Upload
umi-nurjanah
View
636
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Harga Diri Rendah
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar BelakangKesehatan jiwa merupakan salah satu arah dari visi kesehatan. Masalah
kesehatan jiwa terutama gangguan jiwa secara tidak langsung dapat
menurunkan produktifitas, apalagi jika onset gangguan jiwa dimulai pada usia
produktif .
Gangguan jiwa merupakan salah satu masalah kesehatan dan masih
banyak ditemukan di masyarakat. Masalah gangguan jiwa secara tidak
langsung akan menurunkan produktivitas apalagi jika penderita gangguan
jiwa dimulai pada usia produktif selain itu juga menambah beban dari
keluarga penderita.
Harga diri adalah perasaan negatif terhadap diri sendiri,hilangnya
percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan (Keliat, 1998).
Menurut klasifikasi Diagnostic and Statisyical Manual of Mental Disorder
Text Revision (DSM IV, TR 2000), harga diri rendah merupakan salah satu
jenis gangguan jiwa kategori gangguan kepribadian (Videbeck, 2008).
World Health Organitation tahun 2001 menyatakan paling tidak 1
dari 4 orang atau sekitar 450 juta orang terganggu jiwanya. Sedangkan
menurut Dharmono (2007), penelitian yang dilakukan World Health
Organitation di berbagai negara menunjukkan bahwa sebesar 20 – 30 %
pasien yang datang ke pelayanan kesehatan menunjukkan gejala gangguan
jiwa. Departement of Human Service (1999), memperkirakan 51 juta
penduduk Amerika didiagnosis mengalami gangguan jiwa (Videbeck, 2008).
Berdasarkan data Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2000
mencapai 2,5 juta orang..
Tingginya presentase masyarakat yang mengalami gangguan jiwa
salah satunya harga diri rendah ini, sudah barang tentu perlu dan harus
mendapat perhatian khusus naik dari masyarakat maupun dari tenaga
kesehatan.
1
B. Rumusan Makalah1. Apa Konsep Dasar Konsep Diri?
2. Apa Pengertian Harga Diri Rendah?
3. Apa Etiologi Harga Diri Rendah?
4. Apa Tanda dan Gejala Harga Diri Rendah Kronik?
5. Apa Batasan Karakteristik Harga Diri Rendah Kronik?
C. Tujuan Makalah1. Mengerti pengertian Konsep Dasar Konsep Diri.
2. Mengerti Pengertian Harga Diri Rendah.
3. Mengerti Etiologi Harga Diri Rendah.
4. Mengerti Tanda dan Gejala Harga Diri Rendah Kronik.
5. Mengerti Batasan Karakteristik Harga Diri Rendah Kronik.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Konsep Diri1. Pengertian
Konsep diri adalah semua pikiran, keyakinan, dan kepercayaan yang
merupakan pengetahuan individu tentang dirinya dan memengaruhi
hubungannya dengan orang lain. Konsep diri tidak terbentuk waktu lahir,
tetapi dipelajari sebagai hasil pengalaman unik seseorang dalam dirinya
sendiri, dengan orang terdekat, dan realitas dunia (stuart , 2006) .
2. Teori perkembangan
Secara umum konsep diri belum ada saat bayi dilahirkan tetapi konsep diri
ini berkembang secara bertahap saat bayi mulai mengenal dan dapat
membedakan dirinya dengan orang lain dan objek disekitarnya sebagai
individu yang terpisah.
Perkembangan konsep diri terpacu cepat dengan perkembangan bicara.
Nama dan panggilan anak merupakan aspek bahasa yang utama dalam
membantu perkembangan identitas. Dengan memanggil namanya, anak
mengartikan dirinya secara istimewa, unuk, dan mandiri.
Konsep diri dipelajari melalui kontak sosial dan pengalaman berhubungan
dengan orang lain. Pandangan individu tentang dirinya dipengaruhin oleh
bagaimana individu mengertikan pandangan orang lain tentang dirinya.
Keluarga mempunyai peran yang penting dalam membantu perkembangan
konsep diri terutama pada pengalaman masa kanak-kanak. Stuart dan Sudeen
1991, mengemukakan pengalaman awal kehidupan dalam keluarga,
merupakan pembentukan konsep diri. Peran keluarga dalam pembentukan
konsep diri anak meliputi:
1. Perasaan mampu atau tidak mampu.
2. Perasaan diterima atau ditolak.
3. Kesempatan untuk identifikasi.
4. Penghargaan yang pantas tentang tujuan, perilaku, dan nilai.
3
Suasana keluarga yang saling menghargai dan mempunyai pandangan
positif akan mendorong kreatifitas anak, menghasilkan perasaan positif dan
berarti. Penerimaan keluarga akan kemampuan anak sesuai dengan
perkembangannya sangat mendorong aktualisasi diri dan kesadaran akan
potensi dirinya.
Dapat disimpulkan, konsep diri merupakan aspek kritikal dan dasar dari
perilaku individu. Individu dengan konsep diri positif dapat berfungsi lebih efektif
yang dapat dilihat dari hubungan interpersonal, kemampuan intelektual dan
penguasaan lingkungan. Konsep diri yang negatif dapat dilihat dari hubungan
individu dan sosial yang maladaptif.
