69
HAKIKAT SYAHWAT DI SURGA (STUDI TAFSIR AL-TAHRIR WA AL-TANWIR KARYA IBNU `ASYUR) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin Untuk Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag) Oleh : Abdul Halim Tarmizi NIM: 1113034000030 PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1439 H/ 2017 M

HAKIKAT SYAHWAT DI SURGA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36905/2/ABDUL... · A Fathah I Kasrah و U ḏ ... alif . dan . lam, dialih aksarakan

  • Upload
    dinhtu

  • View
    223

  • Download
    5

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: HAKIKAT SYAHWAT DI SURGA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36905/2/ABDUL... · A Fathah I Kasrah و U ḏ ... alif . dan . lam, dialih aksarakan

HAKIKAT SYAHWAT DI SURGA

(STUDI TAFSIR AL-TAHRIR WA AL-TANWIR KARYA IBNU `ASYUR)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin

Untuk Salah Satu Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Oleh :

Abdul Halim Tarmizi

NIM: 1113034000030

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1439 H/ 2017 M

Page 2: HAKIKAT SYAHWAT DI SURGA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36905/2/ABDUL... · A Fathah I Kasrah و U ḏ ... alif . dan . lam, dialih aksarakan

LERIIBAR PERSETUJUAN PEDEIBIMBING SKRIPSI

SKRIPSI

HAKIKAT SYATTWAT MUKMIN DI KEHIDUPAN SURGA

(sruDr rAFsrR AL-TAHRTR WA AL-TANWTR KARYA rBNU'ASYUR)

Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan FilsafatUniversitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai Syarat untuk Memperoleh Gelar

SarjanaAgama (S.Ag)

01ch:

Abdul Halim Tarlnizi

NIM.1113034000030

Muslih,M.AgNIP,197210242003121002

PROG脚 ⊂STUDIILMU AL… QUR'AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITASISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1437H/2017 PI

Pembimbing

Page 3: HAKIKAT SYAHWAT DI SURGA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36905/2/ABDUL... · A Fathah I Kasrah و U ḏ ... alif . dan . lam, dialih aksarakan

PENGESAⅡ AN PANITIA UJIAN

Skripsi ini beゴudul“ⅡAKIKAT SYAⅡ WAT DI SURGA(STUDI

TAFSIR AL― TAⅡRIR WA AL― TANⅥ√IR KARYA IBNU` ASYUR)"telall

dittikan dalaln sidang mulllaqasah Fakllltas Ushuluddin UIN Syanf Hidayatullah

」akarta pada 12 0ktober 2017.Skl‐ ipsi ini tclah dite五 Ina sё bagai salah satu syarat

memperolch gclar Sttana Agalllla(S.Ag)pada PrOgraln Studi 1lmu al― Quran dan

Tafsir.

Jakarta,12 0ktober 2017

Panitia Ujian Munaqasah

Penguji II

A.Ritti Muchtar,MA

NIP。 196908221997031002

Ketua

NIP。 197110031999032001

Sekretaris

181999032001

Penguji I

NIP。 195 52000122001

i

NIP.197210242003121002

Anggota

Page 4: HAKIKAT SYAHWAT DI SURGA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36905/2/ABDUL... · A Fathah I Kasrah و U ḏ ... alif . dan . lam, dialih aksarakan

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama

NIM

Fakultas

Jurursan

LEMBAR PERNYATAAN

Abdul Halim Tarmizi

I 1 13034000030

Ushuluddin dan Filsafat

Ilmu at-Qur'an dan Tafsir

Dengan ini sayamenyatakan bahwa:

l. Skripsi ini hasil karya asli saya yang diajukan unhrk memenuhi salah satu

persyaratan memperoleh gelar Strata Satu (S1) Universitas Islam Negeri Onf)Syarif Hidayatullah J akafia.

2. Semua sumber saya gunakan dalarn penulisan ini telah saya cantumkan sesuai

dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Of$ Syarif

Hidayatullah lakilfa"

3. Jika dikemudian hari terbukti karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dankarya orang laiq mzka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Un\D Syarif Hidayatullah

Iakarla.

Jakarta" 12 Oktober 2017

Abdul Halim Tallllizi

Page 5: HAKIKAT SYAHWAT DI SURGA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36905/2/ABDUL... · A Fathah I Kasrah و U ḏ ... alif . dan . lam, dialih aksarakan

i

PEDOMAN TRANSLITERASI

Transliterasi Arab-Latin yang digunakan dalam skripsi ini berpedoman pada

buku Pedoman Penulisan Skripsi yang diterbitkan oleh Fakultas Ushuluddin

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2015.

1. Konsonan

Huruf Arab Huruf Latin Keterangan

tidak dilambangkan ا

B Be ب

T Te ت

Ts te dan es ث

J Je ج

H h dengan garis di bawah ح

Kh ka dan ha خ

D De د

Dz de dan zet ذ

R Er ر

Z Zet ز

S Es س

Sy es dan ye ش

S es dengan garis di bawah ص

ḏ de dengan garis di bawah ض

ṯ te dengan garis di bawah ط

ẕ zet dengan garis di bawah ظ

koma terbalik di atas hadap kanan ‘ ع

Gh ge dan ha غ

F Ef ف

Q Ki ق

K Ka ك

L El ل

M Em م

N En ن

W We و

H Ha ه

Apostrof ` ء

Y ye ي

Page 6: HAKIKAT SYAHWAT DI SURGA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36905/2/ABDUL... · A Fathah I Kasrah و U ḏ ... alif . dan . lam, dialih aksarakan

ii

2. Vokal Tunggal

Vokal dalam bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari vokal

tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. Untuk vokal tunggal alih

aksaranya adalah sebagai berikut:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

A Fathah

I Kasrah

U ḏammah و

Adapun untuk vokal rangkap, ketentuan alih aksaranya sebagai berikut:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

Ai a dan i ي

Au a dan u و

3. Vokal panjang

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

Ā a dengan garis di atas ا

Ī i dengan daris di atas ي

Ū u dengan garis di atas و

4. Kata Sandang

Kata sandang yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan dengan huruf,

yaitu alif dan lam, dialih aksarakan menjadi huruf /l/, baik diikuti huruf

syamsiyyah maupun qamariyyah. Contoh: al-syamsiyyah bukan asy-syamsiyyah,

al-rijāl bukan ar-rijāl.

5. Tasydīd

Huruf yang ber-tasydīd ditulis dengan dua huruf serupa secara berturut-turut,

seperti السنة = al-sunnah.

Page 7: HAKIKAT SYAHWAT DI SURGA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36905/2/ABDUL... · A Fathah I Kasrah و U ḏ ... alif . dan . lam, dialih aksarakan

iii

6. Ta marbūṯah

Jika ta marbūṯah terdapat pada kata yang berdiri sendiri, maka huruf

tersebut dialih-aksarakan menjadi huruf /h/, seperti أبو هريرة = Abū Hurairah.

7. Huruf Kapital

Huruf kapital digunakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam

Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Jika nama didahulukan oleh kata sandang,

maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan

huruf awal atau kata sandangnya, seperti البخاري = al-Bukhāri.

Page 8: HAKIKAT SYAHWAT DI SURGA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36905/2/ABDUL... · A Fathah I Kasrah و U ḏ ... alif . dan . lam, dialih aksarakan

iv

ABSTRAK

ABDUL HALIM TARMIZI

Hakikat Syahwat di Surga (Studi Tafsir al-Tahrir wa al-Tanwir Karya Ibnu

`Asyur)

Obyek penelitian yang penulis teliti adalah hakikat syahwat yang yang

disandarkan kepada orang mukmin di dalam surga pada enam ayat dalam al-Qur`an.

Penulis mengaitkakan masalah ini dengan pandangan masyarakat terkait dengan kata

syahwat tersebut, yang mana pandangan masyarakat akan kata syahwat selalu

berhubungan dengan seksualitas. Hal ini penulis temukan di dalam Kamus Besar

Bahasa Indonesia yang juga mengartikan kata syahwat dengan keinginan

berhubungan badan. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui bagaimana

hakikat syahwat mukmin di kehidupan surga, yang mana secara umum bahwa

syahwat selalu dikaitkan dengan seksualitas.

Terkait jenisnya, penelitian ini termasuk dalam kategori penelitian pustaka

Library Research yaitu teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi

penelaahan terhadap buku-buku dan literatur-literatur yang berhubungan dengan

masalah terkait. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metodedeskriptif analitis. Adapun terkait dengan metode tafsir yang penulis gunakan

adalah Metode Maudhu`i (Tematik) dengan melakukan pendekatan kebahasaan.

Adapun ayat-ayat tentang syahwat di surga dalam tafsir Ibnu `Asyur, di

antaranya; surat al-Anbiya 102, Fushilat 31, az-Zukhruf 71, ath-Thur 22, al-Mursalat

42, al-Waqi`ah 21. Dari keenam ayat di atas, memiliki dua klasifikasi mengenai

syahwat di surga, yaitu tentang keadaan surga dan keinginan orang-orang yang ada di

surga berupa makanan dan minuman.

Keywords: Syahwat, Surga

Page 9: HAKIKAT SYAHWAT DI SURGA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36905/2/ABDUL... · A Fathah I Kasrah و U ḏ ... alif . dan . lam, dialih aksarakan

v

KATA PENGANTAR

بسم هللا الر حمن الرحيم

Segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam yang telah mencurahkan

kasih sayang, kesehatan dan ridho-Nya serta memberikan istiqomah, keikhlasan dan

kesabaran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul:

HAKIKAT SYAHWAT DI SURGA (STUDI TAFSIR AL-TAHRIR WA AL-

TANWIR KARYA IBNU`ASYUR). Shalawat dan salam kepada nabi Muhammad

Saw junjungan para umat yang berpikir, dimana mencari sebuah kebenaran dalam

sebuah konsep ketuhanan yang telah dikonsep secara rapi dan sistematis untuk

umatnya hingga akhir zaman.

Penulis sangat bersyukur atas selesainya tugas akhir untuk jenjang pendidikan

Strata Satu (S1) yang penulis tempuh. Penulis yakin di dalam penulisan skripsi ini

pasti banyak kekurangan di dalam menyelesaikannya. Maka dari itu penulis

menyadari dan mempunyai kewajiban untuk menghaturkan permintaan maaf kepada

pembaca atas ketidaksempurnaan yang memang itu telah kodrat bagi manusia itu

sendiri.

Selanjutnya penulis menyadari bahwa skripsi ini tidaklah mungkin dapat

tercapai tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Maka dari itu sebagai

ungkapan rasa hormat, penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Segenap civitas akademika Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta: Bapak Prof. Dede Rosyada, MA. Selaku Rektor

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajarannya dan Bapak Prof. Dr.

Page 10: HAKIKAT SYAHWAT DI SURGA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36905/2/ABDUL... · A Fathah I Kasrah و U ḏ ... alif . dan . lam, dialih aksarakan

vi

Masri Mansoer, MA. Selaku Dekan Fakultas Ushuluddin, Ibu Dr. Lilik

Ummi Kultsum, MA. Selaku Ketua Jurusan Ilmu al-Qur`an dan Tafsir

dan Ibu Dra. Banun Binaningrum, M.Pd. selaku Sekretaris Jurusan Ilmu

al-Qur`an dan Tafsir.

2. Bapak Muslih,M.Ag, selaku dosen pembimbing penulis yang telah

memberikan arahan, saran dan dukungan kepada penulis, sehingga

skripsi dapat terselesaikan. Mohon maaf yang sebesar-besarnya jika

selama proses bimbingan penulis banyak merepotkan. Semoga bapak

selalu sehat dan diberikan kelancaran dalam segala urusannya. Amin.

3. Ibu Dr. Atiyatul Ulya, M.Ag. selaku dosen pembimbing akademik yang

telah membimbing penulis dari semester satu hingga selesai.

4. Seluruh dosen pada Fakultas Ushuluddin khususnya di Program Studi

Ilmu al-Qur`an dan Tafsir atas segala motivasi, ilmu pengetahuan,

bimbingan wawasan dan pengalaman yang telah diberikan. Kepada

seluruh staf dan karyawan Fakultas Ushuluddin UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

5. Pimpinan dan segenap karyawan Perpustakaan Umum, Perpustakaan

Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Terkhusus kepada kedua orang tua yang sangat saya cintai dan sayangi

ayahanda Ir.Tarmizi dan ibunda tercinta Prima Arteti,S.H yang selalu

memberikan masukan kepada saya untuk selalu semangat dan sabar

dalam menyelesaikan skripsi ini dan tidak lupa mereka selalu

mendoakan saya agar selalu diberikan kesehatan dan waktu luang agar

Page 11: HAKIKAT SYAHWAT DI SURGA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36905/2/ABDUL... · A Fathah I Kasrah و U ḏ ... alif . dan . lam, dialih aksarakan

vii

dapat mengerjakan skripsi ini dengan baik dan benar. Kedua orang tua

adalah sumber inspirasi bagi penulis dalam menjalankan hidup dan

menyelesaikan skripsi ini.

7. Kepada saudara-saudara penulis yang tersayang Abdul Haris Tarmizi,

Abdul Hafiz Tarmizi, dan Abdul Hamzah Tarmizi, serta keluarga besar

penulis yang selalu memberikan semangat dan mendoakan penulis

dalam penyelesaian penulisan skripsi ini.

8. Kepada paman penulis Muhammada Rezi,M.A yang telah membantu

serta menyemangati penulis dalam penulisan skripsi ini.

9. Kepada Nurhayati Fardilla,S.Pd calon pendamping penulis yang telah

memberi semangat serta dukungan dalam penyelesaian penulisan

skripsi ini, semoga menjadi istri penulis. Amiin.

10. Teman-teman seperjuangan. Kepada seluruh teman-teman Jurusan

Tafsir Hadis angkatan 2013, khususnya TH A, dan juga teman sekelas,

senasib, dan satu asal daerah yang sama: Rino, Nelfi, Ica Mukhlis,

Andrian dan lain-lain, maafkan penulis tidak dapat menuliskan seluruh

nama-nama kalian seangkatan, tapi percayalah pertemanan kita akan

selalu dikenang. kepada teman satu kost:Fajri, Putra, Rendi, Yudi,

Terima Kasih telah menemaniku selama kita satu kamar, semoga Allah

memudahkan segala urusan kalian. Amin.

11. Kepada sahabat Salman al-Farisi, Muslih Muhaimin, Afif hassan

Naufal (alm), Iqbal Firdaus, Fadhil Nabhani, yang telah menyemangati

penulis dan memberikan semangat serta masukan-masukan, semoga

Page 12: HAKIKAT SYAHWAT DI SURGA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36905/2/ABDUL... · A Fathah I Kasrah و U ḏ ... alif . dan . lam, dialih aksarakan

viii

kita menjadi sahabat selamanya dan juga semoga Allah memeberikan

kesehatan kepada kita semua.

12. Kepada teman-teman seperantauan dan seperjuangan Mustaqim,

Ridwan Kusuma, Sanleo Hafis, Hanif,S.Thi, Harry N, Fakhriserta

teman-teman Pondok Adil yang telah memberikan waktu luangnya

untuk menyemangati penulis dan juga mediskusikan masalah ini,

sehingga penulisan skripsi ini bisa penulis selesaikan.

