Upload
elok-dewi-tanjung-sari
View
5
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
analisis spasial dengan analisis location quotient
Citation preview
7/17/2019 hariman badaruddin kasyful
1/7
47
ANALISIS DISTRIBUSI SPASIAL SEKTOR UNGGULAN DALAMPERENCANAAN PEMBANGUNAN EKONOMI
DI PROVINSI SUMATERA UTARA
Akhmad Ignase Hariman S.*, Badaruddin** dan Kasyful Mahalli***Alumni PWD SPs USU
**Dosen FISIP/FE/PWD SPs USU
Abstract:The objective of the research was to find out the economic descriptionand to identify high-ranking sectors in districts/towns of North Sumatera Province.The research was descriptive analytic which described how the rate of growth andthe economic structure were. Shift-share analysis was used to determine thechange and the shift of sectors or industry, and location quotient (LQ) was used todetermine high-ranking sectors. The result of the identification would be mappedthrough spatial analysis. The result of the analysis showed that high-ranking sectorin North Sumatera Province was agricultural sector. The districts in NorthSumatera Province which had the biggest contribution to the high-ranking sector
in agriculture were Nias Barat District, Samosir District, Nias Utara District,Dairi District, Pakpak Bharat District, Padang Lawas Utara District, LangkatDistrict, Karo District, Simalungun District, Humbang Hasundutan District,Tapanuli Utara District, Nias District, Tapanuli Tengah District, Mandailing Natal
District, Nias Selatan District, Serdang Bedagai District, Toba Samosir District,Asahan District, Labuhan Batu Utara District, Tapanuli Selatan District, andSibolga.
Abstrak: Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran perekonomian danmengidentifikasi sektor-sektor unggulan di kabupaten/kota yang ada di ProvinsiSumatera Utara. Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif yangakan menggambarkan bagaimana laju pertumbuhan dan struktur perekonomian,analisis Shift-share digunakan untuk menentukan perubahan dan pergeseran sektoratau industri dan location quotient (LQ) digunakan untuk menentukan sektorunggulan. Hasil dari identifikasi akan dipetakan melalui analisis spasial. Dari hasilanalisis diketahui bahwa sektor unggulan di Provinsi Sumatera Utara adalah sektor
pertanian. Kabupaten Nias Barat, Samosir, Nias Utara, Dairi, Pakpak Bharat,Padang Lawas Utara, Padang Lawas, Langkat, Karo, Simalungun, HumbangHasundutan, Tapanuli Utara, Nias, Tapanuli Tengah, Mandailing Natal, NiasSelatan, Serdang Bedagai, Toba Samosir, Asahan, Labuhan Batu Utara, TapanuliSelatan dan Kota Sibolga merupakan daerah yang menjadi penyumbang terbesarterhadap sektor unggulan di Provinsi Sumatera Utara yaitu sektor pertanian.
Keywords:Sektor unggulan, analisis spasial, location question dan shift-share.
PENDAHULUANSalah satu upaya untuk mencapai
kesejahteraan bagi seluruh masyarakat
dalam masa otonomi daerah adalah dengan
cara pembangunan. Pembangunan ekonomi
khususnya, seringkali dikaitkan dengan
peningkatan pertumbuhan ekonomi.
Menurut Sjafrizal (2008) tolak ukur
keberhasilan suatu pembangunan ekonomi
daerah dapat dilihat dari beberapa indikator
yaitu Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) yang menjadi petunjuk kinerja
perekonomian secara umum sebagai ukuran
kemajuan suatu daerah, tingkat
pertumbuhan, pendapatan perkapita danpergeseran/perubahan struktur ekonomi.
Selama satu dekade terakhir kondisi
perekonomian di Provinsi Sumatera Utara
terus mengalami fluktuatif dimana selama
tahun 2001 hingga tahun 2004 terjadi
peningkatan dari 4,33 persen menjadi 6
persen. Akan tetapi, tahun 2005 mengalami
penurunan menjadi 5,52 persen. Dimana
pada tahun 2006 dan 2007 mengalami trend
peningkatan menjadi 6,26 persen dan 6,89
persen. Akan tetapi pada tahun 2008 dan
2009 kembali mengalami penurunan
menjadi 6,40 persen dan 5,14 persen.
