Upload
doankhue
View
212
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Halaman ini sengaja dikosongkan
i
KAJIAN EKONOMI DAN
KEUANGAN REGIONAL
Provinsi Kalimantan Selatan
Triwulan IV-2015
Kantor Perwakilan Bank Indonesia
Provinsi Kalimantan Selatan
Halaman ini sengaja dikosongkan
Kata Pengantar
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Kalimantan Selatan periode
triwulan IV-2015 ini dapat hadir di tangan pembaca. Publikasi rutin triwulanan Kantor Perwakilan
Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan ini mengulas perkembangan terakhir berbagai variabel
ekonomi makro di tingkat provinsi, meliputi perkembangan ekonomi, inflasi, stabilitas sistem
keuangan, sistem pembayaran dan pengedaran uang rupiah, keuangan daerah, ketenagakerjaan,
kesejahteraan, serta prospek pertumbuhan ekonomi dan inflasi triwulan dan setahun mendatang.
Kami mengharapkan publikasi ini dapat menjadi salah satu sumber informasi yang bermanfaat bagi
pemangku kebijakan, akademisi, pelaku usaha, perbankan, masyarakat, media, dan pihak-pihak
lainnya yang memerlukan dan menaruh perhatian terhadap perkembangan ekonomi Provinsi
Kalimantan Selatan.
Pada edisi ini dapat kami sampaikan bahwa perekonomian Kalimantan Selatan pada
triwulan IV-2015 mencatat pertumbuhan sebesar 4,14% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan
lalu (3,86% yoy). Peningkatan pertumbuhan ekonomi didorong oleh membaiknya sektor
pertambangan seiring berkurangnya kontraksi ekspor batubara. Selain itu juga didukung oleh
meningkatnya sektor bangunan seiring meningkatnya aktivitas investasi, serta meningkatnya sektor
perdagangan, hotel dan restoran, sektor keuangan, dan sektor jasa-jasa. Lebih baiknya serapan
belanja pemerintah juga turut mendorong meningkatnya pertumbuhan ekonomi daerah.
Selanjutnya, tekanan inflasi Kalimantan Selatan pada tahun 2015 tercatat 5,14% (yoy),
menurun bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya (7,28%, yoy), utamanya dipengaruhi oleh
penurunan tekanan inflasi pangan seiring baiknya kapasitas dan pasokan serta koreksi harga BBM.
Dari sisi stabilitas sistem keuangan, kredit perbankan pada triwulan IV-2015 tumbuh 4,15%
(yoy), melambat dari triwulan sebelumnya (6,05% yoy), utamanya dipengaruhi masih terbatasnya
kinerja sektor utama Kalimantan Selatan khususnya batubara. Sejalan dengan meningkatnya
pertumbuhan ekonomi, transaksi kliring tercatat tumbuh meningkat. Sementara itu, pengelolaan
uang rupiah mencatatkan net outflow.
BAB I Pada triwulan I-2016 mendatang pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan diprakirakan
meningkat dan berada dalam kisaran 4,0-4,3% (yoy) seiring dengan terus membaiknya kinerja
sektor pertambangan sejalan dengan membaiknya permintaan ekspor batubara dari negara mitra
utama dan prospek harga batubara yang berpotensi naik. Sementara itu, inflasi Kalimantan Selatan
pada akhir akhir triwulan I-2016 diperkirakan mengalami peningkatan yang bersifat temporer pada
kisaran 5,3% - 5,5% (yoy) yang disebabkan oleh tekanan harga sejumlah komoditas pangan di awal
tahun seiring dengan berlangsungnya musim tanam padi serta cuaca yang kurang kondusif di
tengah-tengah musim penghujan. Pada akhir tahun, inflasi berangsur menurun ke sasaran target
inflasi 4±1%.
Kata Pengantar
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan ii
Kesimpulan di atas merupakan hasil asesmen kami terhadap berbagai data dan informasi,
yang selain berasal dari Bank Indonesia, laporan bank, dan survei yang dilakukan oleh Kantor
Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan, juga berasal dari berbagai instansi terkait,
seperti Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan dan dinas-dinas terkait, BPS Kalimantan Selatan,
Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Banjarmasin, Kantor Wilayah Dirjen Perbendaharaan
Negara, serta berbagai perusahaan, serta asosiasi dan akademisi. Sehubungan dengan hal tersebut,
perkenankanlah kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak
tersebut yang telah membantu penyusunan buku ini.
Akhirnya, kami berharap semoga publikasi ini bermanfaat bagi berbagai pihak yang
membutuhkan, meskipun kami menyadari masih banyak langkah-langkah penyempurnaan yang
perlu kami lakukan. Saran dan kritik kami nantikan untuk penyempurnaan publikasi ini. Selanjutnya
kami sampaikan penghargaan dan terima kasih yang tulus kepada berbagai pihak yang telah
membantu dalam penyediaan data dan informasi yang kami perlukan, semoga hubungan baik ini
dapat terus terbina di masa yang akan datang.
Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa memberikan kemudahan kepada kita dalam
mengupayakan hasil kerja yang terbaik.
Banjarmasin, 23 Februari 2016
KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA
PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
HARYMURTHY GUNAWAN
Direktur
Daftar Tabel
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................................... i
DAFTAR ISI ..................................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ................................................................................................................ v
DAFTAR GRAFIK .............................................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................................. vii
KETERANGAN DAN SUMBER DATA .............................................................................. ix
TABEL INDIKATOR TERPILIH .......................................................................................... xi
INFOGRAFIS ..................................................... ............................................................... xii
RINGKASAN EKSEKUTIF .................................................................................................. 1
BAB 1. PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL ................................................... 7
1.1. Sisi Permintaan ............................................................................................... 8
1.1.1. Konsumsi Rumah Tangga .................................................... ................ 9
1.1.2. Konsumsi Pemerintah ................................................................... ......... 10
1.1.3. Investasi ................................................................................. ................ 11
1.1.4. Perkembangan Ekspor ............................................................................. 14
1.1.5. Perkembangan Impor ............................................................. ............... 18
1.2. Sisi Penawaran: Sektor Utama Daerah ... 19
1.2.1. Sektor Pertanian ..................................................................................... 21
1.2.2. Sektor Pertambangan ...................................................................... ...... 22
1.2.3. Sektor Industri Pengolahan ................................................................ .... 24
1.2.4. Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR) ..................... ................ 25
1.2.5. Sektor Transportasi dan Komunikasi ..................... .................................. 27
1.2.6. Sektor Konstruksi ..................... .............................................................. 27
BOKS 1. Peran Sistem Logistik dalam Ketahanan Pangan ..................................................... 28
BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH ... ........................................... 35
2. ........................... .. 35
2.2. Inflasi Triwulanan ........................................................... 36
2.3. Inflasi Tahunan ............................................................................................... 40
BOKS 2. Perbandingan Harga Komoditas Kab./Kota Terpilih di Kalimantan Selatan .............. 44
BAB 3. STABILITAS SISTEM KEUANGAN, SISTEM PEMBAYARAN, DAN PUR ....... ........... 49
3.1. Stabilitas Sistem Keuangan ........................................................................... 49
3.1.1. Intermediasi Perbankan ......................................................................... 52
Daftar Tabel
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan iv
3.1.2. Ketahanan Sektor Korporasi .................................................................. 52 37
3.1.3. Ketahanan Sektor Rumah Tangga .......................................................... 53
3.1.4. Kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) ............................... 55
3.1.5. Perbankan Syariah .................................................................................. 55
3.2. Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah (SP PUR)... ........................ 56
3.2.1. Transaksi Pembayaran ............................................................................. 56
3.2.2. Pengelolaan Uang Rupiah Kartal .......................................................... 57
3.2.3. Lembar Temuan Uang Palsu ................................................................. 60
BOKS 3. Kredit Usaha Rakyat (KUR) ............................................................................... 61
BOKS 4. Kewajiban Penggunaan Rupiah di Wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI) ................................................................................. 64
BAB 4. KEUANGAN DAERAH ........................................................ 69
4.1. Realisasi Pendapatan Daerah .......................................................... 69
4.2. Realisasi Belanja Daerah .......... ....................................................................... 72
4.3. Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) 2016 .......... ............................ 73
BAB 5. KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN .......................................................... 79
5. ............................................................................ 79
5.2. Kesejahteraan .......... ....................................................................................... 80
5.2.1. Daya Beli Masyarakat .............................................................................. 80
5.2.2. Nilai Tukar Petani ................................................................................... 81
BAB 6. PROSPEK EKONOMI .... .......................................................................................... 85
6.1. Prakiraan Kondisi Ekonomi Makro ................................................. 86
6.2. Prakiraan Inflasi ............................................................................................... 88
DAFTAR ISTILAH .................................................................................................................... 90
TIM PENYUSUN ..................................................................................................................... 92
Daftar Tabel
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan v
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1. Pertumbuhan PDRB Kalimantan Selatan Sisi Permintaan ............................... 9
Tabel 1.2. Perkembangan Pembangunan Fisik Kalimantan Selatan ................................ 13
Tabel 1.3. Realisasi PMA Kalimantan Selatan ............................................................... 15
Tabel 1.4. Realisasi PMDN Kalimantan Selatan ............................................................ 15
Tabel 1.5. Pertumbuhan PDRB Kalimantan Selatan Sisi Penawaran (17 sektor) ........... 20
Tabel 1.6. Pertumbuhan PDRB Kalimantan Selatan Sisi Penawaran (9 Sektor) ............ 20
Tabel 1.7. Capaian Penerimaan Daerah dari Retribusi .................................................. 26
Tabel B1.1. Variabel dan Subvariabel Penyusun LPI ............................................................ 30
Tabel B1.2. Detail Skor Penyusun LPI Kalimantan Selatan Tahun 2010 dan 2014 ................. 30
Tabel 2.1. Andil Inflasi Terbesar Triwulan IV 2015 ...................................................... 38
Tabel 2.2. Andil Deflasi Terbesar Triwulan IV 2015 ................................................... 38
Tabel 2.3. Andil Inflasi Tahun 2015.......................... .................................................... 42
Tabel 2.4. Andil Deflasi Tahunan 2015.................... ..................................................... 42
Tabel 3.1. Perkembangan DPK di Kalimantan Selatan Secara Spasial ........................... 51
Tabel 3.2. Perkembangan Kredit di Kalimantan Selatan Secara Spasial ........................ 51
Tabel 3.3. Kegiatan Triwulanan Kas Keliling 2015 ......................................................... 58
Tabel 3.4. Data Triwulanan Penukaran Uang Kartal 2015 ............................................. 58
Tabel 3.5. Jumlah Kegiatan Program Kas Titipan 2015 .................................................. 59
Tabel 3.6. Data Triwulanan Uang Tidak Layak Edar (UTLE) 2015 ................................... 59
Tabel 3.7. Jumlah Lembar Temuan Uang Palsu .............................................................. 60
Tabel B3.1. Pencapaian KUR 2015 Nasional ............................................................... 62
Tabel 4.1. Realisasi Pendapatan dan Belanja APBD Provinsi Kalsel ............................... 69
Tabel 4.2. Realisasi Pendapatan APBD Provinsi Kalsel .................................................. 70
Tabel 4.3. Transfer Pusat ke Daerah se-Kalimantan Selatan ........................................... 71
Tabel 4.4. Realisasi Pendapatan Kabupaten/Kota di Kalimantan Selatan........................ 71
Tabel 4.5. Realisasi Belanja APBD Provinsi Kalimantan Selatan....................................... 72
Tabel 4.6. Realisasi Belanja APBD Kabupaten/Kota ........................................................ 73
Tabel 4.7. APBD Pemetinah Provinsi Kalimantan Selatan 2016 ...................................... 74
Tabel 4.7. Realisasi Belanja APBD Kabupaten/Kota ........................................................ 75
Tabel 5.1. Perkembangan Nilai Tukar Petani Kalimantan Selatan (Tahun Dasar 2012).... 81
KEKR Tw.IIII 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan vi
Halaman ini sengaja dikosongkan
Daftar Grafik
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan vii
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Kalimantan Selatan Menurut Sektor ........... 8
Grafik 1.2. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Kalimantan Selatan VS Nasional ................. 8
Grafik 1.3. Perkembangan Perekonomian Negara-negara Mitra Dagang Utama 2015.... 8
Grafik 1.4. Pertumbuhan Indeks Penjualan Eceran (IPE) Kota Banjarmasin ...................... 10
Grafik 1.5. Indeks Penyusun ITK Kalimantan Selatan: Indeks Pendapatan Rumah Tangga 10
Grafik 1.6. Pertumbuhan Kredit Konsumsi vs Kredit Umum Kalimantan Selatan ............. 10
Grafik 1.7. Pendapatan per Kapita Provinsi Kalimantan Selatan ...................................... 10
Grafik 1.8. Nilai Impor Barang Modal Industri Kalimantan Selatan .................................. 14
Grafik 1.9. Volume Bongkar Barang Konstruksi Kalimantan Selatan ............................... 14
Grafik 1.10. Volume Konsumsi Semen Kalimantan Selatan .............................................. 14
Grafik 1.11. Pertumbuhan Nilai PMA Kalimantan Selatan ................................................. 15
Grafik 1.12. Pertumbuhan Nilai PMDN Kalimantan Selatan .............................................. 15
Grafik 1.13. Perkembangan Muat Barang di Pelabuhan Trisakti ....................................... 16
Grafik 1.14 . Perkembangan Nilai Ekspor Kalimantan Selatan ............................................ 16
Grafik 1.15. Perkembangan Volume Ekspor Kalimantan Selatan ...................................... 16
Grafik 1.16 Distribusi Nilai Ekspor Komoditas Unggulan Kalimantan Selatan Tahun 2015 17
Grafik 1.17. Pertumbuhan Nilai Ekspor Kalimantan Selatan Berdasarkan
Komoditas Unggulan .................................... ............................................. 17
Grafik 1.18. Distribusi Nilai Ekspor Kalimantan Selatan Berdasarkan Negara Tahun 2015 . 17
Grafik 1.19. Pertumbuhan Nilai Ekspor Kalimantan Selatan Berdasarkan Negara Tujuan .. 17
Grafik 1.20. Perkembangan Permintaan Batubara Domestik ........................................... 18
Grafik 1.21. Perkembangan Permintaan Kelapa Sawit Domestik......... ............................. 18
Grafik 1.22. Produksi Padi Kalsel ................................................................................ 18
Grafik 1.23. Perkembangan Volume Impor Luar Negeri Kalimantan Selatan ..................... 18
Grafik 1.24. Pertumbuhan Volume Impor Luar Negeri Kalimantan Selatan
Berdasarkan Jenis Barang .............................................................................. 19
Grafik 1.25. Produksi Padi Kalimantan Selatan ................................................................. 22
Grafik 1.26. Produksi TBS Kalimantan Selatan .................................................................. 22
Grafik 1.27. Produksi Karet Kalimantan Selatan ............................................................... 22
Grafik 1.28. Perkembangan Produksi Batubara Kalimantan Selatan ................................. 23
Grafik 1.29. Perkembangan Alokasi DMO dan Ekspor Batubara Kalimantan Selatan ........ 23
Grafik 1.30. Perkembangan Volume Ekspor Batubara Kalimantan Selatan ....................... 24
Grafik 1.31. Pertumbuhan Volume Ekspor Batubara Berdasarkan Negara Tujuan ............. 24
Grafik 1.32. Perkembangan Produksi CPO Kalimantan Selatan......................................... 25
Grafik 1.33. Perkembangan Volume Ekspor CPO ............................................................. 25
Grafik 1.34. Perkembangan Volume Ekspor CPO Berdasarkan Negara Tujuan .................. 25
Grafik 1.35. Perkembangan Volume Muat Semen ............................................................ 25
Grafik 1.36. Aktivitas Bongkar dan Muat di Pelabuhan Trisakti......................................... 26
Grafik 1.37. Tingkat Hunian Hotel .................................................................................. 26
Grafik 1.38. Arus Labuh dan Berlayar Pelabuhan Trisakti .................................................. 27
Grafik 1.39. Arus Labuh dan Berlayar Pelabuhan Trisakti .................................................. 27
Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Kalsel vs Nasional .................................................... 36
Grafik 2.2. Perbandingan Inflasi Se-Kalimantan Triwulan III-2015 ................................. 36
Grafik 2.3. Inflasi Kalimantan Selatan Menurut Komponen Barang (qtq) ....................... 37
Grafik 2.4 Perkembangan Produksi dan Harga Bawang Merah di Kab. Brebes ................ 39
Grafik 2.5. Perkembangan Produksi Padi Kalimantan Selatan ........................................... 39
Grafik 2.6. Disagregasi Inflasi Kalimantan Selatan Tahunan (yoy) ........................................ 41
Grafik 3.1. Pertumbuhan Kredit Umum, Aset, dan DPK Kalsel ....................................... 47
Grafik 3.2. Pertumbuhan LDR, Kredit, dan DPK ........................................................... 48
Grafik 3.3. Pertumbuhan DPK Berdsarkan Jenisnya ..................................................... 48
Grafik 3.4. Perumbuhan Kredit Berdasarkan Jenisnya ................................................... 48
Daftar Grafik
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan viii
Grafik 3.5. Pertumbuhan Kredit dan NPL Kredit ............................................................ 52
Grafik 3.6. Pangsa Kredit Korporasi ............................................................................. 52
Grafik 3.7. Pertumbuhan Kredit dan NPL Sektoral ........................................................ 53
Grafik 3.8. Pertumbuhan Kredit Konsumsi Berdasarkan Jenisnya ................................... 53
Grafik 3.9. Pertumbuhan Kredit dan NPL Kredit ............................................................ 54
Grafik 3.10. Pangsa Kredit Konsumsi ........................................................................... 54
Grafik 3.11. Pertumbuhan Kredit dan NPL Konsumsi ...................................................... 54
Grafik 3.12. Pertumbuhan dan NPL Kredit UMKM .......................................................... 55
Grafik 3.13. Pangsa Kredit UMKM ................................................................................. 55
Grafik 3.14. Pertumbuhan Kredit dan NPL UMKM ......................................................... 55
Grafik 3.15. Pertumbuhan dan NPL Kredit Perbankan Syariah ........................................ 56
Grafik 3.16. Pertumbuhan DPK Berdasarkan Jenisnya .................................................... 56
Grafik 3.17. Pertumbuhan Kredit dan NPL Syariah .......................................................... 56
Grafik 3.18. Transaksi Kliring .......................................................................................... 57
Grafik 3.19. Inflow/Outflow Uang Kartal (Level) ............................................................... 57
Grafik 3.20. Inflow/Outflow Pertumbuhan ....................................................................... 57
Grafik 3.21. Rasio UTLE/Total Inflow ................................................................................. 59
Grafik 4.1. Rasio Kemandirian Fiskal Daerah 2015.......................................................... 70
Grafik 4.2. Rasio Belanja Modal terhadap Total Belanja .................................................. 73
Grafik 5.1. Saldo Bersih Tertimbang Indikator Penggunaan Tenaga Kerja ....................... 79
Grafik 5.2. Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja ............................................................. 79
Grafik 5.3. Indeks Penghasilan Konsumen ............................................................... 80
Grafik 5.4. Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) Kalimantan Selatan.......................... 80
Grafik 6.1. Pertumbuhan Ekonomi Kalimantan Selatan .................................................. 86
Grafik 6.2. Prakiraan Kondisi Negara Mitra Dagang Triwulan I-2016 .............................. 87
Grafik 6.3. Prakiraan Kondisi Negara Mitra Dagang Tahun 2016 .................................. 87
Grafik 6.4. Proyeksi Harga Komodtas ...................................................................... 87
Grafik 6.5. Proyeksi Inflasi Kalimantan Selatan 2016 .................................................... 88
DAFTAR GAMBAR
Gambar B1.1 Sebaran Pengeluaran per Kapita Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2015 ... 28
Gambar B1.2 Skor Penyusun LPI dan Ranking Kalimantan Selatan Tahun 2010 dan 2014 .. 31
Gambar B2.1 Perbandingan Harga Komoditas Terpilih pada Kabupaten/Kota Terpilih
di Kalimantan Selatan....................... ............................................................ 45
Gambar B4.1 Pencantuman Harga....................... .............................................................. 64
Keterangan dan Sumber Data
KEKR Tw.IIII 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan ix
BAB II KETERANGAN DAN SUMBER DATA
Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Kalimantan Selatan berisi kajian
mengenai perkembangan ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan berjalan, yang diterbitkan
secara berkala setiap triwulan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan.
Bab I Angka Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan angka perkiraan atas dasar
tahun 2010 bersumber dari BPS Provinsi Kalimantan Selatan. Untuk kepraktisan,
beberapa nama sektor dan subsektor disingkat sesuai kelaziman. Untuk data ekspor dan
impor nonmigas Kalimantan Selatan, bersumber dari Dokumen Pemberitahuan
Ekspor/Impor Barang yang diolah Divisi Statistik Data Sekunder Departemen Statistik,
Bank Indonesia, yang tercantum pula pada buku Statistik Ekonomi dan Keuangan
Daerah (SEKDA) Kalimantan Selatan. Data-data lainnya berasal dari publikasi instansi,
pemerintahan maupun swasta, juga publikasi data berbayar.
Bab II Data IHK dan inflasi pedesaan bersumber dari BPS Provinsi Kalimantan Selatan, diolah
lebih lanjut dan disandingkan dengan berbagai hasil survei Kantor Perwakilan Bank
Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan khususnya Survei Konsumen (SK) dan Survei
Pemantauan Harga (SPH) untuk keperluan analisis.
Bab III Data stabilitas sistem keuangan bersumber dari Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
bank-bank yang berlokasi di wilayah Kalimantan Selatan, khusus untuk data penyaluran
kredit berdasarkan lokasi proyek bersumber dari Datawarehouse Bank Indonesia. Data
sistem pembayaran merupakan data di wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia
Provinsi Kalimantan Selatan. Untuk data transaksi tunai bersumber dari Departemen
Pengedaran Uang, Bank Indonesia. Untuk data transaksi nontunai melalui BI-RTGS
bersumber dari Departemen Kebijakan dan Pengawasan Sistem Pembayaran, Bank
Indonesia, sedangkan data transaksi nontunai melalui kliring bersumber dari data kliring
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan.
Bab IV Data keuangan daerah hanya mencakup data keuangan Pemerintah Provinsi Kalimantan
Selatan yang bersumber dari Biro Keuangan Provinsi Kalimantan Selatan dan Kantor
Wilayah Dirjen Perbendaharaan Negara.
Bab V Data ketenagakerjaan daerah bersumber dari Survei Ketenagakerjaan Nasional
(Sakernas) yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik Kalimantan Selatan serta data
pencairan Jaminan Hari tua (JHT) dari Jamsostek Wilayah Kalimantan selatan. Sedangkan
angka kesejahteraan menggunakan indikator Nilai Tambah Petani (NTP) yang juga
bersumber dari data Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Selatan. Sebagai
suplemen informasi juga digunakan data olahan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha
(SKDU) Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan.
Keterangan dan Sumber Data
KEKR Tw.IIII 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan x
Visi Bank Indonesia
Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai
strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil
Misi Bank Indonesia
1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk
mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas
2. Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan efisien serta mampu bertahan
terhadap gejolak internal dan eksternal untuk mendukung alokasi sumber
pendanaan/pembiayaan dapat berkontribusi pada pertumbuhan dan stabilitas perekonomian
nasional
3. Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar yang berkontribusi terhadap
perekonomian, stabilitas moneter dan stabilitas sistem keuangan dengan memperhatikan aspek
perluasan akses dan kepentingan nasional
4. Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia yang menjunjung tinggi
nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja, serta melaksanakan tata kelola (governance) yang
berkualitas dalam rangka melaksanakan tugas yang diamanatkan UU.
