Upload
lynhi
View
250
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
HANDOUT MATERI PRAKTIKUM
ILMU PRODUKSI TERNAK POTONG
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
TATA TERTIB
1. Praktikan WAJIB datang 15 menit sebelum praktikum dimulai
2. Praktikan WAJIB memakai sepatu boot dan cattle pack beridentitas instansi terkait tidak
boleh instansi lain
3. Alat praktikum yang hilang atau rusak harus diganti barang yang sama bukan uang oleh
praktikan dalam satu gelombang
4. Praktikan wajib mengikuti seluruh serangkaian praktikum
5. Tidak dilaksanakan pretest, praktikum dan asistensi susulan
6. Diperkenankan absen apabila sakit yang dibuktikan dengan surat dokter, dan delegasi yang
dibuktikan dengan surat izin dari fakultas atau universitas
7. Laporan dikerjakan pada lembar kerja yang telah disediakan
8. Hasil ujian atau isi laporan tidak boleh sama
9. Tidak diperkenankan menggunakan aksesoris kecuali jam tangan karet
10. Pelanggaran yang dilakukan praktikan seperti merokok, membawa senjata tajam selain
peralatan praktikum, minuman keras, meludah, berkata kasar selam diarea praktikum dan
memakai atribut praktikum maka nilai praktikum E
Tata tertib ini wajib ditaat dan dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab oleh seluruh
praktikan
BANGSA-BANGSA SAPI POTONG
Sapi potong yang di pelihara para peternak mempunyai berbagai jenis bangsa yang
berbeda-beda.Pada dasarnya terdapat 3 bangsa dari ternak sapi potong yang telah dikenal,yaitu:
1. Bos taurus, sapi yang berasal dari daerah sub-tropis atau beriklim temperate.
Sapi Bos taurus umumnya sapi yang didatangkan ke Indonesia dari daerah sub-tropis atau
dikenal dengan sapi import. Kelebihan dari sapi tersebut yaitu memiliki pertambahan bobot badan
(PBB) yang tinggi, namun juga memiliki kelemahan seperti, tidak tahan terhadap iklim tropis
(membutuhkan adaptasi lama), tidak tahan terhadap mutu pakan yang jelek dan tidak tahan
terhadap ektoparasit (caplak). Contoh dari sapi Bos taurus:
A. Sapi Simmental
Ciri-cirinya:
1. Kepala putih
2. Rambut pada kepala keriting
3. Warna rambut merah
4. keempat kaki mulai dari lutut dan kipas ekor
berwarna putih.
5. Warna merahnya bervariasi dari merah gelap sampai
kuning
6. Tidak mempunyai punuk
7. Perototannya baik dan pertulangaannya besar dengan temperamen yang baik
B. Sapi Limousin
Ciri-cirinya:
1. Bentuk kepala lurus, pendek
2. Warna rambut merah (dominan), hitam (resesif)
3. Memiliki warna merah
4. Tidak berpunuk
5. Badan kompak, serta badan panjang
6. Tidak bergelambir
C. Sapi Brangus (Brahman x Angus)
Ciri-cirinya:
1. Warna rambut hitam
2. Berpunuk dan bergelambir
3. Bentuk tubuh lebih kompak
4. Memiliki tanduk kecil.
5. Leher dan telinga pendek
6. Punggung lurus,
7. Badan kompak dan padat
8. kaki kuat dan kokoh
Catatan: spesifik dari sapi Bos Taurus yaitu tidak memiliki punuk. Contoh lain dari sapi
Bos taurus, Short Horn, Belgian Blue, Hereford, Charolis, Wagyu (Japanese Black Cattle),
dll.
2. Bos indicus, atau bangsa zebu, sapi yang berasal dari daerah tropis khususnya dari India.
Bos indicus umumnya memiliki kelebihan berupa tahan terhadap iklim suhu panas, mampu
berkembang dengan pakan yang kualitasnya jelek dan tahan terhadap ekstoparasit (caplak).
