24
HAKIKAT IPTEKS DALAM PANDANGAN ISLAM A. Konsep IPTEKS dan Peradaban Muslim Salah satu jabatan termulia manusia selain sebagai hamba Allah („abdullah) sebagaimana diamanatkan oleh Allah ialah pengutusan manusia sebagai khalifatullah. Dalam al-Qur‟an surat Al-Baqarah [2]: 30 disebutkan: Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahuiDari ayat di atas dapatlah dipahami bahwa khalifah berarti wakil, pengganti, pengemban tugas dan kewajiban, suksesor. Manusia sebagai khalifah Allah diberikan amanah dalam dua hal penting. Pertama, tugas manusia untuk selalu memelihara bumi dari pengerusakan secara sengaja dan kerusakan yang disebabkan oleh alam sehingga bumi diwariskan kepada generasi penerus dalam keadaan tetap lestari. Kedua, kewajiban manusia untuk selalu menciptakan perdamaian dengan penuh cinta kasih dan menghindari pertumpahan darah. Hal ini sejalan dengan visi Risalah Islamiyyah untuk selalu menebar rahmat kepada alam (wa maa arsalnaaka illa rahmatan lil „aalamiiin).

HAKIKAT IPTEKS DALAM PANDANGAN ISLAM A. …stiemmamuju.ac.id/wp-content/uploads/2015/06/Hakikat-Iptek-dlm... · HAKIKAT IPTEKS DALAM PANDANGAN ISLAM A. Konsep IPTEKS dan Peradaban

  • Upload
    lamnhi

  • View
    234

  • Download
    5

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: HAKIKAT IPTEKS DALAM PANDANGAN ISLAM A. …stiemmamuju.ac.id/wp-content/uploads/2015/06/Hakikat-Iptek-dlm... · HAKIKAT IPTEKS DALAM PANDANGAN ISLAM A. Konsep IPTEKS dan Peradaban

HAKIKAT IPTEKS DALAM PANDANGAN ISLAM

A. Konsep IPTEKS dan Peradaban Muslim

Salah satu jabatan termulia manusia selain sebagai hamba Allah

(„abdullah) sebagaimana diamanatkan oleh Allah ialah pengutusan manusia

sebagai khalifatullah. Dalam al-Qur‟an surat Al-Baqarah [2]: 30 disebutkan:

“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku

hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa

Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat

kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa

bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman:

"Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”

Dari ayat di atas dapatlah dipahami bahwa khalifah berarti wakil,

pengganti, pengemban tugas dan kewajiban, suksesor. Manusia sebagai khalifah

Allah diberikan amanah dalam dua hal penting. Pertama, tugas manusia untuk

selalu memelihara bumi dari pengerusakan secara sengaja dan kerusakan yang

disebabkan oleh alam sehingga bumi diwariskan kepada generasi penerus dalam

keadaan tetap lestari. Kedua, kewajiban manusia untuk selalu menciptakan

perdamaian dengan penuh cinta kasih dan menghindari pertumpahan darah. Hal

ini sejalan dengan visi Risalah Islamiyyah untuk selalu menebar rahmat kepada

alam (wa maa arsalnaaka illa rahmatan lil „aalamiiin).

Page 2: HAKIKAT IPTEKS DALAM PANDANGAN ISLAM A. …stiemmamuju.ac.id/wp-content/uploads/2015/06/Hakikat-Iptek-dlm... · HAKIKAT IPTEKS DALAM PANDANGAN ISLAM A. Konsep IPTEKS dan Peradaban

Kedua tugas dan kewajiban manusia di atas sejalan dan terkait erat

dengan konsep pemikiran IPTEKS dan Peradaban. Tugas manusia untuk

menjaga, merawat, dan memelihara bumi dari berbagai macam pengerusakan

yang dilakukan oleh ulah manusia yang tak bertanggungjawab dengan

melakukan eksploitasi berlebihan dapat mengancam keselamatan umat manusia.

Islam merupakan agama yang sangat menjunjung tinggi ilmu

pengetahuan. Banyak disebutkan dalam Al Qur‟an ayat-ayat yang menganjurkan

manusia untuk senantiasa mencari ilmu. Allah senantiasa meninggikan derajat

orang-orang yang berilmu, sebagaimana telah dijelaskan dalam QS. Al-

Mujadalah [58]: 11,

Artinya:

Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-

lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi

kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka

berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di

antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan

Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Yang terpenting adalah ilmu itu tujuannya tidak boleh keluar dari nilai-

nilai islami yang sudah pasti nilai-nilai tersebut membawa kepada kemaslahatan

manusia. Seluruh ilmu, baik ilmu-ilmu teologi maupun ilmu-ilmu kealaman

merupakan alat untuk mendekatkan diri kepada Allah, dan selama memerankan

peranan ini, maka ilmu itu suci. (Mahdi Ghulsyani, 1998: 57).

Page 3: HAKIKAT IPTEKS DALAM PANDANGAN ISLAM A. …stiemmamuju.ac.id/wp-content/uploads/2015/06/Hakikat-Iptek-dlm... · HAKIKAT IPTEKS DALAM PANDANGAN ISLAM A. Konsep IPTEKS dan Peradaban

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan konsekuensi

dari konsep ilmu dalam Al Qur‟an yang menyatakan bahwa hakikat ilmu itu

adalah menemukan sesuatu yang baru bagi masyarakat, artinya penemuan

sesuatu yang sebelumnya tidak diketahui orang (Imam Mushoffa, dan

Aziz.Musbikin. 2001: XII)

Namun satu fenomena yang paling memilukan yang dialami umat Islam

seluruh dunia saat ini adalah ketertinggalan dalam persoalan iptek, padahal untuk

kebutuhan kontemporer kehadiran iptek merupakan suatu keharusan yang tidak

dapat ditawar, terlebih-lebih iptek dapat membantu dan mempermudah manusia

dalam memahami (mema‟rifati) kekuasaan Allah dan melaksanakan tugas

kekhalifahan (Zalbawi Soejoeti, 1998: XIII)

Realitas tersebut sebenarnya tidak akan terjadi jika umat Islam kembali

kepada ajaran Islam yang hakiki. Untuk itulah sudah saatnya umat Islam bangkit

untuk mengejar ketertinggalannya dalam hal iptek, karena sebenarnya dalam

sejarah dijelaskan bahwa umat Islam pernah memegang kendali dalam dunia

intelektual, jadi sangat mungkin jika saat ini umat Islam bangkit dan meraih

kembali kejayaan Islam tersebut.

1. Pengertian IPTEKS

Mengenai kata Ipteks orang berbeda pendapat, ada yang menganggap

merupakan singkatan dari dua komponen yaitu “ilmu pengetahuan” dan

“teknologi” dan ada pula yang memasukkan unsur seni di dalamnya sehingga

singkatannya menjadi ipteks.