7/17/2019 hariman badaruddin kasyful
2/7
Jurnal Ekonom, Vol 16, No 2, April 2013
48
Sedangkan di tahun 2010 dan 2011 kembali
meningkat menjadi 6,36 persen dan 6,59
persen. Jika dilihat dari pertumbuhan
ekonomi di setiap kabupaten/kota yang ada
di Provinsi Sumatera Utara juga mengalami
fluktuatif selama satu dekade terakhir. Hal
ini berpengaruh terhadap karena tejadinya
pemekaran daerah pada periode tersebut
dimana pada tahun 2007 Kabupaten Nias
Utara, Kabupaten Nias Barat dan Kota
Gunung Sitoli menjadi daerah yang terakhir
mekar di Provinsi Sumatera Utara. Terdapat
4 Kabupaten yang mengalami perlambatan
pertumbuhan. Kabupaten Nias tahun 2005
dan 2006 mengalami perlambatan
pertumbuhan sebesar minus 3,29 persen
dan minus 74,78 persen. Kabupaten
Tapanuli Selatan tahun 2006 mengalamiperlambatan pertumbuhan sebesar minus
42,46 persen. Kabupaten Toba Samosir
tahun 2004 mengalami perlambatan
pertumbuhan sebesar minus 16,00 persen.
Kabupaten Nias Selatan tahun 2005
mengalami perlambatan pertumbuhan
sebesar 2,12 persen. Todaro (2000)
mengungkapkan bahwa dengan adanya
tingkat perubahan struktural dan sektoral
yang tinggi, hal ini erat kaitannya dengan
proses pertumbuhan ekonomi. Beberapa
komponen utama perubahan strukturaltersebut mencakup pergeseran yang
berangsur-angsur dari aktifitas pertanian ke
sektor non-petanian dan dari sektor industri
ke jasa. Dampak pembangunan suatu
daerah, seperti mengenai perubahan sektor-
sektor apa yang meningkat atau menurun,
merupakan pengetahuan yang penting
dalam pembangunan suatu daerah. Oleh
karena itu, pelaksanaan pembangunan di
Provinsi Sumatera Utara sangat diperlukan
khususnya konsentrasi terhadap sektor-
sektor unggulan yang berada di masing-masing wilayah. Sehingga, diharapkan akan
meningkatkan roda perekonomian di
wilayah tersebut. Akan tetapi, seiring
dengan adanya pelaksanan otonomi daerah
serta kondisi sumber daya manusia yang
terbatas serta kondisi geografis masing-
masing daerah yang berbeda-beda akan
memberikan dampak terhadap perencanaan
pembangunan di Provinsi Sumatera Utara.
Kontribusi sektor pertanian selama tahun
2001 hingga tahun 2002 menjadi
sumbangan terbesar terhadap PDRB
Provinsi yaitu masing-masing sebesar 27,26
persen dan 27,18 persen. Sementara itu,
sektor industri pengolahan berada di posisi
kedua sebagai penyumbang yaitu masing-
masing sebesar 24,09 persen dan 23,92
persen. Akan tetapi, pada tahun 2003
hingga tahun tahun 2011 terjadi pergeseran
pola dan struktur ekonomi di Provinsi
Sumatera Utara. Dimana sektor industri
pengolahan menjadi penyumbang terbesar
terhadap PDRB di Provinsi Sumatera Utara
menggantikan sektor pertanian. Hal ini
menunjukkan bahwa telah terjadi
pergeseran pola dan struktur ekonomi
dalam pembangunan ekonomi antar
kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara.
Oleh karena itu, seiring adanya peraturan
tentang otonomi daerah yang berdampak
pada pergeseran pola dan struktur ekonomidalam pembangunan ekonomi antar
kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara.
Perlu adanya strategi kebijakan
perencanaan pembangunan untuk masa
yang akan datang utamanya dalam
peningkatan sektor unggulan yang ada di
Provinsi Sumatera Utara. Sehingga akan
memberikan dampak yang optimal bagi
pertumbuhan ekonomi, peningkatan
lapangan pekerjaan dan peningkatan
kesejahteraan di Provinsi Sumatera Utara.