Kelemahan dari sapi dari bangsa ini yaitu pertambahan bobot badannya relatif lebih lambat. Sapi
dari bangsa ini rata-rata disilangkan dengan sapi asli Indonesia yang kemudian menjadi sapi lokal
Indonesia, karena telah tinggal di Indonesia lebih dari 5 generasi. Contoh dari sapi Bos Indicus,
sebagai berikut :
A. Sapi Brahman
Ciri-cirinya:
1. Bentuk kepala lebih panjang
2. Leher pendek dan Telinga panjang
3. Mempunyai punuk besar dan lebih rebah
4. Gelambir yang memanjang berlipat-lipat dari kepala
ke dada
5. Warna rambut abu-abu kehitaman
6. Kalau asli tidak bertanduk dan kalau silangan mempunyai tanduk kecil
B. Sapi Pernakan Ongole (PO)
Ciri-cirinya:
1. Fisiologi tubuhnya panjang dan kompak
2. Rambut berwarna putih keabu-abuan
3. Mempunyai punuk besar dan tegak
4. Memiliki gelambir
5. Muka lebih lonjong dari pada sumba ongole
6. Memiliki tanduk (tanduk betina lebih panjang dari pada jantan)
7. Memiliki telinga menggantung seperti daun nangka
C. Sapi Sumbawa Ongole (SO)
Ciri-cirinya:
1. Warna Tubuh dominan putih sampai keabu-abuan
2. Bertanduk lebih tumpul dari pada ongole
3. Bergelambir
4. Warna hidung hitam
5. Kepala lebih pendek dari pada Ongole
D. Sapi Sumbawa
Ciri-cirinya:
1. Rambut pada jantan berwarna putih keabuan,
sedangkan pada betina berwarna putih
2. Warna kepala sapi jantan abu-abu, sedangkan pada
betina berwarna putih
3. Bertanduk
4. Pada sapi betina tanduk lebih panjang
5. Telinga sedang, mengarah ke samping dan tidak terkulai
E. Sapi Madura
Ciri-cirinya:
1. Rambut berwarna merah bata
2. Memiliki tanduk kecil yang berbentuk bulan sabit
3. Moncong, ekor, kaki bagian bawah dan garis pada
punggung berwarna putih
4. Telinga, bulu ekor dan kelopak mata berwarna hitam
5. pada bagian kepala bertanduk yang mengarah
dorsalateral,
Pada sapi jantan memiliki gumba (punuk) sedangkan yang betina tidak tampak adanya punuk
(kecil).
F. Sapi Aceh
Ciri-cirinya:
1. Warna rambut merah bata sampai coklat
2. Pada umumnya bentuk muka cembung
3. Tanduk mengarah kesamping dan melengkung keatas
4. Telinga kecil mengarah kesamping dan tidak terkulai
3. Bos sondaicus atau sapi asli dari Indonesia dari bangsa banteng
Sapi Bos sondaicus merupakan sapi yang berasal dari persilangan antara sapi yang asli
mendiami pulau Bali dengan banteng Bali. Sapi tersebut contohnya yaitu sapi Bali. Sapi Bali
merupakan satu-satunya sapi asli dari Indonesia yang memiliki kelebihan tahan terhadap pakan
yang berkualitas jelek, memiliki karkas terbesar (55-60%) dan memiliki reproduksi yang baik.
Kelemahan dari sapi Bali ini terdapat postur tubuhnya yang relative lebih kecil dari sapi lokal
Indonesia.
Sapi Bali
1. Warna tubuh pada pedet jantan coklat muda/gelap,
sedangkan warna tubuh pada betina dewasa merah.
Pada jantan dewasa memiliki warna hitam
2. Bentuk tanduk pada jantan menjorok keluar kepala
pada betina bentuk tanduk menjorok kedalam kepala
3. Memiliki tanduk kearah belakang
4. Postur fisiologi seperti banteng
5. Punggungnya terdapat garis hitam yang membujur
dari gumba ke pangkal ekor (garis belut)
6. Bagian persendian tarsus dan carpus kaki berwarna
putih sampai batas pinggir atas kuku dan pada bagian
pantat terdapat warna putih berbentuk oval (white mirror)
Catatan:
Perbedaan pada sapi Madura dan sapi Bali terletak pada
a. White Sock
b. White Mirror
Bentuk kepala sapi potong
Jantan : cenderung lebih menonjol
Betina : cenderung lebih rata/ lancip
Bakalan yang baik:
Jantan : bentuk kepalanya seperti ternak betina, karena jarak kepala dan leher
depan yang nantinya akan mempengaruhi konsumsi pakan.
Sapi potong yang berpunuk, konformasi tubuhnya cenderung cekung
Sapi Brahman punuknya berwarna hitam
Sapi PO punuknya berwarna putih
BANGSA-BANGSA KAMBING DAN DOMBA
Kambing dan domba merupakan jenis ternak potong yang tergolong ternak ruminansia
kecil, hewan pemamah biak dan merupakan hewan mamalia yang menyusui anak-anaknya.
Disamping penghasil daging yang baik, kambing dan domba juga penghasil kulit. Keistimewaan
yang membedakan kambing dan domba adalah pada domba terdapat Glandula suborbitalis di
mata bagian bawah dan glandula intergigitalis di celah-celah kuku, sedangkan pada kambing tidak.
Glandula suborbitalis merupakan kelenjar yang mengeluarkan cairan di mata sehingga mata domba
seringkali nampak basah. Glandula intergigitalis merupakan kelenjar yang dapat menghasilkan
sekresi atau cairan menyerupai minyak yang memiliki bau khas, cairan ini keluar pada saat domba
berjalan dan berfungsi sebagai tanda untuk mengetahui kelompoknya sehingga apabila ada domba
yang terpisah dari kelompoknya dapat dengan mudah menemukan kelompoknya kembali.
