hariman badaruddin kasyful

Embed Size (px)

DESCRIPTION

analisis spasial dengan analisis location quotient

Citation preview

  • 7/17/2019 hariman badaruddin kasyful

    1/7

    47

    ANALISIS DISTRIBUSI SPASIAL SEKTOR UNGGULAN DALAMPERENCANAAN PEMBANGUNAN EKONOMI

    DI PROVINSI SUMATERA UTARA

    Akhmad Ignase Hariman S.*, Badaruddin** dan Kasyful Mahalli***Alumni PWD SPs USU

    **Dosen FISIP/FE/PWD SPs USU

    Abstract:The objective of the research was to find out the economic descriptionand to identify high-ranking sectors in districts/towns of North Sumatera Province.The research was descriptive analytic which described how the rate of growth andthe economic structure were. Shift-share analysis was used to determine thechange and the shift of sectors or industry, and location quotient (LQ) was used todetermine high-ranking sectors. The result of the identification would be mappedthrough spatial analysis. The result of the analysis showed that high-ranking sectorin North Sumatera Province was agricultural sector. The districts in NorthSumatera Province which had the biggest contribution to the high-ranking sector

    in agriculture were Nias Barat District, Samosir District, Nias Utara District,Dairi District, Pakpak Bharat District, Padang Lawas Utara District, LangkatDistrict, Karo District, Simalungun District, Humbang Hasundutan District,Tapanuli Utara District, Nias District, Tapanuli Tengah District, Mandailing Natal

    District, Nias Selatan District, Serdang Bedagai District, Toba Samosir District,Asahan District, Labuhan Batu Utara District, Tapanuli Selatan District, andSibolga.

    Abstrak: Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran perekonomian danmengidentifikasi sektor-sektor unggulan di kabupaten/kota yang ada di ProvinsiSumatera Utara. Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif yangakan menggambarkan bagaimana laju pertumbuhan dan struktur perekonomian,analisis Shift-share digunakan untuk menentukan perubahan dan pergeseran sektoratau industri dan location quotient (LQ) digunakan untuk menentukan sektorunggulan. Hasil dari identifikasi akan dipetakan melalui analisis spasial. Dari hasilanalisis diketahui bahwa sektor unggulan di Provinsi Sumatera Utara adalah sektor

    pertanian. Kabupaten Nias Barat, Samosir, Nias Utara, Dairi, Pakpak Bharat,Padang Lawas Utara, Padang Lawas, Langkat, Karo, Simalungun, HumbangHasundutan, Tapanuli Utara, Nias, Tapanuli Tengah, Mandailing Natal, NiasSelatan, Serdang Bedagai, Toba Samosir, Asahan, Labuhan Batu Utara, TapanuliSelatan dan Kota Sibolga merupakan daerah yang menjadi penyumbang terbesarterhadap sektor unggulan di Provinsi Sumatera Utara yaitu sektor pertanian.

    Keywords:Sektor unggulan, analisis spasial, location question dan shift-share.

    PENDAHULUANSalah satu upaya untuk mencapai

    kesejahteraan bagi seluruh masyarakat

    dalam masa otonomi daerah adalah dengan

    cara pembangunan. Pembangunan ekonomi

    khususnya, seringkali dikaitkan dengan

    peningkatan pertumbuhan ekonomi.

    Menurut Sjafrizal (2008) tolak ukur

    keberhasilan suatu pembangunan ekonomi

    daerah dapat dilihat dari beberapa indikator

    yaitu Produk Domestik Regional Bruto

    (PDRB) yang menjadi petunjuk kinerja

    perekonomian secara umum sebagai ukuran

    kemajuan suatu daerah, tingkat

    pertumbuhan, pendapatan perkapita danpergeseran/perubahan struktur ekonomi.

    Selama satu dekade terakhir kondisi

    perekonomian di Provinsi Sumatera Utara

    terus mengalami fluktuatif dimana selama

    tahun 2001 hingga tahun 2004 terjadi

    peningkatan dari 4,33 persen menjadi 6

    persen. Akan tetapi, tahun 2005 mengalami

    penurunan menjadi 5,52 persen. Dimana

    pada tahun 2006 dan 2007 mengalami trend

    peningkatan menjadi 6,26 persen dan 6,89

    persen. Akan tetapi pada tahun 2008 dan

    2009 kembali mengalami penurunan

    menjadi 6,40 persen dan 5,14 persen.

