Hamdani Bab III

Embed Size (px)

DESCRIPTION

sis3

Citation preview

  • BAB III

    PERANCANGAN SAFETY INSTRUMENTED SYSTEM (SIS) PADA

    KENDALI LEVEL AIR

    3.1 Fungsi dan Cara Kerja Alat

    a) Fungsi Alat

    Penerapan Safety Instrumented System pada kendali level air berfungsi

    sebagai pengamanan dalam proses pengendalian level air dimana set-point dari

    level air dan laju aliran air yang menjadi fokus utama dalam keamanan

    pengendalian level air PID. Alat yang dibuat akan memberikan alarm untuk

    memberikan informasi kepada operator bahwa proses pengendalian berada pada

    kondisi kritis dan memberikan aksi secara otomatis sehingga pada proses kendali

    bisa kembali pada kondisi yang aman. Dalam pengendalian level air yang

    menjadi fokus utama dari sistem adalah level dari ketinggian air pada sebuah

    couple tank dengan mengatur bukaan valve primer sehingga saat ketinggian air

    telah mencapai pada set-point yang ditentukan maka kendali proses tersebut akan

    mengatur bukaan valve primer sehingga debit air yang masuk pada couple tank

    adalah sama dengan debit air yang keluar. Dari pengaturan bukaan valve primer

    tersebut memiliki kemungkinan tutupan valve mencapai 100%, sehingga dengan

    kondisi pompa yang mensuplai air tetap pada kondisi aktif dapat menimbulkan

    tekanan hidrostatik pada pipa yang dilalui dan juga tekanan yang berlebih pada

    pompa. Pada saat itulah sistem yang dibuat bekerja dimana terdapat dua buah

    solenoid valve sekunder yang akan mensirkulasikan kembali laju aliran yang

    terhambat oleh tutupan valve primer.

    Sebuah sistem kendali PID dapat merespon gangguan dengan respon

    waktu yang cepat namun dengan sistem kendali PID yang dibuat sebelumnya

    dimana kendali level tersebut hanya mengontrol valve primer sehingga apabila

    diberi gangguan dengan bukaan dari keluaran couple tank yang sangat kecil

    maka volume air yang ada pada couple tank orde 2 akan mengalami kenaikan

  • level yang sangat cepat dan tidak bisa dikendalikan oleh kendali proses. Apabila

    set-point kondisi ketinggian High-High dari level ketinggian orde 2 terlewati

    maka akan mematikan pompa dan mengaktifkan solenoid valve sekunder tiga

    sampai ketinggian dari level air pada kondisi yang aman.

    b) Cara kerja :

    Gambar 3.1 Diagram Blok Plant yang dibuat

    Setelah mengaktifkan sistem dengan menekan tombol START, sistem akan

    bekerja dengan dua variabel input yang diukur, yaitu laju aliran dan

    ketinggian air. Apabila set-point terlampaui maka sistem akan menyalakan

    alarm terlebih dahulu sebelum memberikan aksi secara otomatis.

    Laju aliran air diukur oleh sebuah sensor water flow meter yang

    menghasilkan output berupa gelombang kotak dengan nilai frekuensi yang

    menunjukkan besarnya debit air yang terukur. Frekuensi yang dihasilkan

    diukur oleh mikrontroller dan akan memberikan 5 kondisi output yang

    berbeda dimana ada kondisi laju aliran yaitu: sangat rendah, rendah, sedikit

  • rendah, normal dan tinggi. Kondisi sangat rendah akan mengaktifkan

    solenoid valve sekunder 1 dan 2, kondisi rendah akan mengaktifkan

    solenoid valve sekunder 2, kondisi sedikit rendah akan mengaktifkan

    solenoid valve sekunder 1, kondisi normal adalah kondisi aman yang harus

    dicapai setelah pengaktifan solenoid valve sekunder dan kondisi tinggi

    adalah kondisi dimana solenoid valve sekunder harus dimatikan sehingga

    suplai air menuju valve primer tidak terganggu.