13. Teman-Teman KKN Revival: Fahmi, Rendra, Aan, Lutfi, Fajar, Zyra,

Lulu, Cici, Lia, dan Lisa, kebersamaan dengan kalian selama kurang

lebih sebulan banyak memberi saya pelajaran yang sangat

berharga,serta memberi banyak masukan kepada penulis dalam

penulisan skripsi ini.

14. Dan kepada teman-teman yang penulis tidak dapat sebutkan namanya

satu persatu yang mana selalu memberikan semangat dan motivasi

penulis dalam menyelasaikan karya ilmiah ini.

Semoga amal baik mereka semua dibalas berlipat ganda oleh Allah SWT.

Sungguh hanya Allah SWT yang dapat membalas kebaikan mereka dengan kebaikan

yang berlipat ganda.

Jakarta, September 2017

Abdul Halim Tarmizi

Page 13: HAKIKAT SYAHWAT DI SURGA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36905/2/ABDUL... · A Fathah I Kasrah و U ḏ ... alif . dan . lam, dialih aksarakan

ix

DAFTAR ISI

PEDOMAN TRANSLITERASI ......................................................................................... i

ABSTRAK ............................................................................................................................ iv

KATA PENGANTAR .......................................................................................................... v

DAFTAR ISI ......................................................................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 1

A. Latar Belakang ................................................................................................ 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah .................................................................... 6

C. Tujuan dan Manfaat ....................................................................................... 6

D. Kajian Terdahulu ............................................................................................ 7

E. Metode Penelitian ....................................................................................... 11

F. Sistematika Penulisan .................................................................................. 12

BAB II TINJAUAN UMUM HAKIKAT SYAHWAT DI SURGA .................... 14

A. Hakikat Syahwat .......................................................................................... 14

1. Pengertian Syahwat .............................................................................. 14

2. Perbedaan Syahwat, dan Hawa Nafsu ............................................... 18

B. Hakikat Surga ............................................................................................... 23

BAB III: IBNU `ASYUR DAN TAFSIRNYA ........................................................... 30

A. Biografi Ibnu `Asyur ....................................................................................... 30

1. Riwayat Hidup Ibnu `Asyur .............................................................. 30

2. Riwayat Pendidikan Ibnu `Asyur .................................................... .33

B. Mengenal Tafsir al-Tahrir wa al-Tanwir ...................................................... 35

Page 14: HAKIKAT SYAHWAT DI SURGA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36905/2/ABDUL... · A Fathah I Kasrah و U ḏ ... alif . dan . lam, dialih aksarakan

x

1. Latar belakang penyusunan kitab tafsir al-Tahrir wa al Tanwir .... 35

2. Gambaran umum tentang Tafsir al-Tahrir wa al-Tanwir ................ 36

3. Metode Ibnu `Asyur dalam penulisan kitab al-Tahrir

wa al-Tanwir ......................................................................................... 37

BAB IV: PENAFSIRAN MENGENAI AYAT-AYAT SYAHWAT DI SURGA

A. Penafsiran Ibnu `Asyur Mengenai Ayat-Ayat Syahwat di Surga ........... 40

B. Analisa Penulis Mengenai Ayat-Ayat Syahwat di Surga .......................... 49

BAB V: PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................................................ 51

B. Saran .................................................................................................................. 51

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 53

Page 15: HAKIKAT SYAHWAT DI SURGA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36905/2/ABDUL... · A Fathah I Kasrah و U ḏ ... alif . dan . lam, dialih aksarakan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Syahwat merupakan fitrah manusia yang mempunyai peran besar dalam

menggerakkan tingkah laku manusia. Bila seorang sedang lapar atau haus maka

tingkah lakunya selalu mengarah kepada tempat di mana dapat diperoleh makanan

dan minuman. Jika yang sedang dominan syahwat seksual maka perilakunya juga

selalu mengarah kepada hal-hal yang memberi kepuasan seksual. Perilaku manusia

sangat dipengaruhi oleh syahwat apa yang sedang dominan dalam dirinya; syahwat

seksual, syahwat politik, syahwat pemilikan, syahwat kenyamanan, syahwat harga

diri, syahwat kelezatan dan lain-lainnya. Syahwat itu wataknya seperti anak-anak,

jika dilepas maka ia akan melakukan apa saja tanpa kendali. Syahwat yang

dimanjakan akan mendorong orang pada pola hidup hedonis.1

Dalam Islam, syahwat harus ‘dijinakkan’ dan dikendalikan. Metode

pengendalikan syahwat dilakukan secara sistemik dalam ajaran yang terkemas

dalam shari’ah dan akhlak. Syahwat yang dikendalikan akal sehat dan hati yang

bersih akan berfungsi sebagai penggerak tingkah laku atau motif dan menyuburkan

motivasi kepada keutamaan hidup. Kecuali itu, syahwat memiliki tabiat menuntut

pemuasan seketika tanpa mempedulikan dampak bagi diri sendiri maupun bagi

orang lain. Begitu kuatnya dorongan, maka al-Qur’an mengibaratkan kedudukan

syahwat bagi orang yang tidak mampu mengendalikannya seperti tuhan yang harus

1 Ulya Hikmah Sitorus Pane, Syahwat Dalam Al-Qur’an, (Kontemplasi, Volume 04 Nomor 02,

Desember 2016),hlm. 386

Page 16: HAKIKAT SYAHWAT DI SURGA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36905/2/ABDUL... · A Fathah I Kasrah و U ḏ ... alif . dan . lam, dialih aksarakan

2

disembah. Pengabdi syahwat akan menuruti apapun perilaku yang harus dikerjakan,

betapa pun itu menjijikkan.2

Kata syahwat secara umum seringkali dimaknai dengan nafsu atau

keinginan bersetubuh, hingga dalam kamus besar bahasa Indonesia pun juga

mendefinisikan kata syahwat dengan makna tersebut.3 Padahal makna asli kata

tersebut bukanlah demikian jika dilihat dari al-Qur`an.

Kata syahwat dalam bahasa Arab adalah الشهوات (asy-syahawât, bentuk

jamak dari syahwat). Kata الشهوات tersusun dari kata dasar dengan suku kata: ش

Jumlah pemakaian .ي :dan huruf ketiga ,ه :huruf kedua ,ش :huruf pertama , ي ه

pola dasar ي ه ش dalam Alquran 13 kali, yang terdiri dari dipakai kata benda

sebanyak 5 kali, dipakai kata kerja sebanyak 8 kali.4

Raghib Al Asfahani menjelaskan bahwa ‘’syahwat pada dasarnya berarti

nafsu terhadap sesuatu yang diingini. Ia membagi syahwah menjadi dua macam; 1.

Syahwat shadiqah: syahwat yang benar, berupa keinginan yang jika tidak dipenuhi

dapat merusak badan, seperti nafsu makan ketika lapar; 2. Syahwat kadzibah;

syahwah yang tidak benar, yang jika tidak terpenuhi, tidak berakibat apa-apa bagi

badan.’’5

2 Ulya Hikmah Sitorus Pane, Syahwat Dalam Al-Qur’an, (Kontemplasi, Volume 04 Nomor 02,

Desember 2016),hlm. 387 3 Depertem pendidikan Nasional,Kamus Besar Bahasa Indonesia, ( Jakarta Utara: PT

Gramedia Pustaka utama,2012), hlm. 1367 4 Muhammad Fuad Abd al-Baqy, al-Mu’jam al-Mufarras li Alfadz al-Qur’an al-Karim, (Kairo: Dar

al-Hadis, 2007), hlm. 480 5 M. Quraish Shihab, Ensiklopedi al-Qur’an (Jakarta: lentera Hati 2007) hlm. 937

Page 17: HAKIKAT SYAHWAT DI SURGA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36905/2/ABDUL... · A Fathah I Kasrah و U ḏ ... alif . dan . lam, dialih aksarakan

3

Dari ayat-ayat tersebut, dapat disimpulkan bahwa menurut al-Qur’an, di

dalam diri manusia terkandung dorongan-dorongan yang mendesak manusia untuk

melakukan hal-hal yang memberikan kepada kepuasan seksual, kepuasan

kepemilikan, kepuasan kenyamanan dan kepuasan harga diri.6

Dalam Mu’jam Mufahras li Alfadz al-Qur`an, penulis menemukan ternyata

ayat-ayat syahwat tidak hanya merujuk kepada hal-hal yang bersifat negatif saja,

namun ada juga yang merujuk kepada hal-hal yang bersifat positif yang di dalam

Qur`an disandarkan di surga. Syahwat ini dijelaskan dalam konteks surga.7 Berikut

penulis jelaskan dalam bentuk tabel:

No. Ayat Objek Konteks

01 QS. al-Anbiya’:

102

JUZ 17

Mukmin Keinginan bahwa mereka kekal

dalam surga, bahwa mereka tidak

mendengar desisan api neraka

02 QS. Fushshilat: 31

JUZ 24

Mukmin Keinginan untuk memperoleh apa

saja di surga, bahwasannya mereka

akan mendapatkan apa saja yang

mereka sukai dan penghormatan

yang mereka dambakan

6 Achmad Mubarok, Psikologi Qur’ani, (Pustaka Firdaus: Jakarta, 2001), hlm. 79 7 Muhammad Fuad Abd al-Baqy, al-Mu’jam al-Mufarras li Alfadz al-Qur’an al-Karim, (Kairo; Dar

al-Hadis, 2007), hlm. 480

Page 18: HAKIKAT SYAHWAT DI SURGA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36905/2/ABDUL... · A Fathah I Kasrah و U ḏ ... alif . dan . lam, dialih aksarakan

4

03 QS. az-Zukhruf:

71

JUZ 25

Mukmin Keinginan oleh hati dan sedap di

pandang mata berupa piring-piring

dari emas dan piala-piala

04 QS. ath-Thur: 22

JUZ 27

Mukmin Keinginan akan makanan berupa

buah-buah an dan daging

05 QS. al-Waqiah: 21

JUZ 27

Mukmin Keinginan akan makanan berupa

daging burung

06 QS. al-Mursalat:

42

JUZ 29

Muttaqin Keinginan akan makanan berupa

buah-buahan lezat yang mereka

inginkan

Dari sedikit pemaparan di atas, timbul beberapa masalah berupa seperti apa

syahwat di surga, bagaimana syahwat dalam surga, kenapa masih ada syahwat

meski berada di surga, dan kalau meminjam definisi syahwat dari Raghib al-

Ashfahani yang telah dijelaskan di atas, apakah syahwatnya termasuk Syahwat

shadiqah atau Syahwat kadzibah, dan lain sebagainya. Karena itulah penelitian ini

menarik dan penting untuk dibahas. Adapaun penulis membaca masalah ini melalui

sudut pandang Ibnu Asyur dalam karyanya Tafsir al-Tahrir wa al-Tanwir sebagai

titik fokus pelitian ini dengan alasan tafsir ini memaparkan wawasan umum tentang

dasar-dasar penafsiran, dan bagaimana seorang penafsir berinteraksi dengan kosa

kata, makna, struktur, dan sistem al-Qur’an. Serta, Ibn ‘Âsyûr menggunakan corak

dalam tafrsir tersebut diawali dengan pengkajian kebahasaan, selanjutnya baru

dijelaskan teori-teori ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan ayat, sehingga tidak

Page 19: HAKIKAT SYAHWAT DI SURGA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36905/2/ABDUL... · A Fathah I Kasrah و U ḏ ... alif . dan . lam, dialih aksarakan

5

memberi kesan pemaksaan teori ilmu pengetahuan terhadap makna ayat al-Quran.8

Hingga berujung pada pemberian judul penelitian ini dengan judul : HAKIKAT

SYAHWAT DI SURGA (STUDI TAFSIR AL-TAHRIR WA AL-TANWIR

KARYA IBNU `ASYUR).

B. Identifikasi Masalah

Maka dari itu sesuai dengan latar belakang penulis memberikan masalah

awal sebagai berikut:

1. Syahwat sering dikonotasikan dengan hal-hal yang berbau seksualitas.

Padahal selain itu, syahwat merupakan rasa keinginan atas harta,

kekuasaan, dan kenikmatan.

2. Syahwat seringkali dihubungkan dengan hal-hal yang bersifat negatif,

akan tetapi di dalam al-Qur’an ada enam ayat yang berbicara tentang

syahwat di surga.

3. Al-Ashfahani membagi syahwah menjadi dua macam; Syahwat

shadiqah berupa keinginan yang jika tidak dipenuhi dapat merusak

badan, seperti nafsu makan ketika lapar. Dan Syahwat kadzibah, yang

jika tidak terpenuhi, tidak berakibat apa-apa bagi badan. Bagaimana

dengan syahwatnya orang mukmin yang kekal di dalam surga?

4. Dalam al-Qur’an terdapat ayat-ayat tentang syahwat, padahal di dalam

surga segala keinginannya akan terwujud.

8 Jani Arni, Tafsir al-Tahrir wa al Tanwir Karya Muhammad Al-Thahrir ibn Asyur, (Jurnal

Ushuluddin Vol. XVII No. 1, Januari 2011), hlm. 80

Page 20: HAKIKAT SYAHWAT DI SURGA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36905/2/ABDUL... · A Fathah I Kasrah و U ḏ ... alif . dan . lam, dialih aksarakan

6

C. Batasan Masalah dan Rumusan Masalah

Sebagaimana yang telah penulis paparkan di atas, beberapa ayat dalam al-

Qur’an; al-Anbiya’: 102, Fushshilat: 31, az-Zukhruf: 71, ath-Thur: 22, al-Waqiah:

21, al-Mursalat: 42 menjelaskan tentang syahwat di surga, agar pembahasan dalam

penelitian ini tidak melenceng dan terarah dengan baik, maka penulis membatasi

penafsiran terhadap ayat-ayat yang telah penulis paparkan. Dalam penelitian ini,

penulis menggunakan Tafsir al-Tahrir wa al-Tanwir karya ibn `Asyur.

Adapun dengan rumusan masalah tersebut adalah bagaimana hakikat

syahwat di surga, dalam Tafsir al-Tahrir wa al-Tanwir karya Ibnu `Asyur.

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Begitu banyak informasi-informasi yang di dapatkan perihal tentang

syahwat, namun terkadang informasi yang di dapatkan belumlah terkuak, maka dari

itu tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji hakikat syahwat di surga yang

dijelaskan di dalam al-Qur’an

Sedangkan dengan adanya penelitian ini, penulis berharap akan

mendatangkan manfaat, diantaranya yaitu berupa manfaat ilmiah dalam rangka

memperkaya khazanah ilmiah di bidang tafsir al-Qur’an, juga manfaat kepada

masyarakat adalah untuk menambah pengetahuan bahwa tidak semua apa yang

dipandang masyarakat mengenai syahwat tidak mempunyai arti konotasi yang

bersifat negatif, bahkan di surga pun mempunyai syahwat, akan tetapi mempunyai

konotasi yang berbeda.

