8
Hak dan Kewajiban Pasien Menurut Undang-Undang Oleh: Ahmed Hertama Menurut „Declaration of Lisbon (1981) : The Rights of the Patient” disebutkan beberapa hak pasien, diantaranya hak memilih dokter, hak dirawat dokter yang “bebas”, hak menerima atau menolak pengobatan setelah menerima informasi, hak atas kerahasiaan, hak mati secara bermartabat, hak atas dukungan moral atau spiritual. Dalam UU No 23 tahun 1992 tentang Kesehatan, pasal 53 menyebutkan beberapa hak pasien, yakni hak atas Informasi, hak atas second opinion, hak atas kerahasiaan, hak atas persetujuan tindakan medis, hak atas masalah spiritual, dan hak atas ganti rugi. Menurut UU No.36 tahun 2009 tentang kesehatan, pada pasal 4- 8 disebutkan setiap orang berhak atas kesehatan, akses atas sumber daya, pelayanan kesehatan yang aman, bermutu dan terjangkau; menentukan sendiri pelayanan kesehatan yang diperlukan, lingkungan yang sehat, info dan edukasi kesehatan yg seimbang dan bertanggungjawab, dan informasi tentang data kesehatan dirinya. Hak-hak pasien dalam UU No. 36 tahun 2009 itu diantaranya meliputi:

Hak Kewajiban Pasien UU

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Hak Kewajiban Pasien UU

Citation preview

Page 1: Hak Kewajiban Pasien UU

 

Hak dan Kewajiban Pasien Menurut Undang-Undang

Oleh: Ahmed Hertama

Menurut „Declaration of Lisbon (1981) : The Rights of the Patient” disebutkan

beberapa hak pasien, diantaranya hak memilih dokter, hak dirawat dokter yang

“bebas”, hak menerima atau menolak pengobatan setelah menerima informasi,

hak atas kerahasiaan, hak mati secara bermartabat, hak atas dukungan moral

atau spiritual. Dalam UU No 23 tahun 1992 tentang Kesehatan, pasal 53

menyebutkan beberapa hak pasien, yakni hak atas Informasi, hak atas second

opinion, hak atas kerahasiaan, hak atas persetujuan tindakan medis, hak atas

masalah spiritual, dan hak atas ganti rugi.

Menurut UU No.36 tahun 2009 tentang kesehatan, pada pasal 4-8 disebutkan

setiap orang berhak atas kesehatan, akses atas sumber daya, pelayanan

kesehatan yang aman, bermutu dan terjangkau; menentukan sendiri pelayanan

kesehatan yang diperlukan, lingkungan yang sehat, info dan edukasi kesehatan

yg seimbang dan bertanggungjawab, dan informasi tentang data kesehatan

dirinya.

Hak-hak pasien dalam UU No. 36 tahun 2009 itu diantaranya meliputi:

- Hak menerima atau menolak sebagian atau seluruh pertolongan (kecuali tak

sadar, penyakit menular berat, gangguan jiwa berat).

- Hak atas rahasia pribadi (kecuali perintah UU, pengadilan, ijin ybs, kepentngan

ybs, kepentingan masyarakat).

- Hak tuntut ganti rugi akibat salah atau kelalaian (kecuali tindakan penyelamatan

nyawa atau cegah cacat).

Pada UU No 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran khususnya pada pasal

52 juga diatur hak-hak pasien, yang meliputi:

Page 2: Hak Kewajiban Pasien UU

- Mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis sebagaimana

dimaksud dalam pasal 45 ayat 3.

- Meminta pendapat dokter atau dokter gigi lain.

- Mendapat pelayanan sesuai dengan kebutuhan medis.

- Menolak tindakan medis.

- Mendapatkan isi rekam medis.

Terkait rekam medis, Peraturan Menteri kesehatan No.269 pasal 12

menyebutkan:

- Berkas rekam medis milik sarana pelayanan kesehatan.

- Isi rekam medis merupakan milik pasien.

- Isi rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dalam bentuk ringkasan

rekam medis.

- Ringkasan rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat diberikan,

dicatat, atau dicopy oleh pasien atau orang yang diberi kuasa atau atas

persetujuan tertulis pasien atau keluarga pasien yang berhak untuk itu.