    Ketinggian level air diukur oleh sebuah modul differential pressure yang

    akan menghasilkan tegangan dari tekanan yang ditimbulkan dari kenaikan

    level air. Pada ketinggian level air ini ditentukan 2 buah kondisi yaitu Low-

    Low dan High-High. Kondisi Low-Low hanya akan memberikan alarm

    sebagai pemberitahuan kepada operator namun tidak memberikan aksi

    apapun karena pada kondisi ini dianggap tidak menimbulkan kecelakaan

    yang berbahaya pada lingkungan di sekitarnya. Pada kondisi High-High

    adalah kondisi ketinggian level air yang melebihi set-point sehingga kondisi

    ini akan mengaktifkan solenoid valve sekunder yang ke tiga dan mematikan

    pompa sampai kondisi ketinggian level air kembali pada kondisi pada set-

    point normal.

    Sistem bisa di-nonaktifkan dengan menekan tombol STOP.

    3.2 Aspek Perancangan

    Perancangan sistem ini memiliki beberapa aspek sebagai berikut:

    1. Menentukan fungsi alat

    2. Menentukan spesifikasi alat

    3. Menentukan diagram blok sistem

    4. Perancangan perangkat keras

    5. Perancangan perangkat lunak

    3.2.1 Prasyarat Sistem Alat

    Pada tahap ini menjelaskan mengenai prasyarat dari sistem yang dibuat

    secara keseluruhan. Sistem yang dibuat ini diharapkan dapat berfungsi dengan

    baik dan bermanfaat bagi mahasiswa, karena sistem ini merupakan sebuah

    media pembelajaran tentang standar yang masih sangat jarang terdengar

  • mengenai standar keamanan dari sebuah instrumen kendali. Setelah sistem ini

    selesai dibuat, alat ini diharapkan dapat digunakan oleh mahasiswa dimana

    proses perancangan dari sebuah sistem keamanan yang sesuai dari sistem

    kendali. Rangkaian dan peralatan yang digunakan pada sistem ini meliputi

    rangkaian catu daya, sensor laju aliran air, sistem minimum ATMega16, driver

    relay, komparator LM324, dan pemipaan yang sesuai dengan kebutuhan

    sistem.

    Catu daya yang digunakan menggunakan input tegangan dari sebuah trafo,

    dimana nantinya tegangan akan diparalel ke dua buah dioda penyearah. Catu

    daya yang pertama menghasilkan keluaran tegangan konstan sebesar 5 VDC

    dan 8 VDC yang digunakan untuk rangkaian digital seperti ATMega 16,

    komparator, sensor water flow, driver relay input. Catu daya yang ke dua

    menghasilkan tegangan 24 VDC dan 18 VDC sebagai catu daya untuk solenoid

    valve, lampu indikator, driver relay output. Sensor laju aliran yang digunakan

    adalah sensor G1/2. Kelebihan dari sensor ini adalah bisa dipakai dalam waktu

    yang sangat lama, membutuhkan daya yang kecil, range debit aliran yang

    sesuai dengan kebutuhan, ukuran mekanik yang sesuai dengan pipa.

    Mikrokontroler yang digunakan dalam sistem ini adalah Sismin ATMega 16.

    Kapastitas memori maksimum yang dapat tersimpan pada mikrokontroler ini

    sebesar 4 KB dan memiliki xtal internal 8 MHz yang sesuai untuk pengukuran

    frekuensi dari sensor. Penggunaan PLC CPM1A yang berfungsi sebagai

    kendali pada alat ini dengan kelebihannya yaitu dengan pemrograman yang

    mudah dalam penentuan state flow-nya dan juga sudah banyak digunakan pada

    industri.

    3.3 Dekomposisi Sistem

    Sistem dekomposisi adalah proses membagi sistem menjadi bagian-bagian

    sub sistem yang lebih kecil. Berikut beberapa sub sistem dalam perancangan alat

    yang dituangkan dalam diagram blok sistem dapat dilihat pada gambar 3.1.

  • !

    ""

    #$"

    #$#

    !

    !

    %"&

    #

    "()

    Gambar 3.2 Diagram Blok Sistem

    1. Perancangan Catu Daya

    Catu daya yang dibutuhkan dalam perancangan adalah catu daya 5 Volt, 8

    Volt, 18 Volt DC dan 24 Volt DC. Catu daya digunakan masing-masing oleh

    rangkaian komparator, driver relay input, driver relay output, solenoid valve,

    sensor laju aliran air dan mikrokontroller.

    2. Perancangan Rangkaian Komparator

    Untuk rangkaian komparator dilakukan perhitungan antara R1 dan R2

    dimana berfungsi sebagai pembagi tegangan yang menentukan besarnya tegangan

    input yang akan merubah kondisi output pada kondisi high.

