21
11 AGUSTUS 2009 Tumbal Perburuan Harta Karun Perburuan harta karun masih terus dilakukan. Praktiknya dilakukan secara rahasia dan tertutup. Ada pula yang dilakukan terbuka, dan diumumkan kehadapan khalayak. Harta karun yang kerap jadi ajang perburuan itu aneka rupa. Kebanyakan peninggalan Bung Karno, lalu harta dan pusaka peninggalan kerajaan-kerajaan masa silam, serta harta peninggalan Belanda. Hanya saja, tak mudah mendapatkannya. Selalu saja memakan korban sebagai tumbalnya. Seseorang bisa kehilangan harta, jabatan, kedudukan, bahkan nyawa. Adakah sesungguhnya harta karun itu? Mengapa banyak yang mengincarnya? Dan mengapa selalu minta tumbal? Nusantara memang kaya. Seluruh bangsa Indonesia tahu soal itu. Tengok saja, dari Sabang sampai Merauke, terhampar kekayaan alam yang begitu melimpah. Baik yang nampak di permukaan, maupun yang tersembunyi di dalam bumi dan lautan. Selain itu, muncul dan tenggelamnya kerajaan-kerajaan di masa lalu, semakin menambah daftar kekayaan negeri ini. Wujudnya pun beraneka rupa. Ada yang berbentuk logam mulia, mata uang kuno, barang-barang antik, sampai pusaka-pusaka bertuah yang tak ternilai harganya. Kekayaan-kekayaan itulah yang kerap disebut harta karun. Sebab keberadaannya tersebunyi dan kebanyakan tertimbun di dalam tanah. Ketika penjajah masuk, sebagian kekayaan itu telah diover alih dan dikirim ke negaranya. Sebagian lain, masih ada di tanah air. Catatan-catatan soal keberadaan harta itu tak banyak. Diantaranya dipegang para ahli waris secara turun temurun, dan tersebar diberbagai tempat. Tidak sedikit pula diantara catatan-catatan itu yang jatuh ketangan pihak ketiga. Mereka inilah yang kerap disebut pemburu harta karun. Harta Soekarno Bicara soal harta karun, perhatian masyarakat cenderung beralih kepada Ir Soekarno, presiden RI pertama. Di sebut-sebut, proklamator kemerdekaan RI itu meninggalkan harta yang lumayan banyak, disimpan diberbagai tempat. Beberapa bagian diantaranya disimpan di bank-bank luar negeri. Harta yang banyak itu bukan diperoleh Soekarno dari korupsi, melainkan titipan raja-raja dan pembesar masa lampau. Harta itu bisa diambil bila Indonesia sudah merdeka dan menjadi negara kesatuan. Mereka sengaja

Harta Karun

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Harta Karun

11 AGUSTUS 2009

Tumbal Perburuan Harta Karun

 Perburuan harta karun masih terus dilakukan. Praktiknya dilakukan secara

rahasia dan tertutup. Ada pula yang dilakukan terbuka, dan diumumkan kehadapan khalayak. Harta karun

yang kerap jadi ajang perburuan itu aneka rupa. Kebanyakan peninggalan Bung Karno, lalu harta dan

pusaka peninggalan kerajaan-kerajaan masa silam, serta harta peninggalan Belanda. Hanya saja, tak

mudah mendapatkannya. Selalu saja memakan korban sebagai tumbalnya. Seseorang bisa kehilangan

harta, jabatan, kedudukan, bahkan nyawa. Adakah sesungguhnya harta karun itu? Mengapa banyak yang

mengincarnya? Dan mengapa selalu minta tumbal?

Nusantara memang kaya. Seluruh bangsa Indonesia tahu soal itu. Tengok saja, dari Sabang sampai Merauke,

terhampar kekayaan alam yang begitu melimpah. Baik yang nampak di permukaan, maupun yang tersembunyi

di dalam bumi dan lautan. Selain itu, muncul dan tenggelamnya kerajaan-kerajaan di masa lalu, semakin

menambah daftar kekayaan negeri ini. Wujudnya pun beraneka rupa. Ada yang berbentuk logam mulia, mata

uang kuno, barang-barang antik, sampai pusaka-pusaka bertuah yang tak ternilai harganya. 

Kekayaan-kekayaan itulah yang kerap disebut harta karun. Sebab keberadaannya tersebunyi dan kebanyakan

tertimbun di dalam tanah. Ketika penjajah masuk, sebagian kekayaan itu telah diover alih dan dikirim ke

negaranya. Sebagian lain, masih ada di tanah air. Catatan-catatan soal keberadaan harta itu tak banyak.

Diantaranya dipegang para ahli waris secara turun temurun, dan tersebar diberbagai tempat. Tidak sedikit pula

diantara catatan-catatan itu yang jatuh ketangan pihak ketiga. Mereka inilah yang kerap disebut pemburu harta

karun. 

Harta Soekarno

Bicara soal harta karun, perhatian masyarakat cenderung beralih kepada Ir Soekarno, presiden RI pertama. Di

sebut-sebut, proklamator kemerdekaan RI itu meninggalkan harta yang lumayan banyak, disimpan diberbagai

tempat. Beberapa bagian diantaranya disimpan di bank-bank luar negeri. Harta yang banyak itu bukan diperoleh

Soekarno dari korupsi, melainkan titipan raja-raja dan pembesar masa lampau. Harta itu bisa diambil bila

Indonesia sudah merdeka dan menjadi negara kesatuan. Mereka sengaja menyumbangkan harta itu untuk

kesejahteraan rakyat.

Harta-harta itu, kerap disebut Dana Revolusi, harta dinasi, harta amanah, dan lain-lan sebutan. Namun

maksudnya tiada lain adalah harta karun Soekarno. Harta yang disimpan di bank asing di Swiss, misalnya,

dikabarkan berbentuk dolar dan obligasi. Sedangkan yang disimpan di dalam negeri berupa emas batangan 24

karat dan platina berton-ton jumlahnya. Hanya saja, soal dimana harta itu berada, hingga kini masih menjadi

Page 2: Harta Karun

misteri.

Sebuah versi menyebut, dana itu berwujud lempengan emas murni dan platina berbobot 4 ton. Sedangkan uang

dalam bentuk dolar senilai US$ 500 miliar, plus obligasi yang jumlahnya tak kalah besar. Yang terakhir itu ditaruh

di bank asing. Bila ditotal berikut bunganya, jumlahnya tentu berkali-kali lipat. Dan jika bisa dicairkan, dana itu

dapat dignakan untuk membayar utang negara dan mengentaskan krisis multidimensi. Hanya saja, siapa yang

berhak mencairkannya? Inilah yang menimbulkan pro-kontra. Bahkan akibat itu, muncul banyak orang yang

mengaku-aku sebagai pemegang amanah dari Bung Karno, yang berhak mencairkan harta itu.  

