al-Aqdi) diperkuat dengan sebuah

hak yang berupa hak imunitas (al-Hashaanah).17

Berdasarkan uraian diatas, dapat diketahui bahwa berdasarkan hukum

tata negara islam hak imunitas (al-Hashaanah) bagi anggota DPR atau (Ahlul

Halli wal Aqdi) itu diperbolehkan. Meskipun di dalam ketentuan Al-Qur’an dan

Sunnah Nabi tidak dijelaskan, akan tetapi bisa ditetapkan melalui ijtihad dengan

metode taqnin (pengadaan undang-undang fiqih). Yaitu proses pembentukan

16 Ibid, h., 165. 17 A. Djazuli, Kaidah-Kaidah Fikih : Kaidah-Kaidah Hukum Islam Dalam Menyelesaikan

Masalah-Masalah Yang Praktis, (Jakarta : Kencana, 2007, Cetakan kedua), h., 150

Page 77: HAK IMUNITAS ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42076/1/KHOIRUR... · Kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) , Dewan Perwakilan

65

undang-undang dan penyelesaian suatu masalah yang tidak diatur oleh nash.

Setelah keluarnya taqnin, kemudian hukum-hukum itu dikemukakan kepada

jumhur dalam bentuk hukum yang pasti dan ringkas sebagai perintah yang keluar

dari lembaga yang memiliki otoritas.18

Selanjutnya, taqnin tersebut tidak boleh berlawanan dengan kaidah

syari’ah dan prinsip-prinsipnya dengan kebebasan syura, kebebasan berijtihad dan

kebebasan memilih mazhab atau pendapat. Yang pasti, taqnin tidak akan menjadi

syar’i dan benar dalam fiqih, kecuali konsisten dengan batas-batas syari’ah yang

dijalankan oleh mujtahid atau para muqallid, bukan merupakan produk campur

tangan dari pihak asing untuk kepentingan asing pula.

Berdasarkan uraian di atas, penulis menyimpulkan pemberin hak

imunitas kepada anggota Ahlu al-Halli wa al-Aqdi merupakan sebuah kebolehan

dengan melihat pertimbangan bahwa hak tersebut digunakan dalam konteks hanya

dalam menjalankan tugas, fungsi, dan wewenangnya sebagai lembaga legislasi

dan pengawasan terhadap eksekutif (pemerintah). Adapun cara merumuskannya

melalui ijtihad dengan metode taqnin, yaitu proses pengadaan undang-undang

dalam hukum Islam yang dirumuskan oleh beberapa ahli hukum dan para ahli

(fuqoha).

Tentunya, dalam proses pembentukan dan pelaksanaan hak imunitas bagi

anggota ahlu al-Halli wa al-Aqdi tidak boleh melampaui batasan-batasan yang

telah ditetapkan oleh syari’at Islam. Karena prinsip utama dalam syari’at Islam

adalah prinsip keadilan, artinya syari’at Islam berlaku untuk semua golongan

tanpa membeda-bedakan status, jabatan maupun identitas lainnya.

18 Taufiq Muhammad Asy-Syawi, Demokrasi atau Syura, (Jakarta : Gema Insani, 2013), h.,

114

Page 78: HAK IMUNITAS ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42076/1/KHOIRUR... · Kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) , Dewan Perwakilan

66

C. Persamaan dan Perbedaan Hak Imunitas Anggota DPR RI Menurut

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 dan Hukum Islam

Berdasarkan penjelesan di atas dapat diketahui bahwa berdasarkan

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 anggota DPR memiliki hak imunitas

yang diakui dan dijamin oleh konstitusi, sedangkan berdasarkan hukum Islam

anggota DPR atau Ahlu al-Halli wa al-Aqdi diperbolehkan memiliki hak imunitas.

Dari alasan-alasan yang telah dipaparkan baik dalam peraturan perundang-

undangan maupun hukum Islam, meskipun pada akhirnya hasil dari analisis ini

berbeda, akan tetapi keduanya memiliki kesamaan.

