Upload
mitha-sari-ii
View
52
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
pengaruh kecemasan terhadap halitosis
Citation preview
Halitosis yang dilaporkan sendiri dan keadaan emosional: dampak kondisi mulut dan
perawatan
Febreilla Wardhani
NIM: 01.20?.????
LATAR BELAKANG
Terbatasnya penelitian yang menyoroti hubungan antara
halitosis dan emosi, misalnya kecemasan
Tujuan
Menguji hubungan antara halitosis yang dilaporkan sendiri dan faktor yang berhubungan dengan
keadaan emosi, terutama kecemasan dental
Metode
Pasien
• 1.052 subyek di ruang tunggu klinik gigi Messina dan Reggio Calabri• 623 perempuan • 388 laki-laki • 41 tidak ada identitas mengenai jender
• Berusia antara 15 dan 65 tahun • Kriteria inklusi:• Subyek yang melakukan konsultasi pertama atau
untuk check-up salah satu alasan berikut: karies, membersihkan gigi, whitening, permata gigi, karang gigi, abses, ekstraksi gigi, pengisian, devitalisasi, perdarahan atau radang gusi, kawat gigi, mahkota gigi, gigi palsu, operasi gigi, nyeri, penyakit pada gusi, halitosis yang dilaporkan sendiri atau untuk menemani pasien
METODE
Etika Penelitian • Komite Etika Messina• Penandantangan informed consent
Instrumen Studi • Kuesioner laporan diri untuk:• Deteksi halitosis • Data sosiodemografi• Ada atau tidak adanya patologi medis dan gigi, alergi, praktik
kebersihan mulut, obat-obatan, merokok dan konsumsi alkohol, atribut yang terkait dengan kondisi mulut itu sendiri atau kondisi lainnya.
• Skala kecemasan dental (DAS)• DAS 1• 6 item memperlihatkan kecemasan dental yang disebabkan oleh
rangsangan gigi • DAS 2 • 13 item mengeksplorasi kecemasan dental yang berkaitan dengan
hubungan pasien-dokter gigi
Analisis Statistik Chi-square
untuk menguji hubungan antara halitosis yang dipersepsikan sendiri dengan variabel yang diteliti pada kuesioner laporan diri
Student t-test Perbedaan rata-rata antara kedua kelompok
(dengan halitosis yang dipersepsikan sendiri atau tidak) sehubungan dengan kecemasan dental (dua subskala DAS secara terpisah, ketakutan dental tertentu dan hubungan dokter gigi-pasien), dan atribut yang terkait dengan kondisi mulut itu sendiri atau dengan lainnya
Regresi logistik biner Meneliti pentingnya berbagai faktor penyebab
terjadinya halitosis yang dilaporkan sendiri
HASIL Tabel 1. Karakteristik sosiodemografi sampel.
Usia rata-rata dari semua peserta studi adalah 35,12 tahun (SD = 19.38, kisaran 15-65 tahun).
Wanita berkontribusi 59,2% dari sampel. Sehubungan dengan tingkat pendidikan dan pekerjaan, 30,1% sampel telah lulus dari sekolah tinggi dan 36,7% dari subyek menganggur.
Prevalensi halitosis yang dilaporkan sendiri dalam sampel ini adalah 19,39% (n = 204)
Tabel 2. Karakteristik sosiodemografi subyek dengan halitosis yang dipersepsikan sendiri.
Mayoritas subyek yang melaporkan halitosis yang dipersepsikan sendiri berada dalam kategori berikut:
• usia > 30 tahun (p <0,001),
• jenis kelamin perempuan (p <0,001),
• lulusan SMA (p <0.050),
• pengangguran (p <0,001)
Tabel 3. Karakteristik klinis subyek dengan halitosis yang dipersepsikan sendiri.
Tabel 4. Analisis regresi logistik faktor yang terkait dengan halitosis yang dilaporkan sendiri.
Faktor lain yang terkait dengan halitosis yang dipersepsikan sendiri adalah: j• Jenis kelamin perempuan (OR = 0,71,
p = 0,041), • menderita kecemasan umum (OR =
0,66, p = 0,010) dan • kebersihan mulut yang buruk (OR =
0,65, p = 0,040).