    3. Perancangan Atmega16

    Perancangan mikrokontroller ini hanyalah sebagai pengukur frekuensi yang

    akan memberikan kondisi output yang berbeda berdasarkan program yang dibuat.

    4. Perancangan Driver Relay

    Perancangan relay sebagai input harus memenuhi syarat dan berfungsi

    sebagai antarmuka rangkaian digital sebagai input yang harus memblok arus balik

    yang dihasilkan oleh koil relay sehingga tidak merusak rangkaian digital.

  • 3.4 Spesifikasi Alat

    Spesifikasi umum dari alat yang telah direalisasikan pada proyek akhir kali ini

    adalah sebagai berikut :

    1. Dimensi : 90cm x 60cm x 100cm

    2. Tegangan input sistem : 220 Volt AC

    3. Tegangan catu daya Relay Output : 24 Volt DC

    4. Tegangan catu daya Indikator : 24 Volt DC

    5. Tegangan catu daya Solenoid Primer

    Sekunder 1 dan 2 : 18 Volt DC

    6. Tegangan catu daya Solenoid Primer Sekunder 3 : 220 Volt AC

    7. Catu daya komparator dan Relay Input : 5 Volt DC

    8. Catu daya sensor water flow meter : 8 Volt DC

    9. Debit Air Pompa : 5 liter / menit

    10. Range input sensor water flow meter : 1 30 liter / menit

    11. Output tranduser differential pressure : 0,2 Volt / mbar

    12. Diameter pipa : 0,5 inch 3.5 Bahan dan Alat Perancangan

    Dalam menyelesaikan tugas akhir ini memerlukan bahan dan alat dalam

    proses perancangan sehingga dapat mendukung terealisasinya spesifikasi awal

    yang telah ditentukan.

    3.5.1 Bahan Perancangan

    Proyek Akhir ini bahan perancangan pendukung sebagai berikut:

    1) Sensor laju aliran air yang digunakan untuk laju aliran pada pipa.

    2) Mikrokontroller Atmega 16 yang digunakan sebagai pengukur

    frekuensi.

    3) LM324 yang digunakan untuk komparator tegangan level ketinggian

    air.

    4) Relay 5 Volt DC sebagai interface input rangkaian digital pada PLC

    dan relay 24 Volt sebagai driver output PLC untuk beban 220 Volt AC.

  • 3.5.2 Alat Perancangan

    Tugas Akhir ini membutuhkan perangkat keras dan perangkat lunak

    serta perangkat pendukung sebagai berikut:

    1) Komputer yang memiliki spesifikasi cukup untuk menjalankan

    beberapa perangkat lunak yang mendukung proses perancangan dan

    implementasi sistem berbasis PLC system keamanan pada pengendalian

    ketinggian permukaan air.

    2) Altium Designer merupakan software yang dipergunakan untuk

    merancang skematik dan layout PCB.

    3) CX-Programmer merupakan software yang dipergunakan untuk

    pemrograman PLC.

    4) Bascom-AVR merupakan software yang dipergunakan untuk

    pemrograman mikrokontroller Atmega 16.

    5) Katia merupakan software yang dipergunakan untuk pendisainan

    mekanik plant.

    3.6 Metode Perancangan

    Pada tahap ini akan membahas mengenai metode-metode yang digunakan

    dalam merancang perangkat keras, perancangan perangkat elektronika, dan

    perancangan perangkat lunak, ada beberapa tahapan pokok dalam metode

    perancangan yang harus dilakukan yaitu :

    1) Studi literatur mengenai Safety Instrumented System (SIS), Safety

    Integrity Level (SIL), komparator, sensor laju aliran air, relay.

    2) Metode state diagram digunakan dalam proses perancangan

    pemrograman PLC sebagai logic solver. Dalam metode ini, perlu

    dilakukan penentuan jumlah state yang diinginkan dalam plant, alur

    dan kondisi sebagai syarat perpindahan pada setiap state-nya.

    3.6.2 Perancangan Perangkat Keras

    Pada tahap ini akan dibahas mengenai perancangan perangkat keras

    sistem secara keseluruhan yang meliputi mekanik sistem, catu daya,

  • komparator, sistem minimum ATMega 16, driver relay input dan driver relay

    output.