1. Analisis Persamaan

Mengenai persamaan konsep hak imunitas anggota DPR menurut

pandangan hukum Islam dan hukum positif di Indonesia mencakup kepada :

a. Definisi Imunitas

Mengenai definisi imunitas menurut hukum Islam dan hukum

konvensional atau positif sama-sama mendefinisikan dengan kekebalan untuk

tidak dapat dipidana oleh yurisdiksi negara baik dari hukum perdata, administrasi

dan hukum pidana. Hak istimewa tersebut diberikan kepada pejabat atau abdi

negara dalam menjalankan fungsi, tugas dan wewenangnya sebagai aparatur atau

pejabat pemerintahan. Hak imunitas tersebut dijamin oleh ketentuan hukum di

suatu negara.

b. Pelaksanaan Hak Imunitas Anggota DPR

Dengan melihat substansi yang terkandung Pasal 224 Undang-Undang

Nomor 17 Tahun 2014 Tentang MPR, DPR, DPD dan DPD bahwa hak imunitas

anggota DPR lebih berbentuk kebebasan berbicara (freedom of speech) yang

dilindungi oleh konstitusi. Sedangkan di dalam Al-Qur’an, kebebasan berbicara

(yang merupakan ciri utama hak imunitas) di atur dalam Surat Ali Imron ayat 104

dan Surat Thaha ayat 44. Ayat tersebut menjelaskan tentang kebebasan berbicara

dan mengutarakan pendapat di segala ruang lingkup perkara dunia, baik urusan

Page 79: HAK IMUNITAS ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42076/1/KHOIRUR... · Kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) , Dewan Perwakilan

67

umum atau urusan kelompok. Ayat ini juga menjelaskan tentang menyampaikan

kebenaran dan menyeru kebaikan kepada orang lain.

c. Batasan Hak Imunitas Anggota DPR

Secara garis besar, menurut hukum positif Indonesia dan hukum tata

negara islam anggota DPR atau Ahlu al-Halli wa al-Aqdi mempunyai tugas dan

fungsi serta kewenangan yang sama, terutama berkenaan dengan fungsi legislasi

dan hak untuk mengutarakan pendapat.

Hak imunitas anggota DPR yang terkandung dalam pasal 224 Undang-

Undang Nomor 17 Tahun 2014 maupun yang berlaku dalam hukum Islam tidak

berlaku penuh untuk semua tindak pidana. Apalagi jika tindak pidana tersebut

termasuk ke dalam tindak pidana khusus seperti terorisme, korupsi,

penyalahgunaan narkotika. Jadi, hak imunitas anggota DPR harus dibatasi agar

tidak terjadinya penyalahgunaan kekuasaan dan abuse of power.

2. Analisis Perbedaan

Sedangkan mengenai perbedaan konsep hak imunitas anggota DPR

menurut pandangan hukum Islam dan hukum positif di Indonesia mencakup

kepada :

a. Definisi Imunitas

Imunitas dalam perspektif hukum Islam secara langsung memang tidak

disebutkan dalam dalil-dalil qath’i, hal ini disebabkan bahwa Al-Qur’an dan

Sunnah merupakan sumber hukum primer, bukan undang-undang layaknya

berlaku di Indonesia yang memang secara khusus dibuat untuk menangani suatu

permasalahan hukum tertentu. Sehubungan dengan hal ini, maka dapat dimaklumi

jika kedua sumber hukum Al-Qur’an dan Sunnah hampir tidak pernah

memberikan sebuah definisi. Termasuk di dalamnya definisi imunitas. Tetapi

bukan berarti tidak bisa dilacak ataupun ditelaah perihal imunitas dalam Al-

Qur’an dan Sunnah.

Pada masa pemerintahan Islam klasik belum ada yang membuat atau

menetapkan hukum tentang imunitas. Karena pada masa itu otoritas pemerintahan

masih dipegang oleh khalifah atau kepala negara dan realitas politik pada masa itu

Page 80: HAK IMUNITAS ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42076/1/KHOIRUR... · Kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) , Dewan Perwakilan

68

masih memperbincangkan bagaimana hubungan antara agama dan negara, apakah

agama harus dipisah dengan negara atau sebaliknya agama yang harus mengatur

negara.