5. Rentang Respon
Respon individu terhadap konsep diri berfluktuasi sepanjang rentang
respon dari aktualisasi diri yang paling adaptif sampai status depersonalisasi yang
paling maladaptif (gambar). Kerancaun identitas merupakan kegagalan individu
untuk mengintegrasikan berbagai identifikasi dimasa kanak-kanak kedalam
kepribadian pada masa dewasa yang harmonis. Depersonalisasi merupakan suatu
perasaan tidak realistik dan merasa asing terhadap diri sendiri. Individu
mengalami kesulitan membedakan diri sendiri dan orang lain, ia merasa asing dan
tidak nyata. Hal ini sering berhubungan dengan ansietas individu pada tingkat
panik dan kegagalan dalam uji realita.
Konsep diri merupakan aspek kritikal dan dasar dari perilaku individu.
Individu dengan konsep diri yang positif dapat berfungsi lebih efektif yang
terlihat dari kemampuan interpersonal, kemampuan intelektual, dan penguasaan
lingkungan. Konsep diri yang negatif dapat dilihat dari hubungan individu dan
sosial yang maladaptif. Rentang respon individu terhadap konsep dirinya dari
gambar di bawah ini .
4
Gambar rentang respon konsep- diri
(stuart G.W, 2006)
Respon Adaptif Respon maladaptif
Aktualisasi diri Konsep diri Harga diri Kerancuan identitas Depersonalisasi
Postif rendah
Aktualisasi diri adalah pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan
latar belakang pengalaman nyata yang sukses dan dapat diterima.
Konsep diri positif merupakan bagaimana seorang memandang apa yang
ada pada dirinya meliputi citra dirinya, ideal dirinya, harga dirinya, penamipilan
peran serta identitas dirinya secara positif. Hal ini akan menunjukkan bahwa
individu itu akan menjadi individu yang sukses.
Harga diri rendah merupakan peran negatif terhadap dirinya sendiri,
termasuk kehilangan percaya diri, tidak berharga, tidak berguna, pesimis, tidak
ada harapan dan putus asa. Adapun perilaku yang berhubungan dengan harga diri
yang rendah yaitu mengkritik diri sendiri dan/atau orang lain, penurunan
produktifitas, destruktif yang diarahkan kepada orang lain, gangguan dalam
berhubungan, perasaan tidak mampu, rasa bersalah, perasaan negatif mengenai
tubuhnya sendiri, keluhan fisik, menarik diri secara sosial, khawatir, serta menarik
diri dari realitas.
Keracunan identitas merupakan suatu kegagalan individu untuk
mengintegrasi berbagai identifikasi masa kanak-kanak kedalam kepribadian
psikososial dewasa yang harmonis. Adapun perilaku yang berhubungan dengan
keracunan identitas yaitu tidak ada kode moral, sifat kepribadian yang
bertentangan, hubungan interpersonal eksploitatif, perasaan hampa. Perasaan
5
mengambang tentang diri sendiri, tingkat ansietas yang tinggi, ketidak mampuan
untuk empati terhadap orang lain.
Depersonalisasi merupakan suatu perasaan yang tidak realisitis dimana
klien tidak dapat membedakan stimulus dari dalam atau luar dirinya. Individu
mengalami kesulitan untuk membedakan dirinya sendiri dari orang lain, dan
tubuhnya sendiri merasa tidak nyata dan asing baginya.
Konsep diri terdiri dari 5 komponen yaitu gambaran diri (Body Image),
ideal diri (Self Ideal), identitas diri (Self Identity), peran diri (Self Role), dan harga
diri (Self Esteem):
a. Citra Tubuh (Body Image)
Citra tubuh (body image) adalah kumpulan sikap individu yang disadari
dan tidak disadari terhadap tubuhnya. Termasuk persepsi serta perasaan
masa lalu dan sekarang tentang ukuran, fungsi, penampilan, dan potensi.
Citra tubuh dimodifikasi secara berkesinambungan dengan persepsi dan
pengalaman baru.
Hal-hal penting terkait dengan gambaran diri seperti fokus individu
terhadap fisik lebih menonjol pada usia remaja, bentuk tubuh, tinggi
badan, dan berat badan serta tanda-tanda pertumbuhan kelamin sekunder,
menjadi gambaran diri, cara individu memandang diri berdampak penting
terhadap aspek psikologis, gambaran yang realistik terhadap menerima dan
menyukai bagian tubuh, akan memberi rasa aman dalam menghindari
kecemasan dan meningkatkan harga diri, serta individu yang stabil,
realistik, dan konsisten terhadap gambaran dirinya, dapat mendorong
sukses dalam kehidupan.
b. Ideal Diri (Self Ideal)
Idela diri adalah persepsi individu tentang bagaimana dia seharusnya
berperilaku berdasarkan standar, aspirasi, tujuan, atau nilai personal
6
tertentu. Sering juga disebut bahwa ideal diri sama dengan cita-cita,
keinginan, harapan tentang diri sendiri.