Nilai-nilai Strategis Bank Indonesia
Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan pegawai untuk bertindak atau berperilaku
yaitu Trust and Integrity, Professionalism, Excellence, Public Interest, dan Coordination and
Teamwork
Visi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan
Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas Bank Indonesia dan kontributif
bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional
Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan
Menjalankan kebijakan Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas nilai rupiah, stabilitas sistem
keuangan, efektivitas pengelolaan uang rupiah dan kehandalan sistem pembayaran untuk
mendukung pembangunan ekonomi daerah maupun nasional jangka panjang yang inklusif dan
berkesinambungan
Tabel Indikator Terpilih
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan xi
TABEL INDIKATOR TERPILIH
a. Inflasi dan PDRB (Tahun Dasar 2010)
TW - I TW - II TW - III TW - IV TW - I TW - II TW - III TW - IV
153.49 116.04 122.00 108.32 110.91 111.66 116.04 115.90 117.64 119.75 122.00
6.98 7.28 5.14 4.89 6.81 4.81 7.28 7.00 6.07 7.03 5.14
153.49 115.97 121.80 108.22 110.91 111.63 115.97 115.82 117.55 119.59 121.80
6.98 7.16 5.03 4.84 6.81 4.67 7.16 7.02 6.05 6.94 5.03
116.93 124.75 109.57 111.79 112.10 116.93 116.93 118.79 121.93 124.75
8.80 6.69 5.49 7.02 6.54 8.80 6.72 6.26 8.31 6.69
Pertanian 16,862 18,753 20,424 3,544 5,078 5,797 4,334 3,897 5,580 6,400 4,548
Pertambangan & Penggalian 33,386 34,438 31,968 8,875 8,721 8,527 8,315 8,189 7,953 7,949 7,878
Industri Pengolahan 14,971 16,568 18,412 3,767 4,118 4,333 4,350 4,194 4,514 4,780 4,923
Listrik, Gas, & Air Bersih 473 563 662 129 134 142 158 154 165 167 176
Bangunan 7,978 9,192 10,627 2,032 2,228 2,413 2,518 2,408 2,524 2,761 2,934
Perdagangan, Hotel, dan Restoran 11,357 13,118 14,914 2,902 3,175 3,471 3,570 3,352 3,598 3,932 4,031
Pengangkutan dan Komunikasi 10,033 11,573 13,051 2,634 2,779 3,036 3,125 3,016 3,170 3,381 3,484
Keuangan, Persewaan, dan Jasa 6,823 7,775 8,600 1,859 1,916 1,971 2,030 2,070 2,078 2,219 2,233
Jasa 13,975 15,918 18,860 3,650 3,854 4,120 4,295 4,283 4,551 4,934 5,091
5.33% 4.85% 3.84% 5.24 5.57 4.64 4.01 3.97 3.32 3.92 4.14
9,473 9,053 8,914 2,200 2,023 1,784 1,799 1,659 1,410 1,352 1,261
141,263 146,947 152,387 36,932 34,918 32,153 33,308 31,318 25,747 28,162 27,491
540.8 361.2 327.3 106.9 65.5 34.6 105.1 61.8 64.0 64.2 97.7
166.4 141.5 155.7 56.6 61.1 50.2 53.3 56.1 44.2 56.1 86.0
2014TAHUN
2013
TAHUN
2014
TAHUN
2015
2015
Volume Impor Nonmigas (ribu ton)
INDIKATOR
IHK Kalimantan Selatan
Inflasi Kalimantan Selatan (y-o-y)
PDRB Harga Berlaku (Rp Miliar)
Pertumbuhan PDRB Riil (y-o-y)
Nilai Ekspor Nonmigas (USD Juta)
Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton)
Nilai Impor Nonmigas (USD Juta)
IHK Banjarmasin
Inflasi Banjarmasin (y-o-y)
IHK Tanjung
Inflasi Tanjung (y-o-y)
b. Stabilitas Sistem Keuangan
Tw - I Tw - II Tw - III Tw - IV Tw - I Tw - II Tw - III Tw - IV
45,707 49,541 53,450 45,457 50,192 50,612 49,541 48,521 53,060 57,118 53,450
36,229 37,248 38,679 36,152 38,447 38,799 37,248 37,155 40,274 41,330 38,679
7,697 8,216 7,404 8,228 10,547 10,206 8,216 8,162 10,654 10,911 7,404
19,911 20,055 21,969 18,785 18,639 18,714 20,055 18,294 18,509 19,627 21,969
8,621 8,977 9,305 9,138 9,261 9,879 8,977 10,699 11,111 10,792 9,305
42,761 48,218 51,001 43,796 45,600 48,005 48,218 48,661 49,471 50,264 51,001
14,540 15,463 16,629 14,670 14,749 15,772 15,463 15,843 16,430 16,685 16,629
13,181 17,347 16,187 13,853 15,030 16,048 17,347 15,946 15,724 15,822 16,187
15,040 15,408 18,185 15,274 15,821 16,185 15,408 16,872 17,317 17,757 18,185
118.03% 129.45% 131.86% 121.15% 118.61% 123.73% 129.45% 130.97% 122.83% 121.61% 131.86%
NPL 1.38% 2.62% 3.10% 1.78% 2.22% 2.79% 2.62% 3.23% 3.60% 3.62% 3.10%
Deposito
Modal Kerja
Investasi
Kredit - Lokasi Proyek
Konsumsi
Total Asset
Giro
Tabungan
DPK
LDR - Lokasi Proyek
INDIKATOR 2013 2014 201520152014
c. Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah
Tw - I Tw - II Tw - III Tw - IV Tw - I Tw - II Tw - III Tw - IV
Inflow Kas (Rp miliar) 7,599 7,913 8,161 2,666 1,881 3,120 1,948 2,649 2,028 2,876 1,292
Outflow Kas (Rp miliar) 5,563 5,574 6,074 1,020 1,304 2,096 1,845 802 1,681 2,025 1,371
Nominal Transaksi RTGS (Rp Miliar) 230,237 251,980 279,227 60,789 67,933 69,419 71,303 56,117 67,694 63,360
Volume Transaksi RTGS (ribu lbr) 199 197 191 42 42 36 42 43 14,817 45
Nominal Kliring (Rp Miliar) 16,655 16,874 17,606 4,227 4,269 4,190 4,572 3,962 4,002 3,908 4,280
Volume Kliring (ribu lbr) 318 316 302 78 93 76 75 91 78 69 48
Nominal Kliring Pengembalian (Rp miliar) 450 439 415 119 153 113 164 105 79 151 255
Volume Kliring Pengembalian (lembar) 8,041 8,133 8,493 2,207 3,050 2,384 2,948 2,286 1,723 2,143 2,122
Indikator 2013 2014 201520152014
Tabel Indikator Terpilih
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan xii
PERTUMBUHAN EKONOMI INFLASI
4,14% yoy
SEKTORAL PERMINTAAN
TAMBANG PERTANIAN KONSUMSI RT EKSPOR
SSK SP PUR APBD KESEJAHTERAAN
OUTLOOK
Vol. Foods Adm. Price Core
5,14% yoy
4,7 %
Tw III
3.1%
yoy
Tw IV
-0.9%
yoy
Tw III
4,9%
yoy
Tw IV
4,8%
yoy
Tw III
0,2%
yoy
Tw IV
-21,4%
yoy
Tw III
5,5%
yoy
Tw IV
4.0%
yoy
7,03% yoy
Tw III
10.0%
yoy
Tw IV
2.9%
yoy
Tw III
6,7%
yoy
Tw IV
6.0%
yoy
3,86% yoy
triwulan IIItriwulan III
6,5% 3,8%
12,9% 7,9%
3,6 % 3,6%
Tw III
-0.2%
yoy
Tw IV
-0.7%
yoy
4,1%
Tw III Tw IV
P. Asset (yoy) Transaksi
Kliring
Tw III
-6.7%yoy
Tw IV
-6.4%yoy
Pengelolaan Uang Rupiah
INFLOW OUTFLOW NET OUTFLOW
Rp4,3T
Rp1,37T Rp1,29T Rp0,8T
Realisasi Pendapatan
Realisasi Belanja
97,3%
90,9%
Indeks Ketersediaan Lap. Kerja
Tw III
87,5
Tw IV
86,3
Indeks Penghasilan
Tw III
110.4
Tw IV
111.4
Nilai Tukar Petani
Tw III
99,8
Tw IV
99,3
Pertumbuhan Ekonomi Inflasi
Tw I: 4,1-4,3%yoy 2016: 3,9-4,3%yoy 2016: 3,0-5,0%yoy
triwulan IV
P. DPK (yoy)
P. Kredit (yoy)
NPL
triwulan IV
PEREKONOMIAN KALIMANTAN SELATAN
Tw I: 5,3-5,5%yoy
Sistem Pembayaran
Tabel Indikator Terpilih
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan xiii
PERTUMBUHAN EKONOMI INFLASI
4,14% yoy
SEKTORAL PERMINTAAN
TAMBANG PERTANIAN KONSUMSI RT EKSPOR
SSK SP APBD KESEJAHTERAAN
OUTLOOK
Vol. Foods Adm. Price Core
5,14% yoy
4,7 %
Tw III
3.1%
yoy
Tw IV
-0.9%
yoy
Tw III
4,9%
yoy
Tw IV
4,8%
yoy
Tw III
0,2%
yoy
Tw IV
-21,4%
yoy
Tw III
5,5%
yoy
Tw IV
4.0%
yoy
7,03% yoy
Tw III
10.0%
yoy
Tw IV
2.9%
yoy
Tw III
6,7%
yoy
Tw IV
6.0%
yoy
3,86% yoy
triwulan IIItriwulan III
6,5% 3,8%
12,9% 7,9%
3,6 % 3,6%
Tw III
-0.2%
yoy
Tw IV
-0.7%
yoy
4,1%
Tw III Tw IV
P. Asset (yoy)
Non Tunai
KLIRING
Tw III
-6.7%yoy
Tw IV
-6.4%yoy
Tunai
INFLOW OUTFLOW NET OUTFLOW
Rp4,3T
Rp1,37T Rp1,29T Rp0,8T
Realisasi Pendapatan
Realisasi Belanja
97,3%
90,9%
Indeks Ketersediaan Lap. Kerja
Tw III
87,5
Tw IV
86,3
Indeks Penghasilan
Tw III
110.4
Tw IV
111.4
Nilai Tukar Petani
Tw III
99,8
Tw IV
99,3
Pertumbuhan Ekonomi Inflasi
Tw I: 4,1-4,3%yoy 2016: 3,9-4,3%yoy 2016: 3,0-5,0%yoy
triwulan IV
P. DPK (yoy)
P. Kredit (yoy)
NPL
triwulan IV
PEREKONOMIAN KALIMANTAN SELATAN
Tw I: 5,3-5,5%yoy
Tabel Indikator Terpilih
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan xiv
Halaman ini sengaja dikosongkan
Tabel Indikator Terpilih
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan xv
RINGKASAN EKSEKUTIF
Tabel Indikator Terpilih
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan xvi
Halaman ini sengaja dikosongkan
KEKR Tw.IIII 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 1
RINGKASAN EKSEKUTIF
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Pada triwulan IV-2015 perekonomian Kalimantan Selatan tumbuh sebesar 4,14% (yoy),
meningkat dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 3,92%1
(yoy). Peningkatan
pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan IV-2015 didorong oleh meningkatnya
aktivitas investasi sehubungan dengan masih dipandang positifnya prospek ekonomi ke depan, yang
tercermin pula pada meningkatnya pertumbuhan sektor konstruksi. Permintaan domestik yang
relatif baik turut mendorong meningkatnya sektor industri, sektor perdagangan, hotel dan restoran
(PHR), serta sektor transportasi dan komunikasi. Di sisi lain, sektor utama lainnya yakni sektor
pertambangan dan sektor pertanian kembali tumbuh melambat. Melambatnya sektor
pertambangan karena masih terus menurunnya pertumbuhan ekonomi Tiongkok maupun harga
batubara. Sedangkan melambatnya sektor pertanian karena puncak efek positif El Nino yang hanya
berlangsung pada triwulan III-2015 dan baru memasuki masa tanam pada triwulan IV-2015.
Dengan demikian perekonomian Kalimantan Selatan secara keseluruhan tahun 2015 tumbuh
sebesar 3,84% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan tahun 2014 (4,85%
yoy). Secara tahunan, perlambatan pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan bersumber dari
melambatnya kinerja sektor utama khususnya pertambangan, disebabkan perlambatan ekonomi
Tiongkok dan terus turunnya harga batubara, meskipun pertumbuhan ekonomi India dan negara
mitra lainnya meningkat.
PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
Pergerakan inflasi tahunan Kalimantan Selatan pada akhir triwulan IV-2015 menurun dari
triwulan sebelumnya. Laju inflasi tahunan pada triwulan laporan tercatat sebesar 5,14% (yoy),
menurun signfikan dari triwulan III-2015 (7,03%, yoy) maupun inflasi 2014 (7,28%, yoy).
Penurunan inflasi tahunan disebabkan oleh meredanya tekanan inflasi yang berasal dari komoditas
1Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kalimantan Selatan merevisi angka pertumbuhan PDRB Provinsi Kalimantan
Selatan pada triwulan III-2015 dari 3,86% (yoy) menjadi 3,92% (yoy).
1
Tabel Indikator Terpilih
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 2
volatile foods di sepanjang tahun 2015 didukung produksi yang meningkat, pasokan yang terjaga
dengan baik, koreksi harga bahan bakar minyak (BBM) seiring tren penurunan harga minyak
internasional serta penyelesaian proses konversi bahan bakar gas elpiji 3 kg di lima kabupaten pada
akhir tahun. Secara triwulanan, inflasi triwulan IV-2015 sedikit meningkat yang dipicu oleh kenaikan
permintaan masyarakat pada akhir tahun seiring dengan perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW,
Natal dan Tahun Baru 2016.
STABILITAS SISTEM KEUANGAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
Kinerja pertumbuhan kredit perbankan sedikit melambat dipengaruhi kinerja perekonomian
yang trennya melambat pada periode sebelumnya. Di sisi lain, transaksi kliring tumbuh
meningkat sejalan dengan aktivitas ekonomi yang meningkat pada triwulan laporan. Kredit
perbankan pada Triwulan IV-2015 tumbuh 4,15% (yoy), melambat dari triwulan sebelumnya
(4,71% yoy). Perlambatan utamanya bersumber dari dari kredit korporasi. Kualitas kredit membaik
yang ditunjukkan oleh turunnya Non Performing Loan (NPL). Sementara itu, pada sisi pengelolaan
uang rupiah, mencatatkan net outflow.
KEUANGAN DAERAH
Kinerja serapan belanja daerah Provinsi Kalimantan Selatan pada tahun 2015 lebih baik
dibandingkan dengan 2014. Serapan belanja daerah tercatat sebesar 90,9%, lebih baik dari tahun
sebelumnya (89,2%). Dukungan belanja fiskal yang lebih baik ini sangat dibutuhkan guna menjaga
momentum dan mendorong perbaikan ekonomi. Di sisi lain, perlambatan ekonomi pada tahun
2015 berdampak pada realisasi pendapatan daerah yang tidak mencapai target yaitu sebesar
97,3%, lebih rendah dari periode yang sama tahun lalu (100,5%).
KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN
Kondisi ketenagakerjaan dan kesejahteraan di Kalimantan Selatan terindikasi melemah.
Berdasarkan hasil liaison dan Survei Kegiatan Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan Bank
Indonesia terdapat indikasi penurunan jumlah tenaga kerja pada Triwulan IV-2015 dibandingkan
triwulan sebelumnya. Selaras dengan hal tersebut, tingkat kesejahteraan masyarakat Kalimantan
Selatan masih melemah sebagaimana tercermin dari hasil Survei Konsumen yang dilakukan oleh
Bank Indonesia. Hal yang sama juga terlihat dari indikator kesejahteraan petani yaitu Nilai Tukar
Petani (NTP) yang selama triwulan laporan menurun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.
PROSPEK EKONOMI
Pada triwulan I-2016 perekonomian Kalimantan Selatan diprakirakan tumbuh meningkat
sejalan dengan membaiknya sektor pertanian dan pertambangan. Peningkatan sektor pertanian
didorong oleh meningkatnya produksi tabama dan komoditas perkebunan sedangkan peningkatan
sektor pertambangan didorong oleh potensi meningkatnya permintaan khususnya dari Tiongkok
Tabel Indikator Terpilih
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 3
sehubungan perayaan Imlek. Sementara itu dari sisi permintaan, peningkatnya pertumbuhan
ekonomi didorong oleh meningkatnya ekspor sejalan dengan peningkatan ekspor batubara serta
meningkatnya konsumsi RT sejalan dengan perbaikan kinerja sektoral.
Secara keseluruhan di tahun 2016, perekonomian Kalimantan Selatan berpotensi tumbuh
meningkat, didorong oleh perbaikan kinerja di semua sektor utama yakni sektor pertanian,
pertambangan, dan industri pengolahan. Perbaikan kinerja sektoral khususnya sektor
pertambangan dan industri pengolahan akan mendorong peningkatan ekspor. Sejalan dengan
kondisi sektoral yang membaik, investasi swasta akan meningkat. Investasi pemerintah juga akan
kembali mendorong pertumbuhan ekonomi seiring dengan berlanjutnya pembangunan sejumlah
infrastruktur sehingga investasi secara keseluruhan akan meningkat. Perbaikan kondisi sektoral yang
tercermin pada kondisi korporasi akan berdampak pada kondisi RT sehingga konsumsi RT
diprakirakan juga akan tumbuh meningkat.
Dari sisi perkembangan harga, dengan memperhatikan laju inflasi pada triwulan laporan, tingkat
inflasi Kalimantan Selatan pada akhir triwulan I-2016 diperkirakan mengalami peningkatan yang
bersifat temporer pada kisaran 5,3% - 5,5% (yoy) yang disebabkan oleh tekanan harga sejumlah
komoditas pangan di awal tahun seiring dengan berlangsungnya musim tanam padi serta cuaca
yang kurang kondusif di tengah-tengah musim penghujan. Pada akhir tahun, inflasi berangsur
menurun ke sasaran target inflasi 4+1%.
Tabel Indikator Terpilih
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 4
Halaman ini sengaja dikosongkan
Tabel Indikator Terpilih
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 5
BAB I
PERKEMBANGAN EKONOMI
MAKRO REGIONAL
KEKR Tw.IIII 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 6
Halaman ini sengaja dikosongkan
Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 7
1. PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Pada triwulan IV-2015 perekonomian Kalimantan Selatan tumbuh sebesar 4,14% (yoy),
meningkat dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 3,92%2
(yoy). Peningkatan
pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan IV-2015 didorong oleh meningkatnya
aktivitas investasi sehubungan dengan masih dipandang positifnya prospek ekonomi ke depan, yang
tercermin pula pada meningkatnya pertumbuhan sektor konstruksi. Permintaan domestik yang
relatif baik turut mendorong meningkatnya sektor industri, sektor perdagangan, hotel dan restoran
(PHR), serta sektor transportasi dan komunikasi. Di sisi lain, sektor utama lainnya yakni sektor
pertambangan dan sektor pertanian kembali tumbuh melambat. Melambatnya sektor
pertambangan karena masih terus menurunnya pertumbuhan ekonomi Tiongkok maupun harga
batubara. Sedangkan melambatnya sektor pertanian karena puncak efek positif El Nino yang hanya
berlangsung pada triwulan III-2015 dan baru memasuki masa tanam pada triwulan IV-2015.
Dengan demikian perekonomian Kalimantan Selatan secara keseluruhan tahun 2015 tumbuh
sebesar 3,84% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan tahun 2014 (4,85%
yoy). Secara tahunan, perlambatan pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan bersumber dari
melambatnya kinerja sektor utama khususnya pertambangan, disebabkan perlambatan ekonomi
Tiongkok dan terus turunnya harga batubara, meskipun pertumbuhan ekonomi India dan negara
mitra lainnya meningkat.
2Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kalimantan Selatan merevisi angka pertumbuhan PDRB Provinsi Kalimantan
Selatan pada triwulan III-2015 dari 3,86% (yoy) menjadi 3,92% (yoy).
1
Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 8
Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Kalimantan Selatan Menurut Sektor
Grafik 1.2. Pertumbuhan Ekonomi Kalimantan Selatan vs Nasional
Grafik 1.3. Perkembangan Perekonomian Negara-negara Mitra Dagang Utama Tahun 2015
Sumber: Trading Economics (diolah)
1.1. SISI PERMINTAAN
Dari sisi permintaan, peningkatan pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV-2015 bersumber
dari meningkatnya pertumbuhan investasi seiring positifnya sentimen pelaku usaha terhadap
kondisi usaha ke depan. Sementara itu, konsumsi rumah tangga (RT) tumbuh relatif stabil
didukung terjaganya daya beli sehubungan dengan inflasi yang menurun serta masih baiknya
optimisme konsumen terhadap kondisi ekonomi ke depan.
Secara tahunan, pertumbuhan PDRB dari sisi permintaan masih ditahan oleh kinerja ekspor
serta investasi yang lebih hati-hati dan terbatas pada beberapa sektor. Meski demikian, di
tengah perlambatan kinerja ekspor, belanja pemerintah berhasil didorong sehingga berperan
menjadi penopang pertumbuhan ekonomi. Selain itu, daya beli masyarakat terjaga dengan baik
didukung lebih rendahnya inflasi Kalimantan Selatan pada tahun ini.
Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 9
Tabel 1.1. Pertumbuhan PDRB Kalimantan Selatan Sisi Permintaan
1.1.1. Konsumsi Rumah Tangga (RT)
Konsumsi RT pada triwulan IV-2015 tumbuh sebesar 4,83% (yoy), relatif stabil dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 4,88%3
(yoy). Stabilnya pertumbuhan
konsumsi RT tercermin pada membaiknya pertumbuhan Indeks Penjualan Eceran (IPE) Kota
Banjarmasin meskipun masih terkontraksi yakni dari -11,84% (yoy) menjadi -11,57% (yoy). Kondisi
pendapatan yang masih terbatas sebagaimana tercermin pada Indeks Pendapatan Rumah Tangga
yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kalimantan Selatan mengindikasikan konsumsi
yang lebih hati-hati. Indeks pendapatan RT masih dalam level yang optimis namun tercatat menurun
dari 108.69 menjadi 102.10. Sementara itu, dukungan pembiayaan perbankan agak menurun,
terlihat pada pertumbuhan kredit konsumsi pada triwulan IV-2015 tercatat melambat menjadi
8,44% (yoy) dari 9,71% (yoy) pada triwulan sebelumnya.
Secara tahunan, pertumbuhan konsumsi RT Kalimantan Selatan pada tahun 2015 tercatat sebesar
4,87% yoy, stabil bila dibandingkan dengan pertumbuhan konsumsi RT pada tahun sebelumnya
(4,88% yoy). Stabilnya konsumsi RT disebabkan kondisi sektor utama yang menurun sehingga
menjadi penahan bagi tingkat pendapatan. Namun, inflasi yang menurun dari tahun sebelumnya
membantu terjaganya daya beli masyarakat.
3Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kalimantan Selatan merevisi angka pertumbuhan PDRB Provinsi Kalimantan
Selatan pada triwulan III-2015 dari 5,67% (yoy) menjadi 4,88% (yoy).
Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 10
Grafik 1.4. Pertumbuhan Indeks Penjualan Eceran (IPE) Kota Banjarmasin
Grafik 1.5.Indeks Penyusun ITK Kalimantan Selatan: Indeks Pendapatan Rumah Tangga
Grafik 1.6. Pertumbuhan Kredit Konsumsi vs Kredit Umum Kalimantan Selatan
Grafik 1.7. Pendapatan per Kapita Provinsi Kalimantan Selatan
Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 11
1.1.2. Konsumsi Pemerintah
Konsumsi pemerintah pada triwulan IV-2015 tumbuh sebesar 6,45% (yoy), melambat dari
triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 12,54%4
(yoy). Perlambatan disebabkan oleh
akselerasi serapan belanja pemerintah baik provinsi maupun kabupaten/kota yang lebih dahulu
terjadi pada triwulan-III 2015. Secara keseluruhan tahun, belanja pemerintah berhasil didorong
realisasinya sehingga turut menjadi penopang bagi pertumbuhan ekonomi. Konsumsi pemerintah
tumbuh meningkat dari 2,67% (yoy) pada tahun 2014 menjadi 5,64% (yoy) pada tahun 2015. Hal
ini tercermin pada realisasi serapan belanja Pemerintah Provinsi pada tahun 2015 tercatat sebesar
90,9%, lebih tinggi dari serapan tahun lalu yang sebesar 89,5%.
1.1.3. Investasi
Investasi Kalimantan Selatan pada triwulan IV-2015 tumbuh sebesar 5,57% (yoy), meningkat
dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 5,32% (yoy). Peningkatan
pertumbuhan investasi pada triwulan laporan terjadi baik pada investasi bangunan maupun
nonbangunan. Pada triwulan laporan investasi bangunan tumbuh lebih kuat, sejalan dengan
membaiknya pertumbuhan penjualan semen. Sementara itu investasi nonbangunan tumbuh lebih
terbatas, tercermin dari pertumbuhan nilai impor barang modal industri yang termoderasi dari
181,16% (yoy) menjadi -4,75% (yoy). Secara keseluruhan tahun, pertumbuhan investasi cenderung
terbatas, yaitu dari 5,79% pada tahun 2014 menjadi 5,35% pada tahun 2015. Hal ini dipengaruhi
tren perkembangan ekspor sehingga pengusaha lebih berhati-hati dalam merealisasikan investasinya
pada subsektor tertentu yang dinilai prospektif.
Sementara itu, peningkatan investasi bangunan terindikasi dari pertumbuhan penjualan semen yang
membaik yaitu dari -35,0% (yoy) menjadi -34,6% (yoy) pada triwulan IV-2015. Tidak ada
pembangunan infrastruktur fisik baru dengan nilai proyek besar pada triwulan IV-2015,
pembangunan bersifat lanjutan dari proyek yang sudah ada meliputi pembangunan sejumlah sarana
irigasi (Amandit, Batang Alai, Balangan dan Tapin), jalan dan jembatan serta investasi di sektor
swasta meliputi renovasi gedung perkantoran dan pengembangan properti. Demikian
perkembangan pembangunan infrastruktur sebagaimana dirilis dari data Building and Construction
Interchange (BCI).
4
Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kalimantan Selatan merevisi angka pertumbuhan konsumsi pemerintah pada
triwulan III-2015 dari 6,53% (yoy) menjadi 12,54% (yoy).
Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 12
Di tengah perlambatan kinerja sektor utama, peran pemerintah sudah cukup baik dalam berupaya
mendorong investasi melalui realisasi pembangunan infrastruktur. Sejumlah infrastruktur vital
akhirnya dapat terealisasi pada tahun 2015 seperti pembangunan Bandara Syamsudin Noor dan
Bendungan Tapin. Tidak hanya investasi pemerintah, investasi swasta baik pada kelompok industri
maupun bisnis tercatat terealisasi pada tahun 2015 seperti hotel, restoran, pusat perbelanjaan dan
kantor swasta. Sejumlah pelaku usaha dari kelompok industri tetap melakukan investasi untuk
keberlangsungan bisnis ke depan baik dari sisi maintenance maupun yang mendukung ekpansi
bisnis5
. Pada kelompok industri kelapa sawit, sejumlah perusahaan kelapa sawit masih melakukan
replanting (terkait aturan mengenai Indonesian Sustainable Palm Oil/ISPO) dan perbaikan
infrastruktur yang mendukung bisnis hulu hingga hilir seperti pembangunan jalan dan dermaga
khusus. Sementara itu perusahaan yang lebih besar melakukan investasi yang lebih bersifat forward
looking seperti pembangunan infrastruktur biodiesel.
5
Mengacu kepada hasil liaison KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan selama tahun 2015 ke sejumlah perusahaan
kelapa sawit, karet dan plywood.
Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 13
Tabel 1.2. Perkembangan Pembangunan Fisik Kalimantan Selatan
Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 14
Grafik 1.8. Nilai Impor Barang Modal Industri Kalimantan Selatan
Grafik 1.9. Volume Bongkar Barang Konstruksi Kalimantan Selatan
Grafik 1.10. Volume Konsumsi Semen Kalimantan Selatan
Pada triwulan-IV 2015, nilai penanaman modal asing (PMA) di Kalimantan Selatan tercatat sebesar
448 juta dolar AS atau tumbuh 322,24% (yoy), relatif tidak bergerak jauh bila dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 354,34% (yoy). Pada triwulan yang sama
penanaman modal dalam negeri (PMDN) di Kalimantan Selatan tercatat sebesar Rp1,09 triliun atau
tumbuh 189,82% (yoy) meningkat signifikan dibanding triwulan III-2015 yang tumbuh terkontraksi
-98,41% (yoy).
Pada tahun 2015 Total PMA yang masuk ke Kalimantan Selatan tercatat sebesar 961 juta dolar AS
(ekuivalen Rp 12,87 triliun), naik dari tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 502 juta dolar AS
(ekuivalen Rp 5,97 triliun). Sementara PMDN tercatat sebesar Rp2,06 triliun, menurun dari tahun
sebelumnya yang tercatat sebesar Rp2,61 triliun. Pada tahun 2015, investasi agregat (PMA dan
PMDN) terbesar berasal dari industri mineral non logam (industri semen asing, murni PMA) disusul
oleh investasi di sektor tanaman pangan dan perkebunan (didominasi oleh perkebunan dan 89,99%
didominasi oleh PMA) serta pertambangan (PMA perusahaan besar di Tabalong).
Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 15
Grafik 1.11. Pertumbuhan Nilai PMA Kalimantan Selatan
Grafik 1.12. Pertumbuhan Nilai PMDN Kalimantan Selatan
Tabel 1.3. Realisasi PMA Kalimantan Selatan
Tabel 1.4. Realisasi PMDN Kalimantan Selatan
Sektoral Nilai %
Industri Logam Dasar, Barang Logam, Mesin dan Elektronik548 26.60%
Industri Kimia Dasar, Barang Kimia dan Farmasi 357 17.31%
Hotel dan Restoran 307 14.92%
Tanaman Pangan dan Perkebunan 293 14.20%
Perdagangan dan Reparasi 153 7.44%
Lainnya 402 19.53%
Total 2,060 100.00%
Sumber: BKPM (diolah)
PMDN Kalimantan Selatan (Juta USD), 2015
1.1.4. Perkembangan Ekspor
Ekspor Kalimantan Selatan pada triwulan IV-2015 tumbuh sebesar -21,45% (yoy), terkontraksi
relatif dalam bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 0,18%6
(yoy) karena pertumbuhan ekonomi Tiongkok yang masih melambat dan harga batubara yang
masih menurun. Secara keseluruhan tahun, ekspor Kalimantan Selatan pada tahun 2015 tumbuh -
6,95% (yoy), terkontraksi lebih dalam dari tahun sebelumnya yang tumbuh sebesar -0,71% (yoy).
Hal ini dipengaruhi oleh pertumbuhan negara-negara mitra yang umumnya melambat sebagaimana
halnya pertumbuhan ekonomi dunia. Mengacu kepada aktivitas muat di Pelabuhan Trisakti, tercatat
bahwa pertumbuhan volume muat ke luar negeri pada triwulan laporan terkontraksi hingga -
19,47% (yoy). Sementara itu pertumbuhan volume muat ke luar negeri sepanjang tahun 2015
terkontraksi hingga -5,64% (yoy)
6
BPS pada triwulan IV-2015 merevisi tingkat pertumbuhan ekspor Kalimantan Selatan pada triwulan III-2015 dari
8,01% (yoy) menjadi 0,18% (yoy)
Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 16
Grafik 1.13. Perkembangan Muat Barang di Pelabuhan Trisakti
Pada triwulan laporan nilai ekspor luar negeri Kalimantan Selatan tumbuh terkontraksi -29,88%
(yoy), lebih dalam dari triwulan sebelumnya yang tumbuh -24,21% (yoy). Sementara itu volume
ekspor terkontraksi -17,46% (yoy), lebih dalam dari triwulan sebelumnya yang tumbuh -12,41%
(yoy). Kontraksi ekspor luar negeri utamanya disebabkan oleh penurunan ekspor batubara
khususnya ke Tiongkok dan Jepang. Perekonomian Tiongkok tercatat tidak tumbuh meningkat bila
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Sementara itu pertumbuhan ekonomi Jepang pada
triwulan laporan tercatat melambat seiring pertumbuhan investasi dan konsumsi domestik yang
masih lemah. Penurunan permintaan batubara dari Tiongkok dan Jepang meredam peningkatan
permintaan batubara dari India dan ASEAN pada triwulan laporan.
Grafik 1.14.Perkembangan Nilai Ekspor Kalimantan Selatan
Grafik 1.15.Perkembangan Volume Ekspor Kalimantan Selatan
Komoditas batubara masih menjadi komoditas utama Kalimantan Selatan dengan sumbangan
mencapai 73,48% dari total nilai ekspor, diikuti oleh CPO (17,49%), kayulapis (4,44%) dan karet
alam serta olahan (2,87%). Dari sisi tren pertumbuhan, pada triwulan berjalan hanya ekspor CPO
yang tumbuh meningkat sementara komoditas lain baik batubara, karet alam maupun plywood
tumbuh melambat. Sementara itu secara tahunan ekspor seluruh komoditas tercatat tumbuh
melambat.
Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 17
Grafik 1.16. Distribusi Nilai Ekspor Komoditas Unggulan Kalimantan Selatan Tahun 2015
Grafik 1.17. Pertumbuhan Nilai Ekspor Kalimantan Selatan Berdasarkan Komoditas Unggulan
Grafik 1.18. Distribusi Nilai Ekspor Kalimantan Selatan Berdasarkan Negara Tahun 2015
Grafik 1.19. Pertumbuhan Nilai Ekspor Kalimantan Selatan Berdasarkan Negara Tujuan
Meningkatnya pertumbuhan ekspor CPO pada triwulan laporan utamanya berasal dari Italia dan
Pakistan. Meski tingkat permintaan dunia akan CPO dipercaya akan selalu positif namun kebijakan
ketat terhadap komoditas CPO menahan ekspor CPO ke sejumlah negara seperti India (proteksi
petani minyak nabati lokal melalui pengaturan bea impor CPO) dan sejumlah negara di Eropa
(terkait isu lingkungan). Pertumbuhan ekspor CPO ke India pada triwulan laporan tercatat melambat
sejalan dengan peningkatan bea impor CPO dari 7,5% menjadi 12,5%.
Ekspor antardaerah pada triwulan IV-2015 terindikasi tumbuh meningkat didorong oleh
meningkatnya pertumbuhan volume muat dalam negeri pada komoditas batubara dan kelapa sawit.
Domestic Market Obligation (DMO) terindikasi meningkat, hal tersebut sejalan dengan peningkatan
aktivitas industri di kawasan Jawa. Penjualan listrik industri di Jawa Timur dan Jawa Tengah tumbuh
meningkat pada triwulan laporan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Sementara itu
peningkatan ekspor antar daerah pada komoditas kelapa sawit meningkat sejalan dengan
peningkatan konsumsi makanan dan minuman bertepatan dengan adanya libur Natal dan tahun
baru.
Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 18
Grafik 1.20.Perkembangan Permintaan Batubara Domestik
Grafik 1.21.Perkembangan Permintaan Kelapa Sawit Domestik
1.1.5. Perkembangan Impor
Impor Kalimantan Selatan pada triwulan IV-2015 tumbuh sebesar -26,02% (yoy), terkontraksi
cukup dalam dari triwulan sebelumnya yang tumbuh 2,51%7
(yoy). Dengan demikian impor
Kalimantan Selatan pada tahun 2015 tumbuh terkontraksi lebih dalam yakni sebesar -8,80% (yoy)
sementara pada tahun sebelumnya impor tumbuh -2,44% (yoy). Perlambatan impor dalam negeri
pada triwulan laporan utamanya merespons perlambatan pertumbuhan ekspor di tengah relatif
stabilnya konsumsi RT (bongkar barang kebutuhan pokok dalam negeri). Di sisi lain, impor luar
negeri yang ditunjukkan oleh volume bongkar dari luar negeri tumbuh meningkat sejalan dengan
meningkatnya pertumbuhan investasi nonbangunan yang mendorong impor barang modal
khususnya mesin dan peralatan. Secara umum kontraksi impor yang lebih dalam pada tahun 2015
disebabkan oleh pertumbuhan pertumbuhan investasi yang masih terbatas serta konsumsi RT yang
tumbuh stabil.
Grafik 1.22. Pertumbuhan Volume Bongkar di Pelabuhan Trisakti
Grafik 1.23. Perkembangan Volume Impor Luar Negeri Kalimantan Selatan
7BPS pada triwulan IV-2015 merevisi tingkat pertumbuhan impor Kalimantan Selatan pada triwulan III-2015 dari
13,41% (yoy) menjadi 2,51% (yoy)
Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 19
Grafik 1.24. Pertumbuhan Volume Impor Luar Negeri Kalimantan Selatan Berdasarkan Jenis Barang
20.51
143.50
-100
-50
0
50
100
150
200
I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014 2015
% yoy
Data: Ekspor Impor KPw BI Kalsel (diolah)
Bahan Kimia
Mesin & peralatan
Material mentah
Nilai impor luar negeri pada triwulan laporan tercatat sebesar 97,70 juta dolar AS meningkat dari
triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 64,18 juta dolar AS. Dari sisi volume, impor luar negeri
tercatat sebesar 56,08 ribu ton (tumbuh 11,72% yoy) menjadi 86,02 ribu ton (tumbuh 61,44%
yoy). Peningkatan impor luar negeri utamanya berasal dari barang modal industri seperti mesin dan
peralatan. Sementara itu volume impor dalam negeri yang ditunjukkan oleh volume bongkar dari
dalam negeri tumbuh sedikit membaik meski masih terkontraksi yakni dari -19.85% (yoy) pada
triwulan III-2015 menjadi -12,83% (yoy) pada triwulan laporan.
1.2. SISI PENAWARAN: SEKTOR UTAMA DAERAH
Dari sisi penawaran, peningkatan pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan IV-
2015 bersumber dari pertumbuhan industri pengolahan, PHR, transportasi dan komunikasi
serta konstruksi yang didorong oleh masih baiknya permintaan domestik. Di sisi lain, sektor
utama lainnya yakni sektor pertambangan dan sektor pertanian kembali tumbuh melambat.
Melambatnya sektor pertambangan karena masih terus menurunnya pertumbuhan ekonomi
Tiongkok maupun harga batubara. Sedangkan melambatnya sektor pertanian karena puncak efek
positif El Nino yang hanya berlangsung pada triwulan III-2015 dan baru masuknya masa tanam pada
triwulan IV-2015.
Secara keseluruhan tahun 2015, perekonomian Kalimantan Selatan tumbuh melambat terkait
melambatnya pertumbuhan negara mitra secara umum sebagaimana melambatnya
pertumbuhan ekonomi dunia. Hal ini berimplikasi pada terkontraksinya ekspor dan menurunnya
kinerja sektor pertambangan dan sektor pertanian. Sektor utama lainnya yakni sektor industri
pengolahan selama tahun 2015 tumbuh relatif stabil bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya
terkait masih baiknya permintaan CPO dari domestik.
Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 20
Tabel 1.5. Pertumbuhan PDRB Kalimantan Selatan Sisi Penawaran (17 sektor)
Tabel 1.6. Pertumbuhan PDRB Kalimantan Selatan Sisi Penawaran (9 sektor)
Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 21
1.2.1. Sektor Pertanian
Sektor pertanian pada triwulan IV-2015 tumbuh terkontraksi sebesar -0,90% (yoy), lebih
rendah dari triwulan sebelumnya (3,06%8
, yoy). Kontraksi yang terjadi pada pertumbuhan
sektor pertanian pada triwulan laporan utamanya disebabkan oleh turunnya produksi padi dan
karet. Meski luas tanam pada triwulan sebelumnya tercatat lebih besar dari tahun-tahun
sebelumnya, sejalan dengan dampak comparative advantage El Nino terhadap luas tanam. Efek
positif El Nino tidak teroptimalkan pada triwulan IV-2015 sehingga terjadi penurunan produksi pada
triwulan laporan. Produksi padi pada triwulan IV-2015 tercatat tumbuh terkontraksi sebesar
-37,71% (yoy).
Secara keseluruhan tahun, sektor pertanian Kalimantan Selatan pada tahun 2015 tumbuh
2,38% (yoy), melambat dari tahun sebelumnya yang tumbuh 4,47% (yoy). Hal ini tercermin
pada pertumbuhan produksi padi yang tumbuh melambat menjadi 2,85% (yoy) dari tahun
sebelumnya yang tumbuh sebesar 3,92% (yoy). Perlambatan produksi padi utamanya disebabkan
penurunan produktivitas terkait faktor cuaca yang kurang mendukung.
Efek negatif El Nino pada triwulan IV-2015 yang berimplikasi pada kondisi kering turut berdampak
pada subsektor perkebunan karet di mana produksi karet tercatat tumbuh melambat dari 8,83%
(yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 6,52% (yoy) pada triwulan laporan. Meski demikian secara
tahunan produksi karet meningkat pesat dari 30,76 ribu ton pada tahun 2014 menjadi 35,71 ribu
ton atau tumbuh 16,09% (yoy), meningkat dari tahun 2014 yang tumbuh sebesar 6,99% (yoy).
Meski harga karet terus turun, perkebunan karet umumnya tetap beroperasi. Pemutusan hubungan
kerja pada perusahaan karet PMDN tercatat hampir tidak ada9
seiring upaya efisiensi yang dilakukan
perusahaan. Isu lingkungan juga tidak terlalu berdampak pada perkebunan karet dan restriksi
ekspansi lahan karet kontra lahan pertanian padi telah lama diselesaikan melalui nota kesepahaman
(Memorandum of Understanding/MoU) tentang Program Perubahan Jarak Tanam Karet antara
Kepala Dinas Perkebunan dan Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura, Dirjen Tanaman
pangan dan Hortikultura, Dirjen Perkebunan, Gubernur Kalimantan Selatan pada tahun 2013.
8BPS pada triwulan IV-2015 merevisi tingkat pertumbuhan sektor pertanian Kalimantan Selatan pada triwulan III-
2015 dari 3,89% (yoy) menjadi 3,06% (yoy) 9Disampaikan oleh Gapkindo Kalselteng dalam FGD terkait dampak paket kebijakan terhadap keberlangsungan
sektor utama Kalimantan Selatan, 13 Januari 2016
Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 22
Grafik 1.25.Produksi Padi Kalimantan Selatan
Grafik 1.26. Produksi TBS Kalimantan Selatan
Grafik 1.27. Produksi Karet Kalimantan Selatan
Berbeda dengan padi dan karet, produksi tandan buah segar (TBS) pada triwulan IV-2015 tumbuh
meningkat menjadi 15,23% (yoy) dari triwulan sebelumnya yang tumbuh -19,89% (yoy). Produksi
TBS meningkat secara gradual menjelang akhir tahun sejalan dengan meningkatnya luas kebun
produktif setelah produksi tertahan pada triwulan-triwulan sebelumnya di 2015. Peningkatan
produksi yang baru terjadi pada triwulan akhir tidak dapat mendorong pertumbuhan produksi
secara tahunan. Produksi TBS pada tahun 2015 tercatat tumbuh terkontraksi sebesar -18,19% (yoy)
sementara pada tahun sebelumnya masih dapat tumbuh 0,84% (yoy).
1.2.2. Sektor Pertambangan
Pada triwulan IV-2015 sektor pertambangan Kalimantan Selatan tumbuh terkontraksi lebih
dalam yakni sebesar -0,66% (yoy) bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang
tumbuh -0,18%10
(yoy). Hal ini disebabkan masih lemahnya permintaan Tiongkok dan terus
menurunnya harga batubara sebagaimana tren penurunan harga minyak internasional.
10
BPS pada triwulan IV-2015 merevisi tingkat pertumbuhan sektor pertambangan Kalimantan Selatan pada triwulan
III-2015 dari -0,27% (yoy) menjadi -0,18% (yoy)
Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 23
Secara keseluruhan tahun, sektor pertambangan Kalimantan Selatan pada tahun 2015
tumbuh terkontraksi yakni sebesar -0,71% (yoy), melambat dibandingkan tahun 2014 yang
tercatat tumbuh 2,25% (yoy). Hal ini disebabkan tren penurunan permintaan Tiongkok maupun
negara lainnya. Selain itu, harga batubara juga lebih rendah yaitu sebesar 61,63 dolar AS pada
tahun 2015, menurun dari 75,14 dolar AS pada tahun 2014.
Perusahaan tambang batubara terbesar di Kalimantan Selatan merevisi target produksinya ke bawah
hingga dua kali selama tahun 2015 sejalan dengan keyakinan bahwa harga belum akan membaik
pada tahun tersebut. Meski demikian di tengah melambatnya perekonomian, lepas dari semester
pertama tahun 2015, pemerintah meluncurkan sejumlah paket kebijakan untuk menstimulus
perekonomian nasional khususnya sektor manufaktur sehingga pada akhirnya meningkatkan
permintaan energi dalam negeri yang mendorong penyerapan batubara domestik (DMO). Meski
DMO terindikasi meningkat pada triwulan akhir 2015, secara tahunan capaian DMO Kalimantan
Selatan lebih rendah dari tahun sebelumnya.
Berbeda dengan kondisi permintaan domestik, volume ekspor batubara ke luar negeri pada triwulan
laporan tercatat tumbuh terkontraksi lebih dalam yakni dari -11,28% (yoy) pada triwulan
sebelumnya menjadi -19,19% (yoy) pada triwulan laporan. Kontraksi ekspor yang dalam pada
triwulan IV-2015 disebabkan oleh menurunnya permintaan batubara dari Tiongkok meski
permintaan dari India dan ASEAN membaik sementara itu secara tahunan kontraksi ekspor didorong
oleh melambatnya permintaan dari India dan ASEAN. Secara tahunan ekspor batubara Kalimantan
Selatan pada tahun 2015 terkontraksi semakin dalam yakni -18,84% (yoy) bila dibandingkan
dengan tahun sebelumnya yang tercatat terkontraksi sebesar -11,28% (yoy).
Grafik 1.28. Perkembangan Produksi Batubara Kalimantan Selatan
Grafik 1.29. Perkembangan Alokasi DMO dan Ekspor Batubara Kalimantan Selatan
Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 24
Grafik 1.30. Perkembangan Volume Ekspor Batubara Kalimantan Selatan
Grafik 1.31. Pertumbuhan Volume Ekspor Batubara Berdasarkan Negara Tujuan
1.2.3. Sektor Industri Pengolahan
Industri pengolahan Kalimantan Selatan pada triwulan IV-2015 tumbuh sebesar 5,19% (yoy),
meningkat bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 2,27%11
(yoy). Peningkatan pertumbuhan sektor industri pengolahan pada triwulan laporan didorong oleh
pertumbuhan subsektor industri makanan dan minuman (kelapa sawit) subsektor subsektor industri
mineral nonlogam (semen). Secara keseluruhan tahun, industri pengolahan Kalimantan Selatan
pada tahun 2015 tumbuh sebesar 3,50% (yoy), relatif stabil bila dibandingkan dengan tahun
sebelumnya yang tumbuh 3,59% (yoy) seiring permintaan luar negeri yang terbatas di tengah
permintaan domestik yang relatif masih baik.
11BPS pada triwulan IV-2015 merevisi tingkat pertumbuhan sektor industri pengolahan Kalimantan Selatan pada
triwulan III-2015 dari 1,88% (yoy) menjadi 2,27% (yoy)
Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 25
Grafik 1.32. Perkembangan Produksi CPO Kalimantan Selatan
Grafik 1.33. Perkembangan Volume Ekspor CPO
Grafik 1.34. Perkembangan Volume Ekspor CPO Berdasarkan Negara Tujuan
Grafik 1.35. Perkembangan Volume Muat Semen
Sejalan dengan meningkatnya pasokan TBS pada triwulan laporan, produksi CPO tumbuh
meningkat menjadi 11,04% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya tumbuh -1,52% (yoy).
Peningkatan permintaan utamanya berasal dari Italia sementara itu permintaan dari Tiongkok masih
melemah serta permintaan dari India turun seiring dengan adanya kenaikan bea impor CPO dari
7,5% menjadi 12,5%. Peningkatan pertumbuhan juga terjadi pada industri semen, terindikasi dari
volume muat semen yang meningkat signifikan pada triwulan laporan.
1.2.4. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR)
Sektor PHR pada triwulan IV-2015 tumbuh 7,79% (yoy), meningkat dibandingkan dengan
triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 7,26%12
(yoy). Meningkatnya pertumbuhan sektor
ini utamanya bersumber dari perdagangan barang modal terkait dengan aktivitas investasi yang
meningkat pada triwulan laporan.
12BPS pada triwulan IV-2015 merevisi tingkat pertumbuhan sektor PHR Kalimantan Selatan pada triwulan III-2015
dari 7,51% (yoy) menjadi 7,26% (yoy)
Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 26
Secara keseluruhan tahun 2015 sektor PHR tumbuh 7,61%, melambat bila dibandingkan
dengan tahun sebelumnya yang tumbuh 7,90%. Melemahnya sektor PHR bersumber dari
penurunan perdagangan besar dan ecaran, reparasi mobil dan sepeda motor maupun penyediaan
akomodasi dan makan minum. Perlambatan aktivitas perdagangan ditandai dengan melambatnya
pertumbuhan volume total bongkar dan muat dari 3,97% (yoy) menjadi -4,87% (yoy). Perlambatan
aktivitas bongkar muat mulai terjadi sejak tahun 2013, sejalan dengan dimulainya tren penurunan
pertumbuhan sektor PHR. Sementara penurunan bisnis akomodasi dan makan minum juga terjadi.
Bisnis akomodasi menurun sejalan dengan tren penurunan tingkat hunian (occupancy rate) sejak
tahun 2013, sejalan dengan perlambatan kinerja sektor utama. Perlambatan pada sektor PHR juga
dapat tercermin dari penerimaan retribusi yang banyak tidak mencapai target, baik Pemerintah
Provinsi maupun Pemerintah Kabupaten/Kota.
Grafik 1.36. Aktivitas Bongkar dan Muat di Pelabuhan Trisakti
Grafik 1.37. Tingkat Hunian Hotel
Tabel 1.7. Capaian Penerimaan Daerah dari Retribusi
Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 27
1.2.5. Sektor Transportasi dan Komunikasi
Sektor transportasi pada triwulan IV-2015 tumbuh 8,56% (yoy), meningkat bila dibandingkan
triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 6,94%[1]
(yoy). Impor daerah akan bahan kebutuhan
pokok pada triwulan laporan tercatat tumbuh membaik dan produksi TBS serta ekspor CPO
meningkat. Dengan demikian arus pengangkutan darat meningkat. Sementara itu arus
pengangkutan sungai danau dan penyeberangan serta udara terindikasi melambat sejalan dengan
masih melambatnya sektor pertambangan. Meski demikian kapasitas pelabuhan dan prasarana
penunjangnya menjadi faktor yang mendorong terjaganya kinerja sektor ini. Di sisi lain mulai
dikomersialisasikannya layanan telekomunikasi generasi ke-4 atau 4G LTE, menjadi sumber
pertumbuhan baru sektor komunikasi. Secara keseluruhan tahun, sektor transportasi dan
komunikasi tumbuh relatif stabil yaitu 7,65% (yoy) dari tahun 2014 yang tumbuh 7,64% (yoy).
Grafik 1.38. Arus Kunjungan Kapal di Pelabuhan Trisakti
Grafik 1.39. Arus Penumpang di Bandara Syamsudin Noor
1.2.6. Sektor Konstruksi
Sektor konstruksi pada triwulan IV-2015 tumbuh 9,76% (yoy), meningkat bila dibandingkan
triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 4,34%13
(yoy). Peningkatan sektor konstruksi pada
triwulan laporan sejalan dengan pertumbuhan investasi yang meningkat dari 5,32% (yoy) menjadi
5,57% (yoy). Peningkatan ini dipengaruhi munculnya sentiment positif terhadap prospek ekonomi
ke depan. Secara keseluruhan tahun 2015 sektor konstruksi tumbuh sedikit melambat yaitu
6,26% (yoy) dari tahun 2014 yang tumbuh 6,39% (yoy). Hal ini terkait pengaruh lemahnya
pertumbuhan sektor utama yang membuat pelaku usaha lebih selektif dalam melakukan investasi,
sejalan dengan perlambatan pertumbuhan investasi dari 5,79% (yoy) pada tahun 2014 menjadi
5,35% (yoy) pada tahun 2015
[1]BPS pada triwulan IV-2015 merevisi tingkat pertumbuhan sektor PHR Kalimantan Selatan pada triwulan III-2015
dari 6,28% (yoy) menjadi 6,94% (yoy) 13
BPS pada triwulan IV-2015 merevisi tingkat pertumbuhan sektor konstruksi Kalimantan Selatan pada triwulan III-
2015 dari 3,44% (yoy) menjadi 4,34% (yoy)
Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 28
BOKS 1
Peran Sistem Logistik dalam Ketahanan Pangan
Perlambatan Ekonomi dan Tingkat Kesejahteraan
Proses rebalancing perekonomian Tiongkok dari ketergantungan terhadap ekspor dan
investasi kepada penguatan konsumsi domestik berdampak pada negara mitra dagangnya dan
pada akhirnya kepada perekonomian dunia. Tidak hanya itu, reorientasi penggunaan energi
juga dilakukan oleh Tiongkok setelah pertumbuhan industri yang pesat menyumbang besar
pada peningkatan emisi gas rumah kaca.
Perlambatan ekonomi Tiongkok juga berdampak kepada Indonesia dan Kalimantan Selatan.