Sedangkan imunitas dijelaskan dan diatur diatur dalam hukum positif

antara lain yaitu dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang MPR,

DPR, DPD dan DPRD atau biasa disebut dengan UU MD3.

b. Pelaksanaan Hak Imunitas Anggota DPR

Dalam hukum Islam pengaturan dan pelaksanaan hak imunitas anggota

DPR tidak diatur dalam Al-Qur’an dan Sunnah, pelaksanaan hak imunitas dapat

diatur melalui ijtihad dengan metode taqnin, yaitu metode pengadaan undang-

undang fiqih yang dirumuskan oleh ulama dan ahli hukum berdasarkan kaidah

syari’ah dan prinsip-prinsipnya.

Dalam Undang-Undang (hukum positif) hak imunitas anggota DPR

sudah diatur dalam Pasal 20A Undang-Undang Dasar Negara Indonesia Tahun

1945. Kemudian pelaksanaannya diatur melalui Pasal 224 Undang-Undang

Nomor 17 Tahun 2014 tentang MPR, DPR, DPD dan DPRD.

c. Batasan Hak Imunitas Anggota DPR

Dalam ketentuan hukum positif terdapat 2 (dua) macam doktrin imunitas,

yaitu imunitas absolut dan imunitas restriktif (terbatas). Kedua doktrin ini

dibedakan berdasarkan perbuatan yang dilakukan pejabat pemerintah, baik

perbuatan yang merupakan pelaksanaan dari kedaulatan negara maupun dalam

bidang hukum perdata dan pidana.

Adapun yang termasuk hak imunitas absolut (mutlak) adalah setiap

pernyataan yang dibuat dalam :

1. Sidang-sidang atau rapat parlemen

2. Sidang-sidang pengadilan

3. Tindakan yang dilakukan oleh pejabat-pejabat publik tinggi dalam

menjalankan tugas dan kewenangannya, dan lain-lain.

Sedangkan yang tergolong ke dalam hak imunitas restriktif (terbatas)

yaitu siaran pers tentang isi rapat-rapat parlemen atau sidang pengadilan, ataupun

Page 81: HAK IMUNITAS ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42076/1/KHOIRUR... · Kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) , Dewan Perwakilan

69

laporan pejabat yang berwenang tentang isi rapat parlemen atau pengadilan

tersebut.

Berbeda dengan ketentuan hukum positif, dalam hukum Islam tidak

mengenal hak imunitas absolut. Syariat Islam berlaku untuk seluruh golongan

baik itu masyarakat biasa maupun pejabat pemerintahan sekalipun. Karena yang

dijadikan pondasi lahirnya syariat Islam adalah asas persamaan dan keadilan di

hadapan hukum.19

Seperti yang telah dijelaskan dalam Al-Qur’an Surat Al-

Maidah ayat 8 yang berbunyi :

ا ضأ و ي دو ٱهلل ش ون ٱهلل و ق هلل و كى وني وو يم نيهللكمم ٱم م

و دل وهلل ت م أ م لع م ان ق شن و دل و عم ىو قم لل هلل م

أ و تهلل إنهلل ٱهلل ٱهلل

هلن اها ت م (٨ :٥ /المائدة ) ٨خب Artinya :

“Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu menjadi orang-orang

yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil.

Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu

untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada

taqwa. Dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui

apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. Al-Maidah /5 : 8)

Ayat di atas menjelaskan bahwa esensi dari persamaan dalam hukum

adalah sikap adil di dalam menerapkan ketentuan-ketentuan hukum bagi semua

warga negara, tanpa mengenal diskriminasi apapun: apakah ia seorang rakyat

jelata atau penguasa; apakah ia seorang fakir atau hartawan, dan lain sebagainya.

19 Abdul Qadir Djaelani, Negara Ideal Menurut Konsepsi Islam, (Surabaya : PT. Bina Ilmu,

1995), h., 260.

Page 82: HAK IMUNITAS ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42076/1/KHOIRUR... · Kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) , Dewan Perwakilan

70

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil uraian pada bab-bab sebelumnya, maka penulis

mengambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Hak imunitas anggota DPR RI sebagaimana diatur dalam Undang-

Undang Nomor 17 Tahun 2014 menjelaskan bahwa hak imunitas

merupakan suatu hak konstitusional yang diberikan kepada anggota

DPR untuk tidak dapat dituntut di depan pengadilan karena

pernyataan, pertanyaan, dan/atau pendapat yang dikemukakannya baik

secara lisan maupun tertulis di dalam rapat DPR ataupun di luar rapat

DPR yang berkaitan dengan fungsi serta wewenang dan tugas DPR.

