40

Handout FGD 19 Agustus 2010

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Bahan paparan FGD Koordinasi Persampahan 19 Agustus 2010

Citation preview

Page 1: Handout FGD 19 Agustus 2010
Page 2: Handout FGD 19 Agustus 2010
Page 3: Handout FGD 19 Agustus 2010
Page 4: Handout FGD 19 Agustus 2010

Sambutan Bapak Deputi V dalam FGD Koordinasi Pelaksanaan dan Pembiayaan Pengelolaan Persampahan di Daerah | 1

SAMBUTAN

Deputi Bidang Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah

Kantor Menko Perekonomian

Dalam

Focus Group Discussion

Koordinasi Pelaksanaan dan Pembiayaan Pengelolaan Persampahan

di Daerah

Hotel Menara Peninsula, Jakarta, 19 Agustus 2010

Assalammualaikum Wr. Wb,

Yang Terhormat:

Bapak/Ibu/Saudara peserta diskusi yang berbahagia.

Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Tuhan

Yang Maha Esa, karena atas berkah dan rahmatNya kita bisa berkumpul

dan berdiskusi dalam suasana yang tenang seperti ini, dalam rangka

memajukan salah satu sektor pembangunan nasional, yaitu

persampahan.

Selanjutnya saya juga ingin menyampaikan terimakasih atas

kehadiran saudara-saudara sekalian, karena partisipasi kita semua

sangat diperlukan untuk memecahkan permasalahan persampahan ini.

Pada kesempatan yang baik ini pula, kami mengucapkan selamat

beribadah puasa bagi yang menjalankan.

Page 5: Handout FGD 19 Agustus 2010

Sambutan Bapak Deputi V dalam FGD Koordinasi Pelaksanaan dan Pembiayaan Pengelolaan Persampahan di Daerah | 2

Peserta FGD yang saya hormati,

Pengelolaan Sampah merupakan bagian dari pembangunan dan

pengembangan infrastruktur yang masih perlu perbaikan mendasar.

Jika dibandingkan dengan sektor infrastruktur lainnya seperti jalan,

perhubungan, ketenagalistrikan, migas, telekomunikasi, maka sektor

persampahan relatif tertinggal, terutama dari sisi penyempurnaan

regulasi dan pengelolaannya.

Sejak berlakunya UU No 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan

Sampah, pemerintah daerah kini dipacu untuk merevitalisasi atau

membangun Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah. UU tersebut

mengamanatkan pula bahwa pemerintah daerah wajib menutup

tempat pemrosesan akhir sampah yang menggunakan sistem

pembuangan terbuka (open dumping) paling lama tahun 2013 nanti.

Pengelolaan sampah perlu dilakukan secara komprehenship dan

terpadu dari hulu ke hilir sehingga dapat memberikan manfaat secara

ekonomi, sehat bagi masyarakat dan aman bagi lingkungan, serta dapat

mengubah perilaku masyarakat. Meskipun pemerintah telah melakukan

upaya penanganan sampah, namun pada prakteknya perlu partisipasi

dari semua lapisan masyarakat untuk mengurangi timbulan sampah.

Penanganan sampah dapat dilakukan secara berjenjang, mulai dari

lingkungan tingkat RT, sampai ke RW dan ke tingkat kota.

Kormondy (1969) menyatakan bahwa populasi seharusnya dalam

titik keseimbangan dimana lingkungan dapat mendukung dan batas

diantara titik keseimbangan tersebut merupakan daya dukung dari

lingkungan. Oleh karena itu, pengelolaan kota yang baik hendaklah

selalu memperhatikan keseimbangan antara lingkungan dengan

kepadatan penduduk yang ditampung dalam kota tersebut.

Permasalahan persampahan yang ada saat ini meliputi

permasalahan pengelolaan dan pembiayaan. Pengelolaan persampahan

yang dianut sekarang masih dalam paradigma “kumpul-angkut-buang”

dan masih mengandalkan TPA sebagai tempat pembuangan akhirnya.

Page 6: Handout FGD 19 Agustus 2010

Sambutan Bapak Deputi V dalam FGD Koordinasi Pelaksanaan dan Pembiayaan Pengelolaan Persampahan di Daerah | 3

Padahal pertumbuhan penduduk kian meningkat yang berdampak pula

terhadap bertambahnya timbulan sampah yang dihasilkan tiap harinya

sehingga dibutuhkan lahan yang luas untuk TPA. Pembangunan lahan

TPA baru terkendala oleh berbagai macam hal, seperti: terbatasnya

lahan; besarnya dana pembangunan; dan aspek penolakan dari

sebagian kelompok masyarakat akibat trauma dari kejadian longsornya

TPA Leuwi gajah beberapa tahun lalu. Revitalisasi TPA menjadi agenda

penting saat ini mengingat sebagian besar TPA di daerah Indonesia

masih menggunakan metode pembuangan terbuka (open dumping)

untuk melayani keseluruhan wilayahnya.

Pembiayaan persampahan saat ini masih termasuk ke dalam

APBD namun alokasinya masih sangat kecil, sedangkan revitalisasi TPA

atau pembangunan TPA baru membutuhkan dana yang cukup besar.

Salah satu cara yang dapat ditempuh adalah kerjasama dalam

pengelolaan TPA secara regional oleh beberapa daerah sehingga

pembiayaannya dapat dibagi sesuai proporsi. Selain kerjasama antar

daerah dapat diupayakan pula kerjasama Pemerintah dan Swasta yang

dapat mengakomodasi pembiayaan, sistem pengelolaan, hingga

teknologi pengelolaan persampahan yang akan diaplikasikan.

Selain masalah pembiayaan dan pengelolaan, perundang-

undangan di Bidang Persampahan saat ini masih belum dijabarkan

menjadi peraturan daerah. Karena itu, penyelesaian ketiga RPP yaitu,

RPP tentang Pengurangan Sampah, RPP tentang Penanganan Sampah

dan RPP tentang Pengolahan Sampah Spesifik serta sosialisasinya ke

masyarakat perlu dipercepat. Pada kenyataannya saat ini, prioritas

pembangunan prasarana dan sarana pengelolaan sampah masih harus

ditingkatkan di sebagian besar Pemerintahan Kabupaten/Kota.

Merujuk pada Statistik Persampahan Indonesia (KLH, 2008), total

timbulan sampah diperkirakan mencapai 43 juta m3 setiap tahunnya.