Dengan pangsa ekspor yang besar pada PDRB dan komoditas ekspor yang masih
terkonsentrasi khususnya pada batubara, terhitung sejak tahun 2013, pertumbuhan ekspor
Kalimantan Selatam terus terkontraksi lebih dalam.
Lokasi pertambangan batubara yang banyak terletak di luar pusat kota pada awalnya
mendorong perekonomian daerah tersebut hingga boom harga komoditas berakhir dan
sejumlah usaha tambang mulai ditinggalkan. Perekonomian sejumlah kabupaten tercatat ikut
lesu, aktivitas perdagangan turun dan banyak bisnis penginapan mengalami penurunan
occupancy rate hingga akhirnya tutup.
(a) Perkotaan (b) Pedesaan
Gambar B1.1 Sebaran Pengeluaran per Kapita Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2015
Sumber: Susenas - Pengeluaran untuk Konsumsi Penduduk Indonesia Per Provinsi (Maret 2015), dalam ribu rupiah
Meski hanya angka kemiskinan kota yang tercatat meningkat, pengeluaran per kapita di
pedesaan terpusat pada tingkat pendapatan menengah ke bawah yakni 59,26% masyarakat
pedesaan memiliki pengeluaran per kapita di bawah Rp 750 ribu per bulan. Dengan demikian
penting untuk tetap memastikan kebutuhan dasar tetap terpenuhi di tengah tingkat
pendapatan masyarakat yang turun khususnya kebutuhan pangan.
Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 29
Ketahanan Pangan dan Faktor yang Mempengaruhinya
Keamanan pangan1
, mengacu kepada definisi FAO, adalah suatu situasi di mana orang-orang,
di sepanjang waktu, memiliki akses baik secara fisik maupun ekonomi, terhadap makanan
yang aman dan bergizi yang sesuai dengan kebutuhan diet dan preferensi mereka sehingga
dapat tetap sehat dan beraktivitas.
Komoditas pangan merupakan salah satu kebutuhan yang sifatnya harus terus dipenuhi dan
kuantitasnya relatif tidak banyak berubah selama pola konsumsi (gaya hidup) tidak berubah.
Dengan demikian tekanan harga bahan pangan jarang sekali disebabkan oleh gejolak
permintaan kecuali pada event-event besar keagamaan ataupun budaya yang sudah dapat
diprediksi dan diukur tingkat risikonya. Tekanan harga bahan pangan lebih banyak
dipengaruhi oleh supply shocks yang utamanya bersumber dari kondisi cuaca.
Meski demikian, sejumlah wilayah di Indonesia belum dapat memproduksi sendiri sejumlah
bahan pangan strategis akibat kendala kondisi alam dan iklim. Dengan demikian untuk
memenuhi kebutuhan pangan lokal, daerah tersebut harus melakukan impor termasuk
Kalimantan Selatan. Akibatnya, risiko kenaikan harga tidak hanya bersumber pada supply
shocks (produktivitas) namun juga value added cost khususnya pada: (1). biaya distribusi dan
(2). biaya penyimpanan barang.
Alur Distribusi Bahan Pangan Strategis Kalimantan Selatan
Tiga komoditas yang menjadi perhatian adalah beras, cabe merah dan bawang merah.
Kalimantan Selatan merupakan salah satu provinsi yang mengalami surplus beras setiap
harinya. Meski demikian, sentra produksi beras hanya tersebar di 7 kabupaten dari total 13
kota/kab yakni Tapin, Batola, HSS, Banjar, Tabalong, HST dan HSU. Dengan demikian penting
untuk menjaga distribusi beras di dalam provinsi. Kota Banjarmasin menjadi hub distribusi
beras (baik impor maupun lokal) sebelum akhirnya diteruskan ke Kaltim, Kalteng, BULOG dan
Pasar Klayan. Distribusi lanjutan dilakukan melalui jalur darat.
Dua komoditas strategis kedua yang menjadi perhatian adalah cabe merah dan bawang
merah. Kalimantan Selatan tercatat sebagai provinsi dengan status defisit. Pasokan lokal
Kalimantan Selatan sifatnya minor dan hanya dihasilkan oleh 5 kab/kota meliputi Tanah Laut,
Banjarbaru, HSS, HST dan Tabalong sedangkan pasokan utama berasal dari Jawa Timur
kemudian diangkut ke Kalimantan melalui Pelabuhan Trisakti. Kota Banjarmasin menjadi hub
distribusi cabe merah (baik impor maupun lokal) sebelum akhirnya diteruskan ke Kaltim,
Kalteng dan Pasar Antasari. Distribusi lanjutan dilakukan melalui jalur darat.
1
cess, safe and nutritious food to meet their dietary
. Food and Agriculture Organization. Rome Declatarion on World Food
Security and World Food Summit Plan of Action. In Proceedings of the World Food Summit, Rome, Italy, 1-17 November 1996.
Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 30
Komoditas strategis terakhir yang menjadi menjadi perhatian adalah bawang merah.
Kalimantan Selatan tercatat sebagai provinsi dengan status defisit. Pasokan lokal Kalimantan
Selatan sifatnya minor dan hanya dihasilkan oleh 5 kab/kota meliputi Tanah Laut, Banjarbaru,
HSS, Tapin dan Tabalong sedangkan pasokan utama berasal dari Jawa dan Nusa Tenggara
Barat. Pasokan dari luar masuk melalui Pelabuhan Trisakti untuk kemudian di angkut ke Kota
Banjarmasin yang menjadi hub distribusi bawang merah (baik impor maupun lokal) sebelum
akhirnya diteruskan ke Kaltim, Kalteng dan Pasar Lima. Distribusi lanjutan dilakukan melalui
jalur darat.
Dengan demikian, alur distribusi pangan strategis sangat bergantung kepada kondisi
infrastruktur perhubungan darat dan tentunya laut. Perlu diperhatikan juga bahwa pasokan ke
Kalteng dan Kaltim sangat bergantung kepada Kalsel sebagai pintu masuk barang.
Indeks Kinerja Logistik (Logistics Performance Index/LPI)
World Bank secara periodik mengeluarkan indeks kinerja logistik atau LPI setiap tahunnya. LPI
dibangun dari sejumlah variabel yaitu infrastructure, ease of shipment, logistics services, ease
of tracking, domestic logistic costs dan timeliness. Untuk menganalisasi kapasitas logistik
terkait distribusi pangan, LPI provinsi di Indonesia dibangun dengan mengadopsi beberapa
variabel yang digunakan World Bank. LPI dalam analisis ini dibangun dari tiga aspek meliputi
Transportation Infrastructure (TI), Logistic Competence (LC), Logistic Efficiency (LE) dan
Timeliness (TL). Detail mengenai variabel dan subvariabel dapat dilihat pada Tabel B1.1.
Tabel B1.1. Variabel dan Subvariabel Penyusun LPI
Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 31
Secara Umum kondisi sistem logistik Kalimantan Selatan membaik dari tahun 2010 ke tahun
2014 dengan perbaikan pada aspek Logistic Competence (LC), Logistic Efficiency (LE) dan
Timeliness (TL). Bila dilihat secara detail, relatif terhadap perkembangan seluruh provinsi di
Indonesia dari tahun 2010 ke tahun 2014, kemunduran terjadi pada aspek Transportation
Infrastructure (TI) khususnya pada jumlah bandara dan pelabuhan serta Logistic Competence
(LC) yaitu pada aspek volume bongkar muat. Kemunduran pada aspek TI Kalimantan Selatan
relatif terhadap provinsi lain tidak lepas dari program pemerintah maupun keputusan swasta
untuk berinvestasi pada bandara/pelabuhan sementara itu turunnya aktivitas bongkar muat di
Kalimantan Selatan lebih banyak dipengaruhi oleh penurunan kinerja ekspor. Kedua penyebab
tersebut pada akhirnya kembali berakar kepada daya tarik perekonomian Kalimantan Selatan
sehingga pembangunan infrastruktur bandara dan pelabuhan menjadi sesuatu yang urgen.
Rank 1716.79
Rank 222.45
Rank 1021.50
Rank 1913.45
Rank 1629.78
Rank 1323.88
Rank 281.76
Rank 735.71
Rank 1320.00
Rank 1738.05
LPI TransportationInfrastructure
LogisticCompetence
Logistic Efficiency Timeliness
2010
2014
Gambar B1.2. Skor Penyusun LPI dan Ranking
Kalimantan Selatan Tahun 2010 dan 2014
Tabel B1.2. Detail Skor Penyusun LPI
Kalimantan Selatan Tahun 2010 dan 2014
Mengacu kepada keyakinan bahwa ships follow the trade menjadi penting bagi Kalimantan
Selatan untuk mempercepat industrialisasi sehingga kapasitas perdagangan menjadi
meningkat sehingga pembangunan infrastruktur logistik menjadi sesuatu yang urgen baik
bagi pemerintah maupun swasta. Dengan demikian kinerja logistik menjadi semakin baik dan
biaya logistik menjadi lebih efisien.
Referensi:
[1]. Logistic Performance Index (World Bank)
Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 32
Halaman ini sengaja dikosongkan
Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 33
BAB II
PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
Bab II. Perkembangan Inflasi Daerah
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 34
Halaman ini sengaja dikosongkan
Bab II. Perkembangan Inflasi Daerah
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 35
2. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
Pergerakan inflasi tahunan Kalimantan Selatan pada akhir triwulan IV-2015 menurun dari
triwulan sebelumnya. Laju inflasi tahunan pada triwulan laporan tercatat sebesar 5,14% (yoy),
menurun signfikan dari triwulan III-2015 (7,03%, yoy) maupun inflasi 2014 (7,28%, yoy).
Penurunan inflasi tahunan disebabkan oleh meredanya tekanan inflasi yang berasal dari komoditas
volatile foods di sepanjang tahun 2015 didukung produksi yang meningkat, pasokan yang terjaga
dengan baik, koreksi harga bahan bakar minyak (BBM) seiring tren penurunan harga minyak
internasional serta penyelesaian proses konversi bahan bakar gas elpiji 3 kg di lima kabupaten pada
akhir tahun. Secara triwulanan, inflasi triwulan IV-2015 sedikit meningkat yang dipicu oleh kenaikan
permintaan masyarakat pada akhir tahun seiring dengan perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW, natal
dan tahun baru 2016.
2.1. KONDISI UMUM
Secara umum inflasi pada pada akhir tahun 2015 menurun cukup signifikan meskipun meningkat
secara triwulanan. Secara tahunan, inflasi tahun 2015 tercatat sebesar 5,14% (yoy) menurun dari
triwulan III-2015 (7,03%, yoy) maupun tahun 2014 (7,28%, yoy). Secara triwulanan, inflasi
triwulan IV-2015 tercatat sebesar 1,88% (qtq), sedikit naik dari triwulan sebelumnya (1,80%,
qtq). Tren penurunan inflasi di akhir tahun dipengaruhi oleh penurunan harga BBM pada awal tahun
serta relatif stabilnya pergerakan harga bahan makanan karena produksi dan stok yang dapat diajaga
dengan baik. Khusus pada triwulan IV-2015, tekanan inflasi terbesar terjadi pada akhir tahun yang
dipicu oleh tingginya kenaikan inflasi angkutan udara berada di atas rata-rata historisnya karena
tingginya minat penduduk Kalimantan Selatan untuk berpergian baik untuk umroh atau berlibur saat
libur panjang akhir tahun. Selain itu, meningkatnya permintaan juga seiring kegiatan Maulid Nabi,
diantaranya tercermin pada inflasi baju muslim.
Dibandingkan dengan nasional, inflasi Kalimantan Selatan berada di atas inflasi nasional yang tercatat
sebesar 3,35% (yoy). Bila dibandingkan dengan regional Kalimantan, pencapaian inflasi Kalimantan
Selatan sedikit lebih tinggi dari rata-rata Kalimantan, namun masih lebih rendah dari Kalimantan Barat
yang sebesar 5,79%(yoy).
2
Bab II. Perkembangan Inflasi Daerah
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 36
Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Kalsel vs Nasional
Grafik 2.2. Perbandingan Inflasi se-Kalimantan
Secara spasial, inflasi Kalimantan Selatan diukur oleh inflasi di dua kota yaitu Kota Banjarmasin dan Kota
Tanjung.14
Pada tahun 2015, inflasi Kota Banjarmasin tercatat sebesar 5,03% (yoy) atau 1,73% (qtq)
sedangkan inflasi Kota Tanjung tercatat sebesar 6,31% (yoy) atau 2,62% (qtq). Dengan tingginya bobot
Kota Banjarmasin dibandingkan bobot Kota Tanjung, maka pergerakan inflasi Kalimantan Selatan lebih
didominasi oleh dinamika harga di Kota Banjarmasin.
2.2. INFLASI TRIWULANAN
Secara triwulanan, Kalimantan Selatan mengalami inflasi sebesar 1,88% qtq, dengan realisasi inflasi
bulanan pada bulan Oktober, November, dan Desember masing-masing tercatat sebesar 0,20%
mtm, 0,43% mtm dan 1,24% mtm. Inflasi tertinggi terjadi pada bulan Desember terutama karena
berlangsungnya beberapa kegiatan perayaan yang berdekatan waktunya yaitu Maulid Nabi Muhammad
SAW, Natal, tahun baru, dan liburan sekolah sehingga mendorong kenaikan harga sejumlah kebutuhan
masyarakat khususnya tarif angkutan udara, bahan makanan, makanan jadi, dan pakaian muslim seiring
dengan permintaan masyarakat yang tinggi.
Berdasarkan komponen inflasi15
, ketiga komponen inflasi mengalami peningkatan harga pada
triwulan IV-2015 yang terutama disebabkan oleh kenaikan harga pada penghujung tahun 2015.
14 Berdasarkan Survei Biaya Hidup (SBH) BPS Tahun 2012, inflasi Kalimantan Selatan dibentuk oleh inflasi yang terjadi
pada dua kota sampel SBH yang menjadi kota-kota penghitungan inflasi nasional yaitu Kota Banjarmasin dan Kota
Tanjung dengan bobot masing-masing kota sebesar 1,38% dan 0,11% terhadap bobot inflasi nasional (atau 92,6% dan
7,4% terhadap bobot inflasi Kalsel).
15 Disagregasi komponen inflasi adalah salah satu metode pengelompokan inflasi untuk menghasilkan suatu indikator
inflasi yang lebih menggambarkan pengaruh dari faktor yang bersifat fundamental, yang terdiri dari:
Inflasi inti (core inflation) yaitu komponen inflasi yang cenderung persisten didalam pergerakan inflasi dan dipengaruhi
oleh faktor fundamental seperti ekspektasi inflasi pedagang dan konsumen, nilai tukar;
Bab II. Perkembangan Inflasi Daerah
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 37
Komponen volatile foods mengalami inflasi tertinggi yaitu sebesar 4,20% (qtq) dan memberikan
andil pembentukan inflasi triwulanan sebesar 0,73% (qtq). Tekanan inflasi volatile foods pada triwulan
ini terjadi dalam dua bulan terakhir yang disebabkan oleh penurunan produksi sejumlah komoditas bahan
makanan memasuki musim penghujan dan musim tanam serta tingginya permintaan masyarakat pada
penghujung tahun untuk merayakan hari besar keagamaan serta masa liburan akhir tahun. Penurunan
produksi terjadi pada sejumlah komoditas ikan segar, terutama ikan gabus, ikan nila, ikan papuyu dan
ikan sepat siam karena penangkapan yang relatif sulit dengan tingginya curah hujan. Selain ikan segar,
musim penghujan juga diperkirakan memengaruhi penurunan produksi pada produk perunggasan seperti
daging ayam ras dan telur ayam ras sehingga harganya meningkat saat permintaan masyarakat tinggi.
Selanjutnya beras dan bawang merah juga menurun produksinya seiring dengan berlangsungnya musim
tanam di Kalimantan Selatan maupun di daerah penghasil di Pulau Jawa.
Tabel 2.3. Inflasi Kalimantan Selatan Menurut Komponen Barang (qtq)
Sebagaimana disampaikan sebelumnya, ikan gabus yang merupakan bahan makanan favorit masyarakat
Kalimantan Selatan mengalami kenaikan harga yang cukup signfikan pada triwulan ini. Ikan gabus
mengalami kenaikan harga hingga sebesar 33,98% (qtq) sehingga menjadi penyumbang inflasi kuartalan
terbesar kedua dengan andil inflasi sebesar 0,17% (qtq). Berdasarkan informasi anekdotal yang berasal
dari pelaku usaha, pedagang, dan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) terkait, kenaikan harga ikan
gabus disebabkan oleh pasokan yang mulai berkurang karena tangkapan nelayan menurun memasuki
musim penghujan dan cuaca yang kurang bersahabat. Musim hujan menyebabkan ketinggian air di
Volatile foods yaitu komponen inflasi yang dominan dipengaruhi kejutan (shock) dalam kelompok bahan makanan
seperti panen, gangguan alam, gangguan pasokan/distribusi atau faktor perkembangan harga pangan demestik dan
internasional;
Administered prices yaitu inflasi yang dominan dipengaruhi kejutan (shock) berupa kebijakan harga Pemerintah seperti
harga BBM bersubsidi, tarif listrik, tarif jalan tol, tarif PDAM, tarif parkir, dll.
Bab II. Perkembangan Inflasi Daerah
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 38
daerah penangkapan ikan gabus naik karena rawa-rawa kembali tergenang sehingga penangkapan
menjadi relatif cukup sulit dan produksi menurun.
Dinamika harga beras relatif berfluktuasi selama triwulan IV-2015 karena sempat mengalami penurunan
harga pada bulan November sebelum kembali mengalami kenaikan harga pada bulan Desember,
sehingga secara keseluruhan beras mengalami kenaikan harga sebesar 0,51% (qtq) dan memberikan
sumbangan inflasi sebesar 0,02% (qtq). Kenaikan harga beras ini disebabkan oleh stok persediaan yang
mulai berkurang seiring dengan masuknya musim tanam. Data produksi padi di Kalimantan Selatan
memperlihatkan terjadinya penurunan produksi pada triwulan laporan seiring dengan berlangsungnya
musim tanam.
Selanjutnya dinamika harga bawang merah selama triwulan laporan menunjukkan kenaikan harga yang
cukup signifikan dan menjadi salah satu komoditas yang memberikan andil inflasi terbesar ketiga pada
triwulan IV-2015 yaitu sebesar 0,13% (qtq). Kenaikan harga bawang merah mulai terjadi pada bulan
November dan meningkat cukup signifikan pada Desember, setelah mengalami penurunan harga yang
cukup lama sejak bulan Juli. Peningkatan harga terjadi karena mulai berkurangnya persediaan di pasaran
seiring dengan penurunan produksi pada sejumlah daerah penghasil seperti di Brebes, Nganjuk, dan Bima
karena sedang dalam masa tanam. Sementara pada saat yang bersamaan permintaan masyarakat cukup
tinggi sehubungan dengan perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW, Natal, dan tahun baru. Kondisi
tersebut diindikasikan dengan produksi bawang merah di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah yang rendah
pada bulan Oktober dan November 2015.
Tabel 2.1. Andil Inflasi Terbesar Triwulan IV-2016
Grafik 2.2. Andil Deflasi Terbesar Triwulan IV-2016
Sumber: BPS, data diolah
Sumber: BPS, data diolah
Bab II. Perkembangan Inflasi Daerah
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 39
Produk perunggasan seperti daging ayam ras dan telur ayam ras mengalami kenaikan harga memasuki
musim penghujan sehingga memengaruhi produksi perunggasan tersebut. Daging ayam ras mengalami
kenaikan harga yang signifikan pada akhir tahun karena permintaan yang tinggi sehubungan dengan
perayaan kegiatan keagamaan sebagaimana disinggung sebelumnya. Daging ayam ras mengalami inflasi
sebesar 9,20% (qtq) dengan andil sebesar 0,12% (qtq), sedangkan telur ayam ras mengalami inflasi
sebesar 6,79% (qtq) dan andil sebesar 0,06% (qtq).
Grafik 2.4. Perkembangan Produksi dan Harga Bawang Merah di Kab Brebes
Grafik 2.5. Perkembangan Produksi Padi Kalimantan Selatan
Hal yang sedikit berbeda terjadi pada aneka cabe, baik cabe merah maupun cabe rawit yang mengalami
kenaikan harga pada bulan November dan Desember terkait dengan cuaca musim penghujan serta
didorong oleh permintaan masyarakat yang tinggi pada penghujung tahun. Namun demikian, penurunan
harga yang cukup signfikan pada bulan Oktober menyebabkan aneka cabe mengalami deflasi pada
triwulan ini dengan sumbangan sebesar -0,01% (qtq).
Tekanan inflasi yang berasal dari komponen inflasi inti berangsur mereda pada triwulan ini, yang
mengalami inflasi sebesar 1,01% (qtq) dengan sumbangan sebesar 0,67% (qtq), menurun
signifikan dibandingkan dengan inflasi yang terjadi pada triwulan III-2015 yang mencapai 2,58%
(qtq) dan andil sebesar 1,70% (qtq). Tidak seperti triwulan sebelumnya, pergerakan inflasi inti relatif
terjaga sepanjang triwulan IV-2015 dengan peningkatan yang agak besar terjadi pada akhir tahun seiring
dengan peningkatan permintaan masyarakat menghadapi perayaan keagamaan dan liburan.
Tekanan inflasi inti pada triwulan ini terutama berasal dari kenaikan biaya tempat tinggal seperti sewa
rumah yang mengalami inflasi sebesar 1,61% (qtq) dan memberikan sumbangan inflasi sebesar 0,10%
(qtq), sehingga masuk dalam lima besar penyumbang inflasi pada triwulan IV-2015. Selanjutnya, beberapa
komoditas makan jadi juga masih menjadi sumber tekanan inflasi dalam komponen ini meskipun
besarannya relatif tidak sebesar pada triwulan sebelumnya, diantaranya adalah martabak (sumbangan
0,09%, qtq), kue basah, donat dan roti manis (masing-masing dengan sumbangan sebesar 0,04%, qtq).
Kenaikan harga makanan jadi tersebut ditengarai berkaitan dengan perayaan keagamaan pada akhir
tahun.
Bab II. Perkembangan Inflasi Daerah
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 40
Selain beberapa komoditas tersebut di atas, kenaikan harga juga terjadi pada sejumlah komoditas
kelompok sandang, utamanya adalah baju muslim yang mengalami kenaikan harga yang signifikan yang
mengalami inflasi sebesar 12,80% (qtq) dengan andil inflasi sebesar 0,05% (qtq). Kenaikan ini juga terkait
dengan perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW serta liburan sekolah dan libur panjang akhir pekan yang
cukup banyak pada akhir tahun. Momen ini juga memicu kenaikan biaya rekreasi di Kalimantan Selatan
sebesar 16,67% (qtq) dan memberikan sumbangan sebesar 0,03% (qtq).
Tekanan inflasi komponen administered prices meningkat pada triwulan ini khususnya yang
terkonsentrasi pada akhir tahun sehingga tercatat inflasi sebesar 2,95% (qtq) dengan andil inflasi
sebesar 0,48% qtq; dari triwulan sebelumnya (0,41%, qtq). Tekanan inflasi komponen ini terutama
berasal dari tarif angkutan udara yang mengalami kenaikan harga yang tinggi pada akhir tahun seiring
dengan permintaan masyarakat yang melonjak dalam menghadapi liburan akhir tahun. Tarif angkutan
udara tercatat mengalami kenaikan harga hingga 35,19% (qtq) dan menjadi penyumbang inflasi terbesar
pada triwulan IV-2015 yaitu sebesar 0,47% (qtq). Kenaikan tarif angkutan udara yang terjadi kali ini juga
tercatat lebih tinggi dibandingkan dengan saat lebaran tahun ini (22,63%, qtq).
Selain tarif angkutan udara, tekanan inflasi administered prices pada triwulan ini juga berasal dari
kenaikan tarif listrik dan kenaikan harga aneka rokok kretek/filter meski sumbangannya tidak besar. Tarif
listrik memberikan sumbangan inflasi sebesar 0,02% (qtq), sedangkan rokok kretek dan rokok kretek filter
masing-masing menyumbang inflasi sebesar 0,01% (qtq).
Hal sedikit berbeda diperlihatkan oleh dinamika harga bahan bakar rumah tangga (elpiji 12 kg, elpiji 3kg,
dan minyak tanah) yang pada triwulan laporan justru mengalami penurunan harga. Penurunan harga
BBRT ini dipengaruhi oleh penurunan harga minyak dunia (dari sisi harga minyak tanah nonsubsidi yang
sudah disesuaikan dengan harga keekonomian) dan adanya perbaikan aturan distribusi elpiji 3kg. Hal ini
diperkuat dengan proses konversi dari minyak tanah ke elpiji 3kg pada lima kabupaten tersisa di
Kalimantan Selatan dapat diselesaikan menjelang akhir tahun ini sehingga memberikan sentimen positif
bagi dinamika harga elpiji 3 kg di tingkat eceran.
2.3. INFLASI TAHUNAN
Secara Tahunan, inflasi Kalimantan Selatan pada triwulan IV-2015 atau yang sekaligus merupakan
pencapaian inflasi tahun 2015 tercatat sebesar 5,14% (yoy), menurun signfikan dari triwulan III-
2015 (7,03%, yoy) serta lebih rendah dibandingkan dengan inflasi tahun 2014 yang tercatat
sebesar 7,28% (yoy). Penurunan inflasi tahun 2015 ini disebabkan oleh meredanya tekanan inflasi yang
berasal dari komoditas volatile foods sepanjang tahun 2015 akibat produksi yang meningkat, pasokan
yang terjaga dengan baik, dan koreksi harga BBM seiring tren penurunan harga minyak internasional
disepanjang tahun dan penyelesaian proses konversi bahan bakar gas elpiji 3 kg di lima kabupaten tersisa
pada akhir tahun sehingga harga bahan bakar rumah tangga berangsur stabil. Lebih jauh, inflasi pada
tahun 2015 ini lebih banyak bersumber dari peningkatan harga yang terjadi pada komponen inflasi inti,
khususnya terkait dengan produk makanan jadi dan biaya tempat tinggal.