Berdasarkan fenomena diatas penelititertarik untuk meneliti apakah terjadi
distribusi spasial sektor unggulan dalam
perencanaan pembangunan ekonomi terjadi
di Provinsi Sumatera Utara.
METODE
Data yang digunakan dalam
penelitian ini merupakan data sekunder
yang diperoleh dari berbagai publikasi
Badan Pusat Statistik (BPS) dengan cara
studi literatur. Dalam penelitian ini, analisis
yang digunakan adalah analisis LocationQuotient (LQ) yaitu untuk menjawab
permasalah pertama dimana dalam
menentukan sektor-sektor unggulan daerah
atau yang biasa dikenal dengan sektor basis
dan non-basis sedangkan analisis Shift-
share digunakan untuk melihat perubahan
dan pergeseran sektor atau industri pada
perekonomian regional maupun lokal.
Analisis lain yang juga digunakan dalam
penelitian ini adalah menggunakan analisis
peta tematik atau data spasial yang berupa
peta digital digunakan untuk melihat
7/17/2019 hariman badaruddin kasyful
3/7
Akhmad Ignase Hariman S., Badaruddin, Kasyful Mahalli:Analisis Distribusi
49
distribusi spasial sektor unggulan yang
terjadi di Provinsi Sumatera Utara
HASIL
Analisis LQ
Sektor pertanian yang menjadi
unggulan pada tahun 2011 berada pada
Kabupaten Nias Barat, Samosir, Nias Utara,
Dairi, Pakpak Bharat, Padang Lawas Utara,
Padang Lawas, Langkat, Karo, Simalungun,
Humbang Hasundutan, Tapanuli Utara,
Nias, Tapanuli Tengah, Mandailing Natal,
Nias Selatan, Serdang Bedagai, Toba
Samosir, Asahan, Labuhan Batu Utara,
Tapanuli Selatan dan Kota Sibolga. Dimana
masing-masing kabupaten tersebut
mempunyai nilai LQ lebih dari satu. Hal ini
disebabkan karena sebagian besar padadaerah tersebut merupakan sentral produksi
seperti padi, karet, kopi, cokelat, kelapa
sawit, dan lain sebagainya. Kabupaten Nias
Barat, Nias Utara, Nias, Kota Tanjung
Balai, Kabupaten Labuhan Batu,
Mandailing Natal, Serdang Bedagai, Nias
Selatan, Labuhan Batu Utara, Deli Serdang,
Langkat, Tapanuli Tengah dan Labuhan
Batu Selatan pada tahun 2011 sektor
pertambangan dan penggalian merupakan
sektor unggulan karena mempunyai nilai
LQ lebih dari satu. Karena di daerah
tersebut merupakan daerah sentra
pertambangan seperti gas alam di daerah
pangkalan brandan Kabupaten Langkat,
daerah lepas pantai Selat Malaka
Kabupaten Nias merupakan daerah
penghasil minyak bumi, PT Madina Mas
Mining banyak mengeksplorasi barang
tambang emas yang terdapat di Kecamatan
Hutabargot, Larutambangan, Kotanopan,
Natal, Simpang Gambir dan Sinunukan,
adapun untuk jenis barang tambang sepertibatu bara yang tersebar di empat
kecamatan, masing-masing Kotanopan,
Siabu, Linggabayu, dan Muara Batang
Gadis semuanya berada di Kabupaten
Mandailing Natal. Kabupaten Labuhan
Batu Selatan, Batu Bara, Labuhan Batu,
Deli Serdang, Tapanuli Selatan, Labuhan
Batu Utara, Toba Samosir, Asahan dan
Kota Binjai pada tahun 2011 sektor industri
pengolahan merupakan sektor unggulan
karena mempunyai nilai LQ lebih dari satu.
