1
TEKNOLOGI: Salah satu parameter sebuah perguruan tinggi menjadi world class university adalah pemanfaatan teknologi internet. T IDAK mudah menjadikan suatu lembaga pendidikan seperti perguruan tinggi di- akui di seluruh dunia. Ada berbagai pemeringkatan perguruan tinggi untuk mengukur popularitas mereka di dunia internasional. Metode pemeringkatan itu adalah Academic Ranking of World Uni- versities dari Shanghai Jia Tong University, Times Higher Education Supplement QS World Universities Ranking, Webometrics Ranking of World Universities, dan Perfomance Ranking of Scientifc Papers for World Universities dari National Taiwan University. Di Indonesia pemeringkatan yang ditunggu-tunggu adalah Webome- trics dan 4ICU. Dua sistem peme- ringkatan itu berdasarkan kinerja layanan PT di dunia maya, termasuk pemanfaatan teknologi internet seba- gai media informasi. Nah, berdasarkan pemeringkatan Webometrics yang dirilis akhir Juli lalu, hanya empat perguruan tinggi di Indonesia yang menembus pering- kat 100 di Asia. Universitas itu adalah Institut Teknologi Bandung (ITB, 56), Universitas Gadjah Mada (UGM, 61), Universitas Indonesia (UI, 84), dan Gunadarma (88). Bila dibandingkan dengan negara Asia Tenggara, prestasi itu tidaklah menggembirakan karena peringkat PT Indonesia masih di bawah kepo- puleran universitas di Thailand dan Singapura. Posisi teratas universitas populer se-Asia Tenggara ditem- pati University of Singapore yang menempati peringkat 124 dunia. Kultur akademik Pengamat pendidikan Indonesia Darmaningtyas mengakui daya saing PT Indonesia memang masih rendah jika dibandingkan dengan PT asing. Itu terjadi lantaran sejumlah PT Indo- nesia masih menganut faktor kultur akademik. “Kultur-kultur akademik semacam rekrutmen dosen berdasarkan faktor kedekatan masih terjadi. Seharusnya berdasarkan kompetensi. Akibatnya, banyak dosen yang tidak qualied,” ujar Darmaningtyas kepada Media Indonesia, kemarin. Selain itu, adanya iklim senior- junior yang terbangun, serta aspek egoisme senior yang menghambat junior untuk memperoleh gelar lebih tinggi seperti doktor atau profesor di beberapa universitas. Hal semacam itulah yang harus dipangkas dalam budaya pendidikan di Indonesia. Masih menurut Tyas, hal yang pa ling esensial dari mandeknya prestasi dan kualitas PT adalah upah serta penghargaan yang tidak layak untuk ukuran seorang dosen den- gan pencitraan yang tinggi di mata masyarakat. “Dengan minimnya penghargaan akan pekerjaan seorang dosen, banyak dosen yang lari cari objekan sendiri. Mereka melakukan penelitian pesanan yang dibiayai oleh pemda atau perusahaan untuk kepentingan mereka yang memesan sehingga PT tidak lagi mewakili ke- pentingan masyarakat,” kata Tyas, panggilan akrab Darmaningtyas. Hal senada dikatakan Rektor UI Gumilar R Somantri. Rektor UI me- ngatakan bahwa minimnya daya saing PT Indonesia adalah masalah klasik, yaitu kultur akademik yang masih melekat. Masalah lainnya adalah sumber daya manusia (SDM), kurikulum, dan akreditasi yang belum mengacu pada standar in- ternasional. Saat ini akreditasinya masih mengacu pada standar Badan Akreditasi Nasional Perguruan Ting- gi (BAN PT). Meskipun begitu, Gumilar opti- mistis PT di Indonesia akan makin berkualitas dan mengarah menjadi world class university. “Kini semakin banyak universitas yang berbenah, semakin banyak pula yang melaku- kan riset, publikasi, dan sertikasi. Hal terpenting untuk menjadi PT kelas dunia adalah networking dengan berbagai pihak di seluruh dunia,” kata Gumilar. Soal peranan pemerintah untuk mendorong PT di Indonesia, kata Gumilar, pemerintah hanya tinggal memberikan regulasi, peraturan pemerintah, atau petunjuk pelak- sanaan, dan petunjuk teknis untuk mendorong pendanaan dari swasta. “Kita tidak berharap banyak dari pemerintah, dari Rp65 triliun dana untuk pendidikan, PT di Indonesia hanya mendapat Rp18 triliun. Karena itu, kita berharap pada pihak swasta dengan regulasi yang dibuat oleh pemerintah,” papar Gumilar. Dengan berbagai kendala yang dihadapi, tidak mudah bagi PT In- donesia untuk mengejar world class university. (*/S-2) [email protected] Mengejar World Class University Menjadi impian setiap universitas atau perguruan tinggi (PT) untuk masuk dalam jajaran universitas yang diperhitungkan di seluruh dunia. Daya saing PT Indonesia memang masih rendah jika dibandingkan dengan PT asing.’’ Darmaningtyas Pengamat Pendidikan Indonesia SEBUAH perguruan tinggi tidak bisa hanya mengandalkan popularitas. Popularitas harus menyertai kualitas pada semua aspek dalam tata kelola sebuah universitas. “Kami tidak pernah mengang- gap peringkat 4ICU ataupun Webometrics sebagai tujuan ak- hir atau satu-satunya keberhasilan untuk menjadi world class univer- sity,” ujar Kepala Biro Perencanaan dan Sistem Informasi Universitas Gunadarma Budi Hesmana Prestasi Universitas Gunadarma dalam pemeringkatan Webometrics dan 4ICU merupakan konsekuensi dari tindakan nyata untuk meng- integrasikan teknologi internet dalam proses pendidikan di perguruan tinggi (PT) itu. Berbagai inovasi yang dulu mung- kin dianggap sebagai mimpi, ternya- ta di Gunadarma sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari suasana akademis di kampusnya. Semua lokasi kampus terhubung dengan jaringan serat optik dengan koneksi internet sebesar 32 MB. Du- kungan infrastruktur yang modern itu memungkinkan Gunadarma menerapkan one-stop services mulai dari penerimaan mahasiswa baru sampai pengelolaan alumni. Bahkan mulai tahun 2010 ini, Uni- versitas Gunadarma sudah meluncur- kan program PMDK online internet untuk menjaring calon mahasiswa unggul di seluruh Indonesia. Fasilitas inovatif lainnya sudah menunggu untuk mahasiswa baru di Universitas Gunadarma, yaitu student digital locker. Program itu dapat diakses oleh lebih dari 25 ribu mahasiswa di http://studentsite.gunadarma.ac.id yang tersebar di 6 program diploma, 13 program sarjana, 7 program magister, dan 2 program doktor. Gunadarma menjadi pelopor da- lam menerapkan digital student portfolio dalam sistem perkuliahan yang adaptif terhadap pengembang- an softskill. Dengan fasilitas student digital locker, semua mahasiswa Universi- tas Gunadarma dimanja dengan be ragam informasi dan kemuda- han layanan pendidikan. Berbagai inovasi di dunia tanpa batas tersebut menjadikan Universitas Gunadarma sebagai perguruan tinggi swasta yang mapan. Bahkan, mereka mem- peroleh penghargaaan sebagai The Best Inovator pada ajang nasional INAICTA pada 2009, dan mendapat pengakuan dari pemeringkat world class university dari Webometrics dan 4ICU. Sementara itu, dalam konteks tata kelola universitas, Universitas Gu- nadarma mempunyai key performance indicator sebagai ukuran pencapaian world class university. Ukuran tersebut- selain hasil pe- meringkatan seperti Webometrics dan 4ICU- adalah jumlah publikasi international dari dosen dan maha- siswa, jumlah PT luar negeri yang bekerja sama dengan Univesitas Gunadarma, jumlah profesor luar negeri yang mengajar di Universitas Gunadarma, jumlah kegiatan inter- nasional, dan jumlah mahasiswa asing. Tidak mengherankan jika sampai saat ini Universitas Gunadarma telah menjalin kerja sama dengan hampir 30 perguruan tinggi (PT) di luar negeri, di antaranya Universite de Bourgogne di Prancis, Univer- sity of Kassel di Jerman, Univer- sitat Bielefeld di Jerman, Blekinge Tekniska Hogskola di Swedia, Jiao Tong Shanghai University, dan Lisui University di China, Laurentian Uni- versity, dan Universite du Quebec en Outaouais. Kerja sama lainnya dilakukan di University of Guelph, di Kanada, Yerevan State University of Archi- tecture and Construction Yerevan di Armenia, Branch of GV Plekhanov Russian Academy of Economics in Tashkent di Uzbekistan, Johannes Keppler University Linz di Austria, Jaydavpur University di India, dan Tokyo University di Jepang. Bahkan, Universitas Gunadarma menjadi satu-satunya perguruan tinggi di Indonesia yang tergabung dalam program Vision Robotics- Eras- mus Mundus dari Uni Eropa. (*/S-1) Tidak Sebatas Popularitas Ida Farida Senja Kala Tapal Batas Nusantara Kegagalan pemerintah mengelola daerah perbatasan adalah potret kekalahan suatu bangsa mempertahankan kedaulatannya. Fokus Politik & HAM, hlm 46-47 Pendidikan DOK GUNADARMA HALAMAN 39 SENIN, 16 AGUSTUS 2010 GRAFIS: FREDY ANT/ ERIC IRENG