Bab II. Perkembangan Inflasi Daerah
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 41
Tabel 2.6. Disagregasi Inflasi Kalimantan Selatan Tahunan (yoy)
Berdasarkan disagregasi inflasi, inflasi di sepanjang tahun 2015 lebih banyak bersumber dari
komponen inflasi inti yang cenderung meningkat. Sedangkan tekanan inflasi pada komponen volatile
foods relatif menurun dan terjaga disepanjang tahun 2015 seiring dengan peningkatan produksi pangan,
perbaikan pasokan hasil panen komoditas serta distribusi barang yang terjaga dengan baik. Senada
dengan volatile foods, komponen administered prices juga mengalami penurunan tekanan secara
signfikan.
Inflasi inti cenderung meningkat disepanjang tahun ini, hingga akhir tahun 2015 inflasi inti tercatat
sebesar 6,02%, lebih tinggi dibandingkan tahun 2014 yang tercatat sebesar 5,53%. Bila
dibandingkan dengan triwulan III-2015, sebagaimana telah diulas pada bagian sebelumnya, pergerakan
tekanan inflasi inti pada triwulan ini sedikit mereda dari posisi sebelumnya yang mencapai 6,75% (yoy).
Tekanan inflasi pada tahun 2015 ini banyak bersumber dari peningkatan harga yang terjadi pada
subkelompok makanan jadi, biaya kesehatan serta biaya tempat tinggal. Di samping itu, juga terdapat
kenaikan harga sejumlah barang-barang produksi manufaktur seperti barang-barang elektronik,
kendaraan, produk perawatan jasmani, kosmetik dan obat-obatan yang diperkirakan terjadi karena
kenaikan biaya produksi yang sedikit banyak terpengaruh oleh perkembangan kurs dolar Amerika Serikat
terhadap Rupiah yang terapresiasi pada tahun 2015.
Secara tahunan, andil inflasi inti merupakan yang terbesar bila dibandingkan dengan dua komponen
lainnya. Sumbangan inflasi inti pada tahun 2015 tercatat sebesar 3,92% (yoy). Dari daftar sepuluh besar
komoditas penyumbang inflasi terbesar secara tahunan, tercatat lima komoditas berasal dari komponen
inflasi inti dengan total sumbangan hingga sebesar 1,16% (yoy) yang sebagian besar adalah sub
kelompok makanan jadi. Sumbangan terbesar berasal dari kenaikan sewa rumah yang mempunyai andil
sebesar 0,34% (yoy), disusul dengan komoditas nasi dengan lauk (0,22%, yoy), tarif rumah sakit (0,21%,
oy), mie (0,19%, yoy) dan ikan bakar (0,19%, yoy).
Pergerakan inflasi volatile foods relatif terjaga dan menurun pada tahun 2015 yaitu tercatat hanya
sebesar 4,00% (yoy), jauh lebih rendah dari tahun 2014 (10,03%, yoy) maupun triwulan
Bab II. Perkembangan Inflasi Daerah
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 42
sebelumnya (5,51%, yoy). Tertahannya tekan inflasi komponen ini disebabkan oleh perbaikan pasokan
dan produksi sejumlah bahan makanan penting seiring dengan berlangsungnya panen raya serta cuaca
yang kondusif yang memperlancar distribusi barang antardaerah.
Produksi padi di Kalimantan Selatan pada tahun 2015 mengalami peningkatan sebesar 2,9% (yoy)
dibandingkan dengan tahun 2014, sehingga dinamika harga beras relatif stabil pada tahun ini. Inflasi
beras pada tahun 2015 tercatat sebesar 6,04% (yoy), menurun cukup signifikan dibandingkan dengan
inflasi beras pada tahun 2014 yang mencapai berada pada kisaran 15% (yoy). Selain beras, peningkatan
produksi dan perbaikan pasokan juga terjadi pada komoditas bahan makanan lainnya seperti aneka cabe
dan ikan gabus yang pada tahun ini secara kesuluruhan mengalami deflasi sehingga menjadi komoditas
penahan laju inflasi pada tahun ini. Sedangkan komoditas bahan makanan penting lainnya seperti daging
ayam ras, telur ayam ras, dan bawang merah pergerakan harganya relatif stabil dengan peningkatan
harga yang tidak terlalu besar.
Tabel 2.3. Andil Inflasi Terbesar Tahun 2015
Grafik 2.4. Andil Deflasi Terbesar Tahun 2015
Sumber: BPS, data diolah
1 BENSIN Adm. Prices -14.30 -0.58
2 CABAI MERAH Vol. foods -67.35 -0.20
3 CABAI RAWIT Vol. foods -47.40 -0.08
4 GABUS Vol. foods -10.09 -0.08
5 MINYAK GORENG Vol. foods -3.49 -0.03
6 SEMANGKA Vol. foods -9.43 -0.03
7 KEMBUNG/GEMBUNG/BANYAR Vol. foods -6.19 -0.03
8 NILA Vol. foods -3.53 -0.03
9 UDANG BASAH Vol. foods -2.24 -0.02
10 TELEPON SELULER Core Inflation -1.78 -0.01
No. KomoditasKelompok
Disagregasi
Inflasi
(yoy %)
Andil inflasi
(yoy %)
Sumber: BPS, data diolah
Pada tahun ini, komponen inflasi volatile foods memberikan andil inflasi hanya sebesar 0,75% (yoy), jauh
lebih rendah bila dibandingkan dengan sumbangan inflasi pada tahun 2014 yang mencapai 1,87% (yoy).
Sumbangan terbesar berasal dari beras yang mempunyai andil sebesar 0,26% (yoy) sedikit terkoreksi dari
sumbangan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 0,36% (yoy). Penurunan sumbangan inflasi beras
tersebut didukung oleh program upaya khusus swasembada pangan dan terjaganya stok beras sepanjang
tahun ini. Sumbangan terbesar berikutnya berasal dari komoditas daging ayam ras yang memberikan
sumbangan inflasi sebesar 0,18% (yoy), sedikit meningkat dari sumbangan pada triwulan III-2015 yang
tercatat sebesar 0,08% (yoy). Hal ini terutama disebabkan kenaikan harga di penghujung tahun ini.
Namun demikian, secara umum pergerakan harga daging ayam ras relatif stabil di sepanjang tahun 2015.
Selain stabilnya pergerakan harga sejumlah komoditas penting di atas, terjaganya inflasi volatile foods
juga dipengaruhi oleh sumbangan deflasi yang terjadi pada sejumlah komoditas bahan makanan penting
seperti cabe merah, cabe rawit, ikan gabus, dan ikan segar lainnya. Cabe merah mengalami deflasi yang
signfikan pada tahun ini dan memberikan sumbangan yang signfikan dalam menahan laju inflasi hingga
Bab II. Perkembangan Inflasi Daerah
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 43
sebesar -0,20% (yoy), disusul oleh cabe rawit (-0,08%, yoy), ikan gabus (-0,08%, yoy), minyak goreng (-
0,03%, yoy), semangka (-0,03%, yoy), ikan kembung (-0,03%, yoy), nila (-0,03%, yoy) dan udang basah
(0,02%, yoy).
Inflasi administered prices menurun signifikan pada tahun 2015, tercatat sebesar 2,86% (yoy), jauh
lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya (10,66%, yoy). Angka realisasi ini juga menurun
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 10,0% (yoy). Penurunan inflasi
komponen ini terutama disebabkan oleh koreksi harga BBM yang telah terjadi beberapa kali pada tahun
2015 sejalan dengan tren penurunan harga minyak internasional yang terus terjadi hingga akhir tahun.
Harga BBM khususnya bensin mengalami penurunan yang signifikan hingga sebesar -14,30% (yoy) pada
tahun 2015. Terlepas dari penurunan harga BBM tersebut, tekanan inflasi komponen administered prices
pada tahun ini berasal dari kenaikan tarif angkutan udara khususnya yang terjadi pada akhir tahun,
kenaikan harga bahan bakar rumah tangga (elpiji 12 kg dan 3kg) yang terjadi di awal dan pertengahan
tahun terkait dengan proses konversi elpiji yang belum selesai, serta kenaikan harga aneka rokok sebagai
penyesuaian dari kenaikan cukai rokok sebesar 10% di tahun 2015
Berdasarkan sumbangannya, inflasi administered prices tercatat memiliki andil yang terkecil yaitu hanya
sebesar 0,48% (yoy) dengan komoditas tarif angkutan udara yang menjadi penyumbang inflasi terbesar
selama tahun 2015 dengan sumbangan sebesar 0,35% (yoy) khususnya dipicu oleh kenaikan tarif pada
saat libur panjang di akhir tahun. Berikutnya, sumbangan inflasi tertinggi dalam komponen ini berasal dari
bahan bakar rumah tangga dan komoditas rokok kretek filter yang masing-masing memberikan andil
inflasi sebesar 0,24% (yoy), disusul oleh tarif listrik yang memberikan sumbangan sebesar 0,06% (yoy).
Sebagaimana disinggung sebelumnya, bensin menjadi komoditas penahan inflasi terbesar pada tahun
2015 dengan sumbangan deflasi yang sangat signfikan hingga sebesar -0,58% (yoy).
Sementara itu, salah satu komoditas penting di Kalimantan Selatan yaitu ikan gabus relatif terjaga dengan
andil pembentukan inflasi yang cukup rendah yaitu sebesar 0,003% (yoy) seiring dengan cuaca yang
kondusif dan mempermudah pasokan disepanjang triwulan II dan awal triwulan III-2015.
Bab II. Perkembangan Inflasi Daerah
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 44
16 16
Berdasarkan Survei Biaya Hidup (SBH) BPS Tahun 2012, inflasi Kalimantan Selatan dibentuk oleh inflasi yang terjadi
pada dua kota sampel SBH yang menjadi kota-kota penghitungan inflasi nasional yaitu Kota Banjarmasin dan Kota
Tanjung dengan bobot masing-masing kota sebesar 1,38% dan 0,11% terhadap bobot inflasi nasional (atau 92,6% dan
7,4% terhadap bobot inflasi Kalsel).
BOKS 2
Perbandingan Harga Komoditas Kab./Kota Terpilih di Kalimantan Selatan
Dalam survei Biaya Hidup (SBH) 2012 yang dilaksanakan BPS sebagai dasar penghitungan inflasi
nasional dilakukan penambahan komoditas dan kota penghitungan inflasi nasional menjadi 88 kota.
Sebagai bagian dari kota-kota penghitungan inflasi nasional, inflasi Kalimantan Selatan diukur oleh
inflasi di dua kota yaitu Kota Banjarmasin dan Kota Tanjung16
. Namun demikian, kabupaten/kota
lainnya di Kalimantan Selatan selama ini juga melakukan pemantauan dan pencatatan harga
khususnya harga barang-barang kebutuhan pokok masyarakat.
Dalam boks kajian ini akan disajikan dinamika perkembangan harga beberapa komoditas penting di
Kota Banjarmasin, Kota Banjarbaru dan Kabupaten Tabalong. Secara umum, pergerakan harga
beberapa komoditas bahan makanan penting di ketiga kabupaten/kota tersebut selaras. Disparitas
harga antar kabupaten/kota tersebut juga relatif tidak terlalu lebar.
Beras
Pergerakan harga beras siam unus di sepanjang tahun 2015 pada ketiga kabupaten/kota tersebut
relatif selaras yang memperlihatkan puncak kenaikan harga terjadi pada saat menjelang lebaran.
Disparitas harga yang signifikan antar kabupaten/kota terjadi pada saat bulan puasa dan menjelang
lebaran dimana harga beras di Banjarmasin jauh lebih tinggi dibandingkan di Banjarbaru dan
Tabalong. Hal ini diperkirakan karena permintaan masyarakat di Banjarmasin cukup tinggi pada saat
itu sedangkan Kota Banjarmasin sendiri bukan merupakan daerah penghasil beras. Lain halnya
dengan Tabalong, disepanjang tahun 2015 pergerakan harga beras di Kab. Tabalong relatif berada
di bawah Banjarmasin dan Banjarbaru yang diduga karena Tabalong juga merupakan daerah
penghasil beras sehingga harga beras dapat relatif terjaga.
Cabe Merah
Sebagaimana yang tejadi pada beras, pergerakan harga cabe merah disepanjang 2015 secara umum
juga selaras, dimana kenaikan harga terjadi pada saat bulan puasa dan menjelang lebaran kemudian
menurun dan kembali mengalami peningkatan harga pada akhir tahun seiring mulai berlangsungnya
musim hujan yang akan mempengaruhi produksi hortikultura. Selanjutnya, level harga yang relatif
lebih rendah terlihat di Kabupaten Tabalong yang diduga karena Tabalong juga merupakan salah
satu daerah penghasil cabe merah di Kalsel sehingga dapat menyumbang pasokan cabe merah lokal.
Bab II. Perkembangan Inflasi Daerah
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 45
Gambar B2.1. Perbandingan Harga Komoditas Terpilih pada Kabupaten/Kota Terpilih di
Kalimantan Selatan
Ikan Gabus
Ikan gabus merupakan komoditas utama di Kalimantan Selatan karena preferensi masyarakat yang
cukup tinggi untuk mengkonsumsi ikan gabus. Pergerakan harga ikan gabus di ketiga kab./kota
tersebut juga relatif selaras, dengan peningkatan harga terjadi pada saat memasuki musim
penghujan di awal dan diakhir tahun. Disparitas harga yang terjadi sedikit realtif lebar dengan
dengan harga terendah kembali terjadi di Kab. Tabalong yang diperkirakan juga karena Tabalong
juga merupakan salah satu daerah penghasil ikan gabus di Kalsel.
Bawang merah
Sebagaimana yang terjadi pada ketiga komoditas sebelumnya, pergerakan harga bawang merah
juga terlihat selaras antar kab./kota tersebut. Selain itu disparitas harga yang terjadi antar kab./kota
tersebut juga relatif kecil. Hal ini diperkirakan karena sebagian besar bawang merah yang beredar di
Kalimantan Selatan berasal dari luar daerah/pulau sehingga pergerakan harganya tidak terlalu
timpang pada masing-masing kabupaten/kota.
Bab II. Perkembangan Inflasi Daerah
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 46
Halaman ini sengaja dikosongkan
Bab II. Perkembangan Inflasi Daerah
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 47
BAB III
STABILITAS SISTEM KEUANGAN,
SISTEM PEMBAYARAN DAN
PENGELOLAAN UANG RUPIAH
Bab II. Perkembangan Inflasi Daerah
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 48
Halaman ini sengaja dikosongkan
Bab III. Stabilitas Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 49
1. STABILITAS SISTEM KEUANGAN, SISTEM PEMBAYARAN DAN
PENGELOLAAN UANG RUPIAH
Kinerja pertumbuhan kredit perbankan sedikit melambat dipengaruhi kinerja perekonomian yang
trennya melambat pada periode sebelumnya. Di sisi lain, transaksi kliring tumbuh meningkat
sejalan dengan aktivitas ekonomi yang meningkat pada triwulan laporan. Kredit perbankan pada
Triwulan IV-2015 tumbuh 4,15% (yoy), melambat dari triwulan sebelumnya (4,71% yoy). Perlambatan
utamanya bersumber dari dari kredit korporasi. Kualitas kredit membaik yang ditunjukkan oleh
turunnya Non Performing Loan (NPL). Peningkatan transaksi sistem pembayaran terjadi pada jenis
transaksi kliring. Sementara itu, pada sisi pengelolaan uang rupiah, mencatatkan net outflow.
3.1. STABILITAS SISTEM KEUANGAN
Grafik 3.1. Pertumbuhan Kredit Umum, Aset dan DPK Kalimantan Selatan
6.52% 3.84%
4.71% 4.15%
12.85% 7.89%
0.0%
5.0%
10.0%
15.0%
20.0%
25.0%
30.0%
35.0%
I II III IV I II III IV I II III IV
2013 2014 2015
%yoy
Tw. III Tw. IV
Asset
Kredit
DPK
Sumber: LBU Bank Indonesia, Lokasi KC/KCP (DPK), Lokasi Proyek (Kredit)
3.1.1. Intermediasi Perbankan
Kinerja intermediasi perbankan Kalimantan Selatan masih cukup baik, tercermin dari meningkatnya
Loan-to-Deposit Ratio (LDR) dari 121,6% pada Triwulan III-2015 menjadi 131,9% pada triwulan
laporan. Kenaikan LDR17
lebih dipengaruhi oleh perlambatan penghimpunan DPK yang lebih tajam
dibandingkan dengan perlambatan penyaluran kredit. Kinerja penyaluran kredit maupun
penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) masih tercatat melambat. Perlambatan pertumbuhan kredit
17 Laporan Bulanan Bank Umum, Bank Indonesia. Kredit. Lokasi Proyek
3
Bab III. Stabilitas Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 50
perbankan pada triwulan IV-2015 dipengaruhi oleh masih terbatasnya kinerja sektor utama Kalimantan
Selatan, yaitu pertambangan batubara yang masih terkontraksi pada triwulan ini. Di sisi lain, Dana Pihak
Ketiga (DPK) kembali tumbuh melambat sejalan dengan tingkat konsumsi rumah tangga belum
beranjak meningkat. Perlambatan DPK bersumber dari pertumbuhan Deposito dan Giro yang melambat
pada Triwulan IV-2015. Hal ini terkait dengan realisasi belanja pemerintah yang meningkat di akhir
tahun sehingga mengurangi saldo simpanan di perbankan. Selain itu, pertumbuhan kredit juga turut
melambat. Perlambatan pertumbuhan kredit utamanya bersumber dari Kredit Modal Kerja dan Kredit
Konsumsi. Salah satu kinerja sektor utama, yaitu industri pengolahan, yang membaik berdampak positif
pada relatif terjaganya kualitas kredit. Perkembangan Non performing loan (NPL) tercatat turun menjadi
3,61% dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 3,62%.
Grafik 3.2.Pertumbuhan LDR, Kredit dan DPK
Grafik 3.3.Pertumbuhan DPK Berdasarkan Jenisnya
4.7% 4.1%
6.5%3.8%
121.6%
131.9%
100.0%
105.0%
110.0%
115.0%
120.0%
125.0%
130.0%
135.0%
0.0%
5.0%
10.0%
15.0%
20.0%
25.0%
30.0%
35.0%
I II III IV I II III IV I II III IV
2013 2014 2015
yoy
Pertumbuhan Kredit
LDR (Sb. Kanan)
Pertumbuhan DPK
Sumber: LBU Bank Indonesia, Lokasi KC/KCP (DPK), Lokasi Proyek (Kredit)
6.9% -9.9%
4.9% 9.5%
9.2% 3.7%
6.5% 3.8%
-20.0%
-10.0%
0.0%
10.0%
20.0%
30.0%
40.0%
I II III IV I II III IV I II III IV
2013 2014 2015
yoy
Data: Laporan Bank Umum Bank Indonesia, DPK (KC/KP)
Tabungan
Giro
Deposito
Tw. III Tw. IV
TOTAL DPK
Grafik 3.4. Pertumbuhan Kredit Berdasarkan Jenisnya
4.7% 4.1%
9.7% 8.4%
-1.4% 1.4%
5.8% 2.4%
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
I II III IV I II III IV I II III IV
2013 2014 2015
Investasi
Total Kredit
Tw. III Tw. IV
Konsumsi
Modal Kerja
Data: Laporan Bank Umum Bank Indonesia, Kredit Lokasi Proyek
Sumber: LBU Bank Indonesia, Lokasi KC/KCP (DPK), Lokasi Proyek (Kredit)
yoy
Bab III. Stabilitas Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 51
Tabel 3.1. Perkembangan DPK di Kalimantan Selatan secara Spasial
DPK Tw. IV - 2015
Rp. (Triliun) Tw. III - 2015 (yoy) Tw. IV - 2015 (yoy)Arah
Pertumbuhan
1 Kab. Banjar 1,483.68 9.5% 15.8%
2 Kab. Tanah Laut 1,697.1 -0.3% -5.2%
3 Kab. Tapin 768.98 12.3% -0.1%
4 Kab. Hulu Sungai Selatan 696.3 42.6% 29.7%
5 Kab. Hulu Sungai Tengah 1,212.77 17.9% 16.3%
6 Kab. Hulu Sungai Utara 1,279.35 19.2% 12.3%
7 Kab. Barito Kuala 436.23 -7.1% -24.6%
8 Kab. Kota Baru 1,696.5 -4.3% -5.4%
9 Kab. Tabalong 1,747.07 19.2% 10.7%
10 Kab.Tanah Bumbu 1,387.08 1.5% 10.6%
11 Kab. Balangan 114.50 94.8% 47.7%
12 Kota Banjarmasin 24,400.88 3.4% 2.3%
13 Kota Banjarbaru 1,758.80 23.3% 13.2%
Prov. Kalimantan Selatan 38,679.19 6.5% 3.8%
Sumber: Laporan Bank Umum KPw BI Prov. Kalsel, lokasi proyek
Pertumbuhan
Rp triliun, kecuali disebutkan lain
No. Kabupaten / Kota
Secara spasial, pertumbuhan DPK tertinggi pada triwulan IV-2015 terjadi di Kabupaten Balangan
(47,7% yoy) disusul Kabupaten Hulu Sungai Selatan (29,7% yoy), meskipun secara umum
pertumbuhannya mengalami perlambatan dibandingkan sebelumnya. Kota Banjarmasin sebagai pusat
pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan dengan porsi DPK terbesar juga mengalami perlambatan
pertumbuhan DPK dari 3,4% (yoy) pada triwulan III-2015 menjadi 2,3% (yoy) pada triwulan IV-2015.
Tabel 3.2. Perkembangan Kredit di Kalimantan Selatan secara Spasial
KREDIT Tw. IV - 2015
Rp. (Triliun) Tw. III - 2015 (yoy) Tw. IV - 2015 (yoy)Arah
Pertumbuhan
1 Kab. Banjar 6,489.83 4.3% 3.9%
2 Kab. Tanah Laut 2,371.0 -15.1% -20.7%
3 Kab. Tapin 3,314.16 5.5% -2.1%
4 Kab. Hulu Sungai Selatan 750.1 -4.0% -12.9%
5 Kab. Hulu Sungai Tengah 1,049.96 7.9% 6.3%
6 Kab. Hulu Sungai Utara 766.90 1.2% -2.5%
7 Kab. Barito Kuala 1,775.52 23.5% 16.9%
8 Kab. Kota Baru 2,923.6 18.0% 24.2%
9 Kab. Tabalong 2,520.24 8.9% 12.0%
10 Kab.Tanah Bumbu 2,957.42 16.5% 34.3%
11 Kab. Balangan 442.61 3.3% 1.2%
12 Kota Banjarmasin 21,570.96 2.6% 1.9%
13 Kota Banjarbaru 4,068.51 7.2% 7.9%
Prov. Kalimantan Selatan 51,000.79 4.7% 4.1%
Sumber: Laporan Bank Umum KPw BI Prov. Kalsel, lokasi proyek
Pertumbuhan
Rp triliun, kecuali disebutkan lain
No. Kabupaten / Kota
Selanjutnya, pertumbuhan kredit tertinggi pada Triwulan IV-2015 terjadi di Kabupaten Tanah Bumbu
(34,3% yoy) disusul Kabupaten Kota Baru (24.2% yoy) yang sama-sama mengalami peingkatan dari
triwulan sebelumnya. Kota Banjarmasin yang porsi kredit terbesar di Provinsi Kalimantan Selatan justru
Bab III. Stabilitas Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 52
mengalami perlambatan pertumbuhan kredit dari 2,6% (yoy) pada Triwulan III-2015 menjadi hanya
sebesar 1,9% (yoy) pada Triwulan IV-2015.
3.1.2. Ketahanan Sektor Korporasi
Secara sektoral, perlambatan kinerja kredit pada Triwulan IV-2015 bersumber dari melemahnya kinerja
kredit sektor Pertambangan dan Pertanian. Kinerja pertumbuhan kredit pertambangan melambat dari
29,5% (yoy) pada triwulan lalu menjadi 18,5% (yoy), sedangkan kredit pertanian menjadi 23,8% (yoy)
dari 13,8% (yoy). Masih lesunya kinerja sektor pertambangan dan terbatasnya kinerja sektor pertanian
seiring masih turunnya harga komoditas, seperti harga batubara, sawit dan CPO, membuat perbankan
cenderung berhati-hati dalam menyalurkan kredit. Hal ini turut dipengaruhi level Non Performing Loan
(NPL) yang dalam tren meningkat triwulan-triwulan sebelumnya. Upaya kehati-hatian perbankan dalam
menyalurkan kredit tersebut, meskipun berdampak pada penurunan pertumbuhan kredit, dapat
menurunkan tingkat NPL. Pada triwulan ini, NPL pertambangan turun menjadi 2,1% yang triwulan
sebelumnya tercatat 2,9% dan NPL pertanian turun dari 0,99% pada Tw-III 2015 menjadi 0,84% Tw IV
2015.
Di sisi lain, kinerja pertumbuhan kredit Perdagangan dapat sedikit menahan laju perlambatan
penyaluran kredit di Kalimantan Selatan. Kredit Sektor Perdagangan tumbuh sebesar 1,5% (yoy), lebih
tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya terkontraksi pada level -1,0%(yoy). Meningkatnya Kredit
Perdagangan sejalan dengan naiknya kinerja Sektor Perdagangan akibat meningkatnya aktivitas impor
barang modal untuk investasi swasta yang juga sedang meningkat pada triwulan berjalan. NPL Sektor
Perdagangan juga turun menjadi 5,72% yang pada Triwulan III-2015 tercatat 6,09%.
