Upload
rezamackulau
View
213
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Hubungan Internasionak
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pidana mati atau yang lebih dikenal sebagai hukuman mati, dewasa ini
menjadi topik menarik dalam berbagai diskursus politik, kemanusiaan, akademik,
hingga keagamaan. Fenomena hukuman mati begitu booming seiring dengan
bertambahnya jumlah orang yang dijerat pidana mati karena telah melakukan tindak
pidana tertentu yang secara yuridis telah memenuhi syarat untuk dipidana dengan
pidana mati1
Hukuman mati tampil sebagai jargon yang sangat mengerikan. Betapa tidak,
hak yang paling asasi, yaitu hak hidup, harus dirampas oleh tangan hukum yang
memiliki jerat bagi siapa saja yang berani menantangnya. Hal biasa yang selalu
muncul adalah ada pihak yang pro dan kontra terhadap hukuman tersebut. Berbagai
sudut pandang digunakan guna memperkuat argumen mereka tentang sah atau
tidaknya hukuman mati ini, mulai dari sisi agama, hukum social budaya dan tentu
saja hak asasi manusia. Hukuman mati di Indonesia bukanlah hukuman yang popular.
Sebab dalam pelaksanaannya sering mendapatkan kritikan dan kecaman dari berbagai
pihak, terutama para pegiat HAM. Hukuman mati dipandang sebagai bentuk
pelanggaran HAM.
Indonesia merupakan salah satu negara yang masih mempertahankan dan
mengakui legalitas pidana mati sebagai salah satu cara untuk menghukum pelaku
tindak kejahatan. Bahkan keberadaan pidana mati di Indonesia akan terus
1 Ali Mansyur, 2007, Aneka Persoalan Hukum, Semarang, Unissula Press Barda Nawawi Arief, 1996, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, Bandung: Citra Aditya Bhakti.
1
berlangsung pada waktu yang akan datang karena dalam Rancangan KUHP (Baru),
pidana mati masih merupakan salah satu sanksi pidana yang dipertahankan untuk
menghukum pelaku kejahatan. Sementara Hukum dibuat untuk mengatur agar
kepentingan-kepentingan yang berbeda antara pribadi, masyarakat, dan negara dapat
dijamin dan diwujudkan tanpa merugikan pihak yang lain.2
Baru-baru ini kasus terpidana “Bali Nine” sedang marak diperbincangkan,
kasus tersebut telah menyita banyak perhatian mulai dari masyarakat Indonesia
sendiri hingga masyarakat Internasional ikut turut mengikuti perkembangan kasus
terpidana Bali Nine. Bali Nine adalah kelompok penyelundup narkoba beranggotakan
sembilan orang yang ditangkap di Bali. Mereka ditangkap pada 17 April 2005 karena
menyelundupkan heroin seberat 8,3 kg. Mereka berhasil ditangkap berkat informasi
yang diberikan oleh polisi Australia. Tujuh dari Sembilan anggota Bali Nine dihukum
seumur hidup sementara terpidana mati kasus Bali Nine, Andrew Chan dan Myuran
Sukumaran telah dipindahkan dari penjara Kerobokan di bawah pengawalan super
ketat dalam perjalanan ke Pulau Nusa Kambangan tempat mereka akan dieksekusi.3
Dari permasalahan tersebut menurut penulis sangat menarik untuk dibahas.
Dikarenakan permasalahan tersebut sedang marak diperbincangkan dan kasus
tersebut juga menyita banyak perhatian. Baik dalam negeri maupun luar negeri.
Karena permasalahan tersebut menyangkut hidup dan mati seseorang, dan juga
2 Andi Hamzah,. dan A. Sumangelipu, Pidana Mati Di Indonesia Di Masa Lalu, Kini Dan Di Masa Depan, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1993, h. 31.3 Eksekusi Mati Bagaimana Nasib 7 Terpidana Bali Nine Lainnya dalam http://dunia.tempo.co/read/news/2015/03/05/120647321/Eksekusi-Mati-Bagaimana-Nasib-7-Terpidana-Bali-Nine-Lainnya (diakses pada tanggal 24 juni 2015 pukul 13:22)
2
menuai banyak perdebatan apakah hukuman mati memang pantas dijatuhkan untuk
para pengedar narkoba?