Mengenai definisi ilmu pengetahuan dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia diartikan sebagai gabungan berbagai pengetahuan yang di susun secara

logis dan bersistem dengan memperhitungkan sebab dan akibat (Tim Penyusun

Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1999:371)

Lebih jauh Zalbawi Soejati mendefinisikan ilmu pengetahuan atau sains

sebagai sunnatullah artinya adalah ilmu yang mengarah perhatiaannya kepada

perilaku alam (bagaimana alam bertingkah laku). (Zalbawi Soejoeti, 1998: 148)

Page 4: HAKIKAT IPTEKS DALAM PANDANGAN ISLAM A. …stiemmamuju.ac.id/wp-content/uploads/2015/06/Hakikat-Iptek-dlm... · HAKIKAT IPTEKS DALAM PANDANGAN ISLAM A. Konsep IPTEKS dan Peradaban

Menurut Ali Syariati dalam buku Cakrawala Islam yang ditulis oleh Amin

Rais, Ilmu adalah pengetahuan manusia tentang dunia fisik dan fenomenanya.

Ilmu merupakan imagi mental manusia mengenai hal yang kongkret. Ia bertugas

menemukan hubungan prinsip, kausalitas, karakteistik di dalam diri manusia,

alam, dan entitas-entitas lainnya (M.Amin Rais, 1999: 108)

Sedangkan kata teknologi berasal dari bahasa Yunani "teknikos" berarti

"teknik". Apabila ilmu bertujuan untuk berbuat sesuatu, maka teknologi

bertujuan untuk membuat sesuatu. Karena itu maka teknologi itu berarti suatu

metode penerapan ilmu untuk keperluan kehidupan manusia (Komaruddin, 1987:

275-276)

Menurut Zalbawi Soejati, teknologi adalah wujud dari upaya manusia

yang sistematis dalam menerapkan atau memanfaatkan ilmu pengetahuan / sains

sehingga dapat memberikan kemudahan dan kesejahteraan bagi umat manusia

(Zalbawi Soejoeti, 1998: 150)

Dari beberapa definisi tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa

ilmu pengetahuan merupakan kumpulan beberapa pengetahuan manusia tentang

alam empiris yang disusun secara logis dan sistematis. Sedangkan Teknologi

merupakan penerapan dari ilmu pengetahuan tersebut, yang tujuan sebenarnya

adalah untuk kemaslahatan manusia.

Berkaitan dengan terma teknologi ini, Achmad Baiquni menambahkan

bahwa dalam perjalanan umat manusia menuju masyarakat industrial, proses

yang menyertainya akan menimbulkan pergeseran nilai dan benturan budaya

yang tidak dapat dielakkan karena memang budaya santai dari masyarakat agraris

yang bertenaga hewani berlainan dengan budaya tepat waktu pada masyarakat

industrial yang tenaganya serba mesin, dan nilai-nilai bergeser pada saat wanita,

yang semula sangat terikat dengan rumah dan keluarga, merasa bebas

menggunakan kendaraan bermesin sebagai sarana transportasi dan pesawat

telpon sebagai alat komunikasi. Dengan keimanan dan ketakwaan dapatlah

Page 5: HAKIKAT IPTEKS DALAM PANDANGAN ISLAM A. …stiemmamuju.ac.id/wp-content/uploads/2015/06/Hakikat-Iptek-dlm... · HAKIKAT IPTEKS DALAM PANDANGAN ISLAM A. Konsep IPTEKS dan Peradaban

dipilih nilai-nilai baru dan budaya baru yang sesuai dengan ajaran agama

(Achmad Baiquni, 1995: 154).

Untuk definisi seni, dalam Ensiklopedia Indonesia diartikan sebagai

penjelmaan rasa indah yang terkandung dalam jiwa manusia, dilahirkan dengan

perantaraan alat komunikasi ke dalam bentuk yang dapat ditangkap oleh indera

pendengar (seni suara), penglihatan (seni lukis), atau dilahirkan dengan

perantaraan gerak (seni tari, drama) (Tim Penyusun Ensiklopedia Indonesia,

3080-3081)

Berbicara mengenai seni, identik dengan istilah estetika yaitu cabang

filsafat yang berurusan dengan keindahan, entah menurut realisasinya entah

menurut pandangan subyektif (Dick Hartoko, 1993: 16)

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa seni identik dengan rasa yang

timbulnya dari dalam jiwa, namun demikian gejala keindahan yang ditimbulkan

oleh seni bisa juga didekati dari sudut sains. Sebuah lukisan misalnya dapat

dianalisa menurut pembagian bidang, jadi menurut matematika. Komposisi

warna dapat dianalisa secara eksperimental menurut efek psikologis.

2. Konsep IPTEKS dalam Islam

Sudah menjadi pemikiran yang umum bahwasanya agama yang identik

dengan kesakralan dan stagnasi tidak sejalan atau bahkan bertentangan dengan

ipteks yang notabene selalu berkembang dengan pesat. Namun pemikiran ini

tidak berlaku lagi ketika agama tidak hanya dilihat dari ritualitas-ritualitas belaka

namun juga melihat nilai-nilai spiritualitas yang hakiki.

Menurut Harun Nasution, tidak tepat anggapan yang mengatakan bahwa

semua ajaran agama bersifat mutlak benar dan kekal. disamping ajaran-ajaran

yang bersifat absolut benar dan kekal itu terdapat ajaran-ajaran yang bersifat

relatif dan nisbi, yaitu yang dapat berubah dan boleh diubah. Dalam konteks

Islam, agama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad, memang terdapat dua

kelompok ajaran tersebut, yaitu ajaran dasar dan ajaran dalam bentuk penafsiran

Page 6: HAKIKAT IPTEKS DALAM PANDANGAN ISLAM A. …stiemmamuju.ac.id/wp-content/uploads/2015/06/Hakikat-Iptek-dlm... · HAKIKAT IPTEKS DALAM PANDANGAN ISLAM A. Konsep IPTEKS dan Peradaban

dan penjelasan tentang perincian dan pelaksanaan ajaran-ajaran dasar itu (Harun

Nasution, 1995: 292)

Allah SWT. menciptakan alam semesta dengan karakteristik khusus untu

tiap ciptaan itu sendiri. Sebagai contoh, air diciptakan oleh Allah dalam bentuk

cair mendidih bila dipanaskan 100 C pada tekanan udara normal dan menjadi es

bila didinginkan sampai 0 C. Ciri-ciri seperti itu sudah lekat pada air sejak air itu

diciptakan dan manusia secara bertahap memahami ciri-ciri tersebut.

Karakteristik yang melekat pada suatu ciptaan itulah yang dinamakan

“sunnatullah”. Dari Al Qur‟an dapat diketahui banyak sekali ayat yang

memerintahkan manusia untuk memperhatikan alam semesta, mengkaji dan

meneliti ciptaan Allah (Fuad Amsari, 1995: 70)

Disinilah sesungguhnya hakikat Iptek dari sudut pandang Islam yaitu

pengkajian terhadap sunnatullah secara obyektif, memberi kemaslahatan kepada

umat manusia, dan yang terpenting adalah harus sejalan dengan nilai-nilai

keislaman.

