13
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pemeriksaan Patologi-Anatomi Hasil pemeriksaan keadaan umum biawak ditemukan ektoparasit Aponomma sp. di sekujur tubuhnya. Hewan terlihat anemis dan ditemukan hematemesis, yaitu darah yang keluar dari rongga mulut. Pemeriksaan patologi anatomi menunjukkan perubahan pada seluruh organ, namun perubahan paling mencolok ditemukan pada organ hati. Hati biawak terlihat membesar sehingga memenuhi rongga abdomen, berwarna pucat, dan dipenuhi oleh fokus-fokus radang berwarna putih dengan diameter bervariasi 0.1-2 cm. Fokus radang berbatas jelas dengan bidang sayatan kusam karena banyak jaringan nekrotik. Berdasarkan gambaran PA tersebut maka hati didiagnosa mengalami abses multifokal (Gambar 6). Abses tersebut juga ditemukan di ginjal dan limpa, namun dengan diameter yang lebih kecil. Hasil pemeriksaan PA pada berbagai organ biawak disajikan pada Tabel 1. Tabel 1 Perubahan Patologi Anatomi Organ Biawak Ambon Sistem Organ Organ Perubahan Respirasi Trakea Hiperemia Paru-paru Kongesti Sirkulasi Jantung Dilatasi ventrikel, kardiomiopati Limpa Splenitis dengan abses milier Digesti Lambung Gastritis kataralis Usus Enteritis kataralis et nekrotikan Hati Hepatitis nekrotikan,dipenuhi abses multifokal dengan ukuran 0.1-2 cm Peritoneum Ascites ± 1 ml Urinaria Ginjal Nefritis dengan abses milier Trakea dan paru-paru biawak berwarna kemerahan, dan ketika dilakukan pembukaan trakea hingga ke bronkus tidak ditemukan cairan atau busa. Sewaktu dilakukan uji apung hampir semua bagian paru-paru mengapung,sehingga paru- paru didiagnosa hanya mengalami kongesti. Jantung biawak terdiri atas dua atrium dan satu ventrikel. Pada pemeriksaan jantung terlihat ruang ventrikel membesar dengan otot-otot jantung memucat. Gambaran jantung demikian dapat

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pemeriksaan Patologi-Anatomi · Sistem Organ Organ Perubahan Respirasi Trakea Hiperemia ... Limpa Splenitis dengan abses milier Digesti Lambung Gastritis

  • Upload
    hadang

  • View
    300

  • Download
    2

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pemeriksaan Patologi-Anatomi · Sistem Organ Organ Perubahan Respirasi Trakea Hiperemia ... Limpa Splenitis dengan abses milier Digesti Lambung Gastritis

36

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Pemeriksaan Patologi-Anatomi

Hasil pemeriksaan keadaan umum biawak ditemukan ektoparasit

Aponomma sp. di sekujur tubuhnya. Hewan terlihat anemis dan ditemukan

hematemesis, yaitu darah yang keluar dari rongga mulut. Pemeriksaan patologi

anatomi menunjukkan perubahan pada seluruh organ, namun perubahan paling

mencolok ditemukan pada organ hati. Hati biawak terlihat membesar sehingga

memenuhi rongga abdomen, berwarna pucat, dan dipenuhi oleh fokus-fokus

radang berwarna putih dengan diameter bervariasi 0.1-2 cm. Fokus radang

berbatas jelas dengan bidang sayatan kusam karena banyak jaringan nekrotik.

Berdasarkan gambaran PA tersebut maka hati didiagnosa mengalami abses

multifokal (Gambar 6). Abses tersebut juga ditemukan di ginjal dan limpa, namun

dengan diameter yang lebih kecil. Hasil pemeriksaan PA pada berbagai organ

biawak disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Perubahan Patologi Anatomi Organ Biawak Ambon