Grafik 3.5.Pertumbuhan Kredit dan NPL Kredit
Grafik 3.6. Pangsa Kredit Korporasi
4.71%
4.15%
3.62%
3.10%
0.0%
0.5%
1.0%
1.5%
2.0%
2.5%
3.0%
3.5%
4.0%
0.0%
5.0%
10.0%
15.0%
20.0%
25.0%
30.0%
35.0%
I II III IV I II III IV I II III IV
2013 2014 2015
Pertumbuhan Kredit
NPL Kredit (Sb. Kanan)
Sumber: LBU Bank Indonesia, Lokasi Proyek, Kredit Sektoral
yoy
PERTANIAN 20.29
TAMBANG 14.37
INDUSTRI, 6.38
LISTRIK, GAS DAN AIR, 1.26
KONSTRUKSI, 4.34
PERDAGANGAN 29.64
AKOMODASI, 1.72
TRANSPORTASI8.19
REAL ESTATE, 9.30
JASA LAINNYA, 1.95
Sumber: LBU Bank Indonesia, Lokasi Proyek, Kredit Sektoral
Bab III. Stabilitas Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 53
Grafik 3.7. Pertumbuhan Kredit dan NPL Sektoral
0%
1%
2%
3%
4%
5%
6%
7%
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
I II III IV I II III IV I II III IV
2013 2014 2015
Pertumbuhan K. Pertanian Pertumbuhan K. Tambang
Pertumbuhan K. Perdagangan NPL Pertanian (Sb.Kanan)
NPL Pertambangan (Sb.Kanan) NPL Perdagangan (Sb.Kanan)
yoy
Sumber: LBU Bank Indonesia, Lokasi Proyek, Kredit Sektoral
3.1.3. Ketahanan Sektor Rumah Tangga
Di sisi penggunaan, pertumbuhan kredit konsumsi pada Triwulan IV-2015 melambat dari 9.7% (yoy)
pada Triwulan III-2015 menjadi 8.4% (yoy) pada Triwulan IV-2015. Melambatnya pertumbuhan kredit
konsumsi bersumber dari perlambatan KPR dan KKB. Beberapa indikator menunjukkan terbatasnya
konsumsi masyarakat Kalimantan Selatan pada Triwulan IV-2015. Berkurangnya lapangan pekerjaan
akibat perlambatan ekonomi Kalimantan Selatan mengakibatkan turunnya konsumsi rumah tangga.
Indeks Ketersediaan Kerja turun dari 87,5 pada Triwulan III-2015 menjadi 86,3 di Triwulan IV-2015.
Tidak tersedianya lapangan perkejaan membuat masyarakat mengurangi pengeluarannya pada triwulan
ini. Berdasarkan indeks Pengeluaran saat ini dibandingkan 3 bulan yang lalu, terdapat penurunan level
dari 183,8 pada triwulan lalu menjadi 140,0 di triwulan laporan. Selain itu, proporsi penggunaan
penghasilan rumah tangga untuk konsumsi mengalami penurunan. Berdasarkan Survei Konsumen Bank
Indonesia, rata-rata masyarakat menggunakan penghasilannya untuk berkonsumsi pada Triwulan III-
2015 adalah 72,2%, sedangkan pada Triwulan IV-2015 turun menjadi 63,3%.
Grafik 3.8. Pertumbuhan Kredit Konsumsi Berdasarkan Jenisnya
9.7% 8.4%
15.4% 13.4%
-8.5% -19.2%
19.1% 8.7%
-40.0%
-20.0%
0.0%
20.0%
40.0%
60.0%
80.0%
100.0%
I II III IV I II III IV I II III IV
2013 2014 2015
yoy
Data: Laporan Bank Umum Bank Indonesia, Kredit Lokasi Proyek
Multiguna
TOTAL Konsumsi
KPR
KKBermotor
Tw. III Tw. IV
Bab III. Stabilitas Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 54
Kualitas kredit konsumsi sedikit melemah yang tercermin pada NPL, yaitu dari 1,55% pada Triwulan III-
2015 menjadi 2,20% pada triwulan laporan. Kenaikan NPL bersumber dari NPL KKB yang meningkat
dari 2,81%(yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 2,99% (yoy).
Grafik 3.9. Pertumbuhan Kredit dan NPL Kredit
Grafik 3.10. Pangsa Kredit Konsumsi
9.71%
8.4%
1.55%
2.2%
0.0%
0.5%
1.0%
1.5%
2.0%
2.5%
0.0%
5.0%
10.0%
15.0%
20.0%
25.0%
I II III IV I II III IV I II III IV
2013 2014 2015
Pertumbuhan Kredit
NPL Kredit (Sb.Kanan)
Sumber: LBU Bank Indonesia, Lokasi Proyek, Kredit Sektoral
yoy
KPR, 39.87%
Ruko/Rukan, 2.10%
Kendaraan Bermotor,
9.53%
Multiguna, 42.21%
Lainnya, 5.89%
Sumber: LBU Bank Indonesia, Lokasi Proyek, Kredit Sektoral
Grafik 3.11. Pertumbuhan Kredit dan NPL Kredit Konsumsi
0.00%
1.00%
2.00%
3.00%
4.00%
5.00%
6.00%
-40.0%
-20.0%
0.0%
20.0%
40.0%
60.0%
80.0%
100.0%
I II III IV I II III IV I II III IV
2013 2014 2015
Pertumbuhan KPR Pertumbuhan K. MultigunaPertumbuhan KKB NPL KPR (Sb.Kanan)NPL Multiguna (Sb.Kanan) NPL KKB (Sb.Kanan)
yoy
Sumber: LBU Bank Indonesia, Lokasi Proyek, Kredit Sektoral
3.1.4. Kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)
Pada Triwulan IV-2015 jumlah kredit yang tersalurkan pada UMKM tercatat sebesar Rp11,25triliun atau
tumbuh -2.2% (yoy), melambat dibandingkan Triwulan III-2015 yang senilai -0,9% (yoy). Perlambatan
kredit UMKM bersumber dari perlambatan kredit UMKM pada sektor pengangkutan, pertambangan
dan jasa sosial masyarakat. Hal ini sejalan dengan perkembangan ekonomi saat ini ketika sektor
pertambangan sebagai sektor ekonomi andalan Kalimantan Selatan tersebut mengalami penurunan.
Secara umum, proporsi kredit UMKM yang disalurkan di Kalimantan Selatan adalah sebesar 22,07%
dari total keseluruhan kredit perbankan.
Bab III. Stabilitas Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 55
Grafik 3.12. Pertumbuhan dan NPL Kredit UMKM
Grafik 3.13. Pangsa Kredit UMKM
-0.87%
-2.20%
7.00%
5.70%
0.0%
1.0%
2.0%
3.0%
4.0%
5.0%
6.0%
7.0%
8.0%
-5.0%
0.0%
5.0%
10.0%
15.0%
20.0%
25.0%
I II III IV I II III IV I II III IV
2013 2014 2015
yoy
Sumber: LBU Bank Indonesia, Lokasi Proyek, Kredit UMKM
Pertumbuhan Kredit UMKM
NPL Kredit UMKM (Sb.Kanan)
Pertanian, 14.1%
Pertambangan, 2.7%
Konstruksi, 7.6%
Perdagangan, 52.2%
Pengangkutan, 5.7%
Jasa Dunia Usaha, 7.9%
Lain-lain, 0.5%
Sumber: LBU Bank Indonesia, Lokasi Proyek, Kredit UMKM
Grafik 3.14. Pertumbuhan Kredit dan NPL UMKM
0.0%
2.0%
4.0%
6.0%
8.0%
10.0%
-20.0%
0.0%
20.0%
40.0%
60.0%
80.0%
100.0%
I II III IV I II III IV I II III IV
2013 2014 2015
Pertumbuhan K. Pertanian Pertumbuhan K. KonstruksiPertumbuhan K. Perdagangan NPL Pertanian (Sb.Kanan)NPL Konstruksi (Sb.Kanan) NPL Perdagangan (Sb.Kanan)
yoyyoy
Sumber: LBU Bank Indonesia, Lokasi Proyek, Kredit UMKM
3.1.5. Perbankan Syariah
Berbeda dengan kinerja perbankan secara umum, pertumbuhan perbankan syariah cenderung
meningkat Pertumbuhan aset Perbankan Syariah membaik dari 0,1%(yoy) pada Triwulan III-2015
menjadi 0,7% (yoy) pada Triwulan IV-2015. Selain itu, pangsa aset Perbankan Syariah terhadap total
Perbankan di Kalimantan Selatan turut meningkat dari 6,3% pada triwulan lalu menjadi 7,3% pada
triwulan ini. Pembiayaan yang tersalurkan oleh Perbankan Syariah tumbuh sebesar 7,6%(yoy),
meningkat dari triwulan sebelumnya (0,40% yoy). Penghimpunan Dana Pihak Ketiga juga meningkat,
yaitu dari -5,1%(yoy) menjadi 2,7%(yoy). Sementara itu, ketahanan pembiayaan yang tergambarkan
dari Non Performing Financing (NPF) Perbankan Syariah relatif terjaga, yaitu dari 6,8% pada Triwulan III-
2015 menjadi 6,4% pada triwulan berjalan.
Bab III. Stabilitas Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 56
Grafik 3.15. Pertumbuhan LDR, Pembiayaan dan DPK Perbankan Syariah
Grafik 3.16. Komposisi DPK Berdasarkan Kegiatan Bank
0.14% 0.71%
0.40% 7.63%
-5.08% 2.66%
-10.0%
0.0%
10.0%
20.0%
30.0%
40.0%
50.0%
60.0%
I II III IV I II III IV I II III IV
2013 2014 2015
Pertumbuhan Pembiayaan
Pertumbuhan Aset
PertumbuhanDPK
Tw III Tw IV
Sumber: LBU Bank Indonesia, Lokasi Proyek, Kredit Syariah
yoy
92
.5
92
.6
92
.5
91
.9
91
.9
92
.5
92
.9
92
.1
92
.9
93
.2
93
.7
92
.7
7.5 7.4 7.5 8.1 8.1 7.5 7.1 7.9 7.1 6.8 6.3 7.3
0%10%20%30%40%50%60%70%80%90%
100%
I II III IV I II III IV I II III IV
2013 2014 2015
Sumber: LBU Bank Indonesia, Aset, Jenis Kegiatan Bank
Aset PerbankanSyariah
Aset PerbankanKonvensional
Grafik 3.17. Pertumbuhan dan NPF Pembiayaan Perbankan Syariah
0.40%
7.63%
6.85%
6.4%
0%
1%
2%
3%
4%
5%
6%
7%
8%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
I II III IV I II III IV I II III IV
2013 2014 2015
Pertumbuhan Pembiayaan
Pertumbuhan NPF
Bab III. Stabilitas Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 57
3.2. SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH (SP PUR)
3.2.1. Kliring
Pertumbuhan nilai transaksi pembayaran kliring relatif membaik pada Triwulan IV-2015. Nilai transaksi
kliring, pada Triwulan IV-2015 tercatat sebesar Rp4,3 triliun atau terkontraksi sebesar -6,44%(yoy),
sedikit membaik dibandingkan Triwulan III-2015 yang terkontraksi sebesar -6,70% yoy. Perbaikan ini
mencerminkan aktivitas ekonomi yang tumbuh meningkat pada triwulan laporan.
Grafik 3.18. Transaksi Kliring
3.91
4.28
-6.70
-6.44
-20
0
20
40
0.0
1.0
2.0
3.0
4.0
5.0
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
2012 2013 2014 2015
Level Pertumbuhan (rhs)Rp triliun % yoy
Sumber: Bank Indonesia, SKNBI
3.2.2. Pengelolaan Uang Rupiah
Secara neto, transaksi pengelolaan uang rupiah mencatatkan aliran bersih masuk (net outflow) sebesar
Rp0,79triliun, dengan jumlah aliran masuk (inflow) sebesar Rp1,37triliun dan aliran keluar(out flow)
sejumlah Rp1,29triliun. Hal ini sesuai dengan pola triwulanan yang selalu mencatatkan net outflow
lebih tinggi pada Tw.IV mengingat terdapat libur sekolah, libur Natal dan tahun baru.
Grafik 3.19. Inflow/Outflow Uang Kartal (Level)
Grafik 3.20. Inflow/Outflow Pertumbuhan
1,292
1,371
-79
-1,000
-500
0
500
1,000
1,500
2,000
2,500
3,000
3,500
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
2013 2014 2015
Rp miliar
Sumber: Bank Indonesia
2,028
1,681
347
-1,000
-500
0
500
1,000
1,500
2,000
2,500
3,000
3,500
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2012 2013 2014 2015
Inflow Outflow Net inflowRp miliar
Sumber: Unit Distribusi Uang KPw BI Kalsel
-33.65
-25.67
-40
-20
0
20
40
60
80
100
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
2012 2013 2014 2015
% yoy
Inflow
Outflow
Sumber: Bank Indonesia
Dalam rangka meningkatkan mutu dan kualitas ketersediaan uang kartal di masyarakat, Bank Indonesia
berkomitmen melaksanakan program-program pelayanan kas yang lebih baik. Pertama, guna
meningkatkan keterjangkauan uang kartal yang berkualitas untuk seluruh masyarakat, KPw BI Provinsi
Kalimantan Selatan secara rutin melaksanakan Program Kas Keliling, yaitu melaksanakan penukaran
Bab III. Stabilitas Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 58
uang di luar loket KPw BI Kalimantan Selatan. Program Kas Keliling dibagi dalam beberapa kegiatan,
yaitu dalam kota, wholesale, dan daerah terpencil. Dalam pelaksanaannya selama 2015, jumlah
kegiatan dalam Program Kas Keliling pada Triwulan-IV 2015 adalah 46 kegiatan, 24 kegiatan di dalam
kota, 20 kegiatan wholesale, dan 2 kegiatan di daerah terpencil. Jumlah terbanyak terjadi di Triwulan-III
2015, yaitu 21 kegiatan mengingat terdapat 12 kegiatan kas keliling yang dilakukan bersama
perbankan di dalam Kota Banjarmasin.
Tabel 3.3. Kegiatan Triwulanan Kas Keliling 2015
Kegiatan Jan Feb Mar TW.I Apr Mei Jun TW.II Jul Ags Sep TW.III Okt Nop Des TW.IV TOTAL
Dalam Kota 1 0 2 3 1 2 3 12 5 17 1 1 24
Wholesale 2 2 2 6 2 2 4 1 3 4 2 4 6 20
Terpencil 1 1 0 2 0 0 0 2
TOTAL 4 3 4 11 2 1 4 7 12 6 3 21 3 4 0 7 46
Sumber: Unit Distribusi Uang, Layanan, dan Administrasi Kas, KPw BI Kalsel
Kedua, KPw BI Kalimantan Selatan juga melakukan penukaran uang kartal kepada masyarakat melalui
Perbankan. Total penukaran selama tahun 2015 adalah sebesar Rp120,0miliar. Pada Tw.IV penukaran
uang lebih rendah dibandingkan dengan triwulan lainnya. Penukaran uang kartal pada Tw. II 2015
merupakan jumlah yang terbesar pada tahun 2015, terkait dengan perayaan Lebaran.
Tabel 3.4. Data Triwulanan Penukaran Uang Kartal 2015
100,000 50,000 20,000 10,000 5,000 2,000 1,000 1,000 500 200 100 50
I 7,748.70 4,329.80 6,522.00 8,928.54 6,195.82 5,082.40 156.30 340.78 653.25 224.00 94.90 0.50 40,276.99
II 6,298.50 3,012.90 9,908.74 10,795.91 8,648.89 6,272.56 228.46 799.92 506.75 236.60 101.60 0.45 46,811.28
III 6,645.60 3,160.55 3,379.94 3,141.39 3,105.40 1,843.50 160.72 208.72 85.50 32.40 15.80 0.10 21,779.61
IV 7,207.30 1,701.40 448.00 730.37 642.62 272.47 113.43 32.00 10.00 2.00 0.50 - 11,160.08
TOTAL 27,900.10 12,204.65 20,258.68 23,596.21 18,592.71 13,470.93 658.91 1,381.42 1,255.50 495.00 212.80 1.05 120,027.96
Sumber: Unit Distribusi Uang, Layanan, dan Administrasi Kas, KPw BI Kalsel
Rp juta, kecuali disebutkan lain
TriwulanPECAHAN UANG KERTAS PECAHAN UANG LOGAM Grand Total
Ketiga, dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat khususnya terkait penyediaan uang
tunai layak edar, KPw BI Kalsel bekerja sama dengan sub Badan Musyawarah Perbankan Daerah (BMPD)
membuka layanan kas titipan di Batu Licin, Kab. Tanah Bumbu. Peresmian kas titipan tersebut
dilaksanakan pada 25 Agustus 2015 yang dihadiri oleh perbankan dan Pemerintah Kabupaten Tanah
Bumbu.
Kas titipan merupakan salah satu layanan kas luar kantor Bank Indonesia yang tujuannya untuk
memenuhi kebutuhan likuiditas perbankan yang jauh kedudukannya dari Kantor Perwakilan Bank
Indonesia. Pembukaan kas titipan ini merupakan hasil kerjasama Bank Indonesia dengan 15 bank
umum di Kabupaten Tanah Bumbu dan Kabupaten Kotabaru. Kerjasama Kas Titipan ini juga
merupakan bentuk tindak lanjut dari kebijakan pengalihan penukaran uang masyarakat dari Bank
Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan kepada perbankan sejak 1 Agustus 2015. Dalam
perkembangannya, selama 2015, jumlah Program Kas Titipan pada 2015 adalah sebanyak 8 kali, 3
kegiatan di triwulan-III 2015 dan 5 kegiatan di triwulan-IV 2015. Kas Titipan yang dilakukan oleh KPw
Bab III. Stabilitas Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 59
BI Provinsi Kalimantan Selatan disampaikan kepada PT BPD Kalimantan Selatan, Cabang Batulicin,
Kabupaten Tanah Bumbu.
Tabel 3.5. Jumlah Kegiatan Program Kas Titipan 2015
Kegiatan TW.I TW.II TW.III TW.IV TOTAL
Kas Titipan-BPD Kalsel 0 0 3 5 8
Sumber: Unit Distribusi Uang, Layanan, dan Administrasi Kas, KPw BI Kalsel
Selain keterjangkauan uang kartal, Bank Indonesia juga menerapkan kebijakan Clean Money Policy,
yaitu kebijakan yang bertujuan untuk memastikan uang kartal yang dimiliki oleh masyarakat adalah
Uang Layak Edar (ULE). Selama 2015, KPw BI Kalimantan Selatan telah menerima Rp3,26triliun Uang
Tidak Layak Edar(UTLE) yang telah ditukarkan dengan ULE. Pada Tw.IV, jumlah UTLE yang diterima
paling besar dibandingkan dengan triwulan lain, yaitu sebesar Rp942,2miliar.
Tabel 3.6. Data Triwulanan Uang Tidak Layak Edar (UTLE) 2015
100,000 50,000 20,000 10,000 5,000 2,000 1,000 1,000 500 200 100 50
I 389,000 295,300 36,200 33,320 20,410 7,820 375 1 21 2 2 - 782,451
II 348,700 251,500 32,420 30,170 18,150 6,730 387 - 5 4 2 - 688,068
III 377,200 362,350 38,560 38,140 23,795 7,618 458 - - - - - 848,121
IV 447,900 391,250 39,500 33,100 22,250 7,794 363 2 1 1 - - 942,161
TOTAL 1,562,800 1,300,400 146,680 134,730 84,605 29,962 1,583 3 27 7 4 - 3,260,800
Sumber: Unit Distribusi Uang, Layanan, dan Administrasi Kas, KPw BI Kalsel
PECAHAN UANG LOGAM Grand Total
Rp juta, kecuali disebutkan lain
TriwulanPECAHAN UANG KERTAS
Untuk mengetahui efektivitas pelayanan dalam rangka menarik UTLE dari masyarakat, digunakan rasio
UTLE dibandingkan dengan total inflow digunakan. Di KPw BI Kalsel, rata-rata rasio UTLE yang masuk
adalah 56,6%. Rasio paling tinggi terjadi di bulan Desember 2015, yaitu 62,6%, sedangkan yang
terendah terjadi di Agustus 2015, yang sebesar 25,6%.
Grafik 3.21. Rasio UTLE/Total Inflow
25.0 30.5
38.5 33.1 31.9
36.5
25.7 25.6
42.9 41.7 43.0
62.6
-
10
20
30
40
50
60
70
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nop Des
2015
Rasio (%)
Sumber: Unit Distribusi Uang, Layanan, dan Administrasi Kas, KPw BI Kalsel
3.2.3. Lembar Temuan Uang Palsu
Bab III. Stabilitas Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 60
Selama Triwulan-IV 2015 tercatat sebanyak 414 lembar uang palsu yang ditemukan di Kalimantan Selatan.
Jumlah temuan uang palsu tersebut meningkat jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar
225 lembar. Dilihat dari sumbernya, uang palsu tersebut ditemukan dari penukaran uang di loket Bank
Indonesia, kegiatan kas keliling, loket perbankan, setoran perbankan, maupun yang dilaporkan masyarakat
atau ditemukan oleh pihak kepolisian.
Sebagai upaya untuk menanggulangi peredaran uang palsu tersebut, Kantor Perwakilan Bank Indonesia
Provinsi Kalimantan Selatan terus berupaya untuk meningkatkan awareness dari masyarakat melalui berbagai
macam kegiatan sosialisasi ciri-ciri keaslian uang rupiah kepada semua lapisan masyarakat dan berbagai daerah
di Kalimantan Selatan.
Tabel 3.7. Data Triwulanan Temuan Uang Palsu 2015
Pecahan Kertas Pecahan Koin
Lembar Keping
I 149 -
II 257
III 225 -
IV 414
TOTAL 1,045
Sumber: Unit Distribusi Uang, Layanan,
dan Administrasi Kas, KPw BI Kalsel
Triwulan
Bab III. Stabilitas Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 61
BOKS 3
Kredit Usaha Rakyat (KUR)
Program Kredit Usaha Rakyat (KUR)
Kredit Usaha Rakyat (KUR) adalah skema kredit/pembiayaan modal kerja dan atau investasi yang
khusus diperuntukkan bagi Usaha Mikro Kecil Menengah dan Koperasi (UMKMK) di bidang usaha
produktif dan layak (feasible), namun mempunyai keterbatasan dalam pemenuhan persyaratan
yang ditetapkan oleh Perbankan (belum bankable). Pentingnya UMKMK untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyat dimanifestasikan oleh Pemerintah dalam Program KUR. Program ini
merupakan program pemberian kredit/pembiayaan dengan nilai dibawah Rp 500.000.000 dengan
pola penjaminan oleh Pemerintah dengan besarnya coverage penjaminan maksimal 80% dari
plafon kredit untuk sektor pertanian, kelautan dan perikanan, kehutanan, dan industri kecil, dan
70% dari plafon kredit untuk sektor lainnya. Tujuan dari program ini adalah meningkatkan akses
pembiayaan perbankan yang sebelumnya hanya terbatas pada usaha berskala besar dan kurang
menjangkau pelaku usaha mikro kecil dan menengah seperti usaha rumah tangga dan jenis usaha
mikro lain yang bersifat informal, mempercepat pengembangan sektor riil dan pemberdayaan
UMKM. Secara lebih rinci, tujuan program KUR adalah sebagai berikut:
1. Mempercepat pengembangan Sektor Riil dan Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil,
Menengah, danKoperasi (UMKMK)
2. Meningkatkan akses pembiayaan dan mengembangkanUMKM & Koperasi kepada
Lembaga Keuangan
3. Sebagai upaya penanggulangan / pengentasan kemiskinandan perluasan kesempatan kerja
Terdapat 3 (tiga) jenis KUR, yaitu:
1. KUR Mikro: KUR yang diberikan dengan plafon sampai dengan Rp. 5.000.000,00 (lima juta
rupiah).
2. KUR Ritel: KUR yang diberikan dengan plafon diatas Rp. 5.000.000,00 (lima juta rupiah)
sampai dengan Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
3. KUR TKI: KUR yang diberikan untuk membiayai keberangkatan calon TKI ke negara
penempatan dengan plafond s.d Rp 25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah).
Pelaksanaan Program KUR
Sampai dengan 31 Desember 2015, realisasi KUR dengan skema baru oleh 5 Bank Pelaksana telah
mencapai Rp22,8 triliun atau 75,9% dari target penyaluran (Rp30 triliun) secara nasional. Jika
dikelompokkan berdasarkan jenisnya, penyaluran KUR Mikro, Retail, dan TKI masing-masing
mencapai Rp14,1 triliun (70,5% dari target), Rp8,7 triliun (96,2% dari target), dan Rp4,7 miliar
(0,5% dari target). Untuk jumlah debitur KUR mencapai 1.003.553 debitur, dengan penyaluran
yang masih terkonsentrasi di wilayah Jawa, terutama Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat.
Bab III. Stabilitas Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 62
Tabel B3.1. Pencapaian KUR 2015 Nasional
Target 2015 s.d. 31 Desember 2015
Mikro 17,000 13,404.5 78.9%
Retail 4,000 2,799.4 70.0%
TKI 400 0.6 0.1%
Total 21,400 16,204.5 75.7%
Mikro 1,000 675.5 67.5%
Retail 2,000 2,830.3 141.5%
TKI 200 0.6 0.3%
Total 3,200 3,506.4 109.6%
Mikro 1,000 15.8 1.6%
Retail 2,000 3,026.9 151.3%
TKI 200 1.6 0.8%
Total 3,200 3,044.3 95.1%
Mikro 1,000 - 0.0%
Retail 1,000 - 0.0%
TKI 200 - 0.0%
Total 2,200 - 0.0%
Mikro - 0.0%
Sinarmas Retail - 0.0%
TKI N/A 1.9 N/A
Total N/A 1.9 N/A
Mikro 20,000 14,095.8 70.5%
Retail 9,000 8,656.5 96.2%
TKI 1,000 4.7 0.5%
Total 30,000 22,757.1 75.9%
BNI
BPD
Total
BRI
Bank Mandiri
Bank Jenis KURPenyaluran KUR (dlm Rp miliar) Pencapaian
s.d. 31 Desember 2015
Sampai saat ini, KUR menjadi salah satu program yang ditekankan oleh Pemerintah. Program KUR
menjadi salah satu fokus dalam Paket Kebijakan Jilid IV Pemerintah, yang juga menyasar
peningkatan ketenagakerjaan. Momentum ini sangat baik dalam rangka mendukung
pertumbuhan ekonomi Indonesia yang saat ini masih melemah.
