29
TITRASI ASAM BASA BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Titrasi merupakan salah satu cara untuk menentukan konsentrasi larutan suatu zat dengan cara mereaksikan larutan tersebut dengan zat lain yang diketahui konsentrasinya. Prinsip dasar titrasi asam basa didasarkan pada reaksi nertalisasi asam basa. Titik ekivalen pada titrasi asam basa adalah pada saat dimana sejumlah asam tepat di netralkan oleh sejumlah basa. Selama titrasi berlangsung terjadi perubahan pH. pH pada titik equivalen ditentukan oleh sejumlah garam yang dihasilkan dari netralisaasi asam basa. Indikator yang digunakan pada titrasi asam basa adalah yang memiliki rentang pH dimana titik equivalen berada. Pada umumnya titik equivalen tersebut sulit untuk diamati, yang mudah dimatai adalah titik akhir yaang dapat terjadi sebelum atau sesudah titik MASYITA MARASABESSYHAQI ROMADHONA QAWIY 15020140242

HAQI NEW

Embed Size (px)

DESCRIPTION

iin

Citation preview

TITRASI ASAM BASA

TITRASI ASAM BASA

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Titrasi merupakan salah satu cara untuk menentukan konsentrasi larutan suatu zat dengan cara mereaksikan larutan tersebut dengan zat lain yang diketahui konsentrasinya. Prinsip dasar titrasi asam basa didasarkan pada reaksi nertalisasi asam basa.

Titik ekivalen pada titrasi asam basa adalah pada saat dimana sejumlah asam tepat di netralkan oleh sejumlah basa. Selama titrasi berlangsung terjadi perubahan pH. pH pada titik equivalen ditentukan oleh sejumlah garam yang dihasilkan dari netralisaasi asam basa. Indikator yang digunakan pada titrasi asam basa adalah yang memiliki rentang pH dimana titik equivalen berada. Pada umumnya titik equivalen tersebut sulit untuk diamati, yang mudah dimatai adalah titik akhir yaang dapat terjadi sebelum atau sesudah titik equivalen tercapai. Titrasi harus dihentikan pada saat titik akhir titrasi tercapai, yang ditandai dengan perubahan warna indikator. Titik akhir titrasi tidak selalu berimpit dengan titik equivalen. Dengan pemilihan indikator yang tepat, kita dapat memperkecil kesalahan titrasi.

Berbicara masalah reaksi asam-basa atau yang biasa juga disebut reaksi penetralan, makatidak akan terlepas dari titrasi asam-basa. Perlu dipahami terlebih dahulu bahwa reaksi asam basa atau reaksi penetralan dapat dilakukan dengan titras asam-basa. Adapun titrasi asam-basa ini terdiri dari titrasi asam kuat-basa kuat, titrasi asam kuat-basa lemah, titrasi basa lemah-asamkuat, dan titrasi asam lemah-basa lemah. Titrasi asam-basa ini ditentukan oleh titik ekuivalen (equivalent point) dengan menggunakan indikator asam-basa.Setelah mengetahui hal tersebut, perlu juga kita ketahui bahwa titrasi merupakan suatumetode untuk menentukan kadar suatu zat dengan menggunakan zat lain yang sudah dikethaui konsentrasinya. Titrasi biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam prosestitrasi, sebagai contoh bila melibatan reaksi asam basa maka disebut sebagai titrasi asam basa,titrasi redox untuk titrasi yang melibatkan reaksi reduksi oksidasi, titrasi kompleksometri untuktitrasi yang melibatan pembentukan reaksi kompleks dan lain sebagainya.

Zat yang akan ditentukan kadarnya disebut sebagai titrant dan biasanya diletakan di dalamErlenmeyer, sedangkan zat yang telah diketahui konsentrasinya disebut sebagai titer dan biasanya diletakkan di dalam buret. Baik titer maupun titrant biasanya berupa larutan. Padalaporan kali ini akan di jelaskan mengenai titrasi asam-basa.

1.2 Tujuan percobaan

1. Mahasiswa mampu menerapkan teknik titrasi untuk menganalisa contoh yang mengandung asam basa.

2. mahasiswa dapat mentitrasi larutan dengan baik

1.3 Maksud Percobaan

1. Untuk mempelajari tirasi asam basa yang direaksikan dengan beberapa pereaksi sampel.

2. untuk mempelajari cara menitrasi asam dan basa yang baik dan benar.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Umum

Titrasi asam basa sering disebut asidi-alkalimetri, sedang untuk titrasi pengukuran lain-lain sering dipakai akhiran-ometri mengggantikan imertri. Kata metri berasal dari bahasa yunani yang berarti ilmu proses seni mengukur. I dan O dalam hubungan mengukur sama saja, yaitu dengan atau dari (withoroff). Akhiran I berasal dari kata latin dan O berasal dari kata Yunani. Jadi asidimetri dapat diartikan pengukuran jumlah asam ataupun pngukuran dengan asam (yang diukur dalam jumlah basa atau garam).(Harjadi, W.1990)