Page 21: HAKIKAT SYAHWAT DI SURGA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36905/2/ABDUL... · A Fathah I Kasrah و U ḏ ... alif . dan . lam, dialih aksarakan

7

E. Kajian Terdahulu

Sejauh pengetahuan penyusun yang melakukan tinjauan terhadap

kepustakaan sudah ada beberapa karangan ataupun penelitian yang meninjau

tentang syahwat, berikut ini penyusun sebutkan beberapa karya yang telah di

jadikan skripsi atau pun jurnal yang membahas mengenai syahwat antara lain;

1). Syahwat adalah libido secara umum berarti gairah seksual; namun

dalamdefinisi yang bersifat lebih teknis menurut Jung mempunyai pengertian yang

lebih umum. Libido sebagai energi psikis yang dimiliki individu untuk digunakan

bagi perkembangan pribadi atau individuasi. Identitas dan kepribadian laki-laki

Arab pada era itu adalah laki-laki yang memiliki libido terhadap hal-hal yang sudah

disebutkan tadi. Namun ada hal yang menarik juga, dorongan seksual tidak hanya

sebatas berhubungan dengan jenis kelamin saja, ada yang berhasrat karena hal-hal

yang berkaitan dengan selera. Seperti halnya makanan yang menggairahkan bukan

karena ia sekadar makanan saja, namun membangkitkan selera karena aromanya,

cara penyajiannya, sensasi di lidah saat dicecap.9

Adapun perbedaan tulisan di atas dengan penelitian yang akan penulis teliti

adalah: pada tulisan di atas membahas mengenai syahwat yang berkaitan dengan

sejarah seksualitas pada masa kaum Nabi Luth, sedangkan penulis ingin membahas

mengenai syahwat yang berkaitan dengan kehidupan di surga.

2). Al-Qur`an menggambarkan syahwat dengan hal yang berhubungan

dengan kesenangan dan biasanya cenderung mengarah kepada hal-hal yang negatif.

9 Mohammad Guntur Romli, Sejarah Seksualitas dalam Islam, (Jurnal Perempuan, 2008)

Page 22: HAKIKAT SYAHWAT DI SURGA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36905/2/ABDUL... · A Fathah I Kasrah و U ḏ ... alif . dan . lam, dialih aksarakan

8

Syahwat memiliki dampak positif dan negatif. Dari sisi positif, syahwat merupakan

faktor penggerak terkuat pada jiwa manusia; tangga menuju kesempurnaan;

pergumulan internal jiwa manusia. Namun, sisi negatif, syahwat mengakibatkan

manusia jauh dari kebenaran; mengakibatkan kemuliaan manusia terjatuh. Syahwat

dapat pula memunculkan bencana bila dipenuhi dengan melampui batas.10

Adapun perbedaan penulisan di atas dengan penelitian yang ingin penulis

teliti adalah: penulisan di atas hanya terbatas pada pengertian syahwat dalam al-

Qur`an, sedangkan penulis ingin menyajikan serta meneliti bagaimana pengertian

syahwat yang ada di surga dengan mengangkat satu tokoh mufassir.

3). Bagi orang awam syahwat selalu dikonotasikan dengan seks sehingga

orang 'suka' malu jika disebut besar syahwatnya. Sesungguhnya syahwat

merupakan salah satu subsistem dalam sistem kejiwaan (sistem nafsani) manusia,

bersama dengan akal, hati, dan hati nurani. Syahwat itu bersifat fitrah, manusiawi,

normal, tidak tercela, bahkan dibutuhkan keberadaannya, sebab jika seseorang

sudah tidak memiliki syahwat pasti ia tidak lagi memiliki semangat hidup. Yang

diperlukan adalah kemampuan memenej syahwat, sehingga ia terkendali dan

menjadi penggerak tingkahlaku secara proporsional. Memang syahwat yang tidak

terkendali dapat berubah menjadi hawa (menurut bahasa Indonesia hawa nafsu)

yang bersifat destruktif.11

Adapun perbedaan penulisan di atas dengan penelitian dalam tulisan ini

adalah: penulisan di atas membahas mengenai bagaimana cara untuk

10 Ulya Hikmah Sitorus Pane, Syahwat dalam al-Qur`an, (Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,

UIN Sumatera Utara Medan, Desember 2006) 11 Muhsin Hariyanto, Manajemen Syahwat, (Dosen FAI-UM, Yogyakarta)

Page 23: HAKIKAT SYAHWAT DI SURGA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36905/2/ABDUL... · A Fathah I Kasrah و U ḏ ... alif . dan . lam, dialih aksarakan

9

mengendalikan nafsu, baik nafsu seksual, maupun kepada nafsu harta benda atau

kekayaan, sedangkan penulis ingin meneliti hakikat syahwat di surga, bagaimana

makna syahwat terhadap kehidupan surga.

4). Syahwat, yang sering diterjemahkan dengan hasrat seksual, sebenarnya

memiliki pengertian yang jauh lebih luas. Dalam pengertian bahasa (Arab), syahwat

dimaknai sebagai kecenderungan hati yang sulit terbendung kepada sesuatu yang

bersifat inderawi dan materiil. Dalam fitrahnya, syahwat bukanlah sesuatu yang

layak dibenci, namun merupakan karunia Allah yang harus dikendalikan, sehingga

memiliki nilai tambah bagi setiap diri (pribadi) manusia. Ego (nafs) manusia bisa

terbawa ke arah positif atau negatif, tergantung pada kemampuan setiap diri

(pribadi) manusia untuk mengarahkannya.12

Adapun perbedaan dalam penelitian ini, penulisan di atas hanya sebatas

tentang bagaimana cara pengendalian dalam syahwat, sedangkan penulis dalam

penelitian ini ingin mengkaji lebih dalam bagaimana syahwat dalam kehidupan

surga.

5). Dalam Alquran syahwat digambarkan dengan hal yang berhubungan

dengan kecintaan dan kecendrungan kepada hal yang indah dan biasanya mengarah

kepada hal-hal yang negatif. Indikator yang dapat dipahami dari Alquran tentang

syahwat adalah: hati-hati menjadi seorang pengekor syahwat, karena dapat

membuat fitnah dan terlalu mencintai dunia dan seluruh gambaran fatamorgana

yang ada didalamnya. Syahwat memiliki dampak positif dan negatif terhadap

manusia. Adapun dampak positifnya adalah: Sebagai aktor penggerak terkuat pada

12 Hand Out, Pengendalian Syahwat dalam Perspektif al-Qur`an, (Kajian Tafsir al-Qur`an,

Yogyakarta 2007)

Page 24: HAKIKAT SYAHWAT DI SURGA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36905/2/ABDUL... · A Fathah I Kasrah و U ḏ ... alif . dan . lam, dialih aksarakan

10

jiwa manusia; tangga menuju kesempurnaan; pergumulan internal jiwa manusia.

Sedangkan dampak negatifnya: Allah menciptakan syahwat dalam diri manusia

yang menyebabkan dapat terbuang dari kebenaran; membuat derajat manusia jatuh

dari kemuliaan; bahaya zaman saat ini disebabkan oleh manusia hidup di zaman

terbukanya segala sesuatu yang menyebabkan mudah terpengaruh oleh hal-hal yang

berbau negatif; di sisi lain orang yang terlalu melampaui batas dalam syahwat dapat

menjadikan sebab munculnya bala dan bencana.13

Adapun perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang penulis teliti

adalah: penelitian ini hanya menjelaskan bagaimana hakikat syahwat dalam al-

Qur`an, sedangkan penelitian yang ingin penulis teliti adalah: mengenai hakikat

syahwat yang ada di surga.

6). Modernisasi sebagai sebuah perkembangan peradaban layaknya dua sisi

koin mata uang yang membawa dampak positif dan negatif bagi kebudayaan asli

sebuah daerah. Ancaman pergeseran nilai budaya dimana nilai dan norma sedikit

demi sedikit menjadi terkikis dengan adanya dampak negatif dari sebuah

modernitas menjadi fenomena sosial yang jamak ditemui di masyarakat kita.

Munculnya Sales Promotion Girls atau yang lebih sering dikenal dengan singkatan

SPG, yang kemudian melahirkan pula SPG menunjukkan bahwa ancaman dari

dampak modernisasi nyata ada di masyarakat. Tulisan ini menggunakan latar

belakang hadirnya fenomena SPG yang kemudian dikorelasikan dengan fenomena

lain yakni praktek gratifikasi syahwat. Gratifikasi syahwat sendiri kini mulai

13 Farid Adnir, Syahwat Dalam Alquran, Tesis Program Pascasarjana, (Institut Agama Islam Negeri

Sumatera Utara Medan, 2014)

Page 25: HAKIKAT SYAHWAT DI SURGA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36905/2/ABDUL... · A Fathah I Kasrah و U ḏ ... alif . dan . lam, dialih aksarakan

11

populer di telinga masyarakat kita seiring dengan terbongkarnya beberapa kasus

korupsi yang menggunakan SPG sebagai sebuah alat tukar maupun hadiah agar

beberapa oknum yang mayoritas berasal dari kalangan pengusaha mampu

memenangkan sebuah proyek/tender.14

Adapun perbedaan penelitian ini adalah: penulisan ini membahas mengenai

gratifikasi syahwat yang melatar belakangi SPG sebagai objek, sedangkan pelitian

yang ingin penulis teliti adalah: mengenai syahwat di surga.

F. Metode Penelitian

1. Sumber Data

Bentuk penelitian ini adalah library research (penelitian kepustakaan) yang

dilakukan dengan cara mengumpulkan, mengklarifikasi serta menelaah beberapa

literatur yang berkaitan dengan inti permasalahan.

Kegiatan pengumpulan data, dalam penelitian ini dilaksanakan dengan

menggali informasi atau pesan dari bahan-bahan tertulis yang tersedia berupa buku-

buku. Sumber data primer adalah Tafsir al-Tahrir wa al-Tanwir karya ibn `Asyur.

Adapun sumber data sekunder adalah buku-buku yang membantu memberikan

penjelasan ke arah tersebut. Dimaksudkan untuk sebagai bahan tambahan bagi

sumber primer. Dari sumber data primer maupun sekunder, diharapkan diperoleh

data kualitatif sesuai yang diinginkan.

14 Ruth Royke Wadja, Gratifikasi Syahwat, (skripsi Universitas Airlangga, 2014)

Page 26: HAKIKAT SYAHWAT DI SURGA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36905/2/ABDUL... · A Fathah I Kasrah و U ḏ ... alif . dan . lam, dialih aksarakan

12

2. Metode analisis

Metode yang ditempuh dalam tulisan ini adalah deskriptif analisis.

Deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan suatu keadaan,

peristiwa, objek, ataupun segala sesuatu yang terkait variable-variable yang bisa

dijelaskan.15

Dari keterangan di atas, penulis ingin mendeskripsikan dan menganalisa

data yang ditemui melalui objek kajian yang telah ditentukan di latar belakang

masalah yaitu hakikat syahwat mukmin di kehidupan surga studi tafsir al-Tahrir wa

al-Tanwir karya ibn `Asyur.

3. Metode penulisan

Dalam teknik penulisan berpedomankan kepada: Buku pedoman Akademik

Program strata 1 2013/2014 dan Pedoman Penulisan skripsi Fakultas Ushuluddin,

Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta.

G. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisannya, penulis membagi penulisan ini dalam

lima bab, yakni:

Bab pertama, pendahuluan menjelaskan tentang apa yang melatar belakangi

skripsi ini sehingga timbul permasalahan, mengidentifikasi, membatasi dan

15 Setyosar punaji, metode penelitian pendidikan dan pengembangan, (Jakarta: kencana, 2010),

hal.36

Page 27: HAKIKAT SYAHWAT DI SURGA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36905/2/ABDUL... · A Fathah I Kasrah و U ḏ ... alif . dan . lam, dialih aksarakan

13

merumuskan masalah, kajian pustaka, tujuan dan manfaat penelitian, metodelogi

penelitian dan metodelogi penulisan serta sistematika penulisan.

Bab kedua, menjelaskan mengenai pengertian dari kata syahwat dalam al-

Qur`an. lalu bagaimana perbedaan syahwat dengan hawa nafsu. Serta mejelaskan

bagaimana hakikat dari surga.

Bab ketiga, menjelaskan menegenai ibn `Asyur serta kitab tafsir al-Tahrir

wa al-Tanwir. Dari mulai biografi beliau, karya-karyanya, metode tafsir,

karakterisktik tafsir, serta sitemetika penulisan tafsir beliau.

Bab keempat, memaparkan penafsiran ibn `Asyur dalam kitab al-Tahrir wa

al-Tanwir terhadap ayat-ayat yang membahas mengenai syahwat yang disandarkan

kepada mukmin di surga, sebagai berikut: al-Anbiya’: 102, Fushshilat: 31, az-

Zukhruf: 71, ath-Thur: 22, al-Waqiah: 21, Tafsir QS. al-Mursalat: 42. Serta, serta

pendapat Quraish Shihab mengenai ke enam ayat tersebut dan analisa dari penulis.

Bab kelima, merupakan bab terakhir yang berisikan mengenai kesimpulan

dan saran.

Page 28: HAKIKAT SYAHWAT DI SURGA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36905/2/ABDUL... · A Fathah I Kasrah و U ḏ ... alif . dan . lam, dialih aksarakan

14

BAB II

TINJAUAN UMUM HAKIKAT SYAHWAT DI SURGA

A. Hakikat Syahwat

1. Pengertian syahwat

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan syahwat yaitu nafsu

atau keinginan bersetubuh, kebirahian.1 Demikian pula W.J.S.

Poerwadarminta, mengartikan syahwat berarti kebirahian, nafsu atau

kegemaran bersetubuh.2 Arti yang sama terdapat dalam Kamus Modern

Bahasa Indonesia, syahwat berarti nafsu, keinginan, terutama keinginan

bercampur antara laki-laki dan perempuan.3

Kata syahwat dalam bahasa Arab adalah الشهوات (asy-syahawât,

bentuk jamak dari syahwat). Kata الشهوات tersusun dari kata dasar dengan

suku kata: ي ه ش , huruf pertama: ش, huruf kedua: ه, dan huruf ketiga: ي.

Jumlah pemakaian pola dasar ي ه ش dalam Al-Qur`an 13 kali, yang terdiri

dari dipakai kata benda sebanyak 5 kali, dipakai kata kerja sebanyak 8 kali.4

Kalimat syahwat disebut Al-Qur`an dalam bentuk mufrad sebanyak dua kali.

Raghib Al Asfahani menjelaskan bahwa, syahwat pada dasarnya

berarti nafsu terhadap sesuatu yang diingini. Ia membagi syahwat menjadi

1 Depertem pendidikan Nasional,Kamus Besar Bahasa Indonesia, ( Jakarta Utara:

PT Gramedia Pustaka utama,2012). 2 W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Perpustakaan Nasional

Balai Pustaka, 1976), hlm. 985. 3 Sutan Muhammad Zain, Kamus Modern Bahasa Indonesia (Jakarta: Sinar Grafika, tt.), hlm.

893. 4 Muhammad Fuad Abd al-Baqy, al-Mu’jam al-Mufarras li Alfadz al-Qur’an al-Karim,

(Kairo: Dar al-Hadis, 2007), hlm. 480

Page 29: HAKIKAT SYAHWAT DI SURGA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36905/2/ABDUL... · A Fathah I Kasrah و U ḏ ... alif . dan . lam, dialih aksarakan

15

dua macam; 1. Syahwat shadiqah: syahwat yang benar, berupa keinginan

yang jika tidak dipenuhi dapat merusak badan, seperti nafsu makan ketika

lapar; 2. Syahwat kadzibah; syahwat yang tidak benar, yang jika tidak

terpenuhi, tidak berakibat apa-apa bagi badan.’’5

Adapun di dalam al-Qur'an menggunakan term syahwat untuk

beberapa arti:

1). Dalam kaitannya dengan pikiran-pikiran tertentu, yakni mengikuti

pikiran orang karena mengikuti hawa nafsu seperti dijelaskan dalam al-

Qur’an:

أنيت وبعليك موي ريد ي ريد والله الذينيتبع ونالشهواتأنتميل واميلا

ا عظيما

“Dan Allah hendak menerima taubatmu, sedang orang-orang yang

mengikuti hawa nafsunya bermaksud supaya kamu berpaling sejauh-jauhnya

(dari kebenaran).” (QS. An-Nisa’: 27).