Previous study dalam hukuman mati juga pernah dibuat oleh Dinda Asri
dalam makalah yang berjudul “Konsep Hukum sebagai Yurisprudensi (Keputusan
Hakim) dalam Hukuman Mati di Indonesia”. Dalam makalah tersebut, si penulis
membahas tentang konsep hukuman mati yang dipakai di Indonesia dan mengambil
contoh kasus yaitu hukuman mati pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono. Critical review untuk makalah tersebut adalah makalah tersebut kurang
membahas hukuman mati dari berbagai perspektif yang ada. Contohnya dari
perspektif liberalis atau pancasila. Dan kurang membahas lebih dalam tentang contoh
kasus hukuman mati. Perbedaan antara makalah tersebut dengan proposal yang dibuat
oleh penulis adalah : Dinda Asri membahas hukuman mati pada masa Pemerintahan
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sementara penulis proposal ini, menulis
hukuman mati pada masa pemerintahan Presiden Joko Widodo.
Dibandingkan dengan Presiden sekarang, yakni pada Pemerintahan Presiden
Joko Widodo. Pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sudah
menyelenggarakan 13 kali eksekusi mati. Contohnya adalah kasus Tibo cs yang
menjadi tersangka kerusuhan di Poso, Amrozi cs yang menjadi pelaku Bom Bali I
dan kasus-kasus criminal lainnya. Sedangkan pada pemerintahaan dan presiden baru
Indonesia pada saat ini yang dipimpin oleh Presiden Joko Widodo, sudah ada kasus
hukuman mati pada masa beliau menjabat sebagai presiden Indonesia. Diantaranya
adalah kasus hukuman mati kepada terpidana kasus Bali Nine.
3
Seiring waktu berjalan, perdebatan mengenai hukuman mati akan terus
bergulir karena setiap memiliki starting point yang berbeda. Dan dari fenomena
inilah, penulis ingin membahas tentang problematika dan dilematis akan hukuman
mati pada pemerintahan Presiden Joko Widodo dikarenakan pelaksanaan hukuman
mati tersebut seakan “menggantung” dan tidak cepat diselesaikan.
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana tekanan Australia atas penundaan hukuman mati warga
Negara Australia dalam kasus Bali Nine di Indonesia?
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui apa saja tekanan yang dihadapi oleh Indonesia
yang diberikan Australia atas penundaan hukuman mati warga
Negara Australia dalam kasus Bali Nine.
2. Untuk memenuhi syarat Ujian Tengah Semester dalam matakuliah
Metode Penelitian Hubungan Internasional.
1.3.2. Manfaat Penelitian
1. Menjelaskan arah kebijakan Presiden Jokowi dalam menghadapi
hukuman mati di Indonesia.
2. Menjadi sarana dan informasi yang bersifat ilmiah, bersifat ilmiah
karena proposal ini dilengkapi oleh sumber yang baik dan
terpecaya. Baik untuk kalangan akademis maupun umum.
3. Menjadi bahan pembelajaran dan membuka wawasan tentang
hukuman mati untuk kalangan akademis maupun umum.
4
1.4. Perspektif Dasar dan Relevansi Terhadap Rumusan Masalah
Liberalisme adalah ideologi yang bertumpu kepada filosofi individualisme,
pandangan yang mengedepankan kebebasan orang per orang. Dengan demikian,
individu dengan segala kebebasannya diberi kesempatan seluas-luasnya untuk
mengaktualisasikan dirinya dengan maksimal.4 Konsepsi HAM dari perspektif
liberalisme secara formal dapat dibaca dalam Deklarasi Kemerdekaan 13 Negara-
negara Amerika 1776 “…we hold these truths to be self-evident; that all men created
equal;that they are endowed by their Creator with certain inalienable rights, liberty,
and the pursuit of happiness.”5
Pernyataan tersebut menyebutkan bahwa makhluk dilahirkan merdeka dan
tetap merdeka, manusia mempunyai hak yang sama, manusia merdeka berbuat
sesuatu tanpa merugikan pihak lain, warga negara mempunyai hak yang sama dan
mempunyai kedudukan dan pekerjaan umum, manusia tidak boleh dituduh dan
ditangkap selain menurut undang-undang, manusia mempunyai kemerdekaan agama
dan kepercayaan, dan manusia merdeka mengeluarkan pikiran.