Sistem Organ Organ Perubahan

Respirasi Trakea Hiperemia

Paru-paru Kongesti

Sirkulasi Jantung Dilatasi ventrikel, kardiomiopati

Limpa Splenitis dengan abses milier

Digesti Lambung Gastritis kataralis

Usus Enteritis kataralis et nekrotikan

Hati Hepatitis nekrotikan,dipenuhi abses multifokal

dengan ukuran 0.1-2 cm

Peritoneum Ascites ± 1 ml

Urinaria Ginjal Nefritis dengan abses milier

Trakea dan paru-paru biawak berwarna kemerahan, dan ketika dilakukan

pembukaan trakea hingga ke bronkus tidak ditemukan cairan atau busa. Sewaktu

dilakukan uji apung hampir semua bagian paru-paru mengapung,sehingga paru-

paru didiagnosa hanya mengalami kongesti. Jantung biawak terdiri atas dua

atrium dan satu ventrikel. Pada pemeriksaan jantung terlihat ruang ventrikel

membesar dengan otot-otot jantung memucat. Gambaran jantung demikian dapat

Page 2: HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pemeriksaan Patologi-Anatomi · Sistem Organ Organ Perubahan Respirasi Trakea Hiperemia ... Limpa Splenitis dengan abses milier Digesti Lambung Gastritis

37

didiagnosa mengalami dilatasi ventrikel dan kardiomiopati. Lambung biawak

ditemukan kosong tidak berisi makanan namun dipenuhi oleh eksudat kataral

dengan mukosa berwarna merah. Perubahan pada lambung tersebut

mengindikasikan adanya gastritis kataralis. Mukosa usus dipenuhi eksudat

kataralis bercampur darah, dan di beberapa lokasi terlihat mukosa mengalami

pendarahan dan nekrotik, sedangkan di bagian kolon mengalami pendarahan.

Berdasarkan gambaran PA tersebut makan usus didiagnosa mengalami enteritis

hemoragis et nekrotikan dan kolitis hemoragika. Limpa dan ginjal hewan ini

tampak membengkak dan pucat, ditemukan fokus-fokus nekrotik sama seperti di

hati namun dengan diameter yang lebih kecil. Limpa dan ginjal didiagnosa

menderita splenitis dan nefritis. Selain itu ditemukan cairan bening kemerahan di

rongga abdomen sebanyak ± 1 ml, yang mengindikasikan biawak mengalami

ascites.

Gambar 6 Hati biawak ambon (V. indicus) yang dipenuhi oleh abses multifokal

dengan diameter 0.1-2 cm.

Hasil Pemeriksaan Histopatologi

Pada pemeriksaan histopatologi organ hati, struktur hati sulit dikenali

karena parenkim dan interstitium hati mengalami kerusakan yang parah

disebabkan oleh peradangan yang hebat. Hepatosit mengalami degenerasi lemak

hebat dengan vakuola-vakuola besar dan banyak pula yang nekrosis bahkan lisis.

Hati mengalami pendarahan dan kongesti, dan ditemukan trombus pada beberapa

Page 3: HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pemeriksaan Patologi-Anatomi · Sistem Organ Organ Perubahan Respirasi Trakea Hiperemia ... Limpa Splenitis dengan abses milier Digesti Lambung Gastritis

38

kapiler hati. Fokus-fokus radang terdiri atas kumpulan sel-sel debri, sel radang

limfosit, sel plasma, dan makrofag. Selain itu ditemukan pula sel raksasa tipe

benda asing di tepi fokus radang. Di antara sel-sel radang dan sel debri ditemukan

infeksi Entamoeba sp. (Gambar 7). Parasit ini tampak tersebar, berwarna ungu tua

pada jaringan yang diwarnai dengan HE, dan hampir semuanya berinti tunggal.

Menurut Fotedar et al. (2007), jika berinti tunggal maka parasit berada dalam fase

tropozoit. Bentuk tropozoit juga ditemukan di dalam pembuluh vena yang lebih

besar dan juga buluh empedu.

Hepatosit biawak mengalami degenerasi lemak atau lipidosis hebat yaitu

terakumulasinya lipid atau trigliserida pada sitoplasma hepatosit. Lipid tidak

terwarnai dengan pewarnaan HE, sehingga tampak sitoplasma yang bervakuola.

Degenerasi lemak umum ditemukan pada reptil di penangkaran karena terlalu

banyak diberi pakan namun kurang exercise (Frye 1991). Menurut Frye (1991)

serta Burrows & Tuboada (2010), degenerasi lemak dapat disebabkan oleh

berbagai faktor antara lain obesitas, anoreksia dan stres. Adanya defek metabolik

pada transpor lipid dan defisiensi faktor pembentuk lipoprotein juga menyebabkan

terbentuknya degenerasi lemak.