HALAMAN 39 ANT/ ERIC IRENG Fokus Politik & HAM, hlm 46 …bapsi.gunadarma.ac.id/wp-content/uploads/2010/08/mengejar-world... · PT Indonesia masih di bawah kepo-puleran universitas

Embed Size (px)

Citation preview

TEKNOLOGI: Salah satu parameter sebuah perguruan tinggi menjadi world class university adalah pemanfaatan teknologi internet.

TIDAK mudah menjadikan suatu lembaga pendidikan seperti perguruan tinggi di-akui di seluruh dunia. Ada

berbagai pemeringkatan perguruan tinggi untuk mengukur popularitas mereka di dunia internasional.

Metode pemeringkatan itu adalah Academic Ranking of World Uni-versities dari Shanghai Jia Tong Uni versity, Times Higher Education Supplement QS World Universities Ranking, Webometrics Ranking of World Universities, dan Perfomance Ranking of Scientifc Papers for World Universities dari National Taiwan University.

Di Indonesia pemeringkatan yang ditunggu-tunggu adalah Webo me-trics dan 4ICU. Dua sistem peme-ring katan itu berdasarkan kinerja

la yan an PT di dunia maya, termasuk pemanfaatan teknologi internet seba-gai media informasi.

Nah, berdasarkan pemeringkatan Webometrics yang dirilis akhir Juli lalu, hanya empat perguruan tinggi di Indonesia yang menembus pering-kat 100 di Asia. Universitas itu adalah Institut Teknologi Bandung (ITB, 56), Universitas Gadjah Mada (UGM, 61), Universitas Indonesia (UI, 84), dan Gunadarma (88).

Bila dibandingkan dengan negara Asia Tenggara, prestasi itu tidaklah menggembirakan karena peringkat PT Indonesia masih di bawah kepo-puleran universitas di Thailand dan Singapura. Posisi teratas universitas populer se-Asia Tenggara ditem-pati University of Singapore yang menem pati peringkat 124 dunia.

Kultur akademikPengamat pendidikan Indonesia

Darmaningtyas mengakui daya saing PT Indonesia memang masih rendah jika dibandingkan dengan PT asing. Itu terjadi lantaran sejumlah PT Indo-nesia masih menganut faktor kultur akademik.

