38
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa merupakan salah satu arah dari visi kesehatan. Masalah kesehatan jiwa terutama gangguan jiwa secara tidak langsung dapat menurunkan produktifitas, apalagi jika onset gangguan jiwa dimulai pada usia produktif . Gangguan jiwa merupakan salah satu masalah kesehatan dan masih banyak ditemukan di masyarakat. Masalah gangguan jiwa secara tidak langsung akan menurunkan produktivitas apalagi jika penderita gangguan jiwa dimulai pada usia produktif selain itu juga menambah beban dari keluarga penderita. Harga diri adalah perasaan negatif terhadap diri sendiri,hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan (Keliat, 1998). Menurut klasifikasi Diagnostic and Statisyical Manual of Mental Disorder Text Revision (DSM IV, TR 2000), harga diri rendah merupakan salah satu jenis gangguan jiwa kategori gangguan kepribadian (Videbeck, 2008). World Health Organitation tahun 2001 menyatakan paling tidak 1 dari 4 orang atau sekitar 450 juta orang terganggu jiwanya. Sedangkan menurut Dharmono (2007), penelitian yang dilakukan World 1

Harga Diri Rendah

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Harga Diri Rendah

Citation preview

Page 1: Harga Diri Rendah

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar BelakangKesehatan jiwa merupakan salah satu arah dari visi kesehatan. Masalah

kesehatan jiwa terutama gangguan jiwa secara tidak langsung dapat

menurunkan produktifitas, apalagi jika onset gangguan jiwa dimulai pada usia

produktif .

Gangguan jiwa merupakan salah satu masalah kesehatan dan masih

banyak ditemukan di masyarakat. Masalah gangguan jiwa secara tidak

langsung akan menurunkan produktivitas apalagi jika penderita gangguan

jiwa dimulai pada usia produktif selain itu juga menambah beban dari

keluarga penderita.

Harga diri adalah perasaan negatif terhadap diri sendiri,hilangnya

percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan (Keliat, 1998).

Menurut klasifikasi Diagnostic and Statisyical Manual of Mental Disorder

Text Revision (DSM IV, TR 2000), harga diri rendah merupakan salah satu

jenis gangguan jiwa kategori gangguan kepribadian (Videbeck, 2008).

World Health Organitation tahun 2001 menyatakan paling tidak 1

dari 4 orang atau sekitar 450 juta orang terganggu jiwanya. Sedangkan

menurut Dharmono (2007), penelitian yang dilakukan World Health

Organitation di berbagai negara menunjukkan bahwa sebesar 20 – 30 %

pasien yang datang ke pelayanan kesehatan menunjukkan gejala gangguan

jiwa. Departement of Human Service (1999), memperkirakan 51 juta

penduduk Amerika didiagnosis mengalami gangguan jiwa (Videbeck, 2008).

Berdasarkan data Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2000

mencapai 2,5 juta orang..

Tingginya presentase masyarakat yang mengalami gangguan jiwa

salah satunya harga diri rendah ini, sudah barang tentu perlu dan harus

mendapat perhatian khusus naik dari masyarakat maupun dari tenaga

kesehatan.

1

Page 2: Harga Diri Rendah

B. Rumusan Makalah1. Apa Konsep Dasar Konsep Diri?

2. Apa Pengertian Harga Diri Rendah?

3. Apa Etiologi Harga Diri Rendah?

4. Apa Tanda dan Gejala Harga Diri Rendah Kronik?

5. Apa Batasan Karakteristik Harga Diri Rendah Kronik?

C. Tujuan Makalah1. Mengerti pengertian Konsep Dasar Konsep Diri.

2. Mengerti Pengertian Harga Diri Rendah.

3. Mengerti Etiologi Harga Diri Rendah.

4. Mengerti Tanda dan Gejala Harga Diri Rendah Kronik.

5. Mengerti Batasan Karakteristik Harga Diri Rendah Kronik.

2

Page 3: Harga Diri Rendah

BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Konsep Diri1. Pengertian

Konsep diri adalah semua pikiran, keyakinan, dan kepercayaan yang

merupakan pengetahuan individu tentang dirinya dan memengaruhi

hubungannya dengan orang lain. Konsep diri tidak terbentuk waktu lahir,

tetapi dipelajari sebagai hasil pengalaman unik seseorang dalam dirinya

sendiri, dengan orang terdekat, dan realitas dunia (stuart , 2006) .

2. Teori perkembangan

Secara umum konsep diri belum ada saat bayi dilahirkan tetapi konsep diri

ini berkembang secara bertahap saat bayi mulai mengenal dan dapat

membedakan dirinya dengan orang lain dan objek disekitarnya sebagai

individu yang terpisah.

Perkembangan konsep diri terpacu cepat dengan perkembangan bicara.

Nama dan panggilan anak merupakan aspek bahasa yang utama dalam

membantu perkembangan identitas. Dengan memanggil namanya, anak

mengartikan dirinya secara istimewa, unuk, dan mandiri.

Konsep diri dipelajari melalui kontak sosial dan pengalaman berhubungan

dengan orang lain. Pandangan individu tentang dirinya dipengaruhin oleh

bagaimana individu mengertikan pandangan orang lain tentang dirinya.