Hal –hal yang terkait dengan ideal diri meliputi perkembangan awal terjadi
pada masa kanak-kanak, terbentuknya masa remaja melalui proses
indentifikasi terhadap orang tua, guru, dan teman. Dipengaruhi oleh orang-
orang yang dipandang penting dalam memberi tuntunan dan harapan serta
mewujudkan cita-cita dan harapan pribadi berdasarkan norma keluarga dan
sosial. Faktor-faktor yang mempengaruhi ideal diri yaitu menetapkan ideal
diri sebatas kemampuan, faktor kultur dibandingkan dengan standar orang
lain, hasrat melebihi orang lain, hasrat untuk berhasil, hasrat memenuhi
kebutuhan realistik, hasrat menghidari kegagalan, dan adanya perasaan
cemas dan ideal diri.
c. Identitas Diri (Self Identity)
Identitas pribadi adalah prinsip pengorganisasian kepribadian yang
bertanggung jawab terhadap kesatuan, kesinambungan, konsistensi, dan
keunikan individu. Pembentukan identitas dimulai pada masa bayi dan
terus berlangsung sepanjang kehidupan tapi merupakan tugas utama pada
masa remaja. Menurut Suaryo (2004) identitas diri merupakan kesadaran
akan diri pribadi yang bersumber dari pengamatan dan penilaian, sebagai
sintesis semua aspek konsep diri dan menjadi satu kesatuan yang utuh.
Hal-hal penting yang terkait dengan identitas diri, yaitu :
1) Berkembang sejak masa kanak-kanak, berama dengan
berkembangnya konsep diri.
2) Individu yang memiliki perasaan identitas diri kuat akan
memandang dirinya tidak sama dengan orang lain, unik, dan tidak
tidak ada duanya.
3) Identitas jenis kelamin berkembang secara bertahap sejak bayi.
4) Identitas jenis kelamin dimulai dengan konsep laki-laki dan
perempuan seta banyak dipengaruhi oleh pandangan maupun
perlakuan masyarakat.
7
5) Kemandirian timbul dari perasaan berharga, menghargai diri
sendiri, kemampuan, dan penguasaan diri sendiri.
6) Individu yang mandiri dapat mengatur dan menerima dirinya.
d. Peran Diri (Self Role)
Menurut Stuart (2006), peran diri merupakan serangkaian pola
perilaku yang diharapkan oleh lingkungan sosial berhubungan dengan
fungsi individu diberbagai kelompok sosial. Peran yang ditetapkan adalah
peran yang dijalani dan seseorang tidak mempunyai pilihan. Peran yang
diambil adalah peran yang terpilih atau dipilih oleh individu.
Menurut Sunaryo (2004), peran diri adalah pola perilaku, sekap,
nilai, dan aspirasi yang diharapkan individu berdasarkan posisinya di
masyarakat. Setiap individu disibukkan oleh berbagai macam peran yang
terkait dengan posisinya.
Hal-hal penting terkait dengan peran diri, yaitu :
1) Peran dibutuhkan individu sebagai aktualisasi diri.
2) Peran yang memenuhi kebutuhan dan sesuai ideal diri, menghasilkan harga
diri yang tinggi dan sebaliknya.
3) Posisi individu di masyarakat dapat menjadi stressor terhadap peran.
4) Stress peran timbul karena struktur sosial yang menimbulkan kesukaran
atau tuntunan posisi yang tidak mungkin dilaksanakan.
5) Stress peran, terdiri dari konflik peran, peran yang tidak jelas, peran yang
tidak sesuai, an peran yang terlalu banyak atau berlebih.
e. Harga Diri (Self Esteem)
Harga diri merupakan penilaian individu teentang nilai personal yang
diperoleh dengan menganalisis seberapa sesuai perilaku dirinya dengan ideal diri.
Harga diri yang tinggi adalah perasaan yang berasal dari penerimaan diri sendiri
tanpa syarat, walaupun melakukan kesalahan, dan kegagalan, tetap merasa sebagai
seorang yang penting dan berharga (Stuart, 2006).
8
Menurut Sunaryo (2004) aspek utama harga diri adalah dicintai, disayangi,
dikasihi oleh orang lain dan mendapat penghargaan dari orang lain.
Harga diri dapat diperoleh dari diri sendiri maupun dari orang lain. Aspek
utama adalah perasaan dicintai dan menerima penghargaan dari orang lain.
Manusia cenderung negative, walaupun ia cinta dan mengakui kemampuan orang
lain namun jarang mengekspresikannya. Sebagai perawat sikap negative perlu
dikontrol sehingga setiap bertemu perawat dengan sikapnya yang positif merasa
dirinya berharga. Harga diri akan rendah jika kehilangan kasih sayang dan
penghargaan dari orang lain.
Cara meningkatkan harga diri pada anak (coopersmith cit stuart &
sundeen,1991) :
1. Memberi kesempatan berhasil.
Berikan tugas yang kemungkinan dapat diselesaikan oleh anak kemudian
berilah pengakuan dan pujian atas keberhasilannya. Jangan memberikan
tugas diluar kemampuan atau yang sudah kita ketahui tidak dapat
diselesaikannya.