Allah SWT. secara bijaksana telah memberikan isyarat tentang ilmu, baik

dalam bentuk uraian maupun dalam bentuk kejadian, seperti kasus mu‟jizat para

Rasul. Manusia yang berusaha meningkatkan daya keilmuannya mampu

menangkap dan mengembangkan potensi itu, sehingga teknologi Ilahiyah yang

transenden ditransformasikan menjadi teknologi manusia yang imanen (Imam

Mushoffa, Aziz.Musbikin, 2001: XII)

Studi Al Qur‟an dan Sunnah menunjukkan bahwa karena dua alasan

fundamental, Islam mengakui signifikansi sains:

1. Peranan sains dalam mengenal Tuhan

2. Peranan sains dalam stabilitas dan pengembangan masyarakat Islam (Mahdi

Ghulsyani, 1998: 62)

Page 7: HAKIKAT IPTEKS DALAM PANDANGAN ISLAM A. …stiemmamuju.ac.id/wp-content/uploads/2015/06/Hakikat-Iptek-dlm... · HAKIKAT IPTEKS DALAM PANDANGAN ISLAM A. Konsep IPTEKS dan Peradaban

Dari sini dapat dilihat bahwa dalam Islam, ilmu pengetahuan dan

teknologi digunakan sebagai sarana untuk mengenal Allah dan juga untuk

melaksanakan perintah Allah sebagai khalifatullah fil Ard sehingga sains tersebut

harus membawa kemaslahatan kepada umat manusia umumnya dan umat Islam

khususnya.

Melihat banyaknya jenis bentuk seni yang ada, maka ulama berbeda

pendapat dalam memberi penilaian. Dalam hal menyanyi adan alat musik saja

jumhur mengatakan haram namun Abu Mansyur al Baghdadi

menyatakan:"Abdullah bin Ja'far berpendapat bahwa menyanyi dan alat musik

itu tidak masalah. Dia sendiri pernah menciptakan sebuah lagu untuk

dinyanyikan para pelayan" (Abdurrahman Al-Baghdadi, 1991: 21)

Namun menurut Quraish Shihab dalam bukunya Lentera Hati

menyatakan bahwa seniman dan budayawan bebas melukiskan apa saja selama

karyanya tersebut dinilai sebagai bernafaskan Islam. (M. Quraish Shihab, 1999:

371)

Melihat berkembangnya seni yang ada penulis memandang pendapat

Quraish Shihab lebih araif dalam menyikapi perkembangan zaman yang mana

kebutuhan masa kini tentu saja lebih komplek sifatnya dibandingkan dengan

kebutuhan pada masa awal Islam.

3. Fakta IPTEKS dalam al-Qur’an

Setelah membahas ipteks dalam Islam secara global, disini akan

dipaparkan beberapa fakta ilmiah dalam Al Qur‟an. Al Qur‟an merupakan satu-

satunya mu‟jizat yang tak lekang dimakan zaman. Al Qur‟an ini bersifat

universal untuk seluruh umat manusia.

Salah satu sifat asli Al-Qur‟an yang membedakannya dari bible adalah

bahwa untuk mengilustrasikan penegasan yang berulang-ulang tentang

kemahakuasaan Tuhan, kitab tersebut merujuk kepada suatu keragaman gejala

alam (Maurice Bucaille, 1998: 195).

Page 8: HAKIKAT IPTEKS DALAM PANDANGAN ISLAM A. …stiemmamuju.ac.id/wp-content/uploads/2015/06/Hakikat-Iptek-dlm... · HAKIKAT IPTEKS DALAM PANDANGAN ISLAM A. Konsep IPTEKS dan Peradaban

Diantara aspek-aspek terpenting dari pemikiran ini, bahwa al-Qur'an

berisi informasi tentang fakta-fakta ilmiah yang amat sesuai dengan penemuan

manusia, yang diantaranya adalah sebagai berikut:

Bahwa seluruh kehidupan berasal dari air

QS. Al-Anbiya [21]: 30,

Artinya:

“dan Apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan

bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan

antara keduanya. dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka

Mengapakah mereka tiada juga beriman?

Bahwa alam semesta terbentuk dari gumpalan gas (di dalam al-Qur'an disebut

dengan ad-Dukhan)

QS. Fushshilat [41]: 11

Artinya:

“Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih

merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: "Datanglah

kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa". keduanya

menjawab: "Kami datang dengan suka hati".

Page 9: HAKIKAT IPTEKS DALAM PANDANGAN ISLAM A. …stiemmamuju.ac.id/wp-content/uploads/2015/06/Hakikat-Iptek-dlm... · HAKIKAT IPTEKS DALAM PANDANGAN ISLAM A. Konsep IPTEKS dan Peradaban

Selain fakta ilmiah yang disebutkan diatas juga tampak dari penamaan

surat-surat dalam Al Qur‟an antara lain: An-Nahl, An-Naml, Al-Hadid, Ad-

Dukhan, An-Najm, Al-Qomar dan masih banyak lagi yang lainnya.

Dari beberapa fakta ilmiah tersebut di dalam al-Qur'an, amatlah jelas

bahwa al-Qur'an memberikan petunjuk kepada manusia tentang berbagai hal.

Untuk mengetahui secara detail dan seksama, maka manusialah yang harus

berusaha untuk memecahkan berbagai problematika keilmuan yang didapati

dalam kehidupan ini dengan berlandaskan pada ajaran al-Qur'an. Dengan

berlandaskan kepada al-Qur'an, manusia akan mengetahui hasil penelitiannya

mengenai alam melalui "pengkomparasian (pencocokan)" dengan al-Qur'an",

apakah sesuai dengan apa yang telah dijelaskan oleh al-Qur'an atau sebaliknya

(Nasim Butt, 2001: 60)

Disamping contoh fakta ilmiah tersebut di atas, terdapat pula ayat yang

mengisyaratkan tentang teknologi kepada umat manusia. Al-Qur'an tidak

menghidangkan teknologi suatu ilmu yang murni dan lengkap, tetapi hanya

menyinggung beberapa aspek penting dari hasil teknologi itu dengan

menyebutkan beberapa kasus atau peristiwa teknik. Perlu diingat bahwa al-

Qur'an bukan buku teknik sebagaimana juga ia bukan buku sejarah (walaupun

banyak juga kisah di dalamnya), buka buku astronomi, fisika dan lain-lain,

melainkan kitab suci yang berisi petunjuk dan pedoman hidup bagi manusia.

Disamping banyak tentang ilmu pengetahuan dan teknologi, Al-Qur'an

juga membahas tentang seni, hal ini dapat dilihat pada firman Allah QS. Asy-

Syu‟ara‟ [26]: 149,

Artinya:

“Tuhan yang memelihara langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya,

jika kamu adalah orang yang meyakini”.