  • 7/17/2019 hariman badaruddin kasyful

    2/7

    Jurnal Ekonom, Vol 16, No 2, April 2013

    48

    Sedangkan di tahun 2010 dan 2011 kembali

    meningkat menjadi 6,36 persen dan 6,59

    persen. Jika dilihat dari pertumbuhan

    ekonomi di setiap kabupaten/kota yang ada

    di Provinsi Sumatera Utara juga mengalami

    fluktuatif selama satu dekade terakhir. Hal

    ini berpengaruh terhadap karena tejadinya

    pemekaran daerah pada periode tersebut

    dimana pada tahun 2007 Kabupaten Nias

    Utara, Kabupaten Nias Barat dan Kota

    Gunung Sitoli menjadi daerah yang terakhir

    mekar di Provinsi Sumatera Utara. Terdapat

    4 Kabupaten yang mengalami perlambatan

    pertumbuhan. Kabupaten Nias tahun 2005

    dan 2006 mengalami perlambatan

    pertumbuhan sebesar minus 3,29 persen

    dan minus 74,78 persen. Kabupaten

    Tapanuli Selatan tahun 2006 mengalamiperlambatan pertumbuhan sebesar minus

    42,46 persen. Kabupaten Toba Samosir

    tahun 2004 mengalami perlambatan

    pertumbuhan sebesar minus 16,00 persen.

    Kabupaten Nias Selatan tahun 2005

    mengalami perlambatan pertumbuhan

    sebesar 2,12 persen. Todaro (2000)

    mengungkapkan bahwa dengan adanya

    tingkat perubahan struktural dan sektoral

    yang tinggi, hal ini erat kaitannya dengan

    proses pertumbuhan ekonomi. Beberapa

    komponen utama perubahan strukturaltersebut mencakup pergeseran yang

    berangsur-angsur dari aktifitas pertanian ke

    sektor non-petanian dan dari sektor industri

    ke jasa. Dampak pembangunan suatu

    daerah, seperti mengenai perubahan sektor-

    sektor apa yang meningkat atau menurun,

    merupakan pengetahuan yang penting

    dalam pembangunan suatu daerah. Oleh

    karena itu, pelaksanaan pembangunan di

    Provinsi Sumatera Utara sangat diperlukan

    khususnya konsentrasi terhadap sektor-

    sektor unggulan yang berada di masing-masing wilayah. Sehingga, diharapkan akan

    meningkatkan roda perekonomian di

    wilayah tersebut. Akan tetapi, seiring

    dengan adanya pelaksanan otonomi daerah

    serta kondisi sumber daya manusia yang

    terbatas serta kondisi geografis masing-

    masing daerah yang berbeda-beda akan

    memberikan dampak terhadap perencanaan

    pembangunan di Provinsi Sumatera Utara.

    Kontribusi sektor pertanian selama tahun

    2001 hingga tahun 2002 menjadi

    sumbangan terbesar terhadap PDRB

    Provinsi yaitu masing-masing sebesar 27,26

    persen dan 27,18 persen. Sementara itu,

    sektor industri pengolahan berada di posisi

    kedua sebagai penyumbang yaitu masing-

    masing sebesar 24,09 persen dan 23,92

    persen. Akan tetapi, pada tahun 2003

    hingga tahun tahun 2011 terjadi pergeseran

    pola dan struktur ekonomi di Provinsi

    Sumatera Utara. Dimana sektor industri

    pengolahan menjadi penyumbang terbesar

    terhadap PDRB di Provinsi Sumatera Utara

    menggantikan sektor pertanian. Hal ini

    menunjukkan bahwa telah terjadi

    pergeseran pola dan struktur ekonomi

    dalam pembangunan ekonomi antar

    kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara.

    Oleh karena itu, seiring adanya peraturan

    tentang otonomi daerah yang berdampak

    pada pergeseran pola dan struktur ekonomidalam pembangunan ekonomi antar

    kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara.

    Perlu adanya strategi kebijakan

    perencanaan pembangunan untuk masa

    yang akan datang utamanya dalam

    peningkatan sektor unggulan yang ada di

    Provinsi Sumatera Utara. Sehingga akan

    memberikan dampak yang optimal bagi

    pertumbuhan ekonomi, peningkatan

    lapangan pekerjaan dan peningkatan

    kesejahteraan di Provinsi Sumatera Utara.