Keluarga mempunyai peran yang penting dalam membantu perkembangan

konsep diri terutama pada pengalaman masa kanak-kanak. Stuart dan Sudeen

1991, mengemukakan pengalaman awal kehidupan dalam keluarga,

merupakan pembentukan konsep diri. Peran keluarga dalam pembentukan

konsep diri anak meliputi:

1. Perasaan mampu atau tidak mampu.

2. Perasaan diterima atau ditolak.

3. Kesempatan untuk identifikasi.

4. Penghargaan yang pantas tentang tujuan, perilaku, dan nilai.

3

Page 4: Harga Diri Rendah

Suasana keluarga yang saling menghargai dan mempunyai pandangan

positif akan mendorong kreatifitas anak, menghasilkan perasaan positif dan

berarti. Penerimaan keluarga akan kemampuan anak sesuai dengan

perkembangannya sangat mendorong aktualisasi diri dan kesadaran akan

potensi dirinya.

Dapat disimpulkan, konsep diri merupakan aspek kritikal dan dasar dari

perilaku individu. Individu dengan konsep diri positif dapat berfungsi lebih efektif

yang dapat dilihat dari hubungan interpersonal, kemampuan intelektual dan

penguasaan lingkungan. Konsep diri yang negatif dapat dilihat dari hubungan

individu dan sosial yang maladaptif.

5. Rentang Respon

Respon individu terhadap konsep diri berfluktuasi sepanjang rentang

respon dari aktualisasi diri yang paling adaptif sampai status depersonalisasi yang

paling maladaptif (gambar). Kerancaun identitas merupakan kegagalan individu

untuk mengintegrasikan berbagai identifikasi dimasa kanak-kanak kedalam

kepribadian pada masa dewasa yang harmonis. Depersonalisasi merupakan suatu

perasaan tidak realistik dan merasa asing terhadap diri sendiri. Individu

mengalami kesulitan membedakan diri sendiri dan orang lain, ia merasa asing dan

tidak nyata. Hal ini sering berhubungan dengan ansietas individu pada tingkat

panik dan kegagalan dalam uji realita.

Konsep diri merupakan aspek kritikal dan dasar dari perilaku individu.

Individu dengan konsep diri yang positif dapat berfungsi lebih efektif yang

terlihat dari kemampuan interpersonal, kemampuan intelektual, dan penguasaan

lingkungan. Konsep diri yang negatif dapat dilihat dari hubungan individu dan

sosial yang maladaptif. Rentang respon individu terhadap konsep dirinya dari

gambar di bawah ini .

4

Page 5: Harga Diri Rendah

Gambar rentang respon konsep- diri

(stuart G.W, 2006)

Respon Adaptif Respon maladaptif

Aktualisasi diri Konsep diri Harga diri Kerancuan identitas Depersonalisasi

Postif rendah

Aktualisasi diri adalah pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan

latar belakang pengalaman nyata yang sukses dan dapat diterima.

Konsep diri positif merupakan bagaimana seorang memandang apa yang

ada pada dirinya meliputi citra dirinya, ideal dirinya, harga dirinya, penamipilan

peran serta identitas dirinya secara positif. Hal ini akan menunjukkan bahwa

individu itu akan menjadi individu yang sukses.

Harga diri rendah merupakan peran negatif terhadap dirinya sendiri,

termasuk kehilangan percaya diri, tidak berharga, tidak berguna, pesimis, tidak

ada harapan dan putus asa. Adapun perilaku yang berhubungan dengan harga diri

yang rendah yaitu mengkritik diri sendiri dan/atau orang lain, penurunan

produktifitas, destruktif yang diarahkan kepada orang lain, gangguan dalam

berhubungan, perasaan tidak mampu, rasa bersalah, perasaan negatif mengenai

tubuhnya sendiri, keluhan fisik, menarik diri secara sosial, khawatir, serta menarik

diri dari realitas.

Keracunan identitas merupakan suatu kegagalan individu untuk

mengintegrasi berbagai identifikasi masa kanak-kanak kedalam kepribadian

psikososial dewasa yang harmonis. Adapun perilaku yang berhubungan dengan

keracunan identitas yaitu tidak ada kode moral, sifat kepribadian yang

bertentangan, hubungan interpersonal eksploitatif, perasaan hampa. Perasaan

5

Page 6: Harga Diri Rendah

mengambang tentang diri sendiri, tingkat ansietas yang tinggi, ketidak mampuan

untuk empati terhadap orang lain.

Depersonalisasi merupakan suatu perasaan yang tidak realisitis dimana

klien tidak dapat membedakan stimulus dari dalam atau luar dirinya. Individu

mengalami kesulitan untuk membedakan dirinya sendiri dari orang lain, dan

tubuhnya sendiri merasa tidak nyata dan asing baginya.

Konsep diri terdiri dari 5 komponen yaitu gambaran diri (Body Image),

ideal diri (Self Ideal), identitas diri (Self Identity), peran diri (Self Role), dan harga

diri (Self Esteem):

a. Citra Tubuh (Body Image)

Citra tubuh (body image) adalah kumpulan sikap individu yang disadari

dan tidak disadari terhadap tubuhnya. Termasuk persepsi serta perasaan

masa lalu dan sekarang tentang ukuran, fungsi, penampilan, dan potensi.

Citra tubuh dimodifikasi secara berkesinambungan dengan persepsi dan

pengalaman baru.