Statistik Persampahan Indonesia juga memperlihatkan bahwa

persentase jumlah sampah yang terangkut hingga ke TPA memang

Page 7: Handout FGD 19 Agustus 2010

Sambutan Bapak Deputi V dalam FGD Koordinasi Pelaksanaan dan Pembiayaan Pengelolaan Persampahan di Daerah | 4

sudah meningkat mencapai hampir 70%, namun demikian jumlah

sampah yang diolah masih tergolong rendah yaitu 7%.

Karena itu, Focus Group Discussion yang diadakan hari ini

diharapkan dapat menjadi suatu kesempatan yang baik guna

meningkatkan perbaikan pengelolaan sektor persampahan di Indonesia

sekaligus melanjutkan reformasi berbagai kebijakan terkait.

Hadirin yang saya hormati,

Jika kita lihat dari sisi lain, sesungguhnya sampah dan berbagai

aspek pengelolaannya sebenarnya merupakan suatu sumber daya yang

menjanjikan. Disamping dijual sebagai kompos dan produk sampingan

lainnya, sampah juga bisa diolah menjadi sumber energi terbarukan

yang dapat membuka lapangan kerja. Hal ini sejalan dengan tujuan UU

Pengelolaan Sampah yang selain untuk meningkatkan kesehatan

masyarakat dan kualitas lingkungan, juga menjadikan sampah sebagai

sumber daya.

Disamping besarnya masalah dan tantangan yang harus dihadapi,

kita juga patut bersyukur karena dalam bidang Public Private

Partnership (PPP) untuk pengelolaan sampah telah dicapai langkah

maju. Contoh dari keberhasilan pengelolaan sampah dapat dilihat pada

IPST SARBAGITA yang merupakan Proyek kerjasama antara Badan

Pengelolan Kebersihan SARBAGITA (BPKS) dan PT. NAVIGAT ORGANIC

ENERGY INDONESIA (NOEI) melalui PPP yang telah berhasil menjual

listrik yang dihasilkan kepada PT. PLN. TPA dengan luas 25 Ha ini

merupakan tempat pengelolaan sampah terpadu yang akan melayani

buangan sampah dari empat Kabupaten/Kota di wilayah Bali Selatan

yaitu Denpasar, Badung, Gianyar, dan Tabanan (SARBAGITA). Kerjasama

antara Pemerintah dengan Swasta ini telah diperkuat dengan terbitnya

Perpres No 13 tahun 2010 yang merupakan perubahan atas Perpres No.

67 tahun 2005 tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha

dalam penyediaan infrastruktur, dimana disebutkan dalam pasal 4 ayat

1 yang menyatakan jenis infrstuktur yang dapat dikerjasamakan dengan

Page 8: Handout FGD 19 Agustus 2010

Sambutan Bapak Deputi V dalam FGD Koordinasi Pelaksanaan dan Pembiayaan Pengelolaan Persampahan di Daerah | 5

Badan Usaha mencakup sarana persampahan yang meliputi peng-

angkut dan tempat pembuangan.

Kami memaklumi ada berbagai persoalan yang belum selesai,

karena itulah kami mengundang para hadirin di sini dan para pembicara

dari KLH, Bappenas, DKP Kota Surabaya serta Sekretariat Kartamantul

untuk menyamakan persepsi dan langkah yang akan diambil untuk

memperbaiki kondisi pengelolaan sampah di daerah. Diharapkan juga,

adanya keberlanjutan dalam mengkoordinasikan permasalahan sampah

di lingkungan KLH atau PU untuk melanjutkan perbaikan berbagai

rencana pengembangan dan pengelolaannya sehingga tidak terputus

dan sporadis untuk mewujudkan pengelolaan sampah yang sehat.

Sekali lagi saya mengucapkan terimakasih kepada para pembicara

yang telah meluangkan waktunya untuk berbagi pengalaman dan

informasinya di sini.

Demikian sambutan saya. Akhir kata, saya ucapkan selamat

berdiskusi dan bertukar informasi. Semoga anda semua dapat

menyumbangkan ide-ide perbaikan regulasi sektor persampahan demi

kemajuan dan kemantapan ekonomi nasional secara lebih nyata.

Wassalammualaikum Wr. Wb.

ttd

Luky Eko Wuryanto

Page 9: Handout FGD 19 Agustus 2010

9/2/2010

1

FOCUS GROUP DISCUSSION:KOORDINASI PELAKSANAAN DAN PEMBIAYAAN

PENGELOLAAN SAMPAH MENURUT UU 18 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAN SAMPAH

ASDEP URUSAN PENGENDALIAN PENCEMARAN LIMBAH DOMESTIK & USAHA SKALA KECIL

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP

TUGAS DAN WEWENANG PEMERINTAHAN

1. PASAL 5 UU 18 TAHUN 2008:PEMERINTAH DAN PEMERINTAH DAERAH MENJAMIN TERSELENGGARANYA PENGELOLAAN SAMPAH YANG BAIK DAN BERWAWASAN LINGKUNGAN.

2. PASAL 6 UU 18 TAHUN 2008, TUGAS PEMERINTAH DAN PEMERINTAH DAERAH ANTARA LAIN:a. HURUF C: MEMFASILITASI, MENGEMBANGKAN, DAN MELAKSANAKAN UPAYA

PENGURANGAN, PENANGANAN, DAN PEMANFAATAN SAMPAH;b. HURUF D: MELAKSANAKAN PENGELOLAAN SAMPAH DAN MEMFASILITASI

PENYEDIAAN PRASARANA DAN SARANA PENGELOLAAN SAMPAH;c. HURUF E: MENDORONG DAN MEMFASILITASI PENGEMBANGAN MANFAAT

HASIL PENGOLAHAN SAMPAH;d. HURUF G: MELAKUKAN KOORDINASI ANTARLEMBAGA PEMERINTAH,

MASYARAKAT, DAN DUNIA USAHA AGAR TERDAPAT KETERPADUAN DALAM PENGELOLAAN SAMPAH.

Page 10: Handout FGD 19 Agustus 2010

9/2/2010

2

PEMBIAYAAN

1. PASAL 24 UU 18 TAHUN 2008:a. AYAT 1: PEMERINTAH DAN PEMERINTAH DAERAH WAJIB MEMBIAYAI

PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN SAMPAH;b. AYAT 2: PEMBIAYAAN BERSUMBER DARI APBN DAN APBD;c. AYAT 3: DIATUR LEBIH LANJUT DENGAN PP DAN PERDA.