Dari pernyataan tersebut, tergambarkan bahwa mengedepankan HAM
merupakan reaksi keras terhadap hukuman mati. Dengan demikian, melalui paham
liberal, posisi HAM diakui dan dijunjung tinggi oleh negara serta dilaksanakan oleh
4 Prof. A. Mansyur Effendi, SH.M.S dan Taufani Sulimana Evandri, SH.MH. 2007. HAM dalam Dimensi/Dinamika Yuridis, Sosial, Politik dan Proses Penyusunan/Aplikasi Ha-Kham dalam Masyarakat. Bogor: Ghalia Indonesia. hal.105 Maurice Cranston (1983) dalam Prof. A. Mansyur Effendi, SH.M.S dan Taufani Sulimana Evandri, SH.MH. 2007. HAM dalam Dimensi/Dinamika Yuridis, Sosial, Politik dan Proses Penyusunan/Aplikasi Ha-Kham dalam Masyarakat. Bogor: Ghalia Indonesia. hal.11
5
pemerintah. Penghormatan atas hak-hak individu yang terkesan tanpa batas menuai
kritik, bahwa hal ini merupakan kelemahan paham individualisme.
Secara garis besar, HAM dapat dibedakan menjadi beberapa kategori6, yaitu :
a. Hak-hak asasi pribadi atau personal rights, yang meliputi kebebasan
menyatakan pendapat, kebebasan memeluk agama, kebebasan bergerak
dan sebagainya.
b. Hak-hak asasi ekonomi atau property rights, yaitu hak untuk memiliki
sesuatu, membeli, menjual, dan memanfaatkannya.
c. Hak-hak asasi politik atau politic rights, yaitu hak untuk ikut serta dalam
pemerintahan, hak untuk dipilih dan memilih dalam suatu pemilihan
umum, hak untuk mendirikan partai politik dan sebagainya.
d. Hak-hak asasi untuk mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan
pemerintahan atau rights of legal equality.
e. Hak-hak asasi sosial dan kebudayaan atau social and culture rights, seperti
hak untuk memilih pedidikan dan hak untuk mengembangkan
kebudayaan.
Hak asasi untuk mendapatkan perlakukan yang sesuai dengan tata cara
peradilan dan perlindungan atau procedural rights, seperti peraturan mengenai
penahanan, penangkapan, penggeledahan, dan pengadilan.
Pemerintah Indonesia akan mengeksekusi mati dua terpidana warga Negara
asal Australia yang tergabung dalam kelompok Bali Nine. Yakni Andrew Chan dan 6 Sulaiman Hamid. 2002. HAM dalam Lembaga Suaka Hukum Intrnasional. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. hal.29
6
Myuran Sukumaran. Dua terpidana mati ini sudah dibawa ke Lapas Nusakambangan
dan akan di eksekusi mati oleh juru tembak yang ada disana.
Namun, niatan eksekusi mati terpidana narkoba ini banyak menuai kecaman
dari dunia internasional. Pemerintah Australia merasa tidak terima jika dua warga
negaranya akan dieksekusi mati oleh tim dari Kejaksaan Agung.
Perdana Menteri Australia, Tonny Abbot bahkan sudah mengeluarkan
warning kepada Pemerintah Indonesia. Bentuk peringatan itu adalah dengan menarik
duta besar Australia di Indonesia untuk pulang ke negeri kanguru.
“Kami akan mencari cara supaya rasa kekecewaan kami diketahui. Kami akan
menghormati kedaulatan Indonesia tetapi kami akan lebih menghargai sikap
kebesaran hati dalam kasus ini.” Ujarnya seperti dilansir Aljazeera beberapa waktu
lalu. Tidak hanya Abbott, Menteri Luar Negeri Australia Julie Bishop bahkan lebih
keras menolak hukuman mati itu. Dia mengancam akan melarang para turis Australia
untuk datang ke Indonesia. Seperti diketahui, salah satu devisa wisata terbesar
disumbangkan dari turis Australia yang berlibur ke Bali.
“Saya pikir orang Australia akan menunjukan ketidaksetujuan mereka atas
eksekusi ini. Dan itu menjadi salah satu pertimbangan mereka saat menentukan
hendak kemana saat liburan.” Ancam Julie Bishop.
Bukan itu saja protes yang dilontarkan ke Indonesia. Bahkan Persatuan
Bangsa-Bangsa (PBB) juga tidak setuju dengan hukuman mati. PBB meminta agar
hukuman mati itu tidak lagi diberlakukan di Indonesia. “PBB menentang pelaksanaan
hukuman mati dengan alasan apapun. Sekjen meminta Indonesia mempertimbangkan
7
ulang vonis eksekusi terhadap pelaku kejahatan narkoba.” Kata Juru Bicara PBB
Stephane Dujarric.