Target 2016 dan Upaya Pemerintah
Target penyaluran KUR di tahun 2016 mencapai Rp100-Rp120triliun. Pemerintah mengalokasikan
anggaran subsidi bunga sebesar Rp10,6 triliun dalam APBN 2016. Pemerintah mengupayakan
sejumlah langkah dalam rangka mendukung pencapaian target KUR di tahun 2016 tersebut,
antara lain:
Perubahan regulasi KUR,
Dukungan Kementerian/Lembaga berupa penyediaan anggaran bagi kegiatan penyiapan
calon debitur KUR, penyusunan basis data calon debitur KUR, pembentukan tim
monitoring dan evaluasi KUR,
Dukungan Pemda berupa penyediaan anggaran kegiatan penunjang penyaluran KUR,
Penambahan jumlah bank penyalur KUR, serta mendorong keikutsertaan lembaga
keuangan non bank (LKNB), BPR, dan Koperasi sebagai lembaga linkage penyalur KUR,
Menghentikan dan mengintegrasikan skema kredit program yang telah berakhir,
Mengembangkan lebih lanjut kemampuan Sistem Informasi Kredit Program (SIKP) sebagai
basis data calon debitur KUR.
Bab III. Stabilitas Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 63
BOKS 4
Kewajiban Penggunaan Rupiah
di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
Sebagaimana tertuang dalam UU Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang, sebagai negara yang
merdeka dan berdaulat, Indonesia memiliki Rupiah sebagai salah satu simbol kedaulatan negara
yang harus dihormati dan dibanggakan oleh seluruh rakyat Indonesia. Rupiah merupakan alat
pembayaran yang sah sehingga wajib digunakan dalam kegiatan perekonomian di wilayah NKRI
guna mewujudkan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Selain itu, penggunaan
Rupiah dalam setiap transaksi di wilayah NKRI juga diperlukan untuk mendukung tercapainya
kestabilan nilai tukar Rupiah. Tujuan ini sejalan dengan tujuan utama Bank Indonesia sebagai Bank
Sentral, yaitu menjaga kestabilan nilai tukar Rupiah.
Dengan pertimbangan-pertimbangan tersebut, Bank Indonesia menerbitkan Peraturan Bank
Indonesia (PBI) 17/3/PBI/2015 tentang Kewajiban Penggunaan Rupiah di Wilayah negara Kesatuan
Republik Indonesia.
Peraturan Bank Indonesia No. 17/3/PBI/2015
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah
diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2009, Bank Indonesia
sebagai otoritas moneter dan sistem pemba yaran berwenang mengatur kewajiban penggunaan
Rupiah dalam setiap transaksi di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bank Indonesia
menerbitkan peraturan ini didasari oleh kewenangannya sebagai otoritas di bidang moneter dan
sistem pembayaran yang telah diatur dalam Undang-undang Bank Indonesia.
Dalam pengaturannya, PBI ini mengacu pada UU No. 7 tahun 2011 tentang Mata Uang yang
kemudian diperinci sesuai kewenangan Bank Indonesia sebagai Bank Sentral. Berikut sebagian
ringkasan dari peraturan ini.
1. Transaksi yang diperbolehkan menggunakan valuta asing adalah sebagai berikut:
a. Transaksi tertentu dalam rangka pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja negara;
b. Penerimaan atau pemberian hibah dari atau ke luar negeri
c. Transaksi perdagangan internasional
d. Simpanan di bank dalam bentuk valuta asing
e. Transaksi pembiayaan internasional,
f. Kegiatan usaha dalam valuta asing yang dilakukan oleh Bank berdasarkan Undang-Undang
yang mengatur mengenai perbankan dan perbankan syariah;
l. transaksi surat berharga yang diterbitkan oleh Pemerintah dalam valuta asing di pasar
perdana dan pasar sekunder berdasarkan Undang-Undang yang mengatur mengenai surat
utang negara dan surat berharga syariah negara; dan
m. transaksi lainnya dalam valuta asing yang dilakukan berdasarkan Undang-Undang.
Bab III. Stabilitas Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 64
2. Pelaku usaha juga wajib mencantumkan harga barang dan/atau jasa hanya dalam Rupiah dan
dilarang mencantumkan harga barang dan/atau jasa secara dual quotation.
Gambar B4.1. Pencantuman Harga
3. Sanksi
a. Terhadap pelanggaran atas: (1) kewajiban penggunaan Rupiah untuk transaksi tunai; (2)
larangan menolak Rupiah, berlaku ketentuan berlaku ketentuan pidana sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 33 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang.
b. Pelanggaran atas kewajiban penggunaan Rupiah sebaga imana dimaksud dalam Peraturan
Bank Indonesia ini untuk transaksi nontunai dikenakan sanksi administratif berupa teguran
tertulis; (2) kewajiban membayar; dan/atau; (3) larangan untuk ikut dalam lalu lintas
pembayaran; (4) Sanksi kewajiban membayar ditetapkan sebesar 1% (satu persen) dari
nilai transaksi, dengan jumlah kewajiban membayar paling banyak sebe sar
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
c. Pelanggaran atas kewajiban pencantuman harga barang dan jasa dalam Rupiah dan
kewajiban penyampaian laporan, keterangan, dan/atau data sebagaimana dimaksud PBI ini
dikenakan sanksi administratif berupa teguran tertulis.
d. Selain mengenakan sanksi administratif, Bank Indonesia dapat merekomendasikan kepada
otoritas yang berwenang untuk melakukan tindakan sesuai dengan kewenangannya.
4. Dalam rangka melakukan pengawasan kepatuhan terhadap kewajiban penggunaan Rupiah di
Wilayah NKRI, Bank Indonesia melakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Bank Indonesia dapat meminta laporan, keterangan, dan atau data kepada pihak yang
terkait dengan pelaksanaan kewajiban penggunaan Rupiah.
b. Permintaan tersebut dapat dilakukan dengan atau tanpa melibatkan instansi terkait.
c. Bilamana terdapat pihak yang diminta oleh Bank Indonesia untuk menyampaikan laporan,
keterangan dan data tertentu maka pihak tersebut wajib memenuhi permintaan Bank
Indonesia.
d. Melakukan pengawasan langsung terhadap setiap pihak.
e. Menunjuk pihak lain untuk melakukan penelitian dalam rangka pengawasan terhadap
Bab III. Stabilitas Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 65
kepatuhan setiap pihak.
Dalam rangka melaksanakan peraturan tersebut, pada 19 Agustus 2015 Kantor Perwakilan Bank
Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan melakukan Sosialisasi Kewajiban Penggunaan Rupiah. Dalam
sosialisasi tersebut, sebanyak 60 peserta yang berasal dari berbagai perusahaan di Banjarmasin
mengikuti kegiatan tersebut, antara lain hotel dan restoran, retailer modern, perusahaan ekspor-
impor, perusahaan persewaan peralatan berat, perusahaan industri pengolahan dan usaha jasa
keuangan. Melalui sosialisasi tersebut diharapkan para pelaku usaha dapat senantiasa
menggunakan rupiah dalam setiap transaksinya.
Bab III. Stabilitas Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 66
Halaman ini sengaja dikosongkan
Bab III. Stabilitas Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 67
BAB IV
KEUANGAN DAERAH
Bab III. Stabilitas Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 68
Halaman ini sengaja dikosongkan
Bab IV. Keuangan Daerah
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 69
4. KEUANGAN DAERAH
Kinerja serapan belanja daerah Provinsi Kalimantan Selatan pada tahun 2015 membaik
dibandingkan dengan 2014. Serapan belanja daerah tercatat sebesar 90,9%, lebih baik dari tahun
sebelumnya (89,2%). Dukungan belanja fiskal yang lebih baik ini sangat dibutuhkan guna menjaga
momentum dan mendorong perbaikan pertumbuhan ekonomi. Di sisi lain, perlambatan ekonomi
pada tahun 2015 berdampak pada realisasi pendapatan daerah yang tidak mencapai target yaitu
sebesar 97,3%, lebih rendah dari periode yang sama tahun lalu (100,5%).
Tabel 4.1. Realisasi Pendapatan dan Belanja APBD Provinsi Kalimantan Selatan
Rp miliar kecuali disebutkan lain
APBD-P
2014 2015 2014 2015 2014 2015
Pendapatan Daerah 4,814.59 4,891.42 4,838.95 4,757.21 100.5% 97.3%
Pendapatan Asli Daerah 2,920.89 2,934.17 2,944.49 2,695.15 100.8% 91.9%
Dana Perimbangan 1,531.32 1,474.66 1,523.71 1,576.11 99.5% 106.9%
Lain-Lain Pendapatan yang Sah 362.39 482.59 370.75 485.95 102.3% 100.7%
Belanja Daerah 5,511.00 5,627.39 4,917.83 5,113.13 89.2% 90.9%
Belanja Operasi 4,103.12 4,299.16 3,648.44 3,889.35 88.9% 90.5%
Belanja Modal 1,399.20 1,318.24 1,266.88 1,221.80 90.5% 92.7%
Belanja Tidak Terduga 8.68 10.00 2.50 1.98 28.8% 19.8%
Sumber: Ditjen Perbendaharaan Wilayah Kalimantan Selatan
Uraian Pos APBDRealisasi S/d Triwulan IV % Realisasi
4.1. REALISASI PENDAPATAN DAERAH
Realisasi pendapatan daerah Provinsi Kalimantan Selatan pada 2015 lebih rendah dari tahun
sebelumya, bahkan tidak mencapai target yang dianggarkan. Realisasi serapan pendapatan daerah
tercatat sebesar 97,3%, lebih rendah dari tahun sebelumnya (100,5%). Rendahnya realisasi pendapatan
daerah tidak terlepas dari melambatnya pertumbuhan ekonomi yang berdampak pada berkurangnya
sumber-sumber pendapatan daerah. Hal ini jelas terlihat pada komponen pendapatan asli daerah (PAD)
yang realisasi serapannya menurun menjadi 91,9%, lebih rendah dari tahun sebelumnya (100,8%). Di
sisi lain, realisasi serapan pendapatan yang berasal dari Pemerintah Pusat berupa dana perimbangan
tercatat lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu sebesar 106,9% dari angka tahun lalu
(99,5%).
4
Bab IV. Keuangan Daerah
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 70
Tabel 4.2. Realisasi Pendapatan APBD Provinsi Kalimantan Selatan
Rp miliar kecuali disebutkan lain
2014 2015 2014 2015 2014 2015
Pendapatan Asli Daerah 2,920.89 2,934.17 2,944.49 2,695.15 100.8% 91.9%
Hasil Pajak Daerah 2,555.49 2,361.88 2,395.9 2,041.01 93.8% 86.4%
Hasil Retribusi Daerah 18.33 31.45 20.0 29.20 109.1% 92.8%
Hasil Pengelolaan Kekayaan yang Dipisahkan 45.75 52.62 46.9 50.48 102.5% 95.9%
lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 301.32 488.22 481.7 574.46 159.8% 117.7%
Dana Perimbangan 1,531.32 1,474.66 1,523.71 1,576.11 99.5% 106.9%
Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak 775.40 839.53 767.8 940.98 99.0% 112.1%
Dana Alokasi Umum 701.73 571.24 701.7 571.245 100.0% 100.0%
Dana Alokasi Khusus 54.19 63.89 54.2 63.9 100.0% 100.0%
Lain-lain Pendapatan yang Sah 362.39 482.59 370.75 485.95 102.3% 100.7%
Total Pendapatan Daerah 4,814.59 4,891.42 4,838.95 4,757.21 100.5% 97.3%
Sumber: Ditjen Perbendaharaan Wilayah Kalimantan Selatan
Uraian Pos APBDRealisasi S/d Triwulan IV % RealisasiAPBD-P
Menurunnya PAD berdampak pada menurunnya tingkat kemandirian fiskal Pemerintah Provinsi
Kalimantan Selatan. Tahun 2015, rasio kemandirian fiskal daerah tercatat sebesar 52,18% pada Tahun
Anggaran 2015, lebih rendah dari tahun tahun sebelumnya (75,78%).
Grafik 4.1. Rasio Kemandirian Fiskal Daerah 2015
78.11 76.29 75.78
52.18
0
20
40
60
80
100
2012 2013 2014 2015
%
Sumber: Bagian Akuntansi Provinsi Kalimantan Selatan
Menurunnya tingkat kemandirian fiskal tersebut diimbangi oleh meningkatnya dana pusat yang
ditransfer ke Kalimantan Selatan. Pada tahun 2015, Pagu Dana Transfer yang ditransfer ke Provinsi dan
Kabupaten/Kota di Kalimantan Selatan adalah sebesar Rp23,6triliun atau meningkat 88,3%
dibandingkan 2014 (Rp12,53triliun). Total realisasi 2015 tercatat sebesar Rp20,5 triliun atau terserap
87,0%. Realisasi terbesar terdapat pada Dana Alokasi Umum, yang tercatat sebesar Rp6,89triliun
dengan serapan sebesar 100%. Adapun Dana Desa, sebagai komponen baru Dana Transfer, telah
terserap sebesar Rp0,5triliun atau 100% dari pagunya.
Bab IV. Keuangan Daerah
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 71
Tabel 4.3. Transfer Pusat ke Daerah se-Kalimantan Selatan
Pagu Realisasi Tw.IV Serapan (%)
Dana Bagi Hasil 3864.1 3172.4 3702.1 6260.5 4728.6 75.5
- Dana Bagi Hasil Pajak 687.0 691.1 708.5 624.7 690.3 110.5
- Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam 3177.1 2481.2 2993.6 5635.8 4038.4 71.7
Dana Alokasi Umum 5867.8 6554.4 7001.0 6892.6 6892.6 100.0
Dana Alokasi Khusus 447.8 499.7 516.9 1440.8 1440.8 100.0
Dana Penyesuaian 1016.1 1184.1 1309.4 2231.2 2232.3 100.0
- Dana Desa 0.0 0.0 0.0 501.1 501.1 100.0
Total Transfer 11,195.7 11,410.6 12,529.4 23,586.8 20,524.1 87.0
Sumber: Sistem Informasi Transfer ke Daerah Dan Dana Desa, DJPK Kemenkeu
Rp miliar kecuali disebutkan lain
Jenis Transfer 2012 2013 20142015
Meskipun Dana Transfer meningkat, rata-rata realisasi Pendapatan Daerah secara spasial pada
kabupaten/kota juga di bawah target, yaitu 95%. Persentase realisasi Pendapatan tertinggi adalah Kab.
Barito Kuala, yaitu sebesar 100,42% dengan nominal Rp1,1triliun. Di sisi lain, persentase Realisasi
Pendapatan Kab. Tanah Bumbu merupakan yang terendah dibandingkan dengan Kab./Kota lainnya,
yaitu sebesar 86,48% dengan nominal Rp1,5triliun.Hal ini tidak lepas dari lemahnya kinerja sektor
pertambangan yang merupakan sektor unggulan kabupaten tersebut sehingga menurunkan sumber-
sumber PAD.
Tabel 4.4. Realisasi Pendapatan Kabupaten/Kota di Kalimantan Selatan
Rp miliar kecuali disebutkan lain
No Kota/Kab Pagu 2015 Realisasi sd Tw IV 2015 % Realisasi
1 Kab. Banjar 1,553.78 1,493.72 96.13
2 Kab. Barito Kuala 1,142.50 1,147.30 100.42
3 Kab. Hulu Sungai Selatan 1,194.55 1,115.59 93.39
4 Kab. Hulu Sungai Tengah 1,179.56 1,096.87 92.99
5 Kab. Hulu Sungai Utara 1,119.31 1,120.67 100.12
6 Kab. Kotabaru 1,422.23 1,409.47 99.10
7 Kab. Tabalong 1,361.62 1,241.88 91.21
8 Kab. Tanah Laut 1,327.91 1,355.84 102.10
9 Kab. Tapin 1,188.66 1,140.99 95.99
10 Kota Banjarbaru 987.66 962.40 97.44
11 Kota Banjarmasin 1,622.24 1,406.75 86.72
12 Kab. Balangan 1,026.01 958.50 93.42
13 Kab. Tanah Bumbu 1,522.21 1,316.35 86.48
Sumber: Ditjen Perbendaharaan Wilayah Kalimantan Selatan
Bab IV. Keuangan Daerah
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 72
4.2. REALISASI BELANJA DAERAH
Pada sisi belanja daerah, realisasi serapan APBD Provinsi Kalimantan Selatan pada Triwulan IV-
2015 sedikit lebih baik dari tahun sebelumnya. Realisasi serapan belanja daerah tercatat sebesar
90,9%, lebih tinggi dari tahun sebelumnya (89,2%). Menguatnya serapan belanja daerah berperan
penting guna mendukung perekonomian agar tidak melambat lebih dalam. Menguatnya serapan
belanja daerah utamanya bersumber dari komponen belanja pegawai dan belanja bantuan keuangan.
Realisasi serapan belanja pegawai tercatat sebesar 92,7% pada 2015, lebih tinggi dari tahun
sebelumnya (83,7%). Perbaikan serapan juga terjadi di Barang dan Jasa dan Belanja Modal. Belanja
Modal lebih tinggi 2,2% dibandingkan tahun sebelumnya. Menguatnya belanja modal dan belanja
operasi adalah sinyal positif bagi realisasi belanja pemerintah dalam rangka pembangunan ekonomi
daerah.
Tabel 4.5. Realisasi Belanja APBD Provinsi Kalimantan Selatan
Rp miliar kecuali disebutkan lain
APBD-P
2014 2015 2014 2015 2014 2015
Belanja Operasi 4,103.12 4,299.16 3,648.44 3,889.35 88.9% 90.5%
Belanja Pegawai 876.70 868.52 733.88 805.45 83.7% 92.7%
Belanja Barang dan Jasa 1,428.18 1,509.79 1,267.49 1,289.10 88.7% 85.4%
Belanja Bantuan Sosial 426.88 674.89 413.35 669.16 96.8% 99.2%
Belanja Bantuan Keuangan 1,371.35 1,245.96 1,233.72 1,125.64 90.0% 90.3%
Belanja Modal 1,399.20 1,318.24 1,266.88 1,221.80 90.5% 92.7%
Belanja Tidak Terduga 8.68 10.00 2.50 1.98 28.8% 19.8%
Total Belanja Daerah 5,511 5,627 4,918 5,113 89.2% 90.9%
Sumber: Ditjen Perbendaharaan Wilayah Kalimantan Selatan
Uraian Pos APBDRealisasi S/d Triwulan IV % Realisasi
Rasio realisasi Belanja Modal terhadap realisasi total Belanja tercatat lebih tinggi. Pada 2015 rasio
belanja modal terhadap total belanja tercatat sebesar 23,43% lebih tinggi dari tahun sebelumnya
19,04%. Besarnya rasio belanja modal terhadap total belanja mencerminkan besarnya perhatian
pemerintah untuk penyediaan infrastruktur yang lebih baik. Belanja modal pada umumnya dipergunakan
untuk membiayai pembangunan sarana dan prasarana untuk mendorong investasi dan memperlancar
distribusi sehingga dapat menjadi motor pendorong perekonomian daerah.
Bab IV. Keuangan Daerah
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 73
Grafik 4.2. Rasio Belanja Modal terhadap Total Belanja
7.49 6.65
13.26
19.04
23.43
0
4
8
12
16
20
24
28
2011 2012 2013 2014 2015
%
Sumber: Bagian Akuntansi Provinsi Kalimantan Selatan
Secara spasial, rata-rata persentase realisasi belanja Triwulan IV-2015 di setiap kabupaten/kota sebesar
83,7%, berada di bawah persentase realisasi provinsi pada periode yang sama (90,9%). Realisasi tertinggi
dicatatkan oleh Kota Banjarbaru, sebesar 94,65% diikuti Kabupaten Barito Kuala (92,30%) dan
Kabupaten Tabalong (88,20%). Realisasi terendah adalah Kabupan Tanah Laut dengan persentase
60,23%.
Tabel 4.6. Realisasi Belanja APBD Kabupaten/Kota
Rp miliar kecuali disebutkan lain
No Kota/Kab Pagu 2015 Realisasi sd Tw IV 2015 % Realisasi
1 Kab. Banjar 2,043.76 1,764.17 86.32
2 Kab. Barito Kuala 1,385.06 1,278.41 92.30
3 Kab. Hulu Sungai Selatan 1,608.54 1,400.40 87.06
4 Kab. Hulu Sungai Tengah 1,340.29 1,164.58 86.89
5 Kab. Hulu Sungai Utara 1,433.14 1,234.79 86.16
6 Kab. Kotabaru 2,394.62 1,839.31 76.81
7 Kab. Tabalong 1,710.68 1,508.82 88.20
8 Kab. Tanah Laut 2,962.96 1,784.59 60.23
9 Kab. Tapin 1,906.19 1,391.52 73.00
10 Kota Banjarbaru 1,084.70 1,026.67 94.65
11 Kota Banjarmasin 2,105.42 1,758.87 83.54
12 Kab. Balangan 908.88 798.36 87.84
13 Kab. Tanah Bumbu 1,851.29 1,583.96 85.56
Sumber: Tim Evaluasi dan Pengawasan Realisasi Anggaran, DJPK Kemenkeu
4.3. ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (APBD) 2016
Untuk Tahun Anggaran 2016, anggaran Pendapatan Provinsi Kalimantan Selatan daerah
meningkat 3% dibandingkan APBD-P 2015, sedangkan Anggaran Belanja Provinsi Kalimantan
Selatan dianggarkan -7% lebih rendah dibandingkan APBD-P 2015. Secara nominal, Anggaran
Pendapatan tercatat Rp5,0triliun, naik Rp142,6miliar (sekitar 3%) dibandingkan tahun anggaran 2015
Bab IV. Keuangan Daerah
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 74
(Rp4,8triliun). Di sisi lain, Anggaran Belanja turun sebesar Rp418,3miliar (sekitar -7%) dibandingkan
APBD-P tahun 2014 menjadi Rp5.2triliun. Penurunan beanja ini disebakan potensi pendapatan yang
terbatas.
Tabel 4.7. APBD Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan 2016
Rp miliar kecuali disebutkan lain
Nominal %
PENDAPATAN DAERAH 4,891.42 5,034.05 142.63 2.9%
PENDAPATAN ASLI DAERAH 2,934.17 2,938.28 4.11 0.1%
Pajak Daerah 2,361.88 2,424.02 62.13 2.6%
Retribusi Daerah 31.45 24.29 -7.16 -22.8%
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 52.62 50.34 -2.28 -4.3%
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah 488.22 439.65 -48.58 -9.9%
DANA PERIMBANGAN 1,474.66 1,639.22 164.56 11.2%
Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 839.53 859.70 20.17 2.4%
Dana Alokasi Umum 571.24 779.52 208.27 36.5%
Dana Alokasi Khusus 63.89 - 360.21 -100.0%
LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH 482.59 456.55 -26.04 -5.4%
Pendapatan Hibah 31.69 32.45 0.76 2.4%
Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 450.90 424.10 -26.80 -5.9%
BELANJA DAERAH 5,627.39 5,209.05 -418.35 -7.4%
BELANJA TIDAK LANGSUNG 2,617.36 2,482.53 -134.83 -5.2%
Belanja Pegawai 686.51 714.33 27.81 4.1%
Belanja Hibah 674.89 491.75 -183.14 -27.1%
Belanja Bagi Hasil Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota
dan Pemerintah Desa 1,211.87 1,268.00 56.13 4.6%
Belanja Bantuan Keuangan Kepada
Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintah Desa 34.10 1.46 -32.63 -95.7%
Belanja Tidak Terduga 10.00 7.00 -3.00 -30.0%
BELANJA LANGSUNG 3,010.03 2,726.51 -283.52 -9.4%
Belanja Pegawai 182.01 105.24 -76.77 -42.2%
Belanja Barang dan Jasa 1,509.79 1,492.97 -16.81 -1.1%
Belanja Modal 1,318.24 1,128.30 -189.94 -14.4%
Sumber: Ditjen Perbendaharaan Wilayah Kalimantan Selatan
UraianAPBD 2015 APBD 2016
Perubahan
Peningkatan Anggaran Pendapatan ditargetkan berasal dari naiknya anggaran Dana Perimbangan
sebesar Rp164,6miliar (11,2%), diikuti Pendapatan Asli Daerah yang meningkat tipis 0,1%.
Meningkatnya Dana Perimbangan sejalan dengan program Pemerintah Pusat dalam rangka
pembangunan daerah, termasuk pembangunan desa. Sementara itu, Dana Alokasi Khusus tidak
dianggarkan untuk tahun ini.
Bab IV. Keuangan Daerah
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 75
Dari sisi Anggaran Belanja, penurunan terutama terjadi pada alokasi belanja modal yang dikurangi
Rp189,9miliar (-14,4%). Selain itu, alokasi Belanja Hibah juga diturunkan Rp183,14miliar (-27,1%). Di
sisi lain, terdapat peningkatan pada akun Belanja Bagi Hasil Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan
Pemerintah Desa dengan kenaikan terbesar Rp56,13miliar (4,6%). Peningkatan juga terjadi pada
Belanja Pegawai sebesar Rp27,8miliar dengan persentase kenaikan 4,1%.
Dalam tiga tahun terakhir, Penurunan Anggaran Belanja baru terjadi pada APBD Tahun Anggaran 2016.
Penurunan belanja ini diperkirakan terkait dengan kinerja ekonomi Kalimantan Selatan saat ini yang
sedang dalam kondisi perlambatan.