2. PRINSIP PELAYANAN PUBLIK DITERAPKAN.

KERJASAMA DAN KEMITRAAN

1. PASAL 26 UU 18 TAHUN 2008:a. AYAT 1: PEMERINTAH DAERAH DAPAT MELAKUKAN KERJASAMA

ANTARPEMERINTAH DAERAH DALAM PENGELOLAAN SAMPAH;b. AYAT 2: KERJASAMA DAPAT DIWUJUDKAN DALAM BENTUK KERJASAMA

DAN/ATAU PEMBUATAN USAHA BERSAMA PENGELOLAN SAMPAH;c. AYAT 3: DIATUR LEBIH LANJUT DENGAN PERATURAN MENTERI DALAM

NEGERI.PRINSIP KERJA SAMA -> ANTARPEMERINTAH DAERAH.

2. PASAL 27 UU 18 TAHUN 2008:a. AYAT 1: PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN/KOTA SECARA SENDIRI-SENDIRI

ATAU BERSAMA-SAMA DAPAT BERMITRA DENGAN BADAN USAHA PENGELOLAAN SAMPAH DALAM PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN SAMPAH;

b. AYAT 2: KEMITRAAN DITUANGKAN DALAM BENTUK PERJANJIAN ANTARA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN/KOTA DAN BADAN USAHA;

c. AYAT 3: TATA CARA KEMITRAAN DILAKUKAN SESUAI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN.

PRINISIP KEMITRAAN -> ANTARA PEMERINTAH KAB/KOTA DAN BADAN USAHA.

Page 11: Handout FGD 19 Agustus 2010

9/2/2010

3

PERATURAN PRESIDEN NOMOR 13 TAHUN 20101. TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA (KPS ATAU PPP)

DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR.

2. PASAL 4 AYAT 1: JENIS INFRASTRUKTUR YANG DAPAT DIKERJASAMAKAN DENGANBADAN USAHA MENCAKUP ANTARA LAIN HURUF D INFRASTRUKTUR AIRLIMBAH INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH, JARINGAN PENGUMPUL DANJARINGAN UTAMA, DAN SARANA PERSAMPAHAN YANG MELIPUTIPENGANGKUT DAN TEMPAT PEMBUANGAN.

3. PASAL 13 AYAT 1: BADAN USAHA YANG BERTINDAK SEBAGAI PEMRAKARSAPROYEK KERJASAMA DAN TELAH DISETUJUI MENTERI/KEPALA LEMBAGA/KEPALADAERAH AKAN DIBERIKAN KOMPENSASI;

4. PASAL 13 AYAT 2: KOMPENSASI DAPAT BERBENTUK:a. PEMBERIAN TAMBAHAN NILAI;b. PEMBERIAN HAK UNTUK MELAKUKAN PENAWARAN OLEH BADAN USAHA

PEMRAKARSA TERHADAP PENAWAR TERBAIK SESUAI HASIL PROSESPELELANGAN;

c. PEMBELIAN PRAKARSA PROYEK KERJASAMA.

PERATURAN PRESIDEN NOMOR 13 TAHUN 2010

5. DUKUNGAN PEMERINTAH DAN JAMINAN PEMERINTAH.

6. PASAL 17Aa. AYAT 1: MENTERI/KEPALA LEMBAGA/KEPALA DAERAH DAPAT MEMBERIKAN

DUKUNGAN PEMERINTAH TERHADAP PROYEK KERJASAMA SESUAI DENGAN LINGKUP KEGIATAN;

b. AYAT 2: DUKUNGAN PEMERINTAH DALAM BENTUK KONTRIBUSI FISKAL HARUS TERCANTUM DALAM APBN DAN/ATAU APBD;

c. AYAT 3: DUKUNGAN PEMERINTAH DALAM BENTUK PERIZINAN, PENGADAAN TANAH, DUKUNGAN SEBAGIAN KONSTRUKSI, DAN/ATAU BENTUK LAINNYA;

d. AYAT 4: MENTERI KEUANGAN DAPAT MENYETUJUI PEMBERIAN DUKUNGAN PEMERINTAH DALAM BENTUK INSENTIF PERPAJAKAN.

Page 12: Handout FGD 19 Agustus 2010

9/2/2010

4

BAHAN DISKUSI

1. SESUAI PENERAPAN PRINSIP PELAYANAN PUBLIK, PEMERINTAH DAN PEMERINTAHDAERAH DIWAJIBKAN MEMBIAYAI PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN SAMPAH.DENGAN KETENTUAN INI, APAKAH POLA KPS UPAYA ‘MENGHINDARI’ KEWAJIBANTERSEBUT?

2. PRINSIP KERJASAMA DALAM PENGELOLAAN SAMPAH -> ANTARPEMERINTAHDAERAH -> BELUM ADA KETENTUAN YANG MENGATURNYA. APAKAH MODELSEKRETARIAT BERSAMA KARTAMANTUL ATAU MODEL DKI JAKARTA-BEKASISEBELUM 2009 DAPAT DICONTOH?

3. PRINSIP KEMITRAAN DALAM PENGELOLAAN SAMPAH -> ANTARA PEMERINTAHKABUPATEN/KOTA DAN BADAN USAHA. APAKAH POLA KPS MERUPAKANIMPLEMENTASI PRINSIP KEMITRAAN TERSEBUT? APAKAH PENGELOLAAN TPSTBANTARGEBANG MENGGUNAKAN POLA KPS INI? APAKAH POLA KPS INI BISADIPAKAI DI KOTA LAIN? JIKA YA, KENAPA TPA BENOWO SURABAYA TIDAK BISAMENGGUNAKAN POLA YANG SAMA?

4. MENGAPA PERPRES 13/2010 MEMASUKKAN INFRASTRUKTUR PERSAMPAHAN(SEHARUSNYA PENGELOLAAN SAMPAH) DALAM INFRASTRUKTUR AIR LIMBAH,BUKAN BERDIRI SENDIRI? MENGAPA INFRASTRUKTUR PERSAMPAHAN TERDIRIDARI ANGKUTAN DAN PEMBUANGAN, BUKAN ANGKUTAN, TEMPAT PEMROSESANAKHIR (TPA) DAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH TERPADU (TPST)?