    Berdasarkan fenomena diatas penelititertarik untuk meneliti apakah terjadi

    distribusi spasial sektor unggulan dalam

    perencanaan pembangunan ekonomi terjadi

    di Provinsi Sumatera Utara.

    METODE

    Data yang digunakan dalam

    penelitian ini merupakan data sekunder

    yang diperoleh dari berbagai publikasi

    Badan Pusat Statistik (BPS) dengan cara

    studi literatur. Dalam penelitian ini, analisis

    yang digunakan adalah analisis LocationQuotient (LQ) yaitu untuk menjawab

    permasalah pertama dimana dalam

    menentukan sektor-sektor unggulan daerah

    atau yang biasa dikenal dengan sektor basis

    dan non-basis sedangkan analisis Shift-

    share digunakan untuk melihat perubahan

    dan pergeseran sektor atau industri pada

    perekonomian regional maupun lokal.

    Analisis lain yang juga digunakan dalam

    penelitian ini adalah menggunakan analisis

    peta tematik atau data spasial yang berupa

    peta digital digunakan untuk melihat

  • 7/17/2019 hariman badaruddin kasyful

    3/7

    Akhmad Ignase Hariman S., Badaruddin, Kasyful Mahalli:Analisis Distribusi

    49

    distribusi spasial sektor unggulan yang

    terjadi di Provinsi Sumatera Utara

    HASIL

    Analisis LQ

    Sektor pertanian yang menjadi

    unggulan pada tahun 2011 berada pada

    Kabupaten Nias Barat, Samosir, Nias Utara,

    Dairi, Pakpak Bharat, Padang Lawas Utara,

    Padang Lawas, Langkat, Karo, Simalungun,

    Humbang Hasundutan, Tapanuli Utara,

    Nias, Tapanuli Tengah, Mandailing Natal,

    Nias Selatan, Serdang Bedagai, Toba

    Samosir, Asahan, Labuhan Batu Utara,

    Tapanuli Selatan dan Kota Sibolga. Dimana

    masing-masing kabupaten tersebut

    mempunyai nilai LQ lebih dari satu. Hal ini

    disebabkan karena sebagian besar padadaerah tersebut merupakan sentral produksi

    seperti padi, karet, kopi, cokelat, kelapa

    sawit, dan lain sebagainya. Kabupaten Nias

    Barat, Nias Utara, Nias, Kota Tanjung

    Balai, Kabupaten Labuhan Batu,

    Mandailing Natal, Serdang Bedagai, Nias

    Selatan, Labuhan Batu Utara, Deli Serdang,

    Langkat, Tapanuli Tengah dan Labuhan

    Batu Selatan pada tahun 2011 sektor

    pertambangan dan penggalian merupakan

    sektor unggulan karena mempunyai nilai

    LQ lebih dari satu. Karena di daerah

    tersebut merupakan daerah sentra

    pertambangan seperti gas alam di daerah

    pangkalan brandan Kabupaten Langkat,

    daerah lepas pantai Selat Malaka

    Kabupaten Nias merupakan daerah

    penghasil minyak bumi, PT Madina Mas

    Mining banyak mengeksplorasi barang

    tambang emas yang terdapat di Kecamatan

    Hutabargot, Larutambangan, Kotanopan,

    Natal, Simpang Gambir dan Sinunukan,

    adapun untuk jenis barang tambang sepertibatu bara yang tersebar di empat

    kecamatan, masing-masing Kotanopan,

    Siabu, Linggabayu, dan Muara Batang

    Gadis semuanya berada di Kabupaten

    Mandailing Natal. Kabupaten Labuhan

    Batu Selatan, Batu Bara, Labuhan Batu,

    Deli Serdang, Tapanuli Selatan, Labuhan

    Batu Utara, Toba Samosir, Asahan dan

    Kota Binjai pada tahun 2011 sektor industri

    pengolahan merupakan sektor unggulan

    karena mempunyai nilai LQ lebih dari satu.