Sebuah catatan dengan gamblang menyebut jumlah rill Dana Dinasti. Wujudnya berupa lempengan emas dan

platina sebanyak 4 ton. Lalu uang sebanyak US 500 miliar dolar. Muasal dana itu dari hasil permufakatan para

raja di seluruh Nusantara pada tahun 1972 di Denpasar, Bali. Bertindak sebagai ketua wktu itu adalah Pakoe

Buwono X dan sekretaris Sultan Hamid dari Sumbawa. “Mereka menyerahkan sebagian hartanya kepada Bung

Karno yang disahkan Notaris Mr Frans dengan akuntan publik Mr Willem dari Belanda. Harta itu kemudian

disimpan di sebuah bank di Swiss,” kata sumber ini.

Konon, harta itu bukan hanya ditumpuk di Swiss. Beberapa tempat di Jawa Barat pun menjadi tempat

persembunyiannya. Antara lain di gua Gunung Guntur, Gunung Papandayan, Gunung Malabar dan Gunung

Galunggung. Harta karun titipan raja-raja itu baru boleh dibuka etelah tahun 1996. Atau saat keadaan di tanah air

sudah memungkinkan. Hanya saja, karena Bung Karno sudah meninggal, maka yagn berhak menandatangani

dan mengurus harta itu adalah anak-anaknya.

Perburuan harta

Masih menurut catatan-catatan yang tersebar disejumlah sumber, dana maha besar itu dihimpun sejak 1964

melalui Instruksi Presiden/Panglima Tertinggi/Pemimpin Besar Revolusi No 018. Tahun 1966, pemerintah sadar

akan manfaat dana itu untuk membiayai pembangunan. Maka keluarlah surat tugas kepada Letjen Purn KRMH

Soerjo Wirjohadipoetro (81), untuk emmburu harta itu. Di bawah Letjen Soerya dibentuklah tim Pakuneg

(penelitian Keuangan Negara). 

Hanya saja, meski tim sudah melacak ke berbagai bank di luar negeri, hasilnya nihil. Namun tahun 1987, secara

diam-diam pemerintah menugasi Menteri Muda Sekretaris Kabinet Moerdiono, juga untuk menyelidiki

kemungkinan ada tidaknya dana itu. Sebuah tim bersandi Operasi Teladan dibentuk. Ketuanya Marsekal

Pertama Kahardiman. Tim beroperasi hingga Oktober 1987. Ternyata ditemukan adanya perkembangan. Saat

itu, tim menemukan dana 500.000 dolar AS dan uang itu sudah diamankan negara. Hasil ini memang tidak

sesuai dengan kabar yang berkembang.

Paranormal yang juga anggota DPR RI Permadi, pernah mendapat izin langsung dari Presiden Abdurrahman

Wahid. Permadi lantas mengajak dua pengusaha, Harry Tanujaya dan Sudibyo Tanujaya untuk bekerjasama.

Mereka bahkan mengontak tim Spicer dari Sandline Internasional, sebuah perusahaan keamanan yang berbasis

di London. Sayang tim ini tak meneruskan penyelidikan karena kekurangan bukti.

Selain Permadi, seorang wanita bernama Lilik Sudarti, juga pernah mendapat izin dari presiden Abdurrahman

Wahid untuk memburu harta karun. Izin itu dikeluarkan sebagai penegasan atas izin yang pernah dikeluarkan

Page 3: Harta Karun

Soeharto untuk tugas perkara sama. Wanita asal Lenteng Agung, Jakarta ini menyebut Dana Nusantara.

Jumlahnya US 250 dolar. Bila dikurskan sedolar dengan Rp 8.850, maka nilainya Rp 2.212,5 triliun. Itu artinya

dua kali lebih bear dari utang RI yang jumlahnya mencapai Rp 1.100 triliun. Lilik mengaku didukung dokuman

sahih yang dinyatakan asli oleh bank di Den Haag dan Swiss.

Tumbal perburuan harta

Perburuan yang dilakukan tokoh-tokoh itu termasuk terbuka, karena pelaksanaannya diketahui publik. Lantas,

bagaimana dengan perburuan yang dilakukan sembunyi-sembunyi? Ternyata jauh lebih banyak. Pada kantung-

kantung masyarakat tertentu, perburuan itu masih aktif dilakukan. Mereka bekerja diam-diam, dan melibatkan

jaringan. Orientasi perburuan pun bukan hanya pada harta karun peninggalan Bung Karno, tapi juga peninggalan

kerajaan-kerajaan yang pernah ada di nusantara. Sebut saja kerajaan Majapahit, Pajajaran, Mataram, Sriwijaya,

Kutai dan banyak lagi.

Di Palembang, misalnya, ada kelompok tertentu yang aktif memburu harta sisa-sisa peninggalan Kerajaan

Sriwijaya. Orientasi perburuan mereka adalah gua-gua yang ada di kawasan itu. Harta yang dicari berbentuk

barang-barang antik dan emas permata. Mereka meyakini harta-harta masa lalu itu disimpan di dalam gua-gua.

Sebuah tim ekspedisi di pertengahan tahun 1990-an, pernah mengendus keberadaan harta karun di dalam

sebuah gua.

Hal ini diungkap Moh. Hasbi (40), warga Palembang yang kini berdomisili di Jl Siliwangi, Bandung. Kebetulan

ayahnya adalah salah seorang anggota tim tersebut. Ketika itu, tim yang berjumlah lima orang sudah

menemukan sebuah gua di tengah belantara. Di salah satu ruang dalam gua itu, ditemukan sebuah ranjang

tertutup kain sutera. Di atasnya terdapat setumpuk perhiasan aneka rupa. Ada emas, perak, mutiara, intan

berlian, serta seperangkat benda-benda pusaka. 

Tim yang dipandu ahli gua dan seorang paranormal ini bergerak atas dukungan dana pihak ketiga. Sayangnya,

harta-harta itu tak secuilpun boleh dibawa pulang. Larangan itu didasarkan pada sebuah suara gaib ketika

mereka berada di mulut gua. Suara itu bersedia memandu mereka menuju tumpukan harta, dengan syarat tak

boleh mengusiknya, apalagi membawa pulang. Termasuk juga tak memberitahukan keberadaannya kepada

siapapun.

Setelah diperlihatkan keberadaan tumpukan harta itu, mereka berlima bergegas meninggalkan gua. Namun

entah apa yang terjadi, sampai di luar gua, jumlah mereka tinggal empat orang. Akhirnya setelah seorang

pemandu berdialog dengan penghuni gaib gua itu, diperoleh sebuah keterangan. “Salah seorang anggota tim

ternyata diam-diam telah lancang mengambil salah satu benda berharga di tempat itu. Dan orang itu langsung

hilang dari pandangan,” tutur Hasbi kepada penulis.