Gangguan fungsi hepatosit untuk mengoksidasi asam lemak akibat

hipoksia, toksin, kegagalan sintesis apoprotein, kegagalan pembentukan dan

sekresi lipoprotein dapat menyebabkan terakumulasinya trigliserida di hepatosit

(Myers & McGavin, 2007). Berkurangnya metabolisme protein dan asam amino

akibat kurangnya asupan protein menurunkan sintesis apoprotein sehingga tidak

dapat mengikat lemak dan trigliserida yang terakumulasi di hepatosit (Burrows &

Tuboada 2010; Turner et al. 2010). Selain itu produksi trigliserida yang melebihi

produksi lipoprotein juga menyebabkan degenerasi lemak (Cheville 1999).

Hipoksia hati dapat terjadi akibat obstruksi arteri hepatika atau vena porta

(Cheville 1999). Hati biawak ini mengalami hipoksia karena adanya trombus di

berbagai kapiler hati dan radang granuloma akibat infeksi Entamoeba sp..

Pada hepatosit yang rusak ditemukan pigmen yang berwarna hijau

kecoklatan, yaitu pigmen empedu. Pigmen empedu terbentuk dari metabolisme

hemoglobin melalui hemolisis lalu dimetabolisme menjadi biliverdin secara

oksidatif oleh enzim heme oxygenase (Nakamura et al. 2006). Biliverdin adalah

Page 4: HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pemeriksaan Patologi-Anatomi · Sistem Organ Organ Perubahan Respirasi Trakea Hiperemia ... Limpa Splenitis dengan abses milier Digesti Lambung Gastritis

39

pigmen empedu yang merupakan produk akhir dari katabolisme hemoglobin pada

reptil. Akumulasi biliverdin menunjukkan adanya blokade sistem empedu di hati

(Campbell 2004; Myers & McGavin 2007). Infeksi Entamoeba sp. menyebabkan

kerusakan hepatosit sehingga tidak dapat melakukan metabolisme empedu

(Cheville 1999). Pada biawak ini, adanya trombus pada buluh empedu

menyebabkan gangguan aliran empedu.

Berdasarkan temuan histopatologi hati didiagnosa mengalami hepatitis

granulomatosa. Sel radang yang ditemukan di fokus radang selain sel raksasa tipe

benda sing adalah heterofil, yang berfungsi sama dengan neutrofil pada mamalia.

Heterofil berbentuk bulat, memiliki sitoplasma bening, memiliki granul-granul

berbentuk batang hingga oval dengan nukleus terletak di tepi sel (Kassab et al.

2009). Nukleus heterofil yang matang memiliki dua atau tiga lobus yang

mengandung kromatin, sedangkan yang belum matang memiliki jumlah lobus

lebih sedikit. Nukleus heterofil yang sudah matang berwarna biru muda pada

kadal dan ungu pada spesies lain. Heterofil yang belum matang jarang ditemukan

pada darah perifer reptil dan meningkat saat hewan mengalami inflamasi

(Knotkova et al. 2002). Eosinofil berbentuk bulat, memiliki sitoplasma bergranul

dan nukleus bulat hingga oval dan berlobus (Kassab et al. 2009). Granul pada

sitoplasma eosinofil lebih berbentuk bulat dari granul pada sitoplasma heterofil

(Knotkova et al. 2002). Kadal memiliki eosinofil yang paling kecil di antara reptil

lain (Oros et al. 2010). Makrofag berbentuk tidak teratur, memiliki nukleus di

tengah sel dan berukuran lebih besar dari monosit. Makrofag berfungsi untuk

memfagosit benda asing atau organisme dan jaringan nekrotik melalui enzim

lisosim, protease dan lipase, serta memproduksi faktor koagulasi. Makrofag juga

membantu penyembuhan jaringan dengan membentuk fibroblas yang berfungsi

untuk memproduksi kolagen yang akan membentuk jaringan parut.

Hasil pengamatan histopatologi ginjal tampak struktur parenkim dan

intersitium yang jelas. Glomerulus mengalami edema dengan banyaknya protein

yang mengendap di tepi-tepi kapiler dan di ruang Bowman (Gambar 8). Penyebab

terjadinya edema adalah peningkatan permeabilitas vaskular, peningkatan tekanan

hidrostatik intravaskular, penurunan tekanan osmotik protein plasma, dan

penurunan drainase limfe.

