15
PROPOSAL PENELITIAN TUGAS AKHIR PERANCANGAN GEOMETRI JALAN ANGKUT DARI PIT KE DISPOSAL DI PT. KARYA BUNGO PANTAI CERIA KABUPATEN BUNGO PROVINSI JAMBI Nama : Hari Susanto NPM : 081016131201042 Jurusan : Teknik Pertambangan Fakultas Teknik Program Studi Teknik Pertambangan Universitas Muara Bungo

Hary Susanto Proposal

Embed Size (px)

DESCRIPTION

rs

Citation preview

Page 1: Hary Susanto Proposal

PROPOSAL PENELITIAN TUGAS AKHIR

PERANCANGAN GEOMETRI JALAN ANGKUT DARI PIT KE DISPOSAL DI PT. KARYA BUNGO PANTAI CERIA KABUPATEN BUNGO PROVINSI

JAMBI

Nama : Hari Susanto

NPM : 081016131201042

Jurusan : Teknik Pertambangan

Fakultas Teknik

Program Studi Teknik Pertambangan

Universitas Muara Bungo

2014

Page 2: Hary Susanto Proposal

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Kegiatan awal dari proses penambangan adalah pembersihan lahan dan

pengupasan tanah penutup. Tujuan utama dari kegiatan tersebut adalah pemindahan

lapisan tanah penutup top soil dan overbuden yang menggunakan alat-alat mekanis

agar dapat dilakukan proses penambangan batubara. Top soil dan Overburden yang

telah dikupas kemudian dipindahkan ke tempat penimbunan yang biasa disebut

disposal. Disposal merupakan daerah pada suatu operasi tambang terbuka yang

digunakan sebagai tempat membuang material bukaan batubara. Material tersebut

harus digali dari pit agar dapat memperoleh bahan galian. Lokasi disposal merupakan

daerah yang sudah ditambang selanjutnya akan dilakukan reklamasi.

Setiap operasi penambangan memerlukan jalan tambang sebagai sarana

infrastruktur yang vital di dalam lokasi penambangan dan sekitarnya. Jalan tambag

berfungsi sebagai penghubung lokasi-lokasi penting. Antara lain lokasi tambang

dengan disposal, stockfile, pekantoran, mess tempat tinggal karyawan dan tempat

lainnya diwilayah penambangan. Kontruksi jalan tambang secara garis besar hampir

sama dengan jalan raya. Perbedaan yang khas terletak pada permukaan jalannya yang

jarang sekali dilapisi oleh aspal atau beton pada jalan raya.

Geometri jalan tambang sangat berpengaruh besar terhadap aktivitas maupun

terhadap target produksi sehingga perencanaan desain geometri jalan angkut harus

dibuat sebaik mungkin dan sesuai dengan standar yang ada agar aktivitas

penambangan dapat berjalan dengan lancar dan target produksi tercapai.

Mengingat begitu besarnya dampak geometri jalan angkut dalam kegiatan

penambangan maka kami berkeinginan untuk mengajukan Tugas Akhir yang berjudul

“Perancangan Geometri Jalan Angkut dari Pit Ke Disposal di PT. Karya

Bungo Pantai Ceria”

1.2 Indetifikasi Masalah

Page 3: Hary Susanto Proposal

Geometri jalan sangat berpengaruh dalam kegiatan pertambang, sehingga

geometri jalan sangat perlu diperhatikan agar produktivitas alat angkut sesuai yang

diinginkan.

Geometri jalan yang perlu di perhatikan yaitu lebar jalan angkut, jari jari

tikungan, superelevasi dan grade jalan.

1.3 Rumusan Masalah

Di dalam pokok bahasan ini akan dibahas salah satu permasalahan yang

berhubungan dengan kegiatan pengangkutan overburden dari front penambangan

sampai disposal. Salah satu permasalahan yang dihadapi yaitu geometri jalan angkut

produksi yang tidak sesuai dengan standarisasi, sehingga produktivitas alat angkut

belum optimal. Geometri jalan angkut yang dibahas dalam penelitian ini meliputi

lebar jalan angkut, jari – jari tikungan, superelevasi dan grade jalan.