Tumbal Nyawa

Mengendus dan melacak harta karun ternyata bukan perkara mudah. Apalagi sampai menemukannya. Sudah

bukan rahasia bila kegiatan memburu harta karun berisiko besar. Selain dapat menguras harta benda milik

sendiri, nyawa pemburu harta karun kerap jadi taruhan. Seperti peristiwa tanggal 9 Juli 2004, di Kabupaten

Bogor. Demi mencari tumpukan emas peninggalan kerajaan Pajajaran, empat warga Kiarasari, Kecamatan

Page 4: Harta Karun

Sokajaya, Bogor, tewas saat melakukan penggalian di kedalaman 11 meter.

Keempat orang ini memburu harta yang terletak di desa Pekandangan, Banjarmangu, Kab. Bogor. Sayang,

belum berhasil menemukan harta yang konon berbentuk emas itu, keempatnya tewas di dasar sumur. Mereka

adalah Ako Sukarno (35), Sahri (35), Ruspandi (25) dan Ading Supandi (25). Tumbal perburuan harta ini lantas

dibawa kembali ke kampung halamannya. Setelah kejadian itu, kawasan lokasi perburuan dinyatakan tertutup

untuk segala bentuk penggalian.

Rupanya, Bogor adalah daerah yang memiliki banyak petunjuk adanya harta karun. Harta-harta karun itu

diperkirakan bekas peninggalan kerajaan dalam berbagai bentuk. Tien Rostini, tokoh seniman Sunda yang

berdomisili di Kota Bogor, mencatat ada 300 titik telatah historis kerajaan Pajajaran. Di titik-titik itulah

kemungkinan besar harta karun Pajajaran terpendam. Hanya saja, tak mudah melacak keberadaannya. “Selain

itu kecil kemungkinannya berbentuk harta semacam emas. Karena tempat-tempat itu merupakan patilasan,”

tuturnya.

Ki Cheppy Sudarajat, budayawan dari Rancamaya Bogor, mengungkap hal yang sama. Ia mengakui bila Bogor

kerap dijadikan lokasi perburuan harta karun. Namun, menurut Ki Cheppy, harta-harta karun berbentuk emas

permata itu sudah tidak ada lagi. Sudah diambil oleh penjajah Belanda. “Yang ada mungkin hanya sisa-sisanya.

Tapi nilainya sangat tinggi karena berbentuk benda-benda pusaka,” katanya.   

Menurut Ki Cheppy, lokasi-lokasi harta karun itu terbentang dari Rancamaya hingga Lawang Gintung. Termasuk

di dalamnya Batu Tulis, Kebun Raya Bogor dan Istana Bogor. Lawang Gintung sendiri diyakini sebagai bekas

istana Kerajaan Pajajaran. Sedangkan Rancamaya merupakan tapak paling bersejarah peninggalan Pajajaran.

Namun tilas-tilas itu sudah musnah oleh pembangunan real estate, seperti bukit Badigul. “Waktu pembangunan

real estat berlangsung, puluhan pekerja meninggal dunia. Mereka jadi tumbal keserakahan orang-orang kaya,”

ucap Ki Cheppy. 

Ternyata, tak hanya nyawa bisa jadi taruhan dalam perburuan harta karun. Harta benda pun bisa ludes. Banyak

contoh orang yang kaya raya jatuh miskin karena terlibat perburuan. Seperti diungkap Ki Cheppy, mencari harta

karun ibarat mencari jarum di dalam tumpukan jerami. Tidak mudah dan sangat rumit. Butuh biaya raksasa untuk

menemukannya. “Kalaupun ketemu, belum tentu nilainya besar,” terang Ki Ceppy.

Selain harta dan nyawa, jabatan dan kedudukan pun bisa jadi tumbal. Kita masih ingat kasus penggalian harta

karun di bawah prasasti Batu tulis akhir 2002 lalu. Kala itu pimpinan penggalian adalah Menteri Agama RI, Said

Agil Almunawar. Apa yang terjadi kemudian? Jabatannya sebagai Menteri Agama jadi tercela. Wibawanya

Page 5: Harta Karun

sebagai pejabat hancur. Bahkan lebih dari itu, Said Agil mendapat caci maki dari masyarakat. Penggalian harta

karun di Kebun Raya Bogor awal 2004, juga contoh nyata. Selain tak menghasilkan apa-apa, Rahmawati,

pimpinan penggalian, mendapat cemooh masyarakat dan harus berurusan dengan polisi. ***

Mendeteksi Karun dan Pusaka

Ternyata mendeteksi keberadaan harta karun dan benda-benda pusaka ada bedanya. Mendeteksi benda

pusaka jauh lebih mudah ketimbang harta karun. Keberadaan benda pusaka mudah dideteksi karena ada

energi dari khodamnya. Sedangkan harta karun lebih sulit karena energinya lebih lemah, dan sulit

dibedakan wujudnya.

Benda-benda pusaka beraneka rupa. Ada yang berwujud keris, tombak, panah, kujang, dan lain-lain sebagai alat

beladiri. Ada pula yang berbentuk emas perak intan berlian sebagai perhiasan. Bahkan ada pula yang berbentuk

ajimat, rajah, peta kuno, dan lainnya. Benda-benda pusaka biasanya sudah berumur tua. Bahkan ada yang

mencapai ratusan tahun. Tapi yang pasti, benda-benda itu memiliki khadam. Sebab benda itu pernah dimiliki

oleh seseorang atau kelompok orang di masa lampau.

Meski zaman telah berkembang demikian modern, namun benda-benda pusaka kerap menjadi incaran banyak

orang. Tuah benda itulah yang diburu. Seperti untuk penjagaan diri, kewibawaan, penglarisan, dan lainnya.

Uniknya, benda pusaka bisa muncul dimana saja, dan bisa dimiliki oleh siapapun yang dikehendaki. Bahkan ia

pun bisa menghilang begitu saja, dari genggaman seseorang. Tentu saja, bila orang itu tak dikehendaki khodam

dari benda pusaka tadi.

 Menurut Dadan SAg, guru utama Perguruan Raksa Budhi Sukamulya (RBS),

mendeteksi keberadaan benda pusaka lebih gampang ketimbang harta karun. Caranya tidak rumit, dan

sederhana. Bila ada orang yang melakukan ritual, lengkap dengan sesajen untuk mengeluarkan benda pusaka,

sebenarnya bisa disederhanakan. “Kuncinya hanya dengan mengerahkan gabungan ilmu tenaga dalam dan

tenaga metafisik,” tutur Kang Dadan.

Biasanya, benda-benda pusaka dilindungi khodam. Nah, energi-energi yang terpancar dari khodam itulah yang

mudah dideteksi. Karena sudah terdeteksi, maka mengangkatnya pun lebih mudah, meskipun berada di dalam

tanah. “Ini berbeda dengan mendeteksi keberadaan harta karun. Harta karun selain terpendam di dalam tanah,

Page 6: Harta Karun

energi yang dikeluarkan lemah,” kata Kang Dadan.