BAHAN DISKUSI (LANJUTAN)

5. DALAM PERPRES 13/2010 ADA KETENTUAN SOAL KONTRIBUSI FISKAL, APAKAHTIPPING FEE DAPAT DIGOLONGKAN KE DALAM KONTRIBUSI FISKAL INI? APAKAHKONTRIBUSI FISKAL DALAM BENTUK TIPPING FEE SEPERTI INI DIPAKAI DALAMPENGELOLAAN TPST BANTARGEBANG?

6. POLA KPS DENGAN MEKANISME TIPPING FEE ATAU BENTUK DUKUNGAN LAINNYA(PENGADAAN LAHAN, SEBAGIAN KONSTRUKSI) MENDUKUNG IMPLEMENTASI UU18/2008. APAKAH BERTENTANGAN DENGAN UU LAIN?

7. APAKAH HASIL PENJUALAN PRODUK PENGOLAHAN SAMPAH (KOMPOS, SCRAPPLASTIK/LOGAM) ATAU HASIL PENJUALAN LISTRIK DARI PEMBANGKIT LISTRIKTENAGA SAMPAH ATAU PEMANFAATAN METAN DARI TPA TERMASUK TAMBAHANNILAI SEBAGAIMANA DIMAKSUD PERPRES 13/2010?

8. APAKAH PENGADAAN INFRASTRUKTUR TPA DAN TPST DENGAN POLA KPS BERHAKMENDAPATKAN INSENTIF PENGURANGAN PAJAK, MISAL PAJAK IMPOR DAN PPN?

Page 13: Handout FGD 19 Agustus 2010

9/2/2010

5

PENUTUP

1. DALAM UPAYA MEMATUHI UU 18/2008 DAN MENGANTISIPASI MENINGKATNYAJUMLAH TIMBULAN SAMPAH, KETERBATASAN LAHAN UNTUK TPA, DANTINGGINYA BIAYA INVESTASI, OPERASIONAL & PEMELIHARAAN INFRASTRUKTURPENGELOLAAN SAMPAH, PEMBANGUNAN TPST DENGAN POLA KPS SEPERTI TPSTBANTARGEBANG AKAN MENJADI KEBUTUHAN KOTA-KOTA BESAR DI INDONESIADALAM 5 TAHUN KE DEPAN.

2. OLEH SEBAB ITU, PERLU SEGERA DISUSUN ATURAN DAN MEKANISME KPS DALAMPENGELOLAAN SAMPAH YANG TETAP, SINERGIS, TRANSPARAN, ADIL, DAN SALINGMENGUNTUNGKAN.

3. MENGINGAT SUDAH BANYAK INVESTOR YANG MELIRIK BISINIS SAMPAH.

TERIMA KASIH

Prepared by Uso

[email protected]

Page 14: Handout FGD 19 Agustus 2010

9/2/2010

1

Kesiapan dan Permasalahan Daerah dalam Pengelolaan Persampahan

Direktorat Permukiman dan Perumahan – BAPPENAS

FGD Koordinasi Pelaksanaan & Pembiayaan Pengelolaan Persampahan di Daerah

Kemenko Ekonomi - 19 Agustus 2010

Outline presentasi

• Pengelolaan sampah

• Kondisi kesiapan daerah

• Kerjasama pengelolaan sampah

• Dasar hukum pembiayaan

• Strategi dan arah kebijakan pembangunan pengelolaan sampah

• Kerjasama Pemerintah Swasta

2

Page 15: Handout FGD 19 Agustus 2010

9/2/2010

2

Pengelolaan Sampah

Dasar hukum:

• UU 18/2008 tentang Pengelolaan Sampah

– Perubahan paradigma: kumpul-angkut-buang prinsip 3R terintegrasi

– Pelibatan seluruh stakeholder

– Sanitary landfill

• RPJMN 2010-2014

– Target pembangunan persampahan yaitu tersedianya akses pengelolaan sampah bagi 80% rumah tangga di daerah perkotaan

• Rencana Aksi Nasional – Gas Rumah Kaca

– Termasuk dalam Sektor Limbah, mempunyai target penurunan emisi sebesar 0,048 GigaTon atau sebesar 6,1 % dari target nasional 26% di tahun 2020

– Pengembangan/revitalisasi TPA menjadi sistem sanitary landfill, serta peningkatan cakupan sistem pengolahan air limbah terpusat (off site)

3

Kondisi Umum

• Sampah terangkut meliputi 20,63% timbulan sampah atau sekitar 40% di perkotaan (BPS, 2007).

• Pembakaran sampah dipraktekkan oleh lebih dari 60% rumah tangga, dan lebih dari 20% lainnya membuang sampah sembarangan (BPS, 2007).

• 98% TPA masih berupa open dumping

• Paradigma pengelolaan persampahan di masyarakat masih berupa ”end of pipe treatment”

• Kegiatan 3R masyarakat masih sporadis, belum terintegrasi dan terkoneksi dengan sistem skala kota

• Rendahnya alokasi dana*:

– tidak lebih dari Rp 15.000,- /ton sampah (rata-rata kota di Indonesia) dari dana ideal Rp 100.000,00/ ton sampah

– Rp 10.070/orang/tahun (<1% GDP/cap Indonesia 2008, + USD 2200 ) Lebih kecil daripada rata-rata pengeluaran ”Low Income Country” sebesar 11% GDP (kira-kira Rp 570.000)

Pengelolaan Sampah

4

Page 16: Handout FGD 19 Agustus 2010

9/2/2010

3

DEMAND

- Kesadaran akan kebutuhan pembangunan sarana dan prasarana pengelolaan sampah

WILLINGNESS

Permasalahan pendanaan : terbatasnya pendanaan

1. Pendanaan

– Masih bertumpu pada dana pemerintah

– Belum tariff recovery

– Rendahnya keberlanjutan, kurang efektif dan efisien

2. Kapasitas perencanaan

– Belum adanya rencana yang jelas

– Kurangnya baseline data

Kondisi kesiapan daerah

Pengembangan alternatif pendanaan selain dana pemerintah

Peningkatan kualitas perencanaan

5

Kondisi kesiapan daerah

Program Percepatan Sanitasi Permukiman (PPSP):

• Advokasi.