Hal-hal penting terkait dengan gambaran diri seperti fokus individu

terhadap fisik lebih menonjol pada usia remaja, bentuk tubuh, tinggi

badan, dan berat badan serta tanda-tanda pertumbuhan kelamin sekunder,

menjadi gambaran diri, cara individu memandang diri berdampak penting

terhadap aspek psikologis, gambaran yang realistik terhadap menerima dan

menyukai bagian tubuh, akan memberi rasa aman dalam menghindari

kecemasan dan meningkatkan harga diri, serta individu yang stabil,

realistik, dan konsisten terhadap gambaran dirinya, dapat mendorong

sukses dalam kehidupan.

b. Ideal Diri (Self Ideal)

Idela diri adalah persepsi individu tentang bagaimana dia seharusnya

berperilaku berdasarkan standar, aspirasi, tujuan, atau nilai personal

6

Page 7: Harga Diri Rendah

tertentu. Sering juga disebut bahwa ideal diri sama dengan cita-cita,

keinginan, harapan tentang diri sendiri.

Hal –hal yang terkait dengan ideal diri meliputi perkembangan awal terjadi

pada masa kanak-kanak, terbentuknya masa remaja melalui proses

indentifikasi terhadap orang tua, guru, dan teman. Dipengaruhi oleh orang-

orang yang dipandang penting dalam memberi tuntunan dan harapan serta

mewujudkan cita-cita dan harapan pribadi berdasarkan norma keluarga dan

sosial. Faktor-faktor yang mempengaruhi ideal diri yaitu menetapkan ideal

diri sebatas kemampuan, faktor kultur dibandingkan dengan standar orang

lain, hasrat melebihi orang lain, hasrat untuk berhasil, hasrat memenuhi

kebutuhan realistik, hasrat menghidari kegagalan, dan adanya perasaan

cemas dan ideal diri.

c. Identitas Diri (Self Identity)

Identitas pribadi adalah prinsip pengorganisasian kepribadian yang

bertanggung jawab terhadap kesatuan, kesinambungan, konsistensi, dan

keunikan individu. Pembentukan identitas dimulai pada masa bayi dan

terus berlangsung sepanjang kehidupan tapi merupakan tugas utama pada

masa remaja. Menurut Suaryo (2004) identitas diri merupakan kesadaran

akan diri pribadi yang bersumber dari pengamatan dan penilaian, sebagai

sintesis semua aspek konsep diri dan menjadi satu kesatuan yang utuh.

Hal-hal penting yang terkait dengan identitas diri, yaitu :

1) Berkembang sejak masa kanak-kanak, berama dengan

berkembangnya konsep diri.

2) Individu yang memiliki perasaan identitas diri kuat akan

memandang dirinya tidak sama dengan orang lain, unik, dan tidak

tidak ada duanya.

3) Identitas jenis kelamin berkembang secara bertahap sejak bayi.

4) Identitas jenis kelamin dimulai dengan konsep laki-laki dan

perempuan seta banyak dipengaruhi oleh pandangan maupun

perlakuan masyarakat.

7

Page 8: Harga Diri Rendah

5) Kemandirian timbul dari perasaan berharga, menghargai diri

sendiri, kemampuan, dan penguasaan diri sendiri.

6) Individu yang mandiri dapat mengatur dan menerima dirinya.

d. Peran Diri (Self Role)

Menurut Stuart (2006), peran diri merupakan serangkaian pola

perilaku yang diharapkan oleh lingkungan sosial berhubungan dengan

fungsi individu diberbagai kelompok sosial. Peran yang ditetapkan adalah

peran yang dijalani dan seseorang tidak mempunyai pilihan. Peran yang

diambil adalah peran yang terpilih atau dipilih oleh individu.

Menurut Sunaryo (2004), peran diri adalah pola perilaku, sekap,

nilai, dan aspirasi yang diharapkan individu berdasarkan posisinya di

masyarakat. Setiap individu disibukkan oleh berbagai macam peran yang

terkait dengan posisinya.

Hal-hal penting terkait dengan peran diri, yaitu :

1) Peran dibutuhkan individu sebagai aktualisasi diri.

2) Peran yang memenuhi kebutuhan dan sesuai ideal diri, menghasilkan harga

diri yang tinggi dan sebaliknya.

3) Posisi individu di masyarakat dapat menjadi stressor terhadap peran.

4) Stress peran timbul karena struktur sosial yang menimbulkan kesukaran

atau tuntunan posisi yang tidak mungkin dilaksanakan.

5) Stress peran, terdiri dari konflik peran, peran yang tidak jelas, peran yang

tidak sesuai, an peran yang terlalu banyak atau berlebih.

e. Harga Diri (Self Esteem)

Harga diri merupakan penilaian individu teentang nilai personal yang

diperoleh dengan menganalisis seberapa sesuai perilaku dirinya dengan ideal diri.

Harga diri yang tinggi adalah perasaan yang berasal dari penerimaan diri sendiri

tanpa syarat, walaupun melakukan kesalahan, dan kegagalan, tetap merasa sebagai

seorang yang penting dan berharga (Stuart, 2006).

8

Page 9: Harga Diri Rendah

Menurut Sunaryo (2004) aspek utama harga diri adalah dicintai, disayangi,

dikasihi oleh orang lain dan mendapat penghargaan dari orang lain.

Harga diri dapat diperoleh dari diri sendiri maupun dari orang lain. Aspek

utama adalah perasaan dicintai dan menerima penghargaan dari orang lain.