Karena lemahnya energi itu, yang bisa ditangkap hanyalah perkiraan. Misalnya soal letak. Namun, soal wujud

harta karun itu apakah emas atau logam biasa, masih gelap. Oleh sebab itu kemungkinan gagalnya pencarian

harta karun sangat besar. Apalagi bila proses penggalian sudah dilakukan. Selain memakan biaya besar,

kemungkinan berhasil sangat kecil. “Sebaiknya mencari usaha yang lebih baik dan halal, ketimbang mencari

harta karun. Mudharatnya lebih besar,” nasihat Kang Dadan. ***

Kronologis perburuan harta karun

Tahun 1966-1973

Presiden Soeharto membentuk tim untuk melacak keberadaan Dana Revolusi zaman Sukarno. Tim yang

diketuai Letjen Soerjo, Ketua Tim Pengawasa3n Keuangan Negara, itu berhas3il menyelamatkan uang dan

barang senilai US$ 9,8 juta. Tim itu juga menemukan rekening Soebandrio di Union Banques Suisses dan

Schwe3zerische Bankgesellschaft, Bern, Swiss.

Tahun 1982

Michel Hatcher, pemburu harta karun asa3l Inggris, memulai perburuan muatan kapal VOC, Geldermalsen, yang

karam diperairan Riau pada 1752. hatcher berhasil mengeruk 150 ribu barang antik dan 225 batang emas

lantakan. Diilhami temuan Hatcher, pemerintah lalu membentuk panitia nasional untuk memburu harta karun.

Hasilnya tak diketahui sampai sekarang.

Tahun 1986

Atas usul Suhardiman, saat itu Ketua SOKSI, pemerintah membentuk Tim Operasi Teladan yagn dipimpin

Marsekal Pertama Kahardiman untuk memburu Dana Revolusi. Yang ditemukan tim ini justru dana di Bank

Indonesia sebesar US$ 550 ribu dan Rp 1,5 miliar. Selain itu, tim ini menemukan dana US$ 250 di Bank

Guyerzeller Zumont, Swiss, dan US$ 250 ribu di Bank Daiwa Securities, Tokyo.

Tahun 1998

Seorang wanita muda, Lilik Sudarti, mengaku puny bukti dokumen kepemilikan harta karun peninggalan Sukarno

di banyak bank di Swiss. Presiden Soeharto antusias dan pada 21 April 1998 mengeluarkan surat penugasan

kepada Lilik untuk mencari harta karun itu. Menurut Lilik, total Dana Nusantara adalah US$ 250 miliar atau

senilai Rp 2.212,5 triliun (dengan kurs 1 dolar AS = Rp 8.850) yang disimpan di 21 bank di dunia.

Tahun 2000

Kiai Abdul Rahman mendirikan Yayasan Ahlus Sunnah wal Jamaah (Yamisa) dan menggembar-gemborkan

adanya dana peninggalan sembilan kerajaan di Nusantara di tangannya. Ia menjaring ribuan orang dihampir

seluruh Indonesia. Ia menjanjikan gaji ratusan juta rupiah bagi pengurus yayasan di cabang-cabang. Tapi,

sampai sekarang, Abdul Rahman belum bisa membuktikan janjinya. Yayasan itu masih berjalan sampai

sekarang.

Tahun 2001

Page 7: Harta Karun

Presiden Abdurrahman Wahid juga ternyata percaya kepada Lilik Sudarti. Ia mengeluarkan surat penugasan

kepada Lilik Sudarti dan Sekretaris Neara Djohan Effendi untuk mencairkan dana peninggalan Sukarno.

Tahun 2001

Atas izin Presiden Abdurrahman Wahid, paranormal Permadi menggandeng pengusaha Harry Tanujaya dan

Sudibyo Tanujaya untuk melacak Dana Revolusi. Permadi mengontak tim Spicer di Sandline International,

perusahaan keamnan di London. Tapi tim dari Spicer menganggap pemerintah Indonesia tidak punya bukti kuat.

Tahun 2002

Menteri Agama Said Agil Al Munawar memimpin penggalian di sekitar Prasasti Batutulis, Bogor. Said Agil

rupanya percaya kepada “orang pintar” yang membisikkan adanya harta karun peninggalan Kerajaan Pajajaran

di bawah prasasti itu. Harta tak ditemukan. Said Agil dicaci banyak orang karena kekonyolannya.

Tahun 2004

Rahmawati, wanita asal Jakarta, menggali harta karun di dalam kawasan Kebun Raya Bogor. Rahmawati

mendasarkan keyakinannya tentang harta karun dikawasan itu atas dasar bisikan gaib. Atas bisikan itu,

Rahmawati memperkirakan terdapat emas lantakan dan peta harta karun di sekitar kawasan yang digalinya.

Namun ia harus berurusan dengan polisi, karena dianggap melanggar areal yang dilindungi hukum. 

--------------------------------------------

Drs Kunto Sofianto MHum, sejarawan Unpad Bandung

Perburuan harta karun memang marak, meskipun dilakukan diam-diam. Sebab proses perburuan harta karun

melibatkan aktivitas fisik. Misalnya bekas-bekas penggalian harta karun yang kerap mengundang masalah.

Pasalnya, kebanyakan harta karun yang diyakini terpendam di suatu tempat, ternyata tempat itu merupakan

areal yang dilindungi oleh negara, umpamanya Batu Tulis.   

Kompleks Batu Tulis itu punya nilai sejarah yang dalam. Terutama bagi masyarakat Sunda. Di situlah tempat

raja-raja kerajaan Sunda pernah berkumpul. Presiden RI pertama, Bung Karno, ingin di makamkan di sekitar

Batu Tulis. Itu karena beliau sebagai tokoh besar, tahu persis adanya telatah sejarah di sekitar tempat itu. Bung

Karno sangat tahu adanya kekuatan metahistori dan metafisis di sekitar prasasti Batu Tulis. Tak heran beliau

membangun istana Batu Tulis.

Kawasan Bogor memang bernilai sejarah yang dalam. Di kawasan itulah diperkirakan Kerajaan Pajajaran

berpusat. Beberapa peninggalan kerajaan itu tersebar di sana. Bukti-buktinya adalah prasasti Batu Tulis, Lawang

Page 8: Harta Karun

Gintung dan Bukit Badigul Rancamaya. 

Dulu, Bung Karno sering sendirian di Istana Bogor, yang letaknya tak jauh dari Batu Tulis. Ketika itu para

pengawal istana disuruh keluar. Para pengawal ini rupanya mengerti bila Bung Karno katanya tengah duduk-

duduk dengan raja-raja. Boleh percaya boleh tidak. ***

Tien Rostini, Budayawan Sunda

 

Di Bogor memang memang ada harta karun. Namun kebanyakan bentuknya bukan emas dan harta benda.

Melainkan nilai sejarah yang sangat dalam. Terutama bagi masyarakat Sunda. Di sekitar Bogor setidaknya ada

tiga ratus titik tilas sejarah peninggalan Kerajaan Pajajaran. Inilah yang membuat daya tarik banyak orang untuk

melakukan perburuan harta karun. 