Hal ini dikarenakan pada daerah tersebut
merupakan daerah sentra industri
pengolahan seperti PT Sogami Indonesia
yang akan berinvestasi pada industri barang
logam dan PT Nippon Indosari dari Jepang
yang bergerak di bidang industri makanan
di Kabupaten Deliserdang, PT. Bakrie
Sumatera Plantations yang memiliki
industri pengolahan latex menjadi benang
karet di Kabupaten Asahan. Kota Binjai,
Medan, Kabupaten Asahan, Kota Pematang
Siantar, Kabupaten Toba Samosir dan
Tapanuli Utara pada tahun 2011 sektor
listrik, gas dan air bersih merupakan sektor
unggulan karena mempunyai nilai LQ lebih
dari satu. Hal ini menunjukkan bahwa di
daerah tersebut merupakan sentra untuk
sektor listrik, gas dan air bersih seperti PT
Navigat Energy di bidang jasa pembangkit
listrik yang berada di Kota Medan, pusatlistrik tenaga gas (PLTG) Medan dengan
kapasitas 3 x 100 megawatt, PLTA Asahan
III yang berada di Kabupaten Asahan. Kota
Gunung Sitoli, Kabupaten Mandailing
Natal, Nias Selatan, Pakpak Bharat, Kota
Medan, Binjai, Kabupaten Serdang
Bedagai, Padang Lawas, Padang Lawas
Utara, Kota Tebing Tinggi, Tanjung Balai,
Pematang Siantar dan Kabupaten Nias pada
tahun 2011 sektor bangunan merupakan
sektor unggulan karena mempunyai nilai
LQ lebih dari satu. Hal ini menunjukkan
bahwa daerah tersebut merupakan sentra
sektor bangunan seperti pengembangan
kawasan Central Business District (CDB)
di Medan, peningkatan ruas jalan Gunung
Sitoli-Teluk Dalam, Tebing Tinggi-
Kampung Binjai, pembangunan ruas jalan
Natal-Batu Mundom, pembangunan jalan
sejajar Medan-Binjai, rehabilitasi dan
pemeliharaan jalan ruas batas Tebing
Tinggi-Pematang Siantar, Medan-Belawan,
pembangunan bandar udara di Pulau Batu,peningkatan fasilitas bandar udara di Nias,
pembangunan fasilitas Pelabuhan Belawan,
Teluk Dalam, Pulau Serok, Hinako, dan
Sirombu dan lain sebagainya. Kota Gunung
Sitoli, Pematang Siantar, Medan, Tebing
Tinggi, Kabupaten Nias Selatan, Kota
Padang Sidimpuan, Kabupaten Batu Bara,
Kota Tanjung Balai, Kabupaten Deli
Serdang dan Kota Sibolga pada tahun 2011
sektor perdagangan, hotel dan restoran
merupakan sektor unggulan karena
mempunyai nilai LQ lebih dari satu. Hal ini
menunjukkan bahwa daerah tersebut
7/17/2019 hariman badaruddin kasyful
4/7
Jurnal Ekonom, Vol 16, No 2, April 2013
50
merupakan sentra sektor perdagangan, hotel
dan restoran seperti JW. Marriot, Swiss
Bell, Santika Dyandra dan hotel ternama
lainnya berada di Kota Medan. Begitu juga
untuk restoran sebagian besar berada di
Kota Medan dan Kota Medan merupakan
sentra perdagangan di Provinsi Sumatera
Utara. Kota Medan, Tebing Tinggi,
Pematang Siantar, Gunung Sitoli dan
Sibolga pada tahun 2011 sektor
pengangkutan dan komunikasi merupakan
sektor unggulan karena mempunyai nilai
LQ lebih dari satu. Hal ini menunjukkan
bahwa daerah tersebut merupakan sentra
pengangkutan dan komunikasi seperti
bandara udara yang ada seperti Polonia di
Kota Medan, Pinangsori di Kota Sibolga
dan Binaka di Kota Gunung Sitoli,pelabuhan belawan yang ada di Kota
Medan dan Pelabuhan yang ada di Kota
Sibolga serta jalur kereta api yang berada di
Kota Medan, Tebing Tinggi dan Pematang
Siantar. Kota Binjai, Medan, Padang
Sidimpuan, Pematang Siantar, Tebing
Tinggi dan Sibolga pada tahun 2011 sektor
keuangan, persewaan dan jasa perusahaan
merupakan sektor unggulan mempunyai
nilai LQ lebih dari satu. Hal ini
menunjukkan bahwa daerah tersebut
merupakan sentra keuangan, persewaan dan
jasa perusahaan seperti Bank Indonesia
yang di Kota Medan, Padang Sidimpuan,
Pematang Siantar dan Sibolga. Kabupaten
Nias, Kota Tebing Tinggi, Padang
Sidimpuan, Binjai, Kabupaten Tapanuli
Tengah, Samosir, Kota Sibolga, Kabupaten
Tapanuli Utara, Humbang Hasundutan,
Mandailing Natal, Deli Serdang, Kota
Tanjung Balai, Pematang Siantar,
Kabupaten Karo, Padang Lawas Utara,
Simalungun, Padang Lawas, Pakpak Bharatdan Kota Medan pada tahun 2011 sektor
jasa-jasa merupakan sektor unggulan
karena mempunyai nilai LQ lebih dari satu.