    Hal ini dikarenakan pada daerah tersebut

    merupakan daerah sentra industri

    pengolahan seperti PT Sogami Indonesia

    yang akan berinvestasi pada industri barang

    logam dan PT Nippon Indosari dari Jepang

    yang bergerak di bidang industri makanan

    di Kabupaten Deliserdang, PT. Bakrie

    Sumatera Plantations yang memiliki

    industri pengolahan latex menjadi benang

    karet di Kabupaten Asahan. Kota Binjai,

    Medan, Kabupaten Asahan, Kota Pematang

    Siantar, Kabupaten Toba Samosir dan

    Tapanuli Utara pada tahun 2011 sektor

    listrik, gas dan air bersih merupakan sektor

    unggulan karena mempunyai nilai LQ lebih

    dari satu. Hal ini menunjukkan bahwa di

    daerah tersebut merupakan sentra untuk

    sektor listrik, gas dan air bersih seperti PT

    Navigat Energy di bidang jasa pembangkit

    listrik yang berada di Kota Medan, pusatlistrik tenaga gas (PLTG) Medan dengan

    kapasitas 3 x 100 megawatt, PLTA Asahan

    III yang berada di Kabupaten Asahan. Kota

    Gunung Sitoli, Kabupaten Mandailing

    Natal, Nias Selatan, Pakpak Bharat, Kota

    Medan, Binjai, Kabupaten Serdang

    Bedagai, Padang Lawas, Padang Lawas

    Utara, Kota Tebing Tinggi, Tanjung Balai,

    Pematang Siantar dan Kabupaten Nias pada

    tahun 2011 sektor bangunan merupakan

    sektor unggulan karena mempunyai nilai

    LQ lebih dari satu. Hal ini menunjukkan

    bahwa daerah tersebut merupakan sentra

    sektor bangunan seperti pengembangan

    kawasan Central Business District (CDB)

    di Medan, peningkatan ruas jalan Gunung

    Sitoli-Teluk Dalam, Tebing Tinggi-

    Kampung Binjai, pembangunan ruas jalan

    Natal-Batu Mundom, pembangunan jalan

    sejajar Medan-Binjai, rehabilitasi dan

    pemeliharaan jalan ruas batas Tebing

    Tinggi-Pematang Siantar, Medan-Belawan,

    pembangunan bandar udara di Pulau Batu,peningkatan fasilitas bandar udara di Nias,