2. Menanamkan gagasan
Berfungsi memotivasi kreativitas anak untuk berkembang
3. Mendorong aspirasi
Pertanyaan dan pendapat anak perlu ditanggapi dengan memberikan
penjelasan sesuai. Berikan pengakuan dan sokongan yang sesuai untuk
aspirasi yang positif sehinggan anak memandang dirinya diterima dan
bermakna.
4. Membantu membentuk koping
Pada tiap perkembangan, individu mempunyai tugas perkembangan yang
harus diselesaikan. Jadi individu perlu mengembangkan koping untuk
menghadapi kemungkinan yang terjadi dalam menyelesaikan tugasnya.
Anak akan merasa bermakna dan berhasil diterima dan diakui oleh orang
9
lain, merasa mampu menghadapi kehhidupan, dan merasa dapat
mengontrol dirinya.
Harga diri rendah yang berhubungan dengan hubungan interpersonal yang
buruk dan terutama menonjol pada klien skizofrenia dan depresi (stuart &
sundeen,1991)
Gangguan harga diri atau harga diri rendah dapat digambarkan sebagai
perasaan yang negative terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri dan merasa
gagal mencapai keinginan.
Peran (role)
Peran adalah serangkaian pola perilaku yang diharapkan oleh lingkingan
social berhubungan dengan fungsi-fungsi individu diberbagai kelompok social
(stuart,1996). Setiap individu dalam kehidupannya sering disibukkan dengan
perannya pada setiap waktu. Misalnya sebagai seorang anak,istri, ibu rumah
tangga, mahasiswa,perawat, wanita karier, dan lain sebagainya. Peran ini
diperlukan individu untuk aktualisasi diri. Harga diri yang tinggi merupakan hasil
dari peran yang memnuhi kebutuhan dan kesesuaian dengan ideal diri. Posisi
individu di masyarakat dapat merupakan stressor terhadap peran karena struktur
social yang menimbulkan kesukaran, atau tuntutanposisi yang tidak mungkin
dilaksanakan. Stress peran terdiri dari konflik peran, peran yang tidak jelas, peran
yang itdak sesuai dan peran yang berlebihan.
1. Konflik peran terjadi jika peran yang diminta konflik dengan sistem
individu atau dua peran terjadi konflik satu sama lainnya .
2. Peran yang tidak jelas terjadi jika individu diberi suatu peran yang tidak
jelas dalam hal perilaku dan penampilan yang diharapkan.
3. Peran yang tidak sesuai terjadi jika individu dalam proses transisi merubah
nilai dan sikap. Misal : seorang yang masuk dalam profesi, dimana
terhadap konflik antara individu dan profesi.
10
4. Peran berlebih terjadi jika seorang individu menerima banyak peran
misalnya sebagai Ny. A seorang ibu rumah tangga ia harus mengasuh dan
membesarkan kedua anaknya sendirian karena suaminya sudah meninggal,
ia juga masih kuliah di perguruan tinggi untuk memenuhi kehidupan
rumah tangganya ia terpaksa harus bekerja jadi pembantu rumah tangga.
Kemungkinan dengan kesibukkan peran tersebut Ny. A mempunyai resiko
dalam menjalani perannya. Individu di tuntut melakukan banyak hal tetapi
tidak tersedia waktu untuk menyelesaikannya
Banyak factor yang mempengaruhi dalam menyesuaikan diri dengan peran
yang harus dilakukan (stuart & sundeen,1991):
1. Kejelasan perilaku dan pengetahuan yang sesuai dengan peran.
2. Konsistensi respon orang yang berarti terhadap peran yang dilakukan.
3. Kesesuaian dan keseimbangan antar peran yang di emban.
4. Keselarasan budaya dan harapan individu terhadap perilaku peran.
5. Pemisahan situasi yang akan menciptakan ketidaksesuaian perilaku
peran.
11
B. Konsep Dasar Harga Diri Rendah
1. Pengertian Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan
rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri
sendiri atau kemampuan diri. Adanya perasaan hilang kepercayaan diri,
merasa gagal karena tidak mampu memncapai keinginan sesuai ideal diri
(Yosep, 2009).
Gangguan harga diri yang disebut sebagai harga diri rendah dapat
terjadi secara:
a. Situasional, yaitu terjadi terutama yang tiba-tiba, misalnya harus
operasi, kecelakaan, dicerai suami/istri, putus sekolah, putus
hubungan kerja, perasaan malu karena sesuatu (korban
pemerkosaan, dituduh KKN, dipenjara tiba-tiba).
b. Kronik, yaitu perasaan negatif terhadap diri berlangsung lama,
yaitu sebelum sakit/dirawat. Klien ini mempunyai cara berfikir
yang negatif. Kejadian sakit dan dirawat akan menambah persepsi
negatif terhadap dirinya. Kondisi ini mengakibatkan respon mal
yang daptif. Kondisi ini dapat ditemukan pada klien gangguan
fisik yang kronik atau pada klien gangguan jiwa.