Page 10: HAKIKAT IPTEKS DALAM PANDANGAN ISLAM A. …stiemmamuju.ac.id/wp-content/uploads/2015/06/Hakikat-Iptek-dlm... · HAKIKAT IPTEKS DALAM PANDANGAN ISLAM A. Konsep IPTEKS dan Peradaban

Ayat di atas menunjukkan seni pahat yang dilakukan oleh kaum nabi

Shaleh yaitu memahat gunung untuk dijadikan rumah.

B. Hubungan Ilmu, Agama dan Budaya

1. Pengertian Ilmu, Agama dan Budaya

Ilmu (science) termasuk pengetahuan (knowledge). Yang dimaksud

dengan ilmu ialah pengetahuan yang diperoleh dengan cara tertentu yang

dinamakan metode ilmiah.

Pengertian pengetahuan lebih luas daripada ilmu. Pengetahuan adalah

produk pemikiran. Berpikir merupakan suatu proses yang mengikuti jalan

tertentu dan akhirnya menuju kepada suatu kesimpulan dan membuahkan suatu

pendapat atau pengetahuan. Menurut Leonard Nash (dalam The Nature of

Natural Sciences, 1963 cit. Soemitro, 1990), ilmu pengetahuan adalah suatu

institusi sosial (social institution) dan juga merupakan prestasi perseorangan

(individual achievement).

Dalam hipotesisnya Endang Saifuddin Anshari (1981: 97) menjelaskan

ada empat sumber pengetahuan manusia yaitu: 1) „Pikiran manusia‟. Hal ini

melahirkan paham rationalism yang berpendapat bahwa sumbe satu-satunya dari

pengetahuan manusia adalah rationya (akal budinya). Pelopornya ialah Rene

Descartes. Aliran ini sangat mendewakan akal budi manusia yang melahirkan

paham „intelektualisme‟ dalam dunia pendidikan. 2) „Pengalaman manusia‟.

Dengan ini muncul aliran empirisme yang dipelopori oleh tokoh yang bernama

John Locke. Manusia dilahirkan sebagai kertas putih. Pengalamanlah yang akan

memberikan lukisan kepadanya. Dunia empiris merupakan sumber pengetahuan

utama. Dalam dunia pendidikan terkenal dengan teori „tabula rasa‟ (teori kertas

putih). 3) „Intuisi manusia‟. Kalau pengetahuan yang diperoleh secara rasional

dan empiris merupakan produk dari suatu rangkaian penalaran maka intuisi

merupakan pengetahuan yang diperoleh tanpa melalui proses penalaran itu.

Jawaban dari permasalahan yang sedang dipikirkan muncul di benak manusia

Page 11: HAKIKAT IPTEKS DALAM PANDANGAN ISLAM A. …stiemmamuju.ac.id/wp-content/uploads/2015/06/Hakikat-Iptek-dlm... · HAKIKAT IPTEKS DALAM PANDANGAN ISLAM A. Konsep IPTEKS dan Peradaban

sebagai suatu keyakinan yang benar walaupun manusia tidak bisa menjelaskan

bagaimana caranya untuk sampai kesitu secara rasional. Pengetahuan intuitif ini

digunakan sebagai hipotesis bagi analisis selanjutnya dalam menetapkan benar

tidaknya penetapan yang dikemukakan itu. Kegiatan intuitif dan analitik saling

bekerjasama dalam menemukan kebenaran. Bagi tokoh Nietzsche, intuisi ini

merupakan „intelegensi‟ yang paling tinggi dan bagi tokoh Maslow merupakan

„pengalaman puncak‟ (peak experience). 4) „Wahyu Allah‟ adalah pengetahuan

yang disampaikan oleh Allah kepada manusia lewat para nabi utusan-Nya sejak

nabi pertama sampai yang terakhir sebanya 25 orang. Wahyu Allah ini

dikodifikasikan dalam tiga buah kitab suci yaitu: Taurat, Injil, dan al-Qur‟an.

Wahyu Allah berisikan pengetahuan, baik mengenai kehidupan seseorang yang

terjangkau oleh empiri maupun yang mencakup permasalahan yang

transcendental seperti latar belakang dan tujuan penciptaan manusia, dunia dan

segenap isinya serta kehidupan di akhirat nanti (di hari kemudian). Pengetahuan

ini berdasarkan kepercayaan atau keimanan kepada Allah sebagai sumber

pengetahuan, kepada kehidupan di akhirat, kepada malaikat-malaikat (sebagai

perantara Allah menemui para nabi), kepada kitab-kitab suci (sebagai cara

penyampaian) dan kepada para nabi (sebagai perantara dan penerima wahyu

Allah). Kepercayaan inilah yang merupakan titik tolak dalam agama lewat

pengakajian selanjutnya dalam meningkatkan atau menurunkan kepercayaan itu.

Istilah teknologi berasal dari perkataan Yunani technologia yang artinya

pembahasan sistematik tentang seluruh seni dan kerajinan. Teknologi yaitu usaha

manusia dalam mempergunakan segala bantuan fisik atau jasa-jasa yang dapat

memperbesar produktivitas manusia melalui pemahaman yang lebih baik,

adaptasi dan kontrol, terhadap lingkungannya. Teknologi merupakan penerapan.

Oleh karena itu, teknologi berbeda dalam dimensi ruang dan waktu (Soemitro,

1990).

Kata agama berasal dari bahasa Sansekerta dari kata a berarti tidak dan

gama berarti kacau. Kedua kata itu jika dihubungkan berarti sesuatu yang tidak

Page 12: HAKIKAT IPTEKS DALAM PANDANGAN ISLAM A. …stiemmamuju.ac.id/wp-content/uploads/2015/06/Hakikat-Iptek-dlm... · HAKIKAT IPTEKS DALAM PANDANGAN ISLAM A. Konsep IPTEKS dan Peradaban

kacau. Jadi fungsi agama dalam pengertian ini memelihara integritas dari seorang

atau sekelompok orang agar hubungannya dengan Tuhan, sesamanya, dan alam

sekitarnya tidak kacau. Karena itu menurut Hinduisme, agama sebagai kata

benda berfungsi memelihara integritas dari seseorang atau sekelompok orang

agar hubungannya dengan realitas tertinggi, sesama manusia dan alam

sekitarnya. Ketidak kacauan itu disebabkan oleh penerapan peraturan agama

tentang moralitas,nilai-nilai kehidupan yang perlu dipegang, dimaknai dan

diberlakukan.