Terdapat berbagai jenis bangsa kambing dan domba di Indonesia. Masing-masing
mempunyai karakteristik yang berbeda, diantaranya adalah : Kambing Kacang, Kambing
Peranakan Etawah, Peranakan Etawah dan Kambing Gambrong. Sedangkan bangsa-bangsa domba
antara lain: Domba Priangan / Garut, Domba Ekor Gemuk (DEG), Domba Ekor Tipis (DET).
Jenis ternak Kambing asli Indonesia antara lain ;
1. Kambing Kacang
1) warna bulu : Dominasi warna tunggal putih, hitam,
cokelat, atau kombinasi ketiganya.
2) kepala : Kecil dan ramping dengan profil lurus.
3) telinga : Sedang, tegak mengarah ke samping.
4) tanduk : Melengkung ke belakang.
5) janggut : Jantan: tumbuh bulu dengan baik. Betina:
tidak begitu lebat.
6) punggung : Lurus, pada beberapa kasus terlihat agak melengkung, dan semakin ke belakang
semakin tinggi sampai pinggul.
7) bulu : Pendek, khusus yang jantan berbulu surai panjang dan kasar sepanjang garis leher sampai
ekor.
8) ekor : Pendek, kecil dan tegak.
Jenis ternak Kambing Lokal Indonesia antara lain ;
1. Kambing PE (Peranakan Etawa)
Warna bulu : kombinasi putih, hitam, dan cokelat.
1) Kepala : profil muka cembung.
2) Telinga : panjang dan terkulai.
3) Tanduk : melengkung ke belakang.
4) Bulu jenggot : jantan: panjang. betina: tidak berjenggot.
5) Punggung : lurus, beberapa agak melengkung, dan semakin
ke belakang semakin tinggi sampai pinggul.
6) Bulu tubuh : bagian leher dan pinggul lebih panjang, dan pada
jantan bulu lebih panjang mengurai.
7) Ekor : pendek.
2. Kambing Gembrong
Warna bulu : dominasi warna putih, sebagian cokelat muda dan
hitam.
1) Kepala : ringan dengan profil muka lurus agak cekung.
2) Telinga : sedang, dan terkulai.
3) Tanduk : jantan dan betina bertanduk.
2. Kambing Lakor
1) warna :
a) tubuh dominan : kombinasi warna polos dan belang
putih - kehitaman;
b) kepala : dominasi hitam, dan belang putih, warna
sekitar mata umumnya hitam;
c) telinga : mengikuti warna tubuh dominan;
2) tanduk : jantan dan betina bertanduk dengan ukuran kecil
sampai sedang, mengarah ke atas dan ke belakang;
3) bentuk telinga : panjang dan menggantung;
4) garis muka : cembung;
5) garis punggung : agak cekung;
6) bentuk ekor : bagian pangkal ekor berukuran sedang (4 – 9 cm).
Jenis ternak domba lokal Indonesia antara lain ;
1. Domba Garut
1) warna :
a) tubuh dominan : kombinasi hitam-putih;
b) kepala : kombinasi hitam-putih;
2) tanduk :
a) domba jantan : besar dan panjang dengan variasi
bentuk melingkar atau melengkung mengarah ke depan
dan ke luar;
b) domba betina : bertanduk kecil atau tidak bertanduk;
4) garis muka : cembung;
5) garis punggung : lurus sampai agak cekung;
6) bentuk ekor : segitiga, dengan bagian pangkal lebar dan mengecil ke arah ujung (ngabuntut
beurit atau ngabuntut bagong)
2. Domba Sapudi
1) warna :
a) tubuh : Dominan putih.
b) kepala : Putih.
2) garis muka : Agak cembung.
3) telinga : Cukup besar, panjang, lebar, dan tegak ke
samping dengan sudut 45-90 derajat.
4) tanduk : Tidak bertanduk.
5) garis punggung : Melengkung cekung dengan bagian belakang meninggi.
6) ekor : Bervariasi dari bentuk segitiga sampai sigmoid, tebal, panjang dan lebar, bagian pangkal
tengah lebar dan sering berkelok (sigmoid) dan meruncing pada bagian ujungnya.
3. Domba Kisar
1) warna :
a) tubuh dominan : kombinasi warna polos dan belang
putih - hitam;
b) kepala : dominasi hitam, dan belang putih, warna
sekitar mata umumnya hitam;
2) tanduk :
a) domba jantan : ukuran besar tanduk sedang dan panjang dengan bentuk melingkar atau
melengkung mengarah ke depan dan ke luar;
b) domba betina : tidak bertanduk;
3) bentuk telinga : sedang agak menggantung;
4) garis muka : cembung;
5) garis punggung : agak cekung;
6) bentuk ekor : bagian pangkal ekor berukuran sedang (4 – 9 cm).