Faktor paling sangat terkait dengan halitosis yang dipersepsikan sendiri adalah: • konsumsi alkohol (OR = 0,47,
p = 0,001), • patologi gingiva (OR = 0,39, p
= 0,001), • usia> 30 tahun (OR = 1,01, p
= 0,003), • patologi sistem urin (OR =
0,47, p = 0,003) dan • kecemasan dental relasional
(DAS 2: OR = 1,04, p = 0,005).
Diskusi Etiopathogenesis halitosis terkait dengan
masalah medis seperti gangguan sistem urin, anemia, gangguan saluran pencernaan, masalah kulit, alergi, dan masalah tiroid, serta konsumsi alkohol, merokok dan kebersihan mulut yang buruk.
Gender perempua
n
masalah tiroid Cemas
Produksi senyawa
VSC halitosis
Subyek dengan pelaporan halitosis, rata-rata, lebih fobia dan kurang bersedia untuk berinteraksi dengan dokter gigi dibandingkan dengan subjek yang tidak melaporkan halitosis.
Halitosis terkait dengan keberadaan kebersihan mulut yang buruk, masalah gingiva dan kecemasan relasional (mengacu pada dokter gigi).
Kecemasan dental tergantung pada kesadaran pengobatan diri
Kecemasan dental berakibat pada:
• Penghindaran perawatan yang menyebabkan rendahnya kesehatan mulut dan kualitas hidup,
• Tingkat kecemasan tinggi dan fobia dapat mempengaruhi hubungan pasien-dokter gigi.
KESIMPULAN
Kecemasan menjadi salah satu penyebab halitosis yang dilaporkan sendiri.
Halitosis tidak hanya menuntut perawatan profesional yang diberikan oleh dokter gigi,
tetapi juga dukungan psikologis karena membatasi hubungan dengan orang lain.
Dari penelitian ini muncul kebutuhan untuk mempromosikan tidak hanya kebiasaan
kebersihan mulut yang sehat, tetapi juga untuk lebih memperhatikan aspek
psikologis dari pengalaman menemui dokter gigi dan menjalani perawatan gigi.
CRITICAL APPRAISAL
Identitas Jurnal • Judul • Self-reported halitosis and emotional state:
impact on oral conditions and treatments• Author • Salvatore Settineri1*, Carmela Mento1,
Simona C Gugliotta1, Ambra Saitta1, Antonella Terranova2, Giuseppe Trimarchi3, Domenico Mallamace1
• Publisher • Health and Quality of Life Outcomes 2010,
8:34• Tahun • 2010
Judul • Positif • Menjelaskan variabel-variabel yang
diteliti yaitu dampak kondisi emosional terhadap halitosis yang dilaporkan sendiri.
• Ditulis dalam cetak tebal • Tanpa singkatan • 12 kata
• Negatif• -
Positif:
• Mencakup latar belakang, metode dan hasil, serta kesimpulan
Negatif:
• Tidak ada , kata kunci• Lebih dari 200 kata (319 kata)
Metode Positif
Sampel penelitian jelas Mendapat persetujuan dari komite etik penelitian Definisi operasional variabel jelas Alat statistik jelas
Negatif Data berasal dari satu pusat Kriteria inklusi dan eksklusi kurang spesifik
Hasil Positif
Disajikan tabel dengan penjelasannya Penulisan tabel dengan nomor urut dan judul Penyajian tabel mengikuti aturan penulisan jurnal
internasional (tanpa garis vertikal dan horisontal dalam) Nilai p hasil uji statistik disertakan
Negatif : -
Diskusi Positif
Ada perbandingan dengan teori dan penelitian-penelitian terdahulu
Disebutkan keterbatasan penelitian Ada saran untuk penelitian mendatang
Negatif : -
pico analysis
Patient
• 1052 orang Italia di klinik gigi Messina dan Reggio Calabria.