    pembangunan fasilitas Pelabuhan Belawan,

    Teluk Dalam, Pulau Serok, Hinako, dan

    Sirombu dan lain sebagainya. Kota Gunung

    Sitoli, Pematang Siantar, Medan, Tebing

    Tinggi, Kabupaten Nias Selatan, Kota

    Padang Sidimpuan, Kabupaten Batu Bara,

    Kota Tanjung Balai, Kabupaten Deli

    Serdang dan Kota Sibolga pada tahun 2011

    sektor perdagangan, hotel dan restoran

    merupakan sektor unggulan karena

    mempunyai nilai LQ lebih dari satu. Hal ini

    menunjukkan bahwa daerah tersebut

  • 7/17/2019 hariman badaruddin kasyful

    4/7

    Jurnal Ekonom, Vol 16, No 2, April 2013

    50

    merupakan sentra sektor perdagangan, hotel

    dan restoran seperti JW. Marriot, Swiss

    Bell, Santika Dyandra dan hotel ternama

    lainnya berada di Kota Medan. Begitu juga

    untuk restoran sebagian besar berada di

    Kota Medan dan Kota Medan merupakan

    sentra perdagangan di Provinsi Sumatera

    Utara. Kota Medan, Tebing Tinggi,

    Pematang Siantar, Gunung Sitoli dan

    Sibolga pada tahun 2011 sektor

    pengangkutan dan komunikasi merupakan

    sektor unggulan karena mempunyai nilai

    LQ lebih dari satu. Hal ini menunjukkan

    bahwa daerah tersebut merupakan sentra

    pengangkutan dan komunikasi seperti

    bandara udara yang ada seperti Polonia di

    Kota Medan, Pinangsori di Kota Sibolga

    dan Binaka di Kota Gunung Sitoli,pelabuhan belawan yang ada di Kota

    Medan dan Pelabuhan yang ada di Kota

    Sibolga serta jalur kereta api yang berada di

    Kota Medan, Tebing Tinggi dan Pematang

    Siantar. Kota Binjai, Medan, Padang

    Sidimpuan, Pematang Siantar, Tebing

    Tinggi dan Sibolga pada tahun 2011 sektor

    keuangan, persewaan dan jasa perusahaan

    merupakan sektor unggulan mempunyai

    nilai LQ lebih dari satu. Hal ini

    menunjukkan bahwa daerah tersebut

    merupakan sentra keuangan, persewaan dan

    jasa perusahaan seperti Bank Indonesia

    yang di Kota Medan, Padang Sidimpuan,

    Pematang Siantar dan Sibolga. Kabupaten

    Nias, Kota Tebing Tinggi, Padang

    Sidimpuan, Binjai, Kabupaten Tapanuli

    Tengah, Samosir, Kota Sibolga, Kabupaten

    Tapanuli Utara, Humbang Hasundutan,

    Mandailing Natal, Deli Serdang, Kota

    Tanjung Balai, Pematang Siantar,

    Kabupaten Karo, Padang Lawas Utara,

    Simalungun, Padang Lawas, Pakpak Bharatdan Kota Medan pada tahun 2011 sektor

    jasa-jasa merupakan sektor unggulan

    karena mempunyai nilai LQ lebih dari satu.

    Hal ini menunjukkan bahwa daerah tersebut

    merupakan sentra sektor jasa-jasa dalam hal

    pengembangan objek dan daya tarik wisata

    alam maupun bahari, agrowisata, dan

    peninggalan sejarah dan budaya seperti

    Danau Toba, Gunung Sibolangit, Taman

    Nasional Gunung Leuser serta Taman

    Hutan Raya Bukit Barisan yang berada di

    Kabupaten Samosir, Karo, Simalungun dan

    sekitarnya.

    Analisis Shift-Share

    a. Efek Pertumbuhan Provinsi

    Sumatera Utara (National Share)

    Pertumbuhan Kota Medan

    berpengaruh terhadap pertumbuhan absolut

    Provinsi Sumatera Utara paling tinggi.

    Besarnya pertumbuhan tersebut diciptakan

    oleh pengaruh positif dari efek

    pertumbuhan PDRB Kota Medan sebesar

    7,87 milyar rupiah, efek bauran industri

    (proportional shift) sebesar 1,62 milyar

    rupiah sebagai penyumbang terbesar. Hal

    ini menunjukkan bahwa tingkat

    pertumbuhan ekonomi Kota Medan lebih

    tinggi daripada tingkat pertumbuhan

    ekonomi propinsi di Sumatera. Hal ini

    menandakan bahwa selama kurun waktu

    2007-2011 pertumbuhan regional KotaMedan memberikan dampak positif bagi

    pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera

    Utara.

    b. Efek Bauran Industri (Proportional

    Shift)

    Nilai dari efek bauran industri Kota

    Medan adalah sebesar 7,87 milyar rupiah.

    Besaran nilai ini menunjukkan bahwa

    distribusi industri atau sektoral di Kota

    Medan menyebabkan naiknya nilai PDRB

    Provinsi Sumatera Utara sebesar 7,87milyar rupiah. Apabila dilihat menurut

    sektor, terlihat sektor pertanian dan industri

    pengolahan yang bernilai negatif. Hal ini

    menunjukkan bahwa laju pertumbuhan

    sektor tersebut lebih rendah dibandingkan

    laju pertumbuhan sektor yang sama di Kota

    Medan. Sektor yang mengalami

    pertumbuhan paling rendah adalah sektor

    industri pengolahan sebesar negatif 623,98

    juta rupiah. Ini berarti distribusi industri

    atau sektoral di Kota Medan untuk sektor

    tersebut menyebabkan turunnya nilai PDRBProvinsi Sumatera Utara sebesar 623,98

    juta rupiah. Sektor lainnya yang bernilai

    positif berarti laju pertumbuhan sektor

    tersebut lebih tinggi dibandingkan laju

    pertumbuhan sektor yang sama di Kota

    Medan. Sektor yang mengalami

    pertumbuhan paling tinggi adalah sektor

    keuangan, persewaan dan jasa persewaan

    sebesar 908,79 juta rupiah. Ini berarti

    distribusi industri atau sektoral di Kota

    Medan memberikan tambahan nilai PDRB

    Provinsi Sumatera Utara sebesar 908,79

    juta rupiah.