Page 5: HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pemeriksaan Patologi-Anatomi · Sistem Organ Organ Perubahan Respirasi Trakea Hiperemia ... Limpa Splenitis dengan abses milier Digesti Lambung Gastritis

40

Gambar 7 Struktur hati biawak yang rusak akibat infeksi Entamoeba sp. (panah

hitam) dengan kumpulan sel debri (bintang), degenerasi lemak

hepatosit (panah hijau) serta akumulasi pigmen empedu. Pewarnaan

HE, bar 10 µm.

Gambar 8 Edema glomerulus biawak yang dicirikan adanya endapan protein di

tepi kapiler dan di ruang Bowman. Pewarnaan HE, bar 10 µm.

Page 6: HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pemeriksaan Patologi-Anatomi · Sistem Organ Organ Perubahan Respirasi Trakea Hiperemia ... Limpa Splenitis dengan abses milier Digesti Lambung Gastritis

41

Tekanan hidrostatik intravaskular meningkat bila terjadi gangguan jantung

yang lama kelamaan menyebabkan cairan keluar ke jaringan tubuh (Cheville

1999; Myers & McGavin 2007). Inflamasi mengakibatkan tekanan osmosis

kapiler glomerulus meningkat sehingga cairan keluar dari kapiler dan

menyebabkan edema di ruang Bowman. Peningkatan tekanan osmosis juga

mengganggu proses filtrasi glomerulus sehingga menyebabkan hipoksia sel-sel

ginjal. Proses filtrasi di glomerulus yang terganggu menyebabkan ginjal tidak

mampu untuk mengatur komposisi volume darah dan elektrolit. Selain itu,

penyakit pada glomerulus merusak membran glomerulus sehingga protein dapat

keluar ke ruang Bowman (Munson & Traister 2005).

Tubulus biawak dijumpai banyak mengalami degenerasi dan nekrosa.

Degenerasi tubulus berupa degenerasi hidropis yang ditandai dengan inti yang

masih baik namun sitoplasma terlihat robek-robek. Degenerasi hidropis adalah

pembesaran ukuran dan volume sel epitel yang terjadi karena masuknya cairan

intraseluler akibat gagalnya sel untuk mempertahankan homeostasis, sehingga

sitoplasma membesar dan bervakuola (Jones et al. 1997; Myers & McGavin

2007). Penyebab degenerasi hidropis yang paling penting adalah hipoksia (Myers

& McGavin 2007). Pada keadaan hipoksia fungsi mitokondria terganggu sehingga

ATP yang diperlukan untuk memompa natrium dan kalium tidak ada dan

mekanisme tersebut gagal untuk mempertahankan tekanan osmosis di dalam sel.

Cairan intraseluler meningkat karena transpor natrium ke luar sel meningkat. ATP

yang berkurang juga menyebabkan penurunan sintesis protein sehingga membran

sel dapat ditembus oleh air dan menyebabkan kebengkakan sel (Jones et al. 1997).

Degenerasi hidropis merupakan tahap awal dari kematian sel namun masih

bersifat reversible bila penyebabnya dihilangkan (Jones et al. 1997; Dancygier &

Schirmacher 2010). Degenerasi hidropis dapat disebabkan oleh banyak hal,

diantaranya kerusakan hati akibat virus, radikal bebas, bahan kimia, iskemia,

toksin bakteri atau tanaman, dan gangguan metabolisme (Frye 1991; Jones et al.

1997; Dancygier & Schirmacher 2010).

Beberapa tubulus di sekitar fokus radang juga mengalami dilatasi. Tubulus

dilatasi tersebut tersebar dan memiliki bentuk sederhana, yaitu diameter lumen

meluas namun epitel masih terlihat normal. Tubulus yang berdilatasi disebabkan

Page 7: HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pemeriksaan Patologi-Anatomi · Sistem Organ Organ Perubahan Respirasi Trakea Hiperemia ... Limpa Splenitis dengan abses milier Digesti Lambung Gastritis

42

oleh adanya peradangan di interstitium ginjal. Dilatasi tubulus dapat

menyebabkan tubulus mengalami lisis, hipoksia dan kematian (Munson & Traister

2005).