4. Domba Ekor Gemuk (DEG)
a. Bentuk kepala lurus
b. Kepala botak dan berambut
c. Ekor berisi lemak
5. Domba Ekor Tipis (DET)
a. Telinga mengarah keluar
b. Kaki pendek
c. Tidak Bertanduk
d. Warna lebih putih
Jenis ternak babi local Indonesia,
1. Babi Bali
a. Warna hitam dan bulu agak kasar
b. Bentuk tubuh dan kepala kecil
c. Punggung lentik dan perut hampir menyusur
tanah
d. Kaki pendek
e. Cungurnya relative pendek
f. Telinga kecil dan berdiri tegak
2. Babi Karawang
a. Kepala kecil
b. Telinga kecil dan berdiri tegak
c. Tulang belakang lemah dan agak panjang
d. Perut hampir menyusur tanah
e. Kaki pendek
f. Warna belang, atas hitam dan bagian bawah putih
3. Babi Sumba
a. Wara hitam, kadang berwarna merah
kehitaman
b. Mempunyai bentuk fisik menyerupai babi
hutan
c. Badan sedang, pendek, namun dalam
d. Bentuk kepala lonjong
e. Moncong lancip
f. Telinga kecil dan berdiri
4. Babi Nias
a. Badan sedang
b. Kepala lebih pendek dari babi sumba
c. Telinga kecil dan berdiri tegak
d. Mulut runcing
PENDUGAAN UMUR
Pendugaan umur pada ternak penting dilakukan, hal ini berkaitan dengan tujuan dari
pemeliharaan sapi. Pendugaan umur yang baik dengan recording, namun secara konvensional
pendugaan umur dapat dilakukan melalui beberapa cara, yaitu:
1. Pemeriksaan Gigi Ternak (Poel)
Umumnya metode ini sudah sangat dikenal pada masyakat peternak di Indonesia. Istilah
yang biasa dikenal adalah “poel”. ‘Poel” menunjukkan adanya pergantian gigi ternak, sehingga
seberapa banyak tingkat pergantian gigi bisa menjadi dasar menduga umur ternak. Semakin
banyak gigi yang “poel” maka umur ternak juga semakin tua.
Gigi ternak mengalami erupsi dan keterasahan secara kontinyu. Pola erupsi gigi pada ternak
memiliki karakteristik tertentu sehingga dapat digunakan untuk menduga umur ternak. Gerakan
mengunyah makanan yang dilakukan ternak mengakibatkan terasahnya gigi. Pertumbuhan gigi
ternak dibagi menjadi 3 fase yaitu: fase tumbuh gigi (gigi susu), fase pergantian gigi dan fase
keausan gigi.
a) Fase gigi susu: terjadi pada ternak mulai lahir sampai dengan gigi seri bertukar dengan yang
baru.
b) Pergantian gigi: masa awal dari pergantian gigi sampai dengan selesai
c) Keausan gigi: gigi sudah tidak berganti-ganti lagi, melainkan sedikit demi sedikit aus
Perkiraan Umur Sapi
2. Melalui cincin pada tanduk
Keadaan cincin tanduk dapat digunakan untuk menafsirkan umur sapi. Rumus yang
digunakan yaitu :
Y = X + 2
Dimana Y merupakan umur sapi, X merupakan jumlah cincin tanduk dan 2 merupakan
koefisien rata-rata sapi bunting pada umur 2 tahun. Tiap cincin tanduk berhubungan erat dengan
kelahiran, periode laktasi dan jalannya pemeliharaan. Sesudah selesai periode kebuntingan
pertama, pangkal tanduknya timbul suatu alur melingkar dan selanjutnya setiap kali bunting hal
demikian akan terjadi lagi. Pengaruh pencemaran, penyakit dan musim panas menyebabkan cincin
tanduk kelihatan dangkal dan tidak terang.
Penentuan umur ternak dengan melihat lingkar cincin tanduk adalah dengan cara
menjumlahkan angka dua pada tiap lingkar cincin tanduk. Misalnya terdapat satu lingkar cincin
tanduk berarti sapi tersebut berumur tiga tahun. Asumsi dari penambahan angka dua tersebut
adalah sapi telah dewasa kelamin dan siap melahirkan pada umur dua tahun.