Manusia cenderung negative, walaupun ia cinta dan mengakui kemampuan orang

lain namun jarang mengekspresikannya. Sebagai perawat sikap negative perlu

dikontrol sehingga setiap bertemu perawat dengan sikapnya yang positif merasa

dirinya berharga. Harga diri akan rendah jika kehilangan kasih sayang dan

penghargaan dari orang lain.

Cara meningkatkan harga diri pada anak (coopersmith cit stuart &

sundeen,1991) :

1. Memberi kesempatan berhasil.

Berikan tugas yang kemungkinan dapat diselesaikan oleh anak kemudian

berilah pengakuan dan pujian atas keberhasilannya. Jangan memberikan

tugas diluar kemampuan atau yang sudah kita ketahui tidak dapat

diselesaikannya.

2. Menanamkan gagasan

Berfungsi memotivasi kreativitas anak untuk berkembang

3. Mendorong aspirasi

Pertanyaan dan pendapat anak perlu ditanggapi dengan memberikan

penjelasan sesuai. Berikan pengakuan dan sokongan yang sesuai untuk

aspirasi yang positif sehinggan anak memandang dirinya diterima dan

bermakna.

4. Membantu membentuk koping

Pada tiap perkembangan, individu mempunyai tugas perkembangan yang

harus diselesaikan. Jadi individu perlu mengembangkan koping untuk

menghadapi kemungkinan yang terjadi dalam menyelesaikan tugasnya.

Anak akan merasa bermakna dan berhasil diterima dan diakui oleh orang

9

Page 10: Harga Diri Rendah

lain, merasa mampu menghadapi kehhidupan, dan merasa dapat

mengontrol dirinya.

Harga diri rendah yang berhubungan dengan hubungan interpersonal yang

buruk dan terutama menonjol pada klien skizofrenia dan depresi (stuart &

sundeen,1991)

Gangguan harga diri atau harga diri rendah dapat digambarkan sebagai

perasaan yang negative terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri dan merasa

gagal mencapai keinginan.

Peran (role)

Peran adalah serangkaian pola perilaku yang diharapkan oleh lingkingan

social berhubungan dengan fungsi-fungsi individu diberbagai kelompok social

(stuart,1996). Setiap individu dalam kehidupannya sering disibukkan dengan

perannya pada setiap waktu. Misalnya sebagai seorang anak,istri, ibu rumah

tangga, mahasiswa,perawat, wanita karier, dan lain sebagainya. Peran ini

diperlukan individu untuk aktualisasi diri. Harga diri yang tinggi merupakan hasil

dari peran yang memnuhi kebutuhan dan kesesuaian dengan ideal diri. Posisi

individu di masyarakat dapat merupakan stressor terhadap peran karena struktur

social yang menimbulkan kesukaran, atau tuntutanposisi yang tidak mungkin

dilaksanakan. Stress peran terdiri dari konflik peran, peran yang tidak jelas, peran

yang itdak sesuai dan peran yang berlebihan.

1. Konflik peran terjadi jika peran yang diminta konflik dengan sistem

individu atau dua peran terjadi konflik satu sama lainnya .

2. Peran yang tidak jelas terjadi jika individu diberi suatu peran yang tidak

jelas dalam hal perilaku dan penampilan yang diharapkan.

3. Peran yang tidak sesuai terjadi jika individu dalam proses transisi merubah

nilai dan sikap. Misal : seorang yang masuk dalam profesi, dimana

terhadap konflik antara individu dan profesi.

10

Page 11: Harga Diri Rendah

4. Peran berlebih terjadi jika seorang individu menerima banyak peran

misalnya sebagai Ny. A seorang ibu rumah tangga ia harus mengasuh dan

membesarkan kedua anaknya sendirian karena suaminya sudah meninggal,

ia juga masih kuliah di perguruan tinggi untuk memenuhi kehidupan

rumah tangganya ia terpaksa harus bekerja jadi pembantu rumah tangga.

Kemungkinan dengan kesibukkan peran tersebut Ny. A mempunyai resiko

dalam menjalani perannya. Individu di tuntut melakukan banyak hal tetapi

tidak tersedia waktu untuk menyelesaikannya

Banyak factor yang mempengaruhi dalam menyesuaikan diri dengan peran

yang harus dilakukan (stuart & sundeen,1991):

1. Kejelasan perilaku dan pengetahuan yang sesuai dengan peran.

2. Konsistensi respon orang yang berarti terhadap peran yang dilakukan.

3. Kesesuaian dan keseimbangan antar peran yang di emban.

4. Keselarasan budaya dan harapan individu terhadap perilaku peran.

5. Pemisahan situasi yang akan menciptakan ketidaksesuaian perilaku

peran.

11

Page 12: Harga Diri Rendah

B. Konsep Dasar Harga Diri Rendah

1. Pengertian Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan

rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri

sendiri atau kemampuan diri. Adanya perasaan hilang kepercayaan diri,

merasa gagal karena tidak mampu memncapai keinginan sesuai ideal diri

(Yosep, 2009).