  • 7/17/2019 hariman badaruddin kasyful

    5/7

    Akhmad Ignase Hariman S., Badaruddin, Kasyful Mahalli:Analisis Distribusi

    51

    c. Regional Shift (Differential Shift)

    Jika dilihat secara keseluruhan nilai

    efek persaingan Kabupaten Deli Serdang

    dengan perekonomian Provinsi Sumatera

    Utara bernilai sebesar 318,50 juta rupiah.

    Hal ini menandakan perekonomian

    Kabupaten Deli Serdang memiliki daya

    saing yang lebih baik daripada

    perekonomian di Provinsi Sumatera Utara.

    Jika dilihat per sektor, ada sektor yang

    bernilai positif dan bernilai negatif. Sektor

    pertanian, pertambangan dan penggalian,

    perdagangan hotel dan restoran serta

    pengangkutan dan komunikasi memiliki

    nilai negatif. Sedangkan sektor industri

    pengolahan, listrik, gas dan air bersih,

    bangunan, keuangan, persewaan dan jasa

    perusahaan serta jasa-jasa memiliki nilaipositif. Bila bernilai positif, menandakan

    sektor tersebut di Kabupaten Deli Serdang

    memiliki daya saing yang lebih tinggi

    daripada sektor yang sama di Provinsi

    Sumatera Utara.

    PEMBAHASAN

    Analisis Distribusi Sektor Unggulan

    Dalam Perencanaan Pembangunan

    Ekonomi di Provinsi Sumatera Utara di

    Masa Yang Akan Datang.

    RPJMD sebagai dokumenperencanaan 5 tahunan merupakan

    penjabaran RPJP Daerah yang memiliki

    kurun waktu 20 tahun. RPJMD selanjutnya

    dijabarkan dalam Rencana Kerja

    Pembangunan Daerah (RKPD) yang

    merupakan perencanaan tahunan dan

    menjadi pedoman dalam penyusunan

    rencana strategis Satuan Kerja Perangkat

    Daerah (Renstra SKPD) Pemerintah

    Provinsi Sumatera Utara. Beberapa

    kebijakan penting lain yang perlu menjadi

    prioritas pembangunan dalam tahap iniialah pengembangan infrastruktur ekonomi

    pusat-pusat pertumbuhan wilayah,

    pengembangan pelabuhan laut, sumberdaya

    air bersih, pemanfaatan potensi sumber

    tenaga listrik dan infrastruktur pendukung

    lainnya secara maksimal. Rencana

    pembangunan sektor pertanian perlu adanya

    dukungan di dalam sarana dan prasarana

    seperti pembangunan dan perbaikan irigasi,

    pengadaan bibit unggul (menciptakan

    varietas baru) serta perkembangan

    teknologi di bidang pertanian. Peningkatan

    kualitas maupun kuantitas sarana dan

    prasarana ini diharapkan sebagai salah satu

    parameter yang dapat memacu

    pertumbuhan perekonomian di Sumatera

    Utara. Kegiatan ekonomi dan sosial di

    Provinsi Sumatera Utara secara garis besar

    terkonsentrasi di wilayah pantai timur,

    sedang bagian tengah, pantai barat, dan

    kepulauan di sekitar provinsi ini, tingkat

    perkembangan wilayah serta kesejahteraan

    dan kemakmuran rakyatnya relatif

    tertinggal. Dalam urusan peningkatan

    infrastruktur dan pengembangan wilayah

    dilaksanakan untuk mewujudkan Sumatera

    Utara yang maju, mandiri dan sejahtera

    melalui penataan ruang Provinsi Sumatera

    Utara yang lebih baik lagi. Baik

    pembangunan infrastruktur seperti jalan, rel

    kereta api, jalan tol, jalan antara provinsi,bandar udara, transportasi darat, air, energi

    kelistrikan, saluran irigasi, dll.

    KESIMPULAN

    Dari hasil penelitian yang diperoleh

    dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai

    berikut :

    1.

    Sektor unggulan yang masih dikuasai

    oleh sektor pertanian dimana terdapat

    pada Kabupaten Nias Barat, Samosir,

    Nias Utara, Dairi, Pakpak Bharat,

    Padang Lawas Utara, Padang Lawas,Langkat, Karo, Simalungun, Humbang

    Hasundutan, Tapanuli Utara, Nias,

    Tapanuli Tengah, Mandailing Natal,

    Nias Selatan, Serdang Bedagai, Toba

    Samosir, Asahan, Labuhan Batu Utara,

    Tapanuli Selatan dan Kota Sibolga. Hal

    ini disebabkan karena sebagian besar

    pada daerah tersebut merupakan sentral

    produksi seperti padi, karet, kopi,

    cokelat, kelapa sawit, dan lain

    sebagainya.