2. Etiologi
Berbagai faktor penunjang terjadinya perubahan dalam konsep diri
seseorang. Dalam tinjauan life span history klien, penyebab terjadinya
harga diri rendah adalah pada masa kecil sering disalahkan, jarang diberi
pujian atas keberhasilannya. Saat individu mencapai masa remaja
keberadaannya kurang dihargai, tidak diberi kesempatan dan tidak
diterima. Menjelang dewasa awal sering gagal di sekolah, pekerjaan atau
pergaulan. Harga diri rendah muncul saat lingkungan cenderung
mengucilkan dan menuntut lebih dari kemampuannya (Yosep, 2009).
12
Menurut Stuart (2006), faktor-faktor yang mengkibatkan harga diri
rendah kronik meliputi faktor predisposisi dan faktor presipitasi sebagai
berikut:
a). Faktor Predisposisi
1. Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi penolakan orang
tua, harapan orangtua yang tidak realistis, kegagalan yang
berulang, kurang mempunyai tanggung jawab personal,
ketergantungan kepada orang lain, dan ideal diri yang tidak
realistis.
2. Faktor yang mempengaruhi performa peran adalah stereotipe peran
gender, tuntutan peran kerja, dan harapan peran budaya.
Dimasyarakat umumnya peran seseorang, disesuaikan dengan jenis
kelaminnya. Misalnya seorang wanita dianggap kurang mampu,
kurang mandiri, kurang objektif dan rasional sedangkan pria
dianggap kurang sensitif, kurang hangat, kurang ekspresif
dibanding wanita. Sesuai dengan standar tersebut, jika wanita atau
pria berperan tidak sesuai lazimnya maka dapat menimbulkan
konflik diri maupun hubungan sosial. Misal: seorang istri yang
berperan sebagai kepala rumah tangga atau seorang suami yang
mengerjakan pekerjaan rumah, akan menimbulkan masalah.
Konflik peran dan peran tidak sesuai muncul dari faktor biologis
dan harapan masyarakat terhadap wanita atau pria. Peran yang
berlebihan muncul pada wanita yang mempunyai sejumlah peran.
3. Faktor yang mempengaruhi identitas pribadi meliputi
ketidakpercayaan orangtua, tekanan dari kelompok sebaya, dan
perubahan struktur sosial. Orang tua yang selalu curiga pada anak
akan menyebabkan anak menjadi kurang percaya diri, ragu dalam
mengambil keputusan dan dihantui rasa bersalah ketika akan
melakukan sesuatu. Kontrol orang tua yang berat pada anak remaja
akan menimbulkan perasaan benci pada orang tua. Teman sebaya
13
merupakan faktor lain yang berpengaruh pada identitas. Remaja
ingin diterima, dibutuhkan, dan diakui oleh kelompoknya.
b). Faktor Presipitasi
Menurut Yosep (2009), faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah
biasanya adalah kehilangan bagian tubuh, perubahan penampilan/bentuk
tubuh, kegagalan atau produktivitas yang menurun. Secara umum, gangguan
konsep diri harga diri rendah ini dapat terjadi secara situasional atau kronik.
Secara situasional karena trauma yang muncul secara tiba-tiba, misalnya
harus dioperasi, kecelakaan, diperkosa atau dipenjara, termasuk dirawat
dirumah sakit bisa menyebabkan harga diri rendah disebabkan karena
penyakit fisik atau pemasangan alat bantu yang membuat klien tidak
nyaman. Harga diri rendah kronik, biasanya dirasakan klien sebelum sakit
atau sebelum dirawat klien sudah memiliki pikiran negatif dan meningkat
saat dirawat.
c). Penilaian Stressor
Masalah konsep diri dapat dicetuskan oleh faktor psikologis,
sosiologis atau fisiologis namun yang masih penting adalah persepsi klien
terhadap ancaman.
d). Sumber Koping
Individu mempunyai beberapa kemampuan yang dimiliki, dengan
memberikan kesempatan dan menguatkan hal tersebut dapat meningkatkan
kepercayaan diri individu.
e). Mekanisme Koping
Penggunaan mekanisme koping untuk melindungi diri dalam
menghadapi persepsi yang menyakitkan meliputi pertahanan koping jangka
pendek atau jangka panjang dan pertahanan ego.
14
Pertahanan jangka pendek meliputi:
a. Aktifitas pelarian sementara dari krisis.
Contoh: Pemakaian obat terlarang, ikut musik rock, balap mobil, obsesi
nonton televisi.
b. Aktivitas sebagai pengganti identitas
Contoh: Ikut kelompok tertentu untuk dapat identitas yang sudah
dimiliki kelompok, pengikut kelompok tertentu.
c. Aktivitas memberi kekuatan atau dukungan sementara terhadap konsep
diri/identitas diri yang kabur.
Contoh: ikut aktifitas yang kompetisi, prestasi akademis, kontes,
kelompok anak muda (geng).
d. Aktifitas yang memberi arti dari kehidupan.
Contoh: Penjelasan tentang keisengan akan menurunkan ketegangan.