Pengertian itu jugalah yang terdapat dalam kata religion (bahasa Inggris)

yang berasal dari kata religio (bahasa Latin), yang berakar pada kata religare

yang berarti mengikat. Dalam pengertian religio termuat peraturan tentang

kebaktian bagaimana manusia mengutuhkan hubungannya dengan realitas

tertinggi (vertikal) dalam penyembahan dan hubungannya secara horizontal

(Sumardi, 1985:71)

Islam juga mengadopsi kata agama, sebagai terjemahan dari kata al-Din

seperti yang dimaksudkan dalam Al-Qur‟an surat 3: 19 ( Zainul Arifin Abbas,

1984: 4). Agama Islam disebut Din dan Al-Din, sebagai lembaga Ilahi untuk

memimpin manusia untuk mendapatkan keselamatan dunia dan akhirat. Secara

fenomenologis, agama Islam dapat dipandang sebagai Corpus syari‟at yang

diwajibkan oleh Tuhan yang harus dipatuhinya, karena melalui syari‟at itu

hubungan manusia dengan Allah menjadi utuh. Cara pandang ini membuat

agama berkonotasi kata benda sebab agama dipandang sebagai himpunan

doktrin.

Komaruddin Hidayat seperti yang dikutip oleh muhammad Wahyuni

Nifis (Andito ed, 1998:47) lebih memandang agama sebagai kata kerja, yaitu

sebagai sikap keberagamaan atau kesolehan hidup berdasarkan nilai-nilai ke

Tuhanan.

Walaupun kedua pandangan itu berbeda sebab ada yang memandang

agama sebagai kata benda dan sebagai kata kerja, tapi keduanya sama-sama

Page 13: HAKIKAT IPTEKS DALAM PANDANGAN ISLAM A. …stiemmamuju.ac.id/wp-content/uploads/2015/06/Hakikat-Iptek-dlm... · HAKIKAT IPTEKS DALAM PANDANGAN ISLAM A. Konsep IPTEKS dan Peradaban

memandang sebagai suatu sistem keyakinan untuk mendapatkan keselamatan

disini dan diseberang sana.

Dengan agama orang mencapai realitas yang tertinggi. Brahman dalam

Hinduisme, Bodhisatwa dalam Buddhisme Mahayana, sebagai Yahweh yang

diterjemahkan “Tuhan Allah” (Ulangan 6:3) dalam agama Kristen, Allah

subhana wata‟ala dalam Islam.

Sijabat telah merumuskan agama sebagai berikut: “Agama adalah

keprihatinan maha luhur dari manusia yang terungkap selaku jawabannya

terhadap panggilan dari yang Maha Kuasa dan Maha Kekal. Keprihatinan yang

maha luhur itu diungkapkan dalam hidup manusia, pribadi atau kelompok

terhadap Tuhan, terhadap manusia dan terhadap alam semesta raya serta isinya” (

Sumardi, 1985:75).

Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1996: 149), disebutkan

bahwa: “budaya“ adalah pikiran, akal budi, adat istiadat. Sedang “kebudayaan”

adalah hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia, seperti

kepercayaan, kesenian dan adat istiadat. Ahli sosiologi mengartikan kebudayaan

dengan keseluruhan kecakapan (adat, akhlak, kesenian, ilmu dll). Sedang ahli

sejarah mengartikan kebudayaan sebagai warisan atau tradisi. Bahkan ahli

Antropogi melihat kebudayaan sebagai tata hidup, way of life, dan kelakuan.

Menurut Ki Hadjar Dewantoro Kebudayaan adalah "sesuatu" yang

berkembang secara kontinyu, konvergen, dan konsentris. Jadi

Kebudayaan bukanlah sesuatu yang statis, baku atau mutlak. Kebudayaan

berkembang seiring dengan perkembangan evolusi batin maupun fisik manusia

secara kolektif.

Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa kebudayaan

atau budaya menyangkut keseluruhan aspek kehidupan manusia baik material

maupun non material.

Page 14: HAKIKAT IPTEKS DALAM PANDANGAN ISLAM A. …stiemmamuju.ac.id/wp-content/uploads/2015/06/Hakikat-Iptek-dlm... · HAKIKAT IPTEKS DALAM PANDANGAN ISLAM A. Konsep IPTEKS dan Peradaban

2. Hubungan antara Ilmu dengan Agama dan Ilmu denan Budaya

Walaupun daerah agama dan daerah ilmu yang nyata terpisah satu sama

lain, namun antara keduanya terdapat hubungan yang kuat. Walaupun agama

yang menetapkan tujuan, namun agama tetap belajar dari ilmu dalam arti yang

seluas-luasnya. Alat-alat apa yang dapat membantu mencapai tujuan yang telah

ditetapkan. Akan tetapi ilmu hanya dapat diciptakan oleh orangorang yang

jiwanya penuh dengan keinginan untuk mencapai kebenaran dan pengertian

(Endang Saifuddin Anshari, 1981: 153-154).

Seperti halnya kebudayaan agama sangat menekankan makna dan

signifikasi sebuah tindakan. Karena itu sesungguhnya terdapat hubungan yang

sangat erat antara kebudayaan dan agama bahkan sulit dipahami kalua

perkembangan sebuah kebudayaan dilepaskan dari pengaruh agama.

Sesunguhnya tidak ada satupun kebudayaan yang seluruhnya didasarkan pada

agama. Untuk sebagian kebudayaan juga terus ditantang oleh ilmu pengetahuan,

moralitas secular, serta pemikiran kritis.

Meskipun tidak dapat disamakan, agama dan kebudayaan dapat saling

mempengarui. Agama mempengaruhi sistem kepercayaan serta praktik-praktik

kehidupan. Sebalikny akebudayaan pun dapat mempengaruhi agama, khususnya

dalam hal bagaimana agama di interprestasikan/ bagaimana ritual-ritualnya harus

dipraktikkan. Tidak ada agama yang bebas budaya dan apa yang disebut Sang –

Illahi tidak akan mendapatkan makna manusiawi yang tegas tanpa mediasi

budaya, dlam masyarakat Indonesia saling mempengarui antara agama dan

kebudayaan sangat terasa. Praktik inkulturasi dalam upacara keagamaan hamper

umum dalam semua agama.

Budaya yang digerakkan agama timbul dari proses interaksi manusia

dengan kitab yang diyakini sebagai hasil daya kreatif pemeluk suatu agama tapi

dikondisikan oleh konteks hidup pelakunya, yaitu faktor geografis, budaya dan

beberapa kondisi yang objektif.

Page 15: HAKIKAT IPTEKS DALAM PANDANGAN ISLAM A. …stiemmamuju.ac.id/wp-content/uploads/2015/06/Hakikat-Iptek-dlm... · HAKIKAT IPTEKS DALAM PANDANGAN ISLAM A. Konsep IPTEKS dan Peradaban

Budaya agama tersebut akan terus tumbuh dan berkembang sejalan

dengan perkembangan kesejarahan dalam kondisi objektif dari kehidupan

penganutnya.

Hubungan kebudayaan dan agama tidak saling merusak, kuduanya justru

saling mendukung dan mempengruhi. Ada paradigma yang mengatakan bahwa ”

Manusia yang beragma pasti berbudaya tetapi manusia yang berbudaya belum

tentu beragama”.