• Mendampingi pemerintah kota/kab dalam merealisasikan langkah-langkah kongkrit, mulaidari pemetaan situasi perencanaan implementasimonitoring dan evaluasi.

• Penyusunan Strategi Sanitasi Kota (SSK)

SSK: Perencanaan strategis pembangunan sektor sanitasi yang komprehensif dan koordinatif

Prinsip penyusunan:

• Dari, oleh, dan untuk kabupaten/kota

• Komprehensif, skala kota (city wide), dan lintas sektor

• Penggabungan pendekatan top down dan bottom up

• Didasarkan pada data/kondisi sebenarnya (cakupan layanaan, program/kegiatan existing, perilaku, dll)

• Penentuan kondisi saat ini, isu prioritas, strategi, kebijakan, dan program

• Perencanaan sebagai portfolio pendanaan (swasta, donor, dll)

6

Page 17: Handout FGD 19 Agustus 2010

9/2/2010

4

Kerjasama Pengelolaan Sampah (1/2)

Stakeholder untuk mitra kerjasama:

• Swasta:

– Cakupan yang besar dan menguntungkan secara ekonomis

– Pengumpulan

• Daerah mempunyai zona-zona yang “ekonomis”: jumlah penduduk, infrastruktur, dan jumlah armada pengangkut, SDM pendukung

– Pemrosesan/pembuangan akhir

• Jumlah pasokan sampah minimum jaminan dari sistem pengumpulan

• Bundling: cara untuk menyediakan pasokan sampah minimum

• CDM, sampah spesifik

– Willingness to pay kemampuan MBR?

7

Kerjasama Pengelolaan Sampah (2/2)

• Pemerintah:– Skema regional

– Twinning program: capacity building.

• Masyarakat:

– Skala yang lebih kecil, pengumpulan dan 3R skala komunal

– Fasilitasi kelembagaan, teknis dan pembiayaan mandiri (biaya operasional, termasuk untuk biaya pengangkutan ke sistem pengelolaan sampah kota)

• LSM:

– advokasi, fasilitasi dan penguatan kapasitas masyarakat

– operasional pengelolaan sampah komunal

8

•Tujuan non-profit•Lebih Pro-MBR

• Produsen / pelaku usaha: CSR dan EPR

• Pengelola kawasan: pengelolaan sampah kawasan mandiri

Page 18: Handout FGD 19 Agustus 2010

9/2/2010

5

Dasar Hukum Kerangka Pembiayaan

1. UU 18/2008 tentang Pengelolaan Sampah

– Tugas Pemerintah dan pemerintahan daerah, antara lain melaksanakan pengelolaan

sampah dan memfasilitasi penyediaan prasarana dan sarana pengelolaan sampah

– Pemerintah dan pemerintah daerah wajib membiayai penyelenggaraan pengelolaan

sampah

– Pemda dapat bermitra dengan badan usaha pengelolaan sampah

2. PP 38/2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota

– Fasilitasi penyelenggaraan dan pembiayaan pembangunan PS persampahan

3. Permen PU 21/2008 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan SistemPengelolaan Persampahan

– Kebijakan 5: Pengembangan alternatif sumber pembiayaan

– Strategi :

• Penyamaan persepsi para pengambil keputusan

• Mendorong peningkatan pemulihan biaya persampahan9

Sumber-sumber pendanaan

1. APBN

2. APBD

3. Pinjaman/Hibah Luar Negeri

4. Swasta

5. Masyarakat

10

Page 19: Handout FGD 19 Agustus 2010

9/2/2010

6

Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan Pengelolaan Sampah

terkait Pembiayaan dalam RPJMN 2010-2014 (1/2)

• Mengembangkan alternatif sumber pendanaan bagi pembangunanpersampahan

– Insentif fiskal dan non-fiskal bagi dunia usaha

• Meningkatkan keterlibatan masyarakat dan swasta dalam pengelolaanpersampahan:

– Upaya pengurangan timbulan sampah mulai dari sumbernya melalui:

– Upaya pengelolaan sampah secara profesional melalui:

• Pemasaran bisnis persampahan pada masyarakat dan swasta

• Pentahapan (unbundling) pengelolaan persampahan sehingga menarik bagimasyarakat dan swasta

11

• Meningkatkan peran aktif masyarakat dan dunia usaha/swasta sebagai mitra pengelolaan persampahan

– upaya pengurangan timbulan sampah mulai dari sumbernya

– pengelolaan persampahan secara profesional

– perkuatan lembaga pengelolaan sampah

– pemberian jaminan kepastian hukum kerjasama pengelolaan sampah

– memperkuat koordinasi kerjasama antarpemda dalam konteks pelayanan regional;

– mengembangkan sistem tarif (tipping fee) yang mempertimbangkan pemulihan biaya dan kemampuan APBD dan masyarakat di daerah;

– mengembangkan bundling maupun pentahapan (unbundling) untuk sistem pengelolaan sampah dalam skema kerjasama

Strategi dan Arah KebijakanPembangunan Pengelolaan Sampah

terkait Pembiayaan dalam RPJMN 2010-2014 (2/2)

12

Page 20: Handout FGD 19 Agustus 2010

9/2/2010

7

Mengapa KPS?

Tanpa KPS* KPS*

Bila biaya tinggi dan cakupanlayanan tidak mencukupi

Sektor swasta dapat menyediakan cara untuk:•meningkatkan efisiensi•menurunkan biayadengan prinsip-prinsip komersial, dengan tetapmemperhatikan pelayanan kepada pelanggan

Bila dana pemerintah untukinvestasi tidak mencukupi

Sektor swasta dapat memobilisasi dana investasi yang diperlukan

Bila pengalaman pemerintahkurang dalam mengelolapersampahan

Sektor swasta dapat mengadopsi pengalaman lokal daninternasional dalam pengelolaan sampah, memperkenalkan teknologi yang terbukti efektif, dankeahlian dalam manajemen pengelolaan

*)Sumber: Cointreau, Private Sector Participation in Municipal Solid Waste Management, 200013

Memerlukan:• Persiapan/perencanaan: Skema institusional, Mekanisme pendanaan, Subsidi dan kebijakan untuk layanan untuk MBR• Kapasitas dan komitmen pemerintah • Perlu dukungan eksternal: fasilitasi, finansial