Reaksi penetralan asam basa dapat digunakan untuk menentukan kadar larutan asam atau larutan basa. Dalam hal ini sejumlah tertentu larutan asam ditetesi dengan larutan basa, atausebaliknya sampai mencapai titik ekuivalen (asam dan basa tepat habis bereaksi). Jika molaritas salah satu larutan (asam atau basa) diketahui, maka molaritas larutan yang satu lagi dapat ditentukan.(Michael. 1997)

Jika larutan asam ditetesi dengan larutan basa maka pH larutan akan naik, sebaliknya jika larutan basa ditetesi dengan larutan asam maka pH larutan akan turun. Grafik yang menyatakan perubahan pH pada penetesan asam dengan basa atau sebaliknya disebut kurva titrasi. Kurva titrasi berbetuk S, yang pada ttik tengahnya merupakan titik ekuivalen.(Michael. 1997)

Titrasi asam basa dapat memberikan titik akhir yang cukup tajam dan untuk itu digunakan pengamatan dengan indikator bil pH pada titik ekuivalen 4-10. Demikian juga titik akhir titrasi akan tajam pada titirasi asam atau basa lemah, jika penitrasian adalah basa atau asam kuat dengan perbandingan tetapan disosiasi asam lebih besar dari 104.pH berubah secara drastis bila volume titrannya. Pada reaksi asam basa, proton ditransfer dari satu molekul ke molekul lain. Dalam air proton biasanya tersolvasi sebagai H30. Reaksi asam basa bersifat reversibel. Temperatur mempengaruhi titrasi asam basa, pH dan perubahan warna indikatortergantung secara tidak langsung.(Khopkar, S.M. 1990)

Pada kedua jenis titrasi diatas, dipergunakan indikator yang sejenis yaitu fenoftalen (PP) dan metil orange (MO). Hal tersebut dilakukan karena jika menggunakan indikator yang lain, misalnya TB, MG atau yang lain, maka trayek pHnya sangat jauh dari ekuivalen.(Harjadi, W. 1990)

Asam didefinisikan sebagai senyawa yang mengandung Hidrogen yang bereaksi dengan basa. Basa adalah senyawa yang mengandung ion OH-atau menghasilkan OH-ketika bereaksi dengan air. Basa bereaksi dengan asam untuk menghasilkan garamdan air.)Teori Bronsted memperluas definisi asam dan basa dengan menjelaskan lebih banyak mengenai suatu larutan kimia. Misalnya, teori Bronsted menjelaskan lebih banyak mengenai suatu larutan amonium klorida bersifat asam dan larutan natrium asetat bersifat basa. Dalam teori Bronsted, asam didefinisikan sebagai suatu zat yang dapat memberikan proton kepada zat yang lain . Dalam hali ini , proton adalah atom hidrogen yang kehilangan elektronnya. Basa adalah zat yang menerima proton dari zat lain. Reaksi asam dan basa menghasilkan menghasilkan asam dan basa yang lain.(Golberg, 2002)

Titrasi asidimetri dan alkalimetri menyangkut reaksi dengan asam dan basa diantaranya : (1) titrasi yang melibatkan asam kuat dan basa kuat, (2) titrasi yang melibatkan asam lemah dan basa kuat, dan (3) titrasi yang melibatkan asam kuat dan basa leamah. Titrasi asam lemah dan basa lemah dirumitkan oleh terhidrolisisnya kation dan anion dari garam yang terbentuk.Titik ekuivalen, sebagaimana kita ketahui, ialah titik pada saat sajumlah mol ion OH-yang ditambahkan ke larutan sama dengan jumlah mol ion H+yang semula ada. Jadi untuk menentukan titik ekuivalen dalam suatu titrasi, kita harus mengetahui dengan tepat berapa volume basa yang ditambahkan dari buret ke asam dalam labu. Salah satu cara untuk mencapai tujuan ini adalah dengan menambahkan beberapa tetes indikator asam-basa ke larutan asam saat awaltersebut.Indikator biasanya ialah suatu asam atau basa organik lemah yang menunjukkan warna yang sangat berbeda antara bentuk tidak terionisasi dan bentuk terionisasinya. Kedua bentuk ini berikatan dengan pH larutan yang melarutkan indikator tersebut.Titik akhir titrasi terjadi bila indikator berubah warna. Dengan demikian memilih indikator yang tepat untuk titrasi, kita dapat menggunakan titik akhir untuk menentukan titik ekuivalen (changRaymond. 2004).