Gangguan harga diri yang disebut sebagai harga diri rendah dapat

terjadi secara:

a. Situasional, yaitu terjadi terutama yang tiba-tiba, misalnya harus

operasi, kecelakaan, dicerai suami/istri, putus sekolah, putus

hubungan kerja, perasaan malu karena sesuatu (korban

pemerkosaan, dituduh KKN, dipenjara tiba-tiba).

b. Kronik, yaitu perasaan negatif terhadap diri berlangsung lama,

yaitu sebelum sakit/dirawat. Klien ini mempunyai cara berfikir

yang negatif. Kejadian sakit dan dirawat akan menambah persepsi

negatif terhadap dirinya. Kondisi ini mengakibatkan respon mal

yang daptif. Kondisi ini dapat ditemukan pada klien gangguan

fisik yang kronik atau pada klien gangguan jiwa.

2. Etiologi

Berbagai faktor penunjang terjadinya perubahan dalam konsep diri

seseorang. Dalam tinjauan life span history klien, penyebab terjadinya

harga diri rendah adalah pada masa kecil sering disalahkan, jarang diberi

pujian atas keberhasilannya. Saat individu mencapai masa remaja

keberadaannya kurang dihargai, tidak diberi kesempatan dan tidak

diterima. Menjelang dewasa awal sering gagal di sekolah, pekerjaan atau

pergaulan. Harga diri rendah muncul saat lingkungan cenderung

mengucilkan dan menuntut lebih dari kemampuannya (Yosep, 2009).

12

Page 13: Harga Diri Rendah

Menurut Stuart (2006), faktor-faktor yang mengkibatkan harga diri

rendah kronik meliputi faktor predisposisi dan faktor presipitasi sebagai

berikut:

a). Faktor Predisposisi

1. Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi penolakan orang

tua, harapan orangtua yang tidak realistis, kegagalan yang

berulang, kurang mempunyai tanggung jawab personal,

ketergantungan kepada orang lain, dan ideal diri yang tidak

realistis.

2. Faktor yang mempengaruhi performa peran adalah stereotipe peran

gender, tuntutan peran kerja, dan harapan peran budaya.

Dimasyarakat umumnya peran seseorang, disesuaikan dengan jenis

kelaminnya. Misalnya seorang wanita dianggap kurang mampu,

kurang mandiri, kurang objektif dan rasional sedangkan pria

dianggap kurang sensitif, kurang hangat, kurang ekspresif

dibanding wanita. Sesuai dengan standar tersebut, jika wanita atau

pria berperan tidak sesuai lazimnya maka dapat menimbulkan

konflik diri maupun hubungan sosial. Misal: seorang istri yang

berperan sebagai kepala rumah tangga atau seorang suami yang

mengerjakan pekerjaan rumah, akan menimbulkan masalah.

Konflik peran dan peran tidak sesuai muncul dari faktor biologis

dan harapan masyarakat terhadap wanita atau pria. Peran yang

berlebihan muncul pada wanita yang mempunyai sejumlah peran.

3. Faktor yang mempengaruhi identitas pribadi meliputi

ketidakpercayaan orangtua, tekanan dari kelompok sebaya, dan

perubahan struktur sosial. Orang tua yang selalu curiga pada anak

akan menyebabkan anak menjadi kurang percaya diri, ragu dalam

mengambil keputusan dan dihantui rasa bersalah ketika akan

melakukan sesuatu. Kontrol orang tua yang berat pada anak remaja

akan menimbulkan perasaan benci pada orang tua. Teman sebaya

13

Page 14: Harga Diri Rendah

merupakan faktor lain yang berpengaruh pada identitas. Remaja

ingin diterima, dibutuhkan, dan diakui oleh kelompoknya.

b). Faktor Presipitasi

Menurut Yosep (2009), faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah

biasanya adalah kehilangan bagian tubuh, perubahan penampilan/bentuk

tubuh, kegagalan atau produktivitas yang menurun. Secara umum, gangguan

konsep diri harga diri rendah ini dapat terjadi secara situasional atau kronik.

Secara situasional karena trauma yang muncul secara tiba-tiba, misalnya

harus dioperasi, kecelakaan, diperkosa atau dipenjara, termasuk dirawat

dirumah sakit bisa menyebabkan harga diri rendah disebabkan karena

penyakit fisik atau pemasangan alat bantu yang membuat klien tidak

nyaman. Harga diri rendah kronik, biasanya dirasakan klien sebelum sakit

atau sebelum dirawat klien sudah memiliki pikiran negatif dan meningkat

saat dirawat.

c). Penilaian Stressor

Masalah konsep diri dapat dicetuskan oleh faktor psikologis,

sosiologis atau fisiologis namun yang masih penting adalah persepsi klien

terhadap ancaman.

d). Sumber Koping

Individu mempunyai beberapa kemampuan yang dimiliki, dengan

memberikan kesempatan dan menguatkan hal tersebut dapat meningkatkan

kepercayaan diri individu.

e). Mekanisme Koping

Penggunaan mekanisme koping untuk melindungi diri dalam

menghadapi persepsi yang menyakitkan meliputi pertahanan koping jangka

pendek atau jangka panjang dan pertahanan ego.

14

Page 15: Harga Diri Rendah

Pertahanan jangka pendek meliputi:

a. Aktifitas pelarian sementara dari krisis.

Contoh: Pemakaian obat terlarang, ikut musik rock, balap mobil, obsesi

nonton televisi.

b. Aktivitas sebagai pengganti identitas

Contoh: Ikut kelompok tertentu untuk dapat identitas yang sudah

dimiliki kelompok, pengikut kelompok tertentu.

c. Aktivitas memberi kekuatan atau dukungan sementara terhadap konsep

diri/identitas diri yang kabur.