Hak Pasien dalam UU No 44 / 2009 tentang Rumah Sakit (Pasal 32 UU

44/2009) menyebutkan bahwa setiap pasien mempunyai hak sebagai

berikut:

- Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di

Rumah Sakit.

- Memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien.

- Memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur, dan tanpa diskriminasi.

- Memperoleh pelayanan kesehatan bermutu sesuai dengan standar profesi dan

standar prosedur operasional.

- Memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien terhindar dari

kerugian fisik dan materi;

Page 3: Hak Kewajiban Pasien UU

- Mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan.

- Memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan

peraturan yang berlaku di rumah sakit.

- Meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter lain

(second opinion) yang memiliki Surat Ijin Praktik (SIP) baik di dalam maupun di

luar rumah sakit.

- Mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data-

data medisnya.

- Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan dilakukan oleh

tenaga kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya.

- Mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan medis,

tujuan tindakan medis, alternatif tindakan, risiko dan komplikasi yang mungkin

terjadi, dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta perkiraan biaya

pengobatan.

- Didampingi keluarganya dalam keadaan kritis.

- Menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang dianutnya selama

hal itu tidak mengganggu pasien lainnya.

- Memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di

Rumah Sakit. Mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan Rumah Sakit

terhadap dirinya.

- Menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan agama dan

kepercayaan yang dianutnya.

- Menggugat dan atau menuntut rumah sakit apabila rumah sakit itu diduga

memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik secara perdata

ataupun pidana.

- Mengeluhkan pelayanan rumah sakit yang tidak sesuai dengan standar

pelayanan melalui media cetak dan elektronik sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

Page 4: Hak Kewajiban Pasien UU

Sementara itu kewajiban pasien diatur diataranya dalam UU No 29 tahun

2004 tentang Praktik Kedokteran, terutama pasal 53 UU, yang meliputi:

- Memberi informasi yg lengkap dan jujur tentang masalah kesehatannya.

- Mematuhi nasihat dan petunjuk dokter dan dokter gigi.

- Mematuhi ketentuan yang berlaku di saryankes.

- Memberi imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.

 

Terkait kewajiban pasien seperti disebut di atas, sebenarnya ada “pesan” implisit

terkait hal itu,diantaranya:

- Masing-masing pihak, dalam hal ini pasien dan tenaga medis, harus selalu

memberi informasi yang tepat dan lengkap, baik sebelum maupun sesudah

tindakan (preventif/diagnostik/terapeutik/rehabilitatif).

- Keputusan di tangan pasien, dokter mengadvokasi prosesnya (kecuali keadaan

darurat yang tak bias ditunda).

- Layanan medis harus sesuai kebutuhan medisnya.

Page 5: Hak Kewajiban Pasien UU

Hak dan Kewajiban Tenaga Medis

Di dalam UU No 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran, pada pasal 50

disebutkan adanya hak-hak dokter, yakni:

- Memperoleh perlindungan hukum sepanjang sesuai standar profesi dan SOP.

- Memberikan layanan medis menurut standar profesi (SP) dan standar

operasional prosedur (SOP).

- Memperoleh info yg jujur & lengkap dari pasien atau keluarga pasien.

- Menerima imbalan jasa.

 Adanya perlindungan hukum bagi dokter ini mengingat bahwa pekerjaan dokter

dianggap sah sepanjang memenuhi ketentuan-ketentuan yang berlaku. Dan

bahwa dalam bekerja seorang dokter harus bebas dari intervensi pihak lain, dan

bebas dari kekerasan. Jika pun terdapat dugaan “malpraktik” harus melalui

proses pembuktian hukum terlebih dahulu, termasuk diantaranya tentu saja

seorang dokter bebas memperoleh pembelaan hukum.

Pada pasal 52 UU yang sama diatur pula mengenai kewajiban dokter, yang

meliputi:

- Memberi pelayanan medis sesuai SP & SOP, serta kebutuhan medis pasien.

- Merujuk pasien bila tak mampu.

- Menjamin kerahasiaan pasien.

- Pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan, kecuali bila yakin ada orang

lain yg bertugas dan mampu.

- Menambah / ikuti perkembangan iptek kedokteran.

Page 6: Hak Kewajiban Pasien UU