Pendugaan umur sapi berdasarkan tumbuhnya tanduk dan cincin tanduk adalah yang paling
kurang akurat. Oleh karena itu pendugaan dengan cara ini jarang dipergunakan. Prinsip pendugaan
umur berdasarkan cincin tanduk didasarkan pada pengaruh pakan. Alasannya, di Indonesia terjadi
musim kemarau dan musim hujan. Sapi betina yang sedang bunting akan membutuhkan zat pakan
yang lebih tinggi, sementara pada saat kemarau kebutuhan nutrisi yang tinggi tersebut tidak
sepenuhnya bisa diperoleh untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bagi janinnya, induk sapi akan
membongkar cadangan lemak dan protein tubuh, padahal protein tersebut juga dipergunakan untuk
pertumbuhan tanduk, sehingga pertumbuhan tanduk akan terhambat sehingga terbentuklah cincin
pada tanduk
3. Melalui Tali Pusar
Melihat lepasnya tali pusar hanya digunakan untuk mengingatkan lagi hari atau tanggal
kelahiran pedet dalam jangka kejadian beberapa hari yang telah lewat.Sewaktu lahir tali pusar
masih tampak basah dan tidak berbulu.Setelah berumur 3 hari,tali pusar terasa lunak jika
diraba,umur 4-5 hari tali pusar mulai mengering,dan umur 7 hari tali pusar mulai lepas serta sudah
mulai ditumbuhi bulu.
PENGENALAN ALAT
• DEHORNING
Yakni suatu cara penghilangan tanduk pada ternak pada sapi. Dapat dilakukan dengan
cara :
1. Kimiawi yakni dengan zat kimia (Caustic potash/ Caustic soda)
Pangkal tanduk dioles zat kimia Caustic potash/ Caustic soda selama 15 detik lalu
digosok sampai timbul pendarahan. Setelah ± 10 hari tanduk menjadi lempengan-
lempengan dan akan lepas sendiri.
2. Panas dengan menggunakan alat Electrical Dehorner
Gunanya yaitu membunuh saraf atau akar tanduk supaya tidak dapat tumbuh lagi.
Caranya: Alat dipanaskan selama 15-20 menit hingga mencapai suhu 1000 ˚C. lalu
ditekan alat ke tunas tanduk selama 5-10 detik hingga membentuk bulatan 2mm.
umumnya dilakukan pada pedet 4-21 hari.
3. Biologi yaitu dengan cara kawin silang
Dengan mengawinkan ternak yang bertanduk dengan ternak yang tidak bertanduk
dengan harapan anak yang dihasilkan nantinya tidak bertanduk
4. Mekanik yaitu dengan cara memotong tanduk menggunakan gergaji apabila tanduk
sudah besar
• KASTRASI
Yaitu suatu tindakan untuk menghilangkan fungsi buah zakar (testis) pada ternak jantan.
Tujuannya adalah :
1. Agar ternak menjadi lebih terang atau jinak
2. Memudahkan penanganan
3. agar daging yang dihasilkan ternak jantan tersebut yang berkualitas baik
4. Mempercepat proses pertumbuhan
Cara Kastrasi
1. Cara tertutup
Menggunakan alat emasculator yaitu Tang Burdizzo dan cincin karet (elastrator).
Fungsinya menghambat peredaran dari dan ke testis
2. Cara terbuka
Membedah kantung buah zakar atau skrotum, kemudian mengeluarkan dan
memotong buah zakar tersebut.
• CUKUR BULU RAMBUT
• MARKING
Bisa dilakukan dengan cara :
1. Kalung leher
2. Cap bakar pada kulit
➢ Dilakukan dengan bahan kimia (nitrogen cair), disebut freeze branding / cryosenic
branding.
➢ Dengan besi panas menggunakan huruf / angka dari tembaga. Biasanya dilakukan
dengan pembakaran langsung dari api / sumber panas lain. Pada pedet lama waktu
pembakarannya 15 detik dan pada sapi dewasa 30 detik.
3. Tanda pada telinga
➢ Ear Tag : Tanda telinga dari plastik / logam yang mudah cair.
Caranya: - Posisikan ternak dalam keadaan tenang lalu siapkan tag yang dipakai,
kapas, dan alcohol 70%.
- Bersihkan salah satu telinga bersihkan dengan alcohol 70%
- Raba telinga ternak yang tidak dilalui pembuluh darah
- Masukkan daun telinga diantara kedua sisi tang yang sudah dipasangi tag
- Tekan tuas gun applicator untuk memasukkan eartag pada telinga
➢ Ear Notch : Tanda telinga dengan menggunting telinga dengan bentuk U/V
menggunakan pisau atau gunting.
➢ Ear Punch : Tanda telinga dengan perlubangan
➢ Ear Tattoes : Tanda pada telinga dengan tinta,
Caranya: - Posisikan ternak dalam keadaan tenang lalu persiapkan peralatan tattoo,
yang terdiri dari tinta, nomor/huruf yang dipakai.
- Oleskan nomor/huruf pada tinta lalu pasangkan nomor/huruf pada tang
dengan posisi terbalik (seperti melihat cermin).