Pembagian Wewenang dan Pendanaan

Kab/Kota Provinsi Pusat

• Investasi sistem pengumpulan sampahKab/Kota• Investasi alat angkut sampah ke TPA Regional• Fasilitasi pengadaan lahan Transfer Station• Melaksanakan pengumpulan & pengangkutan sampah dari sumber keTPS/TPA• Perkuatan institusi pengangkutansampah di kab/kota• Pembayaran jasa pengelolaan jasapengelelolaan sampah ke TPA Regional• Pengaturan tarif retribusi sampah

• Investasi jalan akses ke TPA Regional• Investasi OP di TPA Regional• Pengadaan lahan untuk TPA Regional• Pembentukan institusi PengelolaTPA Regional• Pembentukan Badan Regulator• Penerbitan PeraturanPengoperasian TPA Regional• Pengaturan Tipping Fee

• Investasi sel-sel dankolam lindi• Pengadaan alat-alatberat di TPA Regional• Investasi jalanoperasional di TPA Regional• Bantek Perencanaan• Perkuatan Institusi

Sumber

sampah

Transfer Station

TPA Regional

Transfer Station

Sumber

sampah

Sumber

sampah

Sumber

sampah

Sumber

sampah

Sumber

sampah

KAB/KOTA A

KAB/KOTA

B

KAB/KOTA

C

APBD Kab/Kota APBD Provinsi/ APBN/ Swasta

Sumber: Sambutan Dir. Bina Program, DJCK – PU, Workshop Emission Reduction in Cities, SWM, 2010

14

Page 21: Handout FGD 19 Agustus 2010

9/2/2010

8

Skema Pembiayaan (1/4)

Jenis Kegiatan Masyarakat PemerintahDaerah

PemerintahPusat

Swasta

Peralatan PengumpulanSampah Primer

Tempat PenampunganSementara• Pembangunan• Rehabilitasi• Kendaraan pengangkut

TPS ke TPA• Kontainer

Transfer Station• Pembangunan• Kendaraan pengangkut• Rehabilitasi

√(Lokal)

√(Regional)

Sumber: Kerangka Investasi Pembiayaan Pengelolaan Persampahan, DJCK – PU, Workshop Emission Reduction in Cities, SWM, 2010

15

Jenis Kegiatan Masyarakat PemerintahDaerah

PemerintahPusat

Swasta

Pembangunan TPA Baru / Perluasan TPA yang ada

Pembangunan SelPeralatan Berat TPAPenanganan Lindi

Jalan akses ke TPAJalan, kantor, pagar dll di

TPAPenghijauan di TPA (Green

Belt)

Penggunaan Gas /Pembakaran Gas di TPA

√(Pilot)

Sumber: Kerangka Investasi Pembiayaan Pengelolaan Persampahan, DJCK – PU, Workshop Emission Reduction in Cities, SWM, 2010

Skema Pembiayaan (2/4)

16

Page 22: Handout FGD 19 Agustus 2010

9/2/2010

9

Jenis Kegiatan Masyarakat PemerintahDaerah

PemerintahPusat

Swasta

Revitalisasi TPA / Penutupan TPA

Revitalisasi TPA yang ada √(Pilot)

Penutupan TPA √

Penangkapan gas / pembakaran gas di TPA

Drainase air permukaan √

Sumber: Kerangka Investasi Pembiayaan Pengelolaan Persampahan, DJCK – PU, Workshop Emission Reduction in Cities, SWM, 2010

Skema Pembiayaan (3/4)

17

Jenis Kegiatan Masyarakat PemerintahDaerah

PemerintahPusat

Swasta

Proyek 3R

Instalasi Pengomposan / Pemilahan (unit kecil)

√ √

Instalasi Pengomposan(unit besar)

Unit Pengomposan skalarumah tangga

Instalasi Pemilahan (misal: instalasi besar untuksampah campuran)

Digestion Plant (untuksampah campuran)

Sumber: Kerangka Investasi Pembiayaan Pengelolaan Persampahan, DJCK – PU, Workshop Emission Reduction in Cities, SWM, 2010

Skema Pembiayaan (4/4)

18

Page 23: Handout FGD 19 Agustus 2010

9/2/2010

10

Wrap up

• Mengatasi masalah pendanaan:– Peningkatan optimalisasi penggunaan biaya

– Kerjasama dengan berbagai pihak, salah satunya KPS

– Advokasi stakeholder untuk peningkatan prioritas

• Kerja sama, membutuhkan:– Persiapan dan perencanaan yang matang

– Kapasitas dan komitmen pemerintah yang tinggi

– Dukungan eksternal

19

Terima kasih

20

Page 24: Handout FGD 19 Agustus 2010

9/2/2010

1

Koordinasi dan Pembiayaan

Pengelolaan Sampah di

Kartamantul Oleh : Drs. Gendut Sudarto KD, BSc, MMA

Ketua Sekber Kartamantul / Sekda Kab. Bantul

Outline Presentasi

Latar belakang/faktor pendorong

Aktor dan stakeholder

Nilai/prinsip integrasi

Mekanisme/prosedur integrasi

Role sharing/pembagian peran

Bentuk dan Substansi integrasi

System Pengelolaan

Manajemen pengelolaan konflik

Manajemen pengembangan jaringan

Hasil & refleksi integrasi

Page 25: Handout FGD 19 Agustus 2010

9/2/2010

2

Latar Belakang

Faktor geografis

Hubungan fungsional integratif sarana dan prasarana

Komitmen bersama meningkatkan pelayanan publik di wilayah Aglomerasi Perkotaan Yogyakarta

REALITAS PERKEMBANGAN PERKOTAAN

Permasalahan Penyediaan Sarana &

Prasarana yang lintas batas wilayah

Kota Yogyakarta

Aglomerasi Perkotaan

Yogyakarta

Kab. Sleman

Kabupaten Bantul

Page 26: Handout FGD 19 Agustus 2010

9/2/2010

3

REALITAS PERKEMBANGAN PERKOTAAN

Permasalahan:

Banyak llegal Dumping di wilayah “grey area”

Penempatan Lokasi TPA.....?

Bagaimana keterlibatan masyarakat/swasta.....?