Padahal, harta karun yang berbentuk emas permata dan barang-barang perhiasan, sebenarnya tidak ada. Yang

bisa ditemukan adalah prasasti dan patilasan-patilasan raja-raja Pajajaran. Saya sedih dengan upaya penggalian

harta karun di kawasan bersejarah. Sebab selain kecil kemungkinannya untuk berhasil, tempat itu menjadi rusak.

Kasus di Batu Tulis dan Kebun Raya Bogor sebaiknya dijadikan contoh terakhir.

Kalau para pemburu harta karun memang pintar, dia pasti bisa mendeteksinya dari jarak jauh. Sehingga tidak

perlu menggali untuk memastikan ada tidaknya harta karun. Akibatnya pasti sangat berisiko. Harta karun itu

sebetulnya termasuk benda bersejarah, karena peninggalan masa lampau. Bisa dipetik pelajaran dan

hikmahnya. 

Butir-butir pengamalan Pancasila [2]

Ketetapan MPR no. II/MPR/1978 tentang Ekaprasetia Pancakarsa menjabarkan kelima asas dalam

Pancasila menjadi 36 butir pengamalan sebagai pedoman praktis bagi pelaksanaan Pancasila.

36 BUTIR-BUTIR PANCASILA/EKA PRASETIA PANCA KARSA

A. SILA KETUHANAN YANG MAHA ESA

1. Percaya dan Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan kepercayaan

masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.

2. Hormat menghormati dan bekerjasama antar pemeluk agama dan penganut-penganut

kepercayaan yang berbeda-beda sehingga terbina kerukunan hidup.

3. Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan

kepercayaannya.

Page 9: Harta Karun

4. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan kepada orang lain.

5. Menolak kepercayaan atheisme di Indonesia.

B. SILA KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB

1. Mengakui persamaan derajat persamaan hak dan persamaan kewajiban antara sesama

manusia.

2. Saling mencintai sesama manusia.

3. Mengembangkan sikap tenggang rasa.

4. Tidak semena-mena terhadap orang lain.

5. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.

6. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.

7. Berani membela kebenaran dan keadilan.

8. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia, karena itu

dikembangkan sikap hormat-menghormati dan bekerjasama dengan bangsa lain.

C. SILA PERSATUAN INDONESIA

1. Menempatkan kesatuan, persatuan, kepentingan, dan keselamatan bangsa dan negara di

atas kepentingan pribadi atau golongan.

2. Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara.

3. Cinta Tanah Air dan Bangsa.

4. Bangga sebagai Bangsa Indonesia dan ber-Tanah Air Indonesia.

5. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang ber-Bhinneka Tunggal Ika.

D. SILA KERAKYATAN YANG DIPIMPIN OLEH HIKMAT KEBIJAKSANAAN DALAM

PERMUSYAWARATAN / PERWAKILAN

1. Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat.

2. Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.

3. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama.

4. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi semangat kekeluargaan.

5. Dengan itikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil

musyawarah.

6. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.

7. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggung jawabkan secara moral kepada Tuhan

Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai kebenaran

dan keadilan.

E. SILA KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA

1. Mengembangkan perbuatan-perbuatan yang luhur yang mencerminkan sikap dan suasana

kekeluargaan dan gotong-royong.

2. Bersikap adil.

3. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.

4. Menghormati hak-hak orang lain.

5. Suka memberi pertolongan kepada orang lain.

6. Menjauhi sikap pemerasan terhadap orang lain.

Page 10: Harta Karun

7. Tidak bersifat boros.

8. Tidak bergaya hidup mewah.

9. Tidak melakukan perbuatan yang merugikan kepentingan umum.

10. Suka bekerja keras.

11. Menghargai hasil karya orang lain.

12. Bersama-sama berusaha mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial.

Ketetapan ini kemudian dicabut dengan Tap MPR no. I/MPR/2003 dengan 45 butir Pancasila. Tidak

pernah dipublikasikan kajian mengenai apakah butir-butir ini benar-benar diamalkan dalam

keseharian warga Indonesia.

Sila pertama

Bintang.

1. Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketakwaannya terhadap Tuhan Yang

Maha Esa.

2. Manusia Indonesia percaya dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan

agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan

beradab.

3. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antara pemeluk agama

dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

4. Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan terhadap

Tuhan Yang Maha Esa.

5. Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang menyangkut

hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.

6. Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan

agama dan kepercayaannya masing-masing.

7. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa kepada

orang lain.

[sunting]Sila kedua

Rantai.

1. Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai

makhluk Tuhan Yang Maha Esa.

Page 11: Harta Karun

2. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan kewajiban asasi setiap manusia, tanpa

membeda-bedakan suku, keturunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial,

warna kulit dan sebagainya.

3. Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.

4. Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira.

5. Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain.

6. Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.

7. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.

8. Berani membela kebenaran dan keadilan.

9. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia.

10. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama dengan bangsa lain.

[sunting]Sila ketiga

Pohon Beringin.

1. Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan

negara sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan.

2. Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila diperlukan.

3. Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.

4. Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air Indonesia.

5. Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan

keadilan sosial.

6. Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika.

7. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.

[sunting]Sila keempat

Kepala Banteng

1. Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia mempunyai

kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama.

2. Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.

3. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama.

4. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.

5. Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil

musyawarah.

Page 12: Harta Karun

6. Dengan iktikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil keputusan

musyawarah.

7. Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan

golongan.

8. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.

9. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan

Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, nilai-nilai kebenaran dan

keadilan mengutamakan persatuan dan kesatuan demi kepentingan bersama.

10. Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk melaksanakan

pemusyawaratan.

[sunting]Sila kelima

Padi Dan Kapas.

1. Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan suasana

kekeluargaan dan kegotongroyongan.

2. Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.

3. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.

4. Menghormati hak orang lain.

5. Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri.

6. Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat pemerasan terhadap orang

lain.

7. Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat pemborosan dan gaya hidup

mewah.

8. Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau merugikan kepentingan

umum.

9. Suka bekerja keras.

10. Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan dan kesejahteraan

bersama.

11. Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan

sosial.

Bocah Angon menurut Ugo Wangsit Siliwangi

Wangsit Siliwangi :

Suatu saat nanti, apabila tengah malam

terdengar suara minta tolong, nah itu adalah tandanya.

Page 13: Harta Karun

Sosok Satrio Piningit memang masih misterius. Banyak sudah yang mencoba untuk

menemukannya dengan caranya sendiri-sendiri.Alhasil ada yang yakin telah menemukannya,

bahkan juga ada yang mengaku dirinyalah si Satrio Piningit tersebut. Apabila diteliti maka

sosok yang telah ditemukan itu masih bisa diragukan apakah memang dia si calon Ratu Adil ?