Ginjal biawak ini juga mengalami kongesti dan hemoragi pada

interstitiumnya serta ditemukan fokus-fokus radang yang dikelilingi oleh banyak

sel raksasa (Gambar 9). Banyaknya sel raksasa mengindikasikan fokus radang ini

merupakan radang granuloma. Radang granuloma terbentuk jika agen terlalu

besar atau tidak mampu didegradasi oleh makrofag (Zumla & James 1996). Selain

kumpulan sel debri, fokus radang juga diinfiltrasi oleh sel limfosit, heterofil,

makrofag dan terbanyak oleh sel plasma. Menurut Soldati et al. (2004), radang

granuloma kronis ditandai oleh adanya limfosit, sel plasma dan sel raksasa di

sekeliling lesionya. Sel raksasa adalah ciri lain dari granuloma selain adanya

makrofag dan sel epiteloid (Spector & Spector 1993). Diantara sel-sel radang

ditemukan infeksi Entamoeba sp. (Gambar 10).

Pada radang granuloma, makrofag membentuk sel raksasa Langhans dan

sel raksasa tipe benda asing. Sel raksasa Langhans memiliki nukleus di sekeliling

tepi sel, sedangkan sel raksasa tipe benda asing memiliki nuklei-nuklei yang

berkumpul di tengah sel (Jones et al. 1997). Sel ini ditemukan pada radang

granuloma yang melibatkan lipid dalam jumlah besar. Sel raksasa dibentuk karena

memiliki metabolisme yang lebih aktif dalam memproduksi enzim dan protein

(Jones et al. 1997). Berdasarkan hasil pemeriksaan histopatologi maka ginjal

didiagnosa mengalami nefritis granulomatosa.

Pada ginjal biawak ini ditemukan adanya ‘sexual segment’ karena banyak

ditemukan tubulus yang hipertrofi dengan inti di tepi dan sitoplasma yang

bergranul (Gambar 11). Dengan demikian dipastikan bahwa biawak ini

berkelamin jantan.

Page 8: HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pemeriksaan Patologi-Anatomi · Sistem Organ Organ Perubahan Respirasi Trakea Hiperemia ... Limpa Splenitis dengan abses milier Digesti Lambung Gastritis

43

Gambar 9. Radang granuloma pada ginjal biawak yang dicirikan oleh sel raksasa

(bintang) yang mengelilingi lesio, dan disekitar lesio tampak beberapa

tubulus berdilatasi (panah). Pewarnaan HE, bar 10 µm.

Gambar 10 Entamoeba sp. (panah hitam) di tengah lesio yang dikelilingi sel

raksasa (bintang) dan infiltrasi sel plasma pada organ ginjal.

Tubulus di sekitar lesio radang mengalami degenerasi hidropis

(panah merah). Pewarnaan HE, bar 10 µm.

Page 9: HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pemeriksaan Patologi-Anatomi · Sistem Organ Organ Perubahan Respirasi Trakea Hiperemia ... Limpa Splenitis dengan abses milier Digesti Lambung Gastritis

44

Gambar 11 Perubahan histopatologi ginjal. Fokus radang dengan kumpulan sel

debri (bintang hitam), infiltrasi sel heterofil (panah hitam), sel

plasma serta infeksi Entamoeba sp. (panah biru). Tubulus dengan

sitoplasma bergranul/sexual segment (bintang merah). Pewarnaan

HE, bar 10 µm.

Hasil pemeriksaan histopatologi limpa ditemukan deplesi folikel limfoid,

peradangan pada pulpa putih dan kapsula limpa serta kongesti dan pendarahan di

pulpa merah. Ditemukan juga lesio yang diinfiltrasi oleh sel-sel radang dan

dikelilingi oleh sel raksasa. Di antara pendarahan di pulpa merah, ditemukan

infeksi Entamoeba sp.(Gambar 12). Entamoeba sp. ditemukan pula di dalam

kapiler serta sinus-sinus limpa. Menurut Robertson & Newman (2006), infeksi

protozoa dapat menimbulkan splenitis dan beberapa lesio pada limpa diantaranya

nekrosa pulpa merah dan pulpa putih, deplesi folikel limfoid, hemoragi dan

kongesti.