Aktor Utama:

Bappeda , Dinas

PU, Dinas Teknis

Terkait

DPRD Propinsi

DPRD Kota

Yogyakarta

Tokoh

Masyarakat,

Swasta

LSM, NGO

Perguruan Tinggi

DPRD

Kabupaten

Bantul

DPRD Kabupaten

Sleman

Aktor yang terlibat dalam Kerjasama

Page 27: Handout FGD 19 Agustus 2010

9/2/2010

4

Nilai & Prinsip Kerjasama

CARE SHARE FAIR1. Issue bersama

2. Perhatian bersama

3. Kebutuhan/kepentingan

kerjasama (geografis,

topografis, efisiensi,

efektivitas)

4. Formalisasi kerjasama /

bentuk, management

(intergovernmental

service contract, joint

service agreement,

intergovernmental

service transfer

1. Share benefit

2. Share cost

3. Share risk/

burden

4. Share

experiences

1. Adil

2. Kemaslahatan

3. Tidak menciderai /

mendzalimi salah

satu

Alasan perlunya

kerjasama

Kekuatan yg

lebih besar

(sinergi)

Kemajuan yg

lebih tinggi

Dapat lebih

berdaya

Mencegah

konflik

Memperoleh

akses yg sama

Memelihara

keberlanjutan

Menghilangkan ego

daerah

Manfaat Kerjasama

Page 28: Handout FGD 19 Agustus 2010

9/2/2010

5

Pembagian Peran/Role Sharing

Peran PelaksanaPenyiapan dan Pembebasan Lahan Pemprov DIY

Detil Engineering Design/ Penyiapan Tapak Satker PLP Provinsi DIY

Studi Pendukung (AMDAL, Sosial Ekonomi, dll) Pemprov DIY

Pembangunan/Konstruksi Pemerintah Pusat / Satker PLP

Provinsi DIY

Pengembangan Sarana dan prasarana Dinas PU ESDM & Satker PLP

Provinsi DIY

Operasional dan Pemeliharaan Kabupaten/Kota

Peraturan Daerah (Retribusi & Pengelolaan) Kabupaten/Kota

Pengelolaan Sampah Mandiri (3R, Bank Sampah

dll)

1. Kabupaten/Kota/Pemprop

2. Kelompok Masyarakat

Kota Yogyakarta Kabupaten Sleman Kabupaten Bantul

Penerima Mandat

(bergilir 3 tahun)

UPTD Pengelola

Tim Pengawas

(Kepala SKPD Teknis)

Kabupaten/Kota

Tim Teknis

Meken

ism

e K

erj

asa

ma

Page 29: Handout FGD 19 Agustus 2010

9/2/2010

6

Substansi Kerjasama Regionalisasi

Pengelolaan Sampah :

1. Penyusunan Master Plan Persampahan APY (1995)

2. Pembangunan TPA Piyungan (1993 – 1995)

3. Pemanfaatan Bersama TPA (1995 – sekarang)

4. Perumusan biaya O&M TPA Piyungan

5. Peningkatan kinerja pengelolaan : penerapan teknologi terapan

6. Pengembangan sarana & prasarana

7. Pembentukan organisasi & tatakerja

8. Pengelolaan lingkungan hidup

9. Penyiapan perluasan lahan TPA Piyungan

System Pengelolaan

Existing:

Controlle Landfill sedang diupayakan menuju Sanitary Landfill untuk memenuhi UU 18/2008

Sharing pembiayaan untuk Operasi dan pemeliharaan berdasarkan volume sampah

Mengupayakan penerapan teknologi Methane Capture untuk reduksi gas beracun dari TPA Piyungan bekerjasama dengan pihak Asing (Shimizu Co Japan) telah teregister di UNFCCC No. 2751.

Mengupayakan teknologi landfill mining untuk memperpanjang umur teknis TPA

Pengurangan sampah dari sumber (3R) berbasis masyarakat

Page 30: Handout FGD 19 Agustus 2010

9/2/2010

7

Sharing Biaya O&M TPA Piyungan(berdasar volume sampah yang masuk ke TPA Piyungan)

TAHUN YOGYAKARTA SLEMAN BANTUL TOTAL

2001 599.315.100 100.923.900 42.620.600 742.859.600

2002 738.743.348 124.403.380 52.536.149 915.682.877

2003 895.340.064 150.774.056 74.882.580 1.120.996.700

2004 1.035.636.080 174.399.716 86.616.364 1.296.652.160

2005 1.281.383.021 215.784.182 107.171.697 1.604.338.900

2006 1.571.617.344 264.659.480 131.446.176 1.967.723.000

2007 1.789.138.080 301.289.850 149.639.070 2.240.067.000

2008 1.853.113.821 355.260.163 153.626.016 2.362.000.000

2009 1.934.115.000 547.563.000 121.222.000 2.602.900.000

Perbaikan Sarana & Prasarana TPApenghijauan, saluran drainase, kolam maturasi, talud jalan, talud lindi dll

Page 31: Handout FGD 19 Agustus 2010

9/2/2010

8

SesudahSebelum

Peningkatan Kinerja Pengelolaan TPA Sampah

Penanganan/ Evakuasi Sampah Ilegal/Liar

SesudahSebelum

Page 32: Handout FGD 19 Agustus 2010

9/2/2010

9

Pengelolaan Lingkungan

Pemantauan rutin terhadap :

kualitas air, udara, kebisingan, dan pengendalian vektor

Aktif & dekat dengan

Masyarakat

Sosialisasi

Penanganan masalah

dengan melibatkan

masyarakat

Pemberdayaan

masyarakat

Menindaklanjuti

komplain masyarakat

dengan cepat

Pemberdayaan 3R

Page 33: Handout FGD 19 Agustus 2010

9/2/2010

10

PUBLIC PRIVATE PARTNERSHIP

Kerjasama Sekber

Kartamantul dengan

Shimizu Coporation Jepang

dan Badan Pengkajian dan

Penerapan Teknologi

untuk pemanfaatan gas

metana di TPA Piyungan

3 Local GovermentGOVERNING BOARD

General Policy, Final Approval

3 Local GovernmentSTEERING TEAM

Direction, Instruction

HEAD/SECRETARYManagement

PROVINCE

STAKEHOLDERRequest

SEKBEROperation TeamExternal Advisory

TECHNICAL TEAMPreparation & Implementation

DPRD

Planning board Public Works Dept Legal DivisionEnvironmental Dept

Implementation section of local governments

Manajemen Pengelolaan Konflik,

Jejaring dan Rekomendasi Kebijakan

Page 34: Handout FGD 19 Agustus 2010

9/2/2010

11

Hasil dan Refleksi Integrasi

Sharing beban senantiasa masuk dalam APBD Kabupaten/Kota/Pemprov

Substansi Regulasi disinkronisasi dan diharmonisasi

Penanganan permasalahan bersama

Komitmen bersama mengkampanyekan dan membina kelompok masyarakat yang melakukan pengelolaan sampah mandiri (Yogyakarta 50 kelompok, Sleman 75 kelompok, Bantul 5 kelompok)