Keragu-raguan yang muncul mendorong untuk menelaah dan mempelajari kembali apa yang

telah diungkapkan dalam naskah-naskah leluhur mengenai sosok Satrio Piningit sejati. Salah

satu naskah yang biasa kita gunakan sebagai rujukan yaitu Ugo Wangsit Siliwangi.  Siliwangi

dalam Ugo Wangsitnya menyebut si calon Ratu Adil dengan sebutan Bocah Angon atau

Pemuda Penggembala. Beberapa hal yang disebutkan dalam Ugo Wangsit Siliwangi mengenai

Bocah Angon yaitu :

1. Suara minta tolong.

Dalam Ugo Wangsit Siliwangi disebutkan “Suatu saat nanti, apabila tengah malam, dari

gunung Halimun terdengar suara minta tolong, nah itu adalah tandanya. Semua keturunan

kalian dipanggil oleh yang mau menikah di Lebak Cawéné.” Kata “suara minta tolong”

sepertinya sama dengan ungkapan Joyoboyo dalam bait 169  yaitu “senang menggoda dan

minta secara nista, ketahuilah bahwa itu hanya ujian, jangan dihina, ada keuntungan bagi

yang dimintai artinya dilindungi anda sekeluarga“.

Bocah Angon di awal kemunculannya akan beraksi melakukan hal-hal sebagai pertanda

kedatangannya. Salah satunya adalah meminta tolong kepada orang di sekitar daerah

Gunung Halimun. Tidak jelas mengapa dia minta tolong kepada orang lain, apakah dia dalam

kesulitan ataukah keperluan lainnya. Yang pasti bila telah terjadi hal demikian berarti itu

pertanda akan kemunculannya.

Sementara dikaitkan dengan Ramalan Joyoboyo paba bait 169 disebutkan bila Bocah Angon

tersebut “suka minta secara nista sebagai ujian”. Kalimat tersebut mengindikasikan

bahwa minta tolong itu hanya sebatas ujian bagi yang dimintai pertolongan. Ujian

apakah itu? belum diketahui ujian apa yang suka dilakukan Bocah Angon pada orang.

Sebaiknya kita tunggu saja kejadiannya.

2. Mencari sambil melawan, melawan sambil tertawa.

Dalam Ugo Wangsit Siliwangi disebutkan “Suatu saat nanti akan banyak hal yang ditemui,

sebagian-sebagian. Sebab terlanjur dilarang oleh Pemimpin Pengganti! Ada yang berani

menelusuri terus menerus, tidak mengindahkan larangan, mencari sambil melawan, melawan

sambil tertawa. Dialah Anak Gembala.” Kata terlanjur dilarang ini apa maksudnya? Apakah

dilarang dalam mengungkap fakta-fakta, ato dilarang meluruskan sejarah? sepertinya masih

butuh penafsiran lagi.

Yang pasti Bocah Angon sepertinya tidak peduli dengan larangan pemimpin. Bahkan bukan

hanya tidak peduli dengan larangan tersebut, tetapi lebih dari itu Bocah Angon melawan

Page 14: Harta Karun

larangan si pemimpin itu sambil tertawa. Tidak bisa dibayangkan bagaimana perasaan si

pemimpin bila dilawan sambil tertawa. Bisa-bisa Bocah Angon dalam situasi bahaya nih

karena kerjanya selalu melawan sang pemimpin pengganti.

Kata banyak yang ditemui sebagian-sebagian karena terlanjur dilarang pemimpin baru,

menunjukkan bahwa yang akan ditemukan masyarakat memang hanya sebagian saja.

Oleh karena sebagian saja maka yang ditemukan tersebut belumlah lengkap dan

tentunya belum sempurna hasilnya.Tetapi tidak bagi Bocah Angon, dia terus saja mencari

sambil melawan. Bisa jadi temuan si Bocah Angon ini kelak merupakan temuan yang paling

lengkap dan mendekati kebenaran.

3. Dia gembalakan ranting daun kering dan sisa potongan pohon.

Dalam Ugo Wangsit Siliwangi disebutkan “Apa yang dia gembalakan? Bukan kerbau bukan

domba, bukan pula harimau ataupun banteng. Tetapi ranting daun kering dan sisa potongan

pohon. Dia terus mencari, mengumpulkan semua yang dia temui. Tapi akan menemui banyak

sejarah/kejadian, selesai jaman yang satu datang lagi satu jaman yang jadi sejarah/kejadian

baru, setiap jaman membuat sejarah. setiap waktu akan berulang itu dan itu lagi.”

Bocah Angon memiliki kebiasaan mengumpulkan daun dan ranting. Kata daun dan ranting

yang disebutkan Ugo Wangsit Siliwangi dalam bahasa asli Sundanya yaitu “Kalakay

jeung Tutunggul“. Kalakay merupakan daun lontar yang biasa digunakan oleh orang kita

pada jaman dulu kala sebagai lembaran daun untuk menulis. Sementara Tutunggul

merupakan ranting pohon yang biasa digunakan orang kita pada jaman dulu kala sebagai

pena untuk menulis. Sehingga Kalakay dan Tutunggul bisa diartikan sebagai kertas dan pena.

Si Bocah Angon ini memiliki kegemaran suka menggembalakan kertas dan pena.

Dia terus mengumpulkan dan mengumpulkan kedua barang tersebut sebagai gembalaannya.

Tidak jelas kenapa dia suka menggembalakan kertas dan pena. Kata mengumpulkan itu

berarti kertas dan pena tersebut tidak hanya 1 buah, tetapi jumlahnya banyak dan itu

menjadi barang kegemarannya.

Selanjutnya disebutkan “Dia terus mencari, mengumpulkan semua yang dia temui. Tapi akan

menemui banyak sejarah/kejadian“. Kalimat tersebut bisa berarti bahwa Bocah Angon

menggembalakan kertas dan pena untuk menemukan sejarah dan kejadian. Ntah sejarah dan

kejadian apa yang dia kumpulkan, tetapi bisa dimengerti bahwa di Nusantara banyak sekali

sejarah yang dirubah, mungkin hal tersebut bisa juga terkait dengan pelurusan sejarah kita.

Dia akan terus mengumpulkan sejarah dan kejadian-kejadian penting tentunya untuk

menyelesaikan masalah di Nusantara. Wajar saja bila sejarah ditelusuri karena memang

untuk menyelesaikan suatu masalah tidak bisa tidak harus mengetahui awal sejarahnya

bagaimana bisa terjadi. Dengan kegemarannya menelusuri sejarah dan kejadian yang

Page 15: Harta Karun

dituangkan dalam kertas dan pena tersebut kelak masalah di Nusantara akan bisa dibereskan

dengan mudah. Semoga.

4. Rumahnya di ujung sungai yang pintunya setinggi batu.

Dalam Ugo Wangsit Siliwangi disebutkan “lalu mereka mencari anak gembala, yang

rumahnya di ujung sungai yang pintunya setinggi batu”. Kata di ujung sungai menunjukkan

bahwa rumah Bocah Angon letaknya berada dekat dengan hulu sungai. Siliwangi tidak

memberikan gambaran berapa jarak antara rumah dengan sungai tersebut. Bisa jadi hanya

beberapa meter dari sungai, tetapi bisa jadi puluhan meter dari sungai.