1.4 Batasan Masalah

Dalam penelitian ini penulis hanya akan membahas tentang geometri jalan

angkut meliputi :

a) lebar jalan angkut

b) jari-jari tikungan

c) Superelevasi

d) kemiringan jalan (grade)

1.5 Tujuan Penelitian

2. Untuk mengetahui geometri jalan angkut di PT. Karya Bungo Pantai Ceria

telah sesuai dengan standarisasi yang ada.

3. Untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan perkulian program S1 Teknik

Pertambangan Universitas Muara Bungo.

4. Untuk membandingkan antara teori dengan kegiatan di lapangan.

5. Untuk menambah ilmu pengetahuan tentang pertambangan.

Page 4: Hary Susanto Proposal

1.6 Manfaat Penelitian

1. Dapat meningkatkan produktivitas alat angkut dengan melakukan perbaikan

terhadap geometri jalan angkut.

2. Menambah ilmu pengetahuan di bidang pertambangan.

1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi tempat penelitian ini yaitu di PT. Karya Bungo Pantai Ceria

Kabupaten Bungo Provinsi Jambi dan waktu penelitian selama satu bulan mulai dari

tanggal 23 April 2014 s/d 23 Mei 2014.

1.8 Sistematika Penulisan

BAB 1. PENDAHULUAN

Pada bab ini berisi tentang latar belakang, indetifikasi masalah, rumusan

masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, lokasi dan waktu

penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II. KERANGKA TEORI

Pada bab ini berisi tentang tinjauan perusahaan meliputi lokasi ksampaian

daerah, struktur organisasi perusahaan, izin usaha pertambangan, iklim dan curah

hujan, geologi regional, dan morfologi. Pada bab ini juga berisi tentang dasar teori

yang berhubungan dengan penelitian dan kerangka pikir.

BAB III METODA PENELITIAN

Pada bab ini berisi tentang desain penelitian, metode penelitian, teknik

pengumpulan data dan teknik analisa data.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini berisi tentang hasil penelitian dan pembahasan dari analisa data

penelitian.

Page 5: Hary Susanto Proposal

BAB V PENUTUP

Pada bab ini berisi tentang kesimpulan yang ditarik setelah melakukan studi

lapangan atas berbagai kegiatan yang telah dilakukan selama penelitian dan saran

untuk perusahaan agar lebih baik.

Page 6: Hary Susanto Proposal

BAB II

STUDI PUSTAKA

2.1. Geometri Jalan Angkut

Pada pengertiannya, geometri jalan tambang yang memenuhi syarata dalah

bentuk dan ukuran-ukuran dari jalan tambang tersebut sesuai dengan tipe (bentuk,

ukuran dan spesifikasi) alat angkut yang digunakan dan kondisi medan yang ada

sehingga dapat menjamin serta menunjang segi keamanan dan keselamatan operasi

pengangkutan. Geometri jalan tersebut merupakan hal yang mutlak harus dipenuhi

oleh suatu perusahaan. Geometri jalan angkut yang harus diperhatikan adalah :

A. Lebar jalan angkut

Jalan angkut yang lebar diharapkan membuat lalu lintas pengangkutan

menjadi lancer dan aman. Namun, karena keterbatasan dan kesulitan yang muncul

dilapangan maka lebar jalan angkut minimum harus diperhitungkan dengan cermat.

Perhitungan lebar jalan angkut pada saat kondisi lurus dan berbelok berbeda,

dikarenakan pada saat kendraan membelok akan membutuhkan ruang gerak yang

besar.

a) Lebar jalan angkut pada jalan lurus

Lebar jalan angkut pada jalan lurus dengan jalur ganda atau lebih harus ditambah

dengan setengah lebar alat angkut pada bagian tepi kiri dan kanan jalan.

L = n.Wt + (n+1)(1/2.Wt)

Keterangan:

L = lebar jalan angkut minimum, metern = jumlah jalurWt = lebar alat angkut (total), meter.