Contoh: ikut aktifitas yang kompetisi, prestasi akademis, kontes,

kelompok anak muda (geng).

d. Aktifitas yang memberi arti dari kehidupan.

Contoh: Penjelasan tentang keisengan akan menurunkan ketegangan.

Pertahanan Jangka Panjang

Pertahanan jangka panjang mencakup penentuan identitas dan identitas

negatif. Semua koping jangka pendek dapat berkembang menjadi koping jangka

panjang. Penyelesaiasn positif akan menghasilkan integritas ego-identitas dan

keunikan individu.

Identitas negatif merupakan rintangan terhadap nilai dan harapan

masyarakat. Remaja mungkin akan menjadi individu antisosial, ini disebabkan

karena ia merasa tidak memiliki identitas yang positif. Mungkin remaja ini

mengatakan; “ saya lebih baik menjadi anak tidak baik daripada tidak jadi

apapun”.

Mekaniseme Pertahanan Ego

Mekanisme pertahanan ego yang sering digunakan adalah fantasi,

disosiasi, isolasi, proyeksi dan displacement. Dalam keadaan yang semakin berat

dapat terjadi deviasi perilaku dan kegagalan penyesuaian seperti:

15

Page 16: Harga Diri Rendah

psikosis, neurosis, obesitas, anoreksia nervosa, bunuh diri, persetubuhan dengan

siapa saja, kriminal, kenakalan, penyalahgunaan zat, perkosaan, inses dan

penganiayaan.

f). Perilaku

Pengumpulan data yang dilakukan oleh perawat meliputi perilaku yang

objektif dan dapat diamati serta perasaan subjektif dan dunia dalam diri klien

sendiri. Perilaku yang berhubungan dengan harga diri rendah salah satunya

mengkritik diri sendiri, sedangkan kerancuan identitas seperti sifat kepribadian

yang bertentangan serta depersonalisasi (Stuart, 2006).

Perilaku Berhubungan Dengan Harga Diri Rendah.

Harga diri rendah merupakan masalah banyak orang, dan diekspresikan

melalui tingkat kecemasan yang sedang sampai berat. Umumnya disertai evaluasi

diri negatif dengan membenci diri dan menolak diri.

Cara individu yang mengekspresikan secara langsung harga diri rendah.

(Stuart & Sundeen) yaitu:

a. Mengejek dan mengkritik diri sendiri.

Pandangan negatif tentang dirinya. Misalnya: mengatakan dirinya

“bodoh” dan “tidak tahu apa-apa”.

b. Merendahkan dan mengurangi martabat.

Individu menghindari, mengabaikan atau menolak kemampuan nyata yang

dimiliki.

c. Rasa bersalah dan khawatir.

Klien menghukum diri, muncul dalam bentuk fobia, obsesi dan klien

menolak diri sendiri.

d. Manifestasi fisik.

Seperti tekanan darah tinggi, psikosomatis, penyalahgunaan obat dan lain

sebagainya.

e. Menunda keputusan.

16

Page 17: Harga Diri Rendah

Ragu-ragu dalam mengambil keputusan.

f. Gangguan berhubungan.

Klien menjadi kejam, merendahkan diri atau mengekploitasi orang lain.

Perilaku yang muncul dalam bentuk menarik diri atau isolasi diri karena

perasaan tak berharga.

g. Menarik diri dari realitas.

Bila kecemasan karena penolakan diri mencapai kecemasan tingkat berat

dan panik, mungkin klien akan mengalami gangguan asosiasi, halusinasi,

curiga, cemburu atau paranoid.

h. Merusak diri.

Individu mencederai diri sendiri bahkan sampai keinginan mengakhiri

hidupnya.

i. Merusak atau mencederai orang lain.

Kebencian dan penolakan diri sendiri dpaat berkisar pada lingkungan

dengan melukai orang lain.

Perilaku yang obyekti dan perasaan subyektif klien harus dikumpulkan

perawat sebelum merumuskan diagnosa keperawatan. Berikut uraian

tentang perilaku yang berhubungan dengan harga diri rendah.

17

Page 18: Harga Diri Rendah

Mengkritik diri sendiri atau orang lain.

Produktifitas menurun.

Destruksif pada orang lain.

Gangguan berhubungan.

Perasaan dirinya penting yang berlebih-lebihan.

Perasaan tidak mampu.

Rasa bersalah.

Irritabel atau mudah marah.

Sikap negatif terhadap diri sendiri.

Ketegangan peran.

Pesimis terhadap kehidupan.

Keluhan fisik.

Pandangan hidup yang terpolarisasi.

Menolak kemampuan diri sendiri.

Mengejek diri sendiri.

Merusak diri.

Pengurangan diri.

Penyalah gunaan obat.

Menarik diri dari realita.

Cemas dan takut.

3. Tanda dan Gejala Harga Diri Rendah KronikMenurut Damaiyanti (2008), tanda dan gejala harga diri rendah kronik

adalah sebagai berikut:

a. Mengkritik diri sendiri

b. Perasaan tidak mampu.

c. Pandangan hidup yang pesimis.

d. Penurunan produksivitas.

e. Penolakan terhadap kemampuan diri.

18

Page 19: Harga Diri Rendah

Selain data diatas, dapat juga mengamati penampilan seseorang dengan

harga diri rendah, terlihat dari kurang memperhatikan perawatan diri,

berpakaian tidak rapi, selera makan kurang, tidak berani menatap mata lawan

bicara, lebih banyak menunduk, bicara lambat dengan suara nada lemah.