    2.

    Pertumbuhan Kota Medan berpengaruhterhadap pertumbuhan absolut Provinsi

    Sumatera Utara paling tinggi. Hal ini

    menandakan bahwa selama kurun waktu

    2007-2011 pertumbuhan regional Kota

    Medan memberikan dampak positif bagi

    pertumbuhan ekonomi Provinsi

    Sumatera Utara.

    3.

    Jika dilihat secara keseluruhan nilai efek

    persaingan Kabupaten Deli Serdang

    memiliki daya saing yang lebih baik

    daripada perekonomian di Provinsi

    Sumatera Utara.

  • 7/17/2019 hariman badaruddin kasyful

    6/7

    Jurnal Ekonom, Vol 16, No 2, April 2013

    52

    SARAN

    Berdasarkan kesimpulan yang

    didapatkan dan analisis yang telah

    dilakukan, maka beberapa saran yang perlu

    dipertimbangkan adalah sebagai berikut:

    1.

    Dalam rencana pembangunan sektor

    pertanian perlu adanya dukungan di

    dalam sarana dan prasarana seperti

    pembangunan dan perbaikan irigasi,

    pengadaan bibit unggul (menciptakan

    varietas baru) serta perkembangan

    teknologi di bidang pertanian.

    2.

    Peningkatan kualitas maupun kuantitas

    sarana dan prasarana diharapkan sebagai

    salah satu parameter yang dapat

    memacu pertumbuhan perekonomian di

    Sumatera Utara.

    3.

    Dalam hal urusan peningkataninfrastruktur dan pengembangan

    wilayah perlu dilaksanakan untuk

    mewujudkan Sumatera Utara yang maju,

    mandiri dan sejahtera melalui penataan

    ruang Provinsi Sumatera Utara yang

    lebih baik lagi.

    DAFTAR RUJUKAN

    Abdul Mukhyi, Mohammad. 2007. Analisis

    Peranan Subsektor Pertanian dan

    Sektor Unggulan Terhadap

    Pembangunan Kawasan EkonomiProvinsi Jawa Barat : Pendekatan

    Analisis IRIO. Jurnal. Universitas

    Gunadarma. Jakarta.

    Adisasmita, H.Rahardjo. 2005.

    Pembangunan Ekonomi Perkotaan.

    Graha Ilmu. Yogjakarta.

    ________. 2005. Dasar-dasar Ekonomi

    Wilayah. Graha Ilmu. Yogyakarta.

    Arsyad, Lincolin. 1999. Pengantar

    Perencanaan dan Pembangunan

    Ekonomi Daerah. BPFE.

    Yogyakarta.________. 2004. Ekonomi Pembangunan.

    Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi

    YKPN. Yogyakarta.

    Badan Pusat Statistik [BPS]. Sumatera

    Utara dalam Angka (berbagai

    tahun). BPS Provinsi Sumatera

    Utara.

    Bratakusumah, Deddy dan Riyadi. 2003.

    Perencanaan Pembangunan Daerah .

    Gramedia Press. Jakarta.

    Cesaratto, Sergio. 1999. Savings and

    Economic Growth in Neoclassical

    Theory. Cambridge Journal of

    Economics, 23. pp 771-793.

    Chazireni, Evans. 2003. The Spatial

    Dimension of Socio-Economic

    Development in Zimbabwe. Tesis.

    University of South Africa. South

    Africa.

    David, Dan Ben dan Loewy Michael B.

    2002. Trade and Neoclassical

    Growth Model. Journal of Economic

    Integration, 18. (1 - 16 March 2003).

    Friedmann, J. 1966. Regional Development

    Policy : A Case Study of Venezuela.

    MIT Press. Cambridge MA. London.

    Glasson, John. 1977. An Introduction to

    Regional Planning. TerjemahanPaul

    Sihotang. 1990. Pengantar

    Perencanaan Regional. LembagaPenerbit Fakultas Ekonomi

    Universitas Indonesia. Jakarta.