Adapun substansi yang terkandung dalam hak imunitas tersebut lebih

berbentuk kebebasan berbicara (freedom of speech) yang dijamin oleh

konstitusi.

2. Dalam syari’at Islam, hak imunitas yang ada pada anggota DPR

secara rinci tidak disebutkan. Namun, dalam Al-Qur’an menyinggung

tentang kebebasan berbicara, berpendapat dan bertindak yang

merupakan substansi dari hak imunitas pada anggota DPR. Jadi, hak

imunitas dapat diberikan kepada anggota DPR melaui ijtihad para ahlu

syura, mujtahid, serta ulama dengan menggunakan metode taqnin atau

formalisasi undang-undang fiqih yang kemudian disahkan oleh umara

atau pemerintah.

3. Persamaan mengenai ketentuan hak imunitas bagi anggota DPR

menurut Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 dan hukum Islam

bahwa keduanya sama-sama menjamin pelaksanaan hak imunitas

yang berupa hak kebebasan berbicara terhadap anggota DPR atau

Ahlu al-Halli wa al-Aqdi. Dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun

2014, hak imunitas anggota DPR RI dibatasi yaitu dalam kondisi

Page 83: HAK IMUNITAS ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42076/1/KHOIRUR... · Kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) , Dewan Perwakilan

71

terkena masalah dengan materi yang dibicarakan dalam tugas dan

fungsi DPR. Sedangkan dalam hukum Islam hak imunitas tersebut

dibatasi dengan syari’at Islam dan prinsip-prinsipnya.

B. Saran

Hak imunitas yang diatur secara konstitusional dalam Pasal 224 Undang-

Undang Nomor 17 Tahun 2014 bertujuan agar anggota DPR dapat melaksanakan

fungsi dan tugas dan kewenangannya tanpa adanya hambatan. Dengan demikian,

setelah diberikannya hak imunitas tersebut maka seyogyanya anggota DPR

semakin produktif dan aktif dalam menyuarakan aspirasi serta bertindak untuk

kepentingan masyarakat secara maksimal. Selanjutnya, jangan sampai hak

imunitas tersebut digunakan di luar tugas dan kewenangannya, apalagi digunakan

untuk tindakan yang sewenang-wenang. Kepada seluruh lapisan masyarakat

harus ikut mengontrol bagaimana kinerja anggota DPR pada umumnya dan

mengenai penerapan hak imunitasnya pada khususnya, dengan tetap berpedoman

terhadap undang-undang, yaitu Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014.

Page 84: HAK IMUNITAS ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42076/1/KHOIRUR... · Kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) , Dewan Perwakilan

72

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an Al-Karim

Adolf, Huala. Aspek-Aspek Negara Dalam Hukum Internasional, Jakarta: PT.

Raja Grafindo Persada, 2002

Ahmadi, Fahmi M. dan Jaenal Aripin. Metode Penelitian Hukum, Ciputat :

Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2010

Ahmed, Manzooruddin. Islamic Politycal System in The Modern Age, Karachi :

Saad Publication, 1982

Al-Mawardi, Imam Al-Ahkam Al-Sulthaniyah, Jakarta : Qisthi Press, 2015

Al-Qaradhawi, Yusuf. Fiqih Negara, Jakarta : Robbani Press, 1997

Al-Zuhaili, Wahbah. Fiqh al-Islam wa Adillatuhu. Jilid 8, Jakarta : PT. Gema

Insani, 2011

Amiruddin, Muhammad Hasbi. Konsep Negara Islam Menurut Fazlur Rahman,

Yogyakarta : UII Press, 2006

An-Na’im, Abdullahi Ahmed. Islam Dan Negara Sekular Menegosiasikan Masa

Depan Syariah, Bandung : PT. Mizan Pustaka, 2007

Ardhiwisastra, Yudha Bhakti. Hukum Internasional : Bunga Rampai, Bandung :

PT. Alumni, 2003

Arief Mansur, Dikdik M. Hak Imunitas Aparat Polri Dalam Penanggulangan

Tindak Pidana Terorisme, Jakarta : Pensil-324, 2012

Asshiddiqie, Jimly. Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, Jakarta : Raja Grafindo

Persada, 2013

Ashri, Muhammad. Hukum Internasional dan Hukum Islam tentang Sengketa dan

Perdamaian, Jakarta : Gramedia Pustaka, 2013

Asy-Syawi, Taufiq Muhammad. Demokrasi atau Syura, Jakarta : Gema Insani,

2013

Aulawi, Akhmad. Perspektif Pelaksanaan Hak Imunitas Anggota Parlemen Dan

Pelaksanaannya Di Beberapa Negara, Jurnal Rechtsvinding, Media

Pembinaan Hukum Nasional.