Jadi agama dan kebudayaan sebenarnya tidak pernah bertentangan karena

kebudayaan bukanlah sesuatu yang mati, tapi berkembang terus

mengikuti perkembangan jaman. Demikian pula agama, selalu bisa berkembang

di berbagai kebudayaan dan peradaban dunia.

Jika kita teliti budaya Indonesia, budaya itu terdiri dari 5 lapisan. Lapisan

itu diwakili oleh budaya agama pribumi, Hindu, Buddha, Islam dan Kristen

(Andito, ed,1998:77-79)

Lapisan pertama adalah agama pribumi yang memiliki ritus-ritus yang

berkaitan dengan penyembahan roh nenek moyang yang telah tiada atau lebih

setingkat yaitu Dewa-dewa suku seperti sombaon di Tanah Batak, agama Merapu

di Sumba, Kaharingan di Kalimantan. Berhubungan dengan ritus agama suku

adalah berkaitan dengan para leluhur menyebabkan terdapat solidaritas keluarga

yang sangat tinggi. Oleh karena itu maka ritus mereka berkaitan dengan tari-

tarian dan seni ukiran, Maka dari agama pribumi bangsa Indonesia mewarisi

kesenian dan estetika yang tinggi dan nilai-nilai kekeluargaan yang sangat luhur.

Lapisan kedua dalah Hinduisme, yang telah meninggalkan peradapan

yang menekankan pembebasan rohani agar atman bersatu dengan Brahman maka

dengan itu ada solidaritas mencari pembebasan bersama dari penindasan sosial

untuk menuju kesejahteraan yang utuh. Solidaritas itu diungkapkan dalam

kalimat Tat Twam Asi, aku adalah engkau.

Page 16: HAKIKAT IPTEKS DALAM PANDANGAN ISLAM A. …stiemmamuju.ac.id/wp-content/uploads/2015/06/Hakikat-Iptek-dlm... · HAKIKAT IPTEKS DALAM PANDANGAN ISLAM A. Konsep IPTEKS dan Peradaban

Lapisan ketiga adaalah agama Buddha, yang telah mewariskan nilai-nilai

yang menjauhi ketamakan dan keserakahan. Bersama dengan itu timbul nilai

pengendalian diri dan mawas diridengan menjalani 8 tata jalan keutamaan.

Lapisan keempat adalah agama Islam yang telah menyumbangkan

kepekaan terhadap tata tertib kehidupan melalui syari‟ah, ketaatan melakukan

shalat dalam lima waktu,kepekaan terhadap mana yang baik dan mana yang jahat

dan melakukan yang baik dan menjauhi yang jahat (amar makruf nahi munkar)

berdampak pada pertumbuhan akhlak yang mulia. Inilah hal-hal yang

disumbangkan Islam dalam pembentukan budaya bangsa.

Lapisan kelima adalah agama Kristen, baik Katholik maupun Protestan.

Agama ini menekankan nilai kasih dalam hubungan antar manusia. Tuntutan

kasih yang dikemukakan melebihi arti kasih dalam kebudayaan sebab kasih ini

tidak menuntut balasan yaitu kasih tanpa syarat. Kasih bukan suatu cetusan

emosional tapi sebagai tindakan konkrit yaitu memperlakukan sesama seperti diri

sendiri. Atas dasar kasih maka gereja-gereja telah mempelopori pendirian Panti

Asuhan, rumah sakit, sekolah-sekolah dan pelayanan terhadap orang miskin.

Apakah gunanya menggunakan pendekatan kebudayaan terhadap agama.

Yang terutama adalah kegunaannya sebagai alat metodologi untuk memahami

corak keagamaan yang dipunyai oleh sebuah masyarakat dan para warganya.

Kegunaan kedua, sebagai hasil lanjutan dari kegunaan utama tersebut, adalah

untuk dapat mengarahkan dan menambah keyakinan agama yang dipunyai oleh

para warga masyarakat tersebut sesuai dengan ajaran yang benar menurut agama

tersebut, tanpa harus menimbulkan pertentangan dengan para warga masyarakat

tersebut. Yang ketiga, seringkali sesuatu keyakinan agama yang sama dengan

keyakinan yang kita punyai itu dapat berbeda dalam berbagai aspeknya yang

lokal. Tetapi, dengan memahami kondisi lokal tersebut maka kita dapat menjadi

lebih toleran terhadap aspek-aspek lokal tersebut, karena memahami bahwa bila

aspek-aspek lokal dari keyakinan agama masyarakat tersebut dirubah maka akan

terjadi perubahan-perubahan dalam berbagai pranata yang ada dalam masyarakat

Page 17: HAKIKAT IPTEKS DALAM PANDANGAN ISLAM A. …stiemmamuju.ac.id/wp-content/uploads/2015/06/Hakikat-Iptek-dlm... · HAKIKAT IPTEKS DALAM PANDANGAN ISLAM A. Konsep IPTEKS dan Peradaban

tersebut yang akhirnya akan menghasilkan perubahan kebudayaan yang hanya

akan merugikan masyarakat tersebut karena tidak sesuai dengan kondisi-kondisi

lokal lingkungan hidup masyarakat tersebut.

Masyarakat, agama dan kebudayaan sangat erat berkaitan satu sama lain.

Saat budaya atau agama diartikan sesuatu yang terlahir di dunia yang manusia

mau tidak mau harus menerima warisan tersebut. Berbeda ketika sebuah

kebudayaan dan agama dinilai sebagai sebuah proses tentunya akan bergerak

kedepan menjadi sebuah pegangan, merubah suatu keadaan yang sebelumnya

menjadi lebih baik.

Ketika agama dilihat dengan kacamata agama maka agama akan

memerlukan kebudayaan. Maksudnya agama (Islam) telah mengatur segala

masalah dari yang paling kecil contohnya buang hajat hingga masalah yang

ruwet yaitu pembagian harta waris dll. Sehingga disini diperlukan sebuah

kebudayaan agar agama (Islam) akan tercemin dengan kebiasaan masyarakat

yang mencerminkan masyarakat yang beragama, berkeinginan kuat untuk maju

dan mempunyai keyakinan yang sakral yang membedakan dengan masyarakat

lainnya yang tidak menjadikan agama untuk dibiasakan dalam setiap kegiatan

sehari-hari atau diamalkan sehingga akan menjadi akhlak yang baik dan menjadi

kebudayaan masyarakat tersebut.

Untuk membudayakan agama melalui salah satu sumber ajarannya yaitu

al-Qur‟an, maka diperlukan sebuah pembaruan pemikiran keagamaan yang

merefleksikan respon manusia tehadap wahyu Allah. Seiring hal itu Dawam

Rahardjo memiliki pandangan yang menarik tentang wahyu Allah (al-Qur‟an)

bahwa bukan hanya ulama‟ yang punya hak istimewa atas al-Qur‟an, tetapi setiap

orang, seharusnya setiap muslim punya akses, jalan masuk yang langsung pada

wahyu Allah. Oleh sebab itulah dalam karya tafsir kontemporer dia maksudkan

agar kaum muslim dari berbagai jenis tingkatan pengetahuan, pendidikan dan

tingkat intelektual bisa melakukan komunikasi langsung dengan al-Qur‟an. (M.