    3.6.2.1 Perancangan Mekanik

    Pada perancangan mekanik ini terdiri dari beberapa poin utama

    yaitu couple tank dan pemipaannya, dan mekanik untuk keseluruhan

    sistem. Ada beberapa catatan penting dalam perancangan mekanik, yaitu:

    Pemipaan yang sesuai dimana fokus pensuplaian air harus menuju

    valve PID sehingga keberadaan solenoid valve sekunder tidak

    mengganggu suplai yang diberikan oleh pompa.

    Solenoid valve sekunder 1 harus memberikan keluaran air yang

    lebih kecil dari solenoid valve sekunder 2 sehingga didapatkan

    variasi bukaan yang sesuai pada beberapa kondisi untuk perubahan

    debit air. Oleh karena itu perlu dilakukan modifikasi pada solenoid

    valve sekunder 1.

    Dengan disain couple tank yang dimiliki sebuah sistem kendali,

    perlu dilakukan penyesuaian dalam pemilihan spesifikasi pompa

    yaitu debit air yang disuplai.

    Gambar 3.3 Mekanik Sistem

    3.6.2.2 Perancangan Perangkat Elektronik

    Berikut adalah tahapan dalam perancangan perangkat elektronik

    secara rinci :

    a. Pemilihan Kebutuhan Rangkaian

    Dari studi literatur yang telah dilakukan didapatkan kebutuhan

    rangkaian untuk pemenuhan setiap sub-sistem dari diagram blok

    yang telah dibuat.

    b. Pemilihan Komponen

    Setelah melakukan perancangan, maka untuk tahap berikutnya

    adalah pemilihan komponen. Pada tahap ini dilakukan seleksi

  • terhadap komponen-komponen yang akan dipakai. Pertimbangan

    dalam pemilihan komponen disesuaikan dengan kebutuhannya.

    c. Merangkai Rangkaian di Papan Percobaan

    Pada tahap ini, setelah memilih komponen yang akan dipakai maka

    dilakukan proses merangkai komponen padaprojectboard. Proses ini

    dilakukan untuk memastikan bahwa rangkaian dapat berfungsi

    sebelum dibuat ke dalam bentuk PCB.

    d. Perancangan PCB

    Pada tahap perancangan PCB, skematik beserta PCB-nya dibuat

    menggunakan software Altium Winter. Sebelum pembuatan PCB

    dilakukan pembuatan skematik rangkaian yang akan digunakan pada

    alat. Setelah skematik rangkaian dibuat, maka didapatkan layout

    PCB, yang kemudian akan dicetak.

    e. Pemeriksaan Hasil Cetakan PCB

    Setelah PCB selesai dibuat, maka hal pertama yang dilakukan adalah

    memeriksa jalur dan tata letak komponen. Beberapa hal yang

    dilakukan dalam pengecekan PCB yang sudah selesai dicetak adalah:

    Pengecekan terhadap jalur yang terputus atau short.

    Pengecekan terhadap arah komponen bila memang komponen

    tersebut polar dan sangat sensitif. Karena bila arah pemasangan

    komponen terbalik, maka akan menyebabkan kerusakan pada

    komponen, atau bahkan sistemnya

    f. Pemasangan Komponen

    Komponen dipasang pada PCB yang telah diperiksa menggunakan

    teknik penyolderan. Dalam proses penyolderan perlu diperhatikan

    beberapa hal, yaitu :

    Peletakan komponen harus tepat.

    Penanganan komponen harus sesuai dengan ketentuan atau bila ada

    syarat khusus dari komponen tersebut.

    Selama melakukan penyolderan, ujung mata solder harus bersih.

  • Saat penyolderan dengan timah dilakukan, maka hendaknya tidak

    terlalu lama membiarkan mata solder berada dalam lelehan timah,

    karena akan merusak komponen.