Pertahanan Jangka Panjang
Pertahanan jangka panjang mencakup penentuan identitas dan identitas
negatif. Semua koping jangka pendek dapat berkembang menjadi koping jangka
panjang. Penyelesaiasn positif akan menghasilkan integritas ego-identitas dan
keunikan individu.
Identitas negatif merupakan rintangan terhadap nilai dan harapan
masyarakat. Remaja mungkin akan menjadi individu antisosial, ini disebabkan
karena ia merasa tidak memiliki identitas yang positif. Mungkin remaja ini
mengatakan; “ saya lebih baik menjadi anak tidak baik daripada tidak jadi
apapun”.
Mekaniseme Pertahanan Ego
Mekanisme pertahanan ego yang sering digunakan adalah fantasi,
disosiasi, isolasi, proyeksi dan displacement. Dalam keadaan yang semakin berat
dapat terjadi deviasi perilaku dan kegagalan penyesuaian seperti:
15
psikosis, neurosis, obesitas, anoreksia nervosa, bunuh diri, persetubuhan dengan
siapa saja, kriminal, kenakalan, penyalahgunaan zat, perkosaan, inses dan
penganiayaan.
f). Perilaku
Pengumpulan data yang dilakukan oleh perawat meliputi perilaku yang
objektif dan dapat diamati serta perasaan subjektif dan dunia dalam diri klien
sendiri. Perilaku yang berhubungan dengan harga diri rendah salah satunya
mengkritik diri sendiri, sedangkan kerancuan identitas seperti sifat kepribadian
yang bertentangan serta depersonalisasi (Stuart, 2006).
Perilaku Berhubungan Dengan Harga Diri Rendah.
Harga diri rendah merupakan masalah banyak orang, dan diekspresikan
melalui tingkat kecemasan yang sedang sampai berat. Umumnya disertai evaluasi
diri negatif dengan membenci diri dan menolak diri.
Cara individu yang mengekspresikan secara langsung harga diri rendah.
(Stuart & Sundeen) yaitu:
a. Mengejek dan mengkritik diri sendiri.
Pandangan negatif tentang dirinya. Misalnya: mengatakan dirinya
“bodoh” dan “tidak tahu apa-apa”.
b. Merendahkan dan mengurangi martabat.
Individu menghindari, mengabaikan atau menolak kemampuan nyata yang
dimiliki.
c. Rasa bersalah dan khawatir.
Klien menghukum diri, muncul dalam bentuk fobia, obsesi dan klien
menolak diri sendiri.
d. Manifestasi fisik.
Seperti tekanan darah tinggi, psikosomatis, penyalahgunaan obat dan lain
sebagainya.
e. Menunda keputusan.
16
Ragu-ragu dalam mengambil keputusan.
f. Gangguan berhubungan.
Klien menjadi kejam, merendahkan diri atau mengekploitasi orang lain.
Perilaku yang muncul dalam bentuk menarik diri atau isolasi diri karena
perasaan tak berharga.
g. Menarik diri dari realitas.
Bila kecemasan karena penolakan diri mencapai kecemasan tingkat berat
dan panik, mungkin klien akan mengalami gangguan asosiasi, halusinasi,
curiga, cemburu atau paranoid.
h. Merusak diri.
Individu mencederai diri sendiri bahkan sampai keinginan mengakhiri
hidupnya.
i. Merusak atau mencederai orang lain.
Kebencian dan penolakan diri sendiri dpaat berkisar pada lingkungan
dengan melukai orang lain.
Perilaku yang obyekti dan perasaan subyektif klien harus dikumpulkan
perawat sebelum merumuskan diagnosa keperawatan. Berikut uraian
tentang perilaku yang berhubungan dengan harga diri rendah.
17
Mengkritik diri sendiri atau orang lain.
Produktifitas menurun.
Destruksif pada orang lain.
Gangguan berhubungan.
Perasaan dirinya penting yang berlebih-lebihan.
Perasaan tidak mampu.
Rasa bersalah.
Irritabel atau mudah marah.
Sikap negatif terhadap diri sendiri.
Ketegangan peran.
Pesimis terhadap kehidupan.
Keluhan fisik.
Pandangan hidup yang terpolarisasi.
Menolak kemampuan diri sendiri.
Mengejek diri sendiri.
Merusak diri.
Pengurangan diri.
Penyalah gunaan obat.
Menarik diri dari realita.
Cemas dan takut.
3. Tanda dan Gejala Harga Diri Rendah KronikMenurut Damaiyanti (2008), tanda dan gejala harga diri rendah kronik
adalah sebagai berikut:
a. Mengkritik diri sendiri
b. Perasaan tidak mampu.
c. Pandangan hidup yang pesimis.
d. Penurunan produksivitas.
e. Penolakan terhadap kemampuan diri.
18
Selain data diatas, dapat juga mengamati penampilan seseorang dengan
harga diri rendah, terlihat dari kurang memperhatikan perawatan diri,
berpakaian tidak rapi, selera makan kurang, tidak berani menatap mata lawan
bicara, lebih banyak menunduk, bicara lambat dengan suara nada lemah.