BAB 3 METODE KERJA

3.1 Alat yang digunakan

Alat yang digunakan pada prakikum titrasi asam dan basa adalah corong, burret, Erlenmeyer, gelas kimia, gelas ukur, pipet tetes, botol semprot, alumunium foil.

3.2 Bahan yang digunakan

Bahan yang digunakan saat praktikum titrasi asam dan basa adalah NaOH, HCl pekat, etanol, indicator PP, luminial natrium, dan asam salisilat.

3.3 Cara Kerja

Asidimetri

Disiapkan alat dan bahan praktikum

Ditimbang sebanyak 250 mg zat uji

Dilarutkan dalam Erlenmeyer sebanyak 15 ml Etanol

Ditambahkan 7,5 ml air sampai larutan tidak berwarna

Alkalimetri

Disiapkan alat dan bahan praktikum

Ditimbang sebanyak 200mg zat uji

Dilarutkan dalam Erlenmeyer sebanyak 5 ml Etanol

Ditambahkan 3 tetes indicator pp

Dititrasi sengan larutan NaOH 0,1 N sampai larutan berwarna merah muda

BAB 4 HASIL PENGAMATAN

4.1 Hasil pengamatan

kelompokPercobaanVolume titran

Kelompok 1Asidimetri21,5 mL

Alkalimetri17,5 mL

Kelompok 2Asidimetri23,4 mL

Alkalimetri16,8 mL

Kelompok 3Asidimetri21,7 mL

Alkalimetri15 mL

Kelompok 4Asidimetri22,7 mL

alkalimetri16 mL

Perhitungan:

ALKALIMETRI

X 100

= 130, 5045 %

X 100

= 125, 284%

X 100

= 111,861%

X 100

= 119,98 %

= 121,7419%

ASIDIMETRI

Mg / BE = Vtitran . N

*mencari Bm Na2CO3 = 124, H2O = 18 (124-18= 106)

BE = = = 53

Kelompok 1

Mg / BE = Vtitran . N

Mg / 53 = 21,6 . 0.1340

Mg = 21,6 . 0,1340 . 53

= 153,403

% = X 100%

= X 100 %

= 0,06136128

= 61,361 %

Kelompok 2

Mg / BE = Vtitran . N

Mg / 53 = 23,4 . 0.1340

Mg = 23,4 . 0,1340 . 53

= 166,186

% = X 100%

= X 100 %

= 0,06647472

= 66,474 %

Kelompok 3

Mg / BE = Vtitran . N

Mg / 53 = 21,7 . 0.1340

Mg = 21,7 . 0,1340 . 53

= 154,113

% = X 100%

= X 100 %

= 0,0616453

= 61,645 %

Kelompok 4

Mg / BE = Vtitran . N

Mg / 53 = 22,7 . 0.1340

Mg = 22,7 . 0,1340 . 53

= 161,215

% = X 100%

= X 100 %

= 0,06448616

= 64,48616 %

= 63,491%

4.2 Pembahasan

Titrasi merupakan salah satu cara untuk menentukan konsentrasi larutan suatu zat dengan cara mereaksikan larutan tersebut dengan zat lain yang diketahui konsentrasinya. Prinsip dasar titrasi asam basa didasarkan pada reaksi nertalisasi asam basa.

Titrasi asidimetri dan alkalimetri menyangkut reaksi dengan asam dan basa diantaranya : (1) titrasi yang melibatkan asam kuat dan basa kuat, (2) titrasi yang melibatkan asam lemah dan basa kuat, dan (3) titrasi yang melibatkan asam kuat dan basa leamah. Titrasi asam lemah dan basa lemah dirumitkan oleh terhidrolisisnya kation dan anion dari garam yang terbentuk.Titik ekuivalen, sebagaimana kita ketahui, ialah titik pada saat sajumlah mol ion OH-yang ditambahkan ke larutan sama dengan jumlah mol ion H+yang semula ada. Jadi untuk menentukan titik ekuivalen dalam suatu titrasi, kita harus mengetahui dengan tepat berapa volume basa yang ditambahkan dari buret ke asam dalam labu. Salah satu cara untuk mencapai tujuan ini adalah dengan menambahkan beberapa tetes indikator asam-basa ke larutan asam saat awaltersebut.Indikator biasanya ialah suatu asam atau basa organik lemah yang menunjukkan warna yang sangat berbeda antara bentuk tidak terionisasi dan bentuk terionisasinya. Kedua bentuk ini berikatan dengan pH larutan yang melarutkan indikator tersebut.Titik akhir titrasi terjadi bila indikator berubah warna. Dengan demikian memilih indikator yang tepat untuk titrasi, kita dapat menggunakan titik akhir untuk menentukan titik ekuivalen.