- Bersihkan salah satu telinga bersihkan dengan alcohol 70%
- Raba telinga ternak yang tidak dilalui pembuluh darah
- Masukkan daun telinga diatara kedua sisi tang yang sudah dipasangi
nomor/huruf lalu tekan gun applicator
PENGUKURAN STATISTIK VITAL
1. Definisi Ukuran Statistik Vital
Ukuran statistic vital merupakan ukuran tubuh ternak yang secara statistic cukup vital
untuk mengidentifikasi sifat-sifat kuantitatif ternak tersebut. Ukuran statistic vital ini
dipergunakan sebagai parameter teknis dalam penentuan standar bibit. Pada kambing dan domba
pengukuran statistic vital dengan mengukur : lingkar dada dan panjang badan. Adapun cara
pengukuran lingkar dada dan panjang badan dalam statistic vital kambing atau domba adalah
sebagai berikut :
1. Lingkar dada: Diukur dengan menggunakan pita ukur melingkar pada dada dekat scapula
atau kaki depan bagian belakang.
2. Panjang badan : Diukur dengan menggunakan mistar ukur yang dimulai dari tuberculum
lateral humerus (point of shoulder atau sendi peluru) sampai tuber ischiadicum (pin bone)
3. Tinggi gumba : Diukur menggunakan mistar ukur (khusus sapi) secara tegak lurus mulai
dari tanah/lantai hingga bagian tertinggi gumba.
2. Pendugaan Bobot Badan Ternak Menggunakan Ukuran Statistik Vital
Salah satu fungsi pengukuran statistik vital adalah untuk mengetahui estimasi bobot badan
ternak menggunakan rumus tertentu. Estimasi bobot badan pada ternak bergantung pada gemuk
dan kompaknya tubuh ternak yang akan diukur, setidaknya gambaran bobot badan dapat diketahui
dan tidak akan jauh dari bobot badan sebenarnya.
Estimasi bobot badan sapi, kambing dan domba sangat penting dilakukan apabila dalam
suatu peternakan tidak terdapat timbangan ternak. Manfaat estimasi bobot badan ternak adalah
sebagai berikut:
1. Mengukur kebutuhan pakan.
2. Mengukur laju pertumbuhan ternak/laju pertumbuhan bobot badan ternak.
3. Mengukur dosis obat-obatan berdasar bobot badan.
Ketika telah diketahui lingkar dada dan panjang badan maka formula perhitungan estimasi
bobot badan ternak adalah sebagai berikut:
a. Estimasi Bobot Badan Sapi
1. Rumus schoorl
EBB (kg) = (𝐿𝐷(𝑐𝑚) + 22)
100
2
2. Rumus smith
EBB (kg) = (𝐿𝐷(𝑐𝑚) + 22)
100
2
3. Rumus winters
EBB (lbs) = (LD(inch)
2 x PB(inch))
300
b. Estimasi Bobot Badan (EBB) Kambing Dan Domba
1. Umur 𝑃𝐼0
EBB (kg) = (𝐿𝐷(𝑖𝑛𝑐ℎ)
2 𝑥 𝑃𝐵(𝑖𝑛𝑐ℎ))
103:
2. Umur 𝑃𝐼2−4
EBB (kg) = (𝐿𝐷(𝑖𝑛𝑐ℎ)
2 𝑥 𝑃𝐵(𝑖𝑛𝑐ℎ))
11 𝑥 103
3. Umur 𝑃𝐼6−8
EBB (kg) = (𝐿𝐷(𝑖𝑛𝑐ℎ)
2 𝑥 𝑃𝐵(𝑖𝑛𝑐ℎ))
12 𝑥 103
3. Kegunaan Lain Ukuran Statistik Vital
Manfaat lain dari pengukuran statistik vital adalah untuk mengetahui konformasi kepala dan
grade ternak. Penentuan konformasi kepala dan grade ternak melalui perhitungan sebagai berikut:
a. Indeks Kepala
Pengukuran indeks kepala merupakan upaya untuk mengetahui konformasi kepala seekor
ternak, dimana konformasi kepala dapat digunakan untuk menduga kemampuan makan ternak
secara fisiologis, sehingga dapat digunakan sebagai parameter dalam menentukan tatalaksana
pemberian pakan yang tepat. Selain itu, konformasi kepala dapat digunakan untuk menduga
keeratan hubungan keluarga ternak, dimana setiap ternak mempunyai konformasi kepala yang
berbeda sebagai ciri khas ternak tersebut.
Prosedur pengukuran indeks kepala adalah sebagai berikut:
1. Panjang kepala
Diukur menggunakan pita ukur (khusus ternak) mulai dari titik tengah antara kedua tanduk pada
dahi hingga pangkal hidung secara tegak lurus.
2. Lebar kepala
Diukur menggunakan pita ukur (khusus ternak) mulai dari pelipis mata kanan menuju pelipis
mata kiri.