4. Batasan Karakteristik Harga Diri Rendah Kronik
Batasan karakteristik menurut Nanda-I (2012), yaitu:
a. Bergantung pada pendapat orang lain.
b. Evaluasi diri bahwa individu tidak mampu menghadapi peristiwa.
c. Melebih-lebihkan umpan balik negatif tentang diri sendiri.
d. Secara berlebihan mencari penguatan.
e. Sering kali kurang berhasil dalam peristiwa hidup.
f. Enggan mencoba situasi baru.
g. Enggan mencoba hal baru.
h. Perilaku bimbang.
i. Kontak mata kurang.
j. Perilaku tidak asertif.
k. Sering kali mencari penegasan.
l. Pasif.
m. Menolak umpan balik positif tentang diri sendiri.
n. Ekspresi rasa bersalah.
o. Ekspresi rasa malu.
5. Rencana Keperawatan Harga Diri Rendah dalam Bentuk Strategi
Pelaksanaan.
19
No PASIEN KELUARGA
SP1P SP1K
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Mengidentifikasi
kemampuan yang dimiliki
klien.
Membantu klien menilai
kemampuan klien yang
masih dapat digunakan.
Membantu klien memilih
atau menetapkan kegiatan
yang akan dilatih sesuai
dengan kemampuan klien.
Melatih klien sesuai dengan
kemampuan yang dipilih.
Memberikan pujian yang
wajar.
Menganjurkan klien
memasukkan dalam kegiatan
harian.
Mendiskusikan masalah yang
dirasakan keluarga dalam merawat
klien di rumah.
Menjelaskan pengertian, tanda dan
gejala harga diri rendah yang
dialami klien beserta proses
terjadinya.
Menjelaskan cara-cara merawat
klien dengan harga diri rendah.
Mendemonstrasikan cara merawat
klien dengan harga diri rendah.
Memberi kesempatan kepada
keluarga untuk mempraktikkan cara
merawat klien dengan harga diri
rendah.
SP2P SP2K
20
1.
2.
3.
Mengevaluasi jadwal
kegiatan harian klien.
Melatih klien melakukan
kegiatan lain yang sesuai
dengan kemampuan klien.
Menganjurkan klien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian.
Melatih keluarga mempraktikkan
cara merawat klien langsung kepada
klien harga diri rendah.
SP3K
Membuat perencanaan pulang
bersama keluarga dan membuat
jadwal aktifitas di rumah termasuk
minum obat (discharge planning)
Menjelaskan follow up klien setelah
pulang.
6. Contoh Kasus
21
Hasta adalah salah satu siswa di salah satu SMU tervaforit, ia diberi
tanggung jawab menjadi ketua OSIS di sekolahnya. Dia dikenal sebagai
pribadi yang ramah, supel, dan disenangi teman-temannya. Suatu hari ia
mengendarai motor dan terjadi kecelakaan, kemudian dilarikan ke salah satu
rumah sakit. Hasta mengalami fraktur di bagian kaki kanannya dan Dokter
memfonis Hasta untuk di amputasi.
Karena hal itu, Hasta selama di Rumah Sakit terlihat murung dan lebih
suka menyendiri. Bila ada teman yang menjenguk dia lebih memilih untuk
menghindar dan tidak mau bertemu ataupun berbicara dengan teman-
temannya bahkan dengan keluarganya pun Hasta jarang berkomunikasi
karena merasa malu dengan keadaan kakinya sekarang. Dengan perawat pun
Hasta kurang merespon dan kurang kooperatif saat dilakukan tindakan
keperawatan.
7. Contoh Komunikasi Terapeutik
Fase Orientasi
1. Salam terapeutik
Perawat : “Selamat pagi Mas”! perkenalkan nama saya Evitasari,
Mas cukup panggil saya suster Evi, nama mas siapa dan lebih suka
dipanggil siapa?”
Pasien : Nama saya Budi Hasta, saya suka di panggil Hasta!
2. Evaluasi/ validasi
Perawat : Apa yang Hasta rasakan saat ini?
Pasien : Buruk sus. (sambil tertunduk malu)
Perawat : Memangnya apa yang membuat perasaan Hasta buruk? Disini ada banyak keluarga yang menemani.
Pasien : Saya malu Sus.
22
Perawat : Loh malu kenapa??? Memangnya apa yang terjadi sampai Hasta dibawa kemari?
Pasien : Saya sedang mengendarai motor, kemudian tiba-tiba ada mobil yang oleng ke arah motor yang saya kendarai, kemudian saya terjatuh dari motor dan setelah itu saya sudah tidak sadarkan diri, begitu bangun saya sudah ada di rumah sakit dengan kondisi kaki yang seperti ini.
3. Kontrak :
Perawat : (Kontrak)Hari ini suster akan ajak Hasta ngobrol-ngobrol tentang bagaimana perasaan Hasta selama berada disini?” Waktu : hari ini kita akan ngobrol-ngobrol tentang sekolah Hasta saja yah?Tempat : bagaimana kalau kita ngobrol-ngobrol di sini saja apakah Hasta bersedia?