Pada percobaan asidimetri saat sampel telah dilarutkan dalam etanol dan ditambahkan air liat kelarutannya setelah ditambahkan indicator PP laruta berwarna ungu kemudian dititrasi dengan HCl 0,1 N sampai larutan tersebut menjadi tidak berwarna. Dan setelah dititrasi hitung volume HCl yang digunakan dan volume yang didapatkan adalah kelompok 1 21, 6 ml, kelompok 2 23,4 ml, kelompok 3 21,7 ml dan kelompok 4 22,7 ml.

Pada percobaan alkalimetri saat sampel dilarutkan dalam Erlenmeyer dan ditambahkan ethanol teru ditambahkan indicator PP warnanya adalah bening dan titrasi dengan NaOH hingga terjadi perubahan warna dari bening menjadi merah muda. Dan hitung volume titran yang digunakan. Untuk kelompok 1 17,5 ml, kelompok 2 16,8 ml, kelompok 3 15 ml, dan kelompok 4 16 ml.

Factor kesalahan yang bias menyebabkan kesalahan pada percobaan titrasi yaitu factor manual adalah kesalahan penglihatan pada saat pengukuran volume pada buret, kesalahan mengamati perubahan warna, kurang teliti dan terlalu tergesa-gesa dalam pengamatan. Factor teknisnya adalah kebocoran buret sehingga tidak terhitung dengan tepat.

LAMPIRAN

SKEMA KERJA

AsidimetriDitimbang 500mg zat uji,Kemudian dilarutkan dalam Erlenmeyer dengan 3ml etanol netral,Ditambahkan 15 ml air.Ditambahkan 3 tetes indicator PPDititrasi dengan HCl 0.1 N sampai larutan tidak berwarna.(1ml HCl 0.1 N setara dengan 25.40 gram Luminal-Natrium)

Alkalimetri

Ditimbang 400mg zst uji,

Kemudian larutkan dalam Erlenmeyer 10ml etanol netral,

Ditambahkan indicator PP

Dititrasi dengan larutan NaOH 0.1 N sampai larutan berwarna merah muda.

(Tiap ml NaOH 0.1 N setara dengan 13,81 mg asam salisilat)

BAB 5 PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari praktikum kali ini dapat diambil kesimpulan :

1. Pada percobaan asidimetri setelah dititrasi hitung volume HCl yang digunakan dan volume yang didapatkan adalah kelompok 1 21, 6 ml, kelompok 2 23,4 ml, kelompok 3 21,7 ml dan kelompok 4 22,7 ml.

2. Pada percobaan alkalimetri setelah dititrasi hitung volume titran NaOH yang digunakan. Untuk kelompok 1 17,5 ml, kelompok 2 16,8 ml, kelompok 3 15 ml, dan kelompok 4 16 ml.

5.2 saran

Seharusnya asisten dapat mendampingi praktikan saat praktikum berlansung agar berjalan dengan lancar dan baik, dan alat yang digunakan harus dilihat kebersihannya agar saat praktikum bahan yang akan digunakan rusak karena bercampur dengan zat lain yang terdapat di alat tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Chang Raymond.2004. Kimia Dasar,Edisi Ketiga. Jakarta ; Erlangga.

Harjadi, W. 1990.Ilmu Kimia Analitik Dasar. Gramedia: Jakarta

Khopkar, S.M. 1990.Konsep Dasar Kimia Analitik. UI Press: Jakarta

Purba, Michael. 1997.Buku Pelajaran Ilmu Kimia Untuk SMU kelas 2. Erlangga: Jakarta

Rivai, H. 1990.Asas Pemeriksaan Kimia.UI Press: Jakarta

Susanti, S. 1995.Analisis Kimia Farmasi Kualitatif. LEPHAS: Makassar

LAMPIRAN

SKEMA KERJA

AsidimetriDitimbang 500mg zat uji,Kemudian dilarutkan dalam Erlenmeyer dengan 3ml etanol netral,Ditambahkan 15 ml air.Ditambahkan 3 tetes indicator PPDititrasi dengan HCl 0.1 N sampai larutan tidak berwarna.(1ml HCl 0.1 N setara dengan 25.40 gram Luminal-Natrium)

Alkalimetri

Ditimbang 400mg zst uji,

Kemudian larutkan dalam Erlenmeyer 10ml etanol netral,

Ditambahkan indicator PP

Dititrasi dengan larutan NaOH 0.1 N sampai larutan berwarna merah muda.

(Tiap ml NaOH 0.1 N setara dengan 13,81 mg asam salisilat)

Asidimetri Setelah di titrasi

Asidimetri sebelum dititrasi

Alkalimetri sesudah ditirasi

Alkalimetri sebelum dititrasi

Asidimetri Setelah di titrasi

Asidimetri sebelum dititrasi

Alkalimetri sesudah ditirasi

Alkalimetri sebelum dititrasi

MASYITA MARASABESSYHAQI ROMADHONA QAWIY

15020140242