Page 85: HAK IMUNITAS ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42076/1/KHOIRUR... · Kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) , Dewan Perwakilan

73

Ba’albaki, Munir. Al-Maurid a Modern English-Arabic Dictionary, Beirut : Dar

El-Ilm, 1992

Badawi, Tsarwat. Al- Nuzhum al-Siyasiyyah, Jilid 1, Kairo : Dar al-Nahdlah al-

Arabiyyah, 1967

Busroh, Abu Daud. Ilmu Negara, Jakarta : Bumi Aksara, 2009

Djaelani, Abdul Qadir Negara Ideal Menurut Konsepsi Islam, Surabaya : PT.

Bina Ilmu, 1995

Djazuli, A. Kaidah-Kaidah Fikih : Kaidah-Kaidah Hukum Islam Dalam

Menyelesaikan Masalah-Masalah Yang Praktis, Jakarta : Kencana,

2007

Ensiklopedi Nasional Indonesia, Jilid VI, Jakarta : Cipta Adi Pustaka, 1989

Fuady, Munir. Konsep Negara Demokrasi, Bandung : Refika Aditama, 2010

___________. Teori Negara Hukum Modern, Jakarta: PT. Refika Aditama, 2009

Gaffar, Afan. Politik Indonesia Transisi Menuju Demokrasi, Yogyakarta : Pustaka

Pelajar, 2006

Gautama, Sudargo. Aneka Masalah Hukum Perdata Internasional, Bandung :

Alumni, 1985

________________. Hukum Perdata Internasional Indonesia, Jakarta : Bina

Cipta, 1998

Haryatmoko, Etika Politik dan Kekuasaan, Jakarta : Kompas Media Nusantara,

2003

Hasan, Mustofa dan Beni Ahmad Saebani. Hukum Pidana Islam, Bandung :

Pustaka Setia, 2013

Iqbal, Muhammad. Fiqh Siyasah : Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam, Jakarta:

Gaya Media Pratama, 2001

Joko, Subagyo. Metodologi Penelitian, Dalam Teori Dan Praktek, Jakarta :

Rineka Cipta, 2011

Kaczorowska, Alina. Textbook of Public Interational Law, London : Old Bailey

Press : 2002

Kamil, Sukron. Pemikiran Politik Islam Tematik, Jakarta : PT. Kencana, 2013

Kholiq, Farid Abdul. Fikih Politik Islam, Jakarta : Sinar Grafika, 2005

Page 86: HAK IMUNITAS ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42076/1/KHOIRUR... · Kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) , Dewan Perwakilan

74

Konvensi Internasiona Wina Tahun 1961

Kusnardi, Mohammad dan Bintan R. Saragih, Susunan Pembagian Kekuasaan

Menurut UUD 1945, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 1994

___________________. Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia, Jakarta :

Sinar Bakti Fakultas Hukum UI, 1988

Kusumaatmadja, Mochtar, Pengantar Hukum Internasional, Bandung : Bina Cipta,

1976,

Maksudi, Beddy Irawan. Sistem Politik Indonesia-Pemahaman Secara Teoritik

dan Empirik, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2012

Marzuki, Peter Mahmud. Penelitian Hukum, Jakarta:Kencana Prenada Media,

2014

Poerwadarminta, W.J.S. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Cet. Ke-5, Jakarta :