Al-Sabuni menafsirkan kalimat syahwat pada ayat di ini bahwa

manusia senang kepada kemunkaran, mereka mengikuti setan, berpaling dari

kebenaran kepada kebathilan, sehingga mereka menjadi fasik dan inkar.

Padahal Allah menginginkan kemudahan bagi manusia, maka diturunkanlah

syari’at yang mudah dan Allah tahu bahwa manusia sangat lemah untuk

melawan hawa nafsu dan tidak sabar untuk mengikuti keinginan syahwat.6

2). Dihubungkan dengan keinginan manusia terhadap kelezatan dan

kesenangan.

5 M. Quraish Shihab, Ensiklopedi al-Qur’an (Jakarta: lentera Hati 2007) h 937 6 Muhammad Ali al-Ṣabuni, Ṣafwat al-Tafasīr Jilid II (Beirut: Maktabah al-Misriah,2011),

hlm. 229

Page 30: HAKIKAT SYAHWAT DI SURGA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36905/2/ABDUL... · A Fathah I Kasrah و U ḏ ... alif . dan . lam, dialih aksarakan

16

الشهو ب ي نللناسح قنطرةمنالذهبز اتمنالن ساءوالبنينوالقناطيرالم

لكمتاع الحياةالدنياوالله ذ مةوالنعاموالحرث سو ةوالخيلالم والفض

المآب سن ح عنده

“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada

apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak

dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah

ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat

kembali yang baik (surga).”(QS Ali-Imran: 14).

syahwat pada ayat di atas dimaksudkan untuk menyebutkan potensi

keinginan manusia. Ayat ini menyatakan syahwat sebagai potensi keinginan

manusia, yakni pada dasarnya manusia menyukai terhadap wanita (seksual),

anak-anak (kebanggaan), harta kekayaan atau benda berharga (kebanggaan,

kenyamanan, kesenangan), binatang ternak (kesenangan, kemanfaatan) dan

sawah ladang (kesenangan, kemanfaatan), jadi kecenderungan manusia

terhadap seksual, harta benda, dan kenyamanan dalam pandangan Alqur`an

adalah manusiawi.7

لةواتبع واالشهواتفسوفيلقونغيا فخلفمنبعدهمخلفأضاع واالص

“Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang

menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka

kelak akan menemui kesesatan”(QS Maryam: 59).

Al-Sabuni menafsirkan kalimat syahwat pada ayat tersebut dengan

orang-orang yang meninggalkan shalat dan berada di jalan syahwat yang

dapat membawa mereka kepada keburukan, kerugian dan kehancuran.8

3). Berhubungan dengan perilaku seks menyimpang seperti dijelaskan

dalam al-Qur’an:

7 Ulya Hikmah Sitorus Pane, Syahwat Dalam Al-Qur’an, hlm. 388 8 Muhammad Ali al-Sabuni, Safwat al-Tafasīr Jilid I, hlm.649

Page 31: HAKIKAT SYAHWAT DI SURGA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36905/2/ABDUL... · A Fathah I Kasrah و U ḏ ... alif . dan . lam, dialih aksarakan

17

مند ونالن ساءبلأنت مقومتجهل ون جالشهوةا أئنك ملتأت ونالر

“Mengapa kamu mendatangi laki-laki untuk (memenuhi) syahwat

(mu), bukan (mendatangi) wanita? Sesungguhnya kamu adalah kaum yang

tidak mengetahui (akibat dari perbuatanmu)” (QS. An-Naml: [55]).

Syaikh Muhammad Ali al-Ṣabuni, dalam kitab Ṣafwat al-Tafasīr,

menjelaskan ayat di atas berulang-ulang sebagai cacian terhadap kaum Luṭ,

“Wahai kaum Luṭ yang sangat bodoh mengapa kamu lebih memiliki syahwat

kepada laki-laki dan meninggalkan perempuan.”9

Menurut penulis pada hakikatnya, syahwat merupakan fitrah manusia

dan manusia merasa indah jika syahwatnya terpenuhi maka syahwat menjadi

penggerak tingkah laku. Jika seseorang sedang lapar atau haus maka tingkah

lakunya selalu mengarah kepada tempat dimana dapat diperoleh makanan dan

minuman. Jika yang sedang dominan syahwat seksual maka perilakunya juga

selalu mengarah kepada hal-hal yang memberi kepuasan seksual. Begitulah

seterusnya, perilaku manusia sangat dipengaruhi oleh syahwat apa yang

sedang dominan dalam dirinya; syahwat seksual, syahwat politik, syahwat

pemilikan, syahwat kenyamanan, syahwat harga diri, syahwat kelezatan dan

lain-lainnya. Syahwat itu seperti anak-anak, jika dilepas maka ia akan

melakukan apa saja tanpa kendali, karena anak-anak hanya mengikuti

dorongan kepuasan, belum mengerti tanggung jawab. Jika dididik, jangankan

anak-anak, binatang pun tingkah lakunya bisa dikendalikan. Syahwat yang

dimanjakan akan mendorong pada pola hidup glamour dan hedonis.

9 Muhammad Ali al-Ṣabuni, Ṣafwat al-Tafasīr Jilid II (Beirut: Maktabah al-Misriah,2011),

hlm. 858

Page 32: HAKIKAT SYAHWAT DI SURGA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36905/2/ABDUL... · A Fathah I Kasrah و U ḏ ... alif . dan . lam, dialih aksarakan

18

2. Perbedaan Syahwat dan Hawa Nafsu

Sebagaimana yang telah penulis paparkan di atas bahwasannya

syahwat merupakan fitrah manusia dan manusia merasa indah jika

syahwatnya terpenuhi maka syahwat menjadi penggerak tingkah laku. Jika

seseorang sedang lapar atau haus maka tingkah lakunya selalu mengarah

kepada tempat dimana dapat diperoleh makanan dan minuman. Jika yang

sedang dominan syahwat seksual maka perilakunya juga selalu mengarah

kepada hal-hal yang memberi kepuasan seksual, adapun perbedaan syahwat

dengan hawa nafsu yang ingin penulis jelaskan.

Sedangkan hawa nafsu secara bahasa kata nafs berasal dari kata

nafasa yang berarti `bernafas`, Artinya nafas keluar dari rongga. Belakangan,

arti kata tersebut berkembang sehingga ditemukan arti-arti yang beraneka

ragam seperti `menghilangkan`, `melahirkan`, `bernafas`, `jiwa`, `ruh`,

`manusia`, `dan diri`. Namun, keanekaragaman ini tidak menghilangkan arti

asalnya, misalnya ungkapan bahwa Allah menghilangkan kesulitan dari

seseorang digambarkan dengan ungkapan (nafasa Allah kurbatahu) kesulitan

seseorang itu hilang bagaikan embusan nafasnya.10

Dalam kitab Lisan al-Arab, Ibnu Manzur menjelaskan bahwa

kata nafs dalam bahasa Arab digunakan dalam dua pengertian

yakni nafs dalam pengertian nyawa, dan nafs yang mengandung makna

keseluruhan dari sesuatu dan hakikatnya menunjuk kepada diri pribadi. Setiap

manusia memiliki dua nafs, nafs akal dan nafs ruh. Hilangnya nafs akal

10 Ensiklopedia al-Qur`an, KAJIAN KOSA KATA, (Jakarta: Lentera Hati, 2007), jilid II:

hlm.691

Page 33: HAKIKAT SYAHWAT DI SURGA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36905/2/ABDUL... · A Fathah I Kasrah و U ḏ ... alif . dan . lam, dialih aksarakan

19

menyebabkan manusia tidak dapat berpikir namun ia tetap hidup, ini terlihat

ketika manusia dalam keadaan tidur. Sedangkan hilangnya nafs ruh,

menyebabkan hilangnya kehidupan.11

Di dalam al-Qur’an terdapat 140 ayat yang menyebutkan nafs, dalam

bentuk jama’nya nufus terdapat 2 ayat, dan dalam bentuk jama’ lainnya anfus

terdapat 153 ayat. Berarti dalam al-Qur’an kata nafs disebutkan sebanyak 295

kali. Kata ini terdapat dalam 63 surat dari seluruh jumlah surat yang terdapat

dalam al-Qur’an, yang terbanyak dimuat dalam surat al-Baqarah (35 kali), Ali

Imran (21 kali), al-Nisa’ (19 kali), al-An’am dan al-Taubah (masing-masing

17 kali, serta al-A’raf dan Yusuf (masing-masing 13 kali).12

Nafsu itu sendiri bersifat netral, bisa baik dan buruk. nafsu pada

umumnya mendorong kepada kehendak-kehendak rendah yang menjurus hal-

hal yang negatif. Namun ada pula nafsu yang mendapat rahmat yang

membawa kepada kebaikan yang kelak dalam perkembangan ilmu tasawuf

disebut sebagai al-nafs al-muthmainnah atau kepribadian yang mengandung

sifat kasih sayang.13

Quraish Shihab cenderung memahami nafs sebagai sesuatu yang

merupakan hasil perpaduan jasmani dan ruhani manusia. Perpaduan yang

11 Ibnu Manzur Muhammad Ibnu Mukarram al-Anshari, Lisan al-Arab, Juz VIII, (Kairo: Dar

al-Misriyah li al-Ta’lif wa al-Tarjamah, 1968), hlm.119-120.

12 Fuad Abd al-Baqi, Mu’jam al-Mufahrash li Iifadli al-Qur’an al-Karim, (Beirut: Dar al-

Fikr, 1994), hlm.881 13 M. Dawam Rahardjo, Ensiklopedia al-Qur’an: Tafsir Sosial Berdasarkan Konsep-Konsep

Kunci, (Jakarta: Paramadina, 1996),hlm. 251

Page 34: HAKIKAT SYAHWAT DI SURGA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36905/2/ABDUL... · A Fathah I Kasrah و U ḏ ... alif . dan . lam, dialih aksarakan

20

kemudian menjadikan yang bersangkutan mengenal perasaan, emosi, dan

pengetahuan serta dikenal dan dibedakan dengan manusia-manusia lainnya.14

Nurcholis Madjid menjelaskan bahwa nafs atau nafsu, emosi,

memiliki kecenderungan terhadap kejelekan. Namun demikian emosi yang

ada pada manusia ibarat pisau bermata dua, emosi dapat membawa bencana,

tetapi juga mendorong manusia mencapai puncak keilmuan yang sangat

tinggi.15

Sebenarnya dalam Alquran terdapat dua kata yang sama-sama

diartikan nafsu yaitu kata nafs itu sendiri dan hawa dan ahwa berarti hasrat ,

hawa nafsu. Kata hawa atau ahwa disebut 17 kali dalam Alquran.16

Al-Raghib, dalam Abdul Muin Salim, menambahkan bahwa

kecenderungan jiwa pada syahwat disebut al-hawa, karena ia menjatuhkan

seseorang akan kehidupan dunia ini ke dalam kecelakaan dan dalam

kehidupan akhirat ke dalam neraka.17

Dari pengertian ini dapat dipahami bahwa pengertian hawa nafsu itu

berhubungan erat dengan syahwat, sehingga menurut Toshihiku Izutsu, kata

hawa merupakan sinonim dari kata syahwat, yakni suatu kata yang bermakna

14 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Amanah, (Jakarta: Pustaka Karim, 1992), hlm. 196 15 Nurcholis Madjid, Islam Agama Peradapan Membangun Makna Relevansi Doktrin Islam

dalam Sejarah, (Jakarta: Paramadina, 1995), hlm.180.

16 M. Dawam Rahardjo, Ensiklopedia al-Qur’an: Tafsir Sosial Berdasarkan Konsep-Konsep

Kunci (Jakarta: Paramadina, 1996), hlm. 251. 17 Abdul Muin Salim, Konsepsi Politik dalam al-Qur’an (Jakarta: RajaGrafindo Persada,

1994), hlm. 117.

Page 35: HAKIKAT SYAHWAT DI SURGA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36905/2/ABDUL... · A Fathah I Kasrah و U ḏ ... alif . dan . lam, dialih aksarakan

21

keinginan atau nafsu. Bahkan dalam konteks tersebut kata syahwat dapat

menggantikan kata hawa tanpa menyebabkan perubahan makna yang nyata.18

Fazlur Rahman, dalam Rahardjo, menjelaskan mengenai nafs dalam

Alquran, kata ini dalam filsafat dan tasawuf Islam telah menjadi konsep

tentang jiwa dengan pengertian bahwa ia adalah substansi yang terpisah dari

jasmani. Jiwa yang dikatakan juga sebagai diri atau batin manusia memang

dinyatakan oleh Alquran dengan realitas pada manusia, tetapi ia tidak terpisah

secara eklusif dari raga. Dengan kata lain, menurut Fazlur Rahman, Alquran

tidak mendukung doktrin dualisme yang radikal antara jiwa dan raga.

Menurut penafsirannya nafs yang sering diterjemahkan menjadi jiwa (soul),

sebenarnya berarti pribadi, perasaan, atau aku. Adapun predikat yang

beberapa kali disebut dalam Alquran hanyalah dan seharusnya dipahami

sebagai kaidah-kaidah, aspek-aspek, watak-watak, dan kecenderungan-

kecenderungan yang ada pada pribadi manusia. Hal ini seharusnya dipahami

sebagai aspek mental, sebagai lawan dari aspek phisik, tetapi tidak sebagai

substansi yang terpisah.19

Sedangkan diskursus menganai jiwa oleh para pemikir muslim seperti

al-Ghazali yang mengkaji konsep nafs secara mendalam. Menurut al-Ghazali

nafs itu mempunyai dua arti, arti nafs yang pertama adalah nafsu-nafsu rendah

yang kaitannya dengan raga dan kejiwaan, seperti dorongan agresif (al-

ghadlab), dan dorongan erotik (al-syahwat), yang keduanya dimiliki oleh

18 Thosihiku Izutsu, Konsep Etika Religius dalam al-Qur’an (Yogyakarta: Tiara Wacana,

1993), hlm. 168. 19 M. Dawam Rahardjo, Ensiklopedia al-Qur’an: Tafsir Sosial Berdasarkan Konsep-Konsep

Kunci, hlm. 260.

Page 36: HAKIKAT SYAHWAT DI SURGA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36905/2/ABDUL... · A Fathah I Kasrah و U ḏ ... alif . dan . lam, dialih aksarakan

22

hewan dan manusia. Adapun nafs yang kedua adalah nafs muthmainah yang

lembut, halus, suci dan tenang yang diundang oleh Tuhan sendiri dengan

lembutnya untuk masuk ke dalam surga-Nya.20

فكانمن الشيطان آياتنافانسلخمنهافأتبعه عليهمنبأالذيآتيناه واتل

الغاوين

“Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah Kami

berikan kepadanya ayat-ayat Kami (pengetahuan tentang isi Al Kitab),

kemudian dia melepaskan diri dari pada ayat-ayat itu, lalu dia diikuti oleh

syaitan (sampai dia tergoda), maka jadilah dia termasuk orang-orang yang

sesat.”(QS Al-A`raf: 175).