Page 7: Hary Susanto Proposal

Gambar 2.1

Lebar Jalan Angkut Dua Jalur Pada Kondisi Lurus

b) Lebar jalan angkut pada belokan

Penentuan lebar jalan pada tikungan (belokan) didasarkan pada:

-Lebar jejak ban

-Lebar juntai (overhang) bagian depan dan belakang saat kendaraan belok

-Jarak antar kendaraan saat bersimpangan

-Jarak dari kedua tepi jalan

Gambar 2.2

Lebarjalanangkutpadabelokan.

Page 8: Hary Susanto Proposal

Wmin = 2 (U+Fa+Fb+Z) + C

Z = (U+Fa+Fb)/2

U = Lebar jejak roda (center to centertires), m

Fa = lebar juntai (overhang) depan, m

Fb = lebar juntai belakang, m

Z = lebar bagian tepi jalan, m

C = clearance antarkendaraan, m

B. Jari-jari Tikungan dan Superelevasi

a) Jari-jari tikungan

Jari-jari tikungan jalan angkut berhubungan dengan kontruksi alat angkut

yang digunakan, khususnya jarak horizontal antara poros depan dan belakang

roda.

Gambar 2.3

Lebar jalan angkut pada belokan

Page 9: Hary Susanto Proposal

Perhitungan matematis bedasarkan gambar ialah R= W/sin β

Dimana R= jari-jari belokan alat angkut, m

W = Jarak poros depan dan belakang, m

β = sudut penyimpangan roda depan

b) Superelevasi

Besarnya angka superelevasi untuk beberapa jari-jari tikungan dengan

berbagai variasi kecepatan alat angkut dapat bermacam-macam, untuk itu penentuan

superelevasi selain dengan menggunakan rumus.

Rumus superelevasi

Dimana :

1/m = landai relative %

e = superelevasi

en = kemiringan melintang normal

B = lebar jalur

Ls = panjang lengkungan

C. Kemiringan Jalan Angkut

Kemiringan atau “grade” jalan angkut merupakan satu factor penting yang

harus diamati secara detail dalam kegiatan kajian terhadap kondisi jalan tambang

tersebut. Hal ini dikarenakan kemiringan jalan angkut berhubungan langsung dengan

kemampuan alat angkut, baik dari pengereman maupun dalam mengatasi tanjakan.

Kemiringan jalan angkut biasanya dinyatakan dalam persen (%). Kemiringan (grade)

dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Page 10: Hary Susanto Proposal

Grade (α ) =

keterangan:

Δh = beda tinggi antara dua titik yang diukur

Δx = jarak datar antara dua titik yang diukur.

Secara umum kemiringan jalan maksimum yang dapat dilalui dengan baik

oleh alat angkut besarnya berkisar antara 18 % – 10 %. Akan tetapi untuk jalan naik

maupun turun pada bukit, lebih aman kemiringan jalan maksimum sebesar 8 % atau

4.5o.

D. Cross Slope

Sudut yang dibentuk oleh dua sisi permukaan jalan terhadap bidang horizontal

yang mempunyai bentuk penampang melintang cembung. Dibuat demikian agar

mempelancar penyaliran bila turun hujan atau sebab lain. Sehingga tidak membuat

jalan tergenang yang dapat membahayakan kendaraan yang lewat dan mempercepat

kerusakan jalan.

Gambar 2.4

Penampang melintang jalan angkut

Page 11: Hary Susanto Proposal

BAB III

METODA PENELITIAN

3.1 Pengambilan Data

Untuk memperoleh hasil optimalisasi produksi alat angkut dengan beberapa

kecepatan rencana yang aman dan efisien, diperlukan data-data berupa data primer

dan data sekunder.

3.1.1 Data Primer

1. Menentukan data ukuran jalan

2. Data spesifikasi untuk alat angkut

3.1.2 Data Sekunder

1. Peta lokasi dan kolom stratigrafi perusahaan

2. Data curah hujan perusahaan

3. Struktur Organisasi

Page 12: Hary Susanto Proposal