PT. Balai Pustaka, 1976,

Prajogo, Soesilo Kamus Hukum Internasional dan Indonesia, Jakarta : WIPRESS,

2007

Rahardjo, Satjipto. Ilmu Hukum, Semarang : PT Citra Aditya Bhakti, 2014

R.J Lolong, Wenly. Problematika Imunitas Hukum Anggota Parlemen Ditinjau

dari Prinsip Equality Before The Law, Jurnal Al-Ahkam Vol V No. 2,

Desember 2015

Sanit, Arbi. Perwakilan Politik Di Indonesia, Jakarta : CV. Rajawali, 1985

Simorangkir, J.C.T. Hukum dan Konstitusi Indonesia, Jakarta : Gunung Agung,

1983

Soehino, Ilmu Negara, Yogyakarta: Liberty, 1996

Suryokusumo, Sumaryo. Hukum Diplomatik dan Kasus, Bandung : PT Alumni,

1995

Suseno, Frans Magnis. Kuasa Moral, Jakarta : PT. Gramedia, 1998

Starke, J.G, Pengantar Hukum Internasional, Jakarta : Sinar Grafika, 2007

Syahmin, Hukum Diplomatik Dalam Rangka Studi dan Analisis, Jakarta : Raja

Grafindo, 2008,

Titik Triwulan, Tutik. Konstruksi Hukum Tata Negara Indonesia Pasca

Amandemen UUD 1945, Jakarta : Kencana, 2011

Page 87: HAK IMUNITAS ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42076/1/KHOIRUR... · Kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) , Dewan Perwakilan

75

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 Tentang MPR, DPR, DPD dan DPRD

Wigley, Simon Parliamentary Immunity: Protecting Democracy or Protecting

Corruption¸ The Journal of Political Philosophy, Volume 11, Number

1, 2003

Yusuf, A. Muri. Metode Penelitian; Kuantitatif, Kualitatif dan Penelitian

Gabungan, Jakarta : PT. Kencana Prenada Media, 2014

Zada, Khamami dan Arif R. Arafah, Diskurus Politik Islam, Ciputat : LSIP, 2004

WEBSITE :

Doro Ringo : www.academia.edu/5047144/Immunitas_Negara diakses pada hari

Sabtu, 22 Juli 2017

Fahri Hamzah : Novanto Punya hak Imunitas

http://hukum.rmol.co/read/2017/04/14/287647/Fahri-Hamzah:-

Novanto-Punya-Hak-Imunitas- diakses pada hari Sabtu, 22 Juli 2017

Refly Harun : Hak imunitas DPR tak berlaku untuk kasus pidana.

https://detik.com/news/berita/d-3473410/pakar-hukum-hak-imunitas-

dpr-tak-berlaku-untuk-kasus-pidana, diakses pada hari Sabtu, 22 Juli

2017

Teddy : Hak Imunitas dan Interpelasi DPR. http://pakteddy.blogspot.com/2008/11/hak-

imunitas-dan-interpelasidpr.html diakses pada hari Sabtu, 22 Juli 2017

Page 88: HAK IMUNITAS ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42076/1/KHOIRUR... · Kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) , Dewan Perwakilan

- 31 -

(2) Fungsi anggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 ayat (1) huruf b dilaksanakan untuk membahas dan memberikan persetujuan atau tidak memberikan persetujuan terhadap rancangan undang-undang tentang APBN yang diajukan oleh Presiden.

(3) Fungsi pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 ayat (1) huruf c dilaksanakan melalui pengawasan atas pelaksanaan undang-undang dan APBN.

Bagian Ketiga Wewenang dan Tugas

Paragraf 1 Wewenang

Pasal 71

DPR berwenang:

a. membentuk undang-undang yang dibahas dengan Presiden untuk mendapat persetujuan bersama;

b. memberikan persetujuan atau tidak memberikan persetujuan terhadap peraturan pemerintah pengganti undang-undang yang diajukan oleh Presiden untuk menjadi undang-undang;

c. membahas rancangan undang-undang yang diajukan oleh Presiden atau DPR yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta perimbangan keuangan pusat dan daerah, dengan mengikutsertakan DPD sebelum diambil persetujuan bersama antara DPR dan Presiden;

d. memperhatikan pertimbangan DPD atas rancangan undang-undang tentang APBN dan rancangan undang-undang yang berkaitan dengan pajak, pendidikan, dan agama;

e. membahas . . .