Dawam Rahardjo, 2002: 12)

Page 18: HAKIKAT IPTEKS DALAM PANDANGAN ISLAM A. …stiemmamuju.ac.id/wp-content/uploads/2015/06/Hakikat-Iptek-dlm... · HAKIKAT IPTEKS DALAM PANDANGAN ISLAM A. Konsep IPTEKS dan Peradaban

C. Hukum Sunnatullah (Kausalitas)

1. Pengertian Sunatullah

Sunnatullah merupakan istilah dari bahasa arab yang terdiri dari dua kata,

yaitu sunnah ( سنة) dan Allah (اهلل). Dengan digabungkannya dua kata tersebut,

maka menjadi susunan idhafah (إضافة), yaitu susunan kata yang terdiri dari kata

yang disandari (mudhaf) dan kata yang disandarkan (mudhaf ilaihi). Kata sunnat

berkedudukan sebagai mudhaf (مضاف) dan kata Allah berkedudukan sebagai

mudhaf ilaihi (إليه .nya (مضاف

Di dalam bahasa Arab, kata sunnah dengan fi'il madhi (kata kerja untuk

masa lampau)-nya sanna ( ,ini mempunyai beberapa arti. Di antaranya adalah (سن

thariqah (jalan, cara, metode), sirah (peri kehidupan, perilaku), thabi‟ah (tabiat,

watak), syari‟ah (syariat, peraturan, hukum) atau dapat juga berarti suatu

pekerjaan yang sudah menjadi tradisi (kebiasaan)(Ahmad Warson Munawwir,

1993: 1135).

Menurut Syaikh al-Islam Ibnu Taimiyyah, sunnah adalah kebiasaan yang

dilakukan kedua kalinya seperti apa yang dilakukan pertama kalinya. Sedangkan

menurut Ar Razi, sunnah adalah jalan yang lurus dan tauladan yang diikuti. Di

antara pendapat kedua tokoh Islam dan beberapa pendapat lain tentang arti kata

sunnah, makna sunnah berkisar pada jalan yang diikuti (Abdul Karim Zaidan:

25). Dan secara umum, kata sunnat digunakan oleh al-Qur‟ān sebagai cara atau

aturan (Rahmat Taufiq Hidayat, 1996: 135).

Sedangkan kata Allah adalah nama bagi Dzat Tuhan Yang Maha Esa, Kata

Allah telah dikenal sejak masa pra Islam oleh orang-orang Arab. Ia adalah salah

Page 19: HAKIKAT IPTEKS DALAM PANDANGAN ISLAM A. …stiemmamuju.ac.id/wp-content/uploads/2015/06/Hakikat-Iptek-dlm... · HAKIKAT IPTEKS DALAM PANDANGAN ISLAM A. Konsep IPTEKS dan Peradaban

satu tuhan (dewa) orang Mekkah, tuhan yang menempati posisi tertinggi dan

tentu saja tuhan (yang dianggap) sebagai pencipta (A. Abel, 1960: 406).

Jadi, sunnatullāh dapat diartikan sebagai cara Allah memperlakukan

manusia, yang dalam arti luasnya bermakna ketetapan-keteapan atau hukum-

hukum Allah yang berlaku untuk alam semesta (Rahmat Taufiq Hidayat, 1996:

135).

Sedangkan, di antara beberapa pengertian secara terminologis adalah

bahwa Sunnatullāh adalah sebagai jalan yang dilalui dalam perlakuan Allah

terhadap manusia sesuai dengan tingkah laku, perbuatan dan sikapnya terhadap

syariat Allah dan Nabi-Nya dengan segala implikasi nilai akhir di di dunia dan

akhirat (Abdul Karim Zaidan: 25).

2. Pandangan Dasar tentang Sunatullah

Terma Sunnatullah yang banyak disebutkan di dalam al-Qur‟an merupakan

terma bagi aturan global yang berlaku dan ditetapkan oleh Allah terhadap seluruh

komponen alam semesta. Mulai dari yang terkecil sampai yang terbesar, dari

yang bersifat materi maupun yang immateri, seluruhnya berjalan di atas aturan-

aturan ini. Dan secara umum, aturan tersebut berdiri diatas hukum sebab-akibat

(kausal) atau premis dan hasil akhir (conclution)(Abdul Karim Zaidan: 33).

Di dalam al-Qur‟an dijelaskan:

Artinya:

“Kami datangkan bagi setiap sesuatu dengan adanya sebab”. (QS. al-Kahfi

[18]: 84)

Berdasarkan hal di atas, dapat diketahui jika terma Sunnatullah ini

seringkali disandingkan/dikolokasikan dengan istilah hukum alam (causality) ala

pemikiran Barat atau bahkan dianggap sama oleh sebagian umat Islam. Padahal,

di antara kedua terma tersebut terdapat perbedaan yang sangat mendasar dan

Page 20: HAKIKAT IPTEKS DALAM PANDANGAN ISLAM A. …stiemmamuju.ac.id/wp-content/uploads/2015/06/Hakikat-Iptek-dlm... · HAKIKAT IPTEKS DALAM PANDANGAN ISLAM A. Konsep IPTEKS dan Peradaban

substansial. Di dalam konsep Barat, hukum kausalitas tersebut menafikan adanya

”kekuasaan” dan ”kehendak” di luar kehendak dan kekuasaan manusia. Dalam

arti murni didasarkan atas potensi suatu benda atau usaha manusia saja.

Sedangkan di dalam Islam, justru faktor di luar diri manusia dan benda itulah

yang menentukan hasil akhir dari hukum kausalitas tersebut (Agus Mustafa,

2006: 60-61).

Dengan demikian, hukum kausalitas di dalam Islam diyakini bahwa pada

hakikatnya bukanlah sebab-sebab itu yang membawa akibat. Namun, akibat itu

muncul adalah karena Allah SWT menghendaki demikian. Sebagaimana

dijelaskan di dalam al-Qur‟ān:

Artinya:

“Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agam Allah, padahal

kepada-Nyalah berserah diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan

suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allah-lah mereka dikembalikan”. (QS:

‟Ali Imran [3]: 83)

Dengan demikian, hukum kausalitas di dalam Islam tidak hanya berjalan

secara horisontal dalam dua arah, antara depan dan belakang, antara sebab dan

akibat, akan tetapi berjalan dalam tiga arah. Horisontal dan vertikal, depan dan

belakang serta atas. Sudut ”belakang” adalah peristiwa atau usaha dari potensi

suatu benda atau manusia. Sedangkan sudut vertikal adalah kekuasaan dan

kehendak Allah. Dan sudut ”depan” adalah hasil akhir (conclution) (Agus

Mustafa, 2006: 61).