    Hendayana, Rachmat. 2003. Aplikasi

    Metode Location Quotient (LQ)

    Dalam Penentuan Komoditas

    Unggulan Nasional. Informatika

    Pertanian Volume 12. (Desember

    2003).

    Kaldor, Nicholas. 1970. The Case for

    Regional Policies. Scottish Journal of

    Political Economy, 18. pp. 337

    348.Kilkenny, Maureen dan Partridge. 2008.

    Eksport Sectors and Rural

    Development. Journal AED

    Economics University of Ohio State.

    (17 April 2008).

    Kiser, Don. 1992.A Location Quotient and

    Shift Share Analysis of Regional

    Economies in Texas. Southwest

    Texas State University. Texas.

    Kuncoro, Mudrajad. 2004. Otonomi dan

    Pembangunan Daerah : Reformasi,

    Perencanaan, Strategi dan Peluang.Erlangga. Jakarta.

    ________. 2002. Analisis Spasial dan

    Regional. Yogyakarta : UPP AMP

    YKPN.

    Kwan Koo, Kim, David W. Marcouiller dan

    Steven C, Deller. 2005. Natural

    Amenities and Rural Development :

    Understanding Spatial and

    Distributional Attributes. Jurnal.

    Growth and Change. Vol. 36 No. 2

    (Spring 2005), pp. 273-297.

    Malmberg, A. dan P. Maskell. 2001. The

    Exclusive Concept of Localization

  • 7/17/2019 hariman badaruddin kasyful

    7/7

    Akhmad Ignase Hariman S., Badaruddin, Kasyful Mahalli:Analisis Distribusi

    53

    Economies : Towards a Knowledge-

    based Theory of Spatial Clustering.

    Environment dan Planning a.

    Forthcoming.

    Mangiri, Komet. 2000. Perencanaan

    Terpadu Pembangunan Ekonomi

    Daerah. BPS. Edisi Kedua. Jakarta.

    Martin, Ron dan Sunley, Peter. 1996. Slow

    Convergence ? Post-Neoclassical

    Endogenous Groeth Theory and

    Regional Development. ESCR Centre

    for Business Research University of

    Cambridge. Working Paper No. 44.

    (Desember 1996).

    Mercado, Ruben G. 2002. Regional

    Development in The Philippines : a

    Review of Experience, State of The

    Art and Agenda for Research andAction. Philippine Institute for

    Development Studies. Discussion

    Paper Series No. 2002-03. (Februari

    2002).

    Miller, M., J.L. Gibson, dan G.N. Wright.

    1991. Location Quotient Basic Tool

    for Economic Development Analysis.

    Economic Development Review, 9

    (2) ; 65.

    North, Douglas C. 1955. Location Theory

    and Economic Growth. Journal of

    Political Economy 63 : 243-258.Ossietzky, Carl Von. 2003. The Causes of

    German Unemployment a

    Structural VAR Approach. Desertasi.

    University of Oldenburg. Germany.

    Ron Hood, 1988. Economic Analysis : A

    Location Quotient. Primer principal

    sun regional economic impact. AIP.

    Journal.

    Siebert, Horst. 1997. Labor market

    rigidities: at the root of

    unemployment in Europe. Journal of

    Economic Perspectives, Vol. 11, No.

    3: 37-54.

    Sirojuzilam. 2011. Problematika Wilayah

    Kota dan Daerah, USU Press,

    Cetakan Pertama, Medan.

    Sirojuzilam dan Mahalli, K. 2011.Regional

    : Pembangunan, Perencanaan dan

    Ekonomi. USU Press. Cetakan

    Kedua. Medan.

    Steindl, J. 1952.Maturity and Stagnation in

    American Capitalism. BasilBlackwell. Oxford.

    Syafrizal. 1997.Pertumbuhan Ekonomi dan

    Ketimpangan Regional Wilayah

    Indonesia Bagian Barat. Prisma, No.

    3, Tahun XXVI : 27-38. LP3ES.

    Jakarta.

    ________. 2008. Ekonomi Regional, Teori

    dan Aplikasi. Baduose Media.

    Cetakan Pertama. Padang.

    Tarigan, Robinson. 2005. Ekonomi

    Regional : Teori dan Aplikasi. Edisi

    Revisi. Bumi Aksara. Jakarta.________. 2011. Perencanaan

    Pembangunan Wilayah. Bumi

    Aksara. Cetakan Kedua. Medan.