كمثلالكلب فمثل ه أخلدإلىالرضواتبعهواه كنه بهاول ولوشئنالرفعناه

القومالذينكذب وابآياتنا لكمثل يلهثذ كه إنتحملعليهيلهثأوتتر

ون ميتفكر فاقص صالقصصلعله

“Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan

(derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan

menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti

anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu

membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga). Demikian itulah

perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka

ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir.”(QS Al-

A`raf: 176).

وأ هواه هه سمعهوقلبهأفرأيتمناتخذإل علموختمعلى على الله ضله

ون فمنيهديهمنبعداللهأفلتذكر بصرهغشاوةا وجعلعلى

“Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa

nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya

dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan

tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya

petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak

mengambil pelajaran?”(QS Al-Jasiyah: 23).

20 Hanna Djumhana Bastaman, Integritas Psikologi dengan Islam: menuju Psikologi Islam

(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995), hlm. 78.

Page 37: HAKIKAT SYAHWAT DI SURGA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36905/2/ABDUL... · A Fathah I Kasrah و U ḏ ... alif . dan . lam, dialih aksarakan

23

Sebagaimana ayat-ayat yang telah penulis mengenai hawa nafsu,

Adapun perbedaan antara syahwat dan hawa nafsu adalah: syahwat berfungsi

sebagai penggerak tingkah laku atau motif dan menyuburkan motivasi kearah

keutamaan hidup. Dalam kondisi demikian syahwat seperti energy yang

selalu menggerakkan mesin untuk tetap hidup dan hangat. Keseimbangan itu

menjadikan orang mampu menekan dorongan syahwat yang ada saatnya

harus ditekan (seperti rem mobil), dan memberinya hak sesuai dengan kadar

yang dibutuhkan, Sedangkan hawa nafsu memiliki tabiat menuntut pemuasan

seketika tanpa memperdulikan dampak bagi orang lain maupun diri sendiri.

Begitu kuatnya dorongan hawa nafsu, maka Alquran mengibaratkan

kedudukan hawa nafsu bagi orang yang tidak mampu mengendalikannya

seperti “tuhan” yang harus disembah.

B. Hakikat Surga

Kata surga itu sendiri diambil dari kata janna yang berasal dari kata

janana pada asalnya berarti `tertutup`, yaitu tidak dapat dijangkau oleh

pancaindra manusia. Dari akar kata inilah pengertiannya berkembang sejalan

dengan perkembangan konteks pemakaiannya sehingga terbentuk kata lain.

Misalnya kata janin diartikan dengan `bayi yang masih berada dalam

kandungan ibunya`. Dalam AL-Qur`an kata ini disebutkan sebanyak 161 kali

dalam bentuk kata jannah.21

بماكان وايعمل ون ةأعي نجزاءا ممنق ر نفسماأ خفيله فلتعلم

“Tak seorangpun mengetahui berbagai nikmat yang menanti, yang

indah dipandang sebagai balasan bagi mereka, atas apa yang mereka

kerjakan.”(QS. As-Sajdah: 17).

21 M. Quraish Shihab, Ensiklopedia al-Qur`an (Jakarta: Lentera Hati, 2007), hlm.386

Page 38: HAKIKAT SYAHWAT DI SURGA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36905/2/ABDUL... · A Fathah I Kasrah و U ḏ ... alif . dan . lam, dialih aksarakan

24

Ayat ini menjelaskan bahwa seseorang tidak dapat mengetahui betapa

besar kebahagiaan dan kesenangan yang akan diberikan kepada mereka di

surga nanti, semua itu adalah balasan yang sempurna atas perbuatan baik atau

amal-amal saleh yang telah dikerjakan selama hidup di dunia. Hasan al-Basri

berkata: “Karena mereka menyembunyikan amalnya, maka Allah pun

menyembunyikan balasan yang akan diberikan kepadanya sebagai balasan

setimpal”.22

Adapun surga menurut defenisi AL-Qur`an adalah sebuah alam yang

di dalamnya terdapat segala sesuatu yang diinginkan hati, segala sesuatu yang

menyedapkan mata, dan segala sesuatu yang saat ini masih dalam angan-

angan orang-orang yang kelak menikmatinya. Di dalam surga juga terdapat

segala hal yang baru dan ada tambahan nikmat dari Allah yang tidak pernah

terdetik dalam pikiran.23

عليهمبصحافمنذهبوأكوابوفيهاماتشتهيه ي طاف النف س

وأنت مفيهاخالد ون العي ن وتلذ

“Kepada mereka diedarkan piring-piring dan gelas-gelas dari emas,

dan di dalam surga itu terdapat apa yang diingini oleh hati dan segala yang

sedap (dipandang) mata. Dan kamu kekal di dalamnya.” (QS Az-Zukhruf

[43]: 71).

Sebenarnya kata surga dalam bahasa Indonesia tidak dikenal di dalam

Alquran karena kata surga berasal dari bahasa Jawa Sansekerta yang berarti

tingkatan suatu keadaan orang mencapai kebahagiaan. Makna surga itu

22 Ahmad Mushthafa al-Maraghi, tafsir al-Maraghi, jilid 30 terj. Bahrun Abu Bakar

(Semarang: Toha Putra, 1986), hlm. 214 23 Said Ramadhan Al-Buthy, La Ya’tihil Bathil, terj Misbah, cet I (Jakarta: PT Mizan

Publika, 2010), hlm.124

Page 39: HAKIKAT SYAHWAT DI SURGA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36905/2/ABDUL... · A Fathah I Kasrah و U ḏ ... alif . dan . lam, dialih aksarakan

25

kemudian digunakan untuk menerjemahkan konsep jannah di dalam Alquran.

Esensi dua makna tersebut pada dasarnya sama-sama mengandung pengertian

kebahagian, meskipun ada perbedaan antara du konsep tersebut. Akan tetapi

perbedaan itu bukan perbedaan yang esensial sehingga perbedaan tersebut

bisa dinafikkan. Penerjemahan konsep jannah dalam Alquran dengan surga

sudah menjadi kebenaran yang diterima oleh seluruh hampir umat muslim

Indonesia. Bahkan ada wacana penulisan yang benar untuk kata surga adalah

surga. Oleh karena itu, dalam tulisan ini jannah diterjemahkan menjadi

surga.24

Surga adalah tempat kenikmatan yang kekal dan sempurna yang tidak

ada di dalamnya kekurangan apapun. Surga disediakan oleh Allah SWT bagi

mereka yang mentaati perintah-Nya dan tidak mengingkari kebenaran yang

dibawah oleh rasul-rasul-Nya. Surga adalah tempat orang-orang yang

dikaruniai nikmat oleh Allah, dari kalangan para nabi, shiddiqin, shuhada dan

orang-orang yang saleh. Surga adalah tempat yang tamannya berisi sungai-

sungai yang mengalir di bawahnya. Ia adalah tempat yang istananya tersusun

dari bata dan perak. Tanahnya dari minyak misik terbaik, pasirnya intan dan

mutiara, kemah-kemahnya dijalin dari mutiara.25

مجناتتجريمنتح له الحاتأن رالذينآمن واوعمل واالص وبش تهاالنهار

وأ ت وابه زقنامنقبل ذاالذير زق وامنهامنثمرةرزقااقال واه ك لمار

رةوه مفيهاخالد ون طه مفيهاأزواجم اوله تشابها م

24 Nur Aris, Andai Surga dan Neraka Tiada, (Jakarta: Inti Media, 2009), hlm. 1 25 Nur Aris, Andai Surga dan Neraka Tiada, hlm. 1

Page 40: HAKIKAT SYAHWAT DI SURGA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36905/2/ABDUL... · A Fathah I Kasrah و U ḏ ... alif . dan . lam, dialih aksarakan

26

“Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman

dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir

sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rezeki buah-buahan dalam

surga-surga itu, mereka mengatakan: "Inilah yang pernah diberikan kepada

kami dahulu". Mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di

dalamnya ada isteri-isteri yang suci dan mereka kekal di dalamnya.”(QS Al-

Baqarah: 25).

لك مللذيناتقواعندرب همجناتتجريمنتحتهانب ئ ك مبخيرمنذ ق لأؤ

بصيربالعباد رةورضوانمناللهوالله طه خالدينفيهاوأزواجم النهار

“Katakanlah: "Inginkah aku kabarkan kepadamu apa yang lebih baik

dari yang demikian itu?". Untuk orang-orang yang bertakwa (kepada Allah),

pada sisi Tuhan mereka ada surga yang mengalir dibawahnya sungai-

sungai; mereka kekal didalamnya. Dan (mereka dikaruniai) isteri-isteri yang

disucikan serta keridhaan Allah. Dan Allah Maha Melihat akan hamba-

hamba-Nya.”(QS Ali-Imran: 15).

االذينا مففيرحمةاللهه مفيهاخالد ونوأم وه ه ج بيضتو

“Adapun orang-orang yang putih berseri mukanya, maka mereka

berada dalam rahmat Allah (surga); mereka kekal di dalamnya.”(QS Ali-

Imran: 107).

ه ممغفرةمن ئكجزاؤ خالدينأ ول رب هموجناتتجريمنتحتهاالنهار

العاملين فيهاونعمأجر

“Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga

yang di dalamnya mengalir sungai-sungai, sedang mereka kekal di

dalamnya; dan itulah sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal.”(QS

Ali-Imran: 136).

لا خالدينفيهان ز مجناتتجريمنتحتهاالنهار مله كنالذيناتقواربه ل

منعنداللهوماعنداللهخيرللبرار

“Akan tetapi orang-orang yang bertakwa kepada Tuhannya, bagi

mereka surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya, sedang mereka

kekal di dalamnya sebagai tempat tinggal (anugerah) dari sisi Allah. Dan

apa yang di sisi Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang

berbakti.”(QS Ali-Imran: 198).

Page 41: HAKIKAT SYAHWAT DI SURGA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36905/2/ABDUL... · A Fathah I Kasrah و U ḏ ... alif . dan . lam, dialih aksarakan

27

إذاجاء وهاوف تحتأبواب ها حتى ا مرا مإلىالجنةز وسيقالذيناتقواربه

ل وهاخالدين مخزنت هاسلمعليك مطبت مفادخ وقالله

“Dan orang-orang yang bertakwa kepada Tuhan dibawa ke dalam

surga berombong-rombongan (pula). Sehingga apabila mereka sampai ke

surga itu sedang pintu-pintunya telah terbuka dan berkatalah kepada mereka

penjaga-penjaganya: "Kesejahteraan (dilimpahkan) atasmu. Berbahagialah

kamu! maka masukilah surga ini, sedang kamu kekal di dalamnya”.(Az-

Zumar: 73).

Kata yang paling sering dipakai untuk menunjukkan hakikat surga

adalah khulud, sebagaimana beberapa ayat yang telah penulis cantumkan di

atas. Kata khulud berarti kekal, abadi. Akar katanya khalada yang

menunjukan arti tetap dan kekal. Kekekalan yang ditunjukka khalada dapat

berarti kekal sementara dan kekekalan di dalam arti sesungguhnya, abadi

terus menerus tanpa akhir, tetapi mempunyai awal. Al-Qur‘an menggunakan

kata-kata tersebut dengan makna kekekalan sementara, dan kekekalan dalam

arti sesungguhnya, yaitu tidak mengalami kerusakan dan perubahan.26

Term khulud mengandung makna a'qama (tinggal menetap), dawam

al-Baqa (keadaan kekal dan tidak binasa) dalam sebuah tempat yang tidak

ada kemungkinan keluar lagi dari padanya. Di dalam al-Qur‘an, term khulud

ditemukan memiliki pola isim fa’il. Isim itu mengandung pengertian

keikutsertaan seseorang dalam sesuatu ruang dan aktifitas. Dengan demikian,

seseorang yang masuk dalam surga akan ikut serta mengalami kekekalan atau

26 Tim Penyusun, Ensiklopedia Al-Qur‟an: Kajian Kosakata (Cet. I; Jakarta: Lentera Hati,

2007), hlm. 451

Page 42: HAKIKAT SYAHWAT DI SURGA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36905/2/ABDUL... · A Fathah I Kasrah و U ḏ ... alif . dan . lam, dialih aksarakan

28

ketidak binasaan. Jadi, penghuni surga tidak binasa sebagaimana tidak

binasanya surga.27

Kata khulud yang berpola isim fa’il mengandung pengertian bahwa

penghuni surga akan kekal (tetap ketika yang lain hancur). Oleh karena itu,

kata khalidina terkadang bergandengan dengan kata abadan, yang

penyebutannya sebanyak 10 kali.28

Setiap kali menyebutkan kata abadan yang menyandingi term

khalidina untuk menunjukan kekekalan surga dan penghuninya. Allah swt

menegaskan dengan mengatakan pernayataan zalika al-Fauzul al-‘azim

(itulah kemenangan yang amat mulia), wa‘dallahi haqqa (janji Allah akan

terwujud), dan qad ahsanallahu rizqa (sungguh sangat baik rezki Allah).29

Sementara, penggunaan kata khalud dalam bentuk isim masdar yang

bertalian dengan surga ditemukan berulang sebanyak dua kali, seperti jannatu

al-khuld dan yaum al-khulud.

Frase jannatu al-khuld memiliki konteks mudaf wa mudaf ilaih

(sandar menyandari). Al-Razi dalam tarsirnya berkata, Penyandaran sebuah

kata dengan kata lain adakalanya bertujuan li al-tamyiz (membedakan untuk

memunculkan keistimewaan salah satu dari dua sesuatu) dan adakalanya pula

bertujuan bayan sifah al-kamal (penjelasan mengenai sifat kesempurnaan).

Oleh karena itu, kata khulud sandar ke kata al-jannah (surga) dan yaum

(waktu) untuk menjelaskan bahwa surga memiliki sifat istimewa

27 Mukhtar Yunus, Al-Jannah dalam Perspektif Al-Qur‟an: Sebuah Kajian Tafsir dengan

Metode Tematik” (Disertasi Doktor, Program Pasca Sarjana UIN Alauddin, Makassar, 2011), hlm. 150 28 M. Samsul Hady, Islam Spiritual; Cetak Biru Keserasian Eksistensi (T.C; Malang: UIN

Malang pres, 2007), hlm. 226 29 Mukhtar Yunus, Al-Jannah dalam Perspektif Al-Qur‟an: Sebuah Kajian Tafsir dengan

Metode Tematik”, hlm. 153

Page 43: HAKIKAT SYAHWAT DI SURGA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36905/2/ABDUL... · A Fathah I Kasrah و U ḏ ... alif . dan . lam, dialih aksarakan

29

dibandingkan dunia, yakni kekal dan tidak binasa bahkan waktu di sana juga

kekal.30

Pada hakikat bahwa surga adalah kekal adanya, hal ini dijelaskan oleh

Allah swt melalui firman-Nya. Adapun term yang menunjukkan bahwa surga

kekal adalah al-khulud yang berarti kekal, abadi. Sebagaimana dari beberapa

ayat yang telah penulis cantumkan di atas, bahwa term khulud mengandung

makna a'qama (tinggal menetap), dawam al-Baqa (keadaan kekal dan tidak

binasa) dalam sebuah tempat yang tidak ada kemungkinan keluar lagi dari

padanya.