Pada daerah pendarahan di pulpa merah banyak ditemukan endapan

pigmen hemosiderin. Hemosiderin adalah pigmen yang berasal dari hemolisis

eritrosit yang berlebihan. Hemosiderin terakumulasi di dalam makrofag akibat

adanya kongesti pasif kronis dan mengindikasikan terjadinya anemia hemolitik

(Jones et al. 1997).

Page 10: HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pemeriksaan Patologi-Anatomi · Sistem Organ Organ Perubahan Respirasi Trakea Hiperemia ... Limpa Splenitis dengan abses milier Digesti Lambung Gastritis

45

Gambar 12 Infeksi Entamoeba sp. (panah) menyebabkan pendarahan dan

nekrosa pulpa merah limpa. Pewarnaan HE, bar 10 µm.

Gambar 13 Infeksi Entamoeba sp. pada mukosa usus menyebabkan enteritis

hemoragis et nekrotikan. Pewarnaan HE, bar: 10 µm.

Page 11: HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pemeriksaan Patologi-Anatomi · Sistem Organ Organ Perubahan Respirasi Trakea Hiperemia ... Limpa Splenitis dengan abses milier Digesti Lambung Gastritis

46

Entamoeba sp. mampu memfagosit dan meliliskan eritrosit dengan

lisosom dan amoebapora, lalu terbentuk vakuola di sitoplasmanya (Lejeune &

Gicquaud 1992; Ghosh et al. 1999). Sebuah penelitian tentang fagositosis eritrosit

telah dilakukan pada E. invadens. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 82%

tropozoit amoeba tersebut mampu memfagosit eritrosit dengan rata-rata 5.5

eritrosit per amoeba, dan setelah 15 jam eritrosit tersebut tidak ditemukan lagi

pada sitoplasma amoeba (Ramírez-Córdova et al. 1990). Kemampuan Entamoeba

sp. melisiskan eritrosit menyebabkan hemolisis eritrosit terjadi secara berlebihan

sehingga mudah ditemukan pigmen coklat atau hemosiderin pada limpa.

Berdasarkan pemeriksaan histopatologi maka limpa didiagnosa mengalami

splenitis granulomatosa.

Hasil pemeriksaan histopatologis usus menunjukkan usus mengalami

peradangan hebat. Sebagian besar vili usus rusak dengan deskuamasi epitel

penutup, vili memendek, ditemukan infiltrasi sel radang pada bagian mukosa

hingga serosa usus. Sel radang terdiri atas limfosit, heterofil, makrofag dan

eosinofil. Selain itu mukosa hingga serosa usus mengalami kongesti, hiperemi,

hemoragi dan edema.Di beberapa bagian usus juga ditemukan ulkus. Entamoeba

sp. banyak ditemukan di semua bagian usus mulai dari mukosa, submukosa

hingga ke serosa (Gambar 13).

Hasil pemeriksaan histopatologi sampel organ biawak secara keseluruhan

dirangkum dan disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2 Perubahan Histopatologi Organ Biawak

Sistem Organ Organ Perubahan

Respirasi Paru-paru Kongesti dan edema pulmonum

Sirkulasi Jantung Degenerasi miokard

Limpa Splenitis granulomatosa

Digesti Usus Enteritis hemoragi et nekrotikan

Hati Hepatitis granulomatosa

Urinaria Ginjal Nefritis granulomatosa

Menurut Frye (1991) dan Chia et al. (2009), tropozoit amoeba dapat

menginfeksi submukosa dan muskularis mukosa sehingga mengakibatkan enteritis

granulomatosa, erosi mukosa dan inflamasi usus. Peradangan akibat infeksi

amoeba menyebabkan dinding usus menebal dan nekrosa. Tropozoit memiliki

Page 12: HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pemeriksaan Patologi-Anatomi · Sistem Organ Organ Perubahan Respirasi Trakea Hiperemia ... Limpa Splenitis dengan abses milier Digesti Lambung Gastritis

47

kemampuan melisiskan sel epitel dan mukosa saluran pencernaan karena

menghasilkan enzim proteolitik dan amoebapora (Chia et al. 2009). Dengan

enzim ini amoeba dapat menyebabkan perforasi usus sehingga usus mengalami

inflamasi akut. Adanya perforasi usus mengundang infeksi bakteri sekunder

sehingga kesehatan hewan terus menurun (Barnett 2003; Richter et al. 2008).