Intervention
• No intervention, data yang digunakan berupa data primer yang diperoleh dari kuesioner
Comparison
• Membandingkan rentang usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status pekerjaan, patologi medis dan gigi - baik sendiri-sendiri maupun kelompok, alergi, praktik kebersihan mulut, obat-obatan, riwayat merokok dan konsumsi alkohol, Skala DAS, patologi sistem urin dan penyakit gingiva
Outcome
• Halitosis membutuhkan perawatan profesional tidak hanya oleh dokter gigi, tetapi juga dukungan psikologis karena merupakan masalah yang mengarah ke perilaku menghindar dan dengan demikian membatasi hubungan pasien-dokter gigi.
• Halitosis juga terkait dengan perawatan diri yang buruk.
• Kesehatan mulut yang buruk yang berkaitan dengan halitosis dilaporkan sendiri berhubungan dengan faktor-faktor kecemasan dental.
Validitas uji
Pertanyaan Jawaban
* Apakah penelitian uji diagnostik dilakukan secara tersamar dengan baku emas yang benar?
Ya dilakukan dengan baku emas yang dapat digunakan untuk mendeteksi terjadinya halitosis, salah satunya yaitu kecemasan, akan tetapi penelitian ini tidak dilakukan secara blind (tersamar)
* Apakah uji diagnostik dilakukan terhadap pasien dengan spektrum penyakit atau kelainan yang memadai seingga dapat diterapkan dalam praktek sehari-hari?
YA
* Apakah pemeriksaan dengan baku emas dilakukan tanpa memandang hasil pemeriksaan dengan uji diagnostik?
Ya, diagnosis terjadinya halitosis yang dipersepsikan sendiri oleh pasien dalam studi ini terkait dengan berbagai faktor meliputi: usia>30, perempuan, DAS 2, kecemasan umum, kebersihan oral, penyakit gusi, konsumsi alkohol, sistem urin
Kemamputerapan uji diagnostik
Pertanyaan Jawab Apakah uji diagnostik tersebut
tersedia, terjangkau dan akurat? Ya
Apakah kita dapat memperkirakan pretest probability penyakit pada pasien kita?
Ya. Contohnya pretest probability untuk deteksi halitosis yang dilaporkan sendiri dari kecemasan pada penelitian ini = 25,0%
Apakah post-test probability yang dihitung akan mengubah tata laksana pasien?
Ya. Contohnya post-test probability untuk deteksi halitosis yang dilaporkan sendiri dari kecemasan pada penelitian ini = 26,0%
Apakah secara keseluruhan uji diagnostik tersebut bermanfaat bagi pasien kita?
Masih perlu dipertimbangkan. Karena uji ini (deteksi halitosis dari kecemasan) hanya menghasilkan perubahan nilai pre test ke post test probability yang relatif kecil
Tingkat kepentingan Uji Contoh untuk kaitan
kecemasan dengan halitosis
Pretest probability = (A+C)/(A+B+C+D)= 100 / 398= 0,25 = 25,0%
Posttest probability = 0,25 : (1 – 0,25) x LR+ = 0,34 x 0,771 = 0,26 = 26,0%
Sensitivitas = 0,74 kemampuan kecemasan dalam menghasilkan angka positif pasti terjadinya halitosis yang dilaporkan sendiri adalah 74,0%.
Spesifitas = 0,04 kemampuan kecemasan dalam menghasilkan angka negatif pasti terjadinya halitosis yang dilaporkan sendiri adalah 4,0%.
PPV = 0,206 kemungkinan seorang pasien melaporkan halitosis karena mengalami kecemasan adalah 20,6%.
NPV = 0,316 kemungkinan seorang pasien halitosis yang tidak melaporkan sendiri halitosisnya dan tidak mengalami kecemasan adalah 31,6%.
LR+ = 0,771 (< 1) berarti kecemasan kurang representatif dalam menyebabkan kemungkinkan terjadinya halitosis yang dilaporkan sendiri
LR- = 6,457 kemungkinan halitosis yang dilaporkan sendiri menurun adalah sebesar 645,7% jika seseorang tidak mengalami kecemasan
Nilai-nilai IK95% dari hasil uji tersebut tidak mencakup angka 1 menunjukkan bahwa nilai-nilai ini bermakna secara statistik.
• Hasil penelitian valid • Hasil penelitian kurang penting
• Hasil penelitian dapat diterapkan
KESIMPULAN