30 Muhammad Ibn Umar Ibn al-Husain al-Razi, Tafsir al-Razi, (Cet. I; Beirut: Da>r al-Fikr,

1401 H/1981 M), hlm. 57

Page 44: HAKIKAT SYAHWAT DI SURGA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36905/2/ABDUL... · A Fathah I Kasrah و U ḏ ... alif . dan . lam, dialih aksarakan

30

BAB III

IBNU `ASYUR DAN TAFSIRNYA

A. Biografi Ibnu `Asyur

1. Riwayat Hidup Ibnu `Asyur

Di tengah berkembangnya ilmu pengetahuan, muncullah sebuah suku

yang bernama suku ‘Asyuriyah. Mereka hidup di sebuah kawasan Andalusia.

Suku ini masih menggunakan budaya nomaden. Sekitar tahun 1620 M mereka

pindah ke kawasan Maghrib dan tahun 1648 M mereka pindah ke Tunisia. Di

antara nenek moyang suku ini adalah Syeikh Shaleh Syarif Abdullah,

Muhammad ibn ‘Asyur al- Husniy. Dari suku ‘Asyuriyah ini, muncul seorang

ulama yang menjadi tokoh di bidang ushul fiqh dan bidang tafsir yang

bernama Muhammad al-Thahir ibn ‘Asyur.

Nama lengkapnya adalah Muhammad al-Thahir ibn Muhammad ibn

Muhammad al-Thahir ibn Muhammad ibn Muhammad al-Syadzuliy ibn Abd

al-Qadir ibn Muhammad ibn ‘Asyur. Ayah nya bernama Muhammad ibn

‘Asyur dan ibunya bernama Fathimah binti al- Syeikh al-Wazir Muhammad

al-‘Aziz ibn Muhammad al-Habib ibn Muhammad al-Thaib ibn Muhammad

ibn Muhammad Bu’atur. Muhammad al-Thahir ibn Asyur dikenal dengan Ibn

‘Asyur. Ia lahir di Mursi pada Jumadil Awal tahun 1296 H atau pada

September tahun 1879 M.1

1 Jani Arni, Tafsir al-Tahrir wa al Tanwir Karya Muhammad Al-Thahrir ibn Asyur, (Jurnal

Ushuluddin Vol.XVII No. 1, Januari 2011), hlm. 81

Page 45: HAKIKAT SYAHWAT DI SURGA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36905/2/ABDUL... · A Fathah I Kasrah و U ḏ ... alif . dan . lam, dialih aksarakan

31

Ibnu `Asyūr tumbuh dalam asuhan kakek, beliau adalah seorang

perdana mentri, orang tua Ibnu `Asyur menginginkan kelak beliau menjadi

seperti kakeknya dalam keilmuan dan kepandain kakeknya, untuk selalu

menjaganya dan bersemangat agar kelak ia menjadi penggantinya baik dalam

keilmuan, kekuasaan dan kedudukanya.2

Ibnu `Asyūr merupakan pemimpin para mufti, beliau disebut Syaikh

al-Imām, beliau seorang `Alim dan guru di bidang Tafsīr dan Balaghāh di

Universitas al-Zaituniyyah, beliau seorang Qadiy, guru yang agung dan

mulia, beliau juga sebagai Majami’ al-Lughah al-‘Arabiyyah. Ibnu `Asyūr

juga dikenal sebagai pusat (Qutb) pembaharuan pendidikan dan bersosial

pada masanya.3

Cita-cita dan harapan keluarganya akhirnya terwujud,setelah selesai

mengenyam pendidikan di al-Zaituniyyah,ia mengabdi dan mendapatkan

berbagai kedudukan di bidang Agama, kegiaatn selama ini tidak didasari

material oriented, tetapi didasari risalah amanah yang mesti dia emban dalam

menjalankan misinya, dia terbantu oleh keberdaan perpustakaan besar yang

mengoleksi literatur-literatur kuno dan langka, di samping literatur modern

dalam berbagai disiplin ilmu-ilmu keislaman. Perpustakaan itu adalah

warisan generasi tua dari para cendikiawan dan termasuk perpustakaan

terkenal di dunia.4

2 Mani’ ‘Abd al-Halim’Kajian Tafsir Konprehenshif metode Ahli Tafsir”,terj Faisa Saleh

Syahdianur,(Jakarta.PT. Karya Grafindo,2006), hlm,313 3 Musyrif bin Ahmad al-Zuhainy,’Asar al-Dilalat al-Lugawiyyah fi al-Tafsir‘Indalibni

‘Ᾱsyūr, (Baeirut,Muasash al-Rayyan,2002), hlm. 21 4 Mani’ ‘Abd al-Halim’Kajian Tafsir Konprehenshif metode Ahli Tafsir”,terj Faisa Saleh

Syahdianur,(Jakarta.PT. Karya Grafindo,2006), hlm,314

Page 46: HAKIKAT SYAHWAT DI SURGA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36905/2/ABDUL... · A Fathah I Kasrah و U ḏ ... alif . dan . lam, dialih aksarakan

32

Dalam membina keluarga Ibnu ‘Asyur menikah dengan Fatimah binti

Muhammad Muhsin, dari pernikahanya ini beliau dikaruniai lima anak yang

terdiri dari tiga laki-laki dan dua perempuan, mereka adalah:

1. Muhammad al-Fadl kemudian menikah dengan Sabih binti

Muhammad al-‘Aziz.

2. ‘Abd al-Malik menikah dengan Radiya binti al-Habib al-Jaluli.

3. Zain al-‘Abidin menikah dengan Fatimah binti Salih al-Din bin al-

Munsif Bay.

4. Umm Hani’ yang menikah dengan Ahmad bin Muhammad bin

Basyir bin al-Khuja’.

5. Syafiya yang menikah dengan al-Syaziliy al-Asrar.

Semasa hidup Ibnu`Asyur telah meraih berbagai prestasi gemilang, ia

juga menduduki jabatan yang penting, baik dalam bidang Agama keislaman

dan perkantoran.Adapun diantara yang terpenting adalah:5

1. Guru di Jami' Zaitunah dan Madrasah Sadiqiyah, mulai dari tahun

1900 M hingga tahun 1932 M.

2. Anggota Majelis Idarah al-Jam'iyah al-Khalduniyah tahun 1323 H/

1905 M.

3. Anggota Lajnah al-Mukhallifah yang mengatur atau mengelola buku-

buku dan naskah-naskah di Maktabah al-Sadiqiyah tahun 1905 M.

4. Delegasi Negara dalam penelitian ilmiah tahun 1325 H/ 1907 M.

5 Muhammad al-Tahir ibnu ‘asyur,Syarh al-Muqadimah al-Adabiyyah li al-Marzuqy ‘ala

diwani al-amasah, hlm,16-17

Page 47: HAKIKAT SYAHWAT DI SURGA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36905/2/ABDUL... · A Fathah I Kasrah و U ḏ ... alif . dan . lam, dialih aksarakan

33

5. Anggota Lajnah Revisi Program Pendidikan tahun 1326 H/ 1908 M.

6. Dan lain-lain.

2. Riwayat Pendidikan Ibnu `Asyur

Pendidikan awal beliau dapatkan dari kedua orang tuanya dan dari

segenap keluarganya, baik langsung ataupun tidak, khususnya kakek dari

ibunya, beliau belajar al-Qur’ān dirumah keluarganya kemudian dapat

menghafalnya. Menurut pendapat lain ibnu ‘ belajar al-Quran sampai hafal

dan membacakanya kepada Muhammad al-Khiyari di masjid Sayyidiy Hadid

yang berada di sebelah rumahnya. Setelah itu beliau menghafal kumpulan

kitab-kitab matan seperti matan Ibnu ‘Asyir al-jurmiyyah dan juga kitab

syarah al-Syaikh Khalid al-Azhariy ‘Ala al-Jurmiyyah,semuanya adalah yang

dipersiapkan oleh siswa-siswa yang akan melanjutkan studi di Universitas al-

Zaituniyyah.

Ibnu ‘Asyūr diterima dan belajar di Universitas al-Zaituniyyah pada

saat umurnya 14 tahun, tepatnya pada tahun 1310 H bertepatan 1893 M,

berkat arahan dari kedua orang tua kakek dan gurunya, beliau sangat haus dan

cinta pada ilmu pengetahuan, sehingga dalam proses belajar Ibnu ‘Asyūr

tidak sekedar bertatap muka dengan para guru dan teman-temanya di tempat

belajar tetapi beliau juga memberikan kritik yang cerdas dan baik.6

Beliau belajar di al-Zaituniyyah pada awal-awal abad 14 Hijriyyah, Ia

begitu mahir dan jenius dalam semua disiplin ilmu pengetahuan dan ilmu

6 Nani Haryati, Analisa pendekatan teks dan konteks penafsiran poligami Ibnu `Asyur dalam

kitab al-Tahrir wa al-Tanwir,( Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta,2017),hlm.78

Page 48: HAKIKAT SYAHWAT DI SURGA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36905/2/ABDUL... · A Fathah I Kasrah و U ḏ ... alif . dan . lam, dialih aksarakan

34

keislaman, prestasi belajarnya diatas rata-rata sampai di penghujung masa

belajarnya di al-Zaituniyyah. Tercatat bahwa beliau mempelajari bermacam-

macam kitab di Universitas tersebut, diantaranya:7

1. Ilmu Nahwu (al-Fiyyah Ibnu Malik beserta kitab-kitab syarahnya seperti

Tudih karya Syaikh Khalid al-Azhariy, Syarahal-Mukawwady, al-

Asepuriy, Mugni Labib karangan Ibnu Hisyam, Tuhfah al-Garib yang

merupakan syarah dari Mugni Labib dan lain-lainya.

2. Ilmu Balaghah (Syarah risalah al-Samarqandiy,karya al-Damanuriy al-

Takhlis dengan syarah al-Mutawal karya al-Sa’d al-Taftanzani.

3. Al-Lughah (al-Mazhar li al-Suyutiy).

4. Ilmu Fiqih (Aqrab al-Mālik ila Mazhab al-Imām al-Mālik karya al-Dadir

syarah al-Tawadiy ‘ala al-Tuhfah).

5. Ilmu Usul Fiqih (Syarah al-Hatab ‘ala waraqat Imam al-Haramain).

6. Al-Hadis (Shahih al-Bukhari,Muslim kitab Sunan dan Syarah Garamiy

Sahih).

7. Mantiq (al-Salam fil al-Mantiq li Abd ar-Ruhman Muhammad al-Sagir).

8. Ilmu Kalam (al-Wusta ‘ala ‘Aqaid al-Nasafiyyah).

9. Ilmu Farāid (kitab al-Durrah).

10. Ilmu Tarīkh (al-Muqadimah dan lain-lainnya).

7 Nani Haryati, Analisa pendekatan teks dan konteks penafsiran poligami Ibnu `Asyur dalam

kitab al-Tahrir wa al-Tanwir, hlm.78

Page 49: HAKIKAT SYAHWAT DI SURGA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36905/2/ABDUL... · A Fathah I Kasrah و U ḏ ... alif . dan . lam, dialih aksarakan

35

B. Mengenal Tafsir al-Tahrir wa al-Tanwir

1. Latar Belakang penyusunan Tafsir al-Tahrir wa al-Tanwir

Dalam penulisan kitab Tafsir al-Tahrir wa al-Tanwir, Ibn ‘Asyur ingin

menjelaskan kepada masyarakat apa yang akan membawa mereka kepada

kebahagiaan di dunia dan akhirat, menjelaskan kebenaran, akhlak mulia, kandungan

balaghah yang dimiliki al-Qur’an, ilmu-ilmu syari’at, serta pendapat-pendapat-

pendapat para mufasir terhadap makna ungkapan al- Qur’an. Cita-cita Ibn ‘Asyur

tersebut sering diungkapkannya kepada sahabat-sahabatnya, sembari meminta

pertimbangan dari mereka. Sehingga pada akhirnya cita-cita tersebut makin lama

makin menjadi kuat. Demikianlah, kemudian Ibn ‘Asyur menguatkan ‘azam-nya

untuk menafsirkan al-Qur’an, dan meminta pertolongan dari Allah semoga dalam

ijtihadnya ini ia terhindar dari kesalahan.8

Ibn ‘Asyur juga ingin mengungkap dalam kitab tafsirnya ini

pemahaman al- Qur’an berdasarkan persoalan-persoalan ilmiah yang tidak

diungkapkan oleh ulama terdahulu. Namun, Ibn ‘Asyur juga

menggarisbawahi bahwa pandangan ini tidak mutlak hanya dimiliki olehnya

sendiri, dan tidak menutup kemungkinan ulama-ulama lainnya juga

berpandangan yang sama dengannya dan menulis tafsir dengan cara ia

tempuh juga.9

Dari uraian di atas, penulis dapat memahami, bahwa Ibn ‘Asyur

menulis kitab tafsir dengan latar belakang kecintaan kepada Islam dan umat

Islam. Ibn ‘Asyur menginginkan ajaran Islam berkembang, disebabkan al-

8 Jani Arni, Tafsir al-Tahrir wa al Tanwir Karya Muhammad Al-Thahrir ibn Asyur, (Jurnal

Ushuluddin Vol.XVII No. 1, Januari 2011), hlm. 86 9 Muhammad al-Thahir ibnu ‘Asyur, Tafsir al-Tahrir wa al-Tanwir, (Tunisia: Dar Shuhnun

li al-Nasyr wa al Tauzi’, 1997), Juz 1, h. 5-6

Page 50: HAKIKAT SYAHWAT DI SURGA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36905/2/ABDUL... · A Fathah I Kasrah و U ḏ ... alif . dan . lam, dialih aksarakan

36

Qur’an merupakan sumber ajaran Islam. Ibn ‘Asyur menafsirkan al-Qur’an

dengan harapan kitab tafsirnya tersebut mampu memberi pengaruh kepada

masyarakat, seperti dari segi akhlak, pemahaman keagamaan serta wawasan

mereka. Ibn ‘Asyur menginginkan umat Islam menyadari bahwa al-Qur’an

adalah kitab yang agung.

2. Gambaran Umum Tentang Tafsir al-Tahrir wa al-Tanwir

Kitab tafsir al-Tahrir wa al-Tanwir diawali dengan pengantar yang

ditulis sendiri oleh Ibn ‘Asyur. Pengantar ini berisikan penjelasan dari Ibn

‘Asyur, tentang apa yang menjadi motivasinya dalam menyusun kitab

tafsirnya, menjelaskan persoalan apa saja yang akan diungkapkan dalam kitab

tafsirnya, serta nama yang diberikan kepada kitab tafsirnya. Tahrir wa al-

Tanwir berisikan muqaddimah.

Gamal al-Banna dalam kitabnya Tafsir al-Qur’an al-Karim baina al-

Qudama’ wa al-Muhadditsin berkomentar bahwa keistimewaan tafsir ini

terletak pada muqaddimah-nya yang memaparkan kepada pembaca wawasan

umum tentang dasar-dasar penafsiran, dan bagaimana seorang penafsir

berinteraksi dengan kosa kata, makna, struktur, dan sistem al-Qur’an.