4. Batasan Karakteristik Harga Diri Rendah Kronik

Batasan karakteristik menurut Nanda-I (2012), yaitu:

a. Bergantung pada pendapat orang lain.

b. Evaluasi diri bahwa individu tidak mampu menghadapi peristiwa.

c. Melebih-lebihkan umpan balik negatif tentang diri sendiri.

d. Secara berlebihan mencari penguatan.

e. Sering kali kurang berhasil dalam peristiwa hidup.

f. Enggan mencoba situasi baru.

g. Enggan mencoba hal baru.

h. Perilaku bimbang.

i. Kontak mata kurang.

j. Perilaku tidak asertif.

k. Sering kali mencari penegasan.

l. Pasif.

m. Menolak umpan balik positif tentang diri sendiri.

n. Ekspresi rasa bersalah.

o. Ekspresi rasa malu.

5. Rencana Keperawatan Harga Diri Rendah dalam Bentuk Strategi

Pelaksanaan.

19

Page 20: Harga Diri Rendah

No PASIEN KELUARGA

SP1P SP1K

1.

2.

3.

4.

5.

6.

Mengidentifikasi

kemampuan yang dimiliki

klien.

Membantu klien menilai

kemampuan klien yang

masih dapat digunakan.

Membantu klien memilih

atau menetapkan kegiatan

yang akan dilatih sesuai

dengan kemampuan klien.

Melatih klien sesuai dengan

kemampuan yang dipilih.

Memberikan pujian yang

wajar.

Menganjurkan klien

memasukkan dalam kegiatan

harian.

Mendiskusikan masalah yang

dirasakan keluarga dalam merawat

klien di rumah.

Menjelaskan pengertian, tanda dan

gejala harga diri rendah yang

dialami klien beserta proses

terjadinya.

Menjelaskan cara-cara merawat

klien dengan harga diri rendah.

Mendemonstrasikan cara merawat

klien dengan harga diri rendah.

Memberi kesempatan kepada

keluarga untuk mempraktikkan cara

merawat klien dengan harga diri

rendah.

SP2P SP2K

20

Page 21: Harga Diri Rendah

1.

2.

3.

Mengevaluasi jadwal

kegiatan harian klien.

Melatih klien melakukan

kegiatan lain yang sesuai

dengan kemampuan klien.

Menganjurkan klien

memasukkan dalam jadwal

kegiatan harian.

Melatih keluarga mempraktikkan

cara merawat klien langsung kepada

klien harga diri rendah.

SP3K

Membuat perencanaan pulang

bersama keluarga dan membuat

jadwal aktifitas di rumah termasuk

minum obat (discharge planning)

Menjelaskan follow up klien setelah

pulang.

6. Contoh Kasus

21

Page 22: Harga Diri Rendah

Hasta adalah salah satu siswa di salah satu SMU tervaforit, ia diberi

tanggung jawab menjadi ketua OSIS di sekolahnya. Dia dikenal sebagai

pribadi yang ramah, supel, dan disenangi teman-temannya. Suatu hari ia

mengendarai motor dan terjadi kecelakaan, kemudian dilarikan ke salah satu

rumah sakit. Hasta mengalami fraktur di bagian kaki kanannya dan Dokter

memfonis Hasta untuk di amputasi.

Karena hal itu, Hasta selama di Rumah Sakit terlihat murung dan lebih

suka menyendiri. Bila ada teman yang menjenguk dia lebih memilih untuk

menghindar dan tidak mau bertemu ataupun berbicara dengan teman-

temannya bahkan dengan keluarganya pun Hasta jarang berkomunikasi

karena merasa malu dengan keadaan kakinya sekarang. Dengan perawat pun

Hasta kurang merespon dan kurang kooperatif saat dilakukan tindakan

keperawatan.

7. Contoh Komunikasi Terapeutik

Fase Orientasi

1. Salam terapeutik

Perawat : “Selamat pagi Mas”! perkenalkan nama saya Evitasari,

Mas cukup panggil saya suster Evi, nama mas siapa dan lebih suka

dipanggil siapa?”

Pasien : Nama saya Budi Hasta, saya suka di panggil Hasta!

2. Evaluasi/ validasi

Perawat : Apa yang Hasta rasakan saat ini?

Pasien : Buruk sus. (sambil tertunduk malu)

Perawat : Memangnya apa yang membuat perasaan Hasta buruk? Disini ada banyak keluarga yang menemani.

Pasien : Saya malu Sus.

22

Page 23: Harga Diri Rendah

Perawat : Loh malu kenapa??? Memangnya apa yang terjadi sampai Hasta dibawa kemari?

Pasien : Saya sedang mengendarai motor, kemudian tiba-tiba ada mobil yang oleng ke arah motor yang saya kendarai, kemudian saya terjatuh dari motor dan setelah itu saya sudah tidak sadarkan diri, begitu bangun saya sudah ada di rumah sakit dengan kondisi kaki yang seperti ini.

3. Kontrak : 

Perawat : (Kontrak)Hari ini suster akan ajak Hasta ngobrol-ngobrol tentang bagaimana perasaan Hasta selama berada disini?” Waktu : hari ini kita akan ngobrol-ngobrol tentang sekolah Hasta saja yah?Tempat : bagaimana kalau kita ngobrol-ngobrol di sini saja apakah Hasta bersedia?