Hal ini menunjukkan bahwa daerah tersebut
merupakan sentra sektor jasa-jasa dalam hal
pengembangan objek dan daya tarik wisata
alam maupun bahari, agrowisata, dan
peninggalan sejarah dan budaya seperti
Danau Toba, Gunung Sibolangit, Taman
Nasional Gunung Leuser serta Taman
Hutan Raya Bukit Barisan yang berada di
Kabupaten Samosir, Karo, Simalungun dan
sekitarnya.
Analisis Shift-Share
a. Efek Pertumbuhan Provinsi
Sumatera Utara (National Share)
Pertumbuhan Kota Medan
berpengaruh terhadap pertumbuhan absolut
Provinsi Sumatera Utara paling tinggi.
Besarnya pertumbuhan tersebut diciptakan
oleh pengaruh positif dari efek
pertumbuhan PDRB Kota Medan sebesar
7,87 milyar rupiah, efek bauran industri
(proportional shift) sebesar 1,62 milyar
rupiah sebagai penyumbang terbesar. Hal
ini menunjukkan bahwa tingkat
pertumbuhan ekonomi Kota Medan lebih
tinggi daripada tingkat pertumbuhan
ekonomi propinsi di Sumatera. Hal ini
menandakan bahwa selama kurun waktu
2007-2011 pertumbuhan regional KotaMedan memberikan dampak positif bagi
pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera
Utara.
b. Efek Bauran Industri (Proportional
Shift)
Nilai dari efek bauran industri Kota
Medan adalah sebesar 7,87 milyar rupiah.
Besaran nilai ini menunjukkan bahwa
distribusi industri atau sektoral di Kota
Medan menyebabkan naiknya nilai PDRB
Provinsi Sumatera Utara sebesar 7,87milyar rupiah. Apabila dilihat menurut
sektor, terlihat sektor pertanian dan industri
pengolahan yang bernilai negatif. Hal ini
menunjukkan bahwa laju pertumbuhan
sektor tersebut lebih rendah dibandingkan
laju pertumbuhan sektor yang sama di Kota
Medan. Sektor yang mengalami
pertumbuhan paling rendah adalah sektor
industri pengolahan sebesar negatif 623,98
juta rupiah. Ini berarti distribusi industri
atau sektoral di Kota Medan untuk sektor
tersebut menyebabkan turunnya nilai PDRBProvinsi Sumatera Utara sebesar 623,98
juta rupiah. Sektor lainnya yang bernilai
positif berarti laju pertumbuhan sektor
tersebut lebih tinggi dibandingkan laju
pertumbuhan sektor yang sama di Kota
Medan. Sektor yang mengalami
pertumbuhan paling tinggi adalah sektor
keuangan, persewaan dan jasa persewaan
sebesar 908,79 juta rupiah. Ini berarti
distribusi industri atau sektoral di Kota
Medan memberikan tambahan nilai PDRB
Provinsi Sumatera Utara sebesar 908,79
juta rupiah.