Siliwangi juga tidak menyebutkan nama dari sungai tersebut sehingga rada menyulitkan

untuk menentukan letak sungainya. Di Jawa terdapat banyak sekali sungai membentang dari

utara hingga selatan. Dan rata-rata di pinggir sungai terdapat banyak rumah penduduk dan

ini tentunya sangat menyulitkan untuk menentukan letak sungainya yang sesuai kata

Siliwangi. Namun yang pasti Bocah Angon rumahnya dekat sungai sehingga bila ada yang

mengaku dirinya Bocah Angon tetapi rumahnya jauh dari sungai berarti itu tidak sesuai

dengan Ugo Wangsit Siliwangi.

Kemudian untuk kata pintunya setinggi batu masih perlu dipertanyakan, apakah atap

rumahnya terbuat dari batu? dan juga apakah pintu rumahnya juga terbuat dari batu? kok

seperti rumah nenek moyang kita dulu. Bisa jadi demikian tetapi mungkin juga tidak

demikian.

Kalimat tersebut bisa dipahami bahwa rumah Bocah Angon tidak hanya 1 lantai, namun

bertingkat rumahnya. Hal ini diperkuat dengan ungkapan Joyoboyo pada bait 161  yaitu

“berumah seperti Raden Gatotkaca, berupa rumah merpati susun tiga“. Dari ungkapan

Joyoboyo menunjukkan ada 3 lantai rumah dari Bocah Angon. Tentunya bukan rumah

biasa, bisa jadi rumah tingkat ekonomi menengah atau memang Bocah Angon dari keluarga

kaya? belum bisa dipastikan.

Oleh karena untuk membuat suatu rumah yang bertingkat dengan bahan semen untuk lantai

2nya, maka dari bahan semen yang padat otomatis akan membentuk batu yang

keras. Sehingga bisa dipahami bila pintu lantai pertama akan setinggi batu (setinggi cor

semen lantai 2). Memang kebanyakan rumah orang yang bertingkat pintunya pasti akan

setinggi lantai 2, tepat di bawah cor semen yang telah menjadi batu tersebut. Jadi dapat

disimpulkan bahwa rumah Bocah Angon memang bertingkat yang pintunya setinggi lantai

tingkat 2nya.

5. Tertutupi pohon handeuleum dan hanjuang.

Dalam Ugo Wangsit Siliwangi disebutkan “rumahnya di ujung sungai yang pintunya setinggi

batu, yang rimbun oleh pohon handeuleum dan hanjuang”. Kata rimbun oleh pohon

Handeuleum dan Hanjuang berarti di depan rumah Bocah Angon terdapat 2 pohon yang

Page 16: Harta Karun

sangat subur dan menjadi ciri khas rumahnya. Dalam hal ini hanya disebutkan 2 buah pohon

saja, artinya memang hanya ada 2 buah pohon di depan rumahnya sebagai pembeda dari

rumah lainnya.

Apabila ditelusuri kedua jenis pohon tersebut dalam istilah bahasa Indonesianya memang

belum diketahui apa namanya. Kedua kata tersebut sepertinya bahasa kuno dari daerah

Sunda tempat Siliwangi berada. Hingga kini belum ada pihak yang merasa mengetahui kedua

jenis pohon tersebut. Bahkan orang-orang asli Sundapun juga mengaku tidak mengetahui

kedua jenis pohon itu. Kita tunggu saja kelak akan kita ketahui juga.

Sementara itu beberapa kalangan justru menafsirkan kata Handeuleum dan Hanjuang

sebagai simbol saja. Benarkah kedua pohon itu sebenarnya bukan pohon hidup di atas tanah,

tetapi sekedar simbol saja? Coba anda lihat kembali Siliwangi menyebut Pemuda

Penggembala dengan “Apa yang dia gembalakan? Bukan kerbau bukan domba, bukan pula

harimau ataupun banteng. Tetapi ranting daun kering dan sisa potongan pohon.”

Kata pemuda penggembala itu cuma simbol dari Siliwangi. Kemudian simbol tersebut

dijelaskan bila yang digembalakan bukan binatang, tetapi daun dan ranting. Sementara

kata Handeuleum dan Hanjuang tidak ada kalimat penjelasan selanjutnya. Sehingga

kedua kata tersebut dapat dipastikan memang dua buah pohon yang tumbuh di atas tanah.

Apabila simbol tentunya Siliwangi akan menjelaskan maksudnya.

6. Pergi bersama pemuda berjanggut.

Dalam Ugo Wangsit Siliwangi disebutkan “Semua mencari tumbal, tapi pemuda gembala

sudah tidak ada, sudah pergi bersama pemuda berjanggut, pergi membuka lahan baru di

Lebak Cawéné!” Siapakah pemuda berjanggut itu? Penyebutan pemuda berjanggut ini masih

perlu dipertanyakan. Apakah pemuda tersebut merupakan kerabat atau keluarga atau teman

ataukah pengasuh si Bocah Angon? Belum jelas diketahui karena memang dalam Ugo

Wangsit Siliwangi tidak menyinggung mengenai hal tersebut.

Dalam naskah-naskah lain memberitahukan bahwa Ratu Adil memiliki pengasuh yaitu Sabdo

Palon. Mungkinkah pemuda berjanggut tersebut adalah Sabdo Palon? Sepertinya tidak karena

Sabdo Palon merupakan sosok Jin, sementara penyebutan kata pemuda menunjukkan dia

adalah manusia. Jadi pemuda berjanggut bukanlah Sabdo Palon.

Misteri ini masih sulit untuk diungkap yang sebenarnya. Pada saat Bocah Angon masih

menjadi sosok yang misteri, pada saat yang sama pula ada sosok lain yaitu pemuda

berjanggut yang jati dirinya juga masih misteri. Namun yang pasti pemuda tersebut memiliki

janggut dan kelak akan kita ketahui setelah tiba waktu kemunculan Bocah Angon.

7. Pergi membuka lahan baru di Lebak Cawéné!

Dalam Ugo Wangsit Siliwangi disebutkan “Semua mencari tumbal, tapi pemuda gembala

Page 17: Harta Karun

sudah tidak ada, sudah pergi bersama pemuda berjanggut, pergi membuka lahan baru di

Lebak Cawéné!”Bocah Angon sepertinya tidak akan ditemukan sebelum kemunculannya.

Ketika orang-orang sudah menemukan rumahnya yang di ujung sungai, dia telah pergi

bersama pemuda berjanggut ke Lebak Cawéné.

Siliwangi tidak menyebutkan kemudian orang-orang akan berhasil menemukan Bocah Angon

di Lebak Cawéné setelah gagal menemukan di rumahnya. Tidak ada kalimat tersebut dalam

Ugo Wangsit Siliwangi. Karena tidak ada kata itu maka bisa disimpulkan bahwa jarak antara

rumah dengan Lebak Cawéné tidak dekat bahkan mungkin sangat jauh.