Page 89: HAK IMUNITAS ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42076/1/KHOIRUR... · Kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) , Dewan Perwakilan

- 32 -

e. membahas bersama Presiden dengan memperhatikan pertimbangan DPD dan memberikan persetujuan atas rancangan undang-undang tentang APBN yang diajukan oleh Presiden;

f. membahas dan menindaklanjuti hasil pengawasan yang disampaikan oleh DPD atas pelaksanaan undang-undang mengenai otonomi daerah, pembentukan, pemekaran dan penggabungan daerah, hubungan pusat dan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, pelaksanaan APBN, pajak, pendidikan, dan agama;

g. memberikan persetujuan kepada Presiden untuk menyatakan perang dan membuat perdamaian dengan negara lain;

h. memberikan persetujuan atas perjanjian internasional tertentu yang menimbulkan akibat yang luas dan mendasar bagi kehidupan rakyat yang terkait dengan beban keuangan negara dan/atau mengharuskan perubahan atau pembentukan undang-undang;

i. memberikan pertimbangan kepada Presiden dalam pemberian amnesti dan abolisi;

j. memberikan pertimbangan kepada Presiden dalam hal mengangkat duta besar dan menerima penempatan duta besar negara lain;

k. memilih anggota BPK dengan memperhatikan pertimbangan DPD;

l. memberikan persetujuan kepada Presiden atas pengangkatan dan pemberhentian anggota Komisi Yudisial;

m. memberikan persetujuan calon hakim agung yang diusulkan Komisi Yudisial untuk ditetapkan sebagai hakim agung oleh Presiden; dan

n. memilih 3 (tiga) orang hakim konstitusi dan mengajukannya kepada Presiden untuk diresmikan dengan keputusan Presiden.

Paragraf 2 . . .

Page 90: HAK IMUNITAS ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42076/1/KHOIRUR... · Kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) , Dewan Perwakilan

- 33 -

Paragraf 2 Wewenang

Tugas

Pasal 72

DPR bertugas:

a. menyusun, membahas, menetapkan, dan menyebarluaskan program legislasi nasional;

b. menyusun, membahas, dan menyebarluaskan rancangan undang-undang;

c. menerima rancangan undang-undang yang diajukan oleh DPD berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta yang berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah;

d. melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan undang-undang, APBN, dan kebijakan pemerintah;

e. membahas dan menindaklanjuti hasil pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang disampaikan oleh BPK;

f. memberikan persetujuan terhadap pemindahtanganan aset negara yang menjadi kewenangannya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan dan terhadap perjanjian yang berakibat luas dan mendasar bagi kehidupan rakyat yang terkait dengan beban keuangan negara;

g. menyerap, menghimpun, menampung, dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat; dan

h. melaksanakan tugas lain yang diatur dalam undang-undang.

Pasal 73 . . .

Page 91: HAK IMUNITAS ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42076/1/KHOIRUR... · Kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) , Dewan Perwakilan

- 38 -

(3) Hak angket sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b adalah hak DPR untuk melakukan penyelidikan terhadap pelaksanaan suatu undang-undang dan/atau kebijakan Pemerintah yang berkaitan dengan hal penting, strategis, dan berdampak luas pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang diduga bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.

(4) Hak menyatakan pendapat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c adalah hak DPR untuk menyatakan pendapat atas:

a. kebijakan pemerintah atau mengenai kejadian luar biasa yang terjadi di tanah air atau di dunia internasional;

b. tindak lanjut pelaksanaan hak interpelasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan hak angket sebagaimana dimaksud pada ayat (3); atau

c. dugaan bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden melakukan pelanggaran hukum baik berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, maupun perbuatan tercela, dan/atau Presiden dan/atau Wakil Presiden tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden.

Bagian Keenam Hak dan Kewajiban Anggota

Paragraf 1 Hak Anggota

Pasal 80

Anggota DPR berhak:

a. mengajukan usul rancangan undang-undang; b. mengajukan pertanyaan; c. menyampaikan usul dan pendapat; d. memilih dan dipilih; e. membela diri;

f. imunitas . . .

Page 92: HAK IMUNITAS ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42076/1/KHOIRUR... · Kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) , Dewan Perwakilan

- 39 -

f. imunitas; g. protokoler; h. keuangan dan administratif; i. pengawasan; j. mengusulkan dan memperjuangkan program

pembangunan daerah pemilihan; dan k. melakukan sosialiasi undang-undang.