7/17/2019 hariman badaruddin kasyful
5/7
Akhmad Ignase Hariman S., Badaruddin, Kasyful Mahalli:Analisis Distribusi
51
c. Regional Shift (Differential Shift)
Jika dilihat secara keseluruhan nilai
efek persaingan Kabupaten Deli Serdang
dengan perekonomian Provinsi Sumatera
Utara bernilai sebesar 318,50 juta rupiah.
Hal ini menandakan perekonomian
Kabupaten Deli Serdang memiliki daya
saing yang lebih baik daripada
perekonomian di Provinsi Sumatera Utara.
Jika dilihat per sektor, ada sektor yang
bernilai positif dan bernilai negatif. Sektor
pertanian, pertambangan dan penggalian,
perdagangan hotel dan restoran serta
pengangkutan dan komunikasi memiliki
nilai negatif. Sedangkan sektor industri
pengolahan, listrik, gas dan air bersih,
bangunan, keuangan, persewaan dan jasa
perusahaan serta jasa-jasa memiliki nilaipositif. Bila bernilai positif, menandakan
sektor tersebut di Kabupaten Deli Serdang
memiliki daya saing yang lebih tinggi
daripada sektor yang sama di Provinsi
Sumatera Utara.
PEMBAHASAN
Analisis Distribusi Sektor Unggulan
Dalam Perencanaan Pembangunan
Ekonomi di Provinsi Sumatera Utara di
Masa Yang Akan Datang.
RPJMD sebagai dokumenperencanaan 5 tahunan merupakan
penjabaran RPJP Daerah yang memiliki
kurun waktu 20 tahun. RPJMD selanjutnya
dijabarkan dalam Rencana Kerja
Pembangunan Daerah (RKPD) yang
merupakan perencanaan tahunan dan
menjadi pedoman dalam penyusunan
rencana strategis Satuan Kerja Perangkat
Daerah (Renstra SKPD) Pemerintah
Provinsi Sumatera Utara. Beberapa
kebijakan penting lain yang perlu menjadi
prioritas pembangunan dalam tahap iniialah pengembangan infrastruktur ekonomi
pusat-pusat pertumbuhan wilayah,
pengembangan pelabuhan laut, sumberdaya
air bersih, pemanfaatan potensi sumber
tenaga listrik dan infrastruktur pendukung
lainnya secara maksimal. Rencana
pembangunan sektor pertanian perlu adanya
dukungan di dalam sarana dan prasarana
seperti pembangunan dan perbaikan irigasi,
pengadaan bibit unggul (menciptakan
varietas baru) serta perkembangan
teknologi di bidang pertanian. Peningkatan
kualitas maupun kuantitas sarana dan
prasarana ini diharapkan sebagai salah satu
parameter yang dapat memacu
pertumbuhan perekonomian di Sumatera
Utara. Kegiatan ekonomi dan sosial di
Provinsi Sumatera Utara secara garis besar
terkonsentrasi di wilayah pantai timur,
sedang bagian tengah, pantai barat, dan
kepulauan di sekitar provinsi ini, tingkat
perkembangan wilayah serta kesejahteraan
dan kemakmuran rakyatnya relatif
tertinggal. Dalam urusan peningkatan
infrastruktur dan pengembangan wilayah
dilaksanakan untuk mewujudkan Sumatera
Utara yang maju, mandiri dan sejahtera
melalui penataan ruang Provinsi Sumatera
Utara yang lebih baik lagi. Baik
pembangunan infrastruktur seperti jalan, rel
kereta api, jalan tol, jalan antara provinsi,bandar udara, transportasi darat, air, energi
kelistrikan, saluran irigasi, dll.
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian yang diperoleh
dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai
berikut :
1.