Namun demikian, meski dikecam berbagai penjuru pemerintahan Presiden
Jokowi tidak gentar untuk mengeksekusi mati dua terpidana narkoba. Hal ini
dilakukan untuk membuktikan jika Indonesia sedang melakukan perang terhadap
kejahatan narkoba.7
Sementara Perdana Menteri Australia Tony Abbot menyatakan geram dan
menyesali keputusan Indonesia yang meneruskan rencana eksekusi dua warga
negaranya yang terlibat kasus narkoba. “Saat ini jutaan warga Australia merasakan
sakit atas rencana eksekusi atas dua warganya,” kata Abbott kepada Australian
Broadcasting Corp Radio yang dilansir kantor berita Reuters.
Pernyataan ini disampaikan Abbott setelah Andrew Chan dan Myuran
Sukumaran dipindahkan dari Lembaga Permasyarakatan Kerobokan ke
Nusakambangan, Rabu, 4 Maret 2015. “Posisi Australia jelas, kami melawan
kejahatan narkoba, tapi kami membenci hukuman mati,” ujar Abbott.
Austalia berkali-kali melobi Indonesia agar membebaskan Andrew Chan, 31
tahun, dan Myuran Sukumaran, 33 tahun. Keduanya ditahan pada April 2005 setelah
menyelundupkan 8 kilogram heroin dari Bali menuju Australia.
7 Dikecam dunia indonesia tak gentar hukum mati warga Australia dalam http://www.beritaenam.com/berita-1955-dikecam-dunia-indonesia-tak-gentar-hukum-mati-warga-australia (diakses pada tanggal 26 april 2015 pukul 17:44)
8
Menteri Luar Negeri Australia Julie Bishop, di hadapan parlemen Australia,
kemarin, mengatakan ada reaksi jika keduanya dieksekusi. “Saya yakin Indonesia
mengerti ini aka nada konsekuensinya,” kata Bishop, yang dilansi Channel Nine.8
Sementara itu, Juru bicara Kementerian Luar Negeri, Armanatha Nasir,
menyebut tawaran pertukaran terpidana mati dari Menteri Luar Negeri Australia Julie
Bishop untuk menyelamatkan duo Bali Nine sulit dipenuhi. "Karena tak ada undang-
undang yang mengatur pertukaran terpidana," ujar Armanatha ketika dihubungi via
telepon, Kamis, 5 Maret 2015.
Diberitakan sebelumnya, Julie Bishop menawarkan kepada pemerintah
Indonesia untuk menukar duo Bali Nine, Andrew Chan dan Myuran
Sukumaran, dengan tiga terpidana asal Indonesia di Australia. Bishop meminta
tawaran itu direspons dalam waktu sebelas jam.
Andrew Chan dan Myuran Sukumaran terlibat penyelundupan delapan
kilogram heroin pada 2005. Mereka kemudian divonis mati pada 2006. Kemarin,
keduanya dipindah dari Lapas Kerobokan, Bali, ke Lapas Nusakambangan terkait
dengan persiapan eksekusi mati gelombang dua.
Armanatha melanjutkan, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi sudah
menyampaikan sikap pemerintah ke Bishop via telepon. "Menlu Bishop sempat
menelepon Menlu RI untuk mengusahakan penyelamatan warganya. Salah satu yang
disampaikan adalah penukaran itu. Menlu (Retno) kemudian membalas tak ada
aturannya," ujar Armanatha.
8 Bali Nine dieksekusi, Abbott: Australia sakit. dalam http://dunia.tempo.co/read/news/2015/03/05/120647291/bali-nine-dieksekusi-abbott-australia-sakit (diakses pada tanggal 24 juni 2015 pukul 14:08)
9
Secara terpisah, Jaksa Agung Muhammad Prasetyo juga mengatakan hal
serupa bahwa tak ada aturan yang mengatur penukaran itu. "Dan tak pernah ada
penukaran, saya rasa itu tak lazim," ujarnya.9
Dan episode tarik ulur teraktual saat ini adalah kembali tertundanya eksekusi
hukuman mati atas sepuluh terpidana kasus distribusi narkoba karena ada lima orang
di antara mereka yang masih menjalankan upaya hukum untuk lolos dari vonis itu.