Rumus indeks kepala:
Indeks kepala = 𝐿𝑒𝑏𝑎𝑟 𝑘𝑒𝑝𝑎𝑙𝑎
𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑘𝑒𝑝𝑎𝑙𝑎 x 100%
b. Grade Sapi
Grade (ukuran) sapi merupakan suatu ekspresi keharmonisan bentuk badan ternak dan
dapat diketahui melalui perbandingan panjang badan dengan tinggi gumba ternak. Grade
(ukuran) ternak digunakan untuk mengetahui ukuran ternak tersebut yang nantinya dapat
digunakan sebagai parameter teknis untuk mengetahui grade (ukuran) ternak tersebut. Setiap
ternak mempunyai grade (ukuran) yang berbeda sesuai dengan potensi genetiknya masing-
masing.
Rumus grade sapi:
Grade sapi = 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛
𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑔𝑢𝑚𝑏𝑎 x 100%
Standard grade (ukuran) ternak terbagi menjadi 4 kelompok, yaitu:
Nilai Grade <100% 100% - 105% 105% - 110% >110%
Kategori Very small grade Small grade Medium grade High grade
PENILAIAN (JUDGING) TERNAK
1. Penilaian Eksterior Sapi Potong
Penampilan luar seekor sapi akan sangat menentukan dan menjadi utama sebelum
memikirkan berbagai pengenalan yang lain. Berikut adalah gambar berbagai kelainan tumpuan
anggota badan (kaki depan dan kaki belakang) sapi bila dilihat dari depan, belakang, samping,
khusus untuk bibit, posisi tersebut harus diperhatikan.
PROSES PEMOTONGAN
Pemotongan ternak sesuai dengan tujuannya adalah untuk mendapatkan daging dan produk
daging. Ada beberapa persyaratan untuk memperoleh hasil pemotongan ternak yang baik. Kondisi
ternak sebelum dipotong harus bersyarat sehat dan segar, oleh sebab itu setelah ternak tiba di
rumah potong harus diistirahatkan terlebih dahulu sampai kondisi ternak kembali tidak stres
minimal 12 jam. Pemotongan meliputi pemeriksaan antemortem, prosedur pemotongan dan
pemeriksaan post mortem.
a. Pemeriksaan antemortem
Antemortem adalah pemeriksaan kondisi ternak sebelum pemotongan secara dari depan
kepala sampai dengan kaki dan ekor. Analisis antemortem dilakukan minimal 12 jam sebelum
ternak dipotong (Murdiati, 2006). Faktor antemortem menurut Purbowati (2006) meliputi
genetik termasuk bangsa, spesies dan fisiologi, umur ternak, manajemen, jenis kelamin, dan
stress.
b. Prosedur pemotongan
Terdapat 5 prosedur pemotongan yang harus dilaksanakan untuk mendapatkan kualitas
daging yang baik dan higinies. Prosedur pemotongan meliputi:
1. Bleeding, merupakan proses pengeluaran darah sebanyak-banyaknya dari dalam tubuh.
Bleeding dilakukan dengan memotong Vena jugularis dan Arteri aortis serta memotong
2 saluran, yaitu saluran pencernaan dan saluran pernafasan.
2. Skinning, merupakan proses pengulitan, yaitu memisahkan kulit dari tubuh. Dilakukan
dengan hati-hati agar tidak merusak karkas. Batas penyayatan kulit adalah sampai lemak
subcutan terpisah dari tubuh.
3. Eviserasi, merupakan proses pengeluaran organ viseral (organ-organ dalam tubuh), yang
terdiri dari: organ pencernaan, organ pernafasan, dan organ reproduksi. Ginjal dan lemak
yang membujur dari pembungkus ginjal, dibawah pelvic sampai pembungkus jantung
diusahakan tertinggal (tidak ikut dikeluarkan).
4. Whole sale cut, merupakan proses pembagian karkas berdasarkan potongan wholesale,
yaitu karkas dipotong menjadi 4 bagian: Forequarter left & Forequarter right dan
Hindquarter left & Hindquarter right . Dipotong antara tulang rusuk 12-13.
5. Deboning, merupakan proses pemisahan daging dari tulang.
c. Pemeriksaan post mortem
Postmortem merupakan pemeriksaan yang dilakukan setelah pemotongan meliputi
pemeriksaan karkas dan organ internal yang meliputi limpa, hati, jantung, dan paru-paru.
Keputusan hasil pemeriksaan akan menentukan apakah karkas dan bagian-bagian karkas dapat
dikonsumsi, diproses lebih lanjut atau tidak. Pemeriksaan organ internal ditujukan untuk
mengetahui kondisi ternak yang dijelaskan sebagai berikut:
1. Limpa , merupakan objek yang paling penting dalam pemeriksaan postmortem. Dalam
kondisi normal bentuk limpa yaitu pipih dan lancip. Sedangkan limpa yang bengkak
diindikasi mengidap penyakit anthrax (radang limpa) yang merupakan salah satu penyakit
yang bersifat zoonosis, disebabkan oleh Bacillus anthracis (Bahri, 2014).