Sektor unggulan yang masih dikuasai
oleh sektor pertanian dimana terdapat
pada Kabupaten Nias Barat, Samosir,
Nias Utara, Dairi, Pakpak Bharat,
Padang Lawas Utara, Padang Lawas,Langkat, Karo, Simalungun, Humbang
Hasundutan, Tapanuli Utara, Nias,
Tapanuli Tengah, Mandailing Natal,
Nias Selatan, Serdang Bedagai, Toba
Samosir, Asahan, Labuhan Batu Utara,
Tapanuli Selatan dan Kota Sibolga. Hal
ini disebabkan karena sebagian besar
pada daerah tersebut merupakan sentral
produksi seperti padi, karet, kopi,
cokelat, kelapa sawit, dan lain
sebagainya.
2.
Pertumbuhan Kota Medan berpengaruhterhadap pertumbuhan absolut Provinsi
Sumatera Utara paling tinggi. Hal ini
menandakan bahwa selama kurun waktu
2007-2011 pertumbuhan regional Kota
Medan memberikan dampak positif bagi
pertumbuhan ekonomi Provinsi
Sumatera Utara.
3.
Jika dilihat secara keseluruhan nilai efek
persaingan Kabupaten Deli Serdang
memiliki daya saing yang lebih baik
daripada perekonomian di Provinsi
Sumatera Utara.
7/17/2019 hariman badaruddin kasyful
6/7
Jurnal Ekonom, Vol 16, No 2, April 2013
52
SARAN
Berdasarkan kesimpulan yang
didapatkan dan analisis yang telah
dilakukan, maka beberapa saran yang perlu
dipertimbangkan adalah sebagai berikut:
1.
Dalam rencana pembangunan sektor
pertanian perlu adanya dukungan di
dalam sarana dan prasarana seperti
pembangunan dan perbaikan irigasi,
pengadaan bibit unggul (menciptakan
varietas baru) serta perkembangan
teknologi di bidang pertanian.
2.
Peningkatan kualitas maupun kuantitas
sarana dan prasarana diharapkan sebagai
salah satu parameter yang dapat
memacu pertumbuhan perekonomian di
Sumatera Utara.
3.
Dalam hal urusan peningkataninfrastruktur dan pengembangan
wilayah perlu dilaksanakan untuk
mewujudkan Sumatera Utara yang maju,
mandiri dan sejahtera melalui penataan
ruang Provinsi Sumatera Utara yang
lebih baik lagi.
DAFTAR RUJUKAN
Abdul Mukhyi, Mohammad. 2007. Analisis
Peranan Subsektor Pertanian dan
Sektor Unggulan Terhadap
Pembangunan Kawasan EkonomiProvinsi Jawa Barat : Pendekatan
Analisis IRIO. Jurnal. Universitas
Gunadarma. Jakarta.
Adisasmita, H.Rahardjo. 2005.
Pembangunan Ekonomi Perkotaan.
Graha Ilmu. Yogjakarta.
________. 2005. Dasar-dasar Ekonomi
Wilayah. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Arsyad, Lincolin. 1999. Pengantar
Perencanaan dan Pembangunan
Ekonomi Daerah. BPFE.
Yogyakarta.________. 2004. Ekonomi Pembangunan.
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi
YKPN. Yogyakarta.
Badan Pusat Statistik [BPS]. Sumatera
Utara dalam Angka (berbagai
tahun). BPS Provinsi Sumatera
Utara.
Bratakusumah, Deddy dan Riyadi. 2003.
Perencanaan Pembangunan Daerah .
Gramedia Press. Jakarta.
Cesaratto, Sergio. 1999. Savings and
Economic Growth in Neoclassical
Theory. Cambridge Journal of
Economics, 23. pp 771-793.
Chazireni, Evans. 2003. The Spatial
Dimension of Socio-Economic
Development in Zimbabwe. Tesis.
University of South Africa. South
Africa.
David, Dan Ben dan Loewy Michael B.
2002. Trade and Neoclassical
Growth Model. Journal of Economic
Integration, 18. (1 - 16 March 2003).
Friedmann, J. 1966. Regional Development
Policy : A Case Study of Venezuela.
MIT Press. Cambridge MA. London.
Glasson, John. 1977. An Introduction to
Regional Planning. TerjemahanPaul
Sihotang. 1990. Pengantar
Perencanaan Regional. LembagaPenerbit Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia. Jakarta.