Tiga di antaranya adalah Mary Jane Viesta Veloso asal Filipina, Serge Areski
Atlaoui asal Perancis, dan Martin Anderson asal Ghana yang mengajukan Peninjauan
Kembali (PK) ke Mahkamah Agung. Dan, yang menggelikan, duo ‘Bali Nine’ asal
Australia Andrew Chan dan Myuran Sukumaran berupaya mementahkan penolakan
grasi Presiden Jokowi melalui Peradilan Tata Usaha Negara (PTUN).10 Upaya hukum
duo ‘Bali Nine’ yang dinilai Jaksa Agung, HM Prasetyo, sebagai ‘tidak lazim’. itu toh
nyatanya dilayani juga oleh sistem peradilan di republik tercinta ini dan hasil
sementaranya, pelaksanaan hukuman mati bagi para terpidana penghancur moral
generasi pewaris masa depan bangsa kita itu akan tertunda sampai berbulan-bulan ke
depan.
Penolakan grasi memiliki makna bahwa Presiden Jokowi menolak untuk
meringankan atau merubah jenis pidana, mengurangi jumlah pidana, dan menghapus
pelaksanaan pidana. Tindakan duo ‘Bali Nine’ menggugat penolakan grasi tersebut
9 Soal barter napi dengan australia, ini jawaban menteri retno dalam http://nasional.tempo.co/read/news/2015/03/05/078647426/soal-barter-napi-dengan-australia-ini-jawaban-menteri-retno (diakses pada tanggal 24 juni 2015 pukul 14:13)10Kejagung pertegas segera eksekusi terpidana mati dalam http://www.republika.co.id/berita/nasional/hukum/15/02/05/nj9ihw-kejagung-pertegas-segera-eksekusi-terpidana-mati (diakses pada tanggal 26 april 2015 pukul 18:28)
10
dengan memperkarakannya di PTUN terkesan ‘ajaib’ karena lembaga peradilan yang
dibentuk berdasarkan UU no 5/1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara dan UU
no 9/2004 Tentang Perubahan Atas UU no 5/1986 Tentang Peradilan Tata Usaha
Negara itu bertugas untuk menyelesaikan sengketa antara pemerintah dan
warganegaranya. Sengketa yang dimaksud terjadi karena adanya tindakan-tindakan
pemerintah yang melanggar hak-hak warganegara.11
Berbagai tekanan dari pemerintah negara-negara lain seperti Australia, Brazil,
dan Perancis yang warganya termasuk dalam rombongan terpidana mati tersebut
nampaknya lumayan berhasil membuat perangkat pemerintahan, khususnya,
peradilan negeri ini menjadi gamang dalam menjalankan otoritasnya padahal
mayoritas bangsa yang mereka pimpin sudah menyatakan dukungan bahkan
dorongan agar eksekusi bisa segera dilaksanakan.
Presiden Joko Widodo tampaknya tak antusias lagi menyikapi hukuman mati
yang diterapkan pemerintah Indonesia. Berkali-kali membela diri soal kedaulatan
hukum di Indonesia, kini Jokowi mulai enggan berkomentar atas sikap keras Presiden
Perancis Francois Hollande dan Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-bangsa Ban
KimMoon. “Nanti ditanyakan ke Kejagung. Saya sudah berkali-kali sampaikan, saya
enggak akan ngomong lagi,” ujar Jokowi sebelum lepas landas menuju Kuala
Lumpur di Bandara Halim Perdana Kusuma.
Jokowi juga mengulang pernyataannya saat wartawan bertanya bahwa
Perancis mengancam akan menarik duta besarnya jika Indonesia tetap akan
11Jaksa Agung Pastikan Eksekusi Mati Terpidana Narkoba Ditunda dalam http://nasional.kompas.com/read/2015/03/18/19484871/Jaksa.Agung.Pastikan.Eksekusi.Mati.Terpidana.Narkoba.Ditunda (diakses pada tanggal 26 april 2015 pukul 18:30)
11
menjatuhkan hukuman mati pada salah satu warga negaranya, Serge Ataloui. Serge
mereupakan salah satu diantara 10 terpidana mati yang akan menghadapi eksekusi
dalam waktu dekat. “saya tidak akan menjawab mengenai itu. Sudah cukup jawaban
saya dari dulu. Saya enggak mau ngomong lagi.” Kata Jokowi.
Seperti deketahui, saat ini sejumlah terpidana mati mulai melakukan tahap
isolasi di Lapas Besi, Nusakambangan, Jawa Tengah. Mereka sudah mendapat
notifikasi akan dilakukannya eksekusi dalam waktu dekat. Notifikasi itu juga sudah
diterima pihak kedutaan besar hingga pihak keluarga.