Siliwangi juga tidak menyebutkan setelah pergi ke Lebak Cawéné si Bocah Angon

kemudian kembali lagi ke rumahnya.Karena tidak ada kalimat yang menyebutkan hal

tersebut berarti Lebak Cawéné merupakan tempat baru yang ditinggali Bocah Angon setelah

rumahnya yang di ujung sungai di tinggal pergi. Apabila Bocah Angon kembali lagi ke

rumahnya yang di ujung sungai, maka tentunya Siliwangi akan menyebutnya berhasil

ditemukan di rumahnya. Sudah pasti bila orang telah menemukan rumahnya maka akan

ditunggui kapan kembalinya. Tetapi ternyata tidak ada kalimat tersebut dalam Ugo Wangsit

Siliwangi.

Sampai saat ini belum diketahui dimana letak Lebak Cawéné berada. Dalam peta Jawa

maupun peta Indonesia, tidak ada daerah yang diberi nama Lebak Cawéné. Oleh karena

namanya yang masih asing inilah maka banyak kalangan menafsirkan menurut keyakinannya

masing-masing.

Ada yang menafsirkan Lebak Cawéné berada di lereng sebuah gunung. Ada juga yang

mengatakan berada di petilasan Joyoboyo. Yang lain mengatakan berada di tempat yang ada

guanya dan sebagainya membuat semakin tidak jelas saja letak Lebak Cawéné dimana.

Tetapi apabila anda meyakini sebuah tempat merupakan Lebak Cawéné, maka bisa

dipastikan anda akan memaksakan kehendak untuk menentukan 1 orang di daerah

tersebut sebagai calon Ratu Adil. Wah jadi kasian pada orangnya kena sasaran.

Ketahuilah bahwa Siliwangi tidak menyebutkan Bocah Angon akan berhasil

ditemukan di Lebak Cawéné. Di sisi lain Siliwangi juga tidak memberikan ciri-ciri Lebak

Cawéné yang dia katakan sehingga mustahil Lebak Cawéné bisa diketahui sebelum Ratu Adil

muncul, kecuali anda lebih sakti dari Siliwangi. Kemampuan sama dengan Siliwangi aja tidak

mungkin apalagi lebih tinggi dari Siliwangi, jelas tidak mungkin lagi.

8. Gagak berkoar di dahan mati.

Dalam Ugo Wangsit Siliwangi disebutkan “Semua mencari tumbal, tapi pemuda gembala

sudah tidak ada, sudah pergi bersama pemuda berjanggut, pergi membuka lahan baru di

Lebak Cawéné! Yang ditemui hanya gagak yang berkoar di dahan mati”. Kata Gagak berkoar

mungkinkah memang burung Gagak yang suka berkicau, ataukah itu merupakan simbol saja.

Page 18: Harta Karun

Banyak kemungkinan mengenai Gagak berkoar tersebut. Namun dalam naskah-naskah lain

seperti yang diungkap Ronggowarsito dan Joyoboyo bahwa Bocah Angon sebelum menjadi

Ratu Adil hidupnya menderita, dia sering dihina oleh orang. Apabila dikaitkan dengan hal

tersebut maka Gagak berkoar itu bisa juga diartikan sebagai orang-orang yang suka

menghina si Bocah Angon.

Oleh karena hidupnya yang selalu saja dihina orang, maka akhirnya Bocah Angonpun pergi

meninggalkan rumahnya. Kemudian dia bersama pemuda berjanggut menuju ke Lebak

Cawéné untuk membuka lahan baru disana. Semua mencari tumbal bisa saja diartikan

sebagai mencari berita dan ketika yang dicari si Bocah Angon sudah tidak ada,

maka tidak bisa tidak mencari berita dari para Gagak yang berkoar tersebut.

9. Ratu Adil sejati.

Dalam Ugo Wangsit Siliwangi disebutkan “Baik lagi semuanya. Negara bersatu kembali. Nusa

jaya lagi, sebab berdiri ratu adil, ratu adil yang sejati. Tapi ratu siapa? darimana asalnya sang

ratu? Nanti juga kalian akan tahu. Sekarang, cari oleh kalian pemuda gembala.”  Kita disuruh

Siliwangi untuk mencari Bocah Angon, karena dialah yang kelak akan menjadi Ratu Adil sejati.

Sepertinya SIliwangi bermaksud memberikan pesan untuk berhati-hati dalam mencari Bocah

Angon. Hal ini dikarenakan banyak sekali Bocah Angon palsu akan bermunculan di Jawa ini.

Kemunculan Bocah Angon palsu bisa jadi karena dukungan orang lain akan dirinya sehingga

dipaksa cocok menjadi Ratu Adil, tetapi juga bisa jadi karena terburu-buru meyakini dirinyalah

si Bocah Angon.

Lihatlah saat ini telah banyak terdengar dimana-mana dari Jawa bagian barat hingga Jawa

bagian timur, orang-orang yang muncul diyakini sebagai Ratu Adil. Bahkan juga bermunculan

dimana-mana orang yang mengakui dirinyalah Ratu Adil tersebut. Apabila dimintai bukti

maka orang-orang tersebut akan mencocok-cocokkan diri dengan naskah-naskah

yang ada untuk meyakinkan orang. Padahal kenyataan tidak semuanya cocok.

Untuk itulah Siliwangi berpesan agar kita mencari Ratu Adil sejati, karena Ratu Adil sejati

hanya satu sementara Ratu Adil palsu banyak sekali. Walaupun banyak Ratu Adil palsu, hal

itu tidak akan mengubah kepastian munculnya yang asli. Apabila yang asli telah muncul

maka semua akan terbukti mana yang asli dan mana yang palsu sesuai kata Siliwangi “Tapi

ratu siapa? darimana asalnya sang ratu? Nanti juga kalian akan tahu. Sekarang, cari oleh

kalian pemuda gembala.”

Demikianlah beberapa hal mengenai Bocah Angon sesuai yang disebutkan dalam naskah Ugo

Wangsit Siliwangi. Siliwangi sengaja tidak begitu jelas menggambarkan si Bocah Angon dalam

naskahnya sehingga sangat menyulitkan kita untuk menemukannya. Kesengajaan ini

dimengerti karena memang akan banyak pihak-pihak yang tentunya menghalangi

kemunculan Ratu Adil dengan berbagai alasannya.

Page 19: Harta Karun

Pada saat Siliwangi tidak memberikan gambaran yang jelas mengenai Bocah Angon. Di waktu

yang sama pula kita disuruh untuk mencari si Bocah Angon tersebut, memangnya kita ini

terlahir sebagai detektif semua. Namun yang pasti kelak akan diketahui juga mana

Ratu Adil palsu dan mana Ratu Adil yang sejatitentunya setelah tiba waktu

kemunculannya. Untuk itu baik ditunggu, dicari maupun tidak sama sekali sepertinya hasilnya

tetap sama. Waktunya akan segera tiba.

Kontrofersi, Senin 14 Juli 2008

Eddy Corret.