“Kultur-kultur akademik semacam rekrutmen dosen berdasarkan faktor kedekatan masih terjadi. Seharusnya berdasarkan kompetensi. Akibatnya, banyak dosen yang tidak qualifi ed,” ujar Darmaningtyas kepada Media Indonesia, kemarin.

Selain itu, adanya iklim senior-junior yang terbangun, serta aspek egoisme senior yang menghambat junior untuk memperoleh gelar lebih tinggi seperti doktor atau profesor di beberapa universitas. Hal semacam itulah yang harus dipangkas dalam budaya pendidikan di Indonesia.

Masih menurut Tyas, hal yang pa ling esensial dari mandeknya prestasi dan kualitas PT adalah upah

serta penghargaan yang tidak layak untuk ukuran seorang dosen den-gan pencitraan yang tinggi di mata masyarakat. “Dengan minimnya peng hargaan akan pekerjaan seorang dosen, banyak dosen yang lari cari objekan sendiri. Mereka melakukan penelitian pesanan yang dibiayai oleh pemda atau perusahaan untuk

kepentingan mereka yang memesan sehingga PT tidak lagi mewakili ke-pentingan masyarakat,” kata Tyas, panggilan akrab Darmaningtyas.

Hal senada dikatakan Rektor UI Gumilar R Somantri. Rektor UI me-ngatakan bahwa minimnya daya saing PT Indonesia adalah masalah klasik, yaitu kultur akademik yang masih melekat. Masalah lainnya adalah sumber daya manusia (SDM), kurikulum, dan akreditasi yang belum mengacu pada standar in-ternasional. Saat ini akreditasinya masih mengacu pada standar Badan Akreditasi Nasional Perguruan Ting-gi (BAN PT).

Meskipun begitu, Gumilar opti-mistis PT di Indonesia akan makin berkualitas dan mengarah menjadi world class university. “Kini semakin banyak universitas yang berbenah, semakin banyak pula yang melaku-kan riset, publikasi, dan sertifi kasi.

Hal terpenting untuk menjadi PT kelas dunia adalah networking dengan berbagai pihak di seluruh dunia,” kata Gumilar.

Soal peranan pemerintah untuk mendorong PT di Indonesia, kata Gumilar, pemerintah hanya tinggal memberikan regulasi, peraturan pemerintah, atau petunjuk pelak-sanaan, dan petunjuk teknis untuk mendorong pendanaan dari swasta. “Kita tidak berharap banyak dari pemerintah, dari Rp65 triliun dana untuk pendidikan, PT di Indonesia hanya mendapat Rp18 triliun. Karena itu, kita berharap pada pihak swasta dengan regulasi yang dibuat oleh pemerintah,” papar Gumilar.

Dengan berbagai kendala yang dihadapi, tidak mudah bagi PT In-donesia untuk mengejar world class university. (*/S-2)

[email protected]

Mengejar World Class UniversityMenjadi impian setiap universitas atau perguruan tinggi (PT) untuk masuk dalam jajaran universitas yang diperhitungkan di seluruh dunia.

Daya saing PT Indonesia memang masih rendah jika dibandingkan dengan PT asing.’’DarmaningtyasPengamat Pendidikan Indonesia

SEBUAH perguruan tinggi tidak bisa hanya mengandalkan popularitas. Popularitas harus menyertai kualitas pada semua aspek dalam tata kelola

sebuah universitas. “Kami tidak pernah mengang-

gap peringkat 4ICU ataupun Webome trics sebagai tujuan ak-

hir atau satu-satunya keberhasilan untuk menjadi world class univer-sity,” ujar Kepala Biro Perencanaan

dan Sistem Informasi Universitas Gunadarma Budi Hesmana

Prestasi Universitas Gunadarma dalam pemeringkatan Webometrics dan 4ICU merupakan konsekuensi dari tindakan nyata untuk meng-integ rasikan teknologi internet dalam proses pendidikan di perguruan tinggi (PT) itu.