Grebeg Sampah 2010 (Wujud Kepedulian Seluruh Komponen Masy terhadap sampah)

Page 35: Handout FGD 19 Agustus 2010

1

PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI

BERBASIS KOMUNITAS

DI KOTA SURABAYA

DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KOTA SURABAYA

KOMPOSISI SAMPAH

ANORGANIC ORGANIC

Plastic : 10,09 % Total : 72,41 %Metal : 1,41 %Clothes : 2,68 %Glass : 1,70 %Woods : 2,39%Paper : 7,26 %Roads : 0,46%Other : 1,48 %Total : 27,59 %

Organic

Anorganic72,41%

27,59%

Page 36: Handout FGD 19 Agustus 2010

2

BAGAN ALUR DAN TANGGUNG JAWAB PENGUMPULAN DAN

PENGANGKUTAN SAMPAH BERDASARKAN PERDA NO 4 TAHUN 2000

TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN / KEBERSIHAN

Infectious waste

Kitchen waste

Incinerator

TPS

TPS

Rumah Sakit

1. Pemukiman

2. Penyapuan Jalan

1. Penghasil Sampah > 2,5 m3

2. Industri

3. Pelabuhan

Pasar

Dikumpulkan

Sendiri

PD Pasar

RW

Gerobak Sampah Kendaraan

Angkutan Sampah

Masyarakat

( Pemukiman )TPS

DKP

Pengelolaan Sampah Mandiri Berbasis Komunitas

di Kota Surabaya

A. BASIC CONCEPT

1. Mengurangi sampah mulai dari sumbernya

- Mengurangi pembuangan sampah liar

- Mengurangi sampah yang masuk TPA

2. Memilah sampah dari masing-masing rumah tangga

(sampah organik dan anorganik),

3. Mengolah sampah;

- Sampah organik diolah menjadi kompos

- Sampah anorganik dijual ke pemulung

atau didaur ulang

B. TARGET

Seluruh warga kota Surabaya

C. STAKEHOLDERS

Pemerintah Kota, PKK, Swasta, Masyarakat, Universitas,

Kader Lingkungan, LSM, Media Massa

ORGANIK

ANORGANIK

Page 37: Handout FGD 19 Agustus 2010

3

Pendampingan Warga

Operasi Yustisi Kebersihan

KEGIATANNYA MELIPUTI:

Sosialisasi/Penyuluhan

Pembentukan Kader Lingkungan

Pembagian Sarana Kebersihan

E. PRODUK

1. Kompos

Diawali kerjasama dengan Universitas Surabaya dalam

penemuan metode pembuatan kompos dengan tong

komposter aerob (skala 5-10 keluarga). Kemudian

dilanjutkan kerjasama dengan Kota Kitakyushu dalam

ditemukannya “Takakura home method”, yaitu suatu

metode pembuatan kompos berskala rumah tangga.

Selanjutnya dikembangkan oleh masyarakat dengan beberapa

bentuk tetapi dengan metode yang sama.

2. Komoditas Daur Ulang

Sampah anoganik didaur ulang menjadi berbagai macam produk,

seperti tas, payung, dll.

Ada 10 UKM yang memproduksi komoditas daur ulang dalam

masyarakat yang mendapatkan pendanaan dari pemerintah lokal.

Page 38: Handout FGD 19 Agustus 2010

4

STRUKTUR HUBUNGANYANG BAIK

Keuntungan

Bersama

Keuntungan

Bersama

Keuntungan

Bersama

PEMERINTAH

MASYARAKAT STAKEHOLDERS

LINGKUNGAN

0

5000

10000

15000

20000

25000

30000

2007 2008 2009

5684

23195

26744JUMLAH KADER

0

50

100

150

200

250

300

350

400

2007 2008 2009

123

173

400

JUMLAH FASILITATOR

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

2005 2006 2007 2008 2009

325 283335

1797

2774

JUMLAH RT PESERTA SURABAYA

GREEN AND CLEAN

PENCAPAIAN KOTA SURABAYA PENAMBAHAN JUMLAH

KADER LINGKUNGAN

PENAMBAHAN JUMLAH FASILITATOR LINGKUNGAN

PENAMBAHAN JUMLAH PESERTA

SURABAYA GREEN AND CLEAN

Page 39: Handout FGD 19 Agustus 2010

5

TEMPAT PEMROSESAN AKHIR (TPA) BENOWO

• Terletak di Wilayah Surabaya Bagian Barat (Benowo)

• Dimanfaatkan pertama kali pada Tahun 2001

• Controlled Landfill System

• Luas total lahan = 37,4 Ha

PERUBAHAN SISTEM TPA

TPA EKSISTING

Contolled Landfill System

TPA RAMAH LINGKUNGAN

Alternatif teknologi:

1. Teknologi pengolahan biologis

(misalnya anaerobic digester,

methanization); dan atau

2. Teknologi pengolahan fisik kimia

(misalnya gassifikasi, pirolisis); dan

atau

3. Teknologi yang menghasilkan bahan

bakar terbarukan

(misalnya RDF/Refuse Derived Fuel);

dan atau

4. Teknologi lainnya selain teknologi

incinerator.

Bekerjasama dengan pihak swasta dalam mengelola TPA eksisting menjadi TPA yang

ramah lingkungan, berkelanjutan dan menghasilkan produk ekonomis

Page 40: Handout FGD 19 Agustus 2010

6

KENDALA DAN MASALAH

1. Peraturan yang menunjang untuk pengelolaan sampah;

2. Belum semua warga kota Surabaya melakukan pengolahan sampah dari

sumbernya;

3. Sulitnya mencari lokasi Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) dan Tempat

Pembuangan Sementara (TPS);

4. Keterbatasan peralatan;

5. Pengolahan sampah di TPA masih menggunakan Controlled Landfill System

(karena keterbatasan anggaran untuk Sanitary Landfill System).

TE

R

I

M

A

K

A

S

I

H