Pasien : (Tertunduk malu)
Fase Kerja
Perawat : Hasta suster disini praktek selama 2 minggu dari tanggal 26 Maret sampai 5 April. Bagaimana Hasta, apakah mau ngobrol-ngobrol dengan suster? suster disini untuk membantu Hasta loh. Kalau Hasta punya masalah yang ingin di ceritakan, ceritakan saja kepada suster”
Pasien : (Hasta mulai berani menatap suster). Iya sus saya mau.
Perawat : seperti yang suadah suster katakan tadi kita akan ngobrol-ngobrol tentang sekolah Hasta. Hasta sekolah dimana dan sekarang kelas berapa?
Pasien : Hasta sekolah di SMUN 7 sus, dan sekarang sudah kelas 2.
Perawat : Hasta biasa berangkat sekolah pukul berapa?
Pasien : Saya biasa berangkat jam 06.30 WIB sus, sedangkan bel masuk pukul 07.00 WIB.
23
Perawat : Wah.. berarti Hasta tidak pernah terlambat kesekolah dong! Ternyata Hasta orangnya disiplin yah.
Pasien : Hmm.. iya sus terima kasih.
Perawat : Suster dengar Hasta itu Ketua Osis di sekolah yah?
Pasien : Iya sus.
Perawat : Waktu Hasta menjadi ketua osis apa yang Hasta rasakan?.
Paien : Saya merasa bangga sus, karena dari sekian banyak orang yang sekolah disana saya yang terpilih untuk menjadi ketua osisnya.
Perawat : Hebat ya Hasta,usia segini udah bisa memimpin organisasi di sekolah. Berarti Hasta dipercaya oleh teman-teman Hasta untuk menjadi seorang pemimpin disekolah.
Pasien : Iya sus tapi saya malu dengan keadaan kaki saya sekarang, lebih baik saya mengundurkan diri dan berhenti sekolah.
Perawat : Kenapa Hasta berpikiran seperti itu, memang sekarang Hasta memiliki kekurangan tapi Hasta harus bisa melawati ini semua. Masih ada keluarga dan teman-teman yang mendukung dan berdoa untuk Hasta.
Pasien : iya suster saya tau, tapi saya merasa tidak berguna dan tidak pantas menjadi teman dan anggota keluarga karena kekurangan yang saya miliki sekarang.
Perawat : Hasta tidak boleh bilang begitu, suster mau nanya Hasta punya hobi atau keahlian apa??
Pasien : saya suka melukis, main bola, bernyanyi, dan main gitar. Tapi yang paling Hasta suka itu melukis suster. Dulu juga pernah ikut lomba melukis dan Hasta mendapat juara 1 tingkat kabupaten.
Perawat : waahh hebat banget Hasta bisa juara 1 dari sekian banyak orang. Bakat Hasta itu luar biasa dan ga semua orang punya. Kalau Hasta terus berlatih dan belajar untuk mengembangkan bakat Hasta, Hasta bisa jadi pelukis nomor 1 di Indonesia.
Pasien : iya suster saya akan berusaha melakukan apa yang suster bilang.
24
Fase Terminasi
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
Evaluasi pasien subjektif
perawat : “bagaimana perasaan Hasta sekarang setelah ngobrol-
ngobrol dengan suster”
Pasien : sudah lebih nyaman sus
evaluasi perawat (objectif setelah reinforcement)
“klien mau berjabat tangan, kontak mata kurang”
2. Tindak lanjut klien (apa yang perlu dilatih klien sesuai dengan hasil
tindakan yang telah dilakukan)
perawat :“Hasta besok, Hasta pikir-pikirkan tentang kelebihan yang
Hasta miliki?”
Pasien : iya sus, kalau melukis boleh ngga??
Perawat : iya boleh.
3. Kontrak yang akan datang :
Topik
Perawat :“ Hasta besok kita akan ngobrol-ngobrol lagi yah tentang
kelebihan lain yang Hasta miliki”
Pasien : iya suster.
Waktu
Perawat: “ bagaimana kalau 10 menit saja apakah Hasta bersedia?”
Pasien : iya sus.
Tempat
Perawat: Tempatnya disi ya Hasta?
Pasien : Kalau di taman luar bisa ngga sus Hasta bosen di kamar
terus.
Perawat : iya boleh.
25
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri atau kemampuan diri. Adanya perasaan hilang kepercayaan diri, merasa gagal karena tidak mampu memncapai keinginan sesuai ideal diri (Yosep, 2009).
Gangguan harga diri yang disebut sebagai harga diri rendah dapat terjadi secara situasional dan kronis adapun penyebabnya dari beberapa faktor predisposisi dan presipitasi yang dapat mengakibatkan seseorang hilang kepercayaan dirinya dan selalu berpikiran negatif pada dirinya.
3.2 Saran
Jika dihadapkan dengan klien yang mengalami gangguan konsep diri khususnya harga diri rendah hendaknya kita melakukan komunikasi terapeutik yang bertujuan untuk menggali kelebihan yang dimiliki klien sehingga secara bertahap klien dapat meningkatkan kepercayaan dirinya dan tidak selalu menganggap negatif terhadap dirinya.
26