Pengantar ini ditampilkan dengan bahasa yang mudah, walaupun pada

beberapa aspek masih menggunakan gaya bahasa lama. Metode yang

digunakan oleh Ibn ‘Asyur adalah metode yang moderat. Gamal al-Banna

menegaskan muqaddimah ini merupakan bagian yang terbaik dalam karya

tafsir ini, bahkan sebagai pengganti tafsir itu sendiri. Posisi penting

Page 51: HAKIKAT SYAHWAT DI SURGA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36905/2/ABDUL... · A Fathah I Kasrah و U ḏ ... alif . dan . lam, dialih aksarakan

37

muqaddimah tafsir ini dari pada tafsirnya sama halnya dengan posisi

pengantar sejarah karya Ibn Khaldun dalam buku al-Muqaddimah.10

Tafsir al-Tahrīr wa al-Tanwīr berisikan sepuluh muqaddimah yaitu:

1. Berbicara tentang tafsīr, takwīl dan posisi tafsīr sebagai ilmu.

2. Berbicara tentang referensi atau alat bantu (istimdād) ilmu tafsīr.

3. Ibnu `Asyur berbicara keabsahan tafsir tanpa nukilan (ma’tsūr) dan

tafsīr (bi ra’yi).

4. Menjelaskan tentang maksud dari seorang mufasir.

5. Khusus membicarakan soal konteks turunnya ayat (asbāb al-nuzūl).

6. Berisikan tentang soal aneka ragam bacaan (al-qirā’āt).

7. Ibnu ‘Asyur berbicara tentang kisah-kisah al-Qur’ān.

8. Berbicara tentang nama, jumlah ayat dan surah, susunan, dan nama

nama al-Qur’ān.

9. Berisikan tentang makna-makna yang dikandung oleh kalimat-

kalimat al-Qur’ān.

10. menjelaskan tentang i’jāz al-Qur’ān.

3. Metode Ibnu `Asyur dalam penulisan kitab al-Tahrir wa al-

Tanwir

Kitab tafsir al-Tahrir wa al-Tanwir karya Ibn ‘Asyur banyak berisikan

kajian kebahasaan. Kata perkata dari lafal al-Qur’an tersebut diungkap oleh

Ibnu `Asyur, dan selanjutnya diulas munasabah kata tersebut dengan kata

10 Gamal al-Banna, Tafsir al-Qur’an al-Karim baina al- Qudama’ wa al-Muhadditsin, terj;

Novriantoni Kahar, (Jakarta: Qisthi Press, 2004), hlm. 130

Page 52: HAKIKAT SYAHWAT DI SURGA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36905/2/ABDUL... · A Fathah I Kasrah و U ḏ ... alif . dan . lam, dialih aksarakan

38

lainnya. Dalam muqaddimah tafsirnya Ibnu `Asyur menjelaskan bahwa ia

sangat tertarik dengan makna-makna mufradat dalam bahasa Arab, ia ingin

memberikan perhatian kepada mufradat yang tidak begitu jadi perhatian oleh

kamus-kamus bahasa.

Ibnu `Asyur banyak juga mengungkapkan koreksian-koreksian

pemahaman suatu makna. Selain itu, Ibnu `Asyur juga sangat perhatian

dengan persoalan ilmiah, karena ayat-ayat al-Qur’an banyak mengandung

isyarat-isyarat ilmiah. Penafsiran dengan corak seperti ini dinamakan corak

‘ilmi.11

Dalam uraian Ibnu `Asyur biasanya memulai penjelasan dengan

menampilkan ayat yang akan ditafsirkan, kemudian pembahasannya dengan

kajian kebahasaan, dan setelah itu Ibnu Asyur menjelaskan tentang persoalan

ilmiah yang dikandung oleh ayat tersebut. Penafsiran Ibnu Asyur tidak selalu

diiringi dengan keterangan dari ayat-ayat al-Qur’an, walau masih ada tapi hal

itu tidak mendominasi. Jadi, melihat kepada cara dan uraian Ibnu `Asyur

maka dapat dikatakan bahwa manhaj yang digunakan oleh Ibn ‘Asyur dalam

kitab tafsirnya adalah tafsir bi al-ra’yi, yaitu penafsiran al-Qur’an yang

sumber penafsirannya didominasi oleh ijtihad mufasir dan meskipun juga

menyertakan keterangan dengan ayat-ayat al-Qur’an lainnya ataupun

keterangan hadits Nabi Saw. Sedangkan, thariqah yang digunakan adalah

11 Jani Arni, Tafsir al-Tahrir wa al Tanwir Karya Muhammad Al-Thahrir ibn Asyur, (Jurnal

Ushuluddin Vol.XVII No. 1, Januari 2011), hlm. 94

Page 53: HAKIKAT SYAHWAT DI SURGA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36905/2/ABDUL... · A Fathah I Kasrah و U ḏ ... alif . dan . lam, dialih aksarakan

39

tahliliy, yaitu dalam menjelaskan makna ayat al-Qur`an, Ibnu `Asyur

mengikuti urutan mushaf al-Qur’an.

Adapun corak penafsiran yang digunakan Ibnu `Asyur adalah corak

kebahasaan (laun al-lughawiy) dan corak ilmiah (laun al-‘ilmi). Karena kedua

hal ini – penjelasan sisi kebahasaan dan ilmiah- menjadi keterangan atau

penjelasan terhadap makna yang dikandung oleh ayat al-Qur’an al-Karim.12

12 Muhammad al-Thahir ibnu ‘Asyur, Tafsir al-Tahrir wa al-Tanwir, (Tunisia: Dar Shuhnun

li al-Nasyr wa al Tauzi’, 1997), Juz 1, hlm 8

Page 54: HAKIKAT SYAHWAT DI SURGA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36905/2/ABDUL... · A Fathah I Kasrah و U ḏ ... alif . dan . lam, dialih aksarakan

40

BAB IV

PENAFSIRAN MENGENAI AYAT-AYAT SYAHWAT DI SURGA

A. Penafsiran Ibnu `Asyur Mengenai Ayat-Ayat Syahwat di Surga

Sebagaimana yang telah penulis sebutkan di bab sebelumnya, bahwa

ayat-ayat tentang syahwat di surga penulis menemukan ada enam ayat,

diantaranya sebagai berikut:

Surat Al-Anbiyya ayat: 102

ل يسمعون حسيسها وهم في ما اشتهت أنفسهم خالدون

“mereka tidak mendengar sedikitpun suara api neraka, dan mereka

kekal dalam menikmati apa yang diingini oleh mereka.”

Kalimat “dan mereka tidak mendengar desis (Api Neraka)”

Penjelasan dari makna mereka dijauhkan, yaitu suara yang didengar dari jarak

jauh, itulah sebabnya mereka dijauhkan dari api neraka sehingga suara api

yang menggelegak itu tidak sampai kepada mereka, dan mereka terbebas dari

desisan api dan telinga mereka tidak sakit mendengar desisnya.

Dampak dijauhkan dari api neraka, tidak saja mereka selamat dari

siksaan tetapi mereka mendapatkan kenikmatan yang sesuai dengan apa yang

mereka inginkan (hawa nafsu) mereka, dan mereka kekal di dalamnya

selama-lamanya.

Page 55: HAKIKAT SYAHWAT DI SURGA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36905/2/ABDUL... · A Fathah I Kasrah و U ḏ ... alif . dan . lam, dialih aksarakan

41

Dalam ayat ini, syahwat menurut Ibnu `Asyur adalah apa saja yang

dirindukan oleh nafsu manusia yang memberi kenikmatan kepadanya.1

Surat Fussilat ayat: 31

نحن أولياؤكم في الحياة الدنيا وفي الخرة ولكم فيها ما تشتهي أنفسكم ولكم

فيها ما تدعون

“Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat; di

dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh

(pula) di dalamnya apa yang kamu minta.”

Kalimat dan malaikat berkata (Kamilah pelindung-pelindungmu

dalam kehidupan dunia dan akhirat) maksudnya adalah kepada orang-orang

mukmin.

Sesungguhnya perlu diketahui bahwa orang-orang yang bertemu

dengan orang-orang yang terdahulu ditambahkan kepada orang-orang yang

terdahulu itu kegembiraan dan dihilangkan darinya kegelisahan dan

diringankan darinya kemarahan, dan juga dihilangkan darinya kebengisan,

artinya kita yang bertemu di dunia, dan melakukan perbuatan baik dan

bersaksi kepada Allah dengan shalat-shalat mereka, seperti dalam hadis

(saling bergantian malaikat datang kepada mereka(orang-orang mukmin) di

malam hari dan di siang hari maka Allah bertanya kepada malaikat sedangkan

Allah lebih mengetahui dari pada malaikat: kenapa kalian meninggalkan

1Muhammad Thahir Ibnu Asyur, Tafsir al-Tahrir wa al-Tanwir Juz XVII, (Tunisia:

Dar Shuhnun li al-Nasyr wa al Tauzi’, 1997), hlm.156

Page 56: HAKIKAT SYAHWAT DI SURGA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36905/2/ABDUL... · A Fathah I Kasrah و U ḏ ... alif . dan . lam, dialih aksarakan

42

hamba-Ku? Maka malaikat menjawab: kami mendatangi mereka, sedangkan

mereka sedang shalat, dan ketika kami meninggalkan mereka, mereka masih

dalam keadaan shalat). Dan orang-orang mukmin telah menjaga janji-janji

nya kepada Allah maka malaikat menjadi pelindung mereka di akhirat, maka

dengan perkataan ini didatangkan kepada orang-orang mukmin serta

istiqamah dengan keimanan mereka maka dijanjikan kepada mereka surga

yang penuh kenikmatan lagi baik dan kenikmatan tersebut bertambah terus

menerus.

Kalimat في حياة الدنيا bahwasannya orang-orang yang mukmin yang

ada di dunia diberikan kepada mereka pendamping yaitu para malaikat.

Kalimat ولكم فيه ا ما تشتهي أنفسكم `athaf atas “التي كنتم توعدون”

dan apa yang ada di antara keduanya kalimat yang bertentangan yang telah

dijelaskan sebelumnya. Makna “apa yang kau minta” itu berarti “apa yang

kau inginkan”. Telah ada kalimat ini dalam firman Allah dalam surat yasin

dan makna “di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu ”ولهم ما يدعون“

inginkan” yang berada setelah kalimat “الحس” dan apa yang kamu inginkan

untuk diri kalian dari setiap apa yang diingini keinginan. Maka apa yang kau

minta selain yang diingininya oleh diri kalian.

Segala sesuatu yang muncul dalam fikiran yang ada dalam

khayalannya saja, dalam artian tidak pernah terlihat, terjadi, hanya ada dalam

pikiran saja.

Page 57: HAKIKAT SYAHWAT DI SURGA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36905/2/ABDUL... · A Fathah I Kasrah و U ḏ ... alif . dan . lam, dialih aksarakan

43

Ayat ini menjelaskan bahwa para malaikat adalah pelindung-

pelindung orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan kehidupan

akhiratnya. Dalam kehidupan dua alam ini mereka mendapatkan apa saja

yang mereka inginkan, baik itu yang bisa dicapai oleh indra mereka yang

diinginkan oleh hawa nafsu mereka. Yaitu semua keinginan dan kelezatan

yang pernah terbetik di hati mereka dan yang pernah mereka khayalkan dalam

kehidupan mereka, karena memang mereka mengharapkan apa yang selalu

mereka inginkan (hawa nafsu mereka) yang ada dalam diri mereka.

Dalam ayat ini, Ibnu `Asyur mengartikan syahwat adalah apa yang

dinginkan oleh manusia dari berbagai kenikmatan.2

Surat Az-Zukhruf Ayat: 71

يطاف عليهم بصحاف من ذهب وأكواب وفيها ما تشتهيه النفس وتلذ

العين وأنتم فيها خالدون

“Diedarkan kepada mereka piring-piring dari emas, dan piala-piala dan di

zdalam surga itu terdapat segala apa yang diingini oleh hati dan sedap

(dipandang) mata dan kamu kekal di dalamnya.”

Kalimat “Diedarkan kepada mereka piring-piring” sampai akhir ayat

perbandingan antara sebagian pendapat maka tidak ada padanya Dhamir

.”عليهم“

2 Muhammad Thahir Ibnu `Asyur, Tafsir al-Tahrir wa al-Tanwir Juz XXIV,

hlm.286-287

Page 58: HAKIKAT SYAHWAT DI SURGA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36905/2/ABDUL... · A Fathah I Kasrah و U ḏ ... alif . dan . lam, dialih aksarakan

44

Kalimat صحاف jama` dari صفحة maksudnya adalah bejana yang

lebar. Dan صفحة adalah tempat untuk meletakkan makanan atau buah-

buahan.

Kalimat الكواب adalah jama` dari dengan didhamahkan huruf كوب

kaf yaitu tempat untuk minum air atau khamar yang bentuknya seperti leher

yang kecil dan di atasnya bibir gelas tersebut, jadi dari bibir gelas itu tempat

keluar air dari rongga gelas tersebut.

Dan sifat-sifat gelas dihapuskan untuk menunjukkan sifat-sifat piring,

atas gelas-gelas tersebut, maksudnya adalah gelas-gelas dari emas.

Dan pada gelas tersebut kadang kala berisi air dan kadang kala berisi

khamar.

Kalimat “dan di dalamnya ada segala sesuatu yang diingini oleh diri”

maksudnya adalah keadaan surga. Penjelasan ini adalah penjelasan perkataan

orang-orang terdahulu.

Dhamir “didalamnya, `aid kepada surga dan `am pada firman “apa

yang diingini diri” setiap apa yang berhubungan dengan syahwat nafsiah

dengan keinginan dan pencapaian, dan Allah menciptakan pada ahli surga itu

syahwat yang sopan dengan ilmu yang abadi dan terhormat,

Dan sedap di pandang itu maksudnya indah pada bentuknya dan

warnanya yang apabila di pandang mereka merasa bahagia, maka sedap di

Page 59: HAKIKAT SYAHWAT DI SURGA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36905/2/ABDUL... · A Fathah I Kasrah و U ḏ ... alif . dan . lam, dialih aksarakan

45

pandang itu sebab dari bahagianya diri, dan تلذ النفس `thaf atas ما تشتهيه

.النفس

Dan النفس itu fa`il تلذ dan dihapuskan maf`ul bih nya untuk

memperjelas.

Dan kalimat انتم فيها خالدون adalah anugerah bagi mereka tanpa

terputus dan diberi rezeki yang luas dan mereka mendapatkan apa yang

mereka hendaki, jadi maksudnya adalah bagi orang-orang mukmin tersebut

diberikan anugerah yang terus menerus dan rezeki yang tidak terhitung.

Ayat ini menjelaskan bahwa para penghuni surga hidup dalam

kenikmatan dimana mereka dikelilingi dengan berbagai bejana-bejana

emasyang berisi makanan dan minuman, ini merupakan (hawa nafsu) mereka

inginkan.

Kenikmatan berupa hal-hal yang menyenangkan mata untuk dilihat.

Kenikmatan disini juga bisa diartikan dengan kesenangan yang tidak bisa

dilihat oleh mata seperti kenikmatan bercengkrama dengan sesama sahabat

dan teman, dan juga kenikmatan mendengarkan suara-suara yang indah dan

dentingan musik.3

Surat Ath-Thur ayat: 22

ا يشتهون وأمددناهم بفاكهة ولحم مم

3 Muhammad Thahir Ibnu `Asyur, Tafsir al-Tahrir wa al-Tanwir Juz XXV, ,

hlm.255-256

Page 60: HAKIKAT SYAHWAT DI SURGA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36905/2/ABDUL... · A Fathah I Kasrah و U ḏ ... alif . dan . lam, dialih aksarakan

46

“Dan Kami beri mereka tambahan, dengan buah-buahan dan daging, dari

segala jenis yang mereka ingini.”