    IN1

    3

    OUT 2

    GND

    U1

    L7824CV

    IN1

    3

    OUT 2

    GND

    U2

    L7818CV

    IN1

    3

    OUT 2

    GND

    U3

    L7809CV

    IN1

    3

    OUT 2

    GND

    U4

    L7805CV

    100pF

    C2Cap Pol1

    100pF

    C6Cap Pol1

    100pF

    C9Cap Pol1

    100pF

    C10Cap Pol1

    100pF

    C3Cap

    100pF

    C5Cap

    100pF

    C8Cap

    100pF

    C12Cap

    100pF

    C1Cap Pol1

    100pF

    C4Cap Pol1

    100pF

    C7Cap Pol1

    100pF

    C11Cap Pol1

    8.2K

    R1

    Res112

    P4

    LED 3

    12

    P1

    Header 2

    12

    P2

    Header 2

    12

    P3

    Header 2

    12

    P6

    LED2

    12

    P10

    LED1

    12

    P15

    LED

    12

    P7

    Header 2

    12

    P8

    Header 2

    12

    P9

    Header 2

    12

    P11

    Header 2

    12

    P12

    Header 2

    12

    P13

    Header 2

    12

    P16

    Header 2

    12

    P17

    Header 2

    12

    P18

    Header 2

    6.7K

    R2

    Res1

    2.7k

    R3

    Res1

    1K

    R4

    Res1

    12V

    12V

    GND

    GND

    GND

    GND

    D2Bridge1

    D1Bridge1

    T2

    Trans

    T1

    Trans

    220V AC

    220V AC

    27V AC

    12V AC

    Gambar 3.4 Rangkaian Catu Daya

    D1Diode 1N4001

    Q1NPN

    10K

    R1

    Res2

    GND

    12

    34

    5

    K1

    Relay

    123

    P2

    Header 3GND

    D2Diode 1N4001

    Q2NPN

    10K

    R2

    Res2

    GND

    12

    34

    5

    K2

    Relay

    12

    P7

    Header 2GND

    D3Diode 1N4001

    Q3NPN

    10K

    R3

    Res2

    GND

    12

    34

    5

    K3

    Relay

    12

    Header 2GND

    123

    Header 3

    123

    Header 3

    123

    Header 3

    VCC

    VCC

    VCC

    VCC

  • Gambar 3.5 Rangkaian Driver Input

    K1Relay-SPDT

    K2Relay-SPDT

    K3Relay-SPDT

    K4Relay-SPDT

    12345

    P2

    Header 5GND GND

    GND

    GND

    GND

    123

    P5

    Header 3

    123

    P1

    Header 3

    123

    P3

    Header 3

    123

    P4

    Header 3

    Gambar 3.6 Rangkaian Driver Output

    PB0 (XCK/T0)1

    PB1 (T1)2

    PB2 (AIN0/INT2)3

    PB3 (AIN1/OC0)4

    PB4 (SS)5

    PB5 (MOSI)6

    PB6 (MISO)7

    PB7 (SCK)8

    RESET9

    PD0 (RXD)14

    PD1 (TXD)15

    PD2 (INT0)16

    PD3 (INT1)17

    PD4 (OC1B)18

    PD5 (OC1A)19

    PD6 (ICP)20

    PD7 (OC2)21

    XTAL212

    XTAL113 GND 11

    PC0 (SCL) 22

    PC1 (SDA) 23

    PC2 (TCK) 24

    PC3 (TMS) 25

    PC4 (TDO) 26

    PC5 (TDI) 27

    PC6 (TOSC1) 28

    PC7 (TOSC2) 29

    AREF 32AVCC 30

    GND 31

    PA7 (ADC7) 33PA6 (ADC6) 34PA5 (ADC5) 35PA4 (ADC4) 36PA3 (ADC3) 37PA2 (ADC2) 38PA1 (ADC1) 39PA0 (ADC0) 40

    VCC 10

    U1

    ATmega16-16PC

    1 23 45 67 89 10

    PD

    Header 5X2

    4K7

    R2

    Res1

    VCC

    4.7uF

    C4Cap2 S1

    SW-PB

    GND

    12

    Y1XTAL

    22pF

    C1

    Cap

    22pF

    C5

    CapGND

    GND

    VCC

    10uH

    L1

    Inductor

    100nF

    C2Cap Pol2

    100nF

    C3Cap Pol2

    GND GND

    GND

    VCC

    VCCB6

    B7B8

    GND

    RESET

    RESET

    123

    P4

    Header 3

    123

    P3

    Header 3

    jumper

    12345678

    P6

    Header 8 12345678

    P8

    Header 8

    12345678

    P5

    Header 8 12345678

    P7

    Header 8

    IN1

    3

    OUT 2

    GND

    U5 L7805ACV

    GND

    12

    P?