Hendayana, Rachmat. 2003. Aplikasi
Metode Location Quotient (LQ)
Dalam Penentuan Komoditas
Unggulan Nasional. Informatika
Pertanian Volume 12. (Desember
2003).
Kaldor, Nicholas. 1970. The Case for
Regional Policies. Scottish Journal of
Political Economy, 18. pp. 337
348.Kilkenny, Maureen dan Partridge. 2008.
Eksport Sectors and Rural
Development. Journal AED
Economics University of Ohio State.
(17 April 2008).
Kiser, Don. 1992.A Location Quotient and
Shift Share Analysis of Regional
Economies in Texas. Southwest
Texas State University. Texas.
Kuncoro, Mudrajad. 2004. Otonomi dan
Pembangunan Daerah : Reformasi,
Perencanaan, Strategi dan Peluang.Erlangga. Jakarta.
________. 2002. Analisis Spasial dan
Regional. Yogyakarta : UPP AMP
YKPN.
Kwan Koo, Kim, David W. Marcouiller dan
Steven C, Deller. 2005. Natural
Amenities and Rural Development :
Understanding Spatial and
Distributional Attributes. Jurnal.
Growth and Change. Vol. 36 No. 2
(Spring 2005), pp. 273-297.
Malmberg, A. dan P. Maskell. 2001. The
Exclusive Concept of Localization
7/17/2019 hariman badaruddin kasyful
7/7
Akhmad Ignase Hariman S., Badaruddin, Kasyful Mahalli:Analisis Distribusi
53
Economies : Towards a Knowledge-
based Theory of Spatial Clustering.
Environment dan Planning a.
Forthcoming.
Mangiri, Komet. 2000. Perencanaan
Terpadu Pembangunan Ekonomi
Daerah. BPS. Edisi Kedua. Jakarta.
Martin, Ron dan Sunley, Peter. 1996. Slow
Convergence ? Post-Neoclassical
Endogenous Groeth Theory and
Regional Development. ESCR Centre
for Business Research University of
Cambridge. Working Paper No. 44.
(Desember 1996).
Mercado, Ruben G. 2002. Regional
Development in The Philippines : a
Review of Experience, State of The
Art and Agenda for Research andAction. Philippine Institute for
Development Studies. Discussion
Paper Series No. 2002-03. (Februari
2002).
Miller, M., J.L. Gibson, dan G.N. Wright.
1991. Location Quotient Basic Tool
for Economic Development Analysis.
Economic Development Review, 9
(2) ; 65.
North, Douglas C. 1955. Location Theory
and Economic Growth. Journal of
Political Economy 63 : 243-258.Ossietzky, Carl Von. 2003. The Causes of
German Unemployment a
Structural VAR Approach. Desertasi.
University of Oldenburg. Germany.
Ron Hood, 1988. Economic Analysis : A
Location Quotient. Primer principal
sun regional economic impact. AIP.
Journal.
Siebert, Horst. 1997. Labor market
rigidities: at the root of
unemployment in Europe. Journal of
Economic Perspectives, Vol. 11, No.
3: 37-54.
Sirojuzilam. 2011. Problematika Wilayah
Kota dan Daerah, USU Press,
Cetakan Pertama, Medan.
Sirojuzilam dan Mahalli, K. 2011.Regional
: Pembangunan, Perencanaan dan
Ekonomi. USU Press. Cetakan
Kedua. Medan.
Steindl, J. 1952.Maturity and Stagnation in
American Capitalism. BasilBlackwell. Oxford.
Syafrizal. 1997.Pertumbuhan Ekonomi dan
Ketimpangan Regional Wilayah
Indonesia Bagian Barat. Prisma, No.
3, Tahun XXVI : 27-38. LP3ES.
Jakarta.
________. 2008. Ekonomi Regional, Teori
dan Aplikasi. Baduose Media.
Cetakan Pertama. Padang.
Tarigan, Robinson. 2005. Ekonomi
Regional : Teori dan Aplikasi. Edisi
Revisi. Bumi Aksara. Jakarta.________. 2011. Perencanaan
Pembangunan Wilayah. Bumi
Aksara. Cetakan Kedua. Medan.