Kalimat imdad adalah pemeberian pertolongan yakni segala macam

manfaat pada apa yang ditambahkan di dalam surga, artinya kami

menambahkan untuk mereka atas segala sesuatu dari kenikmatan, makanan,

minuman, buah-buahan yang lezat, serta daging dari apa yang mereka

inginkan dari buah-buahan dan daging-daging yang diinginkan di dalam

surga, artinya didatangkan kepada mereka segala sesuatu yang mereka

harapkan dari segala sesuatu yang mereka inginkan.

Khusus pada buah-buahan dan daging-daging di surga tersebut dalam

keadaan tergantung, seperti dalam firman Allah:

يتنازعون فيها كأسا ل لغو فيها ول تأثيم

“Di dalam surga mereka tidak saling memperebutkan gelas yang

isinya tidak (menimbulkan) kata-kata yang tidak berfaedah dan tiada pula

perbuatan dosa.” Allah memberi kepada mereka pada hari akhir kelezatan

aroma khamar dan dibolehkan meminumnya karena khamar salah satu hal

yang baik lagi enak bagi mereka di surga, dan ketika orang kaya di dunia

apabila meminum khamar mereka gembira.

Diantara kenikmatan surga yang diperoleh oleh orang-orang beriman

adalah mereka mendaptkan makanan dan minuman yang lezat dan

menyenangkan berupa buah-buahan dan daging yang memang selalu mereka

inginkan. Sesuai dengan hawa nafsu mereka. Di surga mereka mendapatkan

Page 61: HAKIKAT SYAHWAT DI SURGA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36905/2/ABDUL... · A Fathah I Kasrah و U ḏ ... alif . dan . lam, dialih aksarakan

47

apa saja dari makanan yang mereka sukai dan dari minuman yang mereka

gemari dalam jumlah yang terus bertambah bahkan berlebihan4

Surat Al-Waqi’ah ayat: 21

ا م يشتهون ولحم طير م

“Dan daging burung dari apa yang mereka inginkan.”

Dan kalimat fakihah itu bermakna buah-buahan, dan telah terdahulu

pada surat ar-Rahman, dan `athaf kalimat fakihah itu kepada “akwab” (gelas-

gelas) yang artinya mereka dikelilingi oleh buah-buahan yang mudah didapati

dengan tangan-tangan mereka. Maksudya mereka dengan gampang memetik

buah-buahan dari dahan-dahan atau ranting-ranting pohon.

Kalimat daging burung itu bermakna adalah daging yang paling

mewah diantara daging-daging yang lain dan itulah yang mereka inginkan.

Dan و لحم طير ‘athaf kepada kepada فاكهة seperti ‘athafnya فاكهة

.اكواب

dan اشتهاء mashdar dari اشتهى yaitu keinginan yang disukai dari

sesuatu hal yang bisa dirasakan dan secara maknawiyah, kalimat شهى seperti

kalimat رضي dan juga kalimat شهى itu seperti kalimat دعا . Dan sebagian

ulama mengatakan اشتهى.

4 Muhammad Thahir Ibnu `Asyur, Tafsir al-Tahrir wa al-Tanwir Juz XXVII,

hlm.52-53

Page 62: HAKIKAT SYAHWAT DI SURGA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36905/2/ABDUL... · A Fathah I Kasrah و U ḏ ... alif . dan . lam, dialih aksarakan

48

Didahulukan penyebutan kata buah-buhan dari pada daging daging

burung dikarenakan buah-buahan lebih mulia dari pada daging. Dan ini

sangat jelas perbedaan antara buah-buahan dan daging burung maka dijadikan

penyebutan buah-buahan itu lebih awal, dan burung semasa hidupnya makan

dari buah-buahan. Ini alasan mengapa kata buah-buahan disebut lebih dahulu

dari kata daging burung.

Ayat ini menjelaskan bentuk kenikmatan surga yang khusus

disebutkan yaitu daging burung yang paling istimewa, paling nikmat, dan

paling mahal.

Kata isytiha disini diterjemahkan oleh Ibnu `Asyur sebagai emosi dari

hawa nafsu yaitu kecintaan untuk memperoleh sesuatu yang diinginkan baik

oleh panca indra maupun hati nurani.5

Surat Al-Mursalat ayat: 42

ا يشتهون وفواكه مم

“Dan (mendapat) buah-buahan dari (macam-macam) yang mereka ingini.”

Kata ظالل jama` dari kata ظل, adalah kemewahan yang banyak dari

pohon surga dan banyak lagi kemewahan-kemewahan di dalamnya,

dikarenakan kemewahan dan orang orang yang ada di dalam surga itu abadi.

Dan itulah keadaan di surga.

5 Muhammad Thahir Ibnu `Asyur, Tafsir al-Tahrir wa al-Tanwir Juz XXVII,

hlm.295-296

Page 63: HAKIKAT SYAHWAT DI SURGA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36905/2/ABDUL... · A Fathah I Kasrah و U ḏ ... alif . dan . lam, dialih aksarakan

49

Pengertian dari kalimat muttaqin adalah segala kemewahan yang ada

di surga akan diberikan kepada setiap orang-orang yang bertaqwa.

Dan kalimat في adalah zorf yang dinisbatkan kepada ظالل karna

orang yang menerima kemewahan (muttaqin) menjadi mazruf kepada

kemewahan. Dan zorf majazi dinisbatkan kepada mata air-mata air dan buah-

buahan dalam keadaan yang diingini di sekelilingnya dengan diketahui zarf

nya. Dan firman-Nya مما يشتهون sifat dari Dan jama` fawakih adalah . فواكه

buah-buahan dan sebagainya, jadi tidak hanya buah-buahan saja melainkan

ada tumbuhan-tumbuhan lainnya, sebagian ulama ada menunjukkan huruf من

itu merupakan sebagian dari sifat-sifat syahwat tidak dari macam buah-

buahan, jadi makna dari buah-buahan itu adalah kumpulan dari kelezatan-

kelezatan yang lainnya dari apa yang diingini oleh orang muttaqin.

Dalam ayat ini Ibnu `Asyur menjelaskan bahwa syahwat adalah kenikmatan

surga berupa buah-buahan yang dinginkan oleh hawa nafsu mereka.6

B. Analisa Penulis Mengenai Ayat-Ayat Syahwat di Surga

Mengenai enam ayat di atas, penulis menyimpulkan tentang syahwat

di surga ada beberapa point:

Pertama, dari kedua pendapat mufassir di atas, bahwa syahwat di

surga lebih menekankan kepada hal yang positif, berbeda hal nya dengan

6 Muhammad Thahir Ibnu `Asyur, Tafsir al-Tahrir wa al-Tanwir Juz XXIX,

hlm.443

Page 64: HAKIKAT SYAHWAT DI SURGA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36905/2/ABDUL... · A Fathah I Kasrah و U ḏ ... alif . dan . lam, dialih aksarakan

50

syahwat di dunia, yang lebih menekankan kepada hal negatif, walaupun

tidak selamanya negatif.

Kedua, kata syahwat di surga memiliki arti kenikmatan terhadap hal-

hal yang lezat, maksudnya adalah bahwa syahwat di surga memberikan

hal-hal yang baik, yang luas, dan tiada batas.

Ketiga, syahwat di surga itu lebih ditekankan terhadap makanan-

makanan dan minuman-minuman.

Keempat, Allah menganugerahkan segala kemewahan yang ada di

surga yang tiada tara serta abadi di dalamnya.

Kelima, semua hal-hal yang di berikan oleh Allah di surga merupakan

hadiah buat merela yang ta`at serta patuh terhadap perintah-perintah Allah

semasa hidupnya di dunia.

Penulis mengklasifikasikan mengenai enam ayat tentang syahwat di

surga tersebut menjadi beberapa kelompok ayat, sebagai berikut:

Pertama, ayat-ayat yang menjelaskan tentang keadaan surga, ayat

tersebut terdapat pada surat al-Anbiya 102, Fishilat 31, az-Zukhruf 71.

Kedua, ayat-ayat yang menjelaskan tentang orang-orang yang berada

di surga diberikan semua keinginannya berupa makanan dan minuman, di

antara ayatnya: ath-Thur 22, al-Mursalat 42, al-Waqi`ah 21.

Page 65: HAKIKAT SYAHWAT DI SURGA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36905/2/ABDUL... · A Fathah I Kasrah و U ḏ ... alif . dan . lam, dialih aksarakan

51

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Ibnu `Asyur memiliki pandangan bahwasannya syahwat memiliki arti

keinginan diri terhadap hal-hal nikmat. Syahwat tidak hanya berlaku di dunia,

namun juga berlaku di akhirat sebagaimana Allah menjelaskan dalam al-

Qur`an bahwasannya syahwat juga ada dalam kehidupan surga. Rasa

keinginan itu dikontrol dengan baik dan dijadikan sebagai motivasi yang

mendorong dalam ketaatan supaya ia termasuk ke dalam golongan penghuni

surga.

Adapun ayat-ayat tentang syahwat di surga dalam tafsir Ibnu `Asyur,

di antaranya; surat al-Anbiya 102, Fushilat 31, az-Zukhruf 71, ath-Thur 22,

al-Mursalat 42, al-Waqi`ah 21.

Dari keenam ayat di atas, memiliki dua klasifikasi mengenai syahwat

di surga, yaitu tentang keadaan surga dan keinginan orang-orang yang ada di

surga berupa makanan dan minuman.

B. Saran

Bahwasanya penelitian ini merupakan cabang ilmu al-Qur`an yang

membantu untuk memahami kitab suci al-Qur`an secara komprehensif

dengan menelusuri makna dalam Qur`an, agar membantu kita menghindari

pemahaman yang parsial, maka penulis menyarankan sebagai kelanjutan dari

studi penelitian ini. Penelitian ini hanya membahas aspek makna syahwat di

Page 66: HAKIKAT SYAHWAT DI SURGA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36905/2/ABDUL... · A Fathah I Kasrah و U ḏ ... alif . dan . lam, dialih aksarakan

52

surga, penulis hanya baru meneliti syahwat secara makna, masih ada tujuh

ayat lainnya yang membahas mengenai syahwat. Kajian yang penulis lakukan

ini masih berupa tinjauan awal untuk mengembangkan khazanah ilmu tafsir,

dan menghidupkan kembali nilai-nilai al-Qur`an secara utuh.

Page 67: HAKIKAT SYAHWAT DI SURGA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36905/2/ABDUL... · A Fathah I Kasrah و U ḏ ... alif . dan . lam, dialih aksarakan

53

DAFTAR PUSTAKA

`Asyur, Muhammad Thahir Ibnu, Syarh al-Muqadimah al-Adabiyyah li al-

Marzuqy ‘ala diwani al-amasah, Riyadh, Maktabah Dar al-Minhaj, 2008.

Anshari, Ibnu Manzur Muhammad Ibnu Mukarram, Lisan al-Arab, Juz VIII,

Kairo: Dar al-Misriyah li al-Ta’lif wa al-Tarjamah, 1968.

Arni, Jani, Tafsir al-Tahrir wa al Tanwir Karya Muhammad Al-Thahrir ibn

Asyur, Jurnal Ushuluddin Vol. XVII No. 1, 2011.

Ash-Shalaby, Ali Muhammad, Iman Kepada Hari Akhir, terj; Chep M Faqih,

Jakarta: Ummul Qura, 2014.

Bakar, Abu, Semarang : Toha Putra, 1986.

Al-Banna, Gamal, Tafsir al-Qur’an al-Karim baina al- Qudama’ wa al-

Muhadditsin, terj; Novriantoni Kahar, Jakarta: Qisthi Press, 2004.

Al-Baqy, Muhammad Fuad Abd, al-Mu’jam al-Mufarras li Alfadz al-Qur’an al

Karim, Kairo: Dar al-Hadis, 2007.

Al-Buthy, Said Ramadhan Al-Buthy, La Ya’tihil Bathil, terj Misbah, cet I, Jakarta:

PT Mizan Publika, 2010.

Depertem pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta Utara:

PT Gramedia Pustaka utama, 2012.

Ensiklopedia al-Qur`an, Kajian Kosa Kata, jilid II, Jakarta: Lentera Hati, 2007.

Al-Halim, Mani’ Abd, Kajian Tafsir Konprehenshif metode Ahli Tafsir”, terj;

Faisa Saleh Syahdianur, Jakarta: PT. Karya Grafindo, 2006.

Izutsu, Toshihiko, Etika Beragama dalam Qur`an, terj. Mansuruddin Djoely, cet

II, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1995.

Page 68: HAKIKAT SYAHWAT DI SURGA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36905/2/ABDUL... · A Fathah I Kasrah و U ḏ ... alif . dan . lam, dialih aksarakan

54

Kafie, Jamaluddin, Tasawuf Kontemporer, (Jakarta: Mutiara Al-Amieen

Prenduan, 2003.

Madjid, Nurcholis, Islam Agama Peradapan Membangun Makna Relevansi

Doktrin Islam dalam Sejarah, Jakarta: Paramadina, 1995.

Al-Maraghi, Ahmad Mushthafa, tafsir al-Maraghi, jilid 30 terj. Bahrun

Mubarok, Achmad, Psikologi Qur’ani, Jakarta: Pustaka Firdaus, 2001.

Nani, Haryati, Analisis Pendekatan Teks Dan Konteks Penafsiran Poligami Ibnu

Asyur Dalam Kitab Al-Tahrir Wa Al-Tanwir, Yogyakarta: Pascasarjana

UIN Sunan Kalijaga, 2017.

Pane, Ulya Hikmah Sitorus, Syahwat Dalam Al-Qur’an, Kontemplasi, Volume 04

Nomor 02, 2016.

Permadi, K, Iman dan Takwa Menurut al-Qur`an, Jakarta: PT. Rineka Cipta,

1995.

Punaji, Setyosar, metode penelitian pendidikan dan pengembangan, Jakarta:

kencana, 2010.

Al-Qodhi, Abdurrahman bin Ahmad, Kehidupan Sebelum dan Sesudah

Kematian, terj Yodi Indrayadi, Kairo: Matba`at Sharaf cet v, 2015.

Rahardjo, M Dawam, Ensiklopedia al-Qur’an: Tafsir Sosial Berdasarkan

Konsep-Konsep Kunci, Jakarta: Paramadina, 1996.

Al-Ṣabuni, Muhammad Ali, Ṣafwat al-Tafasīr, Jilid II , Beirut: Maktabah al-

Misriah, 2011.

Saidah, Nor, Bidadari Dalam Kontruksi al-Qur`an, PALASTREN, Vol. 6, No. 2,

2013.

Shihab, M Quraish, Ensiklopedi al-Qur’an, Jakarta: lentera Hati, 2007.

Page 69: HAKIKAT SYAHWAT DI SURGA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36905/2/ABDUL... · A Fathah I Kasrah و U ḏ ... alif . dan . lam, dialih aksarakan

55

________________, Tafsir al-Amanah, Jakarta: Pustaka Karim, 1992.

Al-Thabary, Muhammad bin Jarir bin Yazid Abu Ja’far, Jami’ al-Bayan fii

Ta’wil al-Qur’an, Jilid. II, Cet. I, Beirut: Muassasah al-Risalah, 2000.

Al-Utsimin, Muhammad bin Shalih, Syarh al-Aqidah al-Washithiyah, Cet. I,

Kairo: Dar Ibnu al-Haitsm, 2002.

Al-Zuhainy, Musyrif bin Ahmad, ’Asar al-Dilalat al-Lugawiyyah fi al-

Tafsir‘Indalibni ‘Ᾱsyūr, Baeirut,Muasash al-Rayyan, 2002.