2. Hati, pengamatan untuk hati dilakukan dengan 3D, dilihat, diraba, disayat. Dengan 3D
dapat diketahui kelainan yang terjadi pada hati antara lain kerusakan pada hati dan adanya
cacing hati, Fasciola hepatica.
3. Jantung, diamati apakah terdapaat kelainan pada warna jantung, terjadi pembengkakan
atau tidak, adanya pengapuran jantung atau tidak. Jika terjadi pengapuran diindikasi
bahwa ternak tercemar zat kapur pada air minumnya.
4. Paru-paru, warna paru-paru normal yaitu putih kemerahan, jika terdapat perubahan warna
ke hitam diindikasi ternak mengidap TBC.
PERHITUNGAN PERSENTASE KARKAS DAN YIELD GRADE
Karkas adalah bobot hidup setelah dikurangi bobot saluran pencernaan, darah, kepala, kulit
dan keempat kaki mulai dari persendian carpus atau tarsus ke bawah. Karkas terdiri dari daging,
tulang dan lemak. Penentuan persentase dari karkas, daging, tulang dan lemak dilakukan dengan
rumus:
Persentase Karkas : 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝐾𝑎𝑟𝑘𝑎𝑠
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝐻𝑖𝑑𝑢𝑝 𝑥 100%
Persentase Daging : 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝐷𝑎𝑔𝑖𝑛𝑔
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝐾𝑎𝑟𝑘𝑎𝑠 𝑥 100%
Persentase Tulang : 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑇𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝐾𝑎𝑟𝑘𝑎𝑠 𝑥 100%
Yield grade adalah nilai karkas yang dihasilkan oleh ternak yang meliputi karkas, jumlah
daging yang dihasilkan dan kualitas daging dari karkas yang dihasilkan. Yield grade digunakan
untuk menentukan jumlah dagingn pada karkas (cutability), terutama pada daging paha (round),
daging lulur (loin), daging bahu (chuck), dan daging rusuk (rib). Faktor yang dipergunakan untuk
menentukan yield grade pada kambing dan domba adalah tebal lemak subkutan, persentase lemak
pelvik dan lemak ginjal serta skor konformasi paha. Nilai yield grade terbaik adalah 1 dan yang
terburuk adalah 5 dengan klasifikasi sebagai berikut:
Tabel 1. Hubungan antara nilai YG dengan % perdagingan pada round, loin, rib dan chuck.
Nilai Yield Grade Perdagingan (%)
1 > 52,3
2 52,3 – 50,1
3 50,0 – 47,8
4 47,7 - 45,5
5 < 45,5
Catatan : Nilai 1 (1,0-1,9), 2 (2,0-2,9), 3 (3,0-3,9), 4 (4,0-4,9) dan 5 (5,0-5,9)
Rumus perhitungan yield grade yaitu:
Yield Grade = 1,66 + (6,66 X tebal lemak punggung) + (0,25 X % LKPH) – (0,05 X SKP)
Cara menghitung nilai yield grade dengan menentukan ketebalan lemak punggung,
persentase LKPH (Lemak Kidney, Pelvic and Heart) dan menentukan skor konformasi paha.
Ketebalan lemak punggung dihitung dengan menentukan luas REA terlebih dahulu. REA
merupakan area daging ditengah tulang punggung yang menyerupai mata. Luasnya dihitung
menggunakan kertas milimeter blok dengan cara perhitungan sebagai berikut:
1 kotak penuh = 1 mm2 ½ kotak = ½ mm2
½ kotak penuh = 1 mm2 > ½ kotak = 0
Satuan luas REA = inch2
RETAIL CUT
Retail cut merupakan pengelompokkan daging menjadi bagian yang lebih kecil untuk
meningklasifikasikan daging sesuai kualitas daging dan meningkatkan nilai jual daging. Potongan
retail cut diklsifikasikan menjadi 3.
Tabel 3. Klasifikasi retail cut
Golongan (kelas) Potongan daging
Priemery cut
1. Has dalam (tenderloin)
2. Has luar (striploin/sirloin)
3. Iga utuh
4. Lamusir (cube roll)
Secondary cut
1. Tanjung (rump)
2. Kelapa (round)
3. Penutup (topside)
4. Pendasar (silverside)
5. Gandik (eye round)
6. Kijen (chuck tender)
7. Sampil besar (chuck)
8. Sampil kecil (blade)
Manufacturing Tetelan
A. Wholesale cut of Lamb
B. Wholesale cut of Beef
C. Wholesale cut of Pork