Di dalam al-Qur‟an banyak sekali disebutkan kejadian-kejadian yang

”menyimpang” jika dilihat dari perspektif hukum kausalitas barat. Inilah

sebenarnya yang menunjukkan adanya ”Faktor” penentu di luar diri manusia

Page 21: HAKIKAT IPTEKS DALAM PANDANGAN ISLAM A. …stiemmamuju.ac.id/wp-content/uploads/2015/06/Hakikat-Iptek-dlm... · HAKIKAT IPTEKS DALAM PANDANGAN ISLAM A. Konsep IPTEKS dan Peradaban

dalam setiap kejadian dan peristiwa yang terjadi. Dan hal seperti ini, di dalam

Islam juga disebut sebagai Sunnatullah (Choiruddin Hadhiri, 1993: 48).

Kembali kepada al-Qur‟ān, di dalam al-Qur‟ān terdapat ayat-ayat yang

menerangkan tentang varian prinsip-prisip kausalitas, beberapa di antaranya

adalah:

a. Ayat yang membicarakan pola-pola (sunnah-sunnah) Allah yang tidak

berubah di dalam alam semesta.

Surat Al-Isra‟ [17]: 77

Artinya:

“(Kami menetapkan yang demikian) sebagai suatu ketetapan yang terhadap

rasul-rasul Kami yang Kami utus sebelum kamu dan tidak akan kamu dapati

perubahan bagi ketetapan Kami itu”

Surat Al-Ahzab [33]: 38

Artinya:

“Tidak ada suatu keberatan pun atas nabi tentang apa yang telah ditetapkan

Allah baginya. (Allah telah menetapkan yang demikian) sebagai sunnah-Nya

pada nabi-nabi yang telah berlalu dahulu. Dan adalah ketetapan Allah itu

suatu ketetapan yang pasti berlaku”.

b. Ayat-ayat yang menunjukan bahwa baik penciptaan ataupun sebab-sebab

kejadian di dalam alam mengikuti ukuran tertentu, dan setiap wujud alam

memiliki rentang kehidupan yang terbatas dan pasti.

Page 22: HAKIKAT IPTEKS DALAM PANDANGAN ISLAM A. …stiemmamuju.ac.id/wp-content/uploads/2015/06/Hakikat-Iptek-dlm... · HAKIKAT IPTEKS DALAM PANDANGAN ISLAM A. Konsep IPTEKS dan Peradaban

Surat Ar-Rahman [55]: 5

Artinya:

“Matahari dan bulan (beredar) menurut perhitunan‟.

Surat Al-Hijr [15]: 21

Artinya:

“Dan tidak ada sesesuatupun melainkan pada sisi Kami-lah khazanah

(sumber)-nya dan Kami tidak menurunkannya kecuali dengan ukuran-

ukuran yang tertentu”.

3. Ketentuan Sunatullah

Sunnatullah adalah hubungan ilmiah, dan dapat diterangkan secara

ilmiah dan logika

Sunnatullah adalah hukum kausal, hubungan sebab akibat yang

terjadi di alam, yang dapat diterangkan secara ilmiah. Misalnya seseorang

sakit, kemudian dia (si sakit) memakan obat, lantas sembuh. Ini adalah

sunnatullah, hubungan sebab akibat, jika makan obat maka bakteri penyebab

sakit akan mati dan, penyakit yang disebabkan oleh bakteria tersebut akan

hilang atau sembuh. Jika tidak makan obat kemungkinan sembuh dengan

segera itu kecil.

Dengan mengetahui hubungan sunnatullah di alam di alam maka kita

harus tidak meyakini bahwa obatlah yang menyembuhkan si sakit, tetapi

tetap Allah swt karena dengan sunnatullah yang berlaku dialamlah yang

menyebabkan si sakit sembuh setelah makan obat. Obat disini hanyalah

Page 23: HAKIKAT IPTEKS DALAM PANDANGAN ISLAM A. …stiemmamuju.ac.id/wp-content/uploads/2015/06/Hakikat-Iptek-dlm... · HAKIKAT IPTEKS DALAM PANDANGAN ISLAM A. Konsep IPTEKS dan Peradaban

usaha manusia. Dengan makan obat maka hubungan sebab akibat berlaku,

dan menyembuhkan si sakit.

Sunnatullah sesuatu yang dapat diukur, diperhitungkan dan diramalkan

Dengan mengetahui adanya sunnatullah di alam kita dapat

membedakan mana ramalan atau prediksi ilmiah dengan ramalan yang

menyebabkan syirik. Ramalan Cuaca, Ramalan akan terjadi Gerhana

matahari, adalah contoh-contoh ramalan prediksi ilmiah yang didapat

melalui penelitian dan perhitungan ilmiah. Tetapi jika ramalan nasib

memakai kartu, ramalan nasib dengan bintang berdasarkan tanggal lahir,

astrologi adalah contoh-contoh ramalan yang dapat jatuh kepada

kemusyrikan.

Page 24: HAKIKAT IPTEKS DALAM PANDANGAN ISLAM A. …stiemmamuju.ac.id/wp-content/uploads/2015/06/Hakikat-Iptek-dlm... · HAKIKAT IPTEKS DALAM PANDANGAN ISLAM A. Konsep IPTEKS dan Peradaban

DAFTAR PUSTAKA

Al Baghdadi, Abdurrahman. Seni Dalam Pandangan Islam: Seni Vocal, Musik &

Tari. Gema Insani Press. Jakarta. 1991

Bucaille, Maurice. Asal Usul Manusia: Menurut Bibel AL-Quran Sain. Mizan

Bandung. 1998.

Ghulsyani, Mahdi. Filsafat-Sains Menurut AL-Quran. Mizan. Bandung. 1998.

Komaruddin. Kamus Riset. Angkasa. Bandung. 1987.

Shihab, M. Quraish. Lentera Hati: kisah Hikmah Dan Kehidupan. Mizan.

Bandung. 1999.

Soejoeti, Zalbawi, et.al.. Al-Islam & Iptek, PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

1998.

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa Dep Dik Bud.

Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka .Jalarta 1999.

Tim Penyusun Ensiklopedia Indonesia. Ensiklopedia Indonesia. PT. Ikhtiar Baru-

Van Hoeve. Jakarta. jilid V

Ahmad Warson Munawwir. Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia, Pustaka

Progressif. Surabaya, 2002.

Rahmat Taufiq Hidayat. Khazanah Istilah Al Quran, Mizan, Bandung, 1996.

Endang Saifuddin Anshari. Ilmu Filsafat dan Agama, PT. Bina Ilmu, Surabaya,

1981.

M. Dawam Rahardjo. Ensiklopedi al-Qur’an Tafsir Sosial Berdasarkan Konsep-

konsep Kunci, Paramadina, Jakarta, 2002.

Achmad Baiquni. Al-Qur’an; Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Dana Bhakti

Prima Yasa, Yogyakarta, 1995.