    Header 2GND

    Gambar 3.7 Rangkaian Sistim Minimum Mikrokontrller ATMega 16

  • 2

    31A

    411

    U1ALM324N

    5

    67B

    411

    U1BLM324N

    12

    1314D

    411

    U1DLM324N

    VCC

    VCC

    VCC

    10KR2

    10KR3

    10KR1

    GND

    GND

    GND

    GND

    GND

    GND

    VCC

    VCC

    VCC

    12

    P1

    Header 2

    12

    P2

    Header 2

    VCC

    GND

    GND

    10

    98C

    411

    U1CLM324N

    10K

    GND

    VCCVCC

    GND

    12345

    P3

    Header 5GND

    Gambar 3.8 Rangkaian Komparator

    3.6.3 Perancangan Perangkat Lunak

    Pada tahap ini akan dibahas mengenai perancangan perangkat lunak

    sistem secara keseluruhan yang meliputi perancangan algoritma program dan

    state diagram dari alat yang dibuat. Perancangan algoritma program berguna

    untuk mempermudah dalam merealisasikan program dan menganalisa

    kesalahan yang mungkin terjadi, sedangkan perancangan state diagram berguna

    untuk mempermudah alur program yang dibuat. Selain itu agar program yang

    telah dibuat dapat dikembangkan lebih lanjut sehingga alat yang dibuat akan

    lebih baik lagi.

    3.6.3.1 Diagram Alir

  • Diagram alir (flowchart) merupakan program menu utama yang

    merupakan gambaran dari seluruh program yang akan dibuat. Diagram

    alir sistem secara keseluruhan meliputi inisialisasi, proses, eksekusi, dan

    pencabangan. Lebih jelasnya dapat dilihat bada Gambar 3.8 berikut ini.

    Gambar 3.9 Diagram Alir Frekuensi Counter

  • Realisasi perangkat lunak adalah proses pembuatan perangkat lunak

    sesuai dengan diagram alir yang telah dibuat. Berikut adalah tahapan

    dalam realisasi perangkat lunak.

    a. Menentukan bahasa pemrograman yang dipakai adalah bahasa BASCOM

    (BASIC Compiler).

    b. Menentukan software yang digunakan untuk pemrograman adalah

    BASCOM (Basic Compiler) AVR versi Demo 1.11.8.7.

    c. Membuat dan menguji program berdasarkan diagram alir yang telah

    dibuat dan mensimulasikannya pada sistem minimum ATmega 16.

    d. Men-download program ke dalam mikrokotroler ATmega16 menggunakan

    kabel USB downloader DT-HIQ.

    e. Menguji program pada alat yang telah dibuat.

    3.6.3.2 Diagram State Flow

    Diagram state flow merupakan sebuah gambaran dimana alur

    program ladder yang dibuat berada pada kondisi tertentu dengan

    prasyarat yang ada sehingga memudahkan dalam perealisasian sebuah

    program ladder diagram.

  • Tabel 3.1 Alamat Input No Comment Alamat Keterangan 1 Start 0.00 Saklar ON 2 Stop 0.01 Saklar OFF 3 flow_1 0.02 O/P flow 1 4 flow_2 0.03 O/P flow 2 5 flow_3 0.04 O/P flow 3 6 level_1 0.05 O/P level 1 7 level_2 0.06 O/P level 1 8 level_3 0.07 O/P level 1

    Tabel 3.2 Kondisi output yang ditentukan dari sensor tranduse level

    Kondisi Input A B C D

    Level_1 Low High High High

    Level_2 Low Low High High

    Level_3 Low Low Low High

    Tabel 3.3 Kondisi output yang ditentukan dari sensor tranduse level Kondisi

    E F G H I J Input

    flow_1 Low High Low Low High High

    flow _2 Low Low High Low Low High

    flow _3 Low Low Low High High High

    Tabel 3.4 Kondisi output dari setiap state Kondisi

    Output

    S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8

    Buzzer ON OFF ON OFF OFF OFF ON OFF

    Indikator

    Low-Low

    Level

    ON ON OFF OFF OFF OFF OFF OFF

    Indikator OFF OFF OFF OFF OFF OFF ON ON

  • High-High

    Level

    Indikator

    Pressure OFF OFF ON OFF OFF OFF OFF OFF

    Solenoid

    Valve 1 OFF OFF OFF ON OFF ON OFF OFF

    Solenoid

    Valve 2 OFF OFF OFF OFF ON ON OFF OFF

    Solenoid

    Valve 3 OFF OFF OFF OFF OFF OFF OFF ON

    Pompa

    (Normally

    Close)

    OFF OFF OFF OFF OFF OFF OFF ON