Berbagai inovasi yang dulu mung-kin dianggap sebagai mimpi, ternya-ta di Gunadarma sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari suasana akademis di kampusnya. Semua lokasi kampus terhubung dengan jaringan serat optik dengan koneksi internet sebesar 32 MB. Du-

kungan infrastruktur yang modern itu memungkinkan Gunadarma menerapkan one-stop services mulai dari penerimaan mahasiswa baru sampai pengelolaan alumni.

Bahkan mulai tahun 2010 ini, Uni-versitas Gunadarma sudah meluncur-kan program PMDK online internet untuk menjaring calon mahasiswa unggul di seluruh Indonesia.

Fasilitas inovatif lainnya sudah menunggu untuk mahasiswa baru di Universitas Gunadarma, yaitu student digital locker.

Program itu dapat diakses oleh lebih dari 25 ribu mahasiswa di http://studentsite.gunadarma.ac.id yang tersebar di 6 program diploma, 13 program sarjana, 7 program magister, dan 2 program doktor.

Gunadarma menjadi pelopor da-lam menerapkan digital student portfolio dalam sistem perkuliahan yang adaptif terhadap pengembang-an softskill.

Dengan fasilitas student digital locker, semua mahasiswa Universi-tas Gunadarma dimanja dengan

be ragam informasi dan kemuda-han layanan pendidikan. Berbagai inovasi di dunia tanpa batas tersebut menjadikan Universitas Gunadarma sebagai perguruan tinggi swasta yang mapan. Bahkan, mereka mem-peroleh penghargaaan sebagai The Best Inovator pada ajang nasional INAICTA pada 2009, dan mendapat pengakuan dari pemeringkat world class university dari Webometrics dan 4ICU.

Sementara itu, dalam konteks tata kelola universitas, Universitas Gu-nadarma mempunyai key performance indicator sebagai ukuran pencapaian world class university.

Ukuran tersebut- selain hasil pe-meringkatan seperti Webometrics dan 4ICU- adalah jumlah publikasi international dari dosen dan maha-siswa, jumlah PT luar negeri yang bekerja sama dengan Univesitas Gunadarma, jumlah profesor luar negeri yang mengajar di Universitas Gunadarma, jumlah kegiatan inter-nasional, dan jumlah mahasiswa asing.

Tidak mengherankan jika sampai saat ini Universitas Gunadarma telah menjalin kerja sama dengan hampir 30 perguruan tinggi (PT) di luar negeri, di antaranya Universite de Bourgogne di Prancis, Univer-sity of Kassel di Jerman, Univer-sitat Bielefeld di Jerman, Blekinge Tekniska Hogskola di Swedia, Jiao Tong Shanghai University, dan Lisui University di China, Laurentian Uni-versity, dan Universite du Quebec en Outaouais.

Kerja sama lainnya dilakukan di University of Guelph, di Kanada, Yerevan State University of Archi-tecture and Construction Yerevan di Armenia, Branch of GV Plekhanov Russian Academy of Economics in Tashkent di Uzbekistan, Johannes Keppler University Linz di Austria, Jaydavpur University di India, dan Tokyo University di Jepang.

Bahkan, Universitas Gunadarma menjadi satu-satunya perguruan tinggi di Indonesia yang tergabung dalam program Vision Robotics- Eras-mus Mundus dari Uni Eropa. (*/S-1)

Tidak Sebatas Popularitas

Ida Farida

Senja Kala Tapal Batas NusantaraKegagalan pemerintah mengelola daerah

perbatasan adalah potret kekalahan suatu bangsa mempertahankan kedaulatannya.

Fokus Politik & HAM, hlm 46-47Pendidikan

DOK GUNADARMA

HALAMAN 39SENIN, 16 AGUSTUS 2010

GRAFIS: FREDY

ANT/ ERIC IRENG