Pasien : (Tertunduk malu)

Fase Kerja

Perawat : Hasta suster disini praktek selama 2 minggu dari tanggal 26 Maret sampai 5 April. Bagaimana Hasta, apakah mau ngobrol-ngobrol dengan suster? suster disini untuk membantu Hasta loh. Kalau Hasta punya masalah yang ingin di ceritakan, ceritakan saja kepada suster”

Pasien : (Hasta mulai berani menatap suster). Iya sus saya mau.

Perawat : seperti yang suadah suster katakan tadi kita akan ngobrol-ngobrol tentang sekolah Hasta. Hasta sekolah dimana dan sekarang kelas berapa?

Pasien : Hasta sekolah di SMUN 7 sus, dan sekarang sudah kelas 2.

Perawat : Hasta biasa berangkat sekolah pukul berapa?

Pasien : Saya biasa berangkat jam 06.30 WIB sus, sedangkan bel masuk pukul 07.00 WIB.

23

Page 24: Harga Diri Rendah

Perawat : Wah.. berarti Hasta tidak pernah terlambat kesekolah dong! Ternyata Hasta orangnya disiplin yah.

Pasien : Hmm.. iya sus terima kasih.

Perawat : Suster dengar Hasta itu Ketua Osis di sekolah yah?

Pasien : Iya sus.

Perawat : Waktu Hasta menjadi ketua osis apa yang Hasta rasakan?.

Paien : Saya merasa bangga sus, karena dari sekian banyak orang yang sekolah disana saya yang terpilih untuk menjadi ketua osisnya.

Perawat : Hebat ya Hasta,usia segini udah bisa memimpin organisasi di sekolah. Berarti Hasta dipercaya oleh teman-teman Hasta untuk menjadi seorang pemimpin disekolah.

Pasien : Iya sus tapi saya malu dengan keadaan kaki saya sekarang, lebih baik saya mengundurkan diri dan berhenti sekolah.

Perawat : Kenapa Hasta berpikiran seperti itu, memang sekarang Hasta memiliki kekurangan tapi Hasta harus bisa melawati ini semua. Masih ada keluarga dan teman-teman yang mendukung dan berdoa untuk Hasta.

Pasien : iya suster saya tau, tapi saya merasa tidak berguna dan tidak pantas menjadi teman dan anggota keluarga karena kekurangan yang saya miliki sekarang.

Perawat : Hasta tidak boleh bilang begitu, suster mau nanya Hasta punya hobi atau keahlian apa??

Pasien : saya suka melukis, main bola, bernyanyi, dan main gitar. Tapi yang paling Hasta suka itu melukis suster. Dulu juga pernah ikut lomba melukis dan Hasta mendapat juara 1 tingkat kabupaten.

Perawat : waahh hebat banget Hasta bisa juara 1 dari sekian banyak orang. Bakat Hasta itu luar biasa dan ga semua orang punya. Kalau Hasta terus berlatih dan belajar untuk mengembangkan bakat Hasta, Hasta bisa jadi pelukis nomor 1 di Indonesia.

Pasien : iya suster saya akan berusaha melakukan apa yang suster bilang.

24

Page 25: Harga Diri Rendah

Fase Terminasi

1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan

Evaluasi pasien subjektif

perawat : “bagaimana perasaan Hasta sekarang setelah ngobrol-

ngobrol dengan suster”

Pasien : sudah lebih nyaman sus

evaluasi perawat (objectif setelah reinforcement)

“klien mau berjabat tangan, kontak mata kurang”

2. Tindak lanjut klien (apa yang perlu dilatih klien sesuai dengan hasil

tindakan yang telah dilakukan)

perawat :“Hasta besok, Hasta pikir-pikirkan tentang kelebihan yang

Hasta miliki?”

Pasien : iya sus, kalau melukis boleh ngga??

Perawat : iya boleh.

3. Kontrak yang akan datang :

Topik

Perawat :“ Hasta besok kita akan ngobrol-ngobrol lagi yah tentang

kelebihan lain yang Hasta miliki”

Pasien : iya suster.

Waktu

Perawat: “ bagaimana kalau 10 menit saja apakah Hasta bersedia?”

Pasien : iya sus.

Tempat

Perawat: Tempatnya disi ya Hasta?

Pasien : Kalau di taman luar bisa ngga sus Hasta bosen di kamar

terus.

Perawat : iya boleh.

25

Page 26: Harga Diri Rendah

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri atau kemampuan diri. Adanya perasaan hilang kepercayaan diri, merasa gagal karena tidak mampu memncapai keinginan sesuai ideal diri (Yosep, 2009).

Gangguan harga diri yang disebut sebagai harga diri rendah dapat terjadi secara situasional dan kronis adapun penyebabnya dari beberapa faktor predisposisi dan presipitasi yang dapat mengakibatkan seseorang hilang kepercayaan dirinya dan selalu berpikiran negatif pada dirinya.

3.2 Saran

Jika dihadapkan dengan klien yang mengalami gangguan konsep diri khususnya harga diri rendah hendaknya kita melakukan komunikasi terapeutik yang bertujuan untuk menggali kelebihan yang dimiliki klien sehingga secara bertahap klien dapat meningkatkan kepercayaan dirinya dan tidak selalu menganggap negatif terhadap dirinya.

26