Tabel 4.8. Realisasi Belanja APBD Kabupaten/Kota
Rp miliar kecuali disebutkan lain
% Pertumbuhan
APBD-P 2014 APBD-P 2015 APBD 2016 2014 2015 2016
Pendapatan Daerah 4,814.59 4,891.42 5,034.05 9.13 1.60 2.92
Pendapatan Asli Daerah 2,920.89 2,934.17 2,938.28 8.69 0.45 0.14
Dana Perimbangan 1,531.32 1,474.66 1,639.22 11.52 -3.70 11.16
Lain-lain Pendapatan yang Sah 362.39 482.59 456.55 3.21 33.17 -5.40
Belanja Daerah 5,511.00 5,627.45 5,209.05 2.40 2.11 -7.44
Belanja Operasi 4,103.12 3,078.35 4,073.75 7.16 -24.98 32.34
Belanja Modal 1,399.20 1,318.24 1,128.30 -9.02 -5.79 -14.41
Belanja Tidak Terduga 8.68 10.00 7.00 -42.13 15.21 -30.00
Sumber: Ditjen Perbendaharaan Wilayah Kalimantan Selatan
Uraian Pos APBDAPBD
Bab IV. Keuangan Daerah
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 76
Halaman ini sengaja dikosongkan
Bab IV. Keuangan Daerah
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 77
BAB V
KETENAGAKERJAAN DAN
KESEJAHTERAAN
Bab IV. Keuangan Daerah
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 78
Halaman ini sengaja dikosongkan
Bab V. Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 79
5. KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN
Kondisi ketenagakerjaan di Kalimantan Selatan terindikasi melemah. Berdasarkan hasil liaison dan
Survei Kegiatan Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan Bank Indonesia terdapat indikasi
penurunan jumlah tenaga kerja pada Triwulan IV-2015 dibandingkan triwulan sebelumnya. Selaras
dengan hal tersebut, tingkat kesejahteraan masyarakat Kalimantan Selatan masih melemah
sebagaimana tercermin dari hasil Survei Konsumen yang dilakukan oleh Bank Indonesia. Hal yang sama
juga terlihat dari indikator kesejahteraan petani yaitu Nilai Tukar Petani (NTP) yang selama triwulan
laporan menurun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.
5.1. KETENAGAKERJAAN
Kondisi ketenagakerjaan di Provinsi Kalimantan Selatan pada triwulan IV-2015 masih belum pulih
meskipun pertumbuhan ekonomi mulai membaik. Hasil liaison yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan
Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan kepada sejumlah perusahaan di wilayah Kalimantan Selatan
di sepanjang Triwulan IV-2015 mengindikasikan turunnya pada jumlah tenaga kerja. Sejumlah
perusahaan contact liaison menginformasikan bahwa terdapat sebagian karyawan tidak tetap yang
telah melewati masa kontrak dan karyawan yang telah melalui masa kerja (pensiun) pada Triwulan IV-
2015, khususnya sektor pertanian dan sektor pertambangan. Indikasi turunnya jumlah tenaga kerja
tersebut juga tertangkap dalam Survei Kegiatan Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) dan Survei Konsumen
yang dilakukan oleh KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan. Hasil SKDU memperlihatkan adanya indikasi
penurunan realisasi penggunaan tenaga kerja pada Triwulan IV-2015 yang tercermin dalam angka
Saldo Bersih Tertimbang (SBT) penggunaan tenaga kerja yang tercatat sebesar -4,49% yang berarti
bahwa terdapat pengurangan penggunaan tenaga kerja dibandingkan triwulan sebelumnya. Sejalan
dengan kondisi perekonomian terkini dan hasil liaison, penurunan tenaga kerja pada Triwulan IV-2015
terjadi pada sektor pertambangan dan sektor pertanian yang mengalami perlambatan pada triwulan ini.
Grafik 5.1. Saldo Bersih Tertimbang Indikator Penggunaan Tenaga Kerja
Grafik 5.2. Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja
2.66 -4.49
3.14 1.39
-2.12 -2.54
1.92 0.00
-10
-5
0
5
10
15
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2011 2012 2013 2014 2015
% SBT
Sumber: Bank Indonesia (Survei Kegiatan Dunia Usaha/SKDU)
Total
PHR
Pertanian
Tambang
Tw III Tw IV
87.5
86.378.1
94.7
50
60
70
80
90
100
110
120
130
140
150
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2012 2013 2014 2015
Indeks
Sumber: Bank Indonesia (Survei Konsumen)
Indeks Ketersediaan Lap. Kerja saat ini
Indeks Ekspektasi Ketersediaan Lap. Kerja 6 bln yg akan datang
5
Bab V. Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 80
Selanjutnya, hasil survei konsumen menunjukkan berkurangnya optimisme ketersediaan lapangan
kerja sepanjang Triwulan IV-2015. Dalam Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Saat Ini Triwulan IV-2015
tercatat sebesar 86,3, sedikit lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar
87,5. Angka indeks yang berada di bawah 100 menunjukkan pesimisme konsumen dalam melihat
ketersediaan lapangan kerja saat ini. Perbaikan ekspektasi konsumen tersebut diperkirakan akan
berlangsung sebagaimana terlihat pada adanya sedikit peningkatan ekspektasi ketersediaan lapangan
kerja dalam enam bulan ke depan mengacu kepada indeks ekspektasi lapangan kerja yang meningkat
dari 78,1 pada Triwulan III-2015 menjadii 94,7 pada triwulan laporan.
5.2. KESEJAHTERAAN
Sejalan dengan kondisi ketenagakerjaan yang masih belum menujukkan peningkatan, perbaikan tingkat
kesejahteraan masyarakat Kalimantan Selatan juga masih tertahan yang terkonfirmasi dalam sejumlah
indikator.
5.2.1 DAYA BELI MASYARAKAT
Daya beli masyarakat terindikasikan sedikit meningkat pada Triwulan-IV 2015. Hasil Survei Konsumen
Kota Banjarmasin di Triwulan-IV 2015 menunjukkan angka indeks penghasilan konsumen (IPK) sebesar
111,4, sedikit lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 110,4. Selanjutnya, meskipun
ketersediaan lapangan kerja diekspektasikan menguat dalam 6 bulan yang akan datang, namun indeks
ekspektasi penghasilan konsumen 6 bulan yang akan datang justru mengalami penurunan, yaitu
sebesar 117,2 dari triwulan sebelumnya yang sebesar 148,8. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat
lebih berekspektasi untuk tetap bekerja walaupun penghasilan yang mereka peroleh leih rendah
dibandingkan triwulan sebelumnya. Selain itu, pengaruh nuansa perlambatan ekonomi pada Triwulan-
IV 2014 masih memengaruhi ekspektasi konsumen pada triwulan laporan.
Grafik 5.3. Indeks Penghasilan Konsumen
Grafik 5.4. Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) Kalimantan Selatan
110.4 111.4
147.1
117.2
50
70
90
110
130
150
170
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2012 2013 2014 2015
Indeks
Sumber: Bank Indonesia (Survei Konsumen)
Indeks Penghasilan Konsumen saat ini
Indeks Ekspektasi Penghasilan Konsumen 6 bln yg akan datang
99.7799.32
115.47 116.62
115.20
115.83
85
90
95
100
105
110
115
120
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2012 2013 2014 2015
Indeks
Sumber: BPS, Nilati Tukar Petani September 2015, diolah
Nilai tukar Petani
Indeks hargadibayar (Ib)
Indeks harga diterima (It)
Bab V. Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 81
5.2.2 Nilai Tukar Petani
Pada Triwulan IV-2015, nilai tukar petani (NTP) Kalimantan Selatan yang mencerminkan
tingkat kesejahteraan petani tercatat sebesar 99,32 sedikit menurun dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya yang tercatat sebesar 99,77. Penurunan NTP tersebut disebabkan oleh kenaikan indeks
harga yang dibayar petani (Ib) yang lebih tinggi dibandingkan kenaikan indeks harga yang diterima
petani (lt). Terbatasnya peningkatan indeks harga yang diterima petani (It) diakibatkan oleh turunnya
harga komoditas internasional, seperti kelapa sawit dan karet.
Tabel 5.1. Perkembangan Nilai Tukar Petani Kalimantan Selatan (Tahun Dasar 2012)
I II III IV I II III IV qtq yoy
98.97 98.76 97.89 98.97 104.74 102.78 101.59 108.14 6.45% 9.27%
100.94 98.86 101.87 99.51 99.75 100.34 102.47 108.98 6.35% 9.52%
97.80 93.87 89.80 88.56 88.31 86.78 85.12 83.21 -2.25% -6.04%
108.97 109.27 110.07 107.32 108.41 109.47 110.37 108.93 -1.30% 1.50%
108.58 108.09 109.30 108.16 110.27 109.98 111.27 110.71 -0.50% 2.36%
101.21 99.89 99.17 97.63 101.06 100.60 99.77 99.32 -0.45% 1.73%
107.92 108.54 109.07 110.95 114.67 115.86 115.20 115.83 0.54% 4.40%
106.63 108.66 109.98 113.64 113.47 115.17 115.47 116.62 0.99% 2.62%
a. 107.67 110.11 111.70 115.51 115.54 117.35 117.57 118.71 0.97% 2.77%
b. 104.18 105.21 105.83 108.99 108.30 109.65 110.14 110.19 0.04% 1.10%
Sumber: BPS Kalsel (diolah)
Perubahan (%)
Sektor, Kelompok dan Subkelompok
2014 2015
Tanaman Pangan
Nilai Tukar Petani
Hortikultura
Nilai Tukar Petani
Peternakan
Tanaman Perkebunan Rakyat
Nilai Tukar Petani
Nilai Tukar Petani
Perikanan
Nilai Tukar Petani
Indeks harga yang dibayar petani (lb)
Indeks Konsumsi Rumah Tangga
Indeks BPPBM
Gabungan
Nilai Tukar Petani
Indeks harga yang diterima petani (lt)
Berdasarkan subsektor, NTP Perkebunan memiliki NTP yang terendah yaitu sebesar 83,21 menurun dari
angka triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 85,12 poin. Rendahnya angka NTP subsektor
perkebunan ini tidak lepas dari rendahnya harga komoditas perkebunan internasional saat ini seperti
Sawit dan Karet. Sementara NTP tertinggi berada pada subsektor perikanan dan peternakan yang
masing-masing tercatat sebesar 110,71 dan 108,93. Meskipun melemah, harga komoditas ternak dan
ikan masih relatif tinggi pada Triwulan IV-2015, sehingga indeks harga yang diterima petani dalam
subsektor tersebut lebih tinggi dari harga yang dibayar.
Bab V. Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 82
Halaman ini sengaja dikosongkan
Bab V. Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 83
BAB VI
PROSPEK EKONOMI
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 84
Halaman ini sengaja dikosongkan
Bab VI. Prospek Ekonomi
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 85
6. PROSPEK EKONOMI
Pada triwulan I-2016 perekonomian Kalimantan Selatan diprakirakan tumbuh meningkat sejalan
dengan membaiknya sektor pertanian dan pertambangan. Peningkatan sektor pertanian didorong
oleh meningkatnya produksi tabama dan komoditas perkebunan sedangkan peningkatan sektor
pertambangan didorong oleh potensi meningkatnya permintaan khususnya dari Tiongkok sehubungan
perayaan Imlek. Sementara itu dari sisi permintaan, peningkatnya pertumbuhan ekonomi didorong oleh
meningkatnya ekspor sejalan dengan peningkatan ekspor batubara serta meningkatnya konsumsi RT
sejalan dengan perbaikan pada sektor pertanian dan pertambangan.
Secara keseluruhan di tahun 2016, perekonomian Kalimantan Selatan berpotensi tumbuh
meningkat, didorong oleh perbaikan kinerja di semua sektor utama yakni sektor pertanian,
pertambangan, dan industri pengolahan. Perbaikan kinerja sektoral khususnya sektor pertambangan
dan industri pengolahan akan mendorong peningkatan ekspor. Sejalan dengan kondisi sektoral yang
membaik, investasi swasta akan meningkat. Investasi pemerintah juga akan kembali mendorong
pertumbuhan ekonomi seiring dengan berlanjutnya pembangunan sejumlah infrastruktur sehingga
investasi secara keseluruhan akan meningkat. Perbaikan kondisi sektoral yang tercermin pada kondisi
korporasi akan berdampak pada kondisi RT sehingga konsumsi RT diprakirakan juga akan tumbuh
meningkat.
Dari sisi perkembangan harga, dengan memperhatikan laju inflasi pada triwulan laporan, tingkat inflasi
Kalimantan Selatan pada akhir triwulan I-2016 diperkirakan mengalami peningkatan yang bersifat
temporer pada kisaran 5,30% - 5,50% (yoy) yang disebabkan oleh tekanan harga sejumlah komoditas
pangan di awal tahun seiring dengan berlangsungnya musim tanam padi serta cuaca yang kurang
kondusif di tengah-tengah musim penghujan. Pada akhir tahun, inflasi berangsur menurun ke sasaran
target inflasi 4+1%.
6
Bab VI. Prospek Ekonomi
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 86
6.1. PERKIRAAN KONDISI MAKRO EKONOMI
Grafik 6.1. Pertumbuhan Ekonomi Kalimantan Selatan
Peningkatan pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan I-2016 didorong oleh
meningkatnya pertumbuhan sektor pertanian dan sektor pertambangan. Peningkatan
pertumbuhan sektor pertanian telah diindikasikan oleh peningkatan luas tanam pada triwulan akhir
2015 selain didukung oleh meningkatnya produksi komoditas perkebunan khususnya kelapa sawit.
Sementara itu kontraksi pada pertumbuhan sektor pertambangan juga akan membaik berkenaan
dengan adanya perayaan Imlek18
yang akan mendorong permintaan batubara selain didukung oleh
potensi peningkatan permintaan batubara dari India sejalan dengan kondisi manufaktur yang membaik
di negara tersebut.
Permintaan Ekspor
Mengacu kepada Concencus Forecast, secara umum permintaan eksternal bagi Kalimantan Selatan
pada triwulan I-2016 akan meningkat khususnya dari India di mana pertumbuhan ekonomi negara
tersebut diprakirakan meningkat sejalan dengan perbaikan manufaktur dan konsumsi domestik yang
masih tumbuh positif. Sementara itu permintaan dari ASEAN diprakirakan relatif stabil demikian juga
dengan Jepang.
Permintaan ekspor Kalimantan Selatan pada 2016 secara keseluruhan diprakirakan menguat, didukung
oleh peningkatan pertumbuhan ekonomi India, Jepang dan ASEAN (khususnya Thailand). Selain
permintaan terhadap energi (batubara), sejalan dengan perbaikan kondisi manufaktur, permintaan
terhadap barang konsumsi termasuk CPO dan karet juga berpotensi meningkat, ditopang oleh
pertumbuhan konsumsi domestik negara-negara tersebut yang menguat.
18
2016 halaman 1
Bab VI. Prospek Ekonomi
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 87
Grafik 6.2. Prakiraan Kondisi Negara Mitra Dagang Triwulan I-2016
Grafik 6.3. Prakiraan Kondisi Negara Mitra Dagang Tahun 2016
Harga Komoditas
Mengacu kepada permintaan global ke depan, sejumlah harga komoditas pada triwulan I-2016 masih
tertahan khususnya batubara dan karet sementara itu harga CPO diprakirakan meningkat. Ke depan
permintaan minyak nabati dari India diprakirakan akan meningkat sejalan dengan meningkatnya
permintaan domestik. Kuatnya permintaan domestik India ke depan akan menurunkan target
ekspornya akan minyak nabati. Sementara itu supplier dunia lainnya yakni Malaysia juga akan
berkontribusi pada penurunan suplai dunia seiring dengan potensi penurunan panen kelapa sawit pada
tahun 201619
.
Secara keseluruhan tahun, permintaan global yang masih lemah berdampak pada harga yang masih
turun di 2016 baik pada batubara, CPO maupun karet.
Grafik 6.4. Proyeksi Harga Komodtas
19Oilseeds: World Markets and Trade, United States Department of Agriculture, Edisis Februari 2016
Bab VI. Prospek Ekonomi
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 88
Perbaikan sektor pertanian serta sektor pertambangan yang mendorong kinerka ekspor pada akhirnya
mendorong perbaikan pada konsumsi RT. Persepsi konsumen terhadap kondisi perekonomian ke depan
yang dicerminkan oleh Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) dan penyusunnya yang bersumber dari Survei
Konsumen KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan selama tiga bulan terakhir menunjukkan peningkatan.
Dengan beberapa kondisi tersebut di atas, perekonomian Kalimantan Selatan pada triwulan I-2016
diprakirakan akan berada pada kisaran 4,1%-4,3% (yoy). sedangkan selama tahun 2016 tumbuh pada
kisaran 3,9%-4,3% (yoy).
6.2. PRAKIRAAN INFLASI
Tekanan inflasi Provinsi Kalimantan Selatan pada triwulan I-2016 diperkirakan akan sedikit
meningkat yang bersifat temporer pada kisaran 5,30% - 5,50% (yoy) yang dipicu oleh tekanan
harga bahan pangan pada awal tahun seiring rendahnya pasokan yang dipengaruhi oleh kondisi
cuaca. Namun demikian, tekanan dari sisi volatile foods tersebut diperkirakan akan berangsur mereda
menjelang akhir triwulan seiring dengan membaiknya cuaca dan pasokan serta sedikit tertahan oleh
koreksi harga tarif angkutan udara yang kembali normal pada triwulan I-2016. Secara triwulanan, inflasi
pada triwulan I-2016 diprakirakan cukup rendah berada pada kisaran 0% 0,50% (qtq), jauh lebih
rendah dibanding realisasi pada triwulan IV-2015 yang tercatat sebesar 1,88% (qtq).
Grafik 6.5. Proyeksi Inflasi Kalimantan Selatan 2016
Selanjutnya sejumlah risiko inflasi yang diperkirakan akan mempengaruhi dinamika inflasi pada triwulan
I-2016 adalah sebagai berikut:
1. Risiko inflasi terbesar diperkirakan berasal dari komponen volatile foods yang diperkirakan akan
sedikit meningkat pada awal triwulan seiring dengan tingginya curah hujan di tengah-tengah
musim penghujan namun akan kembali mereda dipenghujung triwulan depan. Harga ikan segar
khususnya ikan gabus juga diperkirakan akan meningkat seiring dengan sulitnya penangkapan
Bab VI. Prospek Ekonomi
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 89
pada saat musim penghujan sehingga produksi menurun. Harga beras diperkirakan juga akan
merangkak naik seiring berkurangnya pasokan pada saat musim tanam. Harga komoditas bahan
makanan lainnya seperti daging ayam ras, telur ayam ras, produk hortikultura seperti aneka cabe
dan bawang merah diperkirakan akan kembali meningkat terutama dipengaruhi oleh faktor cuaca.
2. Dari sisi inflasi inti, risiko berasal dari kenaikan permintaan masyarakat untuk perayaan hari imlek,
namun diperkirakan tidak terlalu besar sehingga pergerakan inflasi inti diperkirakan cukup moderat.
3. Risiko dari sisi administered prices diperkirakan relatif mereda menyusul koreksi tarif angkutan
udara yang kembali normal, namun masih terdapat potensi kenaikan seiring dengan libur long
weekend pada akhir bulan Maret 2016. Potensi risiko lainnya berasal dari kenaikan tarif listrik
khususnya pelanggan 900kVA ke atas yang telah ditetapkan pada bulan Desember 2016.
Dengan mempertimbangkan sejumlah faktor risiko tersebut, diperkirakan inflasi Kalimantan Selatan
pada akhir tahun 2016 akan mengalami perbaikan dari tahun 2015 dan berada pada kisaran 4,0+1%.
Selaras dengan target inflasi nasional tahun 2016 yang berada pada level 4,0%+1%.
Tabel Prospek
Pertumbuhan Ekonomi (%, yoy)
2012 2013 2014
2015 2015 2016 2016-F
III III III IV I-F
Pertumbuhan PDRB, % yoy 6,0 5,3 4,9 3,92 3,92 3,92 4.01 3,84 4,1-4,3 3,9-4,3
Inflasi (%, yoy)
2012 2013 2014
2015 2016
2016-F
I II III IV I*
Perubahan IHK, % yoy 5,96 6,98 7,28 7,00 6,83 4,81 7,28 5,3 5,5 3,0 5,0
Sumber : BPS Provinsi Kalsel
*) Proyeksi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 90
DAFTAR ISTILAH
Administered price Komoditas inflasi yang perkembangan harganya diatur oleh pemerintah.
Andil inflasi Sumbangan perkembangan harga suatu komoditas/kelompok barang/kota
terhadap tingkat inflasi secara keseluruhan.
APBD Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Rencana keuangan tahunan
pemerintah daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah
daerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan peraturan daerah.
Bobot inflasi Besaran yang menunjukkan pengaruh suatu komoditas terhadap tingkat inflasi
secara keseluruhan, yang diperhitungkan dengan melihat tingkat konsumsi
masyarakat terhadap komoditas tersebut.
Dana Perimbangan Sumber pendapatan daerah yang berasal dari APBN untuk mendukung
pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah dalam mencapai tujuan
pemberian otonomi daerah.
Dana Pihak Ketiga (DPK) Dana masyarakat (berupa tabungan, deposito, giro, dll) yang disimpan di suatu
bank.
Faktor Fundamental Faktor fundamental adalah faktor pendorong inflasi yang dapat dipengaruhi
oleh kebijakan moneter, yakni interaksi permintaan-penawaran atau output
gap, eksternal, serta ekspektasi inflasi masyarakat
Faktor Nonfundamental Faktor nonfundamental adalah faktor pendorong inflasi yang berada di luar
kewenangan otoritas moneter, yakni produksi maupun distribusi bahan
pangan (volatile foods), serta harga barang/jasa yang ditentukan oleh
pemerintah (administered price)
Imported inflation Inflasi yang berasal dari pengaruh perkembangan harga di luar negeri
(eksternal)
Indeks Ekspektasi
Konsumen
Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan
konsumen terhadap ekspektasi kondisi ekonomi 6 bulan mendatang, dengan
skala 1 100.
Indeks Harga Konsumen
(IHK)
Sebuah indeks yang merupakan ukuran perubahan rata-rata harga barang dan
jasa yang dikonsumsi masyarakat pada suatu periode tertentu.
Indeks Kondisi Ekonomi Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan
konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini, dengan skala 1 100.
Indeks Keyakinan
Konsumen (IKK)
Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi
ekonomi saat ini dan ekspektasi kondisi ekonomi enam bulan mendatang,
dengan skala 1 100.
Investasi Kegiatan meningkatkan nilai tambah suatu kegiatan produksi melalui
peningkatan modal.
Inflasi inti Inflasi inti adalah inflasi yang dipengaruhi oleh faktor fundamental
Liaison Kegiatan pengumpulan data/statistik dan informasi yang bersifat kualitatif dan
kuantitatif yang dilakukan secara periodik melalui wawancara langsung kepada
pelaku ekonomi mengenai perkembangan dan arah kegiatan ekonomi dengan
cara yang sistematis dan didokumentasikan dalam bentuk laporan
Loan to Deposit Ratio
(LDR)
Rasio yang menunjukkan perbandingan antara jumlah pinjaman yang
disalurkan dengan dana pihak ke tiga yang dihimpun pada suatu waktu
tertentu.
Migas Minyak dan gas. Merupakan kelompok sektor industri yang mencakup industri
minyak dan gas.
Mtm Month to month. Perbandingan antara data suatu bulan dengan bulan
sebelumnya.
Non Performing Loan
(NPL)
Besarnya jumlah kredit bermasalah pada suatu Bank dibanding dengan total
keseluruhan kreditnya
Omzet Nilai penjualan bruto yang diperoleh dari satu kali proses produksi.
PDRB Produk Domestik Regional Bruto. Pendapatan suatu daerah yang
mencerminkan hasil kegiatan ekonomi yang ada di suatu wilayah tertentu.
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 91
Pendapatan Asli Daerah
(PAD)
Pendapatan yang diperoleh dari aktivitas ekonomi suatu daerah seperti hasil
pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil
pengelolaan kekayaan daerah.
Perceived risk Persepsi risiko yang dimiliki oleh investor terhadap kondisi perekonomian
sebuah negara
Qtq Quarter to quarter. Perbandingan antara data suatu triwulan dengan triwulan
sebelumnya.
Saldo Bersih Selisih antara persentase jumlah responden yang memberikan jawaban
onden yang memberikan jawaban
SBT Saldo Bersih Tertimbang. Nilai yang diperoleh dari hasil perkalian saldo bersih
sektor/subsektor yang bersangkutan dengan bobot sektor/subsektor yang
bersangkutan sebagai penimbangnya.
Sektor ekonomi dominan Sektor ekonomi yang mempunyai nilai tambah besar sehingga mempunyai
pengaruh dominan pada pembentukan PDRB secara keseluruhan.
Volatile food Komoditas inflasi yang perkembangan harganya sangat bergejolak karena
faktor-faktor tertentu.
West Texas Intermediate Jenis minyak bumi yang menjadi acuan untuk transaksi perdagangan minyak
dunia.
Yoy Year on year. Perbandingan antara data suatu periode dengan periode yang
sama tahun sebelumnya.
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 92
TIM PENYUSUN
Penanggung Jawab
Harymurthy Gunawan
Koordinator penyusun
Mohd Irwan
Tim penulis
Muhamad Shiroth, Arief Noor Rachman, R. Hutama Jaya Wardhana, Anita Pratiwi, dan Rubiyanto
Kontributor
Tim Data dan Statistik Ekonomi dan Keuangan Daerah
Unit Pelaksanaan Pengembangan UMKM
Tim Sistem Pembayaran
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan
Tim Asesmen dan Advisory
Jl. Lambung Mangkurat No. 15 Banjarmasin
No. Telp. +62 (511) 4368182 psw. 8236 No. Fax.+62 (511) 3354678
Email : [email protected], [email protected]
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 93
Halaman ini sengaja dikosongkan
KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 94
Halaman ini sengaja dikosongkan