Meski demikian, hingga saat ini Kejaksaan Agung belum memberikan
pernyataan resmi waktu dilakukan eksekusi. PBB, Perancis, dan Australia menentang
keras pelaksanaan hukuman mati itu. Presiden Perancis Francois Hollande bahkan
mengancam dengan menyatakan bahwa pelaksanaan hukuman mati akan
mengganggu hubungan bilateral Perancis dengan Indonesia. Dia juga menyatakan
Perancis akan mengumpulkan negara-negara yang warganya terancam hukuman mati
di Indonesia dan menyatakan sikap bersama.12
12 PBB dan Perancis Kecam Hukuman Mati, Jokowi Mulai "Ogah" Berkomentar dalam http://nasional.kompas.com/read/2015/04/26/15583661/PBB.dan.Perancis.Kecam.Hukuman.Mati.Jokowi.Mulai.Ogah.Berkomentar (diakses pada tanggal 26 april 2015 pukul 18:42)
12
DAFTAR PUSTAKA
BUKU :
1. Hamzah, Ali, dan A. Sumangelipu, 1993, Pidana Mati Di Indonesia Di Masa Lalu, Kini Dan Di Masa Depan, Ghalia Indonesia, Jakarta.
2. Mansyur, Ali, 2007, Aneka Persoalan Hukum, Semarang, Unissula PressBarda Nawawi Arief, 1996, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, Bandung: Citra Aditya Bhakti.
3. Maurice, Cranston, 1983 dalam Prof. Effendi, Mansyur. A. SH.M.S dan Evandri, Taufani Sulimana SH.MH, 2007, HAM dalam Dimensi/Dinamika Yuridis, Sosial, Politik dan Proses Penyusunan/Aplikasi Ha-Kham dalam Masyarakat. Bogor: Ghalia Indonesia.
4. Prof. Effendi, A. Mansyur SH.M.S dan Evandri, Taufani Sulimana SH.MH. 2007, HAM dalam Dimensi/Dinamika Yuridis, Sosial, Politik dan Proses Penyusunan/Aplikasi Ha-Kham dalam Masyarakat. Bogor: Ghalia Indonesia.
5. Sulaiman, Hamid, 2002, HAM dalam Lembaga Suaka Hukum Intrnasional. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
WEBSITE :
1. Eksekusi Mati Bagaimana Nasib 7 Terpidana Bali Nine Lainnya dalam http://dunia.tempo.co/read/news/2015/03/05/120647321/Eksekusi-Mati-Bagaimana-Nasib-7-Terpidana-Bali-Nine-Lainnya (diakses pada tanggal 24 juni 2015 pukul 13:22)
2. Dikecam dunia indonesia tak gentar hukum mati warga Australia dalam http://www.beritaenam.com/berita-1955-dikecam-dunia-indonesia-tak-gentar-hukum-mati-warga-australia (diakses pada tanggal 26 april 2015 pukul 17:44)
3. Bali Nine dieksekusi, Abbott: Australia sakit. dalam http://dunia.tempo.co/read/news/2015/03/05/120647291/bali-nine-dieksekusi-abbott-australia-sakit (diakses pada tanggal 24 juni 2015 pukul 14:08)
4. Soal barter napi dengan australia, ini jawaban menteri retno dalam http://nasional.tempo.co/read/news/2015/03/05/078647426/soal-barter-napi-dengan-australia-ini-jawaban-menteri-retno (diakses pada tanggal 24 juni 2015 pukul 14:13)
13
5. Kejagung pertegas segera eksekusi terpidana mati dalam http://www.republika.co.id/berita/nasional/hukum/15/02/05/nj9ihw-kejagung-pertegas-segera-eksekusi-terpidana-mati (diakses pada tanggal 26 april 2015 pukul 18:28)
6. Jaksa Agung Pastikan Eksekusi Mati Terpidana Narkoba Ditunda dalam http://nasional.kompas.com/read/2015/03/18/19484871/Jaksa.Agung.Pastikan.Eksekusi.Mati.Terpidana.Narkoba.Ditunda (diakses pada tanggal 26 april 2015 pukul 18:30)
7. PBB dan Perancis Kecam Hukuman Mati, Jokowi Mulai "Ogah" Berkomentar dalam http://nasional.kompas.com/read/2015/04/26/15583661/PBB.dan.Perancis.Kecam.Hukuman.Mati.Jokowi.Mulai.Ogah.Berkomentar (diakses pada tanggal 26 april 2015 pukul 18:42)
14