Paragraf 2

Kewajiban Anggota

Pasal 81

Anggota DPR berkewajiban:

a. memegang teguh dan mengamalkan Pancasila; b. melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945 dan menaati ketentuan peraturan perundang-undangan;

c. mempertahankan dan memelihara kerukunan nasional dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia;

d. mendahulukan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi, kelompok, dan golongan;

e. memperjuangkan peningkatan kesejahteraan rakyat; f. menaati prinsip demokrasi dalam penyelenggaraan

pemerintahan negara; g. menaati tata tertib dan kode etik; h. menjaga etika dan norma dalam hubungan kerja

dengan lembaga lain; i. menyerap dan menghimpun aspirasi konstituen melalui

kunjungan kerja secara berkala; j. menampung dan menindaklanjuti aspirasi dan

pengaduan masyarakat; dan k. memberikan pertanggungjawaban secara moral dan

politis kepada konstituen di daerah pemilihannya.

Bagian Ketujuh . . .

Page 93: HAK IMUNITAS ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42076/1/KHOIRUR... · Kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) , Dewan Perwakilan

- 109 -

Paragraf 5 Hak Membela Diri

Pasal 223

(1) Anggota DPR yang diduga melakukan pelanggaran sumpah/janji, kode etik, dan/atau tidak melaksanakan kewajiban sebagai anggota diberi kesempatan untuk membela diri dan/atau memberikan keterangan kepada Mahkamah Kehormatan Dewan.

(2) Ketentuan mengenai tata cara membela diri dan/atau memberikan keterangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam peraturan DPR tentang tata tertib.

Paragraf 6 Hak Imunitas

Pasal 224

(1) Anggota DPR tidak dapat dituntut di depan pengadilan karena pernyataan, pertanyaan, dan/atau pendapat yang dikemukakannya baik secara lisan maupun tertulis di dalam rapat DPR ataupun di luar rapat DPR yang berkaitan dengan fungsi serta wewenang dan tugas DPR.

(2) Anggota DPR tidak dapat dituntut di depan pengadilan karena sikap, tindakan, kegiatan di dalam rapat DPR ataupun di luar rapat DPR yang semata-mata karena hak dan kewenangan konstitusional DPR dan/atau anggota DPR.

(3) Anggota DPR tidak dapat diganti antarwaktu karena pernyataan, pertanyaan, dan/atau pendapat yang dikemukakannya baik di dalam rapat DPR maupun di luar rapat DPR yang berkaitan dengan fungsi serta wewenang dan tugas DPR.

(4) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku dalam hal anggota yang bersangkutan mengumumkan materi yang telah disepakati dalam rapat tertutup untuk dirahasiakan atau hal lain yang dinyatakan sebagai rahasia negara menurut ketentuan peraturan perundang-undangan.

(5) Pemanggilan . . .

Page 94: HAK IMUNITAS ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42076/1/KHOIRUR... · Kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) , Dewan Perwakilan

- 110 -

(5) Pemanggilan dan permintaan keterangan kepada anggota DPR yang diduga melakukan tindak pidana sehubungan dengan pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3) dan ayat (4) harus mendapatkan persetujuan tertulis dari Mahkamah Kehormatan Dewan.

(6) Mahkamah Kehormatan Dewan harus memproses dan memberikan putusan atas surat pemohonan tersebut dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) Hari setelah diterimanya permohonan persetujuan pemanggilan keterangan tersebut.

(7) Dalam hal Mahkamah Kehormatan Dewan memutuskan tidak memberikan persetujuan atas pemanggilan angggota DPR, surat pemanggilan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) tidak memiliki kekuatan hukum/batal demi hukum.

Paragraf 7 Hak Protokoler

Pasal 225

(1) Pimpinan DPR dan anggota DPR mempunyai hak protokoler.

(2) Ketentuan mengenai tata cara pelaksanaan hak protokoler sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam peraturan perundang-undangan.

Paragraf 8 Hak Keuangan dan Administratif

Pasal 226

(1) Pimpinan DPR dan anggota DPR mempunyai hak keuangan dan administratif.

(2) Hak keuangan dan administratif pimpinan DPR dan anggota DPR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun oleh pimpinan DPR dan diatur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Paragraf 9 . . .