Pada kasus biawak ini, usus didiagnosa mengalami enteritis hemoragis et

nekrotikan.

Amoeba bermigrasi ke dinding kolon dan menyebabkan inflamasi lalu

menyebar ke bagian tubuh lainnya melalui sirkulasi portal. Hal ini ditunjukkan

dengan ditemukannya amoeba di pembuluh darah di hati, dan hati mengalami

kerusakan paling parah karena ditemukan banyak sekali tropozoit. Amoeba juga

dapat bermigrasi ke hati melalui saluran empedu (Chia et al. 2009). Menurut

Barnett (2003) dan Richter et al. (2008), Entamoeba sp. bermigrasi pertama kali

ke hati dan menyebabkan nekrosa dan abses multifokal, lalu ke organ-organ lain

yaitu ginjal, paru, jantung dan otak. Oleh karena itu, hati mengalami perubahan

patologis yang paling hebat dibandingkan ginjal dan limpa.

Entamoeba sp. dapat bermigrasi ke ginjal karena biawak memiliki sistem

renal portal yaitu rute aliran darah dari kaudal tubuh ke ginjal sebelum ke jantung.

Parasit ini juga ditemukan di kapiler dan sinus-sinus limpa yang mengindikasikan

penyebarannya melalui aliran darah (hematogen). Patogenesa amoebiasis

dipengaruhi banyak faktor yaitu infeksi tropozoit, kegagalan banyak organ karena

banyak sel yang rusak serta infeksi bakteri sekunder (Wilson 2010). Abses pada

hati menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang tinggi (Fotedar et al. 2007).

Pada pemeriksaan histopatologi jantung ditemukan degenerasi otot yang

terlihat dari inti yang mengecil dan sitoplasma yang lebih merah. Pada organ paru-

paru ditemukan kelainan berupa kongesti, hemoragi serta edema pada

parabronchus. Kematian pada biawak ini terjadi akibat infeksi Entamoeba sp.

yang menyebabkan nekrosa pada usus, hati, ginjal, dan limpa. Nekrosa pada hati

biawak ini bersifat kronis sehingga menyebabkan kegagalan multiorgan dan

mengakibatkan kematian (Frye 1991).

Radang granuloma akibat infeksi tropozoit Entamoeba sp. pada biawak ini

menyebabkan sirkulasi intrahepatik maupun sirkulasi porta tidak lancar sehingga

Page 13: HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pemeriksaan Patologi-Anatomi · Sistem Organ Organ Perubahan Respirasi Trakea Hiperemia ... Limpa Splenitis dengan abses milier Digesti Lambung Gastritis

48

menyebabkan kongesti vena porta. Kongesti yang kronis menyebabkan

permeabilitas pembuluh darah rusak, sehingga plasma darah keluar dan

menggenangi rongga abdomen. Infeksi Entamoeba sp. juga menyebabkan

kerusakan hepatosit hebat. Kerusakan yang hebat ini mengurangi kemampuan hati

untuk mensintesa protein, termasuk protein plasma. Akibatnya hewan mengalami

hipoproteinemia. Rendahnya kadar protein dalam darah menyebabkan darah cair

sehingga plasma mudah lolos dan membentuk ascites (Munson & Traister 2005).

Adanya trombus dan peradangan di hati dan ginjal yang terbentuk akibat

infeksi Entamoeba sp. menyebabkan jantung bekerja lebih keras untuk

mengalirkan darah ke organ-organ tersebut. Peningkatan kerja dari jantung

menyebabkan dinding miokardium mengalami hipertrofi. Hipertrofi jantung

adalah peningkatan ukuran pada serat otot jantung. Otot jantung yang hipertrofi

lama kelamaan mengalami kelelahan dan akhirnya menjadi dilatasi (Myers &

McGavin 2007). Dilatasi otot jantung yang terlalu lama menyebabkan kelelahan

otot jantung yang akhirnya jantung berhenti berkontraksi, sehingga atria mortis

biawak Ambon ini disebabkan oleh gagal jantung. Causa mortis biawak ini diduga

disebabkan oleh gagal fungsi hati serta infeksi